BAB I

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PTA (Post Traumatic Amnesia) adalah salah satu gangguan memori yang biasanya disebabkan oleh pasca trauma kapitis. Kebanyakan pasien yang mengalami trauma kapitis ringan atau sedang pulih setelah beberapa minggu sampai dengan bulan tanpa terapi spesifik. Akan tetapi, sekelompok pasien akan terus mengalami gejala kecacatan setelah periode ini, yang mengganggu pekerjaan atau aktifitas sosial.Posttraumatic amnesiadipertimbangkan sebagai suatu marker yang sensitif untuk tingkat keparahan trauma kapitis, dan sebagai suatu  prediktor outcome yang berguna. Russel dan Smith telah membuat suatu taksonomi keparahan trauma kapitis berdasarkan PTA sebagai berikut : trauma kapitis ringan jika PTA kurang dari 1 jam; trauma kapitis sedang jika PTA antara 1 dan 24 jam; trauma kapitis berat  jika PTA 1 dan 7 hari; dan trauma kapitis sangat berat jika PTA lebih dari 7 hari. Levin dkk telah menemukan bahwa PTA yang berlangsung kurang dari 14 hari adalah prediktif dari good recovery, sedangkan PTA yang berlangsung lebih dari 14 hari adalah prediktif untuk disabilitas sedang sampai berat. Masyarakat sendiri belum sadar akan hal ini dan karen itu merupakan tugas para medis untuk melakukan pemberian materi kepada masyarakat agar masyarakat dapt mengerti tentang PTA. PTA merupakan akibat dari trauma kapitis, hal ini harus cepat di tangani karena merupakan gangguan memory. PTA bisa muncul jika tingkat keparahan dari trauma sedang saja. Tingkat kesembuhan PTA bisa cepat bisa lambat tergantung dari jenis terapi yang dilakukan. Tiga unsur tingkah laku manusia terhadap alam sekelilingnya ialah pengamatan,  pikiran dan tindakan. Dalam bidang neurologi tiga unsur tersebut tertuang dalam fungsi sensorik, luhur, dan motorik. Dalam keadaan sakit, unsur-unsur tadi dapat terganggu. Gangguan tersebut dapat berupa gejala neurologik elementer, misalnya hemiparesis,

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGPTA (Post Traumatic Amnesia) adalah salah satu gangguan memori yang biasanya disebabkan oleh pasca trauma kapitis. Kebanyakan pasien yang mengalami trauma kapitis ringan atau sedang pulih setelah beberapa minggu sampai dengan bulan tanpa terapi spesifik. Akan tetapi, sekelompok pasien akan terus mengalami gejala kecacatan setelah periode ini, yang mengganggu pekerjaan atau aktifitas sosial.Posttraumatic amnesiadipertimbangkan sebagai suatu marker yang sensitif untuk tingkat keparahan trauma kapitis, dan sebagai suatu prediktor outcome yang berguna. Russel dan Smith telah membuat suatu taksonomi keparahan trauma kapitis berdasarkan PTA sebagai berikut : trauma kapitis ringan jika PTA kurang dari 1 jam; trauma kapitis sedang jika PTA antara 1 dan 24 jam; trauma kapitis berat jika PTA 1 dan 7 hari; dan trauma kapitis sangat berat jika PTA lebih dari 7 hari. Levin dkk telah menemukan bahwa PTA yang berlangsung kurang dari 14 hari adalah prediktif dari good recovery, sedangkan PTA yang berlangsung lebih dari 14 hari adalah prediktif untuk disabilitas sedang sampai berat.Masyarakat sendiri belum sadar akan hal ini dan karen itu merupakan tugas para medis untuk melakukan pemberian materi kepada masyarakat agar masyarakat dapt mengerti tentang PTA.PTA merupakan akibat dari trauma kapitis, hal ini harus cepat di tangani karena merupakan gangguan memory. PTA bisa muncul jika tingkat keparahan dari trauma sedang saja. Tingkat kesembuhan PTA bisa cepat bisa lambat tergantung dari jenis terapi yang dilakukan.Tiga unsur tingkah laku manusia terhadap alam sekelilingnya ialah pengamatan, pikiran dan tindakan. Dalam bidang neurologi tiga unsur tersebut tertuang dalam fungsi sensorik, luhur, dan motorik. Dalam keadaan sakit, unsur-unsur tadi dapat terganggu. Gangguan tersebut dapat berupa gejala neurologik elementer, misalnya hemiparesis, hemihipestesia, koma, kejang dan sebagainya tetapi dapat pula berupa gejala neurologik luhur, yang merupakan kelainan integratif yang kompleks dari ke tiga fungsi di atas. Yang dimaksud dengan fungsi luhur atau fungsi kortikal luhur adalah fungsi-fungsi :1. Bahasa2. Persepsi3. Memori4. Emosi5. KognitifDalam neurologi, gejala elementer dan luhur dipergunakan untuk menetapkan adanya kerusakan di otak, baik tentang lokalisasi maupun luas lesinya. Ke dua fungsi tersebut sama pentingnya dalam penetapan diagnosis. Juga keduanya menuruti prinsip organisasi lateral dan longitudinal serebral yang akan diuraikan kemudian. Karena gejala fungsi luhur ini kerap dilupakan atau diabaikan, maka penulis ingin menguraikan secara singkat peranan fungsi ini, terutama fungsi bahasa, persepsi dan memori pada kelainan otak. Kelainan otak disini dibatasi pada penyakit-penyakit yang frekuen, yaitu gangguan peredaran darah di otak (Cerebro-Vascular Disorder) dan trauma kapitis.Pada keadaan akut trauma kapitis, maka gangguan memori mempunyai peranan penting. Amnesia post- trauma kapitis dapatmeliputi kejadian sebelum trauma (retrograd amnesia) atausetelah trauma (anterograd amnesia). Lamanya amnesia tersebutdapat dipakai sebagai patokan akan luas lesi yang terjadi di otak.Umumnya amnesia ini meliputi gangguan short-term memory saja. Apabila ternyata long-term memory juga terkena maka inimenandakan adanya kelainan otak yang difus, berat danmempunyai prognosis yang kurang baik. Juga disini perlu dicatatbahwa pasien umumnya hanya terganggu memorinya tanpa kehilangan fungsi-fungsi lain.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 TRAUMA KAPITISDEFINISITrauma kapitis atau cedera kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.EPIDEMIOLOGIInsidensi Trauma Kapitis (TK) tertinggi pada kelompok umur 15-45 tahun 32,8/100.000. Perbandingan > = 3,4 : 1. Penyebab utama kecelakaan lalu-lintas (bermotor) tiap tahun 1 juta meninggal & 20 juta cedera. Insiden TK 26% dari semua kecelakaan; 33% kematian karena trauma kapitis. Insiden TK karena kecelakaan 50% meninggal sebelum tiba di RS, 40% meninggal dalam 1 hari dan 35% meninggal dalam 1 minggu perawatanETIOLOGISebagian besar cedera kepala merupakan peristiwa yang sering terjadi dan mengakibatkan kelainan neurologik yang serius serta telah mencapai proporsi epidemik, terjatuh dan kecelakaaan lain. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak laserasi, dengan derajat yang bervariasi tergantung pada luas daerah trauma. Adapun penyebab tersering dari cedera kepala adalah:1. Kecelakaan lalu lintas2. Jatuh dari ketinggian3. Trauma benda tumpul4. Kecelakaan kerja5. Kecelakaan olahraga6. Trauma tembak dan pecahan bom. Trauma kapitis dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Akibat-akibat dari suatu keadaan pada kepala yang sangat dipengaruhi oleh: 1. Jenis (benda tajam/tumpul) yang mengakibatkan trauma kapitis. 2. Kecepatan benda tersebut. 3. Arah benturan, apakah dari arah depan belakang atau dari samping. 4. Lokasi dan jaringan yang terkena, apakah daerah yang dilalui oleh udara pembuluh darah besar/saraf/jaringan otak. 5. Apakah kepala dalam keadaan diam atau bergerak.PATOFISIOLOGIMekanisme cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologi dari trauma kapitis. Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jika kekurangan aliran udara ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena menimbulkan koma. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolisme anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Pada saat klien dengan trauma kepala kontusio cerebri, pembuluh darah kapiler robek, cairan traumatik mengandung protein eksudat dan berisi albumin dan cairan intestinal. Edema jaringan otak akan menimbulkan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang otak.

KLASIFIKASI TRAUMA KAPITISBerdasarkan ATLS (Advanced Trauma Life Support) (2004) cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi, yaitu berdasarkan; mekanisme, beratnya cedera, dan morfologi. 1. Mekanisme Cedera Kepala Cedera otak dibagi atas cedera tumpul dan cedera tembus. Cedera tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau pukulan benda tumpul. Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan. 2. Beratnya Cedera Kepala Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam deskripsi beratnya penderita cedera otak. Penderita yang mampu membuka kedua matanya secara spontan, mematuhi perintah, dan berorientasi mempunyai nilai GCS total sebesar 15, sementara pada penderita yang keseluruhan otot ekstrimitasnya flaksid dan tidak membuka mata ataupun tidak bersuara maka nilai GCS-nya minimal atau sama dengan 3. Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefinisikan sebagai koma atau cedera otak berat. Berdasarkan nilai GCS, maka penderita cedera otak dengan nilai GCS 9-13 dikategorikan sebagai cedera otak sedang, dan penderita dengan nilai GCS 14-15 dikategorikan sebagai cedera otak ringan. Klasifikasi keparahan dari Traumatic Brain Injury yaitu :Ringan Kehilangan kesadaran < 20 menit Amnesia post traumatik < 24 jam GCS = 13 15

Sedang Kehilangan kesadaran 20 menit dan 36 jam Amnesia post traumatik 24 jam dan 7 hari GCS = 9 - 12

Berat Kehilangan kesadaran > 36 jam Amnesia post traumatik > 7 hari GCS = 3 8

MANIFESTASI KLINISGejala klinis dari trauma kapitis ditentukan oleh derajat cedera dan lokasinya. Derajat cedera otak kurang lebih sesuai dengan tingkat gangguan kesadaran penderita. Tingkat yang paling ringan ialah pada penderita gegar otak, dengan gangguan kesadaran yang berlangsung hanya beberapa menit saja, atas dasar ini trauma kepala dapat di golongkan menjadi: Cedera kepala ringan (kelompok risiko rendah) a. Skor skala koma Glasgow 15 (sadar penuh, alternatif, dan orientatif) b. Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi) c. Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang d. Klien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing e. Pasien dapat mengeluh abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala f. Tidak adanya kriteria cedera, sedang berat Cedera kepala sedang (kelompok risiko sedang) 1. Skor skala koma glasglow 9-14 (kontusi, latergi, atau stupor) 2. Konfusi3. Amnesia pasca trauma 4. Muntah dan kejang5. Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battel, mata rabun, hemotimpanum, otore atau rinore cairan cerebrospinalCedera kepala berat (kelompok risiko berat) 1. Skor skala koma Glasglow 3 -8 (koma) 2. Penurunan derajat kesadaran secara progersif 3. Tanda neurologis fokal 4. Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi craniumPEMERIKSAAN KLINIS Pemeriksaan fisik, meliputi : penilaian GCS, reflek pupil, gerakan bola mata, vital sign, meningeal sign, nervi kranialis, fungsi motorik. Px. Penunjang, meliputi: CT-scan, foto polos kepala, MRI, lab. darah dan elektrolit.Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan neurologis (GCS dan reaksi pupil) dan pemeriksaan penunjang (CT-scan, foto polos kepala, MRI, lab. darah dan elektrolit).PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Trauma Kapitis (TK) dibagi menjadi dua bagian, yaitu:a. Tindakan darurat atasi syok (cairan dan darah) dan prinsip ABC.b. Tindakan umum obat-obatan dan observasi kontinyu.Penatalaksanaan TK sangat kompleks. Mulai dari menjaga keseimbangan kardiovaskuler, respirasi, cairan elektrolit dan kalori serta obat-obatan untuk gejala yang timbul, seperti: anti edema cerebri, anti kejang, antibiotik, AINS serta vitamin neurotropik. Selain farmakoterapi, pasien TK yang telah membaik memerlukan fisioterapi-rehabilitatif, psikoterapi serta re-adaptasi lingkungan kerja dan keluarga.Penanganan TK disesuaikan dengan jenis TK (CKR, CKS, CKB). Penanganan awal TK mempunyai tujuan: memantau sedini mungkin dan mencegah TK sekunder; memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin sehingga membantu penyembuhan sel-sel otak yg rusak.Penaganan Medis untuk trauma kapitis:1. Dexamethason / kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma. 2. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi 3. Pemberian analgetik 4. Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % gliserol 10 % 5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob di berikan metronidazole 6. Makanan atau cairan pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak di berikan apa-apa, hanya cairan untuk resusitasi yaitu larutan garam fisiologis atau ringers laktat.7. Pembedahan 8. Pada trauma berat, karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi refensi natrium dan elektrolit, berikan infus ringers laktat, bila kesadaran rendah, makanan di berikan melalui nasogastrik tube (2500 3000 TKTP). PROGNOSISPrognosis akan bagus jika dilakukan penanganan yang cepat dan tepat, tetapi faktor yang memperjelek prognosis adalah terlambatnya penanganan awal/resusitasi, transportasi yang lambat, dikirim ke RS yang tidak memadai, terlambat dilakukan tindakan pembedahan dan disertai trauma multipel yang lain.2.2 AMNESIADEFINISIKetidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik di otak, misalnya; pada kontusio serebri. Namun dapat juga disebabkan faktorpsikologis misalnya pada gangguan stres pasca trauma individu dapatkehilangan memori dari peristiwa yang sangat traumatis. Dapat dibagi menjadi dua yaitu:1. Anterograde Amnesia: apabila hilangnya memori terhadap pengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian. Misalnya; seorang pengendara motor yang mengalami kecelakaan, tidak mampuan mengingat peristiwa yang terjadi setelah kecelakaan.2. Retrograde Amnesia: hilangnya memori terhadappengalaman/informasi sebelum titik waktu kejadian. Misalnya, seorang gadis yang terjatuh dari atap dan mengalami trauma kepala, tidak mampu mengingat berbagai peristiwa yang terjadi sebelum kecelakaan tersebut.EPIDEMIOLOGIPrevelensinya 1:10.000 kasus dalam populasi. Orang-orang yang umumnya mengalami gangguan disosiatif ini sangat mudah dihipnotis dan sangat sensitive terhadap sugesti dan lingkungan budayanya, namun tak cukup banyak referensi yang membetulkan pernyataan tersebut. Mayoritas mengenai wanita 90% atau lebih. Gangguan Disosiasi bisa terkena oleh orang di belahan dunia manapun.ETIOLOGIBelum dapat diketahui penyebab pastinya, biasanya terjadi akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami. Gangguan ini terjadi pertama pada saat anak-anak namun tidak khas dan belum bisa teridentifikasikan, dalam perjalanan penyakitnya gangguan disosiatif ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan trauma masa lalu pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang sehingga terjadinya gejala gangguan disosiatif.Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa :- Kepribadian yang labil.- Pelecehan seksual- Pelecehan fisik- Kekerasan rumah tangga ( ayah dan ibu cerai )- Lingkungan sosial yang sering memperlihatkan kekerasan.FAKTOR RISIKO1. Orang-orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional semasa kecil2. Anak-anak dan dewasa yang juga memiliki pengalaman kejadian yang traumatic, semisalnya perang, bencana, penculikan, dan prosedur medis yang invasifDari segi anatomis, gangguan amnestik timbul akibat kerusakan bilateral struktur otak, terutama struktur diensefalik (yang meliputi nuclei dorsomedial dan garis tengah dari thalamus) dan struktur lobus midtemporalis (meliputi hipokampus, korpus mamilaris dan amigdala).Contoh keadaan-keadaan patologis yang dapat mencetus perkembangan gangguan amnestik adalah defisiensi tiamin, hipoglikemia, hipoksia (termasuk keracunan karbon monoksida) dan ensefalitis herpes simpleks. Semua keadaan-keadaan tersebut mempunyai predileksi merusak lobus temporalis, khususnya hipokampus. Beberapa obat juga telah dihubungkan dengan perkembangan amnesia. Golongan obat Benzodiazepine, khususnya Triazolam Hipnotik, adalah obat yang paling sering diresepkan yang disertai dengan amnesia. Suatu penelitian menyimpulkan bahwa hubungan tersebut berkaitan dengan dosis; triazolam lebih sering berhubungan dengan amnesia jika digunakan dalam dosis yang ekuivalen dengan dosis standar benzodiazepi lainnya (kurang dari atau sama dengan 0.25 mg).PATOFISIOLOGISebagian besar lesi menyebabkan gangguanbelajar dan hilangnya ingatan terakhir tanpamengenai ingatan segera atau perhatian. Amnesia hanya terjadi setelah lesi bilateral darilobus temporalis medialis. Lesi unilateral daridari lobus temporalis yang dominanmenyebabkan deficit ingatan verbal dan lesi darilobus temporalis yang tidak dominanmenyebabkan deficit dari ingatan yang visualdan nonverbal. Tapi deficit ini jarang signifikantanpa adanya patologi lobus temporaliskontralateral yang ada sebelumnyaTANDA DAN GEJALAPasien yang terkena amnesia memiliki ciri-ciri berdasarkan penyebab terjadinya amnesia, seperti:1. Badan lemas dan muka pucat2. Ingatan atau kenangan yang salah, baik ingatan yang baru saja ditemukan atau dari memori asli yang salah urutan waktu.3. Gangguan neurologis seperti gerakan yang tidak terkoordinasi, tremor atau kejang.4. Kebingungan atau gangguan orientasi.Gejala utamanya adalah ketidakmampuan mempelajari hal-hal baru (amnesia anterograd) atau mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya (amnesia retrograd). Daya ingat jangka pendek biasanya terganggu, bahkan pada kasus yang berat, orientasi tempat dan waktu juga terganggu. Namun, orientasi orang jarang terganggu. Daya ingat jangka panjang yang meliputi pengalaman masa kecil tidak terganggu. Daya ingat segera masih baik. Gejala penyerta lainnya antara lain perubahan kepribadian, apatis, kurang inisiatif, agitasi, dan kebingungan. Pasien tidak mempunyai tilikan diri yang baik terhadap penyakitnya.DIAGNOSISUntuk membuat diagnosa, dokter dengan hati-hati meninjau ulang gejala orang tersebut dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menghilangkan penyebab fisik pada amnesia. Tes, termasuk electroencephalography dan tes darah untuk racun dan obat-obatan, kadangkala dibutuhkan untuk menghilangkan penyebab fisik. Pemriksaan psikologis juga dilakukan. Tes psikologi khusus seringkali membantu dokter menggolongkan lebih baik dan memahami pengalaman dissociative orang tersebut untuk membuat rencana pengobatan.PENATALAKSANAANPengobatan yang mempunyai nilai yang baik bagi pasien yang menderita gangguan amnestik yang disebabkan oleh kerusakan pada otak berupa intervensi psikodinamika, dimana klinisi membantu pasien untuk mengatasi cedera narsisistik yang berkaitan dengan kerusakan pada sistem saraf pusat. Intervensi tersebut memiliki 3 fase, yaitu :1. Fase pemulihan pertama : pasien tidak mampu memproses apa yang terjadi karena pertahanan ego yang sangat besar. Oleh karena itu, klinisi harus menjelaskan kepada pasien tentang apa yang terjadi. Ini akan memberikan pasien suatu ego penolong yang memberikan fungsi ego yang hilang.2. Fase pemulihan kedua : pasien mulai merealisasi tentang kejadian cedera timbul dan mungkin menjadi marah dan merasa dikorbankan, sehingga ia memandang orang lain sebagai jahat. Pada tahap ini, klinisi harus menerima proyeksi pasien tanpa membalas, dan sekaligus menjelaskan secara perlahan-lahan apa yang terjadi.3. Fase pemulihan ketiga / Fase integratif : Pasien mulai menerima apa yang terjadi. Pada tahap ini, klinisi harus membantu pasien membentuk identitas baru dengan menghubungkan pengalaman diri sekarang dengan pengalaman diri masa lalu.

2.3 POST TRAUMA AMNESIADEFINISIDalam istilah neuropsikologi kognitif, PTA adalah suatu gangguan pada memori episodik yang digambarkan sebagai ketidakmampuan pasien untuk menyimpan informasi kejadian yang terjadi dalam konteks temporospatial yang spesifik. Akan tetapi, fase penyembuhan dini setelah gangguan kesadaran juga dikarakteristikkan oleh gangguan atensi dan perubahan behavioral yang bervariasi dari mulai letargi sampai dengan agitasi.Post Traumatic Amnesia adalah suatu gangguan mental yangdikarakteristikkan oleh disorientasi, gangguan atensi, kegagalan memori kejadian dari hari ke hari, ilusi, dan salah dalam mengenali keluarga, teman dan staf medis. ETIOLOGIKeadaan PTA diakibatkan karena cedera kepala. Sampai saat ini penyebab tersering cedera kepala diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas (60% kematian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas merupakan akibat cedera kepala), factor kontribusi terjadinya kecelakaan seringkali adalah konsumsi alcohol.PATOFISIOLOGIMemori dan new learning dipercaya melibatkan korteks serebral, proyeksi subkortikal, hippocampal formation (gyrus dentatus, hipokampus, gyrus parahippocampal), dan diensefalon, terutama bagian medial dari dorsomedial dan adjacent midline nuclei of thalamus. Sebagai tambahan, lesi pada lobus frontalis juga dapat menyebabkan perubahan pada behavior, termasuk iritabilitas, aggresiveness, dan hilangnya inhibisi dan judgment. Sekarang ini, telah didapati bukti adanya keterlibatan lobus frontalis kanan pada atensi.Trauma kapitis dapat bersifat primer maupun sekunder. Cedera primer dihasilkan oleh tekanan akselerasi dan deselerasi yang merusak kandungan intrakranial oleh karena pergerakan yang tidak seimbang dari tengkorak dan otak. Akan tetapi, faktor yang paling penting pada cedera otak traumatik adalah shearing yang berupa tekanan rotasi yang cepat dan berulang terhadap otak segera setelah trauma kapitis. Concussion mengakibatkan tekanan shearing yang singkat dan penyembuhan komplet. Jika tekanan shearing lebih banyak dan berulang, kerusakan akson pun menjadi lebih banyak, durasi hilangnya kesadaran lebih panjang dan penyembuhan melambat.

Dalam praktek, gambaran klinisnya adalah koma yang diikuti dengan PTA. Oleh karena itu tingkat keparahan trauma kapitis tertutup dapat dinilai dengan durasi koma dan PTA. Sedangkan suatu contusion adalah suatu trauma yang lebih luas terhadap otak dimana robekan jaringan yang memperlihatkan tekanan shearingdengan gangguan akson yang disebabkan oleh axonal shearing dan injuryterhadap otak dengan dampak ke permukaan tulang : bagian medial, ujung dan dasar lobus frontalis dan bagian anterior dari lobus temporalis paling sering terlibat. Area yang rusak adalah berbentuk kerucut dengan dasar pada permukaan otak, terutama mengenai lapisan pertama dari korteks.KLASIFIKASI Posttraumatic amnesia dapat dibagi dalam 2 tipe. Tipe yang pertama adalah retrograde, yang didefinisikan oleh Cartlidge dan Shaw, sebagai hilangnya kemampuan secara total atau parsial untuk mengingat kejadian yang telah terjadi dalam jangka waktu sesaat sebelum trauma kapitis. Lamanya amnesia retrograde biasanya akan menurun secara progresif. Tipe yang kedua dari PTA adalah amnesia anterograde, suatu defisit dalam membentuk memori baru setelah kecelakaan, yang menyebabkan penurunan atensi dan persepsi yang tidak akurat. Memori anterograde merupakan fungsi terakhir yang paling sering kembali setelah sembuh dari hilangnya kesadaran.MANIFESTASI KLINIS1. Tidak Mampu Mengingat Masa LaluPasien yang terkena amnesia tidak mampu mengingat hal-hal yang terjadi di masa lalunya. Untuk mengeceknya, ajaklah orang yang Anda curigai terkena amnesia itu untuk mengenang masa lalunya. Jika ia terlihat kebingungan atau mengeluarkan keringat, maka gantilah topik menjadi lebih santai agar ia tidak pingsan. Itu sudah membuktikan bahwa orang itu mengalami gangguan pada ingatannya.2. Tidak Mampu Mempelajari Hal BaruTidak hanya hal-hal di masa lalu, hal-hal di masa sekarang pun para penderita amnesia akan kesulitan untuk menghadapinya. Untuk mengeceknya, ajaklah orang yang Anda curigai terkena amnesia itu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Jika orang itu meminta Anda untuk menjelaskannya secara berulang-ulang, berarti orang itu memang memiliki gangguan pada otaknya.3. Sulit BerbicaraCiri-ciri yang terakhir, pada penderita amnesia merasa kesulitan dalam berkomunikasi. Jika Anda mengajak seseorang berbicara namun pembicaraan orang itu tidak nyambung dengan pembicaraan Anda, maka orang itu sudah pasti mengalami gangguan pada otaknya. Mungkin saja orang itu sedang mabuk atau menderita amnesia.

DIAGNOSISPENATALAKSANAAN