Bab I (1)

28
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Wall, Jellinek, 1970). Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut dengan kosmetik medic (cosmecuuticals). Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga saat meninggalkan dunia. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut hingga sampai ujung kaki, sehingga diperlukan persyarata aman untuk dipakai. Pembagian tipe penyiapan kosmetik pun beragam, sesuai dengan fungsi dantujuan pemakaiannya, seperti; Kosmetik Pembersih, Kosmetik Pelembab dan Pelindung, serta Kosmetik Dekoratif. Pada makalah ini kami akan membuat formulasi dari slah satu bentuk kosmetika dekoratif, yaitu alas bedak cair atau liquid foundation. Alas bedak berfungsi untuk menutupi lapisan permukaan 1

description

bab 1

Transcript of Bab I (1)

Page 1: Bab I (1)

Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,pemakaian

kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan.

Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada

abad ke-20 (Wall, Jellinek, 1970). Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan

merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut

dengan kosmetik medic (cosmecuuticals).

Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik

laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga saat meninggalkan dunia. Produk-produk itu

dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut hingga sampai ujung

kaki, sehingga diperlukan persyarata aman untuk dipakai.

Pembagian tipe penyiapan kosmetik pun beragam, sesuai dengan fungsi dantujuan

pemakaiannya, seperti; Kosmetik Pembersih, Kosmetik Pelembab dan Pelindung, serta Kosmetik

Dekoratif.

Pada makalah ini kami akan membuat formulasi dari slah satu bentuk kosmetika dekoratif,

yaitu alas bedak cair atau liquid foundation. Alas bedak berfungsi untuk menutupi lapisan

permukaan wajah yang tidak simetris, bekas luka, menutup pori-pori, atau bahkan baru-baru ini

alas bedak yang baik yang memiliki SPF(Sun Protect Filter) berfungsi sebagai pelapis kedua

pada wajah agar wajah terlindungi dari sengatan sinar ultraviolet (UV) yang dapat merusak

pigmen kulit atau bahkan lebih.

Alas bedak juga dapat membantu memperbaiki tekstur bedak agar dapat bekerja lebih tahan

lama serta menempel dengan lebih baik ada permukaan kulit sehingga bedak tidak mudah luntur

dan riasan wajah menjadi berantakan.

Memilih alas bedak (foundation) bisa dikatakan gampang-gampang susah. Jika tidak cocok

dengan jenis dan warna kulit bisa membuat wajah terlihat terlalu terang atau sebaliknya terlalu

gelap. Alas bedak merupakan hal yang sangat penting dan paling mendasar dalam sebuah riasan.

1

Page 2: Bab I (1)

Pemilihan foundation yang pas harus sesuai dengan jenis kulit. Menggunakan alas bedak yang

tepat akan membuat wajah terlihat lebih mulus dan bisa menyamarkan noda pada wajah.

Alas bedak cair paling cocok digunakan untuk semua jenis kulit. Selain mudah digunakan

dan diaplikasikan kewajah, foundation liquid juga lebih tahan lama diwajah dan dapat menutupi

kekurangan pada wajah.

I.2 Rumusan Masalah

Bagaimana anatomi kulit?

Apa saja komponen yang ada dalam alas bedak cair?

Bagaimana formula alas bedak cair yang baik dan tepat?

Bagaimana metode pembuatan alas bedak cair?

Bagaimana evaluasi sediaan alas bedak cair?

II.3 Tujuan

Mengetahui formulasi alas bedak cair yang baik dan aman untuk wajah.

Mengetahui fungsi pemakaian alas bedak cair.

Mengetahui karakteristik sediaan alas bedak cair yang baik

2

Page 3: Bab I (1)

Bab II

Tinjauan Pustaka

II.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama

sebgai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Luas kulit manusia rata-

rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan leamaknya atau 4 kg jika tanpa lemak.

Kulit terbagi 2 lapisan utama,yaitu :

1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar

2. Dermis ( korium, kutis, kulit jangat)

Oleh para ahli histology, epidermis mulai dari bagian terluar hingga ke dalam dibagi menjadi 5

lapisan, yaitu :

1. Lapisan Tanduk (stratum korneum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang gepeng mati, tidak memiliki inti, tidak terdpat

metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Secara alami. Sel-sel yang

sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk bergenerasi. Permukaan stratum

corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam yang disebut

mantel asam kulit.

2. Lapisan Jernih (stratum lucidum)

Letaknya dibawah stratum corneum merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung

eleidin, sangat jelas pada telapak tangan dan kaki.

3. Lapisan Berbutir-butir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel yang berbentuk polygonal, berbutir kasar, intinya mengkerut.

4. Lapisan Malphigi (stratum spinosum)

3

Page 4: Bab I (1)

Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval, setiap sel

berisi filament-filamen kecil yang terdiri dari serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan

mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi.

5. Lapisan Basal (stratum germinatuvum)

Merupakan lapisan terbawah dari epidermis. Lapisan basal menuju ke permukaan kulit

sehingga akhirnya menjadi sel-sel yang mati, kering dan gepeng dalam stratum corneum.

Berbeda dangan epidermis yang tersusun oleh sel dalam berbagai bentuk dan keadaannya,

dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada didalam substansi dasar

yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai

72 persen dari keselruhan berat kulit manusia bebas lemak.

Di dalam dermis, terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papilla rambut,

kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah

dan ujung syaraf. Juga sebagaian dari serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah

kulit.

4

Page 5: Bab I (1)

II.2 Komponen Alas Bedak Cair

1. Basis krim

Basis krim terdiri atas basis emulsi tipe A/M dan tipe M/A.

a. Tipe A/M. Contoh : Lanolin, cold cream

Sifat: Emolien, oklusif, mengandung air, beberapa mengabsorpsi air yang

ditambahkan dan berminyak.

b. Tipe M/A. Contoh : hydrophilic ointment

Sifat : mudah dicuci dengan air, tidak berminyak, dapat diencerkan dengan air dan

tidak oklusif.

2. Zat Tambahan dalam krim

a. Pengawet

Kriteria pengawet yang ideal adalah sebagai berikut :

1. Tidak toksik dan tidak mensensitisasi pada konsentrasi yang digunakan.

2. Lebih mempunyai daya bakterisid daripada bakteriostatik.

3. Efektif pada konsentrasi yang relatif rendah untuk spektrum luas.

4. Stabil pada kondisi penyimpanan.

5. Tidak berbau dan tidak berasa.

6. Tidak mempengaruhi/dapat bercampur dengan bahan lain dalam formula dan

bahan pengemas.

7. Larut dalam konsentrasi yang digunakan.

8. Tidak mahal.

b. Pendapar

Pertimbangan penggunaan pendapar adalah untuk menstabilkan zat aktif, untuk

meningkatkan bioavailabilitas yang maksimum. Dalam memilih pendapar harus

diperhatikan pengaruh pendapar tersebut terhadap stabilitas krim dan zat aktif.

c. Humektan atau pembasah

5

Page 6: Bab I (1)

Humektan digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan mencegah

kekeringan dan meningkat penerimaan terhadap produk dengan meningkatkan

kualitas usapan dan konsistensi secara umum.

d. Antioksidan

Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan antioksidan adalah warna, bau,

potensi, sifat iritan, toksisitas, stabilitas, stabilitas, kompatibilitas.

e. Pengompleks

Pengompleks diperlukan untuk megomplekskan logam yang ada dalam sediaan

yang dapat mengoksidasi.

3. Zat pengemulsi (emulgator)

a. Asam lemak dan alkohol

b. Zat pengemulsi

II.3 Metode Pembuatan

Pembuatan produk kosmetika cair (emulsi) mencakup pelarutan atau disperse yang

baik. Liquid foundation dalam air-minyak dapat dibuat dengan 3 cara, yaitu:

1. Emulsifikasi awal

Ada sejumlah faktor penting di dalam emulsifikasi awal, yaitu temperature,

intensitas dan lama pencampuran, serta keteraturan dan kecepatan penambahan fase-

fase. Emulsifikasi awal biasanya dijalankan pada suhu yang lebih tinggi untuk

menjamin bahwa kedua fase serta hasil emulsi cukup memobilisasi sewaktu diaduk.

Intensitas dan lama pengadukan tergantung pada efisiensi disperse dari emulsifator.

Secara umum, ada dua cara penambahan bahan-bahan. Yang pertama, penambahan

fase-fase yang dalam bentuk disperse ke dalam fase yang dalam bentuk homogen.

Yang kedua adalah kebalikannya. Yang pertama nampak lebih alami, tetapi yang

kedua, dimana ada infers fase, memberikan keuntungan yang lebih besar jika tidak

tersedia alat pengaduk yang memadai.

Untuk emulsi O/W yang lebih kental, seperti misalnya vanishing cream, sebaiknya

jangka waktu pengadukan dengan kecepatan tinggi singkat saja untuk mencegah

pengadukan diturunkan, dan suhu diturunkan sampai sekitar 50°C dan waktu itu

6

Page 7: Bab I (1)

parfum ditambahkan. Emulsi W/O dikerjakan dengan cara yang sama, hanya larutan

dalam air dimasukkan ke dalam fase lemak sedikit demi sedikit. Mungkin cara

pembuatan emulsi terbaik ialah dengan menuangkan serentak proporsi yang sama

kedua fase pada setiap waktu ke dalam mixer yang berputar terus, sehingga terus

menerus terbentuk emulsi. Tapi ini hanya dapat dilakukan di dalam pabrik besar.

2. Pendinginan

Mendinginkan emulsi merupakan suatu proses yang sangat penting, terutama

dalam produk, terutama dalam produk berisikan bahan-bahan mirip lilin (“wax-like”)

yang berharga. Selama pendinginan biasanya emulsi diaduk terus untuk mengurangi

lamanya proses untuk menghasilkan produk yang homogen.

3. Homogenitas

Pada suhu yang tinggi kebanyakan emulsi tidak stabil dan selama pendinginan

dalam batch terbentuk butiran-butiran emulsi. Atau pada produk yang memiliki fase

minyak dengan titik leleh tinggi, pada pendinginan terjadi pengerasan produk.

Karenanya diperlukan pencampuran (mixing) tambahan untuk memperoleh produk

yang diinginkan. Pencampuran tambahan ini dapat bervariasi mulai dari pelewatan

produk melalui pompa bergilir berputar dengan tekanan rendah dari belakang,

misalnya 50 psig, atau penghancuran agregat-agregat Kristal lilin, atau pelewatan

katub homogenizer dengan tekanan tinggi 5000 psig. Proses ini diberi nama

homogenisasi.

II.4 Evaluasi

1. Uji Stabilitas Produk Alas Bedak

a. Metode Sentrifugasi

Sediaan ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam tabung

sentrifugasi lalu disentrifus pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam. Pengataman

dilakukan terhadap pemisahan fase minyak dan fase cair yang terjadi untuk setiap

waktu interval 1 jam.

b. Metode Freeze Thaw

7

Page 8: Bab I (1)

Sediaan ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam vial. Satu vial

akan digunakan sebagai control dan disimpan pada suhu 25oC dan 6 vial lainnya

digunakan untuk siklus freeze thraw untuk disimpan pada suhu 4oC selama 48 jam

kemudian dipindahkan pada suhu 40oC selama 48 jam, ini merupakan satu siklus.

Setelah itu, dilanjutkan sampai siklus keenam. Setiap satu siklus selesai, dikeluarkan

satu vial dan diamati apakah terjadi ketidakstabilan.

2. Uji Viskositas

Evaluasi viskositas sediaan menggunakan 20 gram sediaan. Alat yang digunakan

adalah viscometer Brookfield dengan spindle TD dan TE, kecepatan 5 rpm dan untuk

pengamatan 5 menit.

3. Uji pH

Uji Ph sediaan ditentukan dengan menggunakan alat Ph meter.

4. Uji Iritasi Kulit

Kelinci yang digunakan adalah kelinci albino, galur New Zealand sebanyak 3 ekor

dengan bobot tiap kelinci > 2kg (sesusai dengan panduan WHO) bahwa kelinci yang

digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 3 hari. Satu hari sebelum percobaan,

punggung kelinci dibersihkan dari bulu dengan cara mencukur. Selanjutnya disiapkan 2

daerah uji pada punggung kelinci yang telah dibersihkan dari bulu, masing-masing pada

sisi kanan dan kiri. Pada masing-masing daerah uji dioleskan sebanyak 500 mg sediaan.

Selanjutnya daerah uji ditutup dengan kaca hipoalergik, kertas selofan kemudian

diperban dengan perban elastic. Kelinci dibiarkan dalam keadaan diperban selama

pengamatan. Pada waktu 24 jam, 48 dan 72 jam setelah pemberiaan sediaan (sesuai

dengan paduan WHO dan ISO 10993.10). parameter yang diamati adalah eritema, eskar

dan udema serta efek-efek lain. Jika ada kemudian diberikan skor sesuai denan paduan

pengujian. Berdasarkan skor eritema, eskan dan udema selanjutnya dihitung Indeks Iritasi

Kutan Primer (IIKP). Untuk pengamatan pengujian (WHO dan ISO 10993.10), masing

kelincing diolesi dengan 500 mg sediaan contoh uji pada kulit kelinci dan diamati pada 0

jam; T24 (24 jam); T48 (48 jam); T72 (72 jam) setelah pemberiaan alas bedak. Bila pada 24

jam tida terjadi iritasi kulit maka pengamatan dilanjutkan sampai 48 jam begitupun

selanjutnya sampai 72 jam.

8

Page 9: Bab I (1)

Bab III

Metodelogi

III.1 Tabel Formula

Bahan Fungsi F I

(gram)

F II

(%)

F III

(gram)

F IV

(%)

Formula

yang akan

dibuat (%)

Titanium Dioksida Pencerah dan pengental 5,20 - - 9,04 8,00

Gliserin Humektan 5,00 2 - 4,00 -

Asam Stearat Pengatur pH 5,00 - 3,39 - 6,00

Cetyl Alkohol Pengental, emulsifier

dan pelembab

10,00 3 - -

Propyl Paraben Pengawet 0,05 0,1 0,10 - 0,10

Metyl Paraben Pengawet 0,45 0,2 0,20 - 0,20

Propilenglikol Humektan 12,50 - - - 10,00

Novemmer 0,50 - - - -

Polifenol 1,00 - - - -

Parfum Pewangi 1 tetes - - - -

Xantan Gum Stabilizier - 0,3 0,49 0,20 -

C.I.77891 Pewarna - 4,57 - - -

C.I. 77492 Pewarna - 0,3 - - -

C.I.77491 Pewarna - 0,13 - - -

C.I. 77499 Pewarna - q.s - - -

Phenyl Trimethicone Texturing agent - 3,6 - - -

Cethyl Alcohol, Behenyl Alcohol,

Behenic Acic, Stearyl Alcohol,Behenamidopropyl

PG DimoniumChloride

- 4 - - -

Mineral Oil Pelembut - - 12,28 - -

9

Page 10: Bab I (1)

Isopropyl Myristate - - 3,93 - 5,00

Glyceryl Stearat - - 3,93 - -

Propylenen Glycol Humectan - - 4,91 - -

Triathanolamine (TEA) Emulsifier - - 1,47 - -

Pigment blend - - 4,91 - -

Sodium Dehydroacetate - - - 0,12 -

Cellulose gum Stabilizier - - - 1,00 -

1,3 Propanediol - - - 3,00 -

Iron Oxides CI77492 Pewarna - - - 0,73 -

Iron Oxides CI77491 Pewarna - - - 0,18 -

Iron Oxides CI77499 Pewarna - - - 0,05 -

Glycerin dan Soybean Extract

Pelembut - - - 5,00 -

Capric Triglycerides - - - 9,00 -

Olive Oil Antioksidan,Pelembut - - - 7,00 -

Rosemary Leaf Extract Pelembut - - - 0,25 -

Sunflower Oil Pelembut - - - 9,00 -

Cetearyl Alcohol dan

Cetearyl Glucoside

- - - 2,50 -

Inulin Lauryl Carbamate - - - 0,50 -

Phenoxyethanol dan

Ethylhexylglycerin

- - - 1,00 -

Talcum Bahan Pengisi - - - - 2,00

α-tokoferol Antioksidan - - - - 0,05

Paraffin Liq - - - - 10,00

Besi Oksida Pewarna - - - - 2,00

Minyak Cinnamon Pewangi,Antioksidan,

Antibakteri

- - - - q.s

Aqua Pelarut,bahan tambahan 211,3 81,8 63,85 47,43 Ad 100

10

Page 11: Bab I (1)

III.2 Metode Pembuatan Alas Bedak Cair

1. Campurkan Titanium Dioksida, Talkum, α-tokoferol, dan Besi Oksida. Gerus ad

Homogen (massa 1)

2. Bahan-bahan fase minyak, seperti Asam Stearat, Propyl Paraben, Parrafin Liq dan

Isopropyl Myristate dilebur di atas penangas air hingga mencapai suhu 700C. (massa 2)

3. Bahan-bahan fase air, seperti Methyl Paraben akan dilarutkan ke dalam air yang telah

dipanaskan hingga suhu 70oC, lalu ditambahkan Propilenglikol dengan suhu tetap

dipertahankan pada 700C. (massa 3)

4. Massa 3 ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam massa 2 sambil diaduk. Pengadukkan

dilakukan hingga terbentuk cairan kental. (massa 4)

5. Campurkan massa 1 dengan massa 4 secara sedikit demi sedikit sambil diaduk ad

homogen.

6. Tambahkan tetesan minyak cinnamon q.s, aduk ad homogeny.

7. Masukkan sediaan alas bedak cair ke dalam wadah.

III.3 Evaluasi Alas Bedak Cair

1. Patch Test

Patch test dilakukan untuk menguji keamanan sediaan alas bedak. Patch test

dilakukan dengan cara mengoleskan foundation pada kulit punggung kelinci, bulu

dilokasi tersebut dikerok seluas lebih kurang 25 cm. Sediaan foundation yang akan diuji

dibuat menjadi larutan 2% dalam air, kemudian baru dioleskan ke lokasi lekatan. Lokasi

lekatan dibiarkan terbuka selama 24 jam, dan reaksi kulit yang terjadi diamati.

Pengamatan dilakukan setiap hari selama 3 hari berturut-turut.

2. Uji Organoleptis

Analisis organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan bentuk,

bau, dan warna sediaan liquid foundation yang mengandung berbagai konsentrasi bahan.

3. Uji pH

Uji pH sediaan liquid foundation dilakukan dengan menggunakan pH meter digital,

dengan cara terlebih dahulu diencerkan dengan air suling dengan perbandingan 1 : 10.

11

Page 12: Bab I (1)

Elektroda pada pH meter digital dicelupkan ke dalam larutan sampai menunjukkan angka

yang stabil.

4. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Brookfield. Caranya

adalah dengan menempatkan sediaan liquid foundation yang akan diperiksa dalam gelas

piala (±200 mL), kemudian diletakkan dibawah alat viskometer Brookfield model LV

dengan tongkat pemutar (spindel) yang sesuai. Spindel dimasukkan ke dalam sediaan

sampai terendam.

5. Dispersi Warna

Pewarna pada alas bedak wajah haruslah terdispersi secara homogen dalam dasar

bedak. Tidak boleh ditemukan adanya lapisan warna atau ketidak bercampuran pada

dispersi alas bedak yang menyebabkan pulverisasi yang jelek atau pengeluaran warna

keseragaman pada alas bedak dapat dengan mudah diperiksa dengan menyebarkannya

pada kertas putih dan diuji dengan kaca pembesar. Jika terdapat ketidakseragaman yang

terdeteksi, proses selanjutnya untuk memperoleh pengembangan warna maksimal harus

diperoleh dalam homogenitas.

6. Uji Daya Lengket

Pengujian daya lengket foundation dilakukan untuk mengethaui kemampuan

foundation menempel pada permukaan kulit. Semakin besar daya lengket foundation

semakin besar ikatan yang terjadi dengan kulit sehingga foundation lebih tahan lama

menempel di kulit.

7. Uji Stabilitas

Tujuan pemeriksaan kestabilan adalah untuk menjamin bahwa setiap foundation

yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup

lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan

batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label.

12

Page 13: Bab I (1)

Bab IV

Pembahasan

IV.1 Alasan Pemilihan Bahan

1. Titanium oksida

Titanium oksida sering digunakan pada kosmetik dan makanan, industri

plastik, juga pada sediaan topikal sebagai bahan pewarna. Karena indeks biasnya

yang tinggi, titanium oksida memiliki kemampuan sebagai tabir surya sehingga

dimanfaatkan sebagai bahan pewarna putih dan penangkal cahaya. Cakupan dari

cahaya yang menyebar dapat diubah oleh variasi ukuran partikel dari serbuk titanium

oksida. Sebagai contoh, titanium oksida yang memiliki ukuran partikel sekitar 230

nm menyebarkan sinar tampak, tetapi titanium oksidadengan ukuran partikel 60 nm

menyebarkan sinar UV dan memantulkan sinal Tampak.Titanium oksida digunakan

pada sediaan kulit dan kosmetik sebagai tabir surya. Konsentrasi yang aman tidak

lebih dari 25%.

2. Talk

Talk digunakan sebagai bahan pengisi pada sediaan alas bedak. Penggunaan talk

bersama titanium oksida dapat memberikan efek merata pada kulit wajah,sehingga

dapat menyamarkan noda-noda di wajah atau menutupi warna kulit wajah yang

kurang rata.

3. Propilenglikol

Kelembaban relatif Propilenglikol adalah antara 30%dan pada 2,5,10 dan20%.

Propilen glikol lebih efektif dibandingkan yang lainnya (Sorbitol atau Gliserol).

4. Metil paraben

Metil paraben sering digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,

makanan dan sediaan farmasi lainnya. Dapat digunakan tunggal ataudikombinasikan

dengan paraben yang lain, atau dengan bahan antimikroba lainnya. Penggunaan

sebagai pengawet antimikroba paling sering digunakan untuk kosmetik.Golongan

paraben efektif pada jangkauan pH yang luas,meskipun hanya lebih efektif untuk

13

Page 14: Bab I (1)

melawan kapang dan jamur.Metil paraben biasanya digunakan sebagai pengawet fase

air. Konsentrasi yang digunakanpada sediaan topikal adalah 0,02-0,3%.

5. Propil paraben

Propil paraben sering digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,

makanan dan sediaan farmasi lainnya. Dapat digunakan tunggal ataudikombinasikan

dengan paraben yang lain, atau dengan bahan antimikroba lainnya. Penggunaan

sebagai pengawet antimikroba paling sering digunakan untuk kosmetik. Golongan

paraben efektif pada jangkauan pH yang luas, meskipun hanya lebih efektif untuk

melawan kapang dan jamur.Propil paraben biasanya digunakan sebagai pengawet fase

minyak. Konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-0,6%. 

6. Asam stearat

Asam stearat sering digunakan pada sediaan oral dan topikal.Pada sediaan topikal,

asam stearat digunakan sebagai emulgator dan pelarut. Konsentrasi yang digunakan

pada sediaan krim dan salep adalah 1-20 %.

7. α-tokoferol

α-tokoferol digunakan pada sediaan farmasi sebagai anti oksidan. Banyak senyawa

organik mudah mengalami autooksidasi bila dipaparkan keudara. Pada autooksidasi,

minyak-minyak tidak jenuh, seperti minyak nabati menimbulkan ketengikan dengan

bau, penampilan dan rasa yang tidakmenyenangkan. Dilain pihak, minyak mineral dan

hidrokarbon  jenuh yang berhubungan mudah mengalami degradasi oksidatif pada

lingkungan yang langka, oleh karena itu diperlukan penambahan anti oksidan dalam

sediaan.Konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,05%.

8. Parafin cair encer

Parafin cair encer memiliki penggunaan yang sama dengan minyak mineral.

Bahan tersebut umumnya digunakan pada formula sediaan topikal sebagai pelembut

dalam salep, juga digunakan sebagai cairan pembawa berminyak.Parafin cair encer,

juga digunakan dalam kosmetik & produk makanan tertentu.Konsentrasi yang

digunakan pada sediaan topikal emulsi adalah 1-20%.

9. Besi oksida

14

Page 15: Bab I (1)

Besi oksida sering digunakan pada kosmetik, makanan dan sediaan farmasi

lainnya sebagai pewarna dan penyerap sinar UV. Penggunaan bersama dengan

titanium oksida dapat meningkatkan efek perlindungan terhadap sinar UV. 

10. Isopropyl myristate

Isopropyl myristate adalah pelembut tidak berminyak yang mudah diserap

olehkulit. Bahan ini digunakan sebagai penyusun basis sediaan semi padat dan

sebagai pelarut pada sediaan topikal. Penggunaan dalam sediaan topikal dan kosmetik

seperti pada make-up, krim, losion, lipstik, pelembab kulit, deodoran dan krim

vaginal.Konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal krim dan lotion adalah 1-10

%.

11. Minyak Cinnamon

Wangi Minyak Cinnamon sangat bagus digunakan untuk penghalusan kulit,

terutama bagi terapi kecantikan menggunakan bedak dicampur dengan cinnamon ini

akan memancarkan aura menjadi lebih bersih.  Minyak Cinnamon juga berkhasit

sebagai antioksidab,antiperadangan dan antibakteria.

15

Page 16: Bab I (1)

Bab IV

Penutup

IV.1 Kesimpulan

Tiap 30ml mengandung :

Titanium Dioksida 8,00%

Talkum 2,00%

Propilenglikol 10,00%

Methyl Paraben 0,20%

Propil Paraben 0,10%

Asam Stearat 6,00%

α-tokoferol 0,05%

Parrafin Liq 10,00%

Besi Oksida 2,00%

Isopropyl Myristate 5,00%

Minyak Cinnamon q.s

Aqua ad 100%

Karakteristik sediaan alas bedak cair Secara Umum :

Alas bedak harus dapat menutupi urat nadi namun juga tidak boleh terlihat jelas (terlalu

tebal)

Alas bedak harus lembut dan diformulasikan agar hanya meninggalkan lapisan sangat tipis

dan tidak berkilau di permukaan kulit.

Konsistensi dan warna alas bedak cair stabil dalam penyimpanan.

16

Page 17: Bab I (1)

Alas bedak harus mengandung bahan yang mudah diserap oleh kulit

Alas bedak harus mudah diaplikasikan dan mudah juga dibersihkan

Alas bedak harus mengandung bahan yang lebih ringan dari bedak karena sebagai

pelindung kulit sehingga tidak menyumbat pori-pori kulit.

Karakteristik dari sediaan alas bedak cair yang kami buat, yaitu :

a. Alas bedak cair tetap stabil selama penyimpanan

b. Alas bedak cair mudah diaplikasikan dan mudah untuk dibersihkan

c. Alas bedak cair harus dapat menutupi flek hitam dan membuat kulit halus

d. Alas bedak cair tidak menyebabkan iritasi pada kulit

e. Alas bedak cair dapat berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar UV

Metode pembuatan formula alas bedak cair :

1. Campurkan Titanium Dioksida, Talkum, α-tokoferol, dan Besi Oksida. Gerus ad Homogen

(massa 1)

2. Bahan-bahan fase minyak, seperti Asam Stearat, Propyl Paraben, Parrafin Liq dan

Isopropyl Myristate dilebur di atas penangas air hingga mencapai suhu 700C. (massa 2)

3. Bahan-bahan fase air, seperti Methyl Paraben akan dilarutkan ke dalam air yang telah

dipanaskan hingga suhu 70oC, lalu ditambahkan Propilenglikol dengan suhu tetap

dipertahankan pada 700C. (massa 3)

4. Massa 3 ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam massa 2 sambil diaduk. Pengadukkan

dilakukan hingga terbentuk cairan kental. (massa 4)

5. Campurkan massa 1 dengan massa 4 secara sedikit demi sedikit sambil diaduk ad

homogen.

6. Tambahkan tetesan minyak cinnamon q.s, aduk ad homogeny.

7. Masukkan sediaan alas bedak cair ke dalam wadah.

Evaluasi yang akan dilakukan untuk sediaan alas bedak cair :

Patch test

Uji Ph

17

Page 18: Bab I (1)

Uji viskositas

Uji organoleptis

Uji daya lengket

Uji dispersi warna

Uji stabilitas

Keunggulan dari sediaan alas bedak cair yang kami buat,yaitu :

Dapat menutupi bekas luka atau noda pada wajah dengan memberikan efek natural

Alas bedak cair lebih tahan lama di kulit wajah

Mudah digunakan dan dibersihkan

Dapat melindungi kulit dari sinar UV

18

Page 19: Bab I (1)

Daftar Pustaka

Tranggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Natty Duma.2014.Mempelajari Kestabilan dan Efek Iritasi Losion Alas Bedak yang

Diformulasi dengan Substitusi Lemak Kakao.Makassar.

Formulasi Liquid Foundation Dow Corning Product

Formulasi Liquid Foundation with Lysonix Liquid and Rasamox

19