BAB I - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6910/4/Bab 1.pdf · f . {. i ? , ,, ;,, ). ...
Bab I (1)
-
Upload
erna-xiahtic -
Category
Documents
-
view
235 -
download
0
description
Transcript of Bab I (1)
Bab I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,pemakaian
kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan.
Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada
abad ke-20 (Wall, Jellinek, 1970). Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan
merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut
dengan kosmetik medic (cosmecuuticals).
Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik
laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga saat meninggalkan dunia. Produk-produk itu
dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut hingga sampai ujung
kaki, sehingga diperlukan persyarata aman untuk dipakai.
Pembagian tipe penyiapan kosmetik pun beragam, sesuai dengan fungsi dantujuan
pemakaiannya, seperti; Kosmetik Pembersih, Kosmetik Pelembab dan Pelindung, serta Kosmetik
Dekoratif.
Pada makalah ini kami akan membuat formulasi dari slah satu bentuk kosmetika dekoratif,
yaitu alas bedak cair atau liquid foundation. Alas bedak berfungsi untuk menutupi lapisan
permukaan wajah yang tidak simetris, bekas luka, menutup pori-pori, atau bahkan baru-baru ini
alas bedak yang baik yang memiliki SPF(Sun Protect Filter) berfungsi sebagai pelapis kedua
pada wajah agar wajah terlindungi dari sengatan sinar ultraviolet (UV) yang dapat merusak
pigmen kulit atau bahkan lebih.
Alas bedak juga dapat membantu memperbaiki tekstur bedak agar dapat bekerja lebih tahan
lama serta menempel dengan lebih baik ada permukaan kulit sehingga bedak tidak mudah luntur
dan riasan wajah menjadi berantakan.
Memilih alas bedak (foundation) bisa dikatakan gampang-gampang susah. Jika tidak cocok
dengan jenis dan warna kulit bisa membuat wajah terlihat terlalu terang atau sebaliknya terlalu
gelap. Alas bedak merupakan hal yang sangat penting dan paling mendasar dalam sebuah riasan.
1
Pemilihan foundation yang pas harus sesuai dengan jenis kulit. Menggunakan alas bedak yang
tepat akan membuat wajah terlihat lebih mulus dan bisa menyamarkan noda pada wajah.
Alas bedak cair paling cocok digunakan untuk semua jenis kulit. Selain mudah digunakan
dan diaplikasikan kewajah, foundation liquid juga lebih tahan lama diwajah dan dapat menutupi
kekurangan pada wajah.
I.2 Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi kulit?
Apa saja komponen yang ada dalam alas bedak cair?
Bagaimana formula alas bedak cair yang baik dan tepat?
Bagaimana metode pembuatan alas bedak cair?
Bagaimana evaluasi sediaan alas bedak cair?
II.3 Tujuan
Mengetahui formulasi alas bedak cair yang baik dan aman untuk wajah.
Mengetahui fungsi pemakaian alas bedak cair.
Mengetahui karakteristik sediaan alas bedak cair yang baik
2
Bab II
Tinjauan Pustaka
II.1 Anatomi Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama
sebgai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Luas kulit manusia rata-
rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan leamaknya atau 4 kg jika tanpa lemak.
Kulit terbagi 2 lapisan utama,yaitu :
1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar
2. Dermis ( korium, kutis, kulit jangat)
Oleh para ahli histology, epidermis mulai dari bagian terluar hingga ke dalam dibagi menjadi 5
lapisan, yaitu :
1. Lapisan Tanduk (stratum korneum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang gepeng mati, tidak memiliki inti, tidak terdpat
metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Secara alami. Sel-sel yang
sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk bergenerasi. Permukaan stratum
corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam yang disebut
mantel asam kulit.
2. Lapisan Jernih (stratum lucidum)
Letaknya dibawah stratum corneum merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung
eleidin, sangat jelas pada telapak tangan dan kaki.
3. Lapisan Berbutir-butir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel yang berbentuk polygonal, berbutir kasar, intinya mengkerut.
4. Lapisan Malphigi (stratum spinosum)
3
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval, setiap sel
berisi filament-filamen kecil yang terdiri dari serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan
mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi.
5. Lapisan Basal (stratum germinatuvum)
Merupakan lapisan terbawah dari epidermis. Lapisan basal menuju ke permukaan kulit
sehingga akhirnya menjadi sel-sel yang mati, kering dan gepeng dalam stratum corneum.
Berbeda dangan epidermis yang tersusun oleh sel dalam berbagai bentuk dan keadaannya,
dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada didalam substansi dasar
yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai
72 persen dari keselruhan berat kulit manusia bebas lemak.
Di dalam dermis, terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papilla rambut,
kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah
dan ujung syaraf. Juga sebagaian dari serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah
kulit.
4
II.2 Komponen Alas Bedak Cair
1. Basis krim
Basis krim terdiri atas basis emulsi tipe A/M dan tipe M/A.
a. Tipe A/M. Contoh : Lanolin, cold cream
Sifat: Emolien, oklusif, mengandung air, beberapa mengabsorpsi air yang
ditambahkan dan berminyak.
b. Tipe M/A. Contoh : hydrophilic ointment
Sifat : mudah dicuci dengan air, tidak berminyak, dapat diencerkan dengan air dan
tidak oklusif.
2. Zat Tambahan dalam krim
a. Pengawet
Kriteria pengawet yang ideal adalah sebagai berikut :
1. Tidak toksik dan tidak mensensitisasi pada konsentrasi yang digunakan.
2. Lebih mempunyai daya bakterisid daripada bakteriostatik.
3. Efektif pada konsentrasi yang relatif rendah untuk spektrum luas.
4. Stabil pada kondisi penyimpanan.
5. Tidak berbau dan tidak berasa.
6. Tidak mempengaruhi/dapat bercampur dengan bahan lain dalam formula dan
bahan pengemas.
7. Larut dalam konsentrasi yang digunakan.
8. Tidak mahal.
b. Pendapar
Pertimbangan penggunaan pendapar adalah untuk menstabilkan zat aktif, untuk
meningkatkan bioavailabilitas yang maksimum. Dalam memilih pendapar harus
diperhatikan pengaruh pendapar tersebut terhadap stabilitas krim dan zat aktif.
c. Humektan atau pembasah
5
Humektan digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan mencegah
kekeringan dan meningkat penerimaan terhadap produk dengan meningkatkan
kualitas usapan dan konsistensi secara umum.
d. Antioksidan
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan antioksidan adalah warna, bau,
potensi, sifat iritan, toksisitas, stabilitas, stabilitas, kompatibilitas.
e. Pengompleks
Pengompleks diperlukan untuk megomplekskan logam yang ada dalam sediaan
yang dapat mengoksidasi.
3. Zat pengemulsi (emulgator)
a. Asam lemak dan alkohol
b. Zat pengemulsi
II.3 Metode Pembuatan
Pembuatan produk kosmetika cair (emulsi) mencakup pelarutan atau disperse yang
baik. Liquid foundation dalam air-minyak dapat dibuat dengan 3 cara, yaitu:
1. Emulsifikasi awal
Ada sejumlah faktor penting di dalam emulsifikasi awal, yaitu temperature,
intensitas dan lama pencampuran, serta keteraturan dan kecepatan penambahan fase-
fase. Emulsifikasi awal biasanya dijalankan pada suhu yang lebih tinggi untuk
menjamin bahwa kedua fase serta hasil emulsi cukup memobilisasi sewaktu diaduk.
Intensitas dan lama pengadukan tergantung pada efisiensi disperse dari emulsifator.
Secara umum, ada dua cara penambahan bahan-bahan. Yang pertama, penambahan
fase-fase yang dalam bentuk disperse ke dalam fase yang dalam bentuk homogen.
Yang kedua adalah kebalikannya. Yang pertama nampak lebih alami, tetapi yang
kedua, dimana ada infers fase, memberikan keuntungan yang lebih besar jika tidak
tersedia alat pengaduk yang memadai.
Untuk emulsi O/W yang lebih kental, seperti misalnya vanishing cream, sebaiknya
jangka waktu pengadukan dengan kecepatan tinggi singkat saja untuk mencegah
pengadukan diturunkan, dan suhu diturunkan sampai sekitar 50°C dan waktu itu
6
parfum ditambahkan. Emulsi W/O dikerjakan dengan cara yang sama, hanya larutan
dalam air dimasukkan ke dalam fase lemak sedikit demi sedikit. Mungkin cara
pembuatan emulsi terbaik ialah dengan menuangkan serentak proporsi yang sama
kedua fase pada setiap waktu ke dalam mixer yang berputar terus, sehingga terus
menerus terbentuk emulsi. Tapi ini hanya dapat dilakukan di dalam pabrik besar.
2. Pendinginan
Mendinginkan emulsi merupakan suatu proses yang sangat penting, terutama
dalam produk, terutama dalam produk berisikan bahan-bahan mirip lilin (“wax-like”)
yang berharga. Selama pendinginan biasanya emulsi diaduk terus untuk mengurangi
lamanya proses untuk menghasilkan produk yang homogen.
3. Homogenitas
Pada suhu yang tinggi kebanyakan emulsi tidak stabil dan selama pendinginan
dalam batch terbentuk butiran-butiran emulsi. Atau pada produk yang memiliki fase
minyak dengan titik leleh tinggi, pada pendinginan terjadi pengerasan produk.
Karenanya diperlukan pencampuran (mixing) tambahan untuk memperoleh produk
yang diinginkan. Pencampuran tambahan ini dapat bervariasi mulai dari pelewatan
produk melalui pompa bergilir berputar dengan tekanan rendah dari belakang,
misalnya 50 psig, atau penghancuran agregat-agregat Kristal lilin, atau pelewatan
katub homogenizer dengan tekanan tinggi 5000 psig. Proses ini diberi nama
homogenisasi.
II.4 Evaluasi
1. Uji Stabilitas Produk Alas Bedak
a. Metode Sentrifugasi
Sediaan ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi lalu disentrifus pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam. Pengataman
dilakukan terhadap pemisahan fase minyak dan fase cair yang terjadi untuk setiap
waktu interval 1 jam.
b. Metode Freeze Thaw
7
Sediaan ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam vial. Satu vial
akan digunakan sebagai control dan disimpan pada suhu 25oC dan 6 vial lainnya
digunakan untuk siklus freeze thraw untuk disimpan pada suhu 4oC selama 48 jam
kemudian dipindahkan pada suhu 40oC selama 48 jam, ini merupakan satu siklus.
Setelah itu, dilanjutkan sampai siklus keenam. Setiap satu siklus selesai, dikeluarkan
satu vial dan diamati apakah terjadi ketidakstabilan.
2. Uji Viskositas
Evaluasi viskositas sediaan menggunakan 20 gram sediaan. Alat yang digunakan
adalah viscometer Brookfield dengan spindle TD dan TE, kecepatan 5 rpm dan untuk
pengamatan 5 menit.
3. Uji pH
Uji Ph sediaan ditentukan dengan menggunakan alat Ph meter.
4. Uji Iritasi Kulit
Kelinci yang digunakan adalah kelinci albino, galur New Zealand sebanyak 3 ekor
dengan bobot tiap kelinci > 2kg (sesusai dengan panduan WHO) bahwa kelinci yang
digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 3 hari. Satu hari sebelum percobaan,
punggung kelinci dibersihkan dari bulu dengan cara mencukur. Selanjutnya disiapkan 2
daerah uji pada punggung kelinci yang telah dibersihkan dari bulu, masing-masing pada
sisi kanan dan kiri. Pada masing-masing daerah uji dioleskan sebanyak 500 mg sediaan.
Selanjutnya daerah uji ditutup dengan kaca hipoalergik, kertas selofan kemudian
diperban dengan perban elastic. Kelinci dibiarkan dalam keadaan diperban selama
pengamatan. Pada waktu 24 jam, 48 dan 72 jam setelah pemberiaan sediaan (sesuai
dengan paduan WHO dan ISO 10993.10). parameter yang diamati adalah eritema, eskar
dan udema serta efek-efek lain. Jika ada kemudian diberikan skor sesuai denan paduan
pengujian. Berdasarkan skor eritema, eskan dan udema selanjutnya dihitung Indeks Iritasi
Kutan Primer (IIKP). Untuk pengamatan pengujian (WHO dan ISO 10993.10), masing
kelincing diolesi dengan 500 mg sediaan contoh uji pada kulit kelinci dan diamati pada 0
jam; T24 (24 jam); T48 (48 jam); T72 (72 jam) setelah pemberiaan alas bedak. Bila pada 24
jam tida terjadi iritasi kulit maka pengamatan dilanjutkan sampai 48 jam begitupun
selanjutnya sampai 72 jam.
8
Bab III
Metodelogi
III.1 Tabel Formula
Bahan Fungsi F I
(gram)
F II
(%)
F III
(gram)
F IV
(%)
Formula
yang akan
dibuat (%)
Titanium Dioksida Pencerah dan pengental 5,20 - - 9,04 8,00
Gliserin Humektan 5,00 2 - 4,00 -
Asam Stearat Pengatur pH 5,00 - 3,39 - 6,00
Cetyl Alkohol Pengental, emulsifier
dan pelembab
10,00 3 - -
Propyl Paraben Pengawet 0,05 0,1 0,10 - 0,10
Metyl Paraben Pengawet 0,45 0,2 0,20 - 0,20
Propilenglikol Humektan 12,50 - - - 10,00
Novemmer 0,50 - - - -
Polifenol 1,00 - - - -
Parfum Pewangi 1 tetes - - - -
Xantan Gum Stabilizier - 0,3 0,49 0,20 -
C.I.77891 Pewarna - 4,57 - - -
C.I. 77492 Pewarna - 0,3 - - -
C.I.77491 Pewarna - 0,13 - - -
C.I. 77499 Pewarna - q.s - - -
Phenyl Trimethicone Texturing agent - 3,6 - - -
Cethyl Alcohol, Behenyl Alcohol,
Behenic Acic, Stearyl Alcohol,Behenamidopropyl
PG DimoniumChloride
- 4 - - -
Mineral Oil Pelembut - - 12,28 - -
9
Isopropyl Myristate - - 3,93 - 5,00
Glyceryl Stearat - - 3,93 - -
Propylenen Glycol Humectan - - 4,91 - -
Triathanolamine (TEA) Emulsifier - - 1,47 - -
Pigment blend - - 4,91 - -
Sodium Dehydroacetate - - - 0,12 -
Cellulose gum Stabilizier - - - 1,00 -
1,3 Propanediol - - - 3,00 -
Iron Oxides CI77492 Pewarna - - - 0,73 -
Iron Oxides CI77491 Pewarna - - - 0,18 -
Iron Oxides CI77499 Pewarna - - - 0,05 -
Glycerin dan Soybean Extract
Pelembut - - - 5,00 -
Capric Triglycerides - - - 9,00 -
Olive Oil Antioksidan,Pelembut - - - 7,00 -
Rosemary Leaf Extract Pelembut - - - 0,25 -
Sunflower Oil Pelembut - - - 9,00 -
Cetearyl Alcohol dan
Cetearyl Glucoside
- - - 2,50 -
Inulin Lauryl Carbamate - - - 0,50 -
Phenoxyethanol dan
Ethylhexylglycerin
- - - 1,00 -
Talcum Bahan Pengisi - - - - 2,00
α-tokoferol Antioksidan - - - - 0,05
Paraffin Liq - - - - 10,00
Besi Oksida Pewarna - - - - 2,00
Minyak Cinnamon Pewangi,Antioksidan,
Antibakteri
- - - - q.s
Aqua Pelarut,bahan tambahan 211,3 81,8 63,85 47,43 Ad 100
10
III.2 Metode Pembuatan Alas Bedak Cair
1. Campurkan Titanium Dioksida, Talkum, α-tokoferol, dan Besi Oksida. Gerus ad
Homogen (massa 1)
2. Bahan-bahan fase minyak, seperti Asam Stearat, Propyl Paraben, Parrafin Liq dan
Isopropyl Myristate dilebur di atas penangas air hingga mencapai suhu 700C. (massa 2)
3. Bahan-bahan fase air, seperti Methyl Paraben akan dilarutkan ke dalam air yang telah
dipanaskan hingga suhu 70oC, lalu ditambahkan Propilenglikol dengan suhu tetap
dipertahankan pada 700C. (massa 3)
4. Massa 3 ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam massa 2 sambil diaduk. Pengadukkan
dilakukan hingga terbentuk cairan kental. (massa 4)
5. Campurkan massa 1 dengan massa 4 secara sedikit demi sedikit sambil diaduk ad
homogen.
6. Tambahkan tetesan minyak cinnamon q.s, aduk ad homogeny.
7. Masukkan sediaan alas bedak cair ke dalam wadah.
III.3 Evaluasi Alas Bedak Cair
1. Patch Test
Patch test dilakukan untuk menguji keamanan sediaan alas bedak. Patch test
dilakukan dengan cara mengoleskan foundation pada kulit punggung kelinci, bulu
dilokasi tersebut dikerok seluas lebih kurang 25 cm. Sediaan foundation yang akan diuji
dibuat menjadi larutan 2% dalam air, kemudian baru dioleskan ke lokasi lekatan. Lokasi
lekatan dibiarkan terbuka selama 24 jam, dan reaksi kulit yang terjadi diamati.
Pengamatan dilakukan setiap hari selama 3 hari berturut-turut.
2. Uji Organoleptis
Analisis organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan bentuk,
bau, dan warna sediaan liquid foundation yang mengandung berbagai konsentrasi bahan.
3. Uji pH
Uji pH sediaan liquid foundation dilakukan dengan menggunakan pH meter digital,
dengan cara terlebih dahulu diencerkan dengan air suling dengan perbandingan 1 : 10.
11
Elektroda pada pH meter digital dicelupkan ke dalam larutan sampai menunjukkan angka
yang stabil.
4. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Brookfield. Caranya
adalah dengan menempatkan sediaan liquid foundation yang akan diperiksa dalam gelas
piala (±200 mL), kemudian diletakkan dibawah alat viskometer Brookfield model LV
dengan tongkat pemutar (spindel) yang sesuai. Spindel dimasukkan ke dalam sediaan
sampai terendam.
5. Dispersi Warna
Pewarna pada alas bedak wajah haruslah terdispersi secara homogen dalam dasar
bedak. Tidak boleh ditemukan adanya lapisan warna atau ketidak bercampuran pada
dispersi alas bedak yang menyebabkan pulverisasi yang jelek atau pengeluaran warna
keseragaman pada alas bedak dapat dengan mudah diperiksa dengan menyebarkannya
pada kertas putih dan diuji dengan kaca pembesar. Jika terdapat ketidakseragaman yang
terdeteksi, proses selanjutnya untuk memperoleh pengembangan warna maksimal harus
diperoleh dalam homogenitas.
6. Uji Daya Lengket
Pengujian daya lengket foundation dilakukan untuk mengethaui kemampuan
foundation menempel pada permukaan kulit. Semakin besar daya lengket foundation
semakin besar ikatan yang terjadi dengan kulit sehingga foundation lebih tahan lama
menempel di kulit.
7. Uji Stabilitas
Tujuan pemeriksaan kestabilan adalah untuk menjamin bahwa setiap foundation
yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup
lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan
batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label.
12
Bab IV
Pembahasan
IV.1 Alasan Pemilihan Bahan
1. Titanium oksida
Titanium oksida sering digunakan pada kosmetik dan makanan, industri
plastik, juga pada sediaan topikal sebagai bahan pewarna. Karena indeks biasnya
yang tinggi, titanium oksida memiliki kemampuan sebagai tabir surya sehingga
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna putih dan penangkal cahaya. Cakupan dari
cahaya yang menyebar dapat diubah oleh variasi ukuran partikel dari serbuk titanium
oksida. Sebagai contoh, titanium oksida yang memiliki ukuran partikel sekitar 230
nm menyebarkan sinar tampak, tetapi titanium oksidadengan ukuran partikel 60 nm
menyebarkan sinar UV dan memantulkan sinal Tampak.Titanium oksida digunakan
pada sediaan kulit dan kosmetik sebagai tabir surya. Konsentrasi yang aman tidak
lebih dari 25%.
2. Talk
Talk digunakan sebagai bahan pengisi pada sediaan alas bedak. Penggunaan talk
bersama titanium oksida dapat memberikan efek merata pada kulit wajah,sehingga
dapat menyamarkan noda-noda di wajah atau menutupi warna kulit wajah yang
kurang rata.
3. Propilenglikol
Kelembaban relatif Propilenglikol adalah antara 30%dan pada 2,5,10 dan20%.
Propilen glikol lebih efektif dibandingkan yang lainnya (Sorbitol atau Gliserol).
4. Metil paraben
Metil paraben sering digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,
makanan dan sediaan farmasi lainnya. Dapat digunakan tunggal ataudikombinasikan
dengan paraben yang lain, atau dengan bahan antimikroba lainnya. Penggunaan
sebagai pengawet antimikroba paling sering digunakan untuk kosmetik.Golongan
paraben efektif pada jangkauan pH yang luas,meskipun hanya lebih efektif untuk
13
melawan kapang dan jamur.Metil paraben biasanya digunakan sebagai pengawet fase
air. Konsentrasi yang digunakanpada sediaan topikal adalah 0,02-0,3%.
5. Propil paraben
Propil paraben sering digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,
makanan dan sediaan farmasi lainnya. Dapat digunakan tunggal ataudikombinasikan
dengan paraben yang lain, atau dengan bahan antimikroba lainnya. Penggunaan
sebagai pengawet antimikroba paling sering digunakan untuk kosmetik. Golongan
paraben efektif pada jangkauan pH yang luas, meskipun hanya lebih efektif untuk
melawan kapang dan jamur.Propil paraben biasanya digunakan sebagai pengawet fase
minyak. Konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-0,6%.
6. Asam stearat
Asam stearat sering digunakan pada sediaan oral dan topikal.Pada sediaan topikal,
asam stearat digunakan sebagai emulgator dan pelarut. Konsentrasi yang digunakan
pada sediaan krim dan salep adalah 1-20 %.
7. α-tokoferol
α-tokoferol digunakan pada sediaan farmasi sebagai anti oksidan. Banyak senyawa
organik mudah mengalami autooksidasi bila dipaparkan keudara. Pada autooksidasi,
minyak-minyak tidak jenuh, seperti minyak nabati menimbulkan ketengikan dengan
bau, penampilan dan rasa yang tidakmenyenangkan. Dilain pihak, minyak mineral dan
hidrokarbon jenuh yang berhubungan mudah mengalami degradasi oksidatif pada
lingkungan yang langka, oleh karena itu diperlukan penambahan anti oksidan dalam
sediaan.Konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,05%.
8. Parafin cair encer
Parafin cair encer memiliki penggunaan yang sama dengan minyak mineral.
Bahan tersebut umumnya digunakan pada formula sediaan topikal sebagai pelembut
dalam salep, juga digunakan sebagai cairan pembawa berminyak.Parafin cair encer,
juga digunakan dalam kosmetik & produk makanan tertentu.Konsentrasi yang
digunakan pada sediaan topikal emulsi adalah 1-20%.
9. Besi oksida
14
Besi oksida sering digunakan pada kosmetik, makanan dan sediaan farmasi
lainnya sebagai pewarna dan penyerap sinar UV. Penggunaan bersama dengan
titanium oksida dapat meningkatkan efek perlindungan terhadap sinar UV.
10. Isopropyl myristate
Isopropyl myristate adalah pelembut tidak berminyak yang mudah diserap
olehkulit. Bahan ini digunakan sebagai penyusun basis sediaan semi padat dan
sebagai pelarut pada sediaan topikal. Penggunaan dalam sediaan topikal dan kosmetik
seperti pada make-up, krim, losion, lipstik, pelembab kulit, deodoran dan krim
vaginal.Konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal krim dan lotion adalah 1-10
%.
11. Minyak Cinnamon
Wangi Minyak Cinnamon sangat bagus digunakan untuk penghalusan kulit,
terutama bagi terapi kecantikan menggunakan bedak dicampur dengan cinnamon ini
akan memancarkan aura menjadi lebih bersih. Minyak Cinnamon juga berkhasit
sebagai antioksidab,antiperadangan dan antibakteria.
15
Bab IV
Penutup
IV.1 Kesimpulan
Tiap 30ml mengandung :
Titanium Dioksida 8,00%
Talkum 2,00%
Propilenglikol 10,00%
Methyl Paraben 0,20%
Propil Paraben 0,10%
Asam Stearat 6,00%
α-tokoferol 0,05%
Parrafin Liq 10,00%
Besi Oksida 2,00%
Isopropyl Myristate 5,00%
Minyak Cinnamon q.s
Aqua ad 100%
Karakteristik sediaan alas bedak cair Secara Umum :
Alas bedak harus dapat menutupi urat nadi namun juga tidak boleh terlihat jelas (terlalu
tebal)
Alas bedak harus lembut dan diformulasikan agar hanya meninggalkan lapisan sangat tipis
dan tidak berkilau di permukaan kulit.
Konsistensi dan warna alas bedak cair stabil dalam penyimpanan.
16
Alas bedak harus mengandung bahan yang mudah diserap oleh kulit
Alas bedak harus mudah diaplikasikan dan mudah juga dibersihkan
Alas bedak harus mengandung bahan yang lebih ringan dari bedak karena sebagai
pelindung kulit sehingga tidak menyumbat pori-pori kulit.
Karakteristik dari sediaan alas bedak cair yang kami buat, yaitu :
a. Alas bedak cair tetap stabil selama penyimpanan
b. Alas bedak cair mudah diaplikasikan dan mudah untuk dibersihkan
c. Alas bedak cair harus dapat menutupi flek hitam dan membuat kulit halus
d. Alas bedak cair tidak menyebabkan iritasi pada kulit
e. Alas bedak cair dapat berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar UV
Metode pembuatan formula alas bedak cair :
1. Campurkan Titanium Dioksida, Talkum, α-tokoferol, dan Besi Oksida. Gerus ad Homogen
(massa 1)
2. Bahan-bahan fase minyak, seperti Asam Stearat, Propyl Paraben, Parrafin Liq dan
Isopropyl Myristate dilebur di atas penangas air hingga mencapai suhu 700C. (massa 2)
3. Bahan-bahan fase air, seperti Methyl Paraben akan dilarutkan ke dalam air yang telah
dipanaskan hingga suhu 70oC, lalu ditambahkan Propilenglikol dengan suhu tetap
dipertahankan pada 700C. (massa 3)
4. Massa 3 ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam massa 2 sambil diaduk. Pengadukkan
dilakukan hingga terbentuk cairan kental. (massa 4)
5. Campurkan massa 1 dengan massa 4 secara sedikit demi sedikit sambil diaduk ad
homogen.
6. Tambahkan tetesan minyak cinnamon q.s, aduk ad homogeny.
7. Masukkan sediaan alas bedak cair ke dalam wadah.
Evaluasi yang akan dilakukan untuk sediaan alas bedak cair :
Patch test
Uji Ph
17
Uji viskositas
Uji organoleptis
Uji daya lengket
Uji dispersi warna
Uji stabilitas
Keunggulan dari sediaan alas bedak cair yang kami buat,yaitu :
Dapat menutupi bekas luka atau noda pada wajah dengan memberikan efek natural
Alas bedak cair lebih tahan lama di kulit wajah
Mudah digunakan dan dibersihkan
Dapat melindungi kulit dari sinar UV
18
Daftar Pustaka
Tranggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Natty Duma.2014.Mempelajari Kestabilan dan Efek Iritasi Losion Alas Bedak yang
Diformulasi dengan Substitusi Lemak Kakao.Makassar.
Formulasi Liquid Foundation Dow Corning Product
Formulasi Liquid Foundation with Lysonix Liquid and Rasamox
19