BAB 5 Penentuan Harga Transfer

10
BAB 5 PENENTUAN HARGA TRANSFER PERUSAHAAN MULTINASIONAL Perusahaan multinasional (multinatinal company - MNC atau multinational ent MNE) adalah perusahaan yang beroperasi melewati batas antarnegara, yang terikat istimewa, baik karena penyertaan modal saham, pengendalian manajemen atau penggu teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan, agen, dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak (meminimalk HUBUNGAN ISTIMEWA Hubungan istimewa terjadi diantara induk perusahaan dengan anak perusahaannya dengan cabang-cabangnya atau perwakilannya yang berada di dalam negeri atau di l di Indonesia diatur dalam Pasal 18 ayat (3), (3a)m dan (4) Undang-Undang Pajak P yang menyatakan sebagai berikut: 1. Dirjen Pajak berwenang menetukan kembali besarnya penghasilan dan pengur serta menentukan utnuang sebagai modal untuk mengitung besarnya Penghasila Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak di hubungan istimewa. 2. Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja dengan otoritas pajak dengan negara lain untuk menentukan harga transaksi yang mempunyai hubungan istimewa, yang berlaku selama suatu priode tertent mengawasi pelaksanaannta serta melakukan renegosiasi setelah periode itu b 3. Hubungan istimewa dianggap ada apabila: a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung pal rendah 25% pada wajib pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak deng penyertaan paling rendah 25% pada dua wajib pajak atau lebih, demikian hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya, atau dua atau lebih W berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsun

Transcript of BAB 5 Penentuan Harga Transfer

BAB 5 PENENTUAN HARGA TRANSFERPERUSAHAAN MULTINASIONAL Perusahaan multinasional (multinatinal company - MNC atau multinational enterprise MNE) adalah perusahaan yang beroperasi melewati batas antarnegara, yang terikat hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal saham, pengendalian manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan, agen, dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak (meminimalkan pajak). HUBUNGAN ISTIMEWA Hubungan istimewa terjadi diantara induk perusahaan dengan anak perusahaannya atau dengan cabang-cabangnya atau perwakilannya yang berada di dalam negeri atau di luar negeri, di Indonesia diatur dalam Pasal 18 ayat (3), (3a)m dan (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang menyatakan sebagai berikut: 1. Dirjen Pajak berwenang menetukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utnuang sebagai modal untuk mengitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.2. Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama

dengan otoritas pajak dengan negara lain untuk menentukan harga transaksi antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa, yang berlaku selama suatu priode tertentu dan mengawasi pelaksanaannta serta melakukan renegosiasi setelah periode itu berakhir. 3. Hubungan istimewa dianggap ada apabila:a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling

rendah 25% pada wajib pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% pada dua wajib pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya, atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau

c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu sederajat.

HARGA TRANSFER Pengertian Harga Transfer Harga transfer sering juga disebut intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional pricing, atau internal pricing. Pengertian harga transfer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat peyoratif. Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah murni merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak. Sedangakan motif peyoratif mengasumsikan harga transfer sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya rendah. Pengertian harga transfre secara netral:-

Harga transfer adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antarperusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (Dr. Gunadi, M.Sc., Ak.).

-

Harga transfer adalah penentuan harga balas jasa sutau transaksi antarunit dalam suatu perusahaan atau antarunit dalam suatu perusahaan atau antarperusahaan dalam suatu grup (Sophar Lumbatoruan).

-

Harga transfer adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit-unit bisnis yang berada di dalam suatu perusahaan bertukar produk atau jasa. (Edward J. Blocher, Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin).

Pengertian harga transfer secara peyoratif:-

Harga transfer adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara (Dr. Gunadi, M.Sc., Ak.).

-

Harga transfer adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur (invoice) pada barangbarang (juga jasa-jasa) yang diserahkan antarbagian/cabang suatu perusahaan multinasional. (Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.).

Tujuan Harga Transfer Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer sebagai berikut: 1. Memaksimalkan penghasilan global.

2. Mangamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar. 3. Mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara. 4. Menghindarkan pengendalian devisa. 5. Mengatrol kredibilitas asosiasi. 6. Mengurangi risiko moneter. 7. Mengatur arus kas anak/cabang yang memadai. 8. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat. 9. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk. 10. Mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah. Penentuan Harga Transfer Menurut Matz dan Usry (Gunadi, 1994), terdapat empat dasar untuk menentukan harga transfer, yaitu:1. Penentuan harga transfer berdasarkan biaya (cost basis transfer pricing)

Digunakan pada transfer antarperusahaan yang emnggunakan konsep pusat pertanggungjawaban biaya. Konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya karena tersedianya informasi biaya di setiap tingkat aktivitas perusahaan. Harga transfer basis data dianut apabila harga pasar tidak tersedia atau kurang tepat.2. Penentuan harga pasar berdasarkan harga pasar (market based transfer pricing)

Basis ini dianggap sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja manajer divisi karena kamampuannya mengasilkan laba dan merangsang divisi untuk bekerja secara bersaing. Basis ini baik untuk digunakan bila pasar perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antarunit adalah minimal.3. Penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi (the negotiated price)

Pengendalian keuntungan dan pemberian otoritas kepada unit dalam grup secara memadai menghendaki adanya harga transfer berdasarkan negosiasi, dengan asumsi bahwa kedudukan divisi-divisi tersebut berada dalam posisi tawar-menawar yang sama. Kelemahannya adalah negosiasi ini memakan banyak waktu, mengulang pemeriksaan, dan revisi harga transfer.4. Penentuan harga transfer berdasarkan arbitrase (arbitration transfer pricing)

Penentuan harga transfer berdasarkan interaksi kedua divisi dan pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan tanpa adanya pemaksaan oleh salah satu divisi mengenai keputusan akhir. Pendekatan ini mengesampingkan tujuan konsep pusat pertanggungjawaban biaya.

HARGA TRANSFER GANDA Untuk memenuhi disparitas pertanggungjawaban dari dua divisi, dikenal juga harga transfer ganda. Misalnya, divisi penerima dapat mempertimbangkan penerapan harga transfer berdasarkan divisi. ISU-ISU PAJAK INTERNASIONAL DALAM HARGA TRANSFER Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan multinasional (MNC) melihat harga transfer sebagai suatu isu pajak internasiomal yang utama, dan lebih dari setengah perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization for Economic Coorporation and Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arms-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen. Arms-Lenght Standard yaitu tingkat harga antara pembeli dan penjual independen, bebas melakukan transaksi. Harga transfer harusnya ditetapkan supaya dapat mencerminkan harga yang akan disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait yang bertindak secara bebas. Metode Arms-Lenght Standard yang paling sering digunakan antara lain: 1. Comparable uncontrolled pricing method Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu kepada tingkat harga yang terjadi antara unit yang independen atau antara perusahaan multinasional dengan unit yang independen. 2. Resale pricing method Metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup lainnya untuk dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan pengurangan harga penjualan kepada pihak independen dengan suatu mark up yang wajar. 3. Cost plus pricing method Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan mark up yang wajar pada harga pokok pihak yang mentransfer. 4. Other method Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode di atas perlu diterpakan, atau mungkin metode lain, misalnya alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan dalam biaya diferensial. Sebaliknya, divisi yang melakukan transfer dapat mempertimbangkan unsur laba dalam penetuan harga transfer dan memungkinkan kinerja

transkasi tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada investasi Wajib Pajak ( Frederick D. S. Choi dan Gerhard G. Mueller, 1985). Di samping keempat metode diatas masih terdapat alternatif metode lain yang dapat digunakan sebagai berikut: 1. Global method Metodde ini merupakan alokasi langsung atas laba dari beberapa entitas hukum yang merupakan anggota dari satu kesatuan ekonomi. Aplikasi metode ini adalah dengan menjumlahkan semua laba dari tiap anggota grup kemudian mengalokasikannya berdasar beberapa faktor, misalnya penjualan, upah tenaga, dan modal kerja. 2. Safe havens Pendekatan ini dilakukan dengan menyusup suatu batas toleransi interval harga. Harga transfer yang berada dalam batas tersebut tanpa evaluasi lebih lanjut dianggap sebagai harga wajar. TRANSFER PRICING DOMESTIK dan MULTINASIONAL Transfer pricing Domestik adalah harga transfer barang atau jasa antar badan dalam satu grup perusahaan atau antar divisi dalam satu perusahaandalam satu wilayah kedaulatan negara, sedangkan Transfer pricing Multinasional berkenaan dengan transaksi antar divisi dalam satu unit hukum atau antar unit hukum dalam satu kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai wilayah kedaulatan negara. Tujuan yang ingin dicapai dalam rangka aplikasi transfer pricing, baik bagi perusahaan domestik maupun bagi perusaahaan multinasional, adalah : 1) Evaluasi kinerja 2) Motivasi manajemen 3) Pengendalian harga untuk lebih merefleksikan cost dan margin yang seharusnya diterima dari langganandan penetapan harga optimal 4) Pengendalian pasar untukmengamankan posisi komparatif perusahaan. PERUSAHAAN MULTINASIONAL DAN ASPEK PAJAKNYA Perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia dalam arti perusahaan-perusahaan multinasional Indonesia ang mempunyai anak/cabang perusahaan di luar negeri maupun perusahaan-perusahaan multinasional di luar negeri yang mempunyai anak/cabang di Indonesia pada umumnya akan senantiasa berusaha dengan instrumen harga transfer, untuk mencapai tujuannya memaksimalkan keuntungan dengan berupaya meminimalkan beban pajaknya,

terutama penghasilan badan. Upaya yang dilakukan dengan pergeseran harga dari negara yang beban pajaknya tinggi ke negara yang beban pajaknya rendah atau nihil. Selain itu, diadakan pula perjanjian bilateral di bidang perpajakan,dengan maksud untuk menghindarkan pajak berganda, sehingga beban pajak dapat ditekan. PERLAKUAN HARGA TRANSFER DI INDONESIA Harga transfer dapat terjadi baik antar-Wajib Pajak dalam negeri maupun antar Wajib Pajak dalam negeri dengan pihak luar negeri, terutama yang berkedudukan di negara-negara dengan beban pajak rendah. Terhadap transaksi antara Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa, undang-undang perpajakan Indonesia menganut asas material (substance over rorm rule). Hubungan istimewa tersebut dapat mengakibatkan kekurangwajaran, dapat terjadi pada : 1. Harga penjualan 2. Harga pembelian 3. Alokasi biaya administrasi dan umum 4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham 5. Pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa, royalti, imbalan jasa manajemen, imbalan jasa teknik, dan imbalan jasa lainnya. Harga transfer tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penggalian penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan atau biaya, dari satu Wajib Pajak ke Wajib Pajak lainnya, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terutang tas Wajib Pajak yang mempunyai tujuan istimewa baik nasional maupun multinasional.

PENANGKAL HARGA TRANSFER Ada bebrapa prosedur yang dapat ditempuh untuk menanggulangi manuver pajak melalui harga transfer sebagai berikut :

1. Menyingkap praktik bisnis antarperusahaan secar lengkap sehingga dapat dievaluasi keinginan harga transfer. 2. Harmonisasi pemajakan internasional untuk meniadakan disparitas bebabn pajak. 3. Kerja sama internasional. 4. Advance Pricing Agreement (APA)

ADVANCED PRICING AGREEMENT (APA) Advanced Pricing Agreement (APA) adalah persetujuan diantara internal revenue service (IRS) dan perusahaan dengan menggunakan harga-harga transfer, untuk menetapkan harga transfer yang disepakati. Maksud dari program APA adalah memecahkan masalah perselisihan harga transfer dengan cara yang tepat dan menghindari proses pengadilan yang menghabiskan banyak biaya. Manfaat APA Beberapa manfaat dari diselenggarankannya APA adalah sebagai berikut : 1. Memberikan kepastian kepada wajib pajak atas nama semua penghitungan mengenai harga transaksi dengan menggunakan metode yang disetujui. 2. Memberikan kepastian terhadap kegiatan wajib pajak termasuk ke[astian mengenai kewajiban pajak yang berkaitan dengan harga transfer. 3. Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh wajib pajak dan otoritas pajak. 4. Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya untuk menghindari pajak. Masalah dalam penyelenggaraan APA Hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan APA yaitu kemungkinan adanya potensi kerugian sebagai berikut :

1. Pengorbanan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan APA. 2. Wajib pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin merupakan rahasia perusahaan kepada otoritas pajak. Yang perlu diperhatikan, bahwa APA tidak menjamin wajib pajak untuk tidak diaudit oleh otoritas pajak. Masalah-masalah yang tidak tercakup dalam APA masih dapat diaudit dalam kriteria audit yang biasa dilakukan. APA tidak berlaku retroaktif sehingga masalah harga transfer yang ada sebelum APA disepakati tidak dapat diselesaikan dengan APA.

Review Jurnal PENGARUH PENETAPAN HARGA TRANSFER TERHADAP LABA ANTAR DIVISI Imam Abu Hanifa dan Hamdan

Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan sering terjadi suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu divisi akan ditransfer ke divisi berikutnya dalam perusahaan yang sama atau dapat dijual secara langsung ke pihak luar jika ada kondisi yang memungkinkan. Oleh karena masing-masing divisi adalah unit yang berdiri sendiri, maka atas produk atau jasa yang ditransfer dilakukan pembebanan biaya atau besarnya harga yang harus dibebankan oleh divisi pembuat produk tersebut. Untuk menentukan harga transfer tersebut ada beberapa metode yang tersdia. Hal yang harus dipikirkan perusahaan dalam menentukan harga transfer adalah tercapaiya tujuan perusahaan secara keseluruhan dan juga tercapainya target yang telah ditetapkan oleh masing-masing divisi. Jadi untuk penetapan harga transfer tidaklah mudah, karena perushaan harus memperhatikan bukan saja tujuan secara keseluruhan, tetapi kehendak atau keinginan dari divisi yang ada di perusahaan tersebut, agar divisi yang ada bekerja dengan efektif dan efisien. Dalam menetapkan harga transfer, manajer divisi diberikan otonomi dalam pengambilan metode harga transfer yag akan ditetapkan oleh perusahaan. Pengukuran kinerja pusat laba diukur berdasarkan laba, yang merupakan pengurangan antara pendapatan antara pendapatan dengan biaya. Kerangka Pemikiran Pertumbuhan industri-industri yang semakin pesat menyebabkan persaingan antar industri semakin tajam. Persaingan ini mendorong perusahaan untuk melakukan perluasan pasar guna merebut pangsa pasar. Perluasan pasar mendorong berkembangnya perusahaan. Tiap-tiap divisi akan melakukan proses produksi yang berlainandan tentu saja, hasil produksi suatu divisi akan ditransfer kepada divisi lain. Hendaknya divisi penjual tidak membebankan semua ketidakefisienan yang terjadi pada divisi pembeli. Untuk itulah, perlu adanya penentuan harga transfer yang memadai sehingga tidak akan memberatkan salah satu divisi yang ada, karena pilihan atas suatu metode harga transfer yang tidak memuaskan salah satu divisi dapat menyebakan sasaran perusahaan tidak tercapai secara optimal. Hipotesis Penellitian Sebagai indikator keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya, penentuan harga transfer mempunyai hubungan yang positif dengan distribusi laba yang diperoleh anatr divisi. Dengan demikian hipotesis dari penelitian ini adalah : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penetapan harga transfer terhadap laba antar divisi. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan biaya-biaya produksi dan mark up untuk menentukan harga trasnfer yang diterapkan perusahaan selama ini dan kemungkinan harga transfer tersebut akan dibandingkan dengan harga transfer berdasarkan

teori yang ada. Metode analisa data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan metode korelasi product moment dan korelasi determinan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi, laporan volume produksi dan laporan penjualan produk yang ditransfer di dua divisi pusat laba dalam periode lima tahun terakhir. Populasi dalam penelitian ini adalah harga transfer dan laba yang diperoleh pada dua divisi pusat laba PT. X, yaitu divisi jamu tradisional dan divisi jamu jagaraga dari tahun 2003 2007. Metode analisis data yang digunakan adalah analisi kuantitatif dengan menggunakan model korelasi yaitu metode yang dilakukan untuk mengetahui hubungan funsional antara variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan metode korelasi product moment untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel, dan koefisien determinan untuk mengetahui kuat atau tidaknya pengaruh antar variabel, serta pengujian hipotesis. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Penerapan harga transfer pada PT. X terjadi pada proses jamu yang terdiri atas dua divisi besar, yaitu divisi jamu tradisional dan divisi jamu jagaraga. 2. Transaksi harga transfer terjadi karena adanya transfer produk setengah jadi dari divisi jamu tradisional ke divisi jamu jagaraga. 3. Pengukuran kinerja antar divisi pusat laba yang terlibat proses transfer produk menggunakan laba bersih sebelum pajak yang dihasilkan masing-masing divisi tersebut.4. Berdasarkan hasil uji kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan metode korelasi

product moment (r) dapt diketahui bahwa terjadi korelasi atau hubungan antara penetapan harga transfer terhadap laba antar divisi. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan yaitu : 1. Dalam penerapan pusat laba, hendaknya perusahaan benar-benar menjadikan pusat laba yang independent terlepas dari campur tangan kantor pusat, baik dalam hal pembuatan keputusan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab manajer divisi, sehingga mencerminkan suatu pusat laba yang sesungguhnya. 2. Dalam penetapan harga transfer, sebaiknya perusahaan menggunakan metode harga transfer berdasarkan negoisasai. Metode ini akan memberikan keadilan bagi masingmasing divisi sehingga tidak ada yang dirugikn dan dapat mendorong kinerja yang baik antara divisi pembeli dan divisi penjual.