Bab 3 Metode
-
Upload
indra-yuwono -
Category
Documents
-
view
41 -
download
0
description
Transcript of Bab 3 Metode
LAPORAN ANTARA
3.1 Metode PendekatanPelaksanaan pekerjaan Pengembangan Potensi Komoditi Unggulan
Daerah dilaksanakan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut :1. Pendekatan lapangan, yang dilakukan guna memperoleh data-data dan
informasi primer melalui observasi (survey lapangan), wawancara langsung dengan masyarakat dan stakeholder lainnya.
2. Pendekatan instansional yang dilakukan untuk memperoleh data-data dan informasi sekunder dari dinas instansi terkait
3. Pendekatan kepustakaan yang dilakukan melalui kajian literatur (desk study) yang memuat ketentuan yang bersifat peraturan dan perundang-undangan, kebijaksanaan, hasil studi penelitian, dan pemikiran (konsep) lain yang terkait.
3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan3.2.1Metode Pelaksanaan
Metode yang dipergunakan dalam kegiatan Identifikasi potensi Perluasan kesempatan kerja adalah Metode Deskriptif Komparatif. Teknik studi menggunakan pendekatan, Studi pustaka (Desk Studi); dan Survey (wawancara dan observasi). Tahapan Pelaksanaan kegiatan dimulai dari tahap penyusunan desain kegiatan, penyusunan instrumen, penarikan sampel (sampling technic), pengumpulan data lapangan, tabulasi data, pemilihan dan pemilahan data, analisis data, interpretasi data, pembuatan audio visual dan penyusunan laporan.
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 1
LAPORAN ANTARA
3.2.2 Jenis Sumber dan Cara Pengumpulan DataJenis data yang dikumpulkan untuk dianalisis terdiri atas data
primer. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang menggunakan kuisioner dan melakukan observasi lapangan.
A. Data PrimerData primer dikumpulkan dengan 3 (tiga) cara yaitu melalui PRA (Participatory Rural Appraisal), dan survey yaitu melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner, dan pengamatan langsung (observasi).1. Metode PRA Metode PRA (Participatory Rural Appraisal) yaitu suatu pendekatan
studi untuk lebih mengaktifkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam memcahkan permasalahan dari sudut sosial ekonomi sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Penentuan perencanaan dengan menampung keinginan masyarakat yang sifatnya bottom up.
2. Metode WawancaraWawancara dilakukan kepada responden masyarakat tokoh-tokoh masyarakat, dan pejabat dari instansi terkait (mulai dari tingkat Desa, Kecamatan dan dinas-dinas terkait, sampai dengan Pemerintah). Wawancara dilaksanakan dengan berpedoman pada kuisioner atau daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.
3. Metode Observasi (Pengamatan)Pengamatan langsung dilakukan berdasarkan pokok-pokok identifikasi yang meliputi :a. Kondisi riil potensi Komoditi Unggulan yang menyangkut 9 sektor
perekonomian.b. Kondisi ekonomi Masyarakatc. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 2
LAPORAN ANTARA
d. Struktur Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan dan tiap kabupaten/Kota di Sumatera Selatan.
e. Kondisi Sarana dan Prasarana yang menunjang Pengembangan Potensi Unggulan
3.2.3 Model AnalisisBerdasarkan data primer dan data skunder diperoleh data seperti
data produksi, jumlah usaha atau luas areal usaha (bagi usaha di bidang pertanian), ketersediaan infrastruktur pendukung (jalan, transportasi, pasar, dll), pertumbuhan usaha dan sebagainya, serta berdasarkan informasi yang diperoleh dari dinas/instansi terkait. Sehingga kombinasi data-data tersebut menghasilkan keluaran berupa daftar panjang Potensi komoditi/jenis kegiatan ekonomi (usaha) yang ada di suatu daerah.
Pemilihan jenis bidang usaha dan komoditi yang akan dikaji secara mendalam, harus dilakukan berdasarkan potensi yang ada di Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumetera Selatan yang meliputi ketersediaan sumberdaya alam, keunggulan geografi, keunggulan sumberdaya manusia dan budaya, potensi sumberdaya buatan yang ada, dan karakteristik pemanfaatan potensi.1. Penyusunan Daftar Panjang
Untuk mendapatkan komoditi yang berpotensi/mempunyai prospek untuk dapat dikembangkan (khusus bagi jenis usaha/komoditi yang sudah berjalan) perlu dilakukan screening dengan teori basis ekonomi dan efek multiplier, sedangkan bagi yang belum ada hanya dilihat dari potensi-potensi yang tersedia. Dari kegiatan ini akan keluar Daftar Panjang jenis-jenis usaha/komoditi yang dapat dikembangkan. Landasan yang menjadi potensi jenis usaha/komoditi berdasarkan sumbernya yang ada didaerah tersebut. Berbagai kategori sumberdaya yang dijadikan patokan, yaitu :a. Sumberdaya alam dapat dimanfaatkan secara ekonomis, yaitu
sebagai : Bahan mentah/bahan baku, untuk langsung dipasarkan atau
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 3
LAPORAN ANTARA
diproses melalui kegiatan industri pengolahan beserta kegiatan-kegiatan jasa penunjangnya.
Bahan energi langsung maupun tidak langsung. Medium untuk budidaya.
b. Keunggulan geografi dapat menjadi potensi untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi, antara lain kedekatan dengan pasar, kesesuaian untuk jadi pusat produksi atau infrastruktur, dan sebagainya.
c. Keunggulan sumberdaya manusia yang dipunyai, dapat didayagunakan sebagai :
Pencipta lapangan kerja (pengusaha/wirausaha), atau Tenaga kerja yang dapat dikerjakan di sektor-sektor produksi
dan distribusi
a. Industri atau kegiatan produksi yang telah ada merupakan potensi penyediaan input (bahan baku/penolong), permintaan pasar, dan bahkan dapat menciptakan peluang-pelunag usaha baru ke arah hulu,hilir, usaha perdagangan, ataupun usaha-usaha jasa penunjangnya.Secara operasional, penyusunan Daftar Panjang menggunakan
analisis basis ekonomi dan keterkaitan antara komoditas basis dengan non basis sebagai berikut :
a. Penentuan Basis Ekonomi WilayahPenentuan basis ekonomi wilayah menggunakan pendekatan analisis kekuatan basis (Location Quotient, Koefisien Lokalisasi, dan Koefisien Spesialisasi).
Location Quotient (LQ)Teori sektor basis ini hanya mengklarifikasikan seluruh kegiatan jenis usaha ke dalam dua sektor basis dan sektor non basis. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis dapat digunakan metode location quotient. Metode Location Quotient (LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relatif komoditi yang diusahakan jenis usaha
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 4
LAPORAN ANTARA
sektor i pada tingkat wilayah terhadap komoditi yang diusahakan jenis usaha total wilayah dengan pangsa relatif komoditi yang diusahakan jenis usaha sektor i pada tingkat kabupaten.
Apabila LQ suatu sektor 1, maka sektor tersebut merupakan basis, sedangkan bila LQ suatu sektor 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non basis. Location Quotient/kekuatan basis dapat membantu menentukan apakah suatu komoditi/jenis usaha yang diusahakan dapat dijadikan basis (unggulan) atau tidak pada suatu kecamatan dalam kabupaten.
Koefisien Lokalisasi (α) Koefisien Lokalisasi digunakan untuk mengukur penyebaran (konsentrasi) relatif kegiatan usaha/komoditi di suatu wilayah dengan rumus :
Koefisien lokalisasi diperoleh dengan menjumlah nilai yang bertanda positif, dengan ketentuan :
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 5
Keterangan :α = Koefisien Lokalisasivi = Produk komoditi/usaha i yang diusahakan pada
tingkat kecamatanvt = Produk total komoditi/usaha i yang diusahakan pada
tingkat kecamatanVi = Produk komoditi/usaha i yang diusahakan pada
tingkat kabupatenVt = Produk total komoditi/usaha i yang diusahakan pada
tingkat kabupaten
α = vi Vi
vt Vt
LQ =
vi vt Vi Vt
Keterangan :vi = Produk komoditi/usaha i yang
diusahakan pada tingkat kecamatan
vt = Produk total komoditi/usaha i yang diusahakan pada tingkat kecamatan
Vi = Produk komoditi/usaha i yang diusahakan pada tingkat kabupaten
Vt = Produk total komoditi/usaha i yang diusahakan pada tingkat kabupaten
LAPORAN ANTARA
Bila = 1 : Jenis kegiatan/komoditas/usaha terkonsentrasi pada satu kecamatan, dan
Bila < 1 : Kegiatan/komoditas/usaha menyebar di beberapa kecamatan
Koefisien lokalisasi digunakan untuk memperlihatkan ada tidaknya konsentrasi komoditi/usaha di suatu kecamatan yang ada di Kabupaten. Dari angka lokalisasi ini juga dapat diketahui keterkaitan antar jenis komoditas dan penetapan lokasi komoditas/usaha disuatu wilayah kecamatan.
Koefisien Spesialisasi (β)Digunakan untuk melihat spesialisasi wilayah kecamatan terhadap jenis kegiatan/komoditi/usaha tertentu dengan rumus :
Koefisien spesialisasi diperoleh dengan menjumlah nilai β yang bertanda positif, dengan ketentuan :Bila 1 : suatu wilayah kecamatan menspesialisasikan pada
satu jenis kmoditas/usaha, dan Bila < 1 : suatu wilayah kecamatan tidak menspesialisasikan
pada satu jenis komoditas/usaha Perhitungan spesialisasi adalah untuk memperlihatkan ada tidaknya spesialisasi kecamatan terhadap suatu jenis
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 6
Keterangan :β = Koefisien Lokalisasivi = Produk komoditi/usaha i yang diusahakan pada
tingkat kecamatanvt = Produk total komoditi/usaha i yang diusahakan pada
tingkat kecamatanVi = Produk komoditi/usaha i yang diusahakan pada
tingkat kabupatenVt = Produk total komoditi/usaha i yang diusahakan pada
tingkat kabupaten
β = vi vt
Vi Vt
LAPORAN ANTARA
komoditas/usaha, dan hal ini erat kaitannya dengan rencana penetapan lokasi sentra-sentra usaha. Berdasarkan analisis lokalisasi dan spesialisasi, strategi perencanaan pembangunan usaha di kecamatan dapat diarahkan secara cermat yang mempunyai keunggulan komparatif, serta kekuatan basis usaha terhadap ekonomi wilayah yang bersangkutan.
b. Keterkaitan Antara Komoditas Basis dengan Non BasisUntuk menganalisis keterkaitan antara komoditas/usaha basis dengan non basis digunakan pendekatan BSR (Basic Service Ratio) dan RPM (Regional Product Multiplier) dengan rumusan sebagai berikut :
Apabila nilai BSR > 1; maka komoditi/usaha basis mempunyai potensi dan peranan dalam meningkatkan perekonomian wilayah
Apabila BSR < 1, maka komoditi/usaha basis belum mampu meningkatkan perekonomian wilayah.
Analisis RPM merupakan lanjutan dari analisis BSR. Nilai RPM menunjukkan adanya penambahan untuk komoditas/usaha non basis sebesar satu satuan akibat adanya kegiatan komoditas basis. Jadi analisis BSR dan RPM menunjukkan seberapa besar
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 7
BSR =
B S
RPM = 1 +1BSR
Keterangan :
BSR = Basic Service RatioRPM = Ratio Product MultiplierB = Produk total komoditi/usaha basisS = Produk total komoditi/usaha non basis
LAPORAN ANTARA
peranan suatu komoditi/usaha basis dalam meningkatkan perekonomian di wilayah.
2. Penyusunan Daftar SedangSetelah keluar daftar panjang jenis-jenis usaha atau komoditi-komoditi yang menjadi basis ekonomi wilayah, screening dilanjutkan dengan melakukan penjenjangan terhadap masing-masing jenis usaha atau komoditi tersebut melalui pemeringkatan berdasarkan kriteria pertimbangan yang relevan dengan indikator yang dibuat. Perhitungan nilai peringkat menggunakan rumusan :
a. NPr = 10 – i(R-1)Di mana : NPr = Nilai peringkat i = interval peringkat yang diperoleh dari : i = 10/ komoditi R = Jumlah komoditi/jenis usaha Selanjutnya memberi pembobotan terhadap masing-masing komoditas/jenis usaha berdasarkan indikator sebagai berikut : Kebijakan Pemerintah (KP) : Skor 5 Peluang Ekspor (PE) : Skor 4 Penciptaan Lapangan Kerja (PLK) : Skor 3 Hasil Survai (S) : Skor 2 Potensi Sumberdaya Alam (PSDA) : Skor 1Penjumlahan skor menunjukkan kategori jenis usaha/komoditi yang meliputi tiga kategori, yaitu (a) Kategori Unggulan, (b) Kategori Prospektif, dan (c) Kategori Potensial. Penetapan rentang kategori didasarkan pada kriteria : Bila nilai skor : > X + s : Kategori Unggulan Bila nilai skor : X – s < Skor < X + s : Kategori Prospektif Bila nilai skor : < X – s : Kategori PotensilDi mana :
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 8
s = Σxi2 – (Σxi)2
n-1
1n
LAPORAN ANTARA
b. Untuk menganalisis potensi komoditas yang diusahakan, dapat menggunakan Standar Bank Indonesia (BI) yang dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu SP (sangat potensial), P (potensial) dan KP (kurang potensial) berdasarkan kriteria dari 6 (enam) faktor, yaitu :
1. Keadaan dan prospek pemasaran2. Potensi kewirausahaan3. Input produksi4. Prasarana5. Potensi pertumbuhan6. Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam pembinaan
(pengembangan) Ekonomi).Setiap faktor dikategorikan dengan predikat B (baik), C (cukup baik), dan K (kurang baik) berdasarkan nilai total skor dari variabel-variabel yang diperhitungkan. Setiap variabel di dalam suatu faktor, mempunyai bobot berdasarkan tingkat kepentingan atau kontribusi masing-masing variabel terhadap faktor tersebut. Suatu komoditas yang diusahakan dikategorikan sebagai berikut :1. Sangat Potensial (SP), jika minimum 4 (empat) dari 6 (enam) faktor
tersebut memenuhi predikat B dengan ketentuan bahwa faktor (1) Keadaan dan prospek pemasaran dan faktor, (2) Potensi pertumbuhan usaha berpredikat B.
2. Potensial (P), jika minimum 3 (tiga) dari 6 (enam) faktor tersebut memenuhi predikat B dengan ketentuan bahwa faktor (1) Keadaan dan prospek pemasaran, dan faktor (2) Potensi pertumbuhan usaha berpredikat B.
3. Kurang Potensial (KP), jika B kurang dari tiga
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 9
LAPORAN ANTARA
1. Penetapan Skor Variabel Input ProduksiSkor untuk faktor input dihitung dari 8 variabel yang masing-masing
diberi bobot seperti tercantum pada Tabel 4. dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sedangkan F1 adalah skor faktor ketersediaan input produksi pada sektor tertentu, bi adalah bobot variabel ke-i, dan Ni adalah nilai variabel ke-i untuk i = 1,2,…,8
Tabel 3.1 Bobot dan Penentuan Nilai Batas Untuk Faktor Input Produksi
No Variabel yang dinilai BobotSkor
Terkecil
Skor terbesa
r1 Sumber kapital 2 1 22 Besar capital 3 1 23 Sumber sarana produksi 2 1 24 Asal lokasi sarana produksi 2 1 45 Kapita/modal 1 1 26 Tenaga kerja 1 1 27 Sarana produksi 1 1 28 Alam 1 1 2
Nilai setiap variabel dihitung berdasarkan hasil perhitungan dari data primer pengusaha kecil menengah dan koperasi (responden) dengan memberi bobot masing-masing seperti yang dilakukan pada perhitungan nilai untuk faktor keadaan dan prospek pemasaran sebelumnya dengan menggunakan skor bobot seperti yang tercantum di bawah ini.
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 10
F1= b1N1 + b2N2 + b3N3 + b4N4 + b5N5 + b6N6 + b7N7 + b8N8
LAPORAN ANTARA
a. Sumber Kapital (asal modal) ◊ Modal sendiri 100 % = 1 ◊ Modal sendiri < 50 % dan Modal luar > 50 % = 2b. Besar kapital (modal) ◊ Nilai mutlak 250 juta = 2 ◊ Nilai Mutlak < 250 juta = 1c. Sumber sarana produksi ◊ Produsen langsung = 2 ◊ Pedagang, koperasi, dan lain-lain = 1d. Asal lokasi sarana produksi ◊ Dalam kecamatan = 4 ◊ Dalam kabupaten/kota = 3 ◊ Luar kabupaten/kota = 2 ◊ Luar propinsi = 1e. Kapital/modal ◊ Kapital/modal mendukung = 2 ◊ Kapital/modal menghambat = 1f. Tenaga kerja = skor ◊ Tenaga kerja mendukung = 2 ◊ Tenaga kerja menghambat = 1g. Sarana produksi ◊ Sarana produksi mendukung = 2 ◊ Sarana produksi menghambat = 1h. Faktor alam ◊ Faktor alam mendukung = 2 ◊ Faktor alam menghambat = 12. Penetapan skor Variabel Prospek Pemasaran
Skor untuk faktor prospek pemasaran pada sektor usaha tertentu dihitung berdasarkan nilai dari enam variabel seperti yang tercantum pada Tabel 4.4 dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 11
F2= b1N1 + b2N2 + b3N3 + b4N4 + b5N5 + b6N6
LAPORAN ANTARA
Sedangkan F2 adalah skor faktor prospek pemasaran pada sektor usaha tertentu, bi adalah bobot variabel ke-i, dan Ni adalah nilai variabel ke-i untuk i = 1,2,…,6.
Tabel 3.2 . Bobot dan Penentuan Skor untuk Prospek Pemasaran
No Variabel yang dinilaiBobo
t
Skor Terkec
il
Skor terbesar
1 Persentase penjualan/jenis pembeli
4 1 3
2 Persentase penjualan/Lokasi 4 1 43 Nilai Ekspor 6 1 44 Faktor Pemasaran 2 1 35 Permintaan Naik (prospek) 3 1 36 Tingkat Harga (prospek) 3 1 3
a. Jenis Pembeli ◊ Pedagang besar, koperasi, industri = 3 ◊ Pedagang perantara, pengecer = 2 ◊ Konsumen langsung, kelompok lain = 1b. Daerah Pemasaran ◊ Antar propinsi = 4 ◊ Antar kabupaten = 3 ◊ Antar Kecamatan = 2 ◊ Lokasi Kecamatan = 1c. Nilai Ekspor ◊ Tidak di ekspor = 1 ◊ Diekspor < 25% = 2 ◊ Diekspor 25-50% = 3 ◊ Diekspor > 50% = 4d. Faktor pemasaran ◊ Mendukung = 3
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 12
LAPORAN ANTARA
◊ Kurang mendukung = 2 ◊ Tidak mendukung/menghambat = 1e. Prospek Permintaan ◊ Permintaan meningkat = 3 ◊ Permintaan tetap = 2 ◊ Permintaan menurun = 1f. Prospek Tingkat Harga Jual ◊ Harga Naik = 3 ◊ Harga tetap = 2 ◊ Harga Turun = 13. Penetapan Skor Variabel Potensi Kewirausahaan
Skor untuk faktor potensi kewirausahaan dihitung dari 9 variabel yang masing-masing diberi bobot seperti yang tercantum pada Tabel 4.3 dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Sedangkan F3 adalah skor faktor potensi kewirausahaan pada sektor tertentu, bi adalah bobot variabel ke-i, dan Ni adalah nilai variabel ke-i untuk i = 1,2,…,9.
Tabel 6.2 . Bobot dan Penentuan Nilai untuk Potensi Kewirausahaan
No Variabel yang dinilaiBobo
t
Skor Terkeci
l
Skor terbesar
1 Pendidikan formal 3 1 52 Latihan 3 1 53 Usaha sampingan 1 1 24 Usaha sebelumnya 1 1 25 Pekerjaan orang tua 2 1 36 Umur/lama perusahaan 2 1 37 Status kepemilikan 3 1 58 Kemampuan manajerial 5 1 3
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 13
F3= b1N1 + b2N2 + b3N3 + b4N4 + b5N5 + b6N6 + b7N7 + b8N8+ b9N9
LAPORAN ANTARA
9 Aspek kewirausahaan 3 1 3
a. Pendidikan Formal ◊ Lulusan perguruan Tinggi = 5 ◊ Lulusan SLTA = 4 ◊ Lulusan SLTP = 3 ◊ Lulusan SD = 2 ◊ Tidak sekolah = 1b. Latihan
◊ Pernah mengikuti 4 latihan = 5◊ Pernah mengikuti 3 latihan = 4◊ Pernah mengkuti 2 latihan = 3◊ Pernah mengikuti 1 latihan = 2◊ Tidak pernah = 1
c. Usaha Sampingan ◊ Ada usaha sampingan = 2 ◊ Tidak ada usaha sampingan = 1d. Usaha Sebelumnya
◊ Ada usaha sebelumnya = 2◊ Tidak ada usaha sebelumnya = 1
e. Pekerjaan Orang Tua◊ Wiraswasta = 3◊ Buruh = 2◊ Pegawai negeri = 1
f. Lama Perusahaan◊ 5 tahun atau lebih = 3◊ Antara 1 – 5 tahun = 2◊ Kurang dari 1 tahun = 1
g. Status Pemilikan◊ PT = 5
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 14
LAPORAN ANTARA
◊ CV = 4◊ Sendiri = 1◊ Koperasi = 3
h. Kemampuan Manajerial◊ Kemampuan manajerial baik = 3◊ Kemampuan manajerial cukup = 2◊ Kemampuan manajerial Kurang = 1
i. Aspek Kewirausahaan◊ Kewirausahaan baik = 3◊ Kewirausahaan Cukup = 2◊ Kewirausahaan Kurang = 1
4. Penetapan Skor Variabel PrasaranaSkor untuk faktor variable dihitung dari 2 variabel yang masing-masing diberi bobot seperti yang tercantum pada Tabel 4.4 dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sedangkan F4 adalah skor faktor prasarana pada sektor tertentu, bi adalah bobot variabel ke-i, dan Ni adalah nilai variabel ke-i untuk i = 1,2
Tabel 3.3. Bobot dan Nilai untuk Prasarana
No Variabel yang dinilai Bobot Skor Terkecil
Skor terbesar
1 Transportasi 3 1 32 Prasarana
pemasaran3 1 3
a. Transportasi◊ Transportasi Mendukung = 3◊ Transportasi Kurang mendukung = 2◊ Transportasi menghambat = 1
b. Prasarana Pemasaran
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 15
F4= b1N1 + b2N2
LAPORAN ANTARA
◊ Prasarana pemasaran mendukung = 3◊ Prasarana pemasaran kurang mendukung = 2◊ Prasarana pemasaran menghambat = 1
5. Penetapan Skor Variabel Potensi PertumbuhanSkor untuk faktor potensi pertumbuhan dihitung dari 5 variabel yang masing-masing diberi bobot seperti yang tercantum pada Tabel 4.5 dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Sedangkan F5 adalah skor faktor potensi pertumbuhan pada sektor usaha tertentu, bi adalah bobot variabel ke-i, dan Ni adalah nilai variabel ke-i untuk i = 1,2,…,5.
Tabel 3.4. Bobot dan Penentuan Nilai Batas untuk Potensi Pertumbuhan
No Variabel yang dinilai Bobot
Skor Terkeci
lSkor
terbesar1 Kenaikan volume usaha 3 1 32 Faktor lingkungan 2 1 33 Tahu tentang kredit 2 1 34 Minat mengajukan kredit 1 1 35 Distribusi pendapatan 2 1 3
a. Kenaikan Volume Usaha◊ Volume usaha meningkat = 3◊ Volume usaha tatap = 2◊ Volume usaha tidak meningkat = 1
b. Lingkungan◊ Lingkungan mendukung = 3◊ Lingkungan kurang mendukung = 2◊ Lingkungan Menghambat = 1
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 16
F5= b1N1 + b2N2 + b3N3 + b4N4 + b5N5
LAPORAN ANTARA
c. Tahu Tentang Kredit◊ Tahu tentang kredit = 3◊ Kurang tahu = 2◊ Tidak tahu tentang kredit = 1
d. Minat Mengajukan Kredit◊ Berminat mengajukan kredit = 3◊ Kurang berminat mengajukan kredit = 2◊ Tidak berminat mengajukan kredit = 1
e. Distribusi Pendapatan◊ Pengeluaran konsumsi 0 – 25% = 3◊ Pengeluaran konsumsi 25 – 50% = 2◊ Pengeluaran konsumsi >50% = 1
6. Penetapan Skor Variabel Kebijakan Pemerintah Menurut Persepsi RespondenSkor untuk faktor kebijakan pemerintah menurut persepsi responden dihitung dari 3 variabel yang masing-masing diberi bobot seperti yang tercantum pada Tabel 4.8 dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Sedangkan F6 adalah skor faktor kebijakan pemerintah menurut responden pada sektor usaha tertentu, bi adalah bobot variabel ke-i, dan Ni adalah nilai variabel ke-i untuk i = 1,2,…,4.
Tabel 3.5. Bobot dan Penentuan Skor untuk Kebijakan Pemerintah
No Variabel yang dinilai Bobo
tSkor
Terkecil
Skor terbesar
1 Administrasi 3 1 32 Program dan kebijakan
pemerintah3 1 3
3 Prospek produk (kebijakan 1 1 3
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 17
F6= b1N1 + b2N2 + b3N3
LAPORAN ANTARA
pemerintah)
a. Administrasi ◊ Administrasi mendukung = 3◊ Administrasi kurang mendukung = 2◊ Administrasi Menghambat = 1
c. Kebijakan Program Pemerintah◊ Kebijakan pemerintah mendukung = 3◊ Kebijakan pemerintah mendukung = 2◊ Kebijakan pemerintah Menghambat = 1
c. Prospek Produk◊ Kebijakan pemerintah mendukung = 3◊ Kebijakan pemerintah mendukung = 2◊ Kebijakan pemerintah Menghambat = 1
3. Penentuan Komoditi Unggulan dan Skala PrioritasSetelah didapat daftar sedang jenis-jenis usaha atau komoditi yang
mempunyai prospek pasar dan didapatkan daftar pendek jenis-jenis bidang usaha yang terpilih untuk dikaji prospek kelayakannya (yaitu jenis-jenis usaha yang mempunyai prospek pasar dan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah).
Setelah diketahui komoditas yang berpotensi, maka untuk mengetahui komoditas unggulan untuk Investasi dapat menggunakan Analisys Hierarchy Process (AHP), dengan contoh kriteria komoditas unggulan sebagai berikut :
1. Kriteria Pasar dan pemasaran meliputi : a. Permintaan pasar yang tinggi dan memenuhi preferensi pasar b. Segmen pasar luas c. Dapat menghasilkan devisa d. Merupakan subtitusi impor
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 18
LAPORAN ANTARA
2. Kriteria Teknologi Usaha meliputi : a. Bahan baku tersedia dan berkesinambungan b. Penguasaan teknologi pembuatan Bahan Baku/Saprodi c. Penguasaan teknologi Produksi yang mutakhir d. Penguasaan teknologi pascapanen (pengolahan) yang
mutakhir3. Kriteria Lingkungan yang meliputi : a. Produk bebas pestisida/Bahan kimia yang membahayakan b. Memenuhi standar kesehatan c. Ramah terhadap lingkungan sekitarnya4. Kriteria Keunggulan Komparatif yang meliputi : a. Sesuai dengan agroklimat dan lokalitas b. Sumber daya alam lokal c. Supply bahan baku industri d. Keterkaitan ke depan dan ke belakang5. Kriteria Keunggulan Kompetitif yang meliputi : a. Bernilai ekonomis dan menguntungkan b. Nilai tambah dan margin tinggi c. Berkualitas d. Dapat bersaing dengan daerah lain6. Kriteria Pendapatan dan Kesejahteraan yang meliputi : a. Mampu Meningkatkan PAD b. Merupakan sumber pendapatan Masyarakat c. Memperluas lapangan pekerjaan d. Memberikan dampak ekonomi yang tinggi terhadap masyarakat
dan daerah7. Kriteria Keunikan dan Khas Daerah yang meliputi : a. Produk spesifik hanya terdapat pada daerah tertentu b. Menjadi ciri khas daerah c. Memiliki karakteristik yang unik
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 19
LAPORAN ANTARA
Analytic Hierchy Proses (AHP), merupakan suatu metode pengambilan keputusan dimana fator-faktor logika, intuisi, pengalaman dan pengetahuan (data), emosi dan rasa dicoba dioptimasikan melalui suatu proses yang sistimatis.Penentuan perioritas dilakukan dengan menghitung bobot relatif antar variabel (elemen) sehingga dapat diketahui bobot (tingkat kepentingan) setiap elemen terhadap suatu kriteria (prioritas lokal) atau terhadap pencapaian tujuan (perioritas global). Penentuan perioritas dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar elemen pada tingkat (level) hirarki yang sama, yaitu dengan menggunakan skala mulai dari 1 sampai dengan 9. Nilai bobot 1 menggambarkan “sama penting”, ini berarti bahwa nilai atribut yang sama skalanya, nilai bobotnya 1, sedangkan nilai bobot 9 menggambarkan kasus atribut yang “penting absolut” dibandingkan dengan yang lainnya. Skala penilaian seperti pada Tabel 6.6.Tabel 3.6. Bobot Penilian pada Analisis AHP.
Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama penting
Dua elemen mempunyai pengaruhyang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebihPenting daripada elemen yangLain
Pengalaman dan penilaian sedikitmendukung satu elemendibanding elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lain
Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih pentingdari elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 20
LAPORAN ANTARA
tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangaan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan
Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Di dalam AHP, penetapan prioritas kebijakan dilakukan dengan menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang intangible (yang tidak terukur) ke dalam aturan yang biasa, sehingga dapat dibandingkan. Adapun tahapan dalam analisis data sebagai berikut :a). Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan
menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para pakar yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
b). Penyusunan struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
c). Perbandingan berpasangan, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan “judgement” atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai “ key person“. Mereka dapat terdiri atas: 1) pengambil keputusan; 2) para pakar; 3) orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi.
d). Matriks pendapat individu, formulasinya dapat disajikan sebagai berikut:
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 21
LAPORAN ANTARA
Dalam hal ini C1, C2, ..... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hierarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n. Nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj.
e). Matriks pendapat gabungan, merupakan matriks baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio inkonsistensinya memenuhi syarat.
f). Pengolahan horisontal, yaitu : a) Perkalian baris; b) Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vektor); c) Perhitungan akar ciri (eigen value) maksimum, dan d) Perhitungan rasio inkonsistensi. Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden.
g). Pengolahan vertikal, digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama.
3.3 Desain Pelaksanaan Pekerjaan Secara skematis, tahapan kajian terhadap pengembangana potensi
unggulan daerah ini diilustrasikan sebagaimana Gambar 3.1.
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 22
C1C2CnC11a12a1nC21/a121A2n...Cn1/a1n1/a2n1
LAPORAN ANTARA
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Sumatera Selatan III - 23
Tahap I : Pendekatan Sumberdaya (Supply Driven)
DAFTAR PANJANG :Jenis-jenis bidang usaha yang dapat dikembangkan berdasarkan potensi sumberdaya yang terdapat di daerah yang bersangkutan
SDA
Keunggulan Geografi
Keunggulan SDM dan Budaya
Potensi SDB
Karakteristik Pemanfaatan
Potensi
Tahap II : Penyaringan Menurut Aspek Pasar
DAFTAR SEDANG :Jenis-jenis bidang usaha yang mempunyai prospek
pasar
Data Permintaan Pasar
Tahap III : Penyaringan danPemeringkatan MenurutKesesuaian denga Prioritas Pembangunan
DAFTAR PENDEK :Jenis-jenis bidang usaha yang telah terpilih untuk dikaji prospek
kelayakannya
Arahan Prioritas Pembangunan
Daerah
Daftar Potensi Unggulan CD (Audio Visula) Intraktif
Potensi Komoditi Unggulan
Gambar 3.1 Desain Pekerjaan Pengembangan Potensi Unggulan Daerah