Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima...

25
56 Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3.1 Pendahuluan Bab ini berisi hasil penelitian yang sudah dilakukan di GKS. Penulis akan membahas bagaimana sejarah singkat pertumbuhan GKS sebagai gambaran dari keadaan GKS, komposisi pendeta jemaat di GKS, bagaimana bentuk-bentuk dari kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup, bagaimana kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup pada aras sinode Bahkan penulis juga akan memaparkan apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup. 3.2 Gambaran Umum tentang GKS 3.2.1 Sejarah Singkat Pertumbuhan GKS GKS berdiri sendiri pada tanggal 15 Januari 1947 sebagai hasil pekabaran Injil Zending Gereformeed Kerken in Nederland (GKN) sejak tahun 1881. Sejarah pekabaran Injil di Sumba dibagi dalam 3 periode, yakni: Periode perintisan (1881-1902), periode peletakkan dasar (1902-1947), dan periode berdiri sendiri (1947-sekarang). 1 Sejak berdiri sendiri GKS mengalami dinamika-dinamika dalam berbagai pelayanannya yang mana hal tersebut terbagi dalam empat periode waktu, yakni: 2 1. Tahun 1947 hingga 1972 GKS dalam periode mencari bentuk. 1 Majelis Sinode GKS.Garis-Garis Besar Kebijakan Umum Tahun 2014-2018. BPMS GKS. (Waingapu: 2014), 2. 2 Ibid.,2.

Transcript of Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima...

Page 1: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

56

Bab 3

KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

3.1 Pendahuluan

Bab ini berisi hasil penelitian yang sudah dilakukan di GKS. Penulis akan

membahas bagaimana sejarah singkat pertumbuhan GKS sebagai gambaran dari keadaan

GKS, komposisi pendeta jemaat di GKS, bagaimana bentuk-bentuk dari kepedulian GKS

terhadap lingkungan hidup, bagaimana kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup pada aras

sinode Bahkan penulis juga akan memaparkan apa saja faktor pendukung dan faktor

penghambat kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup.

3.2 Gambaran Umum tentang GKS

3.2.1 Sejarah Singkat Pertumbuhan GKS

GKS berdiri sendiri pada tanggal 15 Januari 1947 sebagai hasil

pekabaran Injil Zending Gereformeed Kerken in Nederland (GKN) sejak tahun

1881. Sejarah pekabaran Injil di Sumba dibagi dalam 3 periode, yakni: Periode

perintisan (1881-1902), periode peletakkan dasar (1902-1947), dan periode berdiri

sendiri (1947-sekarang).1

Sejak berdiri sendiri GKS mengalami dinamika-dinamika dalam

berbagai pelayanannya yang mana hal tersebut terbagi dalam empat periode waktu,

yakni:2

1. Tahun 1947 hingga 1972 GKS dalam periode mencari bentuk.

1Majelis Sinode GKS.Garis-Garis Besar Kebijakan Umum Tahun 2014-2018. BPMS GKS. (Waingapu:

2014), 2. 2 Ibid.,2.

Page 2: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

57

2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai

rencana pendewasaan.

3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran untuk makin terlibatnya warga secara

aktif dalam Pekabaran Injil (PI).

4. Tahun 1990-an merupakan masa berbenah diri dan terjadi beberapa perubahan

dalam pertumbuhan GKS, misalnya: mulai tahun 1990 pelaksanaan sidang

sinode dilakukan dalam 4 tahunsekali; dilakukan kerja sama denga UKSW dan

disusun Rencana Induk Pengembangan tahun 1992-2002; Tata Gereja GKS

yang baru ditetapkan pada tahun 1998 di Sidang Sinode Ombarade, dan lain-

lain.

3.2.2 Wilayah Pelayanan

Wilayah pelayanan GKS meliputi seluruh pulau Sumba. Sejauh ini

belum ada rencana atau wacana untuk membangun gereja di wilayah luar Sumba.

Warga GKS yang tinggal diluar Sumba biasanya bergabung dengan gereja yang

seasaz dengan GKS. GKS terdiri dari 171 jemaat mandiri, dimana 10% jemaatnya

berada di ibu kota kabupaten (Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan

Sumba Barat Daya). Sedangkan selebihnya berada di wilayah pedesaan dengan

kondisi bentangan alam yang berbukit-bukit. Keadaan wilayah seperti ini juga

biasanya mempengaruhi keadaan ekonomi jemaat.3

3 Ibid,. 2.

Page 3: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

58

3.2.3 Statistik Pertumbuhan Jemaat

Pada beberapa tahun terahir ini, GKS terus mengalami pertumbuhan

dan perkembangan baik dari jumlah anggota jemaat, jemaat mandiri dan juga

klasis. Hingga tahun 2014, jemaat mandiri berjumlah 171 jemaat. Hal ini juga

masih terus bertambah seiring dengan upaya percepatan kemandirian cabang-

cabang jemaat GKS. Jumlah cabang dan ranting/Pos PI secara keseluruhan

mencapai 750-780 buah. Untuk lebih jelasnya, berikut tabel tentang jumlah jemaat

disetiap kabupaten.4

Tabel. 3.1 Data Jumlah Jemaat ditiap Kabupaten

No. KABUPATEN JUMLAH JEMAAT

1. Sumba Timur 64

2. Sumba Tengah 29

3. Sumba Barat 26

4. Sumba Barat Daya 52

Jumlah 171

Sumber:Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kabupaten Sumba Timur

yang paling banyak jumlah jemaatnya karena wilayah ini yang paling luas dari

semua kabupaten yang ada. Tetapi di tiga kabupaten lain juga mengalami

peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Ada pun laju pertumbuhan jemaat

GKS setiap tahunnya adalah sebagai berikut: Jumlah jemaat mandiri pada tahun

2010 adalah 142 jemaat. Pada tahun 2011 ada penambahan 3 jemaat. Demikian

4 Ibid., 4.

Page 4: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

59

pula pada tahun 2012 bertambah 4 jemaat, tahun 2013 bertambah 7 jemaat, dan

tahun 2014 bertambah 15 jemaat. Sehingga jumlah keseluruhan jemaat dari tahun

2010 sampai dengan tahun 2014 adalah 171 jemaat.5

3.2.4 Jumlah Klasis

Jemaat-jemaat yang ada di GKS tergabung dalam 32 klasis di mana

setiap klasis terdiri dari 3-10 jemaat terdekat yang terhimpun dalam satu klasis.

Ada 11 klasis yang memiliki lebih dari 5 jemaat dalam satu klasis, yakni: klasis

Pahunga Lodu, Rindi Umalulu, Matawailuri, Kambaniru, Padira Tana,

Waikabubak, Wanukaka, Lamboya, Waimarangu, Yango, Kodi, dan Kodi Umbu

Ngedo.6

Tabel. 3.2 Tabel Jumlah Klasis ditiap Kabupaten

No. Kabupaten Jumlah Klasis

1. Sumba Timur 14

2. Sumba Tengah 5

3. Sumba Barat 4

4. Sumba Barat Daya 9

Jumlah 32

Sumber:Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018.

Keadaan klasis yang seperti ini merupakan salah satu tantangan

tersendiri bagi GKS. Karena dengan wilayah klasis yang terlalu luas dan jarak yang

cukup jauh menyulitkan para pelayan untuk berkumpul atau pun bekerja sama

5 Ibid,. 4

6 Ibid,. 4

Page 5: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

60

sekaligus tukar pikiran mengusahakan pengembangan dan kemajuan bersama

dalam klasis tersebut. Jarak yang jauh akan membutuhkan biaya yang banyak,

waktu dan tenaga yang lebih pula untuk berkumpul bersama.

3.2.5 Jumlah keanggotaan GKS

Jumlah warga jemaat menurut data yang ada kurang lebih 426.192 jiwa,

belum termasuk anak-anak dan simpatisan. Sedangkan jumlah warga per-jemaat

kurang lebih 3000 jiwa. Di antara jemaat-jemaat se-GKS, ada 4 jemaat yang

memiliki jumlah warga jemaat terbanyak yakni, Waingapu, Waikabubak, Payeti,

Kambaniru dan Kalumbukuni. Adapun jumlah jemaatnya dipaparkan dalam tabel

berikut.

Tabel 3.3, Jumlah warga jemaat terbanyak di GKS

No. Jemaat Jumlah Warga

1. Waingapu 9256 jiwa

2. Payeti 8226 jiwa

3. Waikabubak 7577 jiwa

4. Kambaniru 7456 jiwa

5. Kalumbu Kuni 6310 jiwa

Sumber:Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018.

Jumlah jemaat yang ada di sinode belum valid. Permasalahan yang

dihadapi adalah pendataan warga jemaat yang harus terus diperbaharui sesuai

pertumbuhan dan laju perkembangan jemaat. Jumlah ini masih harus

Page 6: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

61

diuji/divalidasi lebih lanjut. Berikut akan diuraikan dalam tabel jumlah warga

jemaat di tiap kabupaten beserta jumlah jemaat, jumlah klasis dan jumlah

pendetanya.

Tabel 3.4, Tabel Kompilasi Klasis, Jemaat, Pendeta dan jumlah Warga.

No. Kabupaten Klasis Jemaat Pendeta Warga

1. Sumba Timur 14 64 80 180.318

2. Sumba Tengah 5 29 29 53.900

3. Sumba Barat 4 26 30 68.950

4. Sumba Barat Daya 9 52 52 123.024

Total 32 171 191 426.192

Sumber:Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018.

3.2.6 Jumlah Pelayan

Pada saat ini, pendeta aktif di GKS berjumlah 222 orang. Di antara

pendeta aktif, pendeta jemaat berjumlah 191 orang yang tersebar di seluruh

wilayah Sumba. Sedangkan pendeta umum berjumlah 25 orang yang juga diutus

oleh jemaat ke perguruan tinggi, lembaga kesehatan atau pun lembaga pemerintah.

Terdapat 6 orang pendeta layak panggil yang sedang dipersiapkan. Selanjunya,

ratio pelayanan setiap pendeta jemaat melayani 2600-2700 warga jemaat.

Di GKS, jumlah pelayan lain seperti vicaris berjumlah 87 orang, terdiri

dari 79 orang vicaris dan 8 orang yang sedang orientasi vicaris. Jumlah majelis

jemaat kurang lebih 78 orang per-jemaat dengan rincian 72,7% penatuan, 1,7%

pendeta dan 25,6% diaken.

Page 7: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

62

Tabel 3.5, Penugasan Pendeta Umum GKS

Penugasan Pendeta Umum GKS

No. Penugasan Jumlah

1. Sinode GKS 4

2. STT GKS 5

3. YUMERKRIS 3

4. STIE Kriswina 1

5. UKAW 5

6. UKDW 1

7. STT Cipanas 1

8. DPRD 3

Jumlah Total 23

Sumber:Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018.

Selanjutnya, akan ditunjukkan juga bagaimana pertambahan dan ratio

jemaat dan pendeta jemaat, seperti yang terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.6, Pertambahan dan Ratio Jemaat dan Pendeta Jemaat

Tahun Jemaat Pendeta Jemaat Ratio

2010 142 158 1:1.126

2011 145 162 1:1.117

2012 149 164 1:1.110

2013 155 174 1:1083

2014 171 191 1:1.113

Sumber:Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018.

Page 8: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

63

Dari tabel-tabel di atas sangat terlihat jelas bahwa jumlah warga jemaat

dan jumlah pelayan tidak seimbang. Karena satu orang pendeta harus melayani

seribu lebih warga jemaat. Apalagi di GKS, rata-rata jumlah pendeta di tiap jemaat

hanya satu orang. Sehingga pasti pelayanan yang dilakukan juga kurang efektif

meski pun ada tenaga lain yang membantu seperti Guru Injil, Kaum Awam Pelayan

dan Majelis.

3.3 Komposisi Pendeta Jemaat di GKS

Pendeta-pendeta di GKS merupakan orang-orang asli Sumba, meski pun ada

beberapa pendeta yang berasal dari suku yang berbeda seperti, Sabu, Ambon atau pun Jawa.

Rata-rata pendeta yang berasal dari luar pulau Sumba ini menjadi pendeta GKS karena

pernikahan, kecuali orang Sabu karena sudah sejak dahulu pindah ke Sumba.

Jika dilihat dari latar belakang pendidikan, pendeta-pendeta yang melayani di GKS

merupakan lulusan dari berbagai sekolah Teologi yang ada di Indonesia, seperti: UKAW

(Kupang), UKSW (Salatiga), UKDW (Yogyakarta), INTIM Makassar, STT Jakarta, atau pun

dari STT Lewa milik GKS sendiri. Dengan latar belakang pendidikan teologi yang berbeda-

beda ini mempengaruhi pola pikir dan gaya kepemimpinan dari pendeta-pendeta yang ada di

GKS. STT Intim Makassar misalnya yang sangat menekankan Teologi, lulusan dari STT ini

akan berbeda dengan lulusan UKSW yang menekankan sosiologi agama. Bagaimana cara

berteologi yang dimiliki oleh pendeta, itulah yang akan menentukan bagaimana ia memimpin

jemaatnya dan menuntunnya dalam menjawab masalah-masalah sosial yang ada, termasuk

masalah lingkungan hidup.7

7 Badan Pelaksana Majelis Sinode GKS. Laporan Sidang Sinode ke-41. Ramuk. 12-15 Juli 2014.

Page 9: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

64

Dari data pendeta yang ada, kebanyakan pendeta yang melayani di GKS

merupakan lulusan dari UKAW Kupang. Memang cukup sulit untuk mengetahui secara jelas

berapa jumlah pendeta yang lulus dari masing-masing sekolah teologi yang sudah dijelaskan

di atas. Karena dari data yang diperoleh dari GKS, tidak mencantumkan hal itu. Tetapi dari

gelar yang dimiliki, sangat terlihat bahwa hampir 90% bergelar S.Th (Sarjana Theologia),

sedangkan sisanya bergelar S.Si-Teol (Sarjana Sains Teologi). Untuk lebih jelasnya, akan

terlihat dalam tabel berikut ini.8

Tabel. 3.7, Komposisi Pendeta Jemaat di salah satu Klasis

Klasis Jemaat Pendeta

Matawai Luri

Tanarara Pdt. Dina Rambu L.H. Ndewa, S. Th

Matawaiwatu Pdt. Yohanes Meta Yiwa, S. Th

Kamanggih Pdt. Endal Meta Yiwa, S. Th

Mauramba Pdt. Stefanus Kendal, S. Th

Penang Pdt. Ferdinand K. Nggenggal, S. Th

Lai Ronja Pdt. Yantina Tamu Ina, S. Si

Lai Mbonga Pdt. Eriana Pataledi, S. Th

Rindi

Kayuri Pdt. Tanece W. Welem, S.Th

Melolo Pdt. Frida R. Kore, S. Th

Tana lingu Pdt. Trince B. Dondu, S. Th

Tana Raing Pdt. Katrina Remi Hau, S. Th

Pau Umabara Pdt. Efraim Anamila, S. Si

Praibakul Pdt. Katrina Rada Boku, S. Th

8 Ibid.,

Page 10: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

65

Wanukaka

Wai Hura Pdt. Verawati R. Ndjata, S. Th

Pdt. Maryanti B. Bara Gae, S. Th

Kaka Pahwano Pdt. Dra. Astaty Lay, S. Th

Rua Pdt. Karel Novri Radjah, S. Th

Puli Pdt. Marlin M. T. Radjah, S. Th

Waika’awatu Pdt. Sofia Ester Malo, S. Th

Pahola Pdt. Erniati Dangu Wali, S. Th

Hupu Mada Pdt. Hermanus Dahwali, S. Th

Sumber:Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018.

Berdasarkan tabel ini, sangat jelas bahwa perbandingan gelar S. Th dan S. Si di

GKS sangatlah jauh. Dalam 3 klasis diatas, hanya ada satu yang bergelar S.Si dalam klasis

yang berbeda, sedangkan sisanya adalah S. Th. Jika dilihat lebih jauh dalam klasis-klasis

yang lain malah sama sekali tidak ada pendeta yang bergelar S. Si seperti yang terjadi di

klasis Wanukaka.

3.4 Sejarah Singkat Kepedulian GKS terhadap Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan merupakan salah satu masalah serius yang sudah lama terjadi

di pulau Sumba. Permasalahan ini pada beberapan tahun terakhir ini cukup menyita perhatian

baik pemerintah maupun gereja dalam hal ini GKS. Menurut pengakuan bapak Rory selaku

koordinator bidang Kesaksian dan Pelayanan, kepedulian GKS terhadap lingkungan sudah

lama dibahas dan dilakukan.

“Pada sidang sinode ke-36 di jemaat Karita tahun 1994, GKS sudah gencar membahas

tentang isu lingkungan karena orang suka membakar padang ketika membuka ladang. Nah

Page 11: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

66

disitu GKS mulai membuat seruan-seruan ke warga jemaatnya untuk tidak seperti itu.

Kalau kita cinta lingkungankan tidak boleh seperti itu. Mereka kalau mau pindah lahan,

mereka bakar lahan disini, kalau kejar hewan untuk berburu bakar padang. Gereja melihat

bahwa ini kurang bagus. Sejak sidang sinode ke-36 di Karita GKS sudah mulai berbicara

mengenai hal itu”.9

Pembahasan mengenai permasalahan lingkungan ini dilatar belakangi oleh

kebiasaan-kebiasaan masyarakat Sumba membakar padang dan hutan untuk alasan-alasan

sederhana, seperti yang telah dikemukakan diatas karena hal ini menyebabkan banyak

masalah, seperti kekeringan dan api yang merambat menyebabkan kebakaran yang lebih

besar di mana semua tanaman dan pohon-pohon di padang dan hutan ikut terbakar.10

3.5 Kepedulian GKS Terhadap Lingkungan Hidup

Pembahasan mengenai masalah lingkungan merupakan suatu pembahasan yang

penting dan serius di pulau Sumba. Terutama ketika pulau Sumba sering mengalami

kekeringan akibat kemarau panjang yang mengakibatkan angka kemiskinan semakin

meningkat. Selain itu, ada masalah baru juga yang muncul seperti masalah tambang emas

yang dilakukan di gunung Wanggameti Sumba Timur. Berdasarkan masalah-masalah ini,

gereja dalam hal ini GKS juga turut mengambil bagian dalam membahas masalah lingkungan

hidup yang terjadi ini secara serius. Pembahasan ini diangkat pada persidangan sinode ke-40

di Parewatana tahun 2010, seperti yang dikatakan oleh ketua umum sinode GKS, bapak

Alfred Djama Samani.

Kita mulai membahas itu secara serius pada persidangan ke-40 di Parewatana dengan

mengeluarkan surat pengembalaan terkait dengan posisi GKS dan lingkungan. Dan pada

waktu itu kita sempat berlawanan juga dengan pemerintah, terkait masalah tambang mas di

9 Wawancara dengan bapak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor

Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita. 10

Wawancara dengan bapak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor

Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita.

Page 12: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

67

Wanggameti. Sehingga pada waktu itu dikeluarkan surat dan kita tetapkan bulan Agustus

sebagai bulan lingkungan hidup.11

Pembahasan serius ini diikuti dengan penetapan bulan Agustus sebagai bulan

lingkungan hidup. Penetapan bulan lingkungan ini disertai dengan pembuatan bahan khotbah

dan bahan PA tentang lingkungan selama satu bulan untuk menolong jemaat menyadari

pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan hidup.12

Hal ini juga diakui oleh ibu Pdt.

Marlin Lomi selaku sekretaris umum sinode.

Secara sinode, dalam rangka pelestarian lingkungan dalam setiap pertemuan kita

menjadikanhal itu pembahasan tapi juga kita pernah membuat di bulan keluarga khotbah

yang bertemakan lingkungan, itu pada bulan oktober. Kalau tidak salah tahun lalu.13

Tetapi menurut beliau menjadikan bulan Agustus sebagai bulan lingkungan hidup

bagi warga Sumba sebenarnya kurang cocok, karena pada bulan itu, musim kekeringan

sedang mencapai puncak. Sehingga pada bulan Agustus itu hanya berupa himbauan,

sedangkan aksi nyatanya baru dilakukan pada bulan November yakni pada saat hujan mulai

turun.14

Secara sinodal, program-program kerja yang akan dilakukan selain dibahas dalam

persidangan sinode, hal itu dibahas dan diputuskan juga dalam Rapat Tahunan. Hal ini

dilakukan, mengingat sidang sinode GKS dilakukan dalam 4 tahun sekali, sedangkan dalam

proses pelaksanaan program mengalami banyak perkembangan ataupun perubahan. Karena

itulah ada rapat tahunan juga yang dilakukan oleh perangkat sinode. Sehingga melalui rapat

11

Wawancara dengan pak Alfred Djama Samany, ketua umum sinode GKS, kantor sinode, 29 Oktober 2015,

pukul 09.30 Wita. 12

Wawancara dengan pak Alfred Djama Samany, ketua umum sinode GKS, kantor sinode, 29 Oktober 2015,

pukul 09.30 Wita. 13

Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, sekretaris umum GKS, kantor sinode 26 Oktober 2015, pukul 11.00

Wita.

14

Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, sekretaris umum GKS, kantor sinode 26 Oktober 2015, pukul 11.00

Wita.

Page 13: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

68

tahunan ini, setiap bidang dan komisi yang ada di sinode akan melaporkan hasil pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan. Pada rapat tahunan ini juga dilakukan evaluasi terhadap setiap

kegiatan yang telah dilakukan sekaligus juga penetapan kembali program-program kegiatan

apa yang akan dilakukan dalam 1 tahun ke depannya.15

Di sinode GKS, dalam struktur organisasinya, terdapat 4 bidang yang akan

mengatur setiap program-program pelayanan yang ada. Ada pun bidang-bidang tersebut

yakni, bidang Organisasi dan Ketenagaan (ORTEG), bidang Kesaksian dan Pelayanan

(KESPEL), bidang Bimbingan dan Latihan (BINLAT) dan bidang Penelitian dan

Pengembangan. Sedangkan komisi-komisinya antara lain, komisi Anak/Remaja, komisi

Pemuda dan komisi Perempuan. Berbagai pembahasan dalam sidang sinode menghasil

keputusan-keputusan sinode yang kemudian dijabarkan dalam berbagai program-program

kerja GKS. Semua program kerja itu termuat dalam Garis-Garis Besar Kebijakan Umum

(GBKU) GKS.16

GBKU ini mejadi patokan bagi semua program kegiatan yang dilakukan.

GBKU sendiri dirancang atas dasar keputusan sinode yang menunjuk dan memilih

panitia penyusun untuk merancang dan menyusun GBKU. Panitia ini kemudian melaporkan

kepada sidang I Majelis Sinode GKS untuk ditetapkan menjadi GBKU GKS, seperti yang

terbaru misalnya, periode 2014-2018.

Selain itu, dalam pembahasan sidang sinode ke-41 di Ramuk tahun lalu, salah satu

isu aktual yang dibahas adalah masalah lingkungan hidup. Pembahasan lingkungan hidup

dilihat sebagai masalah yang serius, mengingat bahwa lingkungan hidup yang baik, bersih,

dan sehat sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Tetapi dalam kenyataannya

15

Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, Sekretaris Umum GKS, kantor Sinode, 26 Oktober 2015, pukul

11.00 Wita. 16

Majelis Sinode GKS.Garis-Garis Besar Kebijakan Umum Tahun 2014-2018. BPMS GKS. (Waingapu:

2014), 24.

Page 14: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

69

terjadi pengrusakan lingkungan hidup yang besar, sebagai akibat ladang berpindah,

pembakaran hutan, illegal loging, eksplorasi dan eksploitasi hutan. Selain itu, kurangnya juga

kesadaran mengenai gerakan reboisasi. Karena itu dengan memperhatikan keputusan sidang

Majelis Sinode II, pasal 24 tentang pemberdayaan lingkungan hidup serta sidang Majelis V,

pasal 16 tentang lanjutan monitoring kegiatan lingkungan maka, sidang sinode GKS

memutuskan bahwa:17

1. BPMS tetap menjalin kerjasama dengan Dinas Kemakmuran dan LSM yang bergerak

di bidang kelestarian lingkungan hidup serta mempercayakan kepada jemaat melalui

BPMS GKS terkait pengadaan tanaman umur panjang

2. Menyerukan kepada jemaat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan

reboisasi dan pemanfaatan lahan tidur.

3. Membangun pemahaman bersama melalui seminar, khotbah, katekisasi, PART/PKS.

Kemudian, dalam persidangan sinode yang lalu GKS juga secara khusus membahas

tentang sikap GKS terhadap eksploitasi hutan. Persidangan sinode tersebut melihat bahwa

perlunya sikap nyata dari GKS untuk menyikapi masalah eksplorasi dan eksplotasi yang

berdampak pada lingkungan. Pada sidang Sinode II BPMS ditugaskan untuk mengeluarkan

himbauan kepada PEMDA, DPRD, Gubernur, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri

Pertambangan dan Energi. Karena itu, sidang sinode ke-41 GKS memutuskan:

1. Memberi tugas kepada BPMS GKS untuk terus menyuarakan dan mendesak PEMDA

untuk mencabut surat ijin eksploitasi sesegera mungkin.

2. Majelis jemaat dan BPMJ terus melakukan pendampingan pastoral bagi jemaat dan

masyarakat yang berada di sekitar area pertambangan.

17

Daftar keputusan Sidang Sinode ke-41 GKS. Sinode GKS. Ramuk, 15-22 Juli 2014.

Page 15: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

70

Daftar-daftar keputusan ini juga yang akan lebih menguatkan program yang sudah

dirancang dalam GBKU. Oleh karena itu, daftar keputusan ini juga dikirimkan kepada klasis-

klasis dan jemaat-jemaat disamping sudah ada perutusan dalam persidangan sinode. Hal ini

penting, agar apa yang belum jelas dari yang disampaikan oleh perutusan, dapat diperjelas

kembali melalui daftar-daftar keputusan sinode.

Selanjutnya, Bidang yang menangani masalah lingkungan hidup pada aras sinode

adalah bidang Kesaksian dan Pelayanan. Secara keseluruhan, bidang ini bertugas untuk

meningkatkan mutu kehidupan dalam berbagai bidang kehidupan seperti (sosial, ekonomi,

pendidikan dan kesehatan). Adapun rancangan kegiatan yang disusun oleh bidang Kesaksian

dan Pelayanan untuk periode 2014-2018 antara lain sebagai berikut:18

Tabel 3.8, Tabel Program Kerja Bidang KESPEL

No. Program Kegiatan Jem Kls Sin

1

Pemberdayaan

ekonomi

Pelatihan dan pemberdayaan

kelompok tani dan nelayan

s

s

Pelatihan dan pemberdayaan

kelompok wira usahan kecil

Pelatihan dan pemberdayaan

kelompok pengrajin

2

Pemberdayaan

Pelayanan obat

Pelatihan tenaga medis (kader

18

Majelis Sinode GKS.Garis-Garis Besar Kebijakan Umum Tahun 2014-2018. BPMS GKS. (Waingapu:

2014), 27-28.

Page 16: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

71

kesehatan masyarakat posyandu, dll)

Pelayanan kesehatan ibu dan anak

3

Pemberdayaan

bidang pendidikan

Pengembangan kompetensi dan

kualifikasi tenaga pendidikan

Pengembangan kesadaran tentang

mutu pendidikan

Kunjungan BPMJ, BPMK, BPMS

secara berkala ke semua sekolah

Yapmas

Pengadaan buku sekolah melalui

unit usaha GKS

Penyediaan perpustakaan keliling

oleh TB GKS

Pengembangan Pendidikan Anak

Usia Dini

Pengembangan Pusan Pembinaan

Anak (PPA)

4

Pemeliharaan dan

Pelestarian

lingkungan

Pemanfaatan lahan gereja

Sosialisasi hutan keluarga

Pemeliharaan dan pelestarian

sumber air

Pelatihan pembibitan anakan bagi

warga jemaat

Page 17: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

72

5

Penyadaran bahaya

narkoba, HIV/AIDS

Pembinaan keluarga tentang bahaya

narkoba dan HIV/AIDS

Pembinaan generasi muda tentang

bahaya narkoba dan HIV/AIDS

6

Penanggulangan

bencana

Survey lokasi/sasaran bencana alam

Penyiapan panduan penanggulangan

bencana

Aksi penanggulangan bencana

Pelayanan pasca bencana

7 KDRT Pelaksanaan program terapan

8 Kesetaraan Gender Partisipasi yang meningkat dalam

peran gender masyarakat

Sumber:Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018.

Keterangan:

Jem: Jemaat, Kls: Klasis, Sin: Sinode. Tanda kotak hitam pada kolom jemaat, klasis atau

pun sinode menunjukkan bahwa kegiatan itu dilakukan di semua aras, baik di jemaat,

klasis, maupun sinode. Jika kotak hitam hanya ada pada salah satu kolom, hal itu berarti

kegiatan tersebut hanya di lakukan di aras sinode saja atau pun di jemaat saja.

Berdasarkan tabel program dari bidang KESPEL ini, menunjukkan bahwa sudah

ada program-program yang sedang diusahakan dan dijalankan oleh GKS dalam rangka

memelihara dan melestarikan lingkungan hidup. Hal ini diakui juga oleh koordinator dari

bidang ini Pak Rory, bahwa untuk mewujudkan program-program kerja ini, bidang KESPEL

Page 18: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

73

sinode GKS telah menjalin kerja sama dengan pemerintah yakni dinas kehutanan dan

pertanian untuk pengadaan bibit atau pun anakan pohon dalam rangka reboisasi atau

penghijaun.

“Program sinode sasarannya adalah jemaat. Jadi, kita tetap melakukan fungsi monitoring

dan evaluasi oleh sinode GKS tetapi basisnya ada di jemaat, sasarannya adalah jemaat.

Warga jemaat dengan hutan keluarga atau pun hutan gereja yang memakai manfaat lahan.

Tidak harus sinode terus-menerus, kan ada majelis jemaat. Mereka langsung bertemu

dengan masyarakat, bukan sekali-sekali saja. Karena ada 4 kabupaten ini yang harus kita

lihat. Sasarannya tetap pada warga jemaat melalui pintu jemaat”19

Pada beberapa tahun terakhir ini, ada sebuah program dari bidang KESPEL yang

cukup menolong jemaat dalam mengembangkan kesadaran tentang kepedulian terhadap

lingkungan. Program itu adalah hutan gereja, kemudian berkembang menjadi hutan keluarga.

Pengembangan hutan gereja dan hutan keluarga ini bermula dari program pemerintah

kabupaten Sumba Timur yang mencanangkan hutan rakyat. Hal ini disampaikan oleh bapak

Ketua Umum Sinode GKS.20

Ketika pemerintah mencanangkan program ini, gereja dalam hal ini GKS melihat

ide ini sebagai ide yang sangat baik untuk dikembangkan dalam kontekskehidupan bergereja.

Hal ini sekaligus sebagai bentuk dukungan gereja terhadap usaha pemerintah untuk

mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memperhatikan lingkungan

hidup dengan cara menanam pohon-pohon umur panjang. Namun, GKS kemudian membuat

itu lebih spesifik menjadi hutan gereja dan hutan keluarga.21

Sejauh ini, kerja sama di antara pemerintah dan GKS masih terus berlangsung dan

cukup berhasil. Di samping itu, melalui program sinode, pemerintah juga bisa menyalurkan

19

Wawancara dengan Pak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita.

20 Wawancara dengan pak Alfred Djama Samani, ketua umum sinode GKS, kantor sinode, 29 Oktober 2015,

pukul 09.30 Wita. 21

Wawancara dengan pak Alfred Djama Samani, ketua umum sinode GKS, kantor sinode, 29 Oktober 2015,

pukul 09.30 Wita.

Page 19: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

74

bantuan lain kepada masyarakat seperti padat karya terhadap masyarakat miskin, terutama

pada musim kering seperti sekarang ini. Pada musim kemarau seperti ini, banyak masyarakat

yang kekurangan bahan makanan karena lahan mereka kering dan mengakibatkan gagal

panen, sehingga melalui program ini, masyarakat mendapat bantuan.22

Hasil dari kerja sama ini, dirasakan oleh salah satu jemaat yang sudah menjadi

trand center dalam menjalankan hutan keluarga yakni jemaat Tangga Madita. Jemaat ini

sudah memperoleh hasil yang cukup memuaskan dari hasil tanaman pohon-pohon produktif

yang sudah dilakukan selama ini. Menurut ibu sekum, yang juga merupakan pendeta di

jemaat ini, sudah ada 50 buah rumah yang berdiri sebagai hasil dari pohon yang ditanam

sendiri oleh warga jemaat. Program ini sangat membantu warga jemaat untuk melakukan

pelestarian lingkunga hidup. Karena dengan adanya pohon-pohon di sekitar rumah akan

membuat udara lebih sejuk dan tidak terlalu panas. Selain itu juga, hutan keluarga ini sangat

menolong warga jemaat dalam pengadaan kayu untuk kebutuhan pembangunan rumah

mereka, sekaligus juga meningkatkan ekonomi keluarga ketika hasil pohon itu bisa dijual.

Sehingga hal ini sangat membantu warga jemaat dan mempengaruhi masyarakat umum juga

untuk menyadari pentingnya menanam pohon-pohon produktif.23

Lebih lanjut, ibu Marlin Lomi menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil ini

bukanlah perkara yang mudah. Karena untuk melakukan penyadaran terhadap warga jemaat

membutuhkan kesabaran yang lebih dan juga ketekunan. Menurutnya, warga jemaat Tangga

Madita mencapai hasil seperti sekarang ini membutuhkan waktu 5-8 tahun. Itu pun karena

warga jemaat melihat bukti yang dihasilkan oleh beberapa orang yang mempraktekkan hutan

22

Wawancara dengan Pak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor

Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita. 23

Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, sekretaris umum GKS, kantor sinode 26 Oktober 2015, pukul 11.00

Wita.

Page 20: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

75

keluarga ini. Sehingga sekarang ini, hampir semua warga jemaat sudah melakukan

penanaman pohon-pohon produktif di sekitar rumah-rumah mereka.24

3.6 Faktor Pendukung tentang Kepedulian GKS terhadap Lingkungan Hidup

Berdasarkan percakapan yang dilakukan dengan bapak dan ibu perangkat sinode

GKS, adapun faktor pendukung tentang kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup, antara

lain:

a. Kerja sama dengan pemerintah. Hal ini sangat menolong GKS dalam pengadaan bibit

atau pun anakan pohon-pohon yang diperlukan seperti cendana, Mahoni, Gamalina

dan beberapa tanaman umur panjang lain. Selain itu, melalui kerja sama dengan

pemerintah GKS juga dapat secara bersama melakukan sosialisasi atau pun berdiskusi

melalui forum resmi atau pun tidak resmi, seperti mengenai program STBM (Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat) terkait dengan kebersihan. Program ini menolong

masyarakat tentang pentingnya memiliki WC. Karena di Sumba, khususnya di

pedesaan masih banyak masyarakat yang tidak memiliki WC.25

b. Ketersediaan lahan atau lokasi. Sumba merupakan wilayah yang cukup luas dan

sampai saat ini masih tersedia lahan kosong untuk melakukan penghijauan. Kondisi

ini sebenarnya sangat baik untuk terus mengembangkan baik, hutan rakyat, hutan

gereja maupun hutan kelaurga.26

Hal ini juga didukung oleh pendapat ibu sekum

24

Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, sekretaris umum GKS, kantor sinode 26 Oktober 2015, pukul 11.00

Wita. 25

Wawancara dengan Pak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor

Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita. 26

Wawancara dengan Pak Alfred Djama Samani, ketua umum sinode GKS, kantor sinode, 29 Oktober 2015,

pukul 09.30 Wita.

Page 21: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

76

bahwa setiap orang Sumba pasti memiliki halaman yang cukup di sekitar rumah untuk

ditanami beberapa pohon umur panjang.27

c. Adanya upaya menggunakan cara yang baru untuk membangun rumah dengan

menggunakan baja ringan. Sehingga penebangan kayu untuk kebutuhan pembangunan

diminimalisir.

d. Dasar Alkitabiah. Seruan-seruan melalui mimbar dan bahan-bahan PA dapat menjadi

pendorong bagi jemaat untuk menyadari pentingnya memperhatikan lingkungan.

Karena Tuhan sudah perintahkan dalam firman-Nya. Misalnya, dalam kebersihan

lingkungan, tidak boleh BAB sembarangantertulis dalam Ulangan 23:12-13 yang

berisi perintah Tuhan kepada Israel saat mereka berada di padang gurun.28

3.7 Faktor-faktor Penghambat Kepedulian GKS terhadap Lingkungan Hidup

Selain faktor-faktor pendukung, terdapat juga faktor-faktor penghambat dari

kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut:

a. Kebiasaan orang-orang Sumba membakar padang. Hal ini merupakan kebiasaan yang

sudah menjadi budaya, karena setiap tahun masyarakat Sumba khususnya Sumba

Timur selalu membakar padang. Menurut semua perangkat sinode yang penulis

wawancarai tingkat pembakaran padang dan hutan dari bulan Agustus lalu hingga

sekarang terus meningkat. Bahkan taman Nasional pun ikut terbakar, sehingga

mengakibatkan semua tanaman pun mati. Apalagi dengan keadaan Sumba saat ini

yang belum hujan. Kebiasaan ini, sangat memperparah cuaca sehingga semakin panas.

27

Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, sekretaris umum GKS, kantor sinode 26 Oktober 2015, pukul 11.00

Wita. 28

Wawancara dengan Pak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor

Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita.

Page 22: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

77

b. Kesadaran jemaat yang masih sangat rendah mengenai pentingnya memperhatikan dan

melestarikan lingkungan hidup. Keadaan ini juga semakin memperparah keberadaan

hutan yang ada, karena masyarakat hanya mau menebang dan memakai sumber daya

alam tetapi tidak mau mengembangkan dan melakukan pembangunan berkelanjutan.

Contoh, ketika terjadi kebakaran, ketika kita lewat, kita lihat ada terbakar kita tidak

turun padamkan api tidak. Kita berpikirkan kan ada polhut (polisi hutan) mereka

yang harus padamkan ini. Tapi kalau ini semua punya pikiran yang sama dan merasa

itu adalah tanggung jawab bersama siapa pun pasti akan pedulikan. Sangat berbeda

sekali pola pikir kita dengan orang Barat, kalau orang Barat mereka tidak mau tahu

ini tugasnya siapa, semua bertanggung jawab. Kalau kita, sering saling menunggu

dan tidak merasa memiliki.

Kurangnya kesadaran jemaat juga mempengaruhi kemauan mereka untuk menanam

pohon apalagi memelihara. Mungkin untuk menanam saja tidak terlalu sulit tetapi

proses pemeliharaan tanaman itu terkadang yang sulit bagi jemaat.

Selain itu, sikap acuh mereka yang sangat memprihatinkan ketika gereja sudah

berusaha menjalin kerja sama dengan pemerintah tetapi ketika anakan itu sudah

tersedia, mereka sama sekali tidak mempedulikan. Bahkan sampai anakan itu diantar

ke rumah-rumah mereka juga tidak memiliki respon yang positif, malah mereka

bertanya: itu apa?

Sikap seperti ini juga membuat gereja cukup kesulitan untuk mengajar dan

menyadarkan jemaat. Seolah-olah jemaat masih merasa asing dengan apa yang

diusahakan gereja.

c. Pengaruh iklim yang tidak menentu.

Kita boleh menanam kalau kemarau panjang akan jadi soal, kita boleh menanam tapi

kalau juga tingkat pembakarannya tinggi, pembakaran hutannya, ini juga jadi soal.

Tapi kalau pembakaran padang dan hutan ada dua, bisa disebabkan oleh manusia,

tapi bisa juga oleh alam. Maksudnya begini, terlalu panas bumi ini tinggi gesekan

kayu dan batu saja bisa jadi api. Contoh: kemarin kita pulang dari Ramuk, masa ada

di gunung tertinggi bisa ada asap. Tidak mungkin ada orang yang membakar itu!

berdasarkan hasil pembicaraan dengan masyarakat juga seperti itu. Tidak ada orang

yang bakar tapi karena panas bumi tinggi, jadi gesekan batu dan kayu bisa jadi api.29

29

Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, sekretaris umum GKS, kantor sinode 26 Oktober 2015, pukul 11.00

Wita.

Page 23: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

78

Ketika warga jemaat memiliki semangat untuk menanam tetapi kesediaan air terbatas,

bahkan untuk kebutuhan pokok seperti masak dan mandi saja susah bagaimana

mungkin mereka masih berpikir untuk menyiram pohon?

d. Karakter warga jemaat yang hanya menginginkan sesuatu yang instan. Hal ini sangat

nampak melalui tindakan mereka yang menjual pohon yang mereka sudah tanam

dengan harga yang sangat murah karena urusan mendadak, sedangkan mereka harus

tetap memelihara pohon itu sampai waktunya pembeli mau menebangnya. Mereka

yang berusaha keras menanam dan memelihara tetapi mereka tidak menikmati hasil

yang memuaskan. Fenomena ini juga yang merisaukan para pelayan GKS saat ini.

e. Ketidak tertiban hewan peliharaan. Sumba dikenal dengan sebutan sandlewood karena

di pulau ini ada banyak hewan peliharaan, seperti: kuda, sapi, kerbau, kambing dan

seterusnya. Banyaknya hewan peliharaan menjadi salah satu penyebab utama mengapa

banyak warga jemaat malas untuk menanam pohon. Karena ketika mereka menanam,

dan tanaman itu mulai tumbuh dan dirawat dengan baik, namun ketika ada hewan yang

merusakkannya maka itu akan melemahkan kembali semangat warga jemaat untuk

memperhatikan lingkungan. Seperti yang terjadi di salah satu jemaat yakni jemaat

Nggongi, meskipun pagar yang dibuat dua sampai tiga lapis, hewan-hewan tetap bisa

merubuhkan pagar tersebut dan merusak segala tanaman yang ada di kebun. Sehingga

ini juga menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi.

Page 24: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

79

f. Situasi real di Sumba di mana kondisi hutan tinggal 6-8% (terkait dengan penebangan

liar, pembakaran hutan/padang, sistem perladangan berpindah, dan lain-lain).30

Hal-hal ini merupakan faktor-faktor penghambat yang sampaikan oleh perangkat

sinode. Namun, sebenarnya ada factor penghambat lain yang lebih utama yang tidak diungkapkan

oleh para perangkat sinode namun termuat dalam GBKU GKS, di mana hal ini merupakan

penghambat utama, adalah sebagai berikut:

1. Pendasaran teologis yang belum dibangun terkait dengan peran gereja dalam menjaga

integritas ciptaan.31

Masalah ini juga merupakan masalah serius dan sangat mendasar

yang dihadapi GKS. Mengingat GKS merupakan salah satu lembaga keagamaan. Jika

dasar teologisnya belum jelas, maka GKS juga akan kesulitan menolong warganya

untuk memahami apa artinya lingkungan hidup bagi kehidupan mereka dan apa alasan

paling penting lingkungan hidup harus dilindungi dan dilestarikan.

2. Upaya konkrit gereja dalam pengelolaan Sumber Daya Alam dan Ekologi yang masih

sangat terbatas. Gereja masih terpaku pada penghijauan dan belum memperhatikan

aspek sumber daya alam yang lain. Sehingga hal ini juga mempengaruhi dalam

perencanaan program kegiatan yang terkait dengan lingkungan hidup.32

3.8 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa kepedulian GKS

terhadap lingkungan sudah ada. Hal itu terbukti dari pembahasan sidang sinode yang sudah

30

Majelis Sinode GKS. Garis-Garis Besar Kebijakan Umum Tahun 2014-2018. BPMS GKS. (Waingapu:

2014), 19. 31

Majelis Sinode GKS. Garis-Garis Besar Kebijakan Umum Tahun 2014-2018. BPMS GKS. (Waingapu:

2014), hal. 18. 32

Ibid., 18.

Page 25: Bab 3 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 3...57 2. Tahun 1970-an, GKS menyusun Rencana Lima Tahun (RELITA) sebagai rencana pendewasaan. 3. Pada tahun 1980-an muncul kesadaran

80

memasukkan masalah lingkungan hidup menjadi salah satu pembahasan penting. Meski pun

pembahasan serius ini kesannya terlambat karena lingkungan hidup sudah mengalami

masalah dan kerusakan khususnya mengenai tambang. Tetapi dengan melihat semangat GKS

dalam mengupayakan kelestarian lingkungan hidup melalui penghijauan merupakan suatu

langkah awal yang sangat baik.

Namun, di tengah semangat tinggi yang dimiliki GKS tidak terlepas dari berbagai

tantangan-tantangan yang dihadapi. Tantangan-tantangan ini tidaklah dengan mudah untuk

diatasi karena menyangkut karakter dan kesadaran pribadi. Di mana masih banyak

masyarakat Sumba yang belum menyadari tentang pentingnya memelihara lingkungan hidup

dengan terus melakukan pembakaran hutan, penebangan liar dan lain-lain. Untuk itu, di

dalam pembahasan selanjutnya penulis akan membahas lebih jauh mengenai bentuk

kepedulian GKS ini terhadap lingkungan hidup disertai dengan analisa-analisa kritis

berdasarkan teori yang ada di bab 2.