Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP...

28
26 Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi Terhadap Penurunan Jumlah Geisha Dalam proses terjadinya modernisasi, masyarakat Jepang pada umumnya mengalami kesulitan untuk melakukan adaptasi terhadap setiap perubahan yang terjadi. Mereka tidak memiliki persiapan yang cukup memadai untuk membantu mereka ataupun mempermudah mereka untuk beradaptasi dengan proses modernisasi yang ketika itu sedang berlangsung (Furuta, 1994:188) Begitu pula halnya yang terjadi dengan para geisha( 芸者 ), mereka mengalami kesulitan yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan masyarakat Jepang pada umumnya dikarenakan geisha ( 芸者 ) tidak memiliki pengetahuan yang memadai akan modernisasi itu sendiri, seperti apa saja yang terjadi pada saat proses modernisasi itu terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan dampak yang seperti apa pada mereka. Sementara para geisha (芸者) sedang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan proses modernisasi yang terjadi, proses modernisasi itu sendiri berlangsung secara cepat tanpa memberikan para geisha ( 芸者) sedikit kelonggaran waktu agar dapat berjalan beriringan dengan proses modernisasi yang berlangsung. Hal ini membuat para geisha ( 芸者 ) semakin kesulitan untuk tetap mempertahankan keberadaannya. Di atas itu semua, proses modernisasi yang terjadi juga mempersulit geisha (芸者) untuk tetap berada dipanggung dan menjadi primadona di Jepang. Proses modernisasi itu sendiri tidak berlangsung dengan mulus, tetapi juga menimbulkan banyak kendala yang salah satunya adalah berdampak pada kehidupan para

Transcript of Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP...

Page 1: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

26

Bab 3

Analisis Data

3.1 Analisis Dampak Modernisasi Terhadap Penurunan Jumlah Geisha

Dalam proses terjadinya modernisasi, masyarakat Jepang pada umumnya mengalami

kesulitan untuk melakukan adaptasi terhadap setiap perubahan yang terjadi. Mereka tidak

memiliki persiapan yang cukup memadai untuk membantu mereka ataupun

mempermudah mereka untuk beradaptasi dengan proses modernisasi yang ketika itu

sedang berlangsung (Furuta, 1994:188)

Begitu pula halnya yang terjadi dengan para geisha(芸者 ), mereka mengalami

kesulitan yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan masyarakat Jepang pada umumnya

dikarenakan geisha ( 芸 者 ) tidak memiliki pengetahuan yang memadai akan

modernisasi itu sendiri, seperti apa saja yang terjadi pada saat proses modernisasi itu

terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan dampak

yang seperti apa pada mereka. Sementara para geisha (芸者) sedang berusaha untuk

menyesuaikan diri dengan proses modernisasi yang terjadi, proses modernisasi itu sendiri

berlangsung secara cepat tanpa memberikan para geisha (芸者) sedikit kelonggaran

waktu agar dapat berjalan beriringan dengan proses modernisasi yang berlangsung. Hal

ini membuat para geisha (芸者 ) semakin kesulitan untuk tetap mempertahankan

keberadaannya. Di atas itu semua, proses modernisasi yang terjadi juga mempersulit

geisha (芸者) untuk tetap berada dipanggung dan menjadi primadona di Jepang.

Proses modernisasi itu sendiri tidak berlangsung dengan mulus, tetapi juga

menimbulkan banyak kendala yang salah satunya adalah berdampak pada kehidupan para

Page 2: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

27

geisha(芸者), sehingga mengurangi jumlah geisha (芸者) di Jepang tidak hanya pada

satu daerah saja melainkan secara keseluruhan. Profesi geisha (芸者) secara kuantitas

terus menerus mengalami penurunan setelah sempat mencapai puncak kejayaannya pada

tahun 1920-an dengan jumlah 80.000 orang di seluruh Jepang. Data tersebut belum

termasuk dengan keberadaan para geisha (芸者) di Gion, Kyoto yang berjumlah 2.500

geisha (芸者) dan 106 maiko(舞子) (Dalby, 1998:75). Pada saat itu keberadaan

geisha ( 芸者 )sedang berkembang pesat sehingga ritual menghabiskan waktu dan

berkumpul dengan geisha (芸者) menjadi suatu hal yang biasa terjadi dan bahkan

sempat menjadi trend. Akan tetapi, kejayaan geisha (芸者)tidak berlangsung terlalu lama

dan mulai mengalami penurunan yang signifikan sebagai akibat yang ditimbulkan dari

hasil modernisasi yang sedang terjadi di Jepang pada zaman Meiji (Dalby, 1998:75-76).

Sesuai dengan teori modernisasi pada bab 2 bahwa modernisasi menimbulkan

perkembangan kota yang menyebabkan bertambahnya urbanisasi. Hal ini dikarenakan

bahwa kota yang selalu dihubungkan dengan produksi yang lebih efisien, penyediaan

berbagai barang dan jasa serta berbagai macam interaksi antara manusia dengan ruangan

membuat masyarakat tergiur untuk berbondong-bondong datang ke kota (Weiner, 1989 :

71). Modernisasi yang terjadi di kota menyajikan berbagai macam barang dan jasa,

pekerjaan, serta hiburan yang menarik. Dengan adanya berbagai barang dan jasa, tentu

saja lapangan pekerjaan yang tersedia juga semakin bermacam-macam dan banyak

sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Sesuai dengan teori Inkeles (1989:88)

bahwa modernisasi merupakan penggantian budaya tradisional menuju budaya baru yang

lebih modern menyebabkan tumbuhnya perkembangan kota yang sangat pesat yang

dipengaruhi oleh masuknya budaya modern serta sistim produksi yang lebih modern pula.

Page 3: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

28

Oleh karena itu, perkembangan kota yang modern membuat penduduk desa berbondong-

bondong pindah ke kota untuk menikmati segala kemudahan serta kemajuan teknologi

yang hanya tersedia di kota yang telah terpengaruh oleh adanya perkembangan

modernisasi.

Penulis menganalisis bahwa modernisasi yang terjadi di Jepang yang telah membawa

perubahan yang sangat besar bagi masyarakat Jepang. Dengan berkembangnya kehidupan

kota menjadi lebih modern, memungkinkan masyarakat desa pindah ke kota untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hal ini dilakukan karena dengan berubahnya

sistem kota yang tradisional menjadi modern, membuka banyak peluang dari segi mata

pencaharian bagi masyarakat desa. Selain itu mayrakat pedesaan ingin mengikuti

perkembangan kemodernan kota yang sedang terjadi saat itu. Perkembangan kota yang

telah menyebabkan bertambahnya urbanisasi inipun mengakibatkan penurunan jumlah

geisha (芸者 ). Hal ini dikarenakan bahwa kota yang dihubungkan dengan adanya

berbagai barang dan jasa tentu saja membuka peluang pekerjaan yang lebih fariativ dan

banyak sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja dan tidak terkecuali tenaga kerja

wanita(Weiner, 1989 : 71). gadis-gadis muda saat itu dapat menjadi pegawai toko dan

tentu saja gadis cafe yang disebut jokyuu (女給). Dengan semakin banyaknya wanita

bekerja yang memilih profesi sebagai jokyuu (女給) mengakibatkan persaingan antara

geisha (芸者) dan jokyuu (女給) dalam menghibur pelanggan yang menjadi salah satu

faktor menurunnya jumlah geisha (芸者) pada saat itu. Selain itu modernisasi kota yang

telah menyebabkan perubahan pola pikir masyarakat Jepang dan tingginya harga geisha

(芸者) turut menjadi penyebab menurunnya jumlah geisha (芸者) pada masa itu yang

diakibatkan oleh dampak modernisasi yang terjadi pada zaman Taisho.

Page 4: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

29

3.1.1 Analisis Dampak Modernisasi Terhadap Penurunan Jumlah Geisha dalam

Persaingannya dengan Jokyuu

Jepang pada tahun 1920-an dan 1930-an adalah masa yang modern, dan bagi wanita,

menjadi shokugyou fujin(職業夫人) merupakan hal yang cukup menantang. Shokugyou

fujin, atau wanita pekerja memiliki makna seperti pekerja atau buruh yang terorganisir,

karir, bisnis dan kesadaran profesional (Dalby,1998:92). Gadis-gadis muda saat itu

memiliki pilihan jenis pekerjaan yang lebih beragam, mereka dapat memilih untuk

bekerja diberbagai macam lapangan pekerjaan dengan jenis pekerjaan yang berda-beda

pula, seperti menjadi pegawai toko, pekerja kantoran, gadis penjaga lift, dan tentu saja

gadis kafe yaitu jokyuu (女給)

Dalam hal ini saya sebagai penulis menganalisis bahwa modernisasi yang terjadi di

Jepang berdampak juga pada lapangan pekerjaan. Modernisasi memungkinkan

terciptanya banyak lapangan pekerjaan baru bagi para gadis muda yang ingin berkarir dan

membuka kesempatan bagi mereka untuk mencari pekerjaan lain yang anggap lebih

menarik sesuai dengan jiwa mereka dan tentu saja memperoleh penghasilan yang lebih

besar. Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa dengan mengikuti arus modernisasi

bisa membawa perubahan tidak hanya untuk dirinya tapi juga untuk keluarga. Hal ini

juga didukung oleh urbanisasi sebagai salah satu ciri dari terjadinya modernisasi, banyak

gadis-gadis muda yang tidak takut pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan.

Dalam hal ini tentu saja membuat geisha(芸者) mendapatkan pesaing dalam hal

menghibur pengunjung. Para geisha(芸者) harus berusaha untuk bisa bersaing dengan

gadis-gadis muda yang tentu saja sudah mengalami modernisasi, baik dari segi

penampilan yang berbeda atau dari segi pelayanan yang lebih menarik dan tentu saja bisa

Page 5: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

30

membuat konsumen atau masyarakat tertarik. Bukan hanya itu saja, dari segi hiburanpun

pendapatan jokyuu (女給) meningkat secara signifikan. Hal ini membuktikan bahwa

masyarakat lebih menyukai arus modernisasi yang ditawarkan oleh jōkyu(女給). Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor modernisasi bisa membuat masyarakat Jepang

meninggalkan sistem tradisional. Dalam arti bahwa dengan makin bertambah tingginya

arus modernisasi dapat dikatakan pendapatan geisha(芸者) mengalami penurunan dan hal

ini tentu saja berbeda dengan fakta yang ada bahwa pendapatan jōkyu (女給) meningkat

drastis.

Gambar 1.3 Jokyu

Sumber : http//:imgres.file.com

Jōkyuu (女給) muncul pada tahun 1920-an, dengan cepat jōkyuu (女給) menjadi salah

satu profesi yang bergengsi dan paling banyak digeluti oleh gadis-gadis Jepang pada saat

itu. Untuk pertama kalinya geisha ( 芸 者 )mulai menghadapi persaingan yang

sesungguhnya dalam menarik minat para pelanggan, setelah selama ini mereka selalu

menjadi primadona dipanggung hiburan masyarakat Jepang. Daya tarik utama dari

profesi sebagai jōkyu (女給) adalah kemodernannya, seperti, cara mereka melayani tamu,

Page 6: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

31

pakaian yang digunakan, dan segala hal modern yang disajikan. Kebanyakan para gadis

muda Jepang pada saat itu tertarik untuk menjadi jōkyu (女給), selain karena proses

untuk menjadi jōkyu tidaklah sesulit proses untuk menjadi geisha(芸者), profesi sebagai

jōkyu (女給) pada saat itu adalah profesi yang cukup menjanjikan karena dianggap lebih

modern, sejalan dengan proses modernisasi yang sedang terjadi diseluruh Jepang pada

saat itu. Para gadis muda tersebut mencari beberapa tahun pengalaman kerja yang

menarik dan tidak tradisional, dan profesi sebagai jōkyu (女給) ini adalah salah satu

profesi yang dapat dikatakan memenuhi syarat yang mereka cari. Profesi sebagai jōkyu

(女給) juga dipandang sangat menjanjikan secara finansial. Keadaan seperti itu tentu saja

membuat geisha(芸者 ) mendapatkan saingan berat dalam menarik dan menghibur

pengunjung, karena dalam waktu singkat banyak jōkyu(女給) bermunculan diseluruh

Jepang. Faktor modernisasi membuat masyarakat Jepang lebih menyukai jenis hiburan

yang lebih modern, yang berakibat pada berkurangnya pendapatan geisha(芸者) akibat

persaingannya dengan jokyu (女給) ( Dalby, 1998:84)

Peningkatan jumlah jōkyu(女給) dari tahun ke tahun yang signifikan dapat dilihat

pada grafik peningkatan jumlah jōkyu(女給) berbanding dengan jumlah geisha(芸者)

yang ada :

Page 7: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

32

Tabel 1.3 Penurunan Jumlah Geisha(芸者) dengan Peningkatan Jumlah Jokyuu (女給)

0

20

40

60

80

100

120

1925 1926 1927 1928 1930 1934

GeishaJokyu

Sumber : Liza Crihfield Dalby, Geisha : hlm. 84, berdasarkan data dari Naimusho Keisatsu Torishimari Tokei.

Dari grafik di atas dapat dilihat pada tahun 1925, profesi geisha(芸者) menghadapi

persaingan dengan jōkyu (女給) yang jumlahnya semakin bertambah banyak. Pada tahun

1925 geisha(芸者) berjumlah 80.000 orang di seluruh Jepang, sementara jōkyu (女給)

baru bertambah dengan cepat dan sudah melebihi dari separuh jumlah geisha(芸者) yang

ada saat itu menjadi sekitar 50.000 orang pada awal kemunculannya. Berikutnya pada

tahun 1926 jumlah jōkyu ( 女給 ) meningkat menjadi sekitar 70.000 ribu orang,

peningkatan yang terjadi dengan cepat dalam kurun waktu satu tahun ini mulai

membayang-bayangi keberadaan geisha( 芸 者 ). Pada tahun 1927 geisha( 芸 者 )

mengalami penurunan 10.000 orang, yang mengakibatkan jumlah mereka menjadi setara

dengan jumlah jōkyu (女給). Hal ini membuat keadaan semakin sulit bagi geisha(芸者),

karena jumlah mereka yang sama sekarang. Sedangkan ketika jumlah geisha(芸者) masih

Page 8: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

33

lebih banyak daripada jōkyu (女給) saja, sudah cukup sulit bagi geisha(芸者) untuk

menarik kembali minat para pelanggannya. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah jōkyu

(女給) terus berkembang mencapai jumlah 110.000 orang. Sementara itu jumlah geisha

mengalami penurunan sejumlah 10.000 orang dari tahun 1925 menjadi sekitar 70.000

orang. Seiring dengan semakin merebaknya modernisasi yang banyak berpengaruh pada

pola kehidupan di Jepang yang semakin condong ke arah Barat, maka jōkyu (女給) pun

terlihat semakin banyak. Profesi geisha(芸者) pun mulai tersisihkan dengan keberadaan

jōkyu (女給) yang jumlahnya semakin banyak saja. Peningkatan jumlah jōkyu (女給)

yang signifikan membuat keadaan semakin tidak sebanding, persaingan yang terjadi pun

semakin tidak berimbang antara jōkyu (女給) dan geisha(芸者). Pada tahun 1934 jumlah

jōkyu (女給) dan geisha(芸者) memiliki selisih sebesar 40.000 orang dengan lebih besar

jumlah jōkyu (女給) dibandingkan dengan geisha(芸者). Hal ini semakin menghimpit

keberadaan geisha(芸者) di Jepang.

Berdasarkan data di atas penulis menarik kesimpulan, bahwa modernisasi berdampak

pada munculnya lapangan pekerjaan yang baru dan membuka banyak kesempatan bagi

gadis muda untuk mencari pekerjaan yang mereka anggap lebih menarik. Para gadis

muda yang akan terjun ke dunia hiburan atau jasa melihat bahwa menjadi jōkyu (女給)

lebih mudah dan dapat tampil lebih modern dibandingkan jika mereka menjadi seorang

geisha(芸者). Dikatakan lebih mudah karena untuk menjadi jōkyu (女給), seorang gadis

tidak harus melewati proses latihan awal yang panjang yang dilalui oleh seorang calon

geisha(芸者 ). Dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang jauh lebih menarik ini

akhirnya membuat minat para gadis terhadap profesi geisha(芸者) menurun dan minat

Page 9: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

34

terhadap profesi jōkyu (女給) semakin meningkat, hal ini menjadi salah satu faktor

berkurangnya jumlah geisha (芸者) di Jepang. Selain itu, para pelanggan geisha pun

mulai berkurang minatnya dan mulai beralih kepada para jōkyuu ( 女 給 ), ini

menyebabkan jumlah geisha (芸者) turut berkurang. Karena ada beberapa dari mereka

yang beralih profesi atau tidak menjadi geisha(芸者) lagi. Dengan tersedianya lapangan

pekerjaan yang jauh lebih menarik ini akhirnya membuat minat para gadis terhadap

profesi geisha (芸者) menurun dan jumlah mereka pun turut berkurang. Hal ini tentu saja

membawa dampak yang kurang begitu bagus untuk masyarakat Jepang yang masih

menggunakan sistem tradisional.

Beberapa hal yang telah penulis jelaskan diatas menjadi alasan-alasan yang cukup

masuk akal bagi para gadis muda di Jepang pada masa itu untuk lebih memilih profesi

menjadi jōkyu (女給) dari pada menjadi seorang geisha (芸者), yang menjadi penyebab

dari berkurangnya jumlah geisha (芸者) di Jepang pada masa itu. Ditambah dengan

adanya pengaruh Barat yang dianggap lebih modern pada saat itu.

3.1.2 Analisis Dampak Modernisasi Pada Penurunan Jumlah Geisha dihubungkan

dengan Berubahnya Pola Pikir Masyarakat Jepang

Pola pikir masyarakat Jepang yang berubah seiring dengan terjadinya proses

modernisasi, mengarah pada pola pikir yang lebih modern dan praktis. Oleh karena itu,

pada saat itu masyarakat Jepang mulai menyenangi hal-hal yang tidak rumit, tidak

berbelit-belit, dan dengan proses yang cepat.

Page 10: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

35

Dikaitkan dengan penurunan jumlah geisha(芸者) yang terjadi pada saat itu adalah

karena proses yang dilalui untuk menjadi jōkyu (女給) tidaklah serumit dan sepanjang

tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk menjadi geisha. Dikatakan begitu karena untuk

menjadi jōkyu(女給 ), seorang gadis tidak harus melewati proses latihan awal yang

panjang yang dilalui oleh seorang calon geisha(芸者). Mereka juga tidak perlu melalui

proses minarai seperti geisha( 芸 者 ). Lamanya proses minarai sebelum menjadi

geisha(芸者) dan ketakutan mereka akan hal itu bahwa dalam proses minarai biasanya

mereka akan mendapatkan masalah dan penderitaan, juga merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi penurunan jumlah geisha(芸者). Maka dari itu, ketika ada pilihan

lain selain menjadi geisha(芸者 ) mereka pun berbondong-bondong memilih profesi

tersebut. Selain itu, para calon jōkyu (女給) juga tidak perlu berurusan dengan asosiasi

seperti yang dialami oleh calon geisha(芸者). Para wanita yang ingin menjadi jōkyu (女

給) ini berasal dari seluruh Jepang, mereka ingin menjadi bagian dari modernisasi bangsa

Jepang (Dalby,1998:80). Kemudahan-kemudahan ini tentu menggiurkan bagi para gadis

muda di Jepang saat itu, karena mereka lebih cepat menghasilkan uang. Dalam artian,

semakin cepat mereka melalui proses latihan maka semakin cepat pula mereka terjun ke

dunia kerja yang sebenarnya dan semakin cepat mereka mendapatkan hasilnya.

Kemudian, hal lain yang menjadi pertimbangan adalah sisi modernitas dari jōkyu (女給)

dibandingkan dengan geisha (芸者). Jōkyu (女給) memakai pakaian yang lebih modern

dibandingkan dengan geisha (芸者) yang selalu memakai kimono dan menampilkan

kesenian tradisional bangsa. Lamanya proses pemakaian kimono mengurangi kepraktisan

yang disukai oleh masyarakat pada masa tersebut. Karena alasan demi kepraktisan itulah

Page 11: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

36

banyak gadis Jepang yang lebih memilih menjadi jōkyu (女給). Akan tetapi, seharusnya

hal ini tidak hanya dilihat dari satu sisi saja. Contohnya, kimono yang selalu dipakai oleh

geisha( 芸者 ) dan alat musik (shamisen, shakuhachi) yang dimainkan merupakan

identitas bangsa Jepang. Sedangkan jōkyu( 女 給 ) terlihat lebih modern dengan

penampilan dan cara mereka melayani tamu di bar dengan sajian musik jazz yang lebih

modern. Jokyu (女給) dapat berdansa secara modern dibandingkan geisha (芸者) yang

hanya menari tradisional jepang. Dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang jauh lebih

menarik ini akhirnya membuat minat para gadis terhadap profesi geisha(芸者) menurun,

hal ini menjadi salah satu faktor berkurangnya jumlah geisha(芸者) di Jepang. Selain itu,

para pelanggan geisha(芸者) pun mulai berkurang minatnya dan beralih kepada para

jōkyu(女給 ), ini menyebabkan jumlah geisha(芸者 ) turut berkurang. Karena ada

beberapa dari mereka yang beralih profesi atau tidak menjadi geisha(芸者) lagi.

Faktor pola pikir masyarakat Jepang yang cenderung berubah akibat dari proses

modernisasi yang kemudian terus berkembang menjadi westernisasi. Sesuai dengan teori

modernisasi yang diungkapkan Inkeles pada bab 2, dengan adanya proses modernisasi ini

cenderung membawa perubahan pada sifat manusia yang lebih mengarah pada

berubahnya sistem tradisional menjadi sistem dengan gaya Barat yang dipandang lebih

maju, sehingga seolah-olah cara tradisional dipandang menjadi cara yang ketinggalan

zaman dan dianggap kuno.

Page 12: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

37

3.1.3 Analisis Dampak Modernisasi Pada Penurunan Jumlah Geisha dihubungkan

dengan Tingginya Harga Geisha

Karena tingginya tarif yang ditentukan oleh geisha(芸者) juga menjadi salah satu

penyebab menurunnya jumlah geisha( 芸者 ). Para pelanggan geisha( 芸者 ) yang

menggunakan jasa geisha(芸者) harus mematuhi standarisasi upah geisha(芸者) yang

telah ditetapkan pemerintah sejak tahun 1886 dan telah disepakati pula oleh pihak ochaya,

sehingga untuk memesan geisha(芸者), pelanggan harus menghubungi ochaya (お茶

屋)terlebih dahulu.

Setiap geisha(芸者) memiliki tarif yang berbeda-beda, tergantung pada pengalaman

kerja, popularitas serta kecantikan mereka. Semakin lama masa kerja geisha(芸者), maka

ia akan lebih dipandang oleh pelanggan karena dianggap lebih berpengalaman dan tidak

akan mengecewakan para pelanggan.

Di Gion biaya paling murah untuk geisha(芸者) adalah 10,000 yen ($100) per-jam.

Jika malam hari biaya menjadi lebih mahal antara 30,000-40,000 yen ($300-$400)

(Yurista, 2006:31). Dalam prinsip ekonomi menurut Rahardja (2006:20-21) jika suatu

barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah dan jika suatu

barang semakin mahal maka permintaan terhadap barang tersebut akan menurun.

Seperti yang dikatakan oleh Shozo (2007:5) :

お客様として「お茶屋」で遊ぶには、単に榷力があっても、純金融資産

をー億円以上所有するのお金持ち層であっても、そこのお茶屋で遊んで

居られるを客様の、ご紹介か同伴でなければ入れません。ご紹介か同伴

「お茶屋」で遊び、あそびも慣れ、遊び方のマナーも知り、継続して遊

べる資方もある人と、お茶屋の女将に判断されて、出入りを認められて、

初めて選ばれたー流人のを遊びと言えるのです。

Yang terjemahannya adalah

Page 13: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

38

Agar bisa masuk ke “ochaya” tertentu, seorang pelanggan membutuhkan lebih dari sekedar kekuasaan semata, dan bahkan seorang yang kaya yang mempunyai kekayaan lebih dari 100 juta yen pun memerlukan undangan atau ditemani oleh seseorang yang sudah diakui oleh “ochaya” tersebut agar bisa masuk. Hanya pelanggan yang sudah dikenal atau ditemani ke “ochaya” dan dihibur disana yang terbiasa dengan jenis hiburan dan etika disana, dan yang punya cukup uang untuk berkunjung secara regular akan diterima oleh nyonya rumah (pimpinan geisha) dan diijinkan untuk datang dan pergi dengan bebas; pada tingkat itu, maka mereka bisa dianggap telah terpilih untuk menikmati seni tingkat tinggi.

Dari kutipan diatas penulis melakukan analisis, bahwa tidak heran bila tingginya tarif

geisha(芸者) menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya jumlah pelanggan, yang

berakibat pada penurunan jumlah geisha(芸者). Walaupun dengan tarif yang tinggi ini

membuat geisha(芸者) memiliki kelasnya tersendiri atau bisa juga disebut dengan kelas

elit, karena tidak semua orang mampu untuk menyewa seorang geisha. Tetapi pada

kenyatannya, ternyata kesan elit yang diciptakan oleh para geisha(芸者) tersebut tidak

banyak membantu mereka dalam menghadapi persaingan dengan para jokyu (女給) yang

memasang tarif lebih rendah. Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan Dalby (1998:81)

bahwa dengan adanya faktor ini, berdampak pula pada menurunnya pendapatan

geisha(芸者) yang disebabkan karena jumlah pelanggan menurun maka pendapatan pun

juga ikut menurun. Tidak sembarang orang yang bisa masuk dan menyewa geisha(芸者).

Hal ini menyebabkan menurunnya jumlah geisha(芸者) pada saat itu, karena selain

tarifnya yang tinggi orang-orang yang belum dikenal oleh ochaya (お茶屋)tersebut

tidak dapat menikmati hiburan dari geisha(芸者), sehingga pada akhirnya mereka lebih

memilih ditemani oleh para jokyu (女給) dibandingkan dengan geisha(芸者).

Page 14: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

39

Dengan mahalnya tarif geisha(芸者) membuat para pria yang ingin menjadi danna

(旦那)(pria yang membiayai hidup geisha(芸者)) juga ikut menurun. Kutipan diatas

juga didukung oleh Downer (2002 : 175) bahwa, dengan harga geisha(芸者) yang relatif

tinggi juga menjadi penyebab menurunnya jumlah pria yang ingin menjadi danna. Sejak

jumlah danna makin menurun, menjadi dilema tersendiri bagi geisha(芸者), karena hidup

para geisha(芸者) sebagian besar didukung oleh kehadiran danna(旦那). Mulai dari

kimono, make-up, rambut wig sampai biaya hidup dibiayai oleh danna(旦那).

Selain karena faktor makin tingginya tarif geisha(芸者), penurunan jumlah danna

(旦那) ini juga disebabkan karena faktor semakin tingginya biaya hidup di Jepang.

Seiring dengan makin majunya Jepang yang ditandai dengan berkembangnya industri

maka semakin tinggi pula ekonomi sosial, termasuk biaya hidup. Hal inilah yang menjadi

pemicu menurunnya jumlah pria yang ingin menjadi danna(旦那) bagi seorang

geisha(芸者) (Downer,2002 : 175-176)

Sebagian besar pria yang menjadi danna(旦那) adalah seorang pebisnis dan

pengusaha yang sukses, sehingga biaya geisha (芸者)tidak menjadi masalah. Sekarang

karena faktor ekonomi tersebut, para pebisnis pun juga sudah jarang yang ingin menjadi

danna untuk seorang geisha(芸者).

3.2 Analisis Perubahan Tata Cara Layanan Geisha Pada Tamu

Geisha (芸者) adalah wanita penghibur yang muncul pada jaman Edo (1600-1868).

Ia memiliki banyak kecakapan, terutama dalam bidang seni. Mereka menghibur para

tamunya dengan percakapan, permainan serta nyanyian dan tarian khas Jepang yang

Page 15: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

40

diiringi oleh alunan alat musik tradisional Jepang seperti shamisen (三味線). Geisha

(芸者) menghibur para tamunya di ochaya (御茶屋) yaitu rumah minum teh dimana

geisha (芸者) menampilkan kebolehannya di depan para tamunya.

Geisha (芸者) yang pada keberadaannya di zaman Edo memiliki peranan serta

statusnya sebagai seorang penghibur seni tradisional dalam masyarakat. Namun dengan

adanya modernisasi yang terjadi di Jepang yang di awali pada zaman Meiji membawa

perubahan sosial dan budaya pada masarakat. Mengenai perubahan sosial yang dialami

oleh geisha (芸者) dihubungkan dengan konsep perubahan sosial menurut Soejono

Soekanto (1990 : 311-325) dikatakan bahwa adanya perubahan tersebut disebabkan oleh

faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial budaya. Antara lain

disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Dalam hal ini penulis menganalisis bahwa

adanya perubahan yang dialami masyarakat Jepang khususnya geisha lebih disebabkan

oleh faktor intern dari masyarakat Jepang itu sendiri. Faktor intern yang terjadi adalah

dengan berubahnya masyarakat Jepang yang tradisional menjadi modern yang

menyebabkan berubahnya pola pikir serta selera dari masyarakat itu berubah dari yang

tradisional menjadi lebih modern sehingga meninggalkan sifat-sifat asli masyarakat

tersebut (Weiner, 1989 : 88).

Geisha (芸者) yang pada zaman Edo merupakan penghibur seni yang menyajijkan

kesenian dengan alat musik tradisional serta tarian tradisional berubah seiring dengan

adanya modernisasi di Jepang yang mempengaruhi perubahan selera pada masyarakat

Jepang yang pada saat itu lebih menyukai sesuatu yang berbau Barat. Hal ini

menyebabkan timbulnya faham westernisasi dalam masyarakat Jepang. Dengan

berubahnya selera masyarakat dari yang tradisional menjadi modern membuat mereka

Page 16: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

41

menyukai hal-hal modern, termasuk dalam seni dan hiburan. Hal ini menjadi

permasalahan tersendiri bagi geisha, karena geisha merupakan penghibur kesenian

tradisional.

Untuk mempertahankan keberadaannya geisha(芸者) berinovasi dan berimprovisasi

dengan menggabungkan hiburan tradisional dengan hiburan modern. Hal ini membuat

perubahan pada tata cara layanan geisha (芸者 ) pada tamu yang biasanya hanya

menampilkan hiburan seni tradisional saja. Dalam hal ini dampak dari westernisasi

masyarakat Jepang membuat geisha mencampurkan seni tradisional dengan seni modern

dalam penampilannya dalam hal alat musik dan tarian.

3.2.1 Analisis Perubahan Tata Cara Pelayanan Geisha Pada Kesenian yang

Berhubungan dengan Modernisasi

Dalam hal penampilan kesenian, geisha(芸者) menampilkan kesenian tradisional

seperti tarian dan musik tradisional. Dengan adanya modernisasi di Jepang yang telah

menyebabkan timbulnya westernisasi pada masyarakat Jepang telah merubah pola pikir

dan perubahan selera pada masyarakat Jepang dari yang tradisional menjadi lebih

modern dan keBarat-baratan. Dampak dari westernisasi masyarakat Jepang telah

menyebabkan penurunan jumlah geisha( 芸 者 ) pada saat itu. Dan untuk

mempertahankan keberadaan geisha dan seni tradsional Jepang maka geisha(芸者)

berupaya dan berusaha menampilkan pertunjukkan seni mereka dengan menambahkan

unsur-unsur Barat dalam pelayanan mereka kepada pengunjung dalam hal tarian dan

alat musik yang mereka gunakan.

Page 17: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

42

3.2.1.1 Analisis Modernisasi dalam Tarian Geisha yang dipengaruhi oleh

Westernisasi

Sekitar tahun 1915 Jepang dilanda demam dansa ballroom gaya Barat yang disebut

dengan dansu. Kaburenjo, yaitu tempat geisha belajar menari, menyanyi, memainkan

shamisen(三味線) dan taiko (太鼓)di Pontocho, menjadi tempat pertama yang

memberikan pelajaran dansu tersebut kepada geisha (芸者) (Dalby,1998:81).

Kepopuleran dansa gaya Barat ini membuat geisha(芸者) yang berasal dari daerah

lain juga mulai mempelajarinya untuk melayani permintaan pelanggan yang telah

terpengaruh pada proses modernisasi, yang menuntut para geisha(芸者 ) harus bisa

berdansa. Pelajaran berdansa ini pertama kali diberikan bagi komunitas geisha(芸者) di

Kaburenjo, Potoncho. Kaburenjo ini dibangun sebagai tempat bagi geisha(芸者) untuk

menampilkan tarian Kamogawa, selain sebagai tempat untuk sekolah geisha(芸者) dan

tempat untuk asosiasi geisha(芸者) (Dalby,1998:82).

Menurut analisis penulis, pada masa itu semua masyarakat Jepang berlomba-lomba

untuk terlihat modern seperti masyarakat di belahan dunia bagian Barat. Akibat yang

ditimbulkan dari adanya proses modernisasi menyebabkan terjadinya westernisasi pada

masyarakat Jepang, yang mempengaruhi selera dan gaya hidup mereka sehingga menjadi

berubah. Dalam hal memilih tempat untuk rekreasi dan mencari hiburan pun berubah.

Geisha (芸者)yang dikenal sebagai penghibur tradisional Jepang juga berubah seiring

dengan adanya westernisasi. Dikarenakan oleh hal tersebut, agar keberadaan geisha(芸

者) tetap bertahan dan tetap memiliki pelanggan, maka para geisha(芸者) pun ikut

berubah mengikuti zamannya pada saat itu menjadi lebih modern dengan menambahkan

Page 18: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

43

pelajaran tari mereka dengan dansu agar dapat memenuhi permintaan pelanggan. Hal ini

berkaitan erat dalam dunia persaingan antara geisha(芸者) dengan jokyu(女給) yang

terlihat lebih modern, untuk menarik minat pelanggan sebanyak-banyaknya.

Dengan kata lain dalam hal menampilkan keseniannya geisha(芸者 ) mengalami

asimilasi budaya yang disebabkan oleh westernisasi masyarakat Jepang pada saat itu.

seperti yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (2005:160) bahwa asimilasi adalah suatu

proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang

kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari

unsur-unsur kebudayaan dari golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi

unsur-unsur kebudayaan campuran. Unsur kebudayaan campuran disini yaitu bahwa

geisha(芸者) yang pada dasarnya adalah penghibur tradisional yang menyajikan hiburan

seni-seni tradisional mulai mencampur kesenian tersebut dengan kesenian berdansa ala

Barat untuk memenuhi keinginan pelanggannya agar keberadaannya tetap bertahan dalam

situasi modernisasi yang terjadi di kalangan masyarakat.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Eleanor (2001) pengaruh westernisasi

semakin besar terjadi pada tahun 1920-an dan 1930-an. Anak-anak muda sekarang

banyak yang tidak mengenal geisha(芸者) dan karena lebih menyukai sesuatu yang

bergaya Barat, mereka lebih suka ke kafe daripada ke ochaya. Dengan pengaruh

Hollywood, majalah, radio, music dan jazz para pemuda menjadi mobo dan gadis-gadis

menjadi moga, kependekan dari modern boy dan modern girl. Mereka menganggap

kimono cukup elegan namun tidak nyaman dipakai. Gadis-gadis memotong rambut

panjangnya menjadi pendek untuk mengikuti perkembangan

jaman.(Underwood,2001:31)

Page 19: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

44

Penulis puisi Hagiwara Sakutaro juga menggambarkan keberadaan anak muda yang

pada saat itu sudah tidak tertarik lagi dengan geisha(芸者). Dalam tulisannya yang

berjudul Shin Geisha Ron ia mengatakan :

”Fun with geisha” is something for old men. Young men of style nowadays are of the opinion that geisha are dull and boring, and they turn their steps toward the cafes, not the tea house. The reason for this is perfectly clear. They prefer shingle-cut bobbed hair to the once fashionable tsubushi shimada. They like western music, not the shamisen. Young people don’t even understand the plays of kabuki stage anymore---they like Paramount pictures at the movie theatre. Geisha are part of these old-fashioned things youth just isn’t interested in (Dalby,1998:90).

Terjemahannya :

Bersenang-senang bersama geisha hanyalah untuk pria tua. Pria muda yang mengikuti gaya sekarang ini menganggap geisha membosankan dan mereka lebih memilih untuk pergi ke kafe daripada ke ochaya. Alasan dibalik masalah ini sangatlah jelas. Mereka lebih memilih model rambut pendek daripada tsubushi shimada yang dulu dianggap nge-trend. Mereka lebih menyukai musik Barat daripada shamisen. Anak muda sekarang bahkan tidak mengerti pertunjukkan kabuki lagi. Mereka menyukai film-film Paramount di bioskop. Geisha adalah bagian dari sesuatu yang sudah ketinggalan jaman sehingga anak muda tidak tertarik lagi.

Penulis menganalisis bahwa perubahan selera anak muda merupakan akibat dari

pengaruh westernisasi inilah yang membuat mereka tidak tertarik lagi dengan geisha(芸

者). Seperti yang telah dikatakan oleh Asrori (2009) masa remaja adalah masa terjadinya

krisis identitas atau pencarian identitas diri. Para remaja di Jepang pada saat itu yang

lebih menyukai budaya Barat daripada budaya asli Jepang sendiri dikarenakan mereka

belum mengerti dan memahami identitas asli dari budaya asli yang tradisional. Bagi

produsen, kelompok usia remaja salah satu pasar yang potensial, hal ini dikarenakan

remaja biasanya mudah terbawa trend yang sedang populer pada masa itu. Maka dari itu

geisha(芸者) dan hanamachi-nya pada tahun-tahun ini berusaha keras untuk beradaptasi

Page 20: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

45

dengan gaya Barat dalam rangka memenuhi selera pelanggan. Mereka harus melakukan

hal tersebut, demi menjaga eksistensi mereka dalam dunia hiburan masyarakat Jepang.

Selain itu juga, untuk mempertahankan mata pencaharian mereka dan mempertahankan

para pelanggannya.

Perubahan selera ini apabila dihubungkan dengan kondisi masyarakat Jepang pada

saat itu, semakin membuat masyarakat Jepang mulai kehilangan ciri khasnya sebagai

masyarakat tradisional yang memiliki kepribadian yang unik. Modernisasi Jepang telah

menimbulkan westernisasi bagi masyarakat Jepang khususnya bagi kaum muda Jepang,

semakin menegaskan bahwa peranan geisha(芸者) sebagai penghibur tradisional Jepang

sudah tidak dipandang sebagai suatu hal yang penting lagi, karena para pemuda di Jepang

lebih menyukai hal-hal yang menjurus ke arah Barat dibandingkan seni tradisional milik

negara mereka sendiri.

3.2.1.2 Analisis Akulturasi Alat Musik yang dipengaruhi oleh Westernisasi

Geisha (芸者) dapat pula diartikan sebagai seniman atau penghibur tradisional Jepang

yang biasa menampilkan kesenian Jepang seperti tarian dan musik tradisional. Alat musik

tradisional yang biasa dimainkan oleh geisha (芸者) diantaranya adalah :

a. Shamisen, yaitu sejenis gitar yang memiliki tiga buah senar

b. Shakuhachi, yaitu seruling bambu. Yang termasuk dalam alat seni tiup.

c. Taiko atau Drum, yaitu alat musik tradisional Jepang yang cara membunyikannya

dengan dipukul.

Selain menguasai penggunaan alat musik tersebut, para geisha (芸者) juga menguasai

kesenian-kesenian lain seperti lagu atau nyanyian serta tarian tradisional Jepang, upacara

Page 21: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

46

minum teh, berbagai jenis buku, dan juga puisi-puisi. Jadi, seorang geisha bukanlah

wanita penghibur biasa yang hanya mengandalkan kecantikan fisik semata. Untuk

menjadi seorang geisha (芸者 ) mereka juga harus menguasai berbagai hal, seperti

penggunaan alat musik tradisional Jepang, tarian-tarian tradisionalnya, upacara minum

teh, berbagai jenis buku, dan juga puisi-puisi. Mereka dibekali ilmu pengetahuan yang

cukup pada masa awal sebelum menjadi geisha(芸者). Itulah alasan mengapa untuk

menjadi seorang geisha dibutuhkan waktu yang panjang, karena harus dibekali oleh

kepintaran-kepintaran agar dapat bersaing dengan geisha (芸者) lainnya, dapat menarik

danna yang memiliki banyak uang, memberikan penghasilan kepada ochaya, dan dapat

memuaskan pelanggan.

Dalam teori modernisasi telah dikatakan bahwa proses modernisasi akan mengubah

kehidupan sosial masyarakat. Gaya hidup masyarakat Jepang pun berubah karena

pengaruh westernisasi. Mereka cenderung mengikuti gaya Barat mulai dari cara

berpakaian hingga selera musik. Pada saat itu masyarakat yang menjadi pelanggan

geisha(芸者) mulai menyadari betapa berbedanya musik jazz yang diiringi dengan alunan

saxophone dengan yang biasa dibawakan oleh geisha( 芸者 ) dengan memainkan

shamisen, sehingga mereka pun cenderung untuk lebih memilih pergi ke bar untuk

mendengarkan musik jazz (Dalby, 1998 : 81).

Dengan adanya modernisasi di Jepang, pada akhir 1930-an, para geisha(芸者) di

Tokyo juga bereksperimen dengan alat musik Barat seperti geisha ( 芸者 ) yang

memainkan biola Cara-cara seperti ini dilakukan agar geisha ( 芸者 ) tetap dapat

mempertahankan keberadaannya yang berada dalam arus modernisasi yang sedang

Page 22: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

47

melanda masyarakat Jepang yang lebih menyukai hiburan dari Barat. Dalam hal ini

geisha (芸者) berusaha menggabungkan seni Barat dalam penampilan keseniannya agar

dapat menjadi lebih modern untuk dapat menarik minat pada pelanggan yang

menginginkan sajian kesenian dalam bentuk modern. Dengan kata lain dalam hal ini

geisha (芸者) mengalami akulturasi budaya, seperti yang telah dikatakan oleh Soejono

Soekanto (1990:88-89), akulturasi ialah proses sosial yang timbul apabila suatu

kelompok masyarakat dengan suatu kebudayaannya dihadapkan pada unsur-unsur

kebudayaan asing. Dengan demikian, lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing tersebut

melebur ke dalam kebudayaan asli, dengan tidak menghilangkan kepribadian kedua unsur

kebudayan tersebut. ). Ini semua menyangkut konsep mengenai proses sosial yang timbul

apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayan tertentu dihadapkan pada unsur-

unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima

dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian

kebudayaan itu.

Dalam hal ini, kebudayan campuran yang disajikan oleh geisha (芸者 ) adalah

penambahan seni permainan alat musik yang disajikan geisha (芸者), yang biasanya

hanya menggunakan shamisen saja, kini ditambahkan dengan permainan biola agar

pengunjung geisha (芸者) tetap menyukai seni hiburan yang ditawarkan oleh geisha (芸

者).

Page 23: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

48

Gambar 2.3 Geisha yang memainkan biola

Sumber : http//:www.farm4.static.flickr.com

Penulis menganalisis bahwa perubahan selera masyarakat Jepang khususnya kaum

remaja akibat westernisasi ini membuat mereka tidak tertarik lagi dengan geisha(芸者),

maka dari itu geisha(芸者) dan hanamachinya pada tahun-tahun itu berusaha beradaptasi

dengan gaya Barat dalam rangka memenuhi selera pelanggan. Perubahan selera ini jika

dihubungkan dengan kondisi masyarakat Jepang saat itu semakin membuat masyarakat

Jepang mulai kehilangan ciri khasnya sebagai masyarakat tradisional yang memiliki

kepribadian yang unik. Modernisasi Jepang yang telah menimbulkan westernisasi bagi

masyarakat Jepang khususnya bagi kaum muda Jepang semakin menegaskan bahwa

geisha(芸者) sebagai penghibur tradisional Jepang tidak penting lagi. Hal ini dikarenakan

pemuda dan pemudi Jepang lebih menyukai hal-hal yang berbau Barat dibandingkan seni

tradisional milik mereka sendiri. Dalam hal ini, geisha(芸者) yang keberadaannya sangat

berperan penting dalam melestarikan budaya Jepang telah dilupakan dikarenakan krisis

identitas masyarakat Jepang yang telah mengadopsi semua hal berbau Barat sehingga

geisha(芸者) geisha pun ikut berubah modern untuk mempertahankan keberadaannya

dan untuk menarik kembali minat pelanggan.

Page 24: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

49

Dibalik segala kendala dan permasalahan yang dialami geisha(芸者 ) dalam arus

modernisasi, dapat dismpulkan bahwa di balik arus modernisasi yang sedang melanda

Jepang dan tentu saja anak-anak muda Jepang yang begitu membanggakan modernisasi,

geisha (芸者 ) masih memiliki kelebihan dibandingkan dengan gadis penghibur lain

seperti jokyu. Jokyu(女給) hanya bisa membuat pelanggan tertarik dari segi penampilan

mereka. Hal ini tentu saja berbeda dengan geisha yang begitu mahir memainkan alat

musik. Dari data di atas penulis menyimpulkan bahwa terdapat sisi positf dan negatif dari

kedua sistem tersebut. Pertama, sistem tradisional geisha (芸者) bisa bermain musik

dibandingkan dengan jokyu (女給) akan tetapi perlu proses yang lama untuk menjadi

seorang geisha ( 芸 者 ), sedangkan untuk menjadi seorang jokyu ( 女 給 ) tidak

perlumengalami proses apapun, mereka hanya bermodalkan penampilan saja.

3.2.2 Analisis Perubahan Mode Geisha yang dipengaruhi oleh Westernisasi

Modernisasi pada dasarnya akan menghasilkan perubahan dalam segi ekonomi,

politik dan sosial suatu masyarakat yang sedang berkembang berubah menjadi suatu

masyarakat dengan karakteristik yang kurang lebih sama dengan negara yang lebih

dahulu berkembang. Namun perubahan-perubahan yang dihasilkan tidak selamanya

disebabkan oleh modernisasi karena ada yang disebut westernisasi.

Mengenai hal ini Schoorl (2007) mengatakan bahwa proses modernisasi berjalan

melalui proses akulturasi yang artinya terjadi melalui suatu kontak dengan masyarakat

Barat. Dalam proses akulturasi itu bermacam-macam elemen Barat diambil alih,

Page 25: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

50

misalnya pakaian Barat dan bentuk-bentuk rekreasi Barat. Dan salah satu kesimpuan

Schoorl (2007 : 40) mengenai modernisasi dan westernisasi adalah:

Bersama-sama dengan proses modernisasi itu terjadi suatu proses westernisasi karena perkembangan masyarakat modern itu terjadi di daerah kebudayaan Barat dan tersajikan dalam bentuk Barat, sedang bentuk Barat itu sering dipandang sebagai satu-satunya kemungkinan yang ada.

Dari kutipan di atas penulis dapat menganalisis bahwa faktor terbesar adanya

westernisasi di Jepang disebabkan oleh adanya modernisasi. Modernisasi ini terjadi

karena dipengaruhi oleh adanya faktor akulturasi yaitu proses sosial yang timbul karena

masyarakat Jepang dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan baru, dalam hal ini

kebudayaan baru tersebut merupakan kebudayaan Barat yang dibawa oleh bangsa Eropa

yang datang ke Jepang. Dengan demikian lambat laun unsur-unsur kebudayaan Barat

tersebut melebur kedalam kebudayaan Jepang dan menghilangkan kepribadian

kebudayaan Jepang.

Dalam hubungannya dengan modernisasi, geisha(芸者 ), ketika memasuki masa

modern, sama seperti halnya masyarakat Jepang pada umumnya, tentu saja tidak

memiliki persiapan yang memadai untuk menghadapi perubahan-perubahan yang

dihasilkan seiring dengan proses modernisasi. Hal ini disebabkan oleh proses

modernisasi yang sedang berlangsung cepat, dan tentu saja mereka akan mengalami

kendala karena cepatnya perubahan sehingga mereka berusaha untuk beradaptasi denga

cara-cara tertentu untuk mempertahankan keberadaannya.

Sesuai dengan sejarah perkembangan geisha(芸者) pada awal zaman Meiji, yaitu

tahun 1800-an, geisha(芸者) masih mengalami masa popularitasnya. Pada tahun 1898

jumlah geisha(芸者) di Jepang hampir mencapai 25.000. Penulis novel Ozaki Koyo dan

Page 26: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

51

Izumi Kyoka menulis cerita yang menetapkan geisha(芸者) sebagai pahlawan romantis.

Para remaja tergila-gila dengan kecantikannya dan beberapa geisha(芸者 ) menjadi

bintang dan fotonya dikoleksi oleh para penggemarnya (Dalby, 1998 : 65)

Geisha(芸者) pada saat memasuki zaman modern pada awal zaman Meiji memang

masih populer dan masih menjadi patokan dalam mode, namun hal itu tidak

berlangsung lama. Dalam hal ini penulis menganalisis bahwa hal itu disebabkan oleh

perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung meniru atau menyukai sesuatu yang

berbau Barat. Dalam hal ini pemerintah memiliki andil yang besar dalam mendukung

proses westernisasi.

Westernisasi yang terjadi sejak awal zaman Meiji membuat pemerintah Jepang

merubah semua hal menjadi modern khususnya cara berpakaian. Pada saat itu pegawai

pemerintah memakai pakaian Eropa, kemudian kaisar dan para pembantunya secara

resmi berpakaian ala Eropa. Selanjutnya pemerintah menetapkan undang-undang bahwa

pangkat, topi maupun seragam menggunakan kostum ala Eropa. Orang Jepang kini

sudah banyak meniru cara berpakaian orang-orang Barat yang dinilainya lebih praktis.

Pakaian tradisional Jepang mulai ditinggalkan dan diganti dengan pakaian Barat.

Geisha(芸者)dalam hal ini juga tidak mau ketinggalan. Pada masa itu geisha(芸者)

mulai bergaya keBarat-baratan. Pada masa itu geisha menggunakan payung gaya Barat

yang pada saat itu sedang populer.

Page 27: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

52

Gambar 3.3 Modern Geisha(芸者)

Sumber : http//: farm4.static.flickr.com.19-5-09.jpg

Penulis menganalisis, dengan meluasnya pakaian ala Barat dalam masyarakat Jepang

memberi dampak yang besar terhadap geisha(芸者) yang merupakan patokan dalam

mode pakaian. Hal ini diungkapkan oleh Hagiwara Sakutaro pada tulisannya yang

berjudul Shin Geisha Ron (Sebuah Wacanca Bagi Geisha Baru) pada tahun 1927. Ia

mengatakan bahwa saat itu geisha(芸者) merukan contoh utama dari sesuatu yang

sudah ketinggalan zaman (Dalby, 1998 : 91). Dengan demikian geisha(芸者) yang pada

zaman Edo merupakan patokan dalam mode sudah tidak berlaku lagi karena mode yang

sedang trend adalah mode pakaian Barat.

Pada tahun 1920an dan awal 1930-an geisha yang dihadapkan pada realitas

kehidupan yang telah berubah menjadi modern, para geisha(芸者) pun ikut berubah dan

tampil modern. Mereka memotong rambut panjang mereka agar terlihat lebih modern,

namun tanpa mereka sadari para geisha(芸者) itu sebenarnya berada dalam bahaya

Page 28: Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Dampak Modernisasi ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00308-JP Bab 3.pdf · terjadi, meliputi apa sajakah modernisasi yang terjadi, dan akan memberikan

53

karena ada beberapa yang berpendapat bahwa mereka tidak lagi terlihat sebagai

geisha(芸者) bila mereka tampil modern seperti itu ( Dalby, 1998 : 80 ).

Penulis menganalisis bahwa geisha( 芸者 ) merubah penampilan mereka lebih

tradisional dikarenakan perubahan selera masyarakat yang lebih menyukai hal-hal yang

modern termasuk dalam segi penampilan. Geisha(芸者) yang merubah dirinya menjadi

modern merupakan sebuah usaha mereka dalam mempertahankan keberadaannya dan

mempertahankan pelanggannya yang telah hilang karena mereka telah berlalih pada

hiburan yang di tawarkan jokyuu di bar yang lebih modern di bandingkan geisha(芸者)

yang menghibur tamunya di ochaya yang lebih tradisional. Sakutaro menegaskan bahwa

geisha( 芸 者 ) seharusnya dapat menjalankan fungsinya sebagai penghibur seni

tradisional yang cakap. Ia juga beranggapan bahwa jika geisha(芸者) tetap ketinggalan

zaman maka mereka akan punah. Namun tentu saja ada opini yang menentang

geisha( 芸者 ) untuk berubah modern, dengan alasan bahwa jika geisha( 芸者 )

mengadaptasi gaya baru maka mereka akan merusak dirinya (Dalby, 1998 : 91 ).