BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol,
hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Nilai pH optimum adalah 5,0-5,5.
Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur ,datar, berdrainase baik
dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi
topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari kelerengan
25%. Artinya, perbedaan ketinggian antara dua tidak yang beranjak 100 m
tidak lebih dari 25 m (Pahan,2007).
Daerah pengembangan kelapa sawit yang sesuai berada pada 15ºLU- 15º LS.
Ketinggian lokasi (altitude) perkebunan kelapa sawit yang ideal berkisar
antara 0-500 m dari permukaan laut (dpl). Kelapa sawit menghendaki curah
hujan sebesar 2.000-2500 mm/tahun dengan periode bulan kering <75
mm/bulan tidak lebih dari 2 bulan. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa
sawit adalah 29ºC -30ºC. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari.
Kelembapan optimum yang ideal sekitar 80%-90% (Pahan,2015).
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antar 5-7 jam/hari.
Kecepatan angin 5-6 km/Jam untuk membantu proses penyerbukan. Bentuk
wilayah yang sesuai yaitu datar, beromabk dengan kemiringan 0-8%,
bergelombang 8-30% perlu teras kontur untuk cegah erosi, tempat penaburan
pupuk dan pengutipan tandan buah, serta berbukit dengan kemiringan >30%
tidak disarankan solum dangkal, erosi tinggi, pemupukan tidak efektif
(Kiswanto dkk., 2008). Berikut adalah kritetia kesesuaian lahan untuk kelapa
sawit pada tanah mineral terdapat pada Table 2.1.
6
Tabel 2.1. Kriteria Kesesuaiaan Lahan untuk Kelapa Sawit pada Tanah
Mineral
No Karakteristik
lahan
Simbo
l
Intensitas Faktor Pembatas
Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat
(3)
1. Curah hujan
(mm)
H 1.750 -
3.000
1.750 -
1.500
>3000
1.500 -
1.250 <1.250
2. Bulan kering
(bln) K <1 1 – 2 2 – 3 >3
3.
Ketinggian di
atas permukaan
laut (m)
L 0 – 200 200 - 300 300 – 400 >400
4. Bentuk
wilayah/kemirin
gan lereng (%) W
Datar -
berombak
< 8
Berombak -
bergelomba
ng
8 – 15
bergelomba
ng -
bebukit
15 – 30
Berbukit
-
bergunu
ng >30
5.
Batuan di
permukaan dan
di dalam tanah
(%volume)
B <3 3 – 15 15 – 40 >40
6. Kedalaman
efektif (cm) S >100 100 – 75 75 – 50 <50
7. Tekstur tanah T
L.
berdebu;
L. berliat;
L.liat
Berdebu;
L. liat
berpasir
Liat; liat
berlapis; L.
berpasir;
lempung
Pasir
berlempung
; debu
Liat
berat;
pasir
8. Kelas drainase D
Baik;
sedang
agak
terlambat;
agak cepat
cepat;
terhambat
Sangat
cepat;
sangat
terhamb
at;
tergenan
g
9. Kemasaman
tanah (pH) A 5 – 6
4 - 5
6-6,5
3,5 - 4
6,5 – 7
<3,5
>7
(Sumber: LPP, 2004)
2.2 Potensi Produksi
Potensi tanaman kelapa sawit erat hubungannya dengan kesesuaian lahan
yang digunakan untuk proses budidaya kelapa sawit. Produktifitas tanaman
kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan kelas lahan pada umur 3 sampai 25
tahun dan disajikan pada Tabel 2.2
7
Tabel 2.2. Produktifitas Tanaman Kelapa Sawit. Umur
(tahun)
kelas S1 Kelas S2 Kelas S3
TBS JPT RBT TBS JPT RBT TBS JPT RBT
3 9,0 21,6 3,2 7,3 18,1 3,1 6,2 15,9 3,0
4 15,0 19,2 6,0 13,5 17,6 5,9 12,0 17,4 5,3
5 18,0 18,5 7,5 16,0 17,3 7,1 14,5 16,6 6,7
6 21,1 16,2 10,0 18,5 15,1 9,4 17,0 15,4 8,5
7 26,0 16,0 12,5 23,0 15,0 11,8 22,0 15,7 10,8
8 30,0 15,3 15,1 25,5 14,9 13,2 24,5 14,8 12,7
9 31,0 14,0 17,0 28,0 13,1 16,5 26,0 12,9 15,5
10 31,0 12,9 18,5 28,0 12,3 17,5 26,0 12,5 16,0
11 31,0 12,2 19,6 28,0 11,6 18,5 26,0 11,5 17,4
12 31,0 11,6 20,5 28,0 11,0 19,5 26,0 10,8 18,5
13 31,0 11,3 21,1 28,0 10,8 20,0 26,0 10,3 19,5
14 30,0 10,3 22,5 27,0 10,1 20,5 26,0 9,6 20,0
15 27,9 9,3 23,0 26,0 9,2 21,8 24,5 9,1 20,6
16 27,1 8,5 24,5 25,5 8,5 23,1 23,5 8,3 21,8
17 26,0 8,0 25,0 24,5 7,8 21,1 22,0 7,4 23,0
18 24,9 7,4 26,0 23,5 7,2 25,2 21,0 6,7 24,2
19 24,1 6,7 27,6 22,5 6,6 26,4 20,0 6,0 25,5
20 23,1 6,2 28,5 21,5 5,9 27,8 19,0 5,5 26,6
21 21,9 5,8 29,0 21,0 5,6 28,6 18,0 5,1 27,4
22 19,8 5,1 30,0 19,0 5,0 29,4 17,0 4,6 28,4
23 18,9 4,8 30,5 18,0 4,6 30,1 16,0 4,2 29,4
24 18,1 4,4 31,9 17,0 4,2 31,0 15,0 3,8 30,4
25 17,1 4,1 32,4 16,0 3,8 32,0 14,0 3,6 31,2
Rata-
rata
24,0 10,8 20,9 22,0 10,2 20,1 20,0 9,9 19,2
(Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) )
Keterangan: TBS = Ton TBS/Ha/Tahun,
JPT = Jumlah Tandan/Pohon/Tahun,
RBT = Rata-rata Berat Tandan (Kg)
8
2.3 Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit
2.3.1 Kebutuhan Unsur Hara
Unsur-unsur hara dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman karena merupakan
bagian dari sel-sel dalam tubuh tanaman ataupun berfungsi melancarkan
berlangsungnya proses metabolisme. Sel-sel baru selalu dibentuk selama tanaman
itu hidup, baik untuk perkembangan organ-organ tubuh tanaman maupun untuk
mengganti sel-sel yang tua dan mati. Oleh karena itu kebutuhan akan untuk unsur
hara berlangsung sepanjang kehidupan tanaman.
Kebutuhan unsur hara pada usaha tani kelapa sawit sangat menentukan karena
kelapa sawit termasuk jenis tumbuhan yang menyerap unsur hara dalam jumlah
yang sangat banyak. Mengingat tanah mengandung unsur hara tersedia dalam
jumlah terbatas, sebagian besar kebutuhan hara harus dicukupi melalui
pemupukan.
Kelapa sawit berdasarkan masa produktifnya terbagi antar dua yaitu tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Sehubungan jenis
tanah podsolik paling dominan, maka disajikan dosis rekomendasi di tanah
tersebut.
Kadar hara merupakan proses untuk mengetahui kandungan hara yang ada
didalam jaringan tanaman. Kadar hara diperoleh melalui survey lapangan dan
analisis unsur hara di laboratorium. Tercapainya produksi tandan buah segar
(TBS) yang optimum dan kualitas minyak yang baik merupakan tujuan dari
pemupukan pada tanaman kelapa sawit. Kekurangan satu diantara unsur hara akan
menyebabkan tanaman menunjukkan gejala terhambatnya pertumbuhan vegetatife
serta penurunan produktifitas tanaman kelapa sawit. Berikut dosis pupuk
berdasarkan umur tanaman kelapa sawit terdapat pada Table 2.3.
9
Tabel 2.3 Dosis Pupuk Berdasarkan Umur Tanaman Kelapa Sawit.
Umur
Tanaman
Jenis dan Dosis Pupuk (Kg/Pohon)
Za RP MOP Kiserit HGF-Borate
0 - 0,50 - - -
1 0,10 - - - -
3 0,25 - 0,15 0,10 -
5 0,25 0,50 0,15 0,10 -
8 0,25 - 0,35 0,25 0,02
12 0,50 0,75 0,35 0,25 -
13 0,50 - 0,5 0,50 0,03
20 0,50 1,00 0,5 0,50 -
24 0,50 - 0,75 0,50 0,05
28 0,75 1,00 0,75 0,75 -
32 0,75 1,00 0,75 -
Jumlah 4,35 3,75 4,50 3,70 0,1
Sumber :Semangun 2008
Keterangan:
Apabila hanya tersedia Urea, maka Za (21 %N) diubah ke Urea (46% N), maka
konfersinya adalah 221/46 = 0,47. Jika petani punya urea, maka dosis ZA
dikalikan 0,47. Contoh : umur 1 bulan perlu Urea 0,1 x 0,47 = 0,047 kg/pohon
Urea atau 1,2 ons/pohon Urea. Jadi kebutuhan Urea lebih sedikit dibandingkan
ZA, karena kadar N pupuk Urea lebih tinggi dari kadar N pupuk Za.
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pemupukan setinggi mungkin dalam
rangka mengoptimalkan efisiensi biaya tanpa menggangu kelestarian kesuburan
tanah, pemupukan seharusnya dilaksanakan berdasarkan hasil-hasil penelitian
pemupukan yang tersedia (Semangun 2008). Pemupukan pada tanaman kelapa
sawit harus dilakukan sesuai dengan cara dengan dosis yang dianjurkan yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan hara tanaman kelapa sawit tersebut.
Serapan hara tidak hanya tergantung pada ketersediaan unsur hara dalam tanah,
tetapi juga ditentukan oleh kemampuan tanaman menyerap unsur hara dan
kecepatan serapan hara oleh permukaan akar karena kebutuhan hara tanaman
10
kelapa sawit sangat beragam tergantung bahan tanam, faktor iklim, dan sifat
tanahnya.
Dalam penyerapan hara yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit dewasa
dapat dikendalakan oleh beberapa factor baik internal maupun eksternal dari
tanaman tersebut. Penyerapan unsur hara tanaman kelapa sawit dewasa berbeda
dengan tanaman kelapa sawit belum dewasa. Berikut data serapan unsur hara
tanaman kelapa sawit dewasa disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Serapan Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit Dewasa
Keterangan
Malaysia (24 Ton TBS/Ha) Nigeria (9,7 Ton TBS/Ha)
Kg/pokok/tahun Kg/pokok/tahun
N P2O5 K2O MgO N P2O5 K2O MgO
Terangkut
(dikonversi
dalam bentuk TBS)
0,49 0,18 0,76 0,23 0,2 0,09 0,28 0,05
Termobilisasi dalam
Jaringan Tanaman 0,27 0,05 0,56 0,12 0,18 0,06 0,13 0,17
Didaur Ulang 0,53 0,17 0,83 0,32 0,63 0,17 0,46 0,42
Total Serapan Hara 1,29
0,40 2,15 0,66 1,01 0,32 0,87 0,63
Hara yang Terangkut
dari
Total Serapan(%)
38 44 35 35 20 29 31 8
Total Serapan / Ha
14
pokok (kg)
191,
00 62 318 98 149 48 236 93
Serapan/ton TBS
(kg) 8,00 2,5 13,2 4,2 15,5 13,3 9,6 5
Sumber : Prasetyo, B.2009
2.3.2. Prinsip Pemupukan
Pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara.Hara yang diserap
dari tanah berasal dari tanah itu sendiri dan dari pupuk yang diaplikasikan.
Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah:
11
a. Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman.
b. Tanaman kelapa sawit memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan
produksi tinggi.
c. Penggunaan varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar.
d. Unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan
ke tanah. Karena itu pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu
10 tumbuh normal dan produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah.
Menurut Poeloengan dkk, 2000, pemupukan merupakan upaya perawatan yang
sangat penting pada tanaman kelapa sawit. Rencana produksi TBS yang maksimal
dan kualitas minyak yang baik merupakan tujuan dari pemupukan pada tanaman
kelapa sawit. Aplikasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit merupakan
investasi yang cukup besar dalam rangka mencapai produksi kelapa sawit secara
optimal.Mengingat hal tersebut, pupuk harus dapat digunakan secara efisien dan
tepat sasaran.Ada 4T yang harus dijadikan pedoman dalam pemupukan yakni
Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Waktu dan Tepat Cara.
a. Tepat Jenis
Pemilihan jenis pupuk yang diaplikasikan harus sesuai dengan yang
direkomendasikan dan harus dipertimbangkan baik dari segi teknis maupun
ekonomis. Dalam penetapan jenis pupuk, perlu diperhatikan keseimbangan
hara. Pupuk memiliki beberapa sifat, yaitu kandungan hara utama, dan
kandungan hara tambahan, sifat reaksi kimia yang terjadi dalam tanah, dan
kepekaan pupuk terhadap iklim (Adiwiganda dan Siahaan, 1994).
Masing – masing jenis pupuk memiliki karakteristik tersendiri yang akan
berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi pemupukan. Ada dua macam
jenis pupuk yang biasa digunakan pada perkebunan kelapa sawit yakni pupuk
kimia atau pupuk anorganik dan pupuk organik. Kedua jenis pupuk ini
memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri. Pupuk anorganik memiliki
12
keunggulan dalam kandungan haranya yang tinggi serta kapasitas
produksinya yang besar, sedangkan pupuk organik kandungan haranya
rendah.
Menurut jumlahnya, unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang banyak terdiri dari N, P, K, Ca dan Mg
2. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang sedikit, terdiri dari B, Cu, Zn, Fe.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit dengan kelompok makro
dan mikro memiliki peran dan fungsinya masing-masing sesuai kebutuhan
yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit. Seperti unsur makro yang
berperang sangat besar dalam pertumbuhan tanaman kelapa sawit, namun
unsur mikro juga sangat berperan dalam melengkapi kebutuhan yang harus
dipenuhi dalam pertumbuhan tanaman kelapa sawit untuk tumbuh dan
berkembang.
Unsur-unsur yang terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara mikro
memiliki fungsi masing-masing dalam memenuhi kebutuhan tanaman kelapa
sawit dalam memenuhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit untuk tumbuh.
Dari unsur-unsur tersebut memiliki peran yang sangat di butuhkan tanaman
kelapa sawit untuk tumbuh, dimana unsur makro sangat berperan penting
dalam pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit dan peranan
unsur mikro tidak kalah penting dimana unsur mikro dapat memenuhi atau
sebagai pelengkap kebutuhan tanaman kelapa sawit untuk tumbuh dan
berkembang. Data unsur hara makro dan mikro, jenis pupuk dan kandungan
unsur haranya dapat dilihat pada Tabel 2.5.
13
Tabel 2.5. Unsur Hara Makro, Jenis Pupuk dan Kandungan Unsur Haranya.
Kategori No Unsur Hara Jenis Pupuk Kandungan Hara
MAKRO
1 N (Nitrogen)
1. Urea 46 % N
2. Amonium
Sulfat (ZA) 21 % N, 24 % S
2 P (Posfor)
1. Triple Super
Phospate
(TSP)
46 % P₂O₅, 28 %
CaO
29 - 34 %
2. Fosfat
Alam/Rock
Phospate (RP)
P₂O₅, 35 % CaO
3
K (Kalium)
1. Muriate Of
Potas
(MOP)
60 % K₂O, 50 % Cl
4
Mg
(Magnesium)
1. Kieserit
27% MgO, 22 % S
18 - 20 % MgO
2. Dolomit 50 % CaO
5 Ca (Calsium)
1. Limestone
Dust (LSD)
50 % CaO, 1 - 3 %
MgO
MIKRO
6 B (Boron)
High Grade
Fertilizer
Borate (HGFB)
48 % B₂O₃
7
Cu
(Tembaga)
Copper Sulphate
23 - 25 % Cu
8 Zn (Seng) Zine Sulphate 20 - 23 % Zn
9 Fe (Besi) Ferrous Sulphate 18 - 20 % Fe
(Sumber : Sianipar, 2010.)
Kegunaan Unsur Hara
Beberapa unsur hara yang penting bagi kelapa sawit, antara lain :
Nitrogen (N), unsur hara ini diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna
bagi pertumbuhan tanaman, kekurangan N mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menurun. Gejala kekurangan N adalah pertumbuhan terhambat dan
14
daun tua berwarna hijau pucat kekuningan.Sumber pupuk yang mengandung
N adalah Urea atau Za.
Phospor (P), merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak,
berguna bagi perakaran dan batang yang kuat, serta meningkatkan mutu buah.
Kekurangan P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun berwarna
keunguan.Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, rock phospat SP-36.
Kalium (K) unsur ini juga diperlukan dalam jumlah banyak, penting untuk
penyusunan minyak dan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan.
Kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun
muda. Gejalanya akan timbul bercak transparan, lalu mongering. Sumber
unsur hara K adalah pupuk KCL.
Magnesium (Mg) diperlukan dalam jumlah cukup banyak, berfungsi dalam
proses fotosintesis kekurangan unsur Mg ditandai dengan gejala ujung daun
tua Nampak kekuningan jika terkena sinar matahari, sedangkan daun yang
terlindung tidak terjadi hal tersebut. Sumber hara Mg adalah kapur dolomit.
Tembaga (Cu), diperlukan dalam jumlah sedikit, merupakan pembentuk klofil
dan mempercepat reaksi fisiologi tanaman. Umumnya terjadi kekurangan Cu
pada tanah gambut, ciri kekurangan berat Cu adalah daun kuning pucat lalu
mongering dan mati.Sumber unsur Cu adalah CuSO4.’
Boron (B), diperlukan dalam jumlah sedikit, berfungsi menyusun gula dan
karbohidrat, protein dan perkembangan ujung dan anak daun.Kekurangan B
ditandai munculnya daun pancing, daun kecil dan daun sirip ikan. Sumber
pupuk untuk boron adalah borat
Zink (Zn), diperlukan sedikit, berperan dalam enzimatis dan menunjang
pembentukan hormoon pertumbuhan. Gejala kekurangan Zn adalah matinya
jaringan tanaman.gambut banyak mengalami kekurangan Zn
15
Penggantian suatu jenis pupuk dengan pupuk lainnya dapat dilakukan dengan
memperhatikan kandungan unsur haranya serta keseimbangannya dan
pengaruh bahan ikutannya (Sutarta dkk, 2003).
b. Tepat Dosis
Setiap pupuk yang diaplikasikan harus diupayakan dapat diserap tanaman
secara maksimal. Oleh karena itu perlu ditetapkan dosis yang tepat untuk
masing- masing tanaman. Apabila dosis pemupukannya kurang, maka
tanaman tidak dapat tumbuh sesuai harapan, demikian juga apabila
dosisnya berlebihan. Dosis adalah jumlah satuan pupuk (biasanya dalam
gram atau kilogram) yang diberikan pada pohon kelapa sawit pada tiap
aplikasi.
Menurut Sianipar, 2010, pemupukan pada tanaman belum menghasilkan
(TBM) adalah untuk pertumbuhan vegetatif (menjadi bahan baku dan
penolong dalam pembangunan tubuh tanaman). Pemupukan pada TM
adalah untuk meningkatkan produksi (memproduksi buah dengan
optimal).
Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pemupukan guna
mengimbangi kekurangan unsur hara dalam tanah yang meliputi: hasil
analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya,
realisasi pemupukan tahun sebelumnya, data curah hujan selama minimal
lima tahun sebelumnya, hasil pengamatan lapangan yang meliputi gejala
defisiensi hara, kultur teknis, dan panen (Winarna dkk, 2000). Dosis
pemupukan tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 2.6
16
Tabel 2.6. Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Belum
Menghasilkan.
Aplikasi Pupuk
Dosis (Kg/Pohon)
Urea RP MOP Kieserit HGFB
Saat Tanam - 0,50 - - -
TBM 1 1,35 1,75 1,00 0,70 0,02
TBM 2 1,50 1,00 1,75 1,50 0,08
TBM 3 1,50 1,00 1,75 1,50 -
TM Semester 1 1,00 0,75 0,75 0,50 -
TM Semester 2 . 1,00 1,00 0,75 0,75 0,05
(Sumber : BPM, 2004)
c. Tepat Waktu
Waktu pemupukan perlu disesuaikan dengan kondisi curah hujan.
Pempukan yang optimum dilakukan pada saat (bulan – bulan) dengan
curah hujan 100-200 mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 300
mm/bulan. Bila curah hujan per bulan < 60 mm/bulan, pemupukan
sebaiknya ditunda dan menunggu curah hujan mencapai > 60 mm/bulan.
Jika pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan yang rendah,
maka tanaman tidak mampu mengabsorbsi unsur hara.Begitu pula apabila
curah hujan mencapai > 300 mm/bulan maka pemupukan juga 18 ditunda.
Jika pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan tinggi, akan
menyebabkan terjadinya pencucian atau pupuk tidak dapat diikat oleh
tanah melainkan terbuang percuma terbawa oleh aliran air hujan. Kegiatan
pemupukan membutuhkan tenaga kerja yang banyak, apabila frekuensi
aplikasi pupuk terlalu banyak maka biaya pengeluaran pun semakin tinggi.
Diperlukan suatu titik keseimbangan frekuensi aplikasi pupuk yang tepat
agar ketersediaan nutrisi tersedia sepanjang tahun dan biaya aplikasi pupuk
dapat diminimalkan. Pemupukan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit
17
umumnya dilaksanakan 2 atau 3 kali aplikasi setahun tergantung kondisi
lahan, jumlah pupuk, umur dan kondisi tanaman.
d. Tepat Cara
Cara aplikasi pupuk sebagian besar sudah tepat yaitu dengan cara ditebar
secara merata pada piringan pohon, pupuk tidak menggumpal karena
dilakukan penguntilan terlebih dahulu. Jika dilapangan masih ditemukan
pupuk yang menggumpal maka sebelum ditabur, pupuk tersebut
dihancurkan terlebih dahulu oleh pelansir pupuk.
Penempatan pupuk dilakukan dengan mempertimbangkan penyebaran akar
tanaman yang aktif menyerap unsur hara dalam tanah (1 – 1,5 meter dari
pohon). Pada tanaman muda akar serabut paling banyak terdapat di
piringan atau sejauh ujung pelepah.
Dalam aplikasi pemupukan kelapa sawit dapat dilakukan dalam beberapa
metode dan cara yang tepat. Seperti pada areal yang miring system
pemupukan dapat dilakukan dengan cara poket atau pupuk ditanamn pada
piringan kelapa sawit yang bertujuan agar pupuk tidak hanyut dibawa air
ketika hujan terjadi. Dengan aplikasi pemupukan yang tepat dan sesuai
maka pemupukan yang akan dilakukan dapat berhasil dan tanaman dapat
menyerap unsure hara yang akan diberikan untuk tanaman sehingga
produktivitas tanaman tercapai.
Data aplikasi penempatan pupuk pada tanaman kelapa sawit sebagai
pedoman dalam penetapan pupuk pada tanaman kelapa sawit disajikan
pada Table 2.7 berikut.
18
Tabel 2.7. Penempatan Pupuk Pada Tanaman Kelapa Sawit
Umur Tanaman Jarak Tanaman
TBM 1 : Lebar Piringan 1 m Pupuk B = 0 - 50 cm
N = 50 - 100 cm
P, K, Mg = 50 - 100 cm
TBM 2 : Lebar Piringan 1,5 m Pupuk B = 0 - 50 cm
N = 50 - 100 cm
P, K, Mg = 50 - 100 cm
TBM 3 : Lebar Piringan 2 m Pupuk N = 50 - 100 m
P, K, Mg = 50 - 100 cm
3 - 6 Tahun/TM 1 – 3 Pupuk Makro
dan Mikro
Disebar merata secara melingkar
mulai dari radius ± 30 cm dari
pangkal pohon sampai batas luar
piringan
>7 Tahun/TM 4
Vegetasi gulma digawangantidak
terlalu penting/tidakMerugikanPupuk
Urea, Za dan Mikro
Disebar merata secara melingkar
mulai dari radius ± 30 cm dari
pangkal pohon sampai batas luar
piringan. di sekitar tumpukan
pelepah
>7 Tahun/TM 4
Vegetasi gulma di gawangan mati
padat/merugikan Pupuk Makro dan
Mikro
Disebar merata secara melingkar
padat/merugikan mulai dari radius
± 30 cm dari
pangkal pohon sampai batas luar
piringan.
(Sumber : BPM, 2004)
2.4 Manajemen Pemupukan
Manajemen pemupukan adalah pengelolaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai proses pemupukan yang telah ditentukan. Tujuan manajemen
pemupukan adalah menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan
pemupukan untuk mencapai pemupukan yang efisien dan efektif.
19
Persiapan pemupukan terbagi menjadi tiga yaitu persiapan pupuk, organisasi
penguntilan dan persiapan lapangan. Karung bekas (bekas pembungkus
pupuk) dikumpulkan oleh tim pengecer dan disusun di tempat untilan.
Selanjutnya, karung tersebut diserahkan ke kantor afdeling guna memastikan
jumlah untilan yang dibawa ke lapangan sekaligus mengecek apakah seluruh
pupuk sudah ditabur dan tidak ada yang hilang (Pahan, 2008).
Pupuk yang digunakan adalah pupuk yang terlebih dahulu masuk gudang,
FIFO (First In First Out). Tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga penabur
pupuk yang sudah terlatih, untuk menghindari kesalahan aplikasi pupuk.
Aspek manajerial pemupukan tanaman kelapa sawit terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
2.4.1 Perencanaan
Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh asisten afdeling.
Rencana tersebut dibuat empat rangkap yaitu untuk administratur, asisten
kepala, bagian gedung dan asisten afdeling yang bersangkutan. Lembar
rencana pemupukan berisi afdeling, tahun tanam, blok, luas, jumlah pokok
produktif, jenis pupuk, dosis per pohon, jumlah pupuk dan waktu
pemupukan(Winarna dkk,2003). Ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan oleh asisten afdeling.Asisten afdeling harus membuat rencana
pemupukan mingguan dan harian.
Rencana tersebut merupakan pedoman dalam pelaksanaan di lapangan.
Selain itu, asisten juga harus membuat peta rencana pemupukan harian dan
16 menggambarkan arah pelaksanaan pemupukan. (Winarna dkk, 2003).
2.4.2 Organisasi
Dalam satu afdeling, kegiatan pemupukan dipimpin oleh asisten afdeling
dibantu oleh mandor I dan mandor pupuk. Mandor pupuk membawahi 25
– 60 karyawan tergantung pada luas areal divisi atau afdeling. Kegiatan
20
pemupukan tersebut menggunakan norma prestasi penabur 2 – 3.5 ha/HK
atau 400 – 500 kg/HK, tergantung pada dosis per pokok, topografi areal
dan keterampilan penabur. Sebaiknya, diusahakan agar tidak terjadi
penggantian tenaga penabur. Selain itu, jumlah takaran harus sesuai
dengan jumlah penabur (Pahan, 2008).
2.4.3 Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pemupukan, pupuk diecer ke blok oleh tenaga kerja
yang tersedia. Penaburan pupuk sesuai jalurnya (barisan) masing-masing.
Pupuk ditabur di sekeliling piringan penuh, tidak dibenarkan penaburan
yang terputus-putus. Pada sistem benam, lubang bekas pemupukan ditutup
kembali. Jarak tabur pupuk bergantung pada perkembangan pohon,
tepatnya jalur penaburan harus di bawah proyeksi ujung tajuk (Winarna
dkk, 2003).
2.4.4 Pengawasan
Mengingat biaya pemupukan cukup mahal, maka diperlukan pengawasan
di lapangan dengan intensif dan ketat oleh mandor pupuk, mandor besar,
asisten serta asisten kepala hingga manajer. Kebutuhan unsur hara bagi
tanaman kelapa sawit pada setiap fase pertumbuhannya berbeda-beda.
Jumlah unsur hara yang ditambahkan melalui pupuk harus
mempertimbangkan kehilangan hara akibat pencucian, penguapan,
penambahan hara dari tanaman penutup tanah, hara yang terikat dari udara,
serta potensi fisik dan kimia tanah. Menurut Sianturi (2005) untuk
mencapai keseimbangan unsur hara yang optimum pada perkebunan
kelapa sawit dibutuhkan pamupukan yang berdasarkan rekomendasi dari
penelitian lebih lanjut dalam kurun waktu yang relatif lama.
Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang penting dalam kegiatan
produksi tanaman, tetapi dalam pelaksanaannya tidak mudah karena harus
memperhatikan tingkat efisiensi atau penghematan. Hal yang menyangkut
21
efisiensi meliputi tingkat keefektifan pemupukan (tepat jenis, dosis, waktu,
cara, tempat, formulasi, dan rotasi), perimbangan hara, dan harga pupuk
(LeiwakabessydanSutandi, 2004). Selain itu, di dalam pelaksanaan
pemupukan harus memperhitungkan tingkat keefisienan dari segi waktu
dan tenaga kerja.