BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ......

33
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan 2.1.1. Pengertian Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003). 2.1.2. Sasaran Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ......

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan Kesehatan

2.1.1. Pengertian

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau

mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat

untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang

berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa

dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan

meminta pertolongan (Effendy, 2003).

2.1.2. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit,

klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan

kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga

yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk

dan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok

ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang

rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di

berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam

perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat

dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat

pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

2.1.3. Materi/pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan

dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,

sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi

yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak

terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya

menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk

menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.1.4. Metode

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode

yang dikemukakan antara lain :

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku

baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau

inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai

masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku

baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :

a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah

yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya

klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan

menerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum

menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan

diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum

maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok

yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu

metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini

mencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode

yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

1). Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :

a. Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi

apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan

diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi

kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat

bantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat

menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat

menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh

bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan,

seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal

mungkin.

2). Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan

menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau

beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap

hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode

yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola

salju, memainkan peranan, permainan simulasi.

3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang

sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak

membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat

pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada

umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media

massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media

massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan

dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan

sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.1.5. Alat Bantu dan Media Penyuluhan

2.1.5.1. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam

menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi

untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo,

2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada

setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak

indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin

jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini

dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek

sehingga mempermudah persepsi.

Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran,

mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa,

merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk

belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang

diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,

mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan

akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan

pengertian yang diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

a. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu

ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan

misalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga

dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.

b. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu

proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara

dan lain-lain.

c. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada

waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video cassette dan lain-lain.

Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat

peraga yang paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan yang hendak dicapai

a. Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat

dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah

laku/kebiasaan yang baru.

b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam latihan/

penataran/ penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadaq sesuatu

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

masalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelqskan fakta-fakta,

prosedur dan tindakin.

2. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuat0berguna sebagai alat rantu belajar dan tetap

harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus

mengemfangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat

sehingga mempunyai hasil yang maksimal.

2.1.5.2. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan

informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat

meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke

arah positif terhadap kesehatan.

Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan

yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat

mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke

perilaku yang positif.

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan

penyuluhan kesehatan antara lain adalah :

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

c. Media dapat memperjelas informasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

d. Media dapat mempermudah pengertian.

e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.

g. Media dapat memperlancar komunikasi.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi

menjadi 3 yakni :

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran

sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini

adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau

tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi

kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup

banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,

mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak

memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan

mudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar

dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media

ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media

cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,

lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta

jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,

sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan

matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan

penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun

elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar

lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,

sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh

panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.

Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat

canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan

berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk

mengoperasikannya.

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan

informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan

sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan

pesan yang disampaikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan

Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor

penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.

1. Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan

dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan

kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat

didengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga

membosankan.

2. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima

pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak

begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan

kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah

tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal

sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

3. Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan

waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaian

sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran

penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda yang

digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang

digunakan kurang dimengerti oleh sasaran.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.2. Pengetahuan

2.2.1. Pengertian

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman

yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya

(Keraf, 2001).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2005).

2.2.2. Tingkatan pengetahuan

Notoatmodjo (2005), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang terhadap

obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, hal ini tercakup domain

kognitif yang dibagi dalam enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali

(Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,

menyatakan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan,

menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih

ada kaitannya antara satu dengan lainnya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada

kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

dengan menanyakan tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima

informasi. Pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah maka akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan

nilai yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c. Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek

fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat

dikatagorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

d. Minat

Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada

akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman.

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman yang kurang

baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun jika pengalaman

terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan

yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya

dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat

sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karena

lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap

seseorang.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.3. Sikap

2.3.1. Pengertian

Sikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau

merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari

suatu objek rangsangan (Sarwono, 2003).

Allen, et.al. dalam Azwar (2005), menyatakan bahwa sikap adalah suatu pola

perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri

dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap

stimulasi sosial yang telah terkondisikan.

2.3.1. Komponen Sikap

Menurut Allport (1954) dalam dari Notoatmodjo (2005), sikap terdiri dari tiga

komponen yang saling menunjang satu sama lain yaitu :

a. Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif merupakan representatif apa yang dipercayai oleh individu

pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap.

Komponen kognitif berisi kepercayaan (keyakinan), ide yang dimilki oleh individu

terhadap suatu objek. Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan

pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah kontroversial. Misalnya

sikap seseorang terhadap DBD berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang

tersebut terhadap penyakit DBD.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

b. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional

subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini merupakan perasaan

individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Misalnya

bagaimana orang menilai terhadap penyakit DBD, apakah penyakit tersebut biasa

saja atau penyakit yang membahayakan.

c. Komponen konatif (conative)

Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki seseorang. Komponen ini merupakan komponen yang

mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Misalnya sikap terhadap penyakit

DBD, apa yang dilakukan seseorang agar mencegah atau tidak terkena DBD.

Interaksi antara komponen tersebut adalah selaras dan konsisten. Hal ini

dikarenakan apabila dihadapkan dengan suatu obyek sikap yang sama maka ketiga

komponen itu harus mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu saja

diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain maka akan terjadi

ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap (Azwar,

2005).

2.3.1. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

1. Menerima ( receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Oleh karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu

benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu

setuju dan tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu objek maka arahnya positif

dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif. Sikap memiliki

intensitas artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun

arahnya mungkin tidak berbeda.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan sikap

Menurut Azwar (2005), sikap manusia dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut :

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan,

seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

Apakah penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau sikap negatif,

akan tergantung pada berbagai faktor lain.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman

akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2. Pengaruh orang lain

Orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang

mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, yang diharapkan,

yang tidak ingin dikecewakan atau orang yang berarti khususnya akan banyak

mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang

biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

sosialnya lebh tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau

suami dan lain-lain.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap. Apabila hidup dalam masyarakat yang mempunyai

norma sangat mungkin individu tersebut akan mempunyai sikap yang mendukung.

Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kelompok,

maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan

individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

4. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan

opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas

pokoknya media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuai hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan

memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap

tertentu.

5. Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan

buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan

diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajaranannya.

Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama menentukan sistem kepercayaan

maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan

dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

6. Faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan

sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi

dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh

bentuk sikap yang didasari oleh factor emosional adalah prasangka (prejudice).

Prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang didasari oleh kelainan

kepribadian pada orang-orang yang sangat frustasi.

2.5. Demam Berdarah Dengue

2.5.1. Pengertian

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue dan dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang sering

menimbulkan wabah dan kematian. (Depkes RI, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.5.2. Penyebab

Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypti. Virus sebagai penyebab DBD ini sampai sekarang dikenal ada empat tipe

yaitu tipe 1, 2, 3, dan 4. Virus ini termasuk dalam group B Arthopod Borne Virus. Ke

empat serotype virus ini ditemukan di berbagai daerah Indonesia. Hasil penelitian di

Indonesia menunjukkan bahwa virus dengue tipe 3 merupakan serotype yang

dominan untuk menyebabkan kasus yang berat (Depkes, RI, 2005).

2.5.3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari DBD menurut Depkes (2005) adalah :

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus

selama 2 – 7 hari. Demam dapat menurun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi

dan pada hari ke-6 atau ke-7 demam mendadak menurun.

b. Perdarahan terjadi di semua organ, seperti manifestasi perdarahan di bawah kulit

yaitu dengan uji tourniquet (Rumple Leede ) positif, epistaksis, perdarahan gusi,

hematemesis, melena dan hematuria.

2.5.4. Derajat DBD

Derajat DBD menurut Depkes (2005) dikelompokkan dalam empat derajat

yaitu :

a. Derajat I, yaitu demam disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala

perdarahan adalah hasil uji tourniquet positif.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

b. Derajat II, yaitu gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah perdarahan

spontan biasanya dalam bentuk perdarahan di bawah kulit atau bentuk perdarahan

lainnya.

c. Derajat III, yaitu kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat

dan lemah, hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien

gelisah.

d. Derajat IV, yaitu syok berat dengan tidak teraba denyut nadi maupun tekanan

darah.

2.5.5. Cara Penularan

Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti. Nyamuk tersebut mengandung virus dengue pada saat mengigit manusia

yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari sebelum dapat ditularkan kembali kepada

manusia pada gigitan berikutnya.

2.5.6. Pengobatan

Pengobatan yang spesifik untuk DBD tidak ada, karena obat terhadap virus

dengue belum ada. Oleh karena itu prinsip dasar pengobatan penderita DBD adalah

penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma dan pemberian obat

antipiretik untuk menurunkan demam.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.5.7. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD

Cara pencegahan dan pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah

memberantas vector yaitu nyamuk Aedes aegypti dan pemberantasan terhadap jentik-

jentik penyakit. Hal ini dikarenakan vaksin untuk mencegah dan obat untuk

membasmi virus dengue belum tersedia ( Depkes RI, 2005). Cara pencegahan yang

dianggap paling tepat adalah :

1. Pemberantasan nyamuk dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan

(pengasapan/fogging) dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang

hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di

dinding rumah.

Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus

dengan interval satu minggu. Pada penyemprotan siklus pertama semua nyamuk

yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk nyamuk lainya

akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya akan

mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat menimbulkan

terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan

siklus kedua. Penyemprotan kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan

yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum

menularkan kepada orang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2. Pemberantasan jentik

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dilakukan

dengan cara :

a. Fisik

PSN dengan cara fisik dikenal dengan kegiatan 3M yaitu menguras dan

menyikat bak mandi, bak WC dan lain-lain, menutup tempat penampungan air

rumah tangga (tempayan, drum dan lain-lain), mengubur, menyingkirkan atau

memusnahkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban, tempurung dan lain-

lain.Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur

sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang

biak di tempat itu.

Pada saat ini telah dikenal dengan istilah 3M plus yaitu mengganti air di dalam

vas bunga, tempat minum burung atau tempat yang sejenis seminggu sekali,

memperbaiki saluran dan talang yang tidak lancar/rusak, membersihkan dan

mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air hujan seperti pelepah

pisang, melakukan larvasidasi yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik

(abate) di tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, memasang

kawat kasa di rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam

kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memakai, menggunakan

kelambu dan memakai obat nyamuk.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

b. Kimia

Cara memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida

pembasmi jentik ini antara lain dikenal dengan istilah larvasida. Larvasida yang

biasa digunakan antara lain temephos. Formulasi temephos yang digunakan

adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±

1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini

mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan

insect growth regulator.

c. Biologi

Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan cara biologi adalah dengan

memelihara ikan pemakan jentik yaitu ikan kepala timah, ikan gupi, ikan

cupang/tempalo dan lain-lain.

2.6. Usaha Kesehatan Sekolah

2.6.1. Pengertian

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya membina dan mengembangkan

kebiasaaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan

dan pelayanan kesehatan di sekolah (Mubaraq, 2009).

Usaha Kesehatan Sekolah adalah suatu wahana untuk meningkatkan

kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat yang pada

gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal ( Depkes, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

Usaha Kesehatan Sekolah merupakan upaya terpadu lintas program dan

sektoral yang ditinjau dari sudut pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan

salah satu strategi untuk mencapai kemandirian masyarakat khususnya peserta didik

dalam mengatasi masalah kesehatan dan menolong dirinya sendiri di bidang

kesehatan dan selanjutnya akan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal

(Depkes RI, 1995).

2.6.2. Tujuan UKS

Tujuan umum dari UKS adalah meningkatkan kemampuan hidup sehat dan

derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingungan sehat sehingga

memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dalam rangka

pembentukan manusia seutuhnya, sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan

derajat kesehatan peserta didik yang mencakup upaya menurunkan angka kesakitan

anak sekolah, meningkatkan kesehatan pesera didik baik fisik, mental maupun sosial,

serta memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip

hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha kesehatan di sekolah, di rumah

maupun di lingkungan masyarakat (Mubaraq, 2009).

2.6.3. Ruang Lingkup

Kegiatan utama UKS disebut dengan Tri Program UKS (Trias UKS) yang

terdiri atas komponen-komponen berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

a. Pendidikan kesehatan

Kegiatan yang dilakukan berupa intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pada kegiatan

intrakurikuler dimaksudkan bahwa promosi kesehatan adalah bagian daripada

kurikulum sekolah. Hal ini dapat diterapkan pada program pembelajaran yang

berdiri sendiri dalam ilmu kesehatan atau pada mata pelajaran olahraga, ilmu

pengetahuan alam atau lainnya. Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler dimaksudkan

bahwa promosi kesehatan bertujuan untuk menanamkan pola perilaku hidup sehat

bagi siswa-siswi. Adapun kegiatan nyata yang dapat dilakukan oleh petugas

kesehatan adalah memberikan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan

kesehatan.

b. Pelayanan kesehatan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memelihara, mengetahui gejala dini dari suatu

penyakit, serta untuk meningkatkan status kesehatan, baik siswa, petugas sekolah

maupun guru.

Kegiatan nyata yang dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan

perkembangan kecerdasan, pemberian immunissi, pengobatan sederhana,

pertolongan pertama pada kasus darurat, termasuk rujukan jika ditemukan

penyakit yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.

c. Pembinaan lingkungan sekolah yang sehat

Pemeliharan lingkungan sekolah bertujuan agar lingkungan sekolah dapat terjamin

pemeliharaannnya, yang diawali dengan lingkungan kehidupan sekolah yang

bersih dan sehat, sehingga tidak mudah terkena wabah penyakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.6.4. Sasaran

Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik yaitu :

a. Sekolah taman kanak-kanak.

b. Pendidikan dasar.

c. Pendidikan menengah.

d. Pendidikan agama.

e. Pendidikan kejuruan.

f. Pendidikan khusus ( sekolah luar biasa).

2.6.5. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Menurut Meumann dalam Kartono (2007) pada pengamatan perkembangan

anak menerangkan bahwa anak usia 7-12 tahun mulai memahami benda-benda dan

peristiwa serta tumbuh wawasan akal budinya atau insight. Anak bersifat realisme

dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintesa logis karena munculnya pengertian,

wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan.

Anak sekolah dasar mulai memandang semua peristiwa dengan objektif. Semua

kejadian ingin diselidiki dengan tekun dan penuh minat.. Anak pada usia ini sangat

aktif dan dinamis. Banyak keterampilan mulai dikuasai dan kebiasaan-kebiasaan

tertentu mulai dikembangkan. Disamping keluarga, sekolah memberikan pengaruh

yang sistematis terhadap pembentukan akal budi anak. Ingatan anak pada usia SD ini

mencapai intensitas paling besar dan paling kuat, anak mampu memuat jumlah

materi ingatan paling banyak (Kartono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.6. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teori perilaku model Green yang dikenal dengan mode PRECEDE

(Predisposing, Reinforcing and Enabling Cauce in Educational Diagnostic and

Evaluating ). Teori model Green ini dapat tercantum pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Landasan Teori (Green, 2005)

Faktor predisposisi : Pengetahuan Sikap Keyakinan Nilai-nilai kehidupan Kepercayaan

Faktor pendukung : Ketersediaan sarana Kemudahan sarana Masyarakat/pemerintah Perundang-undangan Prioritas kesehatan Keterampilan petugas

Faktor penguat : Keluarga Teman sebaya Guru Tokoh masyarakat Pelayanan Kesehatan Pengambil kebijakan

Keturunan

Lingkungan

Perilaku individu/

masyarakat

Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

Pada model tersebut dijelaskan bahwa kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor

yaitu : faktor genetik atau keturunan, faktor perilaku seseorang atau masyarakat,

faktor lingkungan. Faktor ini mempunyai hubungan yang timbal balik dimana ketiga

faktor tersebut dapat saling mempengaruhi.

Selanjutnya faktor perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga unsur yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam lingkungan

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai kehidupan dan sebagainya.

Selain mempengaruhi perilaku faktor ini juga mempunyai hubungan timbal balik

dengan faktor penguat.

b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tesedianya fasilitas atau sarana kesehatan. Selain mempengaruhi perilaku faktor

ini juga mempengaruhi faktor predisposisi.

c. Faktor penguat (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku

kelompok dari masyarakat. Pada gambar terlihat bahwa faktor ini saling

mempengaruhi dengan perilaku itu sendiri, juga dapat mempengaruhi faktor

pendukung, mempunyai hubungan timbal balik dengan faktor predisposisi dan

factor ini dipengaruhi oleh lingkungan.

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat itu salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap dimana

peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap dapat dilakukan dengan memberikan

penyuluhan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti

adalah pengaruh penyuluhan kesehatan yang meliputi materi, metoda, media dan

komunikator terhadap pengetahuan dan sikap dalam pencegahan Demam Berdarah

Dengue. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap sebelum dilakukan penyuluhan

diukur dengan pre-test dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penyuluhan

kesehatan tersebut diukur dengan post-test. Kerangka konsep penelitian ini tercantum

pada Gambar 2.2.

Pre-test Post-test

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

• Pengetahuan • Sikap

Penyuluhan Kesehatan • Materi • Metode • Media • Komunikator

• Pengetahuan • Sikap

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Kesehatan ... …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter II.pdf · dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

 

 

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti

adalah pengaruh penyuluhan kesehatan yang meliputi materi, metoda, media dan

komunikator terhadap pengetahuan dan sikap dalam pencegahan Demam Berdarah

Dengue. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap sebelum dilakukan penyuluhan

diukur dengan pre-test dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penyuluhan

kesehatan tersebut diukur dengan post-test. Kerangka konsep penelitian ini tercantum

pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

• Pengetahuan • Sikap

Penyuluhan Kesehatan • Materi • Metode • Media • Komunikator

Universitas Sumatera Utara