BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Berat Badan Lahir Rendah...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Berat Badan Lahir Rendah...
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Banyak literatur yang telah mendefinisikan BBLR. Namun definisi tersebut
hampir sama antara satu dengan yang lainya. Sebelum tahun 1961 definisi BBLR
dimasukan kedalam kategori bayi yang prematur. Setelah periode tersebut WHO
mendefinisikan BBLR sebagai kelompok bayi yang lahir dengan berat kurang dari
2500 gram terlepas dari usia kehamilan, baik prematur atau cukup bulan.(Depkes RI,
2009; Unicef, 2004; WHO, 1961)
Berat lahir adalah berat bayi baru lahir yang diukur dalam satu jam pertama
kehidupan (Unicef, 2004). Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari
kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram
(Saifuddin, 2002). Insiden berat badan lahir rendah adalah persentase bayi lahir
hidup yang berat badanya kurang dari 2500 gram per jumlah total bayi yang lahir
hidup yang ditimbang dalam periode waktu yang sama dikalikan dengan 100
(Unicef, 2004).
Masa atau usia kehamilan sering disebut dengan masa gestasi dapat
dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu masa preterm, masa aterm, dan masa
postterm.
Masa kehamilan preterm adalah suatu masa yang menunjukan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir pada masa preterm disebut dengan
Universitas Sumatera Utara
bayi prematur (Manuaba, 1998). Umumnya bayi yang lahir prematur mengalami
BBLR sekitar 60% (WHO, 1961). Kelahiran prematur menyebabkan aktivasi
endokirn janin sebelum dewasa, kelebihan tekanan rahim, perdarahan, infeksi atau
radang intrauterin (Harnietta, 2005).
Masa kehamilan aterm adalah masa kehamilan anatara 37 sampai 42
minggu. Bayi dilahirkan pada masa aterm disebut dengan bayi lahir cukup bulan dan
bayi ini dapat mengalami BBLR dan dapat juga lahir normal. Bila pada masa aterm
bayi dilahirkan kurang dari 2500 gram disebut dengan bayi kecil masa kehamilan
(KMK).
Masa kehamilan Postterm atau sering disebut dengan masa kehamilan lebih
bulan atau lebih dari 42 minggu. Bayi yang dilahirkan pada masa posterm lebih matur
dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan pada masa aterm. Pada bayi yang
mengalami BBLR masa posterm akan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan
bayi BBLR prematur.
Berdasarkan klasifikasi masa kehamilan maka bayi BBLR dapat dibagi
menjadi tiga kategori yaitu BBLR prematur, bayi kecil untuk masa kehamilan
(KMK), dan Kombinasi prematur dan bayi kecil masa kehamilan.
1. BBLR Prematur
BBLR prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bila bayi yang lahir dengan
usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badanya kurang dari seharusnya
desebut dengan dismatur kurang bulan kecil untuk masa kehamilan. Karakteristik
Universitas Sumatera Utara
bayi BBLR prematur adalah berat lahir kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm. Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan organ-
organ tubuhnya, dan semakin rendah berat badanya saat lahir dan semakin tinggi
resikonya mengalami berbagai komplikasi berbahaya (Sunaryanto, 2009).
2. Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Bayi kecil untuk masa kehamilan merupakan bayi BBLR yang diakibatkan
karena gangguan pertumbuhan intranutrien. Bayi kecil masa kehamilan adalah bayi
yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari 10th
Bayi kecil masa kehamilan bisa terjadi tanpa penyebab patologis atau
penyebab sekunder
persentil untuk berat
sebenarnya dengan umur kehamilan (Manuaba, 1998). Namun dalam berbagai
literatur akhir-akhir ini yang merujuk pada kejadian BBLR, istilah bayi kecil untuk
masa kehamilan dapat didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan lebih atau sama dengan 37 minggu
(Depkes RI, 2011). Istilah yang banyak digunakan dengan bayi kecil untuk masa
kehamilan diantaranya pseudoprematuritas, dismaturitas, fetal malnutrisi, chronic
fetal distress. Small for Gestational Age (SGA), dan Intra Uterin Grouth Retardation
(IUGR) (Manuaba, 1998).
intrauterine growth retradation (IUGR). Bayak faktor yang
menyebabkan bayi kecil masa kehamilan seperti bayi dengan kelainan kongenital
atau kelainan kromosom sering dikaitkan dengan BBLR, Masalah plasenta dapat
Universitas Sumatera Utara
menghambat penyediaan oksigen dan nutrisi yang adekuat pada janain, dan infeksi
(Pastrakulijic, 2000).
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya
karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran
mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi
dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu
seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi
berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi karena
pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesakitan yang lebih
tinggi dengan berat bayi lahir cukup.
Menurut Manuaba (1998) ada tiga faktor penyebab KMK, yaitu faktor ibu,
faktor uterus dan plasenta, dan faktor janin. Faktor ibu yang berperan dalam
menyebabkan terjadinya bayi KMK seperti malnutrisi, penyakit ibu (hipertensi, paru,
penyakit gula), komplikasi hamil (preeklamsia, eklamsia, perdarahan), dan kebiasaan
ibu (perokok, peminum). Faktor uterus dan plasenta dapat berupa gangguan
pembuluh darah, gangguan insersi tali pusat, kelainan bentuk plasenta, dan
perkapuran plasenta. Faktor janin berupa kelainan kromosom, hamil ganda, infeksi
dalam rahim, cacat bawaan.
3. Kombinasi Prematur dan Bayi Kecil Masa Kehamilan
Kombinasi bayi premaatur dan bayi kecil masa hamil dipastiakan akan
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Umumnya bayi dengan berat
Universitas Sumatera Utara
lahir dengan kondisi prematur dan bayi kecil masa kehamilan kurang dari 1500 gram
disebut bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)(WHO,1961; Unicef, 2004)
2.1.1. Patofisiologi dan Etiologi BBLR
Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara faktor-faktor yang
berkaitan dengan prematur dan faktor yang berkaitan dengan IUGR yang
menyebabkan terjadinya BBLR. Sampai sekarang penyebab terbanyak yang
diketahui menyebabkan terjadinya BBLR adalaah kelahiran prematur. Dan dalam
kasus demikian bayi yang BBLR harus mendapatkan penanganan yang adekuat.
Sedangkan faktor lain berkaitan dengan faktor ibu dan janin (Depkes RI, 2011).
Menurut WHO (2004) faktor etiologi yang berkontribusi menyebabkan
kejadian berat badan lahir rendah terutama di negara-negara berkembang meliputi
penggunaan tembakau ( merokok, konsumsi tembakau kunyah, dan tembakau untuk
kegunaan terapi), kurang intake kalori, berat badan rendah sebelum masa kehamilan,
primipara, jenis kelamin janin, tubuh pendek, ras, riwayat BBLR sebelumnya, angka
mordibitas umum, dan faktor risiko lingkungan seperti paparan timbal, dan jenis-jenis
polusi udara (WHO, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Berkontribusi Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (WHO, 2004)
Sumber : World Health Organisation
2.1.2. Dampak Berat Badan Lahir Rendah
BBLR sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan mordibitas janin.
Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif,
kerentanan terhadap penyakit kronis di kemudian hari (Unicef, 2004). Pada tingkat
populasi, proporsi bayi dengan BBLR adalah gambaran multimasalah kesehatan
masyarakat mencakup ibu yang kekurangan gizi jangka panjang, kesehatan yang
buruk, kerja keras dan perawatan kesehatan dan kehamilan yang buruk. Secara
individual, BBLR merupakan prediktor penting dalam kesehatan dan kelangsungan
hidup bayi yang baru lahir dan berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian bayi
dan anak (Unicef, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (grouth faltering),
anak pendek 3 kali lebih besar di banding non BBLR, pertumbuhan terganggu,
penyebab wasting, dan risiko malnutrisi (Sirajudin dkk, 2011).
2.1.3. Faktor Resiko BBLR
1. Kelahiran Prematur
Kelahiran preterm adalah penyebab utama kematian, kesakitan dan kecacatan.
Masa kehamilan yang lebih pendek akan menyebabkan bayi lebih kecil dan lebih
beresiko pada kematian, sakit dan cacat. Keadaan ini menunjukan bahwa kematian
dapat bervariasi diantara spektrum berat lahir dan menningkat terus menurus dengan
semakin menurunya berat badan. Berat badan lahir rendah akan membatasi
pertubuhan bayi dan akan mempengaruhi bayi tersebut selama kehidupanya. Bila
dihubungkan dengan pertubuhan yang tidak maksimal pada masa kanak-kanak
insiden mendapatkan penyakit pada masa dewasa lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi normal seperti DM tipe-2, hipertensi, kardiovasuler. Resiko tambahan pada
perempuan adalah akan melahirkan bayi yang lebih kecil disaat mereka dewasa
nantinya (Unicef, 2004).
Kelahiran prematur merupakan faktor resiko terbesar penyebab BBLR. WHO
(2011) menyatakan bahwa sekitar 60% bayi yang premature akan mengalami BBLR.
Faktor-faktor terjadinya prematur seperti tertera dalam table 2.2 berikut (Manuaba,
1998).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Faktor Resiko Terjadinya Prematuris
Fetal Fetal distress Kehamilan kembar Erytroblastosis Hydrops nonimun Cacat bawaan
Plasenta Disfungsi plasenta Plasenta previa Abrubtio placenta
Uterus Uterus bikomu Inkompetensi serviks (dilatasi premature)
Maternal Riwayat kelahiran premature sebelumnya Perdarahan antepartum Malnutrisi Preeklamsia Penyakit medis kronis (Penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal) Infeksi (Listeria monocytogenes, stertococus, infeksi bacterial, dll) Penyalah gunaan obat-obatan Masalah social Kebiasaan menggunakan tembakau (merokok, temmbaku kunyah, dan kegunaan terapi)
Lainya Ruptur membrane plasenta premature Polihidramnion Iatrogenik Trauma
Tidak diketahui Sumber: Manuaba, 1998
2. Jenis Kelamin Janin
Untuk masa kehamilan yang sama, berat badan bayi wanita lebih kecil dari
bayi laki-laki. Bayi yang pertama lahir lebih ringan daripada bayi berikutnya, dan
bayi kembar lebih ringan dibandingkan dengan bayi tunggal. Berat badan lahir
dipengaruhi oleh sejumlah besar pertumbuhan janin dan diet selama hamil, juga
komposisi berat badan ibu sejak mulai terjadinya konsepsi.
Universitas Sumatera Utara
3. Postur Tubuh Pendek
Wanita yang lebih pendek dari rata-rata akan sangat mempengaruhi berat
badan bayi yang dilahirkan. Berat badan bayi yang rendah pada wanita pendek sangat
dipengaruhi oleh faktor anatomi tubuh ibu.
4. Penggunaan Tembakau (merokok, konsumsi tembaku kunyah, dan kegunaan
terapi)
Bukan merupakan rahasia umum lagi bahwa merokok dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit. Umumnya penyakit yang ditimbulkan oleh rokok sangat
dipengaruhi oleh zat-zat racun yang terkandung dalam rokok seperti nikotin, tar, CO,
dan jenis alkaloida lain. Konsumsi tembakau kunyah dan penggunaan tembakau
untuk terapi akan meningkatkan kadar nikotin dalam darah dan cairan amniotik.
Nikotin di sinyalir berpengaruh besar dalam menyebabkan kejadian berat badan lahir
rendah pada bayi.
5. Sosial Ekonomi
Ibu dengan sosial ekonomi rendah seringkali melahirkan bayi dengan berat
badan rendah, Bayi dengan berat badan rendah merupakan dampak utama dari
kekurangan nutrisi dalam periode waktu yang panjang, termasuk selama kehamilan.
Prevalensi yang tinggi terhadap penyakit infeksi atau komplikasi kehamilan yang
didukung oleh kemiskinan. Pekerjaan berat selama kehamilan juga berkontribusi pada
pertubuhan janin yang kurang.
Universitas Sumatera Utara
6. Angka Mordibitas Umum
Juga dipengaruhi oleh nutrisi dan diet ibu, gaya hidup (konsumsi alkohol, dan
penggunaan obat-obatan), paparan berbagai macam penyakit infeksi (malaria, HIV,
syphilis, tuberculosis), dan komplikasi hipertensi dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin.
Berat badan bayi lahir rendah juga disebabkan oleh berat badan ibu yang
rendah sebelum hamil, primipara, dan riwayat BBLR sebelumnya. Beberpa bayi
dilahirkan prematur, sebagian lagi dilahirkan dengan pertumbuhan yang terbatas, dan
yang lain dilahirkan dengan kombinasi prematur dan pertumbuhan yang terbatas.
Keadaan ini dikenal dengan bayi berat badan lahir rendah (UNCF, WHO, Unicef,
2004).
2.1.4. Pencegahan BBLR
Upaya-upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting dalam
menurunkan insiden atau kejadian berat badan lahir rendah di masyarakat. Upaya-
upaya ini dapat dilakukan dengan (Sunaryanto, 2010).
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat kali
selama periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester
kedua, dan 2 kali pada trimester ke II.
2. Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah
lemak, kalori cukup, vitamin dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin B
asam folat setiap hari. Pengontrolan berat badan selama kehamilan dari
pertambahan berat bada awal dikisaran 12,5-15 kg .
Universitas Sumatera Utara
3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman berlkohol,
aktivitas fisik yang berlebihan.
4. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, faktor resiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri selam
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin yang dikandung
dengan baik.
5. Pengontrolon oleh bidan secara berkesinambungan sehingga ibu dapat
merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat.
2.2. Tembakau Kunyah
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari
genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan
dalam bentuk nikotin tartarat dapat digunakan sebagai obat. Jika dikonsumsi, pada
umumnya tembakau dibuat menjadi rokok, tembakau kunyah, dan kegunaan
farmakologi. Tembakau telah lama digunakan di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa
ke Amerika Utara memopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat
penenang. Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat
bagian selatan. Setelah Perang Saudara Amerika Serikat, perubahan permintaan
tenaga kerja menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk baru ini dengan
cepat berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi
kontroversi ilmiah pada pertengahan abad ke-20 (Doll, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Dalam Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing.
Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan
khususnya dalam bahasa Taino di Karibia. Pengertian ini mengacu pada gulungan
daun-daun pada tumbuhan. Selain itu tembaku juga berasal dari kata "tabago", sejenis
pipa berbentuk Y untuk menghirup asap tembakau. Menurut Oviedo, daun-daun
tembakau dirujuk sebagai Cohiba. Tabaco umumnya digunakan untuk
mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab
"tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-9 sebagai nama dari berbagai jenis
tumbuhan. Kata Tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, juga
digunakan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika (Doll, 2004).
Tembakau kunyah adalah jenis tembakau tanpa asap yang dikonsumsi dengan
mengunyah sebagian tembakau diantara pipi dan gusi atau gigi di bagian bibir atas.
Tidak seperti penggunaan tembakau untuk rokok, tembakau kunyah harus
dihancurkan secara manual digigit agar nikotin yang terkandung dalam tembakau
dapat keluar. Cairan tembakau hasil kunyahan yang tidak dinginkan kemudian di
buang melalui ludah, sedangkan sebagian cairan ini kemudian ditelan (Doll, 2004)
Mengunyah tembakau merupakan salah satu penggunaan tembakau yang
paling tua di dunia. Menurt Oberhltzer (2007) mengunyah tembakau telah dilakukan
sejak lama di Amerika Serikat sebelum digantikan dengan menghisap rokok pada
abat ke-20. Di Indonesia, tembakau kunyah banyak kita jumpai digunakan oleh suku-
suku tertentu diantaranya seperiti suku Batak Toba, Karo, Simalungun dan
penggunaan tembakau ini biasanya digunakan bersamaan dengan memakan sirih.
Universitas Sumatera Utara
Untuk pemakaian lokal, tembakau kunyah biasanya di buat dari daun
tembakau yang diiris setelah daunya tua. Setelah diris dengan halus, tembakau ini
kemudian di keringkan dan di gulung untuk selanjutnya di perdagangkan. Tidak
terdapat banyak jenis tembakau kunyah yang diperjualbelikan di Sumatera utara.
Pada umumnya jenis tembakau kunyah ini hanya di bedakan dari rasanya.
Rasa tembakau kunyah pada dasarnya tergantung pada campuran zat aditif
tertentu yang dicampurkan dengan tembakau. Campuran zat ini memberikan aroma
dan rasa yang berbeda antara satu tembakau dengan tembakau yang lain. Terdapat
beberapa jenis aroma yang ada dalam tembakau seperti original, mint, aroma buah,
gum , dan kopi (Lyan, 2004). Namun untuk tembakau lokal yang digunakan bersama
sirih sama sekali belum mendapatkan campuran tertentu.
2.2.1. Sejarah Penggunaan Tembakau Kunyah
Penggunaan tembakau kunyah merupakan salah satu cara tertua
mengkonsumsi daun tembakau. Tembakau ini pada awalnya paling banyak
digunakan oleh penduduk asli Amerika bagian Utara dan Selatan dan biasanya
digunakan untuk proses pengobatan dan sering di campur dengan mineral kapur
(CDC, 2010).
Bagian selatan Amerika Serikat adalah merupakan daerah khusus yang
memproduksi tembakau di seluruh dunia. Kebanyakan petani menanam tembakau
sedikit dan pada umumnya untuk konsumsi sendiri atau menjualnya pada tentangga
mereka. Penjualan komersial dimulai pada abad ke-19-an karna perusahaan rokok
meningkat di daerah Selatan Amerika. Beberapa perusahaan terbesar saat itu seperti
Universitas Sumatera Utara
Winston-Salem NC , Durham NC , dan Richmond VA . Pada tahun 1938 RJ
Reynolds memasarkan delapan puluh empat merek tembakau kuyah, dua belas merek
rokok tembakau, dan penjualan terlaris adalah merek rokok Camel. Reynolds
menjual dalam jumlah besar tembakau kunyah. Pasarnya mencapai puncak sekitar
1910 (CDC, 2010).
Akhir abad 19, merupakan puncak popularitas tembakau kunyah di Amerika
Serikat bagian Barat. Pada saat inilah muncul sebuah perangkat yang dikenal sebagai
tempat ludah yakni alat atau benda yang digunakan untuk menampung ludah bagi
mereka yang menggunakan tembakau kunyah. Perangkat inipun terdapat di tempat
pribadi maupun umum (misalnya panti dan mobil penumpang ). Tujuan dari
pembuatan tempat ludah adalah untuk menyediakan wadah bagi mereka yang
menggunakan tembakau secara oral. Ketika popularitas tembakau kunyah menurun,
tempat ludah hanya menjadi sebuah peninggalan sejarah dan jarang terlihat kecuali
dalam museum (Smith dkk, 2010).
Di Indonesia, sejarah penggunaan tembakau kunyah pada saat ini belum
diketahui dengan jelas. Namun demikian hampir semua suku-suku lokal
menggunakan tembakau kunyah bersama dengan sirih. Biasanya memakan sirih
dilakukan dalam suatu pesta-pesta adat atau hanya terbatas pada wanita tua. Namun
demikian di daerah-daerah tertentu kebiasaan memakan sirih dan tembakau kunyah
ini tidak hanya terjadi pada wanita tua, tetapi wanita mudapun sudah
menggunakanya.
Universitas Sumatera Utara
Diwilayah sumatera Utara, hampir semua suku-suku lokal menggunakan
tembakau kunyah. Namun yang paling sering kita liahat pengguaan tembaku ini
berada pada suku Tapanuli, Karo, dan Simalungun. Ketiga suku ini menggunakan
temabakau bersama dengan sirih yang sering disebut dengan suntil.
2.2.2. Komposisi Kimia Tembakau
Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus Nicotinae,
familia Solanaceae. Dari berbagai macam jenis tembakau hanya terdapat dua spesies
yang mempunyai nilai ekonomis yakni Nicotianae Tabocum L dan Nicotianae
Rustica. Nicotiana rustica L mengandung kadar nikotin yang tinggi biasanya
digunakan untuk membuat ekstrak alkoloid (sebagai bahan baku obat dan isektisida),
jenis ini banyak berkembang di Rusia dan India. Sedangkan Nicotiana tabacum L
mengandung kadar nikotin rendah. Jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan rokok dan tembakau kunyah (Heningfield, 2004; Benowitz, 2004;
Djordjevic, 2004)
Jenis-jenis tembakau yang banyak di budidayakan di Indonesia kebanyakan
jenis Nikotina tabacum L yang digunakan sebagai bahan baku rokok. Jenis ini
meliputi tembakau virginia fc, virginia rajangan, temanggung, madura, weleri, cerutu,
dan lumajang vo (Tirtasastro dan Murdiyati , 2011).
Tembakau mengandung zat kimia seperti zat-zat golongan alkaloida, saponin,
flavonoida dan polifenol. Zat terbanyak yang terkandung dalam tembakau adalah
nikotin dan kotinin yang merupakan golongan alkaloida. Alkaloida merupakan suatu
zat aktif yang memiliki gugus nitrogen heterosiklis. Gugus nitrogen heterosiklik ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan sifatnya sebagai basa. Nikotin dalam dosis besar memiliki toksiksitas
yang sangat tinggi, namun dalam dosis kecil memiliki efek terapeutik. Dosis yang
dapat menghasilkan efek terapeutik sesuai penelitian yang dilakukan adalah 0,5
mg/kg BB (Hindarto, 2012).
Identifikasi komponen kimia tembakau telah dilakukan secara intensif selama
lebih dari 50 tahun atau sejak pernyataan Kozak pada tahun 1954 dalam Tirtasastro
dan Murdiyati (2011) yang menyebutkan sekitar 100 komponen kimia ada pada asap
rokok dan dinyatakan bahwa asap rokok mengandung bahan berbahaya bagi
kesehatan. Dari hasil analisis terakhir, dinyatakan bahwa terdapat 2.500 komponen
kimia pada tembakau yang siap dibuat rokok, yaitu tembakau yang telah selesai
proses fermentasi. Dari jumlah tersebut 1.100 komponen diturunkan menjadi asap
tanpa perubahan akibat pembakaran. Sebanyak 1.400 lainnya mengalami
dekomposisi atau terpecah, bereaksi dengan komponen lain dan membentuk
komponen baru yang seluruhnya terbentuk sekitar 4.800 komponen kimia di dalam
asap (Rodgman dan Perfetti, 2006).
Menurut Tirtasastro dan Murdiyati (2011) terdapat lima komponen besar zat
yang terdapat dalam tembakau yaitu persenyawaan nitrogen (nikotin, protein),
Nikotin (β-pyridil-α-N-methyl pyrrolidine), Senyawa karbohidrat (pati, pektin,
selulose, gula), resin (minyak atsiri, asam organic), dan zat warna (klorofil, santofil,
karotin).
Sebelum digunakan untuk racikan rokok atau tembaku kunyah, tembakau
kering hasil pengolahan yang berupa rajangan atau kerosok masih harus mengalami
Universitas Sumatera Utara
proses pengeringan ulang (redrying) dan fermentasi (aging). Pengeringan ulang
dilakukan agar tembakau mencapai kadar air ideal. Kadar air yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah sangat mengganggu proses fermentasi. Selama proses pengeringan
ulang dan fermentasi akan terjadi perubahan kimia akibat kegiatan fisiologi lanjutan
yang dikatalisir oleh enzim-enzim tertentu yang masih aktif.
Kandungan kimia tembakau siap pakai dibagi menjadi 10 kelompok seperti
pada Tabel 2 Geiss dan Kotzias 2007 dalam Tirtasastro dan Murdiyati (2011).
Tabel 2.2. Kandungan Kimia Tembakau
Golongan Kandungan (%) Selulose 7-16 Gula 0-22 Trigliserida 1 Protein 3,5-20 Nikotin 0,6-5,5 Pati 2-7 Abu (Ca, K) 9-25 Bahan Organik 7-25 Lilin 2,5-8 Pektinat, polifenol,flayon, karotenoid, minyak atsiri, paraffin, sterin, dll
7-12
Sumber: Murdiyati et al. (1991)
2.2.3. Komponen Kimia Tembakau yang Berbahaya bagi Kesehatan
Komponen kimia tembaku yang berbahaya bagi kesehatan berasal dari lima sumber
sebagai berikut (Doll , 2004):
1. Terkandung dalam tanaman tembakau dan diwariskan secara genetik, yaitu
senyawa alkaloid. Nikotin, salah satu jenis alkaloid yang penting, meningkat
jumlahnya karena pemupukan nitrogen, pemangkasan tanaman awal yang
diikuti pembuangan tunas ketiak secara intensif, daerah tumbuh, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Nikotin dapat mengakibatkan ketagihan dan gangguan pada jantung serta
paruparu.
2. Terkandung dalam daun tembakau dalam jumlah kecil tetapi akan meningkat
akibat pengovenan terlalu lama. Misalnya TSNA (Tobacco-specific N
nitrosamines), yang dapat meningkat akibat kegiatan mikrobia tertentu yang
banyak menghasilkan senyawa nitrit . TSNA merupakan bahan karsinogenik,
yang juga banyak terdapat pada makanan yang diolah dengan pengasapan atau
pembakaran.
3. Residu bahan bakar pada pengovenan dengan pemanasan langsung. Sisa
pembakaran juga membawa senyawa nitrit selain residu B-a-P (benzo (a)
pyrene) . Seperti TSNA, B-a-P juga bersifat karsinogenik
4. Residu pupuk dan pestisida seperti klor, cadmium, sipermetrin, provenofos,
dan lain-lain.
2.2.4. Nikotin
Kadar nikotin tembakau dapat berkisar antara 0,5 - 8% dari berat kering
tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada
daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia anti herbivora dan adanya
kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga, sehingga nikotin digunakan
sebagai insektisida pada masa lalu (Tirtasastro dan Murdiyati , 2011; Nurnasari dan
Subiyakto, 2011).
Menurut Hoffman (2004) bahwa dalam sebatang rokok mengandung sekitar
20,9 mg nikotin, namun hanya sekitar 2 mg nikotin yang terikut masuk ke dalam
Universitas Sumatera Utara
tubuh perokok. Nikotin (β-pyridil-α-N-methyl pyrrolidine) merupakan senyawa
organik spesifik yang terkandung dalam daun tembakau. Apabila dihisap senyawa ini
akan menimbulkan rangsangan psikologis bagi perokok dan pengguna tembakau
kunyah serta membuatnya menjadi ketagihan. Tembakau mutu tinggi pada umumnya
mengandung nikotin dan senyawa aromatisnya tinggi (Kusuma DA dkk, 2010)
Gambar 2.2. Molekul Nikotin (Hukenan, 2005)
Nikotin yang terkandung dalam tembakau merupakan suatu stimulant dan
salah satu penyebab utama kecanduaan (addiction). Kandungan nikotin yang masuk
kedalam tubuh lebih banyak dari penggunaan tembakau kunyah dibandingkan
merokok. Kandungan nikotin yang diseraap oleh tubuh sangat tergantung pada jenis
tembakau yang digunakan, penggunaan tembakau seperti merokok, dikunyah dan
lain-lain. Dalam daun tembakau, nikotin merupakan salah satu jenis alkaloida yang
bersifat adiktif dan berpengaruh terhadap gangguan jantung dan pembuluh darah
Universitas Sumatera Utara
sebagai akibat pemakaian nikotin dalam jangka panjang (Henningfield dan Benowitz,
2004).
Nikotin adalah zat kimia psikoaktif yang sangat adiktif. Ketika tembakau
dihisap atau dikunyah sebagian besar nikotin akan masuk ke dalam tubuh dan dosis
ini cukup untuk menyebabkan ketergantungan psikologis somatik ringan, sedang ,
sampai berat. Pada pengguna tembakau, terdapat bentuk L-Monoamine oxidases
ganja
(MAO) inhibitor dari asetildehid dalam ludah atau asap rokok yang memainkan
peranan penting dalam menyebabkan kecanduan nikotin. MAO inhibitor
memungkinkan memfasilitasi pelepasan dopamin dalam nucleus yang memberikan
respon rangsangan nikotin. Menurut studi, nikotin lebih adiktif dari , kafein ,
etanol , kokain , dan heroin ketika mempertimbangkan ketergantungan baik somatik
maupun psikologis. Namun, karena efek penarikan kuat dari etanol , kokain dan
heroin , nikotin dapat memiliki potensi yang lebih rendah dari ketergantungan
somatik dari zat-zat ini (Henningfield dan Benowitz, 2004).
2.2.5. Absorbsi Nikotin dalam Darah dan Jaringan
Konsumsi tembakau kunyah berkontribusi besar terhadap peningkatan
konsentrasi nikotin dalam darah disamping merokok dan terapi nikotin. Jalur masuk
nikotin saat mengkonsumsi tembakau kunyah dapat terjadi dari gusi (saat terjadi
proses mengunyah) dan dari saluran pencernaan (usus halus). Konsentrasi nikotin
yang diserap dari gusi jauh lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan penyerapan dari
saluran pencernaan (Hukenan, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Penyerapan nikotin melalui konsumsi tembakau kunyah di membran biologis
tergantung pada PH. Nikotin adalah basa lemah dengan pKa 8,0. Dalam keadaan
terionisasi dalam lingkungan asam, nikotin agak lambat masuk kedalam membran sel.
Nikotin yang diproduksi dari kunyahan tembakau di dalam mulut akan disaring pada
pH basa pada saat terjadi penyerapan nikotin melalui sel mukosa. Penyerapan nikotin
melalui sel membran mukosa jauh lebih cepat pada produk tembakau yang bersifat
basa. Namun demikian, kenaikan konsentrasi nikotin pada otak lebih lambat pada
penggunaan tembaku kunyah dibandingkan dengan penggunaan tembakau dengan
menghisap rokok. Konsentrasi nikotin dalam darah meningkat secara perlahan-lahan
hingga mencapai puncaknya selama 30 menit. Selanjutnya nikotin bertahan selama 2
jam dalam tingkatan yang stabil dan kemudian menurun secara berangsur-angsur
(Fowler dalam Hukenan, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Konsentrasi Nikotin dalam Darah Setelah Merokok, Menggunakan Tembakau Kunyah, Oral Snuf, dan Nicotin Gum (Hukenan, 2005)
Penyerapan nikotin dari mukosa mulut mempunyai bioavailabilitas sekitar 50-
80%. Sedangkan penyerapan dosis nikotin melalu membran usus halus hanya
mencapai 20-45% dan relatif lebih lambat dibandingkan penyerapan nikotin melalui
mukosa mulut. Hal ini disebabkan karena nikotin terionisasi dalam cairan lambung
yang bersifat asam. Peningkatan konsentrasi nikotin darah dan otak yang diserap dari
usus halus juga mempunyai waktu yang jauh lebih lambat (Benowitz dalam Hukenan,
2005).
Universitas Sumatera Utara
Setelah penyerapan, nikotin memasuki aliran darah pada pH 7,4 dan sekitar
69% akan mengalami ionisasi dan 5% mengikat protein plasma (Benowitzet al,
1982a.). Kemudian nikotin didistribusikan ke jaringan tubuh dengan volume rata-rata
2,6 mg per kg berat badan. Konsentrasi nikotin tertinggi berada pada ginjal, hati,
limpa, paru-paru, dan terendah pada jaringan adipose. Nikotin juga terakumulasi di
dalam ASI ( rasio ASI/plasma =2,9). Nikotin menyebrangi buffer plasenta dengan
mudah dan terdapat bukti-bukti dari penelitian bahwa nikotin terakumulasi dalam
serum janin dan cairan amniotik (Kohler, 2010).
Nikotin telah ditemukan menurunkan transpotasi asam amino arginin. Selain
itu dalam dosis yang lebih tinggi nikotin diyakini menjadi prediktor kuat menurunkan
transportasi asam amino alanin, penylalanin, dan valin. Mekanisme penurunan
transportasi asam amino pada plasenta akan berkontribusi terhadap hambatan
pertumbuhan janin (fetal growth restriction) yang pada akhirnya menyebabkan
kejadian berat badan lahir rendah (Pastrakuljic dkk, 2000).
Nikotin mempunyai efek perusak pada aliran darah rahim (uterine) melalui
pelepasan katekolamin. Resistensi vaskuler rahim dan katekolamin menyebabkan
kinerja sistmemik nikotin (14-32 ug/kg berat badan per menit) terhadap 44%
penurunan aliran darah rahim dan 203% meningkatkan resitensi vaskuler rahim.
Konsentrasi norepineprhine dan epinephrine meningkat selama infusi nikotin
(Resnik, 1999).
Efek lain konsentrasi nikotin dalam plasenta adalah kemampuan nikotin
merusak dingding plasenta yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke janin.
Universitas Sumatera Utara
Nikotin yang terkandung dalam tembakau di absorbsi oleh ibu hamil dengan cepat
melalui pembuluh darah dan masuk kedalam plasenta. Di dalam plasenta, nikotin
merusak dingding plasenta dan mengurangi aliran darah yang akan menyebabkan
janin kehilangan zat-zat makanan dan oksigen. Dalam kehilangan oksigen dan zat
gizi berat, bayi akan mengalami berat badan lahir rendah dan dalam kondisi tertentu
dapat mengakibatkan bayi meninggal. Nikotin diketahui bertindak sebagai
vasokontruktor yang berarti dan menyebabkan pembuluh darah berkontraksi dan
menyempit. Kontraksi pembuluh darah ini akan mengurangi aliran darah, oksigen,
dan kandungan zat-zat makanan untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan
janin (Roxanne, 2010; Thomson, 2010). Hal ini membuktikan bahwa penggunaan
tembakau kunyah dapat menyebabkan keguguran, berat badan lahir rendah, dan lahir
mati.
Nikotin mempunyai kemampuan dalam merangsang tekanan darah yang
menyebabkan kelainan pada pembuluh darah. Nikotin mengaktifkan trombosit yang
menyebabkan timbulnya adhesi trombosit (pengumpalan) ke dingding pembuluh
darah. Nikotin dan bahan lainya dalam tembakau terbukti merusak pembuluh darah
endotel (dingding dalam pembuluh darah), mempermudah pengumpalan darah
sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. Selain itu, nikotin juga memacu
pengeluaran zat-zat seperti Adrenalin, yang merangsang peningkatan denyut jantunng
dan tekanan darah. Nikotin apakah ditemukan dalam rokok sigaret, tembakau kunyah,
atau penggunaan tembakau lainya dapat berdampak pada perkembanagn janin dalam
kandungan. Lebih banyak nikotin digunakan akan semakin tinggi resiko bayi
Universitas Sumatera Utara
mengalami masalah perinatal. Resiko ini akan sangat tergantung pada waktu
penggunaan nikotin selama kehamilan (Sirajuddin dkk, 2010).
2.3. Landasan Teori
Teori segitiga epidemiologi model penyakit tidak menular memperlihatkan
kondisi dan status penyakit yang mempengaruhi populasi yang kompleks dan bahwa
penyebab penyakit terdiri dari banyak faktor. Selain itu, teori ini juga memperlihatkan
bahwa banyak faktor dan elemen yang berkontribusi dalam kejadian penyakit dan
kesakitan di masyarakat. Bila dibandingkan dengan segitiga epeidemiologi kalasik
dari Gordon, konsep agen digantikan dengan faktor risiko, yang menyiaratkan
perlunya dilakukan identifikasi terhadap faktor penyebab atau faktor etiologi penyakit
(Timmreck, 2005).
Berat badan lahir rendah merupakan suatu penyakit atau kelainan yang
disebabkan oleh banyak faktor. Faktor penggunaan tembakau ( merokok, konsumsi
tembakau kunyah, dan tembakau untuk kegunaan terapi), kurang intake kalori, berat
badan rendah sebelum masa kehamilan, primipara, jenis kelamin janin, tubuh pendek,
ras, riwayat BBLR sebelumnya, mordibitas umum, faktor risiko lingkungan seperti
paparan timbal, dan jenis-jenis polusi udara (WHO, 2004). Faktor mordibitas umum
pada ibu yang berkontribusi pada kejadian BBLR meliputi hipertensi, tuberkulosis,
diabetes, preeklamsia, perdarahan, dan anemia pada saat hamil (Manuaba, 1998).
Faktor sosial ekonomi, perilaku ibu, usia nikah, alkohol, prenatal care dan aktifitas
Universitas Sumatera Utara
fisik yang berlebihan juga menentukan kejadian BBLR pada bayi (Jayant, 2011,
Hernietta, 2005).
FAKTOR RISIKO
HOST LINGKUNGAN
Gambar 2.4. Model Segitiga Epidemiologi Mutakhir (Timmreck, 2005)
Pada umumnya penyakit memiliki lebih dari satu penyebab (multikausal)
terutama pada penyakit non infeksi (Murti, 2005). Demikian juga dengan penyakit
berat badan lahir rendah tidak disebabkan oleh penyebab tunggal melainkan
penyebab ganda. Konsumsi tembakau kunyah merupakan faktor risiko yang
menyebabkan ibu melahirkan bayi BBLR (host). Faktor lingkungan meliputi
lingkungan sosial seperti gaya hidup, kebiasaan, dan tradisi yang memudahkan setiap
individu terpapar terhadap tembakau kunyah. Interaksi faktor resiko, host, dan
lingkungan akan menyebabkan kejadian penyakit sebagai outcome dari interaksi
tersebut.
Konsumsi tembakau kunyah merupakan faktor risiko penting terhadap
kejadian BBLR (OR = 6,36) (Jayant, 2009). Penggunaan tembakau kunyah selama
kehamilan menyebabkan penurunan berat badan bayi 100-400 g dan peningkatan
berat plasenta 66 g (OR 3,6) di bandingkan dengan ibu hamil yang tidak
menggunakan tembakau kunyah (WHO Searo, 2004). WHO (2000) dalam studinya di
WAKTU
Universitas Sumatera Utara
India dan Bangladesh menemukan bahwa dampak yang signifikan periode gestasi
yang lebih rendah dan berat badan bayi yang lebih rendah pada pengguna tembakau
kunyah. Hasil penelitian Pogodina dkk (2009) dalam penelitianya yang bersifat
retrospektif prospective study dengan jumlah kasus 2.206 wanita menemukan
peningkatan kejadian BBLR pada pengguna temabakau dibandingkan dengan yang
tidak menggunakan (RR : 1,28). Bruce (2002) dalam penelitianya di Guatamala juga
menemukan hal yang sama (RR :2).
2.4. Kerangka Konsep
Kejadian berat badan lahir rendah merupakan suatu outcome dari suatu proses
persalinan. Seorang bayi yang dikatakan mengalami berat badan lahir rendah bila
berat badannya kurang dari 2500 gram yang ditimbang kurang dari 48 jam setelah
dilahirkan tanpa memperhatikan usia kehamilanya. Variabel konsumsi tembakau
kunyah diduga akan menyebabkan kejadian berat badan lahir rendah setelah
pengarauh faktor luar dihilangkan. Faktor luar dalam penelitian ini meliputi usia
perkawinan ibu, mordibitas umum, asupan kalori, berat badan sebelum hamil, tinggi
badan < 145 cm, pertambahan berat badan ibu pada trimester III kurang dari 12 kg,
perilaku merokok, dan pekerjaan dikendalikan melalui restriksi dengan kriteria
inklusi dan eksklusi pada saat pemilihan sampel. Sedangkan sosial ekonomi, perilaku
prenatal care , usia ibu, pendidikan ibu, masa hamil, jenis kelamin bayi, dan paritas
ibu dikendalikan dalam analisa stratifikasi setelah data dikumpulkan. Dengan
demikian, krangka konsep dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Konsumsi Tembakau Kunyah
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR)
Variabel Perancu
- ANC - Jenis Kelamin Bayi - Pendidikan Ibu - Masa Hamil - Paritas - Sosial Ekonomi
Universitas Sumatera Utara