BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya...

64
9 Universitas Indonesia BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI ASUHAN (WEESHUIS) VINCENTIUS PUTRA 2.1 Arsitektur Kolonial Belanda Awal Abad XX Di Batavia Arsitektur adalah seni guna yang khusus karena arsitektur merupakan kerangka ruang untuk menyelesaikan persoalan fungsional dan kemasyarakatan (Budiharjo, 1983:93). Kata kolonial didalam kamus besar bahasa Indonesia adalah hal-hal yang berhubungan atau berkenaan dengan sifat-sifat jajahan (Alwi, 2000:583). Secara umum arsitektur kolonial diartikan sebagai perkembangan arsitektur di suatu negeri ketika masih berstatus koloni negara asal atau malah masih merupakan negeri jajahan lain (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1997:44). Pembahasan arsitektur kolonial di awal abad ke-20 berkaitan dengan masa dimana bangunan yang menjadi objek penelitian didirikan. Disamping itu pula, banyak peristiwa/hal penting terjadi terhadap arsitektur kolonial di Hindia Belanda ketika itu. Awal abad Ke-20 M merupakan masa kejayaan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia (Handinoto, 1996:151). Hal tersebut karena banyaknya arsitek Belanda yang berdatangan, mereka merancang dan membangun banyak gedung dalam berbagai bentuk untuk tujuan yang beragam. 7 Para arsitek 8 mulai berdatangan diawal abad ke-20 disebabkan oleh makin cepatnya kemajuan kota- 7 Sumber-sumber literatur Belanda yang membahas perkembangan arsitektur di Hindia Belanda pada waktu itu menyebutkan bahwa sampai akhir abad 19 boleh dikatakan tidak ada satu orang pun yang pantas disebut sebagai arsitek, baik dari kalangan swasta maupun pemerintahan (Poerwoningsih, 2004:537). Pemerintah kolonial dalam hal pembangunan ditangani oleh departemen pekerjan umum sipil (BOW: burgerlijke openboore werken). Pada dasarnya merupakan sebuah organisasi para insinyur sipil, yang bertanggung jawab atas pekerjaan- pekerjaan konstruksi jalan, jembatan, irigasi dan sebagainya. Dalam banyak kasus mereka bekerja berdasarkan buku-buku panduan arsitektur, akibatnya hampir semua bangunan dibuat dengan menggunakan gaya yang sama. Sebagai contoh Gereja Imanuel (1834) rancangannya dibuat oleh seorang juru ukur tanah yang berkerja di departemen pekerjaan umum (Nas, 2009:127) 8 Arsitek tersebut antara lain adalah M.A.J Moyen, Hendri Maclaine Pont, Thomas Karsten, G.C Citroen, Wolf Schoemaker, A.R.Aalbers, dan yang bekerja dalam kelompok seperti biro arsitek Job & Sprij, biro arsitek Hulswit & Cuypers, Biro AIA (Algemeen Ingenieurs en Architecten) dan lain sebagainya. Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Transcript of BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya...

Page 1: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

 

Universitas Indonesia

     

BAB 2

SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI ASUHAN

(WEESHUIS) VINCENTIUS PUTRA

2.1 Arsitektur Kolonial Belanda Awal Abad XX Di Batavia

Arsitektur adalah seni guna yang khusus karena arsitektur merupakan

kerangka ruang untuk menyelesaikan persoalan fungsional dan kemasyarakatan

(Budiharjo, 1983:93). Kata kolonial didalam kamus besar bahasa Indonesia adalah

hal-hal yang berhubungan atau berkenaan dengan sifat-sifat jajahan (Alwi,

2000:583). Secara umum arsitektur kolonial diartikan sebagai perkembangan

arsitektur di suatu negeri ketika masih berstatus koloni negara asal atau malah

masih merupakan negeri jajahan lain (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1997:44).

Pembahasan arsitektur kolonial di awal abad ke-20 berkaitan dengan masa dimana

bangunan yang menjadi objek penelitian didirikan. Disamping itu pula, banyak

peristiwa/hal penting terjadi terhadap arsitektur kolonial di Hindia Belanda ketika

itu.

Awal abad Ke-20 M merupakan masa kejayaan arsitektur kolonial

Belanda di Indonesia (Handinoto, 1996:151). Hal tersebut karena banyaknya

arsitek Belanda yang berdatangan, mereka merancang dan membangun banyak

gedung dalam berbagai bentuk untuk tujuan yang beragam.7 Para arsitek8 mulai

berdatangan diawal abad ke-20 disebabkan oleh makin cepatnya kemajuan kota-

                                                            7Sumber-sumber literatur Belanda yang membahas perkembangan arsitektur di Hindia Belanda pada waktu itu menyebutkan bahwa sampai akhir abad 19 boleh dikatakan tidak ada satu orang pun yang pantas disebut sebagai arsitek, baik dari kalangan swasta maupun pemerintahan (Poerwoningsih, 2004:537). Pemerintah kolonial dalam hal pembangunan ditangani oleh departemen pekerjan umum sipil (BOW: burgerlijke openboore werken). Pada dasarnya merupakan sebuah organisasi para insinyur sipil, yang bertanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan konstruksi jalan, jembatan, irigasi dan sebagainya. Dalam banyak kasus mereka bekerja berdasarkan buku-buku panduan arsitektur, akibatnya hampir semua bangunan dibuat dengan menggunakan gaya yang sama. Sebagai contoh Gereja Imanuel (1834) rancangannya dibuat oleh seorang juru ukur tanah yang berkerja di departemen pekerjaan umum (Nas, 2009:127) 8 Arsitek tersebut antara lain adalah M.A.J Moyen, Hendri Maclaine Pont, Thomas Karsten, G.C Citroen, Wolf Schoemaker, A.R.Aalbers, dan yang bekerja dalam kelompok seperti biro arsitek Job & Sprij, biro arsitek Hulswit & Cuypers, Biro AIA (Algemeen Ingenieurs en Architecten) dan lain sebagainya.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 2: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

10 

 

Universitas Indonesia

     

kota sebagai akibat dari UU Gula (suikerwet), UU Agraria (agraris chewet), dan

UU Desentralisasi9tahun 1905 (Poerwoningsih, 2004:537).

Adanya liberalisasi perdagangan berdampak pada banyaknya perusahaan

swasta dari Belanda masuk ke Hindia Belanda. Hal ini mengakibatkan makin

banyaknya pula kantor-kantor dagang serta bank yang didirikan di beberapa kota

besar di Hindia Belanda (Handinoto dan Samuel, 2007:58). Sehingga berdampak

pada dibutuhkannya tenaga asing yang lebih besar lagi. Dari hal tersebut memicu

timbulnya perumahan-perumahan baru sebagai kebutuhan yang mendasar bagi

mereka yang bekerja dalam waktu yang cukup lama di Hindia Belanda.

Para arsitek inilah yang berperan besar dalam menghasilkan beragam

bangunan di Hindia Belanda. Terkadang mereka mencontoh berbagai gaya yang

ada di Eropa dan kemudian menerapkannya pada berbagai bangunan di Hindia

Belanda. Berikut penjelasan berbagai gaya di Eropa yang turut mempengaruhi

bangunan kolonial yang terdapat di Indonesia terutama yang berada di Batavia

awal abad ke-20:

2.1.1 Neo-Klasik

Neo-klasik merupakan phase terakhir dari klasisisme Eropa, di akhir abad

ke-18 dan abad ke-19 Masehi (Harris, 1993:552). Pada awal abad ke-20 gagasan-

gagasan seni bangunan klasik dipromosikan lagi sebagai reaksi melawan gaya art

nouveau (Heuken, 1982:36). Gaya bangunan ini kemudian dikenal sebagai neo-

klasik. Dalam neo-klasik bentuk-bentuk masa lampau diulang kembali untuk

bangunan dengan fungsi menurut kebutuhan, kadang sangat berbeda dengan

fungsi aslinya. Selain diulang secara penuh, dalam masa neo-klasik ada

kecenderungan menggabung elemen-elemen lama, dengan elemen lama lainnya,

masing-masing yang dianggap terbaik. Elemen Yunani seperti kolom dan balok,

pelengkung-pelengkung bergaya Romawi, kubah Bizantin, simetrisme dan

                                                            9Dikeluarkannya Undang-Undang Desentralisasi ini adalah pemerintah bermaksud memberikan pemerintahan sendiri pada wilayah Karesidenan dan Kabupaten (onderafdeling). Wilayah-wilayah hukum yang mandiri ini akan diperintah oleh dewan-dewan lokal, yaitu Dewan Wilayah (Kabupaten) dan Dewan Kotamadya (Gemeenteraad). Oleh karena itu, sejak tahun 1905 timbullah kota-kota wilayah yang berdiri sendiri di Jawa seperti Batavia, Buitenzorg, Bandoeng, Cheribon, Malang, Surabaya, dan sebagainya (Handinoto & Paulus 1996:37).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 3: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

11 

 

Universitas Indonesia

     

horisontalisme renaissance dan lain-lain, digabung dalam satu bangunan

(Sumalyo, 2003:531).10

Unsur yang memperlihatkan gaya neo-klasik, yakni denah bangunan yang

secara keseluruhan berbentuk simetris persegi panjang atau bujur sangkar. Bentuk

denah yang simetris mengakibatkan pembagian ruang-ruang yang simetris pula.

Bangunan bergaya neo-klasik pada umumnya seperti bangunan bergaya Yunani

dan Romawi yaitu memiliki tiang-tiang besar. Tiang-tiang ini tidak hanya terdapat

pada muka bangunan saja tetapi terdapat pula pada bagian sampingnya.

Foto 2.1 Istana Wakil Presiden RI ( Attahiyyat, 1995:21)

Gaya neo-klasik di Batavia agak sederhana, bila dilihat dari mutu ornamen

yang digunakan. Elemen klasik, yang sering dijumpai di Batavia yakni adanya

pemakaian kolom order Dorik dan Tuscan (Heuken, 1982:218). Sebagai contoh

gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni Istana Wakil Presiden, dahulu

dipakai untuk rumah tinggal Wakil Perdana Menteri, terletak di Jalan Medan

                                                            10 Ada dua jenis bangunan Yunani secara garis besar menurut fungsinya, yang pertama kuil, Istana dan bangunan-bangunan religius maupun profan yang tidak berhubungan dengan agama. Bangunan jenis ini konsep dasarnya adalah menggunakan kolom dan balok, terkenal dengan sebutan order. Kemudian bentuk tersebut dibagi menjadi bagian-bagian yang baku yaitu: dasar (base), badan kolom (saft), kepala(capital). Arsitektur Romawi adalah turunan dari arsitektur Yunani, berprinsip pada bentuk horizontal dan vertikal. Pada zaman Romawi awal, kuil-kuil di Romawi memiliki tiang order, tidak berbeda dengan Yunani. Kemudian ada hal yang baru yaitu penggunaan bentuk-bentuk lingkaran, bagian dari lingkaran atau pelengkung (arch). Selanjutnya pelengkung dikembangkan kedalam bentuk tiga dimensional, sehingga berbentuk kubah (dome). Pada jaman Bizantin kubah maupun setengah kubah berkembang menjadi elemen utama. kemampuannya membuat bentangan lebar tanpa tiang di tengah, dimanfaatkan untuk membangun gereja ataupun bangunan profan lainnya (Sumalyo 2003: 524-527).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 4: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

12 

 

Universitas Indonesia

     

Merdeka Selatan No.6, Jakarta Pusat. Di bangun pada tahun 1920 dengan gaya

arsitektur klasik (Attahiyyat, 1995:21).

2.1.2 Art and Crafts

Art & craft adalah gerakan disain yang muncul di akhir abad ke-19 di

Inggris oleh William Morris dan asosiasinya: memfokuskan diri pada pengerjaan

tangan furnitur dan kelengkapan dekorasi seperti wallpaper, seni membuat

ubin/genteng, dan seni membuat kaca dalam bentuk gaya yang natural (Bucher,

1996:26). Pengaruh gerakan ini pada bangunan di Batavia mungkin terlihat pada

ukiran-ukiran yang khusus dibuat untuk suatu bangunan dengan mengerjakan

material secara teliti dan halus (Heuken, 2008:41).

Foto 2.2 Gedung PLN Terletak di Jl. Muhammad Ikhwan Ridwan Rais No. 1 (Attahiyyat, 1995:19)

Pada perumahan Menteng penerapan detail dekoratif pada pintu, jendela

dan lobang ventilasi menunjukkan kemiripan pola dan bahan, dipengaruhi

semangat arts and craft, yang menjadi trend seni rupa masa awal Menteng, tahun

1910-an (Heuken, 2001:48). Contoh lain terdapat pada Gedung PLN terletak di Jl.

Muhammad Ikhwan Ridwan Rais No. 1 Kecamatan Gambir Jakarta Pusat.

Bangunan ini arsitekturnya merupakan perpaduan antara gaya art nouveau, art

deco serta art & craft (Attahiyyat, 1995:19).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 5: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

13 

 

Universitas Indonesia

     

2.1.3 Art Nouveau

Aliran ini bermula dari Prancis dan Belgia, meninggalkan ciri-ciri seni

klasik yang realistis, natural dan statis dalam bentuk baru: Organik

penyederhanaan bentuk tumbuh-tumbuhan, lengkungan-lengkungan,

bergelombang seperti cemeti dan bentuk geometris lainnya (Sumalyo, 1997:21).

Art nouveau mewakili sebuah penolakan terhadap semangat historical11 dan

secara sadar mencari suatu bentuk baru dan bentuk ini sebagai ekspresi dari

periode modern12. Rumah dengan gaya art nouveau berusaha membuat material,

struktur, dan dekorasi menyatu dengan setiap aspek yang menampakkan kekuatan

dan nilai tinggi lainnya (Freeland, 1968:213).

Pada akhir abad XIX, aliran modernisme art-nouveau mulai menggunakan

warna dan penyederhanaan bentuk dari elemen-elemen floral, dalam bentuk

abstrak. Selain warna, dalam art nouveau juga digunakan baja tuang yang

dibentuk melengkung-melengkung seperti cemeti, abstraksi batang-batang

tanaman menyatu dalam konstruksi pada konsol dan balustrade (Sumalyo,

1997:490).

Pengaruh art nouveau pada bangunan di Batavia terlihat pada perpaduan

ornamen asimetris dipadukan dengan motif floral, kecenderungan tersebut tampak

antara lain pada gedung Subden TNI di Jalan Medan Merdeka Barat no. 2,

Sekolah Bruder S. Aloysius (1908) karya P.A.J.Moojen dibongkar 1977 dan di

atas lahannya dibangun Menara Pertamina dan kantoor telefoondienst

koningsplein karya Ir. M.B. Tideman di tahun 1919 sekarang telah dibongkar

(Heuken, 2008:35).

                                                            11 Istilah historical ditujukan untuk menyebut berbagai gaya klasik Eropa meliputi gaya Yunani, Romawi, Bisantin, dan sebagainya. 12Modern pada umumnya berarti ‘yang baru pada zaman tertentu’, yang modern hari ini (dari modo = baru saja, belum lama;latin), besok sudah tidak lagi demikian. Maka, yang modern bersifat relatif (pada masa yang bersangkutan). Pada akhir abad ke-19, teknik dan industri berkembang pesat, maka arsitektur mau-tak-mau harus mencari cara memanfaatkannya dan menciptakan yang ‘baru’(Heuken, 2008:35). Pemikiran dan konsep-konsep modernisme lahir dari para tokoh praktisi dan akademikus dari sekolah-sekolah arsitektur. Di Perancis arsitektur modern berkembang dipelopori oleh Ecole des Beaux-At Paris, sebuah sekolah seni rupa dimana sejak tahun 1819 menyelenggarakan pendidikan arsitektur (Sumalyo, 1997:21).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 6: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

14 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 2.3 Sekolah Bruder S. Aloysius di Jl. Medan Merdeka Timur (1908). (Heuken, 2008:18)

2.1.4 Amsterdam School

Periode sejarah arsitektur modern Belanda berkenaan dengan amsterdam

school meliputi sekitar tahun 1910 sampai dengan 1925 dan bersamaan dengan

berkembangnya seni di Eropa (Vriend, 1970:5). Bangunan dari aliran amsterdam

school biasanya dibuat dari susunan bata yang dikerjakan dengan keahlian tangan

yang tinggi dan bentuknya sangat plastis sekali: ornamen pahatan dan diferensiasi

warna dari bahan-bahan asli (bata, batu alam, dan kayu) memainkan peranan

penting dalam disainnya (De Wit, 1983:29).

Pengaruh amsterdam school di Hindia Belanda waktu itu boleh dikatakan

tidak terlalu besar. Pengaruh tersebut terutama terasa pada bangunan yang

mengakomodasi keperluan dari penjajah dan sebagian kecil bangunan yang

mengakomodasi masalah kontrol pada kota-kota besar di Jawa seperti Bandung,

Batavia, dan beberapa kota besar lainnya. amsterdam school nampak terutama

pada beberapa bangunan milik swasta dan pemerintah kolonial (Handinoto &

Samuel, 2007:51).

 

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 7: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

15 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 2.4 Rumah Mewah di Jalan Diponogoro Unsur Amsterdam School Terlihat Pada Profil Plesteran

(Heuken, 2001:57)

Di Batavia salah satu kekhasan yang sering ditemukan adalah profil-profil

plesteran yang memperindah dinding, kolom maupun unsur atau elemen rumah

lainnya, salah satu contoh yakni rumah mewah di jalan Diponogoro unsur

amsterdam school terlihat pada profil plesteran. Kebiasaan seperti ini merupakan

salah satu ciri gaya arsitektur amsterdam school (1913-1930), yang memberikan

perhatian khusus pada pengolahan permukaan dinding bata agar tampak menarik

(Heuken, 2001:48).

2.1.5 Art Deco

Art deco merujuk pada suatu gerakan desain di masa antara kedua perang

dunia. Gerakan ini mempengaruhi antara lain seni visual seperti lukisan, grafik,

film, mode pakaian, dan juga arsitektur, terutama ornamen dan interior (Heuken,

2008: 46). Art deco mempertahankan unsur ornamen, seperti halnya art nouveau,

namun tampilannya lebih radikal seperti penerapan kembali gaya gothik yang

dimodifikasi dengan bentuk geometris yang diolah kembali dengan warna-warna

cerah (Sachari, 2009:94).

Pada masa kelahirannya, nama arsitektur berlanggam art deco itu belum

ada, yang dikenal adalah istilah Modernistic atau Moderne, barulah di tahun 60-an

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 8: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

16 

 

Universitas Indonesia

     

Bevis Hllier seorang sejarawan dan kritikus seni dari Inggris menggunakan istilah

art-deco dengan resmi (Raharjo, 2004:2). Sejak itu gejala-gejala, yang

sebelumnya dipandang sebagai ornamen berbagai gaya bangunan masa yang

bersangkutan, diberi label art deco (Heuken, 2008: 46). Art deco memiliki ciri

penggunaan ragam hias yang berupa gari-garis zig-zag, bentuk busur, persegi

empat yang saling bertumpukkan dan pola-pola lempeng geometris.

Foto 2.5 Gedung Direktorat Jendral Perhubungan laut (Heuken, 1995:106)

Banyak arsitek Belanda di Indonesia yang juga menerapkan gaya art deco,

hal tersebut disebabkan karena gaya ini amat populer pada waktu itu (Sachari,

2009:94). Sebagai contoh adalah gedung Direktorat Jendral Perhubungan Laut

yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur, dibangun tahun 1918. Detail facade

seperti lekukan-lekukan menciptakan garis hitam bayangan matahari, ornamen

seperti ini sejak tahun 1966 disebut gaya art deco (Heuken: 2008:104).

2.1.7 De stijl

De stijl adalah sebuah kelompok arsitek Belanda dan seniman yang

tumbuh diantara 1917 dan 1931. Menekankan pada kesederhanaan, garis lurus dan

bentuk yang bersudut persegi empat untuk menciptakan kesatuan positif.

Rancangannya dengan atap datar, bentuk geometrik, warna-wana dasar dan

pemikiran rasional (Philips, 1999:72).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 9: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

17 

 

Universitas Indonesia

     

           

Foto 2.6. Rumah di Jalan Banyumas No.5 (Menteng). (Heuken, 2000:63)

Di Batavia sebagai contoh adalah rumah di Jl. Banyumas No.5 (Menteng),

gaya bangunan ini menampakkan pengaruh aliran arsitektur modern pada awal

abad ke-20, yaitu aliran de stijl (Heuken, 2001:63). Pada bangunan ini atap

merupakan plat beton mendatar. Bentuk bangunan bersudut persegi empat,

dengan warna dasar yakni putih polos. Kekhasannya terlihat melalui garis-garis

kaku serta ketebalan dinding yang menggunakan bahan beton.

 

2.2 Riwayat Biro Arsitek Hulswit, Fermont & Ed. Cuypers

Biro arsitek Hulswit, Fermont & Ed. Cuypers merupakan satu dari

beberapa biro arsitek yang bekerja di Hindia Belanda.13 Biro inilah yang

merancang dan membangun Panti Asuhan Vincentius Putra, Jakarta. Karya

lainnya dari biro tersebut tersebar di beberapa kota besar di Hindia Belanda

seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Surakarta, Yogyakarta, Makasar, dan juga

                                                            13 Beberapa biro tersebut yakni, AIA (algemeen ingineurs en architecten ) adalah sebuah biro umum sipil dan arsitektur didirikan pada tahun 1916. Para insinyur yang tergabung didalamnya yakni F.J.L. Ghysels, Hein Avon Essen dan F. Stlitz. AIA tidak saja merancang bangunan tetapi sekaligus sebagai kontraktor. Hasil karya biro ini yang terdapat di Batavia seperti Stasiun Kota(1929), kantor KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) di Koningsplein sekarang jalan Medan Merdeka dan lain sebagainya (Sumalyo,1995:204-206). Berikutnya adalah biro arsitek Job & Spij merupakan biro arsitek sekaligus juga sebagai pelaksana. Hampir seluruh karya dari biro ini berada di Surabaya diantaranya yakni, Gereja De Vrije Katholike Kerk terletak di Jalan Serayu dibangun pada tahun 1923, Museum Empu Tantular dahulu dipakai sebagai kediaman pejabat Javasche Bank dibangun tahun 1921 terletak di Jalan Taman Mayangkara, dan lain sebagainya (Handinoto, 1996: 220-221).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 10: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

18 

 

Universitas Indonesia

     

Medan.14 Penamaan biro ini berdasarkan pada para arsitek yang tergabung

didalamnya yakni Maurius J. Hulswit, Fermont dan Eduard Cuypers.

M.J. Hulswit adalah arsitek tamatan Kunstniverheidschool Quellinus

(sekolah seni rupa Quellinus) di Amstedam. Pada tahun 1876 ia bekerja di firma

arsitektur milik P.J.H. Cuypers (Paman dari Eduard Cuypers yang nanti menjadi

rekan kerjanya). Di Belanda ia terlibat dalam pembangunan Rijkmuseum

Amsterdam dimana Eduard Cuypers turut serta didalamnya, disamping itu

Hulswit juga mengajar di Sekolah Seni Rupa Quellinus.

Pada tahun 1880 ia pergi ke Hindia Belanda selama lima tahun, kemudian

pada tahun 1890 ia kembali lagi ke Hindia Belanda. Ia sempat menetap di

Surabaya sampai tahun 1895 sesudah itu, ia pindah ke Batavia yang kemudian

mendirikan biro arsitek bersama rekan-rekannya. Sebelum tergabung ke dalam

biro, ia merancang Gereja Katedral (1901) bergaya neo-gothic15 di daerah yang

dulu bernama Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng), Batavia. Aspek-aspek

utama rancangannya antara lain adalah pemakaian menara-menara dengan

konstruksi baja.

Gambar 2.1. Arsitek Maurius J.Hulswit ( Handinoto, 1996:187) Pada tahun 1908 Hulswit bergabung mendirikan suatu biro arsitek dengan

teman lamanya dari Amsterdam, yaitu Eduard Cuypers. Dia adalah keponakan                                                             14 Sebagai contoh karya biro ini di Medan yakni gedung Javasche Bank dibangun antara tahun 1908-1909, Di Bandung yakni kantor NHM (Nederlandsche Handel Matschappij) terletak di Jalan Kantor Pos Besar, bangunan NHM juga terdapat di Makasar yakni dibangun pada tahun 1912 berada di Jalan Nusantara. Di Surabaya salah satu karya biro ini yaitu kantor HVA (Handelsvereniging Amsterdam) dibangun tahun 1910 berlokasi di Jalan Merak. 15 Neo-gothic merupakan gaya dalam arsitektur yang mengacu pada bentuk gothic, berkembang pada pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke- 20.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 11: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

19 

 

Universitas Indonesia

     

dari P.J.H. Cuypers, tokoh utama kebangkitan kembali arsitektur Belanda. Eduard

Cuyper pada mulanya juga bekerja pada perusahaan pamannya tersebut. Bahkan

pada tahun 1876 ia juga ikut membantu pamannya dalam pembangunan

Rijkmuseum di Amsterdam. Dalam pengerjaan proyek ini, ia bertemu dengan

M.J. Hulswit pertemuan tersebut rupanya mempunyai arti yang sangat besar bagi

sejarah arsitektur kolonial Belanda di Indonesia (Handinoto, 1996:156).

Pada tahun 1878 Ed. Cuypers sudah memulai karirnya sendiri, lepas dari

perusahaan pamannya. Sesudah bekerja beberapa tahun dengan gaya neo-gothic

yang diwarisi dari pamannya, sekitar tahun 1900 karya-karyanya mulai

terpengaruh oleh gaya art & craft. Gaya tersebut juga diterapkan pada kantonya di

Amsterdam.

Hubungannya dengan Indonesia dimulai dari teman dekatnya G. Vesseris

seorang ahli hukum dari Amsterdam yang pada tahun 1906 di tunjuk menjadi

presiden dari Javasche Bank di Batavia. Pada tahun 1908 Javasche bank

memperluas jaringan kantor pusatnya yang ada di Batavia dengan membuka

cabang diberbagai kota di Hindia Belanda seperti Cirebon, Semarang, Surabaya

dll. Ed. Cuypers mendapat kepercayaan untuk merancang gedung Javasche Bank.

Perancangan bangunan Javasche bank pada awalnya dikerjakan di kantornya di

Amsterdam seperti kantor pusatnya yang ada di Batavia, kantor cabang di Medan

(1907) dan cabang Makasar (1907).

Gambar 2.2 Sketsa Dari Wajah Eduard Cuypers ( Handinoto, 1995:159)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 12: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

20 

 

Universitas Indonesia

     

Pada tahun 1908 Ed. Cuypers untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke

Hindia Belanda dan pada tahun itulah ia memutuskan untuk mendirikan biro

arsitek di Hindia Belanda bersama teman lamanya di Amsterdam yaitu M.J.

Hulswit. Pada tahun 1910 di kantor tersebut masuk seorang arsitek AA. Fermont

sehingga kantornya bernama Niv. Architecten-Ingenieurs burreau Hulswit en

Fermont te Weltevreden Ed. Cuypers te Amsterdam. Kantor tersebut kemudian

tercatat sebagai kantor arsitektur yang terbesar di Hindia Belanda. Hulswit

meninggal pada tahun 1921. Akibat meninggalnya Hulswit, kantornya berubah

nama menjadi Fermont te Weltevreden en ed. Cuypers te Amsterdam. Fermont

meninggal tahun 1954, kantor tersebut kemudian bubar (Handinoto dan Samuel,

2007:53).

Bangunan yang dihasilkan biro ini selama berkarya dari tahun 1910

sampai dengan 1954 sangat bervariasi. Menurut Yulianto Sumalyo (1995:224)

bila mengamati bangunan-bangunan hasil karya biro ini maka akan terlihat adanya

suatu “evolusi” dalam arsitekturnya, yakni proyek yang dibangun tahun 1910 an,

lebih banyak berciri klasik Eropa dalam ornamen maupun elemen-elemen

bangunannya. Kemudian periode berikutnya mulai terlihat adanya percampuran

antara unsur-unsur klasik modern. Selanjutnya pada tahun 1930 an bangunan-

bangunannya lebih banyak dipengaruhi modernisme. Meskipun berubah-ubah

tetapi karya biro ini tidak pernah meninggalkan bentuk penyesuaian terhadap

iklim tropis.

2.3 Sejarah Panti Asuhan Vincentius Putra

Panti Asuhan Vincentius Putra dirancang oleh biro arsitek Hulswit &

Cuypers dan dibangun pada tahun 1915. Bangunan Panti Asuhan ini bukan

merupakan satu-satunya yang terdapat di Batavia, akan tetapi jauh sebelum

bangunan ini berdiri beberapa literatur menyebutkan adanya sejumlah bangunan

panti asuhan baik dari abad ke 17 sampai dengan abad 19 M. Boleh jadi memang

ketika itu fungsi bangunan panti asuhan sangat dibutuhkan sebagai salah satu dari

perangkat kota bagi bangsa Eropa di Hindia Belanda.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 13: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

21 

 

Universitas Indonesia

     

Dalam sejarah, di Batavia untuk pertama kalinya rumah yatim piatu

didirikan secara sederhana pada tahun 1629 yaitu pada masa pemerintahan

Gubernur Jenderal Jacques Specx. Rumah panti asuhan ini dikelola oleh para

diakon (pelayan) Gereja Protestan berada di Jalan Kaaimansgracht, kini Jl.

Kemukus. Kemudian rumah sederhana ini diganti dengan gedung baru yang

konstruksinya terbuat dari batu yang dapat menampung puluhan anak pada tahun

1639 (Heuken, 2005:1).

Pada tahun 1662 dibangun rumah yatim piatu baru yang besar di Jl. Orpa

(dari kata Portugis orfan, artinya anak yatim piatu) kemudian berganti nama

menjadi jalan Roa Malaka II. Dalam weeshuis ini tinggal dua puluh sampai tiga

puluh anak Eropa dan hampir sama banyaknya anak campuran atau Indo yang

lahir di luar perkawinan. Selain itu tinggal pula kurang lebih sepuluh orang lanjut

usia dan dua puluh lima budak yang sebagian besar wanita.

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Leonard du Bus de Gisignies

(1826-1830) terjadi penutupan rumah yatim piatu. Hal ini dilatarbelakangi oleh

keadaan kota Batavia yang saat itu sudah tidak sehat lagi dengan angka kematian

yang tinggi. Sehinggga dilakukanlah tindakan-tindakan penyehatan ibukota

Batavia, diantaranya yang dilakukan antara lain beberapa gracht (kanal) dan parit

ditutup sehingga air di kanal-kanal dan parit lainnya dapat mengalir lebih deras.

Rawa-rawa dan genangan air dikeringkan, serta tempat menyamak kulit dan

pembantaian hewan dipindahkan keluar kota. Penduduk kota disarankan untuk

pindah ke daerah yang lebih tinggi atau daerah pedalaman yang lebih sejuk,

seperti yang sudah dimulai pada masa pemerintahan Deandles.

Penutupan rumah yatim piatu ini juga dikarenakan bahwa banyak anak

yatim piatu yang terlantar ditambah lagi dengan keadaan kota Batavia yang tidak

sehat, sementara itu rumah tidak memadai lagi untuk menampung, akhirnya

rumah lama ditutup dan untuk sementara waktu anak-anak dipindahkan ke

Semarang.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 14: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

22 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 2.7 Bangunan Panti Asuhan Parapattan

(Sumber: http//www.helperkerk.nl/zending_Indonesie.html diakses bulan Februari 2008)

Kemudian baru pada tahun 1834 Gereja milik orang Inggris mulai merintis

mendirikan weezengestich (rumah untuk menampung orang tidak waras) di Jln.

Prapatan yang juga menampung anak-anak yatim piatu. Kemudian dipindah ke

bangunan, yang kini dipakai oleh lembaga Administrasi Negara di Jl. Veteran

tahun 1854.

Pada tahun 1844 dibuka weeshuis luas di Jl. Gajah Mada, yang kini

menjadi Gedung Arsip Nasional. Rumah mewah bekas kediaman Reiner de klerk

ini dibeli oleh College van der Hervormde Gemeente (Dewan Gereja Jemaat

Pembaharuan) pada tahun 1844. Rumah yang baru dibeli ini diperuntukkan

sebagai gereja dan rumah yatim piatu. Rumah tersebut pada waktu itu banyak

mengalami perubahan, diantaranya yakni bagian depan ditambah dengan ruang

gaya Yunani untuk gereja dan panti asuhan di bagian belakang bangunan.

Foto 2.8 Gedung Arsip Nasional (Siswadhi & Mary, 1988:150)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 15: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

23 

 

Universitas Indonesia

     

Dewan gereja kemudian merasa tempat itu kurang cocok lagi untuk gereja

dan rumah yatim piatu, karena dalam waktu itu makin banyak orang Cina dan

Arab membangun rumah di daerah Molenvliet  (Siswadhi & Mary, 1988:150).

Pendapat lain menyatakan bahwa dikarenakan pembiayaan pengelolaan rumah

yang terlampau besar bagi pihak gereja. Akhirnya gedung tersebut dijual kepada

pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1900, kemudian penambahan ruang yang

dilakukan sebelumnya itu oleh pemerintah Hindia Belanda dibongkar kembali.

Kurang lebih dua puluh lima anak dipindahkan untuk sementara waktu ke

beberapa rumah sederhana di kompleks yang kini dipakai oleh Galeri Nasional di

Jl. Merdeka Timur. Tempat ini pun akhirnya ditutup dan anak-anak yatim piatu

dititipkan pada keluarga yang bersedia membesarkan mereka tahun 1915.

Berikutnya adalah Panti Asuhan Dorkas terletak di Jalan K.H. Wahid

Hasyim No. 25, Jakarta Pusat. Panti Asuhan ini awalnya didirikan pada bulan

April tahun 1888 oleh ibu-ibu orang Belanda yang sebagian besar anggota dari

gereja Gereformeed dengan mendirikan perkumpulan Dorkas untuk menolong

keluarga-keluarga Indo-Eropa yang hidup miskin di kampung-kampung ketika itu.

Tinggalan bangunan Panti Asuhan tersebut sudah tidak terlihat lagi, yang ada

hanya bangunan baru. Panti Asuhan ini bernaung dibawah Yayasan Sosial Karya

kasih GKI Kwitang.

Dari beberapa rumah panti asuhan yang dijelaskan diatas, tinggalan

bangunannya sudah tidak dapat dijumpai lagi, adapun tinggalan bangunan yang

masih berdiri seperti Gedung Arsip merupakan bangunan yang beralih fungsi

yang dijadikan panti asuhan, meskipun demikian setidaknya bangunan ini menjadi

saksi dari peran panti asuhan di wilayah itu.

Baru ketika awal abad ke-20 bangunan yang diperuntukan untuk panti

asuhan didirikan yaitu pada tahun 1915 dibawah naungan Perhimpunan

Vincentius. Berdirinya Perhimpunan Vincentius terjadi pada tanggal 13 Agustus

tahun 1855 M, diprakarsai oleh Pastor Katedral Henricus Van der Grintren dengan

mengundang beberapa tokoh awam guna mendirikan Vereeniging van den H.

Vincentius a Paulo (Perhimpunan Vincentius dari Paul) untuk memelihara

semangat cinta kasih dengan mengamalkan tugas-tugas Kristiani dan pembuatan

amal khususnya dalam membantu anak yatim piatu (Heuken, 2007:79).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 16: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

24 

 

Universitas Indonesia

     

Pendirian bangunan ini bermula pada tahun 1910 yakni ketika sebidang

tanah luas di Jl. Kramat Raya dibeli oleh Perhimpunan Vincentius, kemudian

pihak perhimpunan mendirikan bangunan pertama untuk menampung anak-anak.

Lima tahun kemudian disusul oleh bangunan modern yang dirancang dan

dibangun oleh biro Hulswit & Cuypers (Heuken, 2005:5).

Foto 2.9 Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra Di Tahun 1925

(Mahandisyoanata, 2007:13)

Bangunan baru ini menjadi asrama untuk anak laki-laki (Sriyadi, 2005:24).

Kemudian anak perempuan yang ketika itu dititipkan di Biara Suster Ursulin

dipindahkan dan tinggal di bagian belakang dari bangunan ini. Pada tahun 1938

anak-anak putri yang tinggal di bangunan lama yaitu di belakang bangunan untuk

putra, dipindahkan ke bangunan baru di jalan Bidara Cina kini Jalan Otto

Iskandardinata (Sriyadi, 2005:24).

Pada tahun 1942 Rumah Yatim Piatu (Weeshuis) Vincentius Putra di Jalan

Kramat Raya diambil alih oleh tentara Jepang untuk digunakan oleh Romusha.

Sebagian anak di tampung di Jalan Nusantara, Jalan Pos dan di Rumah Yatim

Piatu Prapatan di Jalan Veteran. Pada tahun 1945 Jepang kalah perang dan

gedung-gedung dikembalikan tahun 1946 dalam keadaan kotor dan rusak (Sriyadi,

2005:24).

Sampai pada masa akhir pemerintahan kolonial, mayoritas penghuni panti

asuhan ini adalah anak Indo sesuai dengan tujuan para pendiri Yayasan

Vincentius pada pertengahan abad ke-19. Kemudian kebijakan ini diubah pada

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 17: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

25 

 

Universitas Indonesia

     

tanggal 26 Februari 1946 dengan memperbolehkan semua anak yang

membutuhkan pertolongan diterima di panti asuhan ini.

2.3.1 Organisasi Kelembagaan

Rumah yatim piatu/bangunan panti asuhan pada umumnya dikelola oleh

yayasan milik gereja. Dewan gereja serta dewan yatim piatu merupakan dua

badan istimewa khas dari oud Batavia16. Dewan gereja memberi izin atas kegiatan

gereja-gereja dan sekolah-sekolah. Dewan yatim piatu mengurus harta kekayaan

orang-orang yang meninggal tanpa meninggalkan surat wasiat dan memakai hasil

penjualan atau bunga pinjaman untuk menjalankan rumah yatim piatu (panti

asuhan) (Hanna, 1988:87).

Panti Asuhan Vincentius Putra ini berada dibawah naungan Perhimpunan

Vincentius. Pada permulaannya Perhimpunan Vincentius Jakarta didirikan pada

rapat pengurus pertama tanggal 29 Agustus 1855 dengan nama Dana Bantuan

Santo Vincentius a Paulo di Batavia. Pada tahun 1909 diubah menjadi Batavia

Vincentius Vereeniging oleh pimpinan gereja katolik Mgr. Pm. Vrancken (Vikaris

Apostolik17Jakarta). Tujuan utama pendirian saat itu adalah untuk membantu

anak-anak keturunan Belanda (Indo-Eropa) yang menjadi masalah sosial di

masyarakat. Usaha sosial ini, awalnya lebih bersifat home-care saja yakni

menitipkan anak-anak tersebut untuk sementara waktu kepada keluarga yang

mampu. Hal tersebut dikarenakan Perhimpunan Vincentius Jakarta saat itu belum

memiliki rumah sendiri. Sampai akhirnya pada tahun 1910 pihak yayasan

membeli tanah dan membangun sebuah rumah berlokasi di Jalan Kramat Raya

No. 34. Kemudian pada tahun 1915 mendirikan bangunan besar yang

diperuntukan bagi anak laki-laki, bangunan ini dirancang oleh biro arsitek

Hulswit, Fermont & Cuypers. Perubahan nama dengan kata ”Putra” dikarenakan

terjadi pemisahan manajemen dengan para suster Ursulin (OSU) yang mengasuh

dan kemudian mengelola panti asuhan untuk putri di tahun 1939.

                                                            16 Oud Batavia atau kota lama, sebutan ini untuk membedakan dengan niew Batavia yakni Weltevreden yang merupakan pemekaran wilayah Batavia di bagian Selatan. 17 Vikaris apostolik merupakan suatu tahapan di dalam katolik untuk ke jenjang keuskupan. Dimulai dari seorang pefek apostolik adalah seorang imam, yang diangkat oleh Paus sebagai gembala di dalam suatu daerah yang memberikan harapan tidak lama lagi berkembang menjadi vikariat apostolik dan kemudian keuskupan, yaitu suatu gereja partikular yang sanggup berdiri sendiri. Lihat Heuken (2007:50).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 18: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

26 

 

Universitas Indonesia

     

2.3.2 Kondisi Bangunan

Saat ini bangunan tersebut merupakan bagian dari kompleks Panti

Asuhan dengan luas 3,15 hektar. Terdiri dari bangunan lama Panti Asuhan

Vincentius Putra yang didirikan tahun 1915, berada dekat/berhadapan dengan

jalan Kramat Raya, Jakata Pusat. Bangunan Vincentius Putra telah direnovasi

pada tahun 2007 dibawah pengawasan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman.

Dinas ini memberikan arahan untuk tidak mengubah bentuk aslinya dengan

merekomendasikan rancangan gambar renovasi dan penambahan ruang. Keadaan

bangunan Vincentius Putra ketika awal didirikan oleh Biro Arsitek Hulswit &

Cuyper tahun 1915 masih dipertahankan. Penambahan bangunan sebagian besar

dilakukan di belakang bangunan lama.

Foto 2.10 Wajah Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra Sebelum Renovasi (Dok.: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta)

Foto 2.11 Wajah Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra Sesudah Renovasi (Dok.: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 19: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

27 

 

Universitas Indonesia

     

2.4 Deskripsi Bangunan Panti Asuhan (Weeshuis) Vincentius Putra

Deskripsi bertujuan untuk menyusun data mengenai bangunan yang

diperoleh dari studi kepustakaan dan studi lapangan, deskripsi ini dimaksudkan

untuk memudahkan ke tahap selanjutnya yakni analisis. Deskripsi bangunan

dimulai dari lokasi keberadaan bangunan, bentuk umum, tampak luar (meliputi

tampak muka, samping kiri dan samping kanan bangunan), denah dan kemudian

menjelaskan secara cermat tiap-tiap ruangan dari lantai satu sampai dengan

lantai 2.

2.4.1 Bentuk Umum

Foto 2.12 Foto Udara Bangunan Lama Panti Asuhan Vincentius Putra

Tampak Pada Garis Berwarna Biru (Sumber:http//www.Googleearth.com diakses tanggal 1 juli 2009)

Bangunan Panti Asuhan (Weeshuis) Vincentius Putra saat ini berada dalam

satu kompleks Panti Asuhan yang terdiri dari bangunan lama Panti Asuhan,

gereja, kantor, sekolah SD, SMP, dan STM serta mess pegawai. Bangunan

lamanya berada di depan berhadapan dengan Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 20: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

28 

 

Universitas Indonesia

     

Bangunan ini menghadap arah timur laut memiliki halaman depan yang

tidak begitu luas karena berdekatan dengan Jalan Raya sedangkan halaman

belakang bangunan cukup luas dapat digunakan untuk aktifitas oleh raga seperti

bermain bola dan lain sebagainya. Bangunan mempunyai bentuk kokoh dan

tinggi, memiliki banyak jendela pada tampak depan dan sisi bangunan. Pintu

masuk berdaun pintu ganda di bagian atasnya terdapat tritisan. Temboknya

berwarna putih, sedangkan pintu dan jendela berwarna hijau.

Foto 2.13 Keadaan Jalan Kramat Raya Di Tahun 1930-an Dengan Latar Belakang Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra

(Sriyadi, 2005:215)

Bangunan pada kondisi sekarang terlihat tidak terlalu besar dan mencolok,

dikarenakan saat ini terhalang oleh pepohonan dan gedung disekitarnya, sehingga

tidak nampak kalau bangunan ini bentuknya memanjang ke belakang. Sedangkan

pada sisi dalamnya, bila masuk ke dalam bangunan ini akan terasa bangunan

seakan terbagi dua yakni bagian depan yang sedikit melebar dipisahkan oleh

lorong dengan bagian tengah bangunan yang memanjang ke belakang. Lorong

tersebut menghubungkan kedua galeri/gang disepanjang ruang-ruang yang

berderet di sisi kanan dan kiri bangunan.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 21: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

29 

 

Universitas Indonesia

     

Bangunan ini memiliki dua lantai, untuk menuju ke lantai dua harus

melalui tangga naik yang berada di sisi barat daya dari lorong bangunan, anak

tangganya dilapisi papan kayu berjumlah 30. Pada lantai kedua pintu dan jendela

hampir sama banyaknya dengan pintu dan jendela pada lantai satu. Sedangkan

atap bangunan merupakan atap hip18 menyambung dengan atap pelana yang

memanjang ke belakang. Pada atap bangunan bagian depan, terdapat 2 cerobong

asap semu dan satu buah dormer19.

2.4.2 Tampak Muka

Gambar 2.3 Tampak Muka Bangunan Dengan Skala 1:200 (Dok.:Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Tahun 2007, Telah Diolah Kembali)

Lebar muka bangunan kurang lebih berukuran 49 meter. Muka bangunan

menghadap timur laut, memiliki sayap bangunan di sisi kiri dengan lebar 52 m.

Pada bagian atap tampak muka terdapat dua cerobong asap semu terletak di kedua

ujung bumbungan atap dan satu dormer/ tingkap pada bagian tengah sisi depan

atap. Pada dinding muka bangunan terdapat satu buah pintu dan 13 jendela

berjalusi terdiri dari lantai satu: 4 jendela berdaun tunggal dan 2 jendela berdaun

ganda. Lantai dua: 4 jendela berdaun tunggal dan 3 jendela berdaun ganda. Pada

lantai 1 bagian atas pintu dinaungi oleh tritisan datar yang ditahan oleh kabel

dengan pengait (hook luifel). Pada dinding bagian bawah muka bangunan terdapat

pemakaian batu alam sampai ke bagian sisi kiri dan kanan bangunan.

                                                            18 Atap hip merupakan sebuah atap yang pada sisi-sisinya memiliki lereng, membentuk seperti piramida dengan dasarnya berbentuk persegi (Bucher, 1996:233). 19 Dormer adalah jendela vertikal pada posisi proyeksi tegak luus dari atap miring (Sumalyo, 2003: 542).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 22: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

30 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.3 Tampak samping kanan

Gambar 2.4 Bangunan Tampak Samping Kanan Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman Tahun 2007, Telah Diolah Kembali)

Bangunan tampak samping kanan memiliki panjang 80 meter. Pada lantai

pertama terdapat galeri/gang dilengkapi dengan adanya atap untuk menghindari

tampias air hujan. Pada sepanjang galeri berjajar ruangan-ruangan dengan pintu

dan jendela berjalusi. Lantai 2 tampak samping kanan didominasi oleh jendela

berjalusi berdaun ganda berjumlah 15 dan lubang ventilasi berjumlah 42.

2.4.4 Tampak Samping Kiri

Gambar 2.5 Bangunan Tampak Samping Kiri Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Tahun 2007, Telah Diolah Kembali)

Pada bangunan tampak samping kiri memiliki panjang 80 m, lantai 1 dan 2

memiliki galeri/gang. Pada lantai satu galeri ditopang oleh 9 tiang berbentuk

balok persegi panjang berukuran kurang lebih panjang 3,4 m dan lebar 0,45 m,

disela antar tiang terdapat frame panil kaca menempel pada bagian atas tiang, tiap

sela antar tiang panil kacanya berjumlah 16 panil. Ruangan yang sejajar pada

galeri ini berjumlah 12 ruangan.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 23: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

31 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.5 Denah Bangunan

Secara horizontal atau tampak atas, bangunan Panti Asuhan (Weeshuis)

Vincentius Putra memperlihatkan denah bangunan berbentuk persegi panjang

ditambah dengan adanya sayap bangunan memanjang ke arah barat laut

dilengkapi dengan pintu gerbang berdaun pintu ganda untuk masuk ke halaman

samping (Barat laut) bangunan. Denah bangunan terdiri dari dua lantai, dengan

ukuran denahnya: lantai pertama panjang 80 m dan lebar 49 m, lantai kedua

panjangnya 80 dan lebar 22 m.

2.4.6 Lantai Pertama

Secara keseluruhan lantai pertama terdiri dari 24 ruangan, diantaranya 5

ruangan berada pada sisi bagian depan bangunan, ruangan yang menghadap

Galeri/gang sisi kanan (tenggara) berjumlah 7 ruangan dan ruangan yang

menghadap galeri/gang sisi kiri (barat laut) yakni 12 ruangan.

2.4.6.1 Ruang 1

Ruang 1 memiliki panjang 8 m dan lebar 6,4 m. Pada ruangan ini dapat

dijumpai meja dan kursi antik yang berada di sisi selatan ruangan. Meja dan kursi

ini tampak terawat dengan baik, meja dan kursi lainnya nampak didekat dinding

sisi timur laut. Di ruang ini pula terdapat pintu yang merupakan akses utama

keluar masuknya penghuni panti asuhan.

Foto 2.14 Tampak Bagian Dalam Ruang 1 dan Kursi Serta Meja (Dok.:Idham Maulana, 2008)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 24: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

32 

 

Universitas Indonesia

     

Pintu utama ini berwarna hijau berdaun pintu ganda dengan bingkai kaca

pada masing-masing daunnya berjumlah 6, daun pintu terbuat dari papan kayu

masing-masing daun pintu berukuran panjang 2,5 m dan lebar 1 m. Di atas pintu

dilindungi oleh tritisan datar yang ditahan dari atas oleh kabel. Tritisan ini juga

melebar pada atas jendela bagian depan bangunan. Jendela tersebut memiliki

panjang 1,8 m dan lebar 0,77 m, masing-masing daun jendela memiliki 6 buah

bingkai kaca, jendela ini dilindungi oleh jeruji besi pada bagian luarnya.

Foto 2.15 Tampak Pemakaian Tritisan Pada Muka Bangunan Lantai 1. (Dok.:Idham Maulana, 2008)

2.4.6.2 Ruang 2

Ruang ini memiliki panjang 6,2 m dan lebar 6 m, terletak pada sisi

tenggara dari ruang 1. Pintu pada ruangan ini berdaun pintu ganda dilengkapi

dengan fanlight yang kacanya berwarna biru, fanlight20 ini dilindungi oleh jeruji

besi yang dihias dengan ornamen. Pada masing-masing daun pintu terdapat

bingkai kaca berjumlah 6. Pintu pada ruangan ini terdapat dua buah yakni satu

pintu menghadap ruang 1 dan pintu lainnya berada sisi barat daya langsung

terhubung dengan ruang 4.

Pada ruangan ini terdapat dua jendela pada sisi timur laut (muka

bangunan) dan sisi tenggara, dengan daun jendelanya memiliki panjang 1,8 dan

lebar 0,76 m. Pada jendela tersebut masing-masing memiliki 6 buah bingkai kaca,

                                                            20 Sebuah pembuka berada di atas jendela ataupun pintu bertujuan sebagai pengontrol cahaya maupun masuknya udara (Bucher, 1996:176).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 25: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

33 

 

Universitas Indonesia

     

jendela ini bagian atasnya juga dilindungi oleh sebuah tritisan datar yang ditahan

dari atas oleh kabel.

Foto 2.16 Hiasan Kombinasi Bentuk Persegi Panjang Pada Bagian Atas Pintu Ruang 2 (Dok.: Idham Maulana, 2008)

2.4.6.3 Ruang 3

Ruangan 3 memiliki ukuran sama dengan ruang 2 yaitu dengan panjang

6,2 m dan lebar 6 m. Pintunya berdaun pintu ganda dengan fanlight yang memiliki

kaca berwarna biru dan dilindungi oleh jeruji besi. Pada ruangan ini terdapat dua

jendela pada sisi timur laut dan sisi barat laut, daun jendelanya berukuran panjang

1,8 m dan lebar 0,76 m. Pada tiap daun jendela memiliki 6 buah bingkai kaca,

jendela ini dilindungi oleh sebuah tritisan datar yang ditahan dari atas oleh kabel.

Jendela ini juga dilindungi oleh jeruji besi pada bagian luarnya.

Gambar 2.6 Denah Ruang 1-5 Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah kembali)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 26: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

34 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.6.4 Ruang 4

Ruangan ini berukuran panjang 9 m dan lebar 5,2 m. Memiliki tiga buah

pintu, pertama berhadapan dengan ruang 5, pintu kedua berada pada dinding sisi

timur laut yang dapat langsung terhubung dengan ruang 2 dan pintu pada dinding

sisi barat laut yang langsung terhubung dengan galeri/gang sisi tenggara. Pintu

pada ruangan ini tidak berdaun ganda, daun pintunya berukuran panjang 2,7 m

dan lebar 0,9 m. Jendela pada ruangan ini merupakan jendela jalusi21 terletak pada

dinding sisi tenggara. Jendela tersebut berdaun ganda diapit sisi kanan dan kirinya

dengan jendela berdaun tunggal, masing-masing daun jendela berukuran panjang

1,5 m dan lebar 0,7 m, memiliki fanlight yang dilindungi oleh jeruji besi.

Foto 2.17 Jendela Pada Dinding Sisi Tenggara Ruang 4 (Dok.:Idham Maulana, 2008)

2.4.6.5 Ruang 5

Ruang ini berhadapan dengan ruang 4, dengan ukuran panjang 7 m dan

lebar 3,4 m. Pada ruangan ini terdapat tiga buah pintu, yang pertama menghadap

ruang 4, berdaun pintu tunggal berukuran panjang 2,5 m dan lebar 1 m. Kedua

berada pada dinding sisi utara, pintunya berdaun pintu ganda dengan ukuran

panjang 2,4 m dan lebar 0,8 m. Pintu tersebut diapit oleh jendela di kiri dan

kanannya. Ketiga, pintu yang terhubung langsung dengan galeri. Pintunya

                                                            21 Jendela jalusi adalah jendela yang berbentuk empat persegi panjang dan daun jendelanya terbuat dari bilah-bilah kayu yang posisinya mendatar dan tersusun secara vertikal.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 27: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

35 

 

Universitas Indonesia

     

berdaun pintu ganda dengan ukuran panjang 2,4 m dan lebar 0,8 m diapit oleh

dua buah jendela, fanlight pada pintu ini berbentuk setengah lingkaran.

Foto2.18 Pintu Pada Ruang 5 Dapat Terhubung Dengan Galeri Sisi Barat Laut (Dok.: Idham Maulana, 2008)

2.4.6.6 Galeri22

Pada bangunan, terdapat galeri/gang yang menglilingi bagian bangunan

yang memanjang ke belakang. Sehingga seolah-oleh bagian depan bangunan yang

terdiri dari 5 ruangan terpisahkan oleh galeri disisi timur laut dengan bagian

bangunan yang memanjang ke belakang. Galeri yang mengelilingi sebagian

bangunan merupakan lorong panjang dimana pada sisi kiri (barat laut) dan kanan

(tenggara) terdapat ruangan-ruangan yang berderet dengan pintu masuknya

menghadap galeri.

                                                            22 Penamaan istilah galeri pada bangunan yang memiliki gang disepanjang ruang-ruang yang berderet mengacu pada buku karangan Handinoto (1996:173).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 28: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

36 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.6.7 Galeri Kiri (Barat Laut) Bangunan

Galeri sisi kiri bangunan memiliki panjang 71 m. Galeri ini ditopang oleh

9 tiang berbentuk balok persegi panjang berukuran kurang lebih 3,4x0,45 m,

disela antar tiang terdapat frame panil kaca menempel pada bagian atas tiang, tiap

sela antar tiang panil kacanya berjumlah 16 panil. Ruangan yang sejajar pada

Galeri ini berjumlah 12 ruangan.

Foto 2.19 Galeri Sisi Kanan (Barat Laut) Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra (Dok.: Idham Maulana, 2008)

2.4.6.8 Ruang 6

Ruang ini memiliki ukuran panjang 4,8 m dan lebar 3,6 m. Pada bagian

dalam ruangan terbagi menjadi 4 bagian masing-masing berukuran panjang 1,1

m dan lebar 0,7 m. Sebelum menuju pintu masuk terdapat Vault23 sehingga pada

ruangan ini pintunya menjorok ke dalam.

                                                            23 Konstruksi pelengkung dari batu menutup di atas sebuah ruang utama (Sumalyo, 2003:547).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 29: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

37 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 2.20 Pintu Pada Ruang 6 (Dok.: Idham Maulana, 2008)

2.4.6.9 Ruang 7

Ruangan ini tidak terlalu besar dengan ukuran panjang 4,8 m dan lebar 3,6

m. Pintu pada ruangan ini berdaun ganda diapit oleh jendela di kiri dan kanannya.

Ruangan ini lebih kecil bila dibandingkan diantara kamar yang terdapat

disepanjang galeri sisi barat laut, terkecuali ruang 6 kerena memiliki ukuran yang

sama.

Galeri/gang

Gambar 2.7 Denah Ruang 6 Dan Ruang 7 Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah kembali)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 30: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

38 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.6.10 Ruang 8, 9,10 dan 11

Ruang 8, 9, 10 dan 11 memiliki ukuran yang sama yakni dengan panjang 7

m dan lebar 3,8 m. Pintu pada masing-masing ruangan ini berdaun pintu ganda

dengan diapit oleh jendela di kanan dan kirinya. Pada ruang 11 terdapat pintu

tambahan yang berada pada sisi barat daya atau dinding sisi kanan yang terhubung

dengan ruang 12.

Foto 2.21 Pintu Masuk Dari Sisi Kiri ke Kanan Yakni Ruang 8, 9 dan 10 (Dok.: Idham Maulana, 2008)

2.4.6.11 Ruang 12

Ruangan ini berukuran panjang 7 m dan lebar 3,8 m. Di dalam ruangan

terbagi menjadi 3 bagian. Pintu pada ruangan 12 terdiri dari 3 buah. Pintu yang

pertama menghadap Galeri sisi barat laut, kedua berada pada sisi timur laut atau

pada dinding kiri ruangan yang langsung terhubung dengan ruang 11 dan pintu

pada dinding kanan bangunan yang terhubung langsung dengan ruang 13.

Gambar 2.8 Ruang 8 Sampai Ruang 12 Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah Kembali)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 31: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

39 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.6.12 Ruang 13

Ruangan ini cukup besar dengan ukuran panjang 7,8 m dan lebar 7 m.

Ruang 13 memiliki 4 buah pintu, dua pintu menghadap galeri sisi barat laut

sedangkan pintu ketiga berada pada sisi timur laut atau dinding sisi kiri ruangan

yang langsung terhubung dengan ruang 12 dan yang ke-4 pintunya berada pada

dinding sisi kanan (barat daya) bangunan menghubungkan dengan ruang 14.

2.4.6.13 Ruang 14

Pada ruangan 14 di dalamnya terbagi menjadi dua. Memiliki empat buah

pintu yaitu yang pertama pintunya menghadap galeri berdaun pintu ganda diapit

oleh jendela di sisi kiri dan kanannya. Kedua, pintu ini berada pada dinding sisi

kanan (timur laut) bangunan terhubung oleh ruang 13. Ketiga, pintu terdapat pada

dinding yang membagi ruangan ini menjadi dua bagian dan yang ke empat pintu

ini berada pada dinding sisi tenggara yang terhubung langsung dengan ruangan

23.

Galeri/gang

Gambar 2.9 Denah Ruang 13 Sampai Ruang 17 Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah kembali)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 32: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

40 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.6.14 Ruang 15 dan 16

Kedua ruangan ini memiliki ukuran yang sama yakni dengan panjang 7 m

dan lebar 3,8 m, yang membedakannya ialah bentuk pintu dan adanya jendela.

Pintu pada ruang 15 berdaun ganda diapit oleh jendela di sisi kiri dan kanannya.

Sedangkan pada ruang 16 pintunya berdaun tunggal tanpa adanya jendela.

2.4.6.15 Ruang 17

Ruang 17 berada di ujung belakang dari bagian bangunan dengan ukuran

panjang 11,6 m dan lebar 7 m. Ruangan ini dilengkapi dengan sirkulasi udara

yang baik yakni dengan banyaknya ventilasi yang berukuran cukup besar dan ada

juga yang berukuran kecil, lubang ventilasi tersebut diberi kawat penyaring

sehingga partikel debu yang besar akan tersaring dan tidak memasuki bagian

ruangan. Pintu pada ruang 17 merupakan pintu jalusi begitu juga dengan

jendelanya.  

Foto 2.22 Ventilasi Udara Pada Salah Satu Sudut Ruang 17 Dok.: Idham Maulana, 2008

2.4.6.16 Galeri kanan (Tenggara) Bangunan

Galeri ini memiliki panjang kurang lebih 71 m. Ruangan yang terdapat

pada galeri sisi kanan (tenggara) bangunan berjumlah tujuh ruangan. Galeri

tersebut pada atapnya ditopang oleh tiang terbuat dari balok kayu. Pada galeri ini

secara keseluruhan memiliki pintu jalusi berdaun pintu ganda berjumlah delapan

buah. Jendela pada ruangan-ruangan yang menghadap galeri ini merupakan

jendela jalusi berdaun ganda dan berdaun tunggal yang mengapit pintu berdaun

ganda.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 33: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

41 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 2.23 Galeri/Gang Sisi Kanan (Tenggara) Bangunan

Dok.: Idham Maulana, 2008

2.4.6.17 Ruang 18

Ruang 18 memiliki panjang 7,6 m dan lebar 3,8 m. Pintu pada ruangan ini

berjumlah tiga buah diantaranya, pertama menghadap galeri sisi timur laut

berdaun pintu tunggal. Kedua, menghadap galeri sisi tenggara, pintunya berdaun

pintu ganda diapit oleh jendela di kanan dan kirinya. Ketiga, pintu berada pada

dinding sisi barat daya terhubung langsung dengan ruang di sebelahnya. Jendela

pada ruangan ini berada pada dinding sisi tenggara merupakan jendela jalusi.

Galeri/gang

Gambar 2.10 Ruang 18 Sampai Ruang 22 Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah kembali)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 34: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

42 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.6.18 Ruang 19

Ruangan ini berukuran panjang 7,6 m dan lebar 7 m. Pintu pada ruangan

ini menghadap galeri berdaun pintu ganda diapit oleh jendela di sisi kiri dan

kanannya, sedangkan pintu yang lainnya berada pada dinding sisi timur laut

berdaun pintu tunggal. Pada ruangan ini terdapat juga jendela jalusi memiliki

empat buah daun jendela.

2.4.6.19 Ruang 20

Ruang 20 serupa dengan ruang 19 dengan panjang 7,6 m dan lebar 7 m,

tambahan pada ruang ini berupa dinding yang menonjol vertikal yang terdapat

pada dinding sisi barat laut dan dinding sisi tenggara. Dinding yang menonjol ini

memiliki panjang 140 cm dan tebal 40 cm.

Gambar 2.11 Denah Ruang 20 Sampai Ruang 22 Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah kembali)

2.4.6.20 Ruang 21 dan 22

Kedua ruangan ini memiliki ukuran yang sama yakni dengan panjang 7 m

dan lebar 3,6 m. Ruang 21 memiliki pintu berdaun pintu ganda dengan diapit oleh

jendela di sisi kiri dan kanannya. Sebagian besar ruangan memiliki pintu yang

menghadap galeri, tetapi lain hal dengan ruang 22, karena pintunya bersebelahan

langsung dengan ruang di sisi kanannya atau dinding sisi timur laut. Sedangkan

sisi yang menghadap galeri digantikan dengan jendela jalusi yang memiliki empat

buah daun jendela.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 35: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

43 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 2.24 Pintu Pada Ruangan Yang Menghadap Galeri Sisi Tenggara Bangunan (Dok.: Idham maulana, 2008)

2.4.6.21 Ruang 23

Ruangan ini cukup luas dengan ukuran panjang 15,8 m dan lebar 7 m.

Memiliki empat pintu, dua pintu terletak pada dinding sisi barat laut yaitu yang

terhubung langsung dengan ruang 14 dan ruang 15. Dua pintu lagi berada pada

sisi tenggara menghadap koridor. Pada ruang 23, memiliki dua jenis jendela yakni

jendela yang mengapit pintu di sisi kiri dan kanannya dan jendela jalusi dengan

empat buah daun jendela.

galeri/gang

Gambar 2.12 Denah Ruang 23 Dan 24 Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah Kembali)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 36: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

44 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.6.22 Ruang 24

Ruangan 24 memiliki ukuran panjang 7 m dan lebar 5,6 m. Pada ruang 24

terdapat 3 pintu jalusi berdaun ganda yakni diantaranya dua pintu menghadap

Galeri sisi tenggara dan satu pintu menghadap barat daya. Ketiga pintu ini diapit

oleh jendela disisi kiri dan kanannya. Di dalam ruangan terdapat cukup banyak

meja dan bangku.

Foto 2.25 Ruang 24 lantai 1 (Dok.: Idham Maulana, 2008)

2.4.7 Lantai 2

Lantai 2 terdiri dari 11 ruangan, akses menuju lantai 2 ini melalui tangga

yang berada sisi barat daya dari ruang1. Tangga pada bangunan ini menempel

pada dinding berbentuk huruf U anak tangganya dilapisi oleh papan terbuat dari

kayu berjumlah 30 buah. Bila dibandingkan dengan lantai satu, ruangan yang

terdapat pada lantai dua ini tidak terlalu banyak dan memiliki ukuran yang cukup

beragam.

Foto 2.26 Tangga Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra

(Dok.: Idham Maulana, 2008)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 37: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

45 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.7.1 Ruang 25

Pada ruang ini dinding barat laut sisi luarnya merupakan bagian muka

bangunan, dimana terdapat dua kolom diapit dengan tiga buah jendela berjalusi.

Sedangkan dinding sisi barat laut dan tenggara masing-masing terdapat pintu yang

terhubung langsung dengan ruang di sisi-sisinya. Ruangan 26 ini memiliki

panjang 9 m dan lebar 6,2 m, pintu utamanya menghadap barat daya. Ruangan

dilengkapi dengan TV untuk menonton bersama dan mendengarkan musik untuk

menghilangkan kejenuhan akibat kegiatan rutin.

Foto 2.27 Salah Satu Sudut Ruang 26 (Dok.: Idham Maulana, 2008)

2.4.7.2 Ruang 26 dan 27

Kedua ruangan memiliki ukuran yang sama 6 m x 6 m, terletak pada sisi

barat laut dan tenggara dari ruang 25 yang merupakan ruang penghubung untuk

memasuki kedua ruangan ini. Ruang 26 memiliki jendela yang terletak pada

dinding sisi timur laut dan sisi barat daya. Ruang 27 jendelanya berada pada

dinding sisi tenggara dan timur laut. Pada dinding sisi barat daya ruang 27

terdapat pintu untuk menuju ruang 28.

Gambar 2.13 Denah Ruang 25 - 29 Dengan Skala 1:200 (Dok: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah kembali)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 38: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

46 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.7.3 Ruang 28

Ruang ini berukuran panjang 9,2 dan lebar 5,4 m. Memiliki tiga pintu,

yang pertama berada pada sisi tenggara, kedua berada pada dinding sisi timur laut

bersebelahan dengan ruang 26 dan ketiga berada pada sisi barat daya yang

langsung terhubung dengan galeri. Di dalam ruangan terdapat lemari, meja

makan, dan kursi.

Foto 2.28 Ruang 28 Lantai 2 (Dok.: Idham Maulana, 2008)

2.4.7.4 Ruang 29

Ruangan 29 berukuran panjang 9 m dan lebar 4,2 m. Memiliki satu pintu

berdaun tunggal. Jendelanya berada pada sisi tenggara dan barat. Di dalam

ruangan terdapat salib patung Yesus menempel pada kaca patri terletak di dinding

sisi timur laut. Di dalam ruangan juga terdapat tiga baris meja dan bangku

panjang.

Foto 2.29 Keadaan Di Dalam Ruangan 30 (Dok.: Idham Maulana, 2008)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 39: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

47 

 

Universitas Indonesia

     

2.4.7.5 Ruang 30 dan 31

Ruang 30 memiliki panjang 7 m dan lebar 4,4 m. Terletak berseberangan

dengan ruang 32 dan berdekatan dengan tangga masuk di sisi barat laut. Ruang ini

memiliki satu buah pintu dan empat buah jendela. Sedangkan ruang 31

bersebrangan dengan ruang 34 memiliki panjang 4,4 m dan lebar 4 m. Ruangan

ini terbagi menjadi 4 bagian dengan pintu berjumlah 4 buah. Pada ruang ini

jendelanya menghadap sisi tenggara.

Gambar 2.14 Denah Ruang 30-34 Dengan Skala 1:200 (Dok.: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah Kembali)

2.4.7.6 Ruang 32

Ruangan ini pada sisi tenggara berseberangan dengan ruang 30. Ruangan

memiliki dua buah pintu yakni pintu yang menghadap tenggara berdaun pintu

tunggal dan pintu yang menghadap galeri sisi barat laut berdaun pintu ganda.

Ruangan ini memiliki panjang 4,4 m dan lebar 3,2 m.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 40: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

48 

 

Universitas Indonesia

     

Pintu ruang 25

Pintu ruang 32 Pintu ruang 30

Foto 2.30 Bagian Tengah Bangunan Lantai 2 (Dok.: Idham Maulana, 2008)

2.4.7.7 Ruang 33 dan 34

Ruang 33 dan 34 memiliki ukuran yang sama kurang lebih panjangnya 4,4

m dan lebar 3,8 m. Di kedua ruangan memiliki pintu yang masing-masing

menghadap tenggara dan menghadap galeri/gang sisi barat laut. Pada ruang 34

terdapat pintu yang langsung terhubung dengan ruang 35. Pada kedua ruangan ini

tidak memiliki jendela.

2.4.7.8 Ruang 35

Ruangan ini sangat besar, memiliki ukuran kurang lebih panjangnya 51,6

m dan lebar 14,4 m. Ruangan ini ditopang pada bagian tengahnya oleh 12 tiang

besi. Di dalam ruangan ini dapat dijumpai banyaknya ranjang tidur bertingkat dua

yang tersusun memanjang. Pintu pada ruang 35 terdapat pada sisi timur laut dan

pada dinding sisi barat laut pintunya berjumlah 3 berdaun ganda. Dinding sisi

tenggara, barat daya dan barat laut secara keseluruhan didominasi oleh 24 jendela

jalusi berdaun ganda. Banyaknya jendela ini membuat ruangan menjadi tidak

terlalu panas saat siang hari.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 41: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

49 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 2.31 Ruang 35 Terletak Pada lantai 2 (Dok.: Idham Maulana, 2008)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 42: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

50 

 

Universitas Indonesia

     

BAB 3

ANALISIS BANGUNAN PANTI ASUHAN VINCENTIUS PUTRA

Dalam analisis bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra, dilakukan

pemilahan agar unsur-unsur bentuk dan gaya bangunan dapat dimengerti secara

keseluruhan. Pemilahan dilakukan dengan membagi bangunan menjadi 3 bagian

yakni bagian dasar (fondasi dan lantai), dinding, dan atap bangunan. Dari hal

tersebut diharapkan dapat diketahui kemiripan antara unsur-unsur yang terlihat

pada bangunan dan juga ciri-ciri yang melekat dari suatu gaya tertentu dengan

bentuk dan gaya bangunan yang terdapat di Eropa maupun di Hindia Belanda.

3.1 Bagian Dasar Bangunan

Bagian dasar bangunan terdiri dari fondasi dan lantai. Fondasi berperan

penting untuk menjaga bangunan tetap kokoh, tidak bergeser terhadap guncangan

yang berasal dari dalam tanah. Lantai sebagai pijakan bagian dalam bangunan

berperan menciptakan kerapihan dan membuat nyaman penghuninya.

3.1.1 Fondasi

Fondasi merupakan bagian bangunan yang menghubungkan bangunan

dengan tanah, yang menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri dan

gaya-gaya luar terhadap gedung seperti tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain

(Frick & Purwanto, 1998:126). Fondasi berguna untuk menyalurkan beban sebuah

bangunan pada area tanah yang cukup untuk menghindari ketidakseimbangan

pijakan kedudukan bangunan. Ketidakseimbangan kedudukan, mungkin

disebabkan oleh variasi dari beban bangunan di titik yang berbeda dan oleh

perbedaan yang alami dari lapisan tanah bagian bawah yang dapat menyebabkan

kerusakan struktur bangunan (Conway & Roenisch, 1994:84).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 43: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

51 

 

Universitas Indonesia

     

Dengan demikian, untuk mendirikan suatu bangunan beberapa hal yang harus

diperhatikan adalah:

a. Kedalaman atau tebalnya lapisan tanah, terutama permukaan lapisan yang

akan menerima beban fondasi.

b. Tingkat kekokohan landasan (fondasi), dan

c. Keadaan hidrologis (keadaan kadar air di dalam tanah) (Frick, 1980:46).

Pada dasarnya terdapat 4 tipe utama dari fondasi yakni, strip (bilah,

kepingan), pad (lajur), raft (pelat), dan pile (pancang), yang mungkin dirancang

dengan cara yang berbeda (Conway dan Roenisch, 1994:85). Fondasi strip dibuat

dengan cara menggali sebuah parit, menempatkan sangkar yang kuat dan

menuangkan beton24 ke dalam parit (Kerry, TT:223). Fondasi pad (Lajur) adalah

berbentuk blocks empat persegi panjang yang diletakkan dibawah dinding dari

bata, batu, baja25 atau beton bertulang (Conway dan Roenisch, 1994:85).

Gambar 3.1 Hubungan Antara Fondasi Gambar 3.2 Fondasi Raft Diperkuat Dengan Kolom Lajur, Dinding dan lantai (Merritt, 1994:9105) ( Frick dan Purwanto, 1998:128)

                                                            24 Beton dibuat dengan mencampurkan batu krikil, pasir, semen dan air (Gordon, 1991:11). Semen

adalah campuran dari tanah liat (argile) dengan batu kapur menjadi bubuk, bila dicampur dengan

air akan mengeras secara kimiawi. Beton sebagai campuran untuk bahan bangunan pertama kali

digunakan oleh Francais Vicat pada tahun 1820 untuk kerangka bangunan (Sumalyo,1997:9). 25 Baja merupakan campuran dari karbon, chromium, nickel dan elemen lainnya. Pada

perkembangannya, baja diproduksi pada abad ke-19 digunakan untuk konstruksi bangunan. Lihat

Gordon (1991:21).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 44: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

52 

 

Universitas Indonesia

     

Fondasi raft (pelat) menutupi area paling sedikit ukurannya sama dengan

dasar bangunan, digunakan pada tekanan lapisan bawah tanah yang lunak.

Fondasi raft dapat digunakan untuk kondisi tertentu pada area tanah yang

membutuhkan suatu yang besar untuk mendukung beban bangunan (Kerry,

TT:224). Fondasi ini menyerupai panggung setinggi satu sampai dua meter

(Heuken, 2008:17). Beberapa bangunan kolonial yang memakai fondasi jenis ini

bagian lantainya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanah disekitarnya.

Ciri lainnya tampak luar bagian dasar bangunan akan terlihat masif dan kokoh.

Fondasi pile adalah fondasi yang terdiri dari pilar terbuat dari kayu

ataupun dari beton yang dimasukkan ke dalam tanah (Conway dan Roenisch,

1994:85). Digunakan untuk mendukung bangunan atau struktur pada tanah yang

lunak (Buchers, 1996:337). Misalnya di Amsterdam, sekitar tahun 1700-an

fondasi ini dikenal sebagai ‘Amsterdam pile foundation’, untuk membuat fondasi

ini dibutuhkan alat yang disebut kemudi pile, sebuah perangkat untuk

memasukkan pilar/tiang pancang menembus permukaan tanah. Kemudi pile

terdiri dari kerangka yang mendukung dalam pembuatan dan palu yang berat

untuk mengarahkannya ke dalam tanah, dengan mekanisme mengangkat dan

kemudian menjatuhkan palu (Haris, 1993:609).

Gambar 3.3 Kemudi Pile dan Fondasi Pile Amsterdam (Janse, TT:37)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 45: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

53 

 

Universitas Indonesia

     

Dalam menentukan fondasi yang digunakan pada bangunan Panti Asuhan

Vincentius Putra terasa akan sangat sulit sekali, karena bagaimanapun juga

fondasi merupakan bagian paling dasar dari bangunan. Sehingga sangat sulit

untuk memastikan bentuk fondasi yang digunakan pada bangunan ini. Tetapi

sekiranya dapat diperkirakan berdasarkan tipe yang ada, bangunan ini

menggunakan pondasi pancang (pile) dengan alasan seandainya menggunakan

pondasi pelat (raft) kaki bangunan pasti akan terlihat tinggi dari tanah

disekitarnya dan hal tersebut tidak nampak pada bangunan ini. Bangunan dengan

luas 3920 m2 pasti membutuhkan fondasi yang mencengkam kuat dibawahnya

agar stabil terhadap guncangan dan ketidak seimbangan pijakan kedudukan

bangunan. Kelebihan fondasi pancang (pile) ini bisa sampai kedalaman 24 meter

ke bawah sehingga dapat memberikan kestabilan yang besar terhadap guncangan

maupun hal lainnya.

3.1.2 Lantai

Lantai merupakan penutup permukaan tanah di dalam atau di luar

bangunan. Dalam teknis pemasangan lantai, kondisi tanah harus diperbaiki lebih

dulu dengan cara pemadatan (ditumbuk dan disiram air) dan diberi lapisan pasir

minimal 15 cm sebelum dipasang lantai (Surowiyono, 1996:17). Cara demikian

dimaksudkan agar lantai memiliki landasan yang kuat, supaya tidak pecah

ataupun turun.

Pemakaian lantai pada bangunan kolonial di Hindia Belanda pada

umumnya sama dengan bangunan yang berada di Eropa. Sebagian besar tinggalan

bangunan tua yang masih bisa disaksikan terutama di Eropa, bahan lantainya

terdiri dari batu alam dan ubin, hal ini dipergunakan dan berlangsung secara terus

menerus (Lane, 1996:l40). Dari abad pertengahan dan periode renaissance26

bangunan penting memasang lantainya dengan bermacam batu alam meliputi

slate, sandstone, dan limestone sementara granit cobbles dapat terlihat pada

bangunan pedesaan (Berman, 1997; 27).27

                                                            26 Periode renaissance ditandai dengan perubahan yang mendasar di Eropa pada abad XV hingga XVI. 27 Slate adalah batuan metamorphic terbentuk sekitar 350-500 juta tahun yang lalu ketika tanah dan batu secara alami terus menerus tertekan di bawah tanah. Sandstone merupakan batuan sedimen tersusun dari pasir kwarsa tersedimen bersama dengan silica, besi oxide ataupun calcium

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 46: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

54 

 

Universitas Indonesia

     

Sejak batu menjadi mahal, sulit untuk dikerjakan dan tidak selalu

didapatkan, teknik yang sederhana dari pembakaran tanah untuk digunakan

sebagai ubin lantai berkembang meliputi Eropa dan Asia beberapa abad yang lalu

(Berman, 1997;47). Tanah lempung dalam pembuatan lantai ubin dihasilkan oleh

penggalian sederhana dari permukaan tanah dan memiliki penampilan yang

berbeda karena bermacam-macam mineral dan kandungan impiurities (ketidak

murnian) pada wilayah yang berbeda-beda. Misalnya kehadiran unsur besi oxide,

sebagai contoh memberikan warna merah kecoklatan pada tanah teracotta

(Berman, 1997;48).

Di Inggris antusias terhadap pemakaian lantai ubin terjadi pada dekade

pertama abad ke-13 M (Hilliard, 1993:18). Dalam perkembangannya, terdapat dua

elemen lantai ubin yakni lantai sederhana berbentuk persegi, ubin tidak dihias,

dan selanjutnya ubin persegi dihias dengan satu atau dua warna dilapisi

kaca/glasir. Ubin yang dilapisi kaca (glasir) mendapatkan lonjakan permintaan di

Belanda pada akhir abad ke 16 M ( Hilliard, 1993:37).

Lapisan kaca (glasir) tidak hanya menutupi pori-pori ubin sehingga anti air

tetapi memberikan warna dan pola dekorasi pada permukaannya (Berman, 1997;

49). Bahan metal lainnya dapat ditambahkan untuk menciptakan warna lainnya:

extrak besi untuk coklat ke hitam-hitaman, sedikit dari tembaga atau kuningan

untuk hijau dan sejumlah besar untuk hitam (Hilliard, 1993: 21). Glasir biasanya

diberikan pada ubin ketika telah dibakar dengan temperatur relatif rendah

kemudian ubin itu dibakar lagi dengan temperatur yang lebih tinggi, pembakaran

rendah bertujuan untuk memberikan lapisan glasir tersendiri (Berman, 1997; 49).

Pemakaian lantai ubin pada suatu bangunan biasanya lebih dari satu

macam warna. Ubin berwarna seringkali disusun untuk membentuk garis pada

pola lantai sebuah bangunan (Heuken, 2001:107). Pola lantai dari komposisi jenis

ubin yang berbeda memberikan kesan dekoratif dan juga sebagai penegas antar

                                                                                                                                                                   carbonate terkadang digunakan sebagai pahatan ornamen (Bucher, 1996:401). Pada limestone atau batu kapur terdapat tiga tipe, tapi hanya dua yang cocok dipergunakan untuk lantai. Batu kapur jenis Oolitic terdiri dari lapisan kosentrik dari calcite didapat dari sekitar fragment kerang dan fosil yang mana memberikan batu ini karakteristik. Batu kapur jenis crystalline terbentuk dari lapisan bawah tanah terjadi karena penguapan panas air dan mengkristal dari dasar sedimentari. Pada batu pasir dan batu kapur ukuran standarnya biasanya 40 cm sama panjang atau 40 x 60cm (Berman, 1997; 29).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 47: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

55 

 

Universitas Indonesia

     

ruangan yang berbeda. Kesan dekoratif pada bangunan Panti Asuhan Vincentius

Putra terdapat pada motif hias ubin kramik dengan pola berbentuk motif daun dan

lingkaran.

Foto 3.1 Lantai Ubin Pada Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra Dengan Bermacam Warna

(Dok.: Idham Maulana, 2008)

Lantai ubin yakni berupa motif hias tumbuhan dan lingkaran pada

bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra memiliki ciri gaya art nouveau. Dalam

pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa art nouveau merupakan aliran dengan

ciri yakni penyederhanaan bentuk dari elemen-elemen floral ke dalam bentuk

abstrak, lengkungan bergelombang seperti cemeti, bentuk geometris, abstraksi

batang-batang tanaman menjalar menyatu dalam konstruksi bangunan dan lain

sabagainya. Di awal abad 20 gaya art nouveau mempengaruhi terhadap produksi

ubin kramik dengan motif hias tumbuh-tumbuhan.28Lantai ubin kramik dengan

motif yang hampir serupa dalam bukunya Heuken (2001:107) terdapat pada salah

satu rumah di Jl. Teuku Umar (Menteng). Meskipun Heuken tidak menyebutkan

secara pasti keberadaan rumah tersebut, setidaknya dapat diambil sebagai contoh

kemiripan motif lantai gaya art nouveau dengan bangunan Panti Asuhan

Vincentius Putra.

                                                            28 Pada tahun 1920-an produksi keramik hias merosot dibawah pengaruh gerakan modern yakni

dengan motif hias tumbuh-tumbuhan dari gaya art nouveau (Berman, 1997: 48).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 48: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

56 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 3.2. Lantai Ubin Dengan Motif Daun dan Lingkaran Pada Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra

(Dok.: Idham Maulana, 2008)

Foto 3.3 Ubin Hias Lantai Bergaya Art Nouveau Pada Rumah Di Jalan Teuku Umar (Heuken, 2001:107)

3.2 Dinding

Dinding merupakan pembatas rumah terhadap halaman dan juga sebagai

pembatas antara ruang di dalam rumah (Surowiyono, 1996:19). Secara umum

dinding dibedakan menjadi dua macam yaitu dinding struktural adalah dinding

yang dapat berdiri sendiri, tetap tegak/teguh, dan tidak berubah akibat beban-

beban yang bekerja pada dirinya (stabil) contohnya tembok. Kedua, dinding

nonstruktural adalah dinding yang tidak dapat menahan beban atapun dinding

yang tidak dapat berdiri sendiri sehingga agar stabil, memerlukan suatu penguatan

dan perkakuan tanpa itu akan runtuh atau berubah bentuk(Julistiono, 2003:92-93).

Pada berbagai bentuk bangunan tidak banyak rancangan secara struktural

yang dibutuhkan dinding (Ambrose, 1995:26). Dalam membangun sebuah

dinding, biasanya menggunakan batu, bata, dan bahan adukan. Pada awal mulanya

bahan adukan dibuat dengan mencampurkan kapur dan pasir dengan air. Bahan

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 49: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

57 

 

Universitas Indonesia

     

adukan disebarkan diantara bata, kemudian mengeras (Jansen, TT:45). Adukan

yang dipakai dalam pemasangan batu atau bata dimaksudkan untuk memberikan

keeratan bagi unsur-unsur yang tidak teratur.

Pemakaian bata untuk bahan bangunan dipergunakan sudah sejak lama

misalnya di Belanda, bata yang tertua berasal dari abad 13 M digunakan untuk

kastil Oude Kerk (Jansen, TT: 42). Penggunaan bata menjadi terkenal dalam

arsitektur pada akhir abad 17 M (Brunskill, 1971:46). Dari abad 17 M seterusnya

bata halus untuk ukiran dibuat, bata dicetak dengan berbagai bentuk dan ukuran

digunakan untuk vault, cerobong asap, dan detail bagian atap (Conway &

Roenisch, 1994: 88).

Di Hindia Belanda pemakaian bata untuk dinding bangunan sudah menjadi

hal yang umum.29 Bata pada masa kolonial sangat berbeda dengan bata yang

sekarang banyak dijumpai. Bata pada masa kolonial selain bentuknya lebih besar

biasanya terdapat tahun produksi dan juga inisial pabrik yang membuatnya.

Foto 3.4 Perbandingan Bata Di awal Abad ke-20 Dengan Bata Yang Dikenal Sekarang

Dok.: Idham Maulana, 2008

                                                            29 Sekitar awal masa VOC pabrik bata biasa ditemukan di sekitar kota. VOC juga telah

mengeluarkan peraturan-praturan untuk standarisasi dan modifikasi batu bata, begitu pula untuk

genting dan ubin. Pola untuk cetakan dan ukuran untuk produk standar dipajang di dinding balai

kota Batavia dan harus dipatuhi oleh setiap industri bangunan ( Nas, 2009:123).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 50: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

58 

 

Universitas Indonesia

     

3.2.1 Pemakaian Batu Alam Pada Dinding Bagian Bawah

Unsur lain yang terlihat pada dinding Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra

adalah pemakaian batu alam jenis pebble (batu koral) pada dinding bagian bawah

bangunan. Diameter pebble biasanya kurang dari 3 cm. Pebbles bisa diletakkan

diagonal sejajar, dibalut oleh batu lainnya yang dipasang selang seling antara

Pebbles dan batu jenis lain atau untuk menghindari gompel pada sudut bangunan

digunakan bata pada sisinya.

Gambar 3.4 Variasi Dari Pebbles Pada Dinding . (Brunskill, 1971:43)

Penggunaan batu alam pada dinding bagian bawah merupakan pilihan

tepat bagi rumah di daerah tropis, yakni sebagai pelindung dari tampias air hujan

(Heuken, 2001:48). Pada bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra, pemakaian

batu alam yakni jenis batu koral nampak pada dinding bagian bawah pada muka

dan sisi bangunan. Penggunaan batu alam selain memberikan makna fungsional

yakni sebagai pelindung dari tampias air hujan, juga memberikan kesan kokoh

pada bagian dasar bangunan.

Pemakaian batu alam terdapat pula pada tipe rumah tosari di daerah

Menteng. Menurut Heuken (2001:52) penamaan tipe rumah ini agar dapat

dibedakan dengan jenis rumah lainnya yang berada di daerah Menteng. Rumah

tipe tosari disebut demikian, karena rumah seperti ini banyak ditemukan di Jalan

Kusumaatmaja, yang dahulu disebut sebagai Tosari Weg /Jalan Tosari (Heuken

2001:53)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 51: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

59 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 3.6 Pemakaian Batu Alam Pada Dinding Gambar 3.5 Tipe Rumah Tosari, Menteng Bawah Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra (Heuken, 2001: 53) (Dok.: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman)

3.2.2 Muka Bangunan

Pada muka bangunan, adanya pemakaian garis batas lantai satu dan lantai

dua dengan alur dekorasi berupa garis dan bentuk panil-panil persegi berderet

secara horizontal merupakan ciri dari arsitektur bergaya renaissance. Kata

renaissance berasal dari bahasa Perancis yang artinya “kelahiran kembali”.

Renaissance adalah aliran yang pada dasarnya ingin menghidupkan kembali

kebudayaan zaman Yunani dan Romawi. Arsitektur renaissance ditandai dengan

perubahan mendasar di Eropa pada abad XV hingga XVI. Arsitektur gaya ini

mendasarkan pada horizontalisme, ciri lainnya yakni denah bangunan sangat

terikat pada dalil-dalil yang sistematik seperti keharusan berbentuk simetris, jelas

dan teratur.

Foto 3.7 Garis Batas Lantai 1 dan lantai 2 Foto 3.8 Bangunan Bergaya Renaissance Pada Muka bangunan Vincentius Putra (Sumalyo, 2003:250) (Dok.: Idham maulana, 2008)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 52: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

60 

 

Universitas Indonesia

     

3.2.3 Pemakaian Galeri/Gang

Pada beberapa bangunan kolonial Hindia Belanda, terdapat pemakaian

galeri/gang mengelilingi ruang-ruang pada bagian luar (Sumalyo, 1995:225).

Bagian bangunan ini mempunyai fungsi ganda sebagai penghubung ruang dan

perlindungan terhadap sinar matahari langsung serta air hujan.30 Apabila jendela

ruangan yang menghadap galeri dibuka, matahari tidak secara langsung mengenai

dalam ruangan dan juga terhindar dari tampian air hujan. Akibat adanya galeri

tersebut maka tepi bangunannya dikelilingi oleh barisan kolom yang menunjang

atapnya (Handinoto, 1996:173). Pada bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra

bagian yang menunjang atap galeri berupa tiang pesegi panjang dan tiang terbuat

dari balok kayu.

Foto 3.9 Galeri Sisi Kiri (Barat Laut) Bangunan Panti Asuhan Vincentius Puatra (Dok.: Idham Maulana, 2008)

Foto 3.10: Galeri Pada Kantor NIS Tegal Dilengkapi Dengan Tiang Yang Menopang Atapnya (Sumalyo, 1995:22)

                                                            30 Hujan dan matahari diantisipasi dengan membuat galeri sepanjang bangunan, sehingga kalau jendela-jendela ruangan dibuka maka ruang tesebut akan terlindung dari sinar matahari langsung maupun tampias air hujan (Handinoto, 1996:173).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 53: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

61 

 

Universitas Indonesia

     

3.2.4 Pintu

Pintu didefinisikan sebagai bagian dinding yang terbuka, jalan dari satu

ruang ke ruang yang lain, dan bagian dari dinding yang bergerak (Julistiono,

2003:64). Pada umumnya pintu terdiri dari kusen, daun pintu, dan ventilasi

ataupun fanlight. Pintu bangunan kolonial pada umumnya terlihat besar dan

kokoh terbuat dari papan kayu terkadang memiliki bingkai kaca ataupun berjalusi.

Pada bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra terdapat pintu yang memiliki

kemiripan dengan jenis pintu bungalow.

Foto 3.11 Pintu Masuk Utama Gambar 3.6 Pintu bungalow Dok.:Idham Maulana, 2008 (Bucher, 1996:73) Pintu Bungalow adalah suatu bentuk pintu yang dirancang dengan kaca

terletak di atas dari bagian daun pintu, biasanya kaca terbagi dua atau tiga

memanjang horizontal membentuk panil-panil atau bingkai kaca yang memanjang

vertikal (Harris, 1993:73). Bungalow dipengaruhi oleh seluruh gerakan arsitektur

yang berkembang pada masanya dari Art & Craft Quen Anne, gaya kolonial

Inggris dan bahkan modenisme.31 Pertama kali, gaya Bungalow disebut juga

                                                            31 Gaya Bungalow berkembang di Amerika sejak tahun 1880 sampai dengan 1930-an. Di Amerika Serikat Bungalow pertama kalinya terdapat di California kemudian menyebar hampir di seluruh kota di Amerika (Winter & Alexander Vertikoof, 1996:31). Di Asia Tenggara Bungalow dibawa oleh Inggris di daerah koloninya Malaysia dan Singapura. Seperti di Malaka, Inggris terkadang mengadopsi dan beradaptasi pada arsitektur tradisional setempat sehingga membentuk apa yang disebut sebagai Colonial Bungalow (Inglis, 1997:29). Di Indonesia, Inggris berkuasa kurang lebih selama 4 tahun yakni diantara 1811-1815 M. Selama masa pemerintahan yang singkat itu tidak banyak ataupun tidak begitu mempengaruhi terhadap bentuk arsitektur di Hindia Belanda. Tahun 1800 sampai dengan tahun 1902 menurut Handinoto (1996:130) yang juga bersumber pada Helen Jessup (1984:2) di Hindia Belanda berkembang bangunan yang berkesan megah dengan pemakaian-elemen-elemen klasik. Kemudian bentuk ini dikenal sebagai gaya Empire style.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 54: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

62 

 

Universitas Indonesia

     

sebagai Quen Anne cottage sebuah nama yang diberikan untuk gaya rumah

pedesaan di Inggris dengan detail Klasik abad pertengahan (Winter & Alexander

Vertikoof, 1996:31).

3.2.5 Jendela

Jendela adalah pembuka pada dinding bagian luar untuk menerima sinar

dan udara, khas dengan bingkai kaca yang dapat dibuka (Bucher, 1996:531).

Jendela diperlukan untuk lubang cahaya agar sinar matahari dapat secara langsung

menyinari ruangan dan juga diperlukan sebagai lubang ventilasi untuk pertukaran

udara di dalam ruangan (Surowiyono, 1996:19). Bentuk jendela pada bangunan

ini ada yang memiliki kemiripan dengan bentuk jendela di Belanda pada akhir

abad 18 dan abad 19 M, jendela ini disebut sebagai jendela Empire Venster.

Foto 3.12 Jendela pada bangunan Panti Asuhan Gambar 3.7 Bentuk Jendela Di Belanda Vincentius Putra Akhir Abad 18 dan Abad 19 (Dok.: Idham Maulana, 2008) (Koch, 1988:36)

3.2.6 Tritisan

Pemakaian tritisan pada bangunan ini, dikarenakan bentuk atap bangunan

ini yang tidak terlalu lebar, sehingga dibutuhkannya tritisan (overstek) yang

dipasang pada bagian muka dan sisi bangunan sebagai pelindung terhadap

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 55: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

63 

 

Universitas Indonesia

     

teriknya sinar matahari.32 Tritisan yang terletak diatas jendela pada muka

bangunan juga merupakan suatu antisipasi untuk mencegah masuknya air hujan

yang terbawa angin mengenai langsung jendela. Pemakaian tritisan dapat

ditemukan pada beberapa bangunan di awal abad ke-20, sebagai contoh yakni

pada bangunan Gereja Koinonia, Jakarta. Pemakaian tritisan juga dapat ditemukan

pada beberapa karya Biro Hulswit & Cuypers sebagai contoh di Batavia yakni

gedung Shanghai Hongkong Bangking yang dibangun empat tahun sebelum

bangunan Vincentius Putra berdiri. Foto 3.13 Tritisan Pada Muka Panti Asuhan Foto 3.14 Tritisan Pada Muka Gereja Koinonia Vincentius Putra Batavia Dok.: Idham Maulana, 2008 Dok. : Rinno Widianto 2008  

Foto 3.15 Gedung Hongkong and Shanghai Bangking Corporation Batavia (Sumalyo, 1995:175)

                                                            32 Tritisan (Overstek) yang cukup lebar sering diterapkan pada rumah-rumah tinggal. Bentuk

rumah dengan tritisan sebagai pelindung dinding/struktur bangunan dari panas matahari dan hujan

(Surowiyono, 1996:28).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 56: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

64 

 

Universitas Indonesia

     

3.2.7 Tangga

Tangga merupakan unsur desain dan fungsional yang penting di dalam

rumah yang mempunyai lebih dari satu tingkat (Francis & Miller, 1983:125). Pada

bangunan Eropa, tangga bisa mempunyai bentuk dan cara pemakaian yang

berbeda serta dilengkapi dengan Balustrade33. Pada bangunan kolonial di Hindia

Belanda, tangga menjadi elemen yang umum dijumpai pada berbagai bangunan

yang memiliki minimal dua lantai. Tangga bisa ditempelkan didinding atau berdiri

bebas sebagai pembatas ruangan. Adapun tangga pada bangunan ini menempel

pada dinding berbentuk huruf U.

Foto 3.16 Tangga Dengan Balustrade (Dok.: Idham Maulana, 2008

3.2.8 Tiang Kolom

Unsur Klasik Eropa lainnya pada bangunan ini yakni dengan adanya

pemakaian kolom yang terdapat pada lantai 2 terletak menempel pada (fasade)

muka bangunan. Kolom atau column merupakan sebuah bentuk silinder tegak

secara vertikal, element ini secara struktur mendukung bagian dari sebuah

bangunan (Bucher, 1996:87). Kolom sendiri merupakan bagian dari order. Dalam

arsitektur klasik, order adalah sebuah gaya dari kolom dengan entablature secara

teliti memiliki standarisasi, sebagai contoh order Yunani meliputi doric, ionic dan

corinthian; order Romawi yakni dengan adanya penambahan Tuscan dan

Composite (Harris, 1993:574)

                                                            33 Balustrade adalah sistem pegangan tangan dan pembatas pada tangga, terras, balkon dan lain-lain ( Sumalyo,2003:540). 

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 57: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

65 

 

Universitas Indonesia

     

Gambar 3.8 Tipe order Doric, Ionic, Corinthian, Tuscan, Roman Doric dan Composite. (Conway & Roenich, 1997:144-145)

Adapun dari sekian macam bentuk order tersebut, tampaknya kolom pada

bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra ini, memiliki kemiripan dengan jenis

order Tuscan. Tipe order Tuscan merupakan bentuk yang paling sederhana dari

keseluruhan tipe order yang ada. Order Tuscan hanya digunakan dalam arsitektur

klasik Romawi dan dianggap sebagai variasi gaya Romawi dari order doric

(Parker, 1989:117).

Foto 3.17 Kolom Pada Muka Bangunan di Lantai 2 (Sumber: Idham Maulana, 2008)

Tipe order doric sendiri memliki ciri capital (kepala) sederhana tanpa

hiasan, tiangnya agak kokoh dan pendek serta tanpa adanya bagian dasar.

Sedangkan order tuscan bagian capital (kepala) terdiri dari abacus (berbentuk

persegi), echinus (pelipit berbentuk seperempat lingkaran) dan sebuah fillet

(bagian rata yang sempit befungsi untuk memisahkan). Tiangnya polos tidak

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 58: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

66 

 

Universitas Indonesia

     

berhias, memiliki bagian dasar terdiri dari plinth (berbentuk persegi) diatasnya

terdapat sebuah torus (pelipit setengah lingkaran) dan sebuah fillet. Pada bagian

bawah base (dasar) order ini terdapat pedestal (lapik/alas/tumpuan).

3.2.9 Tiang Besi

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai muncul bahan bangunan

baru yang digunakan untuk bangunan, yakni penggunaan besi cor sebagai

pengganti kolom batu. Besi cor bentuknya lebih langsing bila dibandingkan

dengan kolom batu yang bentuknya lebih bongsor (Handinoto 1996:144).

Meskipun terdapat pemakaian tiang dari besi pada beberapa bangunan, tiang

kolom dari batu masih digunakan pada bangunan kolonial lainnya. Pada bangunan

Panti asuhan Vincentius Putra pemakaian tiang besi terletak pada lantai 2 ruang

35. Tiang ini berbentuk tinggi langsing tanpa adanya hiasan berjumlah 12 tiang.

Foto 3. 18 Tiang Besi Pada Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra (Dok.: Idham Maulana, 2008)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 59: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

67 

 

Universitas Indonesia

     

Foto 3.19 Tiang Besi Pada Rumah Residen van West Java Sekarang Menjadi Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta (Heuken, 2008: 127)

3.3 Atap Bangunan

Atap merupakan bagian atas dari bangunan yang berguna sebagai naungan

terhadap panas maupun jatuhnya air hujan. Di Eropa terdapat beberapa atap yang

dikenal secara umum diantaranya; atap gable, hip, gambrel, dan manshard. Atap

gable adalah suatu atap yang teratur meninggi lurus dan berbentuk seperti huruf V

terbalik memenuhi kemiringan atap (Conway & Roenisch, 1994: 83).

Gambar 3.9 Jenis Atap Tradisional (Eropa)

(Weidhaas, 1984:187)

Atap hip adalah suatu atap yang konstruksinya lebih rumit bila

dibandingkan dengan atap gable, tetapi biasanya digunakan dengan puncak atap

yang rendah pada rumah yang tidak bertingkat (Weidhaas, 1984:187). Atap

gambrel merupakan suatu bentuk atap yang bercirikan oleh sepasang bubungan

landai diatas sebuah pijakan landai juga pada setiap sisi dari pusat bubungan atap

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 60: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

68 

 

Universitas Indonesia

     

(Bucher, 1996,1984:203). Atap mansard adalah dua bubungan atap dengan

langkah/tingkatan rendah, nama jenis atap ini diberikan oleh arsitek asal Prancis

Francois mansart (1598-1666) (Bucher, 1996: 281).

Gambar 3.10 Tampak Depan Atap Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra (Dok: Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman DKI Jakarta, Telah Diolah Kembali)

Pada bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra, bentuk atapnya memiliki

kemiripan dengan jenis atap hip. Atap jenis ini memiliki kompenen seperti ridge

board (papan bubungan), common rafters (kasok biasa), hip rafters (kasok

pinggul), dan jack rafter (kasok dongkrak). Pada umumnya memiliki kemiringan

45 derajat. Elemen yang melekat pada atap bangunan ini yakni adanya dormer

dan cerobong asap semu.

Gambar 3.11 Komponen dari Atap Hip ( http://www.oas.org/CDMP/document/codedraw/sectna1.htm Diakses Bulan Mei 2009)

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 61: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

69 

 

Universitas Indonesia

     

Bentuk jenis atap hip ini pada arsitektur Jawa dikenal juga sebagai atap

limasan. Bentuk limasan mempunyai denah empat persegi panjang, dengan empat

bidang atap, yakni dua bidang berbentuk segitiga sama kaki yang disebut”kejen”

atau “cocor”, sedang dua bidang lainnya berbentuk jajar genjang sama sisi yang

disebut”brunjung”(Budihardjo, 1986:50). Agaknya atap hip dan limasan memiliki

kemiripan dalam segi bentuk, meskipun demikian adanya pemakaian domer pada

atap bangunan ini lebih memiliki kesamaan dengan atap yang terdapat di Eropa.

Brunjung

                                                                                                      Kejen 

Gambar 3.12 Bentuk Atap Limasan (Budihardjo, 1986:58)

3.3.1 Cerobong Asap Semu

Cerobong asap menjadi pelengkap yang penting pada penyelesaian dari

atap bangunan klasik Eropa (Janse,TT:84). Sebuah cerobong asap dapat

diletakkan pada bubungan atap, pada sisi bagian atap atau bagian ujung dari atap

hip (Brunskill, 1971: 90). Pemakaian cerobong asap di Eropa secara fungsional

untuk menyalurkan asap pembakaran dari perapian/fireplace. Sedangkan di

Hindia Belanda cerobong asap tampaknya akan kurang dibutuhkan dan

mengalami perubahan bentuk, digantikan dengan cerobong asap semu sebagai

bentuk pelengkap dekoratif pada atap bangunan.34

                                                            34 Di Hindia Belanda cerobong asap yang menjulang tinggi di negeri Belanda, digantikan menjadi ”cerobong asap semu” yang berukuran pendek, atau diwujudkan dengan hiasan batu berukir ragam hias bunga (Soekiman, 2000:271).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 62: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

70 

 

Universitas Indonesia

     

Pemakaian terhadap cerobong asap semu pada bangunan Panti Asuhan

Vincentius Putra dapat juga dijumpai pada berbagai bangunan dari karya Hulswit

& Cuyper di awal abad 20 misalnya Javasche Bank Batavia, Javasche Bank

Bandung, kantor lama HVA (Handelsvereniging Amsterdam) Surabaya dan

lainnya dengan bentuk yang bervariasi tetapi memiliki keletakan yang sama yakni

di kedua ujung bumbungan atap.

Gambar 3.13 Cerobong Asap Semu Gambar 3.14. Cerobong Asap Semu Javacshe Panti Asuhan Vincentius Putra Bank Bandung dan Batavia (Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, (Sumalyo, 1995:152-166) Telah Diolah Kembali)

3.3.2 Penutup Atap

Penutup atap sangatlah penting, karena fungsinya melindungi bangunan

dan penghuninya dari teriknya matahari dan hujan. Atap sangat mutlak harus

bebas dari segala kebocoran, oleh karena itu penutup atap harus bebas dari bentuk

yang berliku-liku yang dapat mengundang kebocoran.

Bentuk dan bahan penutup atap sangat beragam, di Eropa sendiri dikenal

beberapa jenis bahan penutup atap seperti thatch, slate, stone flage, plain tiles,

dan pantile. Thatch secara prinsipnya material ini menggunakan jerami/merang

gandum (Brunskill, 1971:80). Thatch adalah material yang relatif mudah tidak

perlu membutuhkan sebuah konstruksi atap khusus dan dapat digunakan dengan

material dinding seadanya.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 63: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

71 

 

Universitas Indonesia

     

Gambar 3.15 Jenis Penutup Atap di Eropa (Brunskill, 1971:81-89)

Slate adalah batuan metamorphic dapat digunakan juga sebagai lantai.

Slate sangat populer karena daya tahannya terhadap api dan sangat estetis, karena

slate tersedia dengan berbagai macam warna (merah, hijau, dan biru)

menjadikannya material yang efektif untuk pola dekoratif.

Stone flage pada dasarnya adalah batu pasir yang dibuat tipis dengan

tekstur halus, biasanya dipasang pada derajat yang rendah sekitar 30 derajat. Pada

salah satu sisi dari Stone Flage berbentuk setengah lingkaran dan diberi lubang.

Adanya lubang tersebut berfungsi sebagai pengait yang dalam pemasangannya

dipaku pada konstruksi atap bertujuan sebagai penguat agar tidak jatuh.

Plain tiles terbuat dari tanah liat berbentuk datar cenderung agak

cembung. Pada tepi sisi bagian dalamnya terdapat dua buah tonjolan yang

berfungsi sebagai pengait. Penutup atap jenis ini biasanya dipasang pada derajat

diantara 45 dan 60 derajat. Pantiles memiliki kesamaan dengan plain tiles pada

bahan dan pembuatannya. Perbedaan yang terlihat yaitu pada bentuk dan

ukurannya. Pada pantiles bentuk penampang sampingnya seperti huruf S dan pada

umumnya memiliki ukuran dengan panjang 13 ½ cm dan lebarnya 9 ½ cm.

Pantiles dapat diletakkan antara 30 sampai 35 derajat (Brunskill, 1971:88).

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009

Page 64: BAB 2 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN PANTI … dan... · Gaya neo-klasik di Batavia agak ... gaya klasik pada bangunan di awal abad 20 yakni ... Art deco merujuk pada suatu gerakan

72 

 

Universitas Indonesia

     

Penutup atap jenis pantiles atau yang lebih dikenal sebagai genteng

banyak dijumpai pada bangunan kolonial di Batavia termasuk juga pada bangunan

Panti Asuhan Vincentius Putra. Keberadaan jenis ini pun berkembang di Belanda.

Pada akhir abad 17 Inggris mengimpor pantiles dari Holland (Brunskill, 1971:88).

Bila dibandingkan dengan keempat jenis lainnya, agaknya jenis ini lebih populer

dan mempunyai kelebihan dari keempat jenis tersebut, yakni dengan penampang

samping berbentuk huruf S sehingga antar sisi genteng saling mengait,

memungkinkan tidak adanya celah untuk masuknya air hujan. Menurut

Budihardjo (1983:80) penutup atap dari genteng sangat baik sekali dan dapat

bertahan ratusan tahun bila kualitas genteng itu dibuat dari tanah liat tanpa

adanya campuran semen, karena semen dapat membuat keretakan-keretakan halus

yang berakibat genteng tidak tahan lama.

Bentuk dan..., Idham Maulana, FIB UI, 2009