Bab 2 Proposal
-
Upload
riniriandini -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
Transcript of Bab 2 Proposal
9
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
1. Katagori Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna
atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat
stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus
ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang
yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari
ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau
anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan
tidak dapat ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
10
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau
anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi
perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan
mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari
aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau
komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi
tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik
sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang
hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan
yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang
keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara
permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki
tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal
11
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan,
pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai
pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon
berbeda tentang kematian.
2. Rentang Respon Kehilangan
Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
1. Denial ( Mengingkari )
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan
mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak
mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,
akan terus menerus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah,
pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis
gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi tersebut diatas cepat berakhir
dalam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.
2. Anger ( Marah )
12
Sadar kenyataan kehilangan Proyeksi pada org sekitar tertentu, diri sendiri
dan obyek Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat
yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang
tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan , dan
menuduh dokter dan perawat yang tidak becus. Respon fisik yang sering
terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan mengepal.
3. Bergaining ( Tawar Menawar )
Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
sensitif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau
saja kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”. Apabila
proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai
berikut sering dijumpai “kalau yang sakit bukan anak saya”.
4. Depression ( Bersedih yang mendalam)
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan,
13
perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah
menolak makanan, ,susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Acceptance (menerima)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu
terpusat kepada objek atau orang lain akan mulai berkurang, atau hilang,
individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya, gambaran
objek atau orang lain yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatian beralih pada objek yang baru. Fase menerima ini biasanya
dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya betul-betul menyayangi baju
saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga”, atau “apa yang dapat
saya lakukan supaya saya cepat sembuh”.
Apabila individu sudah dapat memulai fase-fase tersebut dan masuk
pada fase damai atau fase penerimaan maka dia akan dapat mengakhiri
proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Tapi
apabila individu tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada
fase penerimaan, jika mengalami kehilangan lagi maka akan sulit baginya
masuk pada fase penerimaan.
Reorganisasi rasa kehilangan, dapat merima kenyataan kehilangan,
sudah dapat lepas pd obyek yg hilang beralih ke obyek baru “apa yang
dapat saya lakukan”.
14
B. Konsep Gagal Ginjal Kronis
1) Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun.
(Price, 1992; 812)
Gagal Ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis
yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif, dan cukup lanjut.Hal ini terjadi apabila laju
filtrasi glomelular (LFG) kurang dari 50 mL/menit.Gagal ginjal
kronik sesuai dengan tahapannya, dapat ringan, sedang atau
berat.Gagal ginjal tahap akhir (end stage) adalah tingkat ginjal yang
dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi
pengganti.Insufisiensi ginjal kronik adalah penurunan faal ginjal
yang menahun tetapi lebih ringan dari GGK.(Smeltzer,Bare.2002).
2) Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu:
15
1. Penyebab pre-renal: berupa gangguan aliran darah kearah ginjal
sehingga ginjal kekurangan suplai darah sehingga menyebabkan
kurang oksigen dengan akibat lebih lanjut jaringan ginjal
mengalami kerusakan, misal: volume darah berkurang karena
dehidrasi berat atau kehilangan darah dalam jumlah besar,
berkurangnya daya pompa jantung, dan adanya sumbatan atau
hambatan aliran darah pada arteri besar yang kearah ginjal.
2. Penyebab renal: berupa gangguan atau kerusakan yang mengenai
jaringan ginjal sendiri, misal: kerusakan akibat penyakit
diabetes mellitus (diabetic nephropathy), hipertensi (hypertensive
nephropathy), penyakit sistem kekebalan tubuh seperti SLE
(Systemic Lupus Erythematosus), peradangan, keracunan obat, kista
dalam ginjal, dan berbagai gangguan aliran darah didalam
ginjal yang merusak jaringan ginjal. Dari data sampai saat ini dapat
dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun
2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut
glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%)
dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008).
3. Penyebab post renal: berupa gangguan atau hambatan aliran keluar
(output) urin sehingga terjadi aliran balik urin kearah ginjal yang
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, misal: akibat adanya
sumbatan atau penyempitan pada saluran pengeluaran urin antara
ginjal sampai ujung saluran kencing, contoh: adanya batu pada
ureter sampai uretra, penyempitan akibat saluran tertekuk,
16
penyempitan akibat pembesaran kelenjar prostat, tumor, dan
sebagainya.
3) Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental,
berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin
juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas
sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif
dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis
(akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
4) Penatalaksanaan
17
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungi ginjal
dan homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada
gagal ginjal tahap akhir dan faktor yang dipulihkan (mis., obstruksi)
diidentifikasi dan ditangani (Smeltzer,Bare.2002).
Menurut Smeltzer,Bare.2002; komplikasi potensial gagal ginjal
kronis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan
mencakup:
1. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme, dan masukan diet berlebih. Dapat dicegah dengan
penanganan dialisis yang adekuat serta pengambilan kalium dan
pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium pada setiap
medikasi.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tempinade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin-angiostenin-aldosteron.
4. Anemia (hemokrit <30%) akibat penurunan eritropoetin, penurunan
rentang usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi
oleh toksin dan kehilangan selama hemodialisis. Pada pasien GGK
ditangani Epogen (eritropoetin manusia rekombinan). Epogen
diberikan tiga kali seminggu dalam waktu 2-6 minggu (sampai
hemokrit naik menjadi 33-38%). Epogen tidak diindikasikan untuk
pasien yang memerlukan koreksi anemia dengan segera. Efek samping
Epogen mencakup hipertensi (terutama selama tahap awal
18
penanganan), peningkatan bekuan pada tempat akses vaskuler, kejang
dan penipisan cadangan besi tubuh.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan
peningkatan kadar alumunium.
Komplikasi dapat dicegah atau dihambat dengan pemberian
antihipertensif, eritropoetin, suplemen besi, agen pengikat fosfat, dan
suplemen kalsium. Pasien juga perlu mendapatkan penanganan dialisis
yang adekuat untuk menurunkan kadar produk sampah uremik dalam
darah (Smeltzer,Bare.2002).
Intervensi diet juga perlu pada gangguan fungsi renal dan mencakup
pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan
untuk mengganti cairan yang hilang dan pembatasan kalium. Pada saat
yang sama, masukan kalori yang adekuat dan suplemwen vitamin
harus dianjurkan. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam
organik (hasil pemecahan makanan dan jaringan) akan menumpuk
secara cepat dengan darah jika terjadi gangguan pada klirens renal.
Cairan yang diperbolehkan 500-600 ml untuk 24 jam. Karbohidrat dan
lemak diperlukan untuk mencegah kelemahan. Konsumsi vitamin juga
dibutuhkan (Smeltzer,Bare.2002).
Pengkajian klinik menentukan:
1. Jenis penyakit ginjaladanya penyakit penyerta
2. Derajat penurunan fungsi ginjal
19
3. Komplikasi akibat penurunan fungsiginjal
4. Faktor risiko untuk penurunan fungsi ginjal
5. Faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular
(Rindiastuti, Yuyun.2008).
Penatalaksanaan meliputi:
a. Terapi penyakit ginjal
b. Pengobatan penyakit penyerta
c. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
d. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi
ginjal
f. Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi
(Rindiastuti, Yuyun.2008).
Jika timbul gejala dan tanda uremia stadium dini penyakit ginjal kronik
dapat dideteksi dengan:
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pengukuran kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan penghitungan
laju filtrasi glomerulus dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal.
c. Pemeriksaan ekskresi albumin dalam urin dapat mengidentifikasi pada
sebagian pasien adanya kerusakan ginjal.
(Rindiastuti, Yuyun.2008)
20
Sebagian besar individu dengan stadium dini penyakit ginjal kronik
terutama dinegara berkembang tidak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan
ginjal sangat penting untuk dapat memberikan pengobatan segera, sebelum
terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut. Pemeriksaan skrinning pada
individu asimtomatik yang menyandang faktor risiko dapat membantu
deteksi dini penyakit ginjal kronik. Pemeriksaan skrinning seperti
pemeriksaan kadar kreatinin serum dan ekskresi albumin dalam urin
dianjurkan untuk individu yang menyandang faktorrisiko penyakit ginjal
kronik, yaitu pada:
a. Pasien dengan diebetes melitus atau hioertensi
b. Individu dengan obesitas atau perokok
c. Individu berumur lebih dari 50 tahun
d. Individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi,
danpenyakit ginjal dalam keluarga.
(Rindiastuti, Yuyun.2008).
A. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini yang dijadikan kerangka teori adalah teori
Rentang Respon kehilangan menurut elisabeth Kubler Ross. Rentang Respon
kehilangan dibagi pada 5 tahapan oleh kubler Ross yaitu yang pertama Denial
atau penolakan, yang ke dua Anger atau Marah, yang ketika bargaining atau
tawar-menawar yang ke empat depression atau depresi, yang terakhir adalah
acceptance atau penerimaan.
21
Bagan 2.1 Kerangka Teori Elisabeth Kubler Ross
B. Kerangka Pikir
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001)
Pasien dengan penyakit GGK akan melibatkan berbagai
kehilangan, Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007,
Kehilangan adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami
oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah
Rentang Respon Kehilangan
Tipe Kehilangan
Katagori Kehilangan
Kehilangan
22
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: yang pertama Aktual atau
nyata tipe kehilangan ini mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai. Yang
kedua Persepsi yaitu hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat
dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK,
menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
Kehilangan pun dibagi pada 5 katagori kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
c. Kehilangan objek eksternal
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Klien pada GGK merasakan respon kehilangan yang cukup berat
dengan tahap penerimaan yang berbeda-beda tergantung mekanisme
koping sebagai pertahanan melawan respon kehilangan.
Pada saat pasien divonis mengalami gagal ginjal kronis, pasien
mengalami kehilangan yang nyata (loss actual), yaitu kehilangan
kesehatan. setiap individu akan berespon terhadap situasi kehilangan.
Kulbler-rose membagi respon berduka/kehilangan dalam lima fase, yaitu :
pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan (Kublier-
rose,1969)
23
Banyak penyebab pasien gagal ginjal kronik tidak berada pada
rentang respon acceptance (menerima) salah satunya yaitu mekanisme
koping yang tidak efektif yang berhubungan dengan fase-fase kehilangan
yang dialami setiap individu hal ini berdampak secara psikologis maupun
fisiologis yang mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit atau
komplikasi penyakit.
Setelah mengetahui rentang respon kehilangan pada pasien gagal
ginjal kronik maka petugas kesehatan seperti perawat dapat melakukan
asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan rentang respon
kehilangannya.
Untuk lebih jelas di bawah ini digambarkan bagan kerangka teori
sebagai berikut :
Tipe KehilanganAktual dan NyataPersepsi
Rentang Respon Kehilangan1. Denial ( Mengingkari )2. Anger ( Marah )3. Bergaining ( Tawar Menawar )4. Depression ( Bersedih yang mendalam) 5. Acceptance (menerima)
KEHILANGAN
Katagori KehilanganKehilangan seseorang seseorang yang dicintaiKehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)Kehilangan re
Tipe KehilanganAktual dan NyataPersepsi
Rentang Respon Kehilangan1. Denial ( Mengingkari )2. Anger ( Marah )3. Bergaining ( Tawar Menawar )4. Depression ( Bersedih yang mendalam) 5. Acceptance (menerima)
kEHILANGAN
Katagori KehilanganKehilangan seseorang seseorang yang dicintaiKehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)Kehilangan objek eksternalKehilangan kehidupan/ meninggal
Tipe KehilanganAktual dan NyataPersepsi
Rentang Respon Kehilangan1. Denial ( Mengingkari )2. Anger ( Marah )3. Bergaining ( Tawar Menawar )4. Depression ( Bersedih yang mendalam) 5. Acceptance (menerima)
kEHILANGAN
Katagori KehilanganKehilangan seseorang seseorang yang dicintaiKehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)Kehilangan objek eksternalKehilangan kehidupan/ meninggal
24
Bagan 2.2 Kerangka Pikir Penelitian
25
Keterangan :
Diteliti
Tidak Diteliti