Bab 2 Proposal

25
9 Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai. 2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun. 1. Katagori Kehilangan Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu: a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman,

Transcript of Bab 2 Proposal

Page 1: Bab 2 Proposal

9

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,

kematian orang yang sangat berarti / di cintai.

2. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,

misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan

perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

1. Katagori Kehilangan

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

a. Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna

atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat

stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus

ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang

yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari

ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau

anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan

tidak dapat ditutupi.

b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Page 2: Bab 2 Proposal

10

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau

anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi

perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan

mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari

aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau

komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang

misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi

tubuh.

c. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik

sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.

Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang

hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan

yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang

keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara

permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki

tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

e. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Page 3: Bab 2 Proposal

11

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan,

pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai

pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon

berbeda tentang kematian.

2. Rentang Respon Kehilangan

Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:

1. Denial ( Mengingkari )

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak

percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan

mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak

mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,

akan terus menerus mencari informasi tambahan.

Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah,

pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis

gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi tersebut diatas cepat berakhir

dalam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.

2. Anger ( Marah )

Page 4: Bab 2 Proposal

12

Sadar kenyataan kehilangan Proyeksi pada org sekitar tertentu, diri sendiri

dan obyek Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan

terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat

yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang

tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri. Tidak jarang ia

menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan , dan

menuduh dokter dan perawat yang tidak becus. Respon fisik yang sering

terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah

tidur, tangan mengepal. 

3. Bergaining ( Tawar Menawar )

Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara

sensitif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon

kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau

saja kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”. Apabila

proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai

berikut sering dijumpai “kalau yang sakit bukan anak saya”.

4. Depression ( Bersedih yang mendalam) 

Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,

tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat

baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan,

Page 5: Bab 2 Proposal

13

perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah

menolak makanan, ,susah tidur, letih, dorongan libido menurun. 

5. Acceptance (menerima)

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu

terpusat kepada objek atau orang lain akan mulai berkurang, atau hilang,

individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya, gambaran

objek atau orang lain yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap

perhatian beralih pada objek yang baru. Fase menerima ini biasanya

dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya betul-betul menyayangi baju

saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga”, atau “apa yang dapat

saya lakukan supaya saya cepat sembuh”.

Apabila individu sudah dapat memulai fase-fase tersebut dan masuk

pada fase damai atau fase penerimaan maka dia akan dapat mengakhiri

proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Tapi

apabila individu tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada

fase penerimaan, jika mengalami kehilangan lagi maka akan sulit baginya

masuk pada fase penerimaan.

Reorganisasi rasa kehilangan, dapat merima kenyataan kehilangan,

sudah dapat lepas pd obyek yg hilang beralih ke obyek baru “apa yang

dapat saya lakukan”.

Page 6: Bab 2 Proposal

14

B. Konsep Gagal Ginjal Kronis

1) Pengertian

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)

merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible

dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan

uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

(Brunner & Suddarth, 2001; 1448)

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal

yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun.

(Price, 1992; 812)

Gagal Ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis

yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,

berlangsung progresif, dan cukup lanjut.Hal ini terjadi apabila laju

filtrasi glomelular (LFG) kurang dari 50 mL/menit.Gagal ginjal

kronik sesuai dengan tahapannya, dapat ringan, sedang atau

berat.Gagal ginjal tahap akhir (end stage) adalah tingkat ginjal yang

dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi

pengganti.Insufisiensi ginjal kronik adalah penurunan faal ginjal

yang menahun tetapi lebih ringan dari GGK.(Smeltzer,Bare.2002).

2) Etiologi

Penyebab gagal ginjal kronik dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu:

Page 7: Bab 2 Proposal

15

1. Penyebab pre-renal: berupa gangguan aliran darah kearah ginjal

sehingga ginjal kekurangan suplai darah sehingga menyebabkan

kurang oksigen dengan akibat lebih lanjut jaringan ginjal

mengalami kerusakan, misal: volume darah berkurang karena

dehidrasi berat atau kehilangan darah dalam jumlah besar,

berkurangnya daya pompa jantung, dan adanya sumbatan atau

hambatan aliran darah pada arteri besar yang kearah ginjal.

2. Penyebab renal: berupa gangguan atau kerusakan yang mengenai

jaringan ginjal sendiri, misal: kerusakan akibat penyakit

diabetes mellitus (diabetic nephropathy), hipertensi (hypertensive

nephropathy), penyakit sistem kekebalan tubuh seperti SLE

(Systemic Lupus Erythematosus), peradangan, keracunan obat, kista

dalam ginjal, dan berbagai gangguan aliran darah didalam

ginjal yang merusak jaringan ginjal. Dari data sampai saat ini dapat

dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun

2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut

glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%)

dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008).

3. Penyebab post renal: berupa gangguan atau hambatan aliran keluar

(output) urin sehingga terjadi aliran balik urin kearah ginjal yang

dapat menyebabkan kerusakan ginjal, misal: akibat adanya

sumbatan atau penyempitan pada  saluran pengeluaran urin antara

ginjal sampai ujung saluran kencing, contoh: adanya batu pada

ureter sampai uretra, penyempitan akibat saluran tertekuk,

Page 8: Bab 2 Proposal

16

penyempitan akibat pembesaran kelenjar prostat, tumor, dan

sebagainya.

3) Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental,

berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas

dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem

yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin

juga sangat parah.

2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :

hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas

sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif

dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis

(akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,

anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,

perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

4) Penatalaksanaan

Page 9: Bab 2 Proposal

17

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungi ginjal

dan homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada

gagal ginjal tahap akhir dan faktor yang dipulihkan (mis., obstruksi)

diidentifikasi dan ditangani (Smeltzer,Bare.2002).

Menurut Smeltzer,Bare.2002; komplikasi potensial gagal ginjal

kronis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan

mencakup:

1. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,

katabolisme, dan masukan diet berlebih. Dapat dicegah dengan

penanganan dialisis yang adekuat serta pengambilan kalium dan

pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium pada setiap

medikasi.

2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tempinade jantung akibat retensi

produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

renin-angiostenin-aldosteron.

4. Anemia (hemokrit <30%) akibat penurunan eritropoetin, penurunan

rentang usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi

oleh toksin dan kehilangan selama hemodialisis. Pada pasien GGK

ditangani Epogen (eritropoetin manusia rekombinan). Epogen

diberikan tiga kali seminggu dalam waktu 2-6 minggu (sampai

hemokrit naik menjadi 33-38%). Epogen tidak diindikasikan untuk

pasien yang memerlukan koreksi anemia dengan segera. Efek samping

Epogen mencakup hipertensi (terutama selama tahap awal

Page 10: Bab 2 Proposal

18

penanganan), peningkatan bekuan pada tempat akses vaskuler, kejang

dan penipisan cadangan besi tubuh.

5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar

kalium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan

peningkatan kadar alumunium.

Komplikasi dapat dicegah atau dihambat dengan pemberian

antihipertensif, eritropoetin, suplemen besi, agen pengikat fosfat, dan

suplemen kalsium. Pasien juga perlu mendapatkan penanganan dialisis

yang adekuat untuk menurunkan kadar produk sampah uremik dalam

darah (Smeltzer,Bare.2002).

Intervensi diet juga perlu pada gangguan fungsi renal dan mencakup

pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan

untuk mengganti cairan yang hilang dan pembatasan kalium. Pada saat

yang sama, masukan kalori yang adekuat dan suplemwen vitamin

harus dianjurkan. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam

organik (hasil pemecahan makanan dan jaringan) akan menumpuk

secara cepat dengan darah jika terjadi gangguan pada klirens renal.

Cairan yang diperbolehkan 500-600 ml untuk 24 jam. Karbohidrat dan

lemak diperlukan untuk mencegah kelemahan. Konsumsi vitamin juga

dibutuhkan (Smeltzer,Bare.2002).

Pengkajian klinik menentukan:

1. Jenis penyakit ginjaladanya penyakit penyerta

2. Derajat penurunan fungsi ginjal

Page 11: Bab 2 Proposal

19

3. Komplikasi akibat penurunan fungsiginjal

4. Faktor risiko untuk penurunan fungsi ginjal

5. Faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular

(Rindiastuti, Yuyun.2008).

Penatalaksanaan meliputi:

a. Terapi penyakit ginjal

b. Pengobatan penyakit penyerta

c. Penghambatan penurunan fungsi ginjal

d. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular

e. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi

ginjal

f. Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi

(Rindiastuti, Yuyun.2008).

Jika timbul gejala dan tanda uremia stadium dini penyakit ginjal kronik

dapat dideteksi dengan:

a. Pemeriksaan laboratorium

b. Pengukuran kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan penghitungan

laju filtrasi glomerulus dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami

penurunan fungsi ginjal.

c. Pemeriksaan ekskresi albumin dalam urin dapat mengidentifikasi pada

sebagian pasien adanya kerusakan ginjal.

(Rindiastuti, Yuyun.2008)

Page 12: Bab 2 Proposal

20

Sebagian besar individu dengan stadium dini penyakit ginjal kronik

terutama dinegara berkembang tidak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan

ginjal sangat penting untuk dapat memberikan pengobatan segera, sebelum

terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut. Pemeriksaan skrinning pada

individu asimtomatik yang menyandang faktor risiko dapat membantu

deteksi dini penyakit ginjal kronik. Pemeriksaan skrinning seperti

pemeriksaan kadar kreatinin serum dan ekskresi albumin dalam urin

dianjurkan untuk individu yang menyandang faktorrisiko penyakit ginjal

kronik, yaitu pada:

a. Pasien dengan diebetes melitus atau hioertensi

b. Individu dengan obesitas atau perokok

c. Individu berumur lebih dari 50 tahun

d. Individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi,

danpenyakit ginjal dalam keluarga.

(Rindiastuti, Yuyun.2008).

A. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini yang dijadikan kerangka teori adalah teori

Rentang Respon kehilangan menurut elisabeth Kubler Ross. Rentang Respon

kehilangan dibagi pada 5 tahapan oleh kubler Ross yaitu yang pertama Denial

atau penolakan, yang ke dua Anger atau Marah, yang ketika bargaining atau

tawar-menawar yang ke empat depression atau depresi, yang terakhir adalah

acceptance atau penerimaan.

Page 13: Bab 2 Proposal

21

Bagan 2.1 Kerangka Teori Elisabeth Kubler Ross

B. Kerangka Pikir

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)

merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001)

Pasien dengan penyakit GGK akan melibatkan berbagai

kehilangan, Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007,

Kehilangan adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami

oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah

Rentang Respon Kehilangan

Tipe Kehilangan

Katagori Kehilangan

Kehilangan

Page 14: Bab 2 Proposal

22

mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali

walaupun dalam bentuk yang berbeda. 

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: yang pertama Aktual atau

nyata tipe kehilangan ini mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,

misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai. Yang

kedua Persepsi yaitu hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat

dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK,

menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

Kehilangan pun dibagi pada 5 katagori kehilangan, yaitu:

a. Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai

b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

c. Kehilangan objek eksternal

d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

e. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Klien pada GGK merasakan respon kehilangan yang cukup berat

dengan tahap penerimaan yang berbeda-beda tergantung mekanisme

koping sebagai pertahanan melawan respon kehilangan.

Pada saat pasien divonis mengalami gagal ginjal kronis, pasien

mengalami kehilangan yang nyata (loss actual), yaitu kehilangan

kesehatan. setiap individu akan berespon terhadap situasi kehilangan.

Kulbler-rose membagi respon berduka/kehilangan dalam lima fase, yaitu :

pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan (Kublier-

rose,1969)

Page 15: Bab 2 Proposal

23

Banyak penyebab pasien gagal ginjal kronik tidak berada pada

rentang respon acceptance (menerima) salah satunya yaitu mekanisme

koping yang tidak efektif yang berhubungan dengan fase-fase kehilangan

yang dialami setiap individu hal ini berdampak secara psikologis maupun

fisiologis yang mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit atau

komplikasi penyakit.

Setelah mengetahui rentang respon kehilangan pada pasien gagal

ginjal kronik maka petugas kesehatan seperti perawat dapat melakukan

asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan rentang respon

kehilangannya.

Untuk lebih jelas di bawah ini digambarkan bagan kerangka teori

sebagai berikut :

Page 16: Bab 2 Proposal

Tipe KehilanganAktual dan NyataPersepsi

Rentang Respon Kehilangan1. Denial ( Mengingkari )2. Anger ( Marah )3. Bergaining ( Tawar Menawar )4. Depression ( Bersedih yang mendalam) 5. Acceptance (menerima)

KEHILANGAN

Katagori KehilanganKehilangan seseorang  seseorang yang dicintaiKehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)Kehilangan re

Tipe KehilanganAktual dan NyataPersepsi

Rentang Respon Kehilangan1. Denial ( Mengingkari )2. Anger ( Marah )3. Bergaining ( Tawar Menawar )4. Depression ( Bersedih yang mendalam) 5. Acceptance (menerima)

kEHILANGAN

Katagori KehilanganKehilangan seseorang  seseorang yang dicintaiKehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)Kehilangan objek eksternalKehilangan kehidupan/ meninggal

Tipe KehilanganAktual dan NyataPersepsi

Rentang Respon Kehilangan1. Denial ( Mengingkari )2. Anger ( Marah )3. Bergaining ( Tawar Menawar )4. Depression ( Bersedih yang mendalam) 5. Acceptance (menerima)

kEHILANGAN

Katagori KehilanganKehilangan seseorang  seseorang yang dicintaiKehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)Kehilangan objek eksternalKehilangan kehidupan/ meninggal

24

Bagan 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

Page 17: Bab 2 Proposal

25

Keterangan :

Diteliti

Tidak Diteliti