Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup,...

43
13 Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab Gereja 2.1 Pendahuluan Pada bab ini, penulis akan menyajikan teologi sosial, gereja sebagai lembaga sosial, etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan hidup yang terjadi hingga kini. 2.2 Teologi Sosial Teologi Kristen merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan komunitas orang beriman. Ia tidak dapat dipisahkan dari kesaksian hidup gereja. Teologi tidak saja dipandang sebagai refleksi iman dalam praksis gereja, tetapi juga mendorong praksis gereja itu sendiri dalam konteks konkret. Karena itu, teologi bukan hanya merupakan pemikiran teoritis- transendental, tetapi juga mengandung aspek dan bahkan sifat historis, praktis, dan kontekstual. Dengan kata lain, teologi di samping berfungsi kritis mengarahkan seluruh lapangan pengalaman orang beriman kembali ke horizon yang mutlak, juga sangat menentukan, ketika persekutuan orang beriman sebagai jemaat Kristen ingin mengungkapkan penghayatan dan kesaksiannya tentang Injil Yesus Kristus di tengah situasi dunianya yang konkret. Dalam perspektif semacam ini, dapat dikatakan bahwa teologi dihayati dan dikembangkan sebagai teologi sosial. 1 Pemahaman mengenai teologi sosial merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam rangka gerakan keesaan gereja, pemahaman kembali tentang teologi sosial tidak hanya dikaitkan dengan hakikat teologi sosial pada dirinya, tetapi lebih jauh lagi dengan praksis panggilan dan pengutusan orang beriman di tengah situasi dunia konkret. Tugas panggilan dan pengutusan yang 1 Eka Darmaputera via Soegeng Hardiyanto, Pergumulan dalam pengharapan: Teologi Sosial dan Gerakan Keesaan. BPK Gunung Mulia. (1999:Jakarta), 130.

Transcript of Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup,...

Page 1: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

13

Bab 2

Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab Gereja

2.1 Pendahuluan

Pada bab ini, penulis akan menyajikan teologi sosial, gereja sebagai lembaga sosial,

etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam

menanggapi masalah lingkungan hidup yang terjadi hingga kini.

2.2 Teologi Sosial

Teologi Kristen merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan komunitas

orang beriman. Ia tidak dapat dipisahkan dari kesaksian hidup gereja. Teologi tidak saja

dipandang sebagai refleksi iman dalam praksis gereja, tetapi juga mendorong praksis gereja itu

sendiri dalam konteks konkret. Karena itu, teologi bukan hanya merupakan pemikiran teoritis-

transendental, tetapi juga mengandung aspek dan bahkan sifat historis, praktis, dan kontekstual.

Dengan kata lain, teologi di samping berfungsi kritis mengarahkan seluruh lapangan pengalaman

orang beriman kembali ke horizon yang mutlak, juga sangat menentukan, ketika persekutuan

orang beriman sebagai jemaat Kristen ingin mengungkapkan penghayatan dan kesaksiannya

tentang Injil Yesus Kristus di tengah situasi dunianya yang konkret. Dalam perspektif semacam

ini, dapat dikatakan bahwa teologi dihayati dan dikembangkan sebagai teologi sosial.1

Pemahaman mengenai teologi sosial merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam

rangka gerakan keesaan gereja, pemahaman kembali tentang teologi sosial tidak hanya dikaitkan

dengan hakikat teologi sosial pada dirinya, tetapi lebih jauh lagi dengan praksis panggilan dan

pengutusan orang beriman di tengah situasi dunia konkret. Tugas panggilan dan pengutusan yang

1 Eka Darmaputera via Soegeng Hardiyanto, Pergumulan dalam pengharapan: Teologi Sosial dan Gerakan

Keesaan. BPK Gunung Mulia. (1999:Jakarta), 130.

Page 2: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

14

harus mereka laksanakan bersama komunitas-komunitas orang beriman di seluruh muka bumi

selalu diletakkan dalam rangka kebersamaan dengan kepentingan yang lain, dengan kepentingan

masyarakat di sekitar, bahkan seluruh masyarakat di dunia.2 Itu artinya tugas panggilan dan

pengutusan gereja tidak hanya berpusat pada satu kepentingan pribadi saja melainkan memiliki

pengaruh bagi kepentingan umum lewat teologi yang dibangun dalam kehidupan bersama.

Teologi sosial ini digambarkan sebagai cara bagaimana Allah yang mewahyukan diri

sebagai Subjek diangkat menjadi subjek (manusia) yang berkepribadian, yang tidak hanya

bersifat individual tetapi juga sosial. Mereka bekerja dan melayani bersama lingkungan sosial

mereka. Bertolak dari hal ini, teologi apapun akan selalu mempunyai aspek, sifat, orientasi dan

arah dasar yang sosial pula.

Pada perkembangan selanjutnya, teologi sosial lebih dimengerti sebagai sebuah

pemahaman teologis atau ajaran prinsip-prinsip teologis yang bersifat sosial. Schrey menyatakan

bahwa teologi sosial dilihat sebagai sebuah usaha untuk mengembangkan lebih jauh etika sosial

teologis, yang berangkat dari ajaran sosial Kristen. Pikiran dasarnya adalah bahwa semua

kehidupan mempunyai segi-segi sosialnya, demikian juga dalam rahmat keselamatan Allah.

Dunia ciptaan Allah mempunyai kesatuan sosial dalam kemanusiaan, yang pola dasarnya

mengacu pada kesatuan Allah Tritunggal. Kepada-Nyalah tugas semua masyarakat diselaraskan

dan dipertanggungjawabkan. Dalam rangka itu, sejarah keselamatan dapat dipahami sebagai

sejarah sosial. Sebab, panggilan keselamatan Allah dalam cinta kasih tidak hanya ditujukan

kepada perseorangan tetapi juga kepada seluruh masyarakat dunia yang telah jatuh ke dalam

dosa. 3

2 Ibid., 131.

3 Ibid., 133.

Page 3: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

15

Kegiatan praksis dari teologi sosial sudah dilaksanakan tidak hanya dalam kehidupan

jemaat pertama tetapi sebelum penyaliban Yesus. Teologi sosial ini telah dikembangkan pada

saat Yesus mengembara bersama para murid-Nya. Berdasarkan hal ini, praksis teologi sosial

kemudian terus dikembangkan secara teratur dan sistematis oleh gereja, sehingga hal itu

dirangkum dalam tri tugas gereja yakni marturia (bersaksi), koinonia (bersekutu), dan diakonia

(melayani).4 Tetapi praksis teologi sosial ini biasanya hanya menyentuh pelayanan manusia

terhadap sesamanya manusia. Semua arah pelayanan gereja hanya ditujukan kepada sesama

manusia (antroposentris) dan Allah (teosentris). Karena itu satu kesadaran baru telah muncul dan

berkembang pesat dalam cakrawala berpikir manusia, yakni bahwa lingkungan hidup atau

ekologi dan alam ciptaan merupakan bagian yang utuh dalam risalah-risalah teologis,

pemahaman dan penghayatan kerohanian umat manusia5 sehingga gereja sebagai salah satu

lembaga sosial dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

2.3 Gereja sebagai Lembaga Sosial

Gereja adalah persekutuan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Gereja memiliki

lima model dalam melaksanakan tugas panggilannya. Dua dari lima itu adalah gereja dilihat

sebagai institusi dan gereja sebagai pewarta. Gereja sebagai institusi merupakan pemahaman

bahwa gereja dipandang sebagai suatu masyarakat yang cenderung untuk mengutamakan struktur

kepemimpinan sebagai elemen formal dalam masyarakat. Pada dasarnya, pandangan ini mau

menekankan aspek gereja sebagai sebuah lembaga yang di dalamnya ada struktur organisasi

yang jelas dalam pembagian tugas dan kewajiban. Tugas dan tanggung jawab itu adalah untuk

4 Eka Darmaputera via Soegeng Hardiyanto, Pergumulan dalam pengharapan: Teologi Sosial dan Gerakan

Keesaan. BPK Gunung Mulia. (1999:Jakarta), 132. 5 Amatus Woi, Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi: Tinjauan Teologis atas Lingkungan Hidup.

Kanisius. (2008:Yogyakarta), 13.

Page 4: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

16

mengajar, menguduskan dan memimpin. Ketiga fungsi ini, merupakan pengarah bagi gereja

khususnya orang-orang yang mendapatkan jabatan gerejawi untuk melakukan tugas itu dalam

rangka mewujudkan kasih Tuhan di tengah-tengah kehidupan gereja. Penekanan penting dalam

menjalankan tugas itu adalah melayani yakni menyalurkan ajaran dan rahmat Kristus sendiri.6

Karena itulah, maka penting juga untuk melihat model gereja sebagai pewarta. Gereja sebagai

pewarta menekankan pada Sabda/Firman Tuhan. Menurut model ini, gereja dikumpulkan dan

dibentuk oleh Sabda Allah. Misi gereja adalah mewartakan apa yang sudah didengar, diimani

dan yang sudah diserahkan kepadanya untuk diwartakan.7 Dalam tugasnya sebagai pewarta

kebenaran, gereja tidak hanya menyentuh dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan

iman saja, tetapi gereja juga memiliki hak dan kewajiban untuk bersuara dengan penuh

wewenang atas masalah-masalah sosial, ekonomi dan sebagainya. Sebab bagaimana pun juga,

gereja hidup di tengah-tengah masyarakat dengan persoalan sosial yang kompleks.8

Dengan kenyataan seperti yang telah dijelaskan tersebut maka, ada beberapa alasan

mengapa gereja melakukan intervensi terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi, antara lain:9

1) Masalah-masalah sosial pada umumnya tidak dapat dirumuskan semata-mata dari segi

teknis kenyataan-kenyataan sosial, ekonomi dan politik. Di dalamnya juga termuat

masalah moral dan etika. Karena itu, iman Kristen diharapkan dapat menerangi suara hati

dan memungkinkan orang Kristen untuk memenuhi kewajibannya dalam konteks historis

tertentu dengan tetap memiliki keterbukaan terhadap yang transenden.

2) Masalah-masalah sosial pada umumnya kerap kali berasal dari kecenderungan manusia

untuk mementingkan dirinya atau dalam istilah teologis, keberdosaan manusia.

6 Avery Dulles, Model-model Gereja. Nusa Indah. (1990:Yogyakarta), 34-35.

7 Ibid., 73.

8 Ricardo Antoncich, Iman dan Keadilan: Ajaran Sosial Gereja dan Praksis Sosial Iman. Kanisius.

(1990:Semarang), 17. 9 Ibid., 18.

Page 5: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

17

Ketidakadilan sosial sebagaimana yang terjadi dalam bentuk jurang kaya-miskin,

pemerasan manusia atas sesamanya, pengangguran, kemiskinan, perkosaan hak-hak

kaum miskin, dan sebagainya. Ketidakadilan sosial ini juga yang dirasakan oleh

lingkungan hidup. Hal ini terbukti dari perilaku manusia yang mengekploitasi lingkungan

secara besar-besaran sehingga menimbulkan banyak masalah. Semua perilaku ini

merupakan ungkapan dari situasi-situasi keberdosaan manusia.

3) Gereja prihatin terhadap akibat-akibat dari permasalahan sosial itu karena kondisi-kondisi

hidup yang tidak layak merupakan kendala bagi keselamatan manusia.

4) Ajaran gereja tentang permasalahan sosial dan tanggapan umat Kristen terhadapnya

merupakan bagian dari pandangan hidup Kristen.

Namun, meskipun gereja berusaha untuk terlibat dalam melihat masalah-masalah sosial

yang terjadi, tetapi bukan berarti bahwa keberadaan gereja menyediakan obat manjur untuk

menyembuhkan penyakit atau luka-luka sosial yang ada. Ajaran sosial gereja bukanlah ideologi

atau pun analisis sosial ilmiah, meski pun di dalamnya termuat analisis-analisis yang tajam atas

masyarakat, negara dan manusia. Tugas gereja sebagai salah satu lembaga sosial adalah untuk

memberikan tanggapan iman dan memberikan pengarahan tindakan iman bagi umat Kristiani

dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang ada,10

termasuk di dalamnya masalah

lingkungan hidup. Karena gereja merupakan bagian integral dari lembaga-lembaga sosial yang

ada dan turut ambil bagian dalam tugas itu sehingga gereja memiliki kaitan yang erat dengan

lembaga sosial lain dan sangat penting untuk menjalin kerja sama. Bahkan gereja juga perlu

belajar dari lembaga sosial lainnya, dalam rangka mewujudkan terang kasih Tuhan ditengah-

tengah kehidupan seluruh ciptaan melalui tindakan nyata (praksis) sebagai proses belajar seumur

10

Ricardo Antoncich, Iman dan Keadilan: Ajaran Sosial Gereja dan Praksis Sosial Iman. 19.

Page 6: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

18

hidup yang terintegrasi. Bagaimana pun juga, ketika gereja ingin terlibat dalam melihat dan

merespon masalah-masalah sosial yang terjadi salah satunya masalah linkungan hidup, gereja

sendiri perlu memperhatikan pertimbangan etis dari etika lingkungan, agar hal itu juga dapat

memperlengkapi gereja lebih lagi dalam melaksanakan perannya tersebut.

2.4 Etika Lingkungan

Etika adalah upaya menemukan asas-asas yang mendasari tindakan manusia. Jika hal ini

dihubungkan dengan lingkungan hidup maka tugas etika lingkungan hidup adalah

mengembangkan asas-asas berkenaan dengan tindakan manusia terhadap dunia yang bukan

manusia.11

Etika lingkungan prihatin dengan hubungan moral antara manusia dan dunia yang

natural. Prinsip-prinsip etika yang mengatur hubungan manusia dan dunia yang natural

menentukan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab dengan penghargaan kepada bumi,

lingkungan yang natural, dan seluruh hewan dan tumbuh-tumbuhan yang ada dan yang

menghuninya. Taylor menyebutnya dengan istilah “Natural World” atau dunia alami yang

mengacu pada seluruh rangkaian dari ekosistem alami di planet kita.12

Ekosistem alami dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni: Pertama, dalam lingkungan

semacam ini, belum ada perubahan besar sebagai efek dari culture manusia dan teknologi yang

mengeksploitasi bumi. Contoh: Padang di kutub Utara Tundra, gunung, hutan, padang rumput,

kaktus padang pasir, dan muara sungai Marsland. Sepanjang ekosistem tersebut tidak diganggu

11

Celia Deane-Drummond, Teologi dan Ekologi. BPK Gunung Mulia. (2001: Jakarta), 75.

12

Paul W. Taylor, Respect For Nature A Theory of Environmental Ethics. Princeton University Press.

(1986:New Jersey), 3.

Page 7: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

19

oleh manusia, ekosistem ini tetap dalam kondisi murni atau bersih dan komunitas biotik mereka

ada dalam keadaan benar-benar liar.13

Tipe yang kedua sama seperti yang pertama mencakup komunitas biotic seperti: hutan,

hewan, dan tumbuhan yang mempertahankan keberadaannya tanpa diganggu oleh aktivitas

manusia. Namun tidak sama seperti jenis ekosistem yang pertama, ekosistem ini ditemukan di

daerah yang pada satu waktu bekerja sama dengan tenaga manusia (seperti pertanian dan

pertambangan) atau telah mengalami modifikasi di masa lalu sebagai hasil praktik-pratik tertentu

dari manusia (seperti mengembala domba, merumput atau memotong kayu). Ekosistem tersebut

mungkin sekarang telah kembali ke kondisi alami hanya karena telah ditinggalkan untuk jangka

waktu yang panjang. Dengan kata lain, hal ini mungkin dihasilkan oleh usaha manusia yang

disengaja dan bertujuan mengembalikan lingkungan termasuk hewan dan tumbuhan ke kondisi

sebelumnya yang perubahan tersebut melibatkan campur tangan manusia.14

Kedua jenis dari ekosistem ini disebut “natural” karena adanya kenyataan bahwa faktor

biologis dan lingkungan menentukan sturuktur hubungan antara bagian yang penting dari

populasi-spesies mereka yang memegang kendali tanpa campur tangan manusia. Hal ini lebih

lanjut menurut Taylor dalam analisisnya terhadap studi yang dilakukan menjelaskan bahwa

urutan dari berpikir tentang ekosistem tersebut dipandang sebagai sebuah proses evolusi dari

keadaan lingkungan.15

Di samping itu, ada juga keraguan yang timbul apakah setiap ekosistem benar-benar

alami dan eksis di planet kita hingga saat ini? Dampak dari peradaban manusia muncul sebagai

akibat yang tak terindarkan. Kasus ini mau mengatakan bahwa komunitas biotik di alam liar

13

Ibid., 3-4.

14

Ibid., 4. 15

Ibid., 3-4.

Page 8: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

20

cepat menghilang, karenanya dapat dikatakan percepatan kepunahan seluruh spesies tidak bisa

terhindarkan. Secara langsung yang berhubungan dengan fenomena ini adalah penurunan tajam

variasi berbagai ekosistem natural. Efek dari kultur manusia dan teknologi pada biosfer terjadi

dimana-mana. Hal ini disebabkan oleh munculnya industrialisasi dalam skala besar di abad yang

lalu, naiknya tingkat pertumbuhan populasi manusia, dan perluasan ekonomi yang merangsang

dan menyebabkan ketergantungan pada konsumsi tingkat tinggi yang dirasakan oleh manusia di

seluruh bumi.16

Hal ini juga diungkapkan oleh Robert P. Borrong yang menyatakan bahwa

Industrialisasi menyadarkan manusia bahwa alam merupakan deposit kekayaan yang dapat

memakmurkan. Maka mulai saat itu sumber-sumber alam dieksploitasi untuk diolah menjadi

barang guna memenuhi kebutuhan demi kemakmuran hidup manusia. Dengan adanya alat

ampuh, yaitu mesin, maka alam pun dipandang dan dikelola secara mekanis. Terjadilah

intensitas pengeksploitasian lingkungan yang semakin gencar tak terkendali. Alam tidak lebih

dari benda mekanis yang hanya bernilai sebagai instrumen untuk kepentingan manusia. Alam

tidak lagi dihargai sebagai organisme.17

Pemikiran tentang ekosistem sebagai sesuatu yang berkelanjutan merupakan suatu

respek yang esensial dalam berbagai segi sebelum manusia muncul dan memperluas degradasi

terhadap bumi. Ekosistem alam sebagai milik di salah satu ujung kontinum yang diperluas

dengan respek yang setara sangat penting bagi makhluk-makhluk atau segala sesuatu yang telah

ada sebelum manusia muncul di bumi melalui gradasi peningkatan derajat pengaruh manusia, ke

ujung spectrum yang mana ekosistem secara lengkap diatur dan di kelola oleh manusia.

Contohnya perkebunan, arena golf dan sebagainya. Taylor, dkk menyebutnya dengan nama

16 Ibid., 4-5.

17 Robert P. Borrong. Etika Lingkungan hidup dari perspektif teologi Kristen. Jurnal pelita zaman;

Yayasan Pengembangan Pelayanan Kristen Pelita Zaman, volume 13 No. 1 (1998).

Page 9: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

21

artificial ecosystem atau ekosistem buatan sejak mereka di ukur, diciptakan dan digunakan oleh

manusia untuk manusia sampai akhir. 18

Lebih lanjut, Taylor mengemukakan bahwa untuk memahami teori etika lingkungan

secara mendalam maka penting untuk mengingat subjek perhatiannya mencakup tidak kurang

dari tempat peradaban manusia di dunia yang natural. Karena itu, ada empat bidang yang

berbeda dari dasar penyelidikan-penyelidikannya yang masing-masing disajikan dengan

beberapa pertanyaan yang berkaitan erat, adalah sebagai berikut:19

1. Bagaimana perilaku manusia dalam hubungannya dengan ekosistem alami (natural) yang

benar untuk tunduk pada batasan moral, atau kendala tersebut hanya berlaku untuk

manusia dalam memperlakukan satu sama lain? Adakah prinsip-prinsip etika yang harus

kita ikuti dalam perawatan atau pemeliharaan kita terhadap lingkungan yang natural?

Apakah fakta bahwa beberapa tindakan kita memengaruhi kehidupan hewan liar dan

tumbuh-tumbuhan untuk lebih baik atau lebih buruk dengan memiliki signifikansi etis

bagi semuanya? Apakah fakta tersebut di dan dari dirinya sendiri memberikan alasan

apapun, belum tentu satu konklusif, untuk melakukan atau menahan diri dari melakukan

tindakan yang bersangkutan? Apakah kita memiliki tugas dan kewajiban yang berkaitan

dengan dunia natural secara independen dari tugas dan kewajiban kita yang berkaitan?

2. Jika jawaban untuk salah satu pertanyaan di atas adalah ya, maka apa saja kendala moral

yang terlibat dan bagaimana human-being atau penghayatan dan upaya melakukan yang

terbaik terhadap lingkungan? jika kita memiliki tugas terhadap yang bukan hanya

manusia secara independen dari tugas kita terhadap manusia, atas dasar apa tugas itu

18

Paul W. Taylor, Respect For Nature A Theory of Environmental Ethics. Princeton University Press.

(1986:New Jersey), 5-6.

19

Ibid., 9-10.

Page 10: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

22

ditangguhkan? Apa standar karakter baik dan apa aturan benar yang diberlakukkan dalam

domain etika?

3. Bagaimana anda akan membenarkan standart aturan mereka? Dapatkah komitmen suatu

moral mengikuti prinsip-prinsip dari etika lingkungan hidup untuk ditunjukan dan

ditangguhkan secara rasional? Dapatkah kita menetapkan bahwa ada prinsip-prinsip yang

berlaku dalam etika lingkungan yang mengikat semua orang secara merata?

4. Akhirnya, bagaimana kewajiban dan tanggujawab kita terhadap alam (seandainya kita

memilikinya) untuk dipertimbangkan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan terhadap

kepentingan manusia? Apakah tugas etika lingkungan sebelumnya atau yang pernah

dilakukan mengharuskan kita untuk bertindak dengan cara-cara yang mungkin

bertentangan dengan tujuan manusia, dan jika demikian, ketika (jika pernah) apakah

tugas tersebut pernah mengabaikan atau mengesampingkan pemenuhan tujuan manusia?

Setiap upaya sistematis dan menyeluruh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini

adalah apa yang akan disebutkan oleh Taylor sebagai teori etika lingkungan. Taylor

menyatakan bahwa cukup independen tugas kita yang berutang terhadap sesama manusia, kita

memerlukan moral untuk melakukan atau menahan diri dari melakukan tindakan tertentu sejauh

tindakan itu membawa manfaat atau membahayakan alam liar tempat mahkluk hidup tinggal di

alam. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa moral yang diperlukan ini mempertimbangkan hal-hal

tertentu yang dinilai oleh manusia untuk memenuhi tugas etika lingkungan hidup yang

melibatkan pengorbanan waktu dan setidaknya beberapa kepentingan manusia.20

20 Ibid., 10

Page 11: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

23

2.4.1 Jenis-jenis Etika Lingkungan

Dalam rangka untuk memahami bagaimana pandangan seperti itu dapat

dibenarkan secara rasional, akan sangat membantu untuk membuat perbedaan antara dua

jenis dari etika lingkungan hidup yaitu human-centered atau anthropocentric (berpusat pada

manusia) dan life-centered atau biocentric. Teori etika lingkungan hidup yang berpusat pada

manusia atau human-centered berpendapat bahwa tugas moral kita terhadap alam pada

akhirnya berasal dari tugas hutang budi kita terhadap satu sama lain sebagai human beings.

Karena kita harus menghormati hak asasi setiap orang, atau harus melindungi dan

mempromosikan kehendak bebas manusia atau well-being of humans, bahwa kita harus

menempatkan kendala tertentu pada perlakuan kita terhadap bumi, lingkungan yang alami

dan pada tempat tinggalnya.

Human-centered adalah etika lingkungan hidup yang berpusat pada manusia

dengan menekankan pada penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia dalam menghayati

keberadaannya di alam sebagai upaya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dari segi

lingkungan maupun kesehatan sebagai tugas dan tanggung jawab moral manusia saat ini bagi

generasi di masa depan. Tanggungjawab untuk melindungi lingkungan, khususnya juga alam

liar karena berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan kita. kadang-kadang variasi gen dari

tumbuh-tumbuhan dan spesies hewan membutuhkan pengembangan baru yang berguna

untuk melindungi manusia dari penyakit dengan mengontrol bakteri dan kuman. Selain itu,

juga untuk memproduksi jenis sumber daya makanan baru melalui proses genetik dengan

menggunakan engginering genetic. Generasi masa depan dari manusia memiliki hak yang

sama banyak untuk hidup aman dan sehat secara fisik sama seperti generasi sekarang. Oleh

karena itu tidak adil jika kita memperlakukan alam dengan buruk. Alasannya, karena

Page 12: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

24

keseluruhan sistem dan standar perilaku aturan yang mengatur perilaku kita saat ini dalam

kaitan dengan bumi sebagai lingkungan yang natural dapat di dasarkan pada kepentingan kita

sendiri sebagai manusia. Namun demikian etika lingkungan hidup bukan merupakan sub

divisi dari etika manusia.21

Etika lingkungan hidup berdasarkan perspektif life-centered menekankan

kewajiban dan tanggungjawab dalam menghargai lingkungan dalam komunitasnya di alam

secara natural. Etika ini lebih lanjut menekankan pentingnya memiliki respek terhadap hewan

liar dan tumbuh-tumbuhan di bumi sebagai alasan dari moral yang menentukan relasi antara

diri manusia dan dunia yang natural itu sendiri.22

Karena alam bukan hanya semata-mata

sebagai objek yang di eksploitasi dan menjadi bahan konsumsi manusia semata. Karena

setiap mahkluk hidup di alam memiliki kekayaan dan kebajikan/virtue dari keberadan

mereka sebagai anggota dari komunitas kehidupan. Oleh karena itu, lingkungan tidak hanya

digunakan untuk kesenangan manusia saja atau sebagai tempat untuk belajar sesuatu yang

menarik dari alam. Hal ini didukung juga oleh pandangan dari Radjasa Mu’tasim dengan

mengutip pendapat Magnis-Suseno, mengatakan bahwa Manusia harus belajar menghormati

alam. Alam harus dilihat bukan semata-mata sebagai sesuatu yang berguna, melainkan juga

mempunyai nilainya sendiri. Kalau terpaksa manusia harus mencampuri proses-proses alam,

maka hanya seperlunya dan dengan tetap menjaga keutuhannya. Lebih dari itu, semua

makhluk hidup harus dipandang sebagai saudara.23

21 Ibid., 11-12.

22

Ibid., 12. 23 Radjasa Mu’tasim. Pendidikan Etika Lingkungan Hidup: Orientasi ke arah lingkungan hidup secara

holistik. Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta (2008).

Page 13: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

25

Selain dua jenis ini, Robert P. Borrong menambahkan jenis etika lingkungan yang

lain yakni, ekosentris. Jenis ekosentirs berpendirian bahwa bumi sebagai keseluruhan atau

sebagai sistem tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Maka lingkungan harus

diperhatikan karena manusia hanyalah salah satu subsistem atau bagian kecil dari seluruh

ekosistem. Pandangan ini dianut umumnya oleh manusia Timur, termasuk orang Indonesia,

yang sangat menekankan hubungan erat antara manusia dengan lingkungan hidupnya.

Manusia adalah mikro dari makro kosmos. Menurut pandangan ini, bumi memiliki nilai

hakiki (intrinsic value) yang harus dihormati oleh manusia. Maka alam atau lingkungan tidak

boleh diperlakukan semena-mena, karena bumi memunyai nilainya yang luhur yang harus

dijaga, dihormati, dan dianggap suci.24

Meskipun demikian kita memiliki kewajiban moral sebagai tugas untuk hidup

berdasarkan kemanusiaan kita, sekaligus mempunyai tugas untuk membangun relasi hidup

bersama sebagai mahkluk hidup dengan alam liar secara benar pada posisi yang sebenarnya.

Hal ini tidak bermaksud untuk membawa satu moral secara personal yang benar pada semua

konteks. Tugas kita terhadap bentuk-bentuk kehidupan di bumi selain manusia di dasarkan

pada status entitas mereka yang memiliki nilai dan yang melekat pada dirinya. Lebih lanjut

mereka memiliki semacam nilai atau virtue yang menjadi milik dan sifat mereka yang

sangat alami, dan virtue atau nilai semacam ini akan menjadi salah jika keberadaannya hanya

untuk manusia semata sampai akhir. Ini adalah untuk kepentingan mereka dan seharusnya

24 Robert P. Borrong. Etika Lingkungan hidup dari perspektif teologi Kristen. Jurnal pelita zaman;

Yayasan Pengembangan Pelayanan Kristen Pelita Zaman, volume 13 No. 1 (1998).

Page 14: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

26

manusia dapat mendorong atau melindunginya. Hal ini mau menekankan bahwa manusia

harus juga memperlakukan alam dengan penuh hormat atau respek.25

Teori etika lingkungan yang berpusat pada manusia atau human-centered theory

dengan kata lain dapat menerima klaim secara konseptual tetapi menolak satu norma saja.

Hal ini terkait dengan konteks isu yang diangkat khususnya masalah benar atau salah suatu

klaim normatif sama halnya dengan posisi teori etika lingkungan hidup terkait dengan life-

centered. Oleh karenanya, posisi etika life-centered dapat dipandang salah jika seseorang

menempatkan semua hewan dan tumbuhan sebagai subjek moral, contoh: Apakah kita

mempunyai tanggungjawab terhadap nyamuk?26

Oleh karena itu pilihan ini harus dipahami

dan dipertimbangkan secara rasional untuk memahami benar atau salahnya pemahaman

terhadap etika lingkungan dari sisi biocentrism maupun antroposentris karena adanya konflik

pemahaman terhadap hal ini.

Sebagai langkah utama kita mengamati bagaimanapun terdapat konflik antara

kehendak bebas dari non-human organism dan kehendak bebas manusia. Oleh karena itu,

konflik ini harus dimengerti dari dua keberadaan untuk membuat dan melegitimasi suatu

keputusan atau klaim dari pertimbangan sebagai penghargaan terhadap subjek moral yang

tepat, sehingga pernyataan normatif bahwa semua mahkluk hidup bermoral subjek dibuat

tidak masuk akal atau praktis dari etika lingkungan hidup menjadi jelas. Berangkat dari

masalah konflik tersebut dibutuhkan self-preservation atau penjagaan terhadap diri dari

sebuah masalah etika yang seharusnya membutuhkan suatu langkah resolusi yang adil atau

25

Paul W. Taylor, Respect For Nature A Theory of Environmental Ethics. Princeton University Press.

(1986:New Jersey), 13.

26

Ibid., 20-21.

Page 15: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

27

fair dari persaingan klaim moralnya. Pemahaman ini lebih lanjut di bahas dalam posisi

sebagai objek moral pada bab selanjutnya.

2.4.2 Agen Moral dan Moral sebagai Subjek

Perbedaan antara etika human-centered dan life centered yang diklarifikasi oleh fokus

perhatian mereka pada konsep agen moral dan moral sebagai subjek. Kedua jenis

pemahaman ini setuju tentang ide agen moral dan perhatian mereka terhadap moral sebagai

subjek di alam yang isunya dibahas terkait virtue atau tindakan bermoral atau tidak bermoral

sebagai tugas dan tanggunjawab. Namun perlu digaris bawahi bahwa terdapat kelas dari

moral agen dan kehendak bebas manusia. Ada dua alasan mengapa hal ini perlu untuk

dipahami, yakni: Pertama, tidak semua manusia adalah agen moral; Kedua, di sana terdapat

keberadaan agen moral yang bukan dari manusia. Contohnya homo sapiens kita belum dapat

mengklarifikasi tanggung jawab terhadap alam. Di alam ini bukan hanya manusia yang

mengembangkan pola kehidupannya dalam kelompok sosial mereka dan bertanggungjawab

mengikutinya, tetapi makhluk hidup lain juga, seperti: lumba-lumba, gaja, dan primata

lainnya juga hidup dalam kelompok sosial.27

Artinya bahwa agen moral ini mempunyai

standart etik masing-masing dan berlaku di alam melalui karakter baik atau buruk dan alasan-

alasannya masing-masing.

Di sisi yang lain, pada waktu yang sama berbeda dengan moral subjek, manusia adalah

agen moralnya dan juga subjek moral.28

Di dalam peran sebagai agen moral mereka dapat

memperlakukan orang lain secara benar atau salah. Sedangkan di dalam peran moral sebagai

27 Ibid., 14.

28

Ibid., 16.

Page 16: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

28

subjek mereka dapat diperlakukan secara benar atau salah oleh orang lain. Oleh karena itu,

seseorang dapat menjadi kedua-duanya baik agen moral maupun subjek moral. Lebih lanjut

Taylor menentukan subjek moral sebagai sesuatu yang dapat dilakukan dengan benar atau

salah dan kepada siapa agen moral dapat memiliki tugas dan tanggung jawab tersebut.

Keberadaan moral subjek oleh karenanya dapat membawa kerugian atau keuntungan sebagai

fakta tentang moral subjek bahwa selalu dimungkinkan agar agen moral dapat membawa

suatu sudut pandang moral sebagai subjek dan membuat justifikasi dari sudut pandang

tersebut tentang bagaimana seharusnya subjek moral itu diperlakukan. Standart tersebut

mengimplikasikan pendorong justifikasi tersebut atau kehendak bebas dari subjek tidak

hanya dari satu orang yang menjustifikasinya. Lebih lanjut batasan terkait dengan yang

bukan moral subjek adalah seperti pada sungai dan proses eksistem dari ikan dan sungai

sebagai aquatic organism. Di sini menunjukkan bahwa hal ini masih merupakan kasus agen

moral untuk memperlakukannya sebagai subjek moral. Selain itu, terdapat fakta juga bahwa

objek yang mati di alam ini dapat dimodifikasi bahkan musnah atau diawetkan oleh agen

moral sebagai pertimbangan etika yang bermanfaat, Karena perlakuan terhadap objek yang

mati ini memengaruhi kehendak bebas dari subjek moralnya.29

Pokok pemikiran lainnya yang ditekankan juga dalam tulisan ini adalah bahwa

dibutuhkan upaya untuk membuat suatu justifikasi moral intuitif. Yang mana intuisi kita

memang bisa benar atau salah, namun dalam hal ini berdasarkan pengalaman intuisi kita

merasa bahwa membunuh hewan atau tidak itu adalah tindakan yang salah namun intuisi ini

harus masuk akal. Karena hewan dan tumbuhan tidak dapat merasakan apa yang kita rasakan.

Oleh karena itu etika life-centered menegaskan bahwa setiap mahkluk hidup adalah subjek

29 Paul W. Taylor, Respect For Nature A Theory of Environmental Ethics. Princeton University Press.

(1986:New Jersey), 16-17.

Page 17: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

29

moral.30

Sangat penting untuk memahami hal ini karena moral intuisi kita menghargai

bagaimana mahkluk hidup dari alam harus diperlakukan berdasarkan aspek psikologis yang

tergantung pada dasar sikap-sikap kita terhadap alam. Hal ini perlu dimaknai pada konteks

masa kanak-kanak. Apa sikap yang pada awalnya diberikan kepada kita dalam kehidupan

terhadap hewan dan tumbuhan, diterima dan direfleksikan lewat kelompok sosial kita.

Namun demikian pada konteks tertentu intuisi tidak dapat dipakai sepenuhnya dalam

memahami etika lingkungan hidup. Oleh karena itu, perlu ditentukan juga pertimbangan

benar salahnya. Alasannya karena sebagai contoh terdapat perbedaan kultur atau budaya

yang mana ketika kita berburu burung atau singa untuk diambil bulunya dan dengan penuh

percaya diri kita mengatakan itu tidak salah untuk dilakukan. Jadi kita tidak dapat

menggunakan intuitif untuk secara keseluruhan menolak atau membenarkan sikap kita

terhadap etika lingkungan hidup. Karena lebih lanjut intuisi tidak dapat digunakan secara

rasional objektif dan menyeluruh untuk teori dari etika lingkungan hidup.31

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa etika lingkungan perlu dipahami dari

berbagai segi, baik secara antroposentris maupun biosentris, baik secara rasional maupun

menggunakan intuisi. Hal ini dilihat sebagai alasan dan pertimbangan sikap dalam pratik kita

secara etis terhadap lingkungan dengan mempertimbangkan sebaik-baiknya mengenai batasan-

batasan tertentu sampai di mana hal itu dapat digunakan dengan baik. Sehingga sebagai klaim

pertimbangan moral dalam perdebatan maupun dalam prakteknya serta upaya menjaga dan

merawat lingkungan secara tepat dan berkesinambungan menjadi bagian dari mahkluk hidup

yang tinggal di alam. Karena itu, untuk mendasari pertimbangan etis atau pun teologi sosial yang

30 Ibid., 22.

31

Ibid., 23.

Page 18: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

30

dibangun gereja maka sangat penting untuk melihat kembali dasar teologi lingkungan yang

dimiliki dan dijalan oleh gereja.

2.5 Teologi Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan hidup merupakan salah satu masalah sosial yang terjadi di

berbagai belahan dunia. Keadaan ini sebanarnya sudah sejak lama terjadi, tetapi kurang

mendapat perhatian. Jika dibandingkan dengan masalah sosial lain seperti keadilan,

perdamaian, hak asasi manusia, dan lain-lain, keprihatinan akan lingkungan hidup di

kalangan gereja baru muncul kemudian. Buktinya hasil konsili Vatikan II (Gaudium Et Spes,

1965) sudah memberi perharian serius terhadap masalah keadilan dan perdamaian.

Sebaliknya, dalam dokumen Gaudium Et Spes tidak ditemukan perhatian terhadap

lingkungan hidup, atau pun ekologi. Nampaknya pada waktu itu, masalah lingkungan hidup

belum sungguh disadari oleh gereja sebagai masalah yang mendesak untuk ditangani. Hal ini

juga sebagai bukti bahwa ekoteologi belum sungguh dikembangkan. Lingkungan hidup

belum menjadi bagian hakiki refleksi para teolog.32

Gereja mulai meyadari pentingnya mempedulikan lingkungan ketika ada tulisan

dari sejarahwan bernama Lynn White: The History Roots of Our Ecological Crisis. Ia

memulainya dengan mengajukan pertanyaan “Did christianity tell people about their

relation with environment?” (Dapatkah orang percaya berbicara kepada orang lain tentang

hubungan mereka dengan lingkungan)? Lebih lanjut isu ini mulai dibahas pada tahun 1970-

1998 dari gereja baptis di amerika sampai Paus Roma katolik, dengan isu terkait dan krisis

ekologi: sebuah tanggungjawab sejalan dengan hal tersebut respon dewan gereja-gereja se-

32

Adrianus Sunarko, Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi: Perhatian pada Lingkungan. Kanisius.

(2008:Yogyakarta), 31

Page 19: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

31

dunia, mengangkat dan mendeklarasikan isu ini dengan memahami bahwa krisis lingkungan

merupakan bagian dari penatalayanan gereja.33

Dalam usaha itu, maka kita akan diarahkan pada beberapa hal penting dan

mendasar, antara lain sebagai berikut:

2.5.1 Teologi Penciptaan

Upaya pendasaran teologi terhadap lingkungan hidup mengalami

perjalanan yang panjang. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat dari

para teolog. Beberapa teolog memandang Kejadian 1:26-28 sebagai dasar teologi

dari hubungan manusia dan lingkungan hidupnya. Tetapi terhadap teks ini ada

beberapa catatan penting yang harus diperhatikan supaya teks ini tidak dijadikan

sebagai dasar untuk upaya pengrusakan lingkungan hidup secara tidak

bertanggung jawab. Pertama, kata ‘berkuasa’ harus dimengerti berdasarkan

konteks terdekat Kejadian 1. Artinya kata ini harus dipahami dalam kaitan dengan

konsep tentang berkat (ayat 28a) dan tentang pembagian antara manusia dan

binatang tanpa adanya saling membunuh. Kata berkuasa (raddah) disini tidak

boleh dimengerti sebagai kesewenang-wenangan atau perlakuan keras dan kasar,

melainkan lebih sebagai tugas untuk memelihara dan mengurus. Hal tersebut

sesuai pula dengan Raja-Gembala Timur Tengah Kuno yang memang bertugas

mengatur dan mengupayakan agar rakyatnya hidup dalam damai dan sejahtera.34

33 Fred Van Dyke, Heaven and Earth Christian Perspective on Environmental Protection (Santa Barbara

California: Praeger, 2010), 15-16. 34

Adrianus Sunarko, Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi: Perhatian pada Lingkungan. Kanisius.

(2008:Yogyakarta), 33.

Page 20: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

32

Demikian pula dengan kata “menaklukkan” (kabbas) tidak boleh

dimengerti secara negatif tetapi harus dimengerti secara positif (mengolah dan

mengerjakan). Jika Kejadian 1 dimengerti seperti ini maka kejadian 1 tidak bisa

dijadikan dasar untuk membenarkan tindak eksploitasi alam secara tidak

bertanggung jawab. Manusia berdasarkan Kejadian 1 harus lebih dilihat sebagai

wakil Allah, wazir atau kalifah yang bertanggung jawab atas bumi dan segala

makhluknya.35

Tetapi penafsiran seperti ini mendapat protes dari beberapa teolog.

Mereka melihat bahwa gambaran tentang manusia sebagai pengurus alam semesta

serta penghuninya dianggap timpang. Ide tentang Raja-Timur Tengah Kuno yang

sering dipakai untuk mendasarkan interpretasi menurut para ahli sebenarnya

ambigu. Memang ada sisi pemeliharaan tetapi ada pula sisi despotisme/keseweng-

wenangan. Karena itu, ayat 28 memiliki makna ganda: Manusia di satu pihak

memang pelindung, tetapi juga memiliki sifat agresif-menguasai; di satu pihak

pemelihara tetapi juga harus senantiasa siap membendung kekacauan. Allah

Pencipta sendiri memang menjaga keharmonisan alam, tetapi itu juga harus

terjadi dengan membendung berbagai bahaya (khaos, gelap gulita) yang

mengancam kosmos. Penafsiran kedua mendasarkan pendapat mereka pada

kenyataan geografis, keadaan hidup yang keras di wilayah Kanaan. Lingkungan

hidup di Palestina adalah lingkungan hidup yang keras. Orang-orang harus

berjuang melawan kekeringan, binatang liar dan lain-lain.36

35

Ibid., 34 36

Ibid., 34

Page 21: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

33

Lebih lanjut, Jurgen Moltmann menyampaikan kritik terhadap upaya

penafsiran ulang Kejadian 1 karena menurutnya masih terlalu antroposentris.

Memang sudah ditegaskan bahwa tugas manusia adalah memelihara dan bukan

merusak alam. Tetapi pusat perhatian tetap diberikan kepada manusia. Dunia

dilihat sebagai milik manusia. Karena itu, Moltmann menegaskan bahwa mahkota

karya penciptaan sebenarnya bukan manusia melainkan sabat yaitu kegembiraan

Allah atas segala karya ciptaan-Nya sendiri yang baik.37

Dalam perspektif hubungan antara sains dan iman serta teologi,

Moltmann menegaskan bahwa teologi penciptaan perlu memandang dunia

sungguh sebagai ciptaan Allah. Hanya dengan demikian ciri antroposentris

pandangan kristiani tentang realitas dapat direlatifkan. Konsep tersebut memuat 4

unsur berikut: 1) Sebagai ciptaan dunia ini bukan sesuatu yang ilahi dan karena

itu tidak perlu disembah. Di lain pihak dunia juga bukan sesuatu yang jahat pada

dirinya sendiri, sehingga tidak perlu ditakuti; 2) Bila dunia dipahami sebagai

ciptaan maka relasi dikotomis subjek-objek dalam sains dapat diatasi. Baik

realitas yang merupakan objek sains maupun manusia dengan subjektivitasnya

adalah ciptaan Allah. Akal budi dan kehendak manusia juga bersifat kontingen

dan karena itu tidak boleh dimutlakkan; 3) Menurut iman Kristen Allah adalah

pencipta surga dan bumi, segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

Realitas yang diketahui manusia (melalui sains) tidaklah mutlak melainkan

hanyalah sebagian saja dari realitas. Bahkan, manusia sendiri sebagai subjek sains

hanyalah bagian dari ciptaan yang kelihatan. Penegasan bahwa dunia adalah

ciptaan Allah menolak klaim saintisme tentang keluasan makna realitas; 4) Dasar

37

Ibid., 35

Page 22: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

34

biblis yang diusulkan Moltmann untuk paham dunia sebagai ciptaan adalah Roma

8:19-21.

Teks ini lebih dekat dengan keprihatinan yang hidup dalam masyarakat

kontemporer, masyarakat yang mengalami dunianya dengan penuh kekhawatiran

tetapi sekaligus dengan harapan. “Karena seluruh makhluk telah ditakhlukkan

kepada kesia-siaan.. tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga

akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemuliaan

anak-anak Allah”. Berdasarkan pemahaman ini dan kritiknya terhadap pandangan

antroposentris, Moltman menekankan Sabat sebagai akhir dan puncak dari

penciptaan (bukan penciptaan manusia). 38

Pemikiran Moltman ini didukung oleh

pendapat Robert P. Borrong yang mengatakan bahwa Kita perlu memelihara

lingkungan hidup kita sebagai ungkapan syukur pada Allah Sang Pencipta yang

telah mengaruniakan lingkungan dengan segala kekayaan di dalamnya untuk

menopang hidup kita dan yang membuat hidup kita aman dan nyaman. Juga

sebagai tanda syukur kita atas pembaruan dan penebusan yang telah dilakukan

Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus. Maka memelihara lingkungan tidak

lain dari ibadah kita kepada Allah.39

Lebih lanjut Fred Van Dyke dalam bukunya Beetwen Earth and Heaven

mengemukakan bahwa kita perlu memahami kembali lingkungan sebagai

anugerah penciptaan atau creation dari Allah kepada manusia sebagai bagian dari

tradisi sejarah kekristenan yang harus diketahui dan dimaknai kembali. Karena

38

Ibid., 36 39

Robert P. Borrong. Etika Lingkungan hidup dari perspektif teologi Kristen. Jurnal pelita zaman;

Yayasan Pengembangan Pelayanan Kristen Pelita Zaman, volume 13 No. 1 (1998).

Page 23: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

35

sejarah tradisi tentang penciptaan tersebut merupakan landasan dasar kita dalam

memahami makna dan value atau nilai-nilai yang mengarahkan orang percaya

untuk dapat bertanggungjawab dengan alam ciptaan Allah. Karena tanpa sejarah

dari tradisi-tradisi kekristenan ini, orang percaya tidak akan tahu di mana

posisinya sekarang berada dalam membahas tentang masalah masalah

lingkungan.40

Fred Van Dyke mencoba menghubungankan antara apa yang dipercayai

dalam iman Kristen lewat tradisi-tradisi yang ada dan memandang lingkungan

sebagai penatalayanan, yang mana etika ini merupakan bagian dari pengajaran

gereja, baik teologinya, sejarah dan praktik kehidupan orang percaya di masa lalu

dan terhadap keprihatinannya saat ini sebagai bentuk penatalayanan gereja yang

mewujudkan misi Allah di dunia lewat lingkungan yang berbicara melalui

komunitas gereja itu sendiri terhadap dunia.41

Oleh karenanya penekanan yang

pertama terkait dengan intrinsic value atau nilai dari dalam diri terhadap bahaya

kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang berkaitan dengan aktivitas

manusia.42

Lebih lanjut secara teologis, penekananya ada pada apa yang Allah

ciptakan menurut kesaksian dalam kitab Kejadian, bahwa apa yang diciptakan

Allah di bumi ini sebagai sesuatu yang baik adanya. Hal ini kemudian, menjadi

dasar etis untuk membangun nilai-nilai kesadaran dari dalam diri setiap orang

40 Fred Van Dyke, Heaven and Earth Christian Perspective on Environmental Protection (Santa Barbara

California: Praeger, 2010), Vii-Viii.

41

Ibid., 20-23.

42

Ibid., 2.

Page 24: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

36

percaya sebagai salah satu pemahaman etika terkait dengan lingkungan,43

dalam

posisi penciptaan oleh Allah sebagai nilai intrinsiknya atau intrinsic value. Hal ini

bukan menyangkut apa yang Allah rasakan tetapi menurut Dyke lebih kepada

kualitas yang diciptakan oleh Allah itu sendiri dalam kitab Kejadian sehingga

memperkuatnya. Selain itu, hal tersebut juga menurutnya kata manusia adalah

gambaran Allah “image” merujuk atau merepresentasikan pada makna royal yang

mana menjadi semacam perintah agar manusia bertindak sesuai dengan kehendak

Allah sehingga teks tersebut menyatakan bahwa Allah membuat manusia menjadi

wakil dari dirinya untuk ciptaan non-manusia dan akan bertindak melalui mereka

untuk mencapai tujuan yang Allah maksudkan.44

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, gereja sebenarnya

mempunyai sejarah yang panjang terkait dengan lingkungan, dimulai dari

Perjanjian Lama-Perjanjian Baru yang telah dimaknai oleh orang-orang Kristen

lewat komunitas gereja yang mana hal ini dibangun dari dalam diri setiap anggota

orang percaya. Sehingga lewat iman dan prakteknya dapat bertindak secara etis

untuk memenuhi maksud dari apa yang Allah ciptakan di dalam dunia bagi

manusia dan seluruh alam ciptaan demi kemulian nama-Nya dalam rangka

melaksanakan tugas dan tanggungjawab penatalayanan gereja secara holistik.

2.5.2 Peranan Kitab Suci dalam Ekologi

Kenyataan mengenai kondisi lingkungan yang mengalami kerusakan

yang luar biasa seperti, pencemaran udara, air, perusakan dan erosi tanah,

43 Ibid., 50-53.

44

Ibid., 54.

Page 25: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

37

penebangan pohon dan penggundulan hutan, serta pemburuan satwa. Krisis

ekologi yang terjadi ini tidak hanya mempengaruhi segi-segi material planet bumi

ini, melainkan juga mempengaruhi bidang-bidang kehidupan lain yakni, ekonomi,

politik, hidup keagamaan, sosial, moral, baik secara perorangan maupun kolektif

dalam hidup bersama. Ketika berbicara ekologi fisik/alamiah, ekologi manusiawi,

ekologi sosial, ekologi ekonomi dan seterusnya, semuanya ini saling berhubungan

dan saling mempengaruhi.45

Dengan melihat kenyataan seperti ini, maka diperlukan cara berteologi

yang baru. Kita perlu melihat kembali cara berteologi kita selama ini yang hanya

berpusat pada sejarah manusia, sedangkan keadaan dan proses pergantian alam,

lingkungan hidupnya jarang dijadikan sasaran pemikiran. Pandangan teologi yang

dualistic dan bersifat berat sebelah itu jauh dari isi credo kita tentang kebangkitan

badan. Karena hal-hal kerohanian saja yang diutamakan, padahal sebenarnya

terdapat sumber tradisi ajaran yang cukup kaya mengenai ciptaan bumi yang kita

peroleh dari ajarah Perjanjian Lama seperti dalam Kejadian, Deutero-Yesaya,

Mazmur dan sastra kebijaksanaan. Makna dan peranan inkarnasi Sang Sabda

kurang dikaitkan dengan masalah lingkungan hidup.

Hal ini baru disadari sejak 40 atau 50 tahun terakhir ini oleh dorongan

Pierre Theilhard de Chardin SJ (1881-1955), sebagai seorang imam dan ahli

paleontology, jarak perhatian kepada dunia manusia dan dunia alam diperdekat.

Maka timbullah usaha menyusun kembali suatu teologi baru tentang ciptaan

sebagai hasil kerja sama antara filsuf, teolog, ilmuwan, cendekiawan dan para

45

Amatus Woi. Menyapa Bumi menyembah Hyang Ilahi: Manusia dan Lingkungan dalam Persekutuan Ciptaan. Kanisius. (2008:Yogyakarta), 55

Page 26: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

38

penganut tradisi rohani Ibrani dan Kristen. Dalam dialog interdisipliner mengenai

masalah lingkungan, peranan Kitab Suci sebagai sebagai sumber informasi ajaran

iman semakin disadari kebutuhannya.

2.5.3 Allah Pencipta Lingkungan Hidup

Pemahaman tentang Allah sebagai pencipta lingkungan hidup sangat

menentukan sikap manusia terhadap lingkungan hidupnya. Keyakinan seperti ini

telah ditunjukkan oleh orang-orang Israel yang memandang bahwa bumi yang ada

merupakan ciptaan Allah yang mengasihinya (Kej. 1:1). Hal ini berdampak pada

pemahaman mereka bahwa bumi merupakan lingkungan hidup atau tempat

(oikos) hidupnya, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci. Bumi tidak ada

dengan sendirinya, apalagi diadakan oleh roh jahat. Sebab “Allah melihat bahwa

semuanya itu baik” (Kejadian 1:13, 18, 21, 26). Kepercayaan umat Israel bergema

dalam banyak naskah Perjajian Lama, khususnya dalam Mazmur 104, yaitu

Tuhan diagungkan dalam segala ciptaan-Nya.46

Manusia dan semua makhluk hidup lainnya, bahkan seluruh planet bumi

ini, bersumber dari Allah. Allah yang menciptakannya dan Allah menghendaki

seluruhnya berada, topang- menopang, dan saling membutuhkan. Maka dasar dari

perspektif teologi Kristen mestinya bersifat teosentris, artinya berpusat pada Allah

sendiri. Kita perlu menjaga dan memelihara lingkungan hidup bukan saja karena

kita membutuhkan sumber-sumber di dalamnya dan karena bumi ini adalah rumah

kita (antroposentris), bukan pula karena makhluk hidup memiliki hak asasi

46

Amatus Woi. Menyapa Bumi menyembah Hyang Ilahi: Manusia dan Lingkungan dalam Persekutuan Ciptaan. Kanisius. (2008:Yogyakarta), 56.

Page 27: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

39

seperti hak asasi manusia (biosentris), juga bukan karena bumi ini merupakan

suatu ekosistem yang memiliki nilai intrinsik (ekosentris); kita perlu menjaga dan

memelihara lingkungan hidup karena lingkungan hidup adalah ciptaan Allah,

termasuk manusia, yang diciptakan untuk hormat dan kemuliaan-Nya.47

Karena itu, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan etika lingkungan yang telah

dijabarkan di atas maka dibutuhkan suatu sarana untuk mewujudkan itu sampai pada praktis.

Salah satu sarana yang efektif adalah pendidikan lingkungan hidup.

2.6 Pendidikan Lingkungan Hidup

Sebelum membahas mengenai pendidikan lingkungan hidup, maka akan dibahas

terlebih dahulu sejarah singkat dan perkembangannya defenisi dari lingkungan, ilmu lingkungan

dan pendidikan lingkungan hidup, yaitu, sebagai berikut:

2.6.1 Sejarah Singkat Pendidikan Lingkungan

Pada awalnya, pendidikan lingkungan merupakan dua hal yang berdiri sendiri. Di

mana dua kata ini memiliki maknanya masing-masing. Karena itu, lingkungan dan

pendidikan tidak digunakan sebagai kata konjungsi satu sama lain sampai pertengahan

1960an. Evolusi dari pendidikan lingkungan memiliki gabungan yang signifikan dari

beberapa pengaruh yang kuat dari beberapa tokoh abad ke-18 dan 19 yakni para pemikir,

penulis dan pendidik terutama Goethe, Rousseau, Humboldt, Haeckel, Froebel, Dewey dan

Montessori. Sementara itu pioneer yang berperan dan berkontribusi terhadap lingkungan dan

47

Robert P. Borrong. Etika Lingkungan hidup dari perspektif teologi Kristen. Jurnal pelita zaman; Yayasan

Pengembangan Pelayanan Kristen Pelita Zaman, volume 13 No. 1 (1998).

Page 28: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

40

prakteknya, menurut banyak penulis mengatribusikan pendidikan lingkungan di UK kepada

professor Botany dan perencana, pengatur kota dan negara dari Skotlandia Patrick Geddes

(1854-1933). Ia yang pertama kali membuat hubungan antara kualitas lingkungan dan

pendidikan sekaligus merupakan pencetus metode survey yang penekanannya adalah dengan

belajar langsung dari lingkungan pada tahun 1892.48

Pada perkembangan-perkembangan awalnya, didirikan dewan pendidikan

lingkungan atau Council Environment Education (CEE) bertujuan membahas tiga hal dalam

penelitian dan hasil publikasi yang dilakukan yakni, pengembangan: tujuannya, untuk

memfasilitasi pengembangan teori dan praktik dari pendidikan lingkungan. Promosi:

bertujuan untuk mempromosikan konsep pendidikan lingkungan dan memfasilitasi

penerapannya di semua bidang pendidikan. Review: bertujuan untuk memantau kemajuan

pendidikan lingkungan dan menilai efektivitasnya. Di tahun 1968 UNESCO, dalam

konferensi yang diselenggarakan menyuarakan agar dikembangkannya kurikulum dan

materi pengajaran tentang lingkungan pada setiap level pendidikan, untuk dipromosikan

pelatihan secara teknis dan menstimulasi kepedulian secara global terhadap masalah

lingkungan.49

Hal ini kemudian menghasilkan pendefenisian terhadap pendidikan

lingkungan hidup.

Sebelum masuk pada penjelasan mengenai defenisi pendidikan lingkungan hidup,

berikut beberapa pendapat tentang defenisi lingkungan hidup atau pun ilmu lingkungan.

48 Joy A Palmer, Environmental Education in 21 Century Theory, practice and promise

(London:Routledge, 2003), 4.

49

Ibid., 5.

Page 29: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

41

2.6.2 Pengertian Lingkungan Hidup dan Pendidikan Lingkungan

Lingkungan adalah gabungan semua hal di sekitar kita yang mempengaruhi hidup

kita. Hal-hal yang mempengaruhi hidup kita adalah suhu, udara, air dan sebagainya.50

Broadly berpendapat bahwa, lingkungan adalah jumlah total dari semua kondisi dan

pengaruh yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan dari semua organisme di

bumi.51

Di dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Lingkungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, yaitu UU no. 32 tahun 2009, memberikan pengertian lingkungan hidup

sebagai berikut: Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.52

Defenisi

lain yang hampir sama dengan isi UU Perlindungan Lingkungan disampaikan oleh

Munadjat, yang melihat secara sederhana, bahwa lingkungan dapat diartikan sebagai semua

benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah-perbuatannya,

yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup

serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.53

Dalam memahami lingkungan hidup, banyak orang sering menyamakan ilmu

lingkungan dengan ekologi. Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar. Menurut Wiryono,

ekologi merupakan dasar dari ilmu lingkungan, atau ilmu lingkungan merupakan aplikasi

dari ekologi. Istilah ekologi ditemukan oleh Ernest Haeckel Zoologiwan (ilmuan yang

mempelajari ilmu hewan) dari Jerman, di tahun 1866, tetapi sampai dengan pertengahan

50

Wiryono, Pengantar Ilmu Lingkungan. PERTELON. (2013:Bengkulu), 1. 51

Anil Kumar De and Arnab Kumar de, Environmental Education. New Age International (P) Limited. (2004:New Delhi), 1.

52 Wiryono, Pengantar Ilmu Lingkungan. PERTELON. (2013:Bengkulu), 1.

53 Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan, Buku I Umum. Binacipta. (1985:Jakarta), 67.

Page 30: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

42

abad 20 cabang ilmu ekologi belum banyak dikenal orang. Istilah ekologi baru terkenal

setelah gerakan penyelamatan lingkungan tumbuh secara luas di negara-negara maju pada

dasawarsa 1960-an. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat atas masalah

lingkungan, istilah ekologi menjadi semakin populer, tetapi juga semakin salah digunakan.54

Ada banyak defenisi tentang ekologi, tetapi yang paling banyak dipakai adalah

ketika ekologi dilihat sebagai studi tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

lingkungannya. Menurut Krebs 1978, defenisi ini terlalu luas, karena semua macam studi

dapat masuk di dalamnya. Dia lebih sepakat dengan defenisi yang dibuat oleh Andrewarth

yang mendefenisikan ekologi sebagai studi ilmiah tentang distribusi dan kelimpahan

(abundance) organisme. Menurut Krebs, defenisi Andrewarth ini lebih baik, tetapi ada satu

kata kunci yang kurang, yaitu interaksi. Oleh karena itu Krebs menyempurnakan defenisi di

atas menjadi, ekologi adalah studi ilmiah tentang interaksi yang menentukan distribusi dan

kelimpahan organisme.55

Terdapat beberapa pandangan atau pengertian tentang ilmu lingkungan yang

dibuat oleh beberapa ahli. Botkin and Keller mendefenisikan bahwa ilmu lingkungan adalah

sekelompok ilmu-ilmu yang mencoba menjelaskan bagaimana kehidupan di bumi

dilestarikan, apa yang menyebabkan persoalan lingkungan dan bagaimana persoalan ini

dapat diselesaikan. Menurut mereka, banyak disiplin ilmu (sains) penting bagi ilmu

lingkungan, yaitu biologi (khususnya ekologi), geologi, hidrologi, klimatologi, meteorology,

54

Wiryono, Pengantar Ilmu Lingkungan.… 2-3. 55

Ibid., 3.

Page 31: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

43

oseanologi (ilmu kelautan), dan ilmu tanah. Mereka juga berpendapat bahwa ilmu

lingkungan juga berkaitan dengan ilmu bukan sains yakni filsafat dan ekonomi.56

Berdasarkan perkembangannya yang sedemikian rupa maka ilmu lingkungan

secara spesifik telah berkembang hingga menjadi pendidikan lingkungan hidup. Secara

khusus pembahasan mengenai teori pendidikan lingkungan berangkat dari berbagai isu

lingkungan hidup yang muncul dan terjadi dalam kehidupan masyarakat diberbagai belahan

dunia. Isu lingkungan hidup meliputi masalah-masalah seperti, pertumbuhan penduduk,

kemiskinan, ketidaksama rataan, hutan tropis, masalah kekeringan, air bersih, laut dan

pantai, atmosfir dan iklim dan seterusnya. Dengan melihat masalah-masalah ini, maka

muncullah berbagai alternatif teori dan praksis yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan

lingkungan dari kerusakan yang lebih serius lagi.

Pendidikan lingkungan hidup didefenisikan sebagai proses mengenali nilai-nilai

dan mengklarifikasi konsep-konsep untuk mengembangkan keterampilan dan sikap yang

diperlukan untuk memahami dan menghargai keterkaitan antara budaya manusia dan

lingkungan fisiknya. Pendidikan lingkungan juga memerlukan praktik di dalam pembuatan

keputusan, dan perumusan kode perilaku tentang isu-isu yang berfokus pada kualitas

lingkungan hidup (IUCN, 1971). Defenisi ini diperkenalkan lebih lanjut kepada dunia

melalui konferensi workshop yang diadakan di UK, India, Belanda, Canada, Kenya, dan

argentina dan kepedulian ini bertambah dan merambah sampai ke Nevada, USA.57

Oleh karena itu pendidikan lingkungan hidup ini sangat terkait dengan berbagai

segi kehidupan manusia baik di perkotaan, maupun di daerah-daerah yang dapat dipandang

56

Ibid., 4. 57

Joy, A. Palmer, Environmental Education in the 21st

Century.…. 7.

Page 32: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

44

dari berbagai sisi seperti politik, ekonomi dan sebagainya. Apalagi, pendidikan lingkungan

mencoba mengkaji kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh manusia karena ingin

mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan alasan pembangunan daerah namun sering

mengorbankan lingkungan sebagai tanggung jawab sosialnya.

2.6.3 Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hingga Abad ke-21

Pada tahun 1972 dalam konferensi Human Environment yang diadakan di

Stockholm Swedia menghasilkan deklarasi: “..education in environmental matters for the

younger generation as well as adult.. giving due consideration for the underprivileged is

essential.58

Keputusan mendasar dari pertemuan ini merekomendasikan disahkannya

pendidikan lingkungan, sebagai kebutuhan secara international yang penting. Karena

konferensi ini merefleksikan peningkatan ketertarikan terhadap lingkungan di tahun 1970an.

Hal ini menghasilkan dibentuknya United Nations Environment Program (UNEP) yang

didirikan bersama-sama dengan UNESCO di tahun 1975, dan pertama kali diluncurkan pada

workshop International Environmental Education Program di Belgrade oleh

UNESCO/UNEP. IEEP ini menghasilkan pernyataan pemerintah dunia internasional terkait

pendidikan lingkungan. Hal ini dilakukan untuk menetapkan tujuan, objek, konsep kunci,

dan prinsip-prinsip, dalam sebuah dokumen yang dipersiapkan dalam pertemuan yang

diketahui sebagai “The Belgrade Charter-a Global Framework for environmental

education’. Secara ringkas berikut ini pokok-pokok pikirannya:

58 Ibid., 7.

Page 33: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

45

1. Membantu menyelesaikan dan mengembangkan kepedulian dan fokus tentang masalah

ekonomi, sosial, politik dan ekologi secara inter-dependence di daerah perkotaan dan

pedesaan;

2. Menyediakan kesempatan kepada setiap orang untuk memperoleh pengetahuan, value,

sikap, komitmen dan kemampuan untuk menjaga dan mengembangkan lingkungan;

3. Menciptakan pola dari perilaku yang baru pada setiap individu, kelompok, dan

masyarakat sebagai satu keseluruhan terhadap lingkungan.

Indikator kunci ini diterjemahkan ke dalam kebijakan pada tingkat nasional, di

dalam setiap negara di mana pendidikan lingkungan belum terintegrasi dan dikembangkan

(Tolba 1977). Perdebatan dan perencanaan yang dimaksudkan dilanjutkan dalam perdebatan

di Tbilisi, Georgia USSR pada oktober 1977. Disini pertama kalinya UNESCO sebagai

pemerintah internasional mengadakan konferensi terhadap pendidikan lingkungan yang

diselenggarakan oleh anggota delegasi berjumlah 66 orang dari UNESCO bersama-sama

beberapa organisasi swasta (NGOs).

Pertemuan ini merekomendasikan aspek pendidikan lingkungan secara formal

maupun informal berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan pada konferensi

Berlgrade. Hal ini bertujuan menyusun kerangka kerja untuk sebuah konsesus international

yang mana tanpa memiliki pengaruh yang berkaitan dengan pengembangan dari pendidikan

lingkungan di sekitar bumi. Pada konferensi di Georgia Tbilisi, 1977 ini telah menghasilkan

blue print untuk pengembangan pendidikan lingkungan di banyak Negara hingga saat ini.

Konferensi selanjutnya dilakukan di Rio De Janero Brazil, di mana pengaruhnya sampai ke

Asia seperti China, Srilangka Australia dengan berbagai konteks perkembangan pendidikan

Page 34: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

46

lingkungannya59

dengan tema yang berbeda berdasarkan konferensi-konferensi sebelumnya

yang kemudian telah melibatkan banyak negara pada tahun 1990an terkait masalah

lingkungan sebagai masalah global yang telah melibatkan berbagai pihak.

Sementara itu, dalam pengembangan dasar pada sains dan pendekatan

interdisipliner, pendekatan terhadap pendidikan lingkungan pertama-tama

mempertimbangkan aspek kemanusiaan dari individu sebagai subjek. Pada sebuah publikasi

pendidik dari depertemen pendidikan di Skotlandia tahun 1974, beberapa catatan penting

yang ditekankan adalah:60

1. Secara formal maupun informal pendidikan harus menggunakan secara lebih dalam

tempat (lokal) pada suatu lingkungan, untuk menyediakan pengetahuan, pelatihan,

mengembangkan kemampuan (skills) secara tepat dalam pengalaman.

2. Pelajar dan orang-orang muda, harus diperkenalkan konsep dan value tentang

lingkungan, yang diberikan secara praktis dalam membuat keputusan dan memberikan

kesempatan dan melibatkannya secara personal.

3. Pelajar dan orang-orang muda harus diberikan pelatihan untuk dapat menilai dan

mengkritik banyak pengetahuan yang diekspresikan saat ini terhadap isu lingkungan

hidup.

4. Pendidikan lingkungan harus menyerap kurikulum baik itu dari dalam dan luar sekolah;

5. Setiap sekolah harus memiliki pengaturan yang memadai untuk perencanaan dan

implementasi sebuah program dari pendidikan lingkungan;

59 Ibid., 17,171-224.

60

Ibid., 9.

Page 35: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

47

6. Membuat pendidikan lingkungan menjadi subjek yang tidak terpisah;

7. Program pendidikan lingkungan dari sekolah dasar sampai menengah harus berkelanjutan

ke dalam proses pendidikan informal dalam kehidupan;

8. Adanya upaya yang harus dibuat untuk mengkoordinasikan total program dari

pendidikan lingkungan.

Dalam proses pelaksanaan pendidikan lingkungan secara formal di UK, terdapat

tiga kategori strategi pengajarannya yang kompleks:61

1. Menggunakan lingkungan sebagai sebuah media untuk pendidikan.

2. Menggunakan lingkungan sebagai subjek investigasi/percobaan.

3. Pemeliharaan dan perbaikan dari lingkungan sebagai goal atau tujuan dari pendidikan.

Rekomendasi dari Pertemuan yang dilakukan di Tbilisi tahun 1978 terkait

pendidikan lingkungan adalah:62

Pendidikan lingkungan merupakan sebuah proses seumur hidup.

Pendidikan lingkungan merupakan bidang interdisipliner yang holistik secara alami dan

sebagai sebuah aplikasi;

Pendidikan lingkungan adalah sebuah pendekatan pendidikan yang menyeluruh dari pada

hanya sebagai sebuah subjek;

61 Ibid., 10.

62

Ibid., 10-11.

Page 36: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

48

Fokusnya terletak pada inter-relationship dan interconnectedness antara manusia dan

sistem alami;

Memandang lingkungan secara keseluruhan yakni mencakup aspek sosial, politik,

ekonomi, teknologi, moral, aesthetic dan aspek spiritual;

Mengakui bahwa energi dan material yang ada di alam saat ini berada dalam keadaan

terbatas.

Mendorong partisipasi di dalam pengalaman belajar;

Menekankan tanggung jawab yang aktif;

Menggunakan berbagai teknik dari model belajar-mengajar. Dengan penekanannya pada

aktivitas praktik dan pengalaman;

Prihatin dengan persoalan lokal dan dimensi global, serta mempertimbangkan dimensi

masa lalu, saat ini dan masa yan akan datang;

Meningkatkan situasi belajar yang didukung oleh organisasi dan struktur dari institusi

secara keseluruhan.

Mendorong klarifikasi dari value atau nilai dan pengembangan nilai-nilai yang sensitif

bagi lingkungan;

Prihatin dan fokus dengan pembangunan suatu etika lingkungan.

Rekomendasi-rekomendasi ini merupakan hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan

dalam mengembangkan pendidikan lingkungan serta menentukan apa yang menjadi

tujuan dari pendidikan lingkungan itu sendiri.

Page 37: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

49

2.6.4 Tujuan Pendidikan Lingkungan

Berdasarkan sejarah perkembangan pendidikan lingkungan dan perdebatan-

perdebatan yang dilakukan, maka di tetapkanlah tujuan pendidikan lingkungan.

Penetapan ini didasarkan pada kurikulum nasional untuk sekolah di Inggris. Adapun

tujuan utama atau goal dari pendidikan lingkungan pada pertemuan di Tbilisi yang mana

merupakan tulisan akhir yang direfleksikan dan diidentifikasi pada pertemuan di

Belgrade, Yakni untuk:63

1. Mendorong kesadaran dan keprihatinan tentang masalah ekonomi, sosial, politik

dan ekologi yang saling berkaitan di perkotaan dan daerah pedesaan.

2. Menyediakan kesempatan bagi setiap orang untuk memperoleh pengetahuan,

values atau nilai, sikap dan komitmen dan kemampuan yang dibutuhkan untuk

memproteksi dan meningkatkan lingkungan hidup.

3. Menciptakan pola perilaku yang baru bagi setiap individu, kelompok, dan

masyarakat secara keseluruhan, bagi lingkungan (UNESCO 1977).

Pada perkembangan selanjutnya pandangan tentang tujuan utama dari National

Association for Environmental Education (UK) 1976 yang kemudian direvisi pada tahun

1982, pada 1992 menyusun target pembelajaran atau performa objektif untuk semua sekolah,

umur, dan kelompok. sebagai contohnya;64

Tujuan dalam pendidikan lingkungan bagi sekolah

dasar dan menengah usia (5-12) menekankan pada;

63 Ibid., 11.

64

Ibid., 12-13.

Page 38: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

50

a. Wilayah atau lokasi: Berkaitan dengan konteks dasar pada lingkungan lokal dan konteks

pengalaman di tingkat nasional.

b. Atmosfer dan kosmos: Hal ini berkaitan dengan gambaran terkait iklim pada lingkungan

lokal dan mengapresikan manfaatnya bagi produksi makanan. Artinya mengakui peran

atmosfer di dalam kehidupan bagi tanaman, dan hewan serta dapat mengidentifikasi

keadaan iklim dan pola vegetasi di dunia.

c. Bentangan alam, tanah dan mineral: Artinya dapat mengetahui bahwa tanah sangatlah

dinamis; (1) proses pembentukannya, (2) Dihuni oleh makluk hidup dan mendukung

pertumbuhan tanaman, (3) dapat terkikis atau menjadi subur. Sehingga dapat

diidentifikasi tipe-tipe yang berbeda dari tanah, dan melihat interaksi antara tanah dan

mahkluk hidup. Selain itu dapat memahami bahwa mineral itu sumber daya yang

terbatas. Karena itu, dapat menjadi poin penting pada sebuah peta pemahaman secara

umum dalam pengaturan dari landforms atau bentangan alam di Britain dan dunia.

d. Tumbuhan dan hewan: Pertama-tama pentingnya mengetahui melalui pengalaman variasi

dari tumbuhan dan hewan di lingkungan sekitar. Mengakui dan memahami hubungan

saling ketergantungan antara tanah, atmosfersebagai produsen, sedangkan tumbuhan,

hewan dan manusia sebagai konsumen. Mengetahui maksud dari rantai makanan di mana

penekanannya terletak pada pentingnya makanan dan jenisnya bagi manusia.

e. Air: Mengetahui pentingnya air bagi kehidupan sebagai sumber daya alami, mengetahui

siklus air serta sadar terhadap pencemeran air.

f. Manusia: Mengakui perbedaan dan kesamaan di antara manusia. Memahami bagaimana

manusia tinggal dan menggunakan lingkungan secara berbeda. Mengetahui tentang

Page 39: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

51

berkurangnya penduduk di desa, sebagai fenomena dunia. Sadar terhadap pertumbuhan

pendudukan dan hal ini berhubungan dengan kualitas hidup.

g. Organisasi sosial: Belajar tentang tanggung jawab individu dan kelompok terhadap

lingkungan. Menggunakan pengalaman dengan lingkungan hidup untuk mendisiplinkan

diri. Mengakui para agen yang bekerja pada masalah-masalah lingkungan, dan mengakui

korporasi international yang dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah lingkungan.

h. Ekonomi: Berkaitan dengan makanan, pakaian dan tempat tinggal yang dibutuhkan oleh

masyarakat yang berasal dari sumber-sumber yang bervariasi. Mengakui sumber-sumber

organisasi seperti, pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, manufaktur,

pelayanan publik, transportasi dan komunikasi.

i. Athetics, etika, literacy, dan numeracy: Menggunakan pengalaman di lingkungan untuk

memperoleh kemampuan/skills. Membangun basis kosa kata dari istilah lingkungan.

Menggunakan seni visual dan musik untuk menggambarkan dan mengintepretasikan

variasi lingkungan. Mengembangkan sebuah apresiasi dari faktor seni dan desain di

dalam membangun lingkungan.

j. Membangun lingkungan: Mengakui perbedaan pembangunan dan daerah fungsional di

area lokal seperti (perumahan, tempat perbelanjaan, tempat kerja, tempat rekreasi) dan

mengetahui tempat pelayanan utama seperti (kantor polisi, pemadam kebakaran, rumah

sakit, dan lain-lain).

Page 40: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

52

k. Energi: Mengakui perwujudan dari energi di dalam variasi bentuk yang dikontrol oleh

manusia. Menyadari energi itu datang dari matahari. Mengetahui asal dari bahan bakar

yang bersumber pada fosil (NAEE, 1976).65

Dengan demikian pokok-pokok pikiran yang disebutkan ini berlaku juga dalam

konteks pendidikan lingkungan baik secara formal pada level menengah maupun level atas.

Karena dalam perkembangannya terdapat beberapa penekanan pada pemahaman terhadap

pengetahuan pendidikan lingkungan, pengembangan kemampuan atau skill,

mengkomunikasikan pengetahuan tentang lingkungan yang mencakup masalah-masalahnya,

dan pendekatakan-pendekatan yang dilakukan untuk mengatur sikap dan partisipasi sebagai

kelompok pembuat keputusan maupun sebagai bagian personal dari respon pembuatan

keputusan bagi lingkungan.66

Lebih lanjut, secara ringkas oleh Palmer, dipetakanlah trend

kunci dalam pendidikan lingkungan sebagai berikut.67

1960an Nature Study

Pada tahun ini, perkembangan studi alam mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan

dan hewan, dan physical system yang mendukungnya. Ini merupakan bidang pekerjaan dari

para ahli dengan berfokus pada biologi-geografi, dan lain-lain.

1970an berpusat pada studi lapangan atau outdoor/adventure education

Perkembangan pada tahun ini mengalami peningkatan di mana lingkungan alami

digunakan sebagai pengalaman pertama dalam pembelajaran. Studi ini berpusat pada studi

lapangan. Perkembangan lingkungan/pendidikan pada bidang ini berpusat di luar ruangan di

65 Ibid., 13.

66

Ibid., 18.

67

Ibid., 23.

Page 41: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

53

mana sebagai pusat untuk mengembangkan kesadaran melalui aktivitas praktek dan

investigasi. Selain itu, ada juga pendidikan konservasi, di mana mengajarkan tentang isu-isu

terkait konservasi, dan studi-studi pedesaan. Studi ini merupakan studi tentang membangun

lingkungan/streetwork.

1980an Pendidikan secara Global

Pada tahap ini, terjadi pengembangan sebuah isu lingkungan yang lebih luas,

yakni pengembangan pendidikan lingkungan yang memiliki sebuah dimensi politik dan

Value education atau nilai-nilai pendidikannya. Hal ini bertujuan untuk mengklarifikasi nilai-

nilai dari pengalaman individu yang terkait dengan lingkungan. Selain itu pada tahun-tahun

ini juga fokusnya terletak pada action research atau penyelesaian masalah/problem-solving.

Murid-murid dibimbing untuk memecahkan masalah dan melibatkannya di bidang kerja yang

terkait dengan lingkungan.

1990an Pemberdayaan atau Empowerment

Pada perkembangan ini, fokusnya terletak pada komunikasi, yakni membangun

kapasitas, pemecahan masalah dan tindakan ditujukan kepada resolusi dari masalah-masalah

lingkungan sosial atau socio-environment. Selain itu, ada juga pendidikan yang

dikembangkan untuk suatu pembangunan masa depan. Penekanannya terletak pada partisipasi

dalam bertindak. Hal ini relevan atau berguna untuk merubah perilaku-perilaku dan

menyelesaikan masalah-masalah ekologis.

2000an komunitas dari sesama atau community of partners?

Page 42: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

54

Pada tahap ini, anak-anak, pelajar, pengajar, NGos, dan politikus-bekerja

bersama-sama untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah sosio-ekologis.

Secara langsung dalam pembahasannya, Palmer berbicara dalam sejarah

pendidikan lingkungan dalam konteks United Kingdom, yang mana di dalamnya ia

mengutarakan juga keseluruhan sejarah perkembangannya termasuk aspek spiritual dalam

pengembangan pendidikan lingkungan. Namun demikian Palmer tidak terlalu berfokus pada

aspek spiritualnya karena aspek ini dibahas dengan menggunakan kata aesthetic (yang lebih

menekankan pada pengalaman di alam sebagai pengalaman spiritual setiap orang dalam

menikmati keindahan alam yang kemudian dipusatkan pada keyakinan iman setiap orang

berdasarkan kepercayaannya).68

Kemudian, hal ini juga dibahas dalam konteks pendidikan

yang terkait dengan kurikulum dan prakteknya yang melibatkan keseluruhan dimensi, baik

politik, sosial, ekonomi, dan berbagai ilmu lainnya yang terkait dengan lingkungan di tingkat

lokal, perkotaan, negara dan global secara sistematis.

Hal ini dipahami dan diklaim sebagai keprihatinan bersama dalam berbagai

struktur yang ada dan berbasis pada pengalaman individu dengan lingkungannya, kelompok,

dan sebagai respons tanggung jawab bersama dalam organisasi dan di dunia dalam proses

bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan lingkungan. Selain itu, harus diakui juga bahwa

keberadaan lingkungan hidup sebagai penunjang kehidupan dalam pengalaman dapat

merubah sikap dan perilaku mereka terhadap lingkungan serta berupaya menjaga dan

merawatnya lewat pendidikan lingkungan yang memadai baik secara formal maupun informal

dan berkelanjutan baik dari masa lalu, saat ini dan di masa depan.

68 Ibid., 23.

Page 43: Bab 2 Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Tanggung Jawab ...€¦ · etika lingkungan hidup, teologi lingkungan hidup, dan pendidikan lingkungan hidup dalam menanggapi masalah lingkungan

55

2.7 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa untuk menggumuli

dan mengkaji pendidikan lingkungan hidup dalam kehidupan bergereja perlu untuk melihat

kembali teologi sosial yang ada dalam gereja. Berdasarkan teologi sosial tersebut gereja akan

menolong gereja untuk lebih memahami fungsinya sebagai salah satu lembaga sosial yang

berperan penting juga untuk menggumuli masalah-masalah sosial yang ada, termasuk di

dalamnya masalah lingkungan hidup. Ketika sudah menyadari fungsi sosialnya, maka gereja juga

perlu memikirkan etika lingkungan sebagai salah satu dasar penting dalam menentukan sikap dan

tindakan terhadap lingkungan hidup disamping memikirkan dasar penting lainnya yakni dasar

teologi lingkungan hidup. Dengan demikian, maka gereja pun akan dapat melaksanakan

tanggung jawab sebagai bentuk kepeduliannya terhadap lingkungan melalui sarana yang baik

dan efektif yakni pendidikan lingkungan. Melalui pendidikan lingkungan gereja akan semakin

ditopang dalam hal-hal praktis yang dapat dilakukan dalam mewujudkan kepedulian terhadap

lingkungan hidup.