BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Informasi Akuntansi...
-
Upload
truongthien -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Informasi Akuntansi...
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi bertanggung jawab atas aktivitas pengumpulan,
penyimpanan, dan pengolahan data keuangan dan akuntansi yang digunakan
untuk pengambilan keputusan manajemen internal, termasuk transaksi non
finansial yang secara langsung mempengaruhi proses transaksi keuangan.
Gelinas dan Dull (2008 : 14) mengemukakan, Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) merupakan suatu spesialisasi subsistem dari sistem
informasi yang bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan
informasi yang berhubungan dengan aspek keuangan dari kejadian bisnis.
Sedangkan Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2008 : 6)
mengemukakan, SIA adalah subsistem dari Sistem Informasi Manajemen
(SIM), yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, serta informasi
lainnya yang diperoleh dari pengolahan rutin dari transaksi akuntansi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa SIA merupakan suatu sistem berbasis
komputer yang berfungsi untuk melakukan pengumpulan, pencatatan,
penyimpanan dan pemperosesan data yang berasal dari transaksi-transaksi
akuntansi yang terjadi secara rutin. Tujuan SIA adalah untuk menghasilkan
informasi yang berkaitan dengan akuntansi dan keuangan bagi pihak-pihak
tertentu yang berkepentingan, baik pihak internal maupun eksternal, sebagai
upaya pengambilan keputusan dan isinya dapat dipertanggungjawabkan.
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2008 : 7),
terdapat lima macam penggunaan informasi akuntansi, yaitu :
1. Membuat laporan eksternal
Perusahaan menggunakan SIA untuk menghasilkan laporan-laporan
khusus yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi para
10
pihak yang berkepentingan, seperti investor, kreditor, dinas pajak, dan
badan-badan pemerintah. Laporan-laporan tersebut antara lain adalah
laporan keuangan, Surat Pemberitahuan Pajak (SPT), dan laporan-
laporan lain yang diperlukan badan-badan pemerintah untuk mengatur
perusahaan dalam industri perbankan dan utilitas.
2. Mendukung aktivitas rutin
Para manajer memmbutuhkan suatu sistem informasi akuntansi untuk
menangani aktivitas rutin sepanjang siklus operasional perusahaan.
3. Mendukung pengambilan keputusan
Informasi diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan yang
bersifat tidak rutin pada semua tingkat di dalam suatu perusahaan.
Contohnya, untuk mengetahui produk-produk yang memiliki tingkat
penjualan tertinggi atau pelanggan yang paling banyak melakukan
transaksi pembelian. Informasi tersebut sangat penting untuk mendukung
perencanaan produk baru, memutuskan produk-produk yang harus ada di
persediaan, dan memasarkan produk kepada para pelanggan.
4. Perencanaan dan pengendalian
Suatu sistem informasi juga diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian. Contohnya adalah informasi mengenai anggaran dan biaya
standar yang disimpan sistem informasi, dan laporan dirancang untuk
membandingkan angka anggaran dengan jumlah aktual yang terjadi.
5. Menerapkan pengendalian internal
Pengendalian internal (internal control) merupakan kumpulan kebijakan,
prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk dapat melindungi
aset-aset perusahaan dari terjadinya kerugian atau korupsi, dan untuk
memelihara keakuratan dari data-data keuangan perusahaan.
Menurut Sori, Zulkarnain Muhamad dalam jurnalnya yang berjudul
Accounting Information Systems (AIS) and Knowledge Management: A Case
Study (2009 : 41) mengemukakan bahwa peran dari fungsi akuntansi telah
meningkat akibat perkembangan sistem informasi akuntansi yang pada
akhirnya berkontribusi terhadap nilai organisasi. Bahkan secara otomatis SIA
yang diimplementasikan di organisasi dapat mempercepat proses pembuatan
laporan keuangan dan mengurangi kesalahan manusia. SIA juga dapat
11
memberikan informasi pada data aktual dan data anggaran perusahaan yang
nantinya dapat membantu manajemen merencanakan dan mengawasi
kegiatan operasional.
2.2 Risiko dan Sistem Pengendalian Internal
2.2.1 Risiko Sistem
Rama dan Jones (2008) menjabarkan bahwa terdapat beberapa risiko
yang dapat muncul saat pengumpulan data secara elektronik dan komunikasi
informasi yang dilakukan oleh user, yang antara lain sebagai berikut :
a. Privasi informasi yang kemungkinan tidak terjamin
b. Data yang mungkin dapat diubah atau rusak selama masa transmisi
(integritas)
c. Pengirim atau penerima mungkin tidak diyakinkan indentitasnya
antara satu dengan yang lainnya (autentifikasi)
d. Perhatian mungkin akan muncul secara hukum atas pembuktian
bahwa dokuman dikirimkan atau diterima (bukan
penolakan/nonrepudiasi).
2.2.2 Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 192), pengendalian internal
merupakan suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen
dan direksi yang berada di bawahnya untuk memberikan keyakinan bahwa
tujuan pengendalian dapat dicapai dengan beberapa cara yang antara lain
sebgai berikut :
a. Mengamankan aset, termasuk mencegah atau mendeteksi akuisisi yang
tidak sah secara tepat waktu, dan menggunakan atau mendisposisikan
aset material perusahaan.
b. Menjaga data-data perusahaan secara akurat, rinci dan teratur sehingga
dapat mencerminkan bahwa asset perusahaan tersebut bersifat baik.
c. Menyediakan informasi yang akurat dan handal karena dapat
dipertanggung jawabkan nantinya.
12
d. Memberikan kepercayaan bahwa laporan keuangan disusun sesuai
dengan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).
e. Mempromosikan dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan,
termasuk menghasilkan laporan bahwa penerimaan dan pengeluaran
perusahaan telah dibuat sesuai kewenangan manajemen dan direktur.
f. Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan manajerial yang ditentukan.
g. Mematuhi undang-undang dan peraturan yang sedang berlaku.
2.2.3 Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2009:196), berdasarkan Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO), tujuan
sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut :
a. Menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya;
b. Menghasilkan operasi yang dapat menunjang dalam pencapaian tujuan
perusahaan dengan biaya yang minimal;
c. Mentaati hukum dan peraturan yang ditetapkan.
2.2.4 Komponen Sistem Pengendalian Internal
Committee of Sponsoring Organizations (COSO) memberikan definisi
pengendalian internal memiliki 5 komponen yang dapat ditemukan dalam
Gelinas dan Dull (2008 : 216), yaitu:
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para anggotanya.
Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen
Pengendalian Internal lainnya, memberikan disiplin dan struktur.
b. Control Activities
Yaitu kebijakan dan prosedur membantu meyakinkan manajemen bahwa
arahannya telah dijalankan. Control Activities membantu meyakinkan
bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil dalam menghadapi resiko
sehingga tujuan entitas dapat tercapai. Control Activities terjadi pada
seluruh organisasi, pada seluruh level, dan seluruh fungsi.
13
c. Risk Assesment
Yaitu proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang
relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk
menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi,
industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan
mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko spesial
terkait dengan perubahan tersebut.
d. Information and Communication
Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan
terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe yang memungkinkan
orang-orang menjalankan tanggung jawabnya masing-masing.
e. Monitoring
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk
menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini
terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan,
evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya.
2.3 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.3.1 Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
Menurut Satzinger, John W (2005 : 4), analisis sistem (system analysis)
adalah suatu proses untuk memahami dan menspesifikasikan secara terperinci
mengenai sistem informasi seperti apa yang sebaiknya dikerjakan. Sedangkan
perancangan sistem (system design) adalah suatu proses untuk menentukan
secara rinci bagaimana komponen-komponen di dalam sistem informasi
sebaiknya diimplementasikan secara fisik.
Untuk melakukan proses-proses tersebut dibutuhkan oleh seorang ahli
yang disebut sistem analis. Sistem analis (system analyst) menurut Satzinger,
John W (2005 : 4) merupakan seorang profesional yang menggunakan teknik
analisis dan perancangan sistem untuk dapat memecahkan permasalahan di
dalam dunia bisnis menggunakan teknologi informasi.
14
2.3.2 Object Oriented Analysis (OOA)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005,p60), object oriented
analysis adalah penjelasan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan di
dalam sistem dan menunjukkan interaksi user, disebut use case dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas.
2.3.3 Pengertian Object Oriented Design
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 60), object oriented design
adalah penjelasan semua jenis objek yang dibutuhkan untuk berkomunikasi
dengan orang-orang dan alat di dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek
tersebut saling berhubungan untuk menyelesaikan pekerjaan, dan mengolah
definisi dari setiap jenis objek, maka objek tersebut dapat diterapkan dengan
lingkungan atau bahasa khusus.
2.3.4 Pengertian Object Oriented Programming
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 61), object oriented
programming adalah penulisan pernyataan dalam bahasa pemrograman untuk
menggambarkan setiap jenis apa yang dilakukan oleh objek, termasuk
pengiriman pesan objek kepada satu sama lain.
2.4 Unified Model Language (UML)
2.4.1 Pengertian Unified Model Language (UML)
Menurut Satzinger, John W (2005 : 48), UML adalah serangkaian standar
konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk
pengembangan berorientasi objek. Notasi standar yang digunakan dalam
OOAD adalah UML (Unified Modelling Language). UML hanya berfungsi
sebagai notasi, bukan sebagai metode dalam melakukan permodelan.
2.4.2 Activity Diagram
Menurut Satzinger, John W (2005 : 144), activity diagram adalah tipe
diagram alur kerja (workflow diagram) yang menggambarkan aktivitas dari
15
pengguna dan alurnya secara berurutan. Workflow adalah urutan langkah-
langkah untuk memproses suatu transaksi bisnis.
Adapun simbol-simbol yang digunakan pada activity diagram, yaitu:
a. Starting Activity (pseudo), yaitu simbol untuk menandakan
dimulainya aktivitas.
b. Transition Arrow, yaitu garis penunujuk arah urutan aktivitas
yang menggambarkan transisi dari suatu aktivitas.
c. Activity, yaitu simbol yang menggambarkan aktivitas.
d. Ending Activity (pseudo), yaitu simbol untuk menandakan
berakhirnya aktivitas.
e. Swimlane, yaitu area persegi dalam activity diagram yang
menunjukkan aktivitas diselesaikan single agent.
f. Synchronization bar, yaitu simbol yang digunakan untuk
mengontrol pemisahan atau penyatuan dari jalur berurutan. 34
g. Diamond, yaitu simbol poin keputusan dalam alur proses
mengikuti satu jalur atau jalur lainnya.
Gambar 2.1 Simbol Activity Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 145)
16
2.4.3 Event Table
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 174), event table termasuk
baris dan kolom, menggambarkan events dan detailnya. Setiap baris dalam
event table mencatat informasi satu event dan use case-nya. Setiap kolom
dalam event table menggambarkan kata kunci informasi event dan use case.
Gambar 2.2 Notasi event table
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 175)
2.4.4 Use Case Diagram
Menurut Satzinger, John W (2009 : 242 – 244), use case diagram
merupakan suatu diagram yang menggambarkan bermacam-macam peran
pengguna dan bagaimana pengguna tersebut berinteraksi dengan sistem. Use
case diagram juga dikatakan sebagai diagram yang menunjukkan urutan
pesan antara aktor eksternal dan sistem selama use case berlangsung.
Gambar 2.3 Notasi use case diagram
17
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 215)
2.4.5 Use Case Description
Gambar 2.4 Contoh Use Case Description
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 223)
2.4.6 Class Diagram
Class Diagram memiliki 3 desain, yaitu:
a. Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 302), domain model
class menunjukkan serangkaian masalah domain class dan hubungan
asosiasinya.
18
Gambar 2.5 Contoh Domain Class Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 310)
b. First Cut Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 309), First Cut Class
Diagram dikembangkan dengan memperluas domain model class
diagram. Perluasan ini membutuhkan 2 langkah: (1) melakukan
elaborasi atribut dengan informasi type and initial value dan (2)
menambahkan panah navigasi. Melakukan elaborasi atribut cukup
mudah. Semua atribut tetap tak terilhat atau private, ditunjukkan oleh
tanda minus dalam diagram.
19
Gambar 2.6 Contoh First Cut Class Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 310)
c. Updated Design Class Diagram
20
Gambar 2.7 Contoh Updated Design Class Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 340 )
2.4.7 Statechart Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 237), statechart dapat
dikembangkan untuk problem domain classes yang memiliki behavior
kompleks atau penelusuran kondisi status. Statechart diagram, adalah
kumpulan bentuk ovals yang menjelaskan status objek, dan anak panah
menjelaskan transisinya.
21
Gambar 2.8 Notasi Statechart Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 237 )
2.4.8 Sequence Diagram
a. System Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 315), system sequence
diagram digunakan sebagai input dokumen ke output dari sistem pada use
case atau scenario tunggal. System sequence diagram melakukan capture
interaksi antara sistem dan aktor. Sistem itu sendiri diperlakukan sebagai
objek tunggal yang dinamakan :System. Input ke sistem merupakan pesan
dari actor kepada sistem, dan output yang dihasilkan biasanya
mengembalikan pesandari data. Di bawah ini merupakan notasi yang
digunakan dalam sequence diagram.
22
Gambar 2.9 Notasi system sequence diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 315)
b. Completed Three Layer Design Sequence Diagram
Gambar 2.10 Contoh Completed Three Layer Design Sequence Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005: )
23
2.4.9 Package Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 341), nama package
umumnya ditampilkan dalam tab meskipun dalam package untuk level tinggi,
jika tidak ada detail di dalam package, nama dapat ditempatkan di dalam
package rectangle. Classes di tempatkan dalam package. Simbol yang
digunakan dalam package diagram adalah panah (dependency relationship).
Gambar 2.11 Contoh Package Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 341)
2.4.10 Deployment Architecture
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 270) menyatakan bahwa
deployment environment terdiri dari hardware, software, dan network, serta
terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
24
1. Single Computer Architecture
Single computer architecture menggunakan sistem komputer
tunggal yang menjalankan seluruh software. Kelebihan utama
single computer architecture adalah kesederhanaannya. Sistem
informasi yang dijalankan pada single computer architecture
umumnya mudah dirancang, dibangun, dioperasikan dan dikelola.
2. Multitier Computer Architecture
Multitier computer architecture merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan proses pengeksekusiannya terjadi di beberapa
computer. Multitier computer architecture dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
i. Clustered Architecture
Clustered architecture merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan beberapa computer dengan model dan produksi
yang sama.
ii. Multicomputer Architectue
Multicomputer architecture merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan beberapa komputer namun dengan spesifikasi
yang berbeda-beda.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:272) menyatakan bahwa,
deployment architecture dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Centralized Architecture
Centralized Architecture merupakan arsitektur yang
menggambarkan penyebaran sistem komputer pada satu lokasi.
Centralized Architecture umumnya digunakan untuk proses
aplikasi berskala besar termasuk batch dan real-time application.
2. Distributed Architecture
Distributed Architecture merupakan arsitektur yang
menggambarkan penyebaran sistem komputer pada beberapa
tempat dengan menggunakan jaringan computer.
25
Gambar 2.12 Simbol-Simbol Deployment Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005 : 271)
2.5 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 442), user interface
memungkinkan user berinteraksi dengan komputer untuk mencatat transaksi,
contoh ketika customer service mencatat pesanan pelanggan. Output yang
dihasilkan ditampilkan di layar komputer
Menurut Shneiderman (2010 : 88), ada delapan aturan yang dapat
digunakan sebagai petunjuk dasar yang baik untuk merancang suatu user
interface. Delapan aturan ini disebut dengan Eight Golden Rules of Interface
Design, yaitu :
a. Berusaha konsisten.
Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang
digunakan pada prompt, menu, serta layar bantuan.
b. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut.
26
Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan
kecepatan interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi,
perintah tersembunyi, dan fasilitas makro.
c. Memberikan umpan balik informative.
Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan
balik. Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol pada
waktu input data atau muncul pesan kesalahannya.
d. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan.
Umpan balik yang informatif akan memberikan indikasi penutupan
bahwa cara yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan
kelompok tindakan berikutnya.
e. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana.
Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat
melakukan kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat
mendeteksi kesalahan dengan cepat dan memberikan mekanisme yang
sederhana dan mudah dipahami untuk penanganan kesalahan.
f. Mudah kembali ke tindakan sebelumnya.
Hal ini dapat mengurangi kekuatiran pengguna karena pengguna
mengetahui kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan sehingga
pengguna tidak takut untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan lain yang
belum biasa digunakan.
g. Mendukung tempat pengendali internal.
Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon
tindakan yang dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa
sistem mengontrol pengguna.
h. Mengurangi beban ingatan jangka pendek.
Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana
atau banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan serta diberikan
cukup waktu pelatihan untuk kode dan urutan tindakan.
27
2.6 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.6.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang penting
di dalam perusahaan, sehingga pengelolaan yang baik diperlukan untuk
meningkatkan kegiatan operasional perusahaan dalam pencapaian tujuannya.
Untuk itu, perusahaan disarankan memiliki manajemen sumber daya manusia
untuk mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya.
Menurut Sutrisno, Edy (2014 : 6), manajemen sumber daya manusia
merupakan kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan,
serta penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik secara
individu maupun organisasi.
2.6.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk
meningkatkan kegiatan operasional perusahaan dalam pencapaian tujuannya.
Menurut Cushway dalam Sutrisno, Edy (2014 : 7), terdapat beberapa
tujuan dari manajemen sumber daya manusia yang antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Memberi pertimbangan kepada manajemen dalam membuat kebijakan
SDM untuk memastikan bahwa organisasi memiliki pekerja yang
bermotivasi dan berkinerja tinggi, memiliki pekerja yang selalu siap
mengatasi perubahan dan memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal.
b. Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur SDM
yang memungkinkan organisasi untuk mampu mencapai tujuannya.
c. Membantu dalam pengembangan keseluruhan terhadap arah organisasi
dan strategi, khususnya yang berkaitan dengan implikasi SDM.
d. Memberi dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer lni dalam
mencapai tujuannya.
e. Menangani berbagai krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pekerja
untuk meyakinkan bahwa mereka tidak menghambat organisasi dalam
mencapai tujuannya.
28
f. Menyediakan mesia komunikasi antara pekerja dan manajemen
organisasi.
g. Bertindak sebagai pemelihara standar organisasional dan nilai dalam
manajemen SDM.
Sedangkan menurut Schuler et al dalam Edy Sutrisno (2014 : 8),
manajemen sumber daya manusia setidaknya memiliki tiga tujuan utama,
yaitu :
1. Memperbaiki tingkat produktifitas.
2. Memperbaiki kualitas kehidupan kerja.
3. Meyakinkan organisasi telah memenuhi aspek-aspek legal.
2.6.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Sutrisno, Edy (2014 : 9), fungsi manajemen sumber daya
manusia antara lain sebagai berikut :
1. Perencanaan, merupakan kegiatan memperkirakan keadaan dan
kesesuaian tenaga kerja dengan kebutuhan organisasi untuk
merwujudkan tujuan organisasi dalam penetapan program kepegawaian
yang meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, integrasi, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian
pegawai.
2. Pengorganisasian, merupakan kegiatan mengatur pegawai dengan
menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang,
integrasi, dan koordinasi dalam bentuk badan organisasi.
3. Pengarahan dan pengadaan, pengarahan yaitu kegiatan memberi petunjuk
yang dilakukan pemimpin kepada pegawai agar mau bekerja sama dan
saling membantu tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan pengadaan
merupakan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi
untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
4. Pengendalian, merupakan kegiatan mengendalikan pegawai agar menaati
peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana. Hal ini meliputi
kehadiran, kedisiplinan, perilaku kerja sama, dan menjaga situasi
29
lingkunan pekerjaan. Bila terjadi penyimpangan, maka akan diadakan
perbaikan dan/atau penyempurnaan.
5. Pengembangan, merupakan proses peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan.
6. Kompensasi, merupakan pemberian balas jasa langsung berupa uang atau
barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan oleh
organisasi dengan prinsip adil dan layak.
7. Pengintegrasian, merupakan kegiatan mempersatukan kepentingan
organisasi dan kebutuhan pegawai agar tercipta kerja sama yang serasi
dan saling menguntungkan.
8. Pemeliharaan, merupakan kegiatan pemeliharaan atau peningkatan
kondisi fisik, mental, dan loyalitas agar para pegawai tetap mau bekerja
sampai masa pensiun.
9. Kedisiplinan, merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya
manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan
organisasi. Kedisiplinan merupakan keinginan dan kesadaran untuk
menaati peraturan organisasi dan norma sosial.
10. Pemberhentian, merupakan putusnya hubungan kerja pegawai dari suatu
organisasi yang disebabkan oleh berbagai latar belakang, seperti
keinginan pegawai/organisasi, kontrak berakhir, pensiu, dan lain-lain.
2.7 Kompensasi/Imbalan
2.7.1 Pengertian Kompensasi
Kompensasi merupakan salah satu fungsi yang penting di dalam
manajemen sumber daya manusia suatu organisasi karena merupakan aspek
yang sangat sensitif yang dapat mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kinerja
para pegawai dalam pekerjaannya.
Menurut Bachrun, Syaifuddin (2012 : 2), kompensasi adalah keseluruhan
pendapatan pekerja yang diberikan oleh perusahaan atas pelaksanaan
pekerjaan dan hasil kerjanya, baik dalam bentuk uang atau pun tidak,
termasuk di dalamnya adalah gaji/upah, lembur, bonus, fasilitas dari
perusahaan (kantin, pelayanan kesehatan, tempat ibadah, tempat menyusui
30
bayi, tempat rekreasi, dan olah raga), jumlah hari cuti, bonus, pemberian catu
atau jatah yang biasanya berupa kebutuhan pokok sehari-hari.
Menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2009 : 142) kompensasi sangat penting
bagi pegawai karena besarannya merupakan pencerminan atau ukuran nilai
pekerjaan pegawai tersebut. Besar kecilnya jumlah kompensasi dapat
mempengaruhi prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kerja pegawai, karena
jika kompensasi diberikan dengan tepat dan benar, maka para pegawai
memperoleh kepuasan kerja dan termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Namun sebaliknya, jika kompensasi diberikan kurang tepat, maka
prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kerja pegawai akan menurun. Untuk
itu, pemberian kompensasi harus memiliki dasar yang logis dan rasional,
dengan tidak mengabaikan faktor emosional dan perikemanusiaan.
2.7.2 Tujuan Kompensasi
Pemberian kompensasi dari organisasi terhadap para pegawai memiliki
beberapa tujuan tertentu. Adapun tujuan tersebut yang dijabarkan oleh
Notoadmodjo pada Sutrisno, Eddy (2014 : 188) adalah sebagai berikut :
1. Menghargai prestasi kerja
Pemberian kompensasi yang sesuai merupakan suatu penghargaan
organisasi terhadap prestasi kerja para pegawai, yang selanjutnya akan
mendorong perilaku-perilaku atau kinerja pegawai sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan, contohnya adalah kinerja pegawai yang tinggi
menyebabkan produktivitas perusahaan semakin meningkat.
2. Menjamin keadilan
Dengan adanya sistem kompensasi yang baik, maka masing-masing
pegawai akan merasa adil karena memperoleh kompensasi yang sesuai
dengan tugas, fungsi, jabatan, dan juga prestasi kerja yang telah
dihasilkan.
3. Mempertahankan pegawai
Dengan sistem kompensasi yang baik, para pegawai akan lebih loyal
terhadap organisasi, sehingga dapat mencegah keluarnya pegawai untuk
mendapatkan pekerjaan yang dianggap lebih menguntungkan.
31
4. Memperoleh pegawai yang bermutu
Dengan sistem kompensasi yang baik, organisasi dapat menarik banyak
calon pegawai, sehingga berpeluang untuk mendapatkan pegawai yang
terbaik.
5. Pengendalian biaya
Dengan sistem kompensasi yang baik, pegawai tidak akan banyak yang
keluar untuk mencari tempat kerja baru, sehingga mengurangi biaya
rekrutmen dan seleksi calon pegawai baru.
6. Memenuhi peraturan-peraturan
Perusahaan dituntut untuk memiliki sistem kompensasi dan administrasi
yang baik. Tuntutan tersebut diatur di dalam aturan pemerintahan.
2.7.3 Jenis Kompensasi
Menurut Rivai dan Ella (2013 : 741), kompensasi terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
1. Kompensasi finansial,
a. Kompensasi langsung, yaitu kompensasi yang diberikan langsung
berhubungan dengan hasil kerja pegawai yang bersangkutan, yaitu
berupa pembayaran pegawai dalam bentuk upah, gaji, bonus, komisi,
tunjangan, dan lain-lain.
b. Kompensasi tidak langsung, yaitu pemberian kompensasi yang tidak
terkait dengan hasil kerja pegawai yang bersangkutan. Kompensasi
ini antara lain adalah liburan, berbagai macam asuransi, jasa (seperti
perawatan anak, kepedulian keagamaan), dan lain sebagainya.
2. Kompensasi non-finansial, yaitu kompensasi yang diberikan tidak dalam
bentuk uang, namun dapat berbentuk materiil atau pun benda.
kompensasi ini berupa pujian, menghargai diri sendiri, dan pengakuan
yang dapat mempengaruhi motivasi kerja pegawai, produktifitas, dan
kepuasan.
32
2.7.4 Komponen Kompensasi
Menurut Rivai dan Ella (2013 : 741), kompensasi memiliki beberapa
komponen yang antara lain sebagai berikut :
1. Gaji, adalah balas jasa berbentuk uang yang diterima pegawai sebagai
konsekuensi kedudukannya sebagai seorang pegawai yang memberikan
sumbangan tenaga dan pikiran dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Dapat juga dikatakan sebagai bayaran tetap seseorang dari
keanggotaannya dalam suatu perusahaan.
2. Upah, yaitu imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada pegawai
berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya
pelanggan yang diberikan.
3. Insentif, yaitu merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada
pegawai karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Insentif
merupakan kompensasi tetap yang biasa disebut kompensasi berdasarkan
kinerja (pay for performance plan).
4. Kompensasi Tidak Langsung (Fringe Benefit), merupakan kompensasi
tambahan yang diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap
seluruh pegawainya untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawainya
tersebut. Contohnya adalah fasilitas-fasilitas, seperti : asuransi,
tunjangan, uang saku dinas, uang pensiun, dan lain-lain
2.8 Penggajian
2.8.1 Pengertian Gaji
Gaji merupakan salah satu hal yang mendorong atau memotivasi pegawai
untuk bekerja atau mengabdi secara menyeluruh terhadap perusahaan.
Menurut Rivai dan Ella (2013 : 762), gaji adalah balas jasa dalam bentuk
uang yang diterima pegawai sebagai konsekuensi dari statusnya sebagai
seorang pegawai yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan
perusahaan, atau dapat dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima
seseorang karena kedudukannya dalam perusahaan.
Menurut Hery (2009 : 13), gaji merupakan pembayaran atas pemakaian
jasa pegawai bagian manajerial dan administrasi setiap bulannya. Besaran
33
gaji tidak hanya terdiri dari gaji pokok saja, melainkan juga tunjangan
tambahan lainnya, seperti tunjangan makan, nikah, dan lain sebagainya.
Gaji sering disamakan dengan upah, namun sebenarnya terdapat
perbedaan mendasar, yaitu pada perhitungannya. Gaji dihitung berdasarkan
tarif bulanan, sedangkan upah biasanya berdasarkan hitungan jam, harian,
mingguan, atau pun kesatuan pekerjaan (borongan). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa gaji jumlahnya relatif tetap, sedangkan upah besarannya
dapat berubah-ubah.
Dari paparan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaji
merupakan suatu kompensasi yang dibayarkan oleh perusahaan kepada
pegawainya sebagai balas jasa atas kinerja yang telah diberikan terhadap
perusahaan dan diberikan secara bulanan.
2.8.2 Fungsi Penggajian
Menurut Mulyadi (2008 : 382) terdapat lima fungsi yang terkait dalam
siklus penggajian, yaitu :
1. Fungsi kepegawaian dan penempatan pegawai
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari pegawai baru, menyeleksi
calon pegawai, memutuskan penempatan pegawai baru, membuat surat
keputusan penetapan tarif gaji, kenaikan pangkat dan golongan gaji,
mutasi pegawai dan pemberhentian pegawai.
2. Fungsi pencatat waktu
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu
hadir bagi semua pegawai perusahaan. Sistem pengendalian yang baik
mensyaratkan fungsi pencatatan waktu hadir tidak boleh dilaksanakan
oleh fungsi operasi atau fungsi pembuat daftar gaji. Dokumennya pada
fungsi ini terdiri dari kartu absen (time card), job time ticket.
3. Fungsi pembuat daftar gaji dan upah
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat daftar gaji yang berisi
penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi
beban setiap pegawai selama jangka waktu pembayaran gaji. Dokumen
yang digunakan pada fungsi ini adalah cek gaji (payroll check).
34
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang
timbul dalam hubungannya dengan pembayaran gaji.
5. Fungsi Keuangan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji
yang dilakukan.
2.8.3 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang Digunakan dalam Sistem
Penggajian
Terdapat beberapa dokumen dan catatan yang digunakan dalam
pelaksanaan penggajian sebagai bukti pendukung bagi kelangsungan
penggajian yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Adapun dokumen-dokumen yang dimaksud tersebut menurut Mulyadi
(2008 : 374) adalah sebagai berikut :
a. Dokumen Pendukung Perubahan Gaji dan Upah
Dokumen ini berupa surat-surat keputusan untuk karyawan, seperti surat
kenaikan pangkat, perubahan tarif upah, dan lain sebagainya.
b. Kartu Jam Hadir
Dokumen ini digunakan sebagai pencatat waktu hadir karyawan setiap
saat karyawan tersebut hadir untuk bekerja.
c. Kartu Jam Kerja
Dokumen ini digunakan untuk mencatat waktu yang digunakan oleh
tenaga kerja langsung pabrik untuk mengerjakan suatu pesanan tertentu.
d. Daftar Gaji dan Upah
Dokumen ini berisi jumlah gaji dan upah bruto dari setiap karyawan
suatu perusahaan beserta komponen-komponen gaji lainnya, seperti
potongan pajak penghasilan (PPh 21), utang karyawan, dan lain-lain.
e. Rekap Daftar Gaji dan Upah
Dokumen ini merupakan ringkasan gaji dan upah untuk setiap
departemen dari suatu perusahaan.
f. Surat Pernyataan Gaji dan Upah
Dokumen ini dibuat oleh bersamaan atau terpisah dengan pembuatan
daftar gaji dan upah, tergantung denga kebijakan perusahaan. Dokumen
ini dibuat olek fungsi pembuat daftar gaji.
35
g. Amplop Gaji dan Upah
Merupakan sejumlah uang yang merupakan gaji atau upah yang
diberikan kepada setiap karyawan yang dimasukkan ke dalam sebuah
amplop.
h. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini digunakan sebagai perintah pengeluaran uang untuk
pembayaran gaji dan upah berdasarkan informasi yang ada di dalam
daftar gaji dan upah.
i. Jurnal umum
Berfungsi sebagai catatan distribusi biaya yang harus dikeluarkan untuk
tenaga kerja dari setiap departemen di dalam suatu perusahaan. Adapun
jurnal umum untuk penggajian adalah :
• Pada saat pembayaran gaji
Biaya Gaji xxxxx
Utang PPh 21 xxxxx
Iuran Jamsostek/BPJS/Asuransi xxxxx
• Pada saat penyetoran PPh 21
Utang PPh 21 xxxxx
Kas xxxxx
• Pada saat penyetoran Premi Asuransi
Iuran Jamsostek/BPJS/Asuransi xxxxx
Biaya Tunjangan Asuransi (ditanggung perusahaan) xxxxx
Kas xxxxx
j. Kartu biaya
Digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja dari setiap departemen di
dalam suatu perusahaan.
k. Kartu penghasilan
Merupakan catatan penghasilan dan komponennya yang diterima oleh
setiap karyawan, atau biasa disebut dengan slip gaji.
36
2.9 Pajak Penghasilan
2.9.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan cara pelunasan pajak penghasilan
dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan sesuai dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak nomor 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21.
Dalam bukunya, Mardiasmo (2009 : 1) mengemukakan pengertian pajak
sebagai berikut : “Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan
Undang- Undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”. Menurut Bachrun, Syaifuddin (2012 :
8), pajak penghasilan adalah pajak yang harus dibayar oleh pekerja atas
penghasilannya. Pajak ini dipotong oleh perusahaan dan menyetorkannya
kepada pemerintah. Pekerja berhak mendapatkan bukti setor yang diberikan
saat pekerja akan membuat laporan tahunan pajak. Sedangkan menurut
Waluyo (2012 : 236), pajak penghasilan pasa l 21 merupakan pajak
penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang dikenakan atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan bentuk dan nama apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
(WP) orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan tersebut yang dilakukan oleh WP orang pribadi dalam negeri. Pada
pajak penghasilan pasal 21 ini menggunakan istilah “pemotongan” untuk
menunjukkan penghasilan bruto yang dibayar oleh pemberi kerja, sehingga
penghasilan yang diterima oleh pekerja tidak utuh, tetapi telah dipotong
dengan PPh pasal 21.
2.9.2 Tarif Pemotongan PPh Pasal 21
Tarif pemotongan yang dipakai dalam pemotongan pajak penghasilan
pasal 21 adalah berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Pajak
Penghasilan. Penjabarannya adalah sebagai berikut :
37
Tabel 2.1 Tarif Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d.
Rp 250.000.000,00
15%
Di atas 250.000.000,00 s.d.
Rp 500.000.000,00
25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
Biaya jabatan yang dikurangi dari penghasilan bruto untuk pemotongan
Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap adalah 5% dari penghasilan bruto,
maksimal Rp 6.000.000 per tahun atau Rp 500.000 per bulan.
2.9.3 Pemotong PPh Pasal 21
Pihak-pihak yang berhak melakukan pemotongan terhadap pajak
penghasilan pasal 21, antara lain sebagai berikut :
a. Pemberi kerja yang terdiri dari :
1) Orang pribadi dan badan;
2) Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian
atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,
perwakilan, atau unit tersebut.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri,
yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
38
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar :
1) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan
status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya
sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;
2) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan
status Subjek Pajak luar negeri;
3) Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan
dan pelatihan, serta pegawai magang;
e. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, perusahaan,
perkumpulan, orang pribadi, dan lembaga lain yang menyelenggarakan
kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
berbentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi.
2.9.4 Subjek PPh Pasal 21
Yaitu orang pribadi yang merupakan :
a. Pegawai;
b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi :
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/ peragawati, pemain drama, penari, dan seniman lainnya;
3) Olahragawan;
4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
39
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi
dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7) Agen iklan;
8) Pengawas atau pengelola proyek;
9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau perantara;
10) Petugas penjaja barang dagangan;
11) Petugas dinas luar asuransi;
12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya;
13) Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
14) Mantan pegawai;
15) Peserta kegiatan yang menerima penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
16) Peserta perlombaan dalam segala bidang, seperti : olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
17) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
18) Peserta atau anggota kepanitiaan penyelenggara kegiatan tertentu;
19) Peserta pendidikan dan pelatihan;
20) Peserta kegiatan lainnya.
2.9.5 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Berdasarkan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
per tahun adalah sebagai berikut : (PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal
tahun pajak atau awal bagian tahun pajak)
Tabel 2.2 PTKP
Uraian PTKP Setahun
Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 24.300.000,00
40
Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp 2.025.000,00
Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
Rp 24.300.000,00
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat; yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 orang untuk setiap keluarga
Rp 2.025.000,00
Pengertian tanggungan dalam tabel PTKP, yaitu :
1. Anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya, yaitu anggota
keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya
ditanggung oleh Wajib Pajak.
2. Anak angkat, yaitu seseorang yang belum dewasa, bukan anggota
keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus yang menjadi
tanggungan sepenuhnya dari wajib pajak yang bersangkutan.
3. Contoh Hubungan keluarga sedarah dan semenda adalah :
a) Sedarah lurus : Ayah, ibu, anak kandung
b) Sedarah ke samping : Saudara kandung
c) Semenda lurus : Mertua, anak tiri
d) Semenda ke samping : Saudara Ipar
2.9.6 Bukan Subjek PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang Dipotong
PPh pasal 21 adalah :
a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara
yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
b. Pejabat perwakilan perusahaan internasional, yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan yang bukan WNI dan tidak menjalankan pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
41
2.9.7 Objek PPh Pasal 21
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
a. Penghasilan yang diterima oleh Pegawai Tetap;
b. Penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c. Penghasilan berupa uang pesangon, uang pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja;
d. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;
e. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan;
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenisnya;
g. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang tidak diterima secara
teratur oleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
h. Penghasilan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima oleh mantan pegawai;
i. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh :
a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak penghasilan yang bersifat final; atau
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemed profit).
42
2.9.8 Bukan Objek PPh Pasal 21
Yang tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah;
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh menteri keuangan, iuran jaminan hari tua kepada
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
e. Beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
2.9.9 Status Wajib Pajak
Wajib pajak dibedakan berdasarkan status pernikahannya yang dapat
dilihat seperti di bawah ini :
Tabel 2.3 Status Wajib Pajak
TK/… Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga;
K/… Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga;
K/I/… Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang
43
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, ditambah
dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;
PH Wajib pajak kawin yang secara tertulis melakukan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan. PTKP nya tetap seperti PTKP
untuk WP kawin yang penghasilan suami istri digabungan (K/I/....)
HB/… Wajib pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya
tanggungan anggota keluarga. PTKP bagi Wajib Pajak masing-
masing suami isteri yang telah hidup berpisah untuk diri masing-
masing Wajib Pajak diperlakukan seperti Wajib Pajak Tidak
Kawin sedangkan tanggungan sesuai dengan kenyataan
sebenarnya yang diperkenankan.(sesuai dengan Pasal 7 UU PPh)
2.10 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada penulisan tugas akhir ini diawali dengan
penentuan latar belakang dalam pemilihan topik yang diangkat, ruang lingkup
penulisan, dan sistematika penulisan. Didukung dengan pengumpulan teori-
teori terkait yang didapat dari berbagai sumber dan data-data yang didapatkan
langsung dari perusahaan.
Lalu dilanjutkan dengan perencanaan dengan menganalisis kondisi
perusahaan, seperti sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur
organisasi perusahaan dengan uraian tugas dan wewenang dari masing-
masing bagian, serta proses absensi dan penggajian yang sedang berjalan.
Data-data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan teori-teori
terkait dengan cara mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam sistem
berjalan dan memberikan rekomendasi sebagai upaya perbaikan untuk
menghindari atau menghilangkan permasalahan tersebut dengan cara
melakukan usulan perancangan sistem informasi absensi dan penggajian yang
berdasarkan pada Object Oriented Analysis and Design (OOAD) dari
Satzinger dan teori-teori lain yang terkait. Perancangan sistem dilakukan
dengan VB.net 2008 dan SQL Server 2008 sebagai database-nya.
44
Gambar 2.13 Kerangka Berpikir
Penelitian
- Latar belakang
- Ruang lingkup
- Tujuan dan manfaat
- Metodologi
- Sisstematika penulisan
Pengumpulan
- Data-data yang didapat
langsung dari perusahaan
- Teori-teori terkait dari
berbagai media tentang
sistem informasi absensi
Perencanaan
Analisis
Perancangan
Identifikasi masalah-masalah yang terkait dengan sistem absensi dan penggajian berjalan
Usulan rekomendasi perbaikan masalah
Perancangan sistem informasi dengan metode OOAD Satzinger
Perancangan sistem menggunakan VB.net dan SQL server