BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-00418-DI...
Transcript of BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-00418-DI...
13
BAB 2
Landasan Teori
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Definisi sekolah
Pengertian sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberikan pelajaran; waktu atau perte-muan ketika murid-murid diberi
pelajaran; usaha menuntut kepandaian; belajar di sekolah.
Dalam Bahasa Latin, sekolah adalah skhole, scola, scolae atau skhola
yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, kegiatan di waktu luang
bagi anak-anak ditengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan
menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan
dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf
dan mengenal tentang moral dan estetika.
Adapun jenis-jenis pendidikan menurut para ahli, diantaranya:
1. Menurut DR. Philip H. Coombs:
- Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang
lahir sampai mati.
- Pendidikan formal, dikenal dengan pendidikan sekolah yang tertatur ,
bertindak mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.
- Pendidikan non-formal ialah pendidikan yang teratur dengan sadar
dilakukan tetapi tidak terlalu megikuti peraturan yang tetap dan ketat.
2. Menurut Prof. R. Wroczynsky:
14
- Pendidikan formal meliputi berbagai jenis sekolah dari tingkat rendah,
menengah, dan tinggi.
- Pendidikan ekstrakulikuler, berjalan sejajar dengan pendidikan formal.
- Pendidikan seumur hidup yaitu pendidikan lanjutan dari pendidikan
formal dan ditujukkan bagi orang dewasa.
3. Prof. M. Faloky menambahkan jalur pendidikan yang keempat dengan “The
real realty yakni suasana baik dan ketertiban yang selaras dalan kehidupan
keluarga, pergaulan antar teman dan masyarakat luas.”
Dengan tiga macam pendidikan tersebut diatas jelas bahwa yang disebut
pendidikan dengan sistem sekolah adalah pendidikan formal, sedangkan
pendidikan dengan menggunakan system diluar sekolah adalah pendidikan
informal dan non-formal.
2.1.2 Sejarah sekolah di Indonesia
Sebelum masa penjajahan pendidikan yang ada di Indonesia berupa
pendidikan non-formal. Pendidikan ini telah ada sejak zaman kerajaan hindu,
sekolah atau tempat menuntut ilmu dilangsungkan di tempat ibadah, perguruan
atau padepokan. Pada masa awal penjajahan sampai tahun 1903 sekolah formal
masih dikhususkan bagi warga Belanda di Hindia Belanda. Sekolah yang ada
pada masa itu, diantaranya:
1. Europeesche Lagere School (ELS)
2. Hollandsch-Inlandsche School (HIS)
3. Hollandsch-Chineesche School (HCS)
4. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
5. AMS
2.1.3 Tujuan sekolah
Menurut Prof. H. Zahara Idris, M.A, tujuan pendidikan adalah untuk
memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya supaya dapat
15
menegembangkan potensi fisik, emosi, sikap, moral, pengetahuan dan
keterampilan semaksimal mungkin agar menjadi manusia dewasa.
Jadi, tujuan sekolah tidak hanya untuk membekali siswa-siswinya dengan
ilmu pengetahuan saja, tetapi juga untuk mengajarkan cara untuk
mengaplikasikan ilmu tersebut ke dalam dunia pekerjaan yang diminati dan
membantu siswa melihat kesempatan yang ada. Setiap sekolah juga harus dapat
membantu pembentukan karakter setiap siswanya.
2.1.4 Definisi dan sejarah musik
Kata musik berasal bahasa Yunani, mousike yang berarti sebagai seni dari
Muse (Art of the Muses), sekelompok dewi yang melambangkan kesenian dalam
mitologi Yunani. Menurut kamus Merriam-Webster, musik dapat diartikan
sebagai seni penyusun nada atau suara menjadi suatu kombinasi atau komposisi
tertentu yang memiliki kesatuan dan kesinambungan. Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, musik adalah susunan nada yang indah yang dimainkan
dengan alat-alat musik yang enak didengar karena berirama yang harmonis.
Sejarah asal usul bagaimana musik ditemukan belum dapat diketahui
secara pasti, namun dipercayai bahwa bentuk musik mula-mula merupakan
peniruan akan suara-suara alami yang dilakukan oleh manusia purbakala. Musik
pada masa itu dipercaya sebagai elemen penghibur, pendukung kegiatan
memburu, maupun mengiringi ritual-ritual tertentu
Berdasakan penemuan arkeologi, dipercaya bahwa musik sudah dikenal
manusia sejak zaman pra sejarah. Bukti arkeologi awal tentang penggunaan
instrumen musik tercatat sejak 3000 SM. Sejak saat itu, masyarakat Sumeria
yang tinggal di Mesopotamia yang subur, memiliki rangkaian instrumen musik
berskala luas, meliputi lira (sejenis kecapi), harpa, dan suling buluh (reed-pipe)
yang mungkin telah dimainkan sebagai suatu ansambel. Dari catatan tertulis juga
diketahui bahwa praktik mereka dalam menyanyikan lagu adalah secara
bergantian atau didalam kuil mereka. Tidak ada pengetahuan yang menunjukksn
tentang suara musik mereka, tetapi itu jelas adalah bagian canggih dari budaya
16
Sumeria dan juga memiliki arti yang religius dan adat yang sesungguhnya
(Marsha Tambunan,2004).
Menurut Curt Sachs, seorang profersor musikologi Berlin mengatakan
bahwa musik vokal dan instrumen lahir dalam suasana yang berlainan. Musik
instrumen timbul disuasana upacara kepercayaan yang bersifat magis, sedangkan
musik vokal lahir untuk pertama kalinya karena adanya upaya manusia untuk
berkomunikasi dengan cara memanggil.
Manusia pada zaman purbakala menggunakan batu-batuan sebagai alat
musik perkusi yang dipukulkan sehingga menghasilkan bunyi. Suara yang
dihasilkan oleh benturan batu membuat mereka lebih bersemangat ketika berburu
(Grimonia, 2014:38). Tidak hanya demikian, penemuan alat musik tiup dari
tulang didapat dari situs arkeologi paleolitikum juga turut menandakan bahwa
manusia juga telah mengenal alat musik pada zaman pra sejarah.
Gambar 2.1 suling dari tulang burung manyar
Sumber: http://jendela-duniakoe.blogspot.com/2009/06/seruling-dari-tulang-
burung-berusia-35.html
Seiring perkembangan zaman, musik juga turut mengalami perkembangan.
Musik dikenal masyarakat dari lintas tempat, lintas budaya, maupun lintas waktu.
Setiap kelompok masyarakat memiliki padangan yang berbeda-beda terhadap
musik. Hal ini disebabkan oleh faktor pola kehidupan, kebudayaan, dan
kepercayaan yang berbeda-beda antara satu kelompok masyarakat dengan
kelompok masyarakat lainnya. Perkembangan inilah yang pada akhirnya
menyebabkan banyak aliran musik yang dikenal pada masa modern ini. Secara
umum, musik dapat dibagi mejadi 3 kategori, yaitu:
- Musik Populer, yaitu aliran musik manapun yang digemari dan
memiliki daya tarik kepada masyarakat luas. Musik popular
17
didistribusikan melalui media cetak maupun elektronik. Media ini
digunakan untuk menyebarluaskan musik, menyiarkan pertunjukan
musik, promosi rekaman, atau menyebarkan berita-berita seputar
kehidupan para musisi (Purba & Pasaribu, 2006:5). Aliran musik yang
termasuk didalam kategori ini yaitu musik pop, musik rock, musik
jazz, music country, musik blues, dan lain-lain.
- Musik Tradisional, yaitu musik yang hidup didalam kebudayaan
sebuah kelompok masyarakat tertentu, dan diteruskan secara turun
temurun. Di Indonesia. Musik Tradisional dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Tradisional Klasik, yaitu music daerah yang diwariskan secara
turun temurun dan sudah tidak mengalami perubahan, seperti:
gambang.
b. Tradisional Rakyat, yaitu music tradisi yang merakyat secara
spontan, sederhana, akrab dan selalu berubah-ubah mengikuti
perkembangan zaman, seperti: kulintang dan angklung.
- Musik Seni / Musik Serius, yaitu musik yang diciptakan dengan
member perhatian secara detail pada fungsi estetis daripada fungsi
sosialnya (Djohan,2006:216). Dalam sejarahnya, musik seni
mengalami perkembangan yang pesat terutama pada kebudayaan
masyarakat Barat (Eropa). Musik seni di dalam budaya Barat
(Western Art Music) pada masa kini lebih dikenal dengan istilah
Musik Klasik (Classical Music).
2.1.5 Sejarah sekolah musik
Pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah music di Indonesia didasari
pada Peraturan Pemerintah RI No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelnggaraan Pendidikan. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut,
dijabarkan secara rinci bentuk-bentuk pendidikan, ketentuan-ketentuan,serta
pengelolaan pendidikan yang melibatkan berbagai pihak.
18
Sekolah musik merupakan wadah pendidikan musik secara informal yang
mengutamakan pengembangan kemahiran dan keterampilan siswa dialam bidang
pertunjukkan, teori musik, sejarah musik, komposisi musik, dan permainan
musik.
Pada abad XIX, dibentuk sekolah musik formal pertama didunia yang
bernama Boston Academy of Music oleh Lowell Mason dan selanjutnya menjadi
panutan dan standar untuk sekolah musik kedepannya.
Pada abad XX, dibentuk sebuah organisasi dibidang musik dan mulai
adanya sebutan Bachelor of Music untuk pendidikan formal dibidang musik.
Sekolah tinggi dibidang music juga biasa disebut dengan Conservatory.
Conservaroty berasal dari bahasa Perancis yakni Conservetoire, yaitu lembaga
perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan musik formal dibidang
performance, teori, musik, sejarah musik, memainkan alat musik dan penulisan
lagu. Berbagai gelar pendidikan musik diluar negeri, diantaranya, Bachelor of Art
in Music, Bachelor of Art in Music Education, Master of Art in Music, Doctor of
Music.
Sekolah musik di Indonesia dapat dibagi menjadi sekolah musik formal,
diantaranya, perguruan tinggi musik, akademi musik, institusi musik dan
lembaga pendidikan lainnya. Sedangkan untuk pendidikan musik non-formal,
seperti lembaga pendidan kursus musik. (Purba dan Pasaribu, 2006:87). Dengan
demikian, seseorang dapat mengikuti pendidikan musik baik itu sekedar hobi
ataupun untuk lebih mendalami dunia music secara professional.
2.1.6 Jenis dan alat musik
Dalam seni musik terdapat pembagian jenis music, yaitu:
1. Musik Pentatonis, yaitu musik yang memiliki lima nada pada tangga
nada, seperti: musik tradisional ( pelog dan selendro).
19
2. Musik Diatonis, yaitu musik yang menggunakan aturan 1 oktaf terdiri
dari 7 tangga nada dan dapat dikelompokkan menjadi bebrapa bagian
besar, seperi:
a. Musik Klasik
Musik klasik merupakan musik masa lampau yang selalu
memperhatikan tata tertib penyajiannya. Musik klasik di dalam
kebudayaan eropa dipercaya berakar dari musik yang muncul di
Mesir, Yunani dan Romawi.
b. Musik Jazz
Musik jazz merupakan perpaduan antara musik Afrika dan Eropa
yang lahir di Amerika pada awal abad 20 di kalangan masyarakat
kulit hitam di New Orleans yang kemudian berkembang di
Chicago. Seorang kritikus musik dan pengamat tekun, John T.
Wilson, mengatakan bahwa musik jazz adalah peleburan daari
berbagai macam jenis musik.
c. Musik Blues
Musik blues lahir di Amerika sekitar tahun 1892-1893, dikalangan
kulit hitam sebagai bentuk pengungkapan perasaan kalangan kulit
hitam yang tertindas karena munculnya gerakan rasis di Amerika
pada masa itu.
d. Musik Pop
Musik pop lebih mudah hidup dan lebih mudah dihafal oleh
masyarakat. Musik ini selalu hadir disetiap masa dan memiliki
cirri tersendiri.
e. Musik Rock
Musik rock ditemukan oleh Fats Domino yang secara tidak
sengaja bermain diatas paino dengan gaya yang dikenal dengan
20
“Honky Tonk Piano” pada tahun 50-n dan merupakan
kesinambungan dari blues.
f. Musik Kontemporer
Merupakan perpaduan dari bunyi-bunyian selainn dari alat musik
baku / modifikasi atau disebut dengan musik eksperimental baru.
Klasifikasi alat musik diatur berdasarkan pada bahan yang menyebabkan
suara. Oleh karena itu, musik digolongkan menjadi lima golongan:
1. Idiophone, yaitu bahan alat musik itu sendiri yang menghasilkan
bunyi, seperti: peitche, gong, dan guiro .
2. Aerophone, yaitu udara atau saluran udara yang berada pada alat
music tersebut yang menghasilkan bunyi, seperti: clarinet, trompet,
dan saxophone.
3. Membranophone, yaitu kulit atau selaput tipis ditegangkan sehingga
menghasilkan bunyi, seperti: drum, timpani, dan perkusi.
4. Chordophone, yaitu senar atau dawai yang ditegangkan sehingga
menghasilkan bunyi, seperti: gitar, biola, dan harpa.
5. Electrophone, yaitu alat musik yang ragam bunyinya dibantu oleh
bantuan daya listrik, seperti: keyboard, bass listrik, dan organ.
2.1.7 Definisi Musik Jazz
Musik Jazz adalah salah satu ikon musik dan budaya musik abad 20 yang
lahir di Amerika Serikat dari proses alkulturasi budaya Afrika terutama Afrika
Barat dengan unsur musik Eropa. Jazz lahir dari suatu komunitas negro di New
Orleans (sebelah selatan Amerika Serikat) terutama setelah berakhirnya perang
saudara Amerika Serikat tahun 1886. Kelahiran jazz banyak dikaitkan dengan
perkembangan musik blues, ragtime, dan bebop yang selalu bersinggungan satu
sama lain. Namun, berbeda dengan musik blues, musik jazz pada dasarnya
adalah musik instrumental spontan.
21
Menurut Ogren, bahwa karakteristik tertentu dari jazz, terutama sifat
partisipatif musik, irama yang tidak biasa dan penekanan, memberikan resonansi
khusus untuk masyarakat mengalami perubahan yang cepat. Mereka yang
menolak perubahan mengkritik musik baru; orang-orang yang menerima mereka
memeluk jazz. Dalam kata-kata konduktor Leopold Stowkowski, "Jazz [telah]
datang untuk tinggal karena [itu] ekspresi, energik, superactive di mana kita
[yang] hidup, itu [adalah] tidak berguna untuk melawan menentangnya."
Banyak faktor lain berkontribusi terhadap pertumbuhan jazz sebagai musik
populer selama tahun 1920-an. Penutupan bagian Storyville New Orleans pada
tahun 1917 adalah sinyal bagi banyak musisi jazz untuk bergerak ke utara dan
barat dalam mencari rumah baru untuk musik mereka. Ogren mengikuti mereka
ke tempat-tempat seperti Chicago, New York, dan San Francisco, dan, dengan
menggunakan kata-kata musisi sendiri sesering mungkin, menceritakan
pengalaman mereka di klub dan kabaret. Dan tahun 1920 booming ekonomi,
yang membuat musik tersedia melalui radio dan piringan hitam, menciptakan
audiens yang lebih besar untuk musik baru. Akan tetapi, Ogren menyatakan
bahwa jazz itu sendiri, melalui beat sinkopasi yang, improvisas, berbicara kepada
jutaan orang. Berdasarkan media cetak, sumber-sumber sekunder, biografi dan
otobiografi, dan membuat ekstensif menggunakan sejarah lisan, The Jazz
Revolusi menawarkan wawasan provokatif ke kedua jazz awal dan budaya
Amerika.
Karakteristik improvisasi musik jazz tampak pada pendekatan individual
cara bermain para musisinya. Jazz sering dianggap perkembangan lebih lanjut
pada permainan piano, yaitu dengan munculnya teknik sinkopasi. Sinkopasi
merupakan suatu cara seorang musisi jazz menempatkan catatan dan aksen
sebelum dan setelah beat dengan cara yang menekankan beat dan tetap bergerak.
Hal inilah yang membedakan antara musik jazz dengan musik pop atau klasik.
Tema musik jazz diambil dari musik rakyat, musik hiburan, atau ide
spontan. Dari improvisasi jazz ini berkembang gaya swing, semacam dorongan
22
rasa khas dalam musik jazz. Swing merupakan dorongan perasaan untuk
memberi kesan mengayun, menghentak, atau mendorong suatu perasaan ritmis
dinamis yang membuat musik jazz terasa ’jazy’ atau nge-jazz. Perasaan swing ini
berhubungan dengan gerak dan tekanan hitungan ritme dalam musik jazz yang
disebut detak atau hentakan. Perasaan swing (mengayun) menjadi unsur keempat
yang menjadi ciri khas musik jazz (John F 2013 : 12-14).
2.1.8 Sejarah Musik Jazz di Indonesia
Narasi jazz di Amerika berbeda dengan yang terjadi saat jazz dimunculkan
di Indonesia. Sejak pertama kali dimainkan oleh band Black and White yang
dimotori Eduard Tombajong alias ‘Edo Kento’ pada 1902 (Adriaan, 2007), jazz
muncul sebagai produk budaya metropole khususnya Belanda dan Amerika yang
masuk dalam dunia kebudayaan di Indonesia. Titik awal masuknya jazz di
Indonesia pada masa penjajahan adalah masyarakat dari lapisan atas/elite.
Sebagaimana dijelaskan oleh Sudibyo (2001), Nugroho (2003), dan Sutopo
(2010) jazz dibawa oleh Belanda, dimainkan di Istana (Gedung Societet), serta
dimainkan oleh orang-orang yang dekat dengan Belanda.
Sebagaimana dijelaskan oleh Sudibyo (2001) : “Ada seorang musisi dari
Belanda yang setelah lama di Amerika, dia juga pemain saksofon, datang ke
Indonesia dengan kawan-kawannya dan membuat band. Pada waktu itu dianggap
sebagai jazz band yang pertama di Indonesia. Dan saya perhatikan sejarahnya
selama itu yang main adalah orang Indo-Belanda yang hampir 80% barangkali
sedangkan yang pribumi sedikit sekali yang bermain musik jazz”. Pada masa
penjajahan, Belanda menerapkan politik yang cenderung mempertajam sekat-
sekat antar lapisan sosial sehingga sangat logis jika kemudian jazz sebagai
produk budaya metropole hanya dinikmati oleh lapisan elite serta lapisan di
bawahnya yang mendapatkan akses khusus pada bidang ekonomi, politik,
maupun pergaulan sosial.
Jazz pada waktu itu diperdengarkan melalui grammaphone yang juga
hanya dimiliki oleh lapisan elite, baik penjajah Belanda maupun raja-raja di
23
keraton (Sudibyo 2001), dan menutup kemungkinan para serdadu Indo-Afrika
yang dekat dengan Belanda (Kessel 2011). Eksklusivitas jazz juga terlihat pada
lapisan mana saja yang dapat bermain musik tersebut. Menurut Adrian (2007)
hingga tahun 1910, tercatat dua nama Kawanua/Minahasa yang memimpin band
dengan anggota antar bangsa, yaitu Maxie Karindang dan Jan Luntungan.
Saat itu juga mulai muncul vokalis-vokalis indo dan Ambonees yang hadir
di Jakarta antara lain: Rosa Snijders, miss Wiltjenoya dan miss Juu Itje Carr.
Selain itu, pada tahun 1930-an juga mulai mewabah band jazz campuran
Indonesia-Belanda seperti Sugar Brown Babies serta Demusketers of Swing
(Adriaan 2007). Kebijakan kolonial yang membagi masyarakat dalam sekat-sekat
golongan, pada perkembangannya berdampak pada ruang berkembangnya jazz
sebagai produk budaya. Jazz lebih banyak berkembang di kota-kota besar seperti
Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makasar. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
band-band jazz pun banyak bermunculan dari kota besar, meskipun hal ini juga
tidak terlepas dari arus migrasi besar-besaran musisi jazz dari daerah. Misalnya
para musisi jazz dari Indonesia Timur, Sumatera dan berbagai daerah di Jawa
Tengah muncul karena pertumbuhan ekonomi yang pesat di Jakarta. Terkait
dengan ini maka penikmat jazz juga akhirnya tereproduksi pada lapisan elite/atas.
Pasca kemerdekaan, jazz tidak banyak diketahui perkembangannya.
Namun, satu hal yang selalu ditonjolkan dalam perkembangan jazz
Indonesia adalah munculnya Indonesian Allstars yang sukses berkeliling untuk
tour di Eropa, merilis album dengan corak jazz Indonesia dan juga tidak terlepas
dari gonjang-ganjing politik masa Orde Lama. Fenomena ini memunculkan
nama-nama seperti Jack Lesmana, Bubi Chen, dan Maryono yang pada
perkembangannya diagungkan sebagai legenda jazz Indonesia. Konstelasi politik
pada waktu Orde Lama terutama mengenai kebudayaan nasional banyak
memunculkan banyak ambigu, Soekarno misalnya melarang berbagai produk
Barat seperti The Beatles, rock n roll, celana cut brei, film, dan majalah. Begitu
juga terkait dengan musik dangdut, sebagai dijelaskan Weintraub (2011),
perkembangan dangdut pada waktu itu tidak diperbolehkan memasukkan unsur
24
India namun justru dangdut melayu yang mendapatkan tempat. Demikian pula
pemaknaan rezim terhadap musik jazz pada waktu itu cenderung ambigu. Akar
jazz yang merupakan musik perlawanan berbenturan dengan asalnya yang
dianggap dari Barat. Terlepas dari kontroversi tersebut, Presiden Soekarno justru
sangat menikmati bergoyang dengan irama cha-cha, mengagumi Marylin
Monroe, dan cenderung ambigu dalam menyikapi musik jazz. Apa yang terjadi
pada perkembangan jazz di Indonesia ini berbeda dengan musik jazz pada masa
Nazi di Jerman, Claire Wallace, dan Raimund Alt dalam artikelnya Youth
Culture under The Authoritarian Regimes: The Case of the Swings against the
Nazis (2001) menjelaskan bahwa para pemuda yang menolak menuruti doktrin
nilai-nilai versi Nazi, mendapatkan tempat aktualisasi dalam Hamburg Swings
sebagai budaya tandingan. Melalui Hamburg Swings ini para pemuda dapat
berdansa, mendengarkan musik, menggunakan intonasi tertentu dalam berpidato,
serta mengonstruksi cara berjalan dan cara berpakaian sendiri. Namun menurut
rezim Nazi, kegiatan ini terlalu condong ke nilai-nilai Amerika serta dianggap
terlalu hedonistik.
Hasilnya adalah banyak anggota dari Hamburg Swings ini dihukum,
bahkan beberapa dari mereka dimasukkan ke kamp konsentrasi Nazi. Pada masa
Orde Baru, jazz masih menjadi musik lapisan atas. Mulai munculnya televisi
nasional seperti TVRI tidak serta-merta membuat jazz menjadi populer. Pada
masa awal, jazz hanya mendapat satu ruang di TVRI dengan pengasuhnya yaitu
Jack Lesmana (Mulyadi 1999). Dalam kehidupan sehari-hari, jazz juga hanya
dimainkan di tempat yang ekslusif seperti hotel berbintang ataupun resto.
Namun, titik kejayaan mulai muncul saat booming genre jazz fusion pada era
1980–90. Krakatau, Karimata, Bhaskara, Emerald mulai mengisi layar kaca
TVRI dan kecenderungan ini semakin meningkat seiring mulai munculnya
televisi swasta. Artis jazz mulai divisualisasikan melalui video klip yang
kemudian ditayangkan secara teratur di stasiun televisi baik swasta maupun
nasional.
Kejayaan jazz ini juga ditunjang dengan festival jazz yang mulai digelar
dari kampus ke kampus. Beberapa kampus besar seperti UI, UGM, dan ITB
secara rutin memanggungkan jazz sebagai ruang untuk mereproduksi citra
25
terdidik sekaligus meraup popularitas secara massal. Meskipun dianggap sebagai
masa kejayaan tahap I dari jazz, namun gejala menjamurnya jazz fusion tersebut
dijelaskan oleh Nugroho (2003) sebagai Mcdonaldisasi jazz. Musik jazz di
Indonesia mengalami standardisasi sebagaimana konsep Mcdonald yang
dikembangkan Ritzer (1996). Jazz dikemas dalam rasa yang sama serta mudah
didengar. Fenomena ini juga diartikan oleh Nugroho bahwa ada proses
komodifikasi musik jazz oleh rezim industri. Jazz yang hadir di ranah publik
adalah jazz yang sudah bercampur dengan pop, rock, funk, ataupun soul, disebut
sebagai fusion, dan hal inilah yang dikenali masyarakat umum sebagai jazz.
2.1.9 Jenis-jenis musik jazz
Musik jazz dapat dibedakan kedalam beberapa bagian, diantaranya:
- Ragtime (1890-1900)
Ragtime bermula pada sekitar tahun 1890 dan karya-karya ragtime untuk
piano mulai dipublikasikan pada akhir 1890an. Ragtime sebenarnya
adalah jazz yang dimainkan untuk solo piano namun pada
perkembangannya ragtime juga dimainkan dalam bentuk ensembel. Gaya
mengiringi ragtime seperti gaya mengiringi march dan musik-musik
Sousa, waltz-waltz Strauss dan Chopin mempengaruhi pola iringan
ragtime. Pengaruh Eropa yang dominan ini kadang membuat gaya
mengiringi ini disebut Chopinesque. Jika karakter Eropa terdengar pada
tangan kiri atau iringan piano ragtime, maka karakter Afrika akan
terdengar pada melodi tangan kanan piano ragtime. Sinkopasi melodi
sebagai lawan iringan tangan kiri sehingga jika bermain ragtime, tangan
kiri adalah tangan Eropa sementara tangan kanan adalah tangan Afrika.
26
Cikal bakal ragtime berasal dari tarian cakewalk yang bersukat 2/4 yang
ditarikan oleh orang-orang Afrika. Penari yang memiliki tarian yang
paling bagus dan berkesan akan mendapat hadiah kue, oleh karena itu
tarian tersebut disebut cakewalk. Musik pengiring tarian inilah yang
kemudian dianggap sebagai salah satu cikal bakal piano ragtime. Pada
perkembangan selanjutnya, musik ragtime sering dimainkan di bar dan
kadang juga di bioskop untuk mengisi kesenyapan film bisu pada waktu
itu.
Gambar 2.2 Scott Joplin
Musisi ragtime yang paling terkenal adalah Scott Joplin dengan karyanya
yang terkenal antara lain Maple Leaf Rag, The Enterteiner, Sugarcane
Rag, dan lain sebagainya. Namun Willian Krell yang pertama diterbitkan
adalah The Mississippi Rag pada tahun 1897, lalu disusul oleh musisi
Afrika Tom Turpin menerbitkan karyanya yang berjudul The harlem Rag.
Setelah itu bermunculan berbagai macam karya ragtime oleh musisi-
musisi ragtime antara lain James Scott, Louis Chauvin, Joseph Lamb, dan
yang paling terkenal Scott Joplin. Pada awal 1900, ragtime tidak lagi
dimainkan dengan piano solo tapi juga dimainkan oleh orchestra kecil,
band militer, dan kombo piano dengan banjo.
27
- New Orleans (1900-1910)
Pada tahun 1900, New Orleans menjadi pertemuan dari banyak budaya.
Kota tersebut didiami oleh keturunan Perancis dan Spanyol lalu masuk
penduduk keturunan Inggris, Italia, dan Jerman. Selain bangsa Eropa
tersebut, terdapat pula orang-orang Afrika yang terbagi ke dalam dua
golongan yaitu golongan budak yang datang dengan majikan-majikan
Eropa mereka. Golongan Afrika inilah yang disebut lebih Afrika
dibandingkan dengan golongan Afrika lainnya yang disebut Creole.
Bangsa Creole adalah orang-orang Afrika yang berdiam di Perancis dan
bermigrasi ke Amerika. Creole bukan budak dan berpendidikan tinggi.
Dengan begitu banyak budaya yang ada di kota New Orleans, maka
interaksi kebudayaan tersebut menghasilkan sesuatu yang baru.
Muncullah aliran jazz yang baru yang kemudian dikenal dengan nama
New Orleans Style. Karakternya adalah munculnya kontrapung bebas
yang dimainkan oleh tiga instrumen yaitu hornet atau trumpet, trombone,
dan klarinet. Melodi dibawakan hornet atau trumpet dan trombon
memperkaya melodi dengan kontrapung yang kaya pada register suara
rendah, sementara klarinet mengisi ditengah-tengah kedua register
tersebut. Ketiga instrumen pokok tersebut diiringi oleh rhythm section
yang terdiri atas kontra-bas atau tuba, drum set, banjo atau gitar, dan
kadang ditambahkan piano.
Gambar 2.3 Jelly Roll Morton
Musiknya juga serupa dengan musik-musik mars dengan ketukan kuat
pada ketukan 1dan 3, namun ketukan 2 dan 4 mendapat aksen. New
28
Orleans sering disebut musik yang ‘hot’. Ini disebabkan karena New
Orleans adalah jazz yang emosional dan musisi juga memiliki kebebasan
berekspresi lebih bebas lewat frase, bunyi-bunyi instrumen tertentu
attack, dan vibrato. Musisi New Orleans antara lain Alphonse Picou,
Sidney Bechet, Barney Bigard, Louis Armstrong dan yang paling terkenal
adalah Jelly Roll Morton, dimana nama Roll ditengah namanya adalah
julukan yang diberikan padanya karena senang melakukan roll
(glissando) pada saat bermain piano.
- Dixieland (1910-1920)
Dixieland boleh dikatakan jazz-nya orang kulit putih. Karakter dixieland
adalah kurang ekspresif, kadang lebih mementingkan teknik dalam
bermain instrumen. Melodi yang lebih halus dan lebih sonor karena
mementingkan voicing harmoni. Glissando dan portamentotidak sebanyak
New Orlean serta vibrato yang kurang ekpresif. Pendek kata, Dixieland
adalah jazz dengan rasa kulit putih. Musisi dixieland umumnya tergabung
dalam kelompok seperti Lu Watters Yerba Buena Jazz Band, New Orlans
Rhythm King, dan yang paling terkenal adalah The Original Dixieland
Jazz Band yang dipimpin oleh Papa Leine.
Pada masa itu para band berkeliling kota dengan mobil bak terbuka atau
di atas gerobak sambil memainkan jazz. Jika ada dua kelompok bertemu,
maka terjadi ‘perang’ antara kedua band tersebut dan band pemenanglah
yang akan mendapat bayaran. Hanya band pimpinan Papa Leine yang
bisa menang atas band-band lain yang musisinya adalah kulit hitam.
Rekaman dixieland antara lain Tiger Rag dan Original Dixieland One-
Step direkam tahun 1917 serta At The Jazz Band Ball yang direkam pada
tahun 1919.
- Chicago Style (1920-1930)
Pecahnya Perang Dunia Pertama membuat New Orleans menjadi
pangkalan militer. Hal tersebut membuat penduduk New Orleans
mengungsi dan sebagian besar mengungsi ke Chicago yang dianggap
29
aman, termasuk para musisi jazz. Aman dari gejolak perang para musisi
bebas berekspresikan diri bahkan membuat beberapa rekaman. Louis
Armstrong membentuk Hot Five and Hot Seven, Jelly Roll Morton
membentuk Red Hot Peppers, dan Johnny Dodds dengan New Orleans
Wanderers.
Musisi blues yang juga mengungsi ke Chicago juga memperkaya nuansa
musik jazz di Chicago. Asimilasi blues dengan New Orleans ditambah
sukat 2/4 yang masih merupakan pengaruh dari ragtime membentuk
karakter jazz yang baru yaitu Chicago Style. Pengembangan intrumentasi
dari New Orleans style bertambah dengan masuknya saxophone ke dalam
band, gitar mulai menggantikan banjo, dan tuba digantikan oleh
kontrabas. Chicago style juga lebih agresif dibandingkan New Orleans.
- Swing (1930-1940)
Setelah Perang Dunia I, Amerika dilanda krisis ekonomi yang hebat.
Namun pada 1930an, perekonomian Amerika mulai bangkit. Rakyat
membutuhkan hiburan dan hiburan pada masa itu adalah bar dan live
music, oleh karena itu bar-bar dibuka besar-basaran. Bar tersebut
dilengkapi oleh lantai dansa (ballroom) yang luas dan untuk
mengiringinya digunakan band yang besar pula. Band besar inilah yang
kemudian dikenal dengan istilah big band. Big band memiliki anggota
yang besar sehingga lagu-lagu yang dimainkan harus ditulis dan
diaransemen. Tiap grup musisi swing setidaknya terdiri atas sepuluh
pemain yang terdiri atas tiga sampai empat pemain saxophone, dua
sampai tiga pemain trumpet dan trombon, piano, gitar, kontra-bas, dan
drum set. Ciri lainnya adalah penggunaan riff yaitu potongan motif yang
dimainkan untuk mengisi death spot pada melodi dan muncul berulang
kali. Swing juga dapat dikategorikan sebagai four beat jazz karena setiap
ketukan dalam sukat 4/4 mendapatkan tekanan.
30
Dalam swing, gitar, kontra bas, dan piano berfungsi sebagai pemegang
tempo. Improvisasi oleh solis umumnya lebih melodis dan liris.
Kelompok big band selalu identik dengan pemimpinnya seperti Duke
Ellington, Count Basie, Benny Goodman, dan Glenn Miller.
Gambar 2.4 Duke Ellington Orchestra
- Bebop (1940-1950)
Swing akhirnya menjadi sangat komersil sampai cerutu, baju, dan semua
produk yang dijual, diberi label swing agar laku lebih keras. Seorang
pelayan toko, yang memiliki pengetahuan terbatas tentang musik jazz
dapat saja pada malam harinya bermain swing dengan sebuah kelompok
big band. Hal ini membuat swing menjadi musik yang sangatkacangan
dan membuat musisi-musisi jazz tulen tidak rela. Mereka lalu membentuk
kelompok yang lebih kecil dan memainkan swings dengan tempo yang
dua kali lebih cepat.
Gambar 2.5 Dixie Gillespie (kiri) dan Louis Armstrong (kanan)
Ciri bebop lainnya adalah adanya lompatan tritonus dimana jika interval
ini dimainkan maka para musisi akan secara spontan berkata bebop
sehingga kata ini yang menjadi nama untuk musik yang baru ini. Interval
tritonus ini adalah interval yang penting dalam bebop dan kadang
disingkat menjadi bop. Dengan formasi yang lebih kecil, musisi bebop
lebih bebas berekspresi. Register yang dimainkan juga adalah nada-nada
31
pada register ekstrim dimana hanya musisi profesionallah yang mampu
memainkannya. Banyak nada-nada disonan mewarnai bebop sehingga
terdengar lebih ‘kasar’. Singkatnya bebop hanya dimainkan oleh musisi
jazz yang profesional yang memiliki teknik dan virtuositas yang tinggi.
Musisi bebop antara lain Theolonious Monk (piano), Kenny Clarke
(drum), Dizzy Gillespie dan Louis Armstrong (trumpet), serta Charlie
Bird Parker (saxophone).
- Cool dan Hard Bop (1950-1960)
Setelah hingar bingar bebop, muncullah jenis jazz yang mirip dengan
namanya, cool. Bunyi instrumen yang lebih lembut (soft) sehingga
menghasilkan nuansa yang berbeda. Selain itu muncul ekplorasi terhadap
elemen-elemen musik yang sebelumnya tidak dipikirkan seperti sukat,
bentuk yang lebih panjang, serta ekplorasi dalam orkestrasi. Meski Lester
Young mempelopori musik ini, namun Miles Davis adalah pentolannya.
Ia adalah salah satu anggota bebop Charlie Parker dan mengembangkan
gaya cool ini sebagai bebob yang lebih lembut. Justru pionir cool adalah
Miles Davis, John Lewis, dan Tadd Daneron.
Gambar 2.6 Miles Davis
Hampir bersamaan dengan cool, hard bop lahir. Cikal bakalnya juga dari
bebop yang tidak sepopular swing karena karakternya yang ‘bising’ dan
sulit dimengerti oleh audiens. Audiens menuntut musik yang lebih
komunikatif sehingga pada sekitar tahun 1955, lahirlah hard bop yang
justru sangat bertolak belakang dengan namanya. Harmoninya lebih
sederhana dengan menekankan pada ritmis, serta melodi yang mudah
32
diingat dan dinikmati. Musisinya seperti Horace Silver kadang
berinteraksi dengan audiensnya meski musisi Bobby Timmon dan Art
Blakey tetap mempertahankan individualis dalam musiknya.
- . Free Jazz (1960-1970)
Pelopornya adalah Ornette Coleman, Cecil Taylor, Albert Ayler, beserta
kawan-kawan dan murid-muridnya. Meskipun mereka sudah membuat
rekaman sebelum tahun 1960an, free jazz belumlah umum pada masa itu.
Coleman mulai mementaskan lagu-lagunya dengan bebas sesuai dengan
keinginan dari pemainnya baik unsur tempo, melodi, atau progresi akor.
Kebebasan ini membuat improvisasi dapat dilakukan secara lebih variatif
sesuai dengan keinginan sang pemain dibandingkan oleh aliran jazz
sebelumnya. Free jazz seolah-olah musik moderennya jazz. Musik ini
mengalami perkembangan pada:
- Sistem tonalitas, karena mengarah pada tonalitas bebas
- Memiliki konsep baru tentang ritmis seperti membedakan sukat,
ketukan, dan ritme
yang simetris.
- Mulai mengalir masuknya unsur-unsur musik dari negara lain ke dalam
jazz seperti
musik India, Afrika, dan sebagainya.
Pada awal mulanya, bagi yang non-musisi, musik Coleman ini serupa
dengan bebop. Hal tersebut membuat Coleman dan kawan-kawan
menambah lagi kebebasan mereka dengan mengolah warna suara pada
instrumen mereka. Beberapa rekaman mereka memakai bunyi ‘mencicit’
dan ‘jeritan’ dari trumpet atau saxophone dan dikombinasikan dengan
bunyi yang kompleks dari bass dan drum. Musik ini akhirnya berkesan
musik dengan tensi yang tinggi, kacau, dan tidak teratur.
- Fusion 1970
Sejalan dengan lahirnya free jazz, rock and roll menjadi sangat terkenal di
Amerika. Elvis Presley dan The Beatles yang mendominasi dunia musik
33
pada masa itu. Karena kebebasan yang diberikan oleh free jazz untuk
berinteraksi dengan musik lainnya, maka lahirlah fusion (atau sering juga
disebut jazz rock atau electric jazz) yang merupakan anak dari hasil
perkawinan jazz dengan rock. Beberapa unsur-unsur dari rock diadaptasi
kedalam jazz tanpa melepaskan karakteristik jazz yaitu improvisasi.
Perbedaan antara jazz dan rock adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan Musik Jazz dan Rock
Perbedaan Jazz Rock
Vokal Menekankan pada instrumen,
vokal hanya sebagai pelengkap.
Menitik-beratkan pada vokal
Improvisasi Relatif bebas Lebih ter-aransemen
Instrumen Akustik, instrumen tiup dan
piano memeran peranan penting
Alat-alat elektronis, gitar dan
drum memegang peranan penting
Teknik
Pengolahan
Lebih bervariatif Cenderung repetitif
Adapun persamaannya adalah:
- Sama-sama bersumber pada blues
- Ritme memegang peranan penting untuk menciptakan sinkopasi.
Jazz rock berawal dari Inggris dimana musisi-musisi rock ingin
menghasilkan rock yang lebih berseni dan artistik. Grup musik yang menonjol
dalam usaha ini adalah Cream dan Colosseum. Setelah itu muncul grup musik
lain dari seantero dunia untuk mengikuti jejaknya antara lain Blood, Sweet and
Tears, dan Chicago. Setelah itu muncul generasi seperti Chick Corea, Herbie
Hancock, Joe Sawinul, dan Lee Riternour. Grup fusion lainnya yang mengikuti
berikutnya adalah Spyrogira, Cassiopea, dan di Indonesia adalah Karimata
Band.
34
2.1.10 Jenis alat musik jazz
Alat musik memiliki peranan penting dalam terciptanya suatu musik yang
dapat dinikmati semua orang. Berikut adalah beberapa alat musik yang
digunakan dalam mengiringi lagu jazz:
Tabel 2.2 Jenis Alat Musik Jazz
No Alat Musik Keterangan
1
Alat musik berdawai ini dimainkan
dengan jari tangan. Bunyi ini dihasilkan
dari petikan senar-senar yang bergetar.
2
Merupakan salah satu jenis gitar yang
pada nadanya, suaranya besar.
3
Alat musik ini pada umumnya
dihubungkan dengan musik popular, big
band music, dan jazz. Namun pada
awalnya alat musik ini ditujukan sebagai
instrumen orchestra dan band militer.
4
Hampir sama dengan saksofon dan
dimainkan dengan single-reed. Penamaan
clarinet diambil dari akhiran “et” yang
berarti kecil, dalam kata Italia “clarion”
yang berarti trompet.
35
No Alat Musik Keterangan
5
Alat musik yang dimainkan dengan jari-
jemari, bentuk dan fungsi piano hamper
sama dengan keyboard, hanya ukuran
dan jumlah tutsnya yang berbeda.
6
Alat musik tiup yang terbuat dari logam.
Trompet hanya memilki tiga tombol dan
pemain trompet harus menyesuaikan
embouchure untuk mendapatkan nada
yang berbeda.
7 Dalam musik jazz, drum biasanya
mengacu pada drum kit atau drum set,
yang memiliki seperangkat drum dan
biasanya terdiri dari bass drum, snare
drum, tom-tom, hi-hat, dan cymbal.
2.1.11 Klasifikasi aktivitas sekolah musik
Pengajar dan pelajar adalah pihak yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Pengajar adalah pihak yang memberikan didikan, sedangkan
pelajar adalah pihak yang menerima didikan. Aktivitas pembelajaran di dalam
sekolah musik dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu: vocal,
instrument, kelas teori, dan pertunjukkan. (Time Saver Standards for Building
Types, Chiara,2001:415).
- Kelas Vokal/Choral
36
Kelas vokal adalah kegiatan pembelajaran untuk melatih vokal atau suara
manusia sebagai instrumen musik. Kelas vokal yang diikuti oleh sekelompok
pelajar yang disebut choir atau paduan suara.
Gambar 2.7 Vocal Class
Sumber: http://music.barnard.edu/
- Kelas Instrumen
Kelas instrumen adalah kegiatan pembelajaran untuk melatih kemahiran
menggunakan instrumen. Instrumen musik jazz yang diajarkan di dalam
sekolah musik dapat dijabarkan ke dalam rabel berikut.
Gambar 2.8 Instrument Class
Sumber : http://www.doane.edu/
- Kelas Teori
Kelas teori adalah kegiatan pembelajaran diluar kelas praktik. Pelajar
diajarkan berbagai pelajaran mulai dari sejarah, konsep, hingga pengetahuan
teoritis lainnya.
37
Gambar 2.9 Theory Class
Sumber: http://www.vsoschoolofmusic.ca/
- Pertunjukan
Sebuah sekolah music biasanya tidak hanya memberikan kegiatan
pembelajaran music saja, namun juga turut mengadakan berbagai
pertunjukkan music sebagai salah satu bentuk penilaian, pencapaian, maupun
apresiasi. Berdasarkan jumlah personel yang terlibat dalam instrumen musik
yang digunakan, sebuah pertunjukkan musik jazz dapat dibagi menjadi:
a. Recital, yaitu pertunjukkan musik yang hanya memfokuskan 1
pemain musik maupun penyanyi (dapat diiringi dengan 1 pemain
piano).
b. Konser, yaitu pertunjukkan musik yang bertujuan untuk melatih siswa
tampil didepan umum dan sebagai apresiasi kepada hasil belajar
siswa.
c. Jam Session
2.1.12 Program-program sekolah musik
Selain menyiapkan kurikulum yang baik untuk siswa, sekolah musik juga
menyediakan lingkungan sosial untuk siswanya untuk bergaul dengan teman
yang memiliki minat dan ketertarikan pada musick yang sama. Beberapa sekolah
38
musik menyediakan program-program penunjang untuk memacu semangat
siswa, diantarnya:
- Konser Siswa
Acara ini biasa diadakan antara satu sampai dua kali dalam setahun. Tujuan
untuk melatih siswa tampil didepan umum. Konser dapat diadakan di
sekolah, auditorium, ataupun gedung pertunjukan.
- Kompetisi
Kompetisi dapat berupa internal, yaitu untuk siswa sekolah musik itu sendiri
atau dapat juga diadakan untuk umum, yaitu antar sekolah musik.
- Masterclass
Masterclass adalah dimana sekolah musik yang bersangkutan mengundang
para ahli atau master di bidangnya untuk memberikan pelajaran musik pada
siswa.
- Ensambel atau Orkestra
Disini siswa dapat melatih musikalitasnya dalam bermain secara
berkelompok serta menumbuhkan rasa saling menghargai demi terciptanya
kerja sama yang baik sehingga dapat menghasilkan music yang harmonis.
2.1.13 Klasifikasi fasilitas sekolah musik
Diluar kegiatan belajar-mengajar dan pertunjukkan disebutkan diatas,
aktivitas lain yang berlangsung di dalam sekolah musik, yaitu aktivitas sosial,
aktivitas yang berhubungan dengan administrasi, serta aktivitas penunjang dan
pendukung kegiatan belajar lainnya. Menurut Time Saver fo Buildiung Types
(Chiara,2001:415), sebuah sekolah musik memfasilitasi kegiatan pelatihan
musik, perkantoran, serta penyimpanan instrumen musik. Fasilitas didalam
sekolah musik sendiri dibagi kedalam beberapa kategori, yaitu:
- Fasilitas Utama
39
a. Ruang Kelas, diantaranya:
• Practice Room, yaitu ruangan dimana kegiatan pembelajaran instrumen
musik dilakukan.
Gambar 2.10 Practice room
Sumber: dezeen.com
• Music Classroom, yaitu ruang kelas yang digunakan untuk kegiatan
choral / paduan suara maupun instrumen dalam kelompok. Ruangan ini
juga dapat digunakan sebagai tempat berlatih untuk sebuah pertunjukkan.
Gambar 2.11 Music room
Sumber: gikacoustics.com
• Regular Classroom, yaitu ruang kelas yang digunakan untuk
pembelajaran teori seperti sejarah musik, komposisi musik, dan lain-lain.
Ruang kelas teori dapat dilengkapi dengan peralatan multimedia untuk
mendukung menyampain materi.
40
Gambar 2.12 Regular Classroom
Sumber: http://www.vsoschoolofmusic.ca/
b. Ruang Pertunjukkan, diantaranya:
• Recital Hall, yaitu ruang yang digunakan untuk menampilkan
pertunjukkan musik oleh seorang intrumenstalist, penyanyi ataupun
kelompok musik dalam skala kecil.
Gambar 2.13 Recital Hall
Sumber http://eps.arts.usf.edu/
• Concert Hall, yaitu ruang yang digunakan untuk menampilkan
pertunjukkan musik oleh kelompok music dalam skala besar.
Gambar 2.14 Concert Hall
Sumber http://gosapporo.com/
41
c. Front Desk, yaitu tempat dimana resepsionis menerima tamu dan
pengunjung dapat melakukan konsultasi.
Gambar 2.15 Front Desk
Sumber http://modernsalon.com/
d. Office, yaitu ruang kerja untuk staff maupun pengelola sekolah musik.
Gambar 2.16 Office room
Sumber http://lekephotos.com/
- Fasilitas Pendukung
a. Lounge, yaitu sebuah area duduk dimana tempat untuk menunggu
ataupun bersantai.
Gambar 2.17 Lounge
Sumber http://chictip.com/
42
b. Music Library, yaitu sebuah perpustakaan sebagai tempat untuk mencari
referensi dan informasi tentang musik.
Gambar 2.18 Music Library
Sumber: http://www.aswglobalist.com/
c. Cafetaria, yaitu tempat dimana para pengguna sekolah baik pelajar,
pengajar, pengunjung, maupun pengelola sekolah dapan memesan dan
menikmati makanan atau minuman disini.
Gambar 2.19 Cafetaria
Sumber: http://www.wapenvanstellendam.nl/
d. Music Store, yaitu tempat penjualan barang ataupun peralatan yang
mendukung kegiatan pembelajaran musik, seperti alat musik, aksesori,
hingga buku pelajaran.
Gambar 2.20 Music Store
Sumber: www.soundpure.com
43
e. Gallery, yaitu tempat untuk menampilkan display informatif berupa
gambar, poster, tulisan, dan lain sebagainya.
Gambar 2.21 Music Gallery
Sumber: http://orgs.usd.edu/
- Fasilitas Servis
a. Storage, yaitu tempat penyimpanan peralatan.
Gambar 2.22 Storage
Sumber: http://orgs.usd.edu/
b. Service Room, yaitu tempat melakukan treatment ataupun reparasi alat
musik.
c. Ruang Panel, yaitu ruangan yang mengatur arus listrik dan sumber
energy didalam sekolah.
d. Ruang Pengendali (Control room), yaitu ruangan untuk mengatur
peralatan elekronik berupa lighting dan audio untuk ruang pertunjukkan.
44
Gambar 2.23 Control room
Sumber: http://www.aim.edu.au/
e. Ruang Ibadah, seperti mushola.
Gambar 2.24 Mushola
Sumber: http://www.noormuslima.com/
f. Pantry.
Gambar 2.25 Pantry
Sumber: http://www.interiordaz.com/
g. Toilet.
Gambar 2.26 Toilet
Sumber: http://www.noormuslima.com/
45
2.1.14 Elemen Interior
Menurut J. Pamudji Suptandar, bahwa bahan yang dipakai akan
berpengaruh terhadap pembentukan suasana ruang, antara lain :
a. Lantai : Lantai memberikan karakter dan memperjelas sebuah
ruangan. Berikut adalah bahan penututp lantai.
Tabel 2.3 Material Lantai
No Material Keterangan
1
Carpet flooring
(sumber:www.indiamart.com)
Parquet Flooring
(sumber:http://extendcreative.com)
Bahan penutup lantai yang
memberi suasana hangat.
2
Marmer flooring
(sumber: http://www.editca.com)
Bahan penutup lantai yang
memberikan suasana dingin/sejuk.
Bahan marmer, mempunyai
karakteristik permanen dan kaku.
46
No Material Keterangan
3
Ceramic Tile flooring
(sumber: http://www.ameradnan.com)
Bahan ini mempunyai karakteristik
indah, sejuk, dan luas
4
Wood flooring
(sumber: http://themoddepot.net/)
Bahan ini mempunyai karakteristik
alamiah, kedap suara, tahan lama,
dan penghantar hangat yang baik.
Suasana yang tercipta adalah
suasana hangat, alami, dan indah.
b. Dinding : Dinding sebagai penyekat ruang. Dalam perencanaan
interior ruang harus diperhatikan unsur dinding yang akan didesain agar
mencapai suatu kesatuan yang serasi dengan elemen interior lainnya.
Berikut adalah bahan pelapis dinding (wall covering).
Tabel 2.4 Material Dinding
No Material Keterangan
1
Stone wall
(sumber: http://www.archpart.com/)
Bermacam-macam batu alam (batu
kali. batu bata, batako dan sebagainya) .
Memberi kesan dan suasana relief mirip
dengan dinding goa sehingga terasa
adanya pendekatan dengan alam indah
hangat dan merupakan sebuah usaha
untuk menciptakan suasana dan unsur
yang berlainan.
47
No Material Keterangan
2
Paint wall
(sumber:
crochetlorena.blogspot.com)
Penggunaan bahan cat sebagai
penutup dinding memberi suasana yang
bersih, luas, dan rapi. Disamping itu juga
tergantung warna yang digunakan.
3
Fiberglass wall
sumber: http://.cpidaylighting.com/
Penggunaan bahan fiberglass pada
ruangmemberikan suasana ruang yang
luas, bersih, modern, dan rapi.
4
Glass wall
sumber: http://henrydomke.com/
Cermin, kaca (kaca bening, rayben,
kaca es) memberikan suasana indah dan
modern, memperluas kesan ruang dan
terang karena bahan kaca dapat merefleksi
cahaya.
c. Plafon : berfungsi sebagai pembentuk ruang dan juga berfungsi untuk
melindungi kegiatan manusia, sebagai bidang penutup atas sebuah ruang
dalam bidang alas dan dinding.
48
- Bahan yang dapat digunakan sebagai plafon bermacam-macam
seperti kayu, gypsum, kaca, triplek, dan sebagainya. Bahan tripleks
dan gypsum dapat memberikan suasana yang rapi, bersih, dan
sederhana.
d. Signage : dapat menarik perhatian pengunjung ketika melihatnya.
Nama dan logo adalah tanda eksterior sebuah tempat, sebuah suimbol
yang meyambut pelanggan. Penggunaan logo yang inovatif dan imajinatif
akan menjadi asset tambahan.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Music School of Indonesia
2.2.1.1 Sejarah
Music School of Indonesia (MSI) berawal dari sebuah sekolah musik
khusus guitar di daerah Pondok Indah yaitu Guitar School of Indonesia
(GSI). Perkembangan musik di Indonesia yang sangat pesat, maka GSI
bertujuan untuk turut serta memberikan sumbangsih bagi perkembangan
musik Indonesia. Hal ini membuat GSI akhirnya tidak hanya berfokus
pada instrument Guitar saja. Melainkan membuka sebuah sekolah music
untuk segala instrument. Untuk itu GSI mengembangkan bidang
pelayanannya, dengan mendirikan sekolah musik terpadu yang melayani
jasa pendidikan musik informal untuk instrument lainnya seperti Bass,
Drum, Keyboard dan bahkan pendidikan vocal. Dikarenakan hal tersebut,
berubahlah nama menjadi Music School of Indonesia (MSI) .
Music School of Indonesia (MSI) adalah sekolah musik yang standard
kualitas yang tinggi pada sisi kegiatan belajar mengajar, pengembangan
kurikulum, bahkan sistem pelayanan terhadap siswa (Student Welfare).
MSI menerapkan hal ini melalui:
• Pelayanan Admission Officer di MSI yang professional, cekatan
dan ramah.
49
• Standard kualitas para instruktur di MSI yang di jaga dengan
Professional Development yang berkesinambungan dan terfokus
pada penajaman keahlian mengajar, sehingga mereka siap dalam
menghadapi dan menangani setiap kesulitan apapun yang
mungkin dialami oleh para siswa dalam pengalaman belajar
mengajar di sekolah musik MSI.
• Mengikutsertakan siswa – siswa MSI untuk berpartisipasi dalam
setiap event yang diadakan sekolah music MSI baik secara
Internal maupun secara eksternal.
Music School of Indonesia merupakan sekolah musik yang memiliki
standard pendidikan musik terbaik bagi para pecinta musik di Indonesia
dengan kualitas internasional. MSI telah membuka 5 outlet di Indonesia
yaitu 4 di Jakarta di daerah Pondok Indah, Tebet, Lotte Shopping
Aveneu, dan Kelapa Gading serta 1 outlet di Surabaya. MSI yang berada
di daerah Pondok Indah merupakan head office dari seluruh MSI,
tepatnya di Arteri berdiri sejak agustus 2010. Hal ini membuat MSI tetap
memacu kualitas sekolahnya agak bisa tetap bersaing di kehidupan
permusikan Indonesia bahkan dunia.
Music School of Indonesia (MSI), Pondok Indah yang berlokasi di Jl.
Sultan Iskandar Muda No. 18B Arteri Pondok Indah Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan.
Gambar 2.27 Maps Music School of Indonesia (MSI), Pondok Indah
Sumber www.googlemaps.com
50
Music School of Indonesia (MSI) ini terletak di pinggir jalan Arteri
Pondok Indah, yang dimana salah satu jalan protokol di daerah Jakarta
Selatan, dan juga sebagai salah satu akses jalan menuju ke Jakarta barat,
maka itu peletakan sekolah musik di daerah senopati merupakan
keputusan yang tepat dikarenakan mudahnya masyarakat melihat sekolah
musik ini, selain itu, akses menuju ke sekolah musik MSI ini sangat
mudah, dekatnya lokasi dengan terminal busway membuat sekolah ini
tidak hanya bisa didatangi dengan kendaraan pribadi saja.
Music School of Indonesia (MSI) tidak membatasi usia para siswa yang
ingin mengasah kemampuan bermain musiknya yakni minimal siswa
sudah dapat memegang instrumen (anatar umur 4 atau 5 tahun) usia yang
tidak terbatas. Dengan didukung pula para pengajar ahli yang kurang
lebih berjumlah 18 kelas dengan guru atau pengajaran dari ahli-ahli
bidangnya yang berjumlah kurang lebih 22 serta guru tamu yang biasanya
dipanggil khusus yang menjadikan Sekolah musik Music School of
Indonesia (MSI) menjadi salah satu tujuan mengasah keahlian musik.
Dengan Struktur Organisasi sebagai berikut :
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Music School of Indonesia (MSI), Pondok
Indah
Sumber: Music School of Indonesia
51
2.2.1.2 Kelas & Kegiatan
Music School of Indonesia menyediakan 5 jenis kelas yaitu kelas vokal,
kelas piano, kelas gitar, kelas bass, dan kelas drum.
Jenis kelas pada Music School of Indosenia dapat digolongkan, yaitu:
1. General, yaitu kelas yang menggunakan metode dan kurikulum
yang diberikan oleh MSI, dan siswa belajar berdasarkan buku
panduan yang digunakan MSI.
2. Hobby, yaitu kelas yang siswanya dapat mengajukan dan
menentukan materi yang ingin dipelajarinya kepada penyajar di
MSI. Kelas hobi ini tidak ada ujian untuk naik level.
Adapun tipe kelas dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:
1. Kelas Private, kelas ini biasanya digunakan oleh seorang siswa
dan seorang pengajar, seperti kelas piano, keyboard, drum.
2. Kelas Group, yaitu kelas yang digunakan oleh 2 atau lebih siswa
dan seorang pengajar, seperti kelas gitar dan bass.
Music School of Indonesia (MSI) merupakan sekolah musik dengan
beberapa divisi pendidikan musik yaitu:
• Guitar School of Indonesia (GSI) untuk guitar.
• Bass School of Indonesia (BSI) untuk bass guitar.
• Drum School of Indonesia (DSI) untuk drum.
• Keyboard School of Indonesia (KSI) untuk keyboard dan piano.
• Vocal School of Indonesia (VSI) untuk vocal.
Music School of Indonesia (MSI) adalah sekolah musik yang standard
kualitas yang tinggi pada sisi kegiatan belajar mengajar, pengembangan
kurikulum, bahkan sistem pelayanan terhadap siswa (Student Welfare).
Setiap tahun, Music School of Indonesia memberikan 2 kali ujian untuk
siswanya untuk lanjut ke level berikutnya. Ujian tersebut yang secara
resmi diberikan dari Music School of Indonesia dan ujian internasional
langsung dari Inggris.
52
2.2.1.3 Jam Operasional
Music School of Indonesia (MSI) memiliki jam operasional yakni pada
hari Senin sampai dengan Jumat dari mulai pukul 10.30 WIB sampai
dengan pukul 18.30. Untuk hari Sabtu, MSI buka lebih awal yaitu pukul
09.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
2.2.1.4 Pembagian Ruang & Fasilitas
Bangunan yang terdiri dari 5 lantai ini berada di sebuah ruko yang
memberikan suatu aktifitas musik yang berbeda-beda. Pembagian
ruangan berdasarkan lantai adalah sebagai berikut.
1. Lantai 1, dikhususkan sebagai area publik, dimana terdapat sebuah
mini stage untuk siswa melakukan performing internal, untuk
melatih mental siswa tampil di depan orang tua dan guru, sebelum
tampil di depan umum serta ruang tunggu.
2. Lantai 2, merupakan lantai untuk ruang kontrol, ruang rekaman,
ruang kelas serbaguna (bisa untuk latihan vokal atau pun bermain
alat musik), ruang tunggu, meja admin, retail kecil, serta mushola.
3. Lantai 3, adalah ruang kelas yang dikhususkan untuk kelas gitar dan
bass, yang terdiri dari 4 ruang kelas gitar dan 3 ruang kelas bass.
Pada lantai ini juga terdapat resepsionis MSI, dan ruang guru / staff
dan ruang principal, serta toilet.
4. Lantai 4, adalah untuk 1 ruang kelas piano dan 1 ruang kelas drum,
1 ruang kelas vokal / keyboard, gudang, pantry, toilet.
5. Lantai 5, lantai ini biasanya dipakai ketika ada meeting besar saja,
dan selebihnya jarang digunakan.
Berikut rincian ruangan yang terdapat pada Music School of
Indonesia.
- Entrance
53
Akses entrance di Music School of Indonesia hanya melalui pintu masuk
ruko. Pencarian sekolah musik ini cukup mudah karena berada tepat
dipinggir jalan utama dan terdapat banner yang cukup besar.
Gambar 2.28 Entrance Music School of Indonesia (MSI), Pondok Indah
(Sumber Foto:Dokumentasi Pribadi,2015)
Fasilitas-faslitas lain yang mendukung guna untuk melancarkan kebutuhan
dari aktivitas yang berlangsung di dalam sekolah musik ini. Berikut adalah
fasilitas pendukung yang terdapat pada Music School of Indonesia (MSI):
Tabel 2.5 Fasilitas pendukung yang terdapat pada MSI
No Ruangan Foto Analisis
1 Lobby
Gambar 2.29
Lobby MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ketika memasuk Music School of Indonesia,
terdapat semacam meja resepsionis lobby
kosong yang seringkali dialihfungsikan
menjadi tempat penyimpanan barang siswa
atau staff/pengajar. Dibelakang meja tersebut
terdapat credenza yang berlogo MSI di bagian
tengahnya.
- Lantai penggunakan granit berukuran
40cmx40cm
- Dinding cat berwarna abu-abu dan
terdapat panel warna-warni yang di
pasang pada dinding untuk menempel
gambar atau pengumuman.
- Ceiling, cat berwarna putih.
54
No Ruangan Foto Analisis
- Pencahayaan, terdapat pencahayaan
alamihanya terdapat dari pintu masuk
saja, dikarenakan ini sebuah ruko yang
sebelah kanan dan kirinya terdapat
bangunan lain.. Hal ini mengharuskan
untuk meenggunakan pencahayaan
buatan menggunakan downlight
- Penghawaan, area ini menggunakan
AC.
2 Mini Stage
Gambar 2.30
Mini Stage
MSI,Pondok
Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Digunakan untuk performing internal yang
siswa MSI, untuk memberikan kesempatan
kepada siswa tampil di depan orang tuanya
atau untuk melatih mental siswa tampil di
depan umum. Tepat di belakang stage ini
terdapat lift untuk naik ke resepsionis lantai 3.
Dapat dilihat sisi kanan terdapat panel-panel
yang bertujuan sebagai treatment akustik pada
dinding untuk meredam bunyi. Sedangkan
pada sisi sebalah kiri terdapat panel putih
yang terdapat kaca pada bagian tengahnya,
berfungsi sebagai tempat menempel poster
atau pengumuman.
- Lantai penggunakan granit berukuran
40cmx40cm
- Dinding cat berwarna abu-abu dan
terdapat panel warna-warni yang di
pasang pada dinding untuk menempel
gambar atau pengumuman.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
55
No Ruangan Foto Analisis
- Pencahayaan, terdapat pencahayaan
alamihanya terdapat dari pintu masuk
saja, dikarenakan ini sebuah ruko yang
sebelah kanan dan kirinya terdapat
bangunan lain.. Hal ini mengharuskan
untuk meenggunakan pencahayaan
buatan menggunakan downlight.
- Penghawaan, area ini menggunakan
AC.
3 Ruang
Admin/
Staff
Gambar 2.31
Admin MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Berfungsi untuk mengontrol kegiatan pada
lantai ini, seperti ketika ada siswa yang
melakukan kegiatan di kelas atau sedang
rekaman. Meja admin ini dilengkapi dengan
sofa 3-seater dan coffee table untuk tamu atau
siswa yang sedang menunggu. Terkadang
area ini juga menjadi tempat untuk menerima
tamu yang datang ke MSI.
- Lantai penggunakan parket berwarna
kuning kecoklatan
- Dinding dan ceiling menggunakan cat
berwarna putih
- Pencahayaan, tidak terdapat
pencahayaan alami. Hal ini
mengharuskan untuk menggunakan
pencahayaan buatan menggunakan
lampu TL dan spotlight.
- Penghawaan, area ini menggunakan
AC.
56
No Ruangan Foto Analisis
4 Ruang
Multifungsi
Gambar 2.32
Ruang kelas
multifungsi MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruang kelas ini digunakan untuk beberapa
kegiatan, seperti keyboard (group), beberapa
keyboard lengkap dengan kursinya. Selain itu
juga dapat digunakan untuk latihan vocal,
terdapat stage dalam ruangan serta standing
mirror dan music stand. Selain itu juga
terdapat meja dan kursi pengajar diatas stage
sekaligus sebagai area control music.
- Lantai, parket berwarna kuning
kecoklatan
- Dinding, cat berwarna putih dan wall
padding berwarna biru sebagai vocal
point pada tengah ruangan.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan, tidak terdapat
pencahayaan alami. Hal ini
mengharuskan untuk menggunakan
pencahayaan buatan menggunakan
downlight.
- Penghawaan, area ini menggunakan
AC.
5 Retail
Area ini digunakan untuk mendisplay
perlengkapan yang berhubungan dengan
musik. Terdapat kabinet display yang
berukuran cukup panjang yang meghadap
kearah sofa dan posisinya tepat berada di
samping meja admin.
- Lantai penggunakan parket berwarna
kuning kecoklatan
57
No Ruangan Foto Analisis
Gambar 2.33
Area Retail MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
- Dinding dan ceiling menggunakan cat
berwarna putih
- Pencahayaan, tidak terdapat
pencahayaan alami. Hal ini
mengharuskan untuk menggunakan
pencahayaan buatan menggunakan
lampu TL dan spotlight.
- Penghawaan, area ini menggunakan
AC.
6 Ruang
Control
Gambar 2.34
Ruang Kontrol
MSI, Pondok
Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruang ini mengontrol segala sistem dan
kebutuhan yang dibutuhkan saat siswa
rekaman. Pada ruangan ini terdapat jendela
kaca yang terhubung dengan ruang rekaman
sehingga dapat mengontrol secara langsung
proses rekaman.
- Lantai, parket berwarna kuning
kecoklatan
- Dinding, cat berwarna putih dan panel
kayu, serta ruangan ini juga dilengkapi
dengan diffuser.
- Ceiling ,cat berwarna putih dan panel
akustik yang berbentuk seperti
membuat ruangan mengerucut.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan, area ini menggunakan
AC.
58
No Ruangan Foto Analisis
7 Ruang
Recording
Gambar 2.35
Ruang Rekaman
MSI, Pondok
Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruang ini digunakan untuk siswa yang
melakukan rekaman, baik individu maupun
group. Terdapat drum, gitar, bass, standing
mic, music stand serta beberapa kursi.
- Lantai, parket berwarna kuning
kecoklatan
- Dinding menggunakan cat berwarna
putih dan panel kayu, serta ruangan ini
juga dilengkapi dengan diffuser.
- Ceiling, cat berwarna putih dan panel
akustik pada ceiling yang berbentuk
seperti membuat ruangan mengerucut.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan, area ini menggunakan
AC.
8 Mushola
Gambar 2.36
Mushola MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Posisinya tepat di depan kamar mandi dan di
depan lift. Oleh karena itu, lift pada lantai ini
jarang digunakan, lebih banyak menggunakan
tangga. Terdapat sajadah, stool, hanging
cabinet serta hanging table.
- Lantai, granit berwarna abu-abu
berukuran 40cmx40cm dan karpet
berwarna hitam
- Dinding dan ceiling menggunakan cat
berwarna putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan pada area ini kurang baik
karena berada di pojok dan dekat
dengan toilet.
59
No Ruangan Foto Analisis
9 Resepsionis
Gambar 2.37
Resepsionis MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ketika naik lift, siswa atau pengunjung akan
diarahkan untuk menuju lantai 3 karena
resepsionis Music School of Indonesia
terdapat di lantai ini, sekaligus merupakan
pusat kegiatan admistrasi siswa. Meja
resepsionis terbuat dari kayu dan diberi kaca
untuk men-display benda tertentu. Meja
resepsionis ini cukup kecil dan minim lemari
penyimpanan sehingga membuat meja terlihat
penuh. Bench yang berada di depan lift
kurang tepat karena dapat menggangu
sirkulasi orang berjalan.
- Lantai, granit berwarna abu-abu
berukuran 40cmx40cm
- Dinding dan ceiling menggunakan cat
berwarna putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan menggunakan AC.
10 Teacher &
Principal
Room
Gambar 2.38
Teacher &
Principal Room
MSI, Pondok
Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruang guru hanya berisi coffee table, sofa 2-
seater dan jam dinding. Ruangan ini
merupakan tempat guru berkumpul untuk
makan atau sedang istirirahat.
- Lantai, granit berwarna abu-abu
berukuran 40cmx40cm
- Dinding dan ceiling menggunakan cat
berwarna putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan pada area ini
menggunakan AC
60
No Ruangan Foto Analisis
11 Display
Area
Gambar 2.39
Display Area
MSI, Pondok
Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Pada area display ini, pihak MSI mendisplay
buku-buku panduan pelajaran yang diberikan,
dan setiap masing-masing panel display pun
dibedakan bedasarkan penggolongan jenis
kelas.
- Lantai, granit berwarna abu-abu
berukuran 40cmx40cm sedangkan
finishing
- Dinding (panel) menggunakan cat
berwarna merah, biru, hijau, orange,
dan ungu.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan pada area ini
menggunakan AC.
12 Waiting
Area
Gambar 2.40
Waiting Area
MSI, Pondok
Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Merupakan ruang tunggu bagi siswa yang
sedang menunggu kelas atau pengunjung saat
datang ke Music School of Indonesia.
Terdapat dua bench berwarna hitam. Pada
area ini terdapat poster besar berisi musisi-
musisi terkenal yang pernah bergabung
dengan Music School of Indonesia.
- Lantai, granit berwarna abu-abu
berukuran 40cmx40cm
- Dinding menggunakan acrylic yang
kemudian dipasang logo MSI yang
terbuat dari stainless steel, serta
signage kelas yang terbuat dari
acrylic.
61
No Ruangan Foto Analisis
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan, pada area ini
menggunakan AC.
13 Kelas Gitar
/ Bass
Gambar 2.41
Kelas Gitar dan
Bass MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Kelas gitar dan bass biasanya dilengkapi
dengan dua gitar/bass pada setiap kelas dan
dua kursi untuk siswa dan guru. Selain itu
juga dilengkapi dengan whiteboard untuk
mempermudah proses pembelajaran.
- Lantai, karpet berwarna biru
- Dinding, cat berwarna putih serta wall
padding berwarna biru muda dan
putih.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan menggunakan AC.
14 Kelas Piano
Gambar 2.42
Kelas Piano MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Kelas piano dilengkapi dengan satu set meja
piano serta kursi untuk pengajar. Tidak
ketinggalan juga papan tulis pada tiap
ruangan untuk membantu dalam proses
penyampaian pelajaran kepada siswa.
- Lantai, karpet berwarna coklat tua
- Dinding menggunakan wall padding
berwarna krem, coklat, maroon, dan
merah.
- Ceiling, cat berwarna putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan menggunakan AC.
62
No Ruangan Foto Analisis
15 Kelas
Keyboard
Gambar2.43
Kelas Keyboard
MSI, Pondok
Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Kelas ini tidak hanya digunakan untuk
keyboard, dapat juga digunakan untuk kelas
vokal ketika seluruh kelas penuh. Selain itu
terdapat kursi untuk siswa maupun pengajar,
music stand, dan tidak ketinggalan
whiteboard.
- Lantai, karpet berwarna coklat tua
- Dinding menggunakan wall padding
berwarna krem, coklat, maroon, dan
merah.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan, pada area ini
menggunakan AC.
16 Kelas Drum
Gambar 2.44
Kelas Drum MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Kelas Drum, berukuran cukup untuk satu
drum dan didalamya juga dilengkapi dengan
alat-alat yang menunjang pembelajaran
seperti whiteboard ataupun music stand.
- Lantai, karpet berwarna hijau
kecokalatan
- Dinding menggunakan wall padding
berwarna lime green, tosca, dan dark
green.
- Ceiling, cat berwarna putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan menggunakan AC.
63
No Ruangan Foto Analisis
17 Kelas Vokal
Gambar 2.45
Kelas Vocal MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Kelas vokal biasanya dilengkapi dengan
cermin berukuran besar agar siswa dapat
melatih mimic dan ekspersi saat bernyanyi.
Selain itu tidak ketinggalan selalu ada
whiteboard pada setiap ruang kelas.
- Lantai, karpet berwarna dark grey
- Dinding menggunakan wall padding
berwarna biru, ungu, dan ungu muda.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan menggunakan AC.
18 Ruang
Latihan
Band
(Ensemble)
Gambar 2.46
Ruang Latihan
Band MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Merupakan ruangan terbesar pada Music
School of Indonesia. Ruangan ini digunakan
ketika siswa belajar dalam kelompok atau
band. Didalamnya terdapat dua set drum,
whiteboard, kursi untuk pengajar serta music
stand. Untuk memasuki ruang ini kita akan
melewati dua pintu yang terdapat space
kosong sekitar 40cm pada bagian tengahnya,
bertujuan agar suara tidak keluar dari ruangan
dan sebaliknya.
- Lantai, karpet berwarna coklat tua
- Dinding kanan dan kiri ruangan
menggunakan wall padding berwarna
krem, coklat, maroon, dan merah
sedangkan untuk sisi lainnya
menggunakan cat berwarna biru.
- Ceiling ,cat berwarna putih.
- Pencahayaan menggunakan downlight.
- Penghawaan menggunakan AC.
64
No Ruangan Foto Analisis
19 Pantry
Gambar 2.47
Mini Pantry MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Pantry ini digunakan untuk menyimpan
perlengkapan makan dan minum serta
perlengkapan kebersihan lainnya. Pada pantry
ini terdapat top table yang terbuat dari
keramik, sedangkan untuk kabinet bawah dan
hanging cabinet-nya menggunakan hpl.
Pantry ini juga sekaligus dijadikan sebagai
tempat penyimpanan alat kebersihan dan
storage.
- Lantai, keramik berukuran
30cmx30cm berwarna coklat tua
- Dinding menggunakan cat berwarna
krem.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan, terdapat pencahayaan
alami dari jendela sehingga tidak
mengharuskan untuk menggunakan
pencahayaan buatan pada siang hari,
tetapi ketika malam hari menggunakan
downlight.
- Penghawaan menggunakan exhaust.
20 Koridor
Gambar 2.48
Koridor MSI,
Pondok Indah
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
- Lantai, granit berukuran 40cmx40cm
berwarna abu-abu
- Dinding menggunakan cat berwarna
abu-abu juga.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan menggunakan lampu
downlight.
65
No Ruangan Foto Analisis
21 Signage
Gambar 2.49
Signage MSI,
Pondok Indah
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Music School of Indonesia memilki signage
yang berada tepat dibelakang meja resepsionis
dan di waiting area yang terbuat dari stainless
steel, sedangkan signage lain yang terbuat
dari akrilik adalah penandan jenis ruangan
kelas.
2.2.2 Andante Music School
2.2.2.1 Sejarah
Andante Music School berdiri sejak Juli 2006 dan sejak awal berkomitmen
untuk memberikan pendidikan musik yang terbaik. Dalam waktu yang
singkat Andante Music School telah memperoleh pengakuan masyarakat
dan reputasi yang baik, khususnya dari segi standar kualitas pendidikan
dan inovasi pembelajaran. Dua hal ini yang menjamin kualitas siswa kami
selalu berada di level yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah
lainnya.
Saat ini, Andante Music School memiliki 2 outlet, yang pertama berada di
Ruko Taman Sunter Indah, Kl 1 No. 24, Sunter, Jakarta Utara (Head
Office) dan yang kedua berada di Taman Palem Branch, City Resort
Residences, Rukan Hawaii B No. 65, Cengkareng, Jakarta Barat. Andante
Music School Sunter yang berlokasi di Ruko Taman Sunter Indah, Kl 1
No. 24, Sunter, Jakarta Utara.
66
Gambar 2.50 Maps Andante Music School, Sunter
Sumber www.googlemaps.com
Andante Music School terletak di pinggir jalan Taman Sunter Indah, dekat
dengan Danau Sunter dan merupakan salah satu akses jalan menuju ke
daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Andante Music School tidak
membatasi usia para siswa yang ingin mengasah kemampuan bermain
musiknya yakni minimal siswa 4 tahun. Dengan didukung pula para
pengajar ahli yang kurang lebih berjumlah 14 kelas dan 1 ruang ensambel
dengan guru atau pengajaran dari ahli-ahli bidangnya yang berjumlah
kurang lebih 25. Dengan Struktur Organisasi sebagai berikut :
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Andante Music School, Sunter
Sumber: Andante Music School
2.2.2.2 Kelas dan Kegiatan
Kategori program kelas yang disediakan oleh Andante Music School,
yaitu:
Direktur/Owner
Manager Operasional
Admin Pengajar
67
1. Fun Class, adalah program kasual / non-kurikulum untuk siswa,
khususnya dewasa yang memilki keinginan untuk belajar music untuk
mengisis waktu luang dan tidak wajib mengikuti ujian. Kurikulumnya
didesain sesuai dengan permintaan setiap siswa.
2. Children with Special Needs, adalah program special. Personal dan
intensif untuk anak-anak yang membutuhkan perhatian lebih dan
membutuhkan manfaat dari bermusik. Shadow-therapist dan sesi untuk
terapi tersedia sebagai tambahan.
3. Regular, adalah program yang sesuai bagi siswa yang ingin belajar
dari level pemula (beginner) hingga tingat mahir (advance).
Kurikulumnya mengkombinasikan antara praktek, teori, dan aural (ear
tranning). Setiap semester siswa akan diberikan rapor untuk memantau
perkembangan belajarnya. Konser tahunan (Annual Concert) dan ujian
kenaikan tingkat (Andate Grade Examinations) wajib diikuti secara
berkala.
Adapun pilihan jurusan yang tersedia untuk Regular Program, yaitu:
1. Classical, focus pada lagu-lagu jaman Baroque, Calssical, romawi
dan 20th Century.
2. Contemporary, yaitu Pop dan Jazz.
Ujian Internasional praktek dan teori untuk jurusan Classical dari
Associated Board of Royal School of Music tersedia sebagai pilihan.
Instrumen yang tersedia pada Andante Music School, yaitu:
• Piano
• Strings: Violin, Viola, Cello dan Contra Bass
• Woodwinds: Flute dan Clarinet
• Guitar: Acoustic dan Electric
• Electric Bass
68
• Keyboard dan Organ
• Vocal
• Drum
4. Diploma, adalah program intensif yang ditujukan bagi siswa yang
secara khusus membutuhkan:
a. Persiapan bimbingan untuk melanjutkan studi diperguruan tinggi
musik.
b. Bimbingan belajar di luar kampus fakultas musik.
c. Ingin berkarier di dunia musik baik sebagai guru atau praktisi
professional.
Siswa berbakat yang dapat memenuhi standar persyaratan kelas ini juga
dapat mengambil Diploma Program. Sertifikat diploma setara D1 dan D3
tersedia. Siswa calon Diploma Program wajib mengikuti tes penempatan.
Subjek yang tersedia:
• Instrument Major Lesson
• Advance Theory of Music: History & Literature, Form Anlysis,
Counterpoint, dan 4-part Harmony / Traditional Harmony
• Contemporary & Arranging
• Film Scoring & midi Application
• Orchestration
• General Musicianship: Solfeggio, Aural & Ear Training
• Teaching & Music Education Course
5. Andante Youth Community Orchestra (AYCO), adalah sarana bagi
kaum muda berbakat yang mencintai musik. Siswa akan memperoleh
69
kesempatan langka untuk bermain dalam grup orkestra (lebih dari 30
orang) dan berinteraksi dengan sesame anggota sembari meningkatkan
kemampuan individualnnya. AYCO memilki afiliasi dengan Trinity
Youth Symphony Orchestra (TRUST).
Selain memberikan pengajaran tentang musik, Andante Music School
juga membuka kesempatan bagi siswa yang ingin belajar menggambar,
fotografi dan bahasa Jepang.
2.2.2.3 Jam Operasional
Andante Music School memiliki jam operasional yakni pada hari Senin
sampai dengan Jumat dari mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul
20.00. Untuk hari Sabtu, Andante Music School buka lebih awal yaitu
pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.
2.2.2.4 Pembagian Ruang dan Fasilitas
Bangunan yang terdiri dari 4 lantai ini berada di sebuah ruko yang
memberikan suatu aktifitas musik yang berbeda-beda. Diantaranya
adalah piano, keyboards, organ, vocal, gitar, violin, viola, ceilo, drum,
flute, saxophone, dan clarinet. Selain menawarkan belajar memainkan
alat musik, Andante Music School juga menawarkan studi bahasa
jepang, fotografi, dan menggambar.
Pembagian ruangan berdasarkan lantai adalah sebagai berikut.
1. Lantai 1, terdapat resepsionis, ruang tunggu, 1 ruang gitar, 1 ruang
piano, 1 ruang teori, dan pantry.
2. Lantai 2, terdapat owner office, 1 ruang menggambar, 2 ruang
piano, 1 ruang electone, storage (lemari penyimpanan buku), dan
toilet.
3. Lantai 3, terdapat 3 ruang piano, 1 ruang gitar, 1 ruang serbaguna, 1
ruang keyboard, dan 2 storage.
70
4. Lantai 4, terdapat ruang ensambel / grup dan 1 ruang drum.
Berikut rincian ruangan yang terdapat pada Music School of Indonesia.
- Entrance
Akses entrance di Andante Music School hanya melalui pintu masuk
ruko. Pencarian sekolah musik ini cukup mudah karena berada tepat
dipinggir jalan utama dan terdapat banner yang cukup besar.Tampak
depan gedung Andante Music School sebagai berikut :
Gambar 2.51 Tampak depan Andante Music School, Sunter
(Sumber Foto:Dokumentasi Pribadi, 2015)
Terdapatnya fasilitas-faslitas yang mendukung guna untuk melancarkan
kebutuhan dari aktivitas yang berlangsung di dalam sekolah musik ini.
Berikut ini adalah fasilitas pendukung yang terdapat pada Andante
Music School:
Tabel 2.6 Fasilitas pendukung yang terdapat pada Andante Music School
No Ruangan Foto Analisis
1 Resepsionis
Gambar 2.52
Resepsionis
Andante Music
School, Sunter
Ketika masuk Andante Music Scool,
langsung disambut oleh resepsionis yang
berada tepat didepan pintu masuk ruko.
Meja resepsionis terbuat dairi kayu dan
terlihat tidak banyak barang yang didisplay
serta terdapat kabinet kecil dipojok kiri
meja. Ketika masuk langsung terlihat jelas
logo dari Andante Music School.
71
No Ruangan Foto Analisis
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
- Lantai, keramik berwarna orange
muda
- Dinding menggunakan cat
berwarna krem dan orange
- Ceiling, cat berwarna putih dan
terlihat treatment down ceiling.
- Pencahayaan, terdapat pencahayaan
alami hanya dari pintu masuk ruko
karena sebelah kanan dan kiri
merupakan gedung lain. Hal ini
mengharuskan untuk menggunakan
pencahayaan buatan menggunakan
lampu TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
2 Waiting Area
Gambar 2.53
Waiting Area
Andante Music
School, Sunter
Sumber
foto:Dokumentas
i Pribadi, 2015
Berada di samping resepsionis. Disini siswa
dapat menunggu sambil membaca buku
yang tersedia disebelahnya. Di atas rak
buku terdapat seperti mading, tempat untuk
memberikan pengumuman kepada siswa.
Di samping rak buku terdapat bench
berukuran sepanjang dinding. Tepat di atas
bench terdapat hanging cabinet untuk
menyimpan buku-buku bacaan.
- Lantai, keramik berwarna orange
muda
- Dinding, cat berwarna krem dan
orange.
- Ceiling, cat berwarna putih dan
terlihat treatment down ceiling
- Pencahayaan, lampu TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
72
No Ruangan Foto Analisis
3 Ruang Gitar
Gambar 2.54
Ruang gitar
Andante Music
School, Sunter
Sumber
foto:Dokumentas
i Pribadi, 2015
Menyediakan minimal dua buah gitar dan
dua kursi untuk siswa dan pengajar.
Ruangan ini juga dilengkapi dengan cermin
pada dinding dan music stand.
- Lantai, keramik berwarna orange
muda
- Dinding, cat berwarna krem dan
orange
- Ceiling, cat berwarna putih.
- Pencahayaan menggunakan lampu
TL.
- Penghawaan menggunakan AC
4 Ruang Piano
Gambar 2.55
Ruang piano
Andante Music
School, Sunter
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruang piano menyediakan piano berukuran
satu set piano sertakursi untuk pengajar.
Selain itu juga terdapat music stand untuk
meletakkan buku musik siswa.
- Lantai, keramik berwarna orange
muda
- Dinding menggunakan cat
berwarna krem dan orange serta
menggunakan wallpaper, seperti
bunga-bunga.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan menggunakan lampu
TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
73
No Ruangan Foto Analisis
5 Ruang Teori
Gambar 2.56
Ruang teori
Andante Music
School, Sunter
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruangan teori ini digunakan untuk
pemberian materi pelajaran yang bersifat
teori dan tidak memerlukan alat musik.
Terdapat meja dan kursi untuk pengajar,
whiteboard, serta kursi untuk siswa. Kelas
teori bisa di ikuti oleh 3 orang atau lebih.
- Lantai, keramik berwarna orange
muda
- Dinding menggunakan cat
berwarna krem dan orange
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan menggunakan lampu
TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
6 Pantry
Gambar 2.57
Pantry Andante
Music School,
Sunter
Sumber
foto:Dokumentas
i Pribadi, 2015
Pantry ini digunakan untuk menyimpan
perlengkapan makan dan minum serta
perlengkapan kebersihan lainnya. Pada
pantry ini terdapat meja kerja yang
dialihfungsikan menjadi meja makan, kursi
plastik, serta dispenser. Selain itu, area ini
juga sekaligus menjadi tempat
penyimpanan alat-alat kebersihan.
- Lantai, keramik berwarna orange
muda
- Dinding , cat berwarna krem dan
orange
- Ceiling, cat berwarna putih.
- Pencahayaan, lampu TL.
- Penghawaan area ini kurang baik
karena berada di pojok belakang.
74
No Ruangan Foto Analisis
7 Owner Office
Gambar 2.58
Owner office
Andante Music
School, Sunter
Sumber
foto:Dokumentas
i Pribadi, 2015
Ini merupakan ruangan untuk pemilik
Andante Music School. Pada ruangan ini
terdapat meja kerja owner lengkap dengan
kursi hadap dan piano berukuran besar
serta lemari buku yang berada di sudut
ruangan. Selain itu, terdapat juga kabinet
kecil untuk meletakkan minuman dan
sebagainya.
- Lantai, parket berwarna kuning
kecoklatan
- Dinding, cat berwarna krem dan
orange. Selain itu, dapat dilihat
pada terdapat banyak foto-foto,
lukisan dan piagam yang di display
di dinding.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan, terdapat pencahayaan
alami dari jendela yang cukup besar
dan merupakan ruang yang paling
mampu memanfaatkan pencahayaan
alami dan hanya menggunakan
lampu TL ketika malam hari.
- Penghawaan menggunakan AC.
8 Ruang
Menggambar
Ruang ini digunakan untuk siswa yang
mengambil pelajaran mengambar. Di dalam
ruangan hanya terdapat meja berbentuk
persegi panjang dan 4 buah kursi.
- Lantai, parket berwarna kuning
kecoklatan
75
No Ruangan Foto Analisis
Gambar 2.59
Ruang
Menggambar
Andante Music
School, Sunter
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
- Dinding , cat berwarna krem dan
orange serta menggunakan lukisan
dan wallpaper, seperti bunga-
bunga.
- Ceiling, cat berwarna putih.
- Pencahayaan, tidak terdapat
menggunakan lampu TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
9 Ruang
Keyboard
Gambar 2.60
Ruang keyboard
Andante Music
School, Sunter
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruang ini menyediakan keyboard
berukuran sedang dan kursi untuk pengajar.
- Lantai, parket berwarna kuning
kecoklatan
- Dinding menggunakan cat
berwarna krem dan orange serta
menggunakan lukisan dan
wallpaper, seperti bunga-bunga.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih
- Pencahayaan menggunakan lampu
TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
10 Storage
Gambar 2.61
Storage Andante
Music School,
Sunter
Merupakan ruang penyimpan peralatan
yang tidak digunakan..
- Lantai, parket berwarna kuning
kecoklatan
- Dinding menggunakan cat
berwarna krem dan orange serta
menggunakan lukisan dan
wallpaper, seperti bunga-bunga.
Storage ini merupakan satu-satunya
76
No Ruangan Foto Analisis
Sumber
foto:Dokumentas
i Pribadi, 2015
ruangan yang menggunakan wall
padding.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih dan ceiling dengan treatment
akustik.
- Pencahayaan menggunakan lampu
TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
11 Ruang
Ensambel
Gambar 2.62
Ruang Ensambel
Andante Music
School, Sunter
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruangan untuk latihan bermain alat musik
dalam bentuk kelompok. Dalam ruangan ini
tidak terlihat lemari penyimpanan sehingga
buku-buku pelajaran terlihat bertumpuk
pada bench.
- Lantai, parket berwarna kuning
kecoklatan
- Dinding , cat berwarna krem dan
orange.
- Ceiling, cat berwarna putih
- Pencahayaan, terdapat pencahayaan
alami namun dalam intensitas kecil
karena ukuran dan jumlah jendela
yang kecil. Hal ini mengharuskan
untuk menggunakan pencahayaan
buatan menggunakan lampu
downlight
- Penghawaan menggunakan AC.
77
No Ruangan Foto Analisis
12 Ruang Drum
Gambar 2.63
Ruang drum
Andante Music
School, Sunter
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruangan ini berada di pojok belakang
ruangan ensambel. Ruangan ini hanya
berisi satu set drum dan sebuah kursi untuk
pengajar.
- Lantai, parket berwarna kuning
kecoklatan dan karpet untuk
menyerap suara
- Dinding menggunakan wall
padding berwarna biru
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan menggunakan lampu
TL
Penghawaan menggunakan AC.
13 Koridor
Gambar 2.64
Koridor Andante
Music School,
Sunter
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
- Lantai,parket berwarna coklat
- Dinding, cat berwarna krem dan
orange.
- Ceiling menggunakan cat berwarna
putih.
- Pencahayaan menggunakan lampu
downlight.
78
No Ruangan Foto Analisis
14 Signage
Gambar 2.65
Signage Andante
Music School,
Sunter
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Andante Music School memilki signage
yang berada dibelakang meja resepsionis
yang berwarna hitam melambang kekuatan
dan keanggunan. dan orange dan pada
huruf “d”-nya di bentuh seperti not
balok.melambangkan kehangatan,
semangat dan percaya diri.
2.2.3 Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
2.2.3.1 Sejarah
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) merupakan perguruan tinggi seni
satu0satunya yang berada di jantung Ibu Kota Jakarta. Institut Kesenian
Jakarta (IKJ) merupakan pengembangan dari Lembaga Pendidikan
Kesenian Jakarta (LPKJ) yang didirikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali
Sadikin pada tahun 1970 di bawah Yayasan PKJ, tahun 1985 LPKJ diberi
nama Institut Kesenian Jakarta atau IKJ sehingga sampai saat sekarang
IKJ telah berusia 40 tahun.
Perjalanan selama 40 tahun telah mengalami banyak perkembangan dan
pertumbuhan baik di banding akademik maupun pada berbagai kegiatan
kesenian, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Secara akademik Institut
Kesenian Jakarta (IKJ) telah mampu menjadi pelopor perkembangan seni
dan industry seni bersama perguruan tinggi seni lain di Indonesia dan
mancanegara.
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) telah lama menjadi di pusat pemikiran,
perkembangan dan pertumbuhan seni tradisi dan seni kontemporer di
79
Indonesia. Hingga saat ini Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang berada
dalam naungan resmi Department Pendidikan dan Kebudayaan, segera
mengamalkan Tridharma Perguruan Tinggi secara penuh pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) awalnya memiliki 2 fakultas, yaitu
Fakultas Film dan Televisi (FFTV) dan Fakultas Seni Rupa, yang terdiri
dari 3 departemen yaitu Seni Tari, Seni Musik, dan Teater . Kemudian
pada tahun 1981, keduanya bergabung menjadi Fakultas Seni Pertunjukan
(FSP)
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) berlokasi di Kompleks Taman Ismail
Marzuki Jl. Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat. Posisi letak Taman Ismail
Marzuki yang strategis di jalan utama memudahkan juga untuk mencari
Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Selain itu, merupakan akses menuju
daerah menteng dan sekitarnya.
Gambar 2.66 Maps Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Cikini
Sumber www.googlemaps.com
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) memilki empat ruang kelas besar dan 14
ruang kelas studio serta sebuah Recital Hall jumlah mahasiswa kurang
lebih 300 orang saat ini. Dengan Struktur Organisasi sebagai berikut.
80
Bagan 2.3 Struktur Organisasi Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
Sumber: Institut Kesenian Jakarta
2.2.3.2 Kelas dan Kegiatan
Program Studi Seni Musik di Institut Kesenian Jakarta mempunyai
kompetensi pokok studi utama pada bidang Musik Barat secara umum
baik dalam bentuk kajian maupun praktek keahlian. Lulusan Program
Studi Musik dipersiapkan untuk menjadi tenaga ahli pada bidang Musik
Barat baik pada bidang praktek maupun bidang teoritis. Secara umum
Kompetensi Pokok pada Program Studi Seni Musik terbagi dalam lima
peminatan utama:
1. Peminatan Instrumen
2. Peminatan Vokal
3. Peminatan Komposisi
4. Peminatan Teknologi Musik
5. Peminatan Musikologi
Dekanat
Dekan
Wakil Dekan II Wakil Dekan III Wakil Dekan IV Wakil Dekan I
Kasubag. Akademik
Kasubag. Umum dan Keuangan
Prodi
Sekretaris Prodi
81
Substansi mata kuliah pada masing-masing peminatan tersebut secara garis
besar terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu : mata kuliah praktek dan
mata kuliah teori. Strategi dan metode pengajaran disesuaikan dengan
materi mata kuliah. Bagi mata kuliah yang membutuhkan penalaran, maka
diperlukan pemahaman lanjutan dalam bentuk studi kasus/bedah kasus,
praktikum dan praktek di lapangan.
Khusus bagi peminatan Instrumen di dalamnya terdapat mata kuliah
Mayor, yang merupakan substansi mata kuliah keahlian khusus /
spesialisasi kejuruan yang menjadi pilihan bagi mahasiswa.
Mata kuliah tersebut pada pelaksanaannya dilakukan secara perindividu
langsung antara pengajar dengan mahasiswanya. Mayor Instrumen yang
dijalankan pada Program Studi Seni Musik :
1. Mayor Gitar Klasik
2. Mayor Gitar Elektrik
3. Mayor Vokal
4. Mayor Piano
5. Mayor Kontrabass
6. Mayor Bass Elektrik
7. Mayor Violin
8. Mayor Viola (Biola Alto)
9. Mayor Cello
10. Mayor Perkusi
11. Mayor Horn
12. Mayor Terompet
13. Mayor Trombone
14. Mayor Klarinet
15. Mayor Saksofon Alto
16. Mayor Saksofon Tenor
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) membagi ruangan menjadi beberapa
kelompok, antara lain:
82
1. Ruang Kelas Besar, merupakan ruang kelas yang berisikan kurang
lebih 40 orang mahasiswa. Terdapat 4 ruangan yang dimasukkan
kedalam golongan ini.
2. Ruang Studio, merupakan ruang kelas regular yang digunakan
mahasiswa untuk belajar musik baik kelas instrumen maupun kelas
non-instrumen. Ruangan ini biasanya berisi kurang lebih 20 orang
mahasiswa.
3. Recital Hall, merupakan ruang pertunjukan bagi mahasiswa saat
melaksanakan ujian S1 atau ketika mengadakan konser. Ruangan ini
berkapasitas kurang lebih 80-100 orang.
Kurikulum dari semua peminatan tentunya diselaraskan dengan Visi, Misi
serta Tujuan dari Program Studi Seni Musik.
- Visi Program Studi
Visi Program Studi Musik yaitu Menjadi institusi pendidikan tinggi
musik yang berwawasan kosmopolitan dengan berakar pada nilai-nilai
lokal.
- Misi Program studi
Sedangkan misi Program Studi:
1. Membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang luas dan mendalam
mengenai permasalahan di dalam bidang musik.
2. Mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi teoretisi dan praktisi di
dalam bidang musik.
3. Menyebarluaskan hasil penelitian dan pengajarannya dalam bidang
musik sehingga Program Studi Musik FSP-IKJ menjadi lentera bagi
kemajuan pendidikan musik di Indonesia.
Mengacu pada Visi dan Misi tersebut maka kompetensi pokok yang
diharapkan agar lulusannya :
1. Memiliki keterampilan sesuai dengan peminatan masing-masing,
seperti: kemampuan memainkan instrumen bagi peminatan instrumen,
kemampuan membuat karya bagi peminatan komposisi, keterampilan
83
penguasan teknologi dalam bidang musik, dan kemampuan analisis
bagi peminatan musikologi.
2. Memiliki ilmu pengetahuan & wawasan yang memadai dalam bidang
seni musik.
3. Memiliki sikap profesional sesuai bidang peminatannya masing-
masing.
- Tujuan Program Studi
Program Studi Seni Musik mempunyai tujuan:
1. Menghasilkan ahli seni musik yang mampu mengembangkan
multikulturalisme budaya dan mampu bersaing dalam percaturan
global.
2. Menghasilkan sarjana sarjana seni musik yang memiliki kemampuan
intelektual, peka terhadap fenomena yang terdapat di masyarakat guna
mengembangkan musik dalam budaya lokal dan global.
3. Menghasilkan sarjana seni musik yang memiliki kemampuan praktikal
dalam bidang musik serta penciptaan karya musik yang berbobot dan
berkualitas.
2.2.3.3 Jam Operasional
Institut Kesenian Jakarta memiliki jam operasional yakni pada hari Senin
sampai dengan Sabtu dari mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul
21.00. Untuk hari Sabtu.
2.2.3.4 Pembagian Ruang dan Fasilitas
Bangunan yang terdiri dari 3 lantai ini berada di sebuah ruko yang
memberikan suatu aktifitas musik yang berbeda-beda. Diantaranya Gitar
Klasik, Gitar Elektrik, Vokal, Piano, Kontrabass, Bass Elektrik, Violin,
Viola (Biola Alto), Cello, Perkusi, Horn, Terompet, Trombone, Klarinet,
Saksofon Alto, dan Saksofon Tenor.
Pembagian ruangan berdasarkan lantai adalah sebagai berikut.
84
1. Lantai Dasar, terdapat Plaza, ruang himpunan mahasiswa, ruang panel,
pantry, dan toilet
2. Lantai 1, terdapat lobby, ruang sekretaris prodi, ruang kelas studio
besar, ruang vokal, dan toilet.
3. Lantai 2, terdapat ruang drum, ruang timpani, ruang marimba, ruang
piano, ruang kelas besar, ruang cello, ruang terompet, ruang kelas
studio, gudang, ruang panel, dan toilet
4. Lantai 3, terdapat Recital Hall, control room, ruang studio angklung,
Laboratorium computer, ruang kelas studio, mushola dan toilet.
Berikut rincian ruangan yang terdapat pada Institut Kesenian Jakarta
(IKJ), Gedung Seni Musik.
- Entrance
Akses entrance di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) untuk seni musik
memiliki gedung sendiri dan hanya melalui pintu masuk Gedung Seni
Musik. Lokasinya tepat berdampingan dengan Gedung Seni Pertunjukan.
Tampak depan Gedung Seni Musik sebagai berikut :
Gambar 2.67 Tampak depan Gedung Seni Musik IKJ
Sumber Foto:Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 2.68 Pintu Masuk Gedung Seni Musik IKJ & Gambar 2.69 Ceiling
Area Masuk Gedung Seni Musik IKJ
Sumber Foto:Dokumentasi Pribadi, 2015
85
Area depan pintu masuk ini sering dijadikan tempat mahasiswa berkumpul
atau melakukan konser kecil. Pada area ini dapat dilihat lantainya
menggunakan marmer dengan memadu padankan ukuran dan warna netral
seperti krem, abu-abu muda, dan abu-abu gelap. Untuk finishing dinding
menggunakan cat berwarna putih, sedangkan untuk ceiling juga
menggunakan cat berwarna putih dan panel kayu untuk meletakkan titik-
titik lampu. Pencahayaan buatan yang digunakan adalah downlight.
Terdapatnya fasilitas-faslitas yang mendukung guna untuk melancarkan
kebutuhan dari aktivitas yang berlangsung di dalam sekolah musik ini.
Berikut ini adalah fasilitas pendukung yang terdapat pada Gedung Seni
Musik IKJ:
Tabel 2.7 Fasilitas pendukung yang terdapat pada IKJ
No Ruangan Foto Analisis
1 Plaza/
Waiting Area
Gambar 2.70
Area Plaza
Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ketik masuk Gedung Seni Musik IKJ,
langsung disambut oleh area yang cukup
luas yang berada tepat didepan pintu
masuk gedung.Di area Plaza ini biasanya
digunakan oleh mahasiswa untuk
menunggu kelas atau melakukan latihan
musik hingga konser kecil. Dapat dilihat
pada area plaza tidak terdapat banyak
furniture, hanya kursi kayu yang
berukuran cukup panjang di bagian tengah
dan sudut kiri.
- Lantai, granit berukuran
40cmx40cm
- Dinding, cat dengan warna hijau
muda dan putih.
- Ceiling, cat berwarna putih.
- Penghawaan menggunakan ceiling
AC.
86
No Ruangan Foto Analisis
- Pencahayaan, gedung ini cukup
memanfaatkan pencahayaan alami
dan buatan. Banyaknya jendela
kaca pada area ini memungkinkan
pencahayaan alami dapat masuk
dengan baik sehingga penggunaan
cahaya buatan lebih bisa di
minimalisir. Pencahayaan buatan,
menggunakan downlight.
2 Himpunan
Mahasiswa
Gambar 2.71
Himpunan
Mahasiswa
Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Berada di tepat di samping kiri area plaza.
Disini merupakan tempat perkumpulan
mahasiswa, dimana mahasiswa dapat
bertukar pikiran dan pendapat baik antara
junior dan senior.Terlihat pada ruang ini
tidak terdapat banyak furniture, hanya
kursi plastik dan beberapa alat musik
didalamnya serta terdapat tikar tempat
mahasiswa yang ingin lesehan.
- Lantai, granit berukuran
40cmx40cm
- Dinding, cat dengan warna hijau
muda dan putih.
- Ceiling menggunakan gypsum.
- Pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari jendela
dan buatan menggunakan lampu
TL.
- Penghawaan, ceiling AC.
87
No Ruangan Foto Analisis
3 Pantry
Gambar 2.72
Pantry Gedung
Seni Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Pantry berukuran mini ini hanya berisi
keperluan makan dan minum, sink,
kompor dan rak atau tempat penyimpanan
alat makan dan minum. Finishing top
table menggunakan keramik berwarna
krem berukuran 30cmx30cm.
- Lantai, granit ukuran 40cm x 40cm
- Dinding dan ceiling menggunakan
cat berwarna putih
- Untuk pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari jendela
dan buatan menggunakan lampu
TL.
4 Lobby
Gambar 2.73
Lobby Gedung
Seni Musik IKJ
Sumber foto:
Dokumentasi
Pribadi, 2015
Lobby pada lantai ini merupakan akses
untuk menuju Gedung Seni Pertunjukan
dan Perpustakaan Fakultas Seni
Pertunjukan. Terlihat pada area ini tidak
terdapat furniture.
- Lantaim, granit berukuran
40cmx40cm
- dinding menggunakan cat dengan
warna putih.
- Ceiling menggunakan gypsum
berwarna putih.
- Pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari jendela
dan buatan menggunakan lampu
TL.
88
No Ruangan Foto Analisis
5 Ruang
Sekretaris
Prodi
Gambar 2.74
Ruang Sekretaris
Prodi Gedung
Seni Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Dalam ruang ini terdapat tiga pasanga
meja kerja serta kursi rotan 3-seater untuk
menerima tamu. Beberapa kabinet
penyimpanan berkas terdapat di pojok
sebelah kanan melengkapi seisi ruangan.
- Lantai, granit berwarna krem dan
berukuran 40cmx40cm
- Dinding, glass wool yang
berukuran 20cm dan kemudian
dilapisi dengan perforated gypsum
board .
- Ceiling menggunakan gypsum.
- Pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari jendela
dan buatan menggunakan lampu
TL.
- Penghawaan menggunakan ceiling
AC.
6 Kelas
Studi Besar
Gambar 2.75
Ruang Kelas
Studio Besar
Gedung Seni
Musik IKJ
Merupakan ruangan teori yang
berkapasitas kurang lebih 40 orang.
Ruangan dilengkapi dengan piano sebagai
alat bantu ketika belajar. Selain itu,
terdapat televisi dan whiteboard untuk
menunjang penyampain materi
pembelajaran.
- Lantai menggunakan granit
berwarna krem dan berukuran
40cmx40cm
- Ceiling menggunakan gypsum.
89
No Ruangan Foto Analisis
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
- Dindingnya menggunakan
glasswool yang berukuran 20cm
dan kemudian dilapisi dengan
perforated gypsum board .
- Pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari banyak
jendela dengan ukuran yang cukup
besar. Hal ini dapat meminimalisir
penggunaan pencahayaan buatan
ketika siang hari. Pencahayaan
buatan menggunakan lampu TL
7 Ruang Vokal
Gambar 2.76
Ruang Vokal
Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Setiap ruangan pasti memiliki piano untuk
membantu saat proses belajar. Selain itu
terdapat juga meja pengajar, serta dapat
menampung kurang lebih 20 orang
mahasiswa didalamnya. Tidak ketinggalan
juga sebuah standing mirror dan
whiteboard yang juga menunjang proses
pembelajaran.
- Lantai, granit berwarna krem dan
berukuran 40cmx40cm
- Dinding, glass wool yang
berukuran 20cm dan kemudian
dilapisi dengan perforated gypsum
board .
- Ceiling menggunakan gypsum
- Penghawaan menggunakan ceiling
AC yang masing-masingnya 2 pk
90
No Ruangan Foto Analisis
Pencahayaan, terdapat pencahayaan alami
dari banyak jendela dengan ukuran yang
cukup besar. Hal ini dapat meminimalisir
penggunaan pencahayaan buatan ketika
siang hari. Untuk pencahayaan buatan
menggunakan lampu TL.
8 Ruang Kelas
Studio Piano
Gambar 2.77
Ruang Kelas
Studio Piano
Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Ruang piano menyediakan piano
berukuran sedang satu set piano dan meja
serta kursi pengajar . Selain itu, ruangan
ini di lengkapi dengan whiteboard untuk
membantu proses penyampaian pelajaran.
- Lantai, granit berwarna krem dan
berukuran 40cmx40cm
- Dinding, glass wool yang
berukuran 20cm kemudian dilapisi
dengan perforated gypsum board .
- Ceiling menggunakan gypsum
- Pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari banyak
jendela dengan ukuran yang cukup
besar. Hal ini dapat meminimalisir
penggunaan pencahayaan buatan
ketika siang hari. Pencahayaan
buatan menggunakan lampu TL.
- Penghawaan, ceiling AC yang
masing-masingnya 2 pk
91
No Ruangan Foto Analisis
9 Ruang Kelas
Studio
Drum
Gambar 2.78
Ruang Kelas
Studio Drum
Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Didalam ruang kelas ini terdapat satu set
drum serta music stand dan whiteboard.
Selain itu kabinet kecil yang digunakan
untuk menyimpan buku atau alat-alat yang
berukuran kecil. Terdapat alat pukul lain
yang terbuat dari kulit binatang.
- Lantai, granit berwarna krem dan
berukuran 40cmx40cm
- Dinding, glass wool yang
berukuran 20cm dan kemudian
dilapisi dengan perforated gypsum
board .
- Ceiling menggunakan gypsum
- Pencahayaan, tidak memanfaatkan
pencahayaan alami dengan baik
karena tertutup oleh whiteboard
dan hanya memanfaatkan
pencahayaan buatan, lampu TL.
- Penghawaan menggunakan AC
10 Ruang Kelas
Studio Cello
Gambar 2.79
Ruang Kelas
Studio Cello
Gedung Seni
Musik IKJ
Dalam ruangan ini dapat dilihat beberapa
cello yang diletakkan di lantai. Terdapat
juga meja dan kursi pengajar, dan music
stand untuk membantu mahasiswa
membaca buku musik.
- Lantai, granit berwarna krem dan
berukuran 40cmx40cm
- Dinding, glass wool yang
berukuran 20cm dan kemudian
dilapisi dengan perforated gypsum
board .
92
No Ruangan Foto Analisis
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
- Ceiling menggunakan gypsum
- Pencahayaan, tidak terdapat
pencahayaan alami walaupun
terdapat jendela karena terhalang
oleh dinding. Hal ini menyebabkan
ruangan harus menggunakan
pecahayaan ketika ingin
digunakan. Untuk pencahayaan
buatan menggunakan lampu TL.
- Penghawaan menggunakan AC
11 Ruang Kelas
Studio
Timpani
Gambar 2.80
Ruang Kelas
Studio Timpani
Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Dalam ruangan ini hanya terdapat alat
musik timpani dari berbagai ukuran serta
beberapa alat musik pukul lainnya. Tidak
terlihat meja pengajar maupun whiteboard
pada ruangan ini.
- Lantai, granit berwarna krem dan
berukuran 40cmx40cm
- Dinding, glass wool yang
berukuran 20cm dan kemudian
dilapisi dengan perforated gypsum
board .
- Ceiling menggunakan gypsum
- Pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari jendela
yang berukuran sedang dan
memanfaatkan pencahayaan buatan
menggunakan lampu TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
93
No Ruangan Foto Analisis
12 Ruang Kelas
Studio
Marimba
Gambar 2.81
Ruang Kelas
Studio Marimba
Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Pada ruangan ini terdapat terdapat dua
buah alat musik marimba berukuran
sedang dan besar. Selain itu, juga terdapat
sebuah kursi bagi pengajar dan whiteboard
untuk membantu proses penyampain
pelajaran kepada mahasiswa.
- Lantai, granit berwarna krem dan
berukuran 40cmx40cm
- Dinding, glass wool yang
berukuran 20cm dan kemudian
dilapisi dengan perforated gypsum
board .
- Ceiling menggunakan gypsum
- Pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari jendela
yang berukuran sedang dan
memanfaatkan pencahayaan buatan
menggunakan lampu TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
13 Ruang
Angklung
Gambar 2.82
Ruang Kelas
Studio Angklung
Gedung Seni
Musik IKJ
Di dalam ruangan, jumlah angklung cukup
banyak sehingga menghabiskan space
ruangan dan hal ini tidak memungkinkan
untuk belajar dalam kelompok. Tidak
terlihat meja atau kursi pengajar maupun
alat bantu pembelajaran seperti
whiteboard.
- Lantai, granit berwarna krem dan
berukuran 40cmx40cm
- Dinding, glass wool yang
berukuran 20cm kemudian dilapisi
dengan perforated gypsum board .
94
No Ruangan Foto Analisis
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
- Ceiling menggunakan gypsum
- Pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari jendela
yang berukuran sedang dan
memanfaatkan pencahayaan buatan
menggunakan lampu TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
14 Lab.
Komputer
Gambar
2.83Ruang
Laboratorium
Komputer
Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Dimana tempat untuk mahasiswa yang
mengambil penjurusan teknologi musik
Laboratorium ini berkapasitas kurang
lebih 6-8 orang. Di sebelah pojok kiri
terdapat meja untuk menaruh alat-alat
yang berkaitan dengan teknologi musik,
seperti speaker dan lain sebagainya.
- Lantai, granit berwarna krem dan
berukuran 40cmx40cm
- Dinding, glass wool yang
berukuran 20cm kemudian dilapisi
dengan perforated gypsum board .
- Ceiling menggunakan gypsum
- Pencahayaan, terdapat
pencahayaan alami dari jendela
yang berukuran sedang dan
memanfaatkan pencahayaan
buatan, lampu TL
- Penghawaan menggunakan AC.
95
No Ruangan Foto Analisis
15 Mushola
Gambar 2.84
Mushola Gedung
Seni Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Merupakan area beribadah bagi
mahasiswa, pengajar maupun staff.
Terdapat karpet kecil serta sajadah dan
disebelah kiri terdapat standing hanger
untuk meletakkan sarung ataupun mukena.
- Lantai menggunakangranit
berwarna krem dan berukuran
40cmx40cm
- Dinding menggunakan glass wool
yang berukuran 20cm dan
kemudian dilapisi dengan
perforated gypsum board .
- Ceiling menggunakan gypsum
- Pencahayaan menggunakan
whiteboard sebagai penghalang
pencahayaan alami masuk
langsung kedalam ruangan karena
dapat dilihat dari review
sebelumnya, keseluruhan ruangan
tidak menggunakan curtain. Hal
ini mengharuskan untuk
menggunakan pencahayaan
buatan, lampu TL.
- Penghawaan menggunakan AC.
96
No Ruangan Foto Analisis
16 Recital
Hall
Gambar 2.85
Recital Hall
Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Recital Hall pada Gedung Seni Musik
ini ditujukan untuk mahasiswa yang ingin
melakukan konser ataupun untuk sidang
ujian S1. Recital Hall ini berkapasitas
kurang lebih 80-100 orang. Ruangan ini
dibuat dengan tema Amphitheater.
- Lantai menggunakan karpet
berwarna yang bertujuan untuk
meredam suara
- Dinding dan ceiling menggunakan
kayu. Ruangan ini di desain untuk
instrumen akustik dan tidak untuk
instrument elektrik
- Pencahayaan, tidak terdapat
pencahayaan alami. Hal ini
mengharuskan untuk
meenggunakan pencahayaan
buatan menggunakan downlight
- Penghawaan menggunakan AC
central
17 Backstage
Recital
Hall
Gambar 2.86
Backstage Recital
Hall Gedung Seni
Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 201)
Backstage Recital Hall merupakan tempat
untuk siswa menunggu dan bersiap-siap
sebelum dan sesudah konser. Didalam
backstage yang berukuran tidak cukup
besar ini, hanya terdapat beberapa kursi.
- Lantai, parket berwarna coklat tua
- Dinding, cat berwarna putih
- Ceiling, finishing multipleks
modular.
- Pencahayaan, lampu TL.
- Penghawaan, AC central.
97
No Ruangan Foto Analisis
18 Koridor
Gambar 2.87
Koridor Gedung
Seni Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
- Lantai menggunakan granit ukuran
40cmx40cm berwarna krem
- Dinding dan ceiling menggunakan
cat berwarna putih.
- Pencahayaan menggunakan
pencahayaan buatan menggunakan
lampu TL.
19 Signage
Gambar 2.88
Signage Gedung
Seni Musik IKJ
Sumber
foto:Dokumentasi
Pribadi, 2015
Gedung musik Institut Kesenian Jakarta
(IKJ) memilki signage yang berada di
depan gedung yang terbuat dari stainless
steel. Untuk tuangan kelas atau ruang
lainnya tidak memiliki signage yang
mudah dibaca, hanya terdapat tulisan kecil
berupa nama ruangan dibagian atas pintu
yang menggunakan kertas.
98
2.3 Tabel Filp Chart
Berikut adalah table flip chart hasil observasi lapangan.
Tabel 2.8 Flip Chart Hasil Survey
Perihal Music School of
Indonesia Andante Music School IKJ
Lokasi
Logo
Arsitektur
Bangunan
99
Perihal Music School of
Indonesia Andante Music School IKJ
Resepsionis
Tidak Tersedia
Ruang
Tunggu
Kelas Piano
Kelas
Keyboard
Tidak Tersedia
Kelas Gitar/
Bass
Tidak Ada Gambar
100
Perihal Music School of
Indonesia Andante Music School IKJ
Kelas Drum
Kelas Teori Tidak Tersedia
Kelas Vokal
Tidak Tersedia
Ruang
Konser
Tidak Tersedia
Area
Penjualan
Tidak Tersedia Tidak Tersedia
101
Perihal Music School of
Indonesia Andante Music School IKJ
Mushola
(Tempat
Beribadah)
Tidak Tersedia
Pantry
Koridor
Signage
102
2.4 Analisa dan Kesimpulan Hasil Obeservasi Lapangan
2.4.1 Analisa Observasi Lapangan
Berikut merupakan tabel perbandingan analisa mengenai beberapa perihal
terhadap observasi lapangan yang telah dilakukan.
Tabel 2.9 Analisa Hasil Observasi Lapangan
Perihal MSI Andante IKJ
Lokasi
Fasilitas
Kapasitas
Material
Ergonomi
Pencahayaan
Penghawaan
Akustik
Signage
Keamanan
Sangat Baik Cukup Baik Kurang Baik
103
2.4.2 Kesimpulan Observasi Lapangan
Berikut merupakan tabel kesimpulan observasi lapangan yang telah
dilakukan.
Tabel 2.10 Kesimpulan Hasil Obesrvasi Lapangan
Perihal
Kesimpulan
Lokasi
Lokasi dari ketiga sekolah musik tersebuh sudah cukup strategis
karena berada di dekat dengan jalan utama sehingga memudahkan
orang untuk mencari. Selain itu mudah dijangkau dengan
menggunakan transportasi umum.
Logo Logo untuk masing-masing sekolah musik sudah cukup mewakili
citra dari sekolah musik tersebut.
Arsitektur
Bangunan
Arsitektur bangunan cukup stategis dan mudah di cari serta
letaknya yang berada dekat dengan jalan utama.
Resepsionis
MSI dan Andante memiliki resepsionis yang masing-masing
bertujuan untuk menyambut siswa maupun untuk melayani
masalah administarasi. IKJ tidak memiliki resepsionis karena
merupakan sebuah kampus seni.
Ruang Tunggu
Masing-masing sekolah musik memiliki area tunggu masing-
masing yang biasanya terletak dekat dengan lobby utama atau
resepsionis.
Kelas Piano
Masing-masing sekolah musing memiliki kelas piano dan biasanya
hanya menyediakan untuk private (satu siswa dan satu pengajar),
tidak dalam bentuk belajar kelompok.
Kelas Keyboard
MSI memiliki 2 tipe kelas keyboard baik untuk belajar perorangan
maupun kelompok. Andante hanya memiliki kelas keyboard untuk
perorangan. IKJ tidak memiliki kelas keyboard.
104
Perihal
Kesimpulan
Kelas Gitar/
Bass
Masing-masing sekolah musik memiliki kelas gitar maupun bass,
khusus untuk IKJ kelas gitar dan bass biasanya digunakan
bergantian.
Kelas Drum
MSI memiliki 2 tipe kelas keyboard baik untuk belajar perorangan
maupun kelompok. Andante dan IKJ hanya memiliki kelas
keyboard untuk perorangan.
Kelas Teori
Andante dan IKJ memiliki kelas khusus pembelajaran teori,
sedangkan MSI pembelajaran teori digabung dengan ketika ada
kelas instrumen.
Kelas Vokal
MSI dan IKJ memiliki kelas vokal tersendiri yang di dalam
ruangan tersebut ada cermin berukuran besar ataupun standing
mirror. Andante tidak memiliki kelas vokal tersendiri.
Ruang Konser
MSI menggunakan lobby lantai satu untuk mengadakan mini
konser internal, sedangkan IKJ mempunyai Recital Hall untuk
mengadakan konser siswa. Andante tidak memiliki ruang konser
sendiri.
Area Penjualan
Hanya MSI yang memiliki retail dan ukurannya pun tidak terlalu
besar. IKJ dan Andante tidak memiliki area ini.
Mushola
(Tempat
Beribadah)
MSI menggunakan space yang tersedia dipojok gedung untuk
menggunakannya sebagai area ibadah dan IKJ memiliki area
ibadah (mushola) tersendiri. Andante tidak memiliki area ibadah
khusus.
Pantry
Masing-masing sekolah musik memiliki pantry yang biasanya
digabungkan dengan tempat untuk menyimpan alat-alat
kebersihan.
105
Perihal
Kesimpulan
Koridor
Koridor pada masing-masing sekolah biasanya hanya
menggunakan finishing cat polos pada dindingnya.
Signage
Untuk MSI signage pada setiap kelas khususnya lebih dapat
dikenali karena tertulis tepat diatas pintu kelas dan memiliki warna
yang catchy. Untuk IKJ, tidak terdapat signage khusus untuk kelas,
hanya tulisan kecil yg ditempel di atas pintu masing-masing ruang.
Untuk Andante, tiap ruangan tidak memiliki signage, sehingga
kadang membingungkan untuk membedakan nama kelas.
2.4.3 Hasil Kuisioner
Kuisioner atau angket merupakan suatu teknit pengumpulan data secara
tidak langusung (peneliti tdak langsung bertanya jawab dengan
responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket,
berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon
oleh responden (Sutopo, 2006:87). Respondem mempunya kebebasan
untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.
Penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner,
yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada masyarakat seputar musik
dan pengetahuannya tentang musik jazz. Dari hasil angket ini dapat
diambil kesimpulan pesentasi pasti pandangan masyarakat umum akan
musik dan sekolah musik.
Berikut adalah hasil kuisioner yang telah penulis bagikan kepada 100
orang.
106
Tabel 2.11 Hasil Kuisioner
No. Pertanyaan Persentase
1
Jenis Kelamin Pria : 25,51 %
Wanita : 74,49 %
2 Usia < 15 Tahun : 6,06 %
15-18 Tahun : 31,31 %
18-21 Tahun : 52,53 %
>22 Tahun : 10,10 %
3 Genre musik yang disukai Klasik : 13,13 %
Jazz : 16,16 %
Pop : 42,42 %
Lainnya : 28,28 %
4 Pernah mengikuti kursus musik? Ya : 40,82 %
Tidak : 59,18 %
5 Tertarik untuk mengikuti kursus musik? Ya : 77,78 %
Tidak 22,22 %
6 Genre musik yang akan dipilih ketika mengikuti kursus musik?
Klasik : 27,08 %
Jazz : 30,21 %
Pop : 29,17 %
Lainnya : 13,54 %
7 Pernah mengikuti kursus di mana? Yamaha : 10 orang
Purwacaraka : 6 orang
Privat : 10 orang
Lainnya : 13 orang
107
No. Pertanyaan Persentase
8 Fasilitas yang diinginkan dan dibutuhkan siswa sekolah musik
- AC
- Wifi
- Ruang bebas untuk
latihan mandiri
- Ruang diskusi
- Mushola
- Cafetaria
- Studio rekaman
- Wide room
- Ruang tunggu yang
nyaman
- Perpustakaan
- Toilet bersih
- Stage kecil
- Music library
- Studio yang luas
- Aula
- Rest corner
- Lobby
- Taman
- Music store
9 Furnitur yang diinginkan dan dibutuhkan oleh siswa sekolah musik?
- Sofa empuk dan nyaman
- Rak buku - Tempat majalah - Coffee table - Furnitur yang
terurus, berhubungan dengan musik
- Sofa yang bisa dipanjangkan
- Furnitur dengan desain eye catchy
108
No. Pertanyaan Persentase
10 Kekurangan yang dimiliki sekolah musik saat ini
- Tidak ada AC - Tidak ada ruang
tunggu - Ruang tunggu
sempit - Suasana kaku - Ruang kelas tidak
memakai peredam suara
- Tidak ada sinyal di ruang tunggu
- Tempat kursus sulit dijangkau
- Desain tidak menarik, membosankan, tidak membuat semangat
- Gelap - Ruang kelas
lembap - Tidak ada mushola - Hanya ada 1 toilet - Tidak ada kantin - Ruangan sempit - Tidak ada wifi - Terlalu banyak
bangku di 1 kelas - Suram - Alat musik tidak
terurus - Tidak ada lobby
Dari studi literatur, survey dan observasi lapangan yang telah dilakukan,
dapat ditarik beberapa hal-hal penting untuk dijadikan sebagai referensi
perancangan interior sekolah musik yang baik, antara lain :
- Sekolah musik sebaiknya memiliki fasilitas yang sesuai guna
menunjang aktivitas-aktivitas di dalamnya, baik aktivitas belajar
mengajar, pertunjukan musik, hingga aktivitas pendukung lainnya.
109
• Fasilitas penunjang aktivitas yang sebaiknya terdapat pada
sekolah musik antara lain : ruangan kelas, receptionist, ruang
direktur dan staff, lounge, perpustakaan, retail, galeri, cafeteria,
ruangan pertunjukan (ensemble), dan lain-lain.
- Pemilihan lokasi yang strategis serta mudah di akses merupakan
faktor penting dalam membantu pertumbuhan sekolah musik tersebut.
- Sekolah musik sebaiknya lebih memperhatikan elemen interior seperti
pemakaian material akustik yang sesuai dengan standard, faktor
ergonomis pada furniture yang digunakan, pencahayaan yang baik
dengan memanfaatkan pencahayaan alami dan buatan serta seusai
dengan standard penerangan untuk ruang belajar, penghawaan
sebaiknya menggunakan temperatur udara yang dapat membuat
penggunanya merasa nyaman, dan signage merupakan hal penting
lainnya untuk memberikan kemudahan bagi pengguna.
110