BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00531-TI...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00531-TI...
31
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Kerja
Menurut Sutalaksana tentang teknik cara kerja hal 6-10. Teknik tata
cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik teknik dan prinsip-prinsip
untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Tenik-teknik
dan prinsip-prinsip ini di gunakan untuk mengatur kompenen-komponen
sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuan-
kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan krja, serta lingkungan
kerja sedimikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas
yang tinggi yang diukur dengan waktu yang di habiskan, tenaga yang di pakai
serta akibat-akibat psikologis dan sosiologis yang di timbulkannya.
Yang di cari dengan teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini sistem kerja
yang terbaik yaitu yang memiliki efisiensi dan produktifitas yang setinggi-
tingginya. Sistem kerja itu sendiri memiliki empat komponen yaitu : manusia,
bahan, perlengkapan dan peralatan seperti mesin dan perkakas pembantu,
lingkungan kerja seperti ruangan dengan udaranya dan keadaan pekerjaan-
pekerjaan lain di sekelilingnya.
32
Artinya komponen-komponen itulah yang mempengaruhi efisiensi dan
produktifitas kerja. Dengan menggunakan teknik-teknik dan prinsip-prinsip
yang di sebut di atas komponen-komponen di atur sehingga berada dalam
suatu komposisi yang memungkinkan tercapainya tujuan tadi.
Efisiensi, dapat di definisikan sebagai keluaran(output) di bagi
masukan (input). Semakin besar harga rasio ini semakin tinggi efisiensinya.
Dalam pemrosesan sebuah produk, efisiensi penggunaan bahan di hitung
dengan membagi banyaknya bahan yang menjadi produk jadi dengan
banyaknya bahan yang di masukkan ke dalam proses. Dalam teknik tata cara
kerja pengertian efisiensi di terapkan dalam bentuk pembandingan antara
hasil(performance) yang di capai dengan ongkos yang di keluarkan untuk
mendapatkan hasil tersebut.
Jadi, semakin sedikit biaya yang di berikan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan semakin efisien sistem kerjanya. Efisiensi yang tinggi merupakan
prasyarat produktifitas yang tinggi.
Peraturan kerja berisi prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen
sistem kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Di
sini komponen-komponen sistem kerja di atur sehingga secara bersama-sama
berada dalam suatu komposisi yang baik yaitu yang dapat memberikan efisien
dan produktifitas tertinggi. Jadi pasda bagian pengaturan ini kita dapat
memberikan efisien dan produktifitas tertinggi. Jadi pada baigan ini
pengaturan ini kita di persenjatai dengan prinsip-prinsip yang harus di
33
perhatikan dan di usahakan pelaksanaannya. Dengan prinsip-prinsip ini kita
akan mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik.
Ada empat kriteria yang di pandang sebagai pengukur yang baik
tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologis dan
sosiologi. Artinya suatu sistem kerja di nilai baik jika sistem ini
memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang di perlukan
untuk menyelesaikannya sangat sedikit dan akibat-akibat psikologis dan
sosiologis yang di timbulkan sangat minim. Berdasarkan kriteria-ktiteria
inilah alternatif-alternatif sistem kerja di bandingkan satu terhadap lainnya.
Semakin murah semakin baiklah baiklah sistem kerja yang bersangkutan.
Dengan lain perkataan semakin efisien semakin baiklah sistem kerjanya.
2.2 Manusia dan Pekerjaannya
Jika seseorang bekerja sangat banyak faktor-faktor yang terlibat dan
mempengaruhi keberhasilan kerja. Secara garis besar faktor-faktor tersebut
termasuk ke dalam dua kelompok yaitu kelompok faktor-faktor diri
(individual) dan faktor-faktor situasional. Sesuai dengan namanya, kelompok
pertama terdiri dari faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu sendiri
dan seringkali sudah ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang di
pekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti pendidikan dan pengalaman semuanya
adlah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat merubah.
34
2.2.1 Beberapa segi mengenai faktor-faktor diri.
Setiap pekerjaan memiliki ciri-cirinya sendiri dari mana timbul
tuntutan masing-masing tentang pekerjaan macam mana yang di
butuhkannya. Karena faktor-faktor diri kebanyakan tidak dapat
dirubah maka agar suatu pekerjaan dapat di jalankan dengan baik
haruslah di lakukan pemilihan terlebih dahulu terhadap calon-calon
pekerja yang meliputi pengukuran terhadap kemampuan-kemampuan
diri pekerja dan penilaian kecocokannya dengan tuntutan pekerjaan.
2.2.2 Beberapa segi mengenai faktor-faktor sosial dan keorganisasian.
Tidak semua kebutuhan seseorang dapat di penuhi dengan
materi, bahkan kadang-kadang kebutuhan non materi dapat
mengalahkan kehendak-kehendak yang di dasari kebutuhan materi.
Perlakuan sebagai manusia di butuhkan oleh pekerja waalaupun
mereka merupakan salah satu alat produksi. Bila berbicara tentang segi
kemanusiaan dari seorang maka mereka segera tampaklah berbagai
kebutuhannya seperti rasa aman, rasa terjamin, ingin perlakuan yang
adil, ingin prestasinya di ketahui dan di hargai oleh orang lain, ingin
berteman, ingin di akui sebagai bagian dari masyarakat, bahkan ingin
menonjol. Herberg melihatnya sebagian besar dari hal-hal tersebut
sebagai motivator, yaitu yang jika di penuhi membuatseorang pekerja
mendapat kepuasan kerja dan semangat dalam bekerja. Tentu pada
gilirannya dapat di harapkan mendatangkan keberhasilan kerja.
35
Peranan perubahan disini sangat besar seperti dalam menciptakan
iklim kerja yang baik, menjalankan kepemimpinan yang baik,
mengadakan hubungan-hubungan terbuka baik format
maupuninformalo, penyelenggaraan sistem upah yang adil, sistem
“penghargaan dan hukuman” yang tepat, latihan-latihan yang cukup,
pembagian tugas dan tanggung jawab yang memadai dan sebagainya.
2.2.3 Beberapa segi mengenai faktor-faktor fisik pekerjaan
Hubungan antara manusia pekerja dengan mesin serta perlatan-
peralatan dan lingkunagn kerja dapat d lihat sebagai hubungan yang
unik karena interaksi antara hal-hal di atas yang membentuk suatu
sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai di
siplin ilmu.
Di suatu pabrik kecil di mana jumlah buruh tidak besar,
hubungan antara pekerja dapat berkembang erat termasuk antara
atasan dengan bawahan. Selain itu pekerja dapat melihat barang hasil
akhir produksi yaitu barang yang dia turut mempunyai “saham” di
dalamnya. Hal ini menimbulkan akibat psikologis tersendiri yaitu
berupa rasa bangga, rasa berperan yang dapat menimbulkan kepuasan
kerja.
Sebaliknya di pabrik besar produksinya bersifat massa, jumlah
mesin yang sangat banyak dan seringkali sejenis atau terlampau
bermacam-macam jenis, dapat menimbulkan suatu ketegangan (stress)
36
pada pekerja. Pembagian tugas yang sempit atau spesialis yang ketat
menyebabkan pekerjaan bersifat terlampau berulang-ulang, kadang-
kadang dengan siklus yang singkat, sangat rutin dan menjemukan.
Begitu juga mesin berjalan cepat memerlukan kontrol cepat dan ketat
dari pekerja, bagi pekerja hanya di rasakan bahwa dirinya di kontrol
oleh mesin-mesin yang tentunya mengesankan merendahkan
kemanusiaannya. Besarnya pabrik membuat pekerja tidak ppernah
melihat hasil akhir produksi dan ini berakibat hilangnya rasa berjasa
dan menyebabkan kurangnya rasa tanggung jawab.
Di pabrik-pabrik besar yang otomatispun sebagian hal-hal di
atas tidak terjadi seperti hilangnya rasa di kontrol mesin bahkan terasa
mengotrol mesin. Tetapi karena keotomatisannya, berbagai panel
kontrol harus diawasi dan harus selalu sigap dengan keputusan dan
tindakan-tindakan pengamanan proses. Secara fisik memang tidak
berat, tetapi secara mental di rasakan sebagai ketegangtan tersendiri.
Kurangnya rasa tanggung jawab akibat tidak pernah melihat hasil
akhirnya dapat terjadi di sini.
Hal-hal di atas perlu di perhatikanoleh pimpinan perusahaan
agar pada akhirnya dapat mendatangkan produktifitas yang tinggi.
Selain itu perlu di perhatikan pula keadaan-keadaan faktor fisik lain
seperti kemampuan kerja manusia, pengaruh kondisi lingkungan fisik
37
terhadap hasil kerja, perancangan mesin dan peralatan agar cocok
dengan pemakaiannya, dan cara-cara menangani memakainya.
2.3 Tingkat kepuasan untuk meningkatkan Produktifitas Kerja
Menurut Bambang Krisyanto tentang meningkatkan produktifitas
karyawan. Produktifitas kerja didefinisikan sebagai tingkat penggunaan
serangkaian faktor produksi yang efektif untuk menghasilkan suatu barang
dan jasa. Banyak hal-hal yang telah dilakukan manusia dalam usahanya untuk
meningkatkan produktifitas kerja. Kemajuan teknologi akhirnya banyak
mengakibatkan bergesernya tenaga manusia untuk kemudian di gantikan
dengan mesin atau peralatan produksi lannya. Pada negara-negara
berkembang pengertian mengenai produktifitas akan selalu di kaitkan dan di
arahkan pada segala usaha yang dilakukan dengan menggunakan sumber daya
manusia yang ada. Dengan demikian semua gagasan dan kebijakan yang di
ambil untuk usaha meningkatkan produktifitas tanpa di kaitkan dengan
penanaman modal atau kapital seperti halnya penerapan proses
mekanisasi/otomatisasi semua fasilitas produksi dengan tingkat teknologi
yang lebih canggih. Produktifitas pada dasrnya akan berkaitan erat
pengertiannya dengan sistem produksi, yaitu sistem produksi, yaitu sistem di
mana faktor-faktor semacam tenaga kerja (directatau indirect labour) dan
modal/kapital berupa mesin, perlatan kerja, bahan baku, bangunan pabrik, dan
lain-lain.
38
Ukuran operasional dari pengertian tersebut di nyatakan sebagai
perbandingan antara unit atau nilai barang dan jasa yang di hasilkan. Berikut
faktor-faktor yang mempengaruhi usaha peningkatan produktivitas :
• Faktor Teknis
Faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas
produksi secara lebih baik, penerapan metoda kerja yang lebih efisien dan
efektif, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis
• Faktor Manusia
Faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang di lakukan
manusia di dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya. Di sini ada dua hal pokok yang menentukan yaitu
kemampuan kerja (ability) dari pekerja tersebut dan yang lain adalah
motivasi kerja yang merupakan pendorong ke arah kemajuan dan
peningkatan prestasi kerja atas seseorang.
Bidang pekerjaan yang secara efektif dapat meningkatkan
produktivitas dapat di kelompokkan menjadi 4 (empat) bidang pekerjaan
yaitu:
1. Investasi Mesin
Penggantian usaha manusia dengan mesin biasa berati penambahan
alat baru agar karyawan dapat bekerja secara lebih efektif, atau berarti
penggantian manusia dengan tenaga mesin semata-mata.
39
2. Metoda kerja
Penyempurnaan metoda kerja akan memerlukan telaah gerak
3. Menghilangkan praktek-praktek yang tidak produktif
4. Metoda Personalia
Dalam manajemen personalia di tuntut kegiatan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan baru.
Masih terdapat anggapan yang cukup kuat bila upah / gaji di naikkan,
maka produktifitas kerja akan meningkat. Anggapan tersebut tidak semuanya
benar, karena kekuatan upah untuk meningkatkan produktifitas ada kerjanya.
Kenaikan upah sesungguhnya hanya akan menimbulkan akibat langsung pada
tingkat kesejahteraan pekerja. Sedangkan kesejahteraan bersama faktor
lainnya, seperti teknologi, motivasi kerja, sikap mental, pendidikan dan
latihan, serta ketahanan fisik akan mempengaruhi tingkat produktifitas. Oleh
karena itu, gaji / upah berada pada posisi antara terhadap produktifitas.
Semua komponen penghasilan termasuk upah atau tambahan
tunjangan bagi pekerja menjadi komponen biaya bagi pengusaha, sehingga
pengusaha akan memberikan tambahan upah atau tunjangan bila pekerja dapat
di harapkan memberikan peningkatan produktifitas kerja. Unsur utama dari
peningkatan produktifitas kerja adalah kualitas dan kemampuan. Upah dan
jaminan kesejahteraan hanyalah merupakan unsur penunjang dalam usaha
peningkatan produktifitas. Dengan kata lain bahwa usaha menaikkan upah
tidak secara langsung menaikkan tingkat produktifitas kerja. Hal tersebut
40
masih tergantung pada motivasi, etos kerja, dan kemampuan fisik dari para
pekerjanya.
2.4 Ergonomi
Menurut Sritomo,ergonomi:studi gerak dan waktu tentang ergonomi
hal 53. Ergonomi adalah disiplin keilmuan yang berkaitan dengan
perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang memperhatikan aspek-aspek
manusia sebagai pemakainya atau juga disiplin keilmuan yang mempelajari
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.
Ergonomi atau Ergonomic (bahasa inggrisnya) sebenarnya berasal dari
kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.
Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang
multidisplin. Karena di sini akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari
ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi), dan
kemasyarakatan (sosiologi). Pada prinsipnya di siplin ergonomi akan
mempelajari apa akibat-akibat jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan
produk-produknya terhadap manusia melalui pengetahua-pengetahuan
tersebut pada jenjang mikro maupun makro. Karena yang dipelajari adalah
akibat-akibat (dampak) dari teknologi dan produk-produknya, maka
pengetahuan yang khusus di palajari akan berkaitan dengan teknologi seperti
41
Biomekanika, Anthropometri Teknik, Teknologi Produksi, Lingkungan Fisik
(temperatur, pencahayaan, dsb) dan lain-lain.
2.4.1 Maksud dan Tujuan Ergonomi
Maksud dan tujuan Ergonomi terdiri dari :
a. Mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-
permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produk-
produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem
manusia-manusia (teknologi) yang optimal.
b. Upaya memperbaiki performans kerja manusia seperti menambah
kecepatan kerja, akurasi, keselamatan kerja di samping untuk
mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya
ke;elahan yang terlalu cepat.
c. Mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia (sdm)
serta meminimalkan kerusakan peralatan yang di sebabkan kesalahan
manusia (human error).
d. Sebagai aplikasi yang sistematis dari segala infromasi yang relevan
yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia di dalam
perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang di pakai.
Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan ergonomi :
- Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya) dan anthropometri
(ukuran) tubuh manusia.
42
- Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsunya otak dan sistem
syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.
- Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang
pendek maupun panjang ataupun membuat celaka manusia dan
sebaliknya ialah kondisi-kondisi kerja yang dapat membuat nyaman
kerja manusia.
2.5 Kondisi Lingkungan Kerja
Menurut Sritomo,ergonomi:studi gerak dan waktu tentang kondisi
lingkungan kerja hal 83-87. Meskipun pekerja yang sehat sudah di seleksi
secara ketat dan di harapkan akan mampu beradaptasi dengan situasi dan
kondisi lingkungan fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperatur,
kelembaban, getaran, keebisingan dan lain-lain, akan tetapi stress akibat
kondisi lingkungan fisik kerjaakan terus berakumulasi dan secara tiba-tiba
bisa menyebabkan hal yang fatal. Adanya lingkungan fisik kerja yang bising,
panas bergetar atau atmosfir yang tercemar akan memberikan dampak negatif
terhadap performans maupun moral/ motivasi kerja pekerja.
Suara-suara bising yang tidak terkendali (diatas ambang decible yang
dijinkan) tidak saja merusak pendengaran manusia baik temporer ataupun
permanen akan tetapi juga bisa berinterferensi dengan sistem komunikasi usra
yang di pakai di industri / pabrik yang berguna untuk signal peringatan untuk
kondisi-kondisi darurat.
43
Getaran-getaran tidak terkendali dari mesin bisa pula mempengaruhi
performans kerja mesin yang lain, disamping juga menimbulkan gangguan
stress bagi manusia Selanjutnya masih banyak kondisi-kondisi berbahaya
yang diakibatkan lingkungan fisik kerja yang tidak terkendali yang di
sebabkan kurang di perhatikannya prinsip-prinsip ergonomi adalah satu hal
yang sangat penting untuk mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan fisik
kerja yang memiliki potensi bahaya pada saat proses perancangan stasiun
kerja dan sistem pengendaliannya, Dengan demikian kondisi-kondisi bahaya
tersebut bisa diantisipasi dan diberi tindakan-tindakan preventif sebelumnya.
Manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan,
dalam arti kata segala kemampuannya masih di pengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dirinya sendiri (intern) atau
mungkin dari pengaruh luar (ekstern), Salah satu faktor yang berasal dari
luarialah kondisi lingkungan kerja yaitu semua keadaan yang terdapat di
sekitar tempat kerja seperti : temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain
yang dalam hal ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja
manusia tersebut.
2.5.1 Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan
normal denga suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar
44
tubuh tersebut. Tetapi kemampuan utnuk menyesuaikan dirinya
dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh
tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas 35% untuk kondisi
dingin. Semuanya ini dari keadaan normal tubuh. Dalam keadaan
normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda-
beda seperti bagian mulut sekitar lebih kurang 37 derajat celcius,
bagian dada lebih kurang 35 derajat Celcius, dan bagian kaki lebih
kurang 28 derajat Celsius. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri
karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan
penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang
membebaninya.
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan
memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:
± 49 º C : Temperatur yang dapat di tahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di
atas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30 derajat
Celsius adalah ktifitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung untuk membuat kesalahn dalam pekerjaa. Timbul kelelahan
fisik.
± 30ºC : Aktifitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul
kelelahan fisik.
± 24 º C : Kondisi optimum
45
± 10º C : Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh hasil bahwa
produktifitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi
pada temperatur sekitar 24 derajat celsius sampai 27 derajat celsius.
2.5.2 Kelembaban (Humidity)
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam
udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini sangat berhubungan atau
di pengaruhi oleh temperatur udaranya. Suatu keadaan di mana udara
sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan
panas dari tubuh secara besar-besaran (karena sistem penguapan).
Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena
makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan
oksigen.
2.5.3 Siklus udara (Ventilation)
Sebagaimana kita ketahui udara sekitar kita akan mengandung
sekitar 21% oksigen, 0,03% karbondioksida dan 0,9% gas lainnya
(campuran). Oksigen terutama merupakan gas yang di butuhkan oleh
makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan makhluk
hidupnya (untuk proses metabolisme). Udara di sekitar kita di katakan
kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan
terus bercampur dengan gas-gas atau bau-bauann yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Kotornya udara di sekitar kita dapat di rasakan
46
dengan sesaknya pernafasan kita dan ini tidak boleh di biarkan
berlangsung terlalu lama, karena mempengaruhi kesehatan tubuh dan
mempecepat proses kelelahan. Sirkulasi udara dengan memberikan
ventilasi yang cukup akan menggantikan udara yang kotor dengan
yang bersih. Demikian juga dengan menaruh tanaman-tanaman akan
membantu memberi kebutuhan oksigen yang cukup.
2.5.4 Pencahayaan (Lighting)
Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat
obyek-obyek sangat jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan.
Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat
lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka lebar-
lebar. Lelehnya mata ini akan mengakibatkan pula lelahnya mental
dan lebh jauh lagi bisa menimbulkan rusaknya mata.
Kemapuan mata untuk melihat obyek dengan jelas akan di
tentukan oleh ukuran obyek, derajat kontras antara obyek dengan
sekelilingnya, lumnisi (brightness) serta lamanya waktu untuk melihat
obyek tersebut. Untuk menghindari silau (glare) karena letak dari
sumber cahaya yang kurang tepat maka sebaiknya mata tidak secara
langsung menerima cahaya dari sumbernya akan tetapi cahaya tersebut
haurs mengenai obyek yang akan di lihat yang kemudian di pantulkan
oleh obyek tersebut ke mata kita.
47
2.5.5 Kebisingan (Noise)
Kemajuan teknologi ternyata banyak menumbulkan masalah-
masalah seperti di antaranya yang di katakan sebagai polusi. Salah
satu bentuk dari polusi di sini adalah kebisingan (noise) bunyi bunyian
yang tidak di kehendaki oleh telinga kita. Tidak di kehendaki karena
terutama dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat
mengganggu ketenangan kerja. Ada tiga aspek yang menentukan
kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap
manusia yaitu:
- Lama waktu bunyi tersebut terdengar. Semakin lama telinga kita
mendengar kebisingan akan semakin buruk akibatnya bagi
pendengaran (tuli).
- Intensitas biasanya di ukur dengan satuan desibel (dB) yang
menunjukkan besarnya arus energi per satuan luas.
- Frekuensi suara yang menunjukkan jumlah dari gelombang-
gelombang suara yang sampai di telinga kita setiap detik dinyatakan
dalam jumlah getaran per detik atau herz (Hz).
48
Tabel 2.1 Batas ambang Bising
Kondisi Suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi
Menulikan
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
Halilintar
Meriam
Mesin Uap
Sangat Hiruk Pikuk
Jalan Hiruk Pikuk
Perusahaan sangat gaduh
Pluit Polisi
Kuat
Kantor Gaduh
Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan
Sedang
Rumah gaduh
Kantor pada umumnya
Percakapan kuat
Radio perlahan
Tenang
Rumah tenang
Kantor pribadi
Auditorium
Percakapan
49
Kondisi Suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi
Sangat tenang
10
0
Suara daun-daun
Berbisik-bisik
Batas dengar terendah
2.5.6 Bau-bauan
Adanya bau-bauan yang dalam hal ini juga mempertimbangkan
sebagai polusi akan dapat mengganggu konsentrasi orang bekerja.
Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Oleh karena itu pemakaian
air-conditioning yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa di
gunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar
tempat kerja.
2.5.7 Getaran Mekanis
Getaran mekanis dapat di artikan sebagai getaran-getaran yang
di timbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dar getaran ini
sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak di
inginkan pada tubuh kita. Besarnya getaran ini di tentukan oleh
intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu berlangsung.
Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami di
50
mana apabila frekuensi ini bersonansi dengan frekuensi getaran akan
menimbulkan gangguan-gangguan antara lain :
- Mempengaruhi konsentrasi kerja
- mempercepat datangnya kelelahan
- Gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti mata, syaraf, otot-
otot dan lain-lain.
2.5.8 Warna
Yang dimaksud di sini adalah tembok ruangan dan interior
yang ada di sekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh
terhadap kemampuan mata untuk melihat obyek, juga memberikan
pengaruh yang lain pula terhadap manusia seperti :
-Warna merah bersifat merangsang
-Warna kuning memberikan kesan luas terang dan leluasa
-Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman dan
menyegarkan.
-Warna gelap memberikan kesan leluasa dan lain-lain.
Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan
tempat kerja perlu di perhatikan dalam arti harus di sesuaikan dengan
kegiatan kerjanya. Dalam keadaan di mana ruangan terasa sempit
maka pemilihan warna yang sesuai dapat menghilangkan kesan
tersebut. Hal ini secara psiklogis akan menguntungkan (dengan
51
memberikan warna terang akan memberikan kesan leluasa) karena
kesan sempit cenderung menimbulkan ketegangan (stress).
Kondisi lingkungan fisik seperti yang telah di jelaskan secara
umum di atas pada hakikatnya di harapkan mampu meningkatkan
aspek kenyamanan kerja. Hal tersebut akan sangat penting dalam
rangka meningkatkan aspek-aspekm yang berkaitan dengan sosial,
psikologis dan motivasi manusia dalam rangka peningkatan
produktifitas kerja.
2.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Departemen Kesehatan RI, tentang sistem manajemen k3. Di
era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan
jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu
52
proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya
akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman
walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Akhir-akhir ini semakin dirasakan betapa perlunya pelayanan
kesehatan kerja lebih dikembangkan di perusahaan-perusahaan agar tujuan
kesehatan kerja yaitu terciptanya tenaga kerja yang sehat, selamat, sejahtera
dan produktif kian menjadi kenyataan.
Fakta menunjukkan bahwa telah banyak perusahaan khusunya
perusahaan besar yang telah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja
sebagaimana mestinya. Di samping hal tersebut, masih sering di temukan
53
pelayanan kesehatan kerja yang berbentuk klinik dengan fungsi pengobatan
semata dan ruang lingkup aktivitasnya belum mencerminkan sama sekali
program kesehatan kerja dengan tujuan penigkatan produktifitas kerja dan
kesejahteraan tenaga kerja secara luas.
Lambatnya perkembangan upaya kesehatan dalam bentuk balai-balai
pengobatan menjadi organisasi pelayanan kesehatan kerja di perusahaan
terutama bukan disebabkan oleh hambatan biaya, melainkan refleksi dari
pengertian, pandangan dan sikap manajemen terhadap kesehatan kerja pada
khususnya serta keselamatan kerja pada umumnya.
Dengan menbangun landasan yang kuat dalam pelayanan kesehatan
kerja, maka manfaat kesehatan dan keselamatan kerja akan menjadi kenyataan
dalam era industrialisasi ini dan juga pada tahap tinggal landas di waktu yang
akan dating.
Memasyarakatkan kesehatan kerja dapat di lihat dari dua dimensi yaitu
memperluas pengertian dan penerapan kesehatan kerja ke semua sector
kegiatan ekonomi serta memperluas pengertian dan penerapan kesehata kerja
kepada seluruh masyarakat tenaga kerja.
Memperluas jangkau kesehatan kerja ke semua sector kegiatan
ekonomi yang meliputi sektor-sektor : Pertanian, Pertambangan, Industri,
Bangunan / Konstruksi, Perdagangan, Angkutan, Bank-bank, Jasa.
Memasyarakatkan kesehatan kerja kepada seluruh masyarakat tenaga
kerja berdasarkan kepada :
54
a. Masyarakat Pengusaha
Hal ini penting karena kesehata dan keselamatan kerja adalah salah
satu aspek dari manajemen. Apabila para manajemen telah memperoleh
pengetahuan dan pengertian tentang kesehatan kerja, hal ini akan mendorong
bagi di terapkannya prinsip-prinsip kesehatan pada semua tempat kerja
sehingga tujuan kesehatan kerja yaitu tenaga kerja yang sehat dan produktif
akan benar-benar di capai.
b. Masyarakat Pekerja / Karyawan
Memasyarakatkan keselamatan dan kesehatan kerja pada para pekerja
/ karyawan bertujuan agar keselamatan dan kesehatan kerja menjadi darah
daging setiap pekerja sehingga keselamatan dan kesehatan kerja menjadi
naluri kedua para pekerja / karyawan.
c. Masyarakat profesi
Memasyarakatkan keselamatan dan kesehatan kerja dengan sasaran
masyarakat profesi bertujuan agar keselamatan dan kesehatan kerja
berkembang mengikuti kemajuan yang relatif sesuai dengan laju
perkembangan teknologi
d. Masyarakat umum.
Apabila masyarakat umum telah mengetahui atau mengenal
keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini akan sangat membantu penerapan
prinsip-prinsip kesehatan kerja oleh segenap lapisan masyarakat.
55
2.6.1 Sistem Manajemen K-3 Di lingkungan kerja
Keselamatan pekerja merupakan salah satu faktor yang perlu
mendapat perhatian dalam perancangan tugas. Dua penyebab utama
dalam kecelakaan kerja, yaitu kecerobohan pekerja dan bahaya
kecelakaan. Program keselamatn dan pencegahan kecelakaan
memerlukan kerja sama antara pekerja dan manajemen.
Ini adalah bagian dari system manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja.
Guna tercapainya tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman,
efisien dan produktif.
2.6.2 Kecelakaan Kerja Karena Faktor Manusia
Hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh
factor manusia. Unsur-unsur tersebut antara lain:
1. Ketidakseimbangan fisik / kemampuan fisik tenaga kerja, antara lain
a. Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan
b. Posisi tubuh yang menyebabkan mudak lemah
c. Kepekaan tubuh
d. Kepekaan panca indera terhadap bunyi
56
e. Cacat fisik.
f. Cacat sementara.
2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis tenaga kerja, antara
lain:
a. Rasa takut / phobia
b. Gangguan emosional
c. Sakit jiwa
d. Tingkat kecakapan
e. Tidak mampu memahami
f. Sedikit ide (pendapat)
g. Gerakannya lamban
h. Keterampilan kurang
3. Kurang pengetahuan, antara lain:
a. Kurang pengalaman
b. Kurang Orientasi
c. Kurang latihan memahami tombol-tombol (petunjuk lain)
d. Kurang latihan memahami data
e. Salah pengertian terhadap suatu perintah
4. Kurang terampil, antara lain:
a. Kurang mengadakan latihan praktik
b. Penampilan kurang
c. Kurang kreatif
57
d. Salah Pengertian
5. Stress mental, antara lain:
a. Emosi berlebihan
b. Beban mental berlebihan
c. Pendiam dan tertutup
d. Problem dengan sesuatu yang tidak dipahami
e. Frustasi
f. Sakit mental
6. Stress Fisik, antara lain:
a. Badan sakit (tidak sehat badan)
b. Beban tugas berlebihan
c. Kurang istirahat
d. Kelelahan sensori
e. Terpapar bahan berbahaya
f. Terpapar panas yang tinggi
g. Kekurangan oksigen
h. Gerakan terganggu
i. Gula darah menurun
7. Motivasi menurun (kurang termotivasi), antara lain:
a. Mau bekerja bila ada penguatan / hadiah
b. Frustasi berlebihan
c. Tidak ada umpan balik (feedback)
58
d. Tidak mendapat pujian dari hasil kerjanya.
e. Terlalu tertekan
f. Tidak mendapat insentif produksi
2.6.3 Pembinaan dan pengawasan pekerjaan terhadap tenaga kerja
Penyesuaian seperti ini di lakukan pemeriksaan keselamatan
dan kesehatan kerja yang hasilnya di pergunakan untuk keperluan
penyesuaian tersebut. Selain itu, pengalaman klinis sehari-hari
khusunya tentang kesehatan dan keluhan tenaga kerja di pergunakan
untuk memonitor dan penyesuaian tenaga kerja dan pekerjaannya.
Pembinaan dan pengawasan penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja meliputi aspek-aspek fisik, mental psikologi, dan sosial.
2.7 Psikologi Industri
Menurut Pendidikan HIP tingkat lanjutan, tentang psikolgi. Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Berasal dari kata Logos
yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan, dan psyko yang berarti jiwa. Jadi,
Psikologi adalah imu pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa. Industri
adalah suatu kegiatan/lembaga yang menghasilkan kebutuhan manusia untuk
di jual atau di gunakan oleh orang lain.
Psikologi Industri adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dan segi-segi kejiwaan manusia secara sistematis dan ilmiah, dalam proses
produksi barang dan jasa. Psikologi dalam industri mempunyai peranan
59
penting, dalam meningkatkan produktifitas kerja serta kaitannya dengan
penerimaan karyawan, karena sifat-sifat karyawan antara karyawan yang satu
dengan karyawan yang lainnya mempunyai perbedaan. Secara umum,
manusia memiliki dua sifat :
- Introvert yaitu orang yang pendiam, mementingkan diri sendiri dan tertutup
- Extrovert yaitu orang yang periang, dan terbuka.
2.7.1 Stress dalam perusahaan
Stress adalah suatu akibat dari tekanan emosional, rangsangan-
rangsangan atau suasana yang merusak keadaan phisiplogis seorang
individu. Ada dua jenis stress :
- Stress yang baik, ialah tekanan yang bersifat positif
- Stress yang merusak, ialah merusak kehidupan sehari-hari kita yang
normal dan hanya akan mengakibatkan trauma pada dirinya.
Penyebab tekanan di tempat kerja yang harus kita ketahui antara lain :
- Tekanan hidup intrensik dalam kerja, kelebihan kerja terlalu banyak,
secara kualitatif dan kuantitatif
- Konflik dalam organisasi / tempat kerja
- Tidak jelasnya status
- Kurang jaminan dalam bekerja
- Perubahan yang sering dalam organisasi
- Suasana tempat kerja yang tidak menyenangkan
60
2.7.2 Gejala stress
Menurut D.R Robert Van Amberq ada 6 tingkatan gejala stress sebagai
berikut :
Tingkat I
- Semangat besar
- Penglihatan tajam, lebih dari biasanya
- Energik dan gugup berlebihan
- Menyenangkan dan tambah semangat
Tingkat II
Yang menyenangkan mulai menghilang
- Merasa letih waktu bangun pagi atau lelah sesudah makan siang atau
lelah menjelang sore hari
- Tegang pada otot punggung dan tengkuk
Tingkat III
Keletihan semakin nampak dengan gejala
- Gangguan usus lebih terasa
- Otot-otot serasa lebih tegang
- Gangguan tidur
- Terasa mau pingsan
- Energi semakin berkurang
Tingkat IV
- Ketahanan sangat menurun
61
- Hilang kemampuan tanggapi situasi
- Sukar tidur, mimpi menegangkan
- Negative feeling
- Konsentrasi menurun
- Perasaan takut yang tidak beralasan
Tingkat V
- Physical and Phychological exhaustion
- Tak mampu kerja yang sederhana
- Gangguan system pencernaan akut
- Panik
Tingkat VI
Keadaan gawat
- Debaran jantung terasa semakin keras
- Nafas sesak
- Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.
- Tenaga sudah tak berdaya (Pingsan)
2.7.3 Frustasi
Frustasi adalah suatu kondisi kejiwaan yang tertekan karena
tidak terpenuhinya suatu kebutuhan secara menyeluruh. Adapun
akibat-akibat dari frustasi adalah sebagai berikut :
- Agresi adalah marah menyerang orang lain jadi korban
- Rasionalisasi adalah berdalih orang lain di salahkan
62
- Regresi adalah bertindak kekanak-kanakan
- Fixasi adalah berbuat berulang-ulang (tanpa hasil)
- Resignasi adalah apatis
2.8 Mode Analisis Data
2.8.1 Populasi
Menurut Dr, Prof. Sugiyono,metode penelitian bisnis. Tentang
sampel hal 72.Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya.Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada obyek/subyek yang di pelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang di miliki oleh subyek atau obyek itu.
2.8.2 Sampel
Menurut Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang di miliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang di ambil dri populasi itu. Apa yang di
pelajari dari sampel itu, kesimpulannya aakan di berlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-
betul representatif (mewakili).
63
2.8.3 Teknik Sampling
Menurut Dr, Prof. Sugiyono,metode penelitian bisnis. tentang
teknik sampling hal 73-78. Teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambbilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan di
gunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang di
gunakan di kelompokkan menjadi dua yaitu:
Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.
Probability Sampling meliputi : simple random, proportionate
stratified random, disproportionate stratified random, dan area
random. Nonprobability Sampling meliputi : sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidential, purposive sampling, sampling
jenuh dan snowball sampling.
2.8.3.1 Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik sampling (teknik
pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk di pilih menjadi
anggota sampel.
Teknik ini meliputi : simple random, proportionate stratified
random, disproportionate stratified random, dan area random.
- Simple Random Sampling dapat di katakan simple karena
pengambilan sampel anggota populasi di lakukan secara acak
64
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian di lakukan bila anggota populasi di anggap homogen.
- Proportionate Stratified Random adalah teknik yang
digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.
- Disproportionate Stratified Random adalah teknik yang di
gunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional.
- Cluster Sampling adalah teknik yang di gunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan di teliti atau sumber
data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi
atau kabupaten. Untuk mementukan penduduk mana yang akan
dijadikan sumber data, maka pengmbilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang telah di tetapkan.
2.8.3.2 Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik sampling
(teknik pengambilan sampel) yang tidak memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk di pilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi : sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidential, purposive
sampling, sampling jenuh dan snowball sampling.
65
- Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan ururtan dari anggota populasi yang telah di beri
nomor urut.
- Sampling kuota adalah teknik untuk menetukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan.
- Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
di pandang orang yang kebetulan di temui itu cocok sebagai
sumber data.
- Sampling purposive adalah teknik penetuan sampel sdengan
pertimbangan tertentu.
- Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.
- Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola
salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua
66
orang, Kemudian dua orang ini disuruh memilih teman-
temannya untuk di jadikan sampel.
2.8.4 Skala Pengukuran
Menurut Dr, Prof. Sugiyono,metode penelitian bisnis. tentang
skala pengukuran hal 84-92. Skala pengukuran merupakan
kesepakatan yang di gunakan sebagai acuan untuk menetukan panjang
pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur itu
bila di gunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien
dan komunikatif.Macam-macam skala pengukuran dapat berupa :
skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari skala
pengukuran itu akan di peroleh data nominal,ordinal, interval, dan
ratio.Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian bisnis
antara lain adalah:
- Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi sesorangatau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
- Skala Guttman, skala tipe ini akan di dapat jawaban yang tegas yaitu
: “ya –tidak” ; “benar-salah” ; “pernah-tidak pernah” ; “positif-negati”
dan lain-lain.
- Semantic deferential di kembangkan oleh Osgood. Skala ini juga
digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan
67
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum
yang jawabannya sangat positifnya terletak di bagian kanan garis, dan
jawabannya yang sagat negatif terletak di bagian kriri garis atau
sebaliknya
- Rating scale, dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah di
kemukakan,data yang di peroleh semuanya adalah data kualitatif yang
kemudian di kuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah
yang di peroleh berupa angka kemudian di tafsirkan dalam pengertian
kualitatif. Responden menjawab, senagn atau tidaksenang, setuju atau
tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data
kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan
menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah di sediakan,
tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah di sediakan.
Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk
pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukurpersepsi responden
terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial
ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan
dan lain-lain.
2.8.5 Uji Validitas
Menurut Dr, Prof. Sugiyono,metode penelitian bisnis. tentang
uji validitas dan uji reliabilitas hal 114 dan 126. Untuk menguji
validitas, dapat di gunakan pendapat dari ahli (judgement experts).
68
Dalam hal ini setelah instrumen di konstruksikan tentang aspek-aspek
yang akan di ukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka
selanjutnya di konsultasikan dengan ahli. Para ahli di minta
pendapatnya tentang instrumen yang telah di susun itu. Mungkin para
ahli akan memberi keputusan : instrumen dapat di gunakan tanpa
perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin di rombak total. Jumlah tenaga
ahli yang di gunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang
telah bergelar doktor sesuai lingkup yang di teliti.
Setelah pengujian konstruksi para ahli dan berdasarkan
pengalaman empiris lapangan di lapangan selesai, maka di teruskan
dengan uji coba instrumen-instrumen tersebut di cobakan pada sampel
dari mana populasi di ambil.(Pengujian pengalaman empiris di
tunjukkan pada pengujian validitas external) jumlah anggota sampel
yang di gunakan sekitar 30 orang.
Setelah data di tabulasikan, maka pengujian validitas
konstruksi di lakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Seperti telah di
kemukakan bahwa analisis faktor di lakukan dengan cara
mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi
tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor
tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis
69
faktor itu dapat di simpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki
validitas konstruksi yang baik. Uji validitas menggunakan rumus
koefisien korelasi Pearson Moment sebagai berikut :
xyr = ( )( )
{ ( ) } ( ( ) }⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
− ∑∑∑ ∑
∑ ∑∑
2222iiii
iiii
yyNxxN
yxyxN
Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau
tidak, dapat di ketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir
dengan skor total (Y). Jadi untuk keperluan ini ada koefisien korelasi
yang perlu di hitung. Bila harga korelasi di bawah 0,3, maka dapat di
simpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus
di perbaiki atau di buang. Namun, bila harga korelasi di atas 0,3, maka
dapat di simpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid dan data
tersebut bisa di olah.
2.8.6 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan suatu instrumen cukup dapat di
percaya untuk dapat di gunakan sebagai alat pengumpul data karena
sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan mengarahkan responden
untuk memilih jawaban tertentu.
Pengujian reliabilitas instrumen di lakukan dengan internal
consistency dengan teknik belah dua (split half) yang di analisis
70
dengan rumus Spearman Brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir
instrument di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen
ganjil dan kelompok genap. Selanjutnya skor tiap data kelompok itu di
susun sendiri dengan menggunakan rumus koefisien korelasi sebagai
berikut :
xyr = ( )( )
{ ( ) } ( ( ) }⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
− ∑∑∑ ∑
∑ ∑∑
2222 yyNxxN
yxxyN
Setelah itu, selanjutnya di masukkan dalam rumus Spearman Brown:
xyr = xy
xy
r+1r.2
Seperti yang telah di kemukakan bahwa nilai bila uji
reliabilitas lebih besar dari tabel product moment.Maka instrumen
dinyatakan sudah valid dan reliabel seluruh butirnya, maka instrumen
dapat di gunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.