BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi...9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi...

30
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi pada dasarnya berhubungan dengan informasi keuangan secara kuantitatif yang berguna untuk mengambil keputusan. Semakin profesional akuntan dalam proses pembuatan laporan keuangan atau siklus akuntansinya, maka akan semakin baik juga keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan. Akuntansi menyediakan cara-cara untuk mengumpulkan dan melaporkan data ekonomis kepada bermacam-macam pihak yang membutuhkan. Pemilik dan calon pemilik dapat mengetahui bagaimana posisi keuangan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Pihak bank atau pemberi kredit dapat menilai kemampuan perusahaan dalam beroperasi yang pada gilirannya mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi sebelum peminjaman. Badan pemerintah berkepentingan terhadap kegiatan perusahaan dalam kaitannya dengan penyusunan peraturan pemerintah, misalnya peraturan perpajakan. Menurut Harahap (2011:5) akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya. Akuntansi adalah bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat memberikan infromasi tentang kondisi keuangan (ekonomi) berupa posisi keuangan terutama dalam jumlah kekayaan, utang dan modal dari suatu bisnis. Menurut Samryn (2011:3) pengertian akuntansi adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk mengubah data dari transaksi menjadi informasi keuangan. Proses akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi, mencatat dan menafsirkan, mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari sebuah organisasi kepada pemakai informasi keuangan. Semua proses tersebut diselenggarakan secara tertulis dan berdasarkan bukti transaksi yang juga harus tertulis. Menurut Weygant, Kieso dan Kimmel (2011) adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi...9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi...

  • 9

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian Akuntansi

    Akuntansi pada dasarnya berhubungan dengan informasi keuangan secara

    kuantitatif yang berguna untuk mengambil keputusan. Semakin profesional akuntan

    dalam proses pembuatan laporan keuangan atau siklus akuntansinya, maka akan

    semakin baik juga keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen untuk

    kelangsungan hidup suatu perusahaan.

    Akuntansi menyediakan cara-cara untuk mengumpulkan dan melaporkan data

    ekonomis kepada bermacam-macam pihak yang membutuhkan. Pemilik dan calon

    pemilik dapat mengetahui bagaimana posisi keuangan dan prospek perusahaan di

    masa yang akan datang. Pihak bank atau pemberi kredit dapat menilai kemampuan

    perusahaan dalam beroperasi yang pada gilirannya mempertimbangkan risiko yang

    mungkin terjadi sebelum peminjaman. Badan pemerintah berkepentingan terhadap

    kegiatan perusahaan dalam kaitannya dengan penyusunan peraturan pemerintah,

    misalnya peraturan perpajakan.

    Menurut Harahap (2011:5) akuntansi adalah proses mengidentifikasikan,

    mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam

    hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para

    pemakainya. Akuntansi adalah bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat

    memberikan infromasi tentang kondisi keuangan (ekonomi) berupa posisi keuangan

    terutama dalam jumlah kekayaan, utang dan modal dari suatu bisnis.

    Menurut Samryn (2011:3) pengertian akuntansi adalah suatu sistem informasi

    yang digunakan untuk mengubah data dari transaksi menjadi informasi keuangan.

    Proses akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi, mencatat dan menafsirkan,

    mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari sebuah organisasi kepada pemakai

    informasi keuangan. Semua proses tersebut diselenggarakan secara tertulis dan

    berdasarkan bukti transaksi yang juga harus tertulis.

    Menurut Weygant, Kieso dan Kimmel (2011) adalah suatu sistem informasi

    yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari

  • 10

    suatu organisasi kepada pihak yang memiliki kepentingan. Dan akuntansi terdapat

    tiga aktivitas utama diantaranya:

    a) Aktivitas identifikasi yaitu mengidentifikasikan transaksi-transaksi

    yang terjadi dalam perusahaan.

    b) Aktivitas pencatatan yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mencatat

    transaksi-transaksi yang telah diidentifikasi secara kronologis dan

    sistematis.

    c) Aktivitas komunikasi yaitu aktivitas untuk mengkomunikasikan

    informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan kepada para

    pemakai laporan keuangan atau pihak yang berkepentingan baik

    internal perusahaan maupun eksternal perusahaan.

    Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa akuntansi adalah sarana untuk

    memberikan informasi ekonomi suatu jenis usaha yang bermanfaat bagi pihak-pihak

    yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan menggunakan laporan keuangan

    perusahaan misalnya bank, pemegang saham, dan lain-lain. Selain itu, akuntansi juga

    berfungsi untuk menghitung berbagai arus kas masuk maupun keluar yang dilakukan

    oleh suatu jenis usaha dan hasilnya akan dibuat suatu pembukuan agar dapat dilihat

    apakah suatu perusahaan tersebut mengalami keuntungan atau kerugian.

    2.2 Proses Akuntansi

    Proses akuntansi yang dijelaskan oleh Kieso, et.all (2011:86) dalam bukunya

    yang berjudul Intermediate Accounting bahwa terdapat 9 (sembilan) proses akuntansi

    atau dapat disebut juga siklus akuntansi karena dilakukan berulang dengan tahapan

    yang sama dan harus dilakukan oleh setiap entitas dalam mempersiapkan laporan

    keuangan.

    Berikut gambar dari proses akuntansi yang harus dilakukan dalam menyiapkan

    laporan keuangan:

  • 11

    Gambar 2.1 Proses Akuntansi

    Sumber:

    Kieso Weygandt (2011:86)

    2.3 Laporan Keuangan

    Pada dasarnya laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan usaha

    yang dijalankan apakah menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat

    atau tidak, dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan, baik itu pihak internal maupun pihak eksternal.

    2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

    Pada dasarnya laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan usaha

    yang dijalankan apakah menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat

    atau tidak, dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pihak eksternal.

    Transactions

    1. Journalization

    6. Prepae

    Financial

    Statements

    7. Closing entries

    8. Post-closing

    trial balance

    9. Reversing

    entries

    3. Trial balance

    2. Posting to Ledger

    5. Adjusted trial balance

    4. Adjustment Work

    Sheet

  • 12

    Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

    dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012:2) tentang Kerangka Dasar

    Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:

    “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

    Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

    laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara

    misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan

    lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

    keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang

    berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen

    industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”

    Menurut PSAK No.1 (2009), mengungkapkan bahwa “Dalam rangka

    mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi

    mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban

    termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada

    pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”.

    2.4 Bentuk Hukum Badan Usaha

    Menurut Mulhadi (2010), badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis

    dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan usaha tidak sama

    dengan perusahaan. Badan usaha adalah lembaga sedangkan perusahaan adalah

    tempat dimana badan usaha mengelola faktor-faktor produksi. Ada berbagai jenis

    bentuk hukum badan usaha, yaitu badan usaha milik swasta dan badan usaha milik

    negara. Badan usaha milik swasta terdiri dari:

    1. Perusahaan perorangan

    Perusahaan ini dimiliki oleh perseorangan. Modalnya milik pribadi, baik

    aset pribadi maupun pinjaman dengan tanggung jawab pribadi. Perusahaan

    ini berbentuk sederhana, tetapi bukan berarti digolongkan ke dalam

    perusahaan kecil. Perusahaan ini dipimpin langsung oleh pemiliknya dan

    keuntungan menjadi keuntungan pemilik. Segala resiko atau kerugian

    menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh pemilik.

    2. Perseroan firma (FA)

    Perusahaan yang didirikan oleh beberapa orang ini menjalankan usahanya

    dengan cara menggabungkan modal dan tenaga. Proses pendirian badan

  • 13

    usaha ini dilakukan di depan notaris sehingga terdapat akta pendirian

    perusahaan. Pemilik firma biasanya saling mengenal satu sama lain, maju

    mundurnya firma ditentukan oleh keputusan dan kinerja bersama.

    Berdirinya usaha berbentuk firma dapat berakhir apabila salah satu pendiri

    atau pemiliknya meninggal dunia.

    3. Perseroan Terbatas (PT)

    PT biasanya didirikan oleh beberapa orang pendiri. Masing-masing pemilik

    memiliki tanggung jawabnya yang terbatas. Tanggung jawab mereka sesuai

    dengan banyaknya saham yang mereka miliki masing-masing individu

    pemilik. PT yang didirikan di depan notaris dapat digolongkan sebagai

    badan hukum, dan akta notaris tersebut dilaporkan ke Departemen

    Kehakiman untuk disahkan dan diumumkan dalam berita Negara.

    Sedangkan menurut Samryn (2011:17), Perseroan Terbatas merupakan

    badan usaha yang lebih formal yang pembentukan dan operasinya terakhir

    diatur dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan

    Terbatas, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 40 Tahun 2007. Dalam

    praktiknya bentuk badan usaha ini juga masih terbagi tiga kategori sebagai

    berikut:

    a. PT Tertutup

    Perusahaan ini berbadan hukum PT, tetapi saham-sahamnya dimiliki

    secara terbatas oleh orang-orang atau badan hukum yang namanya

    tercantum dalam akta pendirian perusahaan. Perusahaan ini tidak

    menjual sahamnya kepada masyarakat luas.

    b. PT Terbuka

    Dari segi hukum perusahaan ini sama dengan PT Tertutup. Tetapi

    perusahaan terbuka memiliki izin-izin tambahan dari Bursa Efek untuk

    menjual sahamnya kepada masyarakat luas dan memperdagangkannya

    di bursa efek. Dalam laporan keuangannya, perusahaan ini

    mencantumkan namanya dengan akhiran Tbk.

    c. PT Persero

    Antara perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas terdapat PT

    Persero. Perusahaan-perusahaan ini merupakan perusahaan milik

    negara. PT Persero dapat menjadi PT Terbuka dan dapat juga menjadi

    PT Tertutup.

  • 14

    4. Persekutuan komanditer (CV)

    Perusahaan Komanditer atau CV merupakan perusahaan yang didirikan

    oleh beberapa orang yang terdiri atas peserta yang memiliki tanggung

    jawab terbatas dan peserta yang memiliki tanggung jawab tak terbatas.

    5. Yayasan

    Yayasan adalah bentuk usaha yang bergerak di bidang yang bersifat sosial.

    Pendiri yayasan tidak mempunyai hak atas kekayaan dari yayasan.

    Menurut Samryn (2011:18), yayasan harus menyelenggarakan akuntansi

    untuk modal saham dan dividen yang dibagikan kepada para pemegang

    saham. Praktik usaha seperti ini sangat memerlukan informasi keuangan

    yang akurat karena yang berkepentingan terhadap informasi bukan hanya

    pemilik, tetapi juga manajemen yang mendapat kepercayaan untuk

    mengelola bisnis yang bersangkutan.

    2.5 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

    1) Usaha Mikro

    Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

    Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik

    orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi

    kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

    2) Usaha Kecil

    Menurut pasal 1 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

    Kecil dan Menengah bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif

    yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

    usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

    perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

    maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

    memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-

    Undang ini.

    3) Usaha Menengah

    Menurut pasal 1 ayat (3) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

    Kecil dan Menengah bahwa usaha menengah adalah usaha ekonomi

    produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau

  • 15

    badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

    perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

    maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan

    jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

    dalam Undang-Undang ini.

    2.6 Standar Akuntansi Keuangan

    Menurut SAK ETAP (2009), Standar Akuntansi Keuangan adalah pernyataan

    dan interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan

    Akuntansi Indonesia.

    Standar akuntansi tersebut berguna sebagai pedoman atau acuan dalam

    penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan entitas menjadi lebih

    seragam dengan standar akuntansi yang berlaku

    Terdapat dua badan utama penyusun standar akuntansi yang berlaku di seluruh

    belahan dunia yaitu International Accounting Standard Boards (IASB) dan Financial

    Accounting Standard Boards (FASB). Dimana IASB menerbitkan standar akuntansi

    keuangan yang bernama International Financial Reporting Standards (IFRS),

    sedangkan FASB menerbitkan standar akuntansi yang berlaku umum bernama

    Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).

    Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terus melakukan revisi terhadap

    Standar Akuntansi Keuangan dengan melakukan proses konvergensi (convergence)

    sesuai dengan IFRS. Dari hasil proses tersebut, maka pada Juli 2009, Ikatan Akuntan

    Indonesia (IAI) menghasilkan empat pilar Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal

    dengan empat pilar yang terdiri dari:

    a. Standar Akuntansi Keuangan (SAK Umum)

    Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Umum adalah standar akuntansi

    keuangan yang dikonvergensi ke IFRS. SAK Umum ini berlaku untuk

    perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik dimana perusahaan

    tersebut tercatat di pasar modal.

    b. Standar Akuntansi Keuangan ETAP (SAK ETAP)

    SAK ETAP ini akan membantu menyediakan pelaporan keuangan yang

    relevan dan andal dengan standar akuntansi yang lebih sederhana

    dibandingkan dengan SAK berbasis IFRS yang digunakan oleh SAK

  • 16

    Umum. SAK ETAP dapat digunakan oleh perusahaan yang tidak

    memiliki akuntabilitas publik.

    c. Standar Akuntansi Syariah

    Standar Akuntansi Syariah berlaku untuk entitas yang melakukan

    transaksi bisnis berbasis syariah. Standar Akuntansi Syariah didukung

    oleh tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa

    Arab.

    Dengan adanya standar ini diharapkan dapat membantu dan mendukung

    industri keuangan syariah menjadi semakin berkembang di Indonesia.

    d. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

    Menurut Dwi Martani, dkk (2012:16), Standar Akuntansi Pemerintah

    adalah standar akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan

    keuangan instansi pemerintah baik daerah maupun pusat.

    2.7 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

    Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK

    ETAP) yaitu sebuah standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang entitas

    tanpa akuntabilitas publik.

    Entitas tanpa akuntabilitas publik yaitu sebuah entitas yang tidak mempunyai

    akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan

    umum (general purpose) bagi pengguna eksternal.

    Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam

    pengelola usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

    Berdasarkan SAK ETAP (IAI 2009, h.1, par. 1.1), entitas yang memiliki

    akuntabilitas publik signifikan yaitu sebuah entitas yang mempunyai ciri-ciri sebagai

    berikut:

    a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses

    pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator

    lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.

    b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas fidusia untuk sekelompok besar

    masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek,

    dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.

  • 17

    Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan

    SAK ETAP jika otoritas yang berwenang membuat regulasi mengizinkan

    penggunaan SAK ETAP untuk pembuatan laporan keuangannya. SAK ETAP

    diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1

    Januari 2011. Penerapan lebih cepat diperkenankan. Jika hal itu dilakukan

    perusahaan, makan entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan

    keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010 (SAK ETAP 2009:166).

    2.8 Latar Belakang dan Manfaat SAK ETAP

    Tidak hanya memberikan solusi atau jawaban dari persoalan mengenai

    standar pembuatan laporan keuangan di UKM ataupun tujuan mengenai kesiapan

    untuk standar pelaporan internasional ketika go public, tetapi ada manfaat yang

    dapat diraih dengan penggunaan SAK ETAP. Manfaat utama adalah pembiayaan

    yang lebih rendah dan penggunaan yang lebih sederhana, namun meskipun

    sederhana tapi hasil perhitungannya tetap dapat diandalkan, mudah diterapkan dan

    dapat diaudit. Bila dibandingkan dengan penggunaan PSAK Umum yang dinilai

    lebih kompleks dan membutuhkan banyak opini dari auditor atau professional

    judgement. Disamping itu, entitas akan lebih terampil lagi dalam mempersiapkan

    laporan keuangannya yang lebih akurat, memberikan informasi keuangan yang tepat

    dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia.

    2.9 Perbandingan SAK UMUM dengan SAK ETAP

    Tabel 2.1

    Perbandingan PSAK dengan SAK ETAP

    No. Elemen SAK UMUM SAK ETAP

    1

    Penyajian

    Laporan

    Keuangan

    a. Laporan posisi keuangan

    b. Informasi yang disajikan

    dalam laporan posisi keuangan

    c. Pembedaan aset lancar

    dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek

    Sama dengan PSAK, kecuali

    informasi yang disajikan

    dalam neraca, yang

    menghilangkan pos:

    a. Aset keuangan

    b. Properti investasi yang

    diukur pada nilai wajar

  • 18

    dan jangka panjang

    d. Aset lancar

    e. Liabilitas jangka pendek

    f. Informasi yang disajikan

    dalam laporan posisi

    keuangan atau catatn atas

    laporan keuangan

    c. Aset biolojik yang diukur

    pada biaya perolehan dan

    nilai wajar

    d. Kewajiban berbunga

    jangak panjang

    e. Aset dan kewajiban pajak

    tangguhan

    f. Kepentingan non

    pengendalian

    2 Laporan Laba

    Rugi

    Laporan laba rugi

    komprehensif

    a. Informasi yang disajikan

    dalam Laporan Laba Rugi

    Komprehensif

    b. Laba rugi selama periode

    c. Pendapatan komprehensif

    lain selama periode

    d. Informasi yang disajikan

    dalam laporan laba rugi

    komprehensif atau catatan

    atas laporan keuangan.

    Tidak sama dengan PSAK

    yang menggunakan istilah laporan laba rugi

    komprehensif, SAK ETAP

    menggunakan istilah

    Laporan Laba Rugi.

    3

    Penyajian

    Perubahan

    Ekuitas

    Sama dengan PSAK, kecuali

    untuk beberapa hal yang

    terkait dengan pendapatan

    komprehensif lain.

    4

    Catatan atas

    Laporan

    Keuangan

    a. Catatan atas laporan

    keuangan

    b. Struktur

    c. Pengungkapan kebijakan akuntansi

    d. Sumber estimasi

    ketidakpastian

    e. Modal

    f. Pengungkapan lain

    Sama dengan PSAK, kecuali

    pengungkapan modal.

    5 Laporan Arus

    Kas

    a. Arus kas aktivitas

    operasi: metode

    langsung dan tidak

    langsung.

    b. Arus kas aktivitas

    investasi

    c. Arus kas aktivitas

    pendanaan

    d. Arus kas mata uang

    Sama dengan PSAK,

    kecuali:

    a. Arus kas aktivitas

    operasi: metode tidak

    langsung.

    b. Arus kas mata uang

    asing tidak diatur

  • 19

    asing

    e. Arus kas bunga dan

    dividen, pajak penghasilan dan

    transaksi non kas

    6

    Laporan

    Keuangan

    Konsolidasi dan terpisah

    a. Persyaratan penyajian

    laporan keuangan

    konsolidasi

    b. Entitas bertujuan khusus

    c. Prosedur konsolidasi

    d. Laporan keuangan tersendiri

    e. Laporan keuangan

    gabungan

    Tidak diatur.

    (Bab 12)

    7

    Kebijakan

    akuntansi,

    estimasi dan

    kesalahan

    PSAK 25 (Laba atau Rugi Bersih untuk periode

    berjalan, kesalahan mendsar

    dan perubahan kebijakan akuntansi)

    a. Laba atau rugi bersih

    untuk periode berjalan

    b. Kesalahan mendasar

    c. Perubahan kebijakan

    akuntansi

    d. Pemilihan dan penerapan

    kebijakan akuntansi

    e. Konsistensi dan

    perubahan kebijakan akuntansi

    f. Perubahan estimasi

    akuntansi

    g. Kesalahan

    h. Pos luar biasa

    i. Laba atau rugi dari

    aktivitas

    j. Operasi yang tidak

    dilanjutkan

    k. Perubahan estimasi

    akuntansi

    l. Penerapan suatu standar akuntansi keuangan

    m. Perubahan kebijakan

    akuntansi

    n. Perubahan kebijakan

    SAK ETAP sudah maju satu

    langkah dibandingkan

    PSAK (tidak ada “kesalahan mendasar” dan “laba atau

    rugi luar biasa”).

  • 20

    akuntansi yang lain

    8 Instrumen

    Keuangan Dasar

    a. Ruang lingkup: aset dan

    kewajiban keuangan

    b. Instrumen keuangan dasar

    c. Diklasifikasikan pada

    nilai wajar melalui

    laporan laba rugi,

    dimiliki hingga jatuh

    tempo, tersedia untuk

    dijual, pinjaman dan pinjaman yang diberikan

    d. Impairment

    menggunakan incurred loss concept

    e. Derecognition

    f. Hedging dan derivatif

    g. Ruang lingkup: investasi

    pada efek tertentu

    h. Klasifikasi trading, held

    to maturity, dan

    available for sale

    PSAK 50 tahun 1998.

    9 Persediaan

    a. Pengukuran persediaan

    b. Biaya persediaan

    c. Biaya pembelian

    d. Biaya konversi

    e. Biaya lain-lain

    f. Biaya persediaan pemberian jasa

    g. Teknik pengukuran

    biaya

    h. Rumus biaya

    i. Nilai realisasi bersih

    j. Pengakuan sebagai

    beban

    k. Pengungkapan

    Sama dengan PSAK.

    10

    Investasi pada

    perusahaan

    asosiasi dan

    entitas anak

    a. Ruang lingkup: entitas

    asosiasi

    b. Metode akuntansi

    c. Metode biaya

    d. Metode ekuitas

    e. Model nilai wajar

    a. Entitas asosiasi: metode

    biaya

    b. Entitas anak: metode

    ekuitas

  • 21

    (PSAK 15)

    f. Ruang lingkup: entitas

    asosiasi dan entitas anak

    g. Metode akuntansi

    11

    Investasi pada

    perusahaan

    asosiasi dan

    entitas anak

    a. Jointly controlled

    operation, aset dan entiti

    b. Metode akuntansi

    c. Metode konsolidasi

    proporsional

    d. Metode ekuitas

    e. Model nilai wajar (PSAK 12)

    Sama dengan PSAK kecuali metode akuntansi hanya

    menggunakan metode biaya.

    12 Properti Investasi

    a. Metode akuntansi

    b. Model nilai wajar

    c. Model biaya

    Metode akuntansi: model

    biaya.

    13 Aset tetap

    a. Menggunakan

    pendekatan komponenisasi

    b. Pengukuran

    menggunakan model biaya atau model

    revaluasi

    c. Pengukuran biaya

    perolehan

    d. Pengakuan pengeluaran

    selanjutnya

    e. Penyusutan

    f. Tidak perlu review nilai

    residu, metode penyusutan dan umur

    manfaat setiap akhir

    periode pelaporan, tetapi jika ada indikasi

    perubahan saja

    Sama dengan PSAK kecuali:

    a. Tidak menggunakan

    pendekatan

    komponensasi

    b. Revaluasi diijinkan jika

    dilakukan berdasarkan

    Peraturan Pemerintah.

    Hal ini mengacu kepada

    PSAK 16 tahun 1994

    c. Tidak perlu review nilai residu

    14 Aset tidak

    berwujud

    a. Prinsip umum untuk

    pengakuan

    b. Pengakuan awal,

    pengakuan selanjutnya

    c. Amortisasi selama umur

    manfaat atau 10 tahun

    d. Penurunan nilai

    menggunakan metode

    pembelian

    Sama dengan PSAK, kecuali

    aset tidak berwujud yang

    diperoleh dari

    penggabungan usaha.

  • 22

    e. Goodwill diamortisasi 5

    atau 20 tahun dengan

    justifikasi manajemen

    15 Sewa

    a. Mengatur perjanjian

    yang mengandung sewa

    b. Klarifikasi bersifat

    principle based

    c. Laporan keuangan leesee dan lessor

    a. Klarifikasi sewa: kombinasi IFRS for

    SME’s dan SFAS 13.

    b. Laporan keuangan leesse

    dan leesor menggunakan

    metode akuntansi sewa

    guna usaha pada PSAK

    30 tahun 1990.

    16 Ekuitas

    a. Penjelasan

    b. Akuntansi ekuitas untuk

    badan usaha bukan PT

    c. Akuntansi ekuitas untuk

    badan usaha PT

    d. Reorganisasi

    e. Selisih penilaian kembali

    Sama dengan PSAK kecuali:

    a. Reorganisasi

    b. Selisih penilaian kembali

    17 Pendapatan

    a. Penjualan barang

    b. Penjualan jasa

    c. Kontrak konstruksi

    d. Bunga, dividen dan

    royalti

    e. Lampiran kasus

    pengakuan pendapatan

    (PSAK 23)

    Sama dengan PSAK.

    18 Biaya pinjaman

    a. Komponen biaya

    pinjaman

    b. Pengakuan dan

    kapitalisasi biaya

    pinjaman

    Biaya pinjaman langsung

    dibebankan.

  • 23

    19 Penurunan nilai

    aset

    a. Penurunan nilai

    persediaan

    b. Penurunan nilai non-persediaan

    c. Penurunan nilai goodwill

    Sama dengan PSAK,

    kecuali:

    a. Ruang lingkup yang

    meliputi semua jenis aset

    b. Tidak mengatur penurunan nilai goodwill

    c. ada tambahan penurunan

    nilai untuk pinjaman

    yang diberikan dan

    piutang yang

    menggunakan PSAK 31:

    Akuntansi Perbankan pargaraf 16 dan 17.

    20 Imbalan kerja

    a. Imbalan kerja

    jangka pendek

    b. Imbalan pasca kerja, untuk manfaat pasti

    menggunakan Projected

    Credit Unit (PUC)

    c. Imbalan jangka

    panjang lainnya

    d. Pesangon

    pemutusan kerja

    Sama dengan PSAK, kecuali

    untuk manfaat pasti menggunakan PUC dan jika

    tidak bisa, menggunakan

    metode yang

    disederhanakan.

    21 Pajak penghasilan

    a. Menggunakan deffered

    tax concept

    b. Pengakuan dan

    pengukuran pajak kini

    c. Pengakuan dan

    pengukuran pajak kini

    d. Pengakuan dan

    pengukuran pajak

    tangguhan

    e. Menggunakan tax payable concept

    Tidak ada pengakuan dan

    pengukuran pajak

    tangguhan

    22 Mata uang pelaporan

    a. Mata uang pencatatan

    dan pelaporan

    b. Mata uang fungsional

    c. Penentuan saldo awal

    d. Penyajian komparatif

    e. Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan

    Sama dengan PSAK, mata

    uang pelaporan

    a. Mata uang fungsional

    b. Pelaporan transaksi mata

    uanga asing dalam mata

    uang fungsional

    c. Perubahan mata uang

    fungsional (pada

    prinsipnya sama)

  • 24

    Sumber:

    Ikatan Akuntan Indonesia (2009)

    23

    Peristiwa setelah

    akhir periode

    pelaporan

    a. Peristiwa yang

    memerlukan

    penyesuaian

    b. Peristiwa yang tidak

    memerlukan

    penyesuaian

    Sama dengan PSAK.

    24

    Pengungkapan

    pihak-pihak yang

    mempunyai

    hubungan

    istimewa

    a. Pengertian pihak-pihak

    yang memiliki hubungan

    istimewa

    b. Pengungkapan

    Sama dengan PSAK 7.

    25 Aktivitas khusus

    a. Akuntansi perkoperasian

    b. Akuntansi minyak dan

    gas bumi

    c. Akuntansi pertambangan umum

    d. Akuntansi perusahaan

    efek

    e. Akuntansi reksa dana

    f. Akuntansi perbankan

    dan asuransi

    Tidak diatur.

    26 Ketentuan transisi

    a. Retrospektif atau

    prospektif (jika tidak

    praktis) yang diterapkan

    secara prospective catch

    up (dampak ke saldo

    laba)

    b. Perpindahan dari dan ke

    SAK ETAP

    27 Tanggal efektif

    Berlaku efektif untuk

    laporan keuangan yang dimulai pada tanggal 1

    Januari 2011, dan penerapan

    dini 1 Januari 2010.

  • 25

    2.10 Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP

    Menurut SAK ETAP (IAI 2009:2) menyatakan tujuan laporan keuangan

    adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus

    kas suatu badan usaha yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

    pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat

    meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu.

    2.10.1 Komponen Laporan Keuangan SAK ETAP

    Berdasarkan SAK ETAP (2009:17, par.3.12), laporan keuangan entitas

    terbagi menjadi 5 (lima) komponen yang terdiri dari:

    A. Neraca

    Menurut SAK ETAP (2009:19), neraca merupakan laporan keuangan

    yang menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada

    suatu tanggal tertentu atau pada akhir periode pelaporan. Sedangkan

    menurut Samryn (2011:31) mengatakan bahwa:

    “Neraca merupakan suatu laporan yang menggambarkan posisi

    keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu yang terdiri dari aktiva,

    kewajiban dan ekuitas.”

    Berdasarkan SAK ETAP (IAI 2009:19, par.4.2), neraca minimal

    mencakup pos-pos yang disajikan sebagai berikut:

    a. Kas dan setara kas;

    b. Piutang usaha dan piutang lainnya;

    c. Persediaan;

    d. Properti investasi;

    e. Aset tetap;

    f. Aset tidak berwujud;

    g. Utang usaha dan utang lainnya;

    h. Aset dan kewajiban pajak;

    i. Kewajiban estimasi;

    j. Ekuitas.

    B. Laporan Laba Rugi

    Laporan laba rugi menguraikan ringkasan dari pendapatan dan beban

    yang diperoleh oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu,

    seperti satu bulan atau satu tahun. Laporan laba rugi dapat

    menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

    ataupun kerugian yang didapatkan dalam suatu periode.

  • 26

    Menurut SAK ETAP (2009:23), laporan laba rugi merupakan laporan

    kinerja keuangan entitas selama periode tersebut.

    Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:

    a. Pendapatan;

    b. Beban keuangan;

    c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode

    ekuitas;

    d. Beban pajak;

    e. Laba atau rugi neto.

    C. Laporan Arus Kas

    merupakan rangkuman atau ringkasan dari penerimaan dan pembayaran

    kas untuk periode waktu tertentu, seperti satu bulan atau satu tahun.

    Menurut SAK ETAP (2009:28), laporan arus kas merupakan laporan

    yang menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas

    entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi

    selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

    Tiga aktivitas utama dalam cash flow adalah:

    a. Aktivitas operasional

    Arus kas yang terjadi pada aktivitas operasional adalah aktivitas

    yang berasal dari penghasil utama pendapatan entitas. Arus kas

    tersebut pada umumnya berasal dari transaksi, peristiwa dan

    kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba rugi. (SAK ETAP

    2009:28).

    Contoh arus kas dari aktivitas investasi:

    i. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;

    ii. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;

    iii. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;

    iv. Pembayaran kas atau restitusi pajak;

    v. Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan

    kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, ang

    sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual

    kembali.

    b. Aktivitas investasi

    Arus kas dari investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan

    dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan

    pendapatan dan arus kas masa depan. (SAK ETAP 2009:29).

    Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:

  • 27

    i. Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap, aset tidak

    berwujud dan aset jangka panjang lainnya;

    ii. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud

    dan aset jangka panjang lainnya;

    iii. Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utan

    entitas lain dan bunga dalam joint venture.

    iv. Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utang dari

    entitas lain dan bunga dari joint venture.

    v. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain;

    vi. Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan

    pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.

    c. Aktivitas pendanaan

    Menurut SAK ETAP 7.6, aktivitas pendanaan merupakan cara

    untuk mendistribusikan, menarik dan mendapatkan dana untuk

    aktivitas bisnis.

    Contohnya, penerimaan kas dari penerbitan sahan atau efek ekuitas

    lain, pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik

    atau menembus saham entitas dan lain-lain.

    D. Laporan Perubahan Ekuitas

    Menurut SAK ETAP 6.3, entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas

    yang menunjukkan:

    a. Laba atau rugi untuk periode.

    b) Pendapatan dan beban yang diakuin langsung dalam ekuitas.

    c) Untuk setiap komponen, ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan

    akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai SAK ETAP.

    d) Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah

    tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah

    perubahan yang berasal dari:

    1) Laba atau rugi

    2) Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas

    3) Jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik

    ekuitas, yang menunjukan secara terpisah modal saham,

    transaksi saham treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke

    pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak

    yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.

    E. Catatan atas Laporan Keuangan

    Merupakan penjelasan dari laporan keuangan atas neraca, laba rugi

    perubahan modal dan arus kas perusahaan serta informasi yang

    berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan.

  • 28

    Menurut SAK ETAP 8.2, catatan atas laporan keuangan harus dan

    kebijakan akuntansi tertentu, menyajikan informasi tentang dasar

    penyusunan laporan keuanganmengungkapkan informasi yang

    disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan

    keuangan dan memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan

    dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan

    keuangan.

    2.111 Ketentuan Transisi SAK ETAP

    Berdasarkan SAK ETAP 29, ketentuan transisi bagi entitas yang akan

    menerapkan SAK ETAP adalah:

    29.1 Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah

    menyusun laporan keuangan maka:

    a) Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan

    dalam SAK ETAP.

    b) Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP

    tidak mengijinkan pengakuan tersebut

    c) Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset,

    kewajiban atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan

    sebelumnya, tetapi merupakan jenis aset, kewajiban atau komponen

    ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP

    d) Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban

    yang diakui.

    2.12 Prinsip Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

    Pengakuan dalam laporan keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam

    SAK ETAP (2009:12)

    1. Pengakuan Aset

    Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di

    masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai

    atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam

    neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang

    tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan

  • 29

    berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan

    beban dalam laporan laba rugi.

    2. Pengakuan Kewajiban

    Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber

    daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk

    menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan

    dapat diukur dengan andal.

    3. Pengakuan Penghasilan

    Merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Beban

    diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa

    depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban

    telah terjadi dan dapat diukur secara andal.

    4. Pengakuan Beban

    Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan

    kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat

    ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau

    peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diakui secara andal.

    2.13 Unsur-Unsur Penyajian Laporan Keuangan

    Menurut (SAK ETAP 2009:9-13) terdapat 3 (tiga) hal yang berkaitan dengan

    unsur-unsur laporan keuangan, diantaranya:

    1. Pengakuan (Recognition)

    Pengakuan (recognition) adalah merupakan proses pembentukan suatu pos

    dalam neraca atau laporan rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan

    memenuhi kriteria sebagai berikut:

    a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos

    tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan

    b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

  • 30

    2. Pengukuran (Measurement)

    Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas

    untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan

    keuangan.

    Menurut Weygandt et al (2011), IFRS mengakui 2 prinsip pengukuran yaitu

    prinsip biaya (cost principle) dan prinsip nilai wajar (fair value principle).

    Prinsip biaya menyebutkan bahwa perusahaan mencatat nilai transaksi

    sebesar biaya atau harga perolehannya. Sedangkan, prinsip nilai wajar

    menyatakan nilai transaksi harus dilaporkan atau disajikan berdasarkan nilai

    wajar (harga yang diterima atas penjualan atau pelunasan).

    3. Pengungkapan dan Penyajian (Disclosure)

    Adalah pendekatan yang melewatkan ayat jurnal dan hanya bersandar pada

    catatan atas laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pengguna.

    2.14 Aset

    2.14.1 Pengakuan Aset

    Pengakuan aset menurut SAK ETAP 2.34 adalah:

    (a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,

    untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

    (b) Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

    Entitas harus menerapkan kriteria pengakuan dalam menentukan pengakuan aset

    tetap. Oleh karena itu, entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset

    tetap jika:

    a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut

    akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan

    b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

    Tanah dan bangunan adalah aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat

    terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan.

    Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan.

    Dimana unsur biaya perolehan aset tetap meliputi:

    a) Harga beli, termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak

    pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian

    dan potongan lainnya;

  • 31

    b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke

    lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan

    maksud manajemen. Biaya-biaya ini termasuk biaya penyiapan lahan untuk

    pabrik, biaya penanganan dan penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan,

    dan biaya fungsionalitas;

    c) Estimasi awal biaya restorasi ke lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul

    ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut

    selama periode tertentu bukan untuk menghasilkan persediaan.

    Biaya-biaya berikut ini bukan merupakan biaya perolehan aset tetap dan harus

    diakui sebagai beban ketika terjadi:

    a. Biaya pembukaan fasilitas baru;

    b. Biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya aktivitas iklan

    dan promosi);

    c. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan

    baru (termasuk biaya pelatihan staf);

    d. Biaya administrasi dan overhead umum lainnya.

    2.14.2 Pengukuran Aset

    Pengakuan setelah pengakuan awal, entitas harus mengukur seluruh aset tetap

    setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan dan

    akumulasi kerugian penurunan nilai. Entitas harus mengakui biaya pemeliharaan dan

    reparasi sehari-hari (cost of day-to-day servicing) dari aset tetap sebagai beban dalam

    laporan laba rugi pada periode terjadinya.

    Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak

    diperkenankan karena SAK ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya

    perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin

    dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus

    menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam

    penyajian aset tetap serta pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap gambaran

    keuangan entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap diakui

    dalam ekuitas dengan nama “Surplus Revaluasi Aset Tetap”.

    Surplus revaluasi aset tetap dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke

    saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi

    pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset

  • 32

    tersebut. Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan

    dengan penggunaan aset oleh entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang

    dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan

    berdasarkan nilai revaluasi aset dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya

    perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak dilakukan

    melalui laporan laba rugi.

    2.15 Kewajiban

    2.15.1 Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban Penghasilan Pajak

    SAK ETAP mengatur pajak penghasilan termasuk seluruh pajak domestik dan

    luar negeri sebagai dasar penghasilan kena pajak. Pajak penghasilan juga termasuk

    pajak, misalnya pemungutan dan pemotongan pajak, yang terutang oleh entitas anak,

    entitas asosiasi atau joint venture atas distribusi ke entitas pelapor.

    Pengakuan dan pengukuran atas pajak penghasikan dimana entitas harus

    mengakui kewajiban atas seluruh pajak penghasilan periode berjalan dan periode

    sebelumnya yang belum dibayar. Jika jumlah yang telah dibayar untuk periode

    berjalan dan periode sebelumnya melebihi jumlah yang terutang pada periode

    tersebut, entitas harus mengakui kelebihan tersebut sebagai aset.

    2.16 Pendapatan

    2.16.1 Pengakuan Pendapatan

    Pendapatan menurut SAK ETAP merupakan akibat dari transaksi atau kejadian

    berikut:

    a. Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau

    dibeli untuk dijual kembali);

    b. Pemberian jasa;

    c. Kontrak konstruksi;

    d. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti atau

    dividen.

  • 33

    Pendapatan atau penghasilan lain yang muncul dari beberapa transaksi dan

    kejadian lain berikut ini diatur dalam bab buku SAK ETAP:

    a. Perjanjian sewa (bab 17);

    b. Dividen yang timbul dari investasi yang dihitung dengan menggunakan metode

    ekuitas (bab 12);

    c. Perubahan nilai wajar investasi pada efek tertentu atau pelepasannya (bab 10).

    2.16.2 Pengukuran Pendapatan

    Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran

    yang diterima atau masih harus diterima (SAK ETAP 20.3). Entitas harus

    memasukkan dalam pendapatan manfaat ekonomi yang diterima atau masih harus

    diterima secara bruto dan mengeluarkan dari pendapatan sejumlah nilai yang menjadi

    bagian pihak ketiga seperti pajak. Dalam hubungan keagenan, entitas memasukkan

    dalam pendapatan hanya sebesar jumlah komisi, sedangkan jumlah yang diperoleh

    atas nama pihak prinsipal bukan merupakan pendapatan.

    2.16.3 Pengungkapan Pendapatan

    Mengacu kepada (SAK ETAP 20.28), entitas harus mengungkapkan hal-hal

    yang berkaitan dengan pendapatan diantaranya:

    a. Kebijakan akuntansi yang diterapkan sebagai dasar pengakuan pendapatan,

    termasuk metode yang diterapkan untuk menentukan tingkat penyelesaian

    transaksi yang melibatkan penyediaan jasa.

    b. Jumlah setiap kategori pendapatan yang diakui selama periode, termasuk

    pendapatan yang timbul dari penyediaan jasa, bunga dan jenis pendapatan

    signifikan lainnya.

    2.17 Beban

    2.17.1 Pengakuan Beban

    Menurut SAK ETAP, beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan

    manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau

    peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Weygandt (2011)

    mengatakan aturan sederhana dalam akuntansi saat mengakui beban yaitu: “let the

  • 34

    expenses follow the revenues” (2011:97). Dapat disimpulkan bahwa pengakuan

    beban mengikuti saat pengakuan pendapatan.

    2.17.2 Pengungkapan Beban

    Menurut SAK ETAP, entitas dapat menyajikan suatu analisis beban

    berdasarkan sifat dan fungsi beban. Dalam menganalisis beban berdasarkan

    fungsinya, entitas perlu mengungkapkan informasi tambahan berdasarkan sifat

    beban, termasuk beban penyusutan dan amortisasi, serta beban imbalan kerja.

    2.18 Penelitian Terdahulu

    a) Francis Aboagye Otchere, 2012, melakukan penelitian berjudul “The

    International Financial Reporting Standard for Small and Medium‐sized

    Entities (IFRS for SMES): Suitability for small businesses in Ghana".

    Ditemukan bahwa usaha kecil di Ghana telah membatasi struktur

    internasional dan kegiatan yang tidak menghasilkan kebutuhan informasi

    pelaporan keuangan yang sebanding internasional . Usaha kecil juga tidak

    menerima permintaan untuk memberikan informasi tersebut . Secara total ,

    19 dari 27 isu yang dibahas oleh Standard dan dinilai dalam penelitian ini

    ditemukan tidak relevan untuk usaha kecil di Ghana . Ukuran , bentuk

    hukum dan jumlah pemilik mempengaruhi kesesuaian Standar untuk usaha

    kecil di Ghana.

    b) Helen Samujh, S.Susela Devi, 2015, melakukan penelitian berjudul

    “Implementing IFRS for SME’s: Challenges for Developing Economics”.

    Ditemukan bahwa adopsi tanpa modifikasi atau pengecualian akan

    memberikan beberapa manfaat bagi UKM di negara ekonomi berkembang;

    melainkan akan memberatkan pengusaha dan pantas untuk mencapai

    nasional target pertumbuhan ekonomi. Pengenaan IFRS untuk UKM

    mungkin secara tidak sengaja mengakibatkan berkurangnya kegiatan

    kewirausahaan dalam menanggapi persyaratan pelaporan keuangan berat.

    c) Jevon Tanugraha, 2012, melakukan penelitian berjudul “Evaluasi

    Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

    Publik Pada PT TDMN”. Karena pentingnya laporan keuangan maka

    laporan keuangan disusun menurut prinsip akuntansi yang wajar dan

  • 35

    diterima secara umum dengan kondisi sebenarnya dari perusahaan.

    Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi pelaksanaan SAK ETAP pada

    PT TDMN dengan mencocokkan laporan keuangan PT TDMN dengan

    prinsip-prinsip SAK ETAP. Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan

    bahwa laporan keuangan PT TDMN sesuai dengan SAK ETAP.

    d) Lilya Andriani, 2014, melakukan penelitian berjudul “Analisis Penerapan

    Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil

    Menengah (UMKM) (Sebuah Studi Interpretatif Pada Peggy Salon)”.

    Dapat disimpulkan bahwa meskipun salon Peggy ini telah lama berdiri,

    memiliki organisasi serta aktivitas bisnis yang memadai, namun belum

    dapat menerapkan SAK ETAP dengan baik, system pencatatan yang

    dilakukan secara manual dan sederhana, kurangnya pemahaman dan

    kedisiplinan, serta kurangnya pengawasan dari stakeholder. Setelah

    dilakukan penelitian.

    e) Mekar Sari Rahayu Wilujeng, 2013, melakukan penelitian dengan judul

    “Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas

    Publik (SAK ETAP) Pada Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Distro

    Lollypop Surabaya”. Pada penelitian ini sebelumnya perusahaan

    menggunakan pelaporan yang sederhana dan praktis serta tidak ada standar

    yang menjadi pedoman, kemudian setelah diadakan penelitian ini yang

    bertujuan untuk mengetahui proses pencatatan transaksi dapat memberikan

    dampak dengan adanya penerapan SAK ETAP yang lebih memudahkan,

    memahami dan dimengerti oleh pengguna laporan keuangan.

    f) Nanda Murnianty, 2014, melakukan penelitian dengan judul “Analisis

    Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntanbilitas Publik

    (SAK ETAP) pada Koperasi Karyawan Sei Galuh di Kecamatan Tapung”.

    Terdapat kesimpulan bahwa sebelumnya koperasi ini belum mengetahui

    mengenai SAK ETAP karena masih banyak hal yang tidak diatur secara

    spesifik dalam SAK ETAP masih mengacu pada PSAK no 27, serta

    laporan keuangan yang dibuat belum secara penuh. Kemudian dengan

    adanya penelitian ini memberikan dampak bagi pemilik koperasi untuk

    memulai menyajikan laporan keuangannya sesuai standar SAK ETAP.

    g) Pratiwi Sariningtyas, W Tituk Diah, 2011, melakukan penelitian dengan

    judul “Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik

  • 36

    pada Usaha Kecil dan Menengah”. Diketahui bahwa UKM masih

    menghadapi berbagai masalah sebagian karena pendidikan rendah,

    kurangnya pemahaman teknologi dan informasi dan kurangnya

    karakteristik keandalan laporan keuangan. Kemudian pemerintah

    menerbitkan standar terbaru yaitu SAK ETAP yang harus diikuti oleh

    UKM, dengan adanya standar ini pemilik dapat mengetahui manfaat,

    tambahan modal dan keseimbangan hak dan kewajiban yang harus

    dipenuhi.

    2.19 Fishbone Diagram

    2.19.1 Laporan Laba Rugi

    Gambar 2.2 Fishbone Diagram – Laporan Laba Rugi

  • 37

    2.19.2 Neraca

    Gambar 2.3 Fishbone Diagram – Neraca

  • 38