BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi...9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi...9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi...
-
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi pada dasarnya berhubungan dengan informasi keuangan secara
kuantitatif yang berguna untuk mengambil keputusan. Semakin profesional akuntan
dalam proses pembuatan laporan keuangan atau siklus akuntansinya, maka akan
semakin baik juga keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen untuk
kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Akuntansi menyediakan cara-cara untuk mengumpulkan dan melaporkan data
ekonomis kepada bermacam-macam pihak yang membutuhkan. Pemilik dan calon
pemilik dapat mengetahui bagaimana posisi keuangan dan prospek perusahaan di
masa yang akan datang. Pihak bank atau pemberi kredit dapat menilai kemampuan
perusahaan dalam beroperasi yang pada gilirannya mempertimbangkan risiko yang
mungkin terjadi sebelum peminjaman. Badan pemerintah berkepentingan terhadap
kegiatan perusahaan dalam kaitannya dengan penyusunan peraturan pemerintah,
misalnya peraturan perpajakan.
Menurut Harahap (2011:5) akuntansi adalah proses mengidentifikasikan,
mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam
hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para
pemakainya. Akuntansi adalah bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat
memberikan infromasi tentang kondisi keuangan (ekonomi) berupa posisi keuangan
terutama dalam jumlah kekayaan, utang dan modal dari suatu bisnis.
Menurut Samryn (2011:3) pengertian akuntansi adalah suatu sistem informasi
yang digunakan untuk mengubah data dari transaksi menjadi informasi keuangan.
Proses akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi, mencatat dan menafsirkan,
mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari sebuah organisasi kepada pemakai
informasi keuangan. Semua proses tersebut diselenggarakan secara tertulis dan
berdasarkan bukti transaksi yang juga harus tertulis.
Menurut Weygant, Kieso dan Kimmel (2011) adalah suatu sistem informasi
yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari
-
10
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki kepentingan. Dan akuntansi terdapat
tiga aktivitas utama diantaranya:
a) Aktivitas identifikasi yaitu mengidentifikasikan transaksi-transaksi
yang terjadi dalam perusahaan.
b) Aktivitas pencatatan yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mencatat
transaksi-transaksi yang telah diidentifikasi secara kronologis dan
sistematis.
c) Aktivitas komunikasi yaitu aktivitas untuk mengkomunikasikan
informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan kepada para
pemakai laporan keuangan atau pihak yang berkepentingan baik
internal perusahaan maupun eksternal perusahaan.
Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa akuntansi adalah sarana untuk
memberikan informasi ekonomi suatu jenis usaha yang bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan menggunakan laporan keuangan
perusahaan misalnya bank, pemegang saham, dan lain-lain. Selain itu, akuntansi juga
berfungsi untuk menghitung berbagai arus kas masuk maupun keluar yang dilakukan
oleh suatu jenis usaha dan hasilnya akan dibuat suatu pembukuan agar dapat dilihat
apakah suatu perusahaan tersebut mengalami keuntungan atau kerugian.
2.2 Proses Akuntansi
Proses akuntansi yang dijelaskan oleh Kieso, et.all (2011:86) dalam bukunya
yang berjudul Intermediate Accounting bahwa terdapat 9 (sembilan) proses akuntansi
atau dapat disebut juga siklus akuntansi karena dilakukan berulang dengan tahapan
yang sama dan harus dilakukan oleh setiap entitas dalam mempersiapkan laporan
keuangan.
Berikut gambar dari proses akuntansi yang harus dilakukan dalam menyiapkan
laporan keuangan:
-
11
Gambar 2.1 Proses Akuntansi
Sumber:
Kieso Weygandt (2011:86)
2.3 Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan usaha
yang dijalankan apakah menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat
atau tidak, dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, baik itu pihak internal maupun pihak eksternal.
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan usaha
yang dijalankan apakah menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat
atau tidak, dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pihak eksternal.
Transactions
1. Journalization
6. Prepae
Financial
Statements
7. Closing entries
8. Post-closing
trial balance
9. Reversing
entries
3. Trial balance
2. Posting to Ledger
5. Adjusted trial balance
4. Adjustment Work
Sheet
-
12
Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012:2) tentang Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen
industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”
Menurut PSAK No.1 (2009), mengungkapkan bahwa “Dalam rangka
mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban
termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”.
2.4 Bentuk Hukum Badan Usaha
Menurut Mulhadi (2010), badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis
dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan usaha tidak sama
dengan perusahaan. Badan usaha adalah lembaga sedangkan perusahaan adalah
tempat dimana badan usaha mengelola faktor-faktor produksi. Ada berbagai jenis
bentuk hukum badan usaha, yaitu badan usaha milik swasta dan badan usaha milik
negara. Badan usaha milik swasta terdiri dari:
1. Perusahaan perorangan
Perusahaan ini dimiliki oleh perseorangan. Modalnya milik pribadi, baik
aset pribadi maupun pinjaman dengan tanggung jawab pribadi. Perusahaan
ini berbentuk sederhana, tetapi bukan berarti digolongkan ke dalam
perusahaan kecil. Perusahaan ini dipimpin langsung oleh pemiliknya dan
keuntungan menjadi keuntungan pemilik. Segala resiko atau kerugian
menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh pemilik.
2. Perseroan firma (FA)
Perusahaan yang didirikan oleh beberapa orang ini menjalankan usahanya
dengan cara menggabungkan modal dan tenaga. Proses pendirian badan
-
13
usaha ini dilakukan di depan notaris sehingga terdapat akta pendirian
perusahaan. Pemilik firma biasanya saling mengenal satu sama lain, maju
mundurnya firma ditentukan oleh keputusan dan kinerja bersama.
Berdirinya usaha berbentuk firma dapat berakhir apabila salah satu pendiri
atau pemiliknya meninggal dunia.
3. Perseroan Terbatas (PT)
PT biasanya didirikan oleh beberapa orang pendiri. Masing-masing pemilik
memiliki tanggung jawabnya yang terbatas. Tanggung jawab mereka sesuai
dengan banyaknya saham yang mereka miliki masing-masing individu
pemilik. PT yang didirikan di depan notaris dapat digolongkan sebagai
badan hukum, dan akta notaris tersebut dilaporkan ke Departemen
Kehakiman untuk disahkan dan diumumkan dalam berita Negara.
Sedangkan menurut Samryn (2011:17), Perseroan Terbatas merupakan
badan usaha yang lebih formal yang pembentukan dan operasinya terakhir
diatur dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 40 Tahun 2007. Dalam
praktiknya bentuk badan usaha ini juga masih terbagi tiga kategori sebagai
berikut:
a. PT Tertutup
Perusahaan ini berbadan hukum PT, tetapi saham-sahamnya dimiliki
secara terbatas oleh orang-orang atau badan hukum yang namanya
tercantum dalam akta pendirian perusahaan. Perusahaan ini tidak
menjual sahamnya kepada masyarakat luas.
b. PT Terbuka
Dari segi hukum perusahaan ini sama dengan PT Tertutup. Tetapi
perusahaan terbuka memiliki izin-izin tambahan dari Bursa Efek untuk
menjual sahamnya kepada masyarakat luas dan memperdagangkannya
di bursa efek. Dalam laporan keuangannya, perusahaan ini
mencantumkan namanya dengan akhiran Tbk.
c. PT Persero
Antara perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas terdapat PT
Persero. Perusahaan-perusahaan ini merupakan perusahaan milik
negara. PT Persero dapat menjadi PT Terbuka dan dapat juga menjadi
PT Tertutup.
-
14
4. Persekutuan komanditer (CV)
Perusahaan Komanditer atau CV merupakan perusahaan yang didirikan
oleh beberapa orang yang terdiri atas peserta yang memiliki tanggung
jawab terbatas dan peserta yang memiliki tanggung jawab tak terbatas.
5. Yayasan
Yayasan adalah bentuk usaha yang bergerak di bidang yang bersifat sosial.
Pendiri yayasan tidak mempunyai hak atas kekayaan dari yayasan.
Menurut Samryn (2011:18), yayasan harus menyelenggarakan akuntansi
untuk modal saham dan dividen yang dibagikan kepada para pemegang
saham. Praktik usaha seperti ini sangat memerlukan informasi keuangan
yang akurat karena yang berkepentingan terhadap informasi bukan hanya
pemilik, tetapi juga manajemen yang mendapat kepercayaan untuk
mengelola bisnis yang bersangkutan.
2.5 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
1) Usaha Mikro
Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
2) Usaha Kecil
Menurut pasal 1 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini.
3) Usaha Menengah
Menurut pasal 1 ayat (3) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah bahwa usaha menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau
-
15
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
2.6 Standar Akuntansi Keuangan
Menurut SAK ETAP (2009), Standar Akuntansi Keuangan adalah pernyataan
dan interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntansi Indonesia.
Standar akuntansi tersebut berguna sebagai pedoman atau acuan dalam
penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan entitas menjadi lebih
seragam dengan standar akuntansi yang berlaku
Terdapat dua badan utama penyusun standar akuntansi yang berlaku di seluruh
belahan dunia yaitu International Accounting Standard Boards (IASB) dan Financial
Accounting Standard Boards (FASB). Dimana IASB menerbitkan standar akuntansi
keuangan yang bernama International Financial Reporting Standards (IFRS),
sedangkan FASB menerbitkan standar akuntansi yang berlaku umum bernama
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).
Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terus melakukan revisi terhadap
Standar Akuntansi Keuangan dengan melakukan proses konvergensi (convergence)
sesuai dengan IFRS. Dari hasil proses tersebut, maka pada Juli 2009, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) menghasilkan empat pilar Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal
dengan empat pilar yang terdiri dari:
a. Standar Akuntansi Keuangan (SAK Umum)
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Umum adalah standar akuntansi
keuangan yang dikonvergensi ke IFRS. SAK Umum ini berlaku untuk
perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik dimana perusahaan
tersebut tercatat di pasar modal.
b. Standar Akuntansi Keuangan ETAP (SAK ETAP)
SAK ETAP ini akan membantu menyediakan pelaporan keuangan yang
relevan dan andal dengan standar akuntansi yang lebih sederhana
dibandingkan dengan SAK berbasis IFRS yang digunakan oleh SAK
-
16
Umum. SAK ETAP dapat digunakan oleh perusahaan yang tidak
memiliki akuntabilitas publik.
c. Standar Akuntansi Syariah
Standar Akuntansi Syariah berlaku untuk entitas yang melakukan
transaksi bisnis berbasis syariah. Standar Akuntansi Syariah didukung
oleh tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa
Arab.
Dengan adanya standar ini diharapkan dapat membantu dan mendukung
industri keuangan syariah menjadi semakin berkembang di Indonesia.
d. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Menurut Dwi Martani, dkk (2012:16), Standar Akuntansi Pemerintah
adalah standar akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan instansi pemerintah baik daerah maupun pusat.
2.7 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) yaitu sebuah standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang entitas
tanpa akuntabilitas publik.
Entitas tanpa akuntabilitas publik yaitu sebuah entitas yang tidak mempunyai
akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose) bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelola usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Berdasarkan SAK ETAP (IAI 2009, h.1, par. 1.1), entitas yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan yaitu sebuah entitas yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator
lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek,
dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
-
17
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas yang berwenang membuat regulasi mengizinkan
penggunaan SAK ETAP untuk pembuatan laporan keuangannya. SAK ETAP
diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1
Januari 2011. Penerapan lebih cepat diperkenankan. Jika hal itu dilakukan
perusahaan, makan entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan
keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010 (SAK ETAP 2009:166).
2.8 Latar Belakang dan Manfaat SAK ETAP
Tidak hanya memberikan solusi atau jawaban dari persoalan mengenai
standar pembuatan laporan keuangan di UKM ataupun tujuan mengenai kesiapan
untuk standar pelaporan internasional ketika go public, tetapi ada manfaat yang
dapat diraih dengan penggunaan SAK ETAP. Manfaat utama adalah pembiayaan
yang lebih rendah dan penggunaan yang lebih sederhana, namun meskipun
sederhana tapi hasil perhitungannya tetap dapat diandalkan, mudah diterapkan dan
dapat diaudit. Bila dibandingkan dengan penggunaan PSAK Umum yang dinilai
lebih kompleks dan membutuhkan banyak opini dari auditor atau professional
judgement. Disamping itu, entitas akan lebih terampil lagi dalam mempersiapkan
laporan keuangannya yang lebih akurat, memberikan informasi keuangan yang tepat
dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia.
2.9 Perbandingan SAK UMUM dengan SAK ETAP
Tabel 2.1
Perbandingan PSAK dengan SAK ETAP
No. Elemen SAK UMUM SAK ETAP
1
Penyajian
Laporan
Keuangan
a. Laporan posisi keuangan
b. Informasi yang disajikan
dalam laporan posisi keuangan
c. Pembedaan aset lancar
dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek
Sama dengan PSAK, kecuali
informasi yang disajikan
dalam neraca, yang
menghilangkan pos:
a. Aset keuangan
b. Properti investasi yang
diukur pada nilai wajar
-
18
dan jangka panjang
d. Aset lancar
e. Liabilitas jangka pendek
f. Informasi yang disajikan
dalam laporan posisi
keuangan atau catatn atas
laporan keuangan
c. Aset biolojik yang diukur
pada biaya perolehan dan
nilai wajar
d. Kewajiban berbunga
jangak panjang
e. Aset dan kewajiban pajak
tangguhan
f. Kepentingan non
pengendalian
2 Laporan Laba
Rugi
Laporan laba rugi
komprehensif
a. Informasi yang disajikan
dalam Laporan Laba Rugi
Komprehensif
b. Laba rugi selama periode
c. Pendapatan komprehensif
lain selama periode
d. Informasi yang disajikan
dalam laporan laba rugi
komprehensif atau catatan
atas laporan keuangan.
Tidak sama dengan PSAK
yang menggunakan istilah laporan laba rugi
komprehensif, SAK ETAP
menggunakan istilah
Laporan Laba Rugi.
3
Penyajian
Perubahan
Ekuitas
Sama dengan PSAK, kecuali
untuk beberapa hal yang
terkait dengan pendapatan
komprehensif lain.
4
Catatan atas
Laporan
Keuangan
a. Catatan atas laporan
keuangan
b. Struktur
c. Pengungkapan kebijakan akuntansi
d. Sumber estimasi
ketidakpastian
e. Modal
f. Pengungkapan lain
Sama dengan PSAK, kecuali
pengungkapan modal.
5 Laporan Arus
Kas
a. Arus kas aktivitas
operasi: metode
langsung dan tidak
langsung.
b. Arus kas aktivitas
investasi
c. Arus kas aktivitas
pendanaan
d. Arus kas mata uang
Sama dengan PSAK,
kecuali:
a. Arus kas aktivitas
operasi: metode tidak
langsung.
b. Arus kas mata uang
asing tidak diatur
-
19
asing
e. Arus kas bunga dan
dividen, pajak penghasilan dan
transaksi non kas
6
Laporan
Keuangan
Konsolidasi dan terpisah
a. Persyaratan penyajian
laporan keuangan
konsolidasi
b. Entitas bertujuan khusus
c. Prosedur konsolidasi
d. Laporan keuangan tersendiri
e. Laporan keuangan
gabungan
Tidak diatur.
(Bab 12)
7
Kebijakan
akuntansi,
estimasi dan
kesalahan
PSAK 25 (Laba atau Rugi Bersih untuk periode
berjalan, kesalahan mendsar
dan perubahan kebijakan akuntansi)
a. Laba atau rugi bersih
untuk periode berjalan
b. Kesalahan mendasar
c. Perubahan kebijakan
akuntansi
d. Pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi
e. Konsistensi dan
perubahan kebijakan akuntansi
f. Perubahan estimasi
akuntansi
g. Kesalahan
h. Pos luar biasa
i. Laba atau rugi dari
aktivitas
j. Operasi yang tidak
dilanjutkan
k. Perubahan estimasi
akuntansi
l. Penerapan suatu standar akuntansi keuangan
m. Perubahan kebijakan
akuntansi
n. Perubahan kebijakan
SAK ETAP sudah maju satu
langkah dibandingkan
PSAK (tidak ada “kesalahan mendasar” dan “laba atau
rugi luar biasa”).
-
20
akuntansi yang lain
8 Instrumen
Keuangan Dasar
a. Ruang lingkup: aset dan
kewajiban keuangan
b. Instrumen keuangan dasar
c. Diklasifikasikan pada
nilai wajar melalui
laporan laba rugi,
dimiliki hingga jatuh
tempo, tersedia untuk
dijual, pinjaman dan pinjaman yang diberikan
d. Impairment
menggunakan incurred loss concept
e. Derecognition
f. Hedging dan derivatif
g. Ruang lingkup: investasi
pada efek tertentu
h. Klasifikasi trading, held
to maturity, dan
available for sale
PSAK 50 tahun 1998.
9 Persediaan
a. Pengukuran persediaan
b. Biaya persediaan
c. Biaya pembelian
d. Biaya konversi
e. Biaya lain-lain
f. Biaya persediaan pemberian jasa
g. Teknik pengukuran
biaya
h. Rumus biaya
i. Nilai realisasi bersih
j. Pengakuan sebagai
beban
k. Pengungkapan
Sama dengan PSAK.
10
Investasi pada
perusahaan
asosiasi dan
entitas anak
a. Ruang lingkup: entitas
asosiasi
b. Metode akuntansi
c. Metode biaya
d. Metode ekuitas
e. Model nilai wajar
a. Entitas asosiasi: metode
biaya
b. Entitas anak: metode
ekuitas
-
21
(PSAK 15)
f. Ruang lingkup: entitas
asosiasi dan entitas anak
g. Metode akuntansi
11
Investasi pada
perusahaan
asosiasi dan
entitas anak
a. Jointly controlled
operation, aset dan entiti
b. Metode akuntansi
c. Metode konsolidasi
proporsional
d. Metode ekuitas
e. Model nilai wajar (PSAK 12)
Sama dengan PSAK kecuali metode akuntansi hanya
menggunakan metode biaya.
12 Properti Investasi
a. Metode akuntansi
b. Model nilai wajar
c. Model biaya
Metode akuntansi: model
biaya.
13 Aset tetap
a. Menggunakan
pendekatan komponenisasi
b. Pengukuran
menggunakan model biaya atau model
revaluasi
c. Pengukuran biaya
perolehan
d. Pengakuan pengeluaran
selanjutnya
e. Penyusutan
f. Tidak perlu review nilai
residu, metode penyusutan dan umur
manfaat setiap akhir
periode pelaporan, tetapi jika ada indikasi
perubahan saja
Sama dengan PSAK kecuali:
a. Tidak menggunakan
pendekatan
komponensasi
b. Revaluasi diijinkan jika
dilakukan berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Hal ini mengacu kepada
PSAK 16 tahun 1994
c. Tidak perlu review nilai residu
14 Aset tidak
berwujud
a. Prinsip umum untuk
pengakuan
b. Pengakuan awal,
pengakuan selanjutnya
c. Amortisasi selama umur
manfaat atau 10 tahun
d. Penurunan nilai
menggunakan metode
pembelian
Sama dengan PSAK, kecuali
aset tidak berwujud yang
diperoleh dari
penggabungan usaha.
-
22
e. Goodwill diamortisasi 5
atau 20 tahun dengan
justifikasi manajemen
15 Sewa
a. Mengatur perjanjian
yang mengandung sewa
b. Klarifikasi bersifat
principle based
c. Laporan keuangan leesee dan lessor
a. Klarifikasi sewa: kombinasi IFRS for
SME’s dan SFAS 13.
b. Laporan keuangan leesse
dan leesor menggunakan
metode akuntansi sewa
guna usaha pada PSAK
30 tahun 1990.
16 Ekuitas
a. Penjelasan
b. Akuntansi ekuitas untuk
badan usaha bukan PT
c. Akuntansi ekuitas untuk
badan usaha PT
d. Reorganisasi
e. Selisih penilaian kembali
Sama dengan PSAK kecuali:
a. Reorganisasi
b. Selisih penilaian kembali
17 Pendapatan
a. Penjualan barang
b. Penjualan jasa
c. Kontrak konstruksi
d. Bunga, dividen dan
royalti
e. Lampiran kasus
pengakuan pendapatan
(PSAK 23)
Sama dengan PSAK.
18 Biaya pinjaman
a. Komponen biaya
pinjaman
b. Pengakuan dan
kapitalisasi biaya
pinjaman
Biaya pinjaman langsung
dibebankan.
-
23
19 Penurunan nilai
aset
a. Penurunan nilai
persediaan
b. Penurunan nilai non-persediaan
c. Penurunan nilai goodwill
Sama dengan PSAK,
kecuali:
a. Ruang lingkup yang
meliputi semua jenis aset
b. Tidak mengatur penurunan nilai goodwill
c. ada tambahan penurunan
nilai untuk pinjaman
yang diberikan dan
piutang yang
menggunakan PSAK 31:
Akuntansi Perbankan pargaraf 16 dan 17.
20 Imbalan kerja
a. Imbalan kerja
jangka pendek
b. Imbalan pasca kerja, untuk manfaat pasti
menggunakan Projected
Credit Unit (PUC)
c. Imbalan jangka
panjang lainnya
d. Pesangon
pemutusan kerja
Sama dengan PSAK, kecuali
untuk manfaat pasti menggunakan PUC dan jika
tidak bisa, menggunakan
metode yang
disederhanakan.
21 Pajak penghasilan
a. Menggunakan deffered
tax concept
b. Pengakuan dan
pengukuran pajak kini
c. Pengakuan dan
pengukuran pajak kini
d. Pengakuan dan
pengukuran pajak
tangguhan
e. Menggunakan tax payable concept
Tidak ada pengakuan dan
pengukuran pajak
tangguhan
22 Mata uang pelaporan
a. Mata uang pencatatan
dan pelaporan
b. Mata uang fungsional
c. Penentuan saldo awal
d. Penyajian komparatif
e. Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan
Sama dengan PSAK, mata
uang pelaporan
a. Mata uang fungsional
b. Pelaporan transaksi mata
uanga asing dalam mata
uang fungsional
c. Perubahan mata uang
fungsional (pada
prinsipnya sama)
-
24
Sumber:
Ikatan Akuntan Indonesia (2009)
23
Peristiwa setelah
akhir periode
pelaporan
a. Peristiwa yang
memerlukan
penyesuaian
b. Peristiwa yang tidak
memerlukan
penyesuaian
Sama dengan PSAK.
24
Pengungkapan
pihak-pihak yang
mempunyai
hubungan
istimewa
a. Pengertian pihak-pihak
yang memiliki hubungan
istimewa
b. Pengungkapan
Sama dengan PSAK 7.
25 Aktivitas khusus
a. Akuntansi perkoperasian
b. Akuntansi minyak dan
gas bumi
c. Akuntansi pertambangan umum
d. Akuntansi perusahaan
efek
e. Akuntansi reksa dana
f. Akuntansi perbankan
dan asuransi
Tidak diatur.
26 Ketentuan transisi
a. Retrospektif atau
prospektif (jika tidak
praktis) yang diterapkan
secara prospective catch
up (dampak ke saldo
laba)
b. Perpindahan dari dan ke
SAK ETAP
27 Tanggal efektif
Berlaku efektif untuk
laporan keuangan yang dimulai pada tanggal 1
Januari 2011, dan penerapan
dini 1 Januari 2010.
-
25
2.10 Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP
Menurut SAK ETAP (IAI 2009:2) menyatakan tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus
kas suatu badan usaha yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat
meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu.
2.10.1 Komponen Laporan Keuangan SAK ETAP
Berdasarkan SAK ETAP (2009:17, par.3.12), laporan keuangan entitas
terbagi menjadi 5 (lima) komponen yang terdiri dari:
A. Neraca
Menurut SAK ETAP (2009:19), neraca merupakan laporan keuangan
yang menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada
suatu tanggal tertentu atau pada akhir periode pelaporan. Sedangkan
menurut Samryn (2011:31) mengatakan bahwa:
“Neraca merupakan suatu laporan yang menggambarkan posisi
keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu yang terdiri dari aktiva,
kewajiban dan ekuitas.”
Berdasarkan SAK ETAP (IAI 2009:19, par.4.2), neraca minimal
mencakup pos-pos yang disajikan sebagai berikut:
a. Kas dan setara kas;
b. Piutang usaha dan piutang lainnya;
c. Persediaan;
d. Properti investasi;
e. Aset tetap;
f. Aset tidak berwujud;
g. Utang usaha dan utang lainnya;
h. Aset dan kewajiban pajak;
i. Kewajiban estimasi;
j. Ekuitas.
B. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menguraikan ringkasan dari pendapatan dan beban
yang diperoleh oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu,
seperti satu bulan atau satu tahun. Laporan laba rugi dapat
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
ataupun kerugian yang didapatkan dalam suatu periode.
-
26
Menurut SAK ETAP (2009:23), laporan laba rugi merupakan laporan
kinerja keuangan entitas selama periode tersebut.
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan;
b. Beban keuangan;
c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode
ekuitas;
d. Beban pajak;
e. Laba atau rugi neto.
C. Laporan Arus Kas
merupakan rangkuman atau ringkasan dari penerimaan dan pembayaran
kas untuk periode waktu tertentu, seperti satu bulan atau satu tahun.
Menurut SAK ETAP (2009:28), laporan arus kas merupakan laporan
yang menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas
entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi
selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Tiga aktivitas utama dalam cash flow adalah:
a. Aktivitas operasional
Arus kas yang terjadi pada aktivitas operasional adalah aktivitas
yang berasal dari penghasil utama pendapatan entitas. Arus kas
tersebut pada umumnya berasal dari transaksi, peristiwa dan
kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba rugi. (SAK ETAP
2009:28).
Contoh arus kas dari aktivitas investasi:
i. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;
ii. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;
iii. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
iv. Pembayaran kas atau restitusi pajak;
v. Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan
kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, ang
sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual
kembali.
b. Aktivitas investasi
Arus kas dari investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan
dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan. (SAK ETAP 2009:29).
Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
-
27
i. Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap, aset tidak
berwujud dan aset jangka panjang lainnya;
ii. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud
dan aset jangka panjang lainnya;
iii. Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utan
entitas lain dan bunga dalam joint venture.
iv. Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utang dari
entitas lain dan bunga dari joint venture.
v. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain;
vi. Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan
pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.
c. Aktivitas pendanaan
Menurut SAK ETAP 7.6, aktivitas pendanaan merupakan cara
untuk mendistribusikan, menarik dan mendapatkan dana untuk
aktivitas bisnis.
Contohnya, penerimaan kas dari penerbitan sahan atau efek ekuitas
lain, pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik
atau menembus saham entitas dan lain-lain.
D. Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut SAK ETAP 6.3, entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas
yang menunjukkan:
a. Laba atau rugi untuk periode.
b) Pendapatan dan beban yang diakuin langsung dalam ekuitas.
c) Untuk setiap komponen, ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai SAK ETAP.
d) Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah
tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah
perubahan yang berasal dari:
1) Laba atau rugi
2) Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
3) Jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik
ekuitas, yang menunjukan secara terpisah modal saham,
transaksi saham treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke
pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak
yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.
E. Catatan atas Laporan Keuangan
Merupakan penjelasan dari laporan keuangan atas neraca, laba rugi
perubahan modal dan arus kas perusahaan serta informasi yang
berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan.
-
28
Menurut SAK ETAP 8.2, catatan atas laporan keuangan harus dan
kebijakan akuntansi tertentu, menyajikan informasi tentang dasar
penyusunan laporan keuanganmengungkapkan informasi yang
disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan
keuangan dan memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan
dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan
keuangan.
2.111 Ketentuan Transisi SAK ETAP
Berdasarkan SAK ETAP 29, ketentuan transisi bagi entitas yang akan
menerapkan SAK ETAP adalah:
29.1 Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah
menyusun laporan keuangan maka:
a) Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan
dalam SAK ETAP.
b) Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP
tidak mengijinkan pengakuan tersebut
c) Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset,
kewajiban atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan
sebelumnya, tetapi merupakan jenis aset, kewajiban atau komponen
ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP
d) Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban
yang diakui.
2.12 Prinsip Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
Pengakuan dalam laporan keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam
SAK ETAP (2009:12)
1. Pengakuan Aset
Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di
masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai
atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam
neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang
tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan
-
29
berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan
beban dalam laporan laba rugi.
2. Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan
dapat diukur dengan andal.
3. Pengakuan Penghasilan
Merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Beban
diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban
telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
4. Pengakuan Beban
Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diakui secara andal.
2.13 Unsur-Unsur Penyajian Laporan Keuangan
Menurut (SAK ETAP 2009:9-13) terdapat 3 (tiga) hal yang berkaitan dengan
unsur-unsur laporan keuangan, diantaranya:
1. Pengakuan (Recognition)
Pengakuan (recognition) adalah merupakan proses pembentukan suatu pos
dalam neraca atau laporan rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
-
30
2. Pengukuran (Measurement)
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas
untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan
keuangan.
Menurut Weygandt et al (2011), IFRS mengakui 2 prinsip pengukuran yaitu
prinsip biaya (cost principle) dan prinsip nilai wajar (fair value principle).
Prinsip biaya menyebutkan bahwa perusahaan mencatat nilai transaksi
sebesar biaya atau harga perolehannya. Sedangkan, prinsip nilai wajar
menyatakan nilai transaksi harus dilaporkan atau disajikan berdasarkan nilai
wajar (harga yang diterima atas penjualan atau pelunasan).
3. Pengungkapan dan Penyajian (Disclosure)
Adalah pendekatan yang melewatkan ayat jurnal dan hanya bersandar pada
catatan atas laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pengguna.
2.14 Aset
2.14.1 Pengakuan Aset
Pengakuan aset menurut SAK ETAP 2.34 adalah:
(a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
(b) Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
Entitas harus menerapkan kriteria pengakuan dalam menentukan pengakuan aset
tetap. Oleh karena itu, entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset
tetap jika:
a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut
akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Tanah dan bangunan adalah aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat
terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan.
Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan.
Dimana unsur biaya perolehan aset tetap meliputi:
a) Harga beli, termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian
dan potongan lainnya;
-
31
b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
maksud manajemen. Biaya-biaya ini termasuk biaya penyiapan lahan untuk
pabrik, biaya penanganan dan penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan,
dan biaya fungsionalitas;
c) Estimasi awal biaya restorasi ke lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul
ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut
selama periode tertentu bukan untuk menghasilkan persediaan.
Biaya-biaya berikut ini bukan merupakan biaya perolehan aset tetap dan harus
diakui sebagai beban ketika terjadi:
a. Biaya pembukaan fasilitas baru;
b. Biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya aktivitas iklan
dan promosi);
c. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan
baru (termasuk biaya pelatihan staf);
d. Biaya administrasi dan overhead umum lainnya.
2.14.2 Pengukuran Aset
Pengakuan setelah pengakuan awal, entitas harus mengukur seluruh aset tetap
setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan dan
akumulasi kerugian penurunan nilai. Entitas harus mengakui biaya pemeliharaan dan
reparasi sehari-hari (cost of day-to-day servicing) dari aset tetap sebagai beban dalam
laporan laba rugi pada periode terjadinya.
Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak
diperkenankan karena SAK ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya
perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus
menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam
penyajian aset tetap serta pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap gambaran
keuangan entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap diakui
dalam ekuitas dengan nama “Surplus Revaluasi Aset Tetap”.
Surplus revaluasi aset tetap dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke
saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi
pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset
-
32
tersebut. Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan
dengan penggunaan aset oleh entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang
dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan
berdasarkan nilai revaluasi aset dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya
perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak dilakukan
melalui laporan laba rugi.
2.15 Kewajiban
2.15.1 Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban Penghasilan Pajak
SAK ETAP mengatur pajak penghasilan termasuk seluruh pajak domestik dan
luar negeri sebagai dasar penghasilan kena pajak. Pajak penghasilan juga termasuk
pajak, misalnya pemungutan dan pemotongan pajak, yang terutang oleh entitas anak,
entitas asosiasi atau joint venture atas distribusi ke entitas pelapor.
Pengakuan dan pengukuran atas pajak penghasikan dimana entitas harus
mengakui kewajiban atas seluruh pajak penghasilan periode berjalan dan periode
sebelumnya yang belum dibayar. Jika jumlah yang telah dibayar untuk periode
berjalan dan periode sebelumnya melebihi jumlah yang terutang pada periode
tersebut, entitas harus mengakui kelebihan tersebut sebagai aset.
2.16 Pendapatan
2.16.1 Pengakuan Pendapatan
Pendapatan menurut SAK ETAP merupakan akibat dari transaksi atau kejadian
berikut:
a. Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau
dibeli untuk dijual kembali);
b. Pemberian jasa;
c. Kontrak konstruksi;
d. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti atau
dividen.
-
33
Pendapatan atau penghasilan lain yang muncul dari beberapa transaksi dan
kejadian lain berikut ini diatur dalam bab buku SAK ETAP:
a. Perjanjian sewa (bab 17);
b. Dividen yang timbul dari investasi yang dihitung dengan menggunakan metode
ekuitas (bab 12);
c. Perubahan nilai wajar investasi pada efek tertentu atau pelepasannya (bab 10).
2.16.2 Pengukuran Pendapatan
Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran
yang diterima atau masih harus diterima (SAK ETAP 20.3). Entitas harus
memasukkan dalam pendapatan manfaat ekonomi yang diterima atau masih harus
diterima secara bruto dan mengeluarkan dari pendapatan sejumlah nilai yang menjadi
bagian pihak ketiga seperti pajak. Dalam hubungan keagenan, entitas memasukkan
dalam pendapatan hanya sebesar jumlah komisi, sedangkan jumlah yang diperoleh
atas nama pihak prinsipal bukan merupakan pendapatan.
2.16.3 Pengungkapan Pendapatan
Mengacu kepada (SAK ETAP 20.28), entitas harus mengungkapkan hal-hal
yang berkaitan dengan pendapatan diantaranya:
a. Kebijakan akuntansi yang diterapkan sebagai dasar pengakuan pendapatan,
termasuk metode yang diterapkan untuk menentukan tingkat penyelesaian
transaksi yang melibatkan penyediaan jasa.
b. Jumlah setiap kategori pendapatan yang diakui selama periode, termasuk
pendapatan yang timbul dari penyediaan jasa, bunga dan jenis pendapatan
signifikan lainnya.
2.17 Beban
2.17.1 Pengakuan Beban
Menurut SAK ETAP, beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Weygandt (2011)
mengatakan aturan sederhana dalam akuntansi saat mengakui beban yaitu: “let the
-
34
expenses follow the revenues” (2011:97). Dapat disimpulkan bahwa pengakuan
beban mengikuti saat pengakuan pendapatan.
2.17.2 Pengungkapan Beban
Menurut SAK ETAP, entitas dapat menyajikan suatu analisis beban
berdasarkan sifat dan fungsi beban. Dalam menganalisis beban berdasarkan
fungsinya, entitas perlu mengungkapkan informasi tambahan berdasarkan sifat
beban, termasuk beban penyusutan dan amortisasi, serta beban imbalan kerja.
2.18 Penelitian Terdahulu
a) Francis Aboagye Otchere, 2012, melakukan penelitian berjudul “The
International Financial Reporting Standard for Small and Medium‐sized
Entities (IFRS for SMES): Suitability for small businesses in Ghana".
Ditemukan bahwa usaha kecil di Ghana telah membatasi struktur
internasional dan kegiatan yang tidak menghasilkan kebutuhan informasi
pelaporan keuangan yang sebanding internasional . Usaha kecil juga tidak
menerima permintaan untuk memberikan informasi tersebut . Secara total ,
19 dari 27 isu yang dibahas oleh Standard dan dinilai dalam penelitian ini
ditemukan tidak relevan untuk usaha kecil di Ghana . Ukuran , bentuk
hukum dan jumlah pemilik mempengaruhi kesesuaian Standar untuk usaha
kecil di Ghana.
b) Helen Samujh, S.Susela Devi, 2015, melakukan penelitian berjudul
“Implementing IFRS for SME’s: Challenges for Developing Economics”.
Ditemukan bahwa adopsi tanpa modifikasi atau pengecualian akan
memberikan beberapa manfaat bagi UKM di negara ekonomi berkembang;
melainkan akan memberatkan pengusaha dan pantas untuk mencapai
nasional target pertumbuhan ekonomi. Pengenaan IFRS untuk UKM
mungkin secara tidak sengaja mengakibatkan berkurangnya kegiatan
kewirausahaan dalam menanggapi persyaratan pelaporan keuangan berat.
c) Jevon Tanugraha, 2012, melakukan penelitian berjudul “Evaluasi
Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik Pada PT TDMN”. Karena pentingnya laporan keuangan maka
laporan keuangan disusun menurut prinsip akuntansi yang wajar dan
-
35
diterima secara umum dengan kondisi sebenarnya dari perusahaan.
Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi pelaksanaan SAK ETAP pada
PT TDMN dengan mencocokkan laporan keuangan PT TDMN dengan
prinsip-prinsip SAK ETAP. Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa laporan keuangan PT TDMN sesuai dengan SAK ETAP.
d) Lilya Andriani, 2014, melakukan penelitian berjudul “Analisis Penerapan
Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) (Sebuah Studi Interpretatif Pada Peggy Salon)”.
Dapat disimpulkan bahwa meskipun salon Peggy ini telah lama berdiri,
memiliki organisasi serta aktivitas bisnis yang memadai, namun belum
dapat menerapkan SAK ETAP dengan baik, system pencatatan yang
dilakukan secara manual dan sederhana, kurangnya pemahaman dan
kedisiplinan, serta kurangnya pengawasan dari stakeholder. Setelah
dilakukan penelitian.
e) Mekar Sari Rahayu Wilujeng, 2013, melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas
Publik (SAK ETAP) Pada Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Distro
Lollypop Surabaya”. Pada penelitian ini sebelumnya perusahaan
menggunakan pelaporan yang sederhana dan praktis serta tidak ada standar
yang menjadi pedoman, kemudian setelah diadakan penelitian ini yang
bertujuan untuk mengetahui proses pencatatan transaksi dapat memberikan
dampak dengan adanya penerapan SAK ETAP yang lebih memudahkan,
memahami dan dimengerti oleh pengguna laporan keuangan.
f) Nanda Murnianty, 2014, melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntanbilitas Publik
(SAK ETAP) pada Koperasi Karyawan Sei Galuh di Kecamatan Tapung”.
Terdapat kesimpulan bahwa sebelumnya koperasi ini belum mengetahui
mengenai SAK ETAP karena masih banyak hal yang tidak diatur secara
spesifik dalam SAK ETAP masih mengacu pada PSAK no 27, serta
laporan keuangan yang dibuat belum secara penuh. Kemudian dengan
adanya penelitian ini memberikan dampak bagi pemilik koperasi untuk
memulai menyajikan laporan keuangannya sesuai standar SAK ETAP.
g) Pratiwi Sariningtyas, W Tituk Diah, 2011, melakukan penelitian dengan
judul “Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik
-
36
pada Usaha Kecil dan Menengah”. Diketahui bahwa UKM masih
menghadapi berbagai masalah sebagian karena pendidikan rendah,
kurangnya pemahaman teknologi dan informasi dan kurangnya
karakteristik keandalan laporan keuangan. Kemudian pemerintah
menerbitkan standar terbaru yaitu SAK ETAP yang harus diikuti oleh
UKM, dengan adanya standar ini pemilik dapat mengetahui manfaat,
tambahan modal dan keseimbangan hak dan kewajiban yang harus
dipenuhi.
2.19 Fishbone Diagram
2.19.1 Laporan Laba Rugi
Gambar 2.2 Fishbone Diagram – Laporan Laba Rugi
-
37
2.19.2 Neraca
Gambar 2.3 Fishbone Diagram – Neraca
-
38