BAB 2 Gambaran Wilayah Studi Fix - Diponegoro...
Embed Size (px)
Transcript of BAB 2 Gambaran Wilayah Studi Fix - Diponegoro...

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 10 -
BAB II
GAMBARAN WILAYAH STUDI
2.1. Tinjauan Umum
Kondisi dari DAS Ciliwung meliputi kondisi alam, kondisi administrasi dan
geografis, kondisi topografi, kondisi klimatologi, kondisi jenis tanah, kondisi
kependudukan, kondisi penggunaan lahan, serta kondisi iklim dan curah hujan.
2.1.1. Kondisi Alam
Berdasarkan data yang diambil dari DKI Jakarta dalam Angka tahun 2007,
Kali Ciliwung pada lingkup pekerjaan, hampir keseluruhan peruntukan lahan‐nya
digunakan sebagai tempat usaha Perkantoran dan Pergudangan (Office and
Warehouse), Permukiman (Housing), dan Perindustrian (Industry), sedangkan
sisanya merupakan daerah resapan berupa taman (Park) dan fasilitas lain. Hal ini
menunjukkan betapa padatnya penggunaan lahan di DKI Jakarta, Kota Depok dan
juga mulai berkembang ke Kabupaten Bogor, sehingga dapat dipastikan semakin
berkurangnya daerah resapan.
Tabel berikut menunjukkan kurangnya daerah resapan akibat
perkembangan kota DKI Jakarta yang dari tahun ke tahun semakin berkurang.

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 11 -
Kotamadya/Kabupaten Perumahan Industri
Perkantoran dan
Pergudangan Taman Lain-lainLuas Total
AreaMunicipality/Regency
Housing Industry Office and Warehouse Park Others Total Area
Jakarta Selatan 10,428.44 236.08 1,757.50 190.91 1,960.07 14,573.00Jakarta Timur 13,351.00 972.44 1,997.55 262.14 2,189.87 18,773.00Jakarta Pusat 2,755.69 165.74 1,123.73 248.60 496.24 4,790.00Jakarta Barat 7,464.16 185.44 1,228.70 189.23 3,547.47 12,615.00Jakarta Utara 8,119.97 1,744.80 1,259.89 116.61 2,978.73 14,220.00Kep. Seribu 321.35 275.17 92.70 0.00 491.78 1,181.00
Total 42,440.610 3,579.670 7,460.070 1,007.490 11,664.160 66,152.000
2005 44,196.11 3,559.00 8,262.38 1,084.89 9,049.62 66,152.002004 43,788.57 4,417.87 7,445.85 914.69 9,584.40 66,152.002003 44,052.27 4,259.60 7,342.88 800.91 9,696.23 66,152.002002 44,414.00 3,764.98 7,174.63 1,009.56 9,788.81 66,152.00
Tabel 2.1. Luas Tanah dan Penggunaannya Menurut Daerah
(Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane)
2.1.2. Kondisi Administrasi dan Geografis
Sungai Ciliwung adalah salah satu sungai yang melewati wilayah
administratif DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, yang
bermuara di Banjir Kanal Barat (BKB) menuju ke Laut Jawa.
Secara geografis lokasi pekerjaan terletak di DKI Jakarta dan Kota Depok
pada 6°12’ Lintang Selatan (LS) dan 106°48’ Bujur Timur (Bujur Timur).
Sedangkan batas‐batas wilayah pekerjaan adalah :
Utara : Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur
Selatan : Kota Depok (Kecamatan Beji)
Barat : Jakarta Selatan dan Kota Depok (Kelurahan Pondok Cina
Kecamatan Beji)
Timur : Jakarta Timur dan Kota Depok (Kelurahan Pasir Gunung
Selatan Kecamatan Cimanggis)

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 12 -
Gambar 2.1. Ruang Lingkup Sungai Ciliwung
2.1.3. Kondisi Geomorfologi
Secara garis besar lokasi pekerjaan di Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km
yang dimulai dari Pintu Air Manggarai Jakarta ke arah hulu sampai dengan Kota
Depok dan Kabupaten Bogor dapat dibagi menjadi 2 (dua) satuan morfologi,
yang meliputi :
1. Morfologi Daerah Pantai
Morfologi daerah dataran pantai dicirikan melalui kondisi permukaan
tanahnya yang datar dengan ketinggian antara 0‐15 meter di atas permukaan
laut (DPL). Daerah dataran ini mempunyai lebar antara 7‐40 km yang meliputi
tanggul pematang pantai, daerah rawa dan dataran delta. Dataran ini dikenal
sebagai Dataran Rendah Jakarta. Maka dari itu sebagian Wilayah Sungai Ciliwung
berada pada Dataran Rendah yang apabila terjadi genangan air, surutnya
memerlukan waktu yang relatif lama.Hal ini yang memerlukan penanganan agar
genangan air tersebut cepat surut dengan waktu yang singkat.

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 13 -
2. Morfologi Daerah Kipas Endapan Gunung Api Bogor
Morfologi Daerah Kipas Endapan Gunung Api Bogor ini menyebar dari arah
selatan ke utara dengan Kabupaten Bogor sebagai puncaknya. Daerah ini
ditempati oleh rempah‐rempah gunung api berupa tuf, konglomerat serta
lapisan breksi yang sebagian besar telah mengalami pelapukan kuat dengan
batuan berwarna merah kecoklatan.
2.1.4. Kondisi Geologi
Sesuai dengan data penelitian mengenai kondisi geologi yang telah
dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, kondisi geologi di sepanjang
lokasi pekerjaan di Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km yang dimulai dari Pintu Air
Manggarai Jakarta ke arah hulu sampai dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor
sesuai dengan peta geologi regional bersistem, merupakan daerah endapan
pantai yang terdiri dari jenis tanah endapan Batuan Pasir Tufan dan
Konglomeratan Kipas Aluvium (Qav) dan Batuan Aluvium (Qa), Jenis tanah
endapan tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini :

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 14 -
(Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane)
Gambar 2.2. Peta Geologi Regional Lokasi Pekerjaan
Qav (Batuan Pasir Tufan dan Konglomeratan Kipas Aluvium)
Tuf halus berlapis, tuf konglomeratan berselang‐seling dengan tuf pasiran
dan tuf batuapung. Tuf halus, kelabu muda, berlapis tipis, pejal, merupakan
bagian bawah dari satuan ini; tebal yang tersingkap pada jenis ini ±2 meter. Tuf
konglomeratan, putih kekuningan, kemas terbuka, pemilahan buruk,
Akhir Lokasi
Pekerjaan di
Pondok Cina
Pintu Air
Manggarai
Banjir Kanal Barat

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 15 -
membundar tanggung‐membundar sempurna, berbutir 1‐3 cm, tersusun oleh
andesit dan kuarsa, matrik tuf halus, tebal ±1,5 meter. Tuf pasiran, kelabu muda,
pemilahan buruk, berbutir halus‐kasar, membundar tanggung‐membundar ,
bersusunan andesitan, berselang‐selingdengan tuf konglomeratan. Tuf batu
apung, kuning kecoklatan, kemerahan, mengandung konkresi besi (2‐3 cm) dan
fragmen batu apung, membundar garis tengah 3‐5 cm dan kerikil kuarsayang
bundar, menindih langsung tuf konglomeratan. Tebal ±3 meter.
Satuan ini membentuk morfologi kipas dengan pola aliran “dischotomic”.
Pengendapannya diduga pada lingkungan darat, bahan pembentuknya
diperkirakan berasal dari batuan gunung api muda di Dataran Tinggi Bogor. Umur
satuan ini diduga Plistosen Akhir atau lebih muda. Tebal satuan ini ±300 meter.
Satuan ini terhampar sangat luas dari selatan ke utara memebntuk kipas
aluvium.
Qa (Batuan Aluvium)
Terdiri dari lempung, pasir, kerikil, kerakal dan bongkahan. Secara umum
merupakan tanah endapan yang berada pada daerah pantai, endapan pada
sungai dan rawa. Sebaran dari satuan ini tersebar di daerah sepanjang pantai
utara dan dan sepanjang lembah dari sungai‐sungai besar di wilayah Bogor
sampai dengan Jakarta.
2.1.5. Kondisi Iklim dan Curah Hujan
Secara umum iklim di lokasi pekerjaan yang meliputi DKI Jakarta, Kota
Depok dan Kabupaten Bogor terdiri dari dua musim utama, yaitu musim kemarau
dan musim penghujan seperti halnya wilayah lain di Indonesia. Pada bulan Juni
sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak
mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada
bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air
yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan.

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 16 -
Uraian Description
Pondok Betung
Halim Perdana Kusuma
Cengkareng Jakarta Tanjung Priok
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Suhu/Temperature (oC)Maksimum/Maximum 35.2 33.7 33.3 34.5 33.8Minimum/Minimum 23 22.2 23.2 24.5 24.4Rata-rata/Average 27.5 27.2 27.8 28 28
Kelembaban Udara/Relative Humidity (%)Maksimum/Maximum 95 89 91 81 84Minimum/Minimum 77 68 80 67 67Rata-rata/Average 83 79 84 75 76
Tekanan Udara 1009.3 1012.4 1010.6 1008.8 1009.3Atmospheric Pressure (mbs)
Arah Angin 0 270 270 270 45Wind Direction (Point)
Kecepatan Angin 0 5 5 3 4Wind Velocity (M/SE)
Curah Hujan 335.6 230 118.2 140 50Rainfall (mm2)
Penyinaran Matahari 37 - 33 25 30Sunlight (%)
Stasiun Pengamat/Observation Station
Pada tahun 2006 suhu udara yang diamati oleh lima stasiun pengamat
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, walaupun pengamatan
suhu udara amat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya titik pengamatan terhadap
muka air laut. Secara umum pada lokasi pekerjaan yang diwakili oleh data
pengamatan di wilayah DKI Jakarta adalah beriklim panas dengan rata‐rata suhu
udara maksimum berkisar 34,1° C pada siang hari dan suhu udara minimum
berkisar 23,5° C pada malam hari. Suhu udara maksimum tercatat di stasiun
pengamat Pondok Betung yaitu 35,2 C. Sedangkan kelembaban udara maksimum
rata‐rata adalah sebesar 88,0% dan rata‐rata minimum sebesar 71,8% dengan
rata‐rata curah hujan sepanjang tahun sebesar 174,8 mm2.
Tabel 2.2.
Data Rata‐Rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Arah Angin, Kecepatan Angin,
Curah Hujan dan Penyinaran Matahari di Stasiun Pengamatan BMG 2006
Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 17 -
BulanMonth Maksimum Minimum Rata-Rata
Maximum Minimum Average(1) (2) (3) (4)
Januari/January 34.0 24.2 27.2Pebruari/February 33.4 24.6 27.8Maret/March 33.6 24.0 28.1April/April 34.0 24.0 28.4Mei/May 34.0 24.2 28.7Juni/June 34.4 23.9 28.7Juli/July 34.2 24.2 28.7Agustus/August 34.2 23.6 28.3September/September 36.0 23.9 28.7Oktober/October 35.1 24.6 29.6Nopember/November 35.0 24.6 29.8Desember/December 34.5 24.5 28.0
Suhu Udara/Temperature
Bulan Kelembaban Udara/Relative Humidity (%)
Month Maksimum Minimum Rata-RataMaximum Minimum Average
(1) (2) (3) (4)
Januari/January 91.0 67.0 80.0Pebruari/February 92.0 77.0 79.0Maret/March 88.0 70.0 78.0April/April 90.0 68.0 75.0Mei/May 81.0 68.0 75.0Juni/June 74.0 61.0 71.0Juli/July 74.0 64.0 69.0Agustus/August 75.0 64.0 69.0September/September 74.0 61.0 66.0Oktober/October 73.0 52.0 66.0Nopember/November 81.0 68.0 71.0Desember/December 81.0 67.0 75.0
Tabel 2.3.
Data Suhu Udara Maksimum, Minimum dan Rata‐Rata Menurut Bulan
di Stasiun Pengamatan BMG 2006
Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika
Tabel 2.4.
Data Kelembaban Udara Maksimum, Minimum dan Rata‐Rata
Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006
Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 18 -
Bulan Curah Hujan Banyaknya Hari HujanMonth Rainfall (mm 2 ) Frequency of Rain (days)
(1) (2) (3)
Januari/January 389.6 25Pebruari/February 350.0 20Maret/March 320.0 19April/April 316.1 17Mei/May 85.2 12Juni/June 30.8 5Juli/July 53.2 4Agustus/August 0.0 0September/September 0.2 1Oktober/October 10.6 1Nopember/November 26.8 8Desember/December 140.0 20
Bulan Tekanan Udara Arah Angin Kecepatan AnginPenyinaran
Matahari Month Atmospheric
Pressure (mbs)Wind Direction
(Point)Wind Velocity
(M/SE) Sunlight (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
Januari/January 1,009.3 270 3 25Pebruari/February 1,011.1 330 2 40Maret/March 1,010.7 330 2 44April/April 1,009.2 225 3 54Mei/May 1,010.1 270 2 61Juni/June 1,010.3 90 2 73Juli/July 1,011.2 90 2 78Agustus/August 1,011.3 90 2 93September/September 1,011.5 90 5 94Oktober/October 1,011.5 360 2 89Nopember/November 1,009.7 270 2 75Desember/December 1,008.8 270 3 25
Tabel 2.5.
Data Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan
Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006
Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika
Tabel 2.6.
Data Rata‐Rata Tekanan Udara, Arah Angin, Kecepatan Angin,
Penyinaran Matahari Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006
Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 19 -
NO2 (ppm) SO2 (ppm) TSP (mg/m3) Pb (mg/m3)(2) (3) (4) (5)
I Derah Permukiman/Housing Area1. Dinas Pertamanan 0.021 0.005 158 -2. Kantor Kec. Cilincing 0.023 0.006 304 -3. Kantor Kelurahan Tebet 0.037 0.004 219 -4. Masjid Al-Firdaus 0.024 0.006 223 -5. IPAK Lubang Buaya 0.017 0.006 155 -
II Daerah Industri/Industry Area1. PT. JIEP Pulo Gadung 0.025 0.006 347 -
II Daerah Perkantoran/Office Area1. Masjid Istiqlal 0.029 0.006 243 -2. Kuningan (BPLHD) 0.043 0.003 233 -
IV Daerah Rekreasi/Recreation Area1. Dunia Fantasi Ancol 0.022 0.006 217 -
Keterangan :- Data tidak tersedia
Kriteria Ambien Kualitas Udara (Nilai Baku Mutu) :- Nitrogen Oksida (NO2) = 0.0500 ppm- Sulfur Dioksida (SO2) = 0.1000 ppm- TSP = 150 mg/m3
- Pb = 2 mg/m3
Metode Sesaat/Temporary MethodeLokasi PengukuranMeasure Location
(1)
Tabel 2.7.
Data Kualitas dan Baku Mutu Udara,
Menurut Lokasi Pengukuran Tahun 2006
Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta
2.2. Kajian Sosial Ekonomi
2.2.1. Demografi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibukota negara sekaligus pusat
kegiatan perekonomian di Indonesia memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi
masyarakat di Indonesia pada umumnya. Kondisi ini menempatkan DKI Jakarta
menjadi salah satu tujuan masyarakat di Indonesia untuk berbagai kepentingan
terutama kepentingan ekonomi.
Penduduk DKI Jakarta saat in lebih banyak dihuni oleh masyarakat
pendatang, sehingga Orang Betawi sebagai penduduk asli Jakarta telah tergeser
jauh ke luar DKI Jakarta. Padatnya penduduk Jakarta telah memaksa sebagian
masyarakat untuk tinggal di wilayah‐wilayah yang tidak diperuntukan bagi

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 20 -
pemukiman termasuk wilayah bantaran sungai. Sungai Ciliwung adalah sungai
yang membelah wilayah DKI Jakarta dan melintasi wilayah Jabodetabek.
Tingkat kepadatan penduduk di Wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.8. Tingkat Kepadatan Penduduk di Wilayah DKI Jakarta
Bulan : Agustus 2008
Wilayah JumlahWNI Jumlah
WNA Total Luas Kepadatan /
Km2
1 2 3 4 5 6
JakartaPusat 930.674 831 931.505 4,815 193
JakartaUtara 1.420.388 884 1.421.272 13,739 103
JakartaBarat 1.634.781 586 1.635.367 12,252 133
JakartaSelatan 1.885.302 1.163 1.886.465 14,573 129
Jakarta Timur 2.592.940 922 2.593.862 19,741 131
Kep. Seribu 21.425 14 21.439 870 25
TOTAL 8.485.510 4.4 8.489.910 66,263 128
Sumber : Hasil Survei Lapanngan, 2008
Wilayah Jakarta Pusat merupakan wilayah terpadat karena hanya
menempati luas areal 4.815 Km2 yang dihuni oleh 931.505 orang sehingga
memiliki kepadatan penduduk 193 orang/ Km2. Adapun wilayah yang paling
banyak penduduknya adalah Wilayah Jakarta Timur yakni 2.592.940 orang yang
menempati lahan seluas 19.741 Km2 .
Kajian sosial ekonomi untuk pendukung penataan Sungai Ciliwung
dilakukan di Wilayah Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Kotamadya
Jakarta Selatan. Kelurahan Manggarai adalah satu wilayah langganan banjir
setiap tahunnya, saat ini dihuni oleh 34.458 orang dengan luas total kelurahan

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 21 -
65,6 Ha. Jumlah penduduk sebanyak tersebut merupakan penduduk yang
terdaftar di Kelurahan Manggarai dan memiliki KTP, namun banyak pula
penduduk yang tidak terdaftar dan tidak memiliki KTP yang tinggal di Kelurahan
Manggarai. Jumlah penduduk yang tidak terdaftar dan tidak memiliki KTP di
Kelurahan Manggarai diperkirakan mencapai 10.000 orang.
Sebagian besar penduduk bekerja di sektor informal sebagai pedagang dan
jasa keliling. Berdasarkan data profil kelurahan sebanyak 21.612 orang penduduk
bekerja di sektor informal ini, sebagian besar bekerja sebagai tukang ojek,
pedagang keliling dan pedagang yang berjualan di pasar kaget. Kelurahan
Manggarai memiliki pasar kaget yang juga merupakan salah satu faktor penarik
pendatang untuk berdomisili di Kelurahan Manggarai. Pasar kaget tersebut buka
dari subuh hingga sekitar pukul 09.00 Berdasarkan keterangan informan rata‐
rata penghasilan penduduk dari sektor informal ini adalah sekitar Rp.
20.000,00/hari, yang biasanya digunakan untuk kebutuhan konsumsi keluarga
sebanyak lima orang.
Wilayah Kelurahan Manggarai yang menjadi langganan banjir adalah
wilayah RW 04 dan RW 01 yang dihuni oleh sekitar 7.000 orang. Pada tahun 2007
pernah terjadi penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta di wilayah RW 01, 02, 04
dan 10 yang lahannya diperuntukan bagi pembangunan Double Track kereta api.
Wilayah‐wilayah tersebut juga merupakan wilayah yang sering terkena banjir.
Wilayah lain yang juga dikaji adalah Kelurahan Bukit Duri yang letaknya
berbatasan langsung dengan Kelurahan Manggarai. Wilayah Kelurahan Bukit Duri
juga sebagian berada di Bantaran Sungai Ciliwung dan merupakan daerah
langganan banjir setiap tahunnya.
Seperti halnya di Kelurahan Manggarai, penduduk di Kelurahan Bukit Duri
juga lebih banyak bekerja di sektor informal terutama penduduk yang berdomisili
di wilayah bantaran Sungai Ciliwung. Profesi yang biasa dijalankan oleh
penduduk tersebut adalah penjual nasi goreng keliling, gorengan, tukang sol

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 22 -
sepatu serta jasa dan perdagangan lainnya yang dilakukan dengan cara
berkeliling.
Wilayah Kelurahan Bukit Duri yang berada di bantaran Sungai Ciliwung
adalah wilayah RW 10, 11 dan 12. Ketiga RW ini merupakan wilayah terparah
diserang banjir karena memang lokasinya tepat di bantaran Sungai Ciliwung.
Wilayah Bukit Duri saat ini dihuni oleh sekitar 42.000 orang penduduk yang
terdaftar sebagai penduduk dan memiliki KTP DKI Jakarta dengan luas wilayah
107,1 Ha.
2.2.2. Sosial Budaya
Kerangka budaya yang berlaku dan hidup ditengah‐tengah masyarakat
pada dasarnya dapat memberikan gambaran umum mengenai pola budaya yang
ada di masyarakat. Masyarakat yang tingal di bantara Sungai Ciliwung adalah
penduduk pendatang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang
tentunya memiliki latar belakang budaya yang beragam. Sebagian besar atau
bahkan seluruh masyarakat pendatang di wilayah bantara Sungai Ciliwung adalah
masyarakat migran yang memiliki tujuan orientasi ekonomi untuk tinggal di
Jakarta.
Seperti pada umumnya masyarakat migran yang tidak permanen atau biasa
disebut migrasi sirkuler yang hanya tinggal untuk jangka waktu tertentu atau
musiman biasanya kurang memperhatikan lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Sebagian besar masyarakat pendatang tidak menjadikan domisili barunya seperti
mereka memperlakukan kampung halamannya. Dengan tingkat persaingan yang
keras dalam memperoleh akses perekonomian maka biasanya terbentuk
masyarakat yang cenderung individualistik yakni masyarakat gesselschaft yang
sangat pamrih. Beberapa kerangka budaya yang muncul pada saat penelusuran
sosial ekonomi di Wilayah Bantaran Sungai Ciliwung adalah.

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 23 -
Low Empathy
Masyarakat pendatang yang bekerja di sektor informal dengan tingkat
persaingan ekonomi yang tinggi tumbuh menjadi individu‐individu yang kurang
memiliki atau bahkan tidak memiliki empati terhadap pihak lain. Hal ini terlihat
ketika mereka mulai menempati lingkungan di wilayah bantaran Sungai Ciliwung
biasanya kurang peduli dengan aturan kependudukan, sehingga sangat jarang
diantara mereka yang terdaftar sebagai penduduk.
Fenomena lainnya dapat dilihat pada bangunan tempat tinggal yang tidak
memperhatikan kaidah‐kaidah lingkungan serta perilaku buang sampah ke badan
sungai. Berbagai himbauan yang dilakukan oleh pihak kelurahan kurang
ditanggapi serius termasuk dalam peringatan dini akan datangnya bahaya banjir.
Budaya kurang empati ini semakin jelas mucul ketika mereka berada di tenda‐
tenda penampungan yang dibangun pemerintah daerah. Beban kelurahan dalam
menyediakan keperluan di tenda penampungan seperti memasak tidak dapat
dibagikan kepada pengungsi.
Pengungsi yang sebagian penjual nasi goreng, gorengan lebih
mementingkan memasak dan mempersiapkan kegiatan berdagang daripada
berbagi pekerjaan dengan aparat kelurahan di tenda‐tenda penampungan.
Low Participation
Partisipasi semua pihak dalam menangani berbagai masalah di tenda‐
tenda penampungan semestinya dapat berlangsung sinergis terutama antara
aparat kelurahan dengan warganya. Akan tetapi hal itu tidak terwujud, karena
tingkat partisipasi masyarakat pendatang yang ditampung di tenda‐tenda
penampungan tingkat partisipanya sangat rendah.
Hal ini semakin mempertajam budaya low empathy yang telah disinggung
di atas. Selama masyarakat pendatang terutama para migran sirkuler masih
memperlakukan tempat tinggal barunya hanya sebatas untuk urusan ekonomi

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 24 -
saja maka rasa memiliki dan kepedulian terhadap penanganan banjir akan tetap
rendah.
Akibatnya pemerintah daerah selalu dipandang harus menjadi penyelamat
dan tempat mereka bergantung. Kebijkan Pemeritan Provinsi DKI Jakarta dalam
tata ruang dan wilayah menurut berbagai pihak termasuk masyarakat korban
banjir ditenggarai sebagai salah satu penyebab masalah terbesar dalam bencana
banjir di DKI Jakarta.
Rational Society
Masyarakat yang berada dalam tingkat persaingan tinggi dalam
memperoleh nafkah cenderung akan melahirkan masyarakat yang sangat
rasional. Kerangka budaya rasional dalam hal ini merupakan implikasi dari
orientasi masyarakat yang seluruhnya ditujukan untuk kepentingan ekonomi,
sehingga semuanya akan dihitung berdasarkan nilai‐nilai untung dan rugi.
Penduduk yang tinggal di Wilayah Bantaran Sungai Ciliwung sebagian besar
merupakan masyarakat rasional yang sangat berorientasi pada ekonomi
terutama untuk pemenuhan konsumsi keluarga.
2.3. Indikasi Permasalahan
Permasalahan banjir yang terjadi di Wilayah Sungai Ciliwung pada dasarnya
merupakan akibat dari permasalahan‐permasalahan yang saling terkait dan
kompleks. Adapun indikasi permasalahan tersebut, meliputi:
a. Kondisi iklim yang semakin tahun mengalami peningkatan curah hujan,
sedangkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung mengalami
perubahan peruntukan lahan yang semula banyak daerah resapan saat
ini berubah menjadi permukiman dan daerah urban.
b. Pada beberapa lokasi di alur sungai (khususnya daerah hilir) terjadi
pendangkalan dan penyempitan sehingga menyebabkan kapasitas
tampungan Sungai Ciliwung berkurang.

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 25 -
c. Pada beberapa lokasi di Sungai Ciliwung (pada daerah hulu Pintu Air
Manggarai) terdapat beberapa belokan sungai (meandering) yang
menyebabkan kurang lancarnya aliran air banjir pada Kali Ciliwung.
d. Adanya alih fungsi bantaran sungai (dimanfaatkan untuk permukiman,
industri, dan usaha perkantoran) sehingga memperkecil penampang
basah kali dan menghambat aliran air.
e. Kondisi saluran‐saluran drainasi kota yang kurang maksimal karena
dipenuhi sampah, sehingga pada saat hujan besar datang, genangan air
cepat terbentuk.
f. Digunakannya bantaran di dalam garis sempadan Sungai Ciliwung
sebagai permukiman (squatter) yang menyebabkan terhambatnya aliran
sungai pada saat banjir.
Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan oleh lembaga independent
kepada penduduk sekitar bantaran sungai didapati sebab‐sebab digunakannya
bantaran sungai sebagai tempat tinggal, diantaranya sebagai berikut :
Tersedianya air bagi kehidupan sehari‐hari walaupun secara kualitas
kurang higienis.
Tersedianya air untuk usaha perekonomian.
Lahan tersebut dianggap “Tidak Bertuan”.
Tempat buangan limbah (padat & cair) yang luas dan bebas.
Bencana “Banjir” dianggap sebagai “Dinamika Hidup” tahunan yang harus
diterima sebagai resiko.
Kondisi lokasi Sungai Ciliwung saat ini sangat memprihatinkan, berikut ini
adalah dokumentasi kondisi Sungai Ciliwung saat ini :

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 26 -
Gambar 2.3. Foto‐foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini
Kondisi di hulu Pintu Air Manggarai
yang banyak sampah yang
menghambat aliran pada Sungai
Ciliwung.
Kondisi alur sungai sebelah kiri sungai
sebelum Pintu Air Manggarai
(Jembatan Manggarai) dimana pada
belokan dalam alur Sungai Ciliwung
terjadi sedimentasi yang besar dan
mengurangi kapasitas tampungan
sungai.
Kondisi alur sungai sebelah kiri sungai
sebelum Pintu Air Manggarai
(Jembatan Manggarai) dimana pada
belokan dalam alur Sungai Ciliwung
terjadi sedimentasi yang besar dan
mengurangi kapasitas tampungan
sungai.
Sedimentasi alur sungai

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 27 -
Gambar 2.3. Foto‐foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini (lanjutan)
Informasi tinggi muka air banjir pada
februari 2007 berdasarkan
wawancara singkat dengan penduduk
sekitar di daerah Manggarai.
Kondisi bantaran sebelah kanan dan
kiri Sungai Ciliwung di daerah
Kampung Melayu, dimana pada
bantaran sungai dimanfaatkan
sebagai permukiman yang padat,
sehingga menghambat aliran sungai
pada saat musim penghujan.
Tampak juga longsoran tebing sungai
yang menyebabkan pendangkalan
alur sungai.
Kondisi alur sungai sebelah kiri sungai
di daerah Kampung Melayu dimana
pada bantaran sungai dimanfaatkan
sebagai permukiman padat sehingga
menghambat aliran sungai pada saat
musim penghujan.

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 28 -
Gambar 2.3. Foto‐foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini (lanjutan)
Kondisi sebelah kanan dan kiri Sungai
Ciliwung di daerah Kebon Baru/Bukit
Duri yang mengalami pendangkalan
alur sungai.
Kondisi alur sungai sebelah kanan
Sungai Ciliwung di daerah Cililitan
dimana terdapat banyak sampah yang
menghambat dan mengurangi
kapasitas tampungan sungai.
Kondisi permukiman yang berhimpit
dengan Sungai Ciliwung sebelah
kanan sungai di daerah kompleks DPR
Kalibata dengan beda elevasi yang
cukup besar, dan merupakan daerah
genangan bila musim penghujan
turun.
Tinggi muka air banjir

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 29 -
Gambar 2.3. Foto‐foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini (lanjutan)
Kondisi tebing Sungai Ciliwung
sebelah kiri sungai yang rawan
Longsor di daerah Kompleks DPR
Kalibata, yang saat ini sedang
ditangani dengan pemasangan turap
tiang pancang baja.
Kondisi alur sungai di Kelurahan
Pondok Cina Kecamatan Beji Kota
Depok, tampak bantaran belum
dipenuhi permukiman.
Kondisi salah satu saluran drainasi di
Kelurahan Pondok Cina Kecamatan
Beji Kota Depok, dan beberapa
saluran lain di lokasi pekerjaan yang
umumnya dipenuhi sampah dan
menghambat aliran menuju ke badan
sungai.
(Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane)

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 30 -
2.4. Daerah Genangan
Berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Depertemen Pekerjaan Umum, bahwa
daerah rawan banjir di Wilayah Sungai Ciliwung adalah:
1. Wilayah Jakarta Selatan, meliputi: Mampang, Tegal parang, Pejaten,
Tebet, Bukit Duri, Kebun Baru.
2. Wilayah Jakarta Timur, Meliputi: Kampung Melayu, Bidaracina,
Jatinegara, Cipinang Muara.
Kedalaman genangan di semua lokasi relatif sama, yaitu sekitar 0.5 m
sampai 1.5 m, dengan lama genangan hingga mencapai 3 hari. Peta lokasi
daerah genangan Sungai Ciliwung dapat dilihat pada Gambar 2.7. di bawah ini.

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 31 -
(Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane)
Gambar 2.4. Peta Daerah Rawan Banjir Sungai Ciliwung

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 32 -
(Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane)
Gambar 2.5. Peta Daerah Rawan Genangan
Luapan Banjir Akibat Luapan
SungaiCiliwung

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 33 -
Tabel 2.9.
Dampak Banjir Sungai Ciliwung Februari 2007
Wilayah Area Genangan
2 - 9 Februari 2007 Jakarta Selatan Mampang, Tegal Parang, Pejaten, Tebet, Bukit Duri, Kebun Baru,
Jakarta Selatan mengalami kerusakan jalan mulai dari lubang kecil, lubang besar hingga pengelupasan kulit aspal mencapai 9.220 m3.72 unit rumah hanyut di daerah Kampung Melayu
Jakarta Timur Jakarta Timur mengalami kerusakan jalan mulai dari lubang kecil, lubang besar hingga pengelupasan kulit aspalmencapai 11.090 m3.1.500 unit rumah hanyut dan rusak di Jakarta Timur, yang terparah di Kecamatan Jatinegara dan Cakung.Rumah yang hanyut :5 unit rumah hanyut di daerah Bidaracina.15 unit rumah hanyut di daerah Bale Kambang.14 unit rumah hanyut di daerah Cawang.4 unit rumah hanyut di daerah Cililitan.Rumah yang rusak :16 unit di Bidaracina.42 unit di Bale Kambang.51 unit di Cawang.10 unit di Cililitan.14 unit di Pasar Rebo49 unit di Makasar.485 unit di Cakung.50 unit di Cipinang Besar Selatan.3 unit di Cipinang Besar Utara.
Kampung Melayu, Bidaracina, Jatinegara, Cipinang Muara
TanggalLokasi
Kerusakan Akibat Banjir dan Genangan
(Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane)
Gambar 2.6. Genangan di Daerah Jatinegara Saat Banjir Februari 2007

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 34 -
2.5. Penanganan Kasus
Setelah mengetahui kronologis permasalahan banjir yang terjadi di Wilayah
Sungai Ciliwung ini, maka selanjutnya perlu dilakukan langkah penanganan kasus,
dengan beberapa paket, yaitu :
a. Paket 1
Pada paket 1 ini, direncanakan pengendalian banjir dengan cara
Normalisasi Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km yang dimulai dari Pintu
Air Manggarai Jakarta ke arah hulu sampai dengan Kota Depok dan
Kabupaten Bogor dan perencanaan kembali Pintu Air Manggarai Jakarta.
Dalam perencanaan normalisasi sungai ini menggunakan permodelan
dengan program software HEC‐HMS untuk hitungan hodrologi dan HEC‐
CRAS untuk hitungan hidrolika. Tetapi pokok pembahasan dalam
Laporan Tugas Akhir ini lebih ditekankan pada Sta 165‐705, yaitu awal
perencanaan adalah mulai STA 165, di mana merupakan titik rencana
lokasi pelimpah sungai menuju gorong – gorong, sampai STA 705..
b. Paket 2
Pada paket ini, diplih apabila pada paket 1, permodelan melalui
HEC‐CRAS design rencana tetap meluap atau banjir, sehingga pada paket
ini mencoba memberikan pilihan dengan mengurangi debit banjir
melalui pembuatan sudetan yang berada pada Sta 165 Sungai Ciliwung,
dimana sudetan tersebut akan dibuat dibawah jalan raya yang akan
bermuara di saluran Banjir Kanal Barat, sudetan ini berupa gorong‐
gorong (deep tunnel) berbentuk lingkaran, tetapi pada paket ini tidak
dilakukan perencanaan teknis gorong‐gorong tersebut. Disini hanya
disebutkan berapa banyak debit banjir yang akan dialirkan melalui
sudetan ini menuju saluran Banjir kanal Barat. Sehingga debit banjir
yang akan menuju Pintu Air Manggarai berkurang. Dengan adanya
sudetan ini perencanaan normalisasi sungai tidak banyak memerlukan

GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 35 -
lahan sehingga aspek sosial bisa ditekan seminimal mungkin. Seperti,
mengurangi penggusuran pemukiman penduduk yang berada di
samping Sungai Ciliwung. Selain itu juga ada pemikiran tentang
dibuatnya peraturan daerah mengenai perizinan untuk setiap
pembangunan pemukiman atau bangunan baru harus dilengkapi dengan
sumur resapan, agar debit banjir untuk tahun mendatang tidak
bertambah secara drastis. Rencana lokasi Deep Tunnel dapat dilihat
pada peta di bawah ini:
Gambar 2.7. Peta Rencana Lokasi Gorong – Gorong (Deep Tunnel )