BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf ·...

24
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Penuaan 2.1.1 Definisi Proses penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 1994). Proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu,bersifat universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup (Nugroho, 2008). 2.1.2 Teori Proses Penuaan 2.1.2.1 Teori Biologi Teori Biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immmunology slow theory, teori radikal bebas, teori stress, teori rantai silang dan teori metabolisme. A.Teori Genetik dan Mutasi Menurut teori ini, menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik atau jam biologis sendiri.Setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis. ini berhenti berputar,

Transcript of BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf ·...

Page 1: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Penuaan

2.1.1 Definisi

Proses penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Darmojo, 1994).

Proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu,bersifat

universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk

dapat bertahan hidup (Nugroho, 2008).

2.1.2 Teori Proses Penuaan

2.1.2.1 Teori Biologi

Teori Biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immmunology slow

theory, teori radikal bebas, teori stress, teori rantai silang dan teori metabolisme.

A.Teori Genetik dan Mutasi

Menurut teori ini, menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies

tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik atau jam

biologis sendiri.Setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang

telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis. ini berhenti berputar,

Page 2: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

6

ia akan mati. Manusia mempunyai umur harapan hidup kedua terlama setelah

bulus.

Tabel 2.1 Life span makhluk yang hidup di alam bebas

Jenis Makhluk Umur (tahun)

Bulus 170

Manusia 116

Kerang 80

Kakaktua 70

Gajah 70

Burung Hantu 68

Kuda 62

Simpanse 50

Gorila 48

Beruang 47

Bangau 35

Kucing 30

Anjing 27

Sapi 20

Kelinci 18

Ayam 14

Tikus 5

Mencit 5

Kecoak 1

Nyamuk 5 bulan

Lalat 70 hari

(Darmojo, 1999)

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram

oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi,

sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin sehingga terjadi

penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994 dalam Nugroho, 2008) Hal

ini terjadi karena adanya pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh contohnya

pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat lansia yang

mengakibatkan terganggunya fungsi sel itu sendiri. (Maryam, 2008).

Page 3: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

7

B. Immunology Slow Theory

Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi

merusak membran sel, sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya.

Hal ini lah yang mendasari peningkatan penyakit autoimun pada lanjut usia

(Maryam, 2008).

C. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena

memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom

atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan di dalam

tubuh.Radikal bebas menyebabkan sel tidak dapat melakukan regenerasi

(Maryam, 2008).

D. Teori Stress

Teori stress mengungkapkan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-sel

yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilan lingkungan internal,kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel

tubuh lelah terpakai (Maryam, 2008).

E. Teori Rantai Silang

Teori ini menjelaskan bahwa menua terjadi saat adanya reaksi

lemak,protein,karbohidrat,dan asam nukleat (molekul kolagen) dengan zat kimia

dan radiasi. Hal tersebut menyebabkan perubahan pada membran plasma sehingga

jaringan bersifat kaku, kurang elastis dan hilangnya fungsi sel (Nugroho, 2008).

Page 4: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

8

F. Teori Metabolisme

Dalam berbagai percobaan hewan telah dibuktikan bahwa pengurangan

asupan kalori dapat menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.

Sedangkan peningkatan asupan kalori dapat menyebabkan kegemukan dan

memperpendek umur (Darmojo, 2014).

2.1.2.2 Teori Psikologis

Proses penuaan terjadi secara alamiah bersamaan dengan penambahan

usia. Lansia sulit untuk berinteraksi karena adanya penurunan intelektualitas yang

meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar. Selain itu,dengan

adanya penurunan fungsi sistem sensorik,maka akan terjadi penurunan

kemampuan untuk menerima, memproses dan merespon stimulus.

2.1.2.3 Teori Sosial

A.Teori Interaksi Sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu

situasi tertentu,yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Maryam (2008)

mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial

merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar

kemampuannya untuk melakukan tukar menukar.

Pada lansia,kekuasaan dan prestisenya berkurang,sehingga menyebabkan

interaksi sosial mereka juga berkurang,yang tersisa hanyalah harga diri dan

kemampuan mereka untuk mengikuti perintah (Maryam et al 2008).

Pokok-pokok interaksi sosial adalah sebagai berikut:

a) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai

tujuannya masing-masing,

Page 5: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

9

b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan

waktu.

c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai,seorang aktor harus

mengeluarkan biaya

d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya

kerugian

e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

B. Teori Aktivitas

Teori yang dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al (1972) di dalam

Darmojo (2014) menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari

bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta

mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan

aktivitas yang dilakukan. Lansia menganggap bahwa proses penuaan merupakan

suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku

mereka semasa mudanya. Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam

penyusunan kebijakan terhadap lansia karena lansia akan berinteraksi sepenuhnya

di masyarakat.

Pokok-pokok teori aktivitas ialah:

a) Moral dan keputusan berkaitan dengan interaksi sosial dan

keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

Page 6: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

10

C. Teori Perkembangan

Havighurst dan Duvali menguraikan tujuh jenis

perkembangan(development tsks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh

lansia yaitu:

1) Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis

2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

3) Menemukan makna kehidupan

4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga

6) Penyesuain diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.

7) Menerima dirinya sebagai lansia

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua

merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap tantangan

tersebut yang dapat bernilai postif atau negatif. Namun teori ini tidak

menitikberatkan pada bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang

seharusnya.

Pokok –pokok dalam teori perkembangan adalah:

a) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa

kehidupannya.

b) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri sebagai akibat

perannya yang berakhir didalam keluarga,yaitu pensiun dan atau menduda atau

menjanda.

Page 7: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

11

c) Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang

berakhir didalam keluarga,kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat

pensuin,serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.

2.1.3 Batasan Lanjut Usia

Batasan lanjut usia berdasarkan berbagai literatur belum memberikan

jawaban secara memuaskan,sehingga terkesan tidak ada batasan yang pasti. Jika

disimpulkan dari berbagai pendapat ahli,lanjut usia adalah orang yang berumur 65

tahun ke atas. Namun berdasarkan UU Nomor 13 tahun 1998 pada Bab 1 Pasal 1

Ayat 2 dijelaskan bahwa di Indonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas.

Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai batasan umur:

1. Menurut WHO, ada empat tahap yakni:

a) Usia Pertengahan (middle age):45-59 tahun

b) Lanjut usia (elderly) :60-74 tahun

c) Lanjut usia tua(old) :75-90 tahun

d) Usia sangat tua (very old) :diatas 90 tahun

2. Menurut Prof.Dr.Koesoemanto Setyonregoro,Sp.KJ

a) Usia Dewasa Muda (elderly adulthood):18/20-25 tahun

b) Usia Dewasa Penuh (middle years) :25-60/65 tahun

c) Lanjut usia (geriatric age,usia lebih dari 65/70 tahun)

terbagi menjadi:

i. Usia 70-75 tahun (young old)

ii. Usia 75-80 tahun (old)

iii. Usia lebih dari 80 tahun (very old)

Page 8: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

12

3. Menurut Burnside(1979),ada empat tahap lanjut usia:

a) Young old (usia 60-69 tahun)

b) Middle age old (usia 70-79 tahun)

c) Old-old (usia 80-89 tahun)

d) Very old old (usia 90 tahun ke atas)

2.1.4 Perubahan Fisiologis pada Lansia

Makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan

anatomik dan fungsional atas organnya juga semakin besar. Adanya introduksi

hukum 1% menyatakan bahwa fungsi organ akan menurun sebanyak satu persen

setiap tahunnya setelah umur 30 tahun. Petanda penuaan adalah bukan pada

tampilan organ atau organisma saat istirahat,namun pada bagaimana organisme

dapat beradaptasi terhadap stres dari luar (Kane et al, 1994).

Menurut Boedhi Darmodjo (2004) menjadi tua bukanlah suatu penyakit

atau sakit, tetapi adalah suatu peningkatan kepekaan atau berkurangnya

kemampuan adaptasi yang sering dikenal dengan geriatric giant, dimana lansia

akan mengalami 13 i, yaitu:

1. Imobilisasi

2. Instabilitas (mudah jatuh)

3. Intelektualitas terganggu (demensia)

4. Isolasi(depresi)

5. Inkontinensia

6. Impotensi

Page 9: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

13

7. Imunodefisiensi

8. Infeksi mudah terjadi

9. Impaksi (konstipasi)

10. Iatrogenesis (kesalahan diagnosis)

11. Insomnia

12. Impairment of (gangguan pada penglihatan,

pendengaran, pengecapan, penciuman, komunikasi

dan integritas kulit

13. Inaniation (malnutrisi).

Berikut perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia di berbagai

sistem organ tubuh:

2.1.4.1 Sistem Panca Indra

Perubahan morfologik terjadi pada mata, telinga, hidung, syaraf perasa di

lidah dan di kulit. Perubahan ini memberikan dampak pada anatomik fungsional

di berbagai organ panca indra baik pada fungsi melihat, mendengar,

keseimbangan ataupun perasa dan perabaan.

Orang berusia lanjut umumnya menderita presbiopi dikarenakan elastisitas

lensa berkurang sehingga tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas. Pada lansia

juga terjadi penurunan sensitivitas terhadap warna dan penurunan kemampuan

untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah (Maryam et al, 2008).

Lanjut usia juga mengalami kehilangan kemampuan mendengar nada dengan

frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan

hilangnya neuron di koklea (Darmojo, 2014) Mereka pada umumnya tetap dapat

mendengar suara rendah daripada nada C sejelas orang yang lebih muda.

Page 10: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

14

Di sistem perasa, terjadi penurunan sensitivitas papil pengucap terutama

terhadap rasa manis dan asin. Hal tersebut terjadi karena berhentinya pertumbuhan

tunas perasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi.

Sedangkan di sistem penciuman. daya penciuman lansia juga berkurang sejalan

dengan bertambahnya usia dikarenakan pertumbuhan sel didalam hidung berhenti

atau karena lebatnya bulu rambut di lubang hidung. Sementara pada lansia

sering dijumpai kulit yang semakin kering dan keras sehingga indra peraba di

kulit semakin peka.

2.1.4.2 Sistem Gastro Intestinal

Perubahan fisiologis pada lansia di sistem gastrointestinal ialah perubahan

atrofik pada rahang sehingga gigi lebih muda tanggal. Perubahan atrofik juga

terjadi pada mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. Perubahan morfologik

tersebut akan menyebabkan perubahan fungsional sampai perubahan patologik,

diantaranya gangguan menguyah dan menelan serta perubahan nafsu makan.

2.1.4.3 Sistem Kardiovaskuler

Lansia mengalami penurunan kemampuan dalam memompa darah

sehingga menurun kontraksi dan volumenya. Keadaan tersebut ditambah dengan

penurunan elastisitas serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

sehingga tekanan darah pada lansia rata-rata meningkat.

2.1.4.4 Sistem Respirasi

Kekuatan otot-otot pernapasan mengalami penurunan,elastisitas paru

menurun,kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat.

Page 11: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

15

2.2 Kognitif pada Lansia

2.2.1 Definisi Kognitif

Kognitif berasal dari bahasa latin cognosere ( yang berarti “untuk

mengetahui” atau “untuk mengenali”) merujuk pada kemampuan untuk

memproses informasi,menerapkan ilmu dan mengubah kecenderungan (Nehlig,

2010).

Fungsi Kognitif ialah proses mental yang dilakukan seseorang untuk

mengatur informasi seperti memperoleh input dari lingkungan (persepsi),

memilih (perhatian), mewakili (pemahaman), dan menyimpan (memori) informasi

dan akhirnya menuntun perilaku (penalaran dan koordinasi output motorik).

(Briton dan Marmot, 2003).

2.2.2 Domain Kognitif

a. Atensi

Atensi adalah kemampuan untuk mengikuti suatu stimulus spesifik tanpa

diganggu oleh stimulus dari luar.Atensi merupakan hasil hubungan antara batang

otak,aktivitas limbik dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk fokus pada

stimulasi spesifik dan mengabaikan stimulus yang tidak relevan (PERDOSSI

2008). Sedangkan konsentrasi adalah kemampuan untuk mempertahankan atensi

selama periode waktu tertentu. Gangguan atensi dan konsentrasi dapat

mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif.

Aspek atensi terdiri dari (Bahrudin, 2011):

Atensi selektif : Kemampuan untuk menseleksi stimulus.

Pertahankan atensi atau kesiagaan : Kemampuan mempertahankan atensi

dalam waktu tertentu.

Page 12: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

16

Atensi terbagi : Kemampuan untuk bereaksi terhadap berbagai stimulus

dalam satu waktu.

Atensi alternatif: Mampu beralih dari satu situsi ke situasi lain.

b. Bahasa

Bahasa merupakan alat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang

membangun kemampuan fungsi kognitif. Dalam berbahasa ada enam modalitas

bahasa yaitu:

1) Kelancaran

Kelancaran mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat

dengan panjang, ritme, melodi yang normal. Metode pemeriksaan ialah dengan

menilai kelancaran pasien dalam berbicara secara spontan.

2) Pemahaman

Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu pertanyaan atau

perintah dan dibuktikan dengan melakukan perintah tersebut.

3) Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau

kalimat yang diucapkan seseorang.

4) Penamaan

Merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-

bagiannya.

5) Pemeriksaan Baca Tulis

Page 13: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

17

c. Memori

Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian informasi,

proses penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal yang berpengaruh dalam

tiga proses tersebut akan mempengaruhi fungsi memori.

Signal eksternal atau stimuli dari lingkungan sekitar akan ditangkap oleh

sistem penginderaan dan secara bertahap diproses dalam sistem penyimpanan

(memori) otak manusia yang terdiri atas (Semiawan, 2009):

Sensory Information Storage (SIS): menyimpan gambaran realita/fakta

secara lengkap dan akurat,namun lama penyimpanan hanya 0,1-0.5 detik.

Pengetahuan sesaat yang dapat disimpan dalam SIS tidak dapat dipanggil kembali

pada waktu berikutnya. Disini dibutuhkan pemusatan perhatian dan mengingat

(attention).

Short Term Memory (STM): menyimpan informasi dalam beberapa

menit. Dalam memori ini,apa yang sudah ditangkap oleh SIS sudah

dapat diklasifikasikan sesuai dengan pola yang dikenal, selanjutnya

adalah pola proses pencocokan pola (template matching) dengan

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Long Term Memory (LTM): menyimpan informasi dalam rentang

waktu yang lebih lama, bisa beberapa menit, jam, bulan bahkan

tahun. Ini merupakan memori utama yang dapat menyimpan

stimulus dengan permanen.

d. Visuospasial

Kemampuan visuospasial merupakan fungsi kognitf non verbal tingkat

tinggi yang melibatkan integrasi fungsi lobus occipitalis, parietalis dan frontalis.

Page 14: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

18

Contoh kemampuan konstruksional adalah menggambar garis dan balok,

menyalin atau mencontoh gambar garis dengan pensil dan kertas dan lain lain

(Bahrudin, 2011).

e. Fungsi Eksekutif

Ialah suatu proses kompleks seseorang dalam menghadapi masalah

maupun persoalan. Proses ini meliputi kesadaran akan keberadaan suatu masalah,

mengevaluasi serta menganalisa jalan keluar suatu persoalan (PERDOSSI, 2008).

2.2.3 Kognitif Lansia

Ketika seseorang memasuki usia lanjut,maka akan mengalami perubahan

dalam aspek kecepatan memproses, penurunan efisiensi dalam berfikir, dan

kesulitan dalam pengungkapan kembali memori jangka panjang (Suardiman,

2011). Menjadi tua ditandai oleh kemunduran-kemunduran kognitif antara lain

(Depkes, 1998):

Mudah lupa,ingatan tidak berfungsi baik

Ingatan kepada hal-hal masa muda lebih baik daripada hal yang

baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama

Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau

tempat mundur karena daya ingat dan penglihatan yang biasanya

sudah mundur

Skor yang dicapai dalam hal inteligensi menjadi lebih rendah

meskipun mempunyai banyak pengalaman

Tidak mudah menerima hal-hal atau ide baru.

Page 15: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

19

Kontributor utama dalam perubahan kognitif adalah penurunan

menyeluruh sistem saraf pusat. Penurunan terkait penuaan ditunjukkan dalam

kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan memori jangka panjang

(Papalia,Olds & Feldman, 2008). Perubahan ini memiliki hubungan dengan

struktur dan fungsi otak. Gambaran struktur otak pada post mortem otak lanjut

usia meliputi volume dan berat otak yang berkurang, pembesaran ventrikel dan

pelebaran sulkus, hilangnya sel-sel saraf di neokorteks, penciutan syaraf dan

dismorfologi, pengurangan densitas sinaps, hiperintensitas substansia alba yang

tidak hanya di lobus frontalis namun juga menyebar hingga ke daerah posterior

akibat perfusi serebral yang buruk (Myers, 2008).

Hipotesis lobus frontalis muncul dari penemuan ini yakni dengan asumsi

bahwa penurunan fungsi kognitif lansia adalah sama bila dibandingkan dengan

pasien dengan lesi lobus frontalis. Kedua populasi tersebut menunjukkan

gangguan pada memori kerja,atensi dan fungsi eksekutif (Rodriguez-Aranda &

Sundet dalam Myers 2008).

Prevalensi gangguan kognitf termasuk demensia meningkat sejalan

bertambahnya usia. Kurang dari 3% terjadi pada kelompok usia 65-75 tahun dan

lebih dari 25% terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas (WHO 1998). Fungsi

otak yang menurun secara linier dengan pertumbuhan usia adalah berupa fungsi

memori, kemunduran dalam kemampuan naming (penamaan) dan kecepatan

mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (Strub &

Black, 1992).

Page 16: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

20

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kognitif Lansia

1. Jenis Kelamin

Wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitf. Hal tersebut

dikarenakan adanya peranan hormon seks endogen dimana reseptor estrogen

ditemukan di area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori seperti

hipokampus. Estradiol diperkirakan bersifat melindungi syaraf (neuroprotektif)

dan dapat membatasi kerusakan akibat stres oksidatif. Rendahnya level estradiol

dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal (Yaffe dkk,

2007 dalam Myers 2008).

2. Usia

Pertambahan usia berjalan beriringan dengan penurunan fungsi kognitf.

semakin bertambah usia (>60 tahun) maka makin menurun fungsi kognitif

(Erickson, 2010)

3. Status Pendidikan

Menurut penelitian Monginsidi (2013) dijelaskan bahwa seseorang yang

mengenyam pendidikan lebih dari sembilan tahun atau lebih dari pendidikan dasar

(SMA,diploma atau sarjana) memiliki hasil fungsi kognitif yang tergolong

normal.

4. Status Kesehatan

Salah satu yang mempengaruhi fungsi kognitif adalah seperti hipertensi,

angina pektoris, infark miokardium dan penyakit jantung serta penyakit vaskular

lainnya. Dalam hal hipertensi,jika terjadi peningkatan tekanan darah kronis dapat

meningkatkan efek penuaan pada struktur otak meliputi reduksi substansia alba

Page 17: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

21

dan substansia grisea di lobus prefrontal, penurunan hipokampus dan

hiperintensitas substansia alba di lobus frontalis (Briton dan Marmot, 2003).

2.2.5 Pemeriksaan Fungsi Kognitif

Dalam menilai fungsi kognisi global dilakukan pemeriksaan menggunakan

Mini Mental State Examination (MMSE) . MMSE sejak tahun 1975 sudah

divalidasi dan digunakan secara luas pada praktek klinis maupun penelitian.

MMSE berfungsi sebagai media pendeteksi gangguan kognitif pada lansia, rawat

inap dan anggota komunitas (Bahrudin, 2011).

Mini Mental State Examination (MMSE) adalah alat ukur terstruktur yang

terdiri dari 30 poin dan dikelompokkan menjadi 7 kategori:

Orientasi terhadap tempat (negara,provinsi, kota,gedung, lantai)

Orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan tanggal)

Registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata)

Atensi dan konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka

100, atau mengeja kata WAHYU secara terbalik)

Mengingat kembali (mengingat kembali 3 kata yang telah diulang

sebelumnya)

Bahasa (memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca dengan

keras dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat dan mengikuti

perintah 3 langkah)

Kontruksi visual (menyalin gambar)

Page 18: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

22

Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar sempurna, skor

yang makin baik mengindikasikan fungsi kognitif yang baik. Skor total berkisar 0-

30 (performance sempurna). Nilai 24-30 diinterprestasikan normal; Nilai 17-23

diinterprestasikan probable gangguan kognitif; dan nilai 0-16 interprestasi

definitif gangguan kognitif.

Pelaksanaan MMSE kurang lebih 5-10 menit. Tes ini dapat dilaksanakan

dengan mudah oleh semua profesi kesehatan atau tenaga terlatih yang telah

memahami instruksinya.

2.3 Senam Lansia

2.3.1 Definisi dan Jenis Senam Lansia

Senam lansia adalah senam aerobic low impact yang gerakannya

melibatkan sebagian besar otot tubuh, sesuai dengan gerak sehari-hari, gerakan

kanan-kiri mendapat beban yang seimbang serta dengan intensitas senam ringan

sampai sedang (Budihardjo dkk, 2004).

Senam lansia disusun dalam empat paket yaitu paket A, B, C, D dengan

spesifikasi yang berbeda. Paket A diperuntukkan bagi lansia yang tidak tahan

berdiri dan dilakukan sambil duduk di kursi; Paket B untuk lansia dengan kondisi

sedang; Paket C untuk lansia dengan kondisi baik; dan Paket D untuk lansia

dengan tingkat kondisi prima. Tiap paket latihan senam memiliki susunan yaitu

latihan pemanasan, inti dan pendinginan (Budihardjo dkk, 2004).

2.3.2 Manfaat Senam Lansia

Manfaat melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka waktu

yang cukup (Maryam,2008):

Page 19: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

23

Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang

baik

Mengadakan koreksi terhadap kesalahan sikap dan gerak

Membentuk sikap dan gerak

Memperlambat proses degeneratif karena perubahan usia

Membentuk kondisi fisik (kekuatan

otot,kelenturan,keseimbangan,ketahanan keluwesan dan kecepatan)

Membentuk berbagai sikap kejiwaan(membentuk

keberanian,kepercayaan diri,kesiapan diri,dankesanggupan

kerjasama).

Memberikan rangsangan bagi syaraf-syaraf yang lemah,khususnya

bagi lansia.

Menumpuk rasa tanggung jawan terhadap kesehatan diri sendiri

dan masyarakat.

2.3.3 Gerakan Senam Lansia

2.3.3.1 Cara Berlatih (dengan peregangan)

a) Lakukan pemanasan berupa gerakan senam selama 5-10 menit. Setiap

gerakan dilakukan satu persatu sebanyak 8 kali selama melakukan

gerakan.

b) Lakukan peregangan selama 5 menit. Pada waktu peregangan,posisi

tersebut ditahan selama 10 detik dan jangan menahan nafas.

c) Lakukan latihan inti selama 10 menit.Setelah selesai latihan

inti,dilanjutknan dengan pendinginan selama 5 menit.

Page 20: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

24

d) Lakukan peregangan selama 5 menit.

2.3.3.2 Cara Berlatih (tanpa peregangan)

a. Lakukan pemanasan dengan tubuh bagian kepala,tangan,badan dan kaki

selama 10 menit.

b. Gerakan dilakukan secara berurutan sesuai dengan tahap.

c. Lakukan pendinginan seperti pada pemanasan selama 10 menit.

2.3.3.3 Gerakan-Gerakan Pemanasan

1. Berdiri tegak lutut agak bengkok, miring leher ke kiri, tegakkan kembali

kemudian miringkan ke kanan dan jangan melakukan gerakan

menengadah dan gerakan putaran penuh.

2. Berdiri tegak, lutut agak dibengkokkan, lengan lurus ke samping diputar

ke depan dan belakang.

3. Berdiri tegak, lutut agak bengkok lengan ditekuk didepan dada kemudian

luruskan ke samping.

4. Berdiri tegak, lutut agak bengkok, kedua tangan lurus ke bawah kemudian

ditekuk ke atas.

5. Berdiri tegak,condongkan badan ke samping kanan dengan lutut

dibengkokkan. Tangan kiri menyentuh lutut kanan, kemudian kembali ke

posisi semua, lakukan gerakan serupa untuk gerakan ke samping kiri.

6. Berdiri tegak, lutut agak dibengkokkan, lengan diangkat di atas disamping

kepala, turunkan badan sambil membengkokkan lutut kemudian kembali

ke posisi tegak.

7. Berdiri tegak, tungkai lurus tangan memakai sandaran kursi. Lakukan

gerakan jinjit untuk kedua kaki, kemudian kembali ke posisi tegak.

Page 21: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

25

2.3.3.4 Gerakan Inti

a) Gerakan kepala dan leher

Tegakkan kepala ke atas, usahakan keher tidak menekuk ke

belakang kemudian diluruskan..

Tundukkan kepala pelan-pelan kemudian kembali ke posisi semula

Miringkan leher pelan ke kiri, tengah ,kemudian kanan.

Palingkan leher ke kiri tengah, dan kekanan secara perlahan-lahan.

b) Gerakan bahu dan tangan

Putar pangkal lengan ke belakang kemudian ke depan, dapat

dilakukan dengan beban atau tanpa beban.

Lengan relaks didepan badan, gerakan ke dalam dan ke samping

tubuh kemudian kembali ke posisi semula.

Posisi lengan ditekuk sejajar dengan bahu, gerakan ke depan dada,

tarik ke belakang, lakukan bergantian dengan tangan kiri diatas dan

tangan kanan dibawah.

c) Gerakan Kaki

Jalan tegap di tempat dengan kaki diangkat ke belakang.

Langkah silang kaki ke kanan dan ke kiri diikuti dengan ayunan

tangan.

Angkat paha dan kaki ke depan dengan tangan ke atas.

Gerakan menyilang ke depan badan, sentuh ujung kaki kanan yang

depan diangkat dengan tangan kiri, lakukan sebaliknya.

Gerakan jinjit dengan kaki

Page 22: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

26

Gerakan telapak tangan ke atas dengan tumpuan pada tumit dan

kemudian dilakukan lagi dengan tumpuan ujung kaki.

Gerakan menekuk ujung jari ke dalam dengan tumpuan tumit

kemudian tarik ujung jari ke atas, semua gerakan dilakukan dengan

delapan (8) halaman.

2.3.3.5 Gerakan Peregangan

Peregangan otot betis

Peregangan otot paha depan

Peregangan otot dada dan bahu

Peregangan otot punggung

Peregangan otot lengan atas

2.4 Hubungan antara Senam Lansia dan Kognitif Lansia

Penelitian membuktikan bahwa melakukan aktivitas fisik (seperti contohnya

senam) dapat menstimulasi otak dengan meningkatkan protein Brain Derived

Neurotropic Factor (BDNF) yang menjaga sel syaraf tetap bugar dan sehat

(Turana, 2013). Kadar BDNF yang rendah berhubungan dengan gejala penyakit

kepikunan. Aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan ekspresi BDNF di

hipokampus sehingga berperan dalam perbaikan plastisitas sinaps otak dan fungsi

kognitif. Perbaikan plastisitas sinap berperan dalam proses belajar dan fungsi

memori ( Gomez et al, 2008).

Protein Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF) merupakan salah

satu anggota famili neurotropin growth factor yang disebut sebagai agen

neuroprotektif kuat untuk mencegah proses degeneratif. Aksi BDNF diperantarai

Page 23: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

27

oleh reseptor TrkB (tropomyosin receptor kinase B) yang diekspresikan dalam

neuron dari sistem saraf pusat dan perifer. Pada sistem saraf pusat, terdapat

beberapa tempat yang memiliki kadar BDNF yang tinggi yaitu hipokampus,

korteks serebral, thalamus, serebelum, batang otak dan medula spinalis.

Sedangkan pada sistem saraf perifer, diekspresikan pada ganglia kranial, sistem

vestibular dan akar ganglia dorsalis. (Gupta et al, 2013).

Bagan menunjukkan bahwa fosforilasi tirosin yang dipicu oleh

ikatan neurotropin akan menyebabkan perekrutan pleckstrin homolog (HP) dan

domain SH2 yang terdiri dari FRS2, SHC, SH2B, SH2B2 yang akan mengaktivasi

beberapa jalur lainnya. (Gupta et al, 2013).

Reseptor TrkB meregulasi pertumbuhan dan kelangsungan hidup

neuron melalui kaskade sinyal Ras-PI3K-Akt. Sedangkan aktivasi jalur GRB2-

Ras-MAPK-Erk akan meregulasi diferensiasi dan perkembangan neuronal

(Murray, 2011). Selain itu, plastisitas sinaps juga diregulasi dengan stimulus

fosfolipase Cƴ (PLCƴ) melalui sinyal protein kinase C (Rantamaki et al, 2007).

Page 24: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41717/3/jiptummpp-gdl-afifahshol-48601-3-bab2.pdf · frekuensi tinggi sebagai akibat dari degenerasi organ korti (sel-sel rambut) dan hilangnya

28

Gambar 2.2 Jalur Signaling BDNF dan reseptor TrkB di otak

Protein BDNF tidak hanya berperan sebagai agen neuroprotektif yang

mencegah proses degeneratif, tapi juga menginduksi neurogenesis, plastisitas

sinaps dan memodulasi organisasi struktur sinaps (Gomez et al, 2013).

Nouchi,R et al (2014) dalam penelitiannya di Jepang membandingkan

fungsi koginitif lansia sebelum dan sesudah senam dan didapatkan kesimpulan

bahwa lansia yang rutin melakukan kombinasi latihan berupa aerobik, stretching

dan strength mengalami perubahan fungsi kognitif lebih baik sesudah senam.

Intervensi rutin tersebut dilakukan selama 4 minggu. Menurut American College

Sports and Medicine (ACSM) 2009 ada dua tipe kegiatan fisik yang

direkomendasikan untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia, yaitu tipe

aerobik dan tipe resisten. Senam lansia termasuk dalam tipe aerobik moderate

dimana ACSM merekomendasikan untuk dilakukan selama minimal 150 menit

per minggu.