Bab 2 Dimensia Bagus

38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Mobilisasi 2.1.1.a Pengertian Mobilisasi Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit, berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya, disamping menggunakan ekstremitas. Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti mengekspresikan emosi, dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari, dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik. Mobilisasi merupakan salah satu aspek yang paling penting dilihat dari sudut pandang fungsi psikologis 6

description

mm m

Transcript of Bab 2 Dimensia Bagus

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis2.1.1 Mobilisasi2.1.1.a Pengertian Mobilisasi Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit, berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya, disamping menggunakan ekstremitas. Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti mengekspresikan emosi, dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari, dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik. Mobilisasi merupakan salah satu aspek yang paling penting dilihat dari sudut pandang fungsi psikologis karena mobilisasi adalah hal yang sangat mendasari untuk mempertahankan atau memelihara kebebasan karena konsekuensi yang serius akan terjadi ketika kebebasan itu hilang.

2.1.1.b Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Menurut Sudoyo, et. al (2009), Darmojo & Boedhi (2006) dan Potter &Perry (2009) menjelaskan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi mobilisasi adalah:

6a. Faktor fisik Adanya penyakit-penyakit seperti rematik (arthritis) pada lutut atau tulang belakang, patah tulang akibat osteoporosis, stroke, gangguan pada telapak kaki atau jari-jari kaki juga menyebabkan lansia tidak ingin atau tidak mampuberjalan dan lain-lain.b. Faktor psikis Adanya Parkinson, demensia, depresi, kekhawatiran jatuh pada diri lansia atau kondisi keluarga juga mempengaruhi mobilisasi pada lanjut usia. Berbagai penyebab psikis yang mempengaruhi perubahan dalam kemampuan aktivitas mobilisasi berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan akan rendah diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti kekuatan, kecepatan dan ketrampilan. Tekanan emosional, yang berasal dari sebab-sebab psikis dapat mempercepat mobilisasi untuk mencoba melakukan sesuatu yang mungkin akan membahayakan baginya.c. Faktor lingkungan1) Rumah harus memiliki ventilasi, jendela, atap dan pintu yang memadai untuk sirkulasi udara dan cahaya.2) Lantai tidak licin dan menggunakan warna yang mencolok untuk lantai yang bertingkat.3) Kamar mandi atau toilet dibangun di area yang mudah dijangkau olah lansia. Tersedianya halaman depan atau halaman belakang yang cukup luas dan asri.4) Tempatkan perabotan jauh dari area mobilisasi lansia.5) Pasang pegangan sepanjang area mobilisasi lansia.2.1.1.c Komponen-komponen Mobilisasi Terdapat beberapa komponen dalam mobilisasi lansia, diantaranya yaitu:a. Kemandirian Kemandirian seorang lansia akan menimbulkan keberanian lansia dalam mobilisasi.b. Latihan pertahanan (Resistance training). Latihan pertahanan meliputi kecepatan gerak sendi luas lingkup gerak sendi (Range ofmotion) dan jenis aktivitas fisik bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru,otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membantu tubuh mereka bertenaga. Contoh berjalan kaki, lari ringan, berkebun ataupun di sawah kekuatan yang dihasilkan karena pemendekan atau pemanjangan otot.c. Daya tahan (Endurance). Daya tahan akan meningkatkan kekuatan yang didapatkan dari latihan pertahanan. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis (keropos pada tulang). d. Kelenturan Kelenturan merupakan komponen yang sangat penting ketika lansia melakukan kegiatan karena pada lansia banyak terjadi pembatasan luas lingkup gerak sendi akibat kekakuan otot dan tendon. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Contoh mencuci piring, mencuci pakaian mobil dan mengepel lantai.e. Keseimbangan Keseimbangan pada lansia harus dipertahankan karena gangguan keseimbangan pada lansia saat kegiatan dapat menyebabkan lansia mudah terjatuh. Komponen yang terkait dengan mobilisasi lansia diantaranya, yaitu:1) Sistem skeletal Skelet adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang. Skelet merupakan tempat melekatnya otot dan ligamen. Ikatan ini yang menyebabkan mobilisasi dari gerakat skelet, seperti : membuka dan menutup mulut atau meluruskan lengan atau kaki 2) Karakteristik tulang Karakteristik tulang meliputi kekokohan, kekuatan dan elastisitas. Kekokohan tulang itu merupakan hasil dari adanya garam anorganik seperti kalsium dan fosfat yang tersebar dalam matrik tulang. Kekokohan berhubungan dengan kekakuan tulang, yang penting untuk mempertahankan tulang panjang tetap lurus, dan membuat tulang tetap lurus serta membuat tulang dapat menyangga berat badan saat berdiri. Selain itu, tulang mempunyai tingkat elastisitas dan fleksibilitas skelet yang dapat berubah sesuai usia.3) Sendi Sendi adalah hubungan diantara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan sesuai dengan struktur dan tingkat mobilisasinya.

4) Ligamen Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu dan menghubungkan tulang dengan kartilago. Ligamen bersifat elastis sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi.5) Tendon Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon bersifat kuat, fleksibel dan tidak elastis.6) Kartilago Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler, yang terletak terutama di sendi dan di toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada lansia dan penyakit osteoartritis.7) Otot skelet Otot skelet mempunyai kemampuan untuk berkontransi dan berelaksasi, merupakan elemen kerja dari pergerakan.

2.1.1.d Macam-macam MobilisasiMacam-macam mobilisasi yaitu :a. Mobilisasi penuh Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilissi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologi maupun psikologis bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari-hari.b. Mobilisasi sebagian Seseorang yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi :1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang.2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistem syaraf yang reversibel.2.1.1.e Mobilisasi Pada LansiaManfaat mobilisasi yang tepat dan benar bagi lansia :a.Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansiab.Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaanc.Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patahd.Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi kecepatan penurunan kekuatan otot.2.1.1.f Alat Ukur Mobilisasi Menurut Hariandy (2007) dan Mahoney FI (1965) menyatakan bahwa alat ukur mobilisasi menggunakan Indeks Barthel yang sudah dimodifikasi terdiri dari 10 pertanyaan diantaranya yaitu : melakukan makan, mengenakan pakaian atas, mangenakan pakaian bawah, mengenakan pelindung, mencuci pakaian, cuci muka/mandi, mengendalikan kandung kemih, mengendalikan usus besar, melakukan perawatan perineum, berpindah ke/dari kursi, berpindah ke/dari toilet, berpindah ke/darikamar mandi, berjalan sepanjang 50 meter, naik/turun tangga satu lantai, menggunakan kursi roda sepanjang 50 meter. Dari pertanyaan diatas diperoleh hasil tertinggi 100 dan terendah 1,dengan pembagian kriteria mandiri utuh 100 skor, mandiri terbatas 80 skor dan bantuan (pembantu) 40 skor.

2.1.2 Dimensia2.1.2.a Definisi Dimensia Julianti dan Bodiono (2008) Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif. Dimensia merupakan gangguan intelektual yang menghambat fungsi kerja dan sosial. Perubahan kognitif akan menurunkan kemampuan lansia untuk melakukan kegiatan harian. (Potter dan Pery, 2009) Durand dan Barlow dalam Hernanta (2013) menyatakan bahwa dimensia adalah onset-gradual fungsi otak yang melibatkan kehilangan ingatan, ketidakmampuan mengenali berbagai objek atau wajah, dan kesulitan dalam merencanakan dan penalaran abstrak. Gyayson dalam Hernanta (2013), menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan oleh beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

2.1.2.b Penyebab Dimensia Penyebab dimensia menurut Hernanta (2013), diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok sebagai berikut:a. Penyebab biologis1.Adanya penumpukan protein lengket yang disebut anyloid plaques yang berakumulasi diotak pada penderita dimensia. Plak amiloid juga ditemukan pada lansia yang tidak memiliki gejala gejala dimensia, tetapi juga dalam jumlah yang lebih sedikit.2.Didalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang semrawut adan protein abnormal, yang bisa terlihat pada autopsi. Dimensia sosok lewy sangat menyerupai penyakit alzhaimer, tetapi memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopik yang terjadi didalam otak.3.Penyebab yang lain dari dimensia adalah serangan stroke yang berturut turut. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakann akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Dimensia yang berasal dari stroke kecil disebut dimensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.4.dimensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest. Penyebab lain dari dimensia adalah penyakit parkinson, penyakit pick, AIDS, penyakit paru, ginjal, gangguan darah, gangguan nutrisi, keracunan metabolism dan diabetes.5. faktor genetis yang berhubungan dengan apoprotein E4(Apo E4), alela(4) kromosom 19 pada penderita alzheimer familial/sporadic. Penyebab lainnya adalah neurotransmiter lain yang berkurang yaitu non adrenergic presinaptic , serotonin, somatostatin, corticothropin, releasingfaktor, glutamate, dan sebagainya. b) Penyebab Psikologis Penderita yang mengalami depresi memiliki resiko dua kali lebih besar mengalami dimensia. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian oleh Epidemological Pathways Follow-Up Study yang dilakukan selama lima tahun. Pasien yang sudah didiagnosis menderita dimensia dikeluarkan dari penelitian ini. Selama periode lima tahun, 36 dari 445,atau 7,9 persen dari pasien diabetes dengan depresi berat didiagnosis dengan dimensia. Diantara 3.382 pasien dengan diabetes saja, 163 atau 4,8 persen mengembangkan gejala dimensia. Para peneliti menemukan hasil bahwa depresi berat dengan diabetes mengalami peningkatan 2,7 kali lipat untuk mengalami dimensia, dibanding pasien diabetes tanpa mengalami depresi berat. Depresi meningkatkan resiko dimensia, karena kelainan biologis efektif ini berhubungan dengan penyakit, termasuk tingginya kadar hormon kortisol atau masalah sistem saraf otonom yang dapat mempengaruhi jantung, pembekuan darah. Selain itu, faktor faktor lain yang meningkatkan resiko dimensia karena perilaku umum dalam kondisi seperti merokok, makan berlebihan, kurang olahraga, dan kesulitan dalam mengikuti rejimen pengobatan dan perawatan.c) Penyebab Sosial Gaya hidup seseorang mungkin melibatkan kontak dengan faktor faktor yang dapat menyebabkan dimensia,misalnya penyalahan substansi yang dapat menyebabkan dimensia. Gaya hidup seperti diet, olahraga, dan stress mempengaruhi penyakit kardiovaskuler dan dapat membantu menentukan siapa saja yang akan mengalami dimensia vaskuler. Gaya hidup yang sehat seperti diet, olahraga, dan kontrol terhadap makanan dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya stroke dan tekanan darah tinggi yang menyebabkan dimensia vaskuler. Sedangkan gaya hidup yang tidak sehat seperti stress, tidak mengontrol makanan, jarang berolahraga dapat meningkatkan resiko terkena stroke dan tekanan darah tinggi yang menyebabkan dimensia vaskuler. Faktor-faktor kultural juga dapat mempengaruhi seseorang mengalami dimensia. Sebagai contoh, hipertensi dan stroke menonjol dikalangan orang orang Afrika, Amerika dan orang - orang Asia-Amerika tertentu, yang menjelaskan mengapa dimensia vaskuler sering dialami oleh kelompok ini. Hal ini terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat, seperti dikalangan orang orang Afrika-Amerika yang sering mengkonsumsi alkohol dan makanan - makanan cepat saji dan berpengawet yang meningkatkan resiko terkena hipertensi dan stroke yang menyebabkan dimensia vaskuler (Durand dan Barlow dalam Hernanta,2013.2.1.2.c Gejala dan Tanda DimensiaGejala dan tanda demensia meliputi :a. Kehilangan Ingatan Gejala ini merupakan gejala umum dari dimensia, dan ingatan mengenai kejadian - kejadian baru yang pertama - tama terkena dampaknya. Kapasitas untuk mengingat lebih jauh ke masa lalu biasanya tidak terpengaruh sampai penyakit tersebut mencapai tingkat yang lebih tinggi. Untuk menyimpan informasi dalam ingatan, pertama tama yang harus diperhatikan adalah untuk menandai dan menyerapnya sehingga kita dapat mengingatnya kembali di saat kemudian. Kemampuan untuk menyimpan informasi akan mengalami kemunduran karena perubahan otak akibat penyakit ini. Pada tahap awal, masalah kemunduran yang terjadi pada ingatan jangka pendek, mungkin tidak menimbulkan banyak masalah dan juga banyak orang yang mendapati ingatan mereka menjadi kurang baik ketika mereka beranjak tua. Tetapi ketika penyakit tersebut berkembang, kehilangan ingatan menjadi lebih menyiksa. Sebagai contoh sipenderita pergi karena suatu perintah dan kemudian dia lupa kemana tujuannya, atau dia makan kemudian dia lupa bila sudah makan. Pada tahap lanjut, dia bisa lupa akan nama- nama orang didekatnya.b. Disorientasi waktu dan tempat Lupa hari atau tempat tujuan untuk sesaat masih termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa tempat dimana ia berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya, tidak tahu bagaimana ia sampai di tempat tersebut dan tidak lupa akan nama teman, nomor telepon rekan bisnis dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat mengingatkan lagi beberapa saat kemudian. Orang dengan kepikunan/demensia mengalami kelupaan yang sangat sering sehingga mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari, dan mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru Lupa hari atau tempat tujuan untuk sesaat masih termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa tempat dimana ia berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya, tidak tahu bagaimana ia sampai di tempat tersebut dan tidak bisa mencari jalan pulang ke rumahnya sendiri maka hal ini menunjukkan gejala demensia.c. Perubahan Kepribadian dan prilaku Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama seperti sebelum mengalami penyakit, tetapi yang lain menunjukan perubahan yang sangat menyolok. Penarikan diri secara sosial dan hilangnya minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan merupakan hal yang biasa terjadi. Orang - orang yang mengalami dimensia dapat mengalami pergantian suasana hati yang tidak jelas, atau bagian terpendam dari kepribadiannya dapat lebih terungkap. Mereka cenderung menjadi pendengki dan cemas. Beberapa diantarnya mengalami perubahan kepribadian secara drastis, mungkin berubah dari seseorang yang lembut menjadi seseorang yang pemarah dan agresif. b. Kesulitan dalam berkomunikasi Pada tahap awal dimensia orang orang mengalami kesulitan dalam menemukan kata - kata yang tepat untuk diucapkan ketika berbicara. Ini membuat mereka sulit terlibat dalam percakapan yang sukar. Kemudian mereka tidak dapat menyelesaikan kalimat, melantur, atau mereka mengucapkan kata- kata yang sama berulang kali. Kemampuan membaca dan menulis juga terkena dampaknya. Menjadi lebih sulit untuk menemukan kata-kata yang tepat ketika berbicara pada saat kondisi memburuk dan ketidakmampuan juga menjadi menurun, percakapan menjadi sulit.e. Kesulitan berfikir abstrak Pasien demensia akan mengalami kesulitan dalam hitung menghitung, kalimat majemuk dan peribahasa maupun pemahaman konsep.f. Salah menaruh barang Setiap orang bisa saja lupa menaruh kunci atau dompet. Seseorang dengan demensia Alzheimer mungkin dapat meletakkan benda-benda di tempat yang tidak seharusnya misalnya setrika ditaruh didalam kulkas, atau arloji diletakkan di dalam panci.j. Kehilangan inisiatif Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah tangga, aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal bila setelah beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang dengan demensia dapat menjadi sangat pasif dan apatis sehingga diperlukan usaha untuk menarik minatnya agar mau ikut beraktivitas.Menurut World Alzheimers Report 2009 manifestasi dari demensia dapat dibagi ke dalam 3 stadium :1.Stadium awaluntuk 1-2 tahun pertama2.Stadium menengah untuk 2-5 tahun berikutnya3.Stadium akhirsetelah 5 tahun berlangsung

Tabel 2.1 Stadium dan Gejala Dimensia

Stadium Awal Stadium awal seringkali diabaikan.Keluarga maupun teman-temanpasien (bahkan oleh tenagakesehatan sendiri) menganggapnya sebagai bagian normal dari prosespenuaan. Karena onset dari demensia yang gradual, sering kali sulit untuk memastikan kapan stadium ini dimulaiStadium menengah Seiring perjalanan penyakit,batasan stadium menjadi lebihjelasStadium AkhirStadium akhir merupakan tahap mendekati disabilitas dan kebergantungan total.Gangguan memori menjadi sangat serius dan dampakfisik dari penyakit semakinberat

Menjadi pelupa, khususnya mengenai hal-hal atau peristiwayang baru saja terjadiMenjadi sangat pelupa,khususnya terhadapperistiwa yang baru saja terjadi dan nama orang-orang

Deteriorisasi kapasitas memori semakin parah,mulai tidak dapat mengenali sanak-saudara,teman-teman dekat,maupun objek yang familiar

Memiliki sedikit kesulitan dalamberkomunikasiKesulitan dalamberkomunikasi semakinparah (pelafalan dan komprehensif)

Tidak dapat memahami kejadian yang berlangsung di sekelilingnya

Mulai lupa dan tersesat ditempat-tempat yang familiarKesulitan dalam mengenali tempat-tempat maupun kejadian yang familiar.Seringkali tersesat bahkan di rumah ataupun dalam komunitas sekitarTidak dapat menemukan arah menuju berbagai lokasi di rumah, semakin sering tersesat

Menurunnya tingkat orientasi terhadap waktu, termasuk diantaranya hari, bulan, atau pun tahun

Membutuhkan bantuan dalam perawatan pribadi seperti menggunakan toilet,mandi, berpakaianTidak dapat makan tanpabantuan,seringkali mengalami kesulitan dalam mengunyah

Memiliki kesulitan dalam membuat keputusan dan menangani keuangan pribadi

Perilaku mulai berubah,termasuk di antaranya sering menanyakan hal yangsama secara berulang-ulang,gangguan tidur, danberhalusinasiSemakin meningkatnya kebutuhan akan bantuan dalam melakukanperawatan diri seperti mandi, berpakaian dan menggunakan toilet

Kesulitan dalam melakukan kegiatan atau aktivitas rutin dirumah

Tidak dapat melakukan aktivitas rutin di rumah seperti memasak,menyiapkan makanan,berbelanja dan sebagainyaPenurunan kemampuan mobilitas : sulit berjalan,dan lebih sering berada dikursi atau tempat tidur

Mood dan tingkah laku :1. Mulai kurang aktif, dan motivasi menurun.Ketertarikan dalam aktivitas maupun hobby mulai hilang2. Dapat menunjukkanperubahan mood, baik itu depresi maupun kecemasan

3.Seringkali marah dan aggresif dalam menanggapi hal yang wajar

Menunjukkan perilaku agresi di lingkungan rumah maupun komunitasPerubahan perilaku semakin jelas. Mulai menunjukkan sikap agresibahkan terhadap keluarga sendiri dan agitasi nonverbal seperti menendang, memukul,berteriak atau menjerit.

Sumber : Disalin dari World Alzheimers Report 2009. London, Alzheimers Disease International, 2009; dan Neurological disorders:public health challenges. Geneva,World Health Organization, 2006

2.1.2.d Kelompok beresikoKelompok yang Berisiko Terkena Demensia :Berikut adalah kelompok paling berisiko demensia, yaitu :a) Orang tua usia 65 tahun dan hidup sendiri.b) Orang tua yang baru kehilangan keluarga.c) Lanjut usia yang baru pulang dari perawatan rumah sakit.d) Lanjut usia yang sehariannya memerlukan bantuan orangsekitarnya.e) Lanjut usia yang karena sesuatu kondisi, tergantung padaorang lain.2.1.2.e Alat Ukur Demensia Menurut Hariandy (2007),Kurlowicz (1999) dan Folstein dalam Darmojo (2009) menyatakan bahwa alat ukur demensia menggunakan Mini Mental State Examination yang terdiri dari 11 pertanyaan dan dikelompokkan menjadi 5 macam, yaitu : orientasi (tahun, musim, tanggal, hari, bulan, negara, desa, kota, dan tempat tinggal), registrasi (menamai tiga objek), atensi dan kalkulasi (mengeja kata wahyu dari belakang ke depan), mengingat (menanyakan tiga objek yang telah di sebutkan tadi diatas), dan bahasa. Dari pertanyaan diatas bisa dikatakan demensia jika skor kurang dari 24 dan dikatakan tidak dimensia jika skor lebih dari sama dengan 24.

2.1.3 Lanjut Usia 2.1.3.a Definisi lanjut usia Menurut UU No.4 tahun 1969 yang termuat dalam pasal 1 seseorang dikatakan lansia setelah 55 tahun, tidak mampu atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Menurut organisasi kesehatan dunia dan undang-undang No.13 tahun 1998 seseorang dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas bisa disebutkan bahwa yang disebut lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, sosial, dan spiritual yang akan mempengaruhi semua aspek kehidupan yang akan dialami oleh semua orang karena lansia merupakan tahapan dari hidup manusia yaitu lanjutan dari usia dewasa.

2.1.3.b Batasan-batasan lanjut usia Penggolongan lansia menurut WHO (Suhartini dalan Vina Dwi &Vitrah 2010), Lanjut usia meliputi:a. Usia pertengahan (middle age) = usia 45-59 tahunb. Lanjut usia (elderly)= usia 60-74 tahunc. Lanjut usia tua (old) = usia 75-90 tahund. Usia sangat tua (very old) = usia > 90 tahun

2.1.3.c Proses Menua Penuaan atau menua merupakan suatu proses normal yang perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan.(Fatimah,2010) Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Permasalahan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami golongan lansia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda - tanda terjadinya proses penuaan pada dirnya Jika lansia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa, maka kondisi tersebut dapat mengganggu kegiatann sehari hari lansia. (Maryam.,et al 2008).

2.1.3.d Perubahan-perubahan pada lanjut usia Berbagai masalah fisik/biologis dan sosial akan muncul pada lanjut usia sebagai proses menua atau penyakit degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang. Menua merupakan proses yang alamiah yang akan dialami oleh setiap individu. Hal ini ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan terkait usia. Perubahan-perubahan terkait usia melalui perubahan fisik, perubahan psikososial, dan perkembangan spiritual. Pada lanjut usia umumnya akan mengalami perubahan fisik dan psikososial :a. Perubahan fisik Sel lebih sedikit jumlahnya, kecil ukurannya, cairan tubuh dan intraseluler berkurang, hubungan persyarafan lambat dalam respon, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, rendahnya ketahanan terhadap dingin, tekanan darah menurun (mengakibatkan pusing mendadak) dan juga tekanan darah meninggi, jantung berdebar-debar, otot-otot pernafasan hilang kekuatannya dan menjadi kaku, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, nyeri dada, kehilangan gigi, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, rasa lapar menurun, konstipasi, dan berat badan menurun, ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin, sukar menahan buang air kecil (inkontinensia urin), produksi dari hampir semua hormon menurun, menurunnya hormon kelamin, misal: progesteron, estrogen, testoteron, kulit-kulit keriput akibat hilangnya lemak dan menurunnya turgor kulit, kulit kepala dan rambut menipis, warna kelabu, kuku jari menjadi keras dan rapuh, mudah gatal-gatal, otot-otot kram, nyeri pinggang, dan mudah jatuh.b) Perubahan psikososial Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara otomatis akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif. Menurunnya kondisi psikososial ditandai sdengan merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality), perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit, penyakit kronis dan ketidakmampuan, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik yaitu perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga, dan gangguan sosial panca indra yaitu timbul kebutuhan dan ketulian.

2.2 Hubungan Antara Demensia dengan Mobilisasi pada Lansia Terdapat badan lewy di otak pada lansia yang mengalami dimensia. Badan lewy atau lewy tubuh kecil adalah benjolan melingkar protein yang berkembang di dalam sel-sel otak. Badan Lewy ini akan mengganggu efek dari dua bahan kimia utusan di otak yaitu dopamin dan asetilkolin.Bahan kimia pembawa pesan, yang mengirim informasi dari satu sel otak ke sel otak yang lain, yang disebut neurotransmitter. Dopamin dan asetilkolin memainkan peran penting dalam mengatur fungsi otak, seperti memori, pembelajaran, suasana hati dan perhatian.memori, pembelajaran, suasana hati dan perhatian. Fungsi otak akan terganggu karena kerusakan sel sel di otak dan menyebabkan volume otak menyusut secara perlahan. Selama beberapa tahun hal ini akan menyebabkan volume otak berkurang dan menimbulkan gejala fisik, seperti kekakuan otot dan lambatnya gerakan berjalan. orang dengan dimensia lambat laun tidak akan dapat melakukan aktivitas rutin di rumah seperti memasak,menyiapkan makanan,berbelanja dan sebagainya. Pada stadium akhir,gejala fisik yang ditunjukan adalah Penurunan kemampuan mobilitas seperti sulit berjalan,dan lebih sering berada dikursi atau tempat tidur. ( http://www.abualbanicentre.com diperoleh tanggal 15 April 2014) orang dengan dimensia memiliki kecepatan berjalan jauh lebih lambat akibat volume otak yang berkurang (Helmi,2013 http://health.okezone.com/ diperoleh tanggal 16 April 2013). Untuk lebih mempermudah memahami mekanisme dimensia menyebabkan gangguan mobilitas akan di tuliskan dalam bentuk pathways sebagai berikut :

Badan Lewybadan lewy

Menggangu efek dopamin dan asetilkolin

Kerusakan sel sel di otak

volume otak berkurang

Penyusutan volume otak

kekakuan otot dan lambatnya gerakan berjalanKemampuan kognitif menurun dan gangguan intelektualr

1.resiko jatuh2.sulit berjalan, 3. Kesulitan melakukan aktivitas sehari - hari dsb1. kehilangan ingatan2. ketidakmampuan mengenali objek atau wajah3. kesulitan dalam merencanakan dan penalaran abstrak, dsb

2.3 Penelitian Terkait 2.3.1 Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ropiah (2010) tentang Hubungan antara dimensia dengan mobilisasi lansia Panti Wreda Margo Mukti Rembang . Hasil dari penelitian ini didapatkan Berdasarkan hasil uji Rank Spearmans nilai r sebesar 0,422 dan p value sebesar 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara demensia dengan mobilisasi lansia di Panti Wreda Margo Mukti Rembang Tahun 2010 dengan tingkat hubungan sedang. 2.3.2 Penelitian yang pernah dilakukan oleh Rinajumita (2011) tentang Faktor Faktor Yang berhubungan dengan Kemandirian Lansia Di wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2011 Hasil penelitian dari beberapa faktornya yaitu kondisi kesehatan diperoleh nilai p=0,000 (p0,05) maka didapat kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara kondisi kesehatan dengan kemandirian pada lansia.2.3.3 Penelitian yang pernah dilakukan oleh Istiana Ratna Wijayanti (2007) tentang Hubungan antara tingkat depresi dengan mobilisasi pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang . Dari uji spearman diperoleh adanya hubungan antara tingkat depresi dengan mobilisasi dengan nilai r hitung 0,438 (+) dengan nilai p = 0,001 ( 0,05 ). dikarenakan penyakit fisik misalnya stroke maupun penyakit psikis contohnya depresi.

2.4 Kerangka Teori Kerangka teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan studi empiris. kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan penelitian yang dilakukanGambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Antara Dimensia Dengan Mobilisasi Lansia

Faktor Lingkungan :Keadaan lingkungansekitar

Faktor Psikis :DemensiaDepresiMobilisasi pada lansia

Faktor Fisik :Penyakit yangmengganggu mobilisasiKemandirianLatihan pertahananDaya tahanKelenturanKeseimbanganSistem skeletalKarakteristik tulangSendiLigamenTendon

Sumber:Sudoyo, et. al, (2009), Darmojo & Boedhi (2006), dan Potter dan Perry(2009)

2.5 Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah abstarksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal -hal khusus (Notoatmodjo, 2012). Jika kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan penelitian yang dilakukan, maka konsep dimaksudkan untuk menjelaskan makna dan maksud teori yang dipakai, untuk menjelaskan kata-kata yang mungkin masih abstrak dalam teoriGambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Antara Dimensia Dengan Mobilisasi pada Lansia

Variabel independenVariabel dependen

Mobilisasi pada lansiaDimensia

Variabel penelitian :1. Variabel Independen: Dimensia 2. Variabel Dependen: Mobilisasi pada lansia

2.6 Hipotesis Hipotesa adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan. Rumusan hipotesis sudah akan tercermin variabel-variabel yang akan diamati atau diukur, dan bentuk hubungan antara variabel-variabel yang akan dihipotesiskan.Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha= Ada hubungan antara dimensia dengan mobilisasi pada lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung Tahun 2014.30