BAB 2 Aspek Pemasaran
-
Upload
rizqi-akbar -
Category
Documents
-
view
112 -
download
4
Transcript of BAB 2 Aspek Pemasaran
BAB II
ASPEK PEMASARAN
2.1 Daerah Pemasaran
Pada usaha ini, kegiatan produksi dilakukan di kota Banda Aceh sesuai
dengan tempat tinggal kami. Untuk pemasaran produk kami juga memasarkannya
di Banda Aceh. Banda Aceh merupakan pusat kota Nanggroe Aceh Darussalam
dan ini merupakan satu potensi yang baik bagi pemasaran suatu produk makanan,
seperti yang kita tahu bahwa pusat kota akan menjadi pusat perhatian dari suatu
provinsi dan termasuk juga makanan dari daerah tersebut. Dengan Banda Aceh
yang terus mengalami perkembangan, diharapkan potensi usaha kami juga ikut
mengalami perkembangan.
2.2 Pasar Sasaran
Untuk pasar sasaran kami memiliki beberapa segmen, diantaranya
segmentasi menurut geografi, demografi, psikografi dan perilaku.
a. Variabel geografi
Dari sumber yang kami dapatkan luas kota Banda Aceh yaitu sebesar
61,359 Ha (www.bandaacehkota.go.id) dan ini merupakan lahan yang
cukup luas bagi sebuah kota. Dengan potensi tersebut merupakan salah
satu aspek pemasaran yang cukup baik bagi sebuah produk.
b. Variabel demografi
Bisnis kami ini yaitu mie yang tidak membatasi konsumen dari segi jenis
kelamin, usia, pekerjaan, dan pendidikan. Untuk jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan dapat mengkonsumsi mie produksi kami. Dalam hal
usia, mungkin mie ini kurang begitu akrab di lidah anak-anak khususnya
balita karena mie bistik ayam merupakan makanan yang cukup kompleks
bahan-bahannya. Namun, di luar usia itu, semuanya dapat mengkonsumsi
mie bistik ayam.
c. Variabel psikografi
Dalam hal ini kami tidak membatasi kelas sosial karena seperti yang
telah kami bahas sebelumnya bahwa semua orang sebenarnya dapat
mengkonsumsi mie bistik ayam. Dengan perubahan yang terus terjadi
dalam masyarakat, mengkonsumsi kuliner di luar makanan pokok telah
menjadi gaya hidup. Dengan begitu menjadi suatu potensi pasar bagi mie
bistik ayam itu sendiri.
d. Variabel perilaku
Konsumen dapat mengkonsumsi mie bistik ayam ini maksimal seminggu
dua kali, karena beberapa bahan baku seperti mie membutuhkan waktu
pencernaan sempurna bagi setiap orang yaitu selama tiga hari. Tetapi
kami akan melakukan inovasi untuk membuat mie yang mudah dicerna
oleh setiap orang. Mie bistik ayam dapat diminati konsumen di waktu-
waktu tertentu seperti pada saat cuaca sedang hujan, paling nikmat
menikmati mie bistik ayam dengan kondisi yang masih panas.
2.3 Harga Jual
Harga mie bistik ayam ini per satuannya adalah Rp 15.000. Dan kami
tidak memiliki perantara dalam melakukan penjualan, jadi harga tersebut
mencerminkan biaya produksi beserta tingkat keuntungan yang kami harapkan.
Harga tersebut dinilai ekonomis bila dikaitkan dengan pendapatan warga Banda
Aceh.
2.4 Volume Penjualan
Karena kami baru pertama kali membuka bisnis ini, kami belum bisa
menargetkan terlalu besar untuk volume penjualan. Dalam sehari kami
menargetkan 20 porsi mie bistik ayam yang akan laku terjual. Dan bila dihitung
per bulannya kami akan menjual 600 porsi mie bistik ayam. Semua ini akan terus
berubah seiring dengan kemajuan bisnis ini.
2.5 Sistem Penjual
Dalam sistem penjualan dan pembayaran kami menggunakan sistem
tunai, di mana produk diserahkan kepada pembeli dan uang diterima oleh
perusahaan. Ini juga didukung dengan pelayanan cepat yang akan kami terapkan.
Jadi, konsumen tidak dibuat menunggu dan dengan cara ini kami dapat
menghindari risiko yang ditimbulkan akibat penjualan secara kredit.
2.6 Promosi
Aktivitas promosi yang kami lakukan melalui media advertising, di mana
kami mencetak beberapa brosur yang mengenalkan dan menjelaskan mie bistik
ayam kepada calon konsumen. Tujuan promosi ini adalah disamping mengenalkan
produk, juga mengubah citra mie di mata masyarakat, di mana mie sering
dianggap sebagai sumber penyakit. Karena bahan baku yang kami gunakan dalam
memproduksi mie ini tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
tubuh.
2.7 Analisa Pesaing
Di kota Banda Aceh, terdapat berbagai macam jenis usaha yang sejenis
dengan kelebihan yang berbeda-beda, sehingga persaingan yang ada menjadi
sangat kompetitif. Seperti yang kami ketahui, di Banda Aceh telah terdapat
beberapa tempat kuliner yang menguasai pasar seperti Ayam Penyet Pak Ulis,
Bakso Ayam Jamur, Bakmie Ijo, Bakmie Warna Warni, Ayam Lepas dan Wong
Solo yang telah memiliki pelanggan yang cukup banyak.
Ayam Penyet Pak Ulis, Mie Ayam Jamur dan Ayam Lepas menjadi
pesaing kuat dan penguasa pasar dalam bisnis ini. Ini terbukti dengan telah
dibukanya beberapa cabang di Kota Banda Aceh. Mereka juga berhasil untuk
menarik hati konsumen dan telah menghasilkan banyak pelanggan tetap. Ini
merupakan hasil usaha mereka dalam melakukan inovasi produk dan pelayanan
mereka. Perlu usaha yang cukup keras untuk dapat menjadi seperti usaha mereka.
Bak Mie Ijo dan Mie Warna Warni kami rasa masih belum terlalu
mencapai keberhasilan dalam usahanya, dan ini merupakan kompetitor yang
cukup adil bagi kami yang masih baru dalam bisnis ini. Persaingan akan semakin
sehat bila diikuti dengan inovasi yang tiada henti, kami rasa kota Banda Aceh
akan semakin menjadi pusat kuliner yang dikenal luas jika semakin beraneka
ragam pilihan makanan yang terdapat di dalam kota ini.