BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally ...
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally ...
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang issue environmentally sustainable (Pemukiman
berkelanjutan) Menurut UN Document Pemukiman manusia yang berkelanjutan
tergantung pada penciptaan lingkungan yang lebih baik untuk kesehatan manusia dan
kesejahteraan, masalah kesehatan terkait dengan kondisi lingkungan yang
merugikan, termasuk kurangnya akses air bersih dan sanitasi, tidak memadai
pembuangan limbah, drainase yang buruk pengembangan pemukiman berkelanjutan,
manusia yang dapat meningkatkan kualitas hidup, mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan, banyak risiko yang berhubungan dengan polusi untuk
kesehatan sangat tinggi di daerah perkotaan, serta di daerah berpendapatan rendah,
karena lebih tinggi konsentrasi polutan dari inter alia industri, lalu lintas, asap dari
memasak dan alat pemanas, kepadatan, dan tidak memadai pengolahan limbah padat
dan cair, banyak kontaminan lingkungan, seperti bahan radioaktif dan polutan
organik yang persisten, bekerja dengan cara mereka masuk ke dalam rantai makanan
dan akhirnya manusia, sehingga mengorbankan kesehatan generasi sekarang dan
mendatang.
Kampung merupakan istilah pemukiman yang digunakan untuk
melambangkan sebuah pemukiman yang memiliki keterbatasan fasilitas untuk
mendukung aktifitas dan kebutuhan daripada penghuni. Selain daripada kekurangan
fasilitas, Kampung juga memiliki nilai lebih dalam hubungan sosial bentuk
kemasyarakatan dengan susunan yang heterogen tetapi tetap menjadi satu kesatuan
organisasi masyarakat yang harmonis. Keberadaannya seakan menjadi sesuatu yang
‘salah’ dikarenakan perbedaan secara bentuk dan juga kehidupan sosial yang ada di
perkotaan modern saat ini.
Dalam kasus ini Kampung Kota yang berada di kota kota besar seperti
Jakarta yang bertumbuh liar atau berdiri pada area yang bukan untuk peruntukan
sebuah bangunan, yang pertumbuhanya tidak di control. Seiring waktu bertumbuh
dan terus memenuhi ruang ruang kosong pada area-area di perkotaan. Dalam
permasalahan ini di ambil contoh Ibukota DKI Jakarta. Dimana tingkat urbanisasi
yang tinggi terhadap Ibukota yang di anggap sebagai pusat perekonomian di
2
Indonesia, menarik keinginan masyarakat daerah untuk berpindah tempat menuju
perkotaan. Dengan tingkat urbanisasi yang tinggi memicu pertumbuhan hunian liar
pada kota seperti Jakarta, permasalahan ini menjadi sebuah masalah serius yang tidak
bisa di lepaskan dari kota Jakarta. Hal ini menjadi penting untuk di perhatikan,
karena dampak yang timbul akibat bertumbuh nya permukima liar di Jakarta
berdampak terhadap kondisi lingkungan Jakarta. Mengapa hal tersebut sekarang
menjadi konsen oleh pemerintah DKI Jakarta dalam membangun hunian-hunian
vertikal seperti rumah susun.
Dengan keterbatasan lahan yang lambat laun semakin menipis, menjadikan
rumah susun menjadi salah satu cara dalam meminimalisir penggunaan lahan secara
horizontal, dengan terus menerusnya di bangun hunian vertikal untuk memenuhi
kebutuhan hunian terhadap kapasitas menampung sebuah lahan sangat terbatas. Di
sisi lain juga ada hal penting yang perlu di perhatikan secara bersamaan, konsumsi
bangunan terhadap energi global sekitar 40%, ini menjadi isu global tentang
penurunan kualitas lingkungan di sebagian belahan bumi, terkait dengan masalah
urban seperti kerusakan lingkungan, benturan budaya dalam masyarakat urban,
menyempitnya ruang hidup, kapitalisme dan konsumerisme terhadap sumber energi
tak terbarukan.
Energi tak terbarukan dalam hal ini adalah sesuatu yang dapat habis dalam
penggunaan dalam kurun waktu tertentu, penulis mencoba menerapkan perancangan
dengan pendekatan Ekologi Arsitektur. Hal ini terkait dengan isu pembangunan
berkelanjutan yang memperhatikan permasalahan yang terjadi terhadap lingkungan
isu mengenai pemanasan global. Bencana alam seperti banjir, pencemaran udara,
pencemaran tanah, dan lain-lain. Dengan menggunakan pendekatan Ekologi
Arsitektur diharapkan dapat menjadi upaya kepedulian sebuah karya Arsitektur
terhadap lingkungan saat ini, dan yang akan datang dengan harapan mampu
melindungi alam dan ekosistim didalamnya dari kerusakan yang lebih parah, dan
juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya secara fisik, sosial dan
ekonomi. Perancangan Arsitektur dengan konsep Ekologi, berarti ditujukan pada
pengelolaan tanah, air dan udara untuk keberlangsungan ekosistim. Efisiensi
penggunaan sumber daya alam tak terperbarui (energi) dengan mengupayakan energi
alternatif menggunakan sumber daya alam terperbarui, daur ulang dan hemat energi
3
mulai pengambilan dari alam sampai pada penggunaan kembali, penyesuaian
terhadap lingkungan sekitar iklim, sosial budaya, dan ekonomi.
Signifikansi mengapa penelitian ini penting di lakukan terkait dengan
masalah lingkungan yang semakin lama mengalami penurunan kualitas, yang
berdampak kepada iklim, cuaca, dan bencana alam yang di sebabkan oleh penurunan
kualitas lingkungan dengan pendekatan Ekologi Arsitektur menjadi sebuah
pendekatan yang di pilih dengan harapan untuk meminimalisir dampak kerusakan
lingkungan dalam kampung vertikal.
Gandaria Utara menjadi pilihan site dikarenakan faktor kepadatan dan di
temukanya dibeberapa bangunan yang terbangun di zona RTH. Dengan
memperhatikan faktor penggunaan lahan di gandaria utara, terdapat lahan menurut
zonasi di peruntukan untuk zona rumah susun dengan kode R.7 yang tertera pada
zonasi DKI Jakarta. Berikut adalah gambar indikator kepadatan dan kekumuhan
wilayah kebayoran baru :
Gambar 1. 1 kekumuhan dan kepadatan gandaria utara
Sumber: Jakartasmartcity.com di akses pada 25 februari2017
4
Sumber: Googleearth.com di akses pada 30 februari
Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Gandaria Utara
Sumber: Data statistik kelurahan gandaria utara di akses pada 20 februari2017
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) KK RW RT
1 Gandaria Utara 1,52 7514 15 148
2 Cipete Utara 1,83 7297 11 103
3 Pulo 1,27 2567 6 47
4 Petogogan 0,86 4805 6 77
5 Melawai 1,25 1231 4 30
6 Keramat Pela 1,25 3913 10 83
7 Gunung 1,32 3580 7 69
8 Selong 1,40 1419 4 35
9 Rawa Barat 0,69 1538 7 44
10 Senayan 1,53 1134 3 24
Total 12,92 34998 73 660
Pofil Wilayah Kecamatan Kebayoran Baru
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) Laki 2 Perempuan Total
1 Gandaria Utara 1,52 26118 22996 49114
2 Cipete Utara 1,83 12663 12857 25520
3 Pulo 1,27 3914 5072 8986
4 Petogogan 0,86 7011 7345 14356
5 Melawai 1,25 1807 1826 3633
6 Keramat Pela 1,25 8100 7360 15460
7 Gunung 1,32 4619 5409 10028
8 Selong 1,40 2449 2455 4904
9 Rawa Barat 0,69 3217 3013 6230
10 Senayan 1,53 2110 1985 4095
Total 12,92 72008 70318 142326
Jumlah penduduk menurut kelurahan dan jenis kelamin, Tahun 2009
Gambar 1. 2 Lokasi site Kampung Vertikal
5
Tabel 1. 2 Penduduk Gandaria Utara
Sumber: Data statistik kelurahan gandaria utara di akses pada 20 februari2017
Tabel 1. 3 Jumlah Penduduk Tahun 2016
Berikut adalah perbandingan tabel 1.1 dan 1.2 dengan kesimpulan seperti
berikut, Kepala Keluarga pada tahun 2009 hingga 2014 bertambah sebanyak 3,574kk
Jumlah RT 2009 hingga 2014 berkurang 1 RT. Jumlah penduduk 2010 hinga 2014
berkurang sebanyak 3,959 dan bertambah kembali pada tahun 2016 sebanyak 755
jiwa data bulan Desember, data oleh kelurahan Gandaria Utara. Data jiwa di atas
menjadi bukti bahwa kepadatan penduduk di Gandaria Utara terus bertambah, hal
tersebut menjadi kemungkinan bahwa akan tumbuhnya pemukiman pemukiman liar
yang berdiri di daerah hijau.
Berikut adalah data yang di dapat dari Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Provinsi DKI Jakarta, di ambil wilayah dari Jakarta Selatan kecamatan
Kebayoran Baru kelurahan Gandaria Utara dengan indeks kepadatan tertinggi dan
tingkat kekumuhan.
Tabel 1. 4 Kepadatan Kekumuhan tahun 2014
Sumber: Badan kesatuan bangsa dan politik provinsi DKI Jakarta
Dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan beberapa
program untuk menjawab permasalahan kepadatan, diantaranya adalah rumah susun.
wni wna Pria Wanita TB RT Pelajar Pensiun1 45.155 12 372 458 147 15 6603 7856 10397 685
Pekerjaan
11088
Dinas kependudukan & pencatatan sipil DKI jakarta http://smartcity.jakarta.go.id/maps/ Tahun 2014
No Penduduk Pendatang
Kepala Keluarga RT RW
LK PR Total KK
1 22976 22934 45910 16678
No Jumlah Penduduk 2016
6
Program ini memang menjawab permasalahan keterbatasan lahan dengan konsep
hunian vetikal, namun dari segi penghuni yang mayoritas adalah warga kampung di
rasa belum cukup untuk menjawab kebutuhan akan penghuni, karena rumah susun
yang telah di bangun hanya mementingkan kuantitas, tanpa memperhatikan penghuni
dari rusun tersebut. Karena sebuah kampung bukanlah sebatas hunian tetapi terdapat
unsur budaya dan sosial suasana kampung yang terkesan dinamis juga perlu ada di
dalamnya.
Identifikasi masalah pada kampung vertikal, Dampak aktifitas penghuni
kampung vertikal terhadap lingkungan adalah analisa dampak yang akan terjadi
setelah kampung vertikal terisi oleh penghuni. Penggunaan energi pada kampung
vertikal yang berdampak pada sumber daya tak terbarukan, adalah dampak pada
penggunaan energi seperti air, listrik, serta penggunaan material. Semakin turun
kualitas lingkungan akibat aktifitas penghuni kampung vertikal, dampak jangka
panjang yang akan terjadi apabila kampung vertikal terlalu bergantung kepada
sumber energi tak terbarukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Konsep Ekologi Asitektur apa yang sesuai untuk hunian kampung
vertikal guna meminimalisir dampak yang di akibatkan oleh aktifitas
penguni ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian guna meminimalisir beban lingkungan yang di sebabkan
oleh hasil dari aktivitas penghuni, serta perencanaan kawasan hijau untuk
memperbaiki kondisi iklim mikro sekitar bangunan.
1.4 Ruang Lingkup
Lingkup bahasan yang penulis akan lakukan pada laporan skripsi ini dan agar
lebih terarah, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang
lingkup permasalahan yang dibahas dalam penulisan laporan skripsi ini, yaitu:
• Kampung vertikal yang meminimalisir penggunaan energi tak terbarukan,
mengurangi beban terhadap lingkungan yang di sebabkan oleh aktifitas
penghuni, penyesuaian iklim setempat, penciptaan area hijau di kawasan
kampung vertikal guna memberikan hubungan timbal balik kepada
lingkungan sekitar.
7
• Menggunakan bahan material lokal.
1.5 State Of the Art
Dalam konteks Environmentally Sustainable ini di dapati bahwa banyaknya
metode perancangan yang cukup relevan untuk menyelesaikan masalah terkait
dengan topik. Seperti di kutip dari United Nations Economic and Social
Commisssion for Western Asia, agar sebuah pembangunan berkelanjutan juga harus
di sertakan dengan produktivitas agar menuai hasil yang sempurna.
Dinur (2007) dalam Interweaving Architecture and Ecology A Theoretical
Perspective) tiga prinsip-prinsip Ekologi (fluktuasi, stratifikasi, dan saling
ketergantungan) yang dipilih untuk penyelidikan karena mereka menentukan
organisasi sistem kehidupan dan karena itu relevan sebagai dasar untuk analogi
antara ekologi. 'Ekologi' adalah studi sistem kehidupan dan hubungan satu sama lain.
Sistem yang hidup adalah terpadu, yang muncul dari hubungan antara bagiannya
masing-masing. Setiap bagian mencerminkan seluruh tetapi seluruh selalu berbeda
dari sekadar jumlah bagian-bagian, menunjukkan bahwa arsitek dan desainer tidak
benar-benar mengerti bagaimana sistem kehidupan berfungsi, tetapi sebaliknya
mencoba untuk meminjam ide-ide baru dari ilmu pengetahuan dan ekologi dan
mengekspresikannya dengan arsitektur dalam cara yang singkat.
Prinsip fluktuasi menunjukkan bahwa bangunan dapat dirancang dan
dianggap sebagai tempat dimana proses budaya dan alam yang berbeda berinteraksi.
Bangunan harus mencerminkan proses proses yang terjadi pada site, dan semakin itu
memungkinkan proses harus dialami sebagai proses daripada representasi dari
proses, proses proses tersebut semakin akan berhasil jika terus menerus terjadi secara
kontinuitas dalam menghubungkan orang ke realita site.
Prinsip stratifikasi menunjukkan bahwa bangunan organisasi harus muncul
dari interaksi antara sifat yang berbeda tingkat. Organisasi semacam ini
memungkinkan kompleksitas diatur dalam cara yang koheren.
Prinsip saling ketergantungan menunjukkan bahwa hubungan antara sifat-
sifat bangunan memiliki timbal balik. 'Pengamat antara (desain dan pengguna) serta
site adalah sifat yang melekat di gedung. Saling ketergantungan antara properti yang
sedang berlangsung sepanjang hidup bangunan.
8
Pembangunan permukiman yang berkelanjutan di artikan sebagai upaya
yang berkelanjutan untuk memperbaikin kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas
lingkungan tempat hidup dan bekerja manusia. Sehingga dalam melaksanakan
pembangunan permukiman yang berkelanjutan sangatlah penting untuk
mempertimbangkan permukiman yang berwawasan lingkungan.
David (2001) dalam Architecture, Ecological Design, and Human Ecology
arsitektur dalam konteks yang lebih besar terletak pada jumlah besar kita. David
menyebutkan punya alasan kuat untuk percaya bahwa jenis manusia akan
membangun lebih banyak bangunan dalam lima puluh tahun ke depan daripada lima
ribu tahun di masa lalu. Selesai dengan standar desain yang berlaku, akan
memberikan bayangan panjang pada prospek pada generasi berikutnya. Kita tidak
lagi bisa mengganti energi fosil. Implikasi untuk pendidikan arsitek dan profesi
desain secara umum sangat mencolok, yang akan di jelaskan dalam tiga poin di
bawah ini.
• Pertama, standar estetika untuk desain harus diperluas
untuk menerima dampak yang lebih besar. Desainer
seharusnya tidak menimbulkan kerusakan manusia atau
ekologis, Di tempat lain atau di lain waktu, Untuk
pendidikan. Ini berarti bahwa kurikulum arsitektural harus
mencakup etika, Ekologi, dan alat-alat yang berkaitan
dengan analisis sistem secara keseluruhan. dan paling
murah. Menggunakan akhir pertimbangan yang Lebih
lanjut atau standar pendidikan perlu mencakup pemahaman
tempat dan budaya yang lebih canggih dan ekologis.
• Kedua, harus diakui bahwa arsitektur dan desain dasarnya
bersifat pedagogi, Churchill “kita dibentuk oleh bangunan
dan bentang alam kita dengan cara yang sangat baik”
Pendidikan semua profesi desain harus dimulai dalam
pengakuan bahwa arsitektur dan lanskap adalah semacam
pedagogi yang mengkristal menginformasikan dengan baik
atau buruk, tapi tidak pernah gagal untuk
menginformasikan, Desain pasti menginstruksikan kita
tentang hubungan kita dengan alam dan orang-orang yang
9
membuat kita kurang lebih sadar dan kurang kompeten
secara ekologis.
• Ketiga, Arsitektur dan desain harus dilihat dalam konteks
terbesar mereka yang berkaitan dengan nilai pada tingkat
yang paling jelas semisal 'bangunan sakit' mencerminkan
bukan hanya desain buruk tapi konsep desain yang
terpotong. Perspektif desain yang lebih besar akan
menempatkan arsitektur dan lansekap arsitektur sebagai
subbidang seni dan ilmu pengetahuan.
Arsitektur umumnya diajarkan dan praktis seolah-olah hanya seni dan sains
yang merancang bangunan, yang hanya dikatakan sebagai subjek teknis karena belas
kasihan keinginan klien, David ingin menawarkan pandangan yang berlawanan
bahwa arsitektur seharusnya ditempatkan ke dalam konteks yang lebih luas sebagai
sub-bidang Ekologi. Penjelasan dalam jurnal ini menegaskan bahwa arsitektur
seharusnya menjadi sub-bidang dari keilmuan Ekologi karena kaitanya sangat erat
dengan permasalahan manusia dan lingkungan yang sebenarnya sama sekali tidak
dapat di pisahkan, karena manusia sangat bergantung kepada lingkungan yang
menjadi tempat tinggalnya, dalam jurnal ini di jelaskan kembali prinsip prinsip
design ekologi arsitektur, menurut Sim van der ryn dan Steward Cowan dalam
(David,2001) mendefinisikan sebagai revolusi desain ekologis, desain ekologis
dalam kata-kata mereka adalah 'segala bentuk desain yang meminimalkan dampak
lingkungan yang merusak dengan mengintegrasikan diri dengan proses kehidupan,
adaptasi dan integrasi yang efektif dengan proses alam (Van der Ryn dan Cowan,
1996, x, 18), dan di sisi lain Amory lovins, Hunter lovins, dan Paul hawken dalam
(David,2001), untuk tujuan ini mengusulkan transformasi efisiensi energi dan sumber
daya yang secara dramatis akan meningkatkan kekayaan saat menggunakan sebagian
kecil dari sumber daya yang saat ini kita gunakan (1999). Tantangan desain ekologi
lebih dari sekedar menyederhanakan masalah rekayasa untuk meningkatkan efisiensi
- mengurangi tingkat di mana kita merusak lingkungan, Revolusi yang di lakukan
oleh Van der ryn dan Cowan pertama-tama harus mengurangi tingkat di mana segala
sesuatunya menjadi lebih buruk (koefisien dari perubahan) tapi akhirnya mengubah
struktur sistem yang lebih besar, Bil Mcdonough dan Michael Braungart dalam
(David,2001) kita memerlukan 'revolusi industri kedua' yang menghilangkan konsep
10
limbah (Mc Donough & Braungart, 1998), berikut adalah pencetus dasar desain
ekologi dalam penjelasanya Pioner dalam desain ekologis dengan pengamatan bahwa
alam telah berkembang dan telah berhasil untuk hidup di bumi selama 3,8 Miliar
tahun dan karenanya merupakan model untuk:
1. Peternakan yang bekerja seperti hutan dan padang rumput
2. Bangunan menghasilkan modal alami seperti pohon
3. Sistem air limbah yang bekerja seperti lahan basah alami
4. Bahan yang meniru kecerdikan tumbuhan dan hewan
5. Industri yang bekerja lebih seperti ekosistem
6. Produk yang menjadi bagian siklus menyerupai arus material
alami.
Beberapa prinsip desain yang ekologis dalam jurnal ini Desain ekologis
tidak begitu banyak tentang bagaimana membuat sesuatu seperti bagaimana
membuat sesuatu yang sesuai dengan lingkungan dalam kurun waktu yang lama,
keharmonisan antara manusia dan lingkungan yang lebih besar antara niat dan
tempat-tempat tertentu di mana seharusnya keingingan itu di tempatkan seperti:
a) Mempertahankan keragaman budaya dan biologis
b) Memanfaatkan pendapatan matahari saat ini
c) Menciptakan sedikit atau tanpa limbah
d) Akuntabilitas untuk semua biaya
e) Menghormati Pola budaya dan sosial yang lebih besar
Tanuwidjaja, dkk (2014) Desain Rumah Heinz Frick yang ramah
lingkungan dan terjangkau, teori yang di gunakan adalah ekologi/ Ramah lingkungan
dalam merancang sebuah design untuk memastikan masyarakat yang mampu
memenuhi kebutuhannya tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang, Ini
mencakup segala bentuk desain yang meminimalkan dampak, merusak lingkungan
dengan mengintegrasikan dirinya secara fisik, secara sistemik dan temporal dengan
proses hidup lingkungan alam (Yeang, K., 2008). Dengan menggunakan kriteria
Leed for homes merupakan sebuah strategi desain yang meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya dengan integrasi prinsip ramah lingkungan dalam proses
desain – konstruksi rumah. Berikut adalah 8 prinsip Leed for homes:
1. Proses Inovasi dan Desain (Innovation and Design Process/
ID)
11
2. Lokasi dan hubungan (Location and Linkages/ LL)
3. Pengelolaan Tapak yang Berkelanjutan (Sustainable Sites/ SS)
4. Efisiensi Air (Water Efficiency/ WE)
5. Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere/ EA)
6. Material dan Sumber Daya (Materials and Resources/ MR)
7. Kualitas Udara Dalam Ruangan (Indoor Environmental
Quality)
8. Kesadaran dan Pendidikan (Awareness & Education/ AE)
Metode yang di gunakan adalah observasi terhadap rumah Heinz frick,
megumpulkan data sekunder, melakukan wawancara dengan penguni dan
dokumentasi foto, melakukan analisa final dan penulisan laporan terhadap hasil
observasi. Temuan yang di dapat setelah melakukan observasi di rumah Heinz Frick
berhasil; mencapai desain yang berkelanjutan karena mengikuti kriteria strategi
desain yang ramah lingkungan (LEED for Homes) dengan memenuhi aspek ekonomi
seperti: meningkatkan kualitas hidup warga lokal; fungsionalitas dan efektivitas dan
efisiensi biaya, berikut paparan secara singkat temuan yang di lakukan oleh
Gunawan Tanuwidjaja, Lo Leonardo Agung Mulyono, Devi Calista Silvanus dalam
penerapan prinsi Leed for homes.
Morelli (2013) Rochester Institute of Technology Dalam Environmental
Sustainability: A Definition for Environmental Professionals "Keberlanjutan
Ekologis sebagai Konsep Konservasi," penulis memajukan definisi ekologi
keberlanjutan yang menghubungkan kebutuhan manusia dan jasa ekosistem:
"Memenuhi kebutuhan manusia tanpa mengorbankan kesehatan ekosistem" Mereka
mengusulkan konsep ini sebagai pedoman untuk area di mana kegiatan manusia
berlangsung.
Sukawi, (2008) Ekologi Arsitektur menuju perancangan arsitektur
hemat energi dan berkelanjutan, konsep penekanan desain ekologi arsitektur
disadari dengan maraknya issue global warming, diharapkan dengan konsep
perancangan yang berdasar kepada keseimbangan alam ini dapat mengurangi
pemanasan global dan kerusakan lingkungan, sehingga suhu bumi tetap
terjaga.
12
Arsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses ber
arsitektur menggunakan pendekatan desain yang ekologis (Alam sebagai
basis desain), proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam
dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis desain, strategi
konservasi perbaikan lingkungan, dan bisa di terapkan pada semua tingkatan
dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman
dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam
perancanganya.
Wujud dari desain ekologi arsitektur adalah bangunan yang
berwawasan lingkungan yang sering disebut green building, Hal ini erat
kaitanya dengan konsep arsitektur hijau yang merupakan bagian dari
arsitektur berkelanjutan, Disini arsitek mempunya peran yang amat penting
dalam penghematan energi, desain hemat energi dapat di artikan sebagai
perancangan bangunan yang untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa
membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan atau produktivitas
penghuninya, untuk itu karya rancang bangun hemat energi dapat dilakukan
dengan pendekatan aktif maupun pasif.
Pola perencanaan ekologi Arsitektur Heinz Frick, suatu bangunan
selalu memanfaatkan peredaran alam sebagai berikut:
• Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan
pembangunan sebagai paru paru hijau
• Menggunakan bahan bangunan alamiah dan intensitas energi
yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang di
gunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.
• Bangunan sebaiknya diarahkan menurut orientasi timur barat
dengan bagian utara selatan menerima cahaya alam tanpa
kesialauan.
• Kulit (dinding dan atap) sebuah bangungan sesuai dengan
tugasnya , harus melindungi dirinya dari panas, angin dan
hujan, dinding bangunan harus memberi perlingungan
terhadap panas, daya serap panas dan tebalnya dinding harus
sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya, bangunan
13
yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa
menghemat banyak energi.
• Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam kontruksi
bangunan dan memajukan sistem kontruksi bangunan kering.
• Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan
antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.
• Memperhatikan bentuk proporsi ruang berdasarkan aturan
harmonikal.
• Menjamin bahwa bangunan yang di rencanakan tidak
menimbulkan masalah lingkungan dan membutuhkan energi
sedikit mungkin.
• Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung
dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni (Termasuk anak-
anak, orang tua, maupun orang cacat tubuh).
Pola perencanaan ekologi arsitektur melingkupi perencanaan struktur
dan kontruksi bangunan, yang harus dapat memenuhi persoalan teknik dan
persoalan estetika, termasuk pembentukan ruang, kualitas struktur di
definisikan sebagai:
• Struktur Fungsional, Menentukan dimensi geometris yang
berhubungan dengan penggunaan atau fungsi (kebutuhan
ruang ruang gerak, ruang sirkulasi dan sebagainya), Dimensi
fisiologis tentang kenyamanan, penyinaran dan penyegaran
udara, Dimensi teknis dengan beban lantai, instalasi listrik, dan
sebagainya.
• Struktur lingkungan, meliputi lingkungan alam (iklim,
topografi, geologi, hidrologi, serta lingkungan buatan (
bangunan sirkulasi, prasarana teknis, konteks sosial dan
psikologis, sejarah, kesediaan bahan baku, ekonomi dan
waktu.
• Struktur bangunan meliputi bahan bangunan, sistem
penggunaanya dan teknik serta kontruksi bangunan yang harus
memenuhi tuntutan ekologis.
14
• Struktur bentuk mengandung masa dan isi, ruang antara dan
segala kegiatan mengatur ruang, bentuk ruang tersebut dapat di
definisikan oleh dinding pembatas, tiang, lantai dan serta
bukaan dinding.
Sebagai Konsep arsitektural yang ramah lingkungan, dalam
perwujudan ekologi arsitektur dalam bangunan, terbagi beberapa tingkat
sistem ooperasional untuk yang di gunakan dalam penggunaan energi
bangunan dengan kategori:
• Sistem pasif: Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa
ataupun minimal penggunaan perlatan ME dari sumberdaya
yang tidak dapat di perbarui.
• Sistem Hybrid (mixed mode): sebagian tergantung dari energi
atau sebagian dibantu dengan menggunakan peralatan ME.
• Sistem Aktif (active mode): seluruhnya menggunakan
peralatan ME yang bersumber dari energi yang tidak dapat
diperbarui.
• Sistem profukttif (productive mode): Sistem yang dapat
menggunakan mengadakan/ Membangkitkan energi nya
sendiri, on-site energy dari sumber daya yang dapat di
perbarui, misalnya sistem panel surya, fotovaltik, maupun
kolektor surya.
Beberapa sistem dan dan elemen terapan yang dapat di aplikasikan
dalam bangunan untuk mendukung konsep ekologi arsitektur.
• Optimalisasi Vegetasi, unsur hijau yang di identikan dengan
vegetasi di tunjukan dengan menambahkan elemen elemen
penghijauan tidak hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam
bangunan, seperti pemberian roof garden, pemberian vegetasi
rambat pada dinding bangunan dan lain sebagainya.
• Pencahayaan alami, Secara umum peletakan jendala harus
memperhatikan garis edar matahari, sisi utara dan selatan
adalah tempat potensial untuk peletakan jendela, guna
15
mendapatkan pencahayaan alami, sedangkan posisi timur dan
barat pada jam jam tertentu di perlukan perlingdungan
terhadap radiasi matahari langsung, untuk keperluan tersebut
sudah banyak program komputer yang dapat membantu
simulasi efek cahaya matahari terhadap desain bangunan.
• Penghalang sinar Matahari (shading device), Pengontrolan
terhadap panas karena sinar matahari dapat di lakukan dengan
penggunaan solar shading yang menghalau sinar matahari
langsung masuk ke bangunan, serta memberikan pembayangan
yang dapat mengurangi panas.
• Penghawaan Alami, Merupakan sistem pengoptimalisasian
penghawaan dengan metode pengaliran udara yang terencana
dengan baik, untuk indonesia yang terletak di sekitar
khatulistiwa dengan kondisi iklim tropis lembab, sistem
penghawaan yang baik adalah melalui ventilasi silang, Baik
secara horizontal maupun vertikal, sehingga akumulasi panas
dan lembab di dalam ruangan dapat di kendalikan, pada
arsitektur tradisional penerapan sistem penghawaan alammi
sudah sangat baik, shingga sering di aplikasikan pada
bangunan kontemporer.
16
1.6 Kerangka Berfikir
Gambar 1. 3 Kerangka Berfikir
17
Tabel 1. 5 Bibliography
No Penulis Temuan Teori Metode
1 Batel Dinur Interweaving Architecture and Ecology A Theoretical Perspective
Prinsip Ekologi: Fluktuasi, Stratification, Interdependence
Deskriptif
2 David Orr Architecture, Ecological Design, and Human Ecology
Design principles in reducing the impact on the environment
Deskriptif
3 John Morelli Environmental Sustainability: A Definition for Environmental Professionals
Ecological Sustainability as Conservation Concept
Deskriptif
4 Sukawi Ekologi arsitektur menuju perancangan hemat energi dan berkelanjutan
Pola perancangan ekologi arsitektur
Deskriptif
5 Tanuwidjaja,Mulyono,Silvanus Desain rumah heinz frick yang ramah lingkungan dan terjangkau
Strategi design LEED dalam rumah Heinz frick
Observasi
18