BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unisnu.ac.id/237/2/BAB I.pdfmewajibkan hijab bagi...

23
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama yang kaffah, Islam tidak hanya melingkupi dan mengatur perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, tetapi juga dalam hubungannya dengan diri sendiri, sesama manusia dan alam, termasuk didalamnya tentang bekerja yang tampaknya bersifat duniawi. Bekerja adalah segala usaha maksimal yang dilakukan manusia, baik dilakukan secara perseorangan ataupun secara kolektif, baik pribadi ataupun untuk orang lain (dengan menerima gaji). 1 Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang mempunyai kebutuhan berupa makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan keturunan. Sementara itu Allah SWT tidak menyediakan kebutuhan-kebutuhan itu dalam dalam bentuknya yang siap makan, siap minum, maupun siap pakai. Allah menyediakan semua kebutuhan itu tetapi manusia harus bekerja untuk mendapatkannya, tak terkecuali para Nabi.1F 2 Firman Allah dalam Q.S. Al Furqon / 25: 20: 1 Siti Muri’ah, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam (Bandung: Angkasa, 2004) , hal. 188 2 Ibid.

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unisnu.ac.id/237/2/BAB I.pdfmewajibkan hijab bagi...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai agama yang kaffah, Islam tidak hanya melingkupi dan

mengatur perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, tetapi juga

dalam hubungannya dengan diri sendiri, sesama manusia dan alam, termasuk

didalamnya tentang bekerja yang tampaknya bersifat duniawi. Bekerja adalah

segala usaha maksimal yang dilakukan manusia, baik dilakukan secara

perseorangan ataupun secara kolektif, baik pribadi ataupun untuk orang lain

(dengan menerima gaji).1

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang mempunyai

kebutuhan berupa makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan keturunan.

Sementara itu Allah SWT tidak menyediakan kebutuhan-kebutuhan itu dalam

dalam bentuknya yang siap makan, siap minum, maupun siap pakai. Allah

menyediakan semua kebutuhan itu tetapi manusia harus bekerja untuk

mendapatkannya, tak terkecuali para Nabi.1F

2 Firman Allah dalam Q.S. Al

Furqon / 25: 20:

1 Siti Muri’ah, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam (Bandung: Angkasa, 2004) , hal. 188

2 Ibid.

2

“Dan kami tidak mengutus Rasul-Rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar. Dan kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu Maha melihat” (Q.S al-Furqon [25] : 20)2F

3.

Tujuan syariat berkenan dengan syarat pakaian wanita didalam Islam

adalah untuk mewujudkan tujuan yang asasi. Pertama, untuk menutup aurat

dan menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Kedua, untuk membedakannya dari

wanita lain dan sebagai penghormatan bagi wanita muslimah.3F

4 Tujuan Islam

mewajibkan hijab bagi wanita adalah untuk menjaga kehormatan, nama baik,

menutup pintu-pintu syahwat dan fitnah demi untuk menjaga kesucian hati. 4F

5

Kata aurat berasal dari bahasa arab yang secara literal berarti celah,

aib, kekurangan, sesuatu yang memalukan atau sesuatu yang dianggap buruk

dari anggota tubuh manusia dan membuat malu bila dipandang. Dalam

pengertian luas, aurat adalah suatu organ / bagian tubuh yang tidak boleh

kelihatan, menimbulkan nafsu birahi dan nafsu angkara murka, sedang ia

mempunyai kehormatan, dibawa rasa malu supaya ditutup rapi dan dipelihara

3 Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., hal. 361. 4 Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hal. 27 5Ozy ei Fansury, Op. Cit., hal. 41

3

agar tidak mengganggu manusia lainnya demi menjaga ketentraman dan

kedamaian hidup .5F

6

Dalam Q . S An – nur : ayat 31 telah dijelaskan :

...

“Dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya (Q.S an-Nur : 31). 6F

7 Kata Zinah ( زينة ) adalah sesuatu yang menjadikan lainnya indah dan

baik atau dengan kata lain perhiasan. Sementara ulama membaginya dalam 2

macam, ada yang bersifat khilqiyah (fisik yang melekat pada diri seseorang)

dan ada yang bersifat muktasabah (dapat diupayakan). 7F8

Yang dimaksud منهار اال ما ظه menurut Imam Al Qurtubi adalah wajah

dan telapak tangan. Ini merupakan pendapat yang terkuat dan paling hati-hati.

Dan untuk menjaga kerusakan manusia, maka kaum wanita tidak boleh

menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak padanya. 8F

9

6 Siti Muri’ah, Op. Cit., hal.l 113 7 Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., hal. 353 8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Volume 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 527 9 Yusuf Qordhowi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 568

4

Setelah melarang menampakkan perhiasan, selanjutnya Allah memberi

petunjuk agar mereka mengulurkan kerudungnya ke dada bagian atas dibawah

dadanya, sehingga tidak sedikitpun daripadanya yang terlihat.

10

Sebagai muslimah, wanita yang menekuni karier juga harus

menjunjung tinggi nilai-nilai yang berhubungan dengan tata busana / pakaian.

Pakaian merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia disamping makan

dan tempat tinggal. Pakaian merupakan penutup yang dapat menyembunyikan

hal-hal yang dapat membuatnya malu (aurat) bila dilihat oleh orang lain.

Inilah fungsi dasar mengapa manusia mengenakan pakaian, dimana pada

hakikatnya menutup aurat adalah fitrah manusia yang diaktualisasikan saat ia

memiliki kesadaran. Kesadaran naluriah menutup aurat adalah salah satu ciri

khas manusia yang membedakannya dari mahluk Tuhan lainnya, seperti

hewan. Karena itu, setiap masyarakat betapapun primitifnya pasti memiliki

kesadaran naluriah ini yang diwujudkan dalam berbagai cara menutup taraf

kemampuan dan keterampilannya. Dari catatan sejarah dapat kita ketahui

adanya budaya kelompok masyarakat primitif tertentu yang mengenakan daun

kulit pepohonan, kulit binatang atau bahkan melumuri bagian tubuh tertentu

yang dianggapnya paling rahasia dengan tanah atau lainnya. Tujuannya tidak

lain adalah untuk menyembunyikan bagian–bagian tubuh tersebut dari

penglihatan orang lain.10F11

10 Ahmad Musthofa Al Maroghi, Terjemah Tafsir Al Maroghi Juz 18, (Semarang: CV. Toha Putra, 1985), hal. 180 11 Siti Muri’ah, Op. Cit ., hal 111

5

Islam memberi hak bekerja bagi kaum wanita sebagaimana hak

bekerja bagi kaum pria. Jadi tidak ada satupun pekerjaan yang dihalalkan

agama diharamkan atas wanita dan hanya diperbolehkan bagi pria. Islam tidak

membedakan dalam perbuatan syari’ah ( tasyri’) antara pria dan wanita.

Hanya saja, berkaitan dengan hak bekerja ini wanita yang bersuami tidak

boleh bekerja tanpa persetujuan suami. Sebab, aturan keluarga dan hak

perkawinan menghendaki wanita agar memelihara kehidupan rumah tangga

dan mementingkan kewajiban suami istri.

12

Allah tidak membebani wanita untuk melakukan pekerjaan diluar

rumahnya. Adapun memberi nafkah kepada wanita dan kepada anak-anaknya

adalah kewajiban yang dibebankan kepada kaum laki-laki. Inilah tugas utama

kaum laki-laki karena ia adalah pemimpin dalam keluarga. Adapun wanita

tugas utamanya adalah tetap tinggal dirumah. 12F

13 Sebagaimana firman Allah:

“Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias

dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah yang dahulu ( Q.S.

al-Ahzab : 33). 13F

14

12 Said Abdul Azhim, Hakikat Bekerja, (Jakarta: Qultum Media, 2006), hal. 65 13Ibid., hal. 45 14 Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., hal. 422

6

Namun dilihat dari asbabun Nuzulnya, ayat ini turun dalam konteks

istri-istri Nabi. Istri-istri Nabi SAW diperintahkan untuk tetap berada di

rumah, kecuali ada keperluan yang bersifat darurat, dan ini juga berlaku pula

bagi wanita muslimah lainnya jika tidak ada dalil lain yang menyatakan

berbeda. Ayat ini diturunkan untuk melindungi dan memuliakan wanita.

15

Syarat berpakaian adalah hijab yang digunakan itu tidak sobek

sehingga tidak menampakkan bagian tubuh atau perhiasan wanita, juga tidak

boleh menyerupai pakaian laki-laki.

16 Selain itu, hijab yang digunakan adalah

panjang, menutup seluruh badan, kecuali wajah dan telapak tangan, tidak tipis

dan tembus pandang. 17

Untuk kehidupan masa kini, meninggalkan rumah bagi sebagian

wanita muslimah tidak hanya darurat tetapi merupakan kebutuhan. Bahkan

meninggalkan rumah untuk berkarier sama sekali tidak menjadikan wanita

terancam, bahkan bisa mulia menurut persepsi masyarakat. Dengan kata lain

wanita yang berkarier dan sukses justru dinilai positif dan di respect. Tentu

selama wanita itu memegang teguh nilai-nilai Islam, baik dalam pergaulan,

pakaian maupun dalam bekerja.

18

15 Siti muri’ah, Op. Cit ., hal 75. 16 Syaikh Kamil Muhammad ‘uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al kautsar, 1998) Cet. 1, hal. 662 17 Ali Gufron, Membahagiakan Suami Sejak Malam Pertama, (Jakarta: Amzah, 2011), hal. 39 18 Siti Muri’ah, Op. Cit., hal. 76

Islam tetap membolehkan kaum wanita

7

terjun langsung bekerja sesuai batas etika Islami yang telah digariskan syari’at

Islam.18F

19

حاجتكن صلعهم قال: قد اذن ان خترجن يفالنيب ا عن رضي اهللا عنهعن عائشة

19F (رواه البخاري)

20 “Dari Aisyah r.a dari Nabi SAW mengatakan: kalian (istri-istri Nabi)

sungguh telah diizinkan keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan

kalian (H.R Bukhari)”.

Apabila terjadi suatu keadaan darurat yang menuntutnya untuk keluar

dari rumahnya maka sebagaimana menurut kaidah fikih darurat itu harus

diperkirakan sesuai dengan kadar daruratnya, “ adzdzoruurotu tuqoddaru

biqodriha.” Maka dalam keadaan darurat itu wanita boleh bekerja diluar

rumahnya dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Memperoleh izin dari walinya, suaminya atau bapaknya.

2. Selalu berpakaian secara Islami.20F

21 Tetap teguh dengan identitasnya

sebagai muslimah dengan cara tetap memenuhi adab muslimah dalam hal

bergaul, berpakaian, berbicara, dan bertingkah laku. 21F

22

3. Terbebas dari segala hal ang diharamkan seperti tabarruj (menampakkan

diri secara berlebih-lebihan).22F

23

19 Maisar Yasin, Wanita Karier dalam Perbincangan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hal. 30 20 Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail, Shohih Bukhori Juz 1, “Bab Khurujin Nisa’i Ilal Barozi” (Beirut: Darul Fikr, tt), hal 48 21 Muhammad ahmad Muabbir Al Qahtany, Wahbi Sulaiman Ghowji, et all, Pesan Untuk Muslimah, (Jakarta: Gema Insani press, 1992), hal. 52 22 Mia Siti Aminah, Muslimah Career, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2010) Cet. 1, hal. 42

8

Adapun seorang wanita harus tetap berjilbab antara lain:

1. Ketika keluar rumah

2. Ketika menerima tamu laki-laki dirumah

3. Ketika berada ditempat umum, yang disitu terdapat kaum laki-laki

4. Ketika ada laki-laki disekitar rumah meskipun telah dikenalnya.24

Seorang wanita yang berbusana muslimah atau berjilbab muslimah

haruslah mencerminkan akhlak mulia, atas kesadaran diri sendiri dan bukan

ikut-ikutan desakan teman dan sebagainya. Hal itu dimaksudkan agar ia tidak

mudah diganggu oleh mata nakal lelaki hidung belang, sehingga dirinya tidak

tergelincir kedalam jurang haram yang menghinakan ( perzinaan ). Itulah

busana jilbab yang apabila memakainya dilandasi atas panggilan ajaran agama

yang merupakan petunjuk dan perintah dari Allah. Alhasil, seorang wanita

yang berjilbab dengan didasari taqwa kepada Allah akan dapat berdampak

positif dan berpengaruh besar untuk senantiasa berbuat kebaikan. Namun akan

terjadi sebaliknya apabila seorang wanita enggan memakai busana muslimah

atau berjilbab. Bila hal itu terjadi, maka terbukalah jalan terciptanya perbuatan

zina dan akibat buruk lainnya.

25

Dibolehkan bagi seorang wanita untuk bekerja, atau misalnya karena

suaminya sakit dan tidak ada yang bisa menanggungnya selain istri. Dalam

kondisi seperti itu seorang wanita diperbolehkan untuk melakukan suatu

23 Nuruddin ‘itr, Hak dan Kewajiban Perempuan, (Jogyakarta: Bina Media, 2005), Cet. 1, hal. 174 24 Rafi’uddin , Bagaimana Menjadi wanita Penghuni Syurga, (Jakarta: Indocamp, 2009), hal. 28 25 Ibid., hal. 128

9

pekerjaan diluar rumah tapi harus tetap menjaga adab-adab syariat misalnya

tidak berkata-kata yang menimbulkan fitnah, menggunakan hijab dll.26

Dalam Islam segala aspek kehidupan manusia telah diatur dalam kitab

suci Alquran maupun Al Hadits, tidak terkecuali juga masalah pakaian.

Syari’at tentang pakaian tentunya berbeda yang berlaku untuk lelaki terasa

begitu mudah. Namun untuk wanita amat perlu diperhatikan dan dijaga secara

serius, sebab prinsipnya semua anggot badan wanita adalah aurat selain wajah

dan telapak tangan. Melihat dari realita fakta yang ada, banyak dari wanita

karier yang bekerja tidak menutup aurat khususnya di Desa Kecapi Dukuh

Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, diantara dari

mereka ketika bekerja keluar rumah mereka menampakkan rambut dan

lehernya, ada yang memakai rok mini, ada juga yang menampakkan

lengannya bahkan menampakkan jenjang kakinya sekalipun. Dalam hal ini,

Islam telah melarang dengan keras bagi wanita yang membuka aurat dan

meninggalkan hijabnya. 26F

27

Sejak pemakaian jilbab saja Allah telah menfirmankan:

“Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuan mu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka

26 Said Abdul Azhim, Lock. Cit

27 Kamal Sayyid Salim, 250 Kesalahan Wanita, (Jakarta: pustaka Al Kautsar, Tanpa Tahun), hal. 169.

10

lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Q.S al Ahzab: 59) 28

Ayat ini menuntut wanita untuk mengulurkan jilbabnya ke tubuhnya

pada waktu keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Yang demikian

itu supaya mereka berbeda dari wanita budak sehingga tidak ada seorangpun

akan mengganggu mereka. Inilah berarti bahwa jilbab disyariatkan untuk

menyempurnakan keadaan ketika mereka keluar rumah, dan dalam

kesempurnaan ini terdapat kesempurnaan pembedaan, penjagaan diri dan

penghormatan.

.

29

Firman Allah diatas secara tegas menerangkan bahwa setiap wanita

yang mengaku bahwa dirinya muslim dan mukmin haruslah mengenakan

jilbab. Ayat diatas juga menjelaskan bahwa Allah memberikan jaminan bagi

wanita yang mukminat yang memakai jilbab bahwa mereka akan lebih aman

dari gangguan mata-mata nakal jika dibanding dengan mereka yang hanya

memakai pakaian mini, bahkan lebih berbahaya lagi bagi wanita yang

berpakaian merangsang.

30

Di akhir ayat tersebut Allah juga memberitahukan kepada kita bahwa

Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ini berarti bahwa apabila

28 Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., hal. 426 29 Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. 1, hal. 27 30 Rafi’uddin, Op. Cit, hal. 13

11

dimasa lalu wanita tidak memakai jilbab dan kini berjilbab, maka menjadi

hak Allah lah untuk mengampuni mereka atas dosa-dosa masa lalunya.31

Selanjutnya dalam kitab Al Kasysyaf yang diterangkan oleh Az

zamakhasyari, makna kata “min” ( من) didalam firman Allah, “ Min

jalaabihinna” ( dari jilbab mereka ) adalah “ Lit-tab’idh ( untuk menunjukkan

bagian).31F

32

Dalam kitab fathul qodir oleh Asy Syaukani, maksud firman Allah

“lebih mudah untuk dikenali” adalah lebih dekat untuk dikenali sehingga

mereka lebih dapat dibedakan dari wanita budak dan tampak bagi manusia

bahwa mereka adalah wanita merdeka. 32F

33

Kaum wanita harus mampu memanfaatkan waktu secara maksimal

sehingga dia dapat menjadi unsur masyarakat yang produktif dan tidak

menjadi seorang penganggur dalam setiap fase kehidupannya. Dan itu dapat

diefektifkan ketika dia masih menginjak usia remaja, dewasa hingga tua dan

pikun. Jelasnya, hal itu pun terjadi dalam seluruh statusnya baik sebagai anak,

sebagai istri atau sebagai wanita yang dicerai (janda). Setiap ada waktu yang

tersisa setelah menyelesaikan urusan rumah tangga, hendaklah dia

31 Ibid. 32 Abdul Halim Abu Syuqqoh, Op. Cit., Hal 46 33 Ibid., Hal 47.

12

menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat

baik dalam bidang profesi maupun non profesi. 34

B. Penegasan Istilah

Dengan melihat latar belakang masalah diatas, penulis hendak

mengkaji, mempelajari, sekaligus menganalisisnya kedalam sebuah skripsi.

Adapun judul yang hendak penulis kaji dari permasalahan tersebut adalah

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA

WANITA KARIER YANG TIDAK MENUTUP AURAT (Studi Kasus di

Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten

Jepara).

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dan terjadinya

kesalahpahaman, maka perlu kiranya penulis tegaskan beberapa istilah yang

berkaitan dengan judul diatas:

1. Hukum

Hukum adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah)

atau adat yang berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (Negara).

Selain itu, hukum juga disebut sebagai undang-undang, peraturan, dan

sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat.

34 Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita Jilid 2, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. 1, hal. 415

13

Pada prinsipnya hukum merupakan kenyataan dan pernyataan

yang beraneka ragam untuk menjamin adanya penyesuaian kebebasan dan

kehendak seseorang dengan orang lain. Berdasarkan asumsi ini pada

dasarnya hukum mengatur hubungan antara manusia didalam masyarakat

berdasarkan prinsip-prinsip yang beraneka ragam pula. Oleh sebab itu

setiap orang didalam masyarakat wajib taat dan mematuhinya.35

2. Islam

Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW

dengan kitab suci Alquran. 36

3. Wanita

Wanita adalah perempuan dewasa.37

4. Karier

Karier adalah riwayat pekerjaan; kerja yang digeluti; kemajuan

pekerjaan.38

Jadi, wanita karier dapat diartikan sebagai wanita yang

berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dsb).

39

5. Aurat

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan aurat yaitu segala sesuatu

yang perlu ditutup bagi anggota tubuh seseorang yang dapat

35 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hal 167 36 Ibid., hal 180 37 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3,( Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. ke 4, hal 1268 38 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Poluler, (Arkola: Surabaya: 2001) hal. 314 39 Hasan Alwi, Op. Cit., hal 1268.

14

menyebabkan sesuatu perasaan tertentu bagi yang bersangkutan apabila

diperlihatkan.40

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil permasalahan

dari skripsi yang berjudul TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PROBLEMATIKA WANITA KARIER YANG TIDAK MENUTUP

AURAT (Studi Kasus di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01

Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara), dengan menggunakan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana batasan aurat perempuan dalam perspektif hukum Islam

menurut imam empat madzhab?

2. Apa saja syarat-syarat yang harus diperhatikan wanita karier ketika bekerja

keluar rumah?

3. Bagaimana pandangan Islam tentang wanita karier yang tidak menutupi

aurat?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian dari latar belakang masalah tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana batasan aurat perempuan dalam perspektif

hukum Islam menurut imam empat madzhab secara teoritis. 40 Sudarsono, Op. Cit ., hal 56

15

2. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat yang harus diperhatikan wanita

karier ketika bekerja keluar rumah tanpa menutup aurat.

3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum Islam menanggapi

problematika wanita karier yang tidak menutupi aurat yang terjadi di Desa

Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten

Jepara.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbang asih pemikiran dalam persoalan terhadap wanita karier

yang tidak menutupi aurat.

2. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan Islam khususnya dalam hal

esensinya berkarier dengan menutup aurat.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pembuat hukum dalam

merumuskan ketetapan-ketetapan hukum sehingga bagi penulis maupun

para pengkaji dapat memberikan pemahaman dan penjelasan kepada

masyarakat mengenai esensinya berkarier dengan menutup aurat.

E. Telaah Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan mengenai:

“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA WANITA

KARIER YANG TIDAK MENUTUP AURAT (Studi Kasus di Desa Kecapi

Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara).

Sebagai bahan acuan dan perbandingan, peneliti telah menemukan 2

skripsi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, antara lain:

16

Khoirun Nisa’, salah satu mahasiswi UNISNU angkatan tahun 2011, ia

menulis skripsi tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bekerjanya Istri Dengan

Tidak Menutupi Aurat Untuk Pemenuhan Kebutuhan Nafkah Keluarga”. Skripsi

tersebut membahas tentang ketentuan memberi nafkah dalam tatanan syariat

Islam dibebankan kepada suami atau ayah dari anak, hal ini karena suami adalah

pemimpin keluarga sedangkan istri adalah orang yang berhak menerima nafkah

selagi ia tidak melakukan nusyuz kepada suami. Untuk urusan tidak menutup

aurat maka hal tersebut merupakan tindakan dosa, perintah untuk menutup aurat

merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi.41

Penelitian berbentuk skripsi dengan judul “Perbedaan Tanggung Jawab

Antara Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga Menurut Hukum Islam”, yang

diajukan oleh Tasirun mahasiswa fakultas syari’ah UNISNU Jepara. Skripsi

tersebut membahas tentang wajibnya seorang istri untuk patuh terhadap suami

dan keluarganya, dimana seorang istri disini memiliki dua peran ganda yaitu

sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga yang menimbulkan berbagai dampak

baik positif maupun negatif. Istri yang harus berkarier juga harus memperhatikan

keadaan keluarganya. Karena bagaimanapun juga selain sebagai wanita karier,

dirinya juga adalah sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga.

42

Setelah melakukan eksplorasi pustaka, yang secara khusus membahas

tentang wanita karier, akhirnya penulis dapat menyimpulkan meskipun sama-

41 Khoirun Nisa’, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bekerjanya Istri Dengan Tidak Menutupi Aurat Untuk Pemenuhan Kebutuhan Nafkah Keluarga”, Skripsi Sarjana Syari’ah, Jepara, Perpustakaan UNISNU, 2011 42 Tasirun, “Perbedaan Tanggung Jawab Antara Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga Menurut Hukum Islam”, Skripsi Sarjana Syari’ah, Jepara, Perpustakaan UNISNU, 2011

17

sama membahas mengenai problematika dunia karier bagi wanita, namun skripsi

ini berbeda dengan kedua skripsi diatas. Skripsi diatas memiliki fokus penelitian

yang berbeda dengan skripsi yang penulis teliti. Penulis ingin mencoba untuk

berinteraksi serta melakukan komunikasi untuk mendapatkan informasi untuk

mendapatkan data profil wanita karier dan alasan mengapa mereka berkarier

tidak menutup aurat beserta solusinya serta ingin mengetahui sejauh mana

hukum Islam memandang wanita karier yang tidak menutup aurat yang terjadi di

Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan Kabupaten

Jepara.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian.

Dalam pembahasan skripsi ini, jenis penelitian yang penulis

pergunakan adalah library research. Library research adalah penelitian

pustaka. 43 Library research adalah penelitian yang dilakukan terhadap

sumber-sumber tertentu berupa buku, artikel, dan karangan lain. 44

43 Sutrisno Hadi, Metodology Research, (Fakultas Psikologi,1997), hlm. 63 44 Masri Singarimbun, Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1982) hal. 70

Sedangkan ditinjau dari pendekatan analisisnya penelitian ini termasuk

penelitian kualitatif. Penelitian ini analisisnya lebih menekankan pada proses

penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika

hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.

Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak

18

menggunakan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian

hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui

cara-cara berpikir normal dan argumentatif.

2. Sumber Data

a. Data Primer adalah semua hal peristiwa yang terjadi dipusat penelitian

sejauh relevan dengan rumusan masalah dalam penelitian. Dalam hal ini,

penulis menggunakan beberapa buku sebagai acuan dalam penelitian, yakni

buku wanita karier dalam bingkai Islam karangan Siti Muri’ah, buku

kebebasan wanita karangan Abdul Halim Abu Syuqqoh dll.

b. Data sekunder adalah data-data kepustakaan yang wujudnya berupa

konsep / teori untuk mendukung teori-teori yang diperlukan dalam

penelitian ini yang diperoleh dari koleksi-koleksi kepustakaan seperti kitab

suci, buku-buku, majalah dan sejenisnya.45

a. Pengamatan (observasi)

Adapun pengumpulan data yang dipakai adalah sebagai berikut:

Pengamatan atau observasi adalah cara pengumpulan data

dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan. Tujuan dari observasi

adalah untuk mendeskripsikan setting, kegiatan yang terjadi, orang yang

45Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendididkan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005) hal. 192

19

terlibat didalam kegiatan, waktu kegiatan dan makna yang diberikan

oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan.46

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi

antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data

(responden). 47

c. Kepustakaan (Library Research)

Metode wawancara ini digunakan peneliti untuk

memperoleh data-data yang mendukung tentang masalah-masalah yang

dibahas. Dalam hal ini, penulis melakukan interview dengan 5

responden yang mana kesehariannya ketika berkarier tidak menutup

aurat khususnya di Desa Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01

Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara dan juga interview kepada

sesepuh maupun tokoh masyarakat desa setempat.

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan

dengan menggunakan literature (kepustakaan), baik berupa buku,

catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.48

46 Burhan Ah Shofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)hal.58 47 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum Edisi 1, (Jakarta: Granit, 2004), hal. 72 48 Ibid, hal 5

Selanjutnya data-data kualitatif tadi analisisnya menggunakan

pendekatan sebagai berikut:

20

a. Pendekatan deduktif adalah apa saja yang dipandang benar pada

semua peristiwa dalam suatu kelas atau jenis.

b. Pendekatan induktif adalah berangkat dari faktor-faktor atau peristiwa

yang khusus dan konkrit ditarik generalisasinya yang mempunyai

sifat umum.

c. Pendekatan komparasi adalah membandingkan antara satu fakta atau

pendapat dengan fakta atau pendapat yang lain.

G. Sistematika Penulisan Penelitian

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti

menyajikan penelitian ini dalam sebuah sistematika yang sistematis sehingga

mudah untuk dibahas secara komprehensif. Adapun sistmatika penulisan

penelitian ini terdiri atas:

a) BAGIAN AWAL

Bagian awal terdiri atas halaman judul, halaman nota pembimbing

halaman nota pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman

persetujuan pembimbing, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, dan

halaman daftar lampiran.

b) BAGIAN TENGAH

Bagian isi dalam proposal ini terdiri dari:

1. BAB I : PENDAHULUAN

21

Bab ini menjelaskan tentang : Latar Belakang Masalah,

Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian, dan

Sistematika Penulisan Penelitian.

2. BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang penjelasan wanita karier yang tidak

menutup aurat. Penulis membagi dua tema besar. Pertama,

berisi wanita karier dalam bingkai Islam, meliputi:

1) Pengertian wanita karier, 2) Peran dan fungsi seorang

wanita, 3) Syarat wanita karier dalam ranah hukum Islam.

4) Nilai Karier bagi wanita dilihat dari perspektif ekonomi,

psikologis, sosiologis dan religius. Kedua, berisi

pembahasan mengenai batas-batas aurat wanita perspektif

hukum Islam, meliputi: 1) definisi aurat, 2) batas-batas

aurat perempuan menurut imam empat madzhab, 3) dalil

yang mewajibkan wanita karier untuk berhijab.

3) BAB III : OBJEK KAJIAN

Dalam bab ini memuat antara lain, pertama: membahas

tentang data monografi dan demografi, keadaan

masyarakat, keadaan sosial ekonomi, jumlah penduduk,

pemerintahan, iklim, kondisi sosial budaya, keadaan sosial

ekonomi, keadaan sosial keagamaan, keadaan pendidikan.

22

Kedua: terdapat dua sub tema, yaitu a) profil wanita karier

yang didalamnya membincang mengenai jenis pekerjaan,

usia, pendidikan, pekerjaan suami, jam kerja dan alasan

mengapa mereka berkarier tidak menutup aurat.b) Persepsi

tokoh masyarakat terhadap wanita karier yang tidak

menutup aurat.

4) BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis data yang sudah penulis

peroleh yakni TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PROBLEMATIKA WANITA KARIER

YANG TIDAK MENUTUP AURAT, yang terjadi di Desa

Kecapi Dukuh Sebuhu RT 08 RW 01 Kecamatan Tahunan

Kabupaten Jepara.

5) BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan kata

penutup.

3) BAGIAN AKHIR

Bagian akhir ini terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar

riwayat pendidikan penulis dan sebagainya.

23