BAB 1
Transcript of BAB 1
![Page 1: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu dan bayi pada saat persalinan disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya adalah kesiapan ibu dan keluarga dalam
menghadapi persalinan, baik kesiapan fisik maupun psikis selain tentunya kondisi
fasilitas kesehatan. Persiapan dalam menghadapi persalinan ini sangat tergantung
dengan peran keluarga, kondisi ini membuat ketergantungan yang besar dari ibu
terhadap keluarga. Proses persalinan dengan mendapat dukungan keluarga
tentunya akan membuat ibu menjadi lebih nyaman (Prawirohardjo, 2006).
Peran keluarga sangat berarti pada proses persalinan, baik bagi kondisi
psikis ibu hamil sehingga proses pembukaan pada persalinan kala I lebih lancer
dan kelancaran proses persalinan karena keluarga telah menyediakan kebutuhan-
kebutuhan persalinan dengan baik (Suririnah, 2007). Kondisi ini akan
memperlancar proses persalinan dan tentunya akan mempercepat durasi
persalinan. Persalinan adalah sesuatu hal yang fisiologis yang akan terjadi pada
setiap wanita di dunia ini. Wanita akan melewati masa kehamilan 9 bulan dan
setelah itu akan mengalami proses persalinan. Sekalipun sebagian persalinan
dapat berjalan lancar, tetapi bukanlah berarti tanpa bahaya karena perubahan
keadaan dapat terjadi setiap saat yang membahayakan ibu maupun janin.
Oleh sebab itu persalinan selalu memerlukan pengawasan yang ketat
sehingga pertolongan yang tepat dapat diberikan. Faktor-faktor yang berpengaruh
dalam persalinan seperti power, passenger, passage, psikis, dan penolong dapat
menimbulkan ketegangan sehingga dapat menyebabkan gangguan his (Ida Bagus
Gede Manuaba, 2002).
Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam sebuah persalinan, dukungan
tersebut dapat berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan
emosional dan dukungan harga diri. Dukungan yang diberikan oleh keluarga
kepada ibu bersalinakan menciptakan kondisi fisiologis dan psikologis yang ideal
dalam persalinan sehingga persalinan akan berjalan lebih lancar.
![Page 2: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/2.jpg)
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Tentang Pengertian Keluarga ?
2. Menjelaskan Tentang Faktor Kunci dalam Kesehatan Keluarga ?
3. Menjelaskan Tentang Tipe Keluarga ?
4. Menjelaskan Tentang Fungsi Keluarga ?
5. Menjelaskan Tentang Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga ?
6. Menjelaskan Tentang Dinamika Keluarga ?
7. Menjelaskan Tentang Level Pencegahan Perawatan Keluarga ?
8. Menjelaskan Tentang Tugas Keluarga ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui Tentang Konsep Keluarga dalam Keperawatan Maternitas
2. Mengetahui Tentang Fungsi Keluarga dalam Keperawatan Maternitas
3. Mengetahui Tentang Dinamika dan Perkembangan Keluarga
4. Mengetahui Tentang Faktor Kunci dalam Kesehatan Keluarga
![Page 3: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keluarga
Pengertian Keperawatan Kesehatan Keluarga (Family Health Nursing)
dapat dinyatakan berdasarkan berbgai sumber sebagai berikut :
1. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi da kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional
dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola
interaksi yang saling ketergantungan untuk mencpai tujuan bersama
(Friedman, 1998).
2. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan
darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga,
anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan peran
sosil keluarga (Burgess dkk, 1963).
3. Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
atau tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama,
mempunyai generasi penerus, saling pengertian dan saling menyayangi
(Murray & Zentner, 1997).
4. Keluarga adlah kumpulan dua atau lebih individu yang saling tergantung satu
sama lainnya untuk emosi, fisik dan dukungan ekonomi (Hans, 1996).
5. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang ergabung karena hubungan
perkawinan, darah atau adopsi dan hidup dalam satu rumah yang saling
berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-masing dan mencptakan
serta mempertahanan suatu ebudayaan (Baylon dan Maglaya, 1978)
6. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes R.I, 1988).
7. Keluarga menurut Stuart (1991), meliputi 5 sifat yaitu :
a. Keluarga merupakan unit suatu sistem
![Page 4: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/4.jpg)
b. Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan atau
dapat dan tidak selalu tinggal dalam satu atap
c. Keluarga dapat mempunyi anak ataupun tidak mempunyai anak
d. Terdapat komitmen dan saling meengkapi antar anggota keluarga
e. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, kebutuhan hidup dan sosialisasi antar anggota keluarga
2.2 Faktor Kunci dalam Kesehatan Keluarga
Keluarga merupakan subsistem komunitas sebagai sistem sosial yang
bersifat unik dan dinamis. Oleh karena itu perawat komunitas perlu memberikan
intervensi pada keluarga untuk membantu keluarga dalam mencapai derajat
kesehatan yang diinginkan., dengan mengambil langkah peningkatan
pemberdayaa peran keluarga. Allender & Spradley, (1997) memberikan alasan
mengapa keluarga menjadi penting, karena keluarga sebagai sistem, membuthkan
pelayanan kesehatan seperti halnya indivdu agar dapat melakukan tugas sesuai
perkembangannya.
Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tigkat kesehatan
keluarga,begitu juga sebaliknya dan tigkat fungsional keluarga sebagai unit
terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan sistem diatasnya.
Keluarganya sebagai suatuu sistem, dimana sistem keluarga merupakan bagian
dari suprasistem yang lebih besar dan disusun dari beberapa subsistem, perubahan
pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi semua aggota keluarga.
Mempelajari keluarga secara utuh lebih mudah daripada mempelajari masing-
masing anggotanya.
Keluarganya merupakan sentral pelayanan keperawatan karena keluarga
merupakan sumber kritikal untuk pemberian pelayanan keperawatan, intervensi
yang dilakukan pada keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan
kebutuhan individu. Disfungsi apapun yang terjadi pada keluarga akan berdampak
pada satu atau lebih anggota keluarga atau keseluruhan keluarga, bila ada satu
orang yang sakit akan berpengaruh pada keuarga secara keseluruhan. Adanya
hubungan yang kuat antar keluarga dan status kesehatan setiap anggota keluarga,
sangat memerlukan peran keluarga pada saat menghadapi menghadapi masalah
![Page 5: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/5.jpg)
yang terjadi pada keluarga. Juga keluarga merupakan sistem pendukung yang vital
untuk individu, merupakan support sistem utama individu dengan mengkaji setiap
sumber yang tersedia.
Karakteristik keluarga yang sehat, bila anggota keluarganya berinteraksi
satu dengan lainnya, anggota keluarga terlibat dalam peran masing-masing secara
fleksibe, anggota keluarga selalu termotivasi untuk berkomunikasi dengan
keluarga lainnya dan juga dengan masyarakat sekitar serta setiap anggota keluarga
menguasai salah satu tugas eluarga seperti pengambilan keputusan atau upaya
pencarian informasi.
2.3 Tipe Keluarga
Berbagai bentuk dan tpe keluarga, berdaarkan berbagai sumber, dibedakan
berdasakan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional seperti :
1. Menurut Maclin (1988), pembagian tipe keluarga :
a. Keluarga Trdisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang etrdiri dari sami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan satu
orang yang mengepali akibat dari penceraian, pisah atau
ditinggalakn.
3) Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal dengan mereka
4) Bujang dewasa ynag tinggal sendirian
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri inggal dirumah dengana nak sudah kawin atau bekerja.
6) Jarigan keluarga besar : terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah hidu berdekatan dalam daerah
geografis.
b. Keluarga non tradisional.
1) Keluarga dengan orang tua yang memunyai aak tetpai tidak menikah
(biasanya erdiri dari ibu dan anak saja)
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
![Page 6: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/6.jpg)
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan ang menikah
4) Keluarga komuni adlah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogami denga anak=anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang
sama.
2. Menurut Allender & Spradley (2001), membagi tipe keluarga berdasarkan :
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hbungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yag terdiri dari suami istri tanpa
anak.
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
penceraian atau kematian.
5) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya tediri dari seserag
dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisonal
1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak adaikatan perkawnan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga
3) Homoseksual yaitudua individu yang sejenis kelain hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
3. Menurut Carter dan Mc Goldrick(1988) dlam Setiawati dan Dermawan
(2005), membagi tipe keluarga berdasar :
![Page 7: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/7.jpg)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari waita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.
b. Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
da hidup secara bersama-sama.
c. Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbetuk tanpa pernikahan
2.4 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau suatu tentang apa yang di lakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi
keluarga menurut Friendman (1998) ; Setiawan & Dermawan (2005) yaitu :
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari
keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anngota keluarga baik
senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga
mengekspresikan kasih saying.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak membentuk nilai dan norma yang di yakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap social dan bagaimana
keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin,
mengenai budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga
sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan
spiritual,dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit setiap anggota keluarga.
![Page 8: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/8.jpg)
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendididkan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
2.5 Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
Perawatan keluarga perlu mengetahui tentang tahapandan tugas
perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis
pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan
dukungan kepada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall & Miller (1985); Carter & Mc
Goldrick (1988), mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti :
1. Tahap I , keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan
yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang
saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan
![Page 9: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/9.jpg)
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak
yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menenemkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga,
menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah.
5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi
terbuka dua arah.
![Page 10: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/10.jpg)
6. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui
perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami
maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi,
memperluas hubungan keluaga antara orang tua dengan menantu, menata
kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
7. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh
hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan
datang,memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga
komunikasi dengan anak-anak.
8. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi
perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk
mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
2.6 Dinamika Keluarga
Dinamika keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan fungsi,
mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan
melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.
Keluarga tidak ubahnya seperti negara. Ada pimpinan, menteri, rakyat,
kebijakan, dan aturan. Layaknya negara, dinamika politik keluarga pun mesti
dinamis. Karena dengan begitulah, keluarga menjadi hidup, hangat, dan produktif.
![Page 11: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/11.jpg)
Orang belajar banyak tentang berbagai hal melalui keluarga. Mulai
masalah pendidikan, hubungan sosial antar anggota keluarga, ekonomi,
pertahanan, komunikasi, organisasi, dan politik.
Tidak semua pimpinan keluarga peka dengan dinamika yang ada. Kadang
terlalu tegang menyikapi kesenjangan antara idealita dengan realita.
Ketidakpekaan dan ketegangan inilah yang sering membuat dinamika keluarga
menjadi buruk. Para anggota keluarga menjadi ikut kikuk, bungkam, dan takut.
Sehingga komunikasi antar anggota keluarga juga tidak berjalan dengan baik.
Jadi, dinamika dalam keluarga adalah hal yang memang sudah seharusnya terjadi.
Yang diperlukan adalah rasa tenggang rasa, menerima masukan dan kemauan
untuk berubah.
Dimanapun aspek-aspek dinamika keluarga :
1. Tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiriyang
biasa dikenal dengan harga diri atau self-esteem.
2. Tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan
pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi.
3. Tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana mereka
seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai system nilai
keluarga.
4. Tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan
institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.
2.7 Level Pencegahan Perawatan Keluarga
Pelayanan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi yaitu :
1. Pencegahan primer (primary prevention), merupakan tahap pencegahan yang
dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa pencegahan spesifik
(specific protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti
pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan sanitasi
lingkungan yang bersih, olahraga, imunisasi, perubahan gaya hidup. Perawat
keluarga harus membantu keluarga untuk memikul tanggung jawab kesehatan
mereka sendiri, keluarga tetap mempunyai peran penting dalam membantu
keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
![Page 12: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/12.jpg)
2. Pencegahan sekunder (secondary prevention), yaitu tahap pencegahan kedua
yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah berlangsung,
dengan melakukan deteksi dini( early diagnosis ) dan melakukan tindakan
penyembuhan (promp treatment) seperti screening kesehatan,
deteksidiniadanyagangguankesehatan.
3. Pencegahantersier (tertiary prevention), merupakan pencegahan yang
dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai, selain mencegah
komplikasi juga meminimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation)
seperti melakukan rujukan kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi
bermasalah, memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah kematian.
Rehabilitasi meliputi upaya pemilihan terhadap penyakit atau luka hingga
pada tingkat fungsi yang optimal secara fisik, mental, social, dan emosional.
2.8 Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila
ditemui data maladaptive pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud
adalah :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaiman
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan
gejala, factor penyebab dan persepsi terhadap masalah yang dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengenal keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang
dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negative dari
keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan
![Page 13: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/13.jpg)
keperawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar
rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memfaatkan fasilitasi pelayanan kesehatan, seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga
terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, adalah pelayanan kesehatan yang
terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang
dipersepsikan keluarga.
![Page 14: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/14.jpg)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi da kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari
pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama
(Friedman, 1998).
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau suatu tentang apa yang di lakukan oleh keluarga.
Dalam konsep keluarga dalam keperawatan maternitas terdapat beberapa
aspek-aspek dinamika keluarga yaitu :
1. Tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiriyang
biasa dikenal dengan harga diri atau self-esteem.
2. Tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan
pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi.
3. Tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana mereka
seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai system nilai
keluarga.
4. Tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan
institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.
Faktor Kunci dalam Kesehatan Keluarga yakni Karakteristik keluarga
yang sehat, bila anggota keluarganya berinteraksi satu dengan lainnya, anggota
keluarga terlibat dalam peran masing-masing secara fleksibe, anggota keluarga
selalu termotivasi untuk berkomunikasi dengan keluarga lainnya dan juga dengan
masyarakat sekitar serta setiap anggota keluarga menguasai salah satu tugas
keluarga seperti pengambilan keputusan atau upaya pencarian informasi.
![Page 15: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/15.jpg)
3.2 Saran
Dari semua penjelasan diatas diharapkan bukan hanya tenaga medis atau
mahasiswa keperawatan saja yang mampu menguasai materi tentang dasar-dasar
keperawatan maternitas (Konsep Keluarga dalam Keperawatan Maternitas)
melainkan sebagai keluarga juga harus memahami pembahasan tersebut.
![Page 16: BAB 1](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083011/5695d04f1a28ab9b0291ee27/html5/thumbnails/16.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Ns. Komang Ayu Henny SKM, Mkep, SpKom. 2010. Aplikasi Praktis
Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC.
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan
Masyarakat untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family
nursing teori and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta :
EGC
Hamilton. Persis Mary. 1995. Dasar-dasar keperawatan maternitas. Edisi 6 Alih
bahasa Ni Luh Gede Yasmin Asih. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. “Ilmu Perilaku Kesehatan”. Jakarta. Rineka Cipta.
Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.