Bab 1-5 Indra

44
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Angka kriminalitas di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya, Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Inspektur Jenderal Polisi Saud Usman menyatakan bahwa di tahun 2012 saja setiap 91 detik sekali terjadi satu kasus kejahatan di Indonesia hal itu tercantum dalam katalog Badan Pusat Statistika 4401002 . Sehingga dibutuhkan alat perlindungan diri dari pelaku kriminal yang meneror keamanan masyarakat setiap harinya. Salah satu jenis tindak kriminal yang marak terjadi di Indonesia adalah penjambretan dan penulis berpikir bahwa masyarakat harus bisa melindungi diri dari para penjambret. Alat Kejut Listrik merupakan salah satu alat pertahanan diri yang bisa digunakan untuk melawan penjambret. Alat kejut listrik menggunakan arus listrik sebagai kekuatan utamanya, alat ini mengalirkan listrik ke tubuh pelaku kriminal setelah ada kontak dengan tubuh pelaku kriminal. Alat kejut listrik tersedia dalam berbagai bentuk seperti bentuk tembakan (Stun Gun) dan bentuk batangan (Stun Rod).Kedua bentuk alat kejut listrik diharapkan dapat melumpuhkan pelaku kriminal yang akan menyerang korban tanpa menyebabkan luka 1

Transcript of Bab 1-5 Indra

Page 1: Bab 1-5 Indra

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Angka kriminalitas di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya, Wakil

Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Inspektur Jenderal Polisi Saud Usman

menyatakan bahwa di tahun 2012 saja setiap 91 detik sekali terjadi satu kasus

kejahatan di Indonesia hal itu tercantum dalam katalog Badan Pusat Statistika

4401002 . Sehingga dibutuhkan alat perlindungan diri dari pelaku kriminal yang

meneror keamanan masyarakat setiap harinya. Salah satu jenis tindak kriminal

yang marak terjadi di Indonesia adalah penjambretan dan penulis berpikir bahwa

masyarakat harus bisa melindungi diri dari para penjambret.

Alat Kejut Listrik merupakan salah satu alat pertahanan diri yang bisa

digunakan untuk melawan penjambret. Alat kejut listrik menggunakan arus listrik

sebagai kekuatan utamanya, alat ini mengalirkan listrik ke tubuh pelaku kriminal

setelah ada kontak dengan tubuh pelaku kriminal. Alat kejut listrik tersedia dalam

berbagai bentuk seperti bentuk tembakan (Stun Gun) dan bentuk batangan (Stun

Rod).Kedua bentuk alat kejut listrik diharapkan dapat melumpuhkan pelaku

kriminal yang akan menyerang korban tanpa menyebabkan luka serius, namun

dalam kasus pencurian seperti jambret kedua bentuk senjata ini terhambat oleh

karena jangkauan kontaknya yang sempit (bagi Stun Rod) dan sulitnya

mengarahkan peluru Stun Gun. Penggunaan alat kejut listrik sebagai alat

pertahanan diri merupakan subtitusi bagi penggunaan senjata api, senjata kejut

listrik dapat melumpuhkan korban tanpa memberikan luka serius bagi korban

tidak seperti penggunaan senjata api yang menimbulkan cedera serius bagi

korban.

Dalam karya ilmiah ini penulis akan merancang alat kejut listrik yang

dihubungkan dengan remote control agar senjata kejut listrik dapat diaplikasikan

untuk menangani kasus pencurian seperti jambret yang sebelumnya kurang

memadai akibat terbatasnya jangkauan alat. Berdasakan hal-hal di atas, penulis

1

Page 2: Bab 1-5 Indra

mengangkat judul “Pengaplikasian Remote Control Pada Alat Kejut Listrik (Stun

Rod)”.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat mengidentifikasi masalah

sebagai berikut.

1. Besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik untuk

melumpuhkan sasaran alat kejut listrik.

2. Kapasitas sumber listrik yang tepat bagi alat kejut listrik.

3. Efek arus listrik yang dihasilkan terhadap tubuh manusia.

4. Daya tahan sumber listrik yang dimiliki alat kejut listrik.

5. Jarak maksimum alat kejut listrik dengan remote control agar alat kejut

listrik dapat tetap bekerja.

6. Dampak fisik yang ditimbulkan efek kejut listrik.

I.3 Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah menjadi

sebagai berikut.

1. Besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik untuk

melumpuhkan sasaran alat kejut listrik.

2. Jarak maksimum alat kejut listrik dengan remote control agar alat kejut

listrik dapat tetap bekerja.

I.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan

masalah menjadi sebagai berikut.

1. Berapakah arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik untuk

melumpuhkan sasaran?

2

Page 3: Bab 1-5 Indra

2. Berapa jarak maksimum alat kejut listrik dengan remote control agar alat

kejut listrik dapat tetap bekerja?

I.5 Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, tujuan penulis membuat karya ilmiah ini

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik

untuk melumpuhkan sasaran alat kejut listrik.

2. Untuk mengetahui jarak maksimum alat kejut listrik dengan remote

control agar alat kejut listrik dapat tetap bekerja

I.6 Manfaat Penelitian

Dari tujuan karya ilmiah di atas, manfaat yang penulis harapkan adalah

sebagai berikut.

1. Menambah wawasan pembaca tentang alat kejut listrik.

2. Memberi inspirasi untuk peneliti selanjutnya.

3. Angka kriminalitas di Indonesia terutama penjambretan menurun.

3

Page 4: Bab 1-5 Indra

BAB II DASAR TEORI

II.1 Alat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alat merupakan benda yang

dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas yang dipakai untuk mencapai

maksud. Untuk karya ilmiah ini penulis memilih arti dari kata alat yaitu yang

dipakai untuk mencapai maksud.

II.2 Kejut

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kejut adalah menjadi kaku

karena terperanjat dsb.

II.3 Listrik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, listrik adalah daya atau

kekuatan yg ditimbulkan oleh adanya pergesekan atau melalui proses kimia, dapat

digunakan untuk menghasilkan panas atau cahaya, atau untuk menjalankan mesin.

Menurut Zidni, Syafria, Gatot Suharto (2010:4) listrik merupakan aliran elektron

dari sebuah objek melalui konduktor. Elektron adalah partikel terluar dari atom

yang bermuatan negatif yang bila bersentuhan dengan objek, objek tersebut akan

bermuatan negatif.

II.3.1 Direct Current

Generator listrik DC (Direct Current) adalah alat yang digunakan untuk

memproduksi arus listrik searah (DC). Generator ini terdiri dari dua

bagian, yaitu rotor dan stator. Listrik DC merupakan listrik yang kuat

arus maupun tegangannya tidak merupakan fungsi periodik dari timer,

dalam arti besar arus maupun tegangan dari listrik ini maupun beda

potensial pada listrik ini merupakan bilangan konstan (C)

(Supriatna,2013:10) Adapun persamaan kuat arus maupin beda potensial

ada listrik DC adalah seperti berikut.

V=C

I=C

4

Page 5: Bab 1-5 Indra

II.3.2 Rangkaian Listrik

Rangkaian listrik adalah susunan komponen-komponen elektronika yang

dirangkai dengan sumber tegangan menjadi satu kesatuan yang memiliki

fungsi dan kegunaan tertentu. Arus listrik dalam suatu rangkaian listrik

hanya dapat mengalir jika rangkaian listrik tersebut berada dalam

keadaan terbuka (Supriatna,2013:13).

II.3.3 Rangkaian Listrik Seri

Rangkaian listrik seri adalah suatu rangkaan listrik, dimana input suatu

komponen berasal dari output komponen lainnya. Hal inilah yang

menyebabkan rangkaian listrik seri dapat menghemat charge (digunakan

sedikit kabel penghubung). Selain memiliki kelebihan, rangkaian listrik

seri juga memiliki kelemahan, yaitu jika salah satu komponennya

dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tidak akan berfungsi

sebagaimana mestinya. Persamaan hambatan pengganti rangkaian seri

dapat dicari dari persamaan awal, dimana kuat arus listrik pada tiap

hambatan adalah sama, sedangkan beda potensial pada tiap hambatan

memiliki nilai berbeda (Supriatna,2013:13)

I=I 1=I 2=I3

V=V 1+V 2+V 3

R s=R1+R2+R3

II.3.4 Rangkaian Listrik Paralel

Rangkaian listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik dimana semua

input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu

sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel

5

Page 6: Bab 1-5 Indra

dalam rangkaian listrik menghabiskan charge lebih banyak (kabel

penghubung yang diperlukan lebih banyak). Selain kelemahan tersebut,

susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan susunan seri.

Adapun kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau

rusak, maka komponen yang lain tetap berfungssi sebagaimana mestinya.

Persamaan hambatan pengganti paralel dapat dicari dari persamaan awal,

di mana beda potensial pada masing-masing komponen adalah sama satu

sama lain, sedangkan kuat arus yang masuk titik percabangan sama

dengan jumlah kuat arus pada masing-masing komponen

(Supriatna,2013:14)

V=V 1=V 2=V 3

I=I 1+ I 2+ I 3

1R p

= 1R1

+ 1R2

+ 1R3

II.3.5 Arus Listrik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arus listrik adalah arus listrik

dng tegangan rendah yang digunakan dalam teknik radio atau

komunikasi, satuan arus listrik adalah ampere.

II.3.6 Pengaruh Arus Listrik terhadap Tubuh Manusia

Arus listrik dapat m emberi cedera kepada tubuh manusia dari

rasa kaget sampai kematian akibat serangan jantung, hal-hal ini

dipengaruhi oleh besar arus dan jenis sumber arus listrik (GT, Smith.

2007:12).

Fakta ini mengindikasikan bahwa alat yang akan penulis rancang

mampu memberikan cedera terhadap korban apabila intensias arus listrik

dan teganganya tinggi. Untuk mengetahui dampak yang akan

ditimbulkan alat kejut listrik ini penulis akan melakukan percobaan

terhadap tikus Wistar.

II.3.7 Penggunaan Arus Searah

Penggunaan arus searah pada penelitian adalah karena arus bolak-

balik lebih sering menyebabkan kematian dan manusia lebih sensitif

6

Page 7: Bab 1-5 Indra

sekitar 4-6 kali terhadap arus bolak-balik daripada arus searah (JF,

1996:201).

Penggunaan arus bolak-balik (AC) dapat menyebabkan kontraksi

otot terus menerus atau tetani, sedangkan arus DC hanya menyebabkan

satu kontraksi otot.

Tabel II.1. Efek arus listrik pada aliran listrik AC dan DC dengan frekuensi 60 Hz

melewati kulit utuh ke badan. (JF, Gabriel 1996:201)

Besar Arus

Listrik (DC)

Besar Arus

Listrik

(AC)

Pengaruh bagi

Tubuh

Manusia

Tegangan yang

menghasilkan arus

yang diperkirakan

sesuai dengan tahanan

tubuh.

10.000

ohm

1000 ohm

100 mA 0.4 mA Merasa geli 10 V 1 V

1-3 A 1-8 mA Sensasi shock 10-8 V 1-8 V

4 A 8-15 mA Shock dan

rasa nyeri

80-15- V 8-15 V

5-10 A 15-20 mA Kontraksi otot

yang hebat,

kesulitan

bernafas

150-200 V 15-20 V

11-15 A 20-50 mA Fibrilasi

ventrikel dan

kelumpuhan

pernafasan

200-500 V 20-50 V

16-20 A 1000-6000 mA Fibrilasi

ventrikel dan

kelumpuhan

pernafasan.

Luka bakar

60000 V 60000 V

7

Page 8: Bab 1-5 Indra

Sesuai tabel di atas, penggunaan arus listrik AC dapat

menimbulkan efek samping yang lebih besar dari arus DC. Gabriel J.F

pada tahun 1996 menyatakan pada arus 1-6 Ampere, dengan tegangan

yang sama arus AC terbukti lebih berbahaya bagi kesehatan tubuh

manusia dibandingkan arus DC, dimana arus DC hanya menimbulkan

efek shock sedangkan arus AC menimbulkan fibrilasi ventrikel dan

kelumpuhan pernafasan serta luka bakar. Karena alasan tersebut, penulis

memilih alat listrik yang menghasilkan arus listrik DC.

II.4 Alat Kejut Listrik

Sesuai definisi masing masing kata penyusun alat kejut listrik, penulis

dapat menyimpulkan bahwa alat kejut listrik adalah alat yang dipakai untuk

mencapai tujuan, yaitu membuat korbannya terkejut atau menjadi kaku karena

terperanjat oleh listrik.

II.4.1 Hukum Memiliki Stun Gun

Berdasarkan Merriam-Webster Dictionary edisi 2010, sebuah

dictionary online. Stun gun diartikan sebagai berikut:

 “a weapon designed to stun or immobilize (as by electric shock) rather

than kill or injure the one affected” Sedangkan, berdasarkan Merriam-

Webster Learner’s Dictionary, stun gun diartikan sebagai  “a gun that

produces an electric shock which makes someone unconscious or stops

someone from moving” Berdasarkan definisi-definisi di atas, stun

gun secara singkat dapat diartikan sebagai pistol atau senjata kejut listrik

untuk melumpuhkan/menghentikan gerakan seseorang. Dalam Undang-

Undang Darurat Republik Indonesia No. 12 Tahun 1951 

tentang  Mengubah "Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen"

(ST BL. 1948 No. 17) Dan Undang-Undang Republik Indonesia Dahulu

No. 8 Tahun 1948 (“UU Darurat No. 12/1951”), yang dilarang adalah

“Tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat, menerima, mencoba

memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,

membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam

8

Page 9: Bab 1-5 Indra

miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan,

atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau

sesuatu bahan peledak. Dengan pengecualian tidak termasuk senjata-

senjata yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau

barang yang ajaib (merkwaardigheid)”, dan bukan pula sesuatu senjata

yang tetap tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga

tidak dapat dipergunakan. (Pasal 1 UU Darurat No. 12/1951).

Yang dimaksudkan dengan pengertian bahan-bahan peledak

termasuk semua barang yang dapat meledak, yang dimaksudkan dalam

Ordonnantie tanggal 18 September 1893 (Stbl. 234), yang telah diubah

terkemudian sekali dengan Ordonnantie tanggal 9 Mei 1931 (Stbl. No.

168), semua jenis mesin, bom-bom, bom-bom pembakar, ranjau-ranjau

(mijnen), granat-granat tangan dan pada umumnya semua bahan peledak

baik yang merupakan luluhan kimia tunggal (enkelvoudige

chemischeverbindingen) maupun yang merupakan adukan bahan-bahan

peledak (explosievemengsels) atau bahan-bahan peledak pemasuk

(inleidende explosieven), yang dipergunakan untuk meledakkan lain-lain

barang peledak, sekedar belum termasuk dalam pengertian amunisi.

Tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba

memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,

membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam

miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan

atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata

penikam, atau senjata penusuk (slag-, steek-, of stootwapen). Dengan

pengecualian barang-barang yang nyata-nyata dimaksudkan untuk

dipergunakan guna pertanian, atau untuk pekerjaan-pekerjaan rumah

tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan sah pekerjaan atau

yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang pusaka atau barang

kuno atau barang ajaib (merkwaardigheid). (Pasal 2 UU Darurat No.

12/1951). Mengenai apa yang dimaksud dengan senjata api, dapat dilihat

dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

9

Page 10: Bab 1-5 Indra

Indonesia No. 8 Tahun 2012 tentang Pengawasan Dan Pengendalian

Senjata Api Untuk Kepentingan Olahraga, yaitu: 

“Senjata Api adalah suatu alat yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam yang mempunyai komponen atau alat mekanik seperti laras, pemukul/pelatuk, trigger, pegas, kamar Peluru yang dapat melontarkan anak Peluru atau gas melalui laras dengan bantuan bahan peledak.”

Stun gun juga tidak termasuk dalam kategori senjata api olahraga

yang menurut Perkapolri 8/2012 pemilikan dan penggunaannya

memerlukan perizinan dari kepolisian. Yang termasuk senjata api

olahraga menurut Pasal 4 ayat (1) Perkapolri 8/2012 yang terdiri dari:

senjata api, pistol angin (air pistol) dan senapan angin (air rifle)

dan airsoft gun. 

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa stun gun yang

menggunakan aliran listrik untuk melumpuhkan seseorang tidak

termasuk ke dalam barang-barang yang dilarang oleh UU Darurat No.

12/1951. Stun gun juga tidak termasuk senjata api olahraga yang

berdasarkan Perkapolri No. 8/2012 pemilikan dan penggunaannya

memerlukan izin kepolisian. Kendati demikian, mengingat dampak yang

dapat ditimbulkannya, pelaku penyalahgunaan stun gun bisa

dipidana. Penulis dapat merancang alat kejut listrik tersebut karena tidak

disebutkan dalam alat-alat yang dilarang dalam undang undang.

II.4.2 Sejarah alat kejut listrik

Purpura P. Philips (1996:197) seperti dikutip dari website taser.com

menyatakan :

“Jack Cover, a NASA researcher, began developing the Taser in 1969. By 1974, Cover had completed the device, which he named after his childhood hero Tom Swift  ("Thomas A. Swift's electric rifle"). The Taser Public Defender used gunpowder as its propellant, which led the Bureau of Alcohol, Tobacco and Firearms to classify it as a  firearm in 1976.

Taser International CEO Patrick Smith has testified in a Taser-related lawsuit that the catalyst for the development of the device was the "shooting death of two of his high school acquaintances" by a "guy with a legally licensed gun who lost

10

Page 11: Bab 1-5 Indra

his temper".In 1993, Rick Smith and his brother Thomas began to investigate what they called "safer use of force option[s] for citizens and law enforcement". At their Scottsdale, Arizona, facilities, the brothers worked with the "...original Taser inventor, Jack Cover" to develop a "non-firearm Taser electronic control device".The 1994 Air Taser Model 34000 had an "anti-felon identification (AFID) system" to prevent the likelihood that the device would be used by criminals; upon use, it released many small pieces of paper containing the serial number of the Taser device. The U.S. firearms regulator, the ATF, stated that the Air Taser was not a firearm. In 1999, Taser International developed an "ergonomically handgun-shaped device called the Advanced Taser M-series systems" which used a "patented neuromuscular incapacitation (NMI) technology". In May 2003, Taser International released a new weapon called the Taser X26, which used "shaped pulse technology". On July 27, 2009 Taser International released a new type of Taser called the X3 which can fire three shots before it must be reloaded. It holds three new type cartridges, which are much thinner than the previous model.”

II.5 Gelombang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gelombang dapat didefinisikan

sebagai ombak besar yang bergulung-gulung atau aliran getaran suara yang

bergerak dalam eter (radio).Untuk karya ilmiah ini penulis menggunakan definisi

gelombang yang kedua yaitu aliran getaran suara yang bergerak dalam eter

(radio).

II.5.1 Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat

merambat walau tidak ada medium (Suharto, 2010:16). Energi elektromagnetik

merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu:

panjang gelombang/wavelength, frekuensi, amplitude/amplitude, kecepatan.

Amplitudo adalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah jarak

antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik

dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan merambatnya

gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah konstan (kecepatan

cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik. Semakin panjang

11

Page 12: Bab 1-5 Indra

suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek suatu

gelombang semakin tinggi frekuensinya.

Energi elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di

alam semesta pada level yang berbedabeda. Semakin tinggi level energi dalam

suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang

dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi

gelombang digunakan untuk mengelompokkan energi elektromagnetik.

II.5.1.1 Ciri-ciri Gelombang Elektromagnetik

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan beberapa ciri gelombang

elektromagnetik adalah sebagai berikut :

1. Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang

bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga maksimum dan

minimum pada saat yang sama dan pada tempat yang sama.

2. Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya

tegak lurus terhadap arah rambat gelombang.

3. Dari ciri no 2 diperoleh bahwa gelombang elektromagnetik merupakan

gelombang transversal.

4. Seperti halnya gelombang pada umumnya, gelombang elektromagnetik

mengalami peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi, dan difraksi.

Juga mengalami peristiwa polarisasi karena termasuk gelombang

transversal.

5. Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada sifat-

sifat listrik dan magnetik medium yang ditempuhnya.

II.5.1.2 Sumber gelombang elektromagnetik.

Sumber dari gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut

(Suharto, 2010:24) :

1. Osilasi listrik.

2. Sinar matahari  menghasilkan sinar infra merah.

3. Lampu merkuri  menghasilkan ultra violet.

12

Page 13: Bab 1-5 Indra

4. Penembakan elektron dalam tabung hampa pada keping

logam  menghasilkan sinar X (digunakan untuk rontgen).

5. Inti atom yang tidak stabil menghasilkan sinar gamma. 

II.5.1.3 Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang

gelombang dan frekuensinya disebut spektrum elektromagnetik (Suharto,

2010:20). Gambar spectrum elektromagnetik di bawah disusun berdasarkan

panjang gelombang (diukur dalam satuan meter) mencakup kisaran energi yang

sangat rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah, seperti

gelombang radio sampai ke energi yang sangat tinggi, dengan panjang gelombang

rendah dan frekuensi tinggi seperti radiasi X-ray dan Gamma Ray. 

II.5.1.4 Contoh spektrum elektromagnetik

a. Gelombang Radio

Gelombang radio dikelompokkan menurut panjang gelombang atau

frekuensinya (Suharto, 2010:21). Jika panjang gelombang tinggi, maka pasti

frekuensinya rendah atau sebaliknya. Frekuensi gelombang radio mulai dari 30

kHz ke atas dan dikelompokkan berdasarkan lebar frekuensinya. Gelombang radio

dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang dipercepat melalui kawat-kawat

penghantar. Muatan-muatan ini dibangkitkan oleh rangkaian elektronika yang

disebut osilator. Gelombang radio ini dipancarkan dari antena dan diterima oleh

antena pula. Kamu tidak dapat mendengar radio secara langsung, tetapi penerima

radio akan mengubah terlebih dahulu energi gelombang menjadi energi bunyi.

b. Gelombang mikro

Gelombang mikro (mikrowaves) adalah gelombang radio dengan

frekuensi paling tinggi yaitu diatas 3 GHz (Suharto, 2010:23). Jika gelombang

mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda

itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka makanan menjadi

panas dalam selang waktu yang sangat singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan

dalam microwave oven untuk memasak makanan dengan cepat dan ekonomis.

13

Page 14: Bab 1-5 Indra

Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection

and Ranging) RADAR berarti mencari dan menentukan jejak sebuah benda

dengan menggunakan gelombang mikro. Pesawat radar memanfaatkan sifat

pemantulan gelombang mikro. Karena cepat rambat glombang elektromagnetik c

= 3 X 108 m/s, maka dengan mengamati selang waktu antara pemancaran dengan

penerimaan.

c. Sinar Inframerah

Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi 1011Hz sampai 1014 Hz atau

daerah panjang gelombang 10-4 cm sampai 10-1 cm(Suharto, 2010:23). jika kamu

memeriksa spektrum yang dihasilkan oleh sebuah lampu pijar dengan detektor

yang dihubungkan pada miliampermeter, maka jarum ampermeter sedikit diatas

ujung spektrum merah. Sinar yang tidak dilihat tetapi dapat dideteksi di atas

spektrum merah itu disebut radiasi inframerah. Sinar infamerah dihasilkan oleh

elektron dalam molekul-molekul yang bergetar karena benda diipanaskan. Jadi

setiap benda panas pasti memancarkan sinar inframerah. Jumlah sinar inframerah

yang dipancarkan bergantung pada suhu dan warna benda. 

d. Cahaya Tampak

Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh

kita dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik

yang dapat dideteksi oleh mata manusia (Suharto, 2010:24). Panjang gelombang

tampak nervariasi tergantung warnanya mulai dari panjang gelombang kira-kira 4

x 10-7 m untuk cahaya violet (ungu) sampai 7x 10-7 m untuk cahaya merah.

Kegunaan cahaya salah satunya adalah penggunaan laser dalam serat optik pada

bidang telekomunikasi dan kedokteran.

e. Sinar Ultraviolet 

Sinar ultraviolet mempunyai frekuensi dalam daerah 1015 Hz sampai 1016

Hz atau dalam daerah panjang gelombagn 10-8 m 10-7 m (Suharto, 2010:24).

Gelombang ini dihasilkan oleh atom dan molekul dalam nyala listrik. Matahari

adalah sumber utama yang memancarkan sinar ultraviolet dipermukaan bumi,

lapisan ozon yang ada dalam lapisan atas atmosferlah yang berfungsi menyerap

14

Page 15: Bab 1-5 Indra

sinar ultraviolet dan meneruskan sinar ultraviolet yang tidak membahayakan

kehidupan makluk hidup di bumi.

f. Sinar X 

Sinar X mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 10 Hz. panjang

gelombangnya sangat pendek yaitu 10 cm sampai 10 cm. meskipun seperti itu tapi

sinar X mempunyai daya tembus kuat, dapat menembus buku tebal, kayu tebal

beberapa sentimeter dan pelat aluminium setebal 1 cm (Suharto, 2010:22).     

g. Sinar Gamma

Sinar gamma mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 10 Hz atau

panjang gelombang antara 10 cm sampai 10 cm. Daya tembus paling besar, yang

menyebabkan efek yang serius jika diserap oleh jaringan tubuh (Suharto,

2010:20).

II.6 Percobaan terhadap tikus Wistar

II.7 Gambar II.2. Tikus Wistar

Pada penelitian ini akan digunakan hewan coba berupa tikus Wistar. Hal

ini dikarenakan tidak etis melakukan penelitian sejenis pada manusia.

Selain itu secara biokimia, tikus memiliki kesamaan dengan manusia,

sehingga hasil penelitian pada tikus diharapkan dapat diterapkan pada

manusia.

II.7 Remote Control dengan Gelombang Radio.

Penggunaan remote control dalam kehidupan sehari-hari sudah sering kita

jumpai seperti pada TV, DVD, AC, mobil dan lain sebagainya. Dengan

ditemukannya teknologi remote control, maka suatu perangkat dapat dikendalikan

dari jarak jauh tanpa harus bersusah payah untuk mengendalikannya dari jarak

dekat. Secara garis besar ada dua macam tipe remote control. Tipe RF

(menggunakan frekuensi radio). Tipe infrared (menggunakan LED inframerah).

Walaupun setiap tipe berbeda tetapi tetap terdiri dari perangkat pengirim

(pemancar) dan penerima. Pada pembahasan kali ini dikhususkan pada remote

15

Page 16: Bab 1-5 Indra

control jenis gelombang RF (Radio Frequency). Cara kerja gelombang RF adalah

membawa sinyal-sinyal berupa pulsa yang nantinya akan dipisahkan kembali oleh

rangkaian penerima agar dapat dijadikan nilai masukan pada mikrokontroler. Aru,

Okereke Eze , Ihekweaba Gozie, dan Opara F.K. (2013:57) menyatakan :

“A radio-frequency remote control, or RF remote, uses radio waves to transmit a signal to an electronic device. RF remotes are very common; they're used in devices such as garage door openers, remote control toys and remote car-entry key, remote wall sockets, etc. An RF remote encodes commands in binary form. The commands are sent via the radio waves to devices on the receiving end -- say, a DVD player -- that decode the commands and send them to the right place (volume up/down, etc.). A useful feature of RF remotes that sets them apart from infrared (IR) remotes is they can transmit signals up to 100 feet (30.5 meters) and can travel through walls and furniture. IR remotes, however, can only go 30 feet (9 meters) and need line of sight. Instead of sending out light signals, an RF remote transmits radio waves that correspond to the binary command for the button you're pushing. A radio receiver on the controlled device receives the signal and decodes it. The problem with RF remotes is the sheer number of radio signals flying through the air at any given time. Cell phones, walkie-talkies, WiFi setups and cordless phones are all transmitting radio signals at varying frequencies. RF remotes address the interference issue by transmitting at specific radio frequencies and by embedding digital address codes in the radio signal. This lets the radio receiver on the intended device know when to respond to the signal and when to ignore it.” (Aru, 2013)

Dengan kata lain, RF remote control menggunakan gelombang radio untuk

menyampaikan sinyal ke alat elektronik. Pengunaan gelombang radio

membedakan remote ini dari remote inframerah, RF remote mampu

menyampaikan sinyal sampai jarak maksimal 100 kaki atau 30.5 meter dan bisa

melewati penghalan seperti tembok dan furnitur. Maka dari itu, penulis memilih

RF remote sebagai remote control alat yang dirancang penulis.

16

Page 17: Bab 1-5 Indra

Gambar II.3. Rf Remote

II.7.1. Kekuatan Sinyal

Sinyal ditransmisikan sepanjang medium, makasinyal tersebut akan

kehilangan attenuation (pelemahan) kekuatan sinyal (Lamsani 2010:5).

II.8 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah penulis buat, penulis dapat

membuat hipotesis bahwa alat kejut listrik yang sudah dihubungkan dengan

remote control akan berhasil memberi efek kejut kepada korban yang dituju.

Besar arus listrik yang dihasilkan alat kejut listrik adalah sebesar 3A (tertera pada

kemasan Stun Rod). Alat kejut listrik tidak akan memberi dampak fisik selain efek

kejut atau kejang sesaat kepada sasaran, dan jarak maksimum jangkauan alat kejut

listrik adalah 10 meter.

17

Page 18: Bab 1-5 Indra

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

III.1. Jenis dan Desain Penelitian

Grafik 3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Eksperimen merupakan

metode penelitian untuk mencari perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi terkendalikan (Sugiono, 2006:80).

Stun Rod pada umumnya digunakan sebagai salah satu alat

pertahanan bagi penggunanya dengan cara memberi efek kejut kepada

sasaran. Pada penelitian ini, peneliti akan mengganti stun rod tersebut

dengan alat kejut listrik yang sudah dihubungkan degan remote control.

Peneliti akan menguji kemampuan alat kejut listrik yang sudah

dihubungkan dengan remote control dengan menggunakan hasil observasi

percobaan terhadap tikus wistar.

III.2. Definisi Operasional

X adalah alat kejut listrik yang sudah dihubungkan dengan remote

control. Aplikasi remote control pada alat kejut listrik memanfaatkan

prinsip kerja awal stun rod yaitu mengalirkan arus listrik ke tubuh sasaran

lewat kontak fisik antara medan listrik alat kejut listrik yang berupa

lempeng besi dengan anggota tubuh sasaran.

Y adalah Uji Ampere, percobaan terhadap tikus wistar dan

pengukuran jarak maksimum antara alat dengan remote control. Alat kejut

listrik yang sudah dihubungkan dengan remote control harus diuji

kemampuannya dalam memberi efek kejut kepada sasaran yang

merupakan manusia, namun karena percobaan kepada manusia merupakan

18

YX

Page 19: Bab 1-5 Indra

hal yang tidak etis untuk dilakukan maka peneliti menggunakan tikus

wistar. Uji ampere dilakukan untuk mengetahui apakah alat kejut listrik

yang sudah dihubungkan dengan remote control dapat memberikan efek

kejut. Efek kejut listrik dipengaruhi oleh besar arus listrik, maka

diperlukan adanya uji ampere.

III.3. Teknik Pengambilan Data

Penulis akan menghubungkan rangkaian listrik stun rod dengan

remote control. Peneliti akan menguji kemampuan alat kejut dalam

memberi efek kejut kepada sasaran dengan melakukan uji coba

penggunaan alat kepada tikus wistar. Lalu peneliti akan mengukur besar

ampere yang dihasilkan oleh alat kejut listrik yang sudah dihubungkan

dengan remote control dan jarak maksimal antara alat kejut dengan remote

control.

Teknik pengambilan data yang digunakan peneliti adalah teknik

pengukuran kualitatif langsung berdasarkan

III.3.1.Pengaplikasian remote control pada alat kejut listrik

1. Stun Rod dibongkar dan dipisahkan antara rangkaian listrik dan

cangkangnya.

2. Receiver sinyal radio dihubungkan dengan saklar alat kejut listrik.

3. Kantong kain dilubangi di beberapa titik sebagai jalan keluar kabel

III.3.2.Pengukuran arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik.

1. Rangkaian alat kejut listrik dihubungkan dengan remote control.

2. Alat kejut listrik diaktifkan dan angka yang muncul di amperemeter

dicatat.

3. Alat kejut listrik dimatikan.

4. Amperemeter dilepaskan dari rangkaian listrik.

III.3.3.Percobaan terhadap tikus Wistar

1. Satu ekor tikus Wistar diletakkan dalam satu kandang berisi tempat

makan dan minum untuk tikus.

2. Kantung kain berisi alat kejut listrik yang sudah dihubungkan ke

lempeng besi diletakkan ke dalam kandang.

3. Makanan tikus diletakkan diatas lempeng besi.

19

Page 20: Bab 1-5 Indra

4. Alat kejut listrik diaktifkan sesuai waktu yang ditentukan.

5. Setelah tikus terkena efek alat kejut listrik, kondisi akhir tikus diamati

dan dicatat.

III.3.4.Pengukuran arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik.

Variabel bebas yang penulis amati dalam percobaan ini adalah

pengaplikasian remote control terhadap alat kejut listrik.(X)

Variabel terikat yang penulis gunakan dalam percobaan ini adalah besar

arus listrik yang dihasilkan alat kejut listrik.(O)

Variabel control yang penulis gunakan adalah besar arus listrik yang

dihasilkan alat listrik sebelum dihubungkan dengan remote control. (C)

III.4. Percobaan alat kejut listrik terhadap tikus Wistar

Penulis menggunakan deskripsi hasil observasi sebagai data. Sampel akan

diambil 3 buah secara random/acak (R).

Variabel bebas yang penulis amati dalam percobaan ini adalah

pengaplikasian remote control kepada alat kejut listrik (X).

Variabel terikat yang penulis gunakan dalam percobaan ini adalah

kemampuan alat kejut listrik memberi efek kejut terhadap tikus Wistar (O).

Variabel control yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah tikus

wistar yang diujicobakan dengan alat kejut listrik sebelum dihubungkan dengan

remote control.

R X O

R C O

Grafik 3.2. Desain dan Variabel Penelitian

Penulis juga mengambil data kuantitatif berupa hasil pengukuran jarak

maksimum anatara alat listrik dengan remote control dimana alat masih

bisa dikendalikan dengan remote control.

III.5. Teknik Analisi Data

20

Page 21: Bab 1-5 Indra

Peneliti akan menguji besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat

kejut listrik yang sudah dihubungkan dengan remote control dengan

menggunakan amperemeter.

Akan diperoleh data kuantitatif dari pengukuran besar arus listrik

yang dihasilkan oleh alat kejut listrik yang sudah dihubungkan dengan

remote control dari hasil pengukuran oleh amperemeter. Data yang

diperoleh akan digunakan sebagai bahan yang akan dibandingkan dengan

variable control.

Selain besar arus listrik, peneliti juga akan menguji kemampuan

alat kejut listrik memberi efek kejut terhadap sasaran dengan menguji coba

alat listrik kepada tikus Wistar, akan diperoleh data kualitatif berdasarkan

hasil observasi eksperimen dan data yang diperoleh akan digunakan untuk

menganalisa kemampuan alat kejut listrik memberi efek kejut kepada

sasaran.

Peneliti juga akan mengukur jarak maksimum antara alat listrik

dengan remote control dimana alat listrik masih bisa dikendalikan dengan

remot, akan diperoleh data kuantitatif dari hasil pengukuran jarak dan data

yang diperoleh akan ditabulasi untuk menganalisa radius jangkauan

remote control.

III.6. Alat dan Bahan

III.6.1.Alat yang Dipakai

1.Amperemeter

2.Voltmeter

3.Meteran

4.Solder

III.6.2.Bahan yang Dipakai

1.Stun rod

2.Remote Control (Radio)

3.Kantong kain

21

Page 22: Bab 1-5 Indra

22

Page 23: Bab 1-5 Indra

23

Pre-Eksperimen

(Pengukuran arus listrik stun rod, pengujian terhadap tikus Wistar menggunakan stun rod.)

Perancangan Penelitian

(Perumusan masalah, ditentukan metode penelitian dan rancangan penelitian.)

Perakitan Alat

(Penghubungan receiver sinyal radio dengan saklar stun rod.)

Eksperimen Utama/Pengambilan Data

(Pengukuran arus listrik alat listrik setelah dihubungkan dengan remote control, pengujian terhadap tikus WIstar menggunakan alat yang sudah dihubungkan dengan

remote control, pengukuran jarak maksimum jangkauan sinyal remote control.

Pembahasan Data

(Pembuatan pembahasan dan kesimpulan)

Start

End

Page 24: Bab 1-5 Indra

BAB IVPEMBAHASAN

IV.1. Percobaan Terhadap Tikus Wistar

Tikus Wistar memiliki kemiripan kondisi biologis dengan manusia, karena

pada dasarnya Tikus Wistar juga merupakan mamalia, seperti layaknya manusia.

Percobaan terhadap manusia merupakan hal yang tidak etis dan tidak mungkin

penulis lakukan, sehingga penulis menggunakan tikus Wistar sebagai objek

eksperimen penulis. Percobaan terhadap tikus wistar dilakukan untuk mengetahui

apakah alat listrik yang telah dirancang oleh penulis mampu memberi efek kejut

terhadap sasaran atau tidak. Dalam percobaan ini penulis menggunakan 3 ekor

tikus wistar sebagai specimen yang diteliti. Penulis membandingkan efek kejut

yang dihasilkan oleh alat listrik sebelum dihubungkan dengan remote control dan

sesudah dihubungkan dengan remote control. Sesuai hasil percobaan terhadap

tikus wistar yang dilakukan kepada 3 ekor tikus wistar, penulis dapat membuat

tabel-tabel berikut

Tabel IV.1. Percobaan Penggunaan Stun Rod

Kepada Tikus Wistar

Tikus Efek Kejut

1 Terlihat

2 Terlihat

3 Terlihat

Tabel IV.2. Percobaan Penggunaan Alat listrik

Sesudah Dihubungkan dengan Remote Control.

Tikus Efek Kejut

1 Terlihat

2 Terlihat

3 Terlihat

24

Page 25: Bab 1-5 Indra

Gambar IV.1. Tikus Wistar Sebelum Percobaan

Gambar IV.2. Tikus Wistar Setelah Percobaan

IV.1.1. Percobaan Terhadap Tikus Wistar (Stun Rod)

Percobaan terhadap tikus wistar yang penulis lakukan sebagai eksperimen

awal menggunakan stun rod. Tikus pertama dalam percobaan ini diberikan kontak

fisik dengan alat listrik selama 1 detik, dampak arus listrik yang dialirkan ke

tubuh tikus wistar dapat terlihat dalam bentuk kejang yang dialami oleh tikus

selama melakukan kontak fisik dengan stun rod. Setelah kontak fisik selesai

dilakukan, tikus wistar masih bertahan hidup dan masih bisa bergerak. Tikus

kedua dalam percobaan ini diberikan durasi kontak fisik dengan alat listrik selama

1 detik, efek kejut yang dialami oleh tikus wistar juga berlangsung selama 1 detik

dalam bentuk kejang. Setelah kontak fisik selesai dilakukan, tikus wistar masih

bertahan hidup dan masih bisa bergerak walaupun gerakan yang dilakukan lebih

sedikit dari tikus pertama. Tikus ketiga dalam percobaan ini diberikan durasi

25

Page 26: Bab 1-5 Indra

kontak fisik dengan alat listrik selama 1 detik, efek kejut yang dialami tikus wistar

berlangsung selama 1 detik dalam bentuk kejang. Setelah kontak fisik selesai

dilakukan, walaupun tikus wistar masih bertahan hidup, tikus wistar masih bisa

bergerak.

IV.1.2. Percobaan terhadap Tikus Wistar (Alat Listrik Sesudah

Dihubungkan dengan Remote Control.)

Percobaan terhadap tikus wistar dengan menggunakan alat listrik setelah

dihubungkan kepada remote control dilakukan sebagai variable terikat dalam

percobaan penulis. Penulis menggunakan tiga ekor tikus yang sama dengan

percobaan dengan stun rod. Tiga tikus ini diberikan perlakuan yang sama dengan

percobaaan yang pertama, hal yang membedakan hanya alat listrik yang

digunakan sudah dihubungkan dengan remote control. Tikus pertama dalam

percobaan kedua ini diberikan durasi kontak fisik dengan arus listrik selama 1

detik, efek kejut dapat terlihat selama durasi kontak fisik dalam bentuk kejang.

Setelah durasi kontak fisik selesai, tikus terlihat masih bisa bergerak dan masih

bertahan hidup. Tikus kedua diberikan durasi kontak fisik dengan alat listrik

selama 1 detik dan menunjukan gejala yang sama dengan tikus kedua di

percobaan pertama. Tikus ketiga diberikan durasi kontak fisik dengan alat listrik

selama 1 detik, juga menunjukkan gejala yang sama dengan tikus ketiga di

percobaan pertama.

IV.2. Pengukuran arus listrik yang dihasilkan alat listrik

Untuk mengukur besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik,

penulis menggunakan amperemeter. Penulis membandingkan arus listrik yang

dihasilkan oleh stun rod dan sesudah dihubungkan dengan remote control, hasil

percobaan dapat dilihat dalam table berikut ;

Tabel IV.3. Pengukuran arus listrik

Keterangan Alat Hasil Pengukuran dengan Amperemeter

Stun rod 3 Ampere

Alat listrik setelah dihubungkan 3 Ampere

26

Page 27: Bab 1-5 Indra

dengan remote control.

Sesuai data hasil pengukuran arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut

listrik, tidak ada perubahan besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat kejut listrik

setelah dihubungkan kepada remote control, maka efek kejut yang dihasilkan oleh

alat listrik sesudah dihubungkan ke remote control akan tetap sama seperti efek

kejut yang dihasilkan oleh stun rod, sesuai juga dengan hasil percobaan terhadap

tikus wistar yang telah penulis lakukan. Arus listrik sebesar 3 Ampere (DC) akan

menimbulkan efek shock, atau efek kejut akibat arus listrik.

IV.3. Pengukuran jarak maksimum antara alat listrik dengan remote

control

Tabel IV.4. Pengukuran Jarak Maksimum antara Alat Listrik dengan Remote Control

Jarak Keterangan

1 meter Alat masih bisa berfungsi.

2 meter Alat masih bisa berfungsi.

3 meter Alat masih bisa berfungsi.

4 meter Alat sudah tidak bisa berfungsi.

Untuk mengukur jarak maksimum antara alat listrik dengan remote

control, penulis mengukur jarak terjauh dengan mengukur jarak antara posisi

terjauh jangkauan sinyal remote control dengan posisi alat listrik. Penulis

mendapatkan jarak maksimum anatara alat listrik dengan remote control adalah

sejauh 4 meter. Jangkauan alat ditentukan oleh jangkauan sinyal remote dan

kekuatan receiver yang diimplementasikan pada alat, keterbatasan jangkauan

sinyal remote control yang penulis gunakan disebabkan oleh terbatasnya

kemampuan receiver untuk menerima sinyal yang diberikan remote control.

Remote Control yang penulis gunakan menyampaikan sinyal dalam bentuk

gelombang radio dengan frekuensi gelombang 27 MHz yang tergolong dalam

gelombang High Frequency. Penulis memilih gelombang radio karena

jangkauannya cukup jauh (maksimal 30 meter) dan kemampuannya menembus

27

Page 28: Bab 1-5 Indra

tembok dan rintangan lain. Jarak maksimal sebesar 4 meter dari remote control

yang penulis gunakan diakibatkan dari lemahnya kekuatan sinyal yang

ditransmisikan remote control.

BAB VPENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, penulis dapat

menyimpulkan bahwa efek kejut yang dihasilkan oleh alat kejut listrik

menimbulkan dampak fisik berupa kejang namun tidak menimbulkan luka fisik.

Besar arus listrik yang dihasilkan oleh alat listrik adalah 3 A, sama seperti stun

rod. Radius pengendalian alat listrik dengan remote adalah 4 meter.

V.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis, penulis dapat memberikan saran bagi

peneliti selanjutnya:

1. Peneliti selanjutnya menggunakan jenis remote control yang

berbeda agar radius pengendalian alat menjadi lebih jauh.

2. Peneliti selanjutnya menggunakan spesimen selain tikus wistar.

3. Peneliti selanjutnya menggunakan tikus wistar yang berbeda di

setiap percobaan, atau memberikan selang waktu antar percobaan sehingga

data yang didapatkan bisa lebih valid.

4. Peneliti selanjutnya memikirkan cara agar alat kejut listrik bisa

bersentuhan dengan sasaran.

5. Penelitian ini awalnya diharapkan dapat membuat alat yang bisa

dihubungkan dengan tas hobo, peneliti selanjutnya dapat melanjutkan

penelitian ini sampai ke tahap penghubungan dengan tas hobo.

28

Page 29: Bab 1-5 Indra

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi.2004.Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ary, D., Jacob, L.C. and Razavieh, A.1985. Introduction to Research in Education Third Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Roddy, Dennis dan John Coolen. 1984. Komunikasi Elektronik, Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Saydam Gouzaly, 1978. Sistim Proteksi dalam Microwave, dalam Gema Telekomunikasi No.119 April 1978. Bandung: Humas Kantor Pusat Perum Telekomunikasi.

Smith GT, Beuuwkes R, Tomkiewicz ZM, Abe T, Lown B.2007.Pathological Changes in skin and skeletal muscle following alternating current and capacitor discharge.New York:American Journal of Pathology.

Stallings William.2007. Komunikasi & Jaringan Nirkabel. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Theraja B.L. and Theraja A. K. 1998. A Textbook of Electrical Technology. New Delhi: S. Chaud and Company Ltd.

Zidni, Syafria, Gatot Suharto. 2010. Fisika Telekomunikasi. Jakarta : Gratamapindo.

29

Page 30: Bab 1-5 Indra

LAMPIRAN

30