BAB 1-3 siap revisiAN.doc

70
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan kesehatan pernafasan merupakan penyakit yang sering di derita oleh semua umur dari anak kecil sampai lansia, mulai dari penyumbatan pernafasan (pilek) sampai penyakit yang menganggu pernapasan misalnya, bronkitis, pneumonia, asma, penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), bahkan Ca bronkogenik, dan lain-lain. Polusi mengganggu sistem pernapasan bila terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran pernapasan merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh sering di sebabkan oleh polusi udara yang mengandung karbondioksida (CO2) dan polutan-polutan lain dengan partikel besar ataupun kecil merupakan zat yang bisa sangat berpotensi menganggu sistem pernapasan. (Napitupulu dan Resosudarmo, 2004) Polusi udara yang sumbernya paling banyak dari kendaraan bermotor dapat menimbulkan reaksi

Transcript of BAB 1-3 siap revisiAN.doc

Page 1: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan kesehatan pernafasan merupakan penyakit yang sering

di derita oleh semua umur dari anak kecil sampai lansia, mulai dari

penyumbatan pernafasan (pilek) sampai penyakit yang menganggu

pernapasan misalnya, bronkitis, pneumonia, asma, penyakit paru obstruksi

menahun (PPOM), bahkan Ca bronkogenik, dan lain-lain. Polusi mengganggu

sistem pernapasan bila terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran

pernapasan merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh

sering di sebabkan oleh polusi udara yang mengandung karbondioksida

(CO2) dan polutan-polutan lain dengan partikel besar ataupun kecil

merupakan zat yang bisa sangat berpotensi menganggu sistem pernapasan.

(Napitupulu dan Resosudarmo, 2004)

Polusi udara yang sumbernya paling banyak dari kendaraan

bermotor dapat menimbulkan reaksi radang atau inflamasi, sesak napas,

kekambuhan asma, menurunnya sistem pertahanan tubuh (menekan fungsi

alveolar makrofag pada paru), bahkan sampai pada Ca bronkogenik.

Gangguan pernapasan yang di akibatkan oleh partikel substansi fisik, kimia,

atau biologis di udara yang mengganggu sistem pernapasan. Jika partikulat

besar, maka penetrasinya hanya sampai saluran penapasan atas, sedangkan

partikulat yang lebih kecil penetrasinya sampai pada paru-paru dan di serap

oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa zat

Page 2: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

2

pencemar di kategorikan toksik dan karsinogenik. Sedangkan kekabuhan

penyakit asma semakin besar potensinya bila terpapar langsung dengan asap

kendaraan polusi udara. (sudrajad, 2006)

Dari data epidemologis menunjukkan peningkatan kematian serta

eksaserbasi atau serangan yang membutuhkan perawatan rumah sakit pada

pasien dengan gangguan pernapasan yang meliputi asma (sesak napas),

bronkhitis, pneumonia, penyakit paru obstruksi menahun (PPOM). Pada

anak-anak dan orang tua rentan terhadap terserang penyakit tersebut jika

sering berkontak langsung polusi udara. (www/http:avaaila-

shop.blogspot.com).

Statistik badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2004, penyandang

asma di dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus

bertambah sekitar 180 ribu orang per tahun. Dari tahun 2008 diperkirakan 1,3

juta penduduk kota meninggal lebih dini akibat penyakit yang di timbulkan

polusi udara. Seandainya peraturan ketat WHO mengenai ambang batas kadar

udara bersih diterapkan, hampir 1,1 juta kematian dapat dihindari. Suatu

jumlah yang sangat signifikan dari sudut pandang kesehatan masyarakat.

Menurut WHO di Indonesia merupakan salah satu negara dengan polusi

tertinggi di dunia dengan kadar 111 mikrogram per kubik di kota besar, jauh

dari peraturan yang di tetapakan WHO yaitu 20 mikrogram per meter kubik.

Pada tahun 2003 di Indonesia terjadi 31 juta gejala penyakit saluran

pernapasan terdiri dari : 1400 kasus kematian bayi premature, 2000 kasus

rawat di RS, 49.000 kunjungan ke gawat darurat, 600.000 serangan asma,

124.000 kasus bronchitis pada anak dan lain-lain. Kota-kota di Indonesia

Page 3: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

3

yang mengandung polusi udara sangat tinggi yaitu : Medan, Jakarta,

Surabaya, Bandung, Pekanbaru. Polusi terbesar di sumbangkan dari emisi gas

buang kendaraan bermesin, asap pabrik dan lain-lain. Jawa timur menempati

urutan ke-2 kematian terbesar akibat polusi udara setelah Medan dan Jakarta

belum di ketahui pasti jumlah angka kematiannya, namun jika di hitung dari

angka kunjungan ke RS, sekitar 2,5% dari penduduk jawa timur meninggal

setiap tahunnya. (Redaksi Hijauku.com)

Setelah mencari informasi dari narasumber yang kehidupan sehari-

harinya berkontak langsung dengan polusi asap kendaraan, dan hasil studi

pendahuluan dari puskesmas kalibaru, dari 98 orang yang aktifitas sehari-hari

di gunung Gumitir dan terkena asap kendaraan, hampir 65% (63 orang)

pernah bahkan sering mengalami kekambuhan penyakit asma (sesak napas)

walaupun sebelumnya tidak pernah ada riwayat penyakit asma. Dari

keterangan mereka, gejala yang sering muncul yaitu : sering mengalami asma

(sesak nafas), batuk (batuk kering), dan ada yang menderita penyakit paru-

paru.

Di kota-kota di Indonesia tingkat polusi PM10 rata-rata per tahun

jauh melebihi batas aman yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO).

PM10 adalah benda-benda partikulat yang ukurannya kurang dari 10 mikron.

Benda-benda partikulat inilah yang mengakibatkan berbagai masalah

kesehatan di masyarakat seperti asma, bronkitis, infeksi saluran pernapasan

atas (ISPA), kanker paru-paru hingga menurunnya kecerdasan anak. Karena

polusi udara mengandung banyak Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH).

PAH merupakan suatu zat kimia yang terdapat di dalam udara akibat proses

Page 4: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

4

pembakaran, diesel, oli, gas, dan benda-benda lain yang mengandung karbon.

(www/http:alamendah.wordpress.com/2009/tingkat-pencemaran-udara-di-

indonesia)

Di perlukan kesadaran yang tinggi bagi masyarakat yang terbiasa

hidup kontak dengan polusi untuk menjaga ataupun mencegah dengan

menggunakan masker atau pelindung lain ataupun melakukan pemeriksaan

kesehatan pernapasan secara rutin. Pelayanan kesehatan adalah pendekatan

yang paling tepat dalam penanganan penyakit asma. Hal ini meliputi aspek

promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan) dan

rehabilitative (pemulihan).

Agar asma terkontrol dengan baik dukungan dari tenaga kesehatan

untuk memberikan pengetahuan tentang bahaya polusi udara terhadap

kesehatan pernapasan dan mengurangi penderita penyakit pernapasan sangat

di perlukan guna mencegah penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh polusi

udara. Dengan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian guna

mengetahui pengaruh polusi udara terhadap kesehatan pernapasan.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan kontak langsung dengan polutan (sisa emisi gas

buang kendaraan bermotor) terhadap tingkat kekambuhan asma di Gunung

Gumitir tahun 2012 ?

Page 5: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kontak langsung dengan polutan dengan tingkat

kekambuhan asma di Gunung Gumitir tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi kontak langsung dengan polutan di gunung gumitir.

b. Teridentifikasi tingkat kekambuhan asma di gunung gumitir.

c. Teridentifikasi hubungan kontak langsung dengan polutan terhadap

tingkat kekambuhan asma di gunung gumitir.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak-pihak di bawah

ini :

1.4.1 Bagi STIKes Banyuwangi

Sebagai masukan untuk menjadikan penelitian yang berkualitas dan

bermanfaat bagi semua mahasiswa STIKes Banyuwangi.

1.4.2 Manfaat Bagi Responden

Hasil penelitian dapat meningkatkan kesadaran masyarakat yang

terbiasa hidup kontak dengan polusi untuk menjaga ataupun mencegah

beberapa penyakit yang penyebab utamanya adalah polusi udara.

1.4.3 Manfaat Bagi Profesi Kesehatan

Page 6: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

6

Di harapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam

memberikan pengetahuan tentang bahaya polutan terhadap kesehatan

sistem pernapasan.

1.5 Relevansi

Pengetahuan tentang hubungan kontak langsung dengan polutan

terhadap tingkat terjadinya asma merupakan sesuatu yang harus di ketahui

oleh masyarakat. Efek yang ditimbulkan oleh polutan tergantung dari

besarnya pajanan (terkait dosis/kadarnya di udara dan lama/waktu pajanan)

dan juga faktor kerentanan host (individu) yang bersangkutan (misal: efek

buruk lebih mudah terjadi pada anak, individu pengidap penyakit jantung-

pembuluh darah dan pernapasan, serta penderita diabetes melitus).

Pajanan polutan udara dapat mengenai bagian tubuh manapun, dan

tidak terbatas pada inhalasi ke saluran pernapasan saja. Sebagai contoh,

pengaruh polutan udara juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan mata.

Namun demikian, sebagian besar penelitian polusi udara terfokus pada efek

akibat inhalasi/terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran napas

merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh. Selain faktor

zat aktif yang dibawa oleh polutan tersebut, ukuran polutan juga menentukan

lokasi anatomis terjadinya deposit polutan dan juga efeknya terhadap jaringan

sekitar.

Penelitian yang akan di alksanakan ini tidak menutup kemungkinan

menemukan beberapa hal-hal yang berkaitan erat dengan kemajuan ilmu dan

teknologi di bidang kesehatan.

Page 7: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Polutan

2.1.1 Pengertian

Polutan adalah suatu zat yang di hasilkan oleh sisa pembakaran

emisi gas buang sumbernya paling banyak dari kendaraan bermotor

yang dapat menimbulkan reaksi radang atau inflamasi, sesak napas,

penyakit asma (kekambuhan asma), menurunnya sistem pertahanan

tubuh (menekan fungsi alveolar makrofag pada paru), bahkan sampai

pada Ca bronkogenik. Substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer

dalam jumlah banyak tidak hanya berbahaya bagi manusia tetapi dapat

berpengaruh pada hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan

kenyamanan. (Lippmann, 2007)

Menurut lippman, 2007 : bebarapa contoh sederhana polutan

yaitu :

a. Pembakaran mesin diesel yang dapat menghasilkan partikulat

(PM10), nitrogen oksida, dan precursor ozon yang semuanya

merupakan polutan berbahaya.  

b. Polutan yang ada diudara dapat berupa gas (misal SO2, NOx, CO,

Volatile Organic Compounds) ataupun partikulat.  

Page 8: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

8

c. Polutan berupa partikulat tersuspensi, disebut juga PM (Particulate

Matter) merupakan salah satu komponen penting terkait dengan

pengaruhnya terhadap kesehatan. PM dapat diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu :

a. Coarse PM (PM kasar atau PM2,5-10) berukuran 2,5-10 ƒÊm,

bersumber dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban atau

kampas rem), ataupun akibat agregasi partikel sisa

pembakaran.

b. Fine PM (<2,5 ƒÊm) berasal dari pembakaran bahan bakar

fosil

c. Ultrafine (<0,1 ƒÊm) dapat dengan mudah terdeposit dalam

unit terkecil saluran napas (alveoli) bahkan dapat masuk ke

sirkulasi darah sistemik.

Bahan atau zat pencemaran udara berbentuk gas yaitu :

a. Golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat

aerosol).

b. Golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida,

amoniak, dan nitrogen dioksida).

c. Golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida,

hidrokarbon).

d. Golongan gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa

uap).

2.1.2 Reaksi Terhadap Polutan

Page 9: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

9

Polutan sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan dan

kesehatan manusia, serta di perlukan teknologi terbaru untuk

menguranginya. WHO memperkirakan bahwa 70% persen penduduk

kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan

bermotor, sedangkan 10 persen sisanya menghirup udara yang bersifat

"marjinal". Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang dewasa

yang berisiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang

yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan

menahun. Celakanya, para penderita maupun keluarganya tidak

menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari polusi

udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.

Semakin pesatnya kemajuan ekonomi mendorong semakin

bertambahnya kebutuhan akan transportasi, dilain sisi lingkungan alam

yang mendukung hajat hidup manusia semakin terancam kualitasnya,

efek negatif pencemaran udara kepada kehidupan manusia kian hari

kian bertambah. Polusi udara dan lingkungan (polutan & antigen udara)

dapat menimbulkan penyakit pernapasan, bagi orang yang kehidupan

sehari-hari banyak kontak langsung dengan polutan. Efek negatif

pencemaran udara bagi kesehatan tubuh. Tabel 1 menjelaskan tentang

pengaruh pencemaran udara terhadap makhluk hidup. Rentang nilai

menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat kesehatan untuk

dihuni oleh manusia. Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur

dioksida dan partikulat matter adalah beberapa parameter polusi udara

yang dominan dihasilkan oleh sumber pencemar.

Page 10: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

10

Tabel 1. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Kategori Rentang Karbonmonoksida

(CO)

Nitrogen

(NO2)

Ozon

(O3)

Sulfurdiok

sida (SO2)

Partikulat

Baik 0-50 Tidak ada efek Sedikit

berbau

Luka pada

Bebera-pa

spesies

tumbuhan

akibat

kombinasi

dengan

SO2

(Selama 4

Jam)

Luka pada

Beberapa

spesies

tumbuhan

akibat

kombinasi

dengan O3

(Selama 4

Jam)

Tidak ada

efek

Page 11: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

11

Sedang 51 – 100 Perubahan kimia

darah tapi tidak

terdeteksi

Berbau Luka pada

Bebera-pa

spesies

tumbuh-an

Luka pada

Beberapa

spesies

tumbuhan

Terjadi

penurunan

pada jarak

pandang

Tidak

Sehat

101 –

199

Peningkatan pada

kardiovaskular

pada perokok

yang sakit jantung

Bau dan

kehilangan

warna.

Peningka-

tan

reaktivitas

pembuluh

tenggorok-

an pada

penderita

asma

Penuru-

nan

kemam-

puan pada

atlit yang

berlatih

keras

Bau,

Meningk-

atnya

kerusakan

tanaman

Jarak

pandang

turun dan

terjadi

pengotor-

an debu di

mana-

mana

Page 12: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

12

Sangat

Tidak

Sehat

200-299 Meningkatnya

kardiovaskular

pada orang bukan

perokok yang

berpenyakit

Jantung, dan akan

tampak beberapa

kelemahan yang

terlihat secara

nyata

Meningkatn

ya

sensitivitas

pasien yang

berpenyakit

asma dan

bronchitis

Olah raga

ringan

mengaki-

batkan

pengar-uh

parnafasan

pada

pasien

yang

berpenyak

lt paru-

paru

kronis

Meningkat

nya

sensitivita

s pada

pasien

berpenyak

it asma

dan

bronchitis

Meningkat

nya

sensitivi-

tas pada

pasien

berpenyak

it asma

dan

bronchitis

Berbaha

ya

300 –

lebih

Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber: Bapedal [1]

Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang

Pencemar Sumber Keterangan

Karbon

monoksida (CO)

Buangan kendaraan bermotor;

beberapa proses industry

Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)

Sulfur dioksida

(S02)

Panas dan fasilitas pembangkit

listrik

Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03

ppm)

Partikulat Matter Buangan kendaraan bermotor;

beberapa proses industry

Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama 1

tahun; 150 ug/m3

Page 13: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

13

Nitrogen dioksida

(N02)

Buangan kendaraan bermotor;

panas dan fasilitas

Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05

ppm) selama 1 jam

Ozon (03) Terbentuk di atmosfir Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12

ppm) selama 1 jam

Sumber: Bapedal [2]

2.1.3 Polutan Menyebabkan Penyakit

Berikut ini beberapa mekanisme biologis bagaimana polutan udara

mencetuskan gejala penyakit: WHO dan ATS (American Thoracic

Society) 2005

1. Timbulnya reaksi radang/inflamasi pada paru, misalnya akibat PM

atau ozon.

2. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yang di sebabkan oleh polusi

udara yang banyak terdapat dari emisi gas buang kendaraan atau

asap pabrik yang mengandung unsur-unsur kimia seperti timbal(pb),

besi(fe), Mangan(mn), Arsen(As), Cadmium(Cd). Apabila partikel-

partikel tersebut masuk dan menempel di saluran nafas

3. Polusi kendaraan bermotor atau asap pabrik yang masuk melalui

saluran nafas menimbulkan gangguan pernafasan (asma) karena

meningkatnya respon (hiperreaktif) dari trakea dan bronkus akibat

adanya rangsangan berupa polutan yang mengakibatkan inflamasi

dan penyempitan bronkus menjadi sesak dan mengalami asma.

4. Polusi udara, polusi industri merupakan faktor yang mengakibatkan

penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), berupa bronchitis kronis

Page 14: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

14

yang merupakan penyakit saluran pernapasan berupa batuk yang

produktif dan kronis (selama 3 bulan dalam 1 tahun dalam jangka

waktu paling sedikit 2 tahun berurutan). Bronkiektasis adalah

adanya dilatasi yang abnormal dan permanen dari bronchus.

(Harrison,2005)

5. Terbentuknya radikal bebas/stres oksidatif, misalnya PAH

(polyaromatic hydrocarbons).

6. Modifikasi ikatan kovalen terhadap protein penting intraselular

seperti enzim-enzim yang bekerja dalam tubuh.

7. Komponen biologis yang menginduksi inflamasi/peradangan dan

gangguan system imunitas tubuh, misalnya golongan glukan dan

endotoksin.

8. Stimulasi sistem saraf otonom dan nosioreseptor yang mengatur

kerja jantung dan saluran napas.

9. Efek adjuvant (tidak secara langsung mengaktifkan sistem imun)

terhadap sistem imunitas tubuh, misalnya logam golongan transisi

dan DEP/diesel exhaust particulate.

10. Efek procoagulant yang dapat menggangu sirkulasi darah

dan memudahkan penyebaran polutan ke seluruh tubuh, misalnya

ultrafine PM.

11. Menurunkan sistem pertahanan tubuh normal (misal: dengan

menekan fungsi alveolar makrofag pada paru).

2.1.4 Polutan Yang Banyak Berpengaruh Terhadap Kesehatan

2.1.4.1 Particulate Matter (PM)

Page 15: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

15

Penelitian epidemiologis pada manusia dan model pada

hewan menunjukan PM10 (termasuk di dalamnya partikulat

yang berasal dari diesel/DEP) memiliki potensi besar merusak

jaringan tubuh. Data epidemiologis menunjukan peningkatan

kematian serta eksaserbasi/serangan yang membutuhkan

perawatan rumah sakit tidak hanya pada penderita penyakit

paru (asma, penyakit paru obstruktif kronis, pneumonia),

namun juga pada pasien dengan penyakit

kardiovaskular/jantung dan diabetes.

Anak-anak dan orang tua sangat rentan terhadap

pengaruh partikulat/polutan ini, sehingga pada daerah dengan

kepadatan lalu lintas/polusi udara yang tinggi biasanya

morbiditas penyakit pernapasan (pada anak dan lanjut usia)

dan penyakit jantung/kardiovaskular (pada lansia) meningkat

signifikan.. Pajanan lebih besar dalam jangka panjang juga

dapat memicu terbentuknya kanker (paru ataupun leukemia)

dan kematian pada janin. Penelitian terbaru dengan follow up

hampir 11 tahun menunjukan bahwa pajanan polutan

(termasuk PM10) juga dapat mengurangi fungsi paru bahkan

pada populasi normal di mana belum terjadi gejala pernapasan

yang mengganggu aktivitas.

2.1.4.2 Gas Oksidan Photo-kimia (Ox)

Gas oksidan photo-kimia dihasilkan oleh proses photo-

kimia diantara gas oksida nitrogen yang dibuang oleh pabrik,

Page 16: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

16

kawasan industri dan kendaraan bermotor dengan bahan kimia

organik pengaktif serta hidrokarbon yang dikeluarkan oleh

tumbuhan. Bahan utama penyusun gas oksida photo-kimia

adalah gas ozon. Karena gas ozon susah larut di dalam air, gas

ozon akan masuk hidung hingga mencapai gelembung paru-

paru. Gas ozon secara sendiri tidak menimbulkan gejala akut

seperti mata perih.

2.1.4.3 Gas Oksida Nitrogen (NOx)

Di dalam proses pembakaran minyak tanah atau batu

bara, nitrogen yang terkandung di dalam udara akan ikut

terbakar menjadi gas oksida nitrogen. Karena sukar larut di

dalam air, gas oksida nitrogen akan masuk hidung sehingga

mencapai gelembung paru-paru. Berdasar hasil penelitian ilmu

epidemilogi, kadar gas oksida nitrogen di udara disebutkan

mempunyai kaitan dengan jumlah kasus penyakit bronkitis

kronis.

2.1.4.4 Belerang Dioksida (SO2)

Gas jernih tak berwarna ini merupakan bagian dari

pencemaran udara, kadarnya sampai 18%. Gas ini baunya

menyengat dan amat membahayakan manusia. Jumlah SO2

karena oksidasi H2S adalah 80% , sisanya 20% lagi adalah

hasil ulah manusia, yakni akibat bahan bakar yang

mengandung Belerang (S), kilang minyak dan letusan gunung

Page 17: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

17

berapi. Dari 20% S02 ini yang 16% adalah akibat pembakaran

zat-zat yang mengandung belerang seperti minyak bumi dan

batubara. Inilah yang membayakan kesehatan di kota-kota

yang dapat melumpuhkan dan merusak pernafasan. S02 jika

beraksi dengan kabut berisi uap air akan membentuk asam

sulfat (H2SO4). Asam yang terbentuk di awan akan turun ke

tanah dan menimbulkan akan malapetaka bagi tanaman,hewan,

dan manusia.

2.1.4.5 Karbonmonokdisa (CO)

Karbonmonoksida dibuat manusia karena pembakaran

bensin tidak sempurna dalam kendaraan. Pembakaraan di

perindustrian, pembangkit listrik, pemanas rumah. Gas ini

tidak berwarna atau berbau, tetapi amat berbahaya. Kadar 10

bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit,

pengaruh CO serupa dengan pengaruh kekurangan oksigen.

Hemoglobin yang biasa membawa oksigen dari udara rupanya

lebih tertarik kepada CO. Akan terbentuklah senyawa CO

dengan hemoglobin dengan ikatan kimia yang lebih kuat dari

ikatan dengan oksigen. Molekul karboksihemoglobin ini

sangat berbahaya dan untuk beberapa jam tidak dapat lagi

mengikat oksigen yang diperlukan tubuh. Menghisap gas CO

yang keluar dari knalpot mobil di ruang garasi tertutup telah

banyak menyebabkan kematian. Di daerah perkotaan dengan

lalu lintas yang padat konsentrasi gas CO berkisar antara 10-15

Page 18: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

18

ppm. Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-

paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi

masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat

terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara

metabolis dengan darah (hemoglobin) :

Hemoglobin + CO ———> COHb (Karboksihemoglobin)

Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah

berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5%.

Disamping itu kadar CO dalam darah dapat seimbang selama

kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan

pernafasan tetap konstan. Keracunan gas karbon monoksida

dapat ditandai berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di

dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada

sistem kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada

kematian.

2.1.4.6 Nitrogen Oksida (NO, N2O, NO2)

Nitrogen oksida (NO) merupakan pencemar sekitar

10% pencemar udara setiap tahun adalah nitrogen oksida. Ada

delapan kemungkinan hasil reaksi apabila nitrogen bereaksi

dengan oksigen, yang jumlahnya cukup banyak ialah

NO,N20,dan NO2.

N20 jumlahnya paling banyak di antara ketiga oksida

tersebut. Gas ini tidak berwarna, konsentrasi N20 berasal dari

sumber alam. NO yang ada dalam udara belum lama diketahui.

Page 19: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

19

NO banyak terbentuk dari pembakaran dalam mesin. Zat ini

kemudian mengalami oksidasi lebih lanjut oleh oksigen atau

ozon, lambat atau cepat, akan menghasilkan NO2.

NO2 merupakan gas beracun, berwarna coklat-merah,

berbau seperti asam nitrat. Pembentukan nitrogen oksida

terjadi pada pembakaran batubara, minyak bumi, gas alam, dan

industri kimia seperti pabrik asam nitrat, asam sulfat,

kendaraan dan sebagainya. NO dan NO2 dapat merusak bagi

manusia dan lingkungannya. NO mempunyai kemampuan

membatasi kadar oksigen dalam darah, seperti halnya dengan

CO. Jika NO2 bertemu dengan uap air di udara atau dalam

tubuh manusia akan terbentuk segera HNO3 yang amat

merusak tubuh, karena itulah NO2 akan terasa pedih jika

mengenai mata, hidung, saluran nafas, dan jantung.

2.1.4.7. Hidrokarbon

Senyawa ini hanya mengandung unsur hidrogen dan

karbon dihasilkan proses di perindustrian penguapan pelarut

organik, dan pembakaran sampah. Senyawa benzopirena

adalah senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam tembakau.

Asap rokok mengandung mengandung benzopirena yang

menyebabkan kanker jantung. Benzopirena yang terdapat di

udara kebanyakan disebabkan pembakaran batubara. Sekitar

10% keluar dari knalpot kenderaan. Dalam udara terdapat

Page 20: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

20

sedikitnya lima, senyawa hidrokarbon lain yang dapat

menyebabkan kanker jantung.

2.1.4.8 Chloro-fluoro-carbon (CFC)

Mulanya ozon pada bagian atas lapisan udara sangat

besar manfaatnya bagi makhluk hidup di permukaan bumi,

seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun terjadinya

penipisan lapisan ozon di stratosfer (10 hingga 15 km di atas

permukaan bumi ) mengakibatkan sinar ultraviolet masuk ke

bumi dalam jumlah yang mengancam kehidupan di bumi.

Menurut para ahli, penipisan ini karena pemakaian berlebiban

dan berlanjut senyawa chloro-fluoro-carbon (CFC), yang

banyak digunakan sebagai :

- bahan pendingin pada mesin penyejuk ruangan (AC)

- bahan pengembang pada pembuatan karet

- bahan pembersih pada industri elektronik

- bahan penyemprot pada parfum, minyak rambut, dan lainnya

2.1.5 Prosentase Terkena Polutan

Sesorang bisa terkena polutan dalam kehidupan sehari-harinya

di sadari atau tidak di sadari. Jika dalam tempat tinggal, tempat kerja, di

jalan raya, bahkan di tempat hiburan atau rekreasi pun seseorang bisa

terkena polutan. Berikut klasifikasi prosentase terkena polutan terhadap

kehidupan manusia :

1. Terkena polutan penuh

a. Terkena banyak polutan

Page 21: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

21

b. Terkena polutan lebih dari 8 jam sehari

c. Istirahat terhindar dari polutan kurang dari 1 jam dalam sehari

2. Terkena polutan sebagian

a. Menghirup udara penuh dengan polutan

b. Terkena polutan sekitar 4 jam sehari

c. Istirahat menghindari polutan 1 sampai 3 jam dalam sehari

3. Jarang terkena polutan atau kontak hubungan

dengan polutan sedikit

a. Kadang-kadang terkena polutan

b. 2 kali/hari dalam seminggu

c. Istirahat dan terhindar dari polutan lebih dari 4 jam sehari

Sumber: lingkungan hidup dan WHO 2005

2.2 Konsep Dasar Asma Bronkiale

2.2.1 Pengertian

Asma bronkiale adalah Salah satu penyakit alergi akibat reaksi

hipersensitivitas, peningkatan respon (hiperreaktif) dari trakea dan

bronkus akibat adanya bermacam-macam rangsangan, ditandai dengan

inflamasi dan penyempitan bronkus akibat respon bronkokontriksi

berlebihan terhadap berbagai rangsangan yang mengakibatkan

sesak.asma bronkialis di anggap sebagai penyakit peradangan kronis

jalan napas, secara klinis, asma bermanifestasi sebagai serangan

Page 22: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

22

dipsnea, batuk, dan mengi, penyakit ini mengenai sekitar 5% orang

dewasa dan 7% hingga 10% anak.(Robbins, Kumar & Cotran

2007:511)

2.2.2 Morfologi Asma

Menurut Robbins, Kumar & Cotran 2007, perubahan morfologi

asma di ketahui pada pasien yang meninggal akibat serangan berat

berkepanjangan dan dari specimen iopsi mukosa yang di beri alergen.

Gambaran makroskopik yang paling mencolok adalah onklusi bronkus

dan bronkiolus oleh sumbatan mucus yang kental dan lengket. Selain

itu temuan histologik khas pada kasus nonfatal dan fatal adalah sebagai

berikut:

a. Edema, hyperemia, dan infiltrat peradangan di dinding bronkus,

dengan banyak esinofil, yang mungkin membentuk 5% hingga 50%

infiltrat. Juga terdapat sel mast, basofil, makrofag, limfosit, sel

plasma dan beberapa neutrofil.

b. Peningkatan ukuran kelenjar mucus submukosa (peningkatan

jumlah sel goblet di epitrl bronkus).

c. Bercak nekrosis dan terlepasnya sel epitel.

a. Peningkatan kolagen yang letaknya tepat di bawah membrane basal

sehingga membrane basal tampak menebal.

b. Hipertropi dn hyperplasia otot polos pada dinding bronkus.

2.2.3 Perjalanan Penyakit Asma

Serangn asma di tandai dengan dipsnea berat di sertai mengi;

kesulitan utama terletak pada ekspirasi. Pasien bersusah-payah

Page 23: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

23

menghirup udara dan kemudian tidak dapat mengeluarkannya, sehinnga

terjadi hiperinflasi progesif paru dengan udara terperangkap di sebelah

distal bronkus. Bronkus mengalami kontriksi dan terisi oleh mucus dan

debris. Pada kasus yang biasa, serangan berlangsung 1 hingga beberapa

jam dan mereda secara spontan atau dengan pengobatan, berupa

bronkodilator dan kortikosteroid. Selama interval di antara serangan

pasien biasanya bebas dari kesulitan bernapas, tetapi deficit pernapasan

yang samar dan persisten dapat di deteksi dengan metode spirometrik.

2.2.4 Klasifikasi Asma Bronkiale

Menurut ada tidaknya imun penyebab asma di klasifikasikan menjadi

dua yaitu : (Robbins, Kumar & Cotran 2007:511)

1. Asma ekstrinsik ; episode asma biasanya di sebabakan oleh reaksi

hipersensitivitas tipe I yang di picu oleh pajanan antigen ekstrinsik.

Tiga jenis asma yang di kenal yaitu :

a. Asma atopic adalah merupakan jenis asma tersering; onset

biasanya pada dua decade pertama kehidupan, dan sering

berkaitan dengan manifestasi alergi.

b. Asma pekerjaan (banyak bentuk)

c. Asma bronkopulmonal alergik (kolonisasi bronkus oleh

organism aspergillus diikuti oleh terbentuknya antibody

immunoglobulin E [lgE]).

2. Asma intrinsik ; yang sifat mekanismenya non imun. Pada bentuk

ini, sejumlah rangsangan yang kecil atau tidk berefek pada orang

Page 24: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

24

ormal dapat menyebabkan bronkospasme pada pasien. faktor

tersebut mencakup aspirin ; infeksi paru, terutama di sebabkan oleh

virus; dingin; stress psikologis; olahraga; dan inhalasi iritan seperti

ozon dan sulfur dioksida.

3. Asma gabungan ; bentuk asma yang paling umum asma ini

mempunyai karakteristik dari bentuk alergi dan non-alergi.

2.2.5 Derajat Pembagian Asma

Menurut Suyono (2004), Berdasarkan pengobatan farmakologis

sistemik anak tangga, maka menurut berat ringanya gejala, asma dapat

dibagi menjadi 4 (empat) tahap :

1. Asma intermitan

a. Gejala intermiten (kurang dari sekali seminggu)

b. Serangan singkat (beberapa jam)

c. Gejala asma malam kurang dari 2 kali sebulan

d. Diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal.

2. Asma persisten ringan

a. Gejala lebih dari satu kali seminggu, tetapi kurang dari satu

kali perhari

b. Serangan mengganggu aktifitas dan tidur

c. Serangan asma malam lebih dari 2 kali setiap bulan

d. Serangan asma beberapa jam sampai hari

3. Asma persisten sedang

a. Serangan mengganggu aktifitas dan tidur

b. Serangan asma pada malam hari lebih dari satu kali seminggu

Page 25: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

25

c. Setiap hari menggunakan agonis beta 2 hirup

d. Gejala setiap hari

e. Serangan dalam hitungan jam sampai hari secara terus-menerus

4. Asma persisten berat

a. Gejala terus menerus, sering mendapat serangan

b. Gejala asma malam dan siang, aktifitas fisik terbatas karena gejala

asma bronkiale.

c. Aktifitas fisik terbatas karena gejala asma

d. Serangan dalam hitungan jam sampai hari secara terus-menerus

e. Serangan terus menerus sampai beberapa hari mendapat serangan

2.2.6 Patofisiologi

Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang

dikendalikan oleh limfosit T dan B. asma diaktifkan oleh interaktif

antara antigen dan molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast.

Sebagian besar allergen dan molekul IgE yang bersifat airbone. Alergen

tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak. Namun, di lain kasus

terdapat pasien yang sangat responsif, sehingga sejumlah kecil alergen

masuk kedalam tubuh sudah dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit

yang jelas.

2.2.7 Faktor Penyebab Asma

Ada beberapa hal faktor penyebab asma yang merupakan faktor

predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.

(Sundaru, 2002)

a. Faktor predisposisi (Genetik)

Page 26: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

26

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita

dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga

menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita

sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar

dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran

pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi

1. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri

dan polusi

b. Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan

c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

2. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin

merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-

kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim

Page 27: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

27

hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan

dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

3. Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan

asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang

sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera

diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi

perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.

Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya

belum bisa diobati.

4. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya

serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.

Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri

tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada

waktu libur atau cuti.

5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari

cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan

asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai

aktifitas tersebut.

Page 28: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

28

2.3 Konsep Hubungan Kontak Dengan Polutan Terhadap Tingkat Kejadian

Asma

Polusi udara merupakan salah satu penyebab timbulnya resiko kanker

darah. Namun, jarang disadari, entah berapa ribu warga yang setiap harinya

berkontak langsung dengan polutan, meninggal setiap tahunnya karena

infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru akibat polusi udara.

Serangan asma adalah suatu reaksi terhadap pemicu (allergen). Hal ini

mirip dengan banyak cara untuk membuat reaksi alergi. Reaksi alergi

merupakan respon oleh sistem kekebalan tubuh, dimana bila sel-sel dari

sistem kekebalan tubuh terserang, mereka memicu serangkaian reaksi yang

membantu melawan serangan tersebut, respon inilah yang akhirnya

menyebabkan gejala serangan asma. Karena asma adalah jenis reaksi alergi,

kadang-kadang disebut penyakit saluran napas reaktif. Setiap orang dengan

asma memiliki faktor pemicu yang berbeda-beda. Sebagian besar pemicu

serangan menyebabkan pada beberapa orang dengan asma dan tidak pada

orang lain. Faktor pemicu penyebab penyakit asma antara lain asap tembakau,

menghirup udara yang tercemar (polutan). (Napitupulu dan Resosudarmo,

2004)

Menurut Stanley L.Robbins, Vinay Kumar dan Ramzi S.Cotran

(2007) mekanisme polutan menyebabkan asma meliputi : peningkatan respon

(hiperreaktiv) dari trakea dan bronkus akibat adanya bermacam-macam

rangsangan polusi udara (polutan). Ditandai dengan inflamasi dan

penyempitan bronkus yang mengakibatkan sesak napas. Inflamasi dan respon

Page 29: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

29

saluran napas berlebihan. Inflamasi dinding bronkus, penyempitan bronkus

(bronchokonstriksi)sumbatan oleh mukus, edema. Dibawah penyempitan

bronkus ada udara yang terjebak, ekspirasi sulit. Kesulitan utama terletak

pada ekspirasi. Penderita asma bersusah-payah menghirup udara dan

kemudian tidak dapat mengeluarkannya, sehinnga terjadi hiperinflasi progesif

paru dengan udara terperangkap di sebelah distal bronkus. Bronkus

mengalami kontriksi dan terisi oleh mucus dan debris. Pada kasus yang biasa,

serangan berlangsung 1 hingga beberapa jam dan mereda secara spontan atau

dengan pengobatan, berupa bronkodilator dan kortikosteroid. Selama interval

di antara serangan pasien biasanya bebas dari kesulitan bernapas, tetapi defisit

pernapasan yang samar.

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Penyakit yang sering muncul • ISPA • PPOM (Bronkithis, Bronkiektasis) • Radang atau inflamasi paru-paru

• Asma bronkialea. Asma intermitenb. Asma persisten ringanc. Asma persisten sedangd. Asma persisten berat.

Kontak dengan polutan

Faktor-fator penyebab asma bronkiale :a. Faktor predisposisi (Genetik)b. Faktor presipitasi

1. Alergen, masuk melalui saluran nafasa. Inhalan

1. Debu2. Bulu binatang,serbuk bunga, bakteri3. Polutan

b. Ingestan, masuk melalui mulut1. Makanan 2. obat-obatan

c. Kontaktan, melalui kontak dengan kulit1. Perhiasan2. Logam3. jam tangan

2. Perubahan cuaca3. Stress4. Lingkungan kerja5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Page 30: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

30

Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak di teliti

Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian : Hubungan Kontak Langsung dengan Polutan terhadap tingkat kekambuhan Asma di area Gunung Gumitir tahun 2012.

Kerangka konsep adalah konsep yang di pakai sebagai landasan

berfikir dalam kegiatan ilmu. (Nursalam, 2011:56)

Dari kerangka konsep di atas dapat di simpulkan bahwa ada

hubungan kontak langsung dengan polutan terhadap terjadinya asma.

Sehingga untuk mengetahui masalah tersebut peneliti berusaha mencari

adakah hubungan kontak dengan polutan terhadap terjadinya asma.

2.5 Hipotesis

Menurut Nursalam (2011:56), hipotesis adalah jawaban sementara

dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Hipotesis dapat dibedakan

menjadi beberapa tipe yaitu antara lain:

2.5.1 Hipotesis alternatif (Ha/Hi)

Page 31: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

31

Dalam penelitian ini ada hubungan kontak langsung dengan

polutan terhadap tingkat kekambuhan asma di Gunung Gumitir.

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang

telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penutupan peneliti pada

seluruh proses penelitian (Nursalam, 2011).

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah “korelasi”

yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu

situasi atau kelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

antara gejala atau variabel satu dengan variabel yang lain (Soekidjo,

2002:142).

Page 32: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

32

Rancangan atau desain penelitian adalah suatu strategi penelitian

dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir

pengumpulan data dan digunakan untuk mendefinisikan struktur dimana

penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2011).

Desain penelitian yang di gunakan adalah Rancangan penelitian yang

digunakan adalah ”cross sectional” yaitu jenis penelitian yang menekankan

pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen

hanya satu kali, pada satu saat. (Nursalam, 2011).

3.2 Waktu Penelitian dan Tempat penelitian

3.2.1 Lokasi

Tempat penelitian di lakukan di Gunung Gumitir, dan mencari

informasi data dari puskesmas Kalibaru.

3.2.2 Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini waktu penelitian dibagi menjadi dua tahap

sebagai berikut:

a. Tahap persiapan yang meliputi:

1. Penyusunan proposal : Desember - Maret 2012

2. Seminar proposal : April 2012

b. Tahap pelaksanaan yang meliputi:

Page 33: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

33

1) Pengajuan iji : Januari 2012

2) Pengumpulan data : Januari - Februari 2012

3.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan tahapan dalam suatu penelitian. Pada

kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel yang akan

digunakan dalam penelitian (Nursalam, 2003:212)

Kerangka kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Populasi: Semua orang yang ada di Gunung Gumitir

Sampel: Sebagian orang yang ada di area Gunung Gumitir yang sesuai kriteria inklusi

Sampling: Purposive sampling

Desain Penelitian : Korelatif

Pengumpulan Data : Kuesioner & observasi

Analisa data: Analisa data: coding, editing, scoring, tabulating, uji statistik uji chi square

Hasil penelitian

Laporan penelitian

Page 34: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

34

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Kontak Langsung Dengan Polutan Terhadap Tingkat Kekambuhan Asma Di Gunung Gumitir

3.4 Sampling Desain

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah di

tetapkan (Nursalam, 2011:89)

Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah orang yang ada di

Gunung Gumitir sebanyak 65 orang.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

populasi terjangkau yang dapat di gunakan sebagai subjek penelitian

melalui sampling. (Nursalam, 2011:91)

Page 35: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

35

Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah orang yang ada di

Gunung Gumitir dan yang menderita asma sebanyak 56 orang.

3.4.2.1 Kriteria Sampel meliputi:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti

(Nursalam, 2011:92).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Semua orang yang berada di Gunung Gumitir

2. Orang penderita asma dan penyakit pernapasan lain

setelah berada di Gunung Gumitir

3. Orang yang setiap hari memungkinkan terkena paparan

polutan

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena beberapa

sebab (Nursalam, 2011:92).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Orang yang menderita asma sebelum berada di Gunung

Gumitir.

2. Orang yang berada di Gunung Gumitir tidak menderita

asma

3.4.2.2 Besar Sampel

Page 36: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

36

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di

teliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh

populasi. Dalam penelitian kriteria sampel meliputi kriteria

inklusi dan kriteria ekslusi, dimana kriteria tersebut menentukan

dapat dan tidaknya sampel yang tersebut di gunakan.

Menurut Aziz alimul, 2011 berikut ini adalah hal-hal

yang harus di pertimbangkan ketika peneliti akan menentukan

sampel penelitiannya :

1. Probabilitas

2. Standart Error

3. Distribusi Teoritis

Dalam menentukan besar sampel terdapat beberapa ha

yang harus di perhatikan, di antaranya adalah: jenis dan

rancangan penelitian, tujuan penelitian jumlah populasi atau

sampel, teknik sampling, jenis (skala pengukuran) data (variabel

dependen), tingkat kepercayaan atau ketelitian penyimpangan

yang masih dapat di toleransi. Desain penelitian yang di pilih

dalam penelitian akan menentukan perlu tidaknya penggunaan

metode sampling. Hal ini berkaitan dengan perlu tidaknya

menggunakan rumus untuk menentukan besar sampel.

Berikut merupakan cara menentukan besar sampel yaitu

dengan menggunakan rumus besar sampel :

Nn = N. (d)² + 1

Page 37: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

37

Dimana n : besar sampel

N : besar populasi

d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (alpha)=0,05

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah :

65n =

65. (0,05)² + 1

n = 55,913 responden

n = 56 responden

“Besar sampel yang di gunakan adalah 56 responden”

3.4.3 Tehnik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi, teknik sampling merupakan cara yang di

tempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar-benar sesuai denagn keseluruhan objek penelitian. (Nursalam,

2011).

Pada peneliti ini menggunakan “purposive sampling” yaitu

pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti yakni memilih

sampel sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan dan masalah

dalam penelitian) sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2011 : 94).

Pengambilan sampel dilakukan di Gunung Gumitir Kalibaru

meliputi semua orang yang memenuhi kriteria inklusi.

3.5 Identifikasi Variabel

Page 38: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

38

Variabel adalah konsep dari berbagai level dari abstrak yang

didefinisikan sebagai suatu fasilitator untuk pengukuran atau manipulasi data

suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam penelitian dapat konkret dan

secara langsung bisa diukur (Nursalam, 2011:97).

Variabel dalam penelitian ini meliputi:

3.5.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lainnya. Suatu kegiatan manipulasi oleh peneliti

menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (terikat) (Nursalam,

2011:97).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kontak langsung

dengan polutan.

3.5.2 Varibel dependen (Terikat)

Varibel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen merupakan faktor

yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan dari

variabel bebas (Nursalam, 2011:98).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian asma.

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi OperasionalVariabel Definisi

operasionalIndikator Alat ukur Skala

DataSkor

Page 39: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

39

Bebas:

Kontak langsung dengan polutan

Terikat :

Tingkat kejadian asma

Polutan merupakan suatu zat yang di hasilkan oleh sisa pembakaran emisi gas buang sumbernya paling banyak dari kendaraan bermotor dapat menimbulkan reaksi radang atau inflamasi, sesak napas, penyakit asma (kekambuhan asma),

Asma bronkiale adalah penyakit alergi akibat reaksi hipersensitivitas, peningkatan respon dari trakea dan bronkus akibat bermacam-macam rangsangan, ditandai dengan inflamasi dan penyempitan bronkus akibat respon bronkokontriksi

1. Prosentase terkena polutan penuha. Terkena banyak

polutanb. Terkena polutan lebih

dari 8 jam seharic. Istirahat terhindar

dari polutan kurang 1 jam dalam sehari

2. Prosentase terkena polutan sebagiana. Menghirup udara dan

polutanb. Terkena polutan

sekitar 4 jam seharic. Istirahat menghindari

polutan 1 sampai 3 jam sehari

3. Jarang terkena polutan atau kontak hubungan dengan polutan sedikita. Kadang-kadang

terkena polutanb. 2 kali/hari dalam

semingguc. Istirahat dan terhindar

dari polutan lebih dari 4 jam sehari

1. Asma intermitana. Gejala intermiten

(kurang dari sekali seminggu)

b. Serangan singkat (beberapa jam)

c. Gejala asma malam kurang dari 2 kali sebulan

d. Serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal.

2. Asma persisten ringana. Gejala lebih dari satu

kali seminggu, b. Serangan mengganggu

aktifitas dan tidur

Kuesioner /Observasi

Kuesioner

Ordinal

Ordinal

Terkena polutan penuh >8 jam perhari= 3

Terkena polutan < 4 jam perhari = 2

Setiap Seminggu 2x = 1

a. Asma berat = 4

b. Asma sedang =3

c. Asma berat =2

d. Asma intermiten = 1

-

Page 40: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

40

berlebihan terhadap berbagai rangsangan yang mengakibatkan sesak

c. Serangan asma malam lebih dari 2 kali setiap bulan

d. Serangan asma beberapa jam sampai hari

3. Asma persisten sedanga. Serangan mengganggu

aktifitas dan tidurb. Serangan asma pada

malam hari lebih dari satu kali seminggu

c. Gejala setiap harid. Serangan dalam

hitungan jam sampai hari secara terus-menerus

4. Asma persisten berata. Gejala terus menerus,

sering mendapat serangan

b. Gejala asma malam dan siang, aktifitas fisik terbatas karena gejala asma bronkiale.

c. Aktifitas fisik terbatas karena gejala asma

e. Serangan terus menerus sampai beberapa hari

3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.7.1 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data sesuai dengan macam dan tujuan peneliti

(Notoatmodjo, 2010 : 152).

Instrumen penelitian untuk mengukur hubungan kontak dengan

polutan dengan menggunakan kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan

informatif. Sedangkan instrumen penelitian untuk mengukur tingkat

terjadinya asma dengan menggunakan lembar kuesioner.

Page 41: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

41

3.7.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara peneliti untukmengumpulkan

data yang akan di lakukan dalam penelitian. (Aziz, 2011)

Pengumpulan data dilakukan melalui proses perijinan studi

pendahuluan dari puskesmas Kalibaru, sebagian besar dari populasi di

Gunung Gumitir adalah orang yang berasal dari kalibaru wilayah kerja

dari puskesmas Kalibaru. Kemudian saat penelitian pengumpulan data

dilakukan melalui kuesioner yang diisi oleh klien.

Sebagai kelengkapan data peneliti melihat buku catatan dan data

dari puskesmas Kalibaru.

3.7.3 Analisa Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam

metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi

arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian

(Moh.Nazir, 2005:346).

Dalam penelitian kuantitatif, perlu di tuliskan tentang jenis

statistik yang di pergunakan dalam pengolahan data. Alasan

penggunaan statistik yang di pilih, sumber rujukan yang di

pergunakan. (Aziz, 2011)

Page 42: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

42

Dalam penelitian ini peneliti memilih uji statistik chi square

1. Coding

Memberikan kode pada setiap responden pertanyaan-pertanyaan

dan segala hal yang dianggap perlu

2. Editing

Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu.

Dengan perkataan lain, data atau keterangan yang telah

dikumpulkan dalam daftar pertanyaan perlu dibaca sekali lagi dan

diperbaiki, jika di sana sini masih terdapat hal-hal yang salah atau

yang masih meragukan. (Moh. Nazir, 2005:346).

3. Scoring

Penentuan skor atau nilai untuk tiap item dalam penemuan skor

atau nilai ditentukan berdasarkan subyektifitas responden.

a. Kontak dengan polutan

Penilaian skor pada kontak langsung dengan polutan:

1. Setiap hari >8 jam = 3

2. Setiap hari <4 jam = 2

3. Seminggu 2 kali = 1

b. Tingkat Asma

Penilaian skor tingkat kejadian asma :

1. Asma berat = 4

2. Asma sedang = 3

Page 43: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

43

3. Asma ringan = 2

4. Asma intermiten = 1

4. Tabulating

Tabulating merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang

terdiri dari beberapa baris & beberapa kolom. Tabel dapat di

gunakan untuk memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil

observasi, survey, atau penelitian hingga data mudah di baca dan di

mengerti. (Chandra Budiman, 2008:24)

5. Uji statistik

Peneliti mengunakan uji chi square karena data yang digunakan

adalah data ordinal. Bertujuan untuk mengetahui hubungan dua

variabel tergantung pada hasil uji normalitas data.

a. Uji chi square dengan menggunakan tabel kontingensi

Kontak langsung dengan polutan

kejadian ISPA

Terkena polutan penuh

Terkena polutan sebagian

Jarang terkena polutan/sedikit Total

Asma berat O1.1(eij) O1.2(eij) O1.3(eij) N1

Asma sedang O2.1(eij) O2.2(eij) O2.3(eij) N2

Asma ringan O3.1(eij) O3.2(eij) O3.3(eij) N3

Page 44: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

44

Asma intermiten O4.1(eij) O4.2(eij) O4.3(eij) N4

Total N1 N2 N3 Grand Total

Tabel 3.3: Tabel kontingensi hubungan kontak langsung dengan polutan terhadap tingkat kekambuhan asma.

b. Kemudian dilakukan penghitungan uji chi square

X2= ∑i. ∑j (oij-eij) 2 , Dimana rumus eij = (n.i - n.j) 2 eij n

Keterangan :

eij : nilai yang diharapkan

Oij : nilai yang diobservasi

ni : jumlah n baris

nj : jumlah n kolom

X2 : koefisien chi square

c. Hitung atau lakukan uji koefisien kontingensi

Dengan rumus :

C = N + X2

X2

Keterangan :

C : koefisien kontingensi

s X2 : hasil chi square

N : populasi

Page 45: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

45

d. Untuk menguji signifikasi koefisien, dapat dilakukan dengan

membandingkan harga chi square hitung yang ditemukan

dengan chi square tabel pada taraf kesalahan (df) tertentu.

Harga (df) = (b-1) (k-1) dimana b= jumlah baris, k= jumlah

kolom, a= 0,05

e. Perumusan hipotesis

Ho : tidak berpengaruh alternatif pada baris dan kolom

Ha : ada pengaruh antara alternatif pada baris dan kolom

daerah penolakan hipotesis.

Daerah penolakan

Ho ditolak, Ha diterima bila x2> x2 α, df = (k-1)(b-1)

Ha ditolak, Ho diterima bila x2 > x2 α, df = (k-1)(b-1)

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

(Aziz, 2011)

Tujuan informed consent:

a. Agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian.

Page 46: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

46

b. Jika subjek bersedia maka media harus menandatangani lembar

persetujuan.

c. Jika responden tidak tersedia maka peneliti harus menghormati hak

responden dan tidak memaksakan keputusan responden.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut

antara lain:

a. Partisipasi responden

b. Tujuan dilakukannya tindakan

c. Jenis data yang dibutuhkan

d. Komitmen

e. Prosedur pelaksanaan

f. Potensial masalah yang terjadi

g. Manfaat

h. Kerahasiaan

i. Informasi yang mudah di hubungi (Aziz, 2011)

3.8.2 Anonimity

Masalah ini merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan (Aziz, 2011)

3.8.3 Confidentiality

Page 47: BAB 1-3 siap revisiAN.doc

47

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang yelah di kumpulkan di jamin

kerahasiaanya oleh peneliti. Penyajian data atau riset hanya

dilampirkan dalam forum akademik (Aziz, 2011).