BAB 1 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 20.65 13.07 7.52 … · penghimpunan pajak kendaraan yang tumbuh...
Transcript of BAB 1 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 20.65 13.07 7.52 … · penghimpunan pajak kendaraan yang tumbuh...
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 9
1.2 SISI PENAWARAN
Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan
yang cukup signifikan sehingga mendorong pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan
melambat.
. Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN
Melambatnya kinerja pertanian di Gorontalo masih terus berlangsung hingga triwulan
laporan. Perlambatan itu terjadi pada sub sektor tabama, perikanan, kehutanan dan
peternakan sementara kinerja sub sektor perkebunan mampu memberikan efek redaman.
Jagung dan Padi yang menjadi komoditas unggulan Gorontalo menunjukkan perkembangan
yang menurun.
Dilihat dari pertumbuhannya, kinerja pertanian jagung tumbuh melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Produksi jagung pada triwulan III-2011
terkontraksi 52,7% (y.o.y) merosot dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
13,8% (y.o.y). Sementara produksi padi terkontraksi 20,7% (y.o.y) lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi 26,7% (y.o.y). Faktor cuaca turut mempengaruhi
merosotnya produksi tabama di Gorontalo.
I II III IV I II III
1. PERTANIAN 202,910.92 211,788.25 222,714.91 196,262.44 223,179.82 224,787.49 230,885.98
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 7,961.24 8,142.31 8,682.90 8,359.94 8,257.09 8,584.55 8,895.41
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 55,015.76 55,404.57 58,447.51 58,625.45 57,776.66 59,257.96 60,036.96
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3,955.07 4,057.15 4,179.22 4,325.13 4,384.61 4,478.28 4,606.70
5. BANGUNAN 61,704.57 62,974.76 67,440.50 67,803.09 66,678.94 69,915.64 71,521.92
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 97,125.44 100,459.16 106,849.22 107,653.33 109,420.78 113,410.97 118,852.33
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 74,180.78 76,493.14 79,482.14 80,207.80 81,140.56 83,224.36 85,971.27
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 60,803.88 62,593.54 65,824.82 66,410.89 66,363.76 68,321.45 70,417.46
9. JASA-JASA 137,724.96 142,740.17 146,291.19 141,895.20 143,204.96 148,143.80 151,592.01
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 701,382.61 724,653.05 759,912.40 731,543.26 760,407.19 780,124.51 802,780.04
I II III IV I II III
1. PERTANIAN 1.52 1.35 1.22 14.10 9.99 6.14 3.67
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 20.65 13.07 7.52 3.20 3.72 5.43 2.45
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11.05 10.33 6.96 7.23 5.02 6.96 2.72
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.72 9.15 5.63 8.79 10.86 10.38 10.23
5. BANGUNAN 19.25 12.84 8.86 7.26 8.06 11.02 6.05
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9.02 9.79 10.59 11.35 12.66 12.89 11.23
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 11.81 9.17 9.10 9.52 9.38 8.80 8.16
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.36 9.50 9.08 8.88 9.14 9.15 6.98
9. JASA-JASA 10.92 9.34 4.18 3.84 3.98 3.79 3.62
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8.38 7.33 5.71 9.26 8.42 7.65 5.64
2010
2010
SEKTOR
SEKTOR2011
2011
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Pemerintah Daerah telah melakukan upaya rehabilitasi terkait rusaknya lahan-lahan
pertanian padi akibat banjir pada triwulan II-2011, di kab. Pohuwato, Pemprov mengucurkan
bantuan Rp 800 juta untuk memperbaiki lahan-lahan pertanian yang rusak, penggantian
biaya pengadaan saprodi pertanian kepada petani namun upaya tersebut tidak serta merta
mampu mendorong upaya peningkatan produksi panen karena membutuhkan waktu
rehabilitasi yang tidak sebentar.
Grafik 1.23 Grafik 1.24 Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertanian Realisasi Panen Pertanian Tabama
Grafik 1.25 Grafik 1.26 Perkembangan Luas Panen Jagung Perkembangan Luas Panen Padi
Sampai dengan akhir tahun 2011, secara tahunan perkembangan pertanian padi
diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2010. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM
III-2011 memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2011 tumbuh 13,17 % (y.oy) lebih
rendah dibandingkan produksi padi tahun 2010 sebesar 33,74 % (y.o.y) sementara produksi
jagung tahun 2011 terkontraksi 1,34% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan produksi jagung
tahun 2010 yang tumbuh 6,69% (y.o.y). Semakin terbatasnya luas lahan menjadi kendala
yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan produksi pertanian di Gorontalo.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 11
Tabel 1.4 ARAM III Pertanian Padi
Tabel 1.5 ARAM III Pertanian Jagung
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan III-2011 menunjukkan kondisi
yang melambat. Pada triwulan III-2011 sektor ini tumbuh 8,16% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 8,80% (y.o.y). Perlambatan hampir terjadi pada
seluruh sub sektor yaitu angkutan darat, laut dan ferry sementara kinerja angkutan udara
diperkirakan mampu meredam perlambatan yang terjadi. Krisis BBM di Gorontalo
diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong perlambatan di sektor ini.
Krisis BBM yang masih terus berlangsung menjadi salah satu pemicu menurunnya
kinerja sub sektor angkutan darat. Antrian yang terjadi hampir di seluruh SPBU dan
langkanya bahan bakar menjadikan proses operasional angkutan darat terganggu.
Pemerintah Daerah dan Pertamina telah menerbitkan aturan pelarangan pengisian BBM
untuk jerigen dan galon (pengisian ilegal) namun dalam pelaksanaannya masih terkendala
di lapangan. Penjualan BBM ilegal yang dilaksanakan di luar SPBU semakin menunjukkan
peningkatan. Pertamina mencatat bahwa angka penjualan premium tumbuh 38,79% (y.o.y)
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,26% (y.o.y) namun
pertumbuhan penjualan premium tersebut tidak memberikan dorongan positif bagi
pertumbuhan sub sektor angkutan darat.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Disisi lain itu menurunnya kegiatan sub sektor angkutan darat sedikit diredam oleh
peningkatan penjualan kendaraan di Gorontalo. Hal tersebut dikonfirmasi oleh tingkat
penghimpunan pajak kendaraan yang tumbuh dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat
penghimpunan pajak kendaraan bermotor tumbuh 48,93% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 20,97% (y.o.y).
Grafik 1.27 Grafik 1.28 Perkembangan Pajak Kendaraan Realisasi Penjualan BBM Transportasi
Kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan III-2011 juga menunjukkan
penurunan. Selama triwulan laporan, jumlah penumpang ferry tercatat terkontraksi 12,80%
(y.o.y) atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 26,50% (y.o.y).
Sementara arus penumpang kapal laut juga menunjukkan kondisi yang serupa. Pada musim
lebaran, diperkirakan warga masyarakat lebih memilih menggunakan moda transportasi
udara dibandingkan tarnsportasi laut dan ferry.
Grafik 1.29 Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Perkembangan Kargo Laut
Disisi lain sub sektor angkutan udara mengalami pertumbuhan yang cukup baik.
Peningkatan arus penumpang udara selama triwulan laporan didorong oleh musim lebaran,
Tercatat selama triwulan III-2011 jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani
sebanyak 92.221 penumpang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak
82.143 penumpang. Jumlah penerbangan yang tiba dan berangkat dari Gorontalo juga
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 13
meningkat dari 796 penerbangan menjadi 807 penerbangan. Tren peningkatan kinerja sub
sektor penerbangan di Gorontalo direspon positif oleh maskapai penerbangan, Dinas
Perhubungan dan Pariwisata Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa Maskapai Lion Air
merencanakan untuk menambah jadwal penerbangan di Gorontalo diluar jadwal
penerbangan yang telah ada saat ini. Upaya peningkatan kualitas layanan udara juga
direspon positif oleh Pemerintah Daerah dengan pembangunan Instrument Light System
(ILS) di Bandara Jalaluddin sehingga operasional malam nantinya dapat dilaksanakan.
Grafik 1.31 Grafik 1.32 Perkembangan Penumpang Pesawat Perkembangan Bagasi Pesawat
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo
menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor PHR pada
triwulan III-2011 tumbuh 11,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II-
2011 sebesar 12,89% (y.o.y). Musim lebaran ternyata kurang memberikan dorongan bagi
perekonomian, melemahnya kinerja PHR didorong oleh pelemahan kinerja sub sektor
perdagangan dan restoran sementara kinerja sub sektor perhotelan menunjukkan
perkembangan yang cukup baik.
Menurunnya kinerja sektor PHR terutama didorong oleh penurunan kinerja sub
sektor perdagangan, sektor ini tumbuh sebesar 12,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,02% (y.o.y). Indikator melemahnya kinerja
sektor perdagangan dikonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan kredit, volume bongkar muat
barang di pelabuhan laut serta volume bongkar barang di pelabuhan udara. Tekanan kinerja
sektor perdagangan tampak dari merosotnya perdagangan ekspor luar negeri maupun
perdagangan ekspor antar pulau. Hal ini merupakan imbas dari penurunan sektor pertanian
sehingga memicu penurunan kinerja perdagangan komoditas pertanian secara umum.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Grafik 1.33 Grafik 1.34 Kredit Perdagangan Volume Muat Pelabuhan
Penyerapan belanja barang dan jasa pemerintah menjadi salah satu faktor
pendorong menurunnya kegiatan perdagangan di Gorontalo. Hal ini disebabkan pemerintah
daerah masih mendominasi kegiatan ekonomi di Gorontalo. Tercatat penyerapan belanja
barang dan jasa triwulan III-2011 mencapai 65,69%.
Grafik 1.35 Grafik 1.36 Kargo Pesawat Tingkat Penghunian Hotel
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 15
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN
Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan perlambatan, pada triwulan III-
2011 kinerja sektor ini tumbuh sebesar 6,05% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,02 % (y.o.y)
Grafik 1.37 Grafik 1.38 Penjualan Semen Kredit Konstruksi
Penurunan kinerja sektor bangunan dikonfirmasi oleh menurunnya beberapa prompt
indikator sektor bangunan yaitu :
Proyek infrastruktur yang dibiayai APBD Belanja Modal Pemprov sampai dengan
September 2011 hanya mencapai Rp 8,76 Miliar lebih rendah dibandingkan bulan
sebelumnya yang mencapai Rp 17,39 Miliar. Proyek infrastruktur yang dibiayai APBN
juga menunjukkan penurunan, realisasi keuangan masih 68% atau lebih rendah
dibandingkan target yang ditetapkan oleh Pemprov sebesar 75% pada akhir TW III-
2011. Dari hasil evaluasi kinerja, hanya kab. Bone Bolango yang berhasil mendekati
capaian realisasi anggaran infrastruktur sebesar 70%.
Sementara itu kinerja kredit konstruksi juga menunjukkan penurunan. Kredit pada
bulan September 2011 terkontraksi hingga 3,35% (y.o.y).
Beberapa proyek infrastruktur utama yang realisasinya masih rendah yaitu :
Nama Proyek Realisasi
Fisik Anggaran
Pembangunan Jalan Petikemas Dermaga Pelabuhan III Kota Gorontalko
47% 30%
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Marisa Tahap V 65% 20%
Pembangunan Dermaga III Pelabuhan Gorontalo Tahap IV 2,9% 20%
Pembangunan Dermaga Pelabuhan Anggrek 60% 50%
Pembangunan ILS Bandara Jalaluddin Tahap II 20% 20%
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Kinerja sektor keuangan tumbuh melambat 6,98% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,15% (y.o.y). Melemahnya kinerja sub sektor
keuangan terutama disebabkan karena melemahnya kinerja sektor keuangan perbankan.
Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang melambat
Sampai dengan bulan September 2011, NIM perbankan mencapai Rp 383 Miliar atau
tumbuh 14,57% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan NIM periode Juni 2011 yang tumbuh
15,04% (y.o.y). Kondisi ini didorong oleh menurunnya pendapatan bunga perbankan.
Grafik 1.39 Grafik 1.40
NIM Perbankan Perkembangan Pendapatan/Beban
1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Perkembangan sektor industri di Gorontalo menunjukkan penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan III-2011 tumbuh 2,72% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 6,96% (y.o.y). Menurunnya kinerja disektor ini
ditunjukkan oleh beberapa prompt indikator yaitu realisasi SKDU industri pengolahan,
penjualan BBM industri, penjualan listrik industri, dan survei industri pengolahan besar-
sedang.
Menurunnya kinerja industri pengolahan dikonfirmasi oleh hasil survei kegiatan dunia
usaha Bank Indonesia pada triwulan laporan. Angka penjualan listrik dan BBM turut
mengkonfirmasi turunnya kinerja sektor industri di Gorontalo. Konsumsi listrik industri
tumbuh 17,44 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 39,33% (y.o.y), sementara itu konsumsi BBM terkontraksi 17,86% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 39,33% (y.o.y).
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 17
Grafik 1.41 Grafik 1.42 Konsumsi Listrik Industri Perkembangan Kredit Perdagangan
Grafik 1.43 Tabel 1.6 Konsumsi BBM Industri Survei Industri Pengolahan Besar/Sedang
1.2.7 SEKTOR LAINNYA
Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2011 tumbuh 7,53% (y.o.y)
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 10,23% (y.o.y). Daya tersambung sampai
dengan September 2011 mencapai 120.851 KVA namun pertumbuhan melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya.
.
Grafik 1.44 Grafik 1.45 Daya Listrik Tersambung PLN Realisasi Kredit Jasa-jasa
Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2011 melambat
dibandingkan triwulan II-2011. Sektor ini tumbuh 2,45% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 5,43% (y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan
kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang menunjukkan penurunan. Kinerja sektor jasa-
jasa pada triwulan III-2011 tumbuh 3,62% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 3,79% (y.o.y).
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
BOKS I : PENURUNAN KINERJA EKSPOR GORONTALO
Perkembangan ekspor Gorontalo pada tahun 2011 menunjukkan pernurunan yang
cukup signifikan selama 3 tahun terakhir. Tekanan ekspor tersebut bersumber pada
merosotnya kinerja ekspor luar negeri sementara kinerja ekspor antar pulau relatif menurun
namun dengan besaran yang lebih kecil. Data statistik ekspor luar negeri mencatat bahwa
pada periode Jan-Sept 2011 sebesar US$ 589.425 atau menurun signifikan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 11 juta maupun tahun 2009
yang mencapai US$ 10 juta. Sementara untuk kinerja ekspor antar pulau pada periode Jan-
Sept 2011 mencapai 139 ribu ton lebih rendah dibandingkan tahun 2010 yang mencapai
181 ribu ton.
Grafik 1.46 Grafik 1.47 Kinerja Ekspor Luar Negeri Kinerja Ekspor Antar Pulau
Selama tahun 2011, dari 10 negara tujuan ekspor sebelumnya hanya Philipina dan
Korea Selatan yang masih bertahan yaitu komoditas kayu sementara untuk komoditas
lainnya tidak dilakukan pengiriman. Dua komoditas yang mengalami penurunan cukup
signifikan adalah Jagung dan Kopra, hasil liason yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Gorontalo kepada beberapa pengusaha eksportir adalah sebagai berikut :
Komoditas Faktor yang mempengaruhi
Jagung - Perkiraan produksi jagung 2011 menurun dibandingkan tahun 2010.
Kondisi tersebut disebabkan oleh produktivitas yang menurun
sebesar -2,33% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain karena
penurunan luas lahan panen, penurunan produksi juga terkendala
karena pengaruh cuaca. Penurunan produksi ini juga
mengakibatkan beberapa kuota ekspor luar negeri tidak dapat
terpenuhi sehingga pengusaha menjadikan pasar domestik sebagai
alternatif lainnya.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 19
- Penurunan ekspor luar negeri diperkirakan juga sebagai imbas dari
melemahnya harga jagung internasional dibandingkan harga
perolehan domestik. Pada akhir triwulan III-2011 harga jagung
internasional mencapai US$ 5,71/bushel atau setara dengan Rp
2.000/kg sementara penyerapan harga domestik berkisar Rp 2.200-
2.500/kg.
Kopra - Tekanan harga kopra internasional menjadikan penjualan kopra
kurang menarik bagi petani. Hasil liason pada PT. Trijaya Tangguh
Isimu Utama Raya menyatakan bahwa harga kopra telah merosot
hingga Rp 4500-6000/kg sehingga mendorong masyarakat
mengalihkan produksi kelapa dari kopra menjadi bahan baku tepung
kelapa mengingat harga tepung kelapa masih bertahan cukup baik.
Harga kopra ideal menurut petani Gorontalo berkisar Rp 9.000 –
10.000.
- Penurunan harga kopra internasional seiring dengan penurunan
harga CPO internasional sebagai bahan baku minyak goreng.
- Selain permasalahan harga internasional, menurunnya produksi
kopra juga disebabkan usia kelapa di Gorontalo umumnya sudah
tua sehingga produktivitasnya menurun. Upaya peremajaan kelapa
perlu dilakukan untuk mempertahankan produksi kopra.
Tabel 1.7 Ekspor Luar Negeri Gorontalo Periode Jan-Sept
Negara Tujuan 2009 2010 2011
Jepang 49,247 - -
China 38,580 - -
Singapura 151,663 710,582 -
Hongkong 526,400 530,000 -
Taiwan 60,330 1,043,210 -
Malaysia 1,634,000 2,576,450 -
Philipina 5,796,431 5,641,832 484,000
India 1,062,375 530,100 -
Rep. Korea 76,434 167,098 105,425
Vietnam 953,134 606,773 -
TOTAL 10,348,594 11,806,045 589,425
Komoditas 2009 2010 2011
Jagung 7,430,431 7,201,922 484,000
Kayu, Barang dari Kayu 111,688 162,908 105,425
Bungkil Kopra 847,400 1,677,150 -
Rotan Poles 250,573 114,532 -
Lemak&Minyak Hewan/nabati 1,062,375 - -
Gula & Kembang Gula 632,134 2,649,533 -
Mutiara & batu permata 13,993 - -
TOTAL 10,348,594 11,806,045 589,425
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Merosotnya kinerja ekspor tentu saja memberikan tekanan cukup signifikan bagi
perkembangan perekonomian di Gorontalo. Kontraksi ekspor yang cukup besar mendorong
pertumbuhan ekonomi menurun cukup signifikan. Pada triwulan III-2011 kontraksi ekspor
telah mencapai 18,21% (y.o.y) sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi turun hingga
5,64% (y.o.y). Dilihat dari struktur PDRB sisi permintaan dalam dua tahun terakhir,
perkembangan net ekspor/impor Gorontalo semakin menunjukkan peningkatan. Kondisi ini
tentu saja tidak memberikan dorongan positif melainkan tekanan negatif bagi pertumbuhan
ekonomi regional. Nampak dalam perkembangan grafik dibawah ini, capaian pertumbuhan
ekonomi semakin tergerus oleh kondisi net impor yang semakin besar. Dalam beberapa hal,
net impor sebenarnya akan mendororong produksi dalam negeri apabila impor yang
dilakukan adalah impor bahan baku produksi, sementara di Gorontalo net impor lebih
didominasi oleh impor bahan konsumsi sehingga kurang memberikan multiplier effect bagi
perekonomian.
Grafik 1.48 Perkembangan Net Ekspor Impor Gorontalo