Audit Presentase

download Audit Presentase

of 8

description

data presentasi

Transcript of Audit Presentase

BAB.1 PENDAHULUANHutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan merupakan factor yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan. Hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Audit atas hutang lebih ditekankan pada asersi kelengkapan karena jika manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.Pengujian substantif atas utang usaha ditujukan untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca, membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor seharus dapat menempuh berbagai prosedur audit

BAB. 2 PEMBAHASANPENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHAHutang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar oleh perusahaan atas kegiatan perusahaan dalam usaha normalnya. Dalam pelaksanaan audit, seorang auditor akan berusaha untuk melakukan pengujian pengendalian secara efektif. Dalam pengujian akun hutang usaha ini sangat menentukan keberhasilan auditor untuk untuk mengaudit investasi atau siklus pembayaran. Apabila pengujian ini berhasil maka auditor akan mengurangi prosedur analitik dan pengujian terinci atas saldo hutang usaha. Metode pengujian terinci atas hutang usaha yaitu :a) Mengidentifikasi resiko bisnis klien yang mempengaruhi hutang usahab) Menilai resiko pengendalian serta merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksic) Merancang dan melaksanakan prosedur analitikd) Merancang dan melaksanakan pengujian terinci atas saldo hutang usahaHutang usaha merupakan hutang lancar, meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus normal kegiatan perusahaan). Hutang lancar terdiri dari:1. Hutang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku, bahan penolong, pembelian suku cadang, dan bahan-bahan yang habis dipakai untuk proses produksi. Untuk hutang usaha digolongkan lebih lanjut menjadi 2 golongan: Hutang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban. Hutang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.3. Hutang yang timbul dari berlalunya waktu.4. Hutang yang timbul kepada pihak ketiga, karena perusahaan ditunjuk sebagai pemungut pajak (fiskus, bank persepsi, bank penerima pembayaran dll).5. Akrual yang timbul dari kegiatan usaha. diantaranya hutang bonus dan biaya pemeliharaan yang harus dibayar perusahaan.6. Hutang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek:a. Hutang bankb. Kredit modal usahac. Devidend. Hutang pajake. Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam 1 tahunTujuan pengujian substantif terhadap hutang usaha, diantaranya:1) Memperoleh keyakinan terhadap keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan hutang usaha.2) Membuktikan keberadaan hutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan hutang usaha yang dicantumkan di neraca.3) Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelangsungan saldo usaha yang disajikan di neraca.4) Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.5) Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan hutang usaha di neraca.Pengujian substantif terhadap hutang usaha ditujukan untuk menemukan adanya penyajian hutang usaha yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya. Di lain pihak pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan untuk menentukan adanya hutang yang belum dicatat (unrecord liabilities) pada tanggal neraca. Di lain pihak, dalam pengujian substantif atas utang lancar, auditor menghadapi fakta; menghadapi data historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa yang lalu, yang dalam jangka pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif atas utang lancar memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian substantif atas aktiva lancar. Utang usaha merupakan komponen terbesar utang lancarPengujian Substantif Sebelum Tanggal NeracaPengujian audit pada tanggal interim memungkinkan pertimbangan dini atas hal-hal signifikan yang mempengaruhi laporan keuangan akhir tahun (sebagai contoh, transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, kondisi yang berubah, pernyataan standar akuntansi yang baru, dan pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian). Di samping itu, banyak bagian perencanaan audit, termasuk upaya memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, penentuan tingkat risiko pengendalian, dan penerapan pengujian substantif atas transaksi, dapat dilakukan sebelum tanggal neraca.Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian RincianHutang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo maupun oleh transaksi pengeluaran kas yang menurunkan saldo tersebut. Jadi, risiko pengujian rincian untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan faktor-faktor risiko pengendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut.Perancangan Pengujian SubstantifTujuan utama pengujian subtantif terhadap utang usaha adalah membuktikan bahwa saldo akun utang usaha yang dicantumkan dalam neraca mencerminkan saldo akun utang usaha yang sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian subtantif yang digolongkan ke dalam lima kelompok: (1) prosedur audit awal, (2) prosedur analitik, (3) pengujian terhadap transaksi rinci, (4) pengjuian terhadap saldo akun rinci, (5) verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan. Kelima kelompok pengujian subtantif tersebut untuk memverifikasi lima asersi manajemen yang terkandung dalam akun Utang Usaha : (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) penilaian, (4) kewajiban, dan (5) penyajian dan pengungkapan. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian sebelum kewajaran saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi utang usaha yang disajikan dalam neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang yang dicantumkan dalam neraca dengan akun Utang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan register cek. Membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang dicantumkan di neraca. Dalam pengujian subtantif terhadap utang pada umumnya, pengujian ditujukan untuk menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan berbagai pengujian subtantif berikut ini :a) Pengujian analitik.b) Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.c) Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.d) Konfirmasi piutang usaha.e) Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari krediturnya. Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan dalam neraca. Seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus disajikan di neraca pada fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca. Tidak seperti halnya dengan piutang usaha yang disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang usaha, utang usaha disajikan di neraca pada jumlah kewajiban klien pada tanggal neraca. Dengan demikian tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang usaha pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih ditujukan untuk mencari adanya unrecorded liabilites pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan bahwa utang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan deangan utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan pengujian subtantif seperti yang diatas.Transaksi yang berkaiatan dengan timbul dan berkurangnya utang usaha mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha pada tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha akan berdampak langsung terhadap perhitungan akun Utang Usaha dan pembelian (purchases). Oleh karena itu salah satu pengujian subtantif untuk membuktikan asersi kelengkapan utang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha. Membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di neraca. Utang usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan kewajiban klien yang terecrmin dalam utang usaha yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian subtantif berikut ini :a) Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.b) Konfirmasi piutang usaha.c) Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari krediturnya. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan untuk membuktikan apakah unsur utang usaha telah disajikan dan diungkapakan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian subntantif untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca adalah:a) Konfirmasi utang usahab) Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari krediturnya.c) Pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum yang diaudit dangan prinsip akuntansi berterima umum.

BAB.3 KESIMPULANUtang lancar memiliki karateristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian subtantif terhadap utang lancar. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatnya. Di lain pihak, dalam menyajikan utang lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan utang tersebut lebih rendahdari jumlah yang senyatanya. Kecendrungan ini di dorong oleh keinginan untuk menyajikan gambaran modal kerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, pegujian subtantif terhadap utang lancardi tujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendahdari jumlah yang seharusnya (understatment Utang Lancar). Pengujian subtantif terhadap utang usaha di tujukan untuk memperoleh keyakinana tentang keandalan catatan akuntansi bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan deangan utang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatna akuntansi serta membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.