Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta...

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, manusia sering mengabaikan tentang kelogisan dalam berpikir atau berbicara di depan khalayak umum. Kebanyakan orang tertentu menganggap bahwa kelogisan adalah suatu hal yang rumit dan sulit untuk dipelajari, mereka menginginkan suatu hal yang mudah dan praktis. Sehingga ketika mereka diberikan suatu pernyataan tentang silogisme, terkadang mereka tidak memeperhatikan aturan-aturan dalam silogisme, bentuk-bentuk silogisme, dan pelanggaran- pelanggaran yang menimbulkan kesalahan. Sehingga dalam membuat sebuah pernyataan, terkadang seseorang tidak memperhatikan aturan-aturan dalam sebuah silogisme. Khususnya dalam dalam membuat suatu pernyataan silogisme kategoris, seseorang sering tidak memperhatikan aturan- aturan dalam pembuatannya, sehingga kebenaran dari pernyataan dari silogisme kategoris tersebut tidak dapat terbukti atau terjamin dan pernyataan silogisme tersebut akan menghasilkan suatu kesimpulan yang salah. Oleh karena itu manusia perlu mengetahui aturan-aturan dalam membuat pernyataan silogisme kategoris dan bentuk-bentuk dari silogisme. Dalam kesempatan kali ini kami membawakan tema “aturan- aturan silogisme kategoris dan pelanggaran-pelanggaran

Transcript of Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta...

Page 1: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, manusia sering mengabaikan tentang

kelogisan dalam berpikir atau berbicara di depan khalayak umum. Kebanyakan orang

tertentu menganggap bahwa kelogisan adalah suatu hal yang rumit dan sulit untuk

dipelajari, mereka menginginkan suatu hal yang mudah dan praktis. Sehingga ketika

mereka diberikan suatu pernyataan tentang silogisme, terkadang mereka tidak

memeperhatikan aturan-aturan dalam silogisme, bentuk-bentuk silogisme, dan

pelanggaran-pelanggaran yang menimbulkan kesalahan. Sehingga dalam membuat

sebuah pernyataan, terkadang seseorang tidak memperhatikan aturan-aturan dalam

sebuah silogisme. Khususnya dalam dalam membuat suatu pernyataan silogisme

kategoris, seseorang sering tidak memperhatikan aturan-aturan dalam pembuatannya,

sehingga kebenaran dari pernyataan dari silogisme kategoris tersebut tidak dapat

terbukti atau terjamin dan pernyataan silogisme tersebut akan menghasilkan suatu

kesimpulan yang salah. Oleh karena itu manusia perlu mengetahui aturan-aturan

dalam membuat pernyataan silogisme kategoris dan bentuk-bentuk dari silogisme.

Dalam kesempatan kali ini kami membawakan tema “aturan-aturan silogisme

kategoris dan pelanggaran-pelanggaran yang menimbulkan kesalahan serta bentuk-

bentuk silogisme”. Tema ini mungkin terkesan terlalu umum jika dilihat, namun

mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat, khususnya bagi para pelajar dan

juga mahasiswa dalam membuat suatu pernyataan tentang silogisme atau logis. Tentu

hal ini sangatlah menjadi perhatian masyarakat dalam berpikir.

Silogisme kategoris merupakan suatu pernyataan yang terdiri dari tiga proposisi.

Dua proposisi pertama sebagai premis, dan proposisi ketiga sebagai kesimpulan. Jadi

silogisme kategoris merupakan perbincangan deduktif yang digunakan untuk

memperoleh kesimpulan yang benar dari kedua premis pertama. Dalam pembuatan

pernyataan sebuah silogisme kategoris perlu memperhatikan aturan-aturan dalam

penyusunannya, karena bila tidak benar dalam penyusunannya, tidak memperhatikan

aturan-aturan tersebut, maka kesimpulan dari pernyataan silogisme kategoris akan

bernilai salah. Di samping itu perlu diketahui bentuk-bentuk silogisme itu sendiri serta

Page 2: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

pelanggaran-pelanggaran yang menimbulkan kesalahan karena dengan mengetahui

bentuk-bentuk silogisme dan pelanggaran yang menimbulkan kesalahan tersebut

maka kita akan cenderung berhati-hati dalam membuat suatu pernyataan tentang

silogisme. Sehingga kesimpulan yang kita buat akan bernilai benar.

BAB II

PERMASALAHAN

Permasalahan yang ada dari tema yang kami bawakan adalah :

Bagaimana cara memperoleh kesimpulan yang benar dalam membuat

pernyataan silogisme kategoris?

Apa penyebab pelanggaran-pelanggaran sehingga terjadinya kesalahan-

kesalahan?

Bagaimanakah bentuk-bentuk dari silogisme tersebut?

Tujuan kami membawakan tema ini adalah :

Untuk dapat mengetahui aturan-aturan silogisme kategoris.

Untuk mengetahui penyebab pelanggaran-pelanggaran yang menimbulkan

kesalahan.

Untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk dari silogisme.

Manfaat dari tema yang kami bawakan adalah :

Meningkatkan kemampuan kita dalam berpikir secara logis.

Untuk menghindarkan kesalahan-kesalahan dalam membuat pernyataan

silogisme kategoris.

Memperoleh pedoman dalam memberikan pelanggaran-pelanggaran terhadap

tindakan tertentu.

Mendapatkan pengetahuan tentang bentuk-bentuk silogisme.

Page 3: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Silogisme

Silogisme adalah penarikan konklusi secara deduktif tidak langsung yang

konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.

Hal yang paling penting yakni bahwa silogisme dan bentuk-bentuk inferensi yang

lain, persoalan kebenaran serta ketidakbenaran pada premis-premis tidak pernah

timbul. Hal itu disebabkan oleh premis-premis selalu diambil yang benar.

Akibatnya, konklusi sudah dilngkapi oleh hal-hal yang benar. Dengan perkataan

lain, silogisme hanya mempersoalkan kebenaran formal (kebenaran bentuk) dan

tidak lagi mempersoalkan kebenaran material (kebenaran isi). Silogisme inilah

sebenarnya inti dari logika.

B. Struktur Silogisme

Sebuah silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu dua proposisi yang disajikan dan

sebuah proposisi yang ditariknya. Proposisi yang disajikan dinamai premis mayor

dan premis minor, sedangkan kesimpulannya dinamai konklusi. Setiap proposisi

terdiri atas dua term. Oleh karena itu, silogisme harus mempunyai enam term.

Sebenarnya, silogisme hanya memiliki tiga term, karena untuk masing-masing

dinyatakan dua kali. P konklusi disebut term mayor, sedang S-nya disebut term

minor, dan term yang sama-sama terdapat pada kedua proposisi disebut term

pnengah. Term penengah ini merupakan factor terpenting dalam silogisme, karena

penyebab kedua premis dapat saling berhubungan sehingga menghasilkan konklusi.

Dengan perkataan lain, term penengah menetapkan hubungan term mayor dengan

term monir.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam silogisme yaitu:

(1) Premis mayor disajikan terlebih dahulu, lalu diikuti premis minor;

(2) term penengah dilambangkan oleh M;

Page 4: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

(3) term mayor dilambangkan oleh P; dan

(4) term minor dilambangkan oleh S.

C. Pembagian Silogisme

Secara garis, silogisme dapat dibedakan atas dua macam yatu silogisme murni dan

silogisme campuran, silogisme mempunyai hubungan yang sama pada

proposisinya. Kebalikanya, silogisme campuran memiliki hubungan yang berbeda

pada proposisinya.

Silogisme murni dapat dibedakan lagi atas:

(1) silogisme murni kategoris (semua proposisi pembentuknya kategoris)

(2) silogisme murni hipotesis (semua proposisi pembentuknya hipotesis), dan

(3) silogisme murni disjunktif (semua proposisi pembentuknya desjunktif).

Silogisme campuran dibedakan atas:

1. Silogisme campuran hipotesis kategori (premis mayor hipotesis, premis

minor kategori dan konklusinya kategoris)

2. Silogisme campuran kategoris disjunktif (premis mayor disjunktif, permis

minor kategoris, konklusinya kategoris), dan

3. Silogisme campuran dilema (premis mayornya hipotesis, premis minor

disjunktif, dan konklusinya kategoris atau disjunktif).

D. Prinsip Dasar Silogisme

Ada dua prinsip dasar dalam silogisme.

(1) Terdapat dua buah term, keduanya mempunyai hubungan dengan term lain,

maka kedua term itu satu sama lainnya memiliki hubungan pula (A = C; B = C; ...

A = C).

Page 5: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

Contohnya : Pak Budi adalah ayah Anto

Pak Budi adalah guru SD

Jadi, ayah Anto adalah guru SD

(2) Terdapat dua buah term, satu di antaranya mempunyai hubungan dengan

sebuah term ketiga, sedangkan term yang satu lagi tidak, maka kedua term itu tidak

mempunyai hubungan satu sama lain (A = C; B = C; ... A = B).

Contoh : Ani bukanlah putri Pak Ano

Puteri Pak Ano sngatlah cantik

Jadi, Ani tidaklah cantik

E. Bentuk Silogisme

Aristoteles mengemukakan tiga bntuk silogisme (bentuk I, II dan III), Galen

menambahkannya lagi satu bentuk (bentuk IV). Bentuk silogisme ditentukan oleh

kedudukan term menengah dalam hubungannya dengan term-term yang terdapat

pada premis-premis. Ada empat kemungkinan kedudukan term menengah dalam

dua buah premis, oleh karenanya terdapat pula empat bentuk silogisme.

Bentuk I : Dalam bentuk I, term penengah adalah S premis mayor dan P premis

minor.

Semua manusia akan mati MP

Socrates adalah manusia. SM

Jadi, Socrates akan mati SP

Bentuk II : Dalam bentuk II, term penengah P dari kedua premisnya

Semua manusia bijaksana PM

Semua hewan tidak berotak SM

Semua hewan bukan manusia SP

Page 6: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

Bentuk III : Dalam bentuk III, term penengah adalah S dari kedua premisnya

Manusia adalah berbudaya MP

Manusia itu juga berakal budi MS

Jadi, semua yang berakal budi juga berbudaya SP

Bentuk IV: Dalam bentuk IV, term penengah adalah P dari premis mayor dan S

dari premis minor

Semua dosen menulis PM

Semua yang menulis pandai MS

Sebagian yang pandai adalah dosen SP

F. Aturan-aturan Umum Silogisme Kategoris dan Pelanggaran yang

Menimbulkan Kesalahannya.

Aturan I : Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas tiga term.

Aturan itu berguna untuk menentukan cara penarikan konklusi dalam bentuk

silogisme atau bukan. Suatu bentuk silogisme harus mempunyai tiga term yaitu

term mayor, term minor dan term penengah yang masing-masingnya disebut dua

kali. Pelanggaran terhadap aturan ini akan berdampak kesalahan adanya empat

buah term atau kesalahan pembolakbalikan (fallacy of equivocation). Contohnya

pada:

(1) Semua manusia pasti mati

Semua monyet adalah binatang

Jelaslah bahwa dari dua premis di atas, tidak terdapat konklusi yang dapat diambil.

(2) Kaki saya menyentuh sofa

Sofa menyentuh lantai.

Kaki saya menyentuh lantai.

Page 7: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

Dalam contoh (2) terdapat empat butir term yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa

dan menyentuh lantai. Karena itu, tidak ada konklusi yang dapat ditarik.

Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menarik kenyataan bahwa term yang

dipakai dalam silogisme tidak boleh ada yang bermakna ganda (ambigu). Jika salah

satu term bermakna ganda, maka kita akan membuat kesalahan equivocation. Kata-

kata yang dimiliki makna ganda merupakan beberapa term sesuai dengan jumlah

makna yang terkandung di dalamnya. Jika term mayor bermakna ganda, kesalahan

akan menjadi bermakna ganda mayor. Jika term minor atau term penengah yang

bermakna ganda, maka kesalahan akan menjadi bermakna ganda minor atau

bermakna ganda penengah.

Berikut ini merupakan contoh kesalahan argumen dan pemakaian term yang

bermakna ganda.

Bermakna ganda mayor

No courageous creature flies

The eagle is a courageous creature

The eagle does not fly

Dalam contoh pertama term mayor terbang (flies) dipakai dengan makna ganda.

Dalam premis mayor artinya ‘hilang dari perasaan’ . Dalam konklusi artinya

‘terbang di udara’

Bermakna ganda minor

No man is made of paper

All pages are me

No pages are made of paper

Page 8: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

Pada contoh diatas term nimor pages dipergunakan dengan arti yang tidak sama.

Pada premis artinya ‘pelayan’. Sedangkan dalam konklusi artinya ‘halaman buku.’

Bermakna ganda penengah

- Semua perbuatan kriminal harus dihukum dengan undang-undang

Pendakwan terhadap pencuri adalah perbuatan criminal.

Pendakwaan terhadap pencurian harus dihukum dengan undang-undang.

Perbuatan kriminal dalam premis mayor artinya ‘kejahatan’ dan dalam premis

minor artinya ‘perkara kriminal’.

Aturan II : Silogisme mestilah terdiri dari hanya tiga proposisi

Aturan II, sama halnya dengan aturan I yakni hanaya untuk membedakan silogisme

dari bentuk-bentuk penarikan konklusi tidak langsung lainnya. Aturan ini

sebenarnya telah dinyatakan dalam definisi silogisme oleh karena itu, tidak ada

yang harus dibahas lagi.

Aturan III: Term penengah mestilah tersebar dalam premis, paling kurang satu kali.

Karena term penengah menyebabkan term mayor dan term minor mempunyai

hubungan, maka ia mestilah tersebar dalam salah satu premis, paling kurang satu

kali. Jika term penengah itu tak tersebar, jelas tidak akan terdapat hubungan antara

kedua premis itu dan karena itu konklusi tidak akan dapat ditetapkan. Oleh karena

itu, jika sebagian term penengah berhubungan dengan term mayor, dan sebagian

lainnya berhubungan dengan term minor, maka tidak ada konklusi yang dapat

diambil. Misalnya dari dua proposisi di bawah ini tidak ada koklusi yang dapat

diambil.

Page 9: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

Semua manusia pasti mati

Semua anjing pasti mati

Kesalahan yang terjadi akibat tidak mengikuti aturan III ini disebut kesalahan

penengah yang tidak tersebar (the fallacy of undistributed middle). Berikut ini

contoh kesalahannya.

Sebagian manusia pasti adalah guru

Semua binatang yang padai melacak pencuri adalah manusia.

Semua binatang yang pandai melacak pencuri adalah guru.

Aturan IV: Tak satu pun yang dapat tersebar dalam konklusi bila tak tersebar dalam

premis.

Oleh karena silogisme adalah bentuk penarikan konklusi secara deduktif, maka

konklusi tidak dapat lebih umum dari premis-premisnya. Itulah sebabnya term yang

tidak diambil dari keseluruhan denotasi, yaitu term yang tidak tersebar dalam

premis, tidak dapat pula tersebar dalam denotasi konklusi. Pelanggaran terhadap

aturan ini menimbulkan kesalahan proses yang tidak sah (the fallacy of elicit

process). Jika term mayor tersebar dalam konklusi tanpa tersebar dalam premis,

kesalahan disebut elicit mayor, dan jika term minor tersebar dalam koklusi tanpa

tersebar dalam premis kesalahan disebut illicit minor, misalnya:

Illicit mayor

Semua lembua adalah binatang berkaki empat.

Tidak seekor pun anjing adalah embu

Page 10: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

Tidak seekor pun anjung adalah binatang berkaki empat.

Argumen di atas ini mempunyai kesalahan illicit mayor, karena term binatang

berkaki empat tersebar dalam konklusi sedangkan dalam premis ia tidak tersebar.

Illicit minor

Tidak seorang pun manusia adalah sempurna

Semua manusia adalah binatang

Tidak seekor pu binatang adalah sempurna.

Argument ini mempunyai kealahan illicit minor, karena term binatang tersebar

dalm konklusi, sedangkan dalam prenmis tidak tersebar.

Aturan V: Dari dua premis negatif tidak ada konklusi yang dapat diambil

Proposisi negative menyatakan bahwa P menyangkal (negasi) S, yaitu tak ada

hubungan antara S dan P. Jika kedua premis negatif, baik mayor maupun minor

tidak akan mempunyai hubungan denga term penengah. Jika tidak ada hubungan

dengan term penengah atau antara minor dan penengah, maka tidak ada hubungan

antara mayor dan minor. Akibatnya, tidak ada konklusi yang dapat diambil.

Konklusi hanya dapat diambil jika paling kurang satu dari mayor dan minor

mempunyai hubungan penengah karena atas dasar perhubungan itulah kita dapat

menarik konklusi. Misalnya dari segi premis berikut ini tidak dapat ditarik

konklusi.

Tidak seorang pun manusia adalah binatang.

Tidak seekor pun binatang adalah mahluk pandai berfikir.

Page 11: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

Kesalahan-kesalahan yang timbul karena pelanggaran terhadap aturan ini dinamai

kesalahan tentang premis-premis negatif (the fallacy of negative premis).

Aturan VI: Bila salah satu premis negative, konklusi mestilah negative, dan

sebaliknya, yaitu untuk membuktikan bahwa konklusi negative, salah satu premis

mestilah negative.

Oleh karena aturan-aturan yang lebih dahulu mengatakan bahwa kedua premis

tidak dapat negative, maka salah satu darinya mestilah afirmatif sehingga konklusi

dapat diambil. Begitu pula aturan ini mengatakan jika salah satu premis negative,

konklusi mestilah negatif. Proposisi negative mengatakan bahwa tidak terdapat

hubungan antara ter penengah dengan term mayor dan minor. Berangkat dari

kenyataan ini kita dapat menyimpulkan bahwa bila tidak ada hubungan antara

mayor dan minor, akibatnya konklusi adalah negative.

Kebalikan dari aturan ini juga benar. Jika konklusi negatif, maka dinyatakan yaitu

antara mayor dan minor tidak terdapat hubungan. Tetapi ini hanya dapat terjadi bila

salah satu dari premmis negatif. Dengan kata lain, hal ini hanya dapt terjadi bila

salah satu premisnya mempunyai hubungan dengan term penengah dan yang satu

lagi tidak.

Aturan VII: Jika kedua premis afirmatif, maka konklusinya afirmatif, dan

sebaliknya jika konklusi afirmatif maka kedua premis mestilah afirmatif

Jika kedua jenis premis afirmatif, maka mayor dan minor mempunyai hubungan

dengan term penengah dan sebagai akibatnya maka mayor dan minor mempunyai

hubungan pula dengan sesamanya, karena itu konklusi afirmatif pula.

Kebalikan dari aturan ini pun benar. Bila konklusi afirmatif, berarti antara mayor

dan minor memiliki hubungan. Hal ini hanya dapat terjadi jika keduanya

Page 12: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

mempunyai hubungan pula dengan penengah. Ini berarti pula bahwa kedua

proposisi itu mestilah afirmatif.

Aturan VIII: Jika kedua premis khusus, konklusi tidak dapat diambil

Bila kedua premis khusus, gabungan yang mungkin kita punyai adalah “I” ”I”, “I”

”O”, “O” ”I”, dan “O” ”O” . Marilah kita perhatikan apakah konklusi dapat kita

ambil dengan menyalahi salah satu aturan yang telah kita bincangkan di atas.

Pertama kita perhatikan gabungan “I” “I”. Gabungan ini tidak menghasilkan

konklusi karena proposisi “I” S dan P-nya tidak tersebar dan akibatnya term

penengah mestilah tersebar. Karena itu, gabungan proposisi “I” “I” tidak

menghasilkan konklusi.

Sekarang kita perhatikan pula gabungan “I” “O” dan “O” “I”. Jika satu proposisi

“I” dan proposisi lain “O”, maka hanya ada satu term yang tersebar oleh karena

proposisi “I” termnya yang tersebar, sedangkan proposisi “O” hanya P-nya yang

tersebar. Karena hanya satu ter yang tersebar, maka term yang tersebar itu mestilah

term penengah agar kita dapat menghindarkan kesalahan penengah yang tak

tersebar. Konklusi tentulah negatif karena premisnya negatif. Usaha untuk menarik

konklusi dari gabungan proposisi “I” dan “O” akan menimbulkan kesalahan

penengah yang tidak tersebar atau kesalahan illicit mayor. Sementara itu, gabungan

proposisi “O” “O” tidak dapat menghasilkan konklusi karena kedua proposisi itu

negatif.

Aturan IX: Jika satu premis khusus, maka konklusi mestilah khusus pula

Kebenaran atutan ini dapat diperlihatkan sebagai berikut. Jika salah satu premisnya

khusus, maka premis yang satu lagi mestilah universal seperti yang tampak dalam

kombinasi- kombinasi: “A” “I”, “I” “A”, “A” “O”, “E” “I”, “I” “E”, “E” “O”, dan

Page 13: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

“O” “E”. Kombinasi “E” “O” dan “O” “E” dapat kita tolak karena kedua

proposisinya negatif. Sekarang kita perhatikan kombinasi-kombinasi lainnya.

“A” “I” dan “I” “A” jika salah satu premisnya berbentuk “A” dan yang satu lagi

berbentuk “I”, maka hanya akan ada satu term yang tersebar di antara keduanya itu,

yaitu term penengah agar dapat dihindarkan kesalahan penengah yang tidak

tersebar. Oleh karena itu, tidak ada term yang tersebar dalam konklusi. Jika ada

konklusi, maka konklusi itu mestilah berbentuk proposisi “I”, karena proposisi “I”

adalah proposisi yang tidak menyebarkan satu term pun.

“A” “O” dan “O” “A”, jika salah satu premisnya berbentuk “A” dan yang lainnya

berbentuk “O”, maka ada dua term yang tersebar, yaitu S proposisi “A” dan P

proposisi “O”. Dari kedua term yang tersebar ini, satu diantaranya haruslah term

penengah, karena dalam konklusi hanya ada satu term yang tersebar. Oleh karena

itu, satu dari premisnya negatif, maka konklusi mestilah negatif dan akibatnya P

yaitu term mayor, tersebar. Karena hanya ada satu term yang tersebar dalam

konklusi, yaitu term mayor, maka konklusi haruslah proposisi yang tidak

menyebarkan S-nya, dan yang tak tersebar itu mestilah term minor yang tak

tersebar dalam premis. Syarat ini hanya dapat dipenuhi oleh proposisi “O” yang

bentuknya proposisi khusus.

“E” “I” dan “I” “E”, pada proposisi “E” dan “I” ada dua buah term yang tersebar,

yaitu S dan P proposisi “E”, sedangkan proposisi “I” tidak menyebarkan satu term

pun. Satu di antara kdua term yang tersebar itu harus jadi penengah dan yang

lainnya menjadi tem mayor. Oleh karena konklusi akan menjadi negatif, proposisi

negatif tidak menyebarkan S. Dengan perkataan lain, jika ada konklusi, maka yang

mungkin hanyalah proposisi “O” karena proposisi “O” adalah proposisi khusus.

Aturan-aturan ini menjelaskan bahwa jika konklusi universal, kedua premis

mestilah juga universal, sebab bila salah satu premisnya khusus, konklusi mestilah

ditarik dari premis universal pula.

Page 14: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

Kebalikan dari peraturan ini tidak benar. Bila konklusi khusus, premis-premisnya

juga khusus tidaklah benar. Kita dapat memperoleh konklusi khusus dari proposisi

universal.

Aturan X : dari mayor yang khusus dan minor yang negative, tidak ada konklusi

yang dapat diambil

Jika premis minor negatif, myor mestilah afirmatif dan konklusi mestilah negatif

pula. Pada konklusi negatif, mayor termm tersebar, sedangkan mayor premis yang

berbentuk afirmatif khusus tidak menyebarkan sebuah term pun. Oleh karena itu,

dalam usaha manarik konklusi kita berbuat kesalahan illicit mayor.

Haruslah kita ingat bahwa empat aturan terakhir ini adalah kesimpulan dari enam

aturan yang terdahulu. Pelanggaran terhadap salah satu aturan yang empat ini

merupakan pelanggaran terhadap aturan-aturan yang lainnya. Enam aturan yang

terakhir disebut aturan sekunder.

Page 15: Aturan-Aturan Silogisme Kategoris Dan Pelanggaran-pelanggaran Yang Menimbulkan Kesalahan Serta Bentuk-bentuk Silogisme

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Inti sari yang dapat diambil dari pembahasan silogisme, silogisme kategoris, dan

aturan-aturan yang menimbulkan kesalahan, yaitu :

a. Tiap-tiap silogisme terdiri atas dari tiga term

b. Silogisme induksi terdiri hanya tiga proposisi

c. Term penengah tersebar dalam premis, sekurang-kurangnya satu kali

d. Tak satu pun yang dapat tersebar dalam konklusi tak tersebar dalam premis

e. Dari dua premis negatif tidak ada konklusi yang dapat diambil

f. Bila salah satu premis negatif, konklusi meskilah negatif dan sebaliknya, yaitu

untuk membuktikan bahwa konklusi negatif salah satu premis mestilah negatif

g. Jika kedua premis afirmatif, maka konklusinya afirmatif pula

h. Jika kedua premis khusus, konklusi tidak dapat diambil

i. Jika satu premis khusus, maka konklusi mestilah khusus pula

j. Jika term mayor merupakan premis khusus dan term minor merupakan premis

negatif, maka tidak ada konklusi yang dapat diambil

Bentuk-bentuk silogisme :

a. Bentuk I, term penengah adalah S premis mayor dan P premis minor

b. Bentuk II, term penengah P dari kedua premisnya

c. Bentuk III, term penengah adalah S dari kedua premisnya

d. Bentuk IV, term penengah adalah P dari premis mayor dan S dari premis minor

DAFTAR PUSTAKA

Poespoprodjo. 1989. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Remadja Karya Offset.

http://elmisbah.wordpress.com/silogisme/