Atresia Ani

78
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN ATRESIA ANI Oleh : Atik Badi’ah, S.Pd, S.Kp, M.Kes

description

asuhan keperawatan anak

Transcript of Atresia Ani

Page 1: Atresia Ani

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN ATRESIA ANI

Oleh :Atik Badi’ah, S.Pd, S.Kp, M.Kes

Page 2: Atresia Ani
Page 3: Atresia Ani

Digestive System

Page 4: Atresia Ani
Page 5: Atresia Ani

Gastrointestinal sistem

Page 6: Atresia Ani
Page 7: Atresia Ani

USUS besar

USUS BESAR

Page 8: Atresia Ani

Usus besar

Page 9: Atresia Ani
Page 10: Atresia Ani
Page 11: Atresia Ani
Page 14: Atresia Ani
Page 15: Atresia Ani
Page 16: Atresia Ani
Page 17: Atresia Ani
Page 18: Atresia Ani
Page 19: Atresia Ani
Page 20: Atresia Ani
Page 21: Atresia Ani
Page 22: Atresia Ani
Page 23: Atresia Ani
Page 24: Atresia Ani
Page 25: Atresia Ani
Page 26: Atresia Ani

High Imperforate Anus

Page 27: Atresia Ani
Page 28: Atresia Ani

Bayangan gas sampai distal rektum, 1 cm dari marker

Page 29: Atresia Ani

Kedua kaki digantung dengan perban

Identifikasi anal dimple Cutting pada bagian mid line diperdalam

Page 30: Atresia Ani

Tampak anus terbelah

Sebelum tembus ke rektum dilakukan jahitan teugel 2 sisi

Jahitan teugel 4 sisi setelah rektum ditembus dengan cutting

Page 31: Atresia Ani

Jahit mukasa rektum dengan kulit anus 8 penjuru dengan benang zyde 4-0

Page 32: Atresia Ani
Page 33: Atresia Ani
Page 34: Atresia Ani
Page 35: Atresia Ani
Page 36: Atresia Ani
Page 37: Atresia Ani
Page 38: Atresia Ani

TUMBUH ( FISIK DAN PSIKOLOGIS )BERKEMBANG MATURASI JARINGAN

PEMBEDAHAN :-Saat pembedahan -Tekhnik Pembedahan

Page 39: Atresia Ani

Atresia ani Pembentukan

kanalis ani tidak terjadi

Diperiksa dengan termometer setelah lahir

Operasi rekonstruksi

Page 40: Atresia Ani

Atresia ani kelainan urogenital yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan fusi dan pembentukan anus dari benjolan embriogenik

Atresia ani tidak komplit perkembangan embriotik pada distal usus atau tertutupnya anus secara abnormal

Atresia ani malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai lubang keluar

Atresia ani kelainan kongenital yang disebabkan oleh adanya kegagalan kompleks pertumbuhan septum urorektal struktur mesioderm dan urinarius bagian bawah

PENGERTIAN

Page 41: Atresia Ani

Ateria Ani adalah suatu penyakit kelainan-kelainan atau anomali-anomali kongenital pada anus dan rektal

Anus Imperforata (Atresia anal) suatu kelainan malformasi kongenital dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus

Atresia Ani  Suatu keadaan dimana lubang anus tidak terbentuk.

Lanjutan

Page 42: Atresia Ani

Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah anus, sehingga bayi lahir tanpa  lubang anus

Gangguan organogenesis dalam kandungan Berkaitan dengan sindrom down Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam

kandungan berusia 12 minggu/3 bulan Adanya gangguan atau berhentinya

perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

Etiologi

Page 43: Atresia Ani

Perut kembung Muntah Tidak bisa buang air besar Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi

tegak serta terbalik dapat dilihat sampai  dimana terdapat penyumbatan

Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja yang menyerupai pita)

Perut membuncit.

Manifestasi Klinik

Page 44: Atresia Ani

Anus dan rektum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka.

Pertumbuhan ke dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan rektum di sebelah dorsal dari saluran kencing di sebelah ventral.

Kedua sistem (rektum dan saluran kencing) menjadi terpisah sempurna pada umur kehamilan minggu ke-7.

Pada saat yang sama, bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang eksterna, sedangkan bagian anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada kehamilan minggu ke-8.

Patofisiologi

Page 45: Atresia Ani

Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai stase menimbulkan suatu spektrum anomali, kebanyakan membran saluran usus bawah dan bangunan genitourinaria.

Hubungan yang menetap antara bagian bawah dan bagian rektum kloaka menimbulkan fistula

Lanjutan

Page 46: Atresia Ani
Page 47: Atresia Ani

1. Atresia ani tipe rendaha. Pembentukan abses.b. Striktur anal.

2. Atresia ani tipe tinggia. Striktur anal dapat berkembang anoplasti/rektoplasti anus yang baru harus dilatasi secara teratur  selama beberapa bulan.b. Pengelupasan rektum hal ini terjadi akibat ischemia.c. Komplikasi dari colostomy prolaps kolon/ obstruksi intestinal.d. Komplikasi urinarius

Komplikasi

Page 48: Atresia Ani

1. Asidosis hiperkloremia

2. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.

3. Kerusakan uretra ( akibat prosedur bedah )

4. Komplikasi yang panjang ;a. Eversi mukosa anal.b. Stenosis ( akibat kontraksi jarina perut akibat anastomosis) c. Impasi dan konstipasi.d. Masalah aau elambatan yang berhubungan dwengan toilet

traininge. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksif.  Prolaps mukosa anorektal ( menyebabkan inkontinensia dan

rembes dan pesisten ).g. Fistula kambuhan ( karena tegangan di area pembedahan

dan infeksi ) 

Komplikasi infeksi traktus urinarius

Page 49: Atresia Ani

1. Atresia ani tipe rendah.Suatu kedaan dimana usus bagian dorsal melewati musculus levator ani, dengan terdapat sfingter ani internus dan eksternus yang berkembang baik dan fungsi normal.

2. Atresia ani tipe tinggi.Suatu keadaan dimana usus berakhir di sebelah proksimal musculus puborektalis tanpa sfingter ani internus tidak berhasil dalam menahan defikasi rektum. 

Klasifikasi

Page 50: Atresia Ani

1. Pemeriksaan radiologi invertogram

Yaitu tehnik pengembalian foto untuk menilai jarak pungtum distal rektum terhadap anus di kulit peritonium.

Pada tehnik ini, bayi diletakkan terbalik (kepala di bawah ) atau tidur dengan sinar horisontal diarahkan ke tronchanter mayor sehingga dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan.

Foto ini dilakukan setelah bayi berumur lebih dari 24 jam, karena pada usia tersebut dalam keadaan normal seluruh traktus digestivus sudah berisi udara (bayi dibalik selama 5 menit ).

Invertogram ini dilakukan pada bayi tanpa fistula.

Pemeriksaan Penunjang

Page 51: Atresia Ani

2.    Pemeriksaan urine.

Pemeriksaan urine perlu dilakukan untuk mengetahui apakah mekonium di dalamnya sehingga fistula dapat diketahui lebih dini.

Lanjutan

Page 52: Atresia Ani

Pada kasus atresia ani atau anus imperforata ini pengobatannya operasi.

Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP).

Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan pantat pasien.

Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT).

Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut.

Penatalaksanaan

Page 53: Atresia Ani

Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresi ani.

Memeriksa lubang anus bayi saat baru lahir jika sampai tiga hari tidak diketahui atresia ani feses atau tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-paru.

Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.

Penanganan secara preventif

Page 54: Atresia Ani

Melakukan pemeriksaan colok dubur/anus Melakukan pemeriksaan radiologik

pemeriksaan foto rontgen utk menentukan letak ujung rectum yang buntu setelah berumur 24 jam, bayi harus diletakkan dalam  keadaan posisi terbalik selama tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit ekstensi lalu dibuat foto pandangan anteroposterior dan lateral setelah petanda diletakkan pada daerah lakukan anus.

Rehabilitasi dan pengobatan

Page 55: Atresia Ani

Melakukan tindakan kolostomi neonatus tindakan ini harus segera diambil jika tidak ada evakuasi mekonium.

Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah dengan jari tangan yang dilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan normal.

Lanjutan

Page 56: Atresia Ani

Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.

Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada masa neonatus

Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain: operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun ) operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-12 bulan) pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)

Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through".

Lanjutan

Page 57: Atresia Ani

Mengatasi obstruksi usus Memungkinkan pembedahan rekonstruktif

untuk dikerjakan dengan lapangan operasi yang bersih

Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.

Manfaat kolostomi

Page 58: Atresia Ani

1. Atresia ani tipe rendah Indikasi  jika dalam pemeriksaan masih

dijumpai sfingter ani internus dan eksternus serta usus bagian dorsal masih melewati musculus levator ani.

Pengelolaan  pengelolaan atresia ani tipe rendah yang dapat merupakan stenosis anus hanya membutuhkan dilatasi membran anus yang tipis, mudah dibuka segera setelah lahir.

Penatalaksanaan

Page 59: Atresia Ani

2. Atresia ani tipe tinggi Indikasi  jika pada pemeriksaan tidak dijumpai

sfingter ani internus dan usus berakhir di sebelah proksimal musculus puborektalis.

Pengelolaan     :a. Tahap pertama ( masa neonatus).

Dilakukan tindakan operasi colostomy. Colostomy tidak boleh melewati 3 hari setelah lahir,

dikhawatirkan mengancam jiwa bayi tersebut. Tindakan operatif bertujuan untuk pengalihan feses

sementara dan untuk mengoreksi deformitas rectal. Ada 2 tempat colostomy yang dianjurkan dipakai

pada neonatus dan bayi yaitu transversum colostomy (colostomy di kolon transversum) dan sigmoidostomi (colostomy di colon sigmoid).

Lanjutan

Page 60: Atresia Ani

b. Tahap ke dua (usia 6-12 bulan) Dilakukan tindakan operasi yang bersifat

definitif dengan prinsip pengobatan operatif posterior sagital anorektoplasi (PSARP).

Posisi anus yang tepat di daerah sfingter eksternus dan posisi anatomi usus pada penyangga puborektal.

Jadi ini tindakan PSARP tindakan membuat anus buatan atau tindakan memperbaiki anus dan rektum supaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Lanjutan

Page 61: Atresia Ani

PSARP

Identifikasi sfingter ani eksterna

Page 62: Atresia Ani

PSARP

Insisi posterosagital

Page 63: Atresia Ani

PSARP

Identifikasi otot perineum – stimulator elektrik

Page 64: Atresia Ani

PSARP

Insisi diperdalam dengan memotong sfingter ani dan otot levator sampai mencapai rektum

Page 65: Atresia Ani

c. Tahap ke tiga        

Tindakan operatif tahap ketiga dilakukan minimal 3 bulan setelah PSARP.

Tindakan pada tahap ini adalah untuk menutup colostomy tahap pertama (operasi penutupan colostomy).

Lanjutan

Page 66: Atresia Ani

1. Pengkajian Pada Anak

a. Kaji biodata pasien.b. Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir.c. Kaji adanya pasase mekonium.

Perhatikan bila mekonium tampak pada orifisium yang tidak tepat.

d. Kaji feses yang seperti korban pada bayi yang lebih besar atau anak kecil yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi abdomen.

e. Kaji adanya tinja dalam urine dan vagina.

Asuhan KeperawatanPengkajian

Page 67: Atresia Ani

2. Pengkajian Pada Orang Tuaa. Kaji riwayat kehamilanb. Kaji riwayat infeksic. Kaji psikososial keluargad. Kaji pengetahuan keluarga

3. Pemeriksaan Fisika. Periksa keadaan anusAdanya malformasi anorektal tidak terbentuk anus.b. Periksa ada atau tidaknya pistula rektovaginal dan fistula rekburetra

Lanjutan

Page 68: Atresia Ani

1. Penyumbatan anus (anus tidak normal).2. Adanya kembung dan muntah pada 24-28 jam

setelah lahir3. Pada bayi laki-laki dengan fistula urinary

didapatkan mekonium pada urine dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium dalam vagina.

4. Pada pemeriksaan fisik ( dengan memasukkan jari kelingking dengan memakai sarung tangan atau juga dengan memasukkan thermometer sepanjang ± 2 cm) tidak ditemukan anus secara normal.

Data yang ditemukan

Page 69: Atresia Ani

5. Adanya berbagai bentuk seperti stinosis rectum yang lebih rendah atau juga pada anus.

6. Membrane anus yang menetap.7. Adanya fistula antara rectum dan

tractus urinaria.8. Adanya fistula antara rectum,

vagina atau perineum pada perampuan.

Lanjutan

Page 70: Atresia Ani

a. Pra bedah1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan melalui rute abnormal.2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan

paparan.

b.    Pasca bedah3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op

colostomy.4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mencerna makanan.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya

insisi pembedahan.

Diagnosa keperawatan

Page 71: Atresia Ani

a. Timbang popok / pembalut jika diperlukanb. Pertahankan catatan intake dan output yang

akuratc. Monitor status hidrasi (kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)d. Monitor TTVe. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung

intake kalori harianf. Kolaborasi pemberian cairan IVg. Dorong keluarga untuk membantu pasien makanh. Tawarkan snack / jus buah segar

Intervensi KeperawatanPra BedahNDX 1

Page 72: Atresia Ani

a. Jelaskan patofisiolagi dari penyakit.b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit dengan cara yang benar.c. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang

tepat.d. Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi dengan cara yang tepat.e. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan proses pengontrolan penyakit.

Pra Bedah NDX 2

Page 73: Atresia Ani

a. Batasi pengunjung bila perlu.b. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci

tangan.c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah

tindakan keperawatan.d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

pelindung.e.Tingkatkan intake nutrisi.f. Berikan terapi antibiotik bila perlu.

Pasca BedahNDX 1

Page 74: Atresia Ani

a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.

b. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan.

c. Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga.d. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab,

berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan.e. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.f. Berikan analgetik sesuai anjuran.g.Tingkatkan tidur istirahat yang cukup.h. Monitor kenyamanan pasien terhadap management

nyeri.i. Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.

Pasca Bedah NDX 2

Page 75: Atresia Ani

a. Kaji adanya alergi makanan.b. Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe.c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake

protein.d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan

kalori.e.Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Pasca BedahNDX 3

Page 76: Atresia Ani

a.Kolaborasi dengan tenaga rehabilitas medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.

b.Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan.

c.Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.

d.Bantu klien membuat jadwal latihan di waktu luang.

Pasca bedahNDX 4

Page 77: Atresia Ani

a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

b. Hindari kerutan pada tempat tidurc. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan

keringd. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekalie. Monitor kulit akan adanya kemerahanf. Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah

yang tertekang. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

Pasca BedahNDX 5

Page 78: Atresia Ani

TERIMA KASIHSEMOGA BERHASIL