Atresia Ani
-
Upload
sivtarizky -
Category
Documents
-
view
55 -
download
9
description
Transcript of Atresia Ani
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN ATRESIA ANI
Oleh :Atik Badi’ah, S.Pd, S.Kp, M.Kes
Digestive System
Gastrointestinal sistem
USUS besar
USUS BESAR
Usus besar
High Imperforate Anus
Bayangan gas sampai distal rektum, 1 cm dari marker
Kedua kaki digantung dengan perban
Identifikasi anal dimple Cutting pada bagian mid line diperdalam
Tampak anus terbelah
Sebelum tembus ke rektum dilakukan jahitan teugel 2 sisi
Jahitan teugel 4 sisi setelah rektum ditembus dengan cutting
Jahit mukasa rektum dengan kulit anus 8 penjuru dengan benang zyde 4-0
TUMBUH ( FISIK DAN PSIKOLOGIS )BERKEMBANG MATURASI JARINGAN
PEMBEDAHAN :-Saat pembedahan -Tekhnik Pembedahan
Atresia ani Pembentukan
kanalis ani tidak terjadi
Diperiksa dengan termometer setelah lahir
Operasi rekonstruksi
Atresia ani kelainan urogenital yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan fusi dan pembentukan anus dari benjolan embriogenik
Atresia ani tidak komplit perkembangan embriotik pada distal usus atau tertutupnya anus secara abnormal
Atresia ani malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai lubang keluar
Atresia ani kelainan kongenital yang disebabkan oleh adanya kegagalan kompleks pertumbuhan septum urorektal struktur mesioderm dan urinarius bagian bawah
PENGERTIAN
Ateria Ani adalah suatu penyakit kelainan-kelainan atau anomali-anomali kongenital pada anus dan rektal
Anus Imperforata (Atresia anal) suatu kelainan malformasi kongenital dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus
Atresia Ani Suatu keadaan dimana lubang anus tidak terbentuk.
Lanjutan
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah anus, sehingga bayi lahir tanpa lubang anus
Gangguan organogenesis dalam kandungan Berkaitan dengan sindrom down Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu/3 bulan Adanya gangguan atau berhentinya
perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Etiologi
Perut kembung Muntah Tidak bisa buang air besar Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi
tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan
Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja yang menyerupai pita)
Perut membuncit.
Manifestasi Klinik
Anus dan rektum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka.
Pertumbuhan ke dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan rektum di sebelah dorsal dari saluran kencing di sebelah ventral.
Kedua sistem (rektum dan saluran kencing) menjadi terpisah sempurna pada umur kehamilan minggu ke-7.
Pada saat yang sama, bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang eksterna, sedangkan bagian anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada kehamilan minggu ke-8.
Patofisiologi
Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai stase menimbulkan suatu spektrum anomali, kebanyakan membran saluran usus bawah dan bangunan genitourinaria.
Hubungan yang menetap antara bagian bawah dan bagian rektum kloaka menimbulkan fistula
Lanjutan
1. Atresia ani tipe rendaha. Pembentukan abses.b. Striktur anal.
2. Atresia ani tipe tinggia. Striktur anal dapat berkembang anoplasti/rektoplasti anus yang baru harus dilatasi secara teratur selama beberapa bulan.b. Pengelupasan rektum hal ini terjadi akibat ischemia.c. Komplikasi dari colostomy prolaps kolon/ obstruksi intestinal.d. Komplikasi urinarius
Komplikasi
1. Asidosis hiperkloremia
2. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
3. Kerusakan uretra ( akibat prosedur bedah )
4. Komplikasi yang panjang ;a. Eversi mukosa anal.b. Stenosis ( akibat kontraksi jarina perut akibat anastomosis) c. Impasi dan konstipasi.d. Masalah aau elambatan yang berhubungan dwengan toilet
traininge. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksif. Prolaps mukosa anorektal ( menyebabkan inkontinensia dan
rembes dan pesisten ).g. Fistula kambuhan ( karena tegangan di area pembedahan
dan infeksi )
Komplikasi infeksi traktus urinarius
1. Atresia ani tipe rendah.Suatu kedaan dimana usus bagian dorsal melewati musculus levator ani, dengan terdapat sfingter ani internus dan eksternus yang berkembang baik dan fungsi normal.
2. Atresia ani tipe tinggi.Suatu keadaan dimana usus berakhir di sebelah proksimal musculus puborektalis tanpa sfingter ani internus tidak berhasil dalam menahan defikasi rektum.
Klasifikasi
1. Pemeriksaan radiologi invertogram
Yaitu tehnik pengembalian foto untuk menilai jarak pungtum distal rektum terhadap anus di kulit peritonium.
Pada tehnik ini, bayi diletakkan terbalik (kepala di bawah ) atau tidur dengan sinar horisontal diarahkan ke tronchanter mayor sehingga dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan.
Foto ini dilakukan setelah bayi berumur lebih dari 24 jam, karena pada usia tersebut dalam keadaan normal seluruh traktus digestivus sudah berisi udara (bayi dibalik selama 5 menit ).
Invertogram ini dilakukan pada bayi tanpa fistula.
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan urine.
Pemeriksaan urine perlu dilakukan untuk mengetahui apakah mekonium di dalamnya sehingga fistula dapat diketahui lebih dini.
Lanjutan
Pada kasus atresia ani atau anus imperforata ini pengobatannya operasi.
Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP).
Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan pantat pasien.
Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT).
Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut.
Penatalaksanaan
Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresi ani.
Memeriksa lubang anus bayi saat baru lahir jika sampai tiga hari tidak diketahui atresia ani feses atau tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-paru.
Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.
Penanganan secara preventif
Melakukan pemeriksaan colok dubur/anus Melakukan pemeriksaan radiologik
pemeriksaan foto rontgen utk menentukan letak ujung rectum yang buntu setelah berumur 24 jam, bayi harus diletakkan dalam keadaan posisi terbalik selama tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit ekstensi lalu dibuat foto pandangan anteroposterior dan lateral setelah petanda diletakkan pada daerah lakukan anus.
Rehabilitasi dan pengobatan
Melakukan tindakan kolostomi neonatus tindakan ini harus segera diambil jika tidak ada evakuasi mekonium.
Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah dengan jari tangan yang dilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan normal.
Lanjutan
Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.
Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada masa neonatus
Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain: operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun ) operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-12 bulan) pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through".
Lanjutan
Mengatasi obstruksi usus Memungkinkan pembedahan rekonstruktif
untuk dikerjakan dengan lapangan operasi yang bersih
Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.
Manfaat kolostomi
1. Atresia ani tipe rendah Indikasi jika dalam pemeriksaan masih
dijumpai sfingter ani internus dan eksternus serta usus bagian dorsal masih melewati musculus levator ani.
Pengelolaan pengelolaan atresia ani tipe rendah yang dapat merupakan stenosis anus hanya membutuhkan dilatasi membran anus yang tipis, mudah dibuka segera setelah lahir.
Penatalaksanaan
2. Atresia ani tipe tinggi Indikasi jika pada pemeriksaan tidak dijumpai
sfingter ani internus dan usus berakhir di sebelah proksimal musculus puborektalis.
Pengelolaan :a. Tahap pertama ( masa neonatus).
Dilakukan tindakan operasi colostomy. Colostomy tidak boleh melewati 3 hari setelah lahir,
dikhawatirkan mengancam jiwa bayi tersebut. Tindakan operatif bertujuan untuk pengalihan feses
sementara dan untuk mengoreksi deformitas rectal. Ada 2 tempat colostomy yang dianjurkan dipakai
pada neonatus dan bayi yaitu transversum colostomy (colostomy di kolon transversum) dan sigmoidostomi (colostomy di colon sigmoid).
Lanjutan
b. Tahap ke dua (usia 6-12 bulan) Dilakukan tindakan operasi yang bersifat
definitif dengan prinsip pengobatan operatif posterior sagital anorektoplasi (PSARP).
Posisi anus yang tepat di daerah sfingter eksternus dan posisi anatomi usus pada penyangga puborektal.
Jadi ini tindakan PSARP tindakan membuat anus buatan atau tindakan memperbaiki anus dan rektum supaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Lanjutan
PSARP
Identifikasi sfingter ani eksterna
PSARP
Insisi posterosagital
PSARP
Identifikasi otot perineum – stimulator elektrik
PSARP
Insisi diperdalam dengan memotong sfingter ani dan otot levator sampai mencapai rektum
c. Tahap ke tiga
Tindakan operatif tahap ketiga dilakukan minimal 3 bulan setelah PSARP.
Tindakan pada tahap ini adalah untuk menutup colostomy tahap pertama (operasi penutupan colostomy).
Lanjutan
1. Pengkajian Pada Anak
a. Kaji biodata pasien.b. Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir.c. Kaji adanya pasase mekonium.
Perhatikan bila mekonium tampak pada orifisium yang tidak tepat.
d. Kaji feses yang seperti korban pada bayi yang lebih besar atau anak kecil yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi abdomen.
e. Kaji adanya tinja dalam urine dan vagina.
Asuhan KeperawatanPengkajian
2. Pengkajian Pada Orang Tuaa. Kaji riwayat kehamilanb. Kaji riwayat infeksic. Kaji psikososial keluargad. Kaji pengetahuan keluarga
3. Pemeriksaan Fisika. Periksa keadaan anusAdanya malformasi anorektal tidak terbentuk anus.b. Periksa ada atau tidaknya pistula rektovaginal dan fistula rekburetra
Lanjutan
1. Penyumbatan anus (anus tidak normal).2. Adanya kembung dan muntah pada 24-28 jam
setelah lahir3. Pada bayi laki-laki dengan fistula urinary
didapatkan mekonium pada urine dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium dalam vagina.
4. Pada pemeriksaan fisik ( dengan memasukkan jari kelingking dengan memakai sarung tangan atau juga dengan memasukkan thermometer sepanjang ± 2 cm) tidak ditemukan anus secara normal.
Data yang ditemukan
5. Adanya berbagai bentuk seperti stinosis rectum yang lebih rendah atau juga pada anus.
6. Membrane anus yang menetap.7. Adanya fistula antara rectum dan
tractus urinaria.8. Adanya fistula antara rectum,
vagina atau perineum pada perampuan.
Lanjutan
a. Pra bedah1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui rute abnormal.2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
paparan.
b. Pasca bedah3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op
colostomy.4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mencerna makanan.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya
insisi pembedahan.
Diagnosa keperawatan
a. Timbang popok / pembalut jika diperlukanb. Pertahankan catatan intake dan output yang
akuratc. Monitor status hidrasi (kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)d. Monitor TTVe. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
intake kalori harianf. Kolaborasi pemberian cairan IVg. Dorong keluarga untuk membantu pasien makanh. Tawarkan snack / jus buah segar
Intervensi KeperawatanPra BedahNDX 1
a. Jelaskan patofisiolagi dari penyakit.b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit dengan cara yang benar.c. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang
tepat.d. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi dengan cara yang tepat.e. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan proses pengontrolan penyakit.
Pra Bedah NDX 2
a. Batasi pengunjung bila perlu.b. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
tangan.c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung.e.Tingkatkan intake nutrisi.f. Berikan terapi antibiotik bila perlu.
Pasca BedahNDX 1
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
b. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan.
c. Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga.d. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab,
berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan.e. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.f. Berikan analgetik sesuai anjuran.g.Tingkatkan tidur istirahat yang cukup.h. Monitor kenyamanan pasien terhadap management
nyeri.i. Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.
Pasca Bedah NDX 2
a. Kaji adanya alergi makanan.b. Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe.c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
protein.d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori.e.Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Pasca BedahNDX 3
a.Kolaborasi dengan tenaga rehabilitas medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.
b.Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan.
c.Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
d.Bantu klien membuat jadwal latihan di waktu luang.
Pasca bedahNDX 4
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidurc. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
keringd. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekalie. Monitor kulit akan adanya kemerahanf. Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah
yang tertekang. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
Pasca BedahNDX 5
TERIMA KASIHSEMOGA BERHASIL