Atresia Ani

33
ATRESIA ANI (CASE REPORT) Oleh ISURA FEBRIHARTATI 0618011020 PRESEPTOR dr. Yuzar Harun, Sp.B SMF BEDAH RSAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 1

description

case report

Transcript of Atresia Ani

Page 1: Atresia Ani

ATRESIA ANI

(CASE REPORT)

Oleh

ISURA FEBRIHARTATI0618011020

PRESEPTORdr. Yuzar Harun, Sp.B

SMF BEDAHRSAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2010

1

Page 2: Atresia Ani

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS

- N a m a : Bayi Katemi

- U m u r : 3 tahun

- Jenis kelamin : Perempuan

- Alamat : Gedong Haji Baru

- Masuk RSUAM : 18-02-2011 pukul 14.30 WIB

II. ANAMNESA

Alloanamnesa dengan ibu pasien (24-02-2011)

Keluhan utama : Sejak lahir tidak terdapat lubang anus

Keluhan tambahan : Muntah, tidak bisa BAB

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan tidak terdapat lubang pada anus. Riwayat pada

saat lahir, badan bayi anak tidak panas, menyusui kuat , ada riwayat muntah

seringkali bila sehabis minum ASI atau susu, muntah berwarna putih

kekuningan,tidak menyembur, BAK biasa berwarna kekuningan.

Sang ibu menyadari ketika pada saat berumur 3 hari, perut bayi kembung dan

tidak dapat BAB semenjak lahir. Setiap akan BAB anaknya terlihat mengedan

kuat atau terlihat sulit dan menangis dan dilakukan colostomy. Semenjak

dilakukan colostomy hingga pasien berumur tahun ini, ibu mengatakan tidak

ada masalah dengan BAB pasien. Control dilakukan rutin dengan anjuran

dilakukan PSARP pada umur 1 tahun. Namun karena BB anak tidak

memcukupi, maka baru dapat dilakukan PSARP pada saat anak berumur 3

tahun.

Riwayat Kehamilan

2

Page 3: Atresia Ani

Selama kehamilan, ibu penderita menyangkal pernah sakit dan memeriksakan

kehamilannya secara rutin ke bidan sebulan sekali dan mendapat imunisasi

toksoid tetanus 2x. Selama kehamilan ibu menyangkal pernah menggunakan

obat-obatan.

Riwayat Persalinan

Ibu melahirkan ditolong Bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir spontan dan

langsung menangis kuat. Berat badan lahir 2,6 kg, panjang badan 48 cm.

Penderita merupakan anak pertama.

Riwayat penyakit keluarga

Dalam riwayat keluarga tidak pernah ada yang menderita kelainan seperti ini

III. PEMERIKSAAN FISIK (23 Februari 2011 PKL.14.30 WIB)

Status Present

- Keadaan umum :Tampak sakit

sedang

- Kesadaran :Compos mentis

- Heart rate : 102 x/menit

- Pernafasan : 24 x/menit

- Suhu : 36,5 C

-Tinggi Badan : 112 cm

- Berat Badan : 19,5 kg

- Keadaan Gizi : kurang

Status Generalis

KEPALA

- Bentuk : Bulat, simetris

- Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut

- Mata : Palpebra tidak oedem, konjungtiva ananemis, sklera

Anikterik, pupil isokor, reflek cahaya (+/+)

3

Page 4: Atresia Ani

- Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak

Hiperemis, sekret tidak ada, tidak ada deviasi septum.

- Mulut : Bibir tidak sianosis, gusi tidak ada pendarahan, lidah tidak

kotor,faring tidak hiperemis

- Telinga : Liang lapang, serumen tidak ada

LEHER : Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid dan getah bening, JVP tidak meningkat.

THORAKS

- Inspeksi : Bentuk simetris

- Palpasi : Tidak ada Pembesaran Kelenjar Getah Bening

Supraklavikula dan Aksila

- PARU

Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-kiri simetris

Palpasi : Fremitus taktil sulit dinilai

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapangan paru,

Wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

- JANTUNG

Inspeksi : Pulsasi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga IV mid clavicula kiri

Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal kiri

Batas kanan sela iga V garis midsternal kanan

Batas kiri sela iga V garis midklavikula kiri

Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni, murmur (-)

ABDOMEN

- Inspeksi : Perut terlihat cembung, simetris

4

Page 5: Atresia Ani

Tidak terlihat benjolan/masa didaerah perut

Terdapat colostomy pada abdomen region iliaca sinistra

- Palpasi : Turgor baik,

Hepar dan Lien tidak membesar

Tidak teraba massa/benjolan

- Perkusi : Sulit dinilai

- Auskultasi : Bising usus (+) normal

EKSTREMITAS

- Superior : Clubbing finger (-), sianosis (-), oedem (-)

- Inferior : Oedem (-), sianosis (-)

GENITALIA : Lihat status lokalis

Status Lokalis

Regio Anal

A. Status Lokalis

Regio abdomen

I : tampak kolostomi pada

perut kiri bawah

P : lemas

P : tympani

A : Bising usus (+) normal

Regio Anal

I : Anus (-)

Fistula (-)

Regio Genetalia Eksterna

-Inspeksi : Perempuan, tidak ada kelainan

Tidak terlihat sisa feses pada area genital

-Palpasi : Orificium uretra eksterna tidak ada kelainan

5

Page 6: Atresia Ani

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah

Hb : 12,8 gr% ( 12-16 gr%)

Leukosit : 7.700/mm3 ( 4.500-10.700/l )

Hitung jenis

Eosinofil : - ( 0-3 )

Basofil : - ( 0-1 )

Netrofil batang : - ( 2-6 )

Netrofil segmen : - ( 50-70 )

Limfosit : - ( 20-40 )

Monosit : - ( 2-8 )

Thrombosit : 542.000 (150.000 – 400.000)

Masa Perdarahan : 2’ ( 1-7 menit)

Masa Pembekuan : 10’ ( 9-15 menit )

2. Kimia Darah

SGOT : 38

SGPT : 6

Ureum : 22 (10 – 40 mg/dl)

Creatinine : 0,3 (0,9 – 1,5 mg/dl)

Gula Darah Sewaktu : 97 (70 – 200 mg/dl)

II. DIAGNOSIS KERJA

Post kolostomi atas indikasi atresia ani tanpa fistel pro PSARP

6

Page 7: Atresia Ani

RESUME

1. Status Present : Keadaan Gizi Kurang

2. Status Generalis : Abdomen sedikit cembung

Turgor kulit tidak baik

3. Status Lokalis :

Regio Anal

Regio abdomen

I : tampak kolostomi pada perut kiri

bawah

P : lemas

P : tympani

A : Bising usus (+) normal

Regio Anal

I : Anus (-)

Fistula (-)

Regio Genitalia Eksterna

-Inspeksi : Perempuan, tidak ada kelainan

Tidak terlihat sisa feses pada area genital

-Palpasi : Orificium uretra eksterna tidak ada kelainan

Pemeriksaan Penunjang

Foto Thorax:

Pulmo dan Cor dalam batas normal

Diagnosa Kerja

Post kolostomi atas indikasi atresia ani tanpa fistel pro PSARP

Diagnosa Banding

7

Page 8: Atresia Ani

Post kolostomi atas indikasi atresia ani dengan fistel pro PSARP

Penatalaksanaan

1. Infus D5% : RL 2 : 1 X (mikro) tetes/menit2. Operatif : Kolostomi

PSARP

Pemeriksaan Penunjang

Invertogram/wangensteen rice

Prognosa

Ad Vitam : Dubia ad Bonam

Ad Functionam : Dubia ad Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

8

Page 9: Atresia Ani

TINJAUAN PUSTAKA

III.DEFINISI

Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya

nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah

keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular

secara kongenital disebut juga clausura. Atresia dapat terjadi pada seluruh

saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya

dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia

terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat

saluran seperti keadaan normalnya.

Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan,

yaitu:

1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus

2. Membran anus yang menetap

3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-

macam jarak dari peritoneum

4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum

Pada golongan yang ketiga, hampir selalu disertai dengan fistula. Pada

wanita sering ditemukan fistula rektovagina dan jarang rektoperitoneal dan

tidak pernah rektourinarius, sedangkan pada laki-laki sering ditemukan fistula

rektourinarius dan berakhir di kandung kencing atau uretra dan jarang

rektoperineal.

II. EMBRIOLOGI DAN PATOGENESIS

Anus dan rektum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka.

Pertumbuhan ke dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum

9

Page 10: Atresia Ani

urorektum yang memisahkan rektum di sebelah dorsal dari saluran kencing di

sebelah ventral. Kedua sistem (rektum dan saluran kencing) menjadi terpisah

sempurna pada umur kehamilan minggu ke-7. Pada saat yang sama, bagian

urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang eksterna,

sedangkan bagian anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada

kehamilan minggu ke-8.

Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai stase

menimbulkan suatu spektrum anomali, kebanyakan mengenai saluran usus

bawah dan bangunan genitourinaria. Hubungan yang menetap antara bagian

genitourinaria dan bagian rektum kloaka menimbulkan fistula.

III. KLASIFIKASI

Klasifikasi menurut Wingspread

Laki-laki

a. Kelompok I, kelainan:

-fistel urin

-atresia rektum

-perineum datar

-fistel tidak ada

-invertogram: udara > 1 cm dari kulit

Tindakan: kolostomi neonatus; operasi definitif pada usia 4-6 bulan

b. Kelompok II, kelainan:

-fistel perineum

-membran anal

-stenosis anus

-fistel tidak ada

-invertogram: udara < dari 1 cm dari kulit

Tindakan: operasi langsung pada neonatus

Wanita

a. Kelompok I, kelainan:

10

Page 11: Atresia Ani

-kloaka

-fistel vagina

-fistel anovestibuler atau rektovestibuler

-atresia rektum

-fistel tidak ada

-invertogram: udara > 1 cm dari kulit

Tindakan: kolostomi neonatus

Gambar 1.  Kloaka. Tipe ini merupakan gambaran klasik pada perempuan dengan

malformasi kongenital dengan sebuah orificium perineal. Genitalia tampak

cukup pendek, yang ditemukan tetap dengan kloaka.

b. Kelompok II, kelainan:

-fistel perineum

-stenosis anus

-fistel tidak ada

-invertogram: udara < 1 cm dari kulit

Tindakan: operasi langsung pada neonatus

Gambar 2.  Fistula fourchette. Malformasi ini adalah pada suatu tempat

pertengahan jalan antara fistula perineal dan fistula vestibular. Fistula ini

mempunyai lapisan mukosa vestibular yang lembab pada bagian anteriornya,

tetapi pada bagian posteriornya kulit perineal kering.

11

Page 12: Atresia Ani

Klasifikasi yang lain:

1. Anomaly tinggi :anomaly supra levator, yaitu jika punctum rectum

berakhir di atas m. levator ani/puborectal sling.

2. Anomaly rendah : jarak antara punctum dengan anal dimple < 1 cm.

Anomaly pertengahan dan rendah disebut juga anomaly translevator, karena

telah melewati m. levator ani.

Otot-otot yang membatasi diafragma pelvis:

1. M. pubococcygeus

2. M iliococcygeus

3. M. puborectal sling

Didalam puborectal space, lewat alat-alat penting:

-pada laki-laki: uretra, rectum

-pada wanita: uretra, rectum, vagina

Otot-otot yang membentuk kontinensia alvi:

-m. sphincter ani internum-----lanjutan m.circularis rectum

-m. sphincter ani externum

-m. levator ani

Kerusakan salah satu otot yang terpenting ini (m. sphincter ani externum dan

m. levator ani) akan menimbulkan inkontinensia alvi, sedangkan kerusakan m.

sphincter ani internum tidak begitu berpengaruh.

12

Page 13: Atresia Ani

Secara umum, anomali anorectal dapat dibedakan menjadi :

1. tanpa fistula

2. dengan fistula

Macam-macam fistula:

1. fistula rektovesical : hubungan punctum dengan buli-buli

2. fistula rektouretral : hubungan punctum dengan uretra

3. fistula rektoperineal : hubungan punctum dengan perineum

4. stenose ani : beberapa fistula ke dimple anal

5. fistula rektoscrotal ♂ : hubungan punctum dengan scrotum

6. fistula rektovaginal ♀: hubungan punctum dengan vagina

7. fistula rektovestibularis ♀: hubungan punctum dengan vestibulum

Pada wanita, fistula rektovesical dan rektouretral sukar terjadi oleh karena

terhalang uterus. Yang paling sering terjadi ádalah fistula rektovestibularis.

Bayi yang mempunyai fistula lebih beruntung daripada yang tanpa fistula.

Pada bayi tanpa fistula, tidak ada hubungan dengan dunia luar sehingga

ditemui gejala obstruksi usus. Oleh karena merupakan obstruksi usus letak

rendah, maka gejala yang ditimbulkan tidak begitu berat.

Bayi atresia ani tanpa fistula belum ada gejala obstruksi usus pada hari

pertama. Pada hari 3-4, dimana bayi sudah aerofagi dan udara sudah sampai

ke distal, akan timbul perut kembung. Udara yang ditiup oleh bayi akan

sampai ke punctum terendah paling cepat dalam 18 jam, rata-rata 24 jam.

Insiden: 1 kejadian tiap 3000-5000 kelahiran

IV.PENYEBAB

Defek embriologi yang menyebabkan malformasi masih belum dapat

dianggap sebagai penyebab pasti, pembentukan membran kloaka dan

13

Page 14: Atresia Ani

selanjutnya gangguan dalam pembukaan urogenital dan anal yang terjadi pada

minggu ke-8 kehamilan. Defek pada proses pembentukan dan bentuk dari

septum urorektal posterior banyak dilaporkan sebagai gambaran abnormal dari

imperforasi anus. Duktus mullerri muncul setelah periode kritis, bagaimana

mereka bergabung dalam perkembangan ini tidak jelas.

Faktor predisposisi seseorang memiliki anak dengan imperforasi anus, tidak

jelas. Bagaimanapun, faktor genetik kadang-kadang ada. Banyak kasus

imperforasi anus disertai riwayat yang sama dalam keluarga, tetapi ada

beberapa keluarga tanpa riwayat yang memiliki anak dengan malformasi ini.

Sampai saat ini, studi genetik tetap terus dilakukan.

V.GEJALA

Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau imperforasi anus berupa:

1. Perut kembung

2. Muntah

3. Tidak bisa buang air besar

4. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik (jungkir)

dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan (foto dilakukan pada umur

lebih dari 24 jam, oleh karena pada umur tersebut dalam keadaan normal,

seluruh traktus digestivus sudah berisi udara dan bayi dibalik selama 5 menit).

5. Pemasukan termometer melalui anus

6. Pemeriksaan urin untuk mengetahui apakah terdapat meconeum di

dalamnya, sehingga fistula dapat diketahui lebih dini.

VI. PEMERIKSAAAN

14

Page 15: Atresia Ani

Pemeriksaan rutin dilakukan untuk mencari kelainan lain. Lebih dari

50% penderita mempunyai kelainan kongenital lain. Yang sering

ditemukan adalah kelainan saluran genitourinal (30%), kelainan jantung

(75%), kelainan saluran cerna misalnya atresia esophagus atau atresia

duodenum, dan kelainan tulang.

PEMERIKSAAN KHUSUS PADA WANITA

Neonatus wanita perlu pemeriksaan khusus, karena seringnya ditemukan

fistel ke vestibulum atau vagina (80-90 %)

Kelompok I

Pada fistel vagina, meconeum tampak keluar dari vagina. Evakuasi feses

menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya cepat dilakukan kolostomi.

Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat di vulva. Umumnya

evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi

mulai terhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi

dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat

kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus

genitalis dan saluran cerna. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna

sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.

Pada atresia rektum, anus tampak normal. Tetapi pada pemeriksaan

colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. tidak ada evakuasi

meconeum sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada

fistel, dibuat invertogram, yaitu foto rontgen di ambil pada bayi di letak

inverse (pembalikan posisi) sehingga udara di kolon akan naik sampai di

ujung buntu rectum. Jika udara >1cm dari kulit perlu segera dilakukan

kolostomi.

Kelompok II

15

Page 16: Atresia Ani

Lubang fistel perineum biasanya terdapat di antara vulva dan tempat

letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu ada di

posteriornya. Kelainan ini umumnya menimbulkan obstipasi. Pada

stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi

sangat sempit. Evakuasi feses tidak lancar sehingga biasanya harus

dilakukan terapi definitif.

Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara <1cm dari kulit, dapat

segera dilakukan pembedahan definitif. Dalam hal ini evakuasi tidak ada,

sehingga perlu segera dilakukan kolostomi.

PEMERIKSAAN KHUSUS PADA LAKI-LAKI

Yang harus diperhatikan ialah adanya fistel atau kenormalan bentuk

perineum dan ada tidaknya butir meconeum di urine. Dari kedua hal tadi

pada anak laki dapat dibuat kelompok dengan atau tanpa fistel

perineum.

Kelompok I

Jika ada fistel urine, tampak meconeum keluar dari orifisium eksternum

uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria.

Cara praktis untuk menentukan letak fistel ialah dengan memasang

kateter urine. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel

terletak di uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urine

mengandung meconeum berarti fistel ke vesika urinaria. Bila evakuasi

feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia

rektum tindakannya sama dengan pada wanita; harus dibuat kolostomi.

Jika tidak ada fistel dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka

perlu segera dilakukan kolostomi.

Kelompok II

16

Page 17: Atresia Ani

Fistel perineum sama dengan pada wanita: lubangnya terdapat pada

anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak

bayangan meconeum dibawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada

sebaiknya dilakukan terapi definitif secepat mungkin. Pada stenosis anus,

sama dengan pada wanita, tindakan definitif harus dilakukan. Bila tidak

ada fistel dan udara < 1 cm dari kulit pada invertogram, perlu juga

segera dilakukan pertolongan bedah.

Gambar 3.   String-of-pearls malformation. Gambar ini menunjukkan material

mukoid putih dalam fistula perineal. Fistula sering meluas ke anterior atas

median raphe scrotum.

VII.DIAGNOSIS

Malformasi anorektal dapat segera diketahui begitu bayi lahir. Cara penegakan

diagnosis pada kasus atresia ani atau anus imperforata adalah semua bayi yang

lahir harus dilakukan pemasukan termometer melalui anusnya, tidak hanya

untuk mengetahui suhu tubuh, tapi juga untuk mengetahui apakah terdapat

anus imperforata atau tidak. Bila anus terlihat normal dan terdapat

penyumbatan yang lebih tinggi dari perineum maka gejala akan timbul dalam

24-48 jam. Bila atresia ani, dicari apakah ada fistula atau tidak. Hal ini dapat

diketahui dengan melihat dimana meconeum keluar.

-bila meconeum keluar bersama-sama kencing, maka ada dua kemungkinan

fistula:

17

Page 18: Atresia Ani

o Fistula rektouretral

*bila meconeum mula-mula keluar bersama miksi.

Urine selanjutnya makin lama makin jernih.

*dapat juga meconeum keluar tanpa melalui miksi.

o Fistula recovesical

*bila meconeum keluar bersama-sama air seni dan urine tetap

keruh kehitaman sampai akhir miksi.

-bila terdapat bintik meconeum di perineum, maka merupakan fistula

rektoperineal.

-bila terdapat bintik meconeum di midline rafe maka merupakan fistula

rektoscrotal.

-bila keluar meconeum melalui vestibulum, maka merupakan fistula

rektovestibularis.

Gambar 4.  Malformasi Bucket-Handle. Tampak berkas kulit melapisi

kompleks m. sphincter, hal ini merupakan tanda pada bayi baru lahir dengan

imperforasi anus dan fistula perineal.

Untuk anomali anorektal tanpa fistula, jenisnya dapat diketahui dengan foto

wangensteen-rice, yaitu foto polos perut tanpa kontra, secara invertogram.

Prinsipnya: udara akan menempati bagian tertinggi dari suatu rongga.

Berdasarkan hal tersebut, maka wangensteen dan rice lalu menerapkan prinsip

ini.

18

Page 19: Atresia Ani

Caranya: bayi dibalik badannya sehingga kepala menempati bagian yang

terendah dan bokong merupakan bagian yang tertinggi. Pada bokong anak

dipasang marker dari Pb. Dengan demikian udara akan bergerak ke atas.

Sehingga dapat diketahui jenisnya.

Pada kasus anomali anorektal tanpa fistula dimana ada gejala obstruksi usus,

teknik demikian tidak dapat diterapkan, karena isi lambung dapat keluar,

sehingga terjadi aspirasi. Untuk itu dapat dilakukan modifikasi foto

mangensteen-rice yaitu dengan posisi menunggng (knee-chest position).

Dengan cara ini bahaya aspirasi menjadi berkurang.

Untuk atresia ani dengan fistula, diagnosa dengan rontgent ini tidak perlu

karena diperkirakan jenis anomali anorectal dengan mengenal jenis fistulanya:

-fistula rektovesical---anomali anorectal tinggi

-fistula rektoperineal---anomali anorectal translevator

-fistula rektouretral---anomali anorectal translevator

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

PROYEKSI PEMERIKSAAN

1. Proyeksi Wangesteen Rice

A. Posisi AP

Untuk melihat ada tidaknya atresia ani dan untuk melihat beratnya distensi atau

peregangan usus. 

Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan inverse ( kepala

dibawah, kaki di atas) di depan standart kaset yang telah di siapkan. Kedua

tungkai difleksikan 90 terhadap badan untuk menghindari superposisi

antara trokanter mayor paha dengan ischii. MSP tubuh tegak lurus kaset.

Posisi Objek : Obyek diatur sehingga daerah abdomen bagian distal masuk

dalam film., Pada daerah anus di pasang marker.

CR: Horisontal tegak lurus kaset.

19

Page 20: Atresia Ani

CP: Pertengahan garis yang menghubungkan kedua trokhanter mayor.

FFD: 90cm

Eksposi dilakukan pada saat pasien tidak bergerak.

B. Posisi Lateral

Untuk melihat ketinggian atresia ani. 

Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan inverse ( kepala di

bawah, kaki di atas) dengan salah satu sisi tubuh bagian kiri atau kanan

menempel kaset. Kedua paha di tekuk semaksimal mungkin ke arah perut

agar bayangan udara pada radiograf tidak tertutup oleh gambaran paha.

MSP (mid sagital plane) tubuh sejajar terhadap garis pertengahan film,

MCP (mid coronal plane) tubuh diatur tegak lurus terhadap film.

Posisi Objek : Obyek diatur sehingga daerah abdomen bagian distal masuk

dalam film. Pada daerah anus di pasang marker. 

CR: Horisontal tegak lurus kaset.

CP: Pada trokhanter mayor.

FFD: 90cm 

Eksposi dilakukan pada saat pasien tidak bergerak.

2. Lateral Prone Cross Table

Alternatif pemeriksaan invertogram pada kasus atresia ani untuk memperlihatkan

bayangan udara di dalam colon mencapai batas maksimal tinggi/ naik di daerah

rectum bagian distal.

20

Page 21: Atresia Ani

Posisi Pasien : Pasien diposisikan prone.

Posisi Objek : kedua paha ditekuk (hip fleksi), angkat bagian punggung

bayi sehingga letak pelvis lebih tinggi dan kepala/wajah lebih rendah.

Kaset pada salah satu sisi lateral dengan trokhanter mayor pada

pertengahan kaset.

Ilustrasi posisi pasien pada Lateral cross table

CP: pada trochanter mayor menuju pertengahan kaset.

CR: Horisontal, tegak lurus film/kaset.

FFD: 90 cm

Ekspose dilakukan saat bayi tidak bergerak.

Keuntungan posisi ini :

21

Page 22: Atresia Ani

Posisi lebih mudah.

Waktu untuk memposisikan lebih singkat.

Pasien lebih tenang dan nyaman.

Udara pada rectum tampak naik dan lebih tinggi sehingga posisi ini lebih

baik.

IX. PENATALAKSANAAN

Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut

22

Page 23: Atresia Ani

diseksi posterosagital atau plastik anorektal posterosagital (PSARP,

posterosagital anorectoplasty).

Pada tindak bedah plastik anorektal posterolateral yang mulai dari os koksigi,

kolostomi merupakan perlindungan sementara. Ada dua tempat kolostomi

yang dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi, yaitu transversokolostomi

dan sigmoidostomi. Bentuk kolostomi yang aman adalah stoma laras ganda.

Pada pembedahan harus diperhatikan preservasi seluruh otot dasar panggul

dan persarafannya.

Prognosis bergantung dari fungsi klinis. Dengan khusus dinilai pengendalian

defekasi, pencemaran pakaian dalam, sensibilitas rektum dan kekuatan otot

sfingter pada colok dubur.

Fungsi kontinensia tidak hanya bergantung pada kekuatan sfingter atau

sensibilitasnya, tetapi juga bergantung pada usia serta kooperasi dan keadaan

mental penderita.

Gambar 5.  Kolostogram distal, tampak posteroanterior. Fase inisial dari

augmentasi-tekanan distal kolostografi bertujuan untuk menentukan dimana

kolostomi dilakukan dan berapa banyak kolon yang dilakukan pull-through.

Media type: X ray

23

Page 24: Atresia Ani

24