ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi...

235

Transcript of ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi...

Page 1: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed
Page 2: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

i

ATAS PARTISIPASINYAl BNP2TKI l SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK l JASA RAHARJA (PERSERO)l MNC TV l PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) l HUTAMA KARYA

l POS INDONESIA (PERSERO) l BPR PARTAKENCANA TOHPATIl WASKITA KARYA (PERSERO) TBK DIVISI REGIONAL II l BALI PECATU GRAHA l INTENSIF MULTIFINANCE l PENGEMBANGAN PERUMAHAN (PERSERO)

l PERTAMINA FOUNDATION l HARIAN NUSA BALI

Penanggung Jawab- Rektor Universitas Udayana

Pelaksana- LembagaPenelitiandanPengabdianKepada Masyarakat Universitas Udayana

Tim Editor- Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT.- Putu Ari Mulyani, SE.- Ir. Ida Bagus Wayan Gunam M.P.,Ph.D

Distribusi- Staf LPPM Unud

Komunikasi dan Sponsor- Indra Dellian- Riyan- Ardi Gusmardi

Desain Grafis-Pro Fakar

ProduksiPro Fajar

SekretariatLPPM Universitas UdayanaKampusBukitJimbaran,Badung,BaliTelp./Fax. : 0361-703367,704622Email : [email protected] : lppm.unud.ac.id

Tim Penyusun

Page 3: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

ii

Puji syukurkamipanjatkankehadapanTuhanYangMahaEsa,atasterbitnyabukudanPengabdianKepadaMasyarakatUniversitasUdayana. Dengan diterbitkannya buku ini diharapkan pihak-pihakterkait dapat mengetahui dan memanfaatkan pengetahuan yangada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi UniversitasUdayana.

Melalui Tri Darma Perguruan Tinggi. Universitas Udayana selalu hadir di tengah-tengah masyarakat menyumbangkan tenaga dan buahpikiranuntukmembangunbangsa.Sebagaiwujudkepaduliankepadamasyarakatkamiselalumenyumbangkanhasilkaryaterbaikinsan kampus. Kami sadar bahwa kemajuan Universitas Udayanajuga berkat dukungan dan sumbangan masyarakat sehingga kami selalupedulidenganberbagaipermasalahanyangadadimasyarakatdanikutberperanaktifuntukmenemukansolusi.

Sebagai Rektor Universitas Udayana saya mengucapkanterima kasih kepada pihak yang telah memberikan sumbanganpemikiran, waktu, tenaga dan materi sehingga buku ini dapatditerbitkan dan didistribusikan. Semoga semuapengetahuan yangterkandung di dalam buku ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi pihak yang berkepentingan. Kami sadar menyusunbukubukanlahpekerjaanyangmudah.UntukitusudahsepatutnyakamimemberikanpenghargaanyangtinggikepadaTimyangbekerjakerasdanmerekayangturutberkontribusidalampenyusunanbukuini.

BukitJimbaran,Desember2013

Prof.Dr.dr.KetutSuastika,Sp.PD-KEMDNIP.195503291980121001

Page 4: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

iii

PujisyukurpatutkitapanjatkankehadapanTuhanYangMahaEsa karena atas limpahan rahmat-Nya, dalam rangka kepentingandunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Lembaga Penelitiandan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udaya dapatmenerbitkan buku KARYA UNUD UNTUK ANAK BANGSA 2013. Buku inimerupakan kumpulan karya ilmiah hasil penelitian para dosendilingkungan Universitas Udayana. Penerbitan dan pendistribusian buku ini diharapkan dapatmemudahkan pihak yang berkepentingan memperoleh danmemanfaatkan hasil-hasil penelitian para dosen di lingkunganUniversitas Udayana serta mempermudah terjalinnya jejaringantara Universitas udayana dengan masyarakat luas, mendukung optimalisasi pemanfaatan hasil penelitian Universitas Udayanasehingga dapat membantu memberikan pemanfaatan hasilpenelitian Universitas Udayana sehingga dapat membantumemberikanalternatifsolusiterhadappermasalahanyangdihadapimasyarakat.Selainitu,penerbitanbukuinijugamerupakanbentukpertanggungjawabankamiatashasil-hasilkaryailmiahparadosendilingkunganUniversitasUdayanauntukdapatdiketahuipublik. Kamimerasabanggadanberterimakasihkepadasemuaanggotatim yang telah bekerja keras menyusun buku ini. Penghargaanjugadisampaikan kepadapara kontributor karya ilmiahtimeditorpara sponsor serta semua pihak yang terlibat atas partisipasidan kerjasamanya sehingga buku ini dapat diterbitkan. Semogakerjasamainidapatberlanjutpadapenerbitanbukuberikutnyadanbermanfaatbagipihakyangberkepentingan.

Denpasar,Desember2013

Prof. Dr.Ir. I Ketut Satriawan, MT.NIP.196407171989031001

Page 5: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

iv

Ucapan Terima Kasih

Sambutan Rektor Universitas Udayana

Sambutan Ketua LPPM Universitas Udayana

KARYA UNUD UNTUK ANAK BANGSA

- TheCorrelationBetweenProtein53toMorphological

GradingofCervicalCancerWithHumanPapillomavirus

Types16and18Infections ................................................. 2-11

- TerapiModalitaspadaUsiaLanjut ...................................... 12-17

- UpDateTerapiKankerServiks:FokusPeranRadiologi

Intervensi ........................................................................... 18-23

- SistemSkoringKankerOvariumTipeEpitelial ..................... 24-37

- DeteksiMolekulerToxoplasmaGondiipadaMancityang

Diinfeksi Inokulat Jantung dan Otak Ayam Buras ................ 38-42

- OptimasiAnalisis8Hidroksi–2DeoksiguanosinHasil

Biotransformasi Etanol sebagai Biomarker Kerusakan

OksidatifDNAdenganDansilKlorida .................................. 43-50

- KajianPolaPertumbuhandanAktivitasAntimikrobaIsolat

Lactococcuslactisspp.lactis1AsalCairanRumen

SapiBali ............................................................................. 51-58

- PenentuanJenisBahanKemasandanCaraPenyimpanan

Ledok Instan ....................................................................... 59-69

- StatusFisiologi,KualitasdanDayaSimpanDagingBabi

Sebagai Akibat Penanganan Sebelum Pemotongan Ternak

di Masyarakat ..................................................................... 70-78

Page 6: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

v

- Strategi Mewujudkan Peternakan Ramah Lingkungan

Melalui Pemanfaatan Jerami Padi dalam Ransum Ternak

Ruminansia ........................................................................ 79-88

- StudiProduksiKentangBibitGenerasi1(G1)Varietas

Granola Kembang untuk Penyediaan Bibit Kentang

Bermutu di Bali .................................................................. 89-94

- OptimalisasiProduktivitasKentangBibitVarietasGranola

G3denganManipulasiDosisPemupukan ........................... 95-103

- ProspekdanPotensiPengembanganTanamanPangan

di Provinsi Bali .................................................................... 104-116

- RoleofNativeMycorrhizaeGlomussp.ontheGrowth

ofCashewNut(AnacardiumoccidentaleL)Seedlings ........ 117-121

- Persembahan Budaya Subak untuk Kebudayaan Dunia

Melalui Pemberdayaan Petani ............................................ 122-132

- ImplementasiNilai-nilaiTriHitaKaranadalamKegiatan

MasyarakatDesaBlumbangpadaBidangUsaha

PenggemukanSapidiKerambitan,Tabanan ....................... 133-137

- PenelitiandanPengembanganTeknologiBiogasdi

Universitas Udayana ........................................................... 138-145

- AnExperimentaltoInvestigateTheEffectNozzleAngle

anPositionofWaterTurbineforObtainingHighest

Rotation ............................................................................. 146-152

- DampakProgramPengembanganKecamatandalam

Mengentaskan Kemiskinan di Provinsi Bali ......................... 153-165

- Bentuk–BentukPeraturanGubernurdiProvinsiBali ......... 166-174

- BaliAntaraAbadVIII-XIV:KajianAspekPolitik ................... 175-186

Page 7: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

vi

- UpayaPenanggulanganPenyelewenganPajakpada

MasaPemerintahanRajaJayapangus:SebuahKajian

Epigrafis ............................................................................. 187-195

- ImplementasiKebijakanProgramKBDiKotaDenpasar

dalamPerspektifNewPublicServiceStrategidan

StandarisasiPelayananPublikBadanKeluargaBerencana

danPemberdayaanPerempuanPemerintahKotaDenpasar

dalamPeningkatanPeranAkseptorProgramKBMetode

OperasiPria ........................................................................ 196-208

- ChallengesInNetworkOrganization:AnIntercultural

CommunicationPerspective ............................................... 209-216

- PariwisataKapalPesiar:SegmenPasarBarudanKesiapan

BalisebagaiCruiseTourismDestination ............................. 217-224

- UpayaMerancangModelKehumasandiPerguruan

Tinggi Negeri (Studi Pengembangan Humas di Unud) ......... 225-228

Page 8: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

1

Page 9: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

2

The Correlation Between Protein 53 To Morphological Grading Of Cervical Cancer With Human Papillomavirus Types 16 And 18 Infections

Ketut Suwiyoga 1

1 Medical Faculty Udayana University Denpasar IndonesianE-mail : [email protected]

AbstractObjective : To determine the correlation between to the of cervical cancer with HPV types 16 and 18 infections. Methods : A cross sectional study was performed at Obstetrics and Gynecology Department and Pathology Department at Medical Faculty Udayana University and Biomedical Research Unit Mataram Hospital Lombok. The diagnosis of cervical cancer based on the histopathological examination and DNA HPV HPV types 16 and 18 infections detected polymerase chain reaction and p53 by immunohistochemical peroxides technique. The data were analyzed by SPSS 10,0 for windows to find out the correlation p53 to the Borders grading.Results : A total of 100 samples were divided in two groups consist of 50 case of cervical cancer as a cases and 50 case of non cervical cancer as a controls. The prevalence of HPV infection in cases and controls were 84.0% and 56.0% which consist of 78.0% and 36.0% HPV types 16 and 18. The prevalence of p53 in cases and controls were 52.0% and 16.0%, respectively. The study found that the risk of cervical cancer in HPV types 16 and 18 infections was 6 times more than without HPV infection. The risk of expressions of the p53 in HPV types 16 and 18 infections were 6 times more than without HPV infection. The risk of cervical cancer for p53 positive were 5.5 times than p53 negative.Conclusion : Based on the result of this study, it is concluded that HPV types 16 and 18 infections are the major risk factors of cervical cancer and one of its carcinogenesis mechanism through the increasing of p53.

Keywords : HPV types 16 and 18, p53, cervical cancer

1. Introduction Cervical cancer is the most frequent cause of death to women malignancy [1,2]. In the year

2000, the incidence of cervical cancer over the world was predicted 1,500,000 every year and 75% of them were in the developing countries. In the developed countries, the incidence of cervical cancer is number two after mammary carcinoma [2,3]. Vice versa in Indonesia, the incidence of cervical cancer was number one and relatively stable for last three decades [1,3]. Meanwhile, the five years survival rate is around 20% [4,5] related to late stadium even terminal when diagnosed was performed. Behind it, general condition, low social economical status, geography, demography and lack of human resources and facilities also contributed to the prognosis, it worsens [1,5,6].

Many efforts to diminish the incidence and getting better prognosis of cervical cancer using early diagnosed and some modalities of the therapy (1,7, 8) but the results are not satisfied so far [8,9]. It may be caused by lacking of understanding of the cervical cancer risk factors and its carcinogenesis mechanism. Human papillomavirus (HPV) high risk group types 16 and 18 were suspected to play the main role [10,11] and spread over worldwide [12,13]. Meanwhile, protein 53 (p53) probably played the role in carcinogenesis mechanism [14,15,16]. Based on multihits and multistage in general the principle of carcinogenesis that the involvement of oncogenes, tumor suppressor genes and repair genes [15,17] are studied in this research. The degradation of p53 function in cervical cancer with HPV infection mostly related to p53-E6 complex [16,18] and small amount of p53 mutant [19, 20]. The p53-E6 complex was stable so it can be detected by immunohistochemical

Page 10: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

3

technique. In this research, the variables of cervical cancer studied are HPV, HPV type 16, HPV type 18, and p53.

The objective of this study is to know the role of p53 in carcinogenesis of cervical cancer with HPV types 16 and 18 infections. The specific objectives were:1. To know the risk of cervical cancer in case with HPV types 16 and 18 infections compare to

the case without HPV infection.2. To know the risk p53 expression in the case with HPV types 16 and 18 infections were higher

than the case without HPV infection.3. To know the risk of cervical cancer in the case with p53 expression higher than that case with

out p53 expression. The results of this study may be used for vaccine selection and to elucidate the carcinogenesis

mechanism. Furthermore, it can be used for early diagnosis, gene therapy, prognostic of cervical cancer on biology molecular technique.

2. The Concept Design and Research Hypothesis The Concept Design The caused of cervical cancer was multifactor. The HPV infection, especially HPV types 16

and 18, was the major risk and the age, parity, early sexual activity, and social economic status were the minor risks. In cellular, HPV expressed the E1 and E2 proteins which affiliated to E4 and E5. Meanwhile, delayed type of hypersensitivity to E1 and E2 which it makes the low expression of E1 and E2. And viral was formed continually by L2 until the viral load 50,000 critically [21,22]. The two conditions push down the integration between viral DNA to host DNA. It caused the over expression of E6 and E7 which its form the E6-p53 and E7-pRB complexes. Its make the degradation of the function of both tumor suppressor proteins. The forming of p53-E7 complex caused the E2F transcription factor got free and worked without any controlled by pRB. Beside it, pRB trans activated c-myc [23,24] and c-ras [25] to keep the abnormal gene configuration. When the impaired of immune response, oncogene, tumor suppressor genes, and repair genes were uncoordinated so the process improved and progressive to the cervical cancer changes.

The Research Hypothesis 1. The risk of cervical cancer in the case with HPV types 16 and 18 infections was higher compare

with the case without HPV infection.2. The risk of p53 expression in HPV types 16 and 18 infections were higher than the case without

HPV infection.3. The risk of cervical cancer in the case with p53 expression higher the the case without p53

expression.

Methods The research design is a case control study. The study is performed at several departments

which are Obstetrics and Gynecology Medical Faculty Udayana University /Sanglah Hospital Denpasar, Pathology of Medical Faculty Udayana University Denpasar, and Biomedical Research Unit of General Hospital Mataram Lombok conducted during November 2003 until December 2004. Population was the new cervical lesion patients and untreated yet whose examined in Oncology Clinic Sanglah Hospital and concern to the study. Sample was the cervical cancer as a cases and the non cervical cancer as a controls. Sample size was 30 cases and 30 controls determined by properly role. The data was collected from every department and performed some tests which

Page 11: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

4

available in SPSS for windows 10,0 versions. Furthermore, K-S test for normality, Levene T test for homogeneity and equality, logistic regression to looked for Odds ratio for the risk of cervical cancer in HPV types 16 and 18 infections, the risk of p53 expression in HPV types 16 and 18 infections, and the risk of cervical cancer in p53 positives.

TheVariablesandDefinitionofVariable The dependent variable was the cervical cancer, the intermediate variables were p53 and pRB,

and independent variables were HPV types 16 and 18. Definition of Variables :1. The cervical lesion is the pathology of the cervix by inspection which are leukoplakia, erosion,

ulceration, infection, and papilloma of the uterine cervix (WHO,1993).2. Cervical cancer is the the cancer of uterine cervix which diagnosed by clinical and

histopathological examination (FIGO, 1999).3. HPV types 16 and 18 were viral DNA positive by PCR using GP MY-6 (PCR core System

Promega, USA) with the specific primer of HPV type 16 and HPV type18. 4. The age was the nominal of year which noted at identity card or by interview.5. The parity was the amount of viable baby that she has given birth by interview.6. The early sexual activity was the age when the first sexual intercourse made or the age when

the first marriage by interview. 7. The social economic status was the ability of the family to earn money by interview or available

at the family card in KS criteria (BKKBN, 1999).8. Protein 53 and pRB were the protein positive in immunochemical technique for peroxides

method used the p53 primer Lab Vision UK # RB-9006-P1. Cut of point was 25% when the yellow or brawny-yellow nuclear stained.

The patients with cervical lesions, married, and new cases who admitted at Oncology Gynecology Clinic Sanglah Hospital Denpasar informed this study. After understood the objective, advantage and disadvantage, complication and usefulness of the research and concern to the study, they put the sign at informed consent form. The specimen carried out from cervical lesion by guidance biopsy and divided in two parts. One part for histopathological examination which performed at Department of Pathology Medical Faculty Udayana University Denpasar. And other part for PCR used specific primers of DNA HPV and the p53 detected by immunohistochemical peroxides anti peroxides method which performed at Biomedical Research Unit General Hospital Mataram Lombok.

Result and Discussion The total number of samples was 100 consisted of two groups, 50 for the case of cervical cancer

patients and another 50 for the control of non-cervical cancer patients. The incidence of cervical cancer in Indonesia was 10-20 / 100,000 women (WHO, 1993) and 1: 100,000 populations [3,18]. In Bali province with 3,5 millions people the its incidence was 150-200 per year which clinically proven by annual data of Obgyn Sanglah Hospital during the last ten years [26,27].

3. The Prevalence of the Age, Parity, Early Sexual Activity, and Social economic Status of Cervical Cancer.

By the aim to increase the internal validity, some variables were controlled by design (Table 1).

Page 12: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

5

Table 1. The Prevalence of the Age, Parity, Early Sexual Activity, and Social Economic Status in Cases and Controls

Risk Factors Cases (N=50) Controls (N=50) p

Mean SD Mean SD

Age (year) 44,22 7,95 39,44 7,27 0,39

Parity 2,92 0,92 2,62 1,26 0,08

Sexual activity 20,52 2,87 20,72 2,94 0,89

Soc-Economic status 2,28 0,67 2,14 0,64 0,06

There were not a significant different for those variables (p > 0,05). So the age, parity, early sexual activity, and social economic status in cases and controls were homogeny.

The average age was 45 ± 8 year, the youngest was 29 and the oldest was 60 years. The wide variety of age which was recommended by other studies, even there are a case of an 18 years old with cervical cancer stadium III found in Sanglah Hospital Denpasar. Although the trend of the age decreased in the three last decades but the interval 35-50 years of age was consistent [7,27]. It may be related to the trend of HPV infection by the age and immunity status for specific age [28,29]. The HPV infection was high in the age of 25, consistent in 25-35 years of age and increased in the age above 35 years old [30]. The L-SIL was most prevalence by year 25-35 [31] and H-SIL by year over 35 [32,33]. The average parity was 3, the lowest was nuliparous and the higher was 6. That was wide variety of parity in cervical cancer and a similar reported by some studies [26,27,34]. The parity reflected of more sexual activity and early sexual activity than labor hazards [30,35]. In addition, the producing of estrogen and progesterone were easy to infect and stabilize the HPV oncoprotein [36,37]. The average of sexual activity was in the age 21 ± 3 years, the youngest was 15 and oldest was 29 years old. So it looks like the high risk for cervical cancer too. These phenomena related to antigenic of histon in semen [21] and local immune response to the infection [36]. The middle and lowest of social economic status were found in this study that related to family nutrients [40] and immune status [41,42]. It was not only lack of quantity but also the quality of micronutrient as zinc, folic acid, cuprum etc [3,30]. Meanwhile for Bali Province, the profile of health showed that the 10,0% low birth weight, 21,0% lack of chronic calories, the prevalence of struma was 21.5% and nutrient anemia was 63.5% [40].

Based on it can be assumed that almost of the cervical cancer patient were high risk group, especially the lack of immune status.

4. The Prevalence of HPV, HPV Types 16 and 18, and p53 in Cases and Controls. The distribution of HPV, HPV types 16 and 18, and p53 expression in the cervical cancer and

non cervical cancer groups (Table 2). In this study found that the prevalence of HPV cases was 84% which consist of 68% HPV type 16, 10% HPV type 18, and 8% other type of HPV. The prevalence was relatively high compared with the other reports in Indonesia, but the HPV type 16 was still the higher prevalence [41,42,43]. The other reports from abroad found similar prevalence that HPV infection in the invasive of cervical cancer was about 80-90%, even 100% [12,13,29]. It may be related to the usage of the probe and proper technique or the prevalence was really higher.

Other interesting result in this study was the prevalence of p53 positive in cervical cancer which is not quite different. It may be related to the chaos of metabolism in cancer cell [19,44],

Page 13: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

6

HPV type [43,45], and cut of point [46]. Cancer cell has the pathologic metabolism itself and the expression of p53 wild type may be impaired while the natural controlled by ubiquitin still exist [19,44]. HPV types 16 and 18 in Bali may be the variant because of very-very oncogenic. Some studies reported that the HPV variant was more highly malignant than HPV type 16 [46,47]. If the cut of point change to be 10% [47], the ratio of the prevalence of p53 positive and negative was logical. While in the controls, the HPV infection prevalence was 56% where is 36% HPV type 16 and 18. It must be carefully because it may be progressively change to be the invasive cervical cancer for a few years later, event few months.

Table 2.The Prevalence of HPV, HPV Types 16 and 18, and p53 in Cases and Controls

Variables Cases(N = 50)

Controls (N = 50)

Total p

n % n %

HPV positive 42 84,0 28 56,0 70 0,02

negative 8 16,0 22 44,0 30

HPV types 16 and 18

positive 39 78,0 18 36,0 57 0,001

negative 11 22,0 32 64,0 43

p53 positive 26 52,0 8 16,0 34 0,01

negative 24 48,0 42 84,0 66

There were a significant different for all variables (p < 0.05). It were continued to looked out the role of each variable.

Based on the data, the HPV may be infected 5-10 year post menorrhea, high oncogenic sub type of HPV types 16 and 18, and high risk by age of high viral load and persistent for long time. The low social economic status, improper of nutrient may be caused the low immune response status. The influence of local culture and some traditional aspect may be the important factors have to be considered for better prevention. If the incidence of the cervical cancer in Bali about 150-200 per year and almost of them were invasive and late stadium with lack of education and low understanding to this disease for those reproductive and productive women will be died for the next view year. It was very bed news for her family and for Bali people at all, especially women.

The Risk of Cervical Cancer in HPV types 16 and 18 Infections Table 3.The Risk of Cervical Cancer in HPV types 16 and 18 Infections

Cervical Cancer Odds Ratio

Ci 95% p

positive negative

HPV types 16 and 18

positive 39 18 6,03 2,60-15,25 0,001

negative 11 32

Page 14: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

7

HPV types 16 and 18 increased the risk of cervical cancer 6 times than with out HPV infection. The study found that the risk of cervical cancer in HPV types 16 and 18 infections were 6 times in

the case without HPV infection. The other studies reported that similar results but odds ratio was higher than this study as far as 43.5 for HPV type 16 and 24.8 for HPV type 18 [49,50]. In the abroad studies, the average odds ratio were 16-20 times for HPV oncogenic high risk group compared to that without HPV infection [34,49,51]. Therefore, the hypothesis that the risk of cervical cancer in case with HPV types 16 and 18 infections was higher than the case without HPV infection has been proven.

The Risk of Expression of p53 in HPV Types 16 and 18 Infections Table 4. The Risk of Expression of p53 in HPV Types 16 and 18 Infections

HPV types16 and 18 Odds Ratio Ci 95% ppositive negative

p53 positive 28 6 5,95 2,75-16,29 0,001

negative 29 37

HPV type 16 and 18 infection increased the risk of expression of p53 was 6 times than that with out HPV infection.

The study found that the risk p53 expressions in HPV types 16 and 18 infections were 6 times and 3 times more than the case without HPV infection respectively. The abroad studies reported that the p53 increased in HPV type 16 infections were 14-26 times [50,52,53]. Some studies found that the high viral load and persistence correlated to the incidence of cervical cancer in situ [21,54].

Therefore, the risk of the detection of p53 expression in the case with HPV types 16 and 18 infections were higher than the case without HPV infection have been already proven.

The Risk of Cervical Cancer in p53 positive Table 5.The Risk of Cervical Cancer in p53 and pRB positives

Cervical cancer Odds Ratio Ci 95% ppositive negative

p53 positive 26 24 5,68 2,22-14,52 0,001

negative 8 42

P53 positive increased the risk of cervical cancer 6 times and 4,5 times respectively. This study found that the risk p53 positive increased the risk of cervical cancer were 6 times more

than the case with p53 negative. The other studies reported that the p53 concentration was low in cervical cancer. It related to the natural degradation still worked [29,40], improperly metabolism of cancer cell [45,55], and the carcinogenesis may be ended [37,51]. Otherwise in precancerous lesions, the p53 was higher than in the invasive cervical cancer [49,51,54]. It can be understood that during process of the p53 wild type still exist and the oncoprotein E6 in precancerous or pre integration phase was not over expressed. Therefore, the risk of cervical cancer in the case with p53 expression higher than the case without p53 expression have been already proven.

Page 15: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

8

Based on the three proven results of this study, the carcinogenesis mechanism in HPV types 16 and 18 infections may be as below:

The HPV infected the basal cell caused by α-6 integrin receptor for L1 HPV. The natural life cycle of HPV followed the cell differentiation. Protein E1 and E2 expressed early and stimulated immunity host response to a both early proteins. Meanwhile, the new viral forming was rolled by L2 continuing well undergo and immune host response to the L2 was not effective because of the completely virion was in exfoliate superficial cell. The cell was broken by E5 function and the trauma during sexual intercourse and the HPV become infectious. The natural life cycle was continuing forever and reinfected the basal cell. The E6 and E7 were expressed too but not as high as and it did not cause the function of p53 wild type to be impaired. Molecularly, instability of gene and immune response were performed. Histopathologically, the cervical lesion were the varieties of the dysplasia phases. When the viral load 50.000 and low expression of E1 and E2, to propose the integration between viral DNA to host DNA. And after integration, E6 and E7 oncoproteins over expressed and make E6-p53 and E7-pRB complexes. The complexes formation caused to the degraded of p53 and pRB functions. So the p53 can not control the damage gene, differentiation of cell, and apoptosis. The pRB-E7 complex caused E2F transcription factor freely and worked itself without any controlled of pRB. In addition, dysfunction of pRB inactivated c-myc and c-ras that kept the pathological configuration of DNA. The E2F copied the pathologic gene or cervical cancer gen. Therefore the carcinogenesis of cervical cancer in HPV types 16 and 18 has been elucidated.

5. Conclusion and Recomendation The total of 100 samples were divided into two groups consist of 50 cervical cancer as a cases and

50 non cervical cancer cases as a controls. The prevalence of HPV infection in cases and controls were 84.0% and 56.0% which consist of 78.0% and 36.0% HPV types 16 and 18. Meanwhile, the prevalence of p53 were 52.0% and 16.0%, respectively. The study found :1. The risk of cervical cancer in HPV types 16 and 18 infections was 6 times more than without

HPV infection. 2. The risk of expressions of the p53 in HPV types 16 and 18 infections were 6 times more than

without HPV infection. 3. The risk of cervical cancer for p53 positive were 5.5 times than p53 negative.

Based on the result of this study, it is concluded that HPV types 16 and 18 infections are the major risk factors of cervical cancer and one of its carcinogenesis mechanism through the increasing of p53.

Since the study was observational epidemiological analytic, it was needed a strong method to proof the cause effect of HPV types 16 and 18 infections in carcinogenesis of cervical cancer. Also recommended that a furthermore study could be conducted to know the correlation between p53 to clinical and histological indicators for better valid clinical conclusion.

References [1] Nugroho, K. 2000. Penanganan Kanker Masa Depan. Kumpulan kuliah utama. Kongres

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia ke XI. Denpasar.[2] Azis, F. 2001. Masalah Kanker Serviks dan Upaya Penanganan. Pertemuan Forum Ilmiah

Penelitian Kanker Serviks di Indonesia. Bandung.[3] World Health Organization, 2000. The Current Status of Development of Prophylactic Vaccines

Against Human Papillomavirus Infection. Geneva, p. 11-22.[4] Soedoko, R. 2002. Penanganan Kanker di Indonesia, suatu Model. Kumpulan Naskah Pertemuan

Ilmiah Nasional Reguler IV Patobiologi. Denpasar 11 Mei.

Page 16: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

9

[5] Laila, N. 2000. Down Staging Kanker Serviks, Suatu Cara Metoda Alternatif. Maj. Obstet. Ginekol. Ind, (Supp. 3) : 67-71.

[6] Feldman, S. 2003. How Often Should We Screen for Cervical Cancer? N. Engl. Med. J, 349 (16) : 1495-1497.

[7] Dharmaputra, I.G.N., Suwiyoga I.K. 2001. Kanker Serviks Uteri di RSUP Denpasar periode 1 Januari 1996-31 Desember 1998 (tesis). Universitas Udayana. Denpasar.

[8] Janicek, M.E., Averette, H. E. 2001. Cervical Cancer : Prevention, Diagnosis, and Therapeutics. Cancer J. Clin, 51 : 92-114.

[9] Hildenshein, A., Schiffman, M., Bromly, C., et al. 2001. Human Papillomavirus Type 16 Variant and Risk of Cervical Cancer. J. Nat. Can. Inst, 93 (4) : 315-318.

[10] Ishiji, T. 2000. Molecular mechanism of carcinogenesis by human papillomavirus -16. J. Dermatol, 27 (2) : 73-86.

[11] Bosch, F.X., Lorincz A., Munoz, N., et al. 2002. The Causal Relation between Human Papillomavirus and Cervical Cancer. J. Clin. Pathol, 55 : 244-265.

[12] Burd, E.M. 2003. Human Papillomavirus and Cervical Cancer. Clin. Microbiol. Rev, 16 (1) : 1-17. [13] Dharmaputra, I.G.N., Suwiyoga I.K. 2001. Kanker Serviks Uteri di RSUP Denpasar periode 1

Januari 1996-31 Desember 1998 (tesis). Universitas Udayana. Denpasar.[14] Ambar, M. 2002. Peran p53, pRB dan c-myc Terhadap Gradasi Histopatologi Kanker Serviks Uteri

Terinfeksi Human Papillomavirus tipe 16 dan 18 (disertasi). Universitas Airlangga. Surabaya.[15] Ngan, H.Y., Tsao, S.W., Liu, S.S., et al. 1997. Abnormal expression and mutation of p53 in cervical

cancer a study in protein, RNA, and DNA levels. Genitourin. Med. J, 73 (1) : 54-58. [16] Mc Glennen, R.C. 2000. Human Papillomavirus Oncogenesis. Clin. Lab. Med, 20 (2) : 383-406.[17] Sirica, E.A. 1996. Multistage Carcinogenesis. In : Sirica, E.A. Cellular and Molecular Pathogenesis.

Lippincott-Raven Publishers. p. 283-320.[18] Francis, D.A., Schmid, S.I., Howley, P.T. 2000. Repression of The Integrated Papillomavirus

E6/E7 Promoter is Required for Growth Suppression of Cervical Cancer Cells. J. Virol, 74 (6) : 2679-2686.

[19] Malkin, D.M., Friend, S.H., Li, F.P., et al. 1997. Germ-line Mutation of p53 Tumor Suppressor Gene in Children and Young Adult with Second Malignant Neoplasm. N. Engl. Med. J, 45 : 336-374.

[20] Pinheiro, N.A., Villa, L.L. 2001. Low frequency of p53 mutation in cervical carcinomas among Brazillian women. Braz. J. Med. Biol. Res, 34 (6) : 727-733.

[21] Ylitalo, N., Sorensen, P., Joseffson, A. M., et al. 2000. Consistent high viral load of human papillomavirus 16 and risk of cervical carcinoma in-situ : a nested case-control study. Lancet, 355 (9222) : 2194-2198.

[22] Berg, M., Stenlund, A. 1997. Functional Interactions between Papillomavirus E1 and E2 Proteins. J. Virol, 71 (5) : 3853-3863.

[23] Minamoto, T., Mai, M., Ronai, Z. 1999. Environmental factors as regulators and effectors of multistep carcinogenesis. Carcinogenesis, 20 (4) 519-527.

[24] Middeldorp, J.M. 2001. Human Oncogenic Viruses. Presented at 3rd Course On Immunology : Mucosal Immunology. Yogyakarta. May 8-12.

[25] Liu, D.W., Tsao, Y.P., Hsieh, C.H. 2000. Induction of CD8 T Cell by Vaccination with Recombinant Adenovirus Expressing Human Papillomavirus Type 16 E5 Gene Reduces Tumor Growth. J. Virol, 74 (19) : 9083-9089.

[26] Suwiyoga, I.K., Tonika, K. 2004. Peran Klamidia trakomatis pada kanker serviks terinfeksi HPV tipe 16 dan 18. Maj. Obstet. Ginekol. Ind, 45 : 567-571.

Page 17: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

10

[27] Gartner, E.I.O. 2003. Cervical Cancer : Disparities in screening, Treatment, and Survival. Cancer Epid. Biom. Prev, 12 : 241s-47s.

[28] Nakagawa, M., Scott, M.., Moscicki, A.B. 2001. Cell Mediated Immun Response to Human Papillomavirus Infection. Clin. Diag. Lab. Immun, 8 (2) : 209-222.

[29] Clarke, B., Chetty, R. 2002. Postmodern cancer : The role of human immunodeficiency virus in uterine cervical cancer. J. Clin. Path, 55 : 19-24.

[30] Franco, E.L., Franco, E.D. 2001. Cervical Cancer: Epidemiology, Prevention and The Role of Human Papillomavirus Infection. Can. Med. Associat. J, 164 (7) : 1017- 1025.

[31] Kaufman, R.H., Adam, E., Vonka, V. 2000. Human Papillomavirus Infection and Cervical Carcinoma. In : Clinical Obstetrics and Gynecology. Lippincott Williams & Wilkins, 43 (2). p. 363-373.

[32] Gastout, B.S., Podratz, K.C., Mc Govern, R.M., et al. 1996. HLA Association with cervical cancer. J. Gynecol. Oncol, 62 : 415-416.

[33] Koutsky, L.A. 2000. Human papillomavirus Testing for Triage of Women with Cytologic Evidence of Low-Grade Squamous Intraepithelial Lesions : Baseline Data From a Randomized Trial. J. Nat. Cancer Inst, 92 (5) : 397-402.

[34] Herrero, R., Hildesheim, A., Bratti, C., et al. 2000. Population - based Study of Human Papillomavirus Infection and Cervical Neoplasia in Rural Costa Rica. Nat. Can. Inst. J, 92 (6) : 464-474.

[35] Munoz, N., Bosch, F.X., de Sanjose, S., et al. 2003. Epidemiology Classification of Human Papillomavirus Types Associated with Cervical Cancer. N. Engl. Med. J, 348: 518-27.

[36] Woodman, C.B., Golden, R.W. 2001. Natural history of cervical human papillomavirus infection in women : a longitudinal cohort study. Lancet, 357 (9271) : 1816-1817.

[37] Wang, S.S., Hildesheim, A. 2003. Viral and Host Factors in Human Papillomavirus Persistence and Progression, J. Nat. Cancer Inst. Monographs, 31 : 35-40.

[38] Tyring, S.K. 2000. Human papillomavirus Infection : Epidemiology, Pathogenesis, and Host Immune Response. Am. J. Acad. Dermatol, 43 : 118-126.

[39] Suwiyoga, I.K. 2004. Beberapa Masalah Pap Smear sebagai Alat Diagnosis Dini Kanker Serviks. Udayana Med. J, 35 (124) : 79-82.

[40] Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2000. Bali Dalam Angka.[41] Tseng, C.J., Pao, C.C., Lin, J.D., et al. 1999. Detection of Human papillomavirus Types 16 and

18 mRNA in Peripheral Blood of Advanced Cervical cancer Patients and Its Association with Prognosis. J. Clin. Oncol, 17 (5) : 1391-1396.

[42] Brentjen, M.H., Yeung-Ye, K.A., Lee, P.C., et al. 2002. Human Papillomavirus : Review. Dermatol. J. Clin, 20 (2) : 315-331.

[43] Burk, R.D., Terai, M., Gravitt, P.E. et al. 2003. Distribution of Human Papillomavirus Types 16 and 18 Variant in Squamous Cell Carcinomas and Adenocercinomas of the Cervix. Cancer Research, 63 : 7215-7220.

[44] Kao, W.H., Beaudenon, S.L., Talis, A.L. et al. 2000. Human Papillomavirus Type 16 E6 Induces Self-Ubiquitination of the E6AP Ubiquitin-Protein Ligase. J. Virol, 74 (13) : 6408-6417.

[45] Klaes, R, Woerner, S.M., Ridder, R. et al. 1999. Detection of High-Risk Cervical Intraepithelial Neoplasia and Cervical Cancer by Amplification of Transcripts Derived from Integrated Papillomavirus Oncogenes. Cancer Research, 139 : 6132-6136.

[46] Van den Brule, A.J., Pol, R., Fransen-Daameijer, N., et al. 2002. GP5+/6+ PCR followed by reserve line blot analysis enables rapid and high-throughput identification of human papillomavirus gene types. J. Clin. Microbiol, 40 : 779-787.

[47] Cubie, H.A., Seagar, A.L., Mc Googan, E. et al. 2001. Rapid real time PCR to distinguish between

Page 18: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

11

high risk human papillomavirus types 16 and 18. J. Clin. Pathol, 54 : 24-29.[48] Gravitt, P.E., Peyton, C. L., Apple, R. J., et al. 1998. Genotyping of 27 human papillomavirus

types by using L1 consensus PCR product by a single-hybridization, reverse line blot detection method. J. Clin. Microbiol, 36 : 3020-3027.

[49] Patel, D., Incassati, A., Wang, N., et al. 2004. Human Papillomavirus Type 16 E6 dan E7 Cause Polyploidy in Human Keratinocyte and Up-Regulation of G2-M-Phase Proteins. Cancer Research, 64 : 1299-1306.

[50] Villa, L.L., Sichero, L., Rahal, P., et al. 2000. Molecular Variant of Human Papillomavirus types 16 and 18 preferentially associated with cervical neoplasia. J. Gen. Virol, 81 : 2959-2968.

[51] Brule. A.J.C.V., Pol, R., Daalmeijer, N.F. et al. 2001. GP5+/6+ followed by Reverse Line Blot Analysis Enables Rapid and High-Throughput Identification of Human Papillomavirus Genotypes, J. Clin. Microbiol, 779-787.

[52] Chen, H.Y., Hsu, C.T., Lin, W.C., et al. 2000. Prognostic value of p53 expression in stage I B cervical carcinoma. Gynecol. Obstet. Invest, 49 (4) : 266-271.

[53] Vassallo, J., Derchain, S.F., Pinto, G.A., et al. 2000. High Risk HPV and p53 Protein Expression in Cervical Intraepithelial Neoplasia. Int. J. Gynaecol. Obstet, 71 (1) : 45-48.

[54] Liu, Y., Bohn, A., Sherley, J.L. 1998. Inosine-5 Monophosphat Dehydrogenase Is a Rate-determining Factor for p53-dependent Growth Regulation. Mol. Biol. Cell, 9 : 15-29.

[55] Limpaiboon, T., Sannarath, G., Sarrikith, M., et al. 2000. P53 status and Human Papillomavirus Infection in Thai Women with Cervical Carcinoma. Shoutheast J. Trop. Med. Public Helth 31 (1) : 66-71.

Page 19: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

12

Terapi Modalitas Pada Usia LanjutBeing Successful Aging, Sure We Can!

Made Diah Lestari 1 dan Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya 1

1 Fakultas Kedokteran, Program Studi Psikologi, Universitas Udayana

Abstrak

Masa usia lanjut adalah tahapan terakhir dalam perkembangan manusia. Masa usia lanjut ini seringkali ditandai dengan adanya beberapa penurunan dalam fungsi fisik, kondisi kesehatan, kemampuan indrawi, fungsi kognitif dan memori, aktivitas, ataupun kelekatan sosial. Penurunan inilah yang kemudian menjadikan usia lanjut diidentikan dengan angka ketergantungan penduduk. Pada kenyataannya, tidak semua mereka yang usia lanjut merasa terbatas oleh kondisi mereka. Successful aging adalah istilah yang tertuju pada kelompok usia lanjut yang mampu beradaptasi dengan kondisinya. Walaupun istilah successful aging ini terkesan demanding dan labeling untuk kelompok usia lanjut, namun pada sisi lain memberikan paradigma yang baru terkait dengan pandangan masyarakat terhadap usia lanjut. Pandangan yang melihat bahwa usia lanjut terbatas dan tidak mampu tergantikan oleh pandangan optimis bahwa usia lanjut tetap mampu menjadi pribadi yang produktif tanpa harus menjadi beban masyarakat. Ada beragam cara yang dapat diberikan untuk membantu usia lanjut mencapai successful aging. Program penyuluhan ini akan menggunakan pendekatan terapi modalitas yang difokuskan pada peningkatan fungsi kognitif. Kegiatan dirancang dengan menggunakan beragam metode mulai dari games hingga diskusi kelompok. Penyuluhan ini dilakukan pada usia lanjut yang tinggal di panti jompo dan usia lanjut yang mengikuti kegiatan komunitas usia lanjut di banjar. Dilakukan evaluasi reaksi dalam evaluasi traning model Kirkpatrick & Kirkpatrick (2010), yaitu melihat reaksi kepuasan peserta terhadap program penyuluhan. Secara keseluruhan peserta puas terhadap materi, tenaga penyuluh, metode, dan juga penyelenggaraan.

Kata kunci: usia lanjut, successful aging, terapi modalitas

1. Pendahuluan Keberhasilan pembangunan, terutama dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial

berdampak pada peningkatan rata – rata usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya angka harapan hidup juga menandakan bahwa masa tua penduduk Indonesia menjadi semakin panjang. Hal ini berdampak terhadap jumlah usia lanjut di Indonesia yang semakin meningkat. Suardiman (2011) mengatakan bahwa Indonesia saat ini berada pada masa transisi demografi, yang mengubah struktur penduduk dari penduduk dengan populasi muda menjadi populasi tua[1]

Di bidang sosial dan ekonomi, jumlah penduduk usia lanjut yang meningkat menyebabkan meningkatnya angka ketergantungan (old dependency ratio). Old dependency ratio adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia lanjut (60 tahun ke atas) dengan jumlah penduduk usia produktif. Dari angka ini terbaca besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai penduduk usia lanjut. Jika tidak ingin menjadi beban, tentunya kemandirian usia lanjut menjadi hal yang penting sehingga secara psikologis dan nyata usia lanjut bukan golongan yang tergantung walaupun dari sudut pandang sosial dan ekonomi jumlah usia lanjut menandakan angka ketergantungan penduduk.

Menjadi sebuah penetapan yang wajar ketika usia lanjut dikaitkan dengan angka ketergantungan karena usia lanjut identik dengan kondisi penurunan. Penurunan pada fisik, kondisi kesehatan, kemampuan indrawi, fungsi kognitif dan memori, aktivitas, ataupun kelekatan sosial. Penurunan tersebut mengakibatkan keterbatasan pada golongan usia lanjut. Pada kenyataannya, tidak semua mereka yang usia lanjut merasa terbatas oleh kondisi mereka. Successful aging adalah istilah yang

Page 20: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

13

tertuju pada kelompok usia lanjut yang mampu beradaptasi dengan usianya. Kriterianya beragam dari satu ahli dengan ahli lainnya. Rowe & Khan (dalam Papalia dkk., 2007) menyebutkan beberapa komponen dari successful aging, yaitu jauh dari penyakit atau disability terkait dengan penyakit tertentu, adanya perawatan terhadap fungsi fisik dan psikologis, serta adanya kontak sosial dan aktivitas produktif yang berkelanjutan [2]

Walaupun istilah successful aging ini terkesan demanding dan labeling untuk kelompok usia lanjut, namun pada sisi lain memberikan paradigma yang baru terkait dengan pandangan masyarakat terhadap usia lanjut. Pandangan yang melihat bahwa usia lanjut terbatas dan tidak mampu tergantikan oleh pandangan optimis bahwa usia lanjut tetap mampu menjadi pribadi yang produktif tanpa harus menjadi beban masyarakat. Ada beragam cara yang dapat diberikan untuk membantu usia lanjut mencapai successful aging. Upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi adalah empat upaya dasar yang dijalankan bagi perawatan usia lanjut. Upaya ini mengikutsertakan profesi dokter, perawat, pekerja sosial, dan juga psikolog secara komprehensif baik pada seting panti, personal, maupun komunitas. Cakupannya pun luas mulai dari perawatan fisik dan kesehatan, perawatan diri sehari – hari, penggunaan waktu luang, hingga menjaga produktivitas usia lanjut.

Melalui uraian pendahuluan di atas, maka usia lanjut memerlukan perhatian guna membantu mereka dalam meningkatkan kemandirian. Sejauh ini perawatan yang diberikan kepada usia lanjut terbatas pada pendekatan kedokteran dan keperawatan. Perhatian aspek psikologi terhadap kondisi usia lanjut masih terbatas. Hanya beberapa panti dan pusat komunitas yang mengkombinasikan berbagai pendekatan secara holistik. Hal ini disebabkan bukan karena tidak adanya kesadaran akan perlu penguatan terhadap aspek psikologis usia lanjut, namun karena keterbatasan tenaga psikolog, kegiatan praktek, dan juga penelitian gerontologi yang jumlahnya masih terbatas di Bali khususnya.

Program penyuluhan ini akan menggunakan pendekatan terapi modalitas untuk mengisi waktu luang, meningkatkan kesehatan, meningkatkan produktivitas, dan interaksi sosial kelompok usia lanjut. Pada penyuluhan ini akan difokuskan pada fungsi kognitif. Terapi modalitas yang diberikan mencakup pemeriksaan fungsi kognitif, terapi memori dan fungsi kognitif, serta kegiatan life review. Kegiatan dirancang dengan menggunakan beragam metode mulai dari games hingga diskusi kelompok. Penyuluhan ini dilakukan pada usia lanjut yang tinggal di panti werdha dan usia lanjut yang mengikuti kegiatan komunitas usia lanjut di banjar. Keberhasilan penyuluhan akan diukur dengan evaluasi terhadap materi, perencanaan, dan bagaimana materi diberikan. Evaluasi tertulis diberikan oleh pengurus panti jompo dan kader usia lanjut di banjar. Peserta penyuluhan memberikan evaluasi secara simbolis dengan memilih benda sebagai simbol rasa puas mereka terhadap materi dan jalannya penyuluhan.

2. Bahan dan Metode Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa dengan memberdayakan potensi yang

dimiliki oleh pasien (modal – modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan (Sarka dalam Lubis, 2008)[3]. Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia yang memiliki beberapa tujuan antara lain mengisi waktu luang lansia, meningkatkan kesehatan lansia, meningkatkan produktivitas lansia, dan meningkatkan interaksi sosial antar lansia (Maryam dalam Ghoer, 2012)[4]. Menurut Sarka (dalam Lubis, 2008), jenis – jenis terapi modalitas yaitu terapi individual, terapi lingkungan, terapi biologis, terapi kognitif, terapi keluarga, dan terapi aktivitas kelompok[3]. Fokus dalam penyuluhan ini adalah pada terapi kognitif.

Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan penilaian termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi, dan mempertahankannya (Suardiman, 2011)[1]. Proses kognisi tidak dapat dilepaskan dari memori. Kemampuan memori memungkinkan, individu untuk menyimpan informasi sepanjang waktu. Penurunan fungsi kognitif biasanya terjadi pada pemrosesan informasi,

Page 21: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

14

memori, kecerdasan, dan perhatian. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia ada beberapa kemunduran pada usia lanjut diantaranya mudah lupa, fungsi ingatan yang cenderung lebih baik dalam mengingat kejadian atau peristiwa pada masa lalu dibandingkan pada peristiwa yang baru terjadi, disorientasi umum dan persepsi terhadap waktu, ruang, dan tempat, intelegensi, serta cenderung tidak mudah menerima hal – hal baru seperti ide dan informasi. Dalam memproses informasi, usia lanjut memang lebih lamban dan lebih sulit sehingga cenderung mudah lupa. Lupa disebabkan karena menurunnya kemampuan belajar dan mengingat yang disebabkan menurunnya respon neurologis (Suardiman, 2011)[1].

Adapun peserta dalam penyuluhan ini adalah usia lanjut yang tinggal di panti werdha yakni Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya Gianyar dan Kelompok Lansia Werdatama Banjar Sengguan-Pasekan Sading Badung. Jumlah keseluruhan usia lanjut yang mengikuti penyuluhan ini adalah sebanyak 82 orang. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan sebanyak dua kali pada pagi dan sore hari. Pagi hari dilakukan di PSTW Wana Seraya dan kemudian dilanjutkan di Banjar Sengguan Desa Sading pada sore harinya tanggal 31 Mei 2013. Kegiatan ini melibatkan 18 fasilitator dari mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang bertugas untuk melakukan pemeriksaaan kognitif, melakukan observasi terhadap tingkat partisipasi peserta, dan juga mengumpulkan form evaluasi.

Kegiatan penyuluhan ini terdiri dari aktivitas yang dirancang untuk melatih kemampuan kognitif usia lanjut. Di awal kegiatan akan diadakan pemeriksaan fungsi kognitif, lalu dilanjutkan dengan senam kognitif, aktivitas bola bernama, dan nostalgia magic. Tabel 1. Deskripsi kegiatan terapi modalitas menjelaskan secara detail deskripsi kegiatan berikut dengan tujuan, manfaat, dan indikator keberhasilan setiap aktivitas. Metode evaluasi yang digunakan adalah evaluasi training level 1 dari Kirkpatrick & Kirkpatrick (2010)yang mengukur reaksi kepuasan peserta atas penyuluhan yang diikuti[5]. Evaluasi kegiatan melalui tiga prosedur.

1. Form observasi fasilitator untuk melihat jalannya kegiatan dan respon dari peserta pelatihan pada setiap sesi.

2. Form penilaian penyuluhan yang diisi oleh pengurus panti dan banjar. 3. Candy Voice pilihan permen sebagai simbol kepuasan peserta atas jalannya kegiatan.

Page 22: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

15

Tabel1. Deskripsi kegiatan terapi modalitas

3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan tes kognitif yang diberikan pada para usia lanjut (lansia) di kedua tempat kegiatan

menunjukkan bahwa 37 orang lansia memiliki kemampuan kognitif yang kurang memadai, dan 45 orang lansia memiliki kemampuan memadai. Selain tes kognitif, kegiatan lain yang diberikan kepada lansia adalah senam kuat otot, bola bernama, nostalgia magic. Senam kuat otot dilakukan oleh para lansia dengan mengikuti gerakan senam yang dicontohkan oleh dua orang intruktur (mahasiswa). Indikator keberhasilan dari kegiatan senam kuat otot adalah kemampuan para lansia

NO NAMA KEGIATAN TUJUAN MANFAAT DESKRIPSI ALAT/ BAHAN YANG

DIBUTUHKANINDIKATOR KEBERHASILAN

1 TES MEMORI DAN FUNGSI KOGNITIF

Untuk mengetahui kondisi memori dan kognisi lansia.

1. Para petugas panti mengetahui kondisi para lansia dan bisa merancang perawatan bagi para lansia.2. Memberi pengetahuan bagi lansia dan keluarganya tentang kondisi lansia tersebut.

Tes ini bertujuan untuk mengukur memori dari para lansia. Pertanyaan-pertanyaan dalam tes mengenai identitas diri mereka, pengalaman hidup dan beberapa pertanyaan tentang pengetahuan umum. Petugas akan menanyai para lansia satu per satu dan menilai. Hasil dari tes ini akan berupa deskriptif yang menceritakan tentang kondisi memori lansia. Tes yang digunakan adalah Tes Orientasi Dan Amnesia Galveston untuk lansia di Panti Werdha dan Tes Fungsi Kognitif untuk lansia di Banjar. Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 20 menit.

- Alat tulis- Lembar Tes.- Kursi dan meja (menyesuaikan dengan yang ada di panti dan banjar)

Apabila, 70% lansia dapat merespon dengan benar,lancar dan tepat waktu sesuai dengan pengadministrasian tes.

2 SENAM PELEMASAN OTOT LANSIA

Sebagai pelemasan otot dan penyegaran dalam rangka mengikuti kegiatan selanjutnya. Dapat juga dijadikan sebagai pembelajaran agar lansia bisa menerapkan langsung dalam kesehariannya.

1. Menguatkan otot pada lansia2. Melancarkan sistem peredaran darah kardiovaskular3. Membantu menyeimbangkan fungsi otak4. Mencegah kepikunan5. Melemaskan otot dan menyegarkan tubuh

Senam Kuat Otot merupakan senam yang berfokus pada latihan penguatan otot, serta melancarkan peredaran darah untuk lansia. Senam ini dilakukan dengan posisi duduk dan lebih banyak melakukan pelemsan pada otot kaki. Posisi duduk serta gerakan yang ringan membuat lansia tidak cepat lelah. Beberapa gerakan koordinasi tangan dan kaki dapat membantu lansia untuk menyeimbangkan fungsi otak dan mencegah kepikunan. Senam ini juga bisa dilakukan sehari – hari pada waktu senggang untuk pelemasan otot agar lansia dapat bebas bergerak tanpa merasakan otot yang kaku.

- Kursi sebanyak peserta.- Sound system.- Pemutar musik atau laptop- Peserta dihimbau agar menggunakan pakaian olahraga yang nyaman.

1. Seluruh peserta dapat mengikuti gerakan dengan baik dan benar minimal 70% dari keseluruhan gerakan senam.2. Peserta tidak mengalami kelelahan berat setelah mengikuti senam.3. Tidak ada yang mundur selama kegiatan senam berlangsung (kecuali ada keperluan yang mendesak)

3 BOLA BERNAMA

Melatih motorik kasar dari peserta saat gerakan mengoper bola dan melatih memori para lansia saat menyebutkan nama teman yang ditunjuk oleh panitia.

1. Memfasilitasi peningkatan kemampuan memori lansia.2. Kegiatan refreshing melalui lagu, gerakan, dan nyanyian.

Kegiatan ini dilakukan di dalam ruangan, dengan jumlah peserta 20-30 orang lansia. Terdapat 5 panitia sebagai fasilitator dalam kegiatan ini. 1 panitia bertugas sebagai MC, 2 panitia bertugas untuk mengoper bola dari peserta yang berada di paling ujung kanan dan kiri barisan. 2 panitia berada di belakang peserta yang bertugas untuk menanyakan nama peserta. Kegiatan ini berlangsung selama ± 20 menit.

- Mic- Laptop- Speaker- Lagu- Bola tenis,

Peserta dapat menebak nama temannya dengan tepat.

4 NOSTALGIA MAGIC

1. Melatih ingatan jangka panjag dengan cara mengingat kembali hal-hal di masa lalu.2. Membangkitkan keberhargaan diri lansia degan lebih menghargai pengalaman di masa lalu yag telah terjadi.3. Membantu lansia untuk megevaluasi kembali kehidupannya dan memetik hal positif dari kejadian di masa lalu.

1. Ingatan panjang terlatih.2. Lansia merasa diri berharga melalui kenangan masa lalu.3. Mendapatkan momen evaluasi dan introspeksi.

Kegiatan ini merupakan sebuah permainan yang disusun untuk mengembalikan daya ingat lansia mengenai pengalaman masa lalu nya. Para lansia diminta untuk membuat suatu kelompok kecil, lalu mereka duduk melingkar. Kelompok berjumlah 5 – 7 orang yang didampingin oleh 1 orang fasilitator dan 1 orang observer. Dalam kelompok, masing-masing lansia akan menceritakan pengalaman masa lalunya dengan cara bergilir (random). Fasilitator berfungsi untuk mengarahkan lansia utuk bercerita, megontrol durasi waktu bercerita, dan megendalikan kegiatan secara keseluruhan. Sedangkan observer berfungsi untuk mengamati dan mencatat perilaku, ingatan memori, dan kapasitas bercerita dari setiap individu yang sedang mendapat giliran bercerita. Individu mengingat pengalaman melalui stimulasi dari benda kenangan yang telah mereka bawa. Barang ini dapat berupa foto, pakaian, pernak-

- Benda-benda kenangan milik peserta- Kursi atau karpet- Lembar observasi untuk observer

1. Kegiatan diikuti oleh lansia dengan tertib.2. Lansia dapat menceritakan pengalaman masa lalunya berdasarkan benda-benda yang telah mereka bawa.3. Lansia dapat memetik pelajaran berharga dari pegalaman yang diceritakanya.

1

2

3

METODE EVALUASIForm observasi fasilitator untuk melihat jalannya kegiatan dan respon dari peserta pelatihan pada setiap sesi.

Form penilaian penyuluhan yang diisi oleh pengurus panti dan banjar.

Candy Voice pilihan permen sebagai simbol kepuasan peserta atas jalannya kegiatan.

Page 23: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

16

mengikuti gerakan sebesar >70% dari keseluruhan gerakan senam. Sebagian besar lansia di panti werdha menunjukkan 62,5% melakukan kesalahan gerakan, pada saat instruktur memberikan contoh gerakan senam. Sedangkan para lansia pada kelompok lansia di Banjar Sengguan menunjukkan 10% kesalahan gerakan dari keseluruhan gerakan senam. Sebagian besar para lansia dari kedua tempat kegiatan menunjukkan atensi yang baik dan tidak menunjukkan kelelahan yaitu >70%. Hal ini sejalan pula pada kegiatan bola bernama yang melibatkan kemampuan motorik dan kemampuan memori lansia. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh bahwa para lansia menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi, meskipun pada awal kegiatan ada beberapa lansia yang kurang memahami instruksi kegiatan. Selanjutnya pada kegiatan nostalgia magic yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir lansia dalam hal kemampuan mengingat, para lansia mampu menceritakan pengalaman masa lalu terkait dengan foto atau benda lain yang memiliki kenangan tersendiri bagi lansia. Para lansia mampu menceritakan kembali nama, benda, tempat, dan peristiwa yang dialami terkait dengan foto atau benda kenangan yang dimiliki. Meskipun tidak dipungkiri ada beberapa lansia yang enggan menceritakan kembali pengalaman masa lalu terkait foto atau benda kenangan yang dimiliki.

Lansia dikatakan sebagai individu yang telah memasuki dekade ketujuh dalam kehidupan (Aiken, 1995)[6]. Berdasarkan hasil kegiatan yang diperoleh dari kegiatan tes kognitif, senam kuat otot, bola bernama, dan nostalgia magic, dapat dikatakan bahwa sebagian lansia yang terlibat dalam kegiatan menunjukkan kemampuan kognitif yang kurang memadai. Hal ini mengingat bahwa pada usia lanjut mengalami penurunan kemampuan respon neurologis sehingga menjadi cenderung lamban dan lebih sulit dalam pemrosesan informasi, yang juga berpengaruh pada kemampuan belajar dan mengingat (Suardiman, 2011)[1]. Penurunan respon neurologis yang dialami pada usia lanjut, dikaitkan pula dengan kecenderungan lupa pada lansia terkait nama, benda, angka atau jumlah, tempat, dan lainnya. Tidak hanya mengalami penurunan respon neurologis terkait kemampuan kognitif, pada usia lanjut juga mengalami penurunan kondisi fisik atau motorik. Oleh karena itu, pada kegiatan senam kuat otot dan bola bernama yang melibatkan kemampuan memori dan motorik, para lansia menunjukkan respon yang kurang memadai. Respon yang kurang memadai pada kegiatan senam kuat otot dan bola bernama nampak dari sebagian besar lansia yang melakukan kesalahan gerakan senam otot, maupun ketidaksesuaian antara aktivitas bola bernama yang dilakukan para lansia dengan instruksi yang diberikan.

Apabila dibandingkan dengan usia dewasa yang lebih muda, pada usia lanjut memiliki skor yang lebih rendah pada aspek inteligensi, memori, dan bentuk lain dari fungsi mental lainnya (Wade & Tavris, 2007)[7]. Pada dasarnya, individu pada usia lanjut mengalami penurunan pada hal-hal terkait nama, fakta, ataupun peristiwa yang telah berlangsung, yang merupakan informasi deklaratif, dibandingan dengan kemampuan non-deklaratif seperti keahlian dan hal-hal yang bersifat prosedural (Kausler dalam Papalia dkk., 2007)[2]. Selain itu, kemampuan terkait pengetahuan umum, lokasi geografis, adat istiadat, arti kata, yang merupakan kemampuan memori sematik, tidak dipengaruhi oleh faktor penuaan. Bila dibandingkan dengan memori episodik yang mencakup pengalaman pribadi, aktivitas, kejadian terkait tempat dan waktu, cenderung sangat dipengaruhi oleh fakor penuaan (Papalia dkk., 2007)[2]. Sesungguhnya pada usia lanjut mampu mengingat kembali masa lalu. Namun, kecenderungan yang nampak adalah pada usia lanjut sulit memanggil kembali informasi target mengenai kejadian masa lalu. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut mengalami source memory deficit (Chalfonte & Johnson dalam Papalia, 2004)[8].

Dari hasil evaluasi penyuluhan dengan mengukur reaksi peserta terhadap jalannya penyuluhan didapat bahwa peserta merasa puas terhadap training yang diikuti. Sebanyak 82 peserta memilih permen berwarna merah yang melambangkan kepuasan dan tidak ada yang memilih permen berwarna hitam. Formulir evaluasi yang diberikan kepada pengurus panti dan banjar, menunjukkan

Page 24: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

17

bahwa mereka puas dengan isi materi yang relevan, menilai tenaga penyuluh kompeten dalam menyampaikan materi, dan menilai bahwa penyelenggaraan penyuluhan berjalan dengan lancar.

4. Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa para lanjut usia

masih sangat memerlukan kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan kognitif maupun kemampuan fisik atau motorik. Agar kemampuan kognitif dan motorik individu pada usia lanjut memadai, sebaiknya meningkatkan aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif seperti membaca, mengisi teka-teki silang (TTS), meningkatkan interaksi dengan teman sebaya, melakukan senam kuat otot pada waktu tertentu atau waktu luang secara rutin.

Ucapan Terima Kasih1. Kepada seluruh mahasiswa angkatan 2010 peserta mata kuliah pilihan Gerontologi.

2. Kepada para lansia dan pengurus di Kelompok Lansia Werdatama Banjar Sengguan-Pasekan Sading Badung

3. Kepada para lansia dan pengurus di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Gianyar.

Daftar Pustaka[1] Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.[2] Papalia, D. E., Stern, H.L., Feldman, R. D., & Camp, C. J. 2007. Adult Development and Aging.

Third Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.[3] Lubis, Dewi Rahmadani. 2008. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Sosialisasi terhadap

Kemampuan Sosialisasi Pasien Isolasi Sosial di Ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Universitas Sumatera Utara.

[4] Ghoer, Fariha Salma. 2012. Pembinaan Kemandirian Lansia Melalui Terapi Modalitas; Salah Satu Konteks Pendidikan Non-Formal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). Universitas Pendidikan Indonesia.

[5] Kirkpatrik, J.D., Kirkpatrik, W.K. 2010. Training on Trial:How Workplace Training Must Reinvent Itself to Remain Relevant. USA: AMA.

[6] Aiken, L. R. 1995. Aging: An Introduction to Gerontology. California: Sage Publication, Inc.

[7] Wade, Carole & Tavris, Carol. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan. Jilid I. Jakarta: Erlangga.[8] Papalia, D. E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. 2004. Human Development. (9thed.) New York:

McGraw-Hill Companies, Inc.

Page 25: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

18

Up Date Terapi Kanker Serviks: Fokus Peran Radiologi Intervensi

I Nyoman Bayu Mahendra1 dan Ketut Suwiyoga1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar BaliDivisi Onko-Ginekologi Bagian Obstetri dan Ginekologi

E-mail : [email protected]

AbstrakSampai saat ini di Indonesia selama 3 dasawarsa, kanker serviks masih menempati urutan pertama dimana umur semakin muda dan lebih 90% terdiagnosis pada stadium invasif, lanjut bahkan terminal. Hal ini merupakan area masalah yang serius dalam beberapa tahun mendatang; terkait dengan keberhasilan terapi. Keberhasilan terapi dengan modalitas operatif, kemoterapi, dan radioterapi konvensional baik sendiri-sendiri maupun kombinasi belum memuaskan terutama yang terkait dengan efektifitas dan toksisitasnya serta kualitas hidup. Selain itu, nutrisi ke tumor masih tetap berlangsung dan belum mendapat perhatian.Radiologi intervensi transarterial chemoteraphy (TAC) dan transarterial chemotherapy embolization (TACE) menjanjikan hasil yang lebih baik dibanding cara-cara konvensional tersebut dimana TACE lebih baik dibanding TAC dalam hal efektifitas, efek samping, dan kualitas hidup. Terkait dengan preservasi reproduksi maka metode ini diduga lebih menjanjikan.Efektivitas kemoterapi konvensional dan radiologi intervensi pada kanker serviks invasif secara keseluruhan masing-masing adalah 36,5% vs 41,4% CR,35,9% vs 52,9% PR, dan 10,3% vs 5,7% NR serta 45,2% vs 64,1% RR. Efek samping jangka pendek dan panjang berupa penekanan fungsi lever, ginjal, dan hemopoesis berbeda bermakna. Selain itu, timbulnya inkontinen fekal, diare, proktitis, dan sistitis serta gangguan pencernaan, kulit dan rambut berbeda bermakna. Dan, kualitas hidup masing-masing adalah 44,5% vs 64,5% DF, 21,4 % vs 20,8% progresi, dan 15,9% vs 11,7% residif.Jadi, radiologi intervensi lebih menjanjikan dibanding operatif, kemoterapi dan kemoradiasi konvensional pada pengananan kanker serviks; terlebih pada kanker serviks invasif.

Kata kunci: kanker serviks, radiologi intervensi

1. Pendahuluan Sampai saat ini, lebih dari 90% kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, lanjut bahkan

terminal. Dan, 85% adalah inoperabel yaitu stadium IIB-IV. Keluhan utama adalah perdarahan pervaginam dan nyeri, selain penurunan napsu makan dan berat badan, nyeri pelvik, dan berbagai gejala penyerta. Infeksi dan inflamasi merupakan komplikasi yang tersering.

Sementara, kemoterapi dan radiasi yang tersedia belum dapat memberikan hasil yang memuaskan. Kemoterapi konvensional secara oral, intravenus, dan intramuskuler terkesan lebih menunjukkan efek samping dibanding dengan remisi kankernya. Saat ini, kemoterapi kanker serviks IIB-IV berbasis Platamin menunjukkan 58,3% over all remission. Dan, over all remission pada radioterapi adalah 34,5% dan kombinasi kemoradiasi adalah 65,8%. Sementara, efek samping kemoterapi tersebut adalah 68,9% pansitopenia, 45,7% gagal ginjal, dan 32,8% menunjukkan kelainan fungsi lever.

Kondisi gawat darurat kanker serviks adalah perdarahan pervaginam yang terkait dengan invasi dan proses inflamasi. Selain itu, pertumbuhan berupa bulky dan nekrosis endofitik memperburuk risiko perdarahan. Hal ini dapat mengakibatkan kegagalan multiorgan dan bahkan kematian. Sementara, kondisi tersebut adalah inoperable dimana baik kemoterapi maupun radiasi memberikan hasil yang kurang memuaskan terkait dengan efektifitas, efek samping dan kualitas hidup. Modalitas kemoradiasi pada keadaan tersebut adalah ideal akan tetapi hasilnya sangat terkait dengan metode pemberian kemoterapi dan feeding tumor.

Page 26: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

19

Pada 10 tahun terakhir telah dikembangkan metode radiologi intervensi yang lebih efektif dan efek samping minimal; yaitu transarterial chemotherapy (TAC) dan transarterial chemotherapy and embolization (TACE). Prinsip metode tersebut adalah peningkatan akurasi kemoterapi mencapai sasaran tumor kanker serviks itu sendiri; tanpa harus merusak jaringan sehat sekitar apalagi organ jauh seperti lever, jantung, ginjal dan susmsum tulang. Selain itu, dapat dilakukan oklusi arteri uterina yang berfungsi sebgai mother feeding. Selain itu, kepatuhan dan kenyamanan serta keselamatan pasen lebih menjanjikan dimana hal ini terkait dengan kualitas hidup.

Dengan demikian, berikut ini akan disampaikan TAC / TACE pada kanker serviks tentang definisi, tujuan, metode, dan dosis. Selain itu, disampaikan pula data klinik tentang efektifitas dan efek samping pada kemoradiasi konvensional dan radiologi intervensi; serta beberapa data tentang kualitas hidup.

2. Radiologi Intervensi Pada Kanker Serviks

2.1 Pengertian Radiologi intervensi pada kanker serviks adalah minimal invasive guide procedure

dalam upaya kemoterapi kanker serviks melalui arteri uterina. Kateter dimasukkan trans kutan arteri femoralis; juga dapat melalui arteri kubuti atau arteri karotis. Petanda dan penuntun memasukkan kateter dan menginjeksikan serta ketepatan posisi ujung kateter dengan bantuan pemberian marker pada ujung kateter dan pencitraan X-ray, USG, CT / MRI / PATH, dan modalitas pencitraan lainnya. Selanjutnya, dilakukan atau tanpa embolisasi arteri uterina. Nama lain adalah vascular radiology intervetion (VIR) atau surgical radiology (SR).

Dibandingkan dengan pembedahan konvensional, metode ini dapat menurunkan risiko infeksi, trauma fisik dan psikologik, dan lama hari rawat serta mempercepat masa penyembuhan.

Kanker serviks adalah penyakit ganas berupa tumor padat pada serviks uterus dimana diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi anatomi; 90% adalah tipe epitel.

2.2 Tujuan Radiologi Intervensi Kemoterapi - umumnya berbasis sis platin - diberikan sedekat mungkin dengan / langsung

pada massa tumornya dengan 1/3 dosis pemberian intra venus konvensional; bertujuan untuk: 1 Meningkatkan efektifitas terapi2 Munurunkan efek samping3 Meningkatkan kualitas hidup

Selain itu diperoleh keuntungan seperti menurunkan risiko infeksi, trauma fisik dan psikologik, dan lama hari rawat. Dan, kemungkinan preservasi organ reproduksi juga lebih memungkinkan terkait dengan hak perempuan untuk dapat memiliki anak dari rahim sendiri.

2.3 Metode Radiologi Intervensi Radioterapi intervensi pada kanker serviks dibedakan atas:

1 Transarterial chemotherapy (TAC)2 Transarterial chemotherapy and embolization (TACE)

Page 27: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

20

Probe kateter diberi marker agar dapat divisualisasi dengan bantuan modalitas pencitraan USG, Scann, MRI, atau PATH.

Metode TAC : 1 Pasen dalam posisi telentang dan dapat diberi sedasi atau anestesi.2 Posisikan pencitraan kearah yang sesuai dan yakinkan bekerja baik.3 Antisepsi daerah yang akan dimasukkan kateter.4 Masukkan kateter transkutaneus melalui arteri femoralis. Dapat pula melalui arteri

kubiti, dan karotis diteruskan untuk mencapai arteri uterina melalui arteri ilikal komunis dan interna. Ujung kateter diposisikan pada regio yang sedekat mungkin dengan tumor.

5 Kemoterapi diinjeksikan secara pelahan sampai keseluruhan massa tumor terlihat gelap. Kontrol untuk menghindari kemoterapi ekstravasasi.

6 Kateter diektraksi.7 Perawatan post operatif.

Metode TACE, hal tersebut diatas diikuti oleh Dapat diikuti dengan embolisasi sementara (gelfoam), semi permanen (polyvinil alcohol), dan permanen (wire coil).Regimen kemoterapi berbasis Platamin. Hal ini terkait dengan mekanisme kerja sitostatika terhadap DNA inti sel terkait siklus sel itu sendiri seperti Cisplatin mengurangi jumlah sel subletal dan potensi subletal pada S-G2. Doksorubisin menghambat oksigenasi sel siklus ke G1 untuk reparasi sel dan lisis mitokondria. Hidroksiurea menghambat fase S-G1 dan Paklitaksel potensiasi pada G2 dan M.Dosis kemoterapi adalah 1/3 dari dosis konvensional intravenus yang diencerkan dua kali dalam larutan sesuai.

2.4 Indikasi Radiologi intervensi Indikasi radiologi intervensi pada kanker serviks adalah seluruh stadium dan jenis kanker

serviks yang berupa tomor padat, terutama non-operable.

Efektivitas, Efek Samping, dan Kualitas Hidup Pada Kemoterapi Konvensional dan Radiologi Intervensi

Berikut adalah beberapa data tentang efektifitas, efek samping, dan kualitas hidup pada kanker serviks yang diterapi dengan kemoterapi konvensional dan radiologi intervensi.

Page 28: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

21

Table 1. Distribusi Efektifitas, Efek samping, dan Kualitas Hidup Kemoterapi Konvensional dan Radiologi Intervensi Pada Kanker Serviks

Kemoterapi Konvensional (%)

Radiologi Intervensi (%)

Sumber

Efektivitas CR 36,5 41,4 Sacco et al, 2009PR 35,9 52,9 Li et al, 2008; Song et al,

2009;NR 10,3 5,7 Saxena et al, 2005; Klopp

and Eifel, 2010RR 45,2 64,1

Efek Samping

Fungsi Lever 32,8 12,3Fungsi Ginjal 45,7 25,0 Van De Bunt et al, 2006;

Richards et al, 2008Hemopoesis 68,9 23,8 Saxena et al, 2005; Klopp

and Eifel, 2010Integumen 12,4 0,4Gastrointestinal 32,9 11,7 Chen et al, 2005; Abayomi

et al,2009Miksi 3,9 0,9Reproduksi 89,8 ?Seksual 68,8 23,7 Kim et al, 2009Citra Diri 75,2 12,3 Ohno et al, 2007; Mabuchi

et al, 2010;

Kualitas Hidup

Disease Free 44,5 64,4 Hsu et al, 2009; Du X-L et al,2011

Progresi 21,4 20,8 Ohno et al, 2007; Abayomi et al, 2009; Mabuchi et al, 2010;

Residif 15,9 11,7 Van De Bunt et al, 2006; Richards et al, 2008

Rekuren 29-71 ? Elit et al,2009; Bansal Nisha et al,

Catatan: prosentasi diatas adalah rerata dan untuk kemoterapi dipetik dari buku Novak’s Ginekologi, 2010 dan Oncologic Ginecology, 2005. Rerata harapan hidup 1, 2, da, 3 tahun masing-masing adalah 3,6 ± 1,2 dan 2,5 ± 0,9 tahun, 3,1 ± 0,7 dan 2,5 ± 0,8 tahun, dan 2,0 ± 0,6 dan 1,8 ± 0,5 tahun (berbeda bermakna).Perkumpulan Onkologi Indonesia (2010) melaporkan bahwa 63,67% kanker menyerang wanita dimana 31,4% umur dibawah 45 tahun. Selain itu, 10 jenis kanker pada wanita tersering di Indonesia dilaporkan. Selain itu, terdapat kecenderungan penundaan untuk memiliki anak karena alasan karir dan mengejar pendidikan; namun ketika umur masa berisiko terserang kanker ginekologi dan peningkatan risiko kehamilan maka saat itu justeru mereka membutuhkan

Page 29: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

22

untuk hamil dan memiliki anak sendiri. Hal inilah yang seyogyanya dijawab oleh bidang medis, terutama gineko-onkologist, radiologist, dan ahli FER. Fertilitas terkait kuat dengan preservasi organ reproduksi; terutama uterus dan ovarium. Sampai saat ini belum ditemukan teknik yang dapat berfungsi untuk menggantikan ke dua organ tersebut. Oleh karena itu, preservasi korteks ovarium dan oosit, bahkan embrio merupakan pilihan baik yang dikerjakan sebelum terapi dimulai maupun setelah terapi kanker dinyatakan berakhir. Teknik TRB dengan kriopreservasi terutama vitrifikasi / “cryotop” yang menunjukkan keberhasilan “post-thaw” mencapai 90-95% (Astralian Committe, 2009).

2.5 Simpulan

1 Sampai saat ini di Indonesia-termasuk Bali, lebih dari 90% kanker serviks didiagnosis pada stadium invasif, lanjut bahkan terminal dan umur semakin muda. Pada stadium IA1-2, histrektomi radikal dan deseksi KGB menunjukkan hasil yang memuaskan. Sedangkan, pada stadium IIB keatas maka penanganan dengan kemoterapi, radiasi atau kemoradiasi belum memuaskan dengan kualitas hidup yang memprihatinkan. Hal ini diduga terkait dengan metode, dosis, dan nutritif pada jaringan kanker itu sendiri.

2 Rdiologi intervensi, terutama TAC dan TACE adalah jawaban yang lebih menjanjikan dalam hal efektifitas, efek samping, dan kualitas hidup. Dan, preservasi organ reproduksi juga lebih menjanjikan.

Jadi, radioterapi intervensi lebih menjanjikan dibanding kemoterapi konvensional pada pengananan kanker serviks invasif.

Daftar Pustaka[1] Klopp AH dan Eifel PJ. Biological Predictor of Cervical Responce to Radiation Therapy. Seminar

Radiat Oncol, 2012; 22:143-150.[2] Chen S-W, Liang JA, Yang S-N, Hung Y-C, Yeh L-S, Shiau A-C, Lin F-J. Radiation Injury to

Intestine Following Hysterectomy And Adjuvant Radiotheraphy for Cervical Cancer. Gynecol Oncol 2004;95:208-214.

[3] Du X, Taojiang, Sheng X, Lu C, Yu H, Wang C, Song Q, Li Q, pan Q. Intensity-Modulated radiation Therapy For Advanced Cervical Cancer: A Comparison Of Dosimetric And Clinical Outcome With Conventional Radiotherapy. Gynecol Oncol 2012;125:151-157.

[4] Australian Institute of Health and Wellfare and Australian Ascociation of Cancer Registries State and Territory 5-years Average Annual Incidence Number and Rates by Sex and Cancer Type 2000-2004.

[5] Bunt LVD, Heide UAVD, Ketelaars M, Kort GAP, Jurgenliemk-Schulz IM. Conventional, Conformal, And Intensity-Modulated Radiation Therapy Treatment Planning Of External Beam Radiotherapy For Cervical Cancer: The Impact Of Tumor Regression. Int J Radiat Oncol Biol Phys 2006;64(1):189-196.

[6] Abayomi J, Kirwan J, Hackett A. The prevalence of chronic radiation enteritis following radiotherapy for cervical cancer or endometrial cancer and its impact on quality of life. Europian Journal of Oncology Nursing 2009;13:262-267.

[7] Elit L, Fyles AW, Devries MC, Oliver TK, Kee Fung MF and The Gynecology Cancer Disease Site Group. Gynecologic Oncology 2009;114:528-535.

[8] Hsu W-C, Chung N-N, Chen Y-C, Ting L-L, Wang P-M, Hsieh P-C, Chan S-C. Comparrison of

Page 30: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

23

surgery or radiotherapy on complications and quality of life in patients with the stage IB and IIB uterine cervical cancer. Gynecologic Oncology 2009;115:41-45.

[9] Kim K, Kang SB, Chung HH, Kim JW, Park NH, Song YS. Comparrison of chemoradiation with radiation as postoperative adjuvant therapy in cervical cancer patients with intermediate-risk factors. EJSO 2009;35:192-196.

[10] Mabuchi S, Okazawa M, Isohashi F, Ohta Y, Maruoka S, Yoshioka Y, Enomoto, T, Morishige K, Kamiura S, Kimura T. Postoperative whole pelvic radiotherapy plus recurrent chemotherapy versus extended-field radiation for early stage cervical cancer patients with multiple pelvic lymph node metatastes. Gynecologic Oncology 2010;

[11] Saxena A, Yashar C, Taylor DD, Gercel-Taylor C. Cellular responcse to chemotherapy and rdiation in cervical cancer. Am J Obstet Gynecol 2005;192:1399-403.

[12] Song T, Fang W, Liu P and Chen C. Pharmacokinetics comparrison between pelvic transaterial chemoembolization and transcatheter arterial chemotherapy in animal model. Mol Med Report 2009;2:603-607.

[13] Zhou Z-A, Liu L-M, Chen W-W, Men Z-O, Lin Z-Q, Chen Z, Zhang X-j, Jiang G-L. Combined therapy of trancatheter arterial chemoembolization and three-dimensional conformal radiotherapy for hepatocellular carcinoma. British J of Radiology 2007;80:194-201.

[14] Sacco R, Bertini M, Petruzzi P, Bertoni M, Bargellini I, Bresci G, Federici G, Gambardella L, Metrangolo S, Parisi G, Romano A. Clinical impact of selektif transarterial chemoembolization on hepatocellular carcinoma: A cohort study. World J of Gastroenterology 2009;15(15):1843-1848.

[15] Wang C-C, Lai C-H, Huang H-J, Caho A, Chang C-J, Chang T-C, Chou H-H, Hong J-H. Clinical effect of human papillomavirus genotypes in patients with cervical cancer undergoin primary radiotherapy. In J Radiation Oncology Biol Phys 2010;78(4):1111-1120.

[16] Van De Bunt L, Van Der Heide UA, Ketelaars M, De Kort GAP, Jurgenliemk-Schulz IM. Conventional, conformal, and intensity-modulated radiation therapy treatment planning of external beam radiotherapy for cervical cancer: the impact of tumor regression. Int J Radiation Oncology Biol Phys 2006; 64(1):189-196.

[17] Ohno T, Kato S, Sato S, Fukuhisa K, Nakano T, Tsuji H and Arai T. Long-term Survival and risk of second cancer after radiotherapy for cervical cancer. Int J Radiation Oncology Biol Phys 2007; 69(3):740-745.

[18] Li H, Liu F, Zhou G. Analysis of currative effects of preoperative intra-arterial infusion chemoembolization on stage IB2-IIB uterine cervical cancer. Chinesse J of Clinical Oncology 2008;5(6):443-447.

[19] Richards PJ, Summerfield R, George J, Hamid A, Oakley P. Major trauma & cervical clearance radiation doses & cancer induction. Int J Care injured 2008;39:347-356.

[20] Bansal Nisha, Herzog J Thomas,Shaw Richard E, Primary therapy for early stage cervical cancer: radical hysterectomy vs radiation, American Journal of Obstetric and Gynecology (2009);201;485-91.

Page 31: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

24

Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe EpitelialNyoman Budiana1 dan Ketut Suwiyoga1

1Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, IndonesiaE-mail : [email protected]

AbstrakKanker ovarium menempati urutan ke 5 dan mortalitas menempati nomor 2 dari seluruh penyakit kanker pada wanita sehingga dijuluki silent killer; cenderung meningkat. Hal tersebut terkait dengan kesulitan skrining dan deteksi dini sehingga dilakukan upaya prediksi melalui sistem skoring ketika ditemukan tumor ovarium. Hampir 90% kanker ovarium adalah tipe epitelial sehingga secara epidemiologi klinis kanker ovarium analogi dengan kanker ovarium. Dan, 95% bersifat sporadik dimana faktor risiko belum diketahui dan karsinogenesis yang kontroversi. Dengan demikian, ditingkat praktisi maka dibuatlah sistem skoring untuk prediksi keganasan tumor ovarium terkait upaya penanganan dan prognosis; berdasarkan atas gejala klinis, gambaran USG, dan kadar biomarker. Beberapa indeks risiko keganasan kanker ovarium yang telah disusun seperti Sudarjanto dan morfologi Sassone-Timor Tritsch. Sementara, sistem skoring antara lain the Risk Malignancy Index (MRI) dan the Risk of Ovarian Malignancy Algorithm (ROMA). Rekomendasi pilihan sistem skoring kanker ovarium tipe epitelial di Indonesia dibedakan atas daerah pelayanan sentral, intermedit dan periferi.

Kata kunci: kanker ovarium tipe epitelial, prediksi, sistem skoring

1. Pendahuluan Sampai saat ini, angka kejadian dan mortalitasnya kanker ovarium masih tinggi. Kanker ovarium

adalah silent killer karena 85-90% terdiagnosis pada stadium invasif, lanjut bahkan terminal yang terkait dengan kesulitan skrining dan diagnosis dini. Kesulitan skrining disebabkan oleh karena belum ditemukannya metode yang akurat. Hal ini diperparah oleh sifat totipoten organ ovarium, lokasi anatomi ovarium, mudah terjadi metastasis, gejala yang minimal, serta sosio-ekonomi-budaya-spiritual dan pendidikan masyarakat yang belum memadai

Sebagian besar kanker ovarium adalah tipe pithelial [1] dan ditemukan pada masa pre dan postmenopause [2]. Akan tetapi, pada 2 dekade terakhir terdapat kecenderungan peningkatan angka kejadian kanker ovarium pada masa premenars dan reproduksi [3] dimana sebagiannya masih ingin punya anak sendiri. Hal ini berimplikasi pada tindakan operasi khusus dengan preservasi fungsi organ reproduksi.

Tambahan pula, faktor risiko kanker ovarium belum mendapatkan kesepakatan luas sehingga mekanisme karsinogenesis dan patogenesisnya juga masih kontroversi [4]. Pada dekade terakhir studi diarahkan pada peran onkogen, gen penekan tumor, imunologik, dan berbagai gen [5] yang mungkin ikut berperan untuk kepentingan skrining molekuler; namun hasilnya belum memuaskan.

Dengan demikian, untuk menurunkan angka kejadian dan mortalitas kanker ovarium maka prediksi risiko keganasan ketika ditemukan massa pelvis atau tumor ovarium perupakan pilihan yang dilakukan sebelum dilakukan pembedahan. Sementara, diagnosis pasti kanker ovarium adalah pemeriksaan histopatologik spesimen tumornya sendiri dimana spesimen tersebut diperoleh melalui tindakan pembedahan.

Prediksi risiko keganasan pada tumor ovarium sangat penting dalam upaya antisipasi, seleksi, dan prediksi penanganan [6]. Hal ini terkait dengan adanya perbedaan penanganan pada tumor ovarium jinak ovarium dan ganas. Diagnosis durante operasi merupakan kesempatan kedua melalui pemeriksaan histopatologik potong beku [7], untuk kemudian dikonfirmasi dengan histopatologik definitif. Hal ini terkait dengan beberapa tumor ovarium yang secara klinis diduga jinak tetapi secara

Page 32: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

25

histopatologi menunjukkan tanda ganas [8]. Keadaan ini mengakibatkan tindakan pembedahan yang dilakukan sering suboptimal [9,10] dan memerlukan relaparotomi untuk terapi dan staging definitif [11]. Hal ini meningkatkan beban psikologis, waktu, dan biaya yang pada akhirnya meningkatkan morbiditas dan mortalitasnya.

Berdasarkan klasifikasi histopatologik, 90% kanker ovarium adalah tipe epitelial dan sisanya tipe sex stromal cord dan gonadal. Dan, kanker ovarium tipe epitelial 5-10% herediter [12,13] dan 90-95% sporadik [14,15]. Secara anatomis, kedua ovarium yang relatif kecil berada dalam kavum pelvis ruang abdomen bersama dengan organela intra-abdominal lainnya. Vaskularisasi dan aliran limfe yang kompleks terkait dengan fungsi reproduksinya yaitu folikulogenesis [16], dan steroidogenesis, dan oogenesis [14,17] Keberadaan stigma ovulasi juga sangat memudahkan terjadinya proses seeding, invasi, dan metastasis. Hal ini berkaitan dengan disparitas antara ukuran tumor dengan stadium kanker ovarium itu sendiri [14,15]. Dan, keterlibatan berbagai faktor molekuler dan respon imun serta faktor risiko lain menyulitkan upaya skrining untuk deteksi dini melalui petanda tumor [18].

Beberapa studi melaporkan tentang akurasi diagnosis petanda biomolekuler, biokimiawi [19], gejala dan tanda klinis serta modalitas penunjang seperti gambaran ultrasonografi baik 2 dimensi maupun collor Doppler sebagai prediktor keganasan [20,21,22]. Molecular finger print untuk deteksi dini kanker ovarium juga sedang ramai diteliti [23].

Berdasarkan uraian diatas maka dibutuhkan metode sistem skoring kanker ovarium ketika para klinisi menemukan tumor ovarium; sebelum terapi operatif. Dengan demikian, pada makalah ini akan diutarakan tentang kanker ovarium tipe epitelial, modalitas prediksi kanker ovarium, sistem skoring, dan rekomendasi sistem skoring kanker ovarium tipe epitelial preoperatif di Indonesia.

2. Kanker Ovarium Tipe Epitelial Kanker ovarium tipe epitelial berasal mesotelium / epitel selom, menduduki proporsi terbesar

yaitu 90% yang terdiri atas 75% tipe serosum, 20% musinosum, dan 5% adalah mesonefroid, Brenner dan tidak terklasifikasi [20,24]. Sementara, tumor epitelial ovarium digolongkan menjadi jinak, ganas, dan borderline [20]. Dengan demikian, secara epidemiologi klinik maka kanker ovarium analogi dengan kanker ovarium tipe epitelial.

Tabel1.KlasifikasiTumorOvariumTipeEpitelial[24]

1 Serus

2 Musinus

3 Endometrioid

4 Mesonefroid

5 Brenner

6 Mixed epithelial

7 Undifferentiated

3. Modalitas Prediksi Kanker Ovarium Tipe Epitelial Diagnosis pasti kanker ovarium tipe epitelial pada massa pelvis berdasakan hasil pemeriksaan

histopatologik dimana spesimen diambil melalui tindakan operasi. Sementara pada preoperatif,

Page 33: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

26

modalitas prediksi kanker ovarium tipe eptelial berdasarkan atas hasil pemeriksaan klinik, ultrasonografi (USG), biomarker (bio-kimiawi dan molekuler), dan radioimaging. Selanjutnya, hasil pemeriksaan tersebut dipakai untuk menyusun sistem skoring preoperatif untuk mengetahui indeks risiko keganasan tumor ovarium.

4. Modalitas Prediksi Klinis Modalitas kilinis untuk memprediksi kemungkinan keganasan pada tumor ovarium didasarkan

atas anamnesis dan pemeriksaan fisik. Selanjutnya, dibuatlah indeks dengan nomenklatur tumor ovarium jinak, curiga ganas, dan sangat curiga ganas.

Anamnesis Gejala-gejala kanker ovarium sering samar-samar, tidak jelas dan tidak spesifik [2,7]. Keluhan

utama pada stadium awal kanker ovarium adalah perasaan berat dan tidak enak pada perut bagian bawah disertai nyeri. Keluhan-keluhan ini dirasakan semakin berat sesuai dengan perkembangan penyakit. Penderita dapat juga mengeluh sering kencing dan konstipasi apabila massa menekan kandung kencing dan rectum [24]. Pada stadium berikutnya, pertumbuhannya cepat dan sering disertai nyeri pelvik subakut yang berhubungan dengan distensi ovarium, hemoragik atau nekrosis. Pada stadium lanjut, pasien sering merasakan desakan tumor yang berakibat pada pembesaran perut, konstipasi, nausea, anoreksia atau cepat kenyang [2]. Usaha-usaha untuk menegakkan diagnosis tumor ovarium ganas prabedah dipengaruhi ketajaman pengamatan dokter dalam menghadapi keluhan yang tidak khas. Kewaspadaan umum lebih diutamakan pada pasien-pasien dengan faktor predisposisi yang meningkatkan risiko keganasan ovarium.

Pemeriksaan Fisik Palpasi abdomen dan pemeriksaan ginekologi akan mendapatkan tumor atau massa di dalam panggul

dengan berbagai konsistensi; mulai dari kistik sampai dengan solid. Dicurigai adanya keganasan pada tumor ovarium bila dijumpai hal-hal sebagai berikut [9,25,26]. • Konsistensi tumor yang bervariasi (kombinasi padat, kistik, lunak, atau kenyal).• Bentuk atau permukaan tumor yang tidak beraturan atau berbenjol-benjol.• Pergerakan tumor yang terbatas.• Tumor bilateral dan pertumbuhan tumor berlangsung cepat.

Pada wanita yang telah satu tahun postmenopause, ovarium seharusnya atrofi dan tidak terpalpasi sehingga bila dapat dipalpasi maka dicurigai kearah keganasan ovarium.

Pemeriksaan rektovaginal adalah bagian terpenting dari pemeriksaan fisik pasien dengan kecurigaan keganasan ovarium. Tumor adneksa yang padat, penonjolan kavum Douglas karena ascites, nodul-nodul pada kavum Douglas, dan tumor yang terfiksir merupakan tanda-tanda keganasan. Sebaliknya, tumor adneksa yang rata, mudah digerakkan, dan konsisitensi kistik lebih mendekati arah tumor jinak atau borderline.

Akurasi pemeriksaan pelvis untuk menentukan jinak atau ganasnya tumor ovarium sebesar 70,2% [22]. Hal ini dipengaruhi oleh posisi dan kerjasama penderita saat diperiksa, indeks massa tubuh, ukuran uterus, dan adanya jaringan parut abdomen [24].

Page 34: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

27

Tabel 2. Perbedaan Tumor Ovarium Jinak dan Ganas Berdasarkan Pemeriksaan Panggul [27]

Kriteria Jinak Ganas

1. Sifat Unilateral Bilateral2. Konsistensi Kistik Solid3. Gerakan Bebas Terbatas4. Permukaan Licin Tidak licin5. Ascites Tidak ada/sedikit Banyak6. Benjolan di CD Tidak ada Ada

Ultrasonografi Ultrasonografi dua dimensi (USG 2D) dipakai secara luas untuk prediksi kanker ovarium sehingga

disusunlah sistem skoring berdasarkan morfologi gambaran USG tumor yaitu struktur permukaan dalam, ketebalan dinding, septa, dan ekogenitas tumor tersebut oleh Sassone dan Timor-Tritsch (2007).

Sementara, USG 4D color Doppler dapat meningkatkan sensitifitas dan nilai prediksi positif. Imaginasi aliran pembuluh darah dengan adanya neovaskularisasi-hipervaskularisasi merupakan salah satu petanda keganasan. Dinding pembuluh darah pada tumor memiliki otot polos yang kurang dibandingkan dengan pembuluh darah normal sehingga tahanannya lebih kecil dengan memakai resistance index (RI) dan pulsatility index (PI) [28]. Timor-Tritsch (2007) memprediksi keganasan tumor ovarium dengan cut-off RI < 0,62 dan PI < 0,46 mendapatkan sensitifitas 96,4% dan spesifisitas 99,8% [18}. Namun, alat dan biaya pemeriksaan yang mahal serta memerlukan keahlian pemeriksa yang tinggi mengakibatkan keterbatasan penggunaan alat ini. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan USG color Doppler saja tidak cukup sebagai indikator dalam memprediksi keganasan tumor ovarium.

Biomarker / Petanda Biokimia dan Molekuler Biomarker sebagai petanda kanker ovarium tipe epitelial dengan sensitivitas dan spesifisitasnya

dipakai untuk prediksi kanker ovarium ganas ketika ditemukan massa pelvis.

Petanda Biokimia Beberapa petanda tumor ovarium epitelial yang sering digunakan adalah cancer antigen 125 (CA

125) dan human epidydimis protein 4 (HE-4). Dan, beberapa biomarker yang sedang dipelajari antara lain cancer antigen 72-4 (CA72-4), Lipid Associated Sialic in Plasma (LASA-P), Lysophosphatidic acid (LPA), Lewis X Mucin Determinant (OVX1), dan Tumor-associated Trypsin Inhibitor (TATI). Selain itu, beberapa protein molekuler sedang ramai dipelajari; terutama untuk mengetahui keberhasilan terapi dan prognosis. Indikator molekuler tersebut antara lain protein 53 (p53), BcL-2, HER-2, dan (Caspase).

Cancer antigen 125 adalah glikoprotein dengan berat molekul tinggi dan dapat dikenal dengan monoklonal antibodi (OC-125) dimana CA 125 juga terdapat pada cairan amnion dan epitel selom. Selain itu, CA 125 juga dihasilkan oleh epitel tuba Falopii, endometrium, dan endoserviks serta organ-organ lain di luar organ genitalia seperti sel mesotelial pleura, perikardium, dan peritoneum [27]. Kadar CA 125 meningkat pada kanker ovarium yaitu lebih dari 80% pada kanker ovarium tipe epitelial stadium lanjut dan 50% pada kanker ovarium stadium awal. Tetapi peningkatan kadar CA 125 serum juga diakibatkan oleh keadaan-keadaan inflamasi seperti endometriosis, penyakit radang

Page 35: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

28

panggul atau kehamilan dan pada kanker-kanker non ginekologi seperti kanker payudara, paru, dan gastrointestinal [13] Nilai diagnostik kadar CA 125 serum untuk memprediksi keganasan ovarium mempunyai sensitifitas antara 56-100% dan spesifisitas 60-92% [27]. Saat ini, pemeriksaan kadar CA 125 sangat bermanfaat pada monitoring respon pengobatan kanker ovarium paska pembedahan, serta bermanfaat pada penentuan prognosis penyakit [24].

Human epidydimis protein 4 (HE4) adalah glikoprotein famili whey acidic disulfide core yang awalnya diketahui berperan pada inhibisi protease terkait fertilitas laki. Gen tersebut terletak pada kromososm 20Q12-13.1 dimana HE4 juga terekspresi pada jaringan normal seperti epididimis, trakea, dan kelenjar air liur. Dan, dalam jumlah minimal pada endometrium, tuba Falopii, mamma, paru, prostat, dan kelenjar tiroid; selain kanker ovarium tipe epitelial sendiri [16,21].

Carcinoembryonic Antigen (CEA) adalah glikopretein kompleks pada membrana plasma sel tumor. Kadar serum CEA meningkat 88% pada kanker ovarium tipe epitelial musinus dan 19% pada bukan musinus. Tetapi, kadarnya juga meningkat pada gastrointestinal, mamma, dan paru. Cancer antigen 19-9 (CA 19-9) meningkat pada beberapa kanker ovarium tipe musinus dan carcinoembryonic antigen (CEA) sangat kecil peranannya dalam memprediksi keganasan tumor ovarium [1,7].

Pada saat ini, beberapa jenis test dikembangkan terkait dengan biomarker kanker ovarium tipe epitelial yang masih dalam penelitian seperti Cancer Antigen 72-4 (CA72-4), Lipid Associated Sialic in Plasma (LASA-P), Lysophosphatidic Acid (LPA), Lewis X Mucin Determinant (OVX1), dan Tumor-associated Trypsin Inhibitor (TATI).

Berikut adalah sensitifitas dan spesifsitas beberapa biomarker kanker ovarium tipe epitelial.

Tabel 3. Biomarker Kanker Ovarium Tipe Epitelial

No Sensitifitas(%)

Spesifisitas% NPP (%)

NNP ( %)

Sumber

Petanda Biokimia

1 CA 125 76,4 86,4 74,7 87,4 Schwartz dkk, 19872 HE4 88,9 91,8 50,0 98,8 Holcomb dkk, 20113 CEA 23,4 84,7 45,8 67,3 Stphen dkk, 20044 LASA-P 70,8 89,8 78,6 89,3 Schwartz dkk, 19875 LPA. 91,1 96,3 92,3 80,0 Sutphen dkk, 20046 CA 19-9 33,3 81,0 47,0 70,0 ASCO,2004

Holcomb dkk (2011) dan Roggeri dkk (2011) membandingkan sensitivitas dan spesifisitas CA125 dan HE4 untuk membedakan massa pelvis jinak, boderline dan ganas pada premenopuse. Dipelajari 229 kasus yang terdiri atas 195 tumor jinak, 16 boderline, dan 18 kanker tipe epitelial. Hasilnya, sensitifitas CA125 dan HE4 masing-masing adalah 83,3% dan 88,9%; serta spesifitasnya adalah 59,5% dan 91,8%. Apabila kedua modalitas tersebut digabung maka sensitifitas dan spesifisitas masing-masing adalah 94,4% dan 55,4% [30,32].

Petanda Biomolekuler Sampai tahun 2011, dikenal beberapa petanda biomolekuler kanker ovarium tipe epitelial antara lain

protein 53, BRCA-1, Bcl-2, Her-2/neu,dan kalikrein dimana akurasi diagnosisnya adalah sebagai berikut:.

Berikut ini adalah sensitivitas, spesifisitas, nilai positif palsu, dan nilai negatif palsu beberapa biomarker molekuler kanker ovarium tipe epitelial.

Page 36: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

29

Tabel 4. Petanda Biomolekuler Kanker Ovarium Tipe Epitelial

No Sensitifitas(%)

Spesifisitas(%)

NPP (%)

NNP (%)

Sumber

Petanda Biomolekuler

1. P53 58 71 83 64 Leitao dkk, 2004

2 BRCA-1 40,6 89,1 40,6 89,1 Geisler dkk, 2002

3 Bcl-2 95,7 95,0 96,9 93,0 Hakan dkk, 2008

4 Her2/neu 29,1 90,9 Mojtahedi dkk, 2010

5 Kalikrein 64.,0 56,8 Sherbini dkk, 2011

Catatan: Kendatipun akurasi biomolekuler akurasinya tinggi namun masih relatif mahal sehingga dipakai di

RS tertentu saja dan masih dalam tahap penelitian. NPP=nilai positif palsu dan NNP=nilai prediksi palsu.

Radioimaging Pemakain radioimaging seperti CT Scan multislice dan Positron Emission Tomography (PET)

Scan dalam kaitannya dengan prediksi kanker ovarium tipe epitelial juga belum banyak dilaporkan [24,36].

Sitologik Pemeriksaan sitologik spesimen melalui fine needle aspiration biopsy (FNAB) tumor ovarium

dan cairan ascites. Metode ini kurang diminati terkait dengan sifat traumatik dan akurasi kurang memuaskan. Selain itu, pemeriksaan sitopatologik bahan aspirasi, FNAB, dan metastasisnya ke beberapa organ juga merupakan metode yang direkomendasi. Akurasi sitologik aspirasi cairan acsites masih rendah yaitu 23.0% sensitifitas dan 17.5% spesifisitas [24,37].

5. Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial Berikut beberapa indeks / sistem skoring tumor ovarium untuk prediksi kanker ovarium tipe epitelial

berdasarkan atas gejala dan tanda klinis, morfologi pada ultrasonografi, dan biomarker. Akurasi satu jenis modalitas untuk memprediksi keganasan tumor ovarium prabedah belum memadai [38,39] sehingga disusunlah gabungan beberapa modalitas klinis, ultrasonografi, dan petanda tumor untuk meningkatkan sensitifitas dan spesifisitasnya.

Beberapa modalitas indeks atau sistem skoring untuk memprediksi kanker ovarium tipe epitelial. 1. Indeks Keganasan Ovarium Sudarjanto Indeks keganasan ovarium Sudarjanto (1998) berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tumor

ovarium dan laju endap darah sebagai berikut:

Page 37: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

30

Tabel 5. Indeks Keganasan Ovarium Menurut Soedaryanto [27]No Parameter Kriteria Skor1 Lama

pembesara tumor

Lambat (> 6 bulan atau tidak ada pemebesaran 0Cepat (≤ 6 bulan 1

2 Keadaan umum Baik 0Kurang/tdk baik 1

3 Tingkat kekurusan

Normal/gemuk 0Kurus 1

4 Konsistensi tumor

Kistik homogeny 0Solid 1Campuran 2

5 Permukaan Tumor

Rata / licin 0Tidak teratur 1

6 Gerakan Tumor Bebas 0Terbatas 1

7 Ascites Tidak ada 0Ada 1

8 LED Rendah ((≤ 60 mm) 0Tinggi (> 60 mm) 1

2. Indeks Morfologi Sassone-Timor Tritsch Indeks morfologi Sassone-Timor Tritsch (2007) berdasarkan hasil USG 2 D pada tumor

ovarium adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Skoring Indeks Morfologi Sassone-Timor Tritsch [28]

Morfologi TumorSkor Permukaan Dalam Tebal Dinding Septum Ekogenisitas

1 Halus ≤ 3 mm Absen Anekoik2 Ireguler > 3 mcm ≤3 cm Hipoekoik 3 Papiler solid >3 mm Hipoekoik dengan inti

ekogen4 Solid - - Eko campuran5 - - - hiperekoik

Penilaian memakai batas skor 9, dimana skor < 9 menunjukkan prediksi jinak dan skor ≥ 9 menunjukkan prediksi ganas dengan sensitifitas 94%, spesifisitas 87%, nilai duga positif 60%, dan nilai duga negatif 93,6% [40,41]. Penelitian oleh Herman dkk (2006) menggunakan indeks morfologi Sassone-Timor Tritsch mendapatkan sensitifitas sebesar 92% dan spesifisitas sebesar 86,5% [42]. Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar didapatkan sensitifitas 82%, spesifisitas 96%, nilai duga positif 88%, dan nilai duga negatif 94% [43].

3. The Risk of Malignancy Index The Risk of Malignancy Index (RMI) dibedakan atas 2 tipe yaitu MRI I dan MRI II dimana

akurasi MRI II lebih baik dibandingkan dengan MRI I. Jacob (2005) dan Scholer (2007)

Page 38: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

31

menyusun RMI dengan mengintegrasikan status menopause, temuan USG, dan kadar CA 125 serum dengan formula berikut:

RMI = M x U x CA 125

Keterangan: M adalah status menopause. Nilai 1 untuk premenopause dan nilai 3 untuk postmenopause.

Kriteria postmenopause adalah riwayat amenore lebih dari satu tahun atau wanita umur lebih dari 50 tahun yang sudah dilakukan histerektomi. Sedangkan, selain kriteria tersebut dinyatakan premenopause.

U adalah temuan USG. Klasifikasinya berdasarkan atas kriteria ada atau tidaknya lesi kistik multilokuler, area solid, lesi bilateral, ascites, dan metastasis intraabdominal. Nilai 0 bila tidak ada gambaran USG seperti kriteria diatas, nilai 1 bila tampak satu gambaran saja, dan nilai 3 bila tampak lebih dari 1 gambaran.

CA 125 adalah kadar CA 125 serum absolut dalam satuan U/mL.

Tabel 7. Risk of Malignancy Index Scoring System

Kriteria Sistem skor Skor

Status menopause Premenopause 1 M (1, 3)

Postmenopaus 3

Gambaran USG Multilokuler 0 = Tdk tampak gambaran U (0, 1, 3)

Bagian padat 1 = Tampak 1 gambaran

Bilateral

Ascites 3 = > 1 gambaran

Metastasis

Kadar CA 125 serum

Nilai absolut (U/mL) Nilai CA 125

Penilaian: Nilai cut off 200 digunakan untuk membedakan tumor ovarium jinak dan ganas dengan 87%

sensitifitas dan 97% spesifisitas. Pada tumor ovarium, RMI > 200 berisiko keganasan 42 kali [45] dan RMI < 200 hanya menunjukkan risiko keganasan 0,15 kali [5]. Hasil ini didukung oleh The American College of Obstetricians and Gynecologist yang menyarankan pemakaian RMI sebagai salah satu modalitas untuk memprediksi keganasan tumor adneksa prabedah [46].

Validasi oleh Prys Davies dkk (2000) menggunakan RMI sebagai protokol untuk menseleksi pasien yang berisiko kanker ovarium dimana didapatkan bahwa semakin rendah nilai RMI maka semakin rendah risiko untuk menderita kanker [46].

Page 39: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

32

Tabel 8. Korelasi Risiko Kanker Ovarium Berdasarkan Hasil RMI [27]

Risiko RMI Risiko Kanker (%)

Rendah < 25 < 3 Sedang 25 – 250 20 Tinggi > 250 75

Beberapa keuntungan RMI untuk prediksi keganasan tumor ovarium adalah sederhana sehingga mudah diaplikasikan dalam praktek klinis sehari-hari, mudah dilakukan di rumah sakit perifer hanya dengan USG transabdominal, dan dapat dikerjakan oleh semua dokter ginekologis 46,53]. Namun, terdapat beberapa kelemahan seperti tidak ada standard penilaian pemeriksaan USG.

4. The Risk of Ovarian Malignancy Algorithm The Risk of Ovarian Malignancy Algorithm (ROMA) dikenalkan oleh Moore dkk (2007) yang

merupakan upaya koreksi MRI dengan menambahkan biomarker human protein epidedymis 4 (HE4) [41,53]. dan menghilangkan USG [47]. Modalitas biomarker serum HE4 dan CA125 pada ROMA dinilai lebih objektif dan konsisten dibandingkan dengan USG pada MRI [48,52]. Metode ROMA memakai rumus regresi logistik yang disusun berdasarkan studi prospektif (Women and Infant Hospital of Rohde, N = 219) dan studi retrospektif kasus kontrol (Massachusset General Hospital, N = 206) oleh Motagnana (2011) [46].

Dan, untuk menghitung nilai ROMA maka dibuatlah rumus prediksi probabilitas yaitu:

Keterangan: PP = predictive probablity PI = predictive index, dibedakan atas premenopause dan postmenopause. PI Premenopause =12.0+ [2.38 x LN(HE4) ] + [0.0626 x LN (CA125)] PI Postmenopause = 8.09+[1.04 x LN(HE4) ] + [0.732 x LN (CA125)] Selanjutnya, Moore (2010) melakukan uji diagnostik ROMA pada 531 kasus dengan massa

pelvis yang terdiri atas 248 premenopause dan 283 postmenopause dengan baku emas hasil histopatologik. Berikut ini adalah hasilnya [49].

PP = 100 x ex [(PI) / 1+exp (PI)]

Page 40: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

33

Tabel9.StatusMenopause,Penyakit,Risiko,Sensitivitas,Spesifisitas,Nilai Predeksi Positif, dan Nilai Prediksi Negatif (Moore, 2007) [49].

Menopausal Status

Disease Low Risk High Risk Total Sensitivity Specificity PPV NPV

N % N %

Combined Benigne 263 93.9 89 39.9 352 88.7% 74.7% 60.1% 93.9%

Cancer 17 6.1 134 60.1 151

Total 280 100 223 100 503

Premanopausal Benigne 151 95.0 51 66.2 202 76.5% 74.8% 33.8% 95.0%

Cancer 8 5.0 26 33.8 34

Total 159 100 77 100 236

Postmenopausal Benigne 112 92.6 38 26.0 150 92.3% 74.7% 74.9% 92.6%

Cancer 9 7.4 108 74.0 117

Total 121 100 146 100 267

Pada premanopause, receival of operational curve (ROC) pada CA125, HE4, dan ROMA untuk membedakan massa ovarium jinak dan ganas dengan memakai perhitungan ROC-AUC masing-masing adalah 85,3%, 91,4%, dan 91,9% [31,41,47].

Berikut adalah perbandingan stratifikasi risiko pada premenopause dan postmenopause dengan massa pelvik berdasarkan ROMA dan RMI pada spesifisitas 75% [49,50,54].

Tabel10.StratifikasiRisikoPadaPremenopausedanPostmenopauseDenganMassaPelvisBerdasarkanROMAdanRMIpadaSpesifisitas75%

N (%) Sensitvity (%) PPV (%) NPV (%) Over all Agreement (%)

Benign Cancer ROMA RMI P ROMA RMI ROMA MRI ROM A RMIBenigne vs EOC and LMP 312 (68) 145 (32) 89.0 80.7 0.011 62.3 59.7 93.6 89.3 79.4 76.6

Benigne vs Stage I-IV EOC 312 (72) 123 (28) 94.3 84.6 0.002 59.8 56.8 97.1 92.5 80.5 77.5

Benigne vs Stage I-II EOC 312 (90) 34 (10) 85.3 64.7 0.001 27.1 21.8 97.9 95.1 76.0 73.7

Benigne vs Satge III-IV EOC 312 (78) 86 (22) 98.8 93.0 0.039 52.1 50.3 99.6 97.5 80.2 78.6

Benigne vs Stage I-IIIB and IIIC EOC (omentum and Lymh node +)

312 (88) 44 (12) 68.2 68.2 0.003 33.3 27.5 97.9 94.3 76.7 73.9

Page 41: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

34

REKOMENDASI SISTEM SKORING KANKER OVARIUM TIPE EPITELIAL DI INDONESIA

Indonesia adalah archipelago terbentang sangat luas dalam radius dengan penduduk 240 juta dimana 52.3% wanita. Jumlah penduduk meopause terus bertambah seiring dengan angka harapan hidup wanita. Kanker ovarium tipe epitelial dapat terjadi pada semua usia; tertinggi pada usia post menopause. Sementara, jumlah SpOG sekitar 2.640 dengan distribusi tidak merata dan beberapa daerah kurang bahkan tidak tersedia (Data POGI, 2011).

Berdasarkan hal itu maka diusulkan sistem skoring kanker ovarium di Indonesia dibedakan atas Pusat, Intermdiate dan Periferi. Pusat adalah daerah yang memiliki sumber daya SpOG (K) Onko-ginekologi, USG 4D, Lab Biokimia dan Biomolekuler serta kemampuan masyarakatnya memadai yang biasanya berada di Senter Pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Sedangkan, periferi adalah daerah dengan sumberdaya SpOG, USG 2D, dan keterbatasan laboratorium biomedik serta kondisi masyarakat sedang-maskin yang berada di RS Kabupaten baik sebagai RS Jejaring atau bukan. Dan, daerah intermediate adalah daerah yang memiliki kempampuan diantara pusat dan periferi.

Diagnosis dengan sistem skoring kanker ovarium tipe epitelial ini bukanlah merupakan legalitas penanganan kanker ovarium itu sendiri; namun perlu dicarikan solusi yang terbaik. Untuk sementara, agar dipergunakan sebagai pertimbangan rujukan untuk menghindari penanganan suboptimal atau sebaliknya over treament. Dengan demikian, rekomendasi adalah:1 Pusat adalah ROMA sebagai pilihan pertama dan RMI II sebagai pilihan ke dua. 2 Periferi adalah Indeks Keganasan Kanker Ovarium Sudarjanto (1998) dan atau RMI (2009).3. Intermediate adalah RMI.

Kesimpulan1 Kanker ovarium, 90% tipe epitelial dengan variasi biologi dan molekuler yang lebar; tidak spesifik.

dan silent killer. Sebagai baku emas diagnosisnya adalah histopatologik bahan tumor ovarium yang didapat ketika operatif.

2 Kesulitan skrining dan diagnosis dini kanker ovarium tersebut dipecahkan melalui sistem skoring kanker ovarium. Sistem skoring kanker ovarium tipe epitelial berdasarkan atas gejala klinis, gambaran USG, dan kadar biomarker.

3 Beberapa sistem skoring kanker ovarium tipe epitelial seperti RMI dan ROMA; akurasinya telah teruji. Dan, indeks keganasan ovarium Sudarjanto dan Indeks Morfologi Sassone-Timor Tritsch masih pada tempatnya untuk dibenar gunakan.

Anjuran untuk Indonesia, sistem skoring kanker ovarium tipe epitelial dibedakan atas tiga yaitu sentral dengan ROMA, intermediate dengan MRI atau indeks Sasson-Timor Tritch, dan periferi dengan indeks Sasson-Timor Tritch atau Sudarjanto. Prediksi kanker ovarium tipe epitelial pada massa pelvis dengan modalitas USG 4D Collor Doppler juga direkomendasi dan merupakan pilihan terbatas.

Daftar Pustaka [1] Decherney AH, Nathan L, Godwin TM, Lanfer N. Ovarian Cancer. In: Current Diagnosis and

Treatment Obstetrics and Gynecology. 10th ed. The McGraw-Hill companies. Philadhelpia. 2007: 650-55.

[2] Gershenson DM, Coleman RL. Neoplastic Disease of The Ovary: Screening, Benign and Malignant Epithelial and Germ Cell Neoplasms, Sex-cord Stromal Tumors. In: Katz VL, Lentz GM, Lobo RA, Gershenson DM, eds. Comprehensive Gynecology. 5th ed. Mosby Elsevier. Philadhelpia.

Page 42: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

35

2007: 955-99.[3] Karyana K. Profil kanker ovarium di Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Januari 2002-Desember

2004. PPDS I Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2005: 13-6.[4] Rock JA, Jones HW. Ovarian Cancer: Etiology, Screening, and Surgery. In: Te Linde’s Operative

Gynecology. 10th ed. Lippincott William & Wilkins. Philadhelpia. 2008:1318-20.[5] Leitao MM, Soslow RA, Baergen RB, Olvera N. Mutation and expression of the TP53 gene in

early stage ovarian carcinoma.Gynecol Onco. 2004;93(2):301-306.[6] Stalbovskaya V, Emmanuel C. A New Method for Modeling Preoperative Diagnosis of Ovarian

Tumors. J Clin Oncol 2006;10:1123.[7] Wootipoom V, Dechsukhum C, Hanprasertpong J, et all. Accuracy of Intraoperative Frozen

Section in Diagnosis of Ovarian Tumors. J Med Assoc Thai 2006;89(5):577-82.[8] Mettler L, Patvekar A, Soyinka S, et all. Value of Malignancy Exclusion of Ovarian Cyst Prior to

Laparoscopy. J Rep Med Endocrinol 2008;5(2):93-100.[9] Seidman JD, Ronnet BM, Kurman RJ. Pathology of Borderline (LMP) Ovarian Tumors. Best

Pract Res Clin Obstet Gynecol 2002;16: 499.[10] Semaan A, Munkarah AR, Arabi H, Bandyopadhyay S, Seward S et al. Expression of GLUT-1 in

epithelial ovarian cancinoma: Correlation with tumor cell proliferation, angiogenesis, survival and ability to predic optimal cyttoreduction. Gynecol Oncol 2011;121:181-186.

[11] Rao GG, Skiner E, Gehrig PA, et all. Surgical Staging of Ovarian Low Malignant Potential Tumors. J Obstet Gynecol 2004;104: 261-6.

[12] Stirling D, Evans GR, Pichert G, et all. Screening for Familial Ovarian Cancer: Failure of Current Protocols to Detect Ovarian Cancer at An Early Stage According to The International Federation of Gynecology and Obstetrics System. J Clin Oncol 2005;23 (24): 5588-96.

[13] Lowe KA, Shah C, Wallace E, Anderson GP, Paley P Mc Intosh, et al. Effect of personal characteristics on serum CA 125, mesothelium, and HE4 levels in healthy post-menopausal women at high risk for ovarian cancer. Cancer Epid Biomarkers Pre. 2008; 17(9):2480-2487.

[14] Berek JS, Natarajan S. Ovarian and Fallopian Tube Cancer. In: Berek JS. editor. Berek & Novak’s Gynecology. 14th ed. Lippincott William & Wilkins. Philadhelpia. 2007: 1457-1548.

[15] Einstein MH, Ranowicz CD. Early Diagnosis and Screening for Ovarian Cancer. In: Altcheck A, Deligdisch L, Kase N, ed. Ovarian Disorders. 2nd ed. Elsevier Science. San Diego-California. 2003: 221-4.

[16] De Stefano I, Zannoni GF, Prisco MG, Fagotti A, et al. Cytoplasmic expression of estrogen receptor beta (ERβ) predicts poor clinical outcome in advanced serous ovarian cancer. Gynecol Oncol, 2011; 122: 573-579.

[17] Auersperg N, Wong AST, Choi KC, et all. Ovarian Surface Epithelium: Biology, Endocrinology, and Pathology. Endocrine Review 2001;22(2): 255-88.

[18] Swisher EM, Taniguchi T, Karlan BY. Molecular Scores to Predict Ovarian Cancer Outcomes: A Wortly Goal, but Not Ready for Prime Time. JNCI J; 2012; 104(9):

[19] Yurkovetsky Z, Skates S, Lamakin A, Nolen B, Madugmo F, Mark J, Godwin A, et al. Development of a Multimarkers Assay fro Early Detection of Ovarian Cancer. J of Clin 2010; 28(13):2159-2116.

[20] Cohen L, Fisherman DA. Transvaginal Ultrasonography and Ovarian Cancer. In: Timor-Tritsch IE, Goldstein SR. ed. Ultrasound in Gynecology. Churchill Livingstone. Philadhelpia. 2007: 260.

[21] Fishman DA, Cohen L, Bozorgi K, and Lurain JR. The role of ultrasound in detecting early ovarian carcinoma: The National Ovarian Cancer Early Detection Program. Medica: 42-47.

[22] Herrmann UJ, Locher GW, Goldhirsch. Sonographic Pattern of Ovarian Tumors: Prediction of Malignancy. Obstet Gynecol 1987;69:777-81.

Page 43: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

36

[23] Husseinzadeh N. Status of tumor marker in epithelial ovarian cancer has there been any progress? Gynecol Oncol 2011; 120: 152-157.

[24] Benedet JL, Bender H, Jones H, Ngan HYS, Pecorelli S. FIGO Staging Classification and clinical Practice Guidelines in The Management of Gynecologic Cancers. Int J Gynecol Obstet 2000;70: 116-33.

[25] Clarke SE, Grimshaw R, Rittenberg P, et al. Risk of Malignancy Index in The Evaluation of Patients with Adnexal Masses. J Obstet Gynecol Can 2009;31(5):440-5.

[26] Padilla LA, Radosevich DM, Milad MP. Limitations of The Pelvic Examination for Evaluation of The Female Pelvic Organs. Int J Gynecol Obstet 2005;88(1):84-8.

[27] Hakan C, Derya D, Faruk T, Vildan Y. Statistical interpretation of CA125 and Bcl-2 in serum of patients with late stage ovarian cancer. American Journal of Clinical Oncology.2008;31(8):585-588.

[28] Timor-Tritsch IE, Lerner JP, Santos R. Transvaginal Ultrasonographic Characterisation of Ovarian Masses by Means of Color Flow-directed Doppler Measurement and A Morphologic Scoring System. Am J Obstet Gynecol 1993; 168:909-13.

[29] Schwartz EP, Chambers SK, Chambers JT, Gutmann J, Katopodis N, et al. Circulating tumor markers in the monitoring of gynecologic malignancies. Cancer. 1987;60:353-361.

[30] Holcomb K, Vucetic Z, Miller C, Knapp RC. Human epididymis protein 4 offers superior specificity in the differentiation of benign and malignant adnexal masses in premenopausal women. Am J Obstet Gynecol. 2011;205;167-172.

[31] Sutphen R, Xu Y, Wilbanks GD, Fiorica J, Grendys ED, et al. Lysophospholipids are potential biomarkers of ovarian cancer. Cancer Epidemiol Biomarker Prev. 2004;13:1185-1191.

[32] Roggeri G, Bandiera E, Zanotti L, Belloli S, Ravaggi A, Romani C, et al. HE4 and epithelial ovarian cancer: Comparison and clinical evaluation of two immunoassays and combination algorithm. Clinica Chimica Acta 2011; 412:1447-1453.

[33] Geisler JP, Hatterman-Zogg MA, Rathe JA, Buller RE. Frequency of BRCA1 dysfunction in ovarian cancer. Journal of the National Cancer Institute. 2002;94(1):61-67.

[34] Mojtahedi Z, Dalaki SS, Dehaghani AS, Robati M, Monabati A, et al. Serum HER2 level in epithelial ovarian cancer. Middle East Journal of Cancer. 2010;1(2):65-68.

[35] Sherbini e, Hafiz MA, Mohamed MS, Kawy SE, Hassan E. Diagnostic value of serum kallikrein related peptidases 6 and 10 versus CA125 in ovarian cancer. International Journal of Gynecological Cancer. 2011;21(4):625-632.

[36] Robbie M. Pathology of Ovarian, Fallopian Tube, and Primary Peritoneal Cancer. In: Gershenson DM, McGuire WP, Gore M, et all. Eds. Gynecologic Cancer: Controversies in Management. Elsevier Churchill Livingstone. Philadhelpia. 2004: 369-84.

[37] IARC. GLOBOCAN 2008. Cancer incidence, motrtality and worldwide.[38] The role of the Generalist Obstetrician-Gynecologist in the Early Detection of Ovarian Cancer.

ACOG Committee Opinion No. 280, December 2002: 173-5.[39] Tien Lee, Giede C, 2009. Initial Evaluation and Refferal Guidelines for Mangement of Pelvic /

Ovarian Masses. JOGC; 230: 668- 672. [40] Jacob F, Meier M, Caduff R, Goldstein D, Pochechuevea T, et al. No benefit from combining HE4

and CA125 as ovarian tumor markers in a clinical setting. Gynecol Oncol 121: 487-491.[41] Jacobs I. A Risk of Malignancy Index Incorporating CA 125, Ultrasound, and Menopausal Status

for The Accurate Preoperative Diagnosis of Ovarian Cancer. BJOG 2005;97(10):922-9.[42] Jacobs IJ, Menon U. Progress and Challenges in Screening for Early Detection of Ovarian Cancer.

Molecular and Cellular Proteomics 2004;3:355-66.[43] Rupana W. Prediksi Keganasan Prabedah Tumor Ovarium dengan Skoring Indeks Morfologi

Page 44: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

37

Sassone,Timor-Tritsch. Tesis. PPDSI Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah. Denpasar 2007: 27-8.

[44] Scholler N and Uran N. CA 125 in Ovarian Cancer. Bio Mark Med. 2007;1(4):513-523.[45] Timor-Tritsch IE. Adnexal Masses. In: Timor-Tritsch IE, Goldstein SR. ed. Ultrasound in

Gynecology. Churchill Livingstone. Philadhelpia. 2007: 104.[46] Montagnana M, Danese E, Ruzzennente O, Bresciani V, Nuzzo T, Gelati M, et al. The Risk of

Malignancy Ovarian Cancer Algorithm for estimating the risk of epitlelian ovarian cancer in women presenting wiyh pelvic mass: is it really useful? Clin Med Lab Med. 2011;49(3):521-525.

[47] Van Gorp T, Veldman J, Calster BV, Cadron I, Leunan K, Amant F, Tmmerman D, Vergote I. Subjective assasement by untrasound is superior of the risk of malignancy index (RMI) or the risk of ovarian malignancy algorithm (ROMA) in discriminating benigne from malignant adnexal masses. Eur J of Cancer 2012; xxx-xxx.

[48] Anastasi E, Marchei GG, Viggiani V, Fratti L, Reale MG. HE4: a new potential early biomarker for reccurence of ovarian cancer. Tumor Biol. 2010; 31:113-119.

[49] Moor RG, Jabre-Raughley M, Brown AK, Robison KM, et al. Comparison of novel multipel marker assay vs the Risk of Malignancy Index for prediction of epithelial ovarian cancer in patients with a pelvic mass. Am J Obstet Gynecol 2010; 203:228 e1-6.

[50] Van Gorp T, Cadron I, Daemen A, Leunen K, Amant F, Timmerman D, De Moor B, Vergotte I. HE4 and CA 125 as a diagnostic test in ovarian cancer: prospective validation of the Risk of Ovarian Malignancy Algorithm. British J of Cancer 2011;104(863-870.

[51] Clark TG. Validation of a New Prognostic Index for Advanced Epithelial Ovarian Cancer: Result from Its Application to a UK-Based Cohort, 2007: 5669.

[52] Hovrilesky L, Darcy KM, Hamdan H, Piore RL, Leon G, Bell J and Berchuck A. Prognostic Significance of p53 Overexpression in Advanced Epithelial Ovarian Cancer: A Gynacologic Oncology Gorup Study. J of Clin Oncol 2003; 21(20):3814-3925.

[53] Padilla LA, Radosevich DM, Milad MP. Accuracy of The Pelvic Examination in Detecting Adnexal Masses. Int J Gynecol Obstet 2000;96(4):593-8.

[54] You W, Dainty LA, Rose GS, et all. Gynecologic Malignancy in Women Aged Less than 25 Years. J Obstet Gynecol 2005;105:1405-9.

Page 45: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

38

Deteksi Molekuler Toxoplasma Gondii Pada Mencit Yang Diinfeksi Inokulat Jantung Dan Otak

Ayam Buras

Ida Ayu Pasti Apsari1, Ida Bagus Oka Winaya1, Ida Bagus Ngurah Swacita1

1 Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, IndonesiaE-mail : [email protected]

Abstract Toxoplasma gondii is the intracellular parasite that can infect all animals, including domestic poultry. Mice are highly susceptible animal model of infection T. gondii. The study of mice infected with the heart and brain inoculant free-range chicken has done. Purpose of the study to detect molecularly T.gondii in mice infected with free-range chicken heart and brain inoculant by the Polymerase Chain Reaction (PCR) methods. Ten mice have increased titers of serum from 2 weeks first to 2 weeks second, conducted detection of T. gondii in organs by PCR. The results showed that in mice inoculated with the heart and brain inoculant free-range chicken, is not successfully detected molecularly T. gondii.

Key word: Toxoplasma gondii, free-range chicken, mice, heart and brain inoculant.

1. Pendahuluan Toxoplasma gondii menyebabkan penyakit toksoplasmosis yang sudah tersebar di seluruh

dunia(Tenter et al.,2000)[1]. Kasus toksoplasmosis pada hewan dan manusia, baik di dunia maupun di Indonesia sangat tinggi. Kasus pada manusia berkisar 40-85%, sedangkan pada hewan berkisar antara 5-80% (Subekti et al.,2005)[3]. Tingginya kasus toksoplasmosis pada hewan dan manusia, maka deteksi T. gondii pada hewan maupun manusia merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Metode Inhibitor haemagglutination (IHA) digunakan untuk mendeteksi antibodi T.gondii pada ayam kampung di Jakarta dengan hasil 52,5% (Priyana, 2000)[1]. Mufasirin et al. (2002) mendeteksi antigen T. gondii dengan metode Elisa Dot Blot terdeteksi 100% telur ayam kampung mengandung antigen T. gondii[1]. Suwanti et al.(2006) di Surabaya dengan metode digesti mendeteksi 30% jantung dan otak ayam mengandung sista T. gondii[1]. Metode PCR sensitif dapat mendeteksi T. gondii pada serum mencit 3 hari setelah diinfeksi dengan takizoit strain RH T. gondii dan pada urine 5 hari setelah infeksi (Shojaee et al., 2007a)[1].

Mencit sebagai hewan model untuk infeksi T. gondii diinokulasi melalui intra peritonial. Inokulat yang diinokulasikan ke mencit dapat berupa stadium takizoit atau stadium bradizoit (Janitschke, 1999)[2]. Mencit dipilih sebagai hewan model, karena mencit demikian peka terhadap T. gondii (Nguyen et al.,1996; Jensen et al.,1998; Dubey et al.,1999; Shojaee et al.,2007a; Shojaee et al.,2007b dan Peterico et al.,2009)[1]. Diagnosis toksoplasmosis secara molekuler dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) sudah banyak dilakukan (Berg et al.,1989; Savva et al., 1990; Hohlfeld et al., 1994; Owen et al., 1998; Susanto et al., 2002, dan Priyowidodo, 2003) memberi hasil yang sangat spesifik dan sensitif[1,6]. Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai suatu metode diagnosis terutama untuk toksoplasmosis keberhasilannya sangat ditentukan oleh salah satu syarat yaitu primer. Urutan sekuen oligonuleotida primer berupa urutan yang dapat berhibridisasi secara spesifik dengan molekul DNA cetakan (Yuwono, 2006)[2]. Sarva and Holliman (1989) melaporkan dapat melacak satu T.gondii dalam 106 sel inang dengan metode PCR untuk mendeteksi T.gondii pada jaringan domba dan manusia[1]. Burg et al., (1989)

Page 46: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

39

melaporkankan bahwa metode PCR mempunyai sensitifitas 10 takizoit / 105 sel leukosit[1]. Deteksi T gondii dengan metode PCR pada cairan amnion dapat memberi angka sensitivitas 97,4% dan spesifisitas 99,7% (Hohlfeld et al.,1994)[1]. Primer gen B1 pada metode PCR dapat mendeteksi 10 takizoit, metode ini lebih akurat dibanding dengan uji bioassay. Peneliti yang menggunakan gen B1 sebagai primer memberikan hasil yang sangat sensitif untuk mendeteksi T.gondii di jaringan maupun cairan amnion (Owen et al.,1998; Susanto et al.,2002 dan Priyowidodo, 2003)[1,6]. Dibandingkan dengan capture ELISA dan immunobloting, deteksi T. gondii pada mencit menggunakan metode PCR paling sensitif, yaitu 18 jam setelah infeksi sudah dapat dideteksi (Hafid et al., 2001)[1]. Tujuan penelitian untuk mendeteksi T. gondii pada mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam buras secara molekuler dengan metode PCR.

2. Bahan dan Metode Bahan penelitian yaitu organ (jantung, hati, otak) yang berasal dari mencit yang telah diinfeksi

dengan inokulat jantung dan otak ayam buras. Mencit yang mengalami peningkatan titer serum dari preinokulasi, 2 minggu I inokulasi sampai 2 minggu II inokulasi. Sepuluh mencit yang dipilih yaitu: mencit yang diinokulasi dengan organ ayam buras berasal dari Badung (DJ.I.2 dan DJ.II.1), Denpasar (DJ.I.1), Tabanan (DO.I.2 dan DO.II.1), Buleleng (DJ.II.1), Gianyar (DO.II.1), Klungkung (DJ.I.2 dan DJ.II.1), Bangli (DJ.II.1) dan darah mencit yang positif terinfeksi T. gondii. Primer yang digunakan adalah primer Sag-1 yaitu: Forward: 5′-CACCTGTAGGAAGCTGTAGTCACT-3′ Reverse: 5′-TCACTGTGACCATACAACTCTGTG - 3′ Isolasi DNA dilakukan dengan cara yaitu sekitar 50 mg organ mencit dicacah dengan scalpel. Dimasukkan kedalam tabung ependorf 1,5 ml. Jaringan yang telah tercacah dihomogenkan dengan menggunakan pastel. Selanjutnya jaringan yang telah homogen, DNA nya diisolasi sesuai prosedur “pure-link genomic isolation kit” (Invitrogen). Hasil isolasi DNA ini disimpan pada -200C sampai digunakan.

Metode PCR komponen utama yang diperlukan adalah DNA cetakan; oligonukleotida primer yaitu sekuen oligonukleotida pendek 15–25 bp yang untuk mengawali sintesis rantai DNA; deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP) terdiri atas dATP, dCTP, dGTP, dTTP; enzim DNA polimerase yaitu enzim yang melakukan katalisis reaksi sintesis rantai DNA dan senyawa buffer yang mengandung MgCl2 (Purwanto et al., 1997; Yuwono, 2006; Sudjadi, 2008)[2,4]. Polymerase Chain Reaction dilakukan dengan R-reaction mix 2xPCR (Invitrogen) yang telah mengandung 0,2 mM dNTP, 1,6 mM MgSO4 dan buffer. Formulasi PCR pada penelitian ini diatur sebagai berikut : tabung ependorf mini ke dalamnya dimasukkan sebanyak 1 µl DNA (5µg/µl) yang telah diisolasi dari jantung dan otak ayam kampung dan ditambahkan primer forward (1 pmol) 0,6µl dan reverse (1 pmol) 0,6µl, ditambahkan R-mix (10xbuffer dan 0,2 mM dNTP) 5 µl. Setelah penambahan enzim Taq polymerase (1 unit) 0,25 µl dan terakhir ditambahkan aquabidest sehingga volume akhir menjadi 10 µl, tabung PCR dimasukkan ke dalam Thermocycler eppendorf mastercycler personal atau PTC-100TM. Mesin penyiklus panas diprogram sesuai metode PCR Yuwono (2006) dan Sudjadi (2008) dengan kondisi 950C selama 1 menit (denaturasi), kemudian diturunkan 940C selama 45 detik, selanjutnya pengaturan suhu annealing diatur sesuai hasil optimasi pengaturan suhu annealing primer yang digunakan[2]. Untuk primer Sag-1 digunakan suhu annealing 550C. Elongasi dengan suhu 720C selama 1 menit. Siklus dengan kondisi ini diulang 35 kali. Pada bagian akhir diinkubasi pada suhu 720C selama 5 menit sampai selesai mencapai 220C. Langkah selanjutnya dilakukan elektroforesis pada gel agarose 1% yang telah diisi ethidium bromide dengan konsentrasi 25 µg/ml dengan tegangan 100 Volt selama 30 menit. Visualisasi DNA dilakukan dengan ultraviolet (UV) dan didokumentasi dengan kamera digital.

Page 47: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

40

3. Hasil dan Pembahasan Hasil isolasi DNA organ mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam buras diperoleh

kualitas DNA seperti tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Hasil elektroforesis DNA Toxoplasma gondii dari organ mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam buras. Keterangan: M. Marker (1200 bp), 1.DNA Tbn.DO.II.1, 2.DNA Klk.DJ.II.1, 3.DNA Dps.DJ.I.1., 4.DNA Bdg.DJ.II.1., 5.DNA Gyr.DO.II.1., 6. DNA Bgl.DJ.II.1., 7. DNA Bll.DJ.II.1., 8. DNA darah mencit terinfeksi T. gondii, 9. DNA Bdg.DJ.I.2., 10. DNA Klk.DJ.I.1., 11. DNA Tbn.DO.I.2

Analisis kualitas DNA hasil isolasi berasal dari organ mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam buras seperti tersaji pada Gambar 1, dapat dijelaskan bahwa DNA terlihat fragmennya pendek. Deoxyribonucleic acid Gyr.DO.II.1., Bgl.DJ.II.1., Bll.DJ.II.1., DNA darah mencit terinfeksi T. gondii dan DNA Klk.DJ.I.1 tidak terlihat pita DNA. Kemungkinan DNA tersebut mempunyai panjang basa yang rendah (dibawah 100 bp) sehingga tidak nampak pita pada elektroforesis. Hasil amplifikasi DNA berasal dari mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam buras dengan primer sag-1, seperti tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil amplifikasi DNA Toxolasma gondii dengan primer sag-1 pada mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam buras. Keterangan: M. Marker (1200 bp), 1.DNA Tbn.DO.II.1, 2.DNA Klk.DJ.II.1, 3.DNA Dps.DJ.I.1., 4.DNA Bdg.DJ.II.1., 5.DNA Gyr.DO.II.1., 6. DNA Bgl.DJ.II.1., 7. DNA Bll.DJ.II.1., 8. DNA darah mencit terinfeksi T. gondii, 9. DNA Bdg.DJ.I.2., 10. DNA Klk.DJ.I.1., 11. DNA Tbn.DO.I.2., 12. DNA takizoit T. gondii (kontrol positif), 13. Kontrol negatif.

Page 48: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

41

Hasil amplifikasi DNA T. gondii pada mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam buras tidak terlihat pita DNA dari hasil elektroforesis. Hasil ini mengindikasikan bahwa DNA T. gondii berasal dari mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam buras dengan primer sag-1 tidak berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR. Hasil elektroforesis dari produk PCR ternyata tidak muncul pita DNA (Gambar 2), hal ini kemungkinan karena DNA yang diamplifikasi kuantitasnya terlalu rendah tidak mencukupi untuk amplifikasi secara PCR atau kemurnian DNA yang kurang sehingga terganggu oleh kehadiran protein atau fenol yang dapat mengganggu PCR. Kemurnian DNA 1,5 – 1,8 masih memenuhi standar murni (Sambrook and Russell, 2001), demikian pula konsentrasi minimal 1 µg/µl DNA template diperlukan untuk PCR (Brown, 2006)[2].

Sampel organ untuk isolasi DNA berasal dari mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam buras dan sudah ditera titer serumnya. Mencit yang dipilih untuk sampel deteksi molekuler T. gondii adalah yang mengalami peningkatan titer serum dari preinokulasi, 2 minggu I inokulasi dan 2 minggu II inokulasi, hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa terjadi respon antibodi IgG yang terus meningkat selama infeksi. Sesuai pendapat Jacobs et al.(1960) bahwa hewan dengan titer antibodi 1:2048, pada ototnya kemungkinan mengandung T. gondii sehingga dapat diproses untuk ekstraksi sistanya[1]. Pada penelitian ini organ yang dipilih untuk pemeriksaan molekuler dengan PCR berasal dari mencit yang mempunyai titer serum 512 – 1024 EU. Hasil ini mengindikasikan bahwa titer serum pada mencit 1024 EU tidak disertai dengan kehadiran sista T. gondii pada organnya, sehingga tidak dapat dideteksi secara molekuler.

4. Kesimpulan dan Saran Pemeriksaan molekuler T. gondii pada mencit yang diinfeksi inokulat jantung dan otak ayam

buras, tidak berhasil dideteksi. Disarankan untuk melakukan uji kualitas (kemurnian) dan kuantitas (konsentrasi) DNA untuk mendapatkan hasil PCR yang maksimal.

Ucapan Terima KasihKepada DP2M DIKTI terimakasih atas bantuan dana penelitian melalui Hibah Penelitian Fundamental dan kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam penelitian ini, terimakasih atas bantuan tenaga serta dukungannya.

Daftar Pustaka[1] Tenter, A.M.; Heckeroth, A.R.; Weiss, L.M. 2000. Toxoplasma gondii : From Animals to humans.

Int.J.of Parasitol. 30 : 1217-1258.[2] Subekti, D.T.; Artama, W.T. dan Iskandar, T. 2005. Perkembangan kasus dan Teknologi diagnosis

Toksoplasmosis. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Bogor.[3] Priyana, A.(2000). Antibodi Anti Toxoplasma pada Ayam Kampung (Gallus domesticus) di Jakarta.

Majalah Kedokteran Indonesia. 50(11): 504-507.[4] Mufasirin; Suprihati, E dan Suwanti, L.T. (2003). Studi Toksoplasmosis pada Telur Ayam yang

dijual sebagai campuran jamu di kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo menggunakan uji Dot Blot. Jurnal Penelitian Medika Eksakta. 4(2): 113-119

[5] Suwanti, LT.; Suprihati, E.; Mufasirin. (2006). Prevalensi Toxoplasmosis pada Ayam di beberapa Pasar di kota Surabaya. Media Kedokteran Hewan. 22(1): 32-35.

[6] Shojaee, S.; Rezaei, S. and Keshavarz. 2007a. Detection of Toxoplasma gondii from sera and urine of experimentally infected mice by PCR. Pak J Biol Sci. 10(1): 193-195.

[7] Janitschke, K. 1999. Animal Models of Toxoplasma Infection.Handbook of Animal Models of Infection. Academic Press : 811-820.

Page 49: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

42

[8] Nguyen, T.D.; De Kesel, M.; Bigaignon, G.; Hoet, P.; Pazzaglia, G.; Lammens, M. And Delmee, M. 1996. Detection of Toxoplasma gondii Tachyzoites and Bradyzoites in Blood, Urine and Brain of Infected Mice. Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology 3(6) : 635 – 639.

[9] Jensen, I.; Heegaard, P.M.H. and Lind, P. 1998. A Study of virulence parameter for Toxoplasma gondii infection in mice. Parasitol Res. 84 : 382 – 387.

[10] Dubey, J.P.; Shen, S.K.; Kwok, O.C.H.and Frenkel, J.K. 1999.Infection and Immunity with the strain of Toxoplasma gondii in Rats and Mice. J.Parasitol. 85(4) : 657-662.

[11] Shojaee, S.; Keshavarz, H. Rezaian, M. And Mohebali, M. 2007b. Detection of Toxoplasma gondii antigens in sera from experimentally infected mice. Pak J Med Sci. 23(1) : 100 – 102.

[12] Peterico, S.B.; Langoni, H.; Da Sila, A.V. and Da Silva, R.C. 2009. Evaluation of Toxoplasma gondii placental transmission in BALB/c mice model. Exp.Parasitol. 123 : 168 – 172.

[13] Burg JL, Grover CM., Poeletty P, Boothroyd JC. 1989. Direct and Sensitive Detection of a pathogenic protozoa Toxoplasma gondii by Polymerase chain Reaction. J of Clin Microbiol. 27: 1787–1792

[14] Savva D, Morris JC, Johnson JD, Holliman RE. 1990. Polymerase Chain Reaction from detection of Toxoplasma gondii. J Med Microbiol. 32: 25-31

[15] Hohlfield P, Daffos F, Costa JM, Thulliez P, Forestier F, Vidaud M. 1994. Prenatal diagnosis of congenital Toxoplasmosis with Polymerase Chain Reaction test on amniotic fluid. The New England J of Med. 331 (11) : 695-699.

[16] Owen MR, Clarkson MJ, Trees AJ. 1998. Diagnosis of Toxoplasma abortion in ewes by polymerase chain reaction. The Vet Record. 142: 445-448.

[17] Susanto L, Supali T, Gandahusada S. 2002. Penentuan konsentrasi minimal Gen B1 dan Gen P30 Toxoplasma gondii yang masih terdeteksi dengan reaksi Rantai Polimerase. Makara Kesehatan 6(2) : 64-70.

[18] Priyowidodo. 2003. Kajian Metoda Diagnosis Toksoplasmosis secara Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Pemeriksaan Hstologis. Tesis. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

[19] Yuwono T. 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Edisi pertama. Yogyakarta. Penerbit Andi. Pp.1-237

[20] Sarva U. and Holliman RE. 1989. Diagnosis of Ovine Toxoplasmosis: an alternative to Serology. Vet Record 125: 212-213.

[21] Hafid, J.; Flori, P.; Raberin, H. And Tran Manh Sung, R. 2001. Comparison of PCR, Capture ELISA and Immunoblotting for Detection of Toxoplasma gondii in Infected mice. J.Med.Micobiol. 50: 1100-1104.

[22] Purwanto, M.; Lusida, M.I. dan Handayani, R. 1997. Polymerase chain reaction. Dalam Biologi Molekuler Kedokteran. Editor Suhartono Taat Putra. Edisi pertama. Erlangga Universiy Press.: 150-16

[23] Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Cetakan pertama. Penerbit Kanisius. Pp.21-279.[24] Sambrook, J. and Russell, D.W. 2001. The Basic Polymerase Chain Reaction. In Molecular

cloning. A Laboratory manual. Third Ed. Cold Spring Harbor Laboratory Press, NewYork. Vol 2: 8.18 – 8.24.

[25] Brown, T.A. 2006. The Basic Principles of Gene Cloning and DNA Analysis. In Gene Cloning and DNA Analysis. An Introduction. Fifth Ed. Blackwell Publishing: 1 – 84

[26] Jacobs, I; Remington, JS. And Milton, MI. 1960. A Survey of meat samples from swine, cattle and sheep for the presence of encysted Toxoplasma. J.Parasitol. 46: 23-26

Page 50: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

43

Optimasi Analisis 8 Hidroksi-2 Deoksiguanosin Hasil Biotransformasi Etanol sebagai Biomarker Kerusakan Oksidatif DNA

dengan Dansil Klorida Ni Made Suaniti1, Luh Putu Wrasiati2, Ida Ayu Raka Astitiasih1, A.A. Sg. A. Sukmaningsih1

1Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana2Jurusan Teknologi Pertanian, Badung, Bali, Indonesia

E-mail : [email protected]; [email protected]

AbstractOne of the stress oxidative biomarker is 8-Hydroxy-2’-deoxyguanosine (8OHdG) causes early damage on DNA (deoxyribonucleic acid) as a result of ethanol biotransformation. The aim of this research was to find out the optimal analysis method in order to analyze 8OHdG as a marker of oxidative damage due to ethanol. The research was designed as a true experimental optimized the instrumentation method and applicated the urine samples from rats after treated with ethanol. Before Analysis, standard 8OHdG and the urine samples were cleaned up with solid phase extraction (SPE). The result from the cleaned up were analyzed and optimized by choosing the best derivative, which was figured out from calibration curve coefficient correlation. First derivatization has been done from the result by SPE using N,O-bis(trimethylsilyl)trifluroacetamide (BSTFA) and GC-MS with caffeine as internal standard. The result from separations of 8OHdG and caffeine was shown as specific time retention (tR) at 7.07; 8.27, and 28.47 minutes for 8OHdG, while 19.31 minutes from caffeine. The calibration curve of 8OHdG was corrected at y=2.107x-3.107, with correlation coefficient r2=0.7273. Second derivatization was reacted with dansyl chloride and analyzed with TLC-spectrum photo densitometry, resulted in calibration curve of y=3851.6x-5315.4 with coefficient correlation r2 =0.9079. Fragmentation of specific ion mass on mass spectrometry was finely shown at 7.07 and 28.47 minutes retention times at m/z 73 as trimethylsilyl. At retention time of 28.47 minutes with m/z 383 was M+ and m/z 368 was M+-CH3.

Keyword: 8OHdG, biotransformation, oxidative, DNA, dansyl chloride

1. Pendahuluan Etanol sama halnya dengan obat dapat disebut sebagai zat asing yang tidak diinginkan bagi

tubuh, karena etanol yang berlebihan dapat merusak sel dan mengganggu fungsinya. Oleh karena itu, tubuh akan berusaha untuk merombak zat asing ini menjadi metabolit yang tidak aktif lagi dan sekaligus bersifat lebih hidrofil agar memudahkan proses ekskresinya oleh ginjal. Dengan demikian reaksi-reaksi metabolisme dalam hati, darah, dan beberapa organ lain (paru-paru, ginjal, dan, dinding usus) disebut biotransformasi.

Dalam reaksi biotransformasi, etanol mengalami dua reaksi yaitu fase I atau Fungsionalisme dan fase II atau konyugasi. Khusus reaksi fase I, etanol mengalami reaksi oksidasi menjadi asetaldehida oleh alkohol dehidrogenase (ADH), kekurangan ADH dapat digantikan oleh enzim Microsomal Ethanol Oxidizing System (MEOS atau P4502E1). Aldehid bersifat reversibel dengan etanol [1; 2] dan kemungkinan menghasilkan radikal hidroksil atau .OH (spesies oksigen reaktif /ROS), dan metabolit toksik seperti fatty acid ethyl esters/FAEEs [3]. Radikal OH bereaksi dengan basa nukleotida DNA (guanin) membentuk 8 hidroksi 2’ deoksiguanosin sebagai marker stres oksidatif. Marker 8OHdG ini telah diterima bukan saja sebagai biomarker karsinogenik tetapi juga aging dan penyakit-penyakit degeneratif [4]. Ketidakseimbangan antara pro-oksidan dan antioksidan ada peluang terbentuknya radikal hidroksil (radikal yang paling reaktif) bereaksi secara kimia sehingga sel akan berlipat ganda (multiplying) secara tidak terkendali [5], sehingga memediasi stres oksidatif dan kerusakan DNA serta mengakibatkan kerusakan jaringan hati [6; 7].

Page 51: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

44

Kerusakan hati telah teramati secara histopatologi disertai dengan peningkatan kadar aldehid dehidrogenase sebagai biomarker awal kerusakan setelah konsumsi alkohol secara berulang [8; 9].

Marker 8OHdG ini dapat didegradasi lewat urin dan analisisnya dengan HPLC-ECD, elektroforesis kapiler, dan GC [10; 11; 12; 13]. Untuk pengembangan pemeriksaan biomarker etanol dan mengetahui kerusakan oksidatif DNA yaitu 8OHdG telah dilakukan penelitian optimasi dengan pereaksi dansil klorida dan analisisnya dengan TLC-Spektrofotodensitometri.

2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan ”True experimental optimized instrumentation method” and

applicated the urine samples after ethanol consumption.

3. Metode Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, sentrifuge, Solid Phase

Extraction (SPE), GC-MS, TLC-Spektrofotodensitometri, alat-alat gelas yang telah disterilisasi, pipet khusus untuk pemberian alkohol, wadah penampungan urin.

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tikus Wistar sebanyak 20 ekor, etanol, es batu, dansil klorida, 8-hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OHdG) dari Sigma, metanol, KH2PO4, pH 7, Etil asetat, metanol, dan amonia serta semua reagen berderajat pro analisis.

Tempat Penelitian Penelitian ini dikerjakan di Laboratorium Kimia Universitas Udayana dan analisis 8OHdG dengan

GC-MS dan TLC Spektrofotodensitometri di Laboratorium Forensik POLRI cabang Denpasar.

Perlakuan etanol pada tikus Wistar Dua puluh ekor tikus Wistar dipelihara dan diadaptasikan selama satu bulan dengan standar perawatan

hewan percobaan diberikan makan standar dan minum air. Larutan etanol 20% dan pereaksi-pereaksi kimia untuk penenlitian ini dibuat di jurusan kimia F.MIPA UNUD. Tikus Wistar diambil secara random dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok sebanyak 10 ekor. Po adalah kontrol, P1 adalah perlakuan alkohol 20 % selama 6 minggu. Tikus sebelum perlakuan dipuasakan selama 2 jam dengan tujuan agar analisis tidak terganggu oleh zat atau obat lain selain alkohol. Kemudian tikus kontrol diberikan 1,0 mL akuades, tikus perlakuan diberikan 1,0 mL alkohol 20% secara adlibitum dengan jarum steril di kandang percobaan hewan Universitas Udayana. Penampungan sampel urin dilakukan sehari setelah pemberian etanol terakhir setelah 6 minggu ditempatkan pada wadah steril dan diisi es batu segera disimpan pada suhu -20oC sebelum dianalisis. Masing-masing sampel disentrifuge 2000 g selama 10 menit kemudian endapan dipindahkan sebelum dibersihkan dengan SPE.

Preparasi sampel urin dengan SPE Kolom SPE di kalibrasi dengan 10 mL metanol, 10 mL air, dan 10 mL 5 mM KH2PO4, pH 7 (buffer

A). Sebanyak 5 mL urin ditambahkan 2,5 mL 8-OHdG dan dicampur sebelumnya dengan 2,5 mL HCl 2M. Kolom dicuci dengan 3 mL buffer A dan 8OHdG dan dielusi dengan 3 mL metanol 15% dalam buffer A. Eluat kemudian dicampur dengan 6 mL CH3CN dan disentrifuge 2000g selama 5 menit. Eluat diuapkan sampai kering di bawah vakum pada 39-40oC, residu dilarutkan dengan 0,5 mL metanol [10].

Page 52: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

45

Analisis 8OHdG dengan GC-MS 8OHdG standar dan dalam sampel urin hasil clean up dengan SPE diderivatisasi dengan campuran

50 µL BSTFA dan CH3CN (2:1,v/v), kemudian dipanaskan selama 30 menit pada 100oC. Selanjutnya ditambahkan 250 µg kafein sebagai stándar internal kemudian dilakukan analisis dengan GC-MS (Gambar 3.1) pada kondisi dan sitem optimum. Pemilihan sistem dan kondisi GC-MS sampai diperoleh pemisahan yang baik yang ditunjukkan dengan nilai resolusi atau daya pisah antara 2 komponen > 1,5.

Analisis 8OHdG dengan TLC-Spektrofotodensitometri 8OHdG standar dan dalam sampel urin hasil clean up dengan SPE diderivatisasi dengan pereaksi

dansil klorida dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya dilakukan elusi dengan fase gerak sistem TE yaitu campuran etil asetat : metanol : 25% amonia = 17:2:1 dan analisis 8OHdG dengan TLC-spektrofotodensitometri yang ditunjukkan dalam Gambar 3.2.

Gambar 3.1 GC-MS Gambar 3.2 TLC Spektrofotodensitometri

4. Hasil Dan Pembahasan

4.1 Analisis 8OHdG dengan GC-MS Hasil kromatografi gas BSTFA dan standar kafein ditunjukkan dalam Gambar 4.1 menunjukkan

ada perbedaan pemisahan dengan standar 8OHdG yang diderivatisasi dengan BSTFA menggunakan standar internal kafein. Tujuan penambahan BSTFA adalah untuk meningkatkan volatilitas sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dengan kromatografi gas.

Gambar 4.1 Pemisahan BSTFA dan kafein Gambar 4.2 Pemisahan 8OHdG, BSTFA, dan kafein

Page 53: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

46

Kromatogram pemisahan 8OHdG hasil derivatisasi dengan bis trimetilsilil trifluoroasetamida (BSTFA) dan standar internal kafein dengan kromatografi gas dalam Gambar 4.2, menunjukkan bahwa 8OHdG-BSTFA muncul pada waktu retensi (tR/time retention) yang spesifik pada 7,07; 8,27; dan 28,47 menit sedangkan kafein-BSTFA muncul pada waktu retensi 19,31 menit, data lengkapnya ditabulasi dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil senyawa-senyawa yang muncul setelah 8OHdG diderivatisasi dengan BSTFA

Puncak Waktu retensi (menit) Senyawa yang diduga

1 4,51 Trimetilsililacetamida

2 5,27 Trifluorometilsililmetilketon

3 6,02 1,2-bis(trimetilsiloksi) etana

4 7,07 2-trimetilsililetil ester

5 8,27 Asam propanoat trimetilsilil ester

6 19,31 Kafein

789

21,1022,8828,47

Trimetilsilil asam palmitatAsam oktadekanoat trimetilsilil ester1,8-dihidroksi-3-metilantrakuinon

Hal ini menunjukkan bahwa 8OHdG yang tidak volatil berhasil dianalisis dengan kromatografi gas setelah dibuat dalam bentuk senyawa yang mudah menguap (volatil) dengan BSTFA. Puncak 1, 2, 3, 4,5,6,7,8, dan 9 berturut-turut adalah trimetilsililacetamida, trifluorometilsililmetilketon, 1,2-bis (trimetilsiloksi) etana, 2-rimetilsililetil ester, asam propanoat trmetilsilil ester, kafein, trimetilsilil asam palmitat, asam oktadekanoat trimetilsilil ester, dan 1,8-dihidroksi-3-metilantrakuinon. Menurut [14] bahwa derivat silil ini digunakan untuk analisis sampel yang bersifat polar yang tidak mudah menguap, sebagai urutan reaktivitas gugus-gugus penerima silil adalah sebagai berikut: alkohol> fenol> asam karboksilat > amina > amida.

Marker kerusakan oksidatif 8OHdG bersifat reversibel dengan 8oxodG atau dengan nama IUPAC 7,8-dihidro-8-oxo-2’-deoksi guanosin dan gugus keton cincin 5 digantikan dengan gugus OH disebut dengan 8OHdG. Hal ini diperlihatkan dalam Gambar 4.3 dan 4.4 menurut [4].

Gambar 4.3 Struktur kimia 8oxodG Gambar 4.4 Struktur kimia 8OHdG

Page 54: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

47

Pemisahan 8OHdG yang diderivatisasi dengan BSTFA dan analisis dengan kromatografi gas menunjukkan pemisahan cukup baik dengan resolusi > 1,5 karena puncak antara 8OHdG dan kafein sebagai standar internal cukup terpisah yaitu dengan perbedaan waktu retensi 12,24 dan 9,16 menit. Walaupun banyak puncak muncul, hal ini disebabkan oleh konsumsi etanol dalam waktu lama dapat menyebabkan etanol mengalami reaksi oksidasi menjadi asam asetat dan terjadi metilasi menjadi asam propanoat (seminar nasional agroindustri, 2012) dan seterusnya sampai asam palmitat/asam heksadekanoat, dan asam oktadekanoat trimetilsilil ester. Hasil ini sesuai dengan penelitian [10] tetapi menggunakan standar internal pyrene.

Fragmentasi massa ion spesifik muncul baik pada waktu retensi 7,07 menit maupun 28,47 menit adalah m/z 73 sebagai trimetil silil (Gambar 4.5). DNA adalah suatu basa guanin yang mengandung gugus NH2 dan keton adalah bersifat reversibel dengan OH yaitu 8oxodG dengan 8OHdG. Pada waktu retensi 28,47 juga muncul m/z 383 sebagai M+, hal ini didukung oleh penelitian [15] Sehingga (M+-CH3) muncul pada m/z 368 dalam kromatogram derivatisasi 8OHdG. Fragmen m/z 103 juga didukung oleh penelitian [10] bahwa hasil fragmen ion yang dilaporkan adalah m/z 103 muncul sebagai massa nukleosida.

Radikal oksigen spesies (ROS) menginduksi kerusakan DNA sebagai konsekuensinya terjadi degradasi genomik dalam urin sukarelawan yang terekpos rokok (nikotin) oleh [16]. Ion karakteristik lainnya sebagai (M+.) dan (M+-CH3) berturut-turut adalah 643 dan 628. Fragmen (M+-CH3) muncul sama tetapi pada m/z yang berbeda, hal ini kemungkinan disebabkan oleh standar internal yang berbeda. Fragmen ion 8OHdG pada m/z 28,47 menit, adalah 1,8 dihidroksi-2 metil antrakuinon dengan fragmentasi massa ion muncul sebagai m/z adalah 73, 311, 368, dan 383.

Gambar 4.5 Fragmentasi massa ion 8OHdG pada 28,47 menit

Page 55: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

48

Spektrum massa 1,8 dihidroksi-3- metilantrakuinon sebagai hasil derivatisasi 8OHdG dengan BSTFA diperlihatkan dalam Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2. Dugaan interpretasi hasil Fragmentasi massa ion

No m/z Kemungkinan fragmen yang hilang

1 383 M.

2 368

M.-15 -CH3

3 311 M+-73 -

4 73 (M.-15)-73-222 -Si (CH3)3

4.2 Analisis 8OHdG dengan TLC-Spektrofotodensitometri Hasil derivatisasi 8OHdG standar dengan dansil klorida dapat dideteksi dengan TLC-

spektrofotodensitometri seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.6. Puncak 2 adalah 8OHdG dan puncak 3 adalah dansil klorida. Sampel urin tikus Wistar yang diberikan etanol 20% secara kronis (Gambar 4.7) memberikan puncak spesifik juga sama dengan standar 8OHdG yaitu puncak 2 dan puncak 3 adalah dansil klorida, serta puncak lainnya muncul sebagai puncak 4 dan 5 sebagai pengotor (impurity) yang muncul di dalam sampel urin. Hasil 8OHdG yang diperoleh dalam sampel urin cukup terdeteksi, walaupun masih dalam jumlah sedikit dan muncul sebagai puncak 2 karena 8OHdG sebagai marker awal kerusakan basa guanin pada DNA telah terbukti ada sebagai hasil biotransformasi etanol dalam tikus Wistar. Instrumentasi spektrofotodensitometri dapat dipakai untuk mengukur 8OHdG secara kuantitatif setelah melalui skrening dengan TLC, walaupun batas deteksi yang diperoleh dalam konsentrasi ppm. Untuk meyakinkan lebih lanjut perlu dilakukan penelitian dengan berbagai fase gerak agar dapat meningkatkan kepekaan deteksi dalam sampel cairan biologis akibat stres oksidatif karena penyalahgunaan alkohol.

Gambar 4.6 Kromatogram 8OHdG 500 ppm Gambar 4.7 Kromatogram 8OHdG dalam urin

dengan TLC-spektrofotodensitometri tikus Wistar yang diberikan alkohol 20% secara kronis

Page 56: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

49

Persamaan kurva kalibrasi 8OHdG terkoreksi yang telah di clean up melalui kolom SPE, derivatisasi dengan BSTFA, serta analisis dengan GC-MS adalah y = 2. 107 x – 3. 107 dengan koefisien korelasi 0,7273 (Gambar 4.8). Selanjutnya 8OHdG hasil clean up melalui SPE, diderivatisasi dengan dansil klorida, serta analisis dengan TLC-spec (spektrofotodensitometri) diperoleh persamaan garis kalibrasi 8OHdG terkoreksi adalah y = 3851,6 x -5315,4 dengan koefisien korelasi 0,9079 seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.9.

Kurva kalibrasi 8OHdG GC-MS

y = 2E+07x - 3E+07R2 = 0.7273

-20000000

-10000000

0

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

60000000

70000000

1 2 3 4

Konsentrasi

Are

a T

erko

reks

i

Kurva kalibrasi 8OHdG Terkoreksi TLC Spec

y = 3851.6x - 5315.4R2 = 0.9079

-4000

-2000

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

1 2 3 4

Konsentrasi

Are

a t

erk

ore

ks

i

Gambar 4.8 Kurva Kalibrasi 8OHdG GCMS Gambar 4.9 Kurva Kalibrasi 8OHdG TLC-Spec

5. Kesimpulan Analisis 8 Hidroksi-2’Deoksiguanosin dapat dideteksi dengan TLC-spektrofotodensitometri

setelah optimasi dengan pereaksi dansil klorida dengan sistem pengembang sistem TE (etil asetat: metanol : 25% amonia = 17:2:1). Kurva kalibrasi 8OHdG dengan GC-MS adalah y = 2.107x – 3.107 dengan koefisien korelasi (r2) adalah 0,7273 dan dengan TLC-Spektrofotodensitometri adalah y = 3851,6x – 5315,4 dengan koefisien korelasi 0,9079. Fragmen ion spesifik adalah m/z 73 sebagai trimetil silil dan fragmen ion pada 28,47 menit adalah m/z 383 sebagai M+ dan m/z 368 sebagai M+-CH3. Analisis 8OHdG dengan TLC-spektrofotodensitometri sebagai instrumentasi skrening (kualitatif) dan konfirmasi (kuantitatif) dapat digunakan sama dengan GC-MS. Marker 8OHdG ini layak dikembangkan baik untuk pencarian pengembang yang berbeda-beda maupun pada penelitian eksperimental, setelah alkoholik diberikan ekstrak etanol dari antioksidan alami untuk melihat penurunan stres oksidatif. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat sebagai dasar penelitian kimia terapan pada kasus alkoholik untuk deteksi dini penyakit degeneratif.

Ucapan Terima Kasih Penulis menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah menfasilitasi dalam penyaluran dana sehingga terlaksananya penelitian Hibah Unggulan Udayana 2012. Ucapan terima kasih kepada Lembaga Forensik POLRI atas kerjasamanya, dan berbagai pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini sehingga berhasil dengan baik.

Page 57: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

50

Daftar Pustaka

[1] Deitrich, R., Zimatkin, S., dan Pronko, S. Oxidation of Ethanol in the Brain and its Consequences. J. Alcohol Reaserch and Health. 2006 29: 4.

[2] Pelley JW, Goljan EF. 2007. Rapid review Biochemistry. 2nd Ed. Oklahoma: Elsevier.[3] Suaniti, NM. , Djelantik, A.A.G.S., Suastika, K., Astawa, IN.M. Validation of analysis fatty acid

ethyl esters as biomarkers of ethanol administration. Journal of Medicine and Medical Sciences May 2012. Full Length Research Paper. 2012a (3-5),330-333. http:///www.Interesjournals.org/JMMS.

[4] Valavanidis, A., Vlachogianni, T., Fiotakis, C. 8-hidroxy-2’deoxyguanosine (8OhdG): A Critical Biomarker of Oxidative Stress and Carcinogenesis. Journal of Enviromental Science and Health, Part C: Environmental Carcinogenesis and Ecotoxicology Reviews. 2009 (27-2), 120-139. http://www.tandfonline.com/loi/lesc20. published 01 May 2009. Taylor & Francis. London WiT 3JH, UK.

[5] Astawan M. 2011. Alkohol dalam brem. Teknologi Pangan dan Gizi. Universitas Udayana[6] Vanlaufen A, Jeremy S, Wilson, Romano c, Pirola, Minoti. Role of Alcohol Metabolism in Chronic

Pancreatitis. Alcohol Research & Health. 2007 (30) 48-52.[7] Lehninger, 2008. Principles of Biochemistry. David L. Nelson dan Michael M.Cox. Fifth

edition.W.H.Freeman and Company. New York. ISBN 13:978-0-7167-7108-1[8] Suaniti, NM., Djelantik, A.A.G.S., Suastika, K., Astawa, IN.M. Aldehid Dehidrogenase dalam

Tikus Wistar sebagai Biomarker Awal Konsumsi Alkohol secara Akut. Jurnal Biologi. 2011 (XV- 1) 6-8. ISSN 1410 5252

[9] Suaniti, NM., Djelantik, A.A.G.S., Suastika, K., Astawa, IN.M. Kerusakan Hati Akibat Keracunan Alkohol Berulang pada Tikus Wistar. Jurnal Veteriner Terakreditasi Dikti, Juni 2012b (13-2) 199-204.ISSN: 1411-8327.

[10] Surong, M., Guowang, X., Jun, X., and Caiying W. Method for analysis of 8-Hidroxy-2’-deoxyguanosine in Urine by Gas Chromatography. Journal Analytical Sciences. June 2001a. 17: 779-781.

[11] Surong, M., Guowang, X., Jun, X., and Caiying W., Analysis of Urinary 8-Hidroxydeoxyguanosine by Capillary Electrophoresis and Solid-Phase Extraction. Journal Analytical Letters. 2011b (34-12) 2063-2076.

[12] Kvasnicova, V., Samcova, E., Jursova, A., Jelinek, I. Determination of 8-hydroxy-2’-deoxyguanosine in untreated urine by capillary electrophoresis with UV detection. Journal of Chromatography A, 2003 (985) 513-517.

[13 ]Inaba, Y., Koide, S., Yokoyama, K., and Karube, I. Development of Urinary 9-Hydroxy-2’Deoxyguanosine (8-OHdG) Measurement Method Combined with SPE. Journal of Chromatographic Science. 2011 (49) 303-309.

[14] Rohman, A. (Pengantar Sudjadi). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. E-mail: [email protected] . 2007. ISBN: 978-979-1277-57-0

[15] Lin, H.S., Jenner, A.M., Ong, C.N., Hijang, S.H., Whiteman, M., and Halliwell, B. A High-throughput and sensitive methodology for the quantification of urinary 8-hidroxy-2’deoxyguanosine: measurement with gas chromatography-mass spectrometry after single solid-phase extraction. Journal Biochem. Britain. 2004 (380) 541-548.

[16] Malayappan, B., Garrett, T.J., Segal, M., Leeuwenburgh, C. Urinary analysis of 8-oxoguanine, 8-oxoguanosine, fapy-guanine and 8-oxo-2’-deoxyguanosine by High-performance liquid chromatography-electrospray tandem mass spectrometry as a measure of oxidative stress. Journal of Chromatography A, ScienceDirect. Elsevier. 2007 (1167) 54-62.

Page 58: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

51

Kajian Pola Pertumbuhan dan Aktivitas Antimikroba Isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 Asal Cairan Rumen Sapi Bali

(the study of growth patterns and antimicrobial activity of lactococcus lactis spp lactis 1 isolated from gastric’s fluids of bali cattle)

I Wayan Suardana 1

1 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner,

E-mail: [email protected]

AbstractMicroorganisms are the largest contributor to antimicrobial substances compared with the animals and plants in particular from the group of lactic acid bacteria. The effort for producing antimicrobial substances begins with screening programs by exploiting the microbial world, looking for a diverse strains, thus finding new isolates with the best activity. This aim of study is to identify the antimicrobial activity of lactic acid bacteria isolated from gastric’s fluid of Bali cattle i.e Lactococcus lactis spp lactis 1. The study begins with the determination of the growth patterns, determination of timing generation, production and isolation of antimicrobial substances and finally by the determination of the optimum time for producing of antimicrobial substances. The results showed that Lactococcus lactis spp lactis isolates 1 has a lag phase until 2nd hours, logarithmic phase 2nd to 5th hours , stationary phase 5th to 6th hours, and death phase was began at 6th hours with the generation time of isolate was 2.25 hours. The isolate was known having antimicrobial activity that showed by its activity to inhibit the growth of indicator bacteria i.e Staphylococcus aureus ATCC 29213, Bacillus cereus ATCC 11778 and Escherichia coli ATCC 25922 with its optimum time production was on 6th days. These results indicate that Lactococcus lactis spp lactis isolated 1 has a broad antimicrobial activity (broad spectrum) so that it will be potentially for further investigation. Keywords: Lactococcus lactis spp lactis 1, antimicrobial, gastric fluid, Bali cattle

1. Pendahuluan Saluran pencernaan manusia ataupun hewan diperkirakan mengandung flora normal sampai

1012 bakteri per gram isi saluran cerna dengan perkiraan tidak kurang dari 500 species, termasuk didalammnya sebagian besar merupakan bakteri asam laktat [1].

Bakteri Asam Laktat (BAL) didefinisikan sebagai kelompok jenis bakteri Gram positif yang berbentuk batang dan bulat yang menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi dan memproduksi asam laktat sebagai produk utama hasil metabolismenya [2,3]. Selama dalam proses fermentasi, bakteri asam laktat akan menghasilkan metabolit-metabolit yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri perusak dan bakteri pathogen [4]. Metabolit tersebut terdiri dari asam organik (laktat, asetat, propionat), alkohol, diasetil, hidrogen peroksida (H2O2), reuterin dan bakteriosin [5,6].

Secara umum komposisi dari flora normal (bakteri asam laktat) didalam saluran cerna bersifat spesifik pada tempatnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik (gerakan usus), faktor kimia (perubahan pH) dan juga faktor makanan (diet) sebagai salah satu faktor yang dianggap memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perubahan flora normal dari saluran cerna [1].

Sapi bali sebagai salah satu ternak lokal diketahui memiliki ciri genetik yang khas yaitu: hidupnya yang sederhana / mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga dikenal dengan istilah sapi perintis / sapi pelopor. Sapi bali dapat hidup hanya dengan memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi, tidak selektif terhadap makanan dan memiliki daya cerna yang tinggi terhadap makanan berserat [7]. Bertitik tolak dari sifat perintis dan kemampuan daya cernanya yang tinggi terhadap makanan berserat tersebut, menarik perhatian penulis untuk

Page 59: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

52

mengkaji lebih jauh terhadap bakteri asam laktat asal cairan rumen sapi Bali, dengan asumsi akan dapat ditemukannya isolat bakteri asam laktat yang memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat spesifik sehingga dapat digunakan sebagai food preservatif maupun sebagai pengobatan penyakit infeksius.

2. Metode Penelitian Persiapan Isolat Isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 yang tersimpan dalam gliserol 3% dengan suhu penyimpanan

-20OC diambil dari dalam freezer untuk selanjutnya di thawing dengan cara menyimpan beberapa saat pada almari pendingin suhu 4OC sebelum ditanam pada media biakan [8].

Penentuan Kurva Pertumbuhan dan Waktu Generasi Isolat Penentuan kurva pertumbuhan dan waktu generasi dilakukan dengan menanam isolat pada 5

ml media MRS (de Mann, Rogosa, Sharpe) broth. Biakan selanjutnya diinkubasikan pada suhu 37OC dan pola pertumbuhannya diamati setiap 1 jam dengan cara mengukur serapan optiknya menggunakan alat spektrofometer pada panjang gelombang (λ) 660 nm. Penentuan waktu generasi dari isolat ditentukan dengan penghitungan yang didasarkan atas metode Hadioetomo [9] yakni:

G = t2 – t1 3,3 Log b/B

Keterangan : G = Waktu generasi t2 - t1 = Selang pengukuran antara dua pengukuran kekeruhan yang diambil pada fase logaritmik/ eksponensial dari fase pertumbuhan B = Serapan optik (OD) pada waktu t1 b = Serapan optik (OD) pada waktu t2 Log = Log 10 3,3 = Faktor konversi Log2 menjadi Log 10.

Produksi Senyawa Antimikroba Produksi senyawa antimikroba dilakukan dengan cara kultivasi isolat kedalam media MRS

broth. Bakteri yang tumbuh akan melepas substansi antimikrobanya kedalam media. Media dengan bakteri yang tumbuh setelah diinkubasi selama 24 jam selanjutnya disentrifius dengan kecepatan 3.000 rpm selama 30 menit. Fase cair yang diperoleh dari hasil pemisahan dengan sel-sel bakteri dan dengan sisa-sisa media lainya sudah merupakan substansi ekstraseluler. Untuk memperoleh presipitat antimikroba yang semi-murni, maka supernatan bebas sel sebanyak yang dibutuhkan ditambah dengan garam ammonium sulfat dengan persen kejenuhan dari 20, 30, 40, 50, 60, sampai 70% secara perlahan-lahan sambil diaduk, selanjutnya disentrifius dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Endapan dilarutkan dengan PBS (pH7,2) dengan perbandingan 1:1 (v/v). Endapan yang diperoleh selanjutnya diuji aktivitas antimikrobanya [10].

Pengujian Aktivitas Antimikroba dengan Metode Sumur Aktivitas antimikroba dari substansi ekstraseluler selanjutnya diuji terhadap bakteri penguji

Staphylococcus aureus ATCC 29213 (Gram positif non-spora), Bacillus cereus ATCC 11778 (Gram positif berspora) dan Escherichia coli ATCC 25922 (Gram negatif). Biakan bakteri penguji ditanam

Page 60: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

53

satu ose pada 5 ml media cair MRS broth, diinkubasi 37OC selama 24 jam. Biakan diukur serapan optiknya 0,1 (λ 660 nm) dengan jumlah bakteri 1 x 109 sel / ml [11]. Biakan diambil 1 ml untuk dicampur dan diratakan diatas permukaan media Nutrien Agar, dibiarkan kurang lebih 10 menit sampai inokulum kering untuk selanjutnya dibuat sumuran dengan “gel puncher” yang berdiameter kurang lebih 5 mm. Sumur diisi dengan 15 µl substansi ekstraseluler dan dieramkan pada suhu 37OC selama 24 jam. Sebagai kontrol negatif digunakan akuades steril dan antibiotic disk Ampicillin 10 µg sebagai kontrol positif. Zona terang yang terbentuk disekeliling sumuran menunjukkan adanya antivitas antimikroba terhadap bakteri penguji dan diameter zona yang terbentuk diukur dengan alat jangka sorong.

Penentuan Waktu Optimum Aktivitas Antimikroba Penentuan waktu optimum aktivitas antimikroba dilakukan dengan cara yang sama seperti pada

pengujian aktivitas antimikroba dengan beberapa bakteri penguji seperti diatas, hanya saja aktivitasnya diamati setiap jam (jam 1 sampai 12) serta setiap hari (hari 1 sampai 10).

3. Hasil Dan Pembahasan Penentuan Kurva Pertumbuhan dan Waktu Generasi Hasil pengukuran serapan optik terhadap selang waktu inkubasi sehingga diperoleh kurva

pertumbuhan untuk isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 seperti pada Gambar 1.

Keterangan : A= Fase lag, B=Fase logaritmik, C=Fase stasioner, dan D=Fase kematian

Gambar 1. Pola pertumbuhan isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 pada media MRS broth Data pada Gambar 1 menunjukkan bahwa isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 memiliki

fase lag sekitar 1 jam, dilanjutkan dengan fase logaritmik mulai jam ke-2 sampai jam ke 5, fase stasioner mulai jam ke-5 sampai jam ke-6, untuk selanjutnya memasuki fase kematian mulai jam ke 6 sampai jam ke-11. Berpedoman atas pola pertumbuhan isolat Gambar 1 di atas, maka dapat digunakan untuk menentukan waktu generasi atau waktu yang dibutuhkan oleh isolat untuk membelah menjadi dua sel baru, yang didasarkan atas perhitungan fase logaritmiknya. Hasil perhitungan waktu generasi dari isolat seperti Tabel 1.

Page 61: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

54

Tabel 1. Perhitungan waktu generasi isolat Lactococcus lactis spp lactis 1.

Isolat Umur biakan(Jam)

Nilai OD(λ 660 nm)

Waktu generasi (jam)

Rata-rata(jam)

Lactococcus lactis spp lactis 1

2 0.056 -

2,253 0.081 1.892

4 0.097 3.871

5 0.195 1.000

Tabel 1 menunjukkan bahwa untuk isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 memiliki waktu generasi 2,25 jam. Waktu generasi yang diperoleh ternyata lebih lama dari penelitian yang dilakukan oleh Bintang [12]. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa waktu generasi untuk Streptococcus lactis BCC 2259 yang ditanam pada media Lemco tripton cair adalah 1,668 jam, disamping juga masih lebih lama dari penelitian Suarsana sebesar 0,77 jam [10]. Penentuan pola pertumbuhan dan waktu generasi dari isolat sangat penting dilakukan karena terkait erat dengan waktu optimum dihasilkannya substansi antimikrobial. Sintesis bakteriosin (substansi antimikroba) oleh bakteri terjadi selama fase pertumbuhan logaritmik / eksponensial, sedangkan substansi antibiotik akan dihasilkan pada fase stasioner [13, 14].

Produksi dan Pengujian Aktivitas Senyawa Antimikroba Senyawa antimikroba berupa substansi ekstraseluler sebagai hasil sentifugasi selanjutnya

disesuaikan pH nya menjadi pH 7,0 disamping juga diendapkan dengan garam ammonium sulfat untuk selanjutnya diuji aktivitasnya dengan metode sumur. Hasil penelitian aktivitas antimikroba dari isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 seperti tersaji pada Gambar 2.

Keterangan : 1 = Cairan ekstraseluler 2 = Cairan ekstraseluler (pH 7) 3.= Cairan ekstraseluler diendapkan dengan ammonium sulfat (pH 7) 4.= Kontrol negatif K= Kontrol positif (antibiotic disk Ampicillin 10 µg)

Page 62: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

55

Gambar 2. Diameter zona hambat substansi ekstraseluler dari isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 dengan bakteri indikator Staphylococcus aureus ATCC 29213

Hasil pengukuran selengkapnya diameter zona hambat dari isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 terhadap berbagai jenis bakteri indikator seperti tersaji pada Tabel 2

Tabel 2. Hasil pengukuran diameter zona hambat substansi ekstraseluler dari isolate Lactococcus lactis spp lactis 1 terhadap berbagai jenis bakteri indicator

SubstansiDiameter zona hambat (mm)

Staphylococcus aureus ATCC 29213

Bacillus cereusATCC 11778

Escherichia coli ATCC 25922

1 9,2 7,1 5,5

2 6,1 5,0 6,2

3 6,1 5,5 8,9

4 0 0 0

K 15,0 14,1 11,5

Keterangan : 1 = Cairan ekstraseluler 2 = Cairan ekstraseluler (pH 7) 3.= Cairan ekstraseluler diendapkan dengan ammonium sulfat (pH 7) 4.= Kontrol negatif K= Kontrol positif (antibiotic disk Ampicillin 10 µg)

Memperhatikan data pada Tabel 2 di atas, maka dapat diteguhkan bahwa isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 memiliki aktivitas antibakteri yang luas (broad spectrum) yakni dapat menghambat bakteri indikator Gram positif maupun Gram negatif. Kemampuan substansi ekstraseluler (bakteriosin) didalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif maupun Gram negatif juga pernah dilaporkan oleh beberapa peneliti diantaranya seperti Lyon dan Glatz [15] yang melaporkan bahwa bakteriosin PLG-1 yang dihasilkan oleh Propionibacterium thoenii selain menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif juga mampu menghambat bakteri Gram negatif seperti E.coli JM 109, E.coli V517, Campylobacter jejuni, P. fluorescen, P. aeruginosa dan Vibrio parahaemolyticus. Hasil yang sama juga pernah dilaporkan oleh Suarsana [10] yang menemukan bahwa bakteriosin hasil isolasi Lactococcus plantarum asal susu sapi mastitis, juga mempunyai aktivitas brood spectrum yang dicirikan oleh kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan bakteri E.coli disamping bakteri lainnya seperti Micrococcus varians, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus.

Penentuan Waktu Optimum Produksi Senyawa Antimikroba Pengamatan terhadap waktu optimum produksi senyawa antimikroba dilakukan dengan melakukan

pengamatan secara beruntun terhadap daya hambat yang dihasilkan oleh substansi ekstraseluler dari isolat yaitu terhadap biakan umur 1-12 jam, serta umur 1–10 hari. Hasil pengamatan terhadap diameter zona hambat yang terbentuk seperti Gambar 3.

Page 63: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

56

Gambar 3. Diameter zona hambat substansi ekstraseluler dari isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 dengan bakteri indikator Staphylococcus aureus ATCC 29213 yang diamati setiap jam (A) dan setiap hari (B).

Hasil pengamatan terhadap aktivitas antimikroba berupa diameter zona hambat yang dibentuk oleh substansi ekstraseluler (telah diendapkan dengan garam ammonium sulfat pH 7,0) pada Gambar 3, menunjukkan bahwa substansi ekstraseluler tersebut belum dihasilkan dalam hari pertama, namun mulai dihasilkan pada hari ke -2 dan puncaknya pada hari ke-6. Apabila dilihat dari pola pertumbuhan isolat Lactococcus lactis spp lactis 1 seperti Gambar 1, maka mulai jam ke-2 sampai jam ke-5, bakteri telah memasuki fase pertumbuhan logaritmik dimana produksi substansi ekstraseluler mencapai tahap optimum dan antara jam ke-5 sampai ke-6 telah memasuki fase pertumbuhan eksponensial yang menandakan kemampuan produksi dari bakteri telah mencapai tahap statis. Fenomena hasil penelitian yang didapat, sejalan dengan pendapat dari peneliti Stoffels et al., [13].dan Sameles et al., [14]. Disamping faktor fase pertumbuhan, biosintesis substansi ekstraseluler (bekteriosin) juga dipengaruhi oleh faktor media, pH, suhu, waktu inkubasi dan aerasi [16].

Waktu inkubasi yang lebih dari 6 hari ternyata menunjukkan aktivitas antimikroba dari substansi ekstraseluler (bakteriosin) mulai menurun. Penyebab menurunnya aktivitas antimikroba pada inkubasi yang terlalu lama telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Dajani dan Wannamaker [17] menyatakan bahwa penyebab hilangnya aktivitas antimikroba adalah karena timbulnya inaktivator antimikroba yang spesifik atau karena adanya sifat reabsorpsi antimikroba oleh sel produsen. Peneliti lainnya, Yang et al., [18] juga menyatakan bahwa antimikrobial peptide bakteriosin yang dihasilkan BAL dapat terabsorpsi kembali oleh produsen. Dalam proses ini pH merupakan faktor krusial yang sangat menentukan derajat absorpsi dari peptida ini. Secara umum diperkirakan 93-100% molekul bakteriosin akan diabsorpsi kembali pada pH mendekati 6 dan kurang lebih 5% diabsorpsi pada pH 1,5 – 2. Lebih lanjut Parente et al., [19] melaporkan bahwa penurunan pH media selama inkubasi akan menyebabkan bakteriosin diabsorpsi oleh permukaan sel produsen dan juga inaktivasi bakteriosin oleh enzim proteolitik.

Page 64: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

57

4. Simpulan Pola pertumbuhan dan waktu generasi dari isolat Lactococcus lactis spp lactis1 yakni: untuk

fase lag sampai sekitar jam ke-2 setelah inokulasi, fase logaritmik jam ke-2 sampai jam ke 5, fase stasioner jam ke 5 sampai ke 6 dan fase kematian mulai jam ke-6 dengan waktu generasinya 2,25 jam. Substansi ekstraseluler (bakteriosin) yang dihasilkan oleh isolat bersifat broad spectrum karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri indikator Staphylococcus aureus ATCC 29213, Bacillus cereus ATCC 11778 dan Escherichia coli ATCC 25922, dengan waktu optimum produksinnya pada hari ke-6.

5. Saran Perlunya dilakukan uji kemurnian dan penentuan bobot molekul dari senyawa antimikroba dari

isolat Lactococcus lactis spp lactis disamping juga perlunya dilakukan pengujian aktivitas lanjutan untuk penerapan aplikasinya di lapangan.

Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai proyek penelitian ini melalui dana Penelitian Hibah Bersaing Tahap I Tahun Anggaran 2007 dengan Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 045/SP2H/PP/DP2M/III/2007 Tanggal 29 Maret 2007.

Daftar Pustaka[1] Salminen, S., dan A.V. Wright. 1998. Lactic Acid Bacteria: Microbiology and Functional

Aspects. 2ndEd. Marcel Dekker, Inc. New York-Basel. [2] Tirtasudjana, D.R., 1998. Aktivitas Mikroba Susu yang Difermentasikan Menggunakan Kultur

Campuran Bifidobacter dan Bakteri Asam Laktat lain. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.

[3] Anonimous, 2000. Lactospore. Lactic Acid Bacillus. Lactobacillus sporogenes. http://www.Lactospore.com/back.htm.2000.

[4] Holzapfel, W.H., R. Geisen, and U. Schillinger. 1995. Biological Preservation of Foods with Reference to Protective Cultures, Bacteriocins and Food Grade Enzymes. Int. J. Food Microbiol. 24: 343-362.

[5] Ray, B., dan M. Daeschel. 1992. Food Biopreservatives of Microbial Origin. CRC Press. Boca Raton.

[6] Barefoot, S.F., and C.G. Nettles. 1993. Antibiotics Revisited: Bacteriocins Produced by Dairy Starter Cultures. J. Dairy Sci. 76 : 2366-2379

[7] Bandini, Y., 2003. Sapi Bali. Penebar Swadaya. [8] Suardana, I.W., I.N. Suarsana, I.N. Sujaya dan K.G.Wiryawan. 2007. Isolasi dan Identifikasi

Bakteri Asam Laktat dari Cairan Rumen Sapi Bali sebagai Kandidat Biopreservatif. J.Vet. Vol 8(4): 155-159.

[9] Hadioetomo, R. S., 1982. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Jakarta.

[10] Suarsana, I.N., 2000. Isolasi dan Karakterisasi Substansi Antimikroba yang Dihasilkan oleh Bakteri yang Diisolasi dari Susu Sapi Mastitis. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB

[11] Laemler, C., I.W.T.Wibawan, and F.H. Pasaribu. 1998. Relation Between Encapsulation of Streptococci of Serological Group B and Adherance Properties of The Bacteria to DEAE-saphacel. Media Vet. 5(4): 1-6.

Page 65: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

58

[12] Bintang, M. 1993. Studi Antimikroba dari Streptococcus lactis BCC 2259. Disertasi. Pascasarjana Institut Teknologi Bandung. Bandung. 147 hal.

[13] Stoffels, G., N. Meyer, A. Gudmundsdottir, K. Sletten, H. Holo, and I.F. Nes. 1992. Purification and Characterization of a New Bacteriocin Isolated from a Cornobacterium sp. App and Environ. Microbiol. 58(5): 1417-1422.

[14] Sameles, J., S. Reller, and J. Mtaxopoulus. 1994. Sakacin B a Bacteriocin Produced by Lactobacillus sake Isolated from Greek Dry Fermented Sausages. J. App. Bacteriol. 76: 475-486.

[15] Lyon, W.J., and B.A. Glatz. 1991. Partial Purification and Characterization of a Bacteriocin Produced by Propionibacterium thoenii. J. App and Environ Microbiol. 57: 701-706.

[16] Cintas, L.M., J.M. Rodriguez, M.F. Fernandez, K. Sletten, I.F. Nes, P.E. Hernandez, and H. Holo. 1995. Isolation and Characterization of Pediocin L50, a New Bacteriocin from Pediococcus acidilactici with a Broad Inhibitory Spectrum. App. and Environ. Microbiol. 61(7): 2643-2648.

[17] Dajani, A.S. and L.W. Wannamaker. 1969. Demontration of a Bacterial Substance Against Beta-hemolytic Streptococci in Supernatan Fluids of Staphylococcal Cultures. J. Bacteriol. 97:985-991.

[18] Yang, R., M.C. Johnson, and B. Ray. 1992. Novel Method to Extract Large Amounts of Bacteriocins from Lactic Acid Bacteria. J. App. Environ Microbiol. 58: 3355-3359.

[19] Parente, E., A. Ricciardi, and G. Addario. 1994. Influence of pH on Growth and Bacteriocin Production by Lactococcus lactis subsp. lactis 1 140NCW During Batch Fermentation. J. App. Microbiol Biotechnol. 41: 388-394.

Page 66: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

59

Penentuan Jenis Bahan Kemasan Dan Cara Penyimpanan Ledok Instan

I Ketut Suter 1, I Made Anom Sutrisna Wijaya1 dan Ni Made Yusa1

1Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Bulit JimbaranE-mail : [email protected]

AbstractLedok is a traditional food from Nusa Penida, Bali, in form of non-rice porridge. The main ingredients of ledok were corn and cassava, and other ingredients were peanut, red bean and spinach. These ingredients were locally available. Instant ledok is product developed from ledok traditional. The study was conducted in order to find out the storage method of instant ledok. Experiments was conducted by Random Block Design, with six storage methods and replicated three times. The storage methods were: (1)Package by polyprophylene, ingredients and spices were mixed. (2)Package by polyphropylene, ingredients and spices were not mixed. (3) Package by polyethylene, ingredients and spices were mixed (4) Package by polyethylene, ingredients and spices were not mixed. (5) Package by aluminium foil, ingredients and spices were mixed (6) Package by aluminium foil, ingredients and spices were not mixed. Instant ledok were storage four months in room temperature. The characteristic of instant ledok were observed: sensory characteristic and its nutrient contents. The result of the study showed that after four months storage, the best storage method was package by polyethylene and all of ingredients of instant ledok were mixed together.

Key words : Instant ledok, polyprophylene, polyethylene and aluminium foil

1. Pendahuluan Ledok adalah sejenis bubur, merupakan salah satu jenis makanan tradisional Nusa Penida,

kabupaten Klungkung yang menggunakan bahan baku utama jagung dan umbi ketela pohon dan tanpa menggunakan beras, ditambahkan bahan-bahan lainnya yang tersedia secara lokal seperti kacang panjang, kacang merah dan kemanggi. Pengembangan konsumsi ledok ini perlu dilakukan oleh masyarakat di luar Nusa Penida, sehingga ketergantungan terhadap bahan pokok beras dapat dikurangi. Untuk meningkatkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi ledok, telah dilakukan peningkatan citra ledok. melalui peningkatan nilai gizi dengan menambahkan ikan tongkol dan rumput laut pada formulasi ledok tradisional oleh Suter [1] dan penambahan ikan tenggiri oleh Sugitha [2].

Ikan mengandung protein berkualitas tinggi yang tersusun dari asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh sebesar 13 – 20 %, lemak 1-20 % berupa lemak yang mudah dicerna dengan kandungan sebagian besar adalah asam lemak tidak jenuh. Sisanya adalah vitamin terutama vitamin A dan vitamin D serta mineral dengan kandungan dominan adalah seng, selenium, magnesium dan iodium. Ikan tongkol mengandung protein 18,66 %, lemak 0,28 %, abu 1,20 % dan air sebesar 80,40 % [3]. Ikan diharapkan dapat meningkatkan nilai protein, iodium dan lemak terutama asam lemak tak jenuh omega-3, yang ditengerai dapat mengurangi resiko serangan jantung.. Rumput laut mengandung serat kasar dan iodium. Serat kasar mempunyai kemampuan menurunkan resiko kanker kolon, sedangkan iodium mempunyai peran mengurangi resiko menderita gondok. Dengan penambahan ikan dan atau rumput laut diharapkan ledok menjadi makanan tradisional yang memiliki keunggulan yaitu selain sebagai sumber zat gizi juga berperan sebagai makanan fungsional.

Ledok tradisional cara penyiapan bahan baku dan lama waktu memasak sampai siap saji memerlukan waktu lama yaitu 48 menit, sedangkan lama waktu masak ledok instan adalah 17,5

Page 67: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

60

menit [4]. Bila dibandingkan dengan lama waktu masak beras jagung instan (6 menit) dan beras instan (9 – 11 menit) [5] maka lama waktu masak ledok instan masih relatif lama karena bentuk dan ukuran bahan bakunya masih alamiah. Dengan mengembangkan ledok tradisional menjadi ledok instan maka lama waktu masak dapat dipersingkat dan umur simpannya dapat diperpanjang dengan cara dikemas. Jenis bahan kemasan yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan pangan adalah beberapa jenis plastik dan aluminium foil [6]. Jenis plastik untuk kemasan pangan antara lain (1) Polietilen (PE) merupakan jenis plastik yang paling banyak digunakan dalam industri karena sifat-sifatnya mudah dibentuk, tahan terhadap berbagai bahan kimia penampakan jernih dan mudah digunakan sebagai laminasi. Ada tiga jenis PE yaitu Polietilen Densitas Rendah (LDPE : Low density polyethylene) paling banyak digunakan untuk kantung, mudah dikelim dan sangat murah., Polietilen Densitas Menengah (MDPE : Medium density polyethylene) lebih kaku dari LDPE dan Polietilen Densitas Tinggi (HDPE : Highdensity polyethylene) bersifat paling kaku dan dapat digunakan untuk produk yang akan disterilisasi. Semua jenis PE ini mempunyai sifat kedap air dan uap air sehingga baik untuk menyimpan bahan pangan kering. (2) Polipropilen (PP), memiliki sifat lebih kaku dari PE dan tidak gampang sobek sehingga mudah dalam penanganan dan distribusinya. (3) Aluminium foil (Alufo) adalah bahan kemasan dari logam, berupa lembaran dari aluminium yang padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. Aluminium foil mempunyai sifat hermatis, fleksibel, tidak tembus cahaya dan umumnya digunakan sebagai bahan pelapis. Permasalahannya adalah bagaimana cara penyimpanan ledok instan yang baik belum diketahui. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian cara penyimpanan ledok instan dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan jenis pengemas dan cara penyimpanan ledok instan yang tepat untuk menghasilkan ledok instan yang relatif stabil kandungan zat gizinya, sifat sensoriknya disukai oleh konsumen, aman dikonsumsi dan umur simpan relatif panjang.

2. Bahan dan Metode 2.1. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri atas bahan-ahan ledok instan dan bahan

kimia. Bahan-bahannya adalah beras jagung putih, umbi ketela pohon kuning, biji kacang merah, biji kacang tanah, daun bayam, daun kemanggi, daun salam, lengkuas, bawang putih, cabai merah, garam dapur dan buah jeruk limau. Bahan kimia meliputi bahan-bahan kimia untuk analisis zat gizi seperti H2SO4, NaOH, Tablet Kjeldhal, asam Borat, HCL, alkohol, petroleum benzene, methyl red dan methyl blue. Bahan-bahan lainnya yang digunakan adalah bahan pengemas aluminium foil (AF) dan kantong plastik jenis PP dan PE (HDPE).

Peralatan yang digunakan adalah peralatan untuk memasak ledok instan seperti cublukan, kompor gas, pisau, alat penggiling, dan panci. Peralatan untuk uji sensoris seperti gelas, mangkok dan sendok, serta peralatan untuk analisis kandungan zat gizi seperti oven, desikator, timbangan analitik, peralatan Kjeldahl, peralatan Soxhelt, tanur, spektrofotometer dan alat-alat gelas.

2.2. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 6 (enam)

perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuannya kombinasi jenis kemasan dan cara penyimpanan ledok instan sebagai berikut : a. PP1 = dikemas polipropilen dan semua bahan dicampur.b. PP2 = dikemas polipropilen dan bumbu dipisah dengan bahan lainnya.c. PE1 = dikemas polietilen dan semua bahan dicampur.

Page 68: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

61

d. PE2 = dikemas polietilen dan bumbu dipisah dengan bahan lainnyae. AF1 = dikemas aluminium foil dan semua bahan dicampur.f. AF2 = dikemas aluminium foil dan bumbu dipisah dengan bahan lainnya. Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut : beras jagung putih 110 g, umbi ketela

pohon kuning 55 g, biji kacang merah 55 g, biji kacang tanah 55 g, daun bayam 9,0 g, daun kemanggi 3,0 g, daun salam 5,0 g, lengkuas 5,0 g, air 2.000 ml, bawang putih 4,0 g, cabai merah 6,0 g, garam dapur 1,0 g, kulit buah jeruk limau 4,0 g dan ikan tongkol 30 g [1].

2.3. Pelaksanaan Percobaan a. Persiapan bahan baku ledok instan Persiapan bahan-bahan ledok instan : (1) Umbi ketela pohon kuning disiapkan sebagai

berikut : umbi dikupas, dagingnya dicuci, ditiriskan terus dipotong-potong dengan ukuran 0,5 x 0,5 x 0,2 cm. Selanjutnya umbi yang telah dipotong-potong dikukus pada suhu 100oC selama 35 menit (sampai matang), didinginkan, kemudian di oven pada suhu 70oC sampai kering. (2) Biji kacang tanah kering direbus pada suhu 100oC dalam panci yang berisi air dengan ratio bahan dan air adalah 1 : 3 sampai matang, terus ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan di dalam oven suhu 70oC sampai kering. (3) Biji kacang merah disiapkan sama seperti biji kacang tanah. (4) Beras jagung putih kering direbus (1 bagian jagung : 3 bagian air) pada suhu 100oC selama 37 menit (sampai matang) terus ditiriskan. Nasi jagung selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 70oC sampai kering. (5) Daun bayam dipotong-potong dengan ukuran tertentu, terus diblansir pada suhu 85oC selama lima menit, selanjutnya dikeringkan di dalam oven suhu 70oC sampai kering. (6) Daun salam dan daun kemanggi diblansir pada suhu 85oC selama lima menit, kemudian dikeringkan dalam oven suhu 70oC sampai kering, dan (7) Lengkuas dicincang halus kemudian dikering di dalam oven suhu 70oC sampai kering. (8) Ikan tongkol dikukus sampai matang, kemudian disuir, selanjutnya dikeringkan dalam oven suhu 70oC sampai kering. Persiapan bumbu : bahan-bahan bumbu yaitu bawang putih, cabai merah, garam dapur dan kulit buah limau ditimbang sesuai dengan formulasi, kemudian bahan-bahan bumbu tersebut diblender sampai halus. Selanjutnya bumbu yang telah halus tadi dikeringkan di dalam oven suhu 70oC sampai kering.

b. Pelaksanaan Percoaan Bahan-bahan ledok masing-masing ditimbang dengan jumlah sesuai dengan formulasi,

selanjutnya bahan-bahan tersebut dicampur sesuai dengan perlakuan cara pengemasan yaitu (1) semua bahan dan bumbu dicampur dan (2) bahan-bahan selain bumbu dicampur menjadi satu dan dipisahkan dengan bumbu. Bumbu dikemas dalam kantong plastik. Setelah dilakukan pencampuran bahan-bahan ledok sesuai dengan perlakuan cara pengemasan selanjutnya dikemas dengan jenis kemasan yang berbeda yaitu dikemas dengan (1) polipropilen (PP), (2) polietilen (PE) dan (3) aluminium foil (AF). Ledok instan yang telah dikemas selanjutnya disimpan dengan cara diletakkan diatas meja pada ruangan dengan suhu kamar selama 4 (empat) bulan.

2.4. Parameter Yang Diamati Pengamatan dilakukan setiap bulan yaitu mulai sejak disimpan sampai lama penyimpanan

4 (empat) bulan. Yang diamati adalah ledok instan siap saji yaitu dengan cara merebus semua bahan ledok instan dalam air mendidih sampai matang.

Analisis yang dilakukan terhadap ledok instan siap saji adalah (1) kandungan zat gizi

Page 69: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

62

(karbohidrat, protein, lemak, abu dan air) dengan metode Proxymate analysis [7], serat kasar dengan metode hidrólisis [8], iodium dengan metoda spektrofotometer dan vitamin C dengan metode titrasi iodium[9]. (2) uji sensoris terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, penerimaan keseluruhan dengan metode uji Hedonik [10] dan (3) masa kedaluwarsa dari ledok instan. Masa kedaluwarsa ditentukan berdasarkan adanya kerusakan pada bahan selama disimpan pada suhu kamar. Tanda-tanda kerusakan yang terjadi diamati secara visual, terutama adanya perubahan warna, aroma dan pertumbuhan kapang. Bila muncul salah satu atau lebih tanda kerusakan tersebut (perubahan warna, perubahan aroma dan adanya pertumbuhan kapang) pada ledok instan maka ledok instan dinyatakan rusak.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Penyimpanan 1 (satu) Bulan a. Kandungan Zat Gizi dan Kimia Ledok Instan Hasil analisis zat gizi dan kimia disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis ragam

diketahui bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, abu, protein, karbohidrat dan vitamin C, tetapi berpengaruh nyata terhadap kandungan lemak dan serat kasar ledok instan. Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui bahwa ledok instan setelah disimpan 1 (satu) bulan kadar airnya berkisar antara 75,86 % - 80,08 %, kadar abu berkisar antara 0,59 % – 0,77 %, kadar protein berkisar antara 2,60 % - 2,90 %, kadar karbohidrat berkisar antara 14,29 % - 17,86 % dan kadar vitamin C berkisar antara 44,41 mg/100 g - 52,66 mg/100 g. Kadar lemak tertinggi terdapat pada ledok instan yang dikemas dengan AF dengan bahan dan bumbu terpisah (AF2), sedangkan kadar serat kasar tertinggi terdapat pada ledok instan yang dikemas dengan AF dengan bahan baku dicampur semuanya (AF1). Berdasarkan kandungan zat gizi dan kimia ledok instan, perlakuan yang terbaik adalah ledok instan yang dikemas dengan aluminium foil dengan bumbu terpisah dari bahan-bahan lainnya (AF2).

Tabel 1. Nilai rata-rata kandungan zat gizi dan kimia ledok instan disimpan 1 (satu) bulan

Perlakuan Air (%)

Abu(%)

Protein(%)

Lemak(%)

Karbohidrat(%)

Serat kasar (%)

Vitamin C. (mg/100 g)

PP1 77,52a 0,73a 2,80a 3,10ab 15,85a 6,45b 50,34a

PP2 78,37a 0,76a 2,67a 1,44c 16,77a 5,08c 50,04a

PE1 78,46a 0,70a 2,75a 2,10b 14,29a 6,01bc 44,41a

PE2 75,86a 0,77a 2,60a 2,29b 17,86a 11,36a 47,81a

AF1 80,08a 0,71a 2,84a 2,61b 15,49a 9,74a 52,66a

AF2 76,36a 0,59a 2,90a 4,10a 16,68a 6,20bc 51,78a

b. Sifat Sensorik Ledok Instan Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa perlakuan jenis pengemas dan cara

penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap sifat sensorik (warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan) ledok instan setelah disimpan selama 1 (satu) bulan. Dari Tabel 2 dapat

Page 70: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

63

dilihat bahwa tingkat penerimaan panelis terhadap ledok instan dari segi warna berkisar antara 4,53

Tabel 2. Nilai rata-rata skor hasil uji sensoris ledok instan.disimpan 1(satu) bulan.

Perlakuan Warna Aroma Tekstur Rasa Pener imaan keseluruhan

PP1 4,60 a 4,00a 4,33a 4,20a 4,53a

PP2 5,07 a 4,87a 4,80a 4,87a 5,00a

PE1 4,87 a 4,73a 4,53a 4,07a 4,73a

PE2 4,60 a 4,53a 4,67a 4,47a 5,13a

AF1 4,53 a 4,93a 4,47a 4,73a 4,80a

AF2 4,60 a 4,27a 4,27a 4,47a 4,87a

(biasa) – 5,07 (agak suka), aroma berkisar antara 4,00 (biasa) – 4,93 (biasa), tekstur berkisar antara 4,33 (biasa) – 4,80 (biasa), rasa berkisar antara 4,07 (biasa) – 4,87 (biasa) dan penerimaan keseluruhan 4,53 (biasa) – 5,13 (agak suka). Berdasarkan sifat sensorik ledok instan setelah disimpan selama 1 (satu) bulan semua perlakuan menghasilkan ledok instan yang sama.

Berdasarkan sifat sensorik dan kandungan zat gizi ledok instan setelah disimpan selama 1 (satu) bulan dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang terbaik adalah AF2 yaitu ledok dikemas dengan aluminium foil dengan bumbu dipisah dari bahan-bahan ledok lainnya.

3.2. Penyimpanan 2 (dua) Bulan

a. Kandungan Zat Gizi dan Kimia Ledok Instan Berdasarkan hasil anlisis ragam diperoleh bahwa perlakuan jenis kemasan dan cara

penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu, karohidrat dan serat kasar, tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar air, protein, lemak dan vitamin C ledok instan setelah disimpan 2 (dua) bulan.

Tabel 3. Nilai rata-rata kandungan zat gizi dan kimia ledok instan disimpan 2 (dua) bulan

Perlakuan Air (%)

Abu(%)

Protein(%)

Lemak(%)

Karbohidrat(%)

S e r a t kasar (%)

Vitamin C. (mg/100 g)

PP1 77,90ab 0,75a 3,37a 1,55b 16,23a 5,15a 45,45abPP2 73,72c 0,91a 2,51c 1,44b 17,97a 5,79a 40,93cPE1 76,72b 0,81a 2,78bc 3,57a 17,69a 6,17a 46,24aPE2 73,43c 0,80a 2,65bc 1,27b 17,51a 6,33a 43,33abcAF1 77,53ab 0,72a 2,70bc 1,88b 17,18a 5,45a 42,39cAF2 79,19a 0,82a 3,00ab 1,89b 18,83a 5,20a 43,06bc

Page 71: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

64

Dari Tabel 3 diketahui bahwa kadar air paling rendah adalah pada ledok instan dikemas dengan PE2 (73,43 %) dan yang tinggi ada pada AF2 (79,19 %), kadar protein yang tinggi pada PP1 (3,37 %), sedangkan yang rendah adalah pada PP2 (2,51 %). Kadar lemak yang tertinggi pada PE1 (3,57 %) sedangkan kadar lemak ledok linstan lainnya tidak berbeda antara satu dengan lainnya yaitu berkisar anatara 1,27 % - 1,89 %. Kadar vitamin C yang tinggi adalah pada PE 1 (46,24 mg/100 g) sedangkan yang rendah pada PP2 (40,93 mg/100 g). Kadar abu, karbohidrat dan serat kasar ledok instan yang dikemas dengan jenis kemasan dan cara penyimpanan yang berbeda tidak berbeda nyata satu dengan lainnya yaitu kadar abu berkisar antara 0,72 % - 0,91 %, karbohidrat berkisar antara 16,23 % - 18,83 dan kadar serat kasar berkisar antara 5,15 % - 6,33 %. Kemasan jenis PE dapat mempertahankan kandungan lemak dan vitamin C ledok instan lebih tinggi dari jenis kemasan lainnya (PP dan AF) mungkin karena sifat kedap terhadap oksigen lebih baik. Berdasarkan kandungan zat gizi dan kimia ledok instan setelah disimpan 2 (dua) bulan dapat dinyatakan bahwa perlakuan yang terbaik adalah ledok instan yang dikemas polietilen dengan bahan baku dicampur semuanya (PE1).

b. Sifat Sensorik Ledok Instan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pengemas dan cara penyimpanan

tidak berpengaruh nyata terhadap sifat sensorik (warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan) ledok instan setelah disimpan selama 2 (dua) bulan. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa tingkat penerimaan panelis terhadap ledok instan dari segi warna berkisar antara 4,27 (biasa) – 5,00 (agak suka), aroma berkisar antara 4,13 (biasa) – 4,80 (biasa), tekstur berkisar antara 4,07 (biasa) – 4,93 (biasa), rasa berkisar antara 4,00 (biasa) – 4,60 (biasa) dan penerimaan keseluruhan 4,07 (biasa) – 5,07 (agak suka). Berdasarkan pada sifat sensorik ledok instan setelah disimpan 2 (dua) bulan dapat dikatakan bahwa semua perlakuan menghasilkan ledok instan yang sama.

Tabel 4. Nilai rata-rata skor hasil uji sensoris ledok instan.disimpan 2(dua) Bulan

Perlakuan Warna Aroma Tekstur Rasa P e n e r i m a a n keseluruhan

PP1 5,00a 4,20a 4,93a 4,40a 5,07a

PP2 4,27a 4,80a 4,33a 4,13a 4,67a

PE1 4,87a 4,20a 4,67a 4,60a 4,40a

PE2 4,67a 4,27a 4,47a 4,60a 4,27a

AF1 4,80a 4,40a 4,13a 4,47a 4,73a

AF2 4,47a 4,13a 4,07a 4,00a 4,07a

Berdasarkan sifat sensorik dan kandungan zat gizi serta kimia ledok instan setelah disimpan selama 2 (dua) bulan dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik adalah ledok instan yang dikemas dengan polietilen dengan bahan baku dicampur semuanya (PE1)

Page 72: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

65

3.3. Penyimpanan 3 (tiga) Bulan

a. Kandungan Zat Gizi dan Kimia Ledok Instan Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa perlakuan jenis kemasan dan cara

penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, abu, protein, karohidrat dan serat kasar, tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar lemak dan vitamin C ledok instan setelah disimpan 3 (tiga) bulan. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kadar air berkisar antara 74,44 % - 77,51 %, abu berkisar antara 0,81 % - 0,91 %, protein berkisar antara 3,30 % - 4,24 %, karbohidrat berkisar antara 16,23 % - 20,76 % dan serat kasar berkisar antara 6,75 % - 8,41 %. Kadar lemak tertinggi yaitu 3,57 % ada pada PE1, sedangkan kadar lemak ledok instan lainnya lebih rendah dan tidak berbeda satu dengan lainnya. Kadar vitamin C yang tinggi adalah 54,58 mg/100 g pada PE1, sedangkan yang rendah pada PE2 yaitu sebesar 49,14 mg/100 g. Setelah dilakukan penyimpanan selama 3 (tiga) bulan kemasan jenis PE dapat mempertahankan kandungan lemak ledok instan lebih tinggi dari jenis kemasan lainnya (PP dan AF) mungkin karena sifat kedap terhadap oksigen lebih baik sehingga kerusakan lemak akibat oksidasi lebih kecil. Berdasarkan kandungan zat gizi dan kimia terutama kadar lemak dan vitamin C ledok instan setelah disimpan selama 3 (tiga) bulan dapat dikatakan bahwa perlakuan terbaik adalah ledok instan dikemas polietilen dengan bahan baku dicampur semuanya (PE1).

Tabel 5. Nilai rata-rata kandungan zat gizi dan kimia ledok instan disimpan 3 (tiga) bulanPerlakuan Air

(%)Abu(%)

Protein(%)

Lemak(%)

Karbohidrat(%)

Serat kasar (%)

Vitamin C. (mg/100 g)

PP1 77,51a 0,89a 3,30a 1,55b 20,76a 7,68a 47,33c

PP2 76,02a 0,81a 4,24a 1,45b 17,48a 8,41a 53,66ab

PE1 75,32a 0,91a 3,98a 3,57a 16,23a 6,75a 54,58a

PE2 74,44a 0,84a 3,87a 1,27b 19,58a 7,69a 49,14c

AF1 74,89a 0,84a 3,51a 1,88b 18,88a 7,07a 49,54bc

AF2 74,95a 0,81a 3,39a 1,89b 18,97a 8,08a 49,99bc

b. Sifat Sensorik Ledok Instan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pengemas dan cara penyimpanan

tidak berpengaruh nyata terhadap sifat sensorik yaitu warna, aroma, tekstur, dan penerimaan keseluruhan tetapi berpengaruh nyata terhadap rasa ledok instan setelah disimpan selama 3 (tiga) bulan. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa tingkat penerimaan panelis terhadap ledok instan dari segi warna berkisar antara 4,27 (biasa) – 5,00 (agak suka), aroma berkisar antara 4,67 (biasa) – 5,13 (agak suka), tekstur berkisar antara 4,47 (biasa) – 4,87 (biasa), dan penerimaan keseluruhan 4,60 (biasa) – 5,20 (agak suka). Rasa ledok instan yang mendapat skor tinggi adalah pada PE2 yaitu 5,27 (agak suka), sedangkan rasa ledok instan lainnya berkisar antara 4,40 (biasa) – 4,93 (biasa). Berdasarkan sifat sensorik terutama penerimaan keseluruhan ledok instan oleh panelis dapat dikatakan bahwa semua perlakuan masih dapat diterima oleh panelis dengan tingkat penerimaan biasa-agak suka.

Page 73: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

66

Tabel 6. Nilai rata-rata skor hasil uji sensoris ledok instan disimpan 3(tiga) bulan.

PerlakuanWarna Aroma Tekstur Rasa Penerimaan

keseluruhan

PP1 4,73a 5,13a 4,60a 4,87ab 4,67a

PP2 4,93a 4,80a 4,87a 4,40b 4,60a

PE1 5,13a 5,07a 4,67a 4,53b 4,67a

PE2 4,53a 5,07a 4,73a 5,27a 5,20a

AF1 5,20a 5,07a 4,47a 4,93ab 4,87a

AF2 4,93a 4,67a 4,80a 4,80ab 4,80a

Berdasarkan sifat sensorik dan kandungan zat gizi serta kimia ledok instan setelah disimpan selama 3 (tiga) bulan dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik adalah ledok instan yang dikemas polietilen dengan bahan baku dicampur semuanya (PE1).

3.4. Penyimpanan 4 (empat) Bulan

a. Kandungan Zat Gizi dan Kimia Ledok Instan Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa perlakuan kombinasi jenis kemasan

dan cara penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, abu, protein, lemak, karohidrat dan serat kasar, tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C ledok instan setelah disimpan 4 (empat) bulan. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar air ledok instan berkisar antara 74,91 % - 76,94 %, kadar abu berkisar antara 0,81 % - 0,91 %, kadar protein berkisar antara 3,00 % - 4,80 %, kadar lemak berkisar antara 2,95 % - 3,42 %, kadar karbohidrat berkisar antara 15,73 % - 18,05 % dan kadar serat kasar berkisar antara 4,84 % - 7,03 %, sedangkan kadar vitamin C yang tertinggi terdapat pada ledok instan PP2 (tidak berbeda dengan PE1) yaitu sebanyak 32,00 mg/100 g dan terrendah terdapat pada ledok instan PP1 yaitu 19,59 mg/100g. Hal ini mungkin disebabkan karena vitamin C yang ada pada bumbu (dikemas) yang terpisah dari bahan-bahan ledok lainnya lebih terlindung dari kerusakan akibat oksidasi, sehingga jumlah yang tertinggal pada ledok lebih banyak.

Tabel 7. Nilai rata-rata kandungan zat gizi dan kimia ledok instan disimpan 4 (empat) bulan

Perlakuan Air(%)

Abu(%)

Protein(%)

Lemak(%)

Karbohidrat(%)

Serat kasar(%)

Vitamin C (mg/100 g)

PP1 75,85 a 0,84 a 4,26 a 3,34 a 15,73a 6,61 a 19,59 cPP2 74,91 a 0,91 a 4,80 a 3,18 a 16,21 a 5,72 a 32,00 aPE1 76,94 a 0,90 a 3,25 a 2,95 a 15,96 a 6,49 a 31,60 aPE2 75,55 a 0,81 a 4,17 a 3,18 a 16,29 a 7,03 a 29,91 abAF1 74,96 a 0,85 a 3,00 a 3,15 a 18,05 a 6,73 a 28,17 abAF2 75,05 a 0,87 a 3,69 a 3,42 a 16,99 a 4,84 a 26,51 b

Page 74: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

67

Kadar Iodium tidak dipengaruhi oleh jenis kemasan dan cara pengemasan pada ledok instan yang disimpan 1 (satu), 3 (tiga) dan 4 (empat) bulan, tetapi jenis kemasan dan cara pengemasan berpengaruh terhadap kadar Iodium ledok instan yang disimpan selama 2 (dua) bulan (Tabel 8). Kadar Iodium tertinggi pada ledok instan yang dikemas dengan jenis kemasan dan cara pengemasan PP2 yaitu sebesar 0,37 mg/kg, sedangkan kadar Iodium terrendah adalah pada perlakuan PP1 dan PE2 yaitu 0,31 mg/kg. Perbedaan tersebut sekalipun signifikan, namun nilainya masih kecil yaitu maksimal 0,06 mg/kg. Kadar Iodium ledok instan setelah disimpan 4 (empat) bulan tampak relatif stabil yaitu pada awal penyimpanan rata-rata kadar Iodium 0,26 mg/kg dan setelah disimpan 4 (empat) bulan adalah 0,28 mg/kg.

Tabel 8. Nilai rata-rata kandungan Iodium (mg/kg) selama penyimpanan 4 (empat) bulan.

Perlakuan Lama Penyimpanan (bulan)

0 * 1 2 3 4

PP1 0,11 a 0,31 b 0,36a 0,29a

PP2 0,13 a 0,37 a 0,35a 0,26a

PE1 0,12 a 0,34 ab 0,33a 0,29a

PE2 0,11 a 0,31 b 0,33a 0,33a

AF1 0,11 a 0,35 ab 0,33a 0,28a

AF2 0,11 a 0,33 ab 0,34a 0,25a * Catatan : Data 0 (nol) bulan adalah data sebelum dilakukan pengemasan yaitu rata-rata

0,26 mg/kg.

b. Sifat Sensorik Ledok Instan Setelah ledok instan disimpan selama 4 (empat) bulan ternyata kombinasi jenis kemasan

dan cara pengemasan tidak berpengaruh nyata terhadap sifat sensorik (warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan) ledok instan. Berdasarkan tingkat penerimaan panelis terhadap penerimaan keseluruhan ledok instan setelah disimpan selama 4 (empat) bulan masih dinilai biasa dengan skor berkisar antara 4,20 – 4,40 (Tabel 9).

Tabel 9. Nilai rata-rata skor hasil uji sensoris ledok instan.disimpan 4 (empat Bulan

Perlakuan Warna Aroma Tekstur Rasa Penerimaan keseluruhan

PP1 4,73a 4,07 a 4,27a 3,93 a 4,33a

PP2 4,60a 4,07 a 4,27a 4,07 a 4,20aPE1 4,67a 4,13 a 4,47a 4,07 a 4,27aPE2 4,67a 4,00 a 4,53a 4,33 a 4,40aAF1 4,60a 4,20 a 4,27a 4,00 a 4,20aAF2 4,93a 3,67 a 4,53a 3,80 a 4,40a

Page 75: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

68

3.5. Masa Kedaluwarsa Hasil pengamatan yang dilakukan secara visual terhadap ledok instan yang disimpan

selama 4 (empat) bulan ternyata belum ada tanda-tanda kerusakan yang muncul seperti adanya perubahan warna, aroma maupun adanya pertumbuhan kapang pada ledok instan yang dikemas. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kemasan PP, PE dan AF berfungsi dengan baik untuk melindungi bahan-bahan ledok instan dari kerusakan. Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa ledok instan sampai penyimpan 4 (empat) bulan masih layak untuk dikonsumsi.

Dengan pertimbangan bahwa setelah dilakukan penyimpanan selama 4 (empat) bulan belum tampak secara visual ada kerusakan pada ledok instan, dari segi sifat sensorik ledok instan masih diterima dengan tingkat kesukaan biasa dan dari aspek gizi masih tampak relatif stabil bila dibandingkan dengan ledok instan segar (tanpa disimpan), maka dapat dikatakan bahwa ledok instan setelah disimpan selama 4 (empat) bulan masih layak untuk dikonsumsi. Dilihat dari kandungan zat gizi kombinasi jenis kemasan dan cara penyimpanan tidak berpengaruh, kecuali terhadap kadar vitamin C dimana PP2 dan PE1 kadar vitamin C ledok instannya lebih tinggi dibanding kombinasi jenis kemasan dan cara penyimpanan lainnya. Cara penyimpanan yang lebih praktis adalah semua bahan ledok instan dicampur satu sama lainnya. Atas dasar pertimbangan tersebut maka cara penyimpanan terbaik adalah dikemas dengan polietilen dengan bahan baku dan bumbu dicampur satu sama lainnya (PE1). Sekalipun demikian ketiga jenis pengemas yaitu PP, PE dan AF dapat digunakan untuk mengemas ledok instan.

4. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut : Cara penyimpanan ledok instan terbaik adalah dikemas polietilen (PE) dengan semua bahan dan

bumbu dicampur. Dengan cara penyimpanan ini ledok instan sampai penyimpanan 4 (empat) bulan masih layak dan aman untuk dikonsumsi. Ledok instan sebaiknya disimpan dengan cara dikemas dengan polietilen (PE) dengan bahan dan bumbu dicampur satu sama lainnya.

Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada Rektor Universitas Udayana yang telah membiayai Hibah Penelitian Strategis Nasional ini yang bersumber pada DIPA Universitas Udayana, No. 0229.0/023-04/XX/2009, tgl. 31 Desember 2008 sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

Page 76: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

69

Daftar Pustaka[1] Suter, I K., Anom Sutrisna W, I M. dan Yusa, Ni M 2009. Optimasi Formulasi Ledok Instan Yang

Ditambahkan Ikan Tongkol dan Rumput Laut. Makalah disajikan pada Seminar Perhimpunan Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Tanggal 3 – 4 Nopember 2009 di Jakarta.

[2] Sugitha, I M., Suter, I K. dan Kencana Putra., I N. 2007. Diversifikasi Pangan Berbasis Ubi jalar, Jagung Dan Sagu Untuk Peningkatan Pendapatan Dan Pemberdayaan Gender di Bali. Pusat Kajian Makanan Tradisional Universitas Udayana, Jimbaran –Bali.

[3] Pandit, I G.S. 2007. Peningkatan Keamanan Ikan Tongkol (Auxis tharzard, Lac) Dengan Penerapan Teknologi Tepat Guna Ditinjau Dari Mutu Kimiawi, Mikrobiologis Dan Organoleptik. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.

[4] Suter, I K., Anom Sutrisna W., I M., Agung, I G.N. Yusa, dan Suryawantha., I B. K. 2007. Studi Pengembangan Produk Olahan Dari Umbi-umbian Dan Jagung Dalam Rangka Diversifikasi Pangan. Kerjasama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali dengan Pusat Kajian Makanan Tradisional Lembaga Penelitian Universitas Udayana, Denpasar.

[5] Sugiyono, Soekarto, S.T., Purwiyatno Haryadi dan Agus Supriyadi. 2004. Kajian Optimasi Teknologi pengolahan beras jagunginstan. Jurnal Teknol. Dan Industri Pangan. Vol. XV.Hal.119 – 128.

[6] Rizal Syarief, Sassya Santausa dan St. Isyana Budiwati. ? . Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Pangan, PAU Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

[7] Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L., Sadarnawati dan Budiyanto, S.1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

[8] Slamet Sudarmadji, Bambang Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

[9] Jacobs, M. 1962. The Chemicals Analysis of Foods and Food Products. 3rd Edition. D. Van Nostrand Company, Inc. New York.

[10] Larmond, E. 1977. Laboratory Methods for Sensory Evaluation of Food. Research Branch, Canada Departement of Agriculture.

Page 77: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

70

Status Fisiologi, Kualitas Dan Daya Simpan Daging BabiSebagai Akibat Penanganan Sebelum Pemotongan

Ternak Di Masyarakat

I N.Tirta Ariana1, Kt.Nuraini1, I N.Sumerta Miwada1, L.Pt.Sriyani1

1Fakultas Peternakan, Universitas UdayanaE-mail : [email protected]

Abstract

This research aims to know the influence of handling before slaughter, especially the provision of oralit solution for slaughtering delay to the status of physiology, quality and savety meat. Thus, pigs used as many as 48 tail with body weight (±SD) 96 ±1.55 kg. The results showed that physiologically, all the pigs on the l0 is experiencing stress. The slaughtering delay causing a decrease in physical quality of the meat (P<0.05). In a sample of meat, found microbes with varying quantities, but still on safe limits and logarithmic growth occurred with the amount considerably before 10 hours of storage and decomposing at 18 hours storage at room temperatures (27-290C). Based on the results of the research, it can be concluded that slaughtering delay truncation causes a decrease in the quality of the meat, the status of physiology, and safe of meat. The provision of G-G solution can reduce the impact of the delay of slaughtering. Overall, the best value is obtained at l1g1. The initial number of microbes found in the meat for all combinations of treatment there are at the limit of good sanitation and safe for consumption.

Keywords: slaughtering delay, oralit solution, the quality of the meat.

1. Pendahuluan Sebaik apapun sistem penanganan ternak sebelum dipotong, ternak tersebut sedikit banyak pasti

mengalami cekaman. Meskipun demikian, hendaknya selalu diharapkan agar ternak tidak banyak mengalami cekaman dan penderitaan, selanjutnya sampai ke tempat tujuan/tempat pemotongan secepat mungkin dan dalam keadaan selamat. Secara kimia ternak yang mengalami cekaman berada dalam kondisi otot yang kekurangan glikogen. Jika ternak dalam keadaan tercekam kemudian dipotong, akan terjadi proses glikolisis pascamati yang berlangsung terbatas dan lamban. Daging yang berasal dari pemotongan ternak dalam keadaan cekaman, pHnya tinggi, kondisi seperti itu akan memicu daging babi ke arah PSE (pale soft eksudatif ). Ternak potong diberi tambahan gula dan diistirahatkan sebelum dipotong agar kualitas dagingnya menjadi lebih baik. Di sampaikan pula bahwa dengan mengistirahatkan ternak, pemberian insulin dan pemberian gula sebanyak 6 gram per kilogram berat badan sebelum dipotong, dapat mengurangi pengaruh cekaman selama pengangkutan. Pemberian perlakuan tersebut dapat meningkatkan kadar glikogen dan asam laktat daging, menurunkan pH daging di atas titik isoelektrik. Kondisi DFD ataupun PSE akan menurunkan nilai keterterimaan (acceptability) secara keseluruhan daging oleh konsumen [6].

Penundaan waktu pemotongan ternak sapi sampai 72 jam, dapat menurunkan berat badan secara nyata jika dibandingkan dengan penundaan waktu pemotongan 24 jam [6]. Dalam keadaan tercekam tubuh . Defisiensi Na, K, dan Cl akan mengakibatkan nafsu makan berkurang, pertumbuhan menurun, kehilangan berat badan dan penurunan produksi pada ternak dewasa, serta penurunan komponen penyusun darah [2]. Penundaan waktu pemotongan dan pemberian gula sesaat sebelum dipotong merupakan bagian dari penanganan ternak sebelum dipotong (preslaughter treatment) [2].

Page 78: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

71

Melihat kondisi yang terjadi di masyarakat peternak, khususnya perlakuan yang dilakukan oleh tukang potong (jagal) baik dalam transportasi maupun lama waktu penundaan sebelum dipotong, maka perlu diketahui status fisiologi yang berhubungan langsung dengan kualitas daging yang diharapkan. Jika ternak babi harus berada dalam waktu yang lama di dalam keranjang, harus dicari jalan keluarnya dengan biaya dan teknologi yang terjangkau, sehingga tidak merugikan semua pihak. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat cekaman yang terjadi, kualitas daging, dan daya simpan daging, sebagai akibat penanganan terhadap babi sebelum dipotong.

2. Materi dan Metode Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial (3x4). Faktor

pertama terdiri atas empat perlakuan, ternak babi berada di dalam bangsung selama 0 hari (1-6 jam) (L0), ternak babi berada di dalam bangsung selama 1 hari (18-24 jam)(L1), ternak babi berada di dalam bangsung selama 2 hari (42-48 jam)(L2) dan lama waktu ternak babi di dalam bangsung selama 3 hari (66-72 jam)(L3).

Faktor kedua terdiri atas 3 (tiga) perlakuan, yaitu tanpa pemberian larutan gula-garam (G0), pemberian 150 gram gula + 15 gram garam dilarutkan kedalam 1 liter air minum (G1) dan pemberian 300 gram gula + 30 gram garam dilarutkan ke dalam 1 liter air minum (G2) , sehingga ada 12 (dua belas) kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 (empat) kali, jadi total babi landrace persilangan yang digunakan sebanyak 48 ekor, dengan berat (± SD) 96 ± 1.55 kg. Ternak babi sebagai materi penelitian berasal dari satu sumber, yaitu satu lokasi kandang suatu perusahaan peternakan babi. Hal ini dilakukan agar diperoleh sumber atau asal ternak yang sama, perkandangan, manajemen pemeliharaan, dan manajemen pakan serta makanannya diharapkan sama.

Variabel penelitian yang diukur adalah : Statusfisiologi (frekwensi nafas, suhu tubuh, denyut nadi, dan kadar gula darah). Kualitas fisik daging (daya ikat air daging/WHC, susut masak daging/CL, pH daging, dan skor warna daging). Daya simpan daging adalah pengamatan terhadap perkembangan total mikroba pathogen (TPC, E.coli, dan Coliform) selama penyimpanan daging.

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan AnalisisSidik Ragam. Jika terdapat perbedaan nyata di antara perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan batas beda nyata (signifikan) 5% [2].

3. Hasil dan Pembahasan Status Fisiologi Frekuensi nafas babi yang diidentifikasi karena pengaruh penundaan pemotongan pada

perlakuan l3 paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan secara statistik berbeda nyata (P<0,05). Hal ini disebabkan karena istirahat yang cukup lama pada l3 (3 hari) membuat laju respirasi babi menjadi lebih normal dan teratur sehingga menurunkan kondisi stres pada ternak babi, akibatnya inspirasi dan ekspirasi menjadi mendekati kondisi tenang. Pemberian larutan gula – garam (g1) juga membuat energi babi menjadi cukup tersedia sehingga membuat regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh, eliminasi air dan ketersediaan oksigen dalam darah tercukupi dan bekerja sesuai keadaan normal dengan frekuensi nafas normal adalah 83 kali per menit [2].

Denyut nadi sangat dipengaruhi oleh rangsangan parasimpatetik memungkinkan jantung beristirahat lebih lama pada saat tubuh secara relatif tidak aktif, tetapi stimulasi simpatetik meningkatkan aktivitas jantung guna mensuplai lebih banyak darah untuk otot – otot seranlintang, hati dan otak karena peningkatan aktivitas fisik atau ketika seekor hewan sedang mengalami stres. Secara umum, kecepatan denyut nadi babi yang normal cenderung berada pada kisaran 55 – 86 denyut per menit. Pada perlakuan l2g1 di TPH2 diperoleh denyut nadi yang paling rendah dari

Page 79: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

72

seluruh perlakuan yakni 73 kali/menit, yang secara statistik berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan lainnya. Hal ini diakibatkan karena pemberian larutan gula – garam (g1) memberikan pengaruh yang mengakibatkan peningkatan dan meningginya daya reabsorpsi gula melalui membrane sel oleh garam yang kemudian menyebabkan timbulnya kontraksi dalam systole atrial. Stimulai saraf – saraf vagus cenderung untuk menghambat kerja jantung dengan menurunkan gaya kontraksi dari otot jantung, kecepatan kontraksi dan kecepatan konduksi impuls didalam jantung. Setelah perubahan – perubahan itu, arus darah melalui arteri koroner berkurang. Rangsangan simpatetik meningkatkan aktivitas jantung dengan naiknya gaya atau tenaga kontraksi, kecepatan kontraksi,kecepatan konduksi impuls dan arus darah koroner [2].

Temperatur tubuh babi yang normal 38,9 – 39,8 º C secara alamiah temperatur tersebut selalu hendak dipertahankan terus-menerus, baik lingkungan itu dalam keadaan dingin ataupun panas. Dengan adanya peristiwa-peristiwa lingkungan yang hampir setiap saat berubah itu, maka tubuh langsung bereaksi terhadap perubahan lingkungan yang mereka hadapi guna melakukan adaptasi [2] .

Pada perlakuan yang diidentifikasi perfaktor terhadap lama penundaan pemotongan diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05), hal ini terjadi karena pengaruh suhu lingkungan yang hampir setiap saat berubah. Terhadap lingkungan yang temperaturnya terlampau panas, tubuh babi akan selalu mengalami kesulitan dalam membebaskan diri dari panas tubuh, sebab hewan tersebut tidak memiliki kelenjar keringat. Reaksi tubuh untuk mengatasi lingkungan yang terlampau panas adalah dengan dikeluarkan lewat mulut, sehingga babi pada saat itu selalu nampak terengah-engah dan babi selalu berusaha mendapatkan air minum yang lebih banyak. [2]. Pada penelitian ini, lama (L) penundaan pemotongan pada seluruh perlakuan memperoleh hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) karena ternak babi mengalami dehidrasi yang cukup tinggi akibat dari pemuasaan selama penundaan pemotongan. Hal tersebut sejalan dengan pendapatnya McGlone [1], stress pada babi bisa ditunjukkan dengan peningkatan plasma cortisolnya.

Tabel 1. Status Fisiologi (frek.nafas, denyut nadi, dan suhu tubuh) babi sebagai akibat penanganan sebelum pemotongan (penundaan pemotongan dan pemberian larutan oralit).

Perlakuan1 ( 0 Hari ) ( 1 Hari )

Frek.nafasD e n y u t nadi

S u h u tubuh Frek.nafas Denyut nadi Suhu tubuh

Satuan kali/menit kali/menit 0 C kali/menit kali/menit 0 Cl0 g0 137,75 a 114,25 a 41,3 a g1 115,75 a 103,75 a 40,7 a g2 113,75 a 106,50 a 40,9 a l1 g0 128,75 a 106,50 a 41,3 a 102,50 a 92,25 c 40,1 a

g1 105,50 a 105,75 a 40,9 a 87,25 a 77,50 ab 40,1a

g2 117,25 a 106,00 a 40,6 a 88,25 a 75,25 a 40,1 a

l2 g0 121,75 a 113,25 a 41,7 a 95,50 a 78,25 ab 40,6 a

g1 109,25 a 107,75 a 40,7 a 83,25 a 73,00 a 39,9 a

g2 105,25 a 103,50 a 40,8 a 82,75 a 77,25 ab 39,7 a

l3 g0 120,75 a 112,00 a 41,3 a 83,25 a 80,25 ab 40,6 a

g1 107,50 a 102,75 a 40,7 a 87,00 a 74,25 a 39,3 a

g2 105,25 a 103,75 a 40,6 a 85,00 a 83,00 b 39,7 a

Normal 83 55 - 86 32.9 83 55 - 86 32.9 Ket.: Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan berbeda tidak nyata

(P>0,05).

Page 80: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

73

Pada perlakuan terhadap faktor pemberian larutan gula garam (G) diperoleh hasil yang berbeda nyata (P<0,05) untuk seluruh perlakuan dan rata – rata nilai suhu tubuh terendah diperoleh dari perlakuan g1 yang memiliki kandungan larutan gula – garam dengan komposisi 150gr gula + 15gr garam mengakibatkan berkurangnya kondisi stres karena energi dalam tubuh babi masih cukup tersedia, selain itu pengaruh lama waktu penundaan pemotongan membuat babi menjadi lebih tenang.

Kualitas Fisik Daging Penundaan pemotongan mempengaruhi kualitas fisik daging pada susut masak, water holding

capacity (WHC), dan warna daging (P<0,05). Susut masak daging atau cooking loss (CL) mengalami penurunan secara nyata dengan adanya penundaan waktu pemotongan (l1) (P<0,05), namun pada variabel water holding capacity terjadi peningkatan secara nyata 2,2 satuan % (l1), dan warna daging mengalami peningkatan 7,1% (l1) (P<0,05). Penundaan waktu pemotongan dua hari (l2) sampai tiga hari (l3) menyebabkan meningkatnya susut masak dengan nyata, namun terjadi penurunan WHC dan nilai warna daging dengan nyata (P<0,05). Di pihak lain, dengan pemberian larutan gula-garam dapat menyebabkan dengan nyata meningkatnya susut masak daging, dan sebaliknya menyebakan dengan nyata menurunkan WHC dan menaikkan skor warna daging (P<0,05) (Tabel 2).

Penurunan pHu (pH akhir) terjadi karena pengaruh penundaan waktu pemotongan, tetapi secara statistik perbedaannya tidak nyata. Secara terpisah, pemberian larutan oralit dengan nyata dapat menurunkan pHu daging (Tabel 2). Perubahan pH akhir merupakan nilai yang vital dan perlu diperhatikan, walaupun perubahannya tidak nyata, tetapi ada kecendrungan penurunan pHu. Cadangan glikogen pada tubuh ternak sesaat setelah penyembelihan (awal postmortem) merupakan suatu kondisi yang paling menentukan nilai pH akhir. Perolehan nilai pHu sebesar 5,50 pada l1, merupakan rataan nilai pH akhir yang paling stabil untuk menentukan dan berhubungan dengan variabel kualitas daging lainnya. Hal ini sependapat dengan lawrie [2], yang menyatakan bahwa penurunan pH daging pascamati sebagai akibat penimbunan asam laktat oleh glikolisis anaerob pascamati dan ini merupakan salah satu perubahan yang terjadi selama konversi otot menjadi daging. Sesaat setelah hewan mati, pH daging masih tinggi. Nilai pH akan turun 5,6 sampai 5,7 setelah 6 sampai 8 jam dilakukan pemotongan. pH ultimat tercapai lebih kurang 24 jam setelah pemotongan, yaitu antara 5,3 sampai 5,7 atau rata-rata 5,5. Hubungan antara pH akhir dengan parameter kualitas daging lainnya, didukung oleh Saka [6], yang menyatakan bahwa nilai pHu mempengaruhi sifat-sifat kimia dan fisik dalam kualitas daging, dan oleh karena itu maka pH akhir merupakan faktor penentu kualitas daging yang amat penting karena hampir semua aspek kualitas daging seperti keempukan, citarasa, nilai keterterimaan (akseptabilitas), water holding capacity, warna daging, daya tarik (attractiveness), dan daya simpan daging (seeping quality).

Page 81: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

74

Tabel 2. Pengaruh Penanganan Sebelum Pemotongan (Penundaan Pemotongan dan Pemberian Larutan Oralit) terhadap Kualitas Fisik Daging. V a r i a b e l

CL(%) WHC(%) Warna pHu

Penundaan Pemotonganlo 41,5 a 55,3 a 2,8 a 5,58 a

l1 39,9 b 57,5 b 3,0 b 5,50 a

l2 42,7 ca 56,9 c 2,9 ab 5,53 a

l3 45,5 d 54,7 c 2,7 ca 5,53 a

Lart.Oralitg0 39,0 A 54,8 A 2,3 A 5,59 Ag1 38,5 B 55,0 B 3,0 B 5,53 B

g2 38,5 B 55,9 B 3,5 B 5,48 B

Ket.: Angka dengan huruf (besar/kecil) yang sama pada kolom yang sama, menunjukan berbeda tidak nyata (P>0,05). CL:cooking loss, WHC:water holding capacity. Tingginya pHu pada pemotongan di hari pertama (lo) : 5,58, disebabkan karena kelompok

ternak babi pada perlakuan lo menglami cekaman (stress) fisik karena penangan pada saat penangkapan dan transportasi (handling stress) dan cekaman psikologis (psychological stress), suatu prosesi yang cukup membuat ternak menjadi payah dan menguras banyak cadangan energi tubuh (glikogen). Cekaman yang terjadi sebelum pemotongan (preslaughter treatment) mempunyai pengaruh yang penting terhadap kualitas daging, karena ternak sebelum dipotong tidak mempunyai waktu (istirahat dengan cukup) untuk memulihkan tingkat glikogen otot sebelum ternak tersebut disembelih. Cekaman-cekaman kebanyakan menyebabkan ternak mempunyai jumlah kandungan glokogen otot yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitiannya Eath et al.[1], yang meneliti pengaruh penanganan sebelum pemotongan, yaitu dengan mencampur ternak babi yang mempunyai agresivitas tinggi, dibandingkan dengan kelompok ternak babi yang mempunyai tempramen tenang. Disampaikan, kelompok ternak babi yang dicampur dan memiliki agresivitas tinggi, didapatkan babi lebih stres, plasma cortisol yang lebih tinggi, produksi karkas yang lebih banyak lesi/lecet, penurunan nilai skor warna daging dan parameter kualitas daging lainnya. Pendapat ini juga didukung oleh hasil penelitiannya Apple et al. [1] , yang meneliti tentang pengaruh diet magnesium dan lama waktu transportasi terhadap respon stres, metabolisme otot postmortem dan kualitas daging babi pada fase finishing I. Perlakuan tersebut dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan cortisol, penurunan kadar glikogen, pH awal dan penurunan WHC daging. Leheska et al. [1], meneliti tentang pengaruh puasa (48 jam) dan lama transportasi terhadap kualitas daging babi dan metabolisme postmortem. Dilaporkan, ternak babi yang mendapat stress kerena transportasi ditemukan plasma cortisol dan glukosa darah yang lebih tinggi dari normal. Data postmortem, seperti glikogen dan pH (45 menit setelah pemotongan), parameter kualitas daging diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan control.

Ada hubungan langsung antara kontraksi otot dengan produksi daging, termasuk kualitas dagingnya. Bila ternak ada pada kondisi cekaman (stress), banyak bergerak, maka kontraksi otot meningkat. Untuk itu, diperlukan banyak energi, sehingga bila ternak disembelih ototnya akan sedikit pucat, sehingga warna daging yang dihasilkannya juga akan kurang baik, mudah rusak, dan daya simpannya berkurang. Dianjurkan agar hewan ditenangkan dahulu, cara penyembelihannya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan, agar ternak mati dalam kondisi otot yang tenang. Bila ternak mati dalam kondisi otot berkontraksi, oksigen pada myoglobin menurun dan metabolisme

Page 82: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

75

oksidatif sangat berkurang. Tanpa metabolisme oksidatif, maka pH otot meningkat, warna daging (otot) lebih merah tua dan dengan pH yang tinggi sehingga otot/daging mudah membusuk (Adriani et al., 2010).

Sejalan dengan menurunnya pHu pada l1, diikuti dengan penurunan yang nyata pada susut masak (CL) sebesar 31,6 satuan %, peningkatan yang nyata pada WHC sebesar 2,2 satuan % , dan peningkatan skor warna daging 7,1% dari lo (Tabel 2). Walaupun perubahan pHu tidak nyata, hal tersebut mempengaruhi sifat fisik daging lainnya. Hal tersebut terjadi karena faktor ketergantungan perubahan-perubahan yang terjadi pada WHC dan sifat fisik daging lainnya selama perubahan dari otot menjadi daging pada laju penurunan pH dan denaturasi protein. Penurunan cooking loss (CL) yang diikui dengan peningkatan WHC dan skor warna daging [6].

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Stalder et al. [1], bahwa dengan mengistirahatkan ternak babi dengan puasa selama 16 jam sebelum dipotong, menyebabkan peningkatan skor warna daging dan WHC. WHC merupakan sifat fisik daging yang penting, karena mempunyai efek terhadap penampilan luar (rupa) daging sebelum dimasak, perubahan yang terjadi selama dimasak dan juicness selama pengunyahan.

Dalam penurunan susut masak (CL) dan peningkatan WHC, keadaan air daging sangat perlu diketahui dan dipertimbangkan, karena menurut Wismer-Pedersen (1971) yang dikutip oleh Soeparno [6], air yang terikat di dalam otot dapat dibagi menjadi tiga kompartemen air, yaitu air yang terikat secara kimiawi oleh protein otot sebesar 4-5% (dari berat basah) sebagai lapisan monomolekuler pertama, air terikat lemah sebagai lapisan kedua dari molekul air terhadap grup hidropilik, sebesar 4% (dari berat basah). Lapisan ketiga adalah molekul-molekul air bebas diantara molekul protein, berjumlah kira-kira 10% (dari berat basah). Jumlah air terikat (lapisan pertama dan kedua) adalah bebas dari perubahan molekul yang diebabkan oleh denaturasi protein, sedangkan jumlah air terikat yang lebih rendah, yaitu lapisan air diantara molekul protein akan menurun bila protein daging mengalami denaturasi. Hal yang sama juga disampaikan oleh Aberle et al. [2], bahwa jumlah/pesentase air daging tersebut sulit dirubah oleh perubahan-perubahan dalam struktur dan muatan dari protein. Kebanyakan perubahan-perubahan dalam WHC yang diamati melibatkan perubahan-perubahan dalam hal yang disebut air bebas (“free” water / “immobilized” water) yang tertahan (tidak bergerak) oleh konfigurasi fisik protein. Selanjutnya ada yang disebut air longgar (“loose water”) yang diekpresikan jika WHC menurun.

Pemberian larutan oralit menyebabkan meningkatnya susut masak (CL) sebesar 1,5 satuan % (g1), penurunan WHC 3,8 satuan % dan skor warna daging mengalami peningkatan secara nyata (Tabel 2). Hal tersebut disebabkan karena fungsi gula dan garam dalam tubuh ternak babi yang sedang mengalami penundaan waktu pemotongan (cekaman) dan puasa, dapat meningkatkan cadangan glikogen dan mengurangi mobilisasi dan degradasi sumber-sumber energi di dalam tubuh (glikolisis). Cadangan glikogen antemortem yang cukup menyebabkan glikolisis anaerobik postmortem berjalan sempurna, dengan perolehan pHu yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pHu pada go (tanpa pemberiaan larutan gula-garam). Selanjutnya penurunan pH akan mempengaruhi sifat fisik daging yang lainnya, seperti WHC dan susut masak serta warna daging yang prosesnya seperti yang telah diuraikan di atas.

Daya Simpan Daging Pertumbuhan mikroba berhubungan langsung dengan kerusakan daging yang disebabkan oleh

mikroba. Sebagai indikatornya adalah mengamati perkembangan jumlahnya dan akibat fisik yang ditimbulkannya, seperti perubahan bau (off odor) sampai berlendir. Pada sampel yang berasal dari 12 (dua belas) kombinasi perlakuan, pertumbuhan dan perkembangan mikroba dari pengamatan 0 (nol) jam (To) sampai 8 (delapan) jam pengamatan (T8) masih lamban dan pertumbuhannya berada

Page 83: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

76

pada fase lambat (lag), pertumbuhannya masih penyesuaian. Setelah 10 (sepuluh) jam pengamatan di ruangan terbuka (T10), pertumbuhan dan perkembangan jumlah koloni terjadi dengan cepat (fase logaritmik). Sampel daging logo, l1go, l2go, dan l3go ditemukan pertumbuhan dan jumlah mikroba paling banyak, yaitu diatas 107 cfu/cm2 dan sampel sudah mengalami perubahan bau (off odor) sampai busuk. Pada 18 (delapan belas) jam pengamatan (T18) sampel tersebut sudah mengandung mikroba sebanyak 108 , dan kondisi fisik sudah berlendir. Grafik perkembangan dan petumbuhan mikroba selama 18 (delapan belas) jam pengamatan.

Pengamatan pada sampel daging mulai dari 2 (dua) jam sampai 6 (enam) jam terjadi pertumbuhan yang sangat lambat. Pertumbuhan ini disebut fase lambat (fase lag), karena pada fase ini mikroba masih beradaptasi dengan lingkungan dan material inti. Pertumbuhan cepat atau pertumbuhan logaritmik mulai terjadi pada 8 (delapan) jam sampai 18 jam pengamatan.

Dalam fase tersebut, jumlah mikroba meningkat dan tumbuh denga laju pertumbuhan yang konstan hingga faktor lingkungan sebagai pembatas. Fase logaritmik berakhir secara berangsur-angsur, kemudian mencapai titk ekuilibrium (keseimbangan), yaitu jumlah sel bisa konstan selama beberapa saat karena berkurangnya pembelahan sel, atau adanya keseimbangan antara laju perbanyakan sel dengan laju kematian [6].

Pertumbuhan logaritmik yang diamati sampai 18 jam menunjukkan bahwa sampel daging sudah mengalami perubahan bau (off odor) sampai busuk. Jumlah mikroba (TPC) yang tertinggi ditemukan pada logo (109,9 cfu/cm2), l1go (109,2 cfu/cm2), l2go (109,5 cfu/cm2), dan l3go (109,5 cfu/cm2). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Lay dan Prastowo [2], bau busuk yang ditimbulkan oleh aktivitas mikroba jika terditeksi pada sampel ditemukan jumlah mikroba mencapai 107-107,5 cfu/cm2, dan terjadi lendir jika ditemukan jumlah mikroba mencapai 107,5-108 cfu/cm2) lebih. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh aktivitas mikroba terhadap konstituen daging. Hasil metabolisme pertumbuhan mikroba yang menggunakan konstituen daging, menyebabkan perubahan mikrobial, kemis, dan fisis dari daging atau produk daging selama pengamatan atau penyimpanan.

4. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan atas hasil dan pembahasan yang telah disampaikan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan kajian fisiologi, babi pada penundaan pemotongan 0 (nol) hari (lo) menunjukkan

ada pada keadaan cekaman (stress). 2. Penundaan pemotongan menyebabkan penurunan kualitas fisik daging pada parameter WHC,

CL, dan warna daging. Pemberian larutan oralit dapat memperbaiki kualitas fisik daging. 3. Daging pada pH akhir (pHu), ditemukan jumlah mikroba awal pada batas yang aman untuk

dikonsumsi, sanitasi yang baik, dan mulai berlendir pada 10 jam, serta membusuk setelah 18 jam pengamatan dan berada di ruang terbuka.

Berdasarkan uraian dan simpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Ternak babi yang mengalami penanganan sebelum dipotong, seperti prosesi penangkapan,

tansportasi, sebaiknya ternak diistirahatkan sampai 24 jam (l1), agar diperoleh kualitas daging baik.

2. Untuk dapat mengatasi penurunan kualitas fisik daging sebagai akibat penundaan pemotongan, dapat diberikan laruran oralit (g1).

Page 84: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

77

Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada I Putu Tegik analis pada Lab. THT, dan Agus Yopi, S.Pt., teknisi pada Lab. TPK Fakultas Peternakan yang telah banyak membantu selama proses pemotongan ternak dan analisa sampel daging di Laboratorium.

Daftar Pustaka[1] Apple, J.K., Kegley., C.J.R. Maxwell, and L. K. Rekes. 2005. Effects of Dietary Magnesium and

Short-duration Transportation on Stress Response, Postmortem Muscle Metabolism, and Meat Quality of Finishing Swine 1. 2005. Jornal of Animal Science. Vol:83. p. 1633-55.

[2] Eath, R.B.D., S.P.Turner, E. Kurt, G. Evans, L.T. Iking, H. Looft, K. Wimmers, E. Murani, R. Klont, A. Foury, S.H. Ison, A.B. Lawrence. And P. Morme. 2011. Pig Agressive

Temperament Affects Pre-Slaughter Mixing Agression, Stress and Meat Quality. The Anima Consortium. 4:4.p.604-616

[3] Jaworska, D., W. Przybylski, K. Kajak-Siemaszko. and E. Czarniecka-Skubina. 2009. Sensory Quality of Culinary Pork Meat in Relation to Slaughter and Tecnological Value. Food Science and Technology Reserch. Vol. 15

(2009), No. 1 pp.65-74.[4] Leheska, J. M., D.M. Wulf, and R.J. Maddock. 2011. Effects of Fasting and Transportation on

Pork Quality Development and Exten of Posmortem Metabolism. J.of Anim.Sci. Vol: 80:194-202. American Sociaty of Animal Science.

[5] McGlone, J.J., J.L. Lumpkin, R.L. Nicholson, M. Gibson and R.L. Norman. 1993. Shipping Stress and Social Status Effects on Pig Oerformance, Plasma Cortisol, Natural Killer Cell Activity, and Leukocyte Numbers. J. Animal Science, Vol. 71.

[6] Pieterse, E., L.P. Loots and J. Viljoen. 2000. The Effect of Slaughter Weight on Pig Production Efficiency. Shouth African J. of Anim. Sci. Shouth Africa.

[7] Stalder. K.J., J. Maya, L.L. Christian, S.J. Moeller, and K.J. Prusa. 2011. Effect of Preslaughter Management on the Quality of Pig Carcasses of Market Stress Syndrome Heterozigo. J. of Anim.Sci. Vol:76:2435-43 Publisher American Sociaty of Animal Science.

[8] Aberle, E.D., J.C.Forrest, D.E.Gerral, and E.W.Mills. 2001. Principles of Meat Science. Forth edition. USA. Kendall/Hunt Publishing Company.

[9] Adriani. L., L.,E, Hermawan, K. A. Kamil dan A. Mushawwir. 2010. Fisiologi Ternak. Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada Hewan. Penerbit Widya Padjadjaran. Bandung.

[10] Frandson.R.D. 1992.Anatomy and Physiology of Farm Animals (orginal English ed.) /Anatomi dan Fisiologi Ternak (Srigandono.B, dan Koen Praseno, pentj). Yogyakarta. Indonesia.

Gadjah Mada University Press. [11] Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. (Aminudin Parakasi) Edisi ke-5. Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta[12] Lay, W dan S. Hastowo. 1992. Mikrobiologi. PAU-Bioteknologi. IPB. Bogor. [13] Sihombing DTH. 2006. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.[14] Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada Univercity Press, Cetakan Kelima,

Yogyakarta[15] Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Cetakan pertama. Gadjah Mada University Press.

Bulak Sumur, Yogyakarta 55281[16] Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1989. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik.

PT. Gramedia. Jakarta.[17] Dewi. C.S.H., 2010. Pengaruh Pemberian Gula, Insulin dan lama Istirahat Sebelum Pemotongan

Page 85: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

78

pada Domba Setelah Pengangkutan terhadap Kualitas daging. Disertasi PPS. IPB. Bogor.[18] Saka, I.K., 1983. Analysis of Beef Industry of Bali and The Effect of Preslaughter Treatment on

Yeald and Carcass Quality. A Thesis Presented in Partial Fulfilment of the Requirements for degree of Master of Agricultural Studies. School of Agricultural and Forestry. University of Melbourne.

[19] Saka, I.K. 1997. Metabolisme Zat – Zat Makanan, Karakteristik Karkas dan Sifat Fisik Daging Domba Ekor Tipis Tantan yang Diberi Clenbuterol. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[20] Lindawati, S.A. 1998. “Upaya Memperpanjang Daya Simpan Daging Itik melalui Klorinasi Pasca Pemerosesan”. (thesis). Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 86: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

79

Strategi Mewujudkan Peternakan RamahLingkungan Melalui Pemanfaatan Jerami Padi

Dalam Ransum Ternak Ruminansia

Ni Nyoman Suryani1, I Ketut Mangku Budiasa1 dan I Putu Ari Astawa1

1Fakultas Peternakan Universitas Udayana DenpasarE-mail : [email protected]

AbstractThe purpose of this study is to study the potential of rice straw as a component of ruminant rations.The research was done in vitro in the laboratory of Nutrition and Feed Stuff Faculty of Animal Husbandry, Udayana University. These four rations treatment based on DM were: (A) 45% elephant grass + 0% rice straw + 15% glyricidia + 10% calliandra + 30% concentrate; (B) 30% elephant grass + 10% rice straw + 20% glyricidia + 10% calliandra + 30% concentrate ; (C) 15% elephant grass + 20% rice straw + 25% glyricidia + 10% calliandra + 30% concentrate and (D) 0% elephant grass + 30% rice straw + 30% glyricidia + 10% calliandra + 30% concentrate. The variables measured were the chemical composition of the ration, fiber components, the physical properties of the ration, and ration fermentation in vitro at 4 and 48 hours of observation.The results showed an increase in the utilization of rice straw to 30% which was offset by an increase in the utilization of gamal 30% of the ration DM, able to increase the density and water absorption ration. Ration fermentation in vitro incubation either at 4 hours and 48 hours, the pH of the rumen fluid remained within the normal range (6.54 to 6.79). The increasing number of gamal as RDP in the ration increased the concentration of N-NH3 rumen fluid, and Dry Matter and Organic Matter Digestibility. The concentration of N-NH3, and Dry Matter and Organoc Matter digestibility increased in an incubation of 48 hours compared to 4 hours incubation. Based on these results it can be concluded that the potential components of rice straw as ruminant rations best demonstrated by treatment C than all treatments based on physical properties of rations, Dry Matter and Organic Matter digestibility.

Keywords: forage composition, physical properties of rations, in vitro fermentation

1. Pendahuluan Jerami padi mempunyai potensi cukup besar sebagai pakan ternak ruminansia mengingat

produksinya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak, selain bermanfaat mencegah pencemaran lingkungan, juga mampu mengatasi keterbatasan hijauan di saat musim kemarau. Namun, penggunaan jerami padi sebagai sumber pakan serat tunggal sering tidak memenuhi kecukupan nutrien. Hal ini disebabkan karena jerami padi yang merupakan limbah pertanian mempunyai nilai nutrisi terutama kandungan protein kasar dan kecernaan yang rendah serta bersifat bulky.

Faktor penghambat utama dalam penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak adalah rendahnya koefisien cerna dan nilai gizi bahan tersebut. Rendahnya koefisien cerna jerami padi karena availabilitas karbohidrat dari serat kasarnya adalah rendah. Hal ini disebabkan karena terbentuknya ikatan kimia antara polimer komplek lignoselulose dengan ikatan intermolekuler, terjadinya kristalinitas dari pada lignin dan silika [1].

Untuk mengatasi kendala ini maka pemanfaatan jerami padi perlu diimbangi dengan hijauan lokal sebagai sumber protein yang larut di dalam rumen yaitu gamal. Penambahan gamal pada pakan yang menggunakan jerami padi bertujuan untuk memberikan sumber nitrogen bagi kehidupan mikroorganisme rumen. Karena ternak ruminansia sangat tergantung kepada mikroorganisme rumen untuk mensuplai enzim yang mampu mencerna serat kasar dalam jerami padi [2].

Page 87: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

80

Untuk membantu mikroorganisme rumen mencerna jerami padi, berbagai usaha telah dilakukan sebelum jerami padi diberikan kepada ternak antara lain perlakuan pisik, khemis dan penambahan berbagai feed aditif, suplementasi multivitamin dan mineral. Untuk memaksimalkan pemanfaatan jerami padi sebagai sumber serat, maka berbagai hijauan lain perlu ditambahkan. Misalnya hijauan gamal yang berfungsi sebagai sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam rumen. Degradasi protein gamal akan menghasilkan N-NH3 yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme rumen untuk mensintesis protein tubuhnya. Dengan demikian diharapkan populasi maupun aktivitas mikroorganisme rumen meningkat sehingga kecernaan pakan yang mengandung jerami padi juga meningkat yang pada akhirnya mampu meningkatkan pertumbuhan dan pertambahan bobot badan ternak ruminansia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan Bahan Kering (BK) dan Bahan Organik (BO) serta hasil fermentasi ransum yang mengandung jerami padi dan disuplementasi dengan gamal sebagai Rumen Degradable Protein (RDP) secara in vitro.

2. Metode Penelitian Ransum Perlakuan Ransum perlakuan dibuat sebagai pakan komplit dalam bentuk mash terdiri dari hijauan dan

konsentrat. Komposisi ransum disajikan pada Tabel 1, komposisi konsentrat pada Tabel 2 dan kandungan nutrien ransum pada Tabel 3.

Tabel 1. Komposisi Ransum Perlakuan

Bahan Penyusun Ransum (% BK)

Perlakuan

A B C D

Rumput Gajah 45,00 30,00 15,00 0,00

Jerami padi 0,00 10,00 20,00 30,00

Gamal 15,00 20,00 25,00 30,00

Kaliandra 10,00 10,00 10,00 10,00

Konsentrat 30,00 30,00 30,00 30,00

Total 100,00 100,00 100,00 100,00

Tabel 2. Komposisi Konsentrat

Bahan Penyusun Konsentrat BK (%)

Bungkil kelapa 42,50Polard 6,00Tepung ikan 1,50Gaplek 45,50NaCl 2,00Multi vitamin mineral 0,50Molasis 2,00Total 100,00

Page 88: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

81

Tabel 3. Kandungan Nutrien Ransum

Kandungan Nutrien Ransum (%BK)*

Perlakuan

A B C D

Protein Kasar 11,71 11,51 11,54 12,05

Lemak Kasar 1,63 1,83 1,65 2,29

Serat Kasar 25,36 25,94 25,53 21,59

TDN 60,98 59,65 58,65 60,91

NDF 62,57 58,23 56,23 59,40

ADF 45,48 42,76 38,10 36,95

ADL 3,45 4,78 5,23 7,78 *Analisis pada Lab. Nutrisi Loka Penelitian sapi Potong Grati (2011)

Sifat Fisik Ransum a) densitas Masing-masing sampel ransum yang telah digiling halus dimasukkan ke dalam tabung silinder

ukuran 37 ml sampai permukaan rata dan selanjutnya ditimbang. Densitas dapat dihitung dengan rumus:

Densitas = tabungvolume

sampelberat (1)

b) daya serap air Sampel ransum yang sudah kering udara (dioven dengan oven 600C) dan telah digiling halus

dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 3 gram dan diberi air sebanyak 25 ml. Kemudian sampel tersebut direndam air 1x24 jam. Setelah direndam, sampel disaring dengan kertas saring dan disedot dengan pompa vakum sampai airnya tidak menetes. Setelah tidak menetes, sampel kemudian ditimbang. Daya serap air dapat dihitung dengan rumus:

Daya serap air = %100xawalberat

awalberatakhirberat − (2)

c) daya larut air Sampel ransum kering udara (dioven dengan temperatur 600C) yang telah digiling halus dan

disaring dengan diameter saringan 1 mm dimasukkan ke dalam cawan sebanyak 3 gram. Kemudian sampel tersebut direndam 1x24 jam. Setelah direndam, sampel disaring dengan kertas saring dan disedot dengan pompa vakum sampai airnya tidak menetes, dilanjutkan dengan pengovenan sampel pada suhu 1050C selama 2 jam, kemudian ditimbang. Daya larut air dapat dihitung dengan rumus:

Page 89: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

82

Daya larut air = %100ker

kerker xawalingbahanberat

akhiringbahanberatawalingbahanberat − (3)

Fermentasi In Vitro In vitro dilakukan pada dua waktu inkubasi yaitu 4 jam dan 48 jam. Metode yang digunakan

adalah Minson & Mc Leod Method [3] yang dimodifikasi. Cara kerja untuk penelitian in vitro yaitu: sampel ransum yang telah halus dimasukkan ke dalam tabung in vitro sebanyak 0,2500 g dan ditambah 25 ml cairan rumen buffer McDougall dengan kondisi 40oC, selanjutnya diinkubasikan dalam shakerbath dengan suhu 40oC selama 4 jam. Cara kerja yang sama dilakukan untuk inkubasi selama 48 jam.

Setelah lama waktu inkubasi yang ditentukan, selanjutnya dikeluarkan dan dipusingkan pada 3500 rpm selama 10 menit. Substrat akan terpisah menjadi endapan di bagian bawah dan supernatan yang bening berada di bagian atas. Supernatan dipakai untuk analisis N-NH3, VFA Total. Endapan digunakan untuk analisis degradasi bahan kering (BK) dan bahan organik (BO). Kecernaan fermentatif BK dan BO ransum dapat dihitung dengan rumus : BK sampel (g) – [BK residu (g) – BK residu blangko (g)]KCFBK (%) = ----------------------------------------------------------------------- x 100%BK sampel (g)

(4)

BO sampel (g) – [BO residu (g) – BO residu blangko (g)]KCFBO (%) = ---------------------------------------------------------------------- x 100%BO sampel (g)

(5)

KCFBK=KoefisienCernaFermentatifBahanKering KCFBO = Koefisien Cerna Fermentatif Bahan Organik BK = Bahan Kering BO = Bahan Organik

Konsentrasi N-NH3 dan VFA Total Kadar N-NH3 ditentukan dengan metode phenolhypochlorite melalui pembacaan dengan

Spectrofotometer menurut Solorzano [4]. Sebanyak 15 ml supernatan dimasukkan ke dalam botol yang sudah berisi 5 tetes asam sulfat pekat, kemudian diencerkan 100 kali. Supernatan yang sudah diencerkan ini diambil sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam tabung spektro yang sudah diisi dengan larutan standar. Kemudian ditambahkan berturut-turut 0,2 ml larutan phenol; 0,2 ml larutan Natrium nitroprusside; dan 0,5 ml larutan pengoksidasi. Pembacaan reaksi warna dilakukan 5 menit setelah penambahan larutan pengoksidasi dengan spektrofotometer.

Pengukuran kadar asam lemak atsiri (VFA) Total dilakukan dengan cara penyulingan uap menurut General Laboratory Procedure [5]. Sebanyak 5 ml supernatan dimasukkan ke dalam tabung khusus kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 15% lalu ditutup. Tabung dihubungkan dengan labu pendingin dan labu yang berisi air lalu dipanaskan. Hasil destilasi ditampung di dalam erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0,5N. Proses destilasi berakhir sampai destilat yang ditampung mencapai volume ± 300 ml. Tambahkan 1-2 tetes indikator phenolptalin dan dititer dengan HCl 0,5N sampai terjadi perubahan warna dari merah jambu menjadi tidak berwarna.

Page 90: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

83

VFA Total = (a – b) x N HCl x 1000/5 mM a = ml HCl yang dibutuhkan untuk titrasi blanko (5 ml NaOH) b = ml HCl yang dibutuhkan untuk titrasi hasil destilasi

Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat hasil

yang berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal pada taraf 5% [6].

3. Hasil dan Pembahasan Sifat Fisik Ransum Sifat fisik bahan penyusun pakan atau pakan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

kualitas bahan tersebut. Densitas pakan atau ransum mengindikasikan keambaan. Semakin rendah densitas suatu pakan, maka makin amba pakan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin banyak kandungan rumput gajah di dalam ransum (ke arah perlakuan A), maka semakin kecil densitasnya (Tabel 4). Walaupun ransum C dan D mengandung lebih banyak jerami padi dibanding perlakauan A dan B, akan tetapi karena kandungan gamalnya lebih tinggi, maka dinsitasnya juga menjadi lebih tinggi. Perlakuan A dan B menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan perlakuan C dan D.

Terhadap daya serap air, semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Perlakuan B, C dan D yang mengandung lebih banyak jerami padi, karena diimbangi dengan kandungan gamal yang lebih banyak juga, maka mempunyai daya serap air yang nyata (P<0,05) lebih tinggi masing-masing 3,44%; 17,92 dan 28,67% dibanding perlakuan A. Makin tinggi daya serap air akan menyebabkan pakan tersebut lebih terbuka terhadap serangan bakteri rumen. Sebaliknya, jika daya serap air rendah, pakan tersebut sukar dimasuki bakteri rumen sehingga kecernaan pakan juga menjadi rendah. Daya larut air perlakuan A dan B tidak berbeda (P>0,05), demikian juga perlakuan C dan D tidak berbeda (P>0,05). Akan tetapi perlakauan C dan D nyata (P<0,05) lebih rendah dibanding perlakuan A.

Tabel 4. Sifat Fisik Ransum

Sifat Phisik Ransum Perlakuan

SEM A B C D

Densitas (g/ml) 0,297a 0,293a 0,321b 0,313b 0,0029Daya Serap Air (%) 134,595a 139,227b 158,717c 173,183d 1,0125Daya Larut Air (%) 51,900b 51,793b 50,753a 50,749a 0,8023

Keterangan : A = rumput gajah 45% + jerami padi 0% + gamal 15% + kaliandra 10% + konsentrat 30% B = rumput gajah 30% + jerami padi 10% + gamal 20% + kaliandra 10% + konsentrat 30% C = rumput gajah 15% + jerami padi 20% + gamal 25% + kaliandra 10% + konsentrat 30% D = rumput gajah 0% + jerami padi 30% + gamal 30% + kaliandra 10% + konsentrat 30% Superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata (P<0,05) SEM = “Standard Error of the Treatment Means” Fermentasi In Vitro Fermentasi ransum perlakuan secara in vitro selama 4 jam menunjukkan pH substrat bervariasi

dari 6,41 sampai 6,60 (Tabel 4). Perbedaan komposisi hijauan menyebabkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) pada pH di antara semua perlakuan. pH rumen merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi dan aktivitas mikroba rumen berada pada

Page 91: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

84

kisaran optimum. Menurut Kamra [7], pH optimum untuk pertumbuhan mikroba rumen adalah 6-6,9, dan pH cairan rumen yang normal adalah 6-7 [8].

Perbedaan tidak nyata (P>0,05) juga terjadi pada kadar N-NH3 substrat semua ransum perlakuan. Produksi N-NH3 berkorelasi positip dengan kandungan gamal dalam ransum. Peningkatan kandungan gamal sebagai sumber RDP dalam ransum (perlakuan B, C dan D) cenderung meningkatkan produksi N-NH3 walaupun tidak berpengaruh nyata pada fermentasi in vitro 4 jam. Sutardi [9] menyatakan salah satu pakan yang dapat dijadikan sebagai sumber protein mudah terdegradasi adalah daun gamal (Gliricidia sepium), dimana 66% dari total protein yang dikandungnya dapat memacu sintesis protein mikroba. Konsentrasi N-NH3 substrat ransum pada semua perlakuan berada pada kisaran ideal untuk mendukung pertumbuhan bakteri secara optimal yaitu 4-12 mMol [10] atau 6-21 mMol [11].

Konsentrasi VFA Total hasil fermentasi ransum in vitro 4 jam untuk semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). VFA merupakan sumber energi utama untuk ternak ruminansia [12,13], dan jumlahnya bervariasi (80-160 mMol) tergantung jenis ransum dan waktu setelah pemberian pakan [10]. Pemberian hijauan yang berbeda baik sebagai sumber energi dan sebagai sumber protein dengan komposisi yang berbeda, menghasilkan konsentrasi VFA Total tertinggi pada perlakuan B. Namun demikian, produksi VFA Total pada semua perlakuan sudah mencukupi kebutuhan optimum untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen.

Fermentasi in vitro yang dilakukan selama 48 jam menghasilkan produk seperti tercantum dalam Tabel 5. Derajat keasaman (pH) semua perlakuan bervariasi dari 6,02 – 6,17 dan semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Dibandingkan fermentasi 4 jam, pada fermentasi 48 jam semua pH ransum menunjukkan angka lebih rendah (Gambar 1). Hal ini disebabkan semakin lama fermentasi terjadi peningkatan konsentrasi VFA sehingga pH menjadi semakin asam.

Tabel 5. Produk Fermentasi In Vitro

PeubahRansum Perlakuan

SEM A B C D

In vitro 4 jampH substrat ransum 6,41a 6,58a 6,60a 6,54a 0,05Kadar N-NH3 (mMol) 8,78a 9,29a 11,49a 10,71a 0,78VFA Total (mMol) 143,43a 166,40a 137,82a 117,91a 19,27In vitro 48jampH substrat ransum 6,11a 6,17a 6,10a 6,02a 0,03Kadar N-NH3 (mMol) 10,88a 11,92b 12,71c 12,30bc 0,11VFA Total (mMol) 197,03a 142,92a 224,59a 218,46a 25,81

Keterangan : A = rumput gajah 45% + jerami padi 0% + gamal 15% + kaliandra 10% + konsentrat 30% B = rumput gajah 30% + jerami padi 10% + gamal 20% + kaliandra 10% + konsentrat 30% C = rumput gajah 15% + jerami padi 20% + gamal 25% + kaliandra 10% + konsentrat 30% D = rumput gajah 0% + jerami padi 30% + gamal 30% + kaliandra 10% + konsentrat 30% Superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata (P<0,05) SEM = “Standard Error of the Treatment Means”

Page 92: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

85

Gambar 1 pH Substrat Ransum Fermentasi in vitro

VFA Total menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) di antara semua perlakuan. Perlakuan B yang sudah mencapai puncak produksi VFA pada fermentasi 4 jam, pada fermentasi 48 jam produksi VFAnya justru paling rendah di antara semua perlakuan. Produksi VFA tertinggi pada fermentasi 48 jam ditunjukkan oleh perlakuan C. Produksi VFA dipengaruhi antara lain oleh jenis dan jumlah hijauan pakan yang diberikan dan juga pH rumen [14]. Selain itu, semakin lama pakan difermentasi maka semakin tinggi produksi VFA karena mikroba rumen mendapat kesempatan lebih lama untuk mendegradasi pakan. Pada perlakuan B, karena puncak produksi VFA sudah dicapai pada fermentasi 4 jam, maka peningkatan waktu fermentasi tidak mampu meningkatkan produksi VFA lagi. Faktor lain yang mendukung tingginya produksi VFA pada perlakuan C karena komposisi ransum pada perlakuan C kemungkinan mengandung karbohidrat terlarut lebih tinggi dan unsur karbon yang terdapat dalam proteinnya sehingga menghasilkan VFA paling tinggi di antara semua perlakuan. Tinggi rendahnya konsentrasi VFA dipengaruhi oleh pakan basal, tipe karbohidrat pakan, bentuk fisik pakan, tingkat konsumsi, frekuensi pakan, dan penggunaan aditif kimia [15].

Kecernaan Fermentatif Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro Pengamatan fermentasi rumen secara in vitro selama 4 jam adalah untuk mengevaluasi

kemampuan pakan dalam menyediakan substrat bagi mikroba rumen baik untuk pertumbuhan maupun beraktivitas. Berdasarkan data pada Tabel 6 tampak bahwa substrat yang dihasilkan oleh perlakuan C mengakibatkan aktivitas mikroba tertinggi dilihat dari degradabilitas BK maupun BO.

Gambar 2 Koefisien Cerna Fermentatif Bahan Kering in vitro

Page 93: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

86

KCFBK dan KCFBO in vitro tertinggi pada perlakuan C. Walaupun ransum pada perlakuan C mengandung 20% jerami padi, dan berkontribusi terhadap kandungan NDF terendah dan lignin kedua tertinggi, namun mampu memberikan KCFBK dan KCFBO tertinggi. Sebagaimana diketahui, lignin merupakan senyawa yang menghambat proses pencernaan. Hal ini disebabkan ransum perlakuan C mengandung 25% gamal sebagai sumber RDP sehingga mampu memenuhi kebutuhan mikroba rumen khususnya bakteri akan ketersediaan N-NH3. Sesuai dengan pernyataan Koster [16] bahwa penambahan RDP pada level tertentu pada pakan yang mengandung hijauan kualitas rendah, mampu meningkatkan konsumsi BK, BO, KCBO maupun sintesis protein mikroba.

Tabel 6. Kecernaan Fermentatif BK dan BO In Vitro

PeubahRansum Perlakuan

SEM A B C D

In vitro 4 jam

Degradasi BK (%) 28,80a 30,90a 36,58b 34,28b 0,80

Degradasi BO (%) 31,89a 34,44b 39,74c 36,10b 0,57

In vitro 48 jam

KCFBK (%) 40,67a 41,75ab 45,97c 43,62b 0,50

KCFBO (%) 41,29a 42,46a 46,87b 45,03b 0,49 Keterangan : A = rumput gajah 45% + jerami padi 0% + gamal 15% + kaliandra 10% + konsentrat 30% B = rumput gajah 30% + jerami padi 10% + gamal 20% + kaliandra 10% + konsentrat 30% C = rumput gajah 15% + jerami padi 20% + gamal 25% + kaliandra 10% + konsentrat 30% D = rumput gajah 0% + jerami padi 30% + gamal 30% + kaliandra 10% + konsentrat 30% Superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata (P<0,05) SEM = “Standard Error of the Treatment Means”

Lebih tingginya produksi VFA pada fermentasi in vitro 48 jam dibanding fermentasi in vitro 4 jam disebabkan karena mikroba rumen mendapat kesempatan lebih lama mendegradasi pakan dan hal ini memberi keuntungan bagi mikroba rumen sebagai sumber energi yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan dan aktivitas mikroba itu sendiri untuk mencerna pakan yang diberikan. Hal ini terlihat pada KCFBK maupun KCFBO ransum fermentasi in vitro 48 jam lebih tinggi dari pada degradasi BK (Gambar 2) dan BO (Gambar 3) ransum yang difermentasi selama 4 jam. Kenyataan ini didukung oleh Putra [17], bahwa pencernaan pakan secara fermenatif, baik bahan kering (BK) atau pun bahan organik (BO) terdegradasi semakin tinggi sejalan dengan lamanya proses fermentasi berlangsung.

Page 94: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

87

Gambar 3 Koefisien Cerna Fermentatif Bahan Organik in vitro

4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, jerami padi mempunyai potensi yang cukup

besar sebagai pakan ternak ruminansia. Pemakaian jerami padi sampai 20% dan disuplementasi 25% gamal dalam ransum ternak ruminansia mampu meningkatkan kecernaan dibandingkan ransum yang tidak mengandung jerami padi walaupun disuplementasi 30% gamal.

Ucapan Terima Kasih Terimakasih kami sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana melalui Ketua LPPM Unud atas dukungan dana untuk penelitian ini.

Daftar Pustaka[1] Friss, V. K. 1982. Effect of processing on nutrient content of feeds: Alkali treatment. Handbook of

Nutritive Value of Processed Food. Vol. II. Animal Feedstuffs. CRC. Press.[2] Schiere, J. B. and M. N. M. Ibrahim. 1989. Feeding of Urea-Amonia Treated Rice Straw. Pudoc

Wageningen.[3] Minson, D.J. and M. M. McLeod. 1972. The In Vitro Technic: its Modification for Estimate

Digestibility of Large Numbers of Tropical Pature Technique, Australia.[4] Solorzano Lucia. 1969. Determination of ammonia in natural waters by the phenol hypochlorite

method. Limnology and Oceanography. Vol. 14 (5) : 799-801. American Society of Limnology and Oceanography.

[5] General Laboratory Procedures. 1966. Departement of Dairy Science. University of Wisconsin. Madison.

[6] Steel, R. G. D. Ang J. H. Torrie. 1986. Priciples and Procedures of Statistic. McGraw-Hill Book Co. Inc., New york.

[7] Kamra, D. N. 2005. Rumen microbial ecosystem. Special Section: Microbial Diversity. Current Science, Vol. 89 No. 1:124-135.

Chiba, L. I. 2009. Animal Nutrition Handbook. Second Revision. URL: http://www.ag.auburn.edu/~chibale/animalnutrition.html diunduh 5 Januari 2011.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institute Pertanian Bogor.

Page 95: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

88

Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Pros. Seminar Penelitian Penunjang Peternakan, LPP. Bogor.

[8] McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh, and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Pretice all, London.

[9] Owens, F. H. and W. G. Bergen. 1983. Nitrogen metabolism of ruminant animals: Historical perspective, current understanding and future implication. J. Anim. Sci. 57, suppl 2.

[10] Preston, T. R. and R. A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production Systems With Available Resources in The Tropics and Sub-tropics. Penambul Books Armidale.

[11] Peters, J. P., J.A.Z. Leedle and J. B. Paulissen. 1989. Factor affecting the in vitroproduction of volatile fatty acids by mixed bacterial populations from the bovine rumen. J. Anim. Sci. 67:1593-1602.

[12] France, J. and J. Dijkstra. 2005. Volatile Fatty Acid Productions. In: Quantitative Aspect of Ruminant Digestion and Metabolism. 2nd Ed. C. A. B. International, Cambridge, USA.

[13] Koster, H. H., R. C. Cochran, E. C. Titgemeyer, E. S. Vanzant, I. Abdelgadir and G. St-Jean. 1996. Effect of increasing degradable intake protein on intake and digestion of low-quality, tallgrass-prairie forage by beef cows. J. Anim. Sci. 1996. 74:2473–2481.

[14] Putra, S. 2006. Pengaruh Suplementasi Agensia Defaunasi Segar dan Waktu Inkubasi Terhadap Degradasi Bahan Kering, Bahan Organik, dan Produks Fermentasi Secra In Vitro. Jurnal Protein Vol. 13. No. 2: 113-123.

Page 96: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

89

Studi Produksi Kentang Bibit Generasi 1 (G1) Varietas Granola Kembang untuk Penyediaan Bibit Kentang Bermutu di Bali

Ida Ayu Astarini1, Made Ria Defiani1, Ni Kadek Raleni2 dan Ida Ayu Putu Suryanti2

1Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana2Program Studi Magister Ilmu Biologi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

E-mail: [email protected]

Abstrak

Potato is one of important vegetable crop in Bali. However, it production decreases significantly the last five years. The main problem is low quality seed potatoes. Most farmers use part of their harvest as seed for the next planting seasons, resulting in 50% lost of their harvest, due to disease infection during storage and decreasing quality of the harvest. Some farmers imported seed potatoes from other islands, but the cost were much higher and cannot guarantee that the obtained the right generation of seed potatoes. Since there is an excellent market for this vegetable both for local and export to neighboring countries, it is very important to provide good quality seed potatoes. The aim of this project is to provide high quality seed potatoes source for farmers. Field trial was done at Bedugul, November 2010 – February 2011. ‘Granola Kembang’ minituber (G0) was obtained from Brawijaya University. Results shows that minitubers produced good quality of first generation (G1) seed potatoes. Each tuber produced 5 small size tubers in average. This will be a very good source to produce G2 and G3 seed potatoes. Farmers usually use G3 to produced potatoes for consumers. It is recommended that farmers should use trustable G3 as seed for potato production.

Keywords: Solanum tuberosum, seed potato, quality, Bali

1. Pendahuluan Kentang adalah salah satu komoditi andalan di kawasan Bedugul, dataran tinggi dari dua

kabupaten yaitu Kabupaten Tabanan dan Buleleng, dan juga sebagai sentra produksi kentang di Provinsi Bali. Produktivitas kentang di Bali mengalami penurunan dari 18,86 ton/ha pada tahun 2009 menjadi 16.44 ton/ha pada tahun 2011 [1]. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah adanya kesulitan petani mendapatkan bibit bermutu, harga bibit yang didatangkan antar pulau relatif mahal (Rp 14.000 per kg untuk turunan G3 dan Rp 12,000 untuk turunan G4). Bila petani menyediakan bibitnya sendiri maka sekitar 50% mengalami kerusakan selama penyimpanan sebelum ditanam di lahan pada periode tanam berikutnya.

Produksi kentang konsumsi yang bermutu sangat ditentukan oleh generasi kentang bibit. Kentang bibit yang baik adalah generasi ke 3 dan 4 (G3 dan G4). Rendahnya produksi kentang di kawasan Bedugul disebabkan karena petani menyediakan kentang bibit dengan cara menyisihkan umbi kentang dari hasil panen produksi sendiri, sehingga kentang bibit yang digunakan merupakan generasi G5, G6 dan seterusnya. Penggunaan umbi kentang generasi ke 5 dan seterusnya sebagai bibit kentang tentunya mengurangi kualitas produksi kentang, karena semakin tinggi generasi umbi kentang, infestasi penyakit umbi semakin tinggi, dan dapat berakibat pada kegagalan panen, karena tingginya serangan penyakit. Di India, petani mulai menggunakan umbi kentang hasil kultur jaringan sebagai sumber bibit di lapangan untuk menghemat bahan baku konsumsi, mencegah perkembangan penyakit di lapang, ukuran umbi seragam dan produksi umbi hasil panen dapat ditingkatkan [2].

Selain membibitkan sendiri, petani di daerah Bedugul juga seringkali membeli kentang bibit dari daerah lain. Berdasarkan pengalaman petani yang membeli bibit kentang G3 bibit dari Cipanas

Page 97: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

90

(Jawa Barat) atau Malang, didapati bibit kentang yang tidak tumbuh optimal sebanyak 30 – 50%. Hal ini disebabkan karena bibit kentang mengalami pembusukan sebelum bibit beradaptasi terhadap lingkungan. Juga produksi kentang konsumsi pun masih relatif rendah karena tingginya serangan hama dan penyakit di lapang. Beberapa faktor internal maupun eksternal dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dan generatif serta perkembangan tanaman kentang di lapang termasuk tahap pembentukan umbi. Faktor internal yang berpengaruh adalah varietas kentang, dimana masing-masing varietas memerlukan kondisi lingkungan yang berbeda untuk produksi umbi optimal. Beberapa varietas kentang yang sudah dikembangkan di Indonesia adalah varietas Kennebec, Red Pontiac, Katahdin, DTO-28, Cipanas, Cosima, Segunung dan Granola [3].

Faktor eksternal yang mempengaruhi tanaman kentang adalah faktor lingkungan seperti kecepatan angin, suhu, kelembaban, curah hujan dan cahaya. Angin kencang dapat menganggu kondisi tanaman. Suhu rendah (15-20oC) sangat diperlukan untuk inisiasi stolon yang akan berkembang menjadi umbi. Teknik budidaya juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil panen, misalnya jarak tanam, frekuensi pembumbunan, kesuburan tanah dan pengendalian hama dan penyakit [3]. Melihat permasalahan tersebut, perlu dicari alternatif lain penyediaan kentang bibit di daerah Bedugul, yaitu dengan mengupayakan pembibitan kentang dari generasi awal (generasi ke 0) yang merupakan umbi kentang hasil perbanyakan kultur jaringan. Umbi mikro hasil perbanyakan dengan kultur jaringan dapat dipastikan bebas hama dan penyakit, karena diproduksi dengan teknik kultur meristem, selanjutnya diperbanyak secara in vitro dan diaklimatisasi untuk memproduksi kentang bibit G0 dengan lingkungan terkontrol di dalam rumah kaca. Selanjutnya dengan teknik budidaya terkontrol, akan diperolah kentang bibit generasi selanjutnya (G1, G2, G3, dan G4) yang bermutu tinggi, dan tentunya akan menghasilkan kentang konsumsi yang bermutu tinggi dengan daya hasil yang tinggi pula.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyediakan bibit kentang bermutu generasi 1 (G1) guna meningkatkan mutu kentang bibit dan produktivitas kentang konsumsi di Bali.

2. Metodologi Penelitian2.1. Bahan tanaman Bibit kentang G0 kultivar Granola Kembang hasil perbanyakan dengan teknik kultur

jaringan diperoleh dari Universitas Brawijaya, Malang. Bibit yang digunakan adalah bibit yang telah mengalami masa dormansi 4 bulan dan telah tumbuh 3-4 mata tunas, umbi tidak luka dan tidak cacat.

2.2. Teknik budidaya Kegiatan penanaman dilakukan di daerah Bedugul, Desa Batusesa di lahan milik UD

Sila Artha, mulai Nopember 2011 hingga Februari 2012. Penanaman kentang G0 dilakukan di rumah plastik pada media tanah. Sebelum penanaman, tanah diberi pupuk kandang dari kotoran sapi sebanyak 200 kg/100 m2. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dicangkul dan digemburkan. Gulma dicangkul dan dibuang dari lokasi penanaman untuk mencegah gulma cepat tumbuh. Pupuk NPK ( 1: 1: 1) ditaburkan di tiap bedeng sebelum tanam.

Sebanyak 1.000 kentang bibit G0 ditanam pada bedengan berukuran 100 x 10 m. Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara mencabut gulma (rumput liar) baik pada bedeng, maupun antar bedeng, setiap minggu. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida secara bergantian 2 kali seminggu, 1 bulan setelah tanam hingga 2 minggu sebelum panen. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari. Panen kentang dilakukan pada tanaman berumur 77 – 84 hari setelah tanam. Tanaman kentang yang siap panen dicirikan oleh daun dan batang yang sudah

Page 98: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

91

mengering, kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah terkelupas saat ditekan [4]. Umbi hasil panen dibawa ke gudang penyimpanan. Di gudang penyimpanan dilakukan sortasi dan grading. Bibit disortasi dan grading berdasarkan kelasnya (Tabel 1).

Variabel yang diamati meliputi kecepatan tumbuh umbi, rata – rata jumlah umbi per tanaman, jumlah umbi per kelas [4], hama dan penyakit yang menyerang tanaman.

Tabel 1. Pengkelasan Umbi Kentang Bibit G2 Berdasarkan Ukuran [4].Kelas Umbi Ukuran (gram)

M (sedang) 61-90

S (kecil) 30-60

SS (sangat kecil) <30

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan3.1. Keadaan umum lokasi penanaman Lokasi percobaan penanaman kentang bibit G0 di daerah Bedugul merupakan lokasi

yang sesuai untuk pertanaman kentang. Tempat ini memiliki ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut dengan perkiraan suhu minimum dan maksimum bulan Nopember – Januari adalah 22oC – 32oC, dengan curah hujan tahunan sekitar 2.500 – 3.000 mm/tahun. Bedugul memiliki tipe tanah Andosol dan Regosol [5] yang sangat subur dan gembur serta berdrainase baik.

3.2. Pertumbuhan kentang bibit di lapang Kentang bibit G0 mulai tumbuh di lapang 1 minggu setelah tanam (MST). Pertumbuhan

mencapai lebih dari 80% pada umur 2 MST, dan pada 4 MST hampir keseluruhan tanaman (92%) telah tumbuh sehat di lapang (Gambar 1). Hanya 8% bibit yang tidak tumbuh. Hal ini mungkin disebabkan karena ukuran bibit yang terlampau kecil, sehingga tidak cukup memiliki cadangan makanan untuk memulai perkecambahan. Perbedaan persentase tumbuh pada minggu ke-2 dan ke-4 utamanya disebabkan karena kedalaman tanam yang berbeda pada saat menanam. Bibit yang ditanam lebih dalam (>5 cm) tumbuh lebih lambat, sedangkan bibit yang ditanam dengan kedalaman 3 cm, tumbuh lebih cepat. Perbedaan kedalaman saat penanaman dikarenakan perbedaan personil yang menanam.

Gambar 1. Persentase tanaman tumbuh 2 dan 4 minggu setelah tanam

Page 99: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

92

3.3. Produktivitas kentang bibit G1 Kentang bibit generasi ke 1 atau yang umum disebut G1 dipanen pada umum 85 hari setelah

tanam (HST). Tanaman siap panen dicirikan oleh daun dan batang yang mulai mengering, serta kulit umbi tidak mudah terkelupas.

Diperoleh kentang bibit G1 sebanyak 49 kg/60 m2, yang setara dengan 8.2 ton/ha. Produktivitas kentang G1 umumnya lebih rendah dari produksi kentang konsumsi, karena sumber bibit yang sangat kecil (diameter sekitar 1 cm). Rendahnya produksi G1 mungkin juga disebabkan karena pada saat pertanaman, tidak dilakukan pembubunan secara rutin seminggu sekali. Pembubunan pada bedeng hanya dilakukan di awal pertanaman. Pembubunan tanaman kentang perlu dilakukan untuk merangsang pertumbuhan stolon, yang akan merangsang tumbuhnya umbi kentang yang lebih banyak [6].

Faktor lain yang dapat mengakibatkan rendahnya produksi umbi adalah suhu lingkungan pertumbuhan. Dari hasil pengamatan di lapang, suhu di dalam rumah plastik cukup tinggi (± 28oC) pada siang hari, jauh lebih tinggi dibandingkan suhu di luar rumah plastik. Kentang memerlukan suhu rendah untuk merangsang pembentukan umbi, karenanya suhu yang relatif tinggi akan menghambat pertumbuhan umbi kentang [3].

Jumlah rata – rata umbi kentang yang dihasilkan pertanaman adalah 5 butir, dengan total umbi kentang G1 yang dihasilkan sebanyak 3.488 umbi. Umbi yang dihasilkan dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu kelas, SS (sangat kecil, 841 umbi), S (kecil, 1869 umbi) dan M (medium, 779 umbi) (Gambar 2; 3).

Gambar 2. Dari kiri ke kanan, kentang hasil panen kelas SS (sangat kecil),S (kecil) dan M (medium).

Gambar 3. Jumlah umbi per kelas

Page 100: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

93

Produksi umbi ukuran S jauh lebih banyak dibandingkan umbi SS dan M. Hal ini umum ditemukan pada produksi kentang bibit. Kentang G0 (umbi mini) yang ditanam di lapang menjadi G1 masih merupakan umbi kentang untuk bibit dan bukan untuk konsumsi. Walaupun berukuran relatif kecil (30 – 60 gram) akan lebih menguntungkan petani karena lebih banyak jumlah umbi yang diperoleh untuk produksi kentang bibit selanjutnya (G2). Bibit G1 yang telah melewati masa dormansi selama kurang lebih 4 bulan, akan ditanam kembali untuk mendapatkan kentang bibit G2. Selanjutnya ditanam kembail untuk menghasilkan G3. Secara umum, setiap generasi pembibitan, satu kentang bibit akan menghasilkan 5 kentang bibit turunannya. Sehingga, penanaman 1.000 kentang G0 akan menghasilkan 5.000 kentang G1; 25.000 kentang G2, 125.000 kentang G3. Kentang bibit G3 siap dijual ke petani untuk produksi kentang konsumsi.

3.4. Hama dan Penyakit di Lapang

Selama pertumbuhan kentang, didapati tanaman terserang hama dan penyakit dengan persentase serangan sekitar 24%. Hama yang menyerang pertanaman kentang yang berhasil diamati adalah ulat penggerek daun yang melubangi daun (Gambar 4a), penggorok daun (Liriomyza huidobrendis) yang juga menyerang daun, menunjukkan bintik atau bercak putih akibat tusukan ovipositor kemudian daun akan kering dan berwarna coklat seperti gosong (Gambar 4b).

Penyakit yang teramati adalah penyakit busuk daun/hawar daun yang disebabkan oleh jamur Phytophtora infestans (Gambar 4c). Beberapa umbi hasil panen juga diserang hama penggerek umbi di tanah yang membuat lubang cukup besar pada daging umbi (Gambar 5).

Gambar 3. Umbi terserang hama penggerek umbi

Gambar 4. Kerusakan daun kentang akibat a) ulat penggerek daun, b) penggorok daun, c) jamur Phytopthora infestans

Page 101: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

94

Serangan hama dan penyakit terjadi akibat penanaman pada rumah plastik yang tidak sepenuhnya tertutup, sehingga serangga masih dapat masuk ke areal pertanaman dan menjadi vektor pembawa hama dan penyakit. Produksi kentang bibit G1 akan lebih baik jika dilakukan pada rumah plastik tertutup untuk memastikan tidak ada serangga yang menginfeksi [7].

Faktor musim mempengaruhi tingkat serangan hama dan penyakit pada tanaman di lapang, dimana pada musim kemarau serangan hama meningkat terutama serangan thrips yang dapat menyebabkan pelukaan pada bagian pucuk tanaman. Thrips dapat menjadi vektor bagi serangan virus. Pada musim kemarau, serangan penyakit meningkat, terutama penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium dan Phytophtora infestans. Aliran air hujan di areal pertanaman menyebabkan media penyebaran penyakit layu tersebut. Tanaman sakit yang batangnya berair dan membusuk akan menyebarkan sumber penyakit ke tanaman sehat disekitarnya. Oleh karena itu, areal pertanaman sebaiknya memiliki aliran air yang lancar dan bebas dari gulma atau tanaman penganggu lain yang dapat menjadi inang bagi hama tanaman. Penggunaan bibit umbi bebas hama dan penyakit dapat meningkatkan produksi kentang di daerah tropis [7].

4. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kentang bibit G0 (minituber bebas virus hasil kultur jaringan) berproduksi baik di Bedugul, dengan produktivitas setara 8.2 ton/ha. Tiap umbi G0 menghasilkan 5 umbi G1. Serangan hama dan penyakit masih ditemukan di lapang. Disarankan untuk menggunakan rumah plastik yang tertutup seluruhnya untuk mencegah serangan hama dan penyakit dan mendapatkan hasil panen G1 yang lebih baik dan berkualitas tinggi.

Ucapan terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Made Supartha Utama dan Prof. Budi Susrusa yang menyediakan dana untuk penelitian ini melalui program Hi-Link UNUD. Terimakasih kepada Pak Widia (UD Sila Artha) yang telah menyediakan lahan percobaan.

Referensi[1] Badan Pusat Statistik. 2012.[2] Badoni, A., Chauhan, J.S. 2010. Importance of Potato Micro Tuber Seed Material for Farmers of

Uttarakhand Hills. International Journal of Sustainable Agriculture, 2(1): 01-09.[3] Defiani, R. 1990. Pengaruh formulasi 2,4-D terhadap pertumbuhan dan produksi lima varietas

kentang (Solanum tuberosum L.) asal setek mikro. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[4] Ummah, K., Purwito A. 2009. Budidaya tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Dengan aspek khusus pembibitan di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Makalah seminar. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

[5] Setiyo, Y., Gunam, I.B.W., Gunadnya, I.B.P., Tika, I W. 2011. Bioremediasi In-Situ Lahan Tercemar Pestisida Oleh Mikroba yang Ada Pada Kompos. The Excellent research. Universitas Udayana.

[6] Astarini, I. A. 1991. Pengusahaan kentang (Solanum tuberosum L.) di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Laporan Praktek Lapang. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[7] Uyen, N., Van Der Zaag, P. 1983. Vietnamese farmers use tissue culture for commercial potato production. Am. Pot. J., 60: 872-879.

Page 102: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

95

Optimalisasi Produktivitas Kentang Bibit Varietas Granola G3 Dengan Manipulasi Dosis Pemupukan

Yohanes Setiyo1*, Ida Bagus Wayan Gunam1, Ida Bagus Putu Gunadnya1, Victor Manuntun Manurung2, Sumiyati1 1 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar

2 Fakultas MIPA, Universitas Udayana, DenpasarEmail: [email protected]

AbstractCompost as an organic fertilizer could improve the physical, chemical, and biological characteristics of the soil in a certain way so that soil mineral was available for plant. The special aim of this research was to optimize the production of potatoes for next cultivation. Compost of chiken manure and cows-manure as fertilized were used at four level dose on potatoes planting, the experiment was combine with application plastic mulsa. Total weight of potatoes, number of potatoes, and ditribution weight of potatoes from every plants were observed. Number of sample from every unit experiment was 10% or 10 plants. Average total production every plants of potatoes granola variety from this experiments was 432.65 g with standart deviation 111 g, and every plants were produce 8 – 14 potatoes but number of potatoes can be used for cultivation was 59,1% - 74,8%. Kata kunci: potatoes, compost, cultivation, research

1. Pendahuluan

Kentang adalah salah satu komoditi andalan dari Kabupaten Tabanan dan Buleleng, terutama yang ada di kawasan Bedugul Provinsi Bali. Produksi kentang di Bali cenderung menurun secara berarti untuk tahun 2004-2008, hal ini mengindikasikan adanya permasalahan dalam budidaya. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah (1) kesulitan petani mendapatkan bibit bermutu, (2) harga bibit yang didatangkan dari pulau jawa relatif mahal (Rp 14.000 – Rp 17.500,- per kg untuk turunan G3 dan Rp 12.000 turunan G4), (3) bibit yang dihasilkan petani di Bali kualitasnya rendah [6]. Bila petani menyediakan bibitnya sendiri maka sekitar 50% rusak selama penyimpanan sebelum ditanam di lahan pada periode tanam berikutnya.

Selama ini beberapa petani di Kawasan Bedugul dalam budidaya kentang menggunakan bibit dari Jawa (Malang atau Lembang) untuk varietas kentang granola kelompok G3. Namun demikian, masih juga ditemukan beberapa petani yang menggunakan bibit varietas yang sama kelompok G4, G5 dan bahkan ada yang menggunakan kelompok G5. Adanya petani yang menggunakan bibit varietas granola kelompok G4 ataupun G5 disebabkan kontinuitas ketersediaan bibit kentang di Bali tidak ada, walaupun petani merasakan hasil budidaya tidak mencapai maksimal. Berdasarkan data dari BAPENAS optimal produksi kentang Garanola sekitar 30 ton/ha.

Penelitian yang dilakukan oleh Arsa, 2012 pada musim tanam kering dengan perlakuan dosis pemupukan NPK yang dikombinasikan dengan pemupukan dengan kompos kotoran ayam dosis 20 ton/ha menunjukan adanya variasi total produksi umbi kentang. Hasil budidaya dengan empat perlakuan dosis pemupukan seperti Gambar 1.

Dari total produksi total jumlah umbi kentang yang dapat dijadikan bibit hanya 30 - 47%, kentang ukuran di bawah 30 g adalah 4,1 – 5,5% dan kentang konsumsi (ukuran di atas 100 g) adalah 47,5 – 64,9%. Umbi kentang yang dapat dijadikan bibit jumlahnya kurang dari 50% [1].

Page 103: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

96

Gambar 1 Produksi dan prosentase umbi kentang untuk bibit

Pemberian kompos sebagai pupuk organik ke lahan pertanian dengan dosis 20 ton/ha pada lapisan olah atau kedalaman sampai 10 – 15 cm berpengaruh terhadap sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis tanah. Kompos yang diberikan adalah kotoran ayam menyebabkan perubahan kandungan N-organik 1,38 %; C-organik 21 %; P2O5 649 ppm; K2O 3, 43 me/100 g; Mg 1,13 me/1009; Mg; Na 0,62 me/100 g; KTK 65,8 me/100g; C/N 16,6; pH tanah 6,8; populasi mikroba 10 5,14 cfu. Mineral-mineral dan bahan organik dalam kompos akan memperkaya jumlah unsur hara yang tersedia di zone perakaran. Bahan organik pada kompos yang memiliki C/N masih tinggi oleh mikroba kelompok kapang dan bakteri akan diurai menjadi mineral-mineral seperti Mg2+, K+, Ca2+, serta bahan organik yang lebih stabil, aktivitas penguraian baan organik ini mengakibatkan nilai KTK dari tanah naik [3].

Hasil produksi bibit kentang granola G4 dari beberapa petani di Candikuning belum mampu mencukupi kebutuhyan tersebut. Usaha memenuhi kebutuhan bibit dengan mendatangkan bibit dari Jawa, namun karena keterlambatan pengiriman maka jadwal tanam tertunda dan hasil produksi tidak optimal. Manipulasi pupuk dan dosis pemupukan menjadi sebuah solusi untuk peningkatan kualitas umbi kentang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan bibit.

2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di lahan milik Bapak Wayan Ada Kentang Br. Pemuteran, Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pelaksanaan penelitian penamanan kentang pada bulan Mei sampai Juli 2013. Pengukuran parameter jumlah dan berat umbi kentang hasil panen di Laboratorium SDA PS. Teknik Pertanian Kampus Bukit Jimbaran. Lokasi lahan pada ketinggian sekitar 1.200 m dpl dengan topografi agak miring dengan level kemiringan 2 – 5%. Lahan sebelumnya dibudidayakan bawang pre dan sudah sering untuk budidaya kentang granola, pemupukan menggunakan kompos kotoran ayam terfermentasi sudah dilakukan secara terus menerus selama kurun waktu 3 tahun.

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang atau Solanum tuberosum L. varietas granola kelompok G2. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk organik (kompos kotoran ayam terfermentasi selama 4 minggu dan kompos kotoran sapi). Mulsa plastik (HPDE) merupakan material penutup lahan budidaya untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma.

Cangkul dan traktor untuk untuk penyiapan lahan budidaya. Meteran untuk pengukuran luas lahan dan jarak tanam. Pelubang untuk penyiapan lubang tanam, serta timbangan analitik untuk mengukur berat kentang. Anjir dan raffia untuk menjaga teganya tanaman selama masa pertumbuhan.

Percobaan dirancang dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat dosis pemupukan kompos dan dua jenis kompos yang digunakan (kotoran ayam dan kotoran sapi). Setiap dosis pemupukan di ulang 3 kali, sehingga secara keseluruhan didapatkan 56 unit percobaan. Dosis pemupukan kompos adalah: 0 kg/ha (kontrol), 10 kg/ha (P1), 15 kg/ha (P2), dan 20 kg/ha (P3), dan 25 ton/ha (P4) dengan ptanpa adanya pemupukan dasar.

Page 104: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

97

Petak percobaan merupakan satu guludan dengan dua alur penanaman yang memiliki lebar guludan 80 cm dengan panjang guludan 10 m. Populasi tanaman pada setiap guludan adalah 102 tanaman, karena jarak tanam pada satu alur adalah 20 cm. Sampel untuk menentukan parameter-parameter : jumlah umbi kentang, berat umbi, distribusi umbi menurut berat, dan jumlah umbi kentang yang dapat dijadikan bibit adalah 10 pohon yang diambil secara acak dari tanaman yang ada di unit percobaan (10% dari total tanaman).

Data-data hasil pengamatan (jumlah umbi per pohon dan total berat umbi per pohon) dari tiap sampel dan perlakuan ditabulasi dan dicari reratanya. Hasil rerata untuk parameter total jumlah umbi perpohon, total berat umbi per pohon, klasifikasi ukuran umbi (kurang dari 30 g, kentang bibit berat 30 – 60 g dan ukuran 61 – 99 g), serta kentang konsumsi ukuran lebih dari 100 g dianalisis sidik ragam untuk mendapatkan perlakuan produksi kentang bibit.

3. Hasil dan Pembahasan

Bibit kentang varietas granola kelompok G3 yang dipergunakan dalam percobaan berdasarkan total berat umbi yang dihasilkan dikategorikan bibit yang berkualitas. Tingkat produktivitas bibit kentang ini adalah 347 g – 610 g, dengan berat perpohon ini maka hasil produksi umbi kentang tipa pohon adalah 8 – 15 kali. Hasil umbi kentang perpohon 8 – 15 kali perpohon sudah memenuhi standar kualitas bibit.

Hubungan antara dosis pemupukan kompos (kotoran ayam dan kotoran sapi) untuk budidaya di lahan yang ditutup mulsa plastic hitam dan yang tidak ditutup mulsa plastic dengan rerata total berat umbi kentang yang dihasilkan adalah seperti Gambar 2. Adanya kecenderungan total produksi umbi kentang untuk perlakuan budidaya menggunakan mulsa plastic lebih jumlahnya lebih sedikit dibandingkan total produksi pada perlakuan budidaya menggunakan mulsa plastic hitam. Pada budidaya menggunakan mulsa plastic gulma, kadar air, dan pH tanah selama masa budidaya dapat dikontrol.

Ketersediaan unsur hara di lahan pada perlakuan budidaya menggunakan mulsa plastic lebih baik dibanding perlakuan budidaya tanpa mulsa plastic, akibat pengontrolan/pengendalian pertumbuhan gulma menyebabkan tidak adanya persaingan antara gulma dengan tanaman kentang dalam menyerap unsur hara dari lahan. Selain itu ketersediaan hara juga didukung oleh kadar air di lahan pada kondisi kapasitas lapang dengan pH tanah mendekati netral. Pertumbuhan gulma, kadar air tanah dan pH tanah dari dua perlakuan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Setiyo (2011) [4] dan Arsa (2013) [1].

Peningkatan penggunaan pupuk kompos kotoran sapi pada perlakuan budidaya menggunakan mulsa plastic maupun tanpa mulsa plastic memiliki kecenderungan meningkatnya jumlah produksi umbi kentang tiap pohon, kondisi ini berlawanan dengan penggunaan pupuk kompos kotoran ayam. Kondisi ini diduga karena kotoran sapi lebih tersedia dari pada kotoran ayam, karena kotoran sapi yang digunakan sudah terdekomposisi lebih dari 2 bulan, sedangkan kotoran ayam baru terfermentasi selama sebulan. Namun dari hasil sidik ragam didapatkan data Fhitung < Ttabel pada selang kepercayaan 1%, hal ini memnunjukan bahwa dosis pemupukan berpengaruh tidak sangat nyata terhadap total produksi umbi kentang untuk tiap pohonnya.

Page 105: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

98

Gambar 2. Rerata berat umbi kentang yang dihasilkan tiap pohon

Tabel 1. Hasil sidik ragam terhadap total produksi umbi kentang pada tiap pohon

Sumber Variasi SS df MS Fhitung Ftabel 0.01 Ftabel 0.05Dosis pemupukan (A) 0.06 4 0.01 1.350401 13.75 5.72Jenis Kompos (B) 0.18 1 0.18 17.17974 6287 251Perlakuan Budidaya © 0.16 1 0.16 14.81202 6287 251Kombinasi AB 5.74 4 1.43 134.1505 13.75 5.72Kombinasi AC 2.32 4 0.58 54.2473 13.75 5.72Kombinasi BC 7.51 1 7.51 702.7183 6287 251Kombinasi ABC 1.31 4 0.33 30.5455 13.75 5.72Error 0.43 40 0.01 Total 11.96

Tabel 1 selain menunjukan tidak adanya perbedaan sangat nyata terhadap dosis pemupukan, juga menunjukan tidak adanya perbedaan sangat nyata terhadap jenis kompos yang dipergunakan (kotoran ayam dan kotoran sapi) serta perlakuan penggunaan mulsa plastik. Namun, perlakuan kombinasi: (1) dosis pemupukan dengan jenis kompos nyang dipergunakan, (2) dosis pemupukan dengan penggunaan mulsa plastik dalam budidaya, (3) dosis pemupukan, jenis kompos yang dipergunakan dan penggunaan mulsa plastik dalam budidaya memberikan hasil total produksi umbi untuk tiap pohon yang sangaat berbeda nyata. Hal ini menunjukan bahwa adanya interaksi antara ketiga jenis parameter untuk meningkatkan produksi umbi kentang, walaupun kombinasi antara penggunaan mulsa plastik dengan penggunaan jenis kompos hanya memberikan pengaruh yang nyata.

Page 106: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

99

Gambar 3. Rerata jumlah umbi kentang yang diproduksi tiap pohon

Jumlah umbi kentang yang dihasilkan pada semua perlakuan budidaya yang tertuang pada Gambar 3 sudah sesuai dengan standar produktiivitas kentang bibit berkualitas, standar produktivitas kentang bibit adalah 8 – 15 umbi per pohon, selain itu bibit. Perlakuan pemupukan menggunakan kompos kotoran sapi pada budidaya penutupan lahan menggunakan mulsa plastic menghasilkan jumlah umbi yang lebih banyak dibandingkan ketiga perlakuan lainnya. Jumlah umbi kentang yang dihasilkan ini juga mendekati hasil penelitian Utama et al.(2012) [6] pada budidaya di musim basah. Kondisi ketersediaan unsur hara yang didukung oleh sifat psikokimia tanah yang baik menyebabkan jumlah umbi kentang menjadi lebih banyak. Sifat psikokimia tanah meliputi porositas, struktur tanah, kadar air, pH, dan ketersediaan unsur hara.

Pada porositas sekitar 25% aerasi dalam tanah berlangsung secara sempurna, drainase di lahan berlangsung secara baik terutama dan saat curah hujan tinggi, pada kondisi aerasi ideal kadar air dan jumlah udara dalam tanah dalam keadaan seimbang. Hasil penelitian Setiyo et al. (2009) [2] dan Arsa (2013) [1] pemberian beberapa jenis kompos dengan dosis 20 ton/ha mampu meningkatkan porositas tanah. Kondisi lahan pertanian di Bedugul memiliki porositas tanah lebih dari 50%, sehingga perkembangan berat dan jumlah umbi kentang berlangsung secara optimal .

Tabel 2 menunjukan bahwa dosis pemupukan 90 – 25 ton/ha), jenis kompos (kotoran ayam dan kotoran sapi) dan perlakuan budidaya (dengan dan tanpa mulsa plastik) tidak memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah umbi kentang yang dihasilkan untuk tiap pohonnya. Pengaruh sangat tidak nyata juga terjadi pada perlakuan kombinasi ketiga variabel budidaya. Namun jumlah total umbi ada pengaruh sangat nyata dari perlakuan kombinasi antara dosis kompos dengan jenis kompos dan teknik budidaya dan juga adanya pengaruh yang nyata dari perlakuan kombinasi penggunaan jenis kompos dengan penggunaan mulsa plastik dalam budidaya.

Page 107: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

100

Tabel 2. Sidik ragam jumlah umbi kentang G4 yang dihasilkan dari tiap pohon

Sumber Variasi SS df MS Fhitung Ftabel 0.01 Ftabel 0.05Dosis pemupukan (A) 21.60 4 5.40 0.35475 13.75 5.72Jenis Kompos (B) 26.98 1 26.98 1.772657 6287 251Perlakuan Budidaya © 20.42 1 20.42 1.341263 6287 251Kombinasi AB 3,360.02 4 840.00 55.18367 13.75 5.72Kombinasi AC 1,349.23 4 337.31 22.15931 13.75 5.72Kombinasi BC 4,498.58 1 4,498.58 295.5323 6287 251Kombinasi ABC 253.30 4 63.33 4.16018 13.75 5.72Error 608.88 40 15.22 Total 6,779.00

Kelas umbi kentang yang dihasilkan dari percobaan budidaya menggunakan mulsa plastik dan tanpa

mulsa plastik di musim kering dengan perlakuan pemberian kompos kotoran ayam dan kotoran sapi pada empat level dosis dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, Gambar 4 dan Gambar 5. Total umbi kentang hasil percobaan untuk semua perlakuan lebih baik dari hasil penelitian Arsa (2013) [1] dan Setiyo et al (2012) [5] (budidaya musim basah), jumlah umbi kentang yang dapat dijadikan kentang bibit dari hasil percobaan bervariasi dari 59,1% - 74,8% dengan standar deviasi 0,5% - 15,5%. Namun jumlah umbi kentang dengan berat di bawah 30 g lebih banyak dibandingkan hasil penelitian Utama et al. (2012) [6] dan Arsa (2013) [1], jumlah umbi kentang ukuran kecil hasil percobaan bervariasi dari 9,7% - 28,3%.

Tidak adanya pemupukan dasar menggunakan pupuk NPK di lahan percobaan menyebabkan ketersediaan unsur hara untuk pertumbuan menjadi pembatas perkembangan berat umbi kentang yang terbentuk. Hal ini dapat dilihat dari jumlah umbi kentang yang pada kelompok ukuran kecil (9,7% - 28,3%) dan jumlah umbi kentang kelompok kentang konsumsi (4,9% - 22,8%). Jumlah umbi kentang yang dapat dijadikan kentang konsumsi lebih sedikit dari hasil penelitian Utama et al., (2012) [6] dan Arsa (2013) [1]. Pada percobaan ini unsur hara hanya mengandalkan dari hasil dekomposisi pupuk kompos yang diberikan dan sisa unsur hara dari budidaya sebelumnya, sebagai akibat dari kondisi ini adalah berat umbi kentang yang dapat dijadikan kentang bibit meningkat dengan peningkatan jumlah umbi ukuran kecil dan penurunan jumlah umbi kelompok kentang konsumsi.

Pemupukan menggunakan kompos kotoran sapi pada budidaya dengan atau tanpa mulsa plastik menghasilkan jumlah umbi kentang yang dapat dijadikan bibit lebih banyak dari pada pemupukan menggunkan kompos kotoran ayam. Hal ini disebabkan oleh karena unsur hara dari kompos kotoran sapi lebih tersedia dari pada kompos kotoran ayam.

Tabel 3. Prosentase kelas umbi kentang pada pemupukan dengan kotoran ayam

Kelas Umbi KentangTanpa Mulsa Mulsa

Kontrol S10 S15 S20 S25 Kontrol S10 S15 S20 S25<30 (Non Bibit) 16.1 22.2 17.1 23.7 21.0 13.5 10.5 16.5 16.5 27.330-60 (Bibit Kecil) 31.7 30.3 41.2 42.2 27.9 25.7 31.1 34.4 34.4 28.861-100 (Bibit Besar) 30.7 32.4 23.7 27.2 37.9 38.4 35.8 37.1 37.1 33.4>101 (Kentang Konsumsi) 21.5 15.1 18.0 7.0 13.3 22.3 22.6 12.0 12.0 10.5

Page 108: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

101

Tabel 4. Prosentase kelas umbi kentang pada pemupukan dengan kotoran sapi

Kelas Umbi KentangTanpa Mulsa Mulsa

Kontrol S10 S15 S20 S25 Kontrol S10 S15 S20 S25<30 (Non Bibit) 16.1 17.3 28.3 21.8 14.9 13.5 9.7 21.1 21.1 16.530-60 (Bibit Kecil) 31.7 36.3 39.3 34.7 32.6 25.7 24.8 39.3 39.3 34.161-100 (Bibit Besar) 30.7 31.3 19.8 32.9 34.4 38.4 47.9 34.7 34.7 37.3>101 (Kentang Konsumsi) 21.5 15.1 12.6 10.5 18.1 22.3 17.6 4.9 4.9 12.0

Dari Gambar 4 dan Gambar 5 secara umum peningkatan dosis kompos tidak diikuti dengan peningkatan jumlah umbi kentang yang dapat dijadikan bibit. Masing-masing dosis memiliki nilai optimum jumlah kentang yang dapat dijadikan bibit, namun secara garis besar pemberian pupuk kotoran ayam maupun sapi disarankan pada kisaran 10 – 20 ton/ha. Pada kisaran ini kompos memberikan nilai jumlah umbi kentang yang dapat dijadikan bibit, pada dosis yang lebih tinggi pemberian kompos justru kurang efektif untuk meningkatkan porsi jumlah kentang bibit.

Gambar 4. Prosentase jumlah umbi yang dapat dijadikan bibit pada budidaya pemupukan dengan kotoran sapi

Gambar 5. Prosentase jumlah umbi yang dapat dijadikan bibit dari budidaya pemupukan dengan kotoran ayam

Page 109: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

102

Tabel 5. Sidik ragam kualitas umbi kentang bibit

Sumber Variasi SS df MS Fhitung Ftabel 0.1 Ftabel 0.05Dosis pemupukan (A) 0.02 4 0.00 0.4043 13.75 5.72Jenis Kompos (B) 0.06 1 0.06 5.5845 6287 251Perlakuan Budidaya © 0.04 1 0.04 3.4248 6287 251Kombinasi AB 13.64 4 3.41 313.87 13.75 5.72Kombinasi AC 5.47 4 1.37 125.92 13.75 5.72Kombinasi BC 18.58 1 18.58 1710.1 6287 251Kombinasi ABC 2.97 4 0.74 68.294 13.75 5.72Error 0.43 40 0.01 Total 27.57

Kualitas umbi kentang bibit kelompok G4 yang dihasilkan dilihat pada Tabel 5 tidak dipengaruhi sangat nyata oleh: (1) dosis pemupukan, (2) jenis kompos yang dipergunakan dan (3) penggunaan mulsa plastik dalam budidaya. Namun, kualitas umbi kentang bibit yang dihasilkan sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan kombinasi: (1) dosis kompos dengan jenis kompos, (2) dosis kompos dengan penggunaan mulsa plastik, (3) penggunaan mulsa plastik dan penggunaan jenis kompos, serta perlakuan kombinasi ketiganya. Interaksi perlakuan dosis kompos, jenis kompos dan penggunaan mulsa plastik pada budidaya kentang varietas granola untuk menghasilkan bibit kentang kelompok G4 menjadi hal yang perlu diperhatikan. Perlakuan kombinasi akan menghasilkan media tanam yang cocok untuk berkembangnya umbi kentang yang dapat dijadikan bibit.

4. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan kualifikasi jumlah umbi kentang, total berat umbi kentang dan jumlah umbi kentang yang dapat dijadikan bibit maka perlakuan budidaya kentang menggunakan mulsa plastik yang dikombinasikan dengan pemupukan kompos kotoran sapi dosis 10 – 20 ton/ha mampu menghasilkan umbi kentang yang dapat dijadikan bibit pada kondisi optimum. Kompos kotoran sapi mampu menciptakan kondisi psikokimia tanah dan kondisi pertumbuhan tanaman yang optimum untuk memproduksi umbi kentang varietas granola yang dapat dijadikan bibit. Produktivitas tanaman kentang hasil percobaan dari semua perlakuan adalah 407 g – 610 g per pohon dengan rerata 432 g, sedangkan jumlah umbi kentang yang dapat dijadikan bibit 59,1% - 74,8%.

Perlakuan kombinasi dosis pemupukan (10 – 20 ton/ha), jenis kompos (kotoran ayam atau sapi) dan penggunaan mulsa plastic pada budidaya untuk menghasilkan kentang bibit berpengaruh sangat nyata terhadap: (1) total produksi umbi kentang, (2) jumlah umbi kentang dan (3) kualitas umbi kentang yang dapat dijadikan bibit. Perlakuan budidaya kentang bibit dengan dosis 20 ton/ha dengan kompos kotoran sapi yang dipadukan penggunaan mulsa plastic untuk menutup guludan adalah perlakuan terbaik untuk menghasilkan kentang bibit.

Budidaya kentang bibit varietas granola G3 tetap disarankan menggunakan mulsa plastik dan dilakukan di musim kering. Selain itu budidaya dilakukan dengan pemupukan menggunakan kompos kotoran sapi yang sudah terfermentasi selama lebih dari 2 bulan.

Ucapan Terimakasih Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Wayan Ada (petani kentang Br. Pemuteran Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan), atas kesempatan yang diberikan untuk menggunakan lahan dan bantuan dalam budidaya kentang. Penulis juga menyampaiakan terimakasih kepada Dekan FTP Universitas Udayana dan Kepala Laboratorium Teknik Pasca Panen FTP-Universitas Udayana.

Page 110: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

103

Daftar Pustaka[1] Arsa, W. 2013. Kajian relevansi sifat psikokimia tanah pada kualitas dan produktivitas kentang.

Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. [2] Setiyo, Y. 2009. Aplikasi Kompos Dari Sampah Kota Sebagai Pupuk Organik Untuk Meningkatkan

Produktivitas Tanaman Jahe Merah. Disajikan di Seminar Nasional Basic Science VI Tanggal 21 Februari 2009 di Universitas Barawijaya, Malang.

[3] Setiyo, Y., Utama, I M.S., Tika W., dan Gunadya, I.B.P. 2011. Optimasi proses bioremidiasi secara in-situ pada lahan tercemar pestisida kelompok mankozeb. Jurnal Teknik Industri UM Malang. Vol 12, No 1, pg 53-58.

[4] Setiyo, Y., Utama, I M.S., Tika W., dan Gunadya, IBP. 2011.Bioremidiasi In-Situ Pada Lahan Tercemar Pestisida Oleh Mikroba yang Ada Pada Kompos. The Excellence Research Universitas Udayana 2011, ISBN : 978-602-9042-58-0.

[5] Setiyo, Y., Utama, I M.S., dan Gunadya, I.B.P. Optimasi Produktivitas Kentang Granola G3 Dengan Implementasi Teknologi Mulsa Plastik Dan proses Bioremidiasi secara In-situ. Prosiding Seminar Nasional Perteta 2012. Denpasar

[6] Utama, I M.S., Setiyo, Y., Gunadnya, I.B.P., dan Susrusa, K.B. 2012. Laporan Kegiatan Hi-Link Kerjasama dengan Pemda Kabupaten Tabanan. Tabanan

Page 111: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

104

Prospek dan Potensi Pengembangan Tanaman Pangan Padi di Provinsi Bali

I Ketut Satriawan1, IDP. Oka Suardi2, dan Sri Mulyani1

1Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana;2Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Email: [email protected]

AbstractFood becomes an important and strategic commodity so availability should be sustained. This study

aims to look at the prospects and potential for development of food crops, especially rice, in the province of Bali. Demand for rice in the province of Bali in 2025 is estimated at 738.6 thousand tons, an increase of 20.1% of demand in 2012. The potential development of paddy in Bali province still has good prospects with increased harvested area, utilization of rice varieties that are more accommodating to local environmental conditions, as well as utilize a more appropriate technology. Policy scenarios are examined in this study consisted of absolute and self-sufficiency policy on trend (adequacy of 90% and 95%).

Key words: self-sufficiency, paddy (rice), policy scenario, potential development 1. Pendahuluan

Provinsi Bali yang terkenal melalui sektor pariwisata tidak boleh mengabaikan sektor pertanian. Sektor pertanian, selain dapat menjadi daya tarik bagi sektor pariwisata, dan juga sangat berperan dalam menyediakan bahan pangan, terutama subsektor tanaman pangan. Subsektor tanaman pangan, memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional, karena dapat menghela pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan industri hilir yang memberikan kontribusi cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka ketahanan pangan, peran subsektor tanaman pangan, terutama tanaman padi dan palawija sangat strategis, dimana beberapa komoditas tanaman pangan merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Indonesia.

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat, maka kebutuhan pangan terus bertambah baik kualitas maupun kuantitasnya. Disisi lain, ketersediaan sumber daya alam (diantaranya lahan dan air) untuk mendukung proses produksi tanaman pangan terus mengalami penurunan. Luas lahan sawah di Provinsi Bali selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan rata-rata setahun sebesar 182 ha, dari 83.561 ha pada tahun 2002 menjadi 81.744 ha pada tahun 2011. Demikian juga ketersediaan air untuk irigasi sawah terus mengalami penurunan karena sumber air permukaan selain untuk irigasi juga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk dan industri pariwisata yang terus meningkat. Selain itu, terdapat berbagai permasalahan dan kendala dalam upaya peningkatan produksi pangan di Bali. Sehubungan dengan hal tersebut, kajian ini bertujuan untuk melihat prospek dan potensi pengembangan tanaman pangan padi di Provinsi Bali.

2. Metode Penelitian

Penelitian prospek dan potensi pengembangan tanaman pangan dilaksanakan di Provinsi Bali dengan mengkaji komoditi padi. Proyeksi permintaan beras dan skenario kebijakan swasembada dilakukan dengan memasukkan berbagai elemen model dan asumsi menggunakan software Microsoft Excel. Skenario kebijakan yang dikaji dalam penelitian ini terdiri atas kebijakan swasembada absolut dan swasembada on trend (kecukupan 90% dan 95%).

Page 112: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

105

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Prospek

3.1.1. Proyeksi permintaan

Asumsi yang digunakan untuk menghitung proyeksi permintaan beras disajikan pada Tabel 3.1. Dengan perhitungan laju pertumbuhan penduduk Bali sebesar 2.15% per tahun, jumlah penduduk Bali pada tahun 2025 diperkirakan berjumlah 5.334.100 jiwa. Berdasarkan data dari Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian dengan elastisitas pendapatan dan harga yang kurang dari satu, konsumsi beras perkapita akan turun. Hal ini terbukti adanya penurunan konsumsi beras perkapita di Bali dari 116 kg pada tahun 2005 menjadi 112, 95 kg pada tahun 2010, sehingga diperkirakan menjadi 103,8 kg pada tahun 2025. Namun, karena laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari laju penurunan konsumsi maka jumlah permintaan pangan tetap meningkat. Mengacu pada data dari Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Anon, 2005) jika permintaan industri dan keperluan upacara adat diperhitungkan sebesar 23,5% dari permintaan rumah tangga dan permintaan lainnya (stok) sebesar 10%, maka kebutuhan beras di Bali pada tahun 2025 diperkirakan 738,6 ribu ton atau meningkat 20,1 % dari permintaan pada tahun 2012 (Tabel 3.2).

Tabel 3.1. Asumsi yang digunakan untuk proyeksi permintaan beras

Parameter Kota Desa

1. Pertumbuhan penduduk (% th)1) 2,15 2,15

2. Pertumbuhan

a. Pendapatan

b. Harga

5,0

5,0

3,5

5,0

3. Permintaan antara (% dari konsumsi RT)2) 23,5 23,5

4. Permintaan lainnya (al. stok, %) 2) 10 10

5. Konversi GKG-beras (%) 63 63Keterangan:1) www.balipost.go.id. Kepala BKKBN2) Suryana dan Hermanto (2004) dalam Anon, 2005

Page 113: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

106

Tabel 3.2. Permintaan beras Provinsi Bali dalam periode 2012 - 2025

Jenis KebutuhanTahun

2012 2015 2020 2025

Konsumsi 460.594 489.341 522.854 553.297

Industri dan upacara adat (23,5%) 108.240 114.995 122.871 130.026

Stok (10%) 46.059 48.934 52.285 55.330Total kebutuhan beras/ribu ton

(konversi beras ke GKG)

614,893

(976)

653,270

(1.037)

698,010

(1.108)

738,653

(1.172)Skenario swasembada (100%)

Peningkatan produksi / ribu ton GKG 61 71 65

Peningkatan produksi (%) 6,24 6,85 5,82

Skenario swasembada (95%)

Peningkatan produksi / ribu ton GKG 57,9 67,5 61,3

Peningkatan produksi (%) 6,24 6,85 5,82

Dengan skenario swasembada absolut (kecukupan 100%) yang digunakan, pada tahun 2012 produksi beras sebesar 525.098 ton, sedangkan kebutuhan beras sebesar 614.893 ton, maka Bali masih perlu mendatangkan beras dari luar (Jawa Timur) sejumlah 89.795 ton. Jika skenario swasembada absolut diterapkan, maka untuk memenuhi kebutuhan beras pada tahun, 2015, 2020, dan 2025 diperlukan peningkatan produksi padi (GKG) berturut-turut sebesar 61 ribu ton (6,24%); 71 ribu ton (6,85%); dan 65 ribu ton (5,82%) dari produksi sebelumnya. Jika skenario swasembada on trend (kecukupan 95%) yang digunakan, yaitu mentoleransi impor beras sebesar 5% maka untuk memenuhi kebutuhan beras pada tahun, 2015, 2020, dan 2025 diperlukan peningkatan produksi padi (GKG) berturut-turut sebesar 57,9 ribu ton (6,24%); 67,5 ribu ton (6,85%); dan 61,3 ribu ton (5,82%). Ke depan, permintaan beras tidak hanya menyangkut aspek kuantitas, tetapi juga kualitas, nilai gizi, aspek sosial budaya di masing-masing daerah, dan perkembangan teknologi agroindustri.

3.1.2. Kebutuhan Peningkatan Produksi

Upaya peningkatan produksi padi seyogianya lebih diarahkan kepada peningkatan produktivitas sumberdaya lahan dengan memanfaatkan inovasi teknologi. Perluasan areal sebaiknya tidak dilakukan pada daerah-daerah yang direncanakan menjadi obyek wisata mengingat opportunity cost-nya sangat tinggi dan daya dukung lahan makin menurun. Data setelah tahun 2002 menunjukkan produksi beras per tahun menurun secara fluktuasi, walaupun ada peningkatan produktivitas namun rata-rata peningkatan produktivitas lebih kecil dibanding pertambahan penduduk. Penyebab turunnya produksi beras antara lain adalah: (a) terbatasnya terobosan teknologi baru dalam meningkatkan daya hasil varietas setelah generasi IR64 dan Cisadane; (b) penciutan lahan subur dan menurunnya tingkat kesuburan tanah, kualitas air, dan prasarana irigasi; (c) penurunan harga riil padi yang disertai oleh peningkatan biaya produksi; (d) tingginya tingkat kehilangan hasil pascapanen; (e) serangan hama penyakit; dan (f) frekuensi anomali iklim yang makin meningkat.

Page 114: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

107

Mengacu hasil tulisan dari Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian paradigma pembangunan pertanian yang selama ini difokuskan pada pendekatan kemampuan produksi (supply driven) dengan peranan pemerintah pusat yang sangat dominan harus diubah menjadi demand driven yang mencakup keseluruhan sistem agribisnis padi. Pertanian dengan demand driven oriented adalah pertanian industri (industrialized agriculture) yang dicirikan oleh: (a) good governance; (b) perubahan sistem kelembagaan ke arah sistem komoditas yang terkoordinasi vertikal; (c) peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan manajemen profesional; (d) penerapan teknologi maju pada pergudangan yang dikelola secara profesional dan efisien; dan (e) responsif terhadap perubahan dinamika pasar. Ciri sistem usahatani padi dalam pertanian industri adalah: (a) berteknologi maju spesifik lokasi pada keseluruhan aspek sistem, (b) sumberdaya manusia berkualitas dan profesional, (c) produksi dengan standar mutu dan efisiensi tinggi sesuai selera konsumen, (d) responsif terhadap dinamika perubahan pasar, dan (e) aset produktif per tenaga kerja pertanian memadai (Anon, 2005).

Jika dikaitkan dengan ketersediaan beras di pasar dunia yang makin tipis, sementara jumlah penduduk Bali terus bertambah dengan laju pertumbuhan yang masih tinggi (2,15%), maka ketahanan pangan akan dapat berlanjut apabila target produksi beras dalam negeri mencapai minimal 95% dari konsumsi beras nasional. Manajemen stok pangan diperlukan untuk menjaga stabilitas harga pangan dalam negeri.

3.2. Arah Pengembangan

Pengembangan komoditas padi di Provinsi Bali masih memiliki prospek yang cukup baik dengan mengupayakan peningkatan luas panen, pemanfaatan varietas padi yang lebih akomodatif terhadap kondisi lingkungan lokal, serta memanfaatkan teknologi yang lebih tepat guna. Upaya-upaya pengembangan tersebut dilaksanakan secara cermat dan selektif sesuai dengan potensi dan masalah budidaya padi di masing-masing kabupaten/kota.

3.2.1. Peningkatan Produktivitas

Dalam sepuluh tahun terakhir tingkat produktivitas padi di Provinsi Bali rata-rata 5,6 ton/Ha. Produktivitas tersebut tentu masih dapat ditingkatkan hingga mencapai tingkat optimal rata-rata nasional sebesar 6,2 ton/Ha. Masih ada di beberapa kabupaten tingkat produktivitas padi di bawah rata-rata Bali, seperti di Kabupaten Tabanan hanya mencapai 5,4 ton/Ha dan di Kabupetan Bangli hanya mencapai 4,7 ton/Ha. Peningkatan produktivitas 5% menjadi 5,8 ton/Ha tampaknya memungkinkan dilakukan, mengingat tingkat produktivitas tersebut sudah dicapai oleh empat kabupaten yakni Badung, Denpasar, Klungkung, dan Karangasem, tinggal memacu peningkatan di lima kabupaten lainnya yaitu Buleleng, Jembrana, Tabanan, Gianyar, dan Bangli.

Pemilihan varietas padi unggul yang akomodatif dengan kondisi lingkungan lokal sangat perlu dipertimbangkan untuk peningkatan produktivitas. Terutama varietas yang memiliki potensi produksi lebih tinggi dan dapat diterima oleh petani berdasarkan persyaratan tumbuh, kebutuhan sarana produksi, cita rasa berasnya, dan nilai jual produksinya.

3.2.2. Arah dan Lokasi Pengembangan

Selain peningkatan produksi padi melalui orientasi peningkatan produktivitas, hal yang dapat diupayakan yakni dengan meningkatkan luas panen. Perbandingan luas tanam dengan luas panen masih memberikan peluang terjadinya peningkatan produksi. Dari rata-rata luas tanam selama sepuluh tahun terakhir sebesar 154.485 Ha dan rata-rata luas panen sebesar 147.510 Ha masih menunjukkan ada

Page 115: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

108

selisih sebesar 6.975 Ha atau 4,52% dari luas tanam. Peningkatan intensifikasi usahatani padi melalui pemilihan varietas, penanganan irigasi, pengendalian hama/penyakit, dan teknik budidaya yang lebih baik tentu akan dapat meningkatkan luas panen.

3.2.3. Skenario Peningkatan Produksi

Tingkat produksi padi (beras) ditentukan oleh luas areal panen dan tingkat produktivitasnya. Persediaan beras berdasarkan tingkat produksi dan permintaan beras sesuai kebutuhan masyarakat dapat dihitung dan diproyeksikan dengan menggunakan asumsi dasar tertentu. Asumsi dasar yang dipergunakan dalam penyusunan skenario peningkatan produksi beras di Provinsi Bali yaitu data sepuluh tahun terakhir (2002-2011) yang meliputi: rata-rata luas panen sebesar 147.510 ha; tingkat produktivitas padi sebesar 5,6 ton/ha dengan pertumbuhan produktivitas 0,38%; nilai konversi padi ke beras 63%; laju pertumbuhan penduduk rata-rata 2,15%; tingkat konsumsi beras sebesar 112,95 kg/kapita/tahun; permintaan beras untuk industri dan upacara adat sebesar 23,5% dari permintaan rumah tangga, dan kebutuhan untuk stok sebesar 10%,.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka tingkat produksi dan kebutuhan beras di Provinsi Bali dapat diproyeksikan hingga Tahun 2025 seperti terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Produksi dan kebutuhan beras di Provinsi Bali berdasarkan kondisi saat ini

Periode Produksi beras (ton) Kebutuhan beras (ton) Rasio

2012 525.098 614.893 0.94

2015 531.107 653.270 0.90

2020 541.275 698.010 0.85

2025 551.638 738.653 0.82

Berdasarkan kondisi saat ini (Tahun 2012), produksi beras tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, dimana produksi beras hanya mencapai 525.098 ton, sedangkan kebutuhannya sebesar 614.893 ton. Kondisi tersebut terus berlanjut hingga Tahun 2025 dengan ratio produksi (supply) dan kebutuhan (demand) beras semakin rendah. Dengan demikian, mau tidak mau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bali akan beras, pemerintah harus mendatangkan beras dari luar Bali. Hal

Page 116: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

109

tersebut memberikan petunjuk bahwa Provinsi Bali belum mampu berswasembada beras secara absolut, sehingga sebagian kebutuhan beras masih harus didatangkan dari luar Bali.

Guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas usahatani padi, sehingga seluruh kebutuhan beras dapat dipenuhi sendiri (swasembada absolut), atau bila tidak memungkinkan, dalam keadaan tertentu sebagian kebutuhan beras dapat didatangkan dari luar provinsi (swasembada on trend). Ada beberapa skenario yang ditawarkan berdasarkan swasembada absolut dan swasembada on trend, seperti terlihat pada tabel-tabel berikut.

Swasembada AbsolutApabila kebijakan swasembada absolut yang ditetapkan oleh pemerintah yakni dengan memenuhi

seluruh kebutuhan beras dengan produksi sendiri, maka skenario yang tampaknya paling mendekati adalah Skenario III, yaitu dengan menaikkan luas tanam, luas panen, dan produktivitas masing-masing 15%. Dengan skenario ini kebutuhan beras dapat dipenuhi hingga Tahun 2025 dan bahkan pada periode tahun-tahun sebelumnya produksi berlebih. Skenario selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4, Tabel 3.5, dan Tabel 3.6.

Tabel 3.4. Skenario I: Luas Tanam, Luas Panen, dan Produktivitas Dinaikkan 5%

Periode Produksi beras (ton)

Kebutuhan beras (ton)

Rasio

2012 578.877 614.893 0.94

2015 585.501 653.270 0.89

2020 596.710 698.010 0.85

2025 608.134 738.653 0.82

Skenario I, dengan meningkatkan luas tanam, luas panen, dan produktivitas masing-masing 5%, tingkat produksi belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan beras, atau dengan kata lain Bali belum mampu swasembada beras absolut. Pada Tahun 2015 kebutuhan beras dapat dipenuhi hanya 89%, pada Tahun 2020 dan 2025 kemampuan untuk memenuhi kebutuhan beras hanya 85% dan 82% saja.

Page 117: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

110

Tabel 3.5. Skenario II: Luas tanam, luas panen, dan produktivitas dinaikkan 10%

Periode Produksi beras (ton) Kebutuhan beras (ton) Rasio2012 635.367 614.893 1.032015 642.639 653.270 0.982020 654.943 698.010 0.932025 667.482 738.653 0.90

Skenario II, dengan meningkatkan luas tanam, luas panen, dan produktivitas masing-masing 10%, tingkat produksi mampu memenuhi kebutuhan beras hingga Tahun 2013, sedangkan selanjutnya sampai Tahun 2025 kebutuhan beras tidak mampu dipenuhi seluruhnya. Tahun 2015 terpenuhi 98%, Tahun 2020 terpenuhi 93%, dan Tahun 2025 terpenuhi hanya 90%.

Tabel 3.6. Skenario III: Luas tanam, luas Panen, dan produktivitas dinaikkan 15%

Periode Produksi beras (ton) Kebutuhan beras (ton) Rasio2012 694.442 614.893 1.132015 702.389 653.270 1.082020 715.836 698.010 1.032025 729.541 738.653 0.99

Page 118: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

111

Skenario III, dengan meningkatkan luas tanam, luas panen, dan produktivitas masing-masing 15%, tingkat produksi mampu memenuhi kebutuhan beras hingga mendekatai Tahun 2024, sedangkan Tahun 2025 tampaknya kebutuhan beras mampu dipenuhi hingga 99%.

Swasembada on trend (kecukupan 95%)Untuk memenuhi target 95% dari total kebutuhan beras, maka skenario yang harus dilaksanakan

adalah Skenario III, yakni dengan menaikkan luas tanam, luas panen, dan produktivitas masing-masing 15%. Dengan pilihan ini, kebutuhan beras sampai Tahun 2025 dapat dipenuhi dan bahkan melebihi. Sementara itu Skenario I belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan beras dan Skenario II hanya mampu memenuhi kebutuhan sampai mendekati Tahun 2020. Skenario lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.7, Tabel 3.8, dan Tabel 3.9.

Tabel 3.7. Skenario I: Luas tanam, luas panen, dan produktivitas dinaikkan 5%

Periode Produksi beras (ton) Kebutuhan beras (ton) Rasio

2012 578.877 584.148 0.99

2015 585.501 620.607 0.94

2020 596.710 663.110 0.90

2025 608.134 701.720 0.87

Page 119: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

112

Tabel 3.8. Skenario II: Luas tanam, luas panen, dan produktivitas dinaikkan 10%

Periode Produksi beras (ton) Kebutuhan beras (ton) Rasio

2012 635.367 584.148 1.09

2015 642.639 620.607 1.04

2020 654.943 663.110 0.99

2025 667.482 701.720 0.95

Tabel 3.9. Skenario III: Luas tanam, luas panen, dan produktivitas dinaikkan 15%

Periode Produksi beras (ton) Kebutuhan beras (ton) Rasio

2012 694.442 584.148 1.19

2015 702.389 620.607 1.13

2020 715.836 663.110 1.08

2025 729.541 701.720 1.04

Page 120: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

113

Swasembada on trend (kecukupan 90%)Dalam upaya memenuhi target 90% dari total kebutuhan beras, maka skenario yang harus

dilaksanakan adalah Skenario II, yakni dengan menaikkan luas tanam, luas panen, dan produktivitas masing-masing 10%. Dengan pilihan ini, kebutuhan beras sampai Tahun 2025 dapat dipenuhi dan bahkan pada periode Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2020 melebihi kebutuhan. Sementara itu Skenario I hanya mampu memenuhi seluruh kebutuhan beras sampai dengan periode Tahun 2015, sedangkan Skenario III menghasilkan over produksi. Skenario lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.10, Tabel 3.11, dan Tabel 3.12.

Tabel 3.10. Skenario I: Luas tanam, luas panen, dan produktivitas dinaikkan 5%

Periode Produksi beras (ton) Kebutuhan beras (ton) Rasio

2012 578.877 553.404 1.05

2015 585.501 587.943 1.00

2020 596.710 628.209 0.95

2025 608.134 664.788 0.91

Page 121: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

114

Tabel 3.11. Skenario II: Luas tanam, luas panen, dan produktivitas dinaikkan 10%

Periode Produksi beras (ton) Kebutuhan beras (ton) Rasio

2012 635.367 553.404 1.15

2015 642.639 587.943 1.09

2020 654.943 628.209 1.04

2025 667.482 664.788 1.00

Tabel III.12. Skenario III: Luas tanam, luas panen, dan produktivitas dinaikkan 15%

Periode Produksi beras (ton) Kebutuhan beras (ton) Rasio

2012 694.442 553.404 1.25

2015 702.389 587.943 1.19

2020 715.836 628.209 1.14

2025 729.541 664.788 1.10

Page 122: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

115

3.2.4. Pengembangan Industri Beras

Pengembangan industri perberasan menjadi penting untuk meningkatkan nilai tambah terutama yang dapat dikembangkan oleh petani, kelompok tani, atau Gapoktan. Pemanfaatan teknologi pascapanen padi dan produk sampingannya perlu mendapat perhatian. Untuk komoditi beras pada tingkat petani, industri rumah tangga yang berupa pengolahan hasil pertanian berbahan baku beras sangat penting dikembangkan untuk mendapatkan nilai tambah.

Guna pengembangan skala usaha mungkin memerlukan peran dari kelompok tani (Poktan) dan Gapoktan. Dalam pengolahan gabah menjadi beras, keterampilan dan manajemen industri penyosohan beras (rice milling unit) perlu terus dibina, hingga menghasilkan beras standar konsumsi dengan kemasan yang menarik konsumen. Hal ini akan meningkatkan efektivitas dan kinerja peralatan pengolahan padi dan beras yang sudah ada di masyarakat.

4. Kesimpulan

Jumlah permintaan pangan di Provinsi Bali tetap meningkat karena laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari laju penurunan konsumsi. Kebutuhan beras di Provinsi Bali pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 738,6 ribu ton atau meningkat 20,1% dari permintaan pada tahun 2012. Potensi pengembangan komoditas padi di Provinsi Bali masih memiliki prospek yang cukup baik dengan mengupayakan peningkatan luas panen, pemanfaatan varietas padi yang lebih akomodatif terhadap kondisi lingkungan lokal, serta memanfaatkan teknologi yang lebih tepat guna. Untuk kebijakan absolut, skenario yang paling memungkinkan adalah menaikkan luas tanam, luas panen, dan produktivitas masing-masing 15%. Sedangkan untuk swasembada on trend (kecukupan 90%), maka skenario yang perlu dilakukan hanya dengan menaikkan luas tanam, luas panen, dan produktivitas masing-masing 10%.

Ucapan TerimakasihPenulis mengucapkan terimakasih kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali yang

telah memfasilitasi penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik. Demikian juga kepada instansi terkait yang telah berkontribusi menyediakan data penelitian disampaikan apresiasi dan terimakasih.

Page 123: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

116

Daftar Pustaka[1]. Anonim, 2005, Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.[2]. Anonim, 2011. Peluang dan Investasi Provinsi Bali. Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2011.

regionalinvestment.bkpm.go.id. Diunduh 19 Januari 2013[3]. Anonim, 2012. Potensi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan dan Sumber Daya Institusi Kabupaten

Tabanan. www.tabanankab.go.id, Diunduh 9 Januari 2013Anonim, 2012. Impor Beras Tak Sejalan Target Swasembada. http://m.suaramerdeka.com. Diunduh 9 Januari 2012Anonim, 2011. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011. www.deptan.go.id. Diunduh 10 Januari 2013Anonim, 2012. Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara di Bali Berkurang. Berita satu, www.beritasatu.com. Diunduh 10 Januari 2013Anonim, 2012. Bisnis properti di Bali semakin marak, kompetisi akan semakin ketat. Kenaikan permintaan terus mendongkrak pertumbuhan harga. www.knightfrank.co.id. Diunduh 10 Januari 2013Anonim, 2012. Amankan Stok Beras Di Bali, Bulog Impor 10 Ribu Ton Beras, www.beritabali.com. Diunduh. 15 Januari 2013Anonim, -----. Profil Balai Wilayah Bali-Penida, Direktorat Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum. www.pu.go.id. Diunduh 15 Januari 2013[4]. Anonim, 2012. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia. Kebijakan Pemerintah Dalam Pencapaian Swasembada Beras Dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan. www.jdih.bpk.go.id. Diunduh 27 Februari 2013

Page 124: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

117

Role of Native Mycorrhizae Glomus sp on the Growth of Cashew nut (Anacardium occidentale L.) Seedlings

Meitini Wahyuni Proborini1, Ida Bagus Darmayasa1 1 Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

E-mail : [email protected]

Abstract

Endomycorrhiza can strategically be applied as an effort to overcome the problem of agriculture at arid region such as at north-east and north-west of Bali. The mutualism symbiosis of Endomycorrhiza at plant root give benefit for the host plant e.g. improve the absorption on P, N, K, Cu, Mo, Zn; growth stimulator and raise the host plant resistance to water depletion stress and to the attack of soil-pathogenic microbse (Smith et al.; 2010). Many plant studies at marginal area reported the significant role of endomycorrhiza on boosting the growth rate, productivity and resistance to plant diseases e.g. farming of oil palm at acidic soil (Widiastuti et al.,2002);Soy at arid region (Hapsoh, 2008). Nevertheless, it less concern on applied of Endomikoriza in Bali. The application was limited for pilot project and the endomikoriza used is not indigenous Bali, it is imported from other regions. Therefore it is strategic to conduct a reserach for Indigenous Bali endomikoriza development. The objetive of this study was to formulate the optimum formula, combining number of Glomus sp spores (0; 25; 50 and 75), organic fertiliser (0, 10 and 20 g) and non organic fertilizer (0 and 5 gr), for cashew nut nursery (Anacardium occidentale). The treatments were arranged by factorial resulting in 24 treatment combinations. The randomised completely block design with three replication was applied. The experiment was conducted at green house of Agriculture Faculty Udayana University at Pegok Sesetan Denpasar from May up to October 2012. The spore of Glomus sp was the resul of explortaion study by Mety (unpublshed data). The cashew nut used was obtained from the chase nut farmer at Kecamatan Kubu Kabupaten KarangasemThe result of tis study showed that the highest growth response (leaves number and plant height) of A. occidentale seedling were partially shown by number spore (i.e. 70), organic menure (20 gr) and N-manure (0 g). This study also showed the higher response of A. occidentale seedling to Glomus sp (0 organic menure and 0 N-manure) compare to the treatment without Glomus sp spore ( 0 spore). This finding indicate the synergistic role of endomikoriza and organic manure and provide an evidence that endomikoriza take a positive role on cashew nut seedling

Key words: Endomycorrhza, Indigenous Bali, Glomus sp, Organic manure, compost

Page 125: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

118

1. Introduction Vesicular Arbuscular Mycorrhizal (VAM) fungi are beneficial microorganisms that form

symbiotic association with the fine roots of vascular plants and can be utilized as bio-fertilizers supporting the plant growth because the mycorrhizal fungi play an important role in improving plant growth, nutrient uptake especially phosphorous (Smith & Read, 1997 ; Brundrett et al., 2008) and provide stress tolerance and disease resistance to plants (Smith et al., 2010). Efforts are being made to improve the quality of seedlings of forest trees under nursery conditions through inoculation of suitable mycorrhizal strain alone or combined with other organic and an-organic fertilizer may improve the growth of seedlings (Gill et al. 2002)

Most host plants of non-arbuscular mycorrhizal fungi do not establish functional vesicular arbuscular mycorrhizal (VAM) symbiosis in nature (Giovannetti and Sbrana 1998). Among the known ectomycorrhizal hosts, Eucalyptus is an exception as it also forms vesicular arbuscular mycorrhiza (Lapeyrie and Chilvers 1985). The present investigation analyses the effect of Glomus sp spores number mixed with organic and an-organic fertilizer were observed on the growth of Anacardium occidentale L seedlings.

1. Materials And Methods The spores of VAM fungi Glomus sp were isolated from the rhizosphere of Anacardium

occidentale L plants and mass produced on maize (Zea mays). Seedlings of Anacardium occidentale L were procured from Divisional Forest Nursery of Bali Province.

Inoculation of Seedlings One seedling of Anacardium occidentale L was grown in pots (30×30 cm) in a sand soil mixture

(1000:1000 g). Spores mycorrhizal Glomus sp i.e. 25, 50 and 75 of spores were added along with infected roots. Observations were recorded after 15, 30, 45 and 60 days on seedlings shoot length (increase in height), shoot weight and root weight. Percentage mycorrhizal root colonization, mycorrhizal (VAM) spore number and phosphorous content of seedlings were studied. Three replicates of each treatment were taken.

QuantificationofVAMSpores,RootColonizationandPhosphorusContent Percentage mycorrhizal root colonization was studied according to Kormanik dan Mc.Graw (1982)

The VAM spore quantification was also determined according to Gerdemann and Nicolson (1963). Phosphorous content was determined by vanadomolybdate phosphoric yellow colour method (Jackson 1958).

2. Results And Discussion Result on the inoculation of Glomus sp to the cashew nut seedlings (A. occidentale L.) after

60 days’ growth showed that the seedling grew better compared than in the control (Table 1). The response to different treatments was in following order: 75 spores of Glomus > 50 spores of Glomus > 25 spores of Glomus > control

Page 126: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

119

Table 1. Growth of Cashew-nut seedlings to inoculation of spores VAM (60 days).__________________________________________________________________________________Treatment Plant-height (cm) Root-length(cm) Dry shoot wt(g) Dry root wt(g) colonization (%) P content (ppm)__________________________________________________________________________________Control 15.0±2.82 7.0±0.70 6.95±0.31 6.05±0.45 25±3.53 0.3425 spores 27.5±7.75 15.5±0.35 9.19±0.81 6.40±0.14 66.6±2.07 0.3650 spores 28.5±6.01 21.0±2.82 10.8±1.22 6.85±0.17 69.6±1.34 0.4275 spores 31.3±6.22 16.0±4.25 7.16±0.87 6.05±0.45 76 65±2.6 0.52__________________________________________________________________________________

__ Mean of five replicates each, ± Standard error. The mycorrhizal root colonization in 75 spores of Glomus treatment (76.65%) was higher

than the other treatments and control. On the 60 days experiment, the maximum mycorrhizal root colonization seedling height were obtained in 75 spores of Glomus , followed by 50 spores, 25 spores and the lowest was the control (non-spores). Meanwhile there is an interesting trend of root length, dry shoot-roots in which the 50 spores of Glomus was highest compared than two other treatment and control. This is indicated that the 50 spores of VAM inoculation on the cashew seedlings can increase shoot and root development and able to elongate the root system. Furthermore, Satter et al (2005) studied the influence of arbuscular mycorrhiza and phosphate rock on uptake of major nutrients by Acacia mangium seedlings on degraded soil. They found that use of nutrient absorbed by seedling was more efficient in the AM-inoculated seedlings compared than that in uninoculated seedlings. Bhattacharya et al. (2000) investigated that seedling response to phosphate addition and inoculation with arbuscular mycorrhizas and after 12 weeks, the biomass and P uptake of the mycorrhizal A.acuminata were greater than those of the non-mycorrhizal plants across all P treatments. A relative low growth as observed in Vitex negundo may be due to host specificity or the root exudates which produces phyto-toxic substances. Differences among hosts were observed in the amount of hyphae, arbuscules, and vesicles produced by the fungi, which could be attributed to growth and development characteristics among hosts and VAM fungi (Kramnik et al, 2007).

The seedlings inoculated with all VAM fungi had increased phosphorous content of shoot and root over that in the control. The increased rate of P uptake and inflow in roots is regarded as the major contribution of VAM infection (Gautam Shrestha, 2009 ; Kumar et al., 2002). The VAM colonization increased initially up to 45 days but decreased thereafter. The positive mycorrhizal response at early seedling stage, may be due to the increase in root development.

Bhattacharya et al. (2000), working on the arbuscular mycorrhizal dependence of Eucalyptus tereticornis, found both negative and positive response of VAM fungi inoculation and concluded that E. tereticornis may not be an arbuscular mycorrhizadependent plant at early developmental stage, although it is infected by arbuscular mycorrhizal fungi freely, improving its phosphorus acquisition efficiency in low phosphorus soil. Influence of VAM fungi (Glomus invermaium) and sheathing (ECM) ectomycorrhiza (Descolea maculata) on early growth of Eucalyptus globulus have been reported by De Olieviera et al. (1999a,b). Earlier studies by Kumar et al. (2002) and Hazarika et al. (1999) also found Glomus mosseae inoculation to have maximum effect on the growth of chickpea plants. Rajeshwari et al. (2001) also reported that seedling growth and vigor of casuarinas (Casuarina equisetifolia) raised in polybags was greater after inoculating nursery soil mixture with cultures of Glomus fasciculatum, Glomus mosseae and Glomus etunicatum,and that Glomus fasciculatum was more efficient.

The production of large number of VAM fungi in soil-based innoculla could be attributed to rapid sprouting from extracellular and intracellular hyphae in the soil and root inoculum. The root

Page 127: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

120

colonization by mycorrhiza was directly related to nutrient uptake by plants. The plants with highest mycorrhizal root colonization had larger number of mycorrhizal spores in soil. Dodd and Thompson (1994) also observed the similar results while using the soil-based VAM inoculum. Shoot length and fresh weight were more in 75 spores of Glomus sp-treated A. occidentale seedlings. According to Rani et al. (1999) recorder greater height and fresh weight in plant species treated Glomus sp, it is likely that Glomus species produce growth hormones which result in better growth of the shoots (Rani et al. 1999). Thus, VAM fungi of Glomus sp have a potential for utilisation to produce high quality seedlings of A. occidentale ensuring better survival and improved growth in the nurseries.

3. Conclussion The usage of native VAM spores (Glomus sp) have significant role to the growth of Cashew

nut (A.occidentale L.) seedlings cultivated in Green house. The significant result on the 60 days of cashew seedlings was 75 spore of VAM fungi combined with 20 grams of manure

Acknowledgements Thanks to Directorate General of Higher Education, Ministry of Education and Culture of Republic Indonesia and University of Udayana Bali (grant of Hibah Udayanan 2012) for providing financial support and extending essential facilities to carry out this research work.

References[1] Al-Zalzaleh, Hani , A. Majid, Anu Ray Mathew, 2009. VAM Inoculation for Selected Ornamental Plants

in Bioremediated and Agricultural Soils. European Journal of Scientific Research.25(4).559-566[2] Bagyaraj, D.J. 1992. Vesicular arbuscular mycorrhiza: Application in agriculture. Methods in

Microbiology. 24: 360-373.[3] Bhattacharya, P.M., Misra, D., Saha, J. and Chaudhari, S. 2000. Arbuscular mycorrhizal dependency

of Eucalyptus tereticornis Sm.: How real is it? Mycorrhiza News 12(3): 11-15.[4] Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell,. T. Grove, & N. Malajczuk. 2008. working with Mycorrhizas in

Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra.

[5] Chalimah, S., Muhadiono, L. Aznam, S. Haran, N., Toruan-Mathius. 2007. Propagation of Gigaspora sp and Acaulospora by pot culture in green house. Biodiversitas. 7/4/12-19.

[6] Danesh, Y.R.; E.M. Goltapeh; A. Alizadek; A. Varma and K.G. Mukerjii. 2007. Arbuscular-Mycorrhizal Fungi Associated with Alfalfa Rhizosphere in Iran. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci. 2(5): 574-580

[7] De Olieviera, V.L., Thomson, B.D. and Last, F.T. 1998-1999a. Eucalypt seedlings and their mycorrhizas: components of growth and some aspects of root efficiency. Kavaka 26 & 27: 71-80.

[8] De Olieviera, V.L., Thomson, B.D. and Last, F.T. 1998-1999b. Eucalypt seedlings and their mycorrhizas: the early stages of development after substrate inoculations with arbuscular and/or sheathing (ectomycorrhizal) fungi. Kavaka 26 & 27: 81-89.

[9] Dodd, J.C. and Thompson, B.D. 1994. The screening and selection of inoculant arbuscular mycorrhizal and ectomycorrhizal fungi. pages 149-158, In: Robson, A.D., Abott, L.K. and Malajczuk, N. (Editors)

[10] Douds Jr., D.D., G. Nagahashi, P.R. Hepperly. 2010. On-farm production of inoculum of indigenous arbuscular mycorrhizal fungi and assessment of diluent of compost for inoculum production.. Bioresource Technology 101. 2326-2330

Page 128: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

121

[11] Gautam Shrestha, Geeta Shrestha Vaidya and Binayak P. Rajbhandari1, 2009. Effects of Arbuscular Mycorrhiza in the Productivity of Maize and Fingermillet Relay Cropping System. Nepal Journal of Science and Technology 10. 51-55

[12] Gill, T.S., Singh, R.S. and Kaur, J. 2002. Comparison of four arbuscular mycorrhizal fungi for root colonization, spore population and plant growth response in chickpea. Indian Phytopathology 55(2):210-213.

[13] Giovannetti, M. and Sbrana, C. 1998. Meeting a non-host: The behaviour of AM fungi. Mycorrhiza 8(3): 123-130.

[14] Kumar, R., Jalali, B.L.& Chand, H. 2002. Influence of vesicular arbuscular mycorrhizal fungi on growth and nutrient uptake in chickpea. Journal of Mycology and Plant Pathology 32 (1): 11-15.

[15] Lapeyrie, F.F. and Chilvers, G.A. 1985. An endomycorrhiza-ectomycorrhiza succession associated with enhanced growth by Eucalyptus dumosa seedlings planted in calcareous soils. The New Phytologist. 100(1): 93-104.

[16] Rajeshwari, E., Latha, T.K.S., Vanangamudi, K., Selvan, K.A. and Narayanan, R. 2001. Effect of arbuscular mycorrhizal and phosphorus on seedling growth of Casuarina equisetifolia. Indian Phytopathalogy 54(1): 85-87.

[17] Rani, P., Aggarwal, A. and Mehrotra, R.S. 1999. Growth responses in Acacia nilotica inoculated with VAM fungi (Glomus mosseae), Rhizobium species and Trichoderma harzianum. Indian Phytopathology 52(2): 151-153.

Page 129: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

122

Persembahan Budaya Subak Untuk Kebudayaan Dunia Melalui Pemberdayaan Petani

Wayan Windia 1

1 Fakultas Pertanian, Universitas UdayanaE-mail: [email protected]

Abstrak

Sistem irigasi subak di Bali telah diakui dunia. Peristiwa bersejarah itu tercatat, sejak sistem subak ditetapkan oleh UNESCO, sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD). Peristiwa itu terjadi di Pittsburg, Rusia pada tgl. 29 Juni 2012. Secara resmi pengakuan UNESCO terhadap subak disebutkan sebagai Cultural Landscape of Bali Province, Subak as Manifestation of Tri Hita Karana Philosophy. Pengakuan UNESCO itu mencerminkan beberapa hal. Yakni pengakuan terhadap (i) eksistensi lembaga subak, (ii) sistem subak yang menerapkan konsep Tri Hita Karana (THK), dan (iii) lanskap yang hadir di Bali dalam bentuk persawahan-subak, adalah lanskap yang berisikan muatan aktivitas budaya. Sejak berabad-abad yl, secara faktual kita telah menerima berbagai teknologi dari belahan dunia lain. Tetapi kini dunia mengakui, bahwa kita telah memberi kepada belahan dunia lain, dalam bentuk kebudayaan. Masalahnya adalah bagaimana kita harus dapat menjaga kepercayaan dunia ini, agar subak dapat abadi dan berlanjut sepanjang masa. Karena subak tidak saja menghadirkan kawasan sawah yang menghaasilkan bahan makanan untuk umat manusia, tetapi kini subak juga diakui sebagai lembaga menghadirkan nilai-nilai kebudayaan. Tampaknya subak adalah sebagai lembaga yang bermanfaat untuk kepentingan jasmani dan rohani manusia, atau untuk kepentingan lahir-bathin. Kita tidak boleh silau pada kemajuan teknologi semata, yang kini sedang melanda dunia. Pada saat perkembangan teknologi terjadi sangat cepat, maka manusia merasa kewalahan untuk menerima dan mengantisipasinya. Maka kini kita dengar mulai banyak muncul wacana tentang pentingnya kebudayaan bagi umat manusia, khususnya kebudayaan lokal. Mulai disadari bahwa kebudayaan sangat penting maknanya sebagai landasan pembangunan. Hal ini secara emperik telah dibuktikan dalam proses kebangkitan Eropa. Buwono X (2012) mencatat bahwa kebangkitan Eropa dimulai dengan adanya proses revitalisasi kebudayaan pada Abad ke-12-13. Peranan kebudayaan dinilai sangat penting dalam proses kebangkitan Eropa. Revitalisasi kebudayaan diikuti dengan adanya renaisans pada Abad ke-14 -17, revolusi sains pada Abad ke-16-17, dan dilanjutkan dengan adanya revolusi industri pada abad ke-18-19. Hingga kini negara Barat tetap eksis dengan pembangunan industri dan teknologinya, yang menguasai dunia. Memang diakui bahwa kekuatan Barat adalah karena kemajuan ilmu pengetahuan, seni, filsafat, dan sastranya. Namun modernitas yang terjadi di Barat kini telah kehabisan tenaga, dan karenanya kita perlu kembali ke-paradigma kebudayaan. Dalam konteks inilah, maka nilai-nilai budaya yang tercermin dalam sistem subak, perlu dipersembahkan pada tatanan nasional dan dunia. Inilah persembahan maha penting dari sistem subak yang diusung oleh kaum tani yang justru terpinggirkan, yakni kepada kepada bangsanya dan dunia. Agar subak dapat tetap mempersembahkan nilai-nilai budayanya, maka subak memerlukan berbagai tindakan yang strategis berupa kebijakan protektif dan subsidif, untuk melawan “musuh-musuh”nya yakni berbagai resiko dan ketidak-pastian, dalam kehidupan ber-usahatani. Pemberdayaan petani dan usahatani sangat penting artinya, agar budaya subak semakin kuat, dan tetap dapat berperan dalam proses pembangunan bangsa. Disamping itu, budaya subak yang semakin kuat, dapat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya.

1. Pendahuluan Terbentuknya Subak Dalam bahasan sebelumnya telah disinggung tentang persembahan nilai-nilai subak kepada

bangsa dan dunia. Nilai-nilai subak tampaknya tak bisa dilepaskan dari proses terbentuknya sistem subak di Bali. Karena terbentuknya sistem subak di Bali melalui proses yang berat, memerlukan

Page 130: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

123

kerja keras, harmoni, dan kebersamaan. Tanpa didasari oleh nilai-nilai tersebut, maka akan sulit terbentuknya subak di Bali. Tercatat bahwa terbentuknya sawah dan subak di Bali didahului dengan merabas hutan, ikut campurnya peranan kerajaan, dan kemudian menyesuaikannya dengan tradisi dan budaya lokal setempat, diantaranya dengan membangun pura subak di kawasan subak. Semuanya itu dilaksanakan demi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kaum petani.

Alkisah, pada akhir awal Abad ke-10 terjadi bencana dahsyat di Jawa, sebagai akibat meletusnya Gunung Merapi. Penduduk melakukan eksodus ke arah timur, diantaranya dipimpin oleh Mpu Sendok yang kemudian mendirikan Kerajaan Kahuripan. Kerajaan ini dibangun di hulu Sungai Berantas, sekitar kaki Gunung Semeru. Di pihak lain, karena adanya pewisik, maka satu rombongan lainnya dipimpin oleh Raja Sri Kesari Warmadewa atau Sri Ugrasena Warmadewa, menuju Sanur (Bali). Beliau didampingi oleh seorang bagawanta, yakni Rsi Markandya. (Sutedja, 2006). Selanjutnya, sebagai pertanda bahwa Warmadewa telah menguasai Bali, ditandai dengan adanya Prasasti Belanjong, tahun 913, yang menyebut-nyebut tentang kawasan darat, diantaranya menyebut kata Walidwipa. Dengan menyebut kata Walidwipa (Pulau Bali), maka hal itu dianggap sebagai pertanda bahwa pada saat itu Warmadewa telah mengalahkan musuh-musuhnya dan menguasai Pulau Bali. Patut dicatat penetapan sebuah prasasti adalah merupakan perlambang dari sebuah kemenangan (Astra, 1997, dalam Ardana, dkk, 2012).

Setelah mengalami proses panjang dalam sejarah raja-raja di Bali, maka akhirnya muncul berbagai prasasti yang menyebut kata sawah (sawah), parlak atau mal (ladang), dan kebwan (kebun). Prasasti itu muncul dalam masa pemerintahan Raja Udayana (989-1011) (Ardana, dkk, 2012). Namun kata subak mulai muncul dalam Prasasti Pandak Bandung, tahun 1071. Sementara itu, patut dicatat pula bahwa bercocok tanam dengan sistem pengairan yang teratur telah diyakini ada beberapa abad sebelumnya, sebagaimana tercatat dalam Prasasti Sukawana (tahun 882) dan Prasasti Bebetin (tahun 896). Selanjutnya, pembuatan trowongan telah dikenal di Bali pada tahun 896 (Purwita, 1993). Sementara itu Purwita (1993) juga menyebutkan bahwa Rsi Markandya adalah adik kandung dari Rsi Trinawindhu, yang hidup pada zaman Kerajaan Kediri, Jawa Timur. Berkait dengan cerita itu, Rsi Markandya disebutkan datang ke Bali pada Abad ke 12-13. Kalau keterangan ini benar, maka Rsi Markandya yang dikenal sebagai arsitek pembangunan sawah dan subak di Bali, harus mungkin bolak-balik Jawa-Bali, pada Abad ke 10-13 (catatan : ada banyak wacana yang menyatakan bahwa umur manusia pada zaman itu, sangat panjang. Tidak seperti zaman sekarang, di mana umur manusia maksimal 100 tahun). Tentu juga dapat dibayangkan betapa susahnya membangun sawah dan subak di Bali. Karena masyarakat harus merabas hutan, membangun trowongan, dll. Diperlukan komitmen, kerja keras, disiplin, bahkan mungkin tetesan darah, air mata, dan tentu saja tetesan keringat.

Demikianlah pembentukan subak di Bali memerlukan campur tangan para resi, raja, pemuka masyarakat, para ahli di bidangnya, dan tentu saja rakyat setempat. Dimulai dengan hamparan lahan yang sempit, dan kemudian berkembang sesuai dengan ketersediaan sumber air irigasi (Lansing, 2006). Nilai-nilai yang lahir dari terbentuknya subak, adalah dari proses struktural, dan spiritual. Oleh karenanya, terbangunlah hamparan sawah dengan pura-nya, yang dikelola oleh petani. Inilah embrio nilai-nilai yang ada pada subak, yang kini dikenal dengan Tri Hita Karana. Yakni sebuah nilai yang menjaga harmoni antara manusia dengan Tuhan, dengan sesamanya, dan dengan alam lingkungannya.

Page 131: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

124

2. Persembahan Nilai Subak Nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga, dan kemudian dapat menjadi pegangan hidup

pada masa depan. Nilai-nilai harmoni dan kebersamaan yang diterapkan subak, yang dikenal sebagai THK, pada dasarnya adalah nilai universal bagi semua umat manusia. Disamping itu, nilai-nilai tersebut sangat penting untuk pegangan hidup dan masa depan umat manusia di dunia. Semua umat manusia dari semua suku, agama, dan ras tampaknya pasti bisa menerima konsep harmoni dan kebersamaan (THK) tsb. Namun hanya di Bali ada lembaga (subak) yang secara jelas menerapkan konsep THK itu dalam kegiatan kelembagaannya (Arif, 1999). Oleh karenanya, berhubung dengan pengalaman subak di Bali dalam menerapkan THK, maka subak perlu mempersembahkan kembali pengalaman menerapkan THK itu kepada bangsa dan dunia. Demi dunia yang aman, damai, dan sejahtera.

Kalau saat ini Bangsa Indonesia dan juga dunia masih penuh dengan konflik sosial, maka hal itu bermakna bahwa kita masih belum menerapkan konsep THK dengan baik dan benar, seperti halnya yang dilakukan sistem subak di Bali. Subak di Bali menerapkan THK yang dibuktikan antara lain dengan (i) membangun sawah dengan tetap memperhatikan kontur tanah, meskipun petak sawahnya harus menjadi sempit, serta membangun komplek sawah dengan sistem satu inlet dan satu outlet (komponen palemahan), (ii) adanya aturan/awig-awig, dan mengijinkan saling pinjam air irigasi antar subak dan antar petani (komponen pawongan), dan (iii) dibangunnya pura subak pada setiap subak, yang digunakan untuk kegiatan persembahan/upacara ritual (komponen parhyangan). Jadi, kata kunci dari penerapan THK adalah pembuktian dalam berbagai kegiatan di lapangan.

Kalau persembahan nilai-nilai budaya subak dalam bentuk THK dapat dipahami, diterima, dan diterapkan pada level nasional dan dunia, maka konflik horizontal dan vertikal akan dapat dicegah dan dihindari. Wibawarta (2012) menyatakan bahwa meningkatnya sinergi antar budaya akan dapat mereduksi konflik, dan lanjut akan dapat berdampak positif pada perekonomian. Nilai-nilai budaya akan dapat menjadi titik singgung dengan kebudayaan lain di tingkat nasional dan global. Akhirnya diharapkan titik singgung itulah yang akan menjadi perekat dalam proses interaksi sosial.

Proses globalisasi akan sangat memungkinkan adanya saling silang budaya. Dalam proses itu, maka yang dapat berperan global adalah nilai-nilai yang sifatnya lentur, dan golongan yang pemilik budaya haruslah memiliki identitas yang kuat. Kedua komponen itu tampaknya dimiliki oleh sistem subak yang menerapkan konsep THK. Demikianlah, dalam proses persembahan nilai THK subak kepada bangsa dan dunia akan mungkin terjadi proses akulturasi (persentuhan dua nilai budaya yang menghasilkan nilai budaya yang baru) dan assimilasi (persentuhan dua nilai buaya yang tidak menghasilkan nilai budaya baru). Apapun yang terjadi, namun yang paling penting adalah bahwa nilai-nilai THK yang intinya adalah harmoni dan kebersamaan dapat terwujud. Dengan demikian konflik sosial yang kini banyak terjadi di muka bumi akan dapat diselesaikan dengan optimal. Sejatinya, hal inilah makna yang paling hakiki dari pengkuan UNESCO terhadap subak di Bali. Bahwa Bali perlu mempersembahkan nilai kearifan lokalnya yang ada pada subak kepada bangsa dan dunia. Subak yang menerapkan THK dapat disebut sebagai suatu kearifan lokal, karena berbagai aktivitas yang dilakukan subak dalam sistemnya telah mampu menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan mereka. Kalau penerapan THK di subak sudah terbukti mampu menyelesaikan masalah, lalu kenapa tidak diterapkan di tingkat nasional dan dunia? Untuk itu sangat diperlukan adanya diplomasi kebudayaan yang intensif. Beberapa rombongan tamu asing yang mengunjungi subak dan belajar tentang subak terlihat sangat mengagumi filosofi yang diterapkan oleh subak. Diharapkan dengan kedatangan mereka mempelajari subak akan dapat merangsang nurani mereka, sehingga bisa terjadi proses assimilasi dan akulturasi nilai budaya subak.

Sementara itu, pembangunan nasional dan daerah sangat perlu memperhatikan dan memelihara kearifan local yang sedang berkembang. Dengan demikian masyarakat setempat tidak tercabut dari

Page 132: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

125

akar budayanya. Dalam konteks ini, sistem subak yang sudah diakui sebagai WBD haruslah dijamin eksistensinya agar dapat eksis sepanjang massa. Dengan demikian subak dan nilai-nilainya akan tetap menjadi “api” dalam proses pembudayaan (enkulturasi) umat manusia. Ukuran keberhasilan dalam konsep enkulturasi adalah perubahan prilaku. Prilaku manusia harus dapat berubah dalam konteks persembahan nilai subak bagi bangsa dan dunia. Hanya demikianlah akan terjadi harmoni dan kebersamaan di dunia, sebagimana halnya subak dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri. Kalau subak sudah mampu mempersembahkan nilai harmoni dan kebersamaan (Tri Hita Karana), maka imbalannya adalah agar subak dan petani perlu terus eksis dan sejahtera.

Inti hakiki dalam proses globalisasai adalah untuk membangun harmoni dan kebersamaan di jagat raya ini. Diantaranya memberantas penyakit secara bersama, membangun pendidikan secara bersama, dll. Namun globalisasi telah salah arah, di mana berkembang menjadi alat kapitalis dan libralisasi, yang memicu jurang sosial-ekonomi diantara penduduk. Jurang perbedaan inilah yang memicu konflik sosial. Karenanya, dengan persembahan THK subak, diharapkan manusia bisa terbangun kembali kesadarannya tentang manusia yang satu sebagai ciptaan Tuhan. Oleh karenanya harus dikembangkan harmoni dan kebersamaan.

3. Mengembangkan Ke-Khas-An Lokal Dalam era globalisasi saat ini, setiap daerah tampaknya berlomba untuk mengembangkan

ke-khas-an lokalnya. Kemudian berusaha untuk disumbangkan untuk kepentingan nasional dan internasional. Kegiatan ini tidak saja akan dapat memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga sebagai sebuah kebanggaan nurani bagi daerah ybs. Buwono X (2012) kini sedang berusaha menggali dan mengembangkan modal sejarah pendidikan di Yogyakarta, dengan tujuan untuk bisa bermanfaat bagi kepentingan Yogyakarta, bangsa dan negara, serta dunia. Yogyakarta kini sedang menggali modal sosial sistem pendidikan keraton, pendidikan Muhammadiyah, pendidikan Tamansiswa, pendidikan pesantren, dan pendidikan Barat. Kemudian akan dilaksanakan konvergensi (sintese), dan selanjutnya diharapkan akan bermanfaat bagi bangsa dan dunia. Yogya yang dikenal karena pendidikannya diharapkan akan tetap berkembang sebagai daerah pendidikan, yang akan membawa manfaat bagi penduduknya.

Patut dicatat bahwa Yogyakarta saat ini sedang menggali dan akan memanfaatnya modal sosial pendidikannya, dan akan mempersembahkan kepada bangsa dan dunia. Untuk itu, Bali penting juga untuk menggali modal sosial budayanya, untuk kepentingan pembangunan ekonomi daerah Bali, dan juga untuk kepentingan bangsa dan dunia. Potensi modal sosial budaya ada di Bali. Bahkan sudah diterapkan oleh sistem subak. Untuk itu pembangunan yang dilaksanakan di Bali tidak hanya harus pembangunan fisik dan ekonomi, tetapi juga harus dilaksanakan pembangunan kebudayaan. Hal ini semakin perlu di tengah-tengah masyarakat yang dilanda perkembangan teknologi dan kondisi interaksi global. Di mana masyarakat menjadi kapitalistik, hedonis, dll.

Apa yang dilaksanakan Yogya dan Bali dalam rangka mengembangkan kearifan lokalnya adalah seirama dengan wacana yang berkait dengan proses globalisasi tsb. Bahwa globalisasi akan merangsang pengembangan pemikiran kearifan lokal yang perlu diperkokoh secara terus menerus. Hal ini perlu terjadi dan dilaksanakan agar kita tidak tergerus oleh arus globalisasi tsb. Demikianlah, kehidupan akan terus mengalami transformasi sesuai dengan tantangan zamannya. Ki Hadjar Dewantara (2012) jauh-jauh hari sudah menyatakan bahwa pergantian alam, keadaan zaman, dan keadaan masyarakat akan membawa perubahan pada cara hidup dan penghidupan masyarakat. Oleh karenanyalah maka kearifan lokal yang kini sedang dimiliki oleh suku-suku bangsa perlu dikembangkan terus, agar bermanfaat bagi bangsa dan dunia. Dalam bahasan di atas disebutkan bahwa pengembangan modal pendidikan dan juga modal sosial tidak terlepas dari tujuan ekonomi. Oleh karenanya petani dan subak perlu tetap eksis dan sejahtera. Tentu saja dengan berbagai

Page 133: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

126

program pemerintah.

4. Akulturasi, Multikultur, Dan Pluralisme Persembahan nilai-nilai subak dalam bentuk THK kepada bangsa dan dunia bukanlah

tanpa alasan. Budaya memang akan selalu melakukan persentuhan, dan memungkinkan adanya akulturasi, yakni munculnya budaya baru sebagai akibat persentuhan tsb. Kebudayaan memang sangat transformatif, dan selalu berkembang sesuai kelompok manusia yang mendukungnya. Joesoef (2012) menyebutkan bahwa kebudayaan adalah sistem nilai yang dihayati oleh kelompok manusia yang mengembangkannya. Ide-ide besar tak akan pernah muncul dari sebuah kebudayaan yang tua.

Harmoni dan kebersamaan (THK) sebagai nilai hakiki dari budaya subak, yang dalam persentuhannya mengalami akulturasi yang luwes dan dinamis, akan menyebabkan terjadinya multikultur dan masyarakat majemuk (plural). Multikultur dan masyarakat plural sebagai akulturasi dari THK harus dikembangkan di Indonesia dan di dunia, sebagai bahan perekat untuk persatuan dan kesatuan. Dalam sejarah masyarakat dan bangsa di dunia, ternyata masyarakat dan bangsa itu bisa rapuh, karena tidak ditopang oleh kebudayaan. Dengan demikian diyakini bahwa kalau nilai budaya THK mampu mengalami proses akulturasi, maka problema yang menciptakan komflik yang abadi di dunia dan di Negara kita akan dapat diatasi. Kebudayaan atau budaya lokal tak boleh hilang. Oleh karenanya harus terus dipelihara. Tilaar (2012) menyebutkan bahwa bangsa yang kehilangan kebudayaannya akan kehilangan identitas, dan kemudian akan hanyut dalam perubahan global yang tanpa jiwa. Bahkan disebutkan bahwa kearifan lokal akan dapat menginspirasi perubahan global. Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena kebudayaan adalah kekuatan yang bersifat soft power. Kekuatan yang berupa soft power mengandung nilai-nilai, budaya, dan kebijakan lembaga, yang berhasil ditransfer ke luar batas negara. Oleh karenanya, dalam konteks pengaruh kekuatan soft power, maka pemerintah harus melakukan diplomasi publik, diplomasi bilateral, dan diplomasi multilateral (Nye, 2004 dalam Wibawarta, 2012).

Dalam posisi Bali yang harus mampu “memberi” kepada dunia, maka melalui kekuatan dan nilai yang dimiliki subak yang sudah teruji secara empirik, maka perlu ada diplomasi kebudayaan di satu pihak, dan memperkuat/memberdayakan subak di Bali di lain pihak. Untuk itu diperlukan juga kemampuan soft skill (intra dan inter personal skill) dari kalangan pelaku diplomasi. Dengan demikian diharapkan nilai-nilai subak yakni THK (harmoni dan kebersamaan) dapat mengalami proses akulturasi, dan kemudian menghasilkan multikultur dan masyarakat mejemuk yang kokoh sebagai penunjang peradaban bangsa-bangsa. Adapun proses akulturasi dan multikultur/plural, dapat digambarkan sesuai Gambar1.

Page 134: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

127

Gambar 1. Proses persembahan budaya subak untuk budaya nasional dan dunia.

Gambar 1 di atas menunjukkan bagaimana budaya subak dapat memberikan sumbangan bagi kebudayaan nasional dan internasional. Sumber inspirasinya adalah petani dan subak. Oleh karenanya petani dan subak tak boleh hilang dari peradaban dunia. Petani dan subak harus mendapatkan perhatian, subsidi, dan juga proteksi, agar elemen masyarakat ini dapat tetap eksis. Untuk itu kesejahteraan petani dan eksistensi sistem subak sangat perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Secara teoritis sistem subak dapat ditransformasi (Windia, 2006), dan lembaga subak yang wataknya sosio kultural pada dasarnya mampu beradaptasi dalam bidang ekonomi (Sedana dan Windia, 2012).

5. Pemberdayaan Petani Dalam Sistem Subak Di atas telah dibahas tentang sumbangan sistem subak bagi kebudayaan. Oleh karenanya subak

harus mendapatkan perhatian yang baik. Perhatian kepada subak berarti perhatian kepada petani. Tanpa ada petani yang berdaya, maka tidak ada subak yang eksis dengan baik. Namun saat ini permasalahan yang dihadapi petani dan subak sangat komplek. Sutawan () mencatat permasalahan petani dan subak sebagai berikut.

Sutawan (2005) mencatat tantangan dari keberlanjutan sistem subak dewasa ini, disebabkan karena hal-hal sebagai berikut.

1. Tantangan/ancaman yang langsung atau tidak langsung bersumber dari pariwisata Bali. Hal ini tercermin dari (i) semakin menurunnya minat pemuda untuk menjadi petani; (ii) menciutnya lahan sawah karena adanya alih fungsi lahan; (iii) pencemaran air sungai dan air pada saluran air irigasi.

2. Tantangan/ancaman akibat berbagai dampak negatif revolusi hijau. Hal ini tercermin dari (i) hilangnya berbagai varitas padi lokal, yang berarti hilangnya kearifan lokal; (ii) pencemaran

Page 135: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

128

lingkungan; (iii) terancamnya keanekaragaman hayati di lahan sawah; (iv) menurunnya kesehatan petani dan masyarakat sebagai adanya keracunan dari proses penggunaan pestisida.

3. Libralisasi perdagangan dan investasi di bidang pertanian. Hal ini tercermin dari (i) membanjirnya produk pertanian masuk ke Bali, dan petani Bali kehilangan banyak kesempatan untuk memasok berbagai produk pertanian ke sektor pariwisata (khususnya hotel dan restoran internasional); (ii) petani lokal semakin tidak mampu bersaingan dengan petani di negara asing yang teknologi jauh lebih maju. Dalam hal ini, diperlukan fair trade dan bukan free trade; (iii) berkembangnya konsep Hak Atas Kepemilikan Intelektual (HAKI) yang mengancam petani dalam proses penggunaan benih yang mungkin saja ditemukan oleh para pengusaha internasional.

4. Tantangan/ancaman sebagai akibat perkembangan bioteknologi. Hal ini tercermin dari (i) adanya dampak negatif terhadap ekosistem; (ii) hasil rekayasa genetika yang belum tentu aman bagi manusia; (iii) meningkatnya ketergantungan petani dari rekayasa genetika yang dihasilkan oleh perusahan internasional; (iv) semakin tergantungnya petani pada obat-obat kimiawi; (v) membesarnya jurang antara petani kaya dan petani miskin; (vi) tergusurnya bahan baku alamiah yang dihasilkan oleh petani lokal.

Selanjutnya patut dikemukakan bahwa kondisi subak di Bali pada dasarnya sepadan dengan kondisi sistem pertanian di daerah ini. Sebab, landasan dari pembangunan pertanian di Bali adalah subak. Perhatian yang lemah terhadap subak di Bali menyebabkan sistem pertanian menjadi terpuruk, demikian pula sebaliknya. Adapun kajian tentang subak di Bali, dan sekaligus kajian tentang apa yang perlu dilakukan, untuk keberlanjutan sistem subak di Bali, kiranya dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Aspek Pola Pikir/Konsep (Parhyangan). Dalam kaitan ini terlihat belum adanya pola pikir dari pihak pengambil kebijakan yang

secara mendasar memihak pada keberlanjutan eksistensi subak dan sektor pertanian pada umumnya. Banyak wacana yang mengkhawatirkan adanya alih fungsi lahan sawah yang sudah berkembang sangat pesat, yakni rata-rata sekitar 750 ha/tahun (Sutawan, 2005). Bahkan dalam data BPS tahun 2010 tercatat bahwa alih fungsi lahan sawah dalam periode tahun 2005-2009, rata-rata lebih dari 1000 ha/tahun. Dalam kaitan ini tampaknya diperlukan pelaksanaan tata ruang yang tegas (sesuai dengan hukum yang berlaku), dengan menentukan jumlah sawah yang harus ada di Bali (sawah abadi), dan dijabarkan dalam setiap kabupaten/kota di Bali. Selanjutnya, jumlah sawah (minimal) yang seharusnya ada di setiap kawasan, diberikan subsidi dan proteksi yang memadai, yang mampu memberikan manfaat yang sebaik-baiknya bagi petani. Misalnya, dengan memberikan subsidi pajak PBB, merubah konsep pajak PBB menjadi pajak hasil-bumi, mendorong pendirian koperasi-tani pada setiap subak (cooperative based on subak system), dan bahkan dalam kawasan-kawasan yang dianggap sangat penting, para petani diberikan subsidi input dan/atau subsidi output.

Sejak tahun 2006, semua subak sudah mendapatkan bantuan (block grant) dari Pemda Bali, masing-masing sebesar Rp.15 juta. Bahkan semakin tahun, bantuannya meningkat. Tahun 2013 bantuan tersebut sudah mencapai Rp. 30 juta per subak. Hal ini adalah sebuah langkah yang sangat baik. Diusulkan agar bantuan ini diarahkan untuk membangun koperasi-tani. Oleh karenanya, diperlukan program pendampingan untuk membangun koperasi tani pada setiap subak. Dalam kaitan ini, kiranya perlu dipertimbangkan agar Perda Subak mengakomodasi perkembangan yang kini sudah terjadi. Misalnya, harus disesuaikan dengan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, dan PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Dalam perda yang baru, perlu pula dicantumkan tentang peranan pemda dalam hal pemberdayaan subak, dan

Page 136: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

129

tentang keberadaan sedahan agung yang mandiri pada setiap pemkab/pemkot. Disamping itu, perlu dimasukkan peran subak-gde dan subak-agung di Bali dalam pengelolaan irigasi. Sementara itu, perlu mengembangkan peran Pusat Studi Subak (PSS). Hal ini penting, kiranya UNUD mampu memberikan sumbangan pemikiran untuk keberlanjutan sistem subak di Bali. Sementara itu, konsep lainnya yang perlu dikembangkan adalah agar kawasan subak dikembangkan dan diberdayakan sebagai kawasan agrowisata. Agrowisata pada dasarnya adalah usaha untuk menempatkan sektor primer (pertanian) di sektor tersier (pariwisata). Dengan demikian sektor pertanian akan lebih maju, dan dapat berlanjut.

2. Aspek Sosial (Pawongan). Dalam kaitan ini, dirasakan bahwa subak di Bali sudah kehilangan induknya. Lembaga

sedahan agung yang dahulu pernah eksis di Bali, kini sudah kehilangan maknanya untuk membela kepentingan subak. Lembaga sedahan agung seolah-olah sudah menjadi subordinat dari dinas pendapatan daerah (dispenda) yang ada di setiap kabupaten/kota. Bahkan pada beberapa daerah, lembaga sedahan dan sedahan agung sudah dihapuskan. Sementara itu, lemabaga dinas pendapatan daerah tampaknya cendrung lebih berkonsentrasi pada peningkatan pendapatan daerah, dan bukan pada peningkatan eksistensi subak. Banyak kasus-kasus subak di daerah pinggiran kota yang mengalami konflik dengan penduduk sekitarnya. Subak tidak tahu entah kemana harus mengadu, karena memang tidak ada sebuah lembaga yang secara khusus menangani kelembagaan subak (Windia, 2005).

Kelembagaan subak yang lemah, menyebabkan petani selalu dalam posisi yang terkalahkan. Hal ini adalah salah satu kondisi (disamping faktor-faktor lainnya), yang menyebabkan petani sangat enggan untuk bertani, dan kemudian memutuskan untuk menjual sawahnya. Padahal, mereka sebetulnya masih senang hidup sebagai petani, meski dengan segala kekurangannya. Keadaan sektor pertanian yang tersisihkan yang menyebabkan subak menjadi lemah. Selanjutnya dalam beberapa kasus, menyebabkan pimpinan subak (pekaseh/kelian subak) menjadi enggan untuk mengurus subaknya. Konflik-konflik kecil yang berkembang dalam subaknya tidak mendapatkan penanganan yang memadai, atau tidak dilaporkan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab. Sementara itu, awig-awig tampaknya tidak terlaksana dengan sebaik-baiknya.

Semua bahasan yang disebutkan sebelumnya (termasuk kondisi sektor pertanian yang secara umum dapat disebutkan dalam keadaan yang tersisihkan) terakumulasi sedemikian rupa, yang akhirnya menyebabkan kalangan muda akhirnya banyak yang enggan untuk terjun ke sektor pertanian. Petani juga enggan anaknya untuk menjadi petani.

3. Aspek Artefak/Kebendaan (Palemahan). Aspek artefak/kebendaan yang paling berkait dengan eksistensi subak adalah kondisi

persawahan, air irigasi, dan sarana irigasi yang ada di kawasan persawahan. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa kondisi persawahan di Bali sudah compang-camping. Banyak terjadi alih fungsi lahan. Hal ini menyebabkan terjadinya sarana irigasi yang rusak, dan tidak lagi dapat berfungsi secara efektif. Implikasi lainnya adalah iuran yang didapatkan subak menjadi sangat berkurang. Dengan demikian, subak menjadi kewalahan untuk membiayai pelaksanaan upacara keagamaan pada pura yang menjadi tanggung-jawabnya. Dalam kaitan ini, perda tentang subak perlu mengatur masalah ini, agar beban petani anggota subak tidak semakin berat dalam proses pelaksanaan kegiatan upacara di kawasannya. Dalam masalah air irigasi, saat ini petani anggota subak mengalami banyak persaingan, khususnya persaingan dengan kebutuhan air bersih untuk keluarga, dengan pihak industri (termasuk sektor pariwisata).

Page 137: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

130

Banyak sumber air yang dahulu diperuntukkan untuk kepentingan pertanian, kemudian dialihkan untuk kepentingan PDAM, atau untuk kepentingan sektor pariwisata. Kasus seperti ini hampir terjadi di seluruh Bali. Namun yang pernah mencuat di permukaan dan menjadi wacana publik adalah kasus mata air Yeh Gembrong di Kab.Tabanan, yang sebelumnya sepenuhnya untuk kepentingan petani yang mendapatkan air dari Yeh HO, namun kemudian diambil untuk kepentingan PDAM dan pariwisata. Hal yang sepadan terjadi pula di Buleleng, dan Gianyar. Kasus di Gianyar terjadi pada subak di kawasan Kluse, Tegallalang.

Di kawasan Ubud, Kab.Gianyar, juga terjadi kasus air irigasi yang sekarang harus digunakan untuk kepentingan rafting, dan tampaknya menjadi tempat pembuangan sampah (plastik, botol minuman, dll.) oleh hotel-hotel yang dibangun di sepanjang tebing sungai di kawasan Desa Sayan, Payangan, dll. Dalam konteks inilah perlu dibangun dan diberdayakan subak-gde dan subak-agung tersebut, agar subak lebih berdaya untuk memperjuangkan hak-haknya.

6. Penutup Dari uraian di atas, maka berbagai hal dapat dilaksanakan untuk pemberdayaan petani demi

untuk penguatan lembaga dan budaya subak. Pemerintah harus mampu membangun program agar menjadi petani adalah hal yang menguntungkan, berpendapatan yang baik setara dengan sektor lainnya, membanggakan, dan memiliki citra yang tinggi. Adapun hal-hal yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut.

No. Aspek Kegiatan Stakeholders

1. Pola Pikir/Kebijakan Implementasi tata ruang wilayah yang tegas, konsisten, dan berkelanjutan.

Pemda dan DPRD

Perda tentang Subak Abadi Pemda dan DPRD

Subsidi penuh pajak PBB, bagi petani yang ber-usahatani.

Pemkab/Pemkot dan DPRD

Pembentukan Dewan Sumberdaya Air dan Komisi Irigasi, sesuai amanat UU No.7 tahun 2004 dan PP No.20 tahun 2006, tentang Irigasi.

Pemda dan DPRD

Moratorium pembangunan sarana untuk pengembangan pariwisata.

Pemda dan DPRD

Pembentukan badan pengelola warisan budaya dunia di Bali, dengan landasan Perda.

Pemda dan DPRD

Pembentukan forum komunikasi semua stakeholders, pada semua kawasan (site) yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

Pemda,DPRD.

Page 138: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

131

2. Sosial Pengembangan agrowisata di kawasan subak yang relevan.

Pemda, organaisasi kalangan pariwisata.

Pendampingan dan Pembentukan koperasi tani pada setiap subak di Bali.

Pemda, Perguruan Tinggi (PT), LSM, Diskop.

Pembentukan subakgde dan subakagung.

Pemda, Kem-PU, Dis-PU, PT.

Revitalisasi lembaga dan/atau peran lembaga sedahan dan sedahan agung.

Pemda dan DPRD

Pendampingan untuk pemberdayaan subak

Pemda,PT,BPTP, LSM

3. Artefak/Kebendaan Hentikan pengambilan air, mata air, sumber air. Pengambilan harus direkomendasi Dewan SDA dan Komisi Irigasi (Komir).

Pabrik air kemasan, PDAM, hotel, pabrik

Hentikan polusi air sungai Hotel, restoran, masyarakat

Pengembangan teknologi (on farm) di lahan sempit

Pemda,PT,BPTP.

Pengembangan teknologi hulu dan hilir dalam kegiatan usahatani.

Pemda, PT,BPTP.

Dalam alih fungsi lahan, maka pihak BPN dalam pembuatan sertifikat, tidak mematok saluran irigasi yang ada di kawasan subak.

Pemda,BPN, DPRD

Air irigasi dan sistem irigasi harus dijamin, khususnya pada subak yang berada di kawasan warisan dunia.

Pemda,Kem-PU.

Kawasan hutan, dan danau di Bali harus dijamin eksistensinya.

Pemda,DPRD, Kemhut.

Page 139: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

132

Daftar Pustaka[1] Ardana, I Gusti Gde; I Wayan Ardika; I Ketut Setiawan.2012. Raja Udayana di Bali, Udayana

Univ.Press, Denpasar. [2] Arif, Sigit Supadmo. 1999. Applying philosophy of Tri Hita Karana in design and management of

subak irrigation system, dalam A study of subak as indigenous cultural, social, and technological syste, to estbahlish a culturally based integrated water resources management Vol.III (ed: Sahid Susanto), Fac. of agric.technology, Gadjah Mada University, Yogyakarta.

[3] Buwono X, Hamengku. 2012. Menggagas renasians pendidikan berbasis kebudayaan (dalam Kebudayaan mendesain masa depan, ed : Swasono, Sri-Edi dan Macaryus, Sudartomo), UST-Press dan Majelis Luhur Tamansiswa, Yogyakarta.

[4] Dewantara, Ki Hadjar. 2012. Demokrasi dan Leiderschap (dalam Kebudayaan mendesain masa depan, ed : Swasono, Sri-Edi dan Macaryus, Sudartomo), UST-Press dan Majelis Luhur Tamansiswa, Yogyakarta.

[5] Joesoef, Daoed. 2012. Pendidikan dan kebudayaan (dalam Kebudayaan mendesain masa depan, ed : Swasono, Sri-Edi dan Macaryus, Sudartomo), UST-Press dan Majelis Luhur Tamansiswa, Yogyakarta.

[6] Lansing, J. Stephen. 2006. Perfect order recognizing complexity in Bali, Princeton Univ.Press, Princeton and Oxford.

[7] Purwita, Ida Bagus Putu. 1993. Kajian sejarah subak di Bali, dalam Subak, sistem irigasi tradisional di Bali (ed: I Gde Pitana), Upada Sastra, Denpasar.

[8] Sedana, Gde dan Wayan Windia. 2012. Journal of Social Science, Vol.35 No.2, 2012, Chulalongkorn Univ., Sosial Reseach Institute (CUSRI), Thailand.

[9] Sutawan, Nyoman. 2005. Subak menghadapi tantangan globalisasi, dalam : Revitalisasi subak dalam memasuki era globalisasi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

[10] Suteja, Wayan Mertha.2006. Dharmayana, leluhur kepurwa bumi kamulan-Amerika, Paramita, Surabaya,

[11] Tilaar, HAR. 2012. Kebudayaan kembali ke habitat pendidikan, pendidikan tinggi mau ke mana? (dalam Kebudayaan mendesain masa depan, ed : Swasono, Sri-Edi dan Macaryus, Sudartomo), UST-Press dan Majelis Luhur Tamansiswa, Yogyakarta.

[12] Wibawarta, Bambang. 2012. Membangun kearifan nusantara ( dalam Kebudayaan mendesain masa depan, ed : Swasono, Sri-Edi dan Macaryus, Sudartomo), UST-Press dan Majelis Luhur Tamansiswa, Yogyakarta.

[13] Windia, Wayan. 2005. Rekonstruksi sistem subak menghadapi era globalisasi, dalam : Revitalisasi subak dalam memasuki era globalisasi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

[14] Windia, Wayan. 2006. Transformaasi sistem irigasi subak yang berlandaskan Tri Hita Karana,Penerbit Bali Post, Denpasar.

Page 140: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

133

Implementasi Nilai-Nilai Tri Hita Karana dalam Kegiatan Masyarakat Desa Blumbang pada Bidang Usaha Penggemukan Sapi

Di Kerambitan, Tabanan

Suka, Ginting I1 ., NM. Wiasti1, N.Suarsana1 dan IN.S. Miwada2

1 Fakultas Sastra Antropologi, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia2 Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

E-mail : [email protected]

Abstract This service activities carried out in the village Blumbang, sub Kerambitan, Tabanan on Saturday, September 22nd, 2012 at 15:00 to 17:00 pm. Audience that included members of the village community is Blumbang who joined in the cattle ranchers. From discussions with the members of the group that they have a grasp of the concept of THK (Tri Hita Karana) but almost 100% of the participants who attend these events do not yet know how to implement. Activities continued with the introduction of fermentation technology to solve the problem. All the participants were very enthusiastic activities. Conclusion that the introduction of the concept of THK activities and its implementation in the routine life of the village community has opened horizons Blumbang villagers. Insight into the importance of processing the feces and urine of cow breeding as a real form of the THK concept application.

Key words : Tri Hita Karana (THK), local genius, fermentation by product

1. Pendahuluan Identitas budaya ekspresif yang tercermin dalam kebudayaan Bali secara konfiguratif

mencakup seperangkat nilai-nilai fundamental yang mendominasi kehidupan sosial, seperti nilai religius, etika, estetika, solidaritas, dan keharmonisan atau keseimbangan. Masyarakat Bali sangat tinggi apresiasinya kepada nilai-nilai keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan sosialnya. Nilai-nilai keseimbangan dan keharmonisan secara horizontal dan vertikal terrefleksi dalam konsep Tri Hita Karana (THK), yakni keseimbangan horizontal dengan alam lingkungan (palemahan) dan sesama manusia (pawongan), serta keseimbangan secara vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sanghyang Widhi Wasa). Hubungan sinergitas tersebut dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga.

Griya (2000: 108) mengatakan konsep THK tercermin dalam skala makro, meso dan mikro dalam kehidupan masyarakat Bali. Dalam skala makro masyarakat Bali memandang pulau Bali sebagai

Tuhan

LingkunganManusia

Page 141: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

134

sebagai satu kesatuan mandala (palemahan), orang Bali sebagai satu kesatuan etnik Bali (pawongan), Sad Kahyangan sebagai satu kesatuan tempat suci (parhyangan). Konsep THK tampak pula dalam skala meso yaitu dalam satu kesatuan desa adat maupun dalam skala mikro yakni dalam lingkungan rumah tangga. Dalam suatu desa adat akan terdapat wilayah desa adat tertentu (palemahan), warga desa adat yang merupakan unsur pawongan, serta Kahyangan tiga (pura puseh, desa dan dalem), sebagai unsur Parhyangan.

Permasalahannya kemudian adalah bagaimana bentuk riil implementasi dari konsep Tri Hita Karana. Secara umum nilai-nilai THK ini sesungguhnya mampu menjadi benteng keharmonisan khususnya bagi masyarakat pedesaan yang okupasi utamanya sebagai petani. Sejak dahulu masyarakat di Bali, baik karena agamanya (Hindu) yang menjiwai budayanya dikenal pelbagai bentuk kegiatan ritual seperti tumpek kandang, tumpek bubuh, tumpek landep dan tumpek wayang. Ragam serta kewajiban ritual itu merupakan bentuk implementasi riil yang masih berada di tananan abstrak dari konsep Tri Hita Karana. Upacara tumpek kandang misalnya, orang Bali atau umat Hindu melakukan ritual dengan memberikan persembahan sesajen kepada binatang peliharaannya, untuk memohon keselamatan. Substansi dari kegiatan tersebut adalah bukan menyembah ternak atau binatang peliharaan, namun makna inheren yang paling utama adalah sebagai perwujudan bentuk penghormatan sesama hidup (urip). Eksistensi manusia ada karena hidup (urip) dan demikian pula hewan ternak ada karena hidup (urip).

Tuhan sebagai Sang Pencipta adalah Mahaurip yang mengisi dan menghidupkan wadah fisik manusia, hewan, tumbuhan (mikro kosmos) dan seisi alam semesta raya (makro kosmos). Ritual tumpek kandang merupakan bentuk interaksi manusia dengan lingkungan yang merupakan titik penting dari konsep Tri Hita Karana. Dalem (2007) menyebutkan bahwa sistem manajemen lingkungan yang memenuhi nilai-nilai dari konsep Tri Hita Karana menjadi penting untuk keberlanjutan pembangunan. Desa Blumbang sebagai salah satu desa di Kabupaten Tabanan, seperti desa-desa lainnya dipastikan akrab mengenal konsep Tri Hita Karana. Namun implementasinya seperti apa, khususnya dalam upaya menjalin hubungan manusia dengan lingkungannya. Seperti diketahui, kehidupan masyarakat di desa Blumbang sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani (pertanian dalam arti luas). Salah satu bentuk kegiatan masyaraakat ialah beternak sapi. Hasil pengamatan di lapangan, menampakkan bahwa masyarakat belum mengetahui bentuk riil dari implementasi konsep Tri Hita Karana dalam kaitannya dengan aktivitasnya sebagai peternak. Apalagi seperti diketahui bahwa beternak sapi di samping sebagai mata pencaharian juga dihasilkan dampak lain terhadap lingkungan yakni limbah cair dan padat. Apabila limbah tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan hubungan yang tidak harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Salah satu bentuk ketidak harmonisan tersebut yaitu terjadi pencemaran air, tanah dan udara berupa bau tidak sedap. Implementasi konsep Tri Hita Karana dalam permasalahan ini adalah bagaimana manusia mampu meminimalkan terjadi pencemaran sehingga lingkungan tetap terjaga kelestariannya. Bentuk-bentuk penyelesaian dari kasus ini, yang hampir ditemukan di setiap usaha peternakan merupakan salah satu upaya implementasi konsep Tri Hita Karana yang akan dilakukan oleh tim peneliti. Oleh karena itu, kegiatan ini sangat relevan dilakukan secara simultan untuk keajegan atau keberlangsungan pola peternakan masyarakat Bali, khususnya masyarakat di desa Blumbang, Kerambitan, Tabanan. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada masyarakat desa Blumbang tentang nilai-nilai Tri Hita Karana yang terimplementasikan dalam kegiatan pemeliharaan sapi ramah lingkungan serta mengenalkan teknik pemeliharaan sapi ramah lingkungan, sebagai bentuk upaya menjaga lingkungan yang harmonis sebagai bentuk implementasi riil dari nilai-nilai luhur Tri Hita Karana

Page 142: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

135

2. Metode Pemecahan Masalah Realisasi pelaksanaan kegiatan pengabdian sesuai dengan program yang diusulkan dengan

memberikan sosialisasi konsep Tri Hita Karana (THK) dan pelatihan tentang aplikasi konsep THK dalam kehidupan rutin masyarakat desa Blumbang khususnya aktivitas beternak sapi Bali. Kegiatan ini melibatkan anggota masyarakat desa Blumbang yang tergabung dalam Kelompok Purwa Sari. Kegiatan dilaksanakan di balai pertemuan kelompok pada hari sabtu, tanggal 22 Sepetember 2012, pukul 1500 – 17 00 Wita.

3. Hasil Kegiatan Tri Hita Karana (THK) selama ini sudah menjadi konsep yang tidak asing bagi masyarakat Bali.

Permasalahannya adalah bagaimanakah wujud nyata implementasi nilai-nilai THK jika dihubungkan dengan pola kehidupan rutin masyarakat, khususnya masyarakat desa Blumbang. Seperti diketahui bahwa identitas masyarakat pedesaan Blumbang selalu atau dominan melakukan rutinitas sebagai petani atau peternak. Apakah nilai-nilai THK telah diimplementasikan oleh masyarakat petani/peternak. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian yang telah dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 22 September 2012 pada pukul 15.00 – 17.00 wita telah menjawab permasalahan tersebut. Kegiatan pengabdian dilakukan di desa Blumbang, Kerambitan, Tabanan tepatnya di kelompok peternak sapi yang bernama Kelompok Purwa Sari. Hasil diskusi dengan para anggota kelompok diketahui bahwa kelompok peternak sudah memahami secara konseptual THK, namun hampir 100% dari peserta yang mengikuti kegiatan ini belum mengetahui bagaimana implementasinya, dalam hubungan manusia dengan lingkungan. Hal ini penting karena lingkungan yang asri dan terjaga akan memberikan jaminan keberlanjutan pembangunan yang memenuhi nilai-nilai THK (Dalem (2007).

Nilai-nilai THK dan implementasinya dalam kehidupan rutin masyarakat yang beternak sapi diparparkan secara lengkap oleh anggota tim peneliti Unud (Drs. I Nyoman Suarsana, MSi.). Dalam pertemuan tersebut dijelaskan bahwa nilai-nilai THK yang telah diwariskan oleh para leluhur masyaraakat Bali merupakan konsep yang sangat sempurna untuk menjaga keseimbangan jagat kecil (mikro kosmos) dan jagat besar (makro kosmos) serta Tuhan sebagai Kreatornya. Namun demikian, saat ini diperlukan komitmen bersama oleh semua anggota kelompok peternak desa Blumbang untuk menerapkannya secara benar dan tepat. Perihal yang disampaikan oleh anggota tim (Drs. I Nyoman Suarsana, MSi) didukung pula oleh anggota tim lainnya (I Nyoman Sumerta Miwada, SPt., MP).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa rutinitas masyarakat yang kesehariannya sebagai peternak sapi merupakan contoh penting dari pengujian implementasi nilai-nilai THK. Hasil pengamatan ditemukan bahwa kelompok peternal di desa ini belum melakukan upaya-upaya pengelolaan usaha sapi secara baik dan benar, seperti yang tertuang dalam konsep THK. Limbah ternak sapi tidak terkelola dengan baik dan cenderung dibiarkan begitu saja. Hal ini menjadi bukti tentang rendah atau kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengembangkan konsep THK supaya secara benar terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. Ketua tim Unud (Dr. I. Ginting Suka, MS), menyebutkan bahwa pentingnya implementasi nilai-nilai THK dalam kehidupan keseharian karena konsep THK ini sudah terbukti merupakan nilai-nilai luhur berguna yang dapat membawa kehidupan di dunia menjadi harmonis, apalagi sebagai peternak.

Hasil sosialisasi dan diskusi pada tahap pertama kemudian dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni teknik aplikasi konsep THK dalam hubungan kegiatan rutin masyarakat desa Blumbang, khususnya dalam usaha peternakan sapi yang ramah lingkungan. Kegiatan ini diperkenalkan tentang teknik pengelolaan limbah ternak sapi seperti pengolahan kotoran padat (feses) menjadi kompos dan kotoran cair/urin menjadi biourin melalui metode fermentasi. Kegiatan ini di sampaikan oleh (I

Page 143: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

136

Nyoman Sumerta Miwada, SPt., MP), yang sangat kompeten di bidang pengembangan ternak sapi Bali. Kesan yang diperoleh yaitu semua peternak sangat antusias mengikuti rangkaian kegiatan ini. Dijelaskan pula oleh anggota tim bahwa feses ataupun urin jika tidak diolah atau dibiarkan begitu saja dapat mencemari lingkungan dan berdampak buruk bagi keseimbangan lingkungan sekitar dan menjauhkan dari konsep THK yang sebenarnya. Padahal potensi secara ekonomi feses ataupun urin jika diolah akan memberikan nilai tambah yang menguntungkan khususnya dalam upaya pelestarian lingkungan. Sihombing (2000) mengatakan bahwa limbah ternak (feses) mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik, yang memungkinkan dikombinasikan dengan sampah organik lainnya untuk menghasilkan produk yang bernama kompos.

Pengolahan feses maupun urin ternak sapi Bali ini diharapkan dapat menurunkan pencemaran udara berupa bau yang muncul di sekitar kandang peternak, sehingga konsep THK, yang mengingatkan pada nilai keseimbangan dapat diimplementasikan dengan baik. Pain (1994) menyebutkan bahwa bau yang timbul di sekitar kandang dalam usaha peternakan merupakan masalah yang cukup serius. Lebih lanjut disebutkan bahwa bau dari kotoran ternak tersebut merupakan hasil biodegradasi kotoran ternak oleh aktivitas bakteri baik secara aerob maupun anaerob. Teknologi fermentasi merupakan metode aplikatif untuk mendukung konsep THK dalam upaya pengolahan kotoran menjadi nilai-nilai yang berguna bagi lingkungan. Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan, terbukti dari banyaknya pertanyaan yang disampaikan pada saat dilangsungkan diskusi.Faktor pendorong keberlanjutan dari program yang diperkenalkan adalah, masyarakat desa Blumbang selama ini sudah tinggi tingkat kesadarannya akan pentingnya konsep THK untuk diaplikasikan pada kegiatan rutin sehari-hari. Di samping itu, kepemilikan ternak sapi di masing-masing anggota kelompok ternak akan menjadi modal awal untuk mendukung konsep kelestarian lingkungan. Hal ini karena adanya feses dan urin yang dihasilkan ternak peliharaannya dan dikelola dengan benar akan mendukung program ipteks berbasis organik. Faktor penghambat yang mungkin ada adalah perilaku atau komitmen peternak untuk melakukan pengolahan feses dan urin dari usaha ternak sapinya sehingga menghasilkan produk yang ramah lingkungan bukan justru tidak ramah lingkungan.

4. Simpulan Dan Saran a. Simpulan Pengenalan konsep THK dan implementasinya dalam aktivitas sebagai petani ternak masyarakat

desa Blumbang telah membuka wawasan masyarakat akan konsep Tri Hita Karana yang mengutamakan keharmonisan dan keseimbangan antara ke tiga unsur (manusia, lingkungan dan Tuhan). Wawasan tentang pentingnya pengolahan feses dan urin dari usaha ternak sapinya sebagai bentuk riil dari aplikasi konsep Tri Hita Karana. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan pengabdian yang indikatornya terlihat dari tingginya tingkat keaktifan peserta diskusi selama pelatihan dan perhatian terhadap demo plot yang dilakukan oleh tim pengabdian pada msyarakat.

b. Saran Implementasi konsep Tri Hita Karana dalam kehidupan nyata masyarakat, khususnya di desa

Blumbang perlu diperluas dalam artian tidak hanya untuk kelompok peternak sapi tetapi juga totalitas rutinitas kehidupan sosial lainnya, sehingga nilai-nilai luhur Tri HitaKarana sungguh terintegrasi dan mejadi identitas budaya masyarakat.

Page 144: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

137

Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana yang telah memberikan dukungan dana Dibiayai dari Dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2012 dengan Kontrak : Nomor : 15.106/UN14/LPPM/2012 Tanggal : 10 Mei 2012. Demikian pula para peserta yang tergabung dalam kelompok peternak sapi di desa Blumbang, Kerambitan, Tabanan, serta semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini.

Daftar Pustaka[1] Dalem, A.A.G. R. 2007., Implementasi Tri Hita Karana dalam Bidang Pariwisata menuju

Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Lingkungan Hidup Bumi Lestari 7(1) : 78-84 PPLH-UNUD Denpasar

[2] Griya, I. Wayan, 2000., Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI, Penerbit Perusahaan Daerah Bali, Denpasar.

[3] Pain, B.F. 1999., Gangguan Bau yang Berasal dari Sistem Produksi Ternak. In Pollution in Livestock Production System, diterjemahkan oleh Putra, H. Penerbit IKIP Semarang Press, Semarang

[4] Sihombing, D.T,H., 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.

Page 145: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

138

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Biogas di Universitas Udayana

Tjokorda Gde Tirta Nindhia1

1Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana, kampus Bukit Jimbaran E-mail: [email protected]

AbstractThe result from development program of biogas technology in Udayana University is introduced in this article. The classical process of biogas production that previously was applied is considered to be out of date and not suitable anymore to be implemented in recent day. The improvement is done form the beginning of the process in the digester which is included observation on the growth of methanogenic bacteria, upgrading the biogas quality, biogas storage, distribution system, utilization for lighting, cooking and more even for electric generation. The digester was designed portable, able to operate in low temperature, with strong mechanical properties and corrosion resistance. The distribution was made possible by creating biogas pump powered by solar energy. The unit was completed with upgrading component that able to eliminate the impurities of biogas such as hydrogen sulfide (H2S), Carbon dioxide (CO2), and water vapor. A simple unit for biogas storage was created from compressor with is completed with special valve for this purpose. Lightning equipment and cooking equipment should be special designed for the utilization of Biogas as a fuel. A conversion system from gasoline to biogas fueled engine was provided in order to make possible of using biogas to fuel the engine. As a result of the program, the improvement of biogas technology is obtained and ready to be implemented for business unit related with biogas generation and utilization.

Key words: biogas, technology, improvement, process, system, utilization

1. Pendahuluan Teknologi biogas yang beredar dan digunakan sebagian besar masyarakat sekarang ini masih

mengunakan teknik klasik sistem drum mengambang (floating drum) yang dikenal dengan sistem India dan juga banyak digunakan dengan menggunakan sistem Cina yang biasa disebut dengan sistem kubah (fixed dome). Peningkatan kwalitas biogas(biogas upgrading) sangat jarang kita jumpai pada instalasi biogas di Indonesia, sehingga pemanfaatan biogas hanya sebatas untuk memasak.

Teknologi biogas merupakan salah satu teknik yang bermanfaat untuk pengolahan limbah peternakan dan rumah tangga dengan manfat ganda yang dapat menghasilkan energi dan juga pupuk organik. Teknologi biogas sangat bermanfaat dan tepat guna untuk dikembangkan di Indonesia yang beriklim tropis dengan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian dibidang agraris.

Grup riset industri manufaktur dan permesinan telah melakukan penelitian dan kegiatan pengabdian di bidang biogas sejak 2004. Dalam tulisan ini disampaikan berbagai keberhasilan pengembangan sistem biogas yang telah dilakukan di Universitas Udayana, Bali, Indonesia dan hasil penelitian ini sudah siap untuk diterapkan bagi unit-unit usaha yang berminat.

2. Hasil Riset Teknologi Biogas 2.1 Digester Digester adalah tempat proses anaerob dimana bakteri memproses bahan-bahan organik

dan menghasilkan biogas. Di sini diperlukan suhu yang relatih hangat (30-50oC) agar bakteri termopilik dapat menghasilkan biogas. Untuk mencapai kondisi ini kita dapat memanfaatkan energi matahari sesuai dengan Gambar 1. Penelitian awal mengenai hal ini sudah dilakukan sejak tahun 2004 di Universitas Udayana dan telah dipatenkan [1]. Selanjutnya diperkenalkan pula digester portable dengan bahan khusus terbuat dari stainless steel 304 dengan teknik las khusus sehingga ringan dan tahan dari korosi. Digester portabel ini bersifat tahan gempa dan dapat dipindah sesuai lokasi yang diinginkan. Berbeda dengan digester sistem Cina (fixed dome) yang dibuat permanen dari bahan beton. Digester sistem Cina memiliki kekurangan yaitu mudah retak jika ada gempa dan jika terjadi kebocoran sulit untuk dilakukan penambalan dan perbaikan.

Page 146: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

139

2.2 Pemilihan bakteri Metanogenik Dalam digester terjadi proses fermentasi anaerob oleh bakteri metanogenik. Jenis bakteri

metanogenik ini bermacam-macam dengan kemampuan menghasilkan gas metana yang beragam. Penelitian pemilihan jenis bakteri sangat penting dilakukan dihubungkan dengan jenis material yang digunakan untuk menghasilkan biogas. Untuk tujuan ini diperlukan alat untuk mengamati bakteri yaitu mikroskop inversi. Gambar 3(a) adalah alat untuk mengamati jenis bakteri dan Gamber 3(b) adalah bakteri berbentuk bola hasil pengamatn dengan alat ini.

Gambar 1. Rancang bangun digester denganpemanas tenaga surya [ 1]

(a)

Gambar 2. Rancang bangun digester protable

(b)

Gambar 3. (a) Mikroskop inversi untuk mengamati bakteri metanogenik .(b) Bakteri metanogenik berbentuk bola (spherical)

Page 147: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

140

2.3. Penampung biogas (biogas storage) Dari digester selanjutnya biogas disimpan dalam penampung biogas diperlukan untuk

tahap pemurnian biogas dan sudah dikembangkan penampung biogas (biogas storage) dengan menggunakan polystyrene seperti tampak pada Gambar 4. Bahan polystyrene cukup kuat dan tahan lama sebagai penampung biogas, dapat dilipat saat penyimpanan atau pemindahan.

2.4. Pompa distribusi biogas Biogas dapat didistribusikan dari penampung biogas ke berbagai alat untuk berbagai

keperluan. Untuk itu diperlukan alat untuk menyalurkan biogas. Pada digester system India tekanan diberikan uleh tabung yang mengapung, sedangkan sistem Cina, tekanan diberikan oleh tekanan yang tinggi pada bagian puncak kubah yang mengerucut. Kedua teknik tersebut memiliki keterbatasan karena pengaturan tidak bisa dilakukan secara leluasa. Sehubungan dengan ini telah diciptakan alat pompa biogas dengan penggerak dari energi surya. Energi listrik diperoleh dari tenaga surya yang disimpan dalam batere atau aki, selanjutnya bisa digunakan untuk memompa biogas (Gambar 5).

Gambar 4. Penampung biogas dari

Gambar 5. Pompa distribusi biogas

Page 148: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

141

2.5 Lampu penerangan berbahan bakar biogas Gambar 6a merupakan hasil rancang bangun lampu penerangan dengan bahan bakar biogas.

Teknik ini merupakan hasil pengembangan dari lampu petromak dengan bahan bakar minyak tanah. Lamu penerangan ini dilengkapi dengan teknologi pemantik piezoelektrik (Gambar 6b) dengan pengerak baterai sehingga aman saat penyulutan.

2.6. Kompor biogas Kompor dengan bahan bakar gas LPG tidak munkin digunakan secara langsung untuk

biogas. Rancang bangun dilakukan pada bagian pencampur (mixer) udara dan biogas. Gambar 7 merupakan kompor hasil rancang bangun yang sudah sukses dan dapat diterapkan.

2.7 Pemurnian biogas Selanjutnya untuk penggunaan lebih lanjut ke tingkat yang lebih tinggi misalnya sebagai

bahan bakar mesin, maka biogas harus dimurnikan khsusunya dari pengotor gas hidrogen sulfida (H2S). Gas H2S bersifat korosif dan dapat menghancurkan bagian-bagian utama mesin

Gambar 6. (a)Rancang bangun lampu berbahan bakar biogas (b) rancang bangun pematik listrik

Gambar 7. rancang bangun kompor

(a)

Page 149: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

142

serta amat berbahaya bagi kesehatan. Untuk itu sebelum digunakan untuk menghidupkan mesin atau sebagai bahan bakar maka kadar gas H2S dalam biogas harus dihilangkan (dezulfurisasi). Gambar 8 adalah berbagai bahan desulfurisasi yang telah sukses menghilangkan gas pengotor H2S dalam biogas [2,3,4,5,6]. Bahan bahan seperti terlihat pada Gambar 8 murah dan mudah diperoleh sehingga cocok digunakan sebagai teknologi tepat guna dalam memurnikan biogas.

Biogas juga mengandung uap air sehingga jika digunakan untuk bahan bakar mesin maka mesin akan susah dinyalakan. Untuk itu kandungan uap air harus dihilangkan. Gambar 9 merupakan paket teknologi yang telah berhasil menurunkan kadar air dalam biogas dengan menggunakan gabungan teknik kondensasi (condensation) dan penyerapan (adsorbtion). Biogas juga mengandung karbon dioksida (CO2) yang dapat dihilangkan dengan mudah dengan melewatkan biogas dalam semburan air murni (aquadestilata)

2.8. Sistem konversi mesin berbahan bakar bensin menjadi berbahan bakar biogas Mesin dengan bahan bakar biogas tidak terdapat di pasaran. Sebaliknya mesin dengan

bahan bakar bensin banyak sekali di pasaran dengan harga yang amat terjangkau. Beberapa kendala yang menyebabkan sulit untuk membuat menyediakan mesin dengan bahan bakar biogas yang dapat digunakan secara luas adalah karena kwalitas biogas yang beragam.

Gambar 8. Berbagai bahan untuk memurnikan biogas dari pengotor hidrogen sulfida (H2S)

Gambar 9. Penggabungan teknik kondensasi dan penyerapan untuk menurunkan kadar air dalam biogas

Page 150: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

143

Mesin harus didisain khusus disesuaian dengan seberapa banyak kandungan gas-gas pengotor yang terkandung di dalamnya. Untuk itu telah dikembangkan sistem konversi dari bahan bakar bensin ke bahan biogas untuk mesin pembakaran dalam, sistem 4 langkah. Gambar 10 merupakan sistem yang telah berhasil dikembangkan untuk menkonversi mesin dengan bahan bakar bensin menjadi berbahan bakar biogas. Mesin selanjutnya dapat digunakan untuk memutar generator listrik menjadi energi listrik[7].

Untuk keperluan konversi dari bahan bakar bensin ke biogas, maka harus dilakukan beberapa perubahan pada komponen mesin (Gambar 11a). Salah satunya adalah dengan meningkatkan rasio kompresi menjadi sekitar 9:1. Bagian karburator dari mesin bensin dihilangkan dan hanya bagian pencampur (mixer) udara dan gas bahan bakar yang dipakai (Gambar 11b).

Gambar 10. Skema konversi dari bahan bakar bensin ke bahban bakar biogas bagi mesin. 1. Digester, 2. desulfuriser, 3. Penampung gas pertama, 4. Kompresor tekanan rendah, 5. Pemurnian dari CO2, 6.Penampng gas kedua. 7. Dehu,idisasi, 8. Kompresor tekanan tinggi, 9. Tabung biogas, 10. Katup dengan penggerak vakum, 11. Bagian masukan udara, 12.Pencampur biogas dan udara, 13 Mesin [7]

Gambar 11. (a). Proses modifikasi mesin bensin untuk dapat digunakan memutar generator listrik dengan menggunakan bahan bakar biogas. (b). Bagian komponen karburator yang dimodifikasi. Hanya bagian pencampur (mixer) yang digunakan dengan penyesuaian lubang pemasukan gas bahan bakar

(a) (b)

Page 151: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

144

2.9 Penyimpanan Biogas Biogas dapat disimpan seperti halnya gas LPG dalam tabung gas. Proses penyimpanan ini

dapat dilakukan dengan mesin kompresor. Biogas dihisap dan dikompresikan dalam tabung (botling). Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah, biogas mengandung gas H2S yang sangat korosif terhadap tabung gas terbuat dari baja. Langkah-langkah pencegahan korosi harus dilakukan baik dengan menurunkan kadar H2S terlebih dahulu sebelum disimpan, maupun mengunakan tabung penyimpan dari bahan yang lebih tahan korosi.

2.10 Pengujian komposisi biogas dan Pengukuran Volume Biogas Komposisi biogas harus diuji sehingga diketahu berapa komposisi gas metana yang

dihasilkan. Grup riset industri manufaktur dan permesinan memiliki kelengkapan alat untuk menguji secara langsung dilapangan berapa kadar gas metana, CO2 , H2S, dan kandungan air yang terkandung dalam biogas. Gambar 12(a) adalah beberapa dari peralatan pengujian gas portabel yang siap digunakan untuk menguji langsung di lokasi digester. Alat ini juga mampu mendeteksi adanya kebocoran gas dalam instalasi biogas sehingga kebakaran dapat dihindari. Pengukuran volume amat penting baik untuk mengukur laju aliran dan juga untuk mengukur jumlah biogas yang dihasilkan atau jumlah volume biogas yang dihasilkan. Alat ukur volume meter seperti tampak pada Gambar 11b sudah tersedia pada grup riset kami.

3. Kesimpulan Penelitian kearah penelitian dan pengembangan teknologi biogas di Universitas Udayana, Bali,

Indonesia telah menghasilkan berbagai temuan yang bermanfaat pagi perkembangan teknologi biogas maju (advance biogas technology). Hasil temuan ini memungkinkan pemanfaatan biogas untuk pemakaian yang lebih bermanfaat seperti untuk menghasilkan listrik dan penggerak mesin. Teknologi pemurnian biogas menghasilkan produk yang lebih bebas dari pengotor-pengotor yang berbahaya bagi kesehatan

Ucapan Terimakasih Tulisan ini merupakan akumulasi hasil dari berbagai penelitian yang dihasilkan dari beberapa berbagai hibah penelitian seperti hibah Pengajaran dana DIPA Univ udayan 2012, hibah bantuan seminar luar negri Dikti 2012, hibah penelitian strategis nasional Dikti 2012, hibah penelitian berpotensi paten 2012, hibah bersaing Dikti 2013. Untuk itu terimakasih penulis sampaikan atas pembiayaan penelitian yang diperoleh dari hibah-hibah penelitian tersebut di atas

Gambar 12. (a). Berbagai alat ukur komposisi biogas portabel yang sudah dimilikivgrup riset kami [6] . (b). Alat ukur volume biogas [6]

(a) (b)

Page 152: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

145

References

[1] Nindhia, T.G.T., 2012, Equipment to increase rate of Biogas Production by Utilizing solar Energy, Paten Id, No paten: S 0001154

[2] Nindhia, TGT, Negara, K.M.T.N., Sucipta, I M., Surata, I W., Atmika, I K.A., Negara, D.N.K.P, 2012, Performance of Repetitive type of Biogas Desulfurizer Made from Steel Chips Waste, Proceeding of The 2nd International conference sustainable technology development, 4-5 Oktober, Bali, Indonesia

[3] Nindhia, TGT, 2012, Removal of Hydrogen Sulfide (H2S) contaminant in Biogas by Utilizing Solid Waste Steel Chips from The Process of Turning, The 21st Internatioanal Conference on Solid Waste Technology and Management, Philadelphia, PA U.S.A. March 11-14, 2012

[4] Nindhia, TGT, Negara, KMT, Sucipta, IM, Surata, IW, Atmika, IKA, Negara DNKP, Performance of Repetitive Type of Biogas Desulfurizer Made from Steel Chips Waste, Proceeding od the 2nd International Conference on Sustainable Technology Development ICSTD, October 31st 2012, Bali, ISBN 978-602-7776-06-7, udayana university press. pp M63-M69

[5] Negara, K.M.T., Nindhia, T.G.T., Sucipta, M., Atmika, K.A., Negara, D.N.K., Surata, W., and Komaladewi, A.A.I.S., 2012, Purification Biogas forms H2S impurities by utilizing Waste of Iron Chips obtained from turning process.Jurnal Energi dan manufaktur, Vol.1 No. 1, pp33-34, October

[6] Nindhia, T.G.T, Sucipta, M., Surata, I W., Atmika, I K.A., Negara, D.N.K., Negara, K.M.T., 2013, Processing of Steel Chips Waste for Regenerative Type of Biogas Desulfurizer, International Journal of Renewable energy Research, Vol.3, No.1, January.

[7] Nindhia,T.G.T., Surata,I W., Atmika, I K.A., Negara, D.N.K.P., Wardana, A.,Method on Conversion of Gasoline to Biogas Fueled Single Cylinder of Four Stroke Engine of Electric Generator, International Journal of Environment science and Development, Vol. 4, No. 3, June 2013. pp.300-303I.

Page 153: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

146

An Experimental To Investigate The Effect Nozzle Angle An Position Of Water Turbine For Obtaining Highest Rotation

Lie Jasa1 , IGA Raka Agung1, I Putu Ardana1, Ardyono Priyadi2 and Mauridhi Hery Purnomo2

1 Electrical Engineering Department,Udayana University, Bali, Indonesia 2 Electrical Engineering Department, Sepuluh Nopember Institute of Technology, Surabaya, Indonesia

E-mail : [email protected]

AbstractWater is a key issue for an alternative renewable energy source has environmentally friendly and very large potential to solve the world’s energy crisis. Water energy can be converted into mechanical energy by means a micro-hydro turbine. Therefore, the specific turbine is required to obtain the highest efficiency. This paper proposes the experimental to investigate the significant parameters for obtaining the highest efficiency turbine. These parameters, angle and position nozzle, radius, blades and rotation, are investigated by conducting experiments using mini turbine models. The angle and position nozzle is adjustable to obtain the highest speed rotation of turbine. The characteristics of the mini turbine model are explained as follows: outer radius is 0.5 m, inner radius is 0.4 m, width 0.12 m, the number of blades 32, volume 0.294 litre blades. The experiment result shows that the highest rotation is obtained by 10 degrees for nozzle position and 35 degrees for incidence angle. The best position of nozzle at blades number 2 produces the speed of turbine 68.31666667 rpm.

Keywords : Nozzle, turbine, water wheel, energy

1. Introduction The energy plays an important role for population in the world. The energy demand is significantly

increases every year but the energy resource is limited and decreases especially conventional energy. Hydropower is one of clean energy resources in the world. It is also the most reliable and effectively cost renewable energy resource among the others. Small hydropower schemes are getting increasingly popular because of its simplicity design, ease in operation, and lower environment of heavy construction in comparison to large hydropower schemes[1]. Conventional highly efficient low head hydraulic turbines, such as Kaplan, become economically unviable because of the large size of the turbine required for very low head installations, requirement of special flow control mechanism and the risk the impose on the ecology especially on fish, trash and sediment transport.[1],[2],[3].

Water wheel is a simple machine, cheap and has long been known in the community to generate the energy. Water wheels were used as a primary source of power in ancient times. Water wheels are simple machines usually made of wood or steel with blades fixed at regular interval around their circumference. The blades are pushed by the water tangentially around the wheel. The thrust produced by the water on the blades produces torque on the shaft and as result the wheel revolves.[1],[4],[5]. Four commonly used water wheels models are overshot, undershot, breast shot and stream wheels. Overshot waterwheels are driven by potential energy created by the accumulated water in the buckets of the wheel. Water flows at the top of the wheel and fills into the buckets attached on the periphery of the wheel.[1],[6],[7],[8],[9].

Research shows that turbine are technically and efficiency of 75-85% over a wide range of flow. Slow speed of rotation and large sized cells of the water wheel reduce the risk to aquatic life as well as allow better sediment transport and tolerance to floating debris.[1],[3]. Previous research on the turbine was intended to design micro-hydro turbines to produce electricity. In this present study, the researcher uses a micro-hydro plant in the village of Gambuk, Pupuan, Tabanan, Bali-

Page 154: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

147

Indonesia as the initial model of the experiment [10],[11],[12]. In this paper proposed how to get the maximum RPM of water wheels based on the influenced of the position nozzle and the incidence nozzle.

2 The overshot water wheel model 2.1. Hydraulics power theory Theorem of water flow is used to determine the amount of energy that can be generated

from the flowing water. The total extractable hydraulic power from the flowing water is given by the expression of Pin = ρ x g x Q x H, where Pin is the hydraulic power input to the wheels (W), ρ is the density of water (kg/m3), g is the acceleration due to gravity (9,81m/s2), Q is the volumetric water flow rate (m3/s) and H is the difference in total energy line upstream and downstream of the wheel (m). The angular velocity ω (rad/s) of the wheels is calculated from the number of revolutions N at the given load in revolutions per minute (RPM) of the wheel as : ω = 2 x π x N/60. The shaft torque τ (Nm) is the product of the force F of water striking the blades of the water wheel (N) and the moment arm length (m) which, in this case, is the radius of the pulley r. Force is equal to the differences in the mass obtained from the two load cells time the acceleration due to gravity. τ = m x g x r. Subsequently the mechanical power output Pout available at the wheel shaft is determined from the measured torque τ and the corresponding angular speed of the wheel ω as : Pout = ω x τ = 2 x π x N x τ/60. by calculating the power of output and input, the mechanical efficiency η of the wheel is therefore : η = Pout / Pin x 100%

2.2 Overshot water wheel prototype Water wheels model is created specially to variety of the nozzle position and the angle

nozzle that can be adjusted mechanically. This model is different from the water wheel of real installation. Water wheel model is planned rotating clockwise direction with 32 blades and 11.25o space of blades. The blades shape is triangular and placed around circumference wheel. The position of arm nozzle is variety multiples 11.25o and The blades of wheel are marked of numbers 1 through 17. The actually we changed the magnitude of β angle value. The arm nozzle is made longer than the radius of wheels.

The overshot water wheel consists of acrylic of cylindrical hub of 50 cm diameter and 12 wide on to which 32 triangular blades have been fastened. Blades are made of right-angle triangle with base and high size 7,5 cm. Length of nozzle 8 cm fixed on top of waterwheel. The water that is flowing into the water wheel is supplied by Universal pump. Wheel is placed in the middle of a pair of pillow and wheels spin together with the axle. Details of the overshot water wheel model are shown in Figure 2.

Page 155: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

148

Figure 1. Overshot water wheel nozzle angle design

Figure 2. Overshot water wheel nozzle angle outline

Page 156: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

149

Figure 3. Overshot water wheel nozzle angle model

2.3. Nozzle angle position

The magnitude angle value of β is changing to according change of arm nozzle position, the range of magnitude of β angle is less than 90o. Nozzle position is always on the top of wheel and nozzle direction is always toward into wheel blades. The design of the position arm nozzle is shown in Figure

Figure 4. The position of arm nozzle

2.4. Nozzle angle position

Page 157: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

150

The length of arm nozzle must be the longer than radius of the wheel. The nozzle position is always outside of radius of the wheel and centre point wheel the same with point butt of nozzle arm. The angle α is the angle between arm nozzle with the nozzle itself. The magnitude of value angle α is such as -10o, 0o, 10o and 20o. Range of angle α is α < 90° and the nozzle direction always toward into the blades of wheel.

Figure 5. Position of nozzle engles

3. Experiment Result The arm nozzle can be occupied the position at P1 until P17.The angle of arm nozzle is

increased every 5o with midpoint at P9 (angle 0o). Figure 4 shows that from the mid point to right the negative sign and to left the positive sign. The experiments were performed by placing the arm nozzle at point P1, nozzle in a parallel position with the arm nozzle. The system is run, if the wheel is spinning observed and RPM measured with tachometer. According results of observation of wheel, The wheel does not rotate at position P1, P2, P3, P4. Wheel starts to spinning at P5 with the RPM 40.758 until 58.425 RPM at P16. The graph results of measurement RPM of the position of angle Nozzle is shown in Figure 6.

Figure 6. The RPM of water wheel based on position nozzle Conditions M3 shows the active area of the water wheel running is at position P1 until P14. The

highest RPM Conditions is M3 at 0.60691 (P14), and the lowest at P1 with RPM 32.791.Conditions

Page 158: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

151

M5 shows the active region of the waterwheel is in position P1 until P13, produces the highest RPM about 51.4166 (P12), and the lowest RPM at P1 with RPM 38.8666.Conditions M7 shows that the water wheel spinning with the active region from position P1 until P11, with a peak of RPM 38 008, and the bottommost of 32,241 at P3. This suggests that the waterwheel spins faster when the position of nozzle placed on position at P10, P11, P12, P14, P15 and P16, and the best condition is at position P15 resulted RPM about 68.3166.

Experiments with the angle nozzle, by placing the arm of nozzle on the position angle nozzle arm at P1 until P17. The next step is adjusted the value of angle nozzle between the nozzle arm with the nozzle itself each angle -10o, 0o, 10o, 20o. nozzle position on top of blades with angle nozzle the same with 0o is meaning the nozzle and nozzle arm is parallel. The next step is repeated for a junction angle 10o, 10o, 20o. The measurement of the RPM results with change the angle nozzle can be seen in Figure 7.With the turbine width 12 cm, length of nozzle 8 cm and variety of angle nozzle with -10o, 0o, 10o and 20o, the RPM measurement of water wheels is shown in figure 7. The principle in this experiment is measurement RPM of water wheel is base on the changes of the magnitude of angle nozzle. Measurement of the angle -10o , will be produces the highest RPM at 79.1333 and the lowest at 22,458. The change of the nozzle angle affects significantly on P13 until P17. The results of the experiment of the change of the nozzle angle is influence significant of the RPM of water wheel only occur at an angle 20o until 35o. Detail is shown at Figure 8.

Figure 7. The RPM of weterwheel base on nozzle angles

Figure 8. RPM of overshot water wheel nozzle angle position

Page 159: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

152

4. Conclusion The RPM of water wheel is produced increase when nozzle position at the range of angle 5o

until 35o. The highest RPM of water wheels is obtained at 68.316667 at position angle 30o (P15) or at blades number 2. The highest average RPM of the water wheel is at 45.44643 obtained at nozzle angle 10o position (P11). This indicates that the waterwheel is installed on the location, the position of nozzle can be set that the waterwheel produces RPMs closer to the maximum. The changes of nozzle direction is resulted the highest of RPM at 79.13333 at an angle of 35o (P15) at nozzle angle at -10o .

Acknowledgements The Authors convey gratitude to the Ministry of Culture and Education, Indonesia, who has provided

scholarships through the program BPPS and the research grant Unggulan Udayana BOPTN 2013.

References[1] S. Paudel, N. Linton, U. C. E. Zanke, and N. Saenger, “Experimental investigation on the effect

of channel width on flexible rubber blade water wheel performance,” Renewable Energy, vol. 52, pp. 1–7, Apr. 2013.

[2] T. Sakurai, H. Funato, and S. Ogasawara, “Fundamental characteristics of test facility for micro hydroelectric power generation system,” presented at the International Conference on Electrical Machines and Systems, 2009. ICEMS 2009, 2009, pp. 1 –6.

[3] L. Wang, D.-J. Lee, J.-H. Liu, Z.-Z. Chen, Z.-Y. Kuo, H.-Y. Jang, J.-J. You, J.-T. Tsai, M.-H. Tsai, W.-T. Lin, and Y.-J. Lee, “Installation and practical operation of the first micro hydro power system in Taiwan using irrigation water in an agriculture canal,” in 2008 IEEE Power and Energy Society General Meeting - Conversion and Delivery of Electrical Energy in the 21st Century, 2008, pp. 1 –6.

[4] A. Zaman and T. Khan, “Design of a Water Wheel For a Low Head Micro Hydropower System,” Journal Basic Science And Technology, vol. 1(3), pp. 1–6, 2012.

[5] G. Muller, Water Wheels as a Power Source. 1899.[6] M. Denny, “The Efficiency of Overshot and Undershot Waterwheels,” European Journal of

Physics, vol. 25, pp. 193–202, 2003.[7] K. H. Fasol, “A short history of hydropower control,” IEEE Control Systems, vol. 22, no. 4, pp.

68 – 76, Aug. 2002.[8] L. A. HAIMERL, “The Cross-Flow Turbine.”[9] C. A. Mockmore and F. Merryfield, “The Banki Water Turbine,” Bulletin Series no.25, Feb. 1949.[10] L. Jasa, P. Ardana, and I. N. Setiawan, “Usaha Mengatasi Krisis Energi Dengan Memanfaatkan

Aliran Pangkung Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Alternatif Bagi Masyarakat Dusun Gambuk –Pupuan-Tabanan,” in Proceding Seminar Nasional Teknologi Industri XV, ITS, Surabaya, 2011, pp. B0377–B0384.

[11] L. Jasa, A. Priyadi, and M. Hery P, “PID Control for Micro Hydro Power Plants Base on Neural Network,” in Proceding Modeling, Identification and Control (AsiaMIC 2012), Phuket, Thailand, 2012.

[12] L. Jasa, A. Priyadi, and M. H. Purnomo, “Designing angle bowl of turbine for Micro-hydro at tropical area,” in 2012 International Conference on Condition Monitoring and Diagnosis (CMD), Sept., pp. 882–885.

Page 160: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

153

Dampak Program Pengembangan Kecamatan dalam Mengentaskan Kemiskinan di Provinsi Bali

Ni Wayan Sri Astiti 1, I Ketut Budi Susrusa1, I Made Antara1

1 Fakultas Pertanian, Universitas UdayanaE-mail: [email protected]

Abstract

Since 1998 the government has implemented a program referred to as ‘Program Pengembangan Kecamatan (PPK)’ [District Development Program) to overcome poverty. Through this program the government has granted Rp. 500 million and Rp. 1 billion as what is referred to as block grant to every district. Therefore, it is necessary to explore to what extent the success of the program has been. In relation to that, the present study was intended to (1) analyze the physical and economic impacts of PPK; (2) identify what impeded the program. The study was conducted in Buleleng Regency, Karangasem Regency, and Bangli Regency. The sample of the study included the female members of local credit unions who were simply determined. The respondents were randomly determined, totaling 5 from every local credit union. The data were descriptively and qualitatively analyzed. The results of the study showed that the program physically affected the development of the supporting economic, educational, and health facilities and infrastructure. It was identified that, physically, in 2008 it gave a 16.59% contribution to the total length of streets, a 27.20% contribution to the development of all units of the traditional markets, an 11.69% contribution to all units of the elementary school buildings, and an 18.43% contribution to all units of the public health centers. Economically, it was identified that the productive economic businesses and the rolling capital grew positively. The rolling capital, as part of the program, would enable the women to free themselves from poverty. Facilities and infrastructure, education, health and economy were identified to impede the program. It is suggested that the empowerment of society through the PPK Program, which is popularly referred to as ‘Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) [the National Program of the Empowerment of Independent Rural Communities] should be continued as its programs intended to improve the physical facilities and infrastructure, education, health and economy have positively affected the rural communities), meaning that it has been indirectly able to overcome poverty.

Keywords: PPK, overcoming poverty, physical and economic impact.

1. Pendahuluan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia

untuk menanggulangi kemiskinan di daerah perdesaan. Di akhir Januari 2007, pemerintah meluncurkan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), sekaligus instrumen untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Program ini merupakan perluasan cakupan dua program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat yaitu program pengembangan kecamatan (PPK) dan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) yang mana keduanya dilaksanakan di tahun 2007. Direncanakan tahun 2008, PNPM akan diperluas sedikitnya menjadi lima, yaitu: (1) PPK, (2) P2KP, (3) program pengembangan daerah tertinggal dan khusus (P2DTK), (4) pengembangan infrastruktur dan sosial ekonomi wilayah (PISEW), dan (5) program kelompok usaha bersama (KUBE).

PPK sejak tahun 1998 telah dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD). Program ini dibiayai dengan alokasi anggaran pemerintah, hibah dari donor, dan dana pinjaman dari Bank Dunia. PPK memberikan block grant sebesar antara Rp. 500 juta dan Rp. 1 milyar kepada kecamatan. Sasarannya adalah kecamatan miskin di seluruh Indonesia

Page 161: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

154

dan dilaksanakan di 30 dari 33 propinsi yang ada di Indonesia, termasuk di Provinsi Bali. Pada Agustus 2006, Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa PPK akan diperluas hingga mencakup seluruh Indonesia pada 2009, dan akan menjadi program nasional utama untuk memberantas kemiskinan bagi pemerintah yang berkuasa saat ini. Setelah hampir lima tahun berjalan (2003-2009), tentunya program ini sudah dapat menunjukkan dampak dalam meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di Provinsi Bali.

Pembangunan di Provinsi Bali didasarkan pada bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas, pengembangan sektor pariwisata dengan karakter kebudayaan Bali dan sektor industri kecil dan kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata. Kebijakan prioritas tiga sektor ini, menurut terminologi Nurkse, 1953 (dalam Yotopoulos dan Nugent, 1976) dapat digolongkan ke dalam pertumbuhan seimbang, yakni ada keterkaitan penawaran dan permintaan antara satu sektor dengan sektor lainnya, atau pengembangan sektor-sektor itu dapat menciptakan permintaan mereka sendiri. Dalam usaha mencapai tujuan pembangunan ekonomi, berbagai macam program dan proyek diluncurkan oleh pemerintah.

Program pemberdayaan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) idealismenya merupakan alat yang cukup penting untuk mewujudkan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan bagi masyarakat perdesaan di Indonesia dalam tiga hal sekaligus, yaitu: menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengentaskan kemiskinan melalui berbagai macam kegiatan sarana dan prasarana, Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Dengan demikian semakin terbukanya masyarakat terhadap akses jasa keuangan yang berkelanjutan melalui kelembagaan UPK (Unit Pengelola Kegiatan) di mana hal itu merupakan prasyarat bagi para pengusaha mikro dan masyarakat desa umumnya untuk meningkatkan kemampuan usaha dan keluarga miskin dalam mengurangi kerentanan hidup terhadap musibah dan permasalahan ekonomi, serta untuk meningkatkan penghasilan mereka. Apabila ditunjang dengan berbagai macam sarana dan prasarana yang mereka butuhkan untuk mempermudah aktivitas mereka. Selain itu masyarakat sebagai pelaku PPK telah dipersiapkan dan dibekali dengan berbagai macam pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka dalam merencanakan, melaksanakan dan melestarikan hasil-hasil dari PPK di setiap lokasi sasaran.

Melalui ungkapan sebelumnya tampak bahwa sebenarnya ekonomi perdesaan sangatlah potensial, namun selama ini belum disentuh dengan tepat, maka akibatknya banyak proyek di perdesaan hanya meninggalkan bekas atau sisa-sisa proyek yang tidak lagi dapat digunakan. Sebaliknya apabila ekonomi perdesaan disentuh dengan tepat, maka roda ekonomi pedesaan akan menggeliat tumbuh dan berkembang. Kesadaran untuk membangun dirinya mulai terlihat dengan hadirnya PPK di kecamatan yang ada di Provinsi Bali.

Berdasarkan uraian sebelumnya dan permasalahan yang dirumuskan, maka urgen dilakukan pengkajian “Dampak Program Pengembangan Kecamatan dalam Mengentaskan Kemiskinan di Provinsi Bali”untuk menemukan solusi. Setelah beberapa tahun berjalan program PPK di Indonesia umumnya dan di Provinsi Bali khususnya, maka muncul permasalahan dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut:1. Bagaimanakah dampak fisik Program Pengembangan Kecamatan (PPK), khususnya

peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana fisik di Provinsi Bali?2. Bagaimanakan dampak ekonomi Program Pengembangan Kecamatan (PPK), khususnya

dampak Unit Ekonomi Produksi (UEP) dan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam mengentaskan kemiskinan di Provinsi Bali?.

3. Adakah kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi Program-Program Pengembangan Kecamatan di Provinsi Bali?

Page 162: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

155

2. Metode Penelitian Lokasi penelitian di Provinsi Bali yang mencakup tiga kabupaten dan 20 Kecamatan tertinggal,

masing-masing yaitu Kabupaten Bangli meliputi empat kecamatan yaitu Susut, Bangli, Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada, Bulelng, Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula. Sedangkan Kabupaten Karangsem Meliputi delapan kecamatan yaitu Rendang, Sidemen, Manggis, Karangasem, Abang, Bebandem, Selat dan Kubu.

Pemilihan wilayah tertinggal didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu, (1) Wilayah tertinggal (kabupaten dan kecamatan) adalah wilayah relatif kurang berkembang, yaitu tingkat aksesibilitas yang rendah terhadap pusat-pusat pertumbuhan, tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah ditandai oleh masyarakat yang tergolong masyarakat prasejahtera atau miskin, tingkat pelayanan sosial dan fasilitas umum rendah seperti tingkat pelayanan kesehatan, dan secara geografis terletak di pedalaman, pegunungan, pesisir pantai dan pulau-pulau kecil dengan jumlah penduduk yang terbatas dengan dominansi mata pencaharian di bidang pertanian skala kecil, dan bidang perikanan laut skala kecil, sehingga sulit menerima budidaya luar yang mengakibatkan penguasaan teknologi rendah. (2) Berdasarkan daftar penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang disiarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, di kecamatan-kecamatan tertinggal penerima BLT lebih banyak dari pada kecamatan tidak tertinggal. Ini mengindikasikan bahwa di Kecamatan tertinggal masyarakatnya kebanyakan prasejahtera/miskin. (3) Melalui monitoring dan evaluasi PPK di kabupaten dan kecamatan tertinggal.

Pengambilan data dengan wawancara terstruktur, wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Populasi kelompok adalah jumlah kelompok simpan pinjam perempuan di tiap kabupaten tertinggal. Populasi individu adalah kaum perempuan anggota kelompok simpan pinjam perempuan di setiap sampel kelompok simpan pinjam perempuan, yang diambil menggunakan metode acak sederhana, dengan jumlah 5 orang tiap kelompok, sehingga jumlah responden 100 orang. Jumlah ini dianggap representasi dari populasi individu di kelompok tersebut.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode before and after program. Jika ada perbedaan positif antara before and after program, berarti program tersebut menimbulkan dampak positif terhadap wilayah dan masyarakat yang menjadi subjek dan objek program. Sebaliknya jika perbedaan before and after bernilai negatif, maka program tersebut menimbulkan dampak negatif atau merugikan masyarakat yang menjadi subjek dan objek program. Metode lain yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif yaitu memberikan makna atau ulasan terhadap data kuantitaif, sehingga mampu memberikan gambaran (deskripsi) terhadap data yang ditampilkan.

3. Pembahasan3.1. Karakreristik Responden

Pendidikan dan pekerjaan responden anggota kelompok simpan–pinjam disajikan pada Tabel 5 Tingkat pendidikan responden di Kabupaten Buleleng relative lebih baik dibandingkan responden di dua kabupaten lainnya dimana sebanyak 80% responden di Kabupaten Buleleng. Sedangkan, di Kabupaten Karangasem dan Bangli, masing-masing hanya 40% dan 20% yang tamat SMA. Berdasarkan pekerjaannya, responden di Kabupaten Bangli dan Buleleng lebih homogeny dibandingkan di Kabupaten Karangasem. Seluruh responden di Kabupaten Bangli dan Buleleng masing-masing bekerja sebagai penganyam dan pedagang. Di Kabupaten Karangasem, sebanyak 80% melakukan usaha pembibitan dan sisanya sebanyak 20% bekerja sebagai pedagang. Tampaknya hanya sedikit responden yang pekerjaannya berkaitan dengan pekerjaan suami mereka. Hal seperti itu hanya tampak di Kabupaten Bangli dan Buleleng. Di Kabupaten Bangli, sebanyak 20% pekerjaan suami sama seperti yang dikerjakan responden yaitu menganyam, sedangkan di kabupaten Buleleng sebanyak 40% pekerjaam suami sama

Page 163: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

156

seperti yang dikerjakan responden. Di Kabupaten Karangasem pekerjaan suami sama sekali tidak berkaitan dengan pekerjaan responden.

Besarnya keluarga responden di keempat lokasi penelitian tidak begitu besar seperti umumnya keluarga di Bali yaitu rata-rata berkisar antara 4,2 – 4,8 orang. Ini membuktikan bahwa program keluarga berencana sedemikian berhasil di Bali dimana konsep keluarga kecil telah memasyarakat, walaupun kegiatan program KB yang dipromosikan pemerintah pada beberapa tahun terakhir tidak seintensif seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 5

Pendidikan dan Pekerjaan Responden

1 Pendidikan (%) 100 100 100

a. SD (%) 60 20 0

b. SMP (%) 20 40 20

c. SMA (%) 20 40 80

d. Akademi/PT (%) 0 0 0

2 Pekerjaan Utama (%) 100 100 100

a. Menganyam (%) 100

b. Pengrajin (banten) (%)

c. Penjahit (%)

d. Dagang (%) 20 100

e. Usaha pembibitan (%) 80

3 Pekerjaan Suami (%) 100 80 80

a. Buruh (%) 80

b. Kerajinan (menganyam) (%) 20

c. PNS/pensiun (%) 20

d. Buruh (%) 20

e. Sopir (%)

f. Tukang (%)

g. Petani (%) 60

h. Dagang (%) 40

i. Karyawan Swasta (%) 20

No. Karakteristik Status Bangli Karangasem Buleleng

Page 164: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

157

3.2. Dampak Fisik Program Pengembangan Kecamatan di Provinsi Bali Mengukur dampak (impact) dapat dilakukan secara kuantitatif inferensia seperti halnya

mengukur dampak pada model input-output Leontief atau ekonometrika, tetapi juga dapat dilakukan secara kuantitatif deskriptif, yaitu mengukur pertambahan kuantitas dari sebelum dan sesudah (before and after) adanya program atau dengan dan tanpa (with and without) adanya suatu program. Namun dalam penelitian digunakan metode kuantitatif deskriptif yaitu mengukur pertambahan dari sebelum dan sesudah adanya program PPK setiap tahun, baik berwujud pertambahan kuantitas sarana dan prasarana, maupun berwujud pertambahan aktivitas ekonomi. Pengukuran dampak fisik dilakukan dengan melihat kontribusi kegiatan pengembangan prasarana penunjang perekonomian, pendidikan, dan kesehatan selama tahun 2003-2008. Kontribusi kegiatan pengembangan yang dimaksud adalah perbandingan unit fisik yang telah dikerjakan baik pembangunan maupun rehabilitasi dengan keseluruhan unit yang tersedia pada tahun 2008.

Dampak Fisik Bidang Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dikembangkan melalui Program Pengembangan Kecamatan

(PPK) tidak hanya untuk menunjang kegiatan perekonomian tetapi juga untuk menyediakan kebutuhan dasar masyarakat. Sejak tahun 2003 sampai tahun 2008 sarana dan prasarana yang dikembangkan adalah: jalan, jembatan, pasar, air bersih, saluran irigasi/drainase, MCK , dan talud.

Dampak fisik yang diukur pada pengembangan sarana dan prasarana penunjang perekonomian masyarakat adalah pengerasan jalan baik dengan cara perabatan/pembetonan maupun pengaspalan dan pengembangan pasar. Kontribusi pengembangan jalan melalui PPK tampak paling besar di kabupaten Buleleng yang mencapai 38,93% dari seluruh panjang jalan yang ada. Selanjutnya, disusul berturut-turut di Kabupaten Karangasem sebesar 14,66%, dan Kabupaten Bangli sebesar 8,64%. (Tabel 6). Rata-rata kontribusi kegiatan PPK di tiga kabupaten untuk pengembangan jalan adalah sebesar 20.74%.

Tabel 6

Dampak Fisik PPK Terhadap Pengembangan Jalan Selama 2003-2008

No Kabupaten Status dan panjang Jalan a) T o t a l(km)

Pengem-bangan(km)

Kontribusi(%)Jalan

Negara (km)

Jalan Prov (km)

Jalan Kabupaten

(km)

1 Buleleng 155.56 105.90 878.19 1139.65 443.68 38.93

2 Bangli - 149.84 478.56 628.40 54.30 8.64

3 Karangasem 76.24 170.22 654.47 900.93 132.12 14.66

Rata-rata 20.74 Sumber: a) Bali dalam Angka 2009

Pengembangan pasar sebagai salah satu kegiatan yang dipilih pada PPK sangat tepat. Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, pasar berfungsi memfasilitasi terjadinya transaksi barang yang pada gilirannya sangat membantu menggerakkan aktivitas perekonomian

Page 165: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

158

masyarakat. Kegiatan pengembangan pasar melalui PPK dilakukan dengan membangun dan merahabilitasi bangunan pasar. Selama tahun 2003-2008 telah dilakukan pengembangan pasar sebanyak 12 unit di kabupaten Bulelng, 13 unit di Kabupaten Bangli, 6 unit di Kabupaten Karangasem. Dilihat dari kontribusi pengembangan pasar melalui PPK terhadap jumlah pasar yang ada pada tahun 2008 tampak bahwa kontribusi terbesar adalah di Kabupaten Bangli yang mencapai 39,39%. Selanjutnya disusul secara berurutan di kabupaten karangasem sebesar 33,33%, dan Kabupaten Buleleng sebesar 14,63% (Tabel 7). Rata-rata kontribusi kegiatan PPK di empat kabupaten untuk pengembangan pasar adalah mencapai 29.12

Tabel 7Dampak Fisik PPK Terhadap Pengembangan Pasar, 2003-2008

No. Kabupaten Jumlah Pasar Umum

Pengembangan Kontribusi(%)Bangunan Rehab Jumlah

1 Buleleng 82 10 2 12 14.63

2 Bangli 33 11 2 13 39.39

3 Karangasem 57 4 15 19 33.33

Rata-rata 29.12

Dampak Fisik Bidang Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan yang dikembangkan pada PPK meliputi pembangunan

gedung sekolah, rehabilitasi gedung sekolah, bantuan beasiswa, pengadaan alat-alat pendidikan, paket pendidikan, pelatihan keterampilan, dan bantuan honor tak tetap. Sepanjang 2003-2008 telah dikerjakan kegiatan membangun dan merehabilitasi gedung sekolah sebanyak 146 di Kabupaten Buleleng, 14 di Kabupaten Bangli, 8 di Kabupaten Klungkung, dan 4 di Kabbupaten Karangasem. Dampak fisik kegiatan pengembangan prasarana dan sarana pendidikan yang diukur dari kontribuasinya terhadap jumlah gedung sekolah yang ada pada tahun 2008 paling besar di Kabupaten Buleleng yaitu sebesar 20,33%. Selanjutnya disusul secara berurutan di Kabupaten Bangli sebesar 10,18%, dan Kabupaten Karangasem sebesar 1,47% (Tabel 8). Rata-rata kontribusi kegiatan PPK di empat kabupaten untuk pengembangan penunjang pendidikan adalah sebesar 10.66%.

Tabel 8Dampak Fisik PPK Terhadap Pengembangan Sekolah, 2003-2008

No. KabupatenJenis Sekolah Jum-

lah Memba-ngunan Mere-hab Jum-lah KontribusiTK SD SMP SMA

1 Buleleng 76 529 69 44 718 10 136 146 20.33

2 Bangli 63 163 34 15 275 14 14 28 10.18

3 Karangasem 57 365 34 21 477 3 4 7 1.47

Rata-rata 10.66

Page 166: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

159

Dampak Fisik Bidang Kesehatan Kegiatan pengembangan prasarana dan sarana penunjang kesehatan yang dikerjakan

melalui PPK dianataranya adalah membangun dan merehabiltasi gedung kesehatan, pelayan kesehatan posyandu, dan kegaiatn dalam bidang kesehatan lainnya. Selama tahun 2003-2008 telah dilakukan kegiatan membangun dan merehabilitasi gedung kesehatan sebanyak 4 buah di Kabupaten Buleleng, 2 buah di Kabupaten Bangli, dan 4 buah di kabupaten Karangasem.

Dampak fisik kegiatan pengembangan pada PPK pada penyediaan sarana dan prasarana kesehatan selama tahun 2003-2008 yang diukur dari kontribusi kegiatan membangun dan merehabilitasi gedung kesehatan terhadap jmlah Puskesmas yang ada pada tahun 2008 terbesar di Kabupaten Karangasem yaitu sebesar 33,33%. Selanjutnya disusul berturut-turut di Kabupaten Buleleng sebesar 22,22% dan di Kabupaten Bangli 18,18%. Rata-rata kontribusi kegiatan PPK di empat kabupaten untuk pengembangan penunjang kesehatan adalah sebesar 18,43% (Tabel 9).

Tabel 9.Dampak Fisik PPK Terhadap Pengembangan Puskesmas, 2003-2008

No. Kabupaten Jumlah Puskesmas

Membangun dan Merehab Gedung

Kontribusi (%)

1 Buleleng 18 4 22.22

2 Bangli 11 2 18.18

3 Karangasem 12 4 33.33

Rata-rata 18,43

3.3. Dampak Ekonomi Program Pengembangan Kecamatan di Provinsi Bali Program ekonomi adalah salah satu dari beberapa program PPK, yang bertujuan

meningkatkan aktivitas ekonomi di pedesaan melalui penyaluran dana bergulir untuk modal Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP). Dana untuk kelompok ini kemudian dibagi rata kepada anggota kelompok sebagai modal usaha produktif, seperti modal berdagang canang, modal pembibitan tanaman, modal beternak, dsb. Diharapkan dari modal yang digulirkan ini, akan tercipta banyak usaha produktif terutama di kalangan kaum perempuan di daerah pedesaan. Tentunya tujuan akhir dari program bidang ekonomi ini tidak hanya menyalurkan dana bergulir kepada kaum perempuan, tetapi yang lebih penting adalah timbulnya dampak positif dari program ini berupa terciptanya aktivitas ekonomi produktif dan adanya peningkatan modal.

Dari tioga kabupaten tertinggal yang menjadi wilayah penelitian, diambil secara acak satu kecamatan tertinggal di tiap kabupaten tertinggal, dan satu kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) pada setiap kecamatan yang terambil sebagai sampel kecamatan tertinggal. Dari empat kelompok SPP di empat kecamatan dan empat kabupaten tertinggal, program ekonomi SPP menimbulkan dampak positif bagi keempat kelompok SPP tersebut, yang ditunjukkan oleh adanya peningkatan modal sebesar Rp 58.090.000,- atau meningkat rata-rata per tahun sebesar 13,20%, dari modal awal sebesar Rp 110.000.000,- menjadi Rp 168.090.000,- tahun 2009 (Tabel 10). Ketika ditanyakan persepsi mereka terhadap program ekonomi dana bergulir PPK kepada ketua kelompok, hampir semuanya mengatakan bahwa kelompok merasakan manfaat

Page 167: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

160

dari dana ini, dan program PNPM Mandiri ini sangat membantu meneruskan usaha kelompok. Dari pengakuan para ketua kelompok yang mewakili populasi kelompok SPP di empat kabupaten tertinggal, dapatlah dijeneralisasi bahwa program ekonomi PPK telah menimbulkan dampak positif dalam menciptakan aktivitas ekonomi dan meningkatkan pendapatan anggota SPP, yang berarti secara tidak langsung mengentaskan mereka dari kemiskinan.

Tabel 10

Dampak Ekonomi Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Provinsi Bali, 2009 (dalam ribuan)

No Kabu-paten Keca-matan Kelompok SPP

Modal Awal (Rp)

Saldo s.d Akhir 2009 (Rp)

Pening-katan Modal

Pertumbuhan/ thn (%)

Keterangan

1 Bangli(mulai 2005)

Susut Naga Sari 60.000 107.367 47.367 19,74 Kelompok merasa-kan manfaat dari dana ini

2 Karang-asem(mulai 2004)

Rendag Langlang Buana

30.000 33.800. 3.800 2,53 Program PNPM Mandiri ini sangat membantu meneruskan usaha kelompok

3 Buleleng (mulai 2006)

Buleleng Rama Sinta I

10.000 12.949. 2.949. 9,83 Kelompok merasakan manfaat dari dana ini

Bali 100.000. 154.116. 54.116. 13,20

Dampak program ekonomi PPK tidak hanya dapat diukur secara kelompok, tetapi dapat diukur secara individu anggota kelompok SPP. Dengan mengambil sampel secara acak sebanyak 5 orang anggota pada setiap SPP sampel, maka akan dapat diketahui dampak ekonomi program PPK. Dari 20 sampel anggota kelompok SPP di empat kabupaten tertinggal, maka dana yang digulirkan oleh PPK sebesar Rp 32.500.000, dan sekitar 4 tahun telah berkembang menjadi Rp 54.095.000, atau meningkat sebesar Rp 21.595.000, atau meningkat sebesar 16,61% per tahun. Semua anggota kelompok sampel mengaku bahwa dana bergulir ini bermanfaat sebagai modal usaha kecil-kecilan (Tabel 11).

Di Kabupaten Bangli modal bergulir sebesar Rp 1.000.000 per anggota dipergunakan untuk usaha anyaman, dengan tingkat pertumbuhan modal sebesar 12,5% per tahun. Di Kabupaten Karangasem modal bergulir sebesar Rp 3.500.000,- per anggota, semua anggota sebesar rata-rata 3,43% per tahun. Di Kabupaten Buleleng modal bergulir sebesar Rp 1.000.000,- per anggota, semua anggota mempergunakannya untuk usaha dagang, dengan tingkat pertumbuhan modal rata-rata 16,61% per tahun (Tabel 11).

Page 168: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

161

Tabel 11Dampak Program Pemberdayaan Kecamatan Terhadap Ekonomni Rumahtangga Individu

di Provinsi Bali, 2009 (Dalam Ribuan)

Kabupaten No. Nama Responden

Modal Pinjaman

Pengguna-an Modal

Saldo s.d Akhir 2009 (Rp juta)

Peningkatan Modal

Pertumbuhan per tahun (%)

Persepsi

Bangli(mulai 2005)

1 Ni Wayan Sutari 1.000 menganyam 1.500 500 12,5 bermanfaat

2 Ni Ketut Menuh 1.000 menganyam 1.500 500 12,5 bermanfaat

3 Ni Wayan Indrawati

1.000 menganyam 1.500 500 12,5 bermanfaat

4 Ni Ketut Mariati 1.000 menganyam 1.500 500 12,5 bermanfaat

5 Ni Wayan Marianti

1.000 menganyam 1.500 500 12,5 bermanfaat

SubTotal 5.000 7.500 2.500 12,5

Karangasem(mulai 2004)

1 Ni Wayan Murniati

3.500 Pembibitan kayu mahoni

4.100 600 3,43 sangat bermanfaat

2 Ni Nyoman Jati 3.500 Pembibitan kayu mahoni

4.005 505 2,89 sangat bermanfaat

3 Ni Nengah Suta 3.500 Pembibitan kayu mahoni

4.400 900 5,14 sangat bermanfaat

4 Ni Luh Putu Srinadi

3.500 Pembibitan kayu mahoni

4.200 700 4,00 sangat bermanfaat

5 Ni Wayan Suarmi

3.500 Pembibitan kayu mahoni

4.250 750 4,29 sangat bermanfaat

SubTotal 17.500 20.955 3.455 3,43

Buleleng(mulai 2006)

1 Ketut Sukaratih 1.000 usaha dagang 1.700 700 23,33 bermanfaat

2 Rusmayani 1.000 usaha dagang 1.900 900 30,00 bermanfaat

3 I Gst Ayu Kt. Sumerai

1.000 usaha dagang 1.700 700 23,33 bermanfaat

4 Sariasih 1.000 dagang 1.700 700 23,33 bermanfaat

5 Rasmini 1.000 dagang 1.800 800 26,67 bermanfaat

SubTotal 5.000 8.800 3.800 25,33

Berdasarkan sampel anggota kelompok SPP penerima dana bergulir PPK, dapatlah dijeneralisasi bahwa dampak ekonomi dana bergulir PPK kepada anggota SPP di tiga kabupaten tertinggal adalah positif, ditunjukkan oleh digunakannya dana bergulir tersebut untuk usaha-usaha ekonomi produktif, adanya pertumbuhan positif dari modal bergulir tersebut, dan diakuinya oleh anggota SPP bahwa dana bergulit tersebut sangat bermanfaat bagi mereka sebagai pemenuhan dari kekurangan modal usaha. Program dana bergulir ini secara tidak langsung akan membantu mengentaskan keluarga-keluarga kaum perempuan dari kemiskinan.

Page 169: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

162

Tentunya modal usaha yang lebih besar dari Rp 1.000.000 kepada setiap anggota sangat diperlukan, karena akan dapat memperbesar usaha mereka. Apalagi akhir-akhir ini harga-harga melambung naik, sehingga modal usaha Rp 1.000.000 sangatlah kecil nilainya. Karenanya, di tahun-tahun mendatang pengelola PPK hendaknyaa memperbesar dana bergulir untuk setiap anggota SPP, sehingga usaha produktif yang dibuat dan dikembangkan menjadi lebih besar, volume produksi menjadi lebih besar, dan tambahan pendapatan yang diperoleh juga lebih besar. Seiring dengan perjalanan waktu maka kemiskinan perempuan dapat dientaskan, sehingga perempuan hidupnya lebih sejahtera.

3.4 Kendala dan Solusi Implementasi Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Provinsi Bali

a. Kendala dan Solusi Implementasi Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Kabupaten Buleleng

Bidang Sarana Prasarana Dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya, PPK berjalan sesuai dengan prosedur dan

mekanisme yang ada. Semua usulan yang terdanai oleh PNPM harus dipelihara sehingga dibentuk Tim Pemelihara dan diberikan pelatihan. Namun kendala yang masih terjadi antara lain, kebanyakan Tim Pemelihara yang dibentuk di desa tidak berfungsi secara optimal. Selain itu bangunan pasar yang dibangun tidak cukup untuk menampung semua pedagang.

Solusi yang ditempuh terkait dengan kendala tersebut yaitu perlu adanya sosialisasi manfaat dari pemeliharaan sarana prasarana yang sudah dibangun oleh masyarakat di desa yang berjenjang dari Kabupaten, Kecamatan dan Desa.

Bidang Pendidikan Beberapa kendala dalam bidang pendidikan yang masih dijumpai antara lain adalah

pengadaan alat-alat pendidikan yang masih terbatas, kendala dalam hal administrasi terutama dalam pendataan penduduk yang layak mendapatkan beasiswa tidak terjangkau secara maksimal sehinga masih ada pemanfaat program yang tidak terdaftar padahal mereka berasal dari rumah tangga miskin yang sebenarnya layak untuk memperoleh beasiswa. Serta keberlanjutan pelatihan keterampilan yang tidak dijalankan ke jenjang yang lebih tinggi. Solusi yang ditempuh terkait dengan permasalahan yang muncul antara lain, memfasilitasi agar pelaku-pelaku di desa mampu dan bisa menciptakan dan mengerjakan sendiri pengadaan alat-alat pendidikan tersebut sehingga tidak harus mendatangkan dari luar daerah. Berkoordinasi dengan pelaku di desa dan kecamatan agar lebih selektif dalam pendataan siswa yang berhak untuk mendapatkan beasiswa, serta berkonsultasi, berkoordinasi dan mendampingi peserta yang sudah dilatih untuk mentransfer hasil pelatihan yang diikutinya kepada masyarakat yang belum terlatih.

Bidang Kesehatan Kendala yang terjadi dalam bidang kesehatan sering kali dalam hal administrasi. Seperti

dalam pendataan dari desa untuk kegiatan posyandu masih ada balita yang tidak terdaftar sebagai pemanfaat program. Solusi yang ditempuh adalah melakukan pendampingan dan koordinasi terhadap pelaku-pelaku di tingkat desa dalam pendataan bagi pemanfaat posyandu dan sarana pendukung lainnya.

Page 170: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

163

Bidang Kegiatan Ekonomi Kendala yang dihadapi dalam bidang Kegiatan Ekonomi khususnya Simpan Pinjam

Perempuan adalah masih adanya tunggakan dan kemacetan kredit pada anggota, ketua kelompok maupun pelaku-pelaku program di tingkat Desa atau Kecamatan. Solusi yang ditempuh dengan memfasilitasi dan mendampingi kelompok-kelompok peminjam Simpan Pinjam Perempuan tersebut.

b. Kendala dan Solusi Implementasi Program Pengembangan Kecamatan di Kabupaten Bangli

Bidang Sarana Prasarana Tidak ada kendala serius yang dihadapi dalam implementasi program di masyarakat

karena sebelum program dijalankan, semua usulan yang berasal dari masyarakat desa dimusyawarahkan untuk disetujui dan kemudian dilaksanakan. Kendala yang dihadapi hanya pada keterlambatan pelaksanaan di lapangan terkait upacara adat, serta kendala administrasi seperti belum turunnya dana PPK untuk implementasi program tersebut.

Solusi yang ditempuh dengan menjadwalkan kegiatan implementasi di hari yang cocok atau sesuai dengan waktu luang masyarakat. Dana yang belum turun biasanya akan dipakai dana kas atau dana swadaya (masyarakat) terlebih dahulu.

Bidang Pendidikan Sama halnya dalam bidang sarana prasarana, tidak ada kendala serius yang dihadapi dalam

implementasi program pendidikan di masyarakat karena sebelum implementasi program dijalankan, semua usulan yang berasal dari masyarakat desa dimusyawarahkan untuk disetujui dan kemudian dilaksanakan. Kendala yang dihadapi hanya pada keterlambatan pelaksanaan di lapangan terkait upacara adat, serta kendala administrasi seperti belum turunnya dana untuk implementasi program tersebut. Solusi yang ditempuh dengan menjadwalkan kegiatan implementasi di hari yang cocok. Dana yang belum turun biasanya akan dipakai dana kas atau dana swadaya (masyarakat) terlebih dahulu.

Bidang Kesehatan Tidak ada kendala serius yang dihadapi dalam implementasi program di masarakat karena

sebelum semua program dijalankan, semua usulan yang berasal dari masyarakat desa dimusyawarahkan untuk disetujui dan kemudian dilaksanakan. Kendala yang dihadapi hanya pada keterlambatan pelaksanaan di lapangan terkait upacara adat, serta kendala administrasi seperti belum turunnya dana untuk implementasi program tersebut. Solusi yang ditempuh dengan menjadwalkan kegiatan implementasi di hari yang cocok. Dana yang belum turun biasanya akan dipakai dana kas atau dana swadaya (masyarakat) terlebih dahulu.

c. Kendala dan Solusi Implementasi Program Pengembangan Kecamatan di Kabupaten Karangasem

Bidang Sarana Prasarana Sampai saat ini belum ada kendala serius yang dialami. Permasalahan yang timbul hanya

kekurangan air dan lokasi dari desa ke tempat proyek cukup jauh dan susah dijangkau. Selama ini permasalahan tersebut masih bisa diatasi karena masyarakat selaku yang mengusulkan dan melaksanakan program saling berkomunikasi dengan pihak terkait

Page 171: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

164

Solusi yang diambil untuk memecahkan kendala tersebut adalah dengan cara membeli air bagi yang kekurangan, dan biaya angkut ditambah untuk menjangkau tempat proyek.

Bidang Pendidikan Sampai saat ini belum ada kendala serius yang dialami. Permasalahan yang biasanya

timbul seperti terbenturnya dana dari dinas seperti BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan DBEP yang dirasakan tumpang tindih karena penyaluran bantuan yang diberikan tidak melalui survei, sehingga bantuan yang diberikan kadang belum sesuai dengan yang dibutuhkan. Solusi yang diambil untuk itu adalah dengan melakukan survei ulang demi mengetahui kebutuhan yang memang diperlukan.

Bidang Ekonomi Sampai saat ini belum adanya kendala serius yang dialami, hanya ada permasalahan yang

biasanya timbul seperti terlalu banyaknya anggota di satu kelompok. Menurut peraturan minimal anggota kelompok adalah 10 orang, dan maksimal 50 orang. Namun dalam implementasinya masih ada kelompok yang beranggotakan lebih dari 50 orang dan enggan untuk pindah/membentuk kelompok baru.

4. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Dampak Fisik Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Provinsi Bali. Dampak fisik kegiatan pengembangan prasarana dan sarana penunjang ekonomi, pendidikan,

dan kesehatan melalui PPK pada tiga kabupaten di Bali selama tahun 2003-2008 yang tercermin dari kontribusinya terhadap pengembangan seluruh unit fisik yang ada pada tahun 2008. Kontribusi terhadap seluruh panjang jalan sebesar 16,59%, terhadap seluruh unit pasar umum mencapai 27,20%, terhadap seluruh unit gedung sekolah sebesar 11,69%, dan terhadap seluruh puskesmas adalah 18,43%.

2. Dampak Ekonomi Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Provinsi Bali. Berdasarkan sampel anggota kelompok SPP penerima dana bergulir PPK, dapatlah dijeneralisasi

bahwa dampak ekonomi dana bergulir PPK kepada anggota SPP di tiga kabupaten tertinggal adalah positif. Ditunjukkan oleh digunakannya dana bergulir tersebut untuk usaha-usaha ekonomi produktif, adanya pertumbuhan positif dari modal bergulir tersebut, dan diakuinya oleh anggota SPP bahwa dana bergulit tersebut sangat bermanfaat bagi mereka sebagai pemenuhan dari kekurangan modal usaha. Program dana bergulir ini secara tidak langsung akan membantu mengentaskan perempuan dari kemiskinan.

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi Program-Program Pengembangan Kecamatan di Provinsi adalah sebagai berikut:

Bidang Sarana dan Prasarana meliputi, (1)Tim Pemelihara yang dibentuk dan dilatih tidak berfungsi secara optimal, (2) Sanksi bagi pelanggar tidak diterapkan secara optimal, (3) Tim Pemelihara yang dibentuk dan dilatih tidak berfungsi secara optimal, (4) Cepat rusaknya bak-bak penampungan air, (5) Mampetnya saluran akibat sampah karena kurangnya pemeliharaan saluran irigasi, (6) Bangunan sempit dan tidak rapi dan (7) KK miskin terlalu banyak, sehingga belum semua dapat dibantu dengan PNPM

Bidang Pendidikan meliputi, (1) Masih ada pemanfaat program yang tidak terdaftar padahal berasal dari rumah tangga miskin (kendala administrasi), (2) Pengadaan alat-alat pendidikan yang terbatas, (3) Tidak ada keberlanjutan pelatihan keterampilan, (4) Pengadaan alat-alat pendidikan yang terbatas, (5) Tidak ada keberlanjutan pelatihan keterampilan.

Page 172: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

165

Bidang Kesehatan meliputi, (1) Masalah pendataan, dan (2) Sarana kesehatan yang sudah dibangun tidak dimanfaatkan dengan baik.

Bidang Ekonomi, meliputi, (1) Masih ada tunggakan dan kemacetan yang terjadi, bisa pada anggota, ketua kelompok dan pelaku –pelaku program di tingkat desa atau kecamatan. (2) Masih ada tunggakan dan kemacetan yang terjadi dalam proses simpan pinjam terutama dari para anggota serta administrasi yang kurang lengkap dari kelompok simpan pinjam tersebut.

5. Rekomendasi1 Di tahun-tahun mendatang pengelola PPK hendaknyaa memperbesar dana bergulir untuk

setiap anggota Simpan Pinjam Perempuan (SPP), sehingga usaha produktif yang dibuat dan dikembangkan menjadi lebih besar, volume produksi menjadi lebih besar, dan tambahan pendapatan yang diperoleh juga lebih besar, sehingg semakin mempercepat pengentasan kemiskinan keluarga-keluarga kaum perempuan pedesaan.

2 Pembentukan kelompok-kelompok SPP hendaknya diperbanyak dan diperluas, sehingga program SPP semakin luas mancakup masyarakat pedesaan.

3 Pemberdayaan masyarakat dengan Pola PPK atau dikenal juga dengan istilah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) hendaknya dilanjutkan, karena program-programnya di bidang sasara-prasarana fisik, bidang pendidikan, bidang kesehatan dan bidang ekonomi menimbulkan dampak positif bagi masyarakat pedesaan, sehingga secara tidak langsung telah mampu mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan.

Ucapan Terima Kasih Ucapan terimaksih kami samapaikan kepada Universitas Udayana melalui LPPM Universitas Udayanan yang telah mendanai penelitian ini melalui DIPA Universitas Udayana Tahun 2009 dengan Nomor:0229.0/023-04.2/XX/2009. Judul Asli Dari Penelitian Ini Adalah Monitoring Dan Evaluasi Program Pengembangan Kecamatan Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Propinvi Bali. Dalam kesempatan ini kami hanya menyajikan sebagian dari hasil penelitian tersebut. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi membantu terlaksananya kegiatan ini kami sampaikan pernghargaan dan ucapan terima kasih.

Daftar Pustaka[1] Anonim. 2007. Cara Kerja Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Dalam Website google.

com: Cara Kerja PPK. [2] Gittinger, JP. 1997. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian Edisi Kedua. CI ess. Jakarta.[3] Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomis. Edisi Dua. Lembaga Perbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Jakarta.[4] Kompas 14 Juni 2005. Data Kemiskinan 2000-2004. Penerbit PT Gramedia Media Utama, Jakarta.[5] Kompas 10 Januari 2009. PNPM Mandiri Serap 41 Juta Tenagakerja. Penerbit PT Gramedia Media

Utama, Jakarta.[6] Royat, Sojana. 2007. Pemerintah Luncurkan Program Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Website

google: Program Pengembangan Kecamatan. [7] Tjakrawiralaksana. 1986. Ilmu Usahatani. Institut Pertanian Bogor. Bogor.[8] Wie, Thee Kian (Penyunting). 1983. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan, Beberapa Pendekatan

Alternatif. LP3ES, jakarta.[9] Yotopoulos, P.A. and J.B. Nugent. 1976. ’Economics of Development

Emperical Investigation’. Harper & Row Publisher, New York.

Page 173: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

166

Bentuk-Bentuk Peraturan GubernurDi Provinsi Bali

Ni Luh Gede Astariyani 1

1 Fakultas Hukum Universitas UdayanaE-mail : [email protected]

Abstrak This scientific work entitled “Forms of Governor Rule in the province of Bali” discusses the two (2) main topics, namely: 1) What does “carry” and “the power” in the sense that there are strict orders to make regulations implementing or without firm orders yet substance requires implementing regulations?, and (2) Does the Governor Regulation as a form of law enforcement and the power of legislation can be categorized legislation or regulatory policies?. Discussion conducted using legal research methods, in the sense bersumberkan on legal materials and analyzed by using tools of legal analysis. Discussion to a conclusion. First, the meaning of “implement” and “the power” can mean a strict order to make the implementation of the regulations or orders without expressly require implementing regulations but substance. Second, the Governor Rule as a form of execution of the power of local regulations and legislation are higher, which in the local regulations and the legislation is concerned the command specified explicitly regulate the delegation of authority to the governor legislation, the regulatory the governor appeared in the figure of the legislation. Regulation governor may also appear in the figure of regulatory policy, the governor rule is a rule made by the officials of the state administration by the use FreiesErmessen without constituted by the delegation of the authority to regulate.

Keywords: Regulation of the Governor, Governor.

1. Pendahuluan

1. Latar belakang. Kewenangan delegasi (delegatie van wetgevingsbevoegdheid ) adalah pelimpahan

kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kepada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Pasal 146 ayat (1) Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengatur bahwa untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa peraturan perundang-undangan, Kepala Daerah menetapkan peraturan Kepala Daerah dan atau Keputusan Kepala Daerah.

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 ), dikenal dua kelompok peraturan perundang-undangan.Yang pertama adalah peraturan perundang-undangan di dalam hierarkhi sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) antara lain : a). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 ; b). Ketetapan Majelis permusyawatan Rakyat ; c). Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ;d). Peraturan Pemerintah ; e). Peraturan Presiden ; f). Peraturan Daerah Provinsi; dan g).Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Pasal 8 ayat (2) yang mengatur bahwa Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Tolak ukur diakuinya keberadaan peraturan perundang-undangan di luar hierarkhi sebagaimana diatur dalam Pasal 8

Page 174: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

167

ayat (2) adalah “sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan “. Tanpa adanya perintah tersebut, maka peraturan-peraturan itu tidak dapat diakui sebagai peraturan perundang-undangan yang karenanya tidak dapat mengikat secara umum. Peraturan-peraturan tersebut di dalam teori perundang-undangan dapat dikategorikan Peraturan Kebijakan ( Beleidsregel, Policy rule, atau Pseduwetgeving) [1].

Penggunaan kata “melaksanakan“ dalam Pasal 146 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mempunyai makna ada perintah tegas atau tanpa perintah tegas namun substansi memerlukan peraturan pelaksanaan. Kata “atas kuasa” dalam Pasal 146 ayat (1) mempunyai makna kewenangan atas sesuatu atau untuk menentukan, dalam konteks ini menunjukkan penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yang menentukan sebagai materi muatan Peraturan Daerah, maka harus terlebih dahulu diatur dalam Peraturan Daerah.Memperhatikan kata “melaksanakan“ dan kata “atas kuasa” bermakna :

a. Ketidakjelasan mengenai adanya perintah dari pasal tersebut akan memberikan peluang bagi adanya Peraturan Gubernur yang dibentuk tanpa ada perintah, mengingat dalam pendelegasian kewenangan mengatur harus ada perintah sehingga jelas ruang lingkup materi yang diatur dan jenis peraturannya;

b. Ketidakjelasan dalam pasal tersebut berkaitan dengan materi muatan menyangkut pelaksanaan otonomi daerah dan tugas pembantuan tidak dibenarkan didelegasikan, tetapi harus diatur sendiri dalam Peraturan Daerah, mengingat Peraturan Gubernur merupakan peraturan perundang-undangan yang bersifat pendelegasian, artinya dalam Peraturan Gubernur tidak dimuat mengenai pokok-pokok yang baru, melainkan hanya menyelenggarakan pokok-pokok yang telah diatur dalam Perda.

Menarik untuk dikaji dengan melihat ketentuan Pasal tersebut diatas menunjukkan ketidakjelasan atau kekaburan norma ( vague norm ) mengenai boleh tidaknya membuat Peraturan Gubernur untuk melaksanakan Peraturan Daerah tanpa adanya ketentuan yang tegas menentukan pembuatan Peraturan Gubernur.

2. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut : 1. Apakah Peraturan Gubernur sebagai bentuk pelaksanaan Perda dan atas kuasa Peraturan

Perundang-undangan dapat dikategorikan Peraturan Perundang-undangan atau Peraturan Kebijakan ?

2. Bagaimanakah kedudukan Peraturan Gubernur dilihat dari hierarki peraturan perundang-undangan?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Umum. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk pengembangan ilmu hukum, terutama konsentrasi

hukum pemerintahan yang berkaitan dengan Bentu-Bentuk Peraturan Gubernur Di Provinsi Bali .

Tujuan Khusus. Disamping tujuan umum tersebut diatas, penelitian ini secara spesifik diharapkan dapat : 1).

Mengkaji Peraturan Gubernur sebagai bentuk pelaksanaan Perda dan atas kuasa peraturan perundang-undangan.2). Mengkaji kedudukan Peraturan Gubernur ditinjau dari hierarki peraturan perundang-undangan.

Page 175: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

168

4. Metode Penelitian Dalam penelitian hukum normative ada beberapa metode pendekatan yakni pendekatan

perundang-undangan ( statute approach ), pendekatan konsep (conceptual approach ), pendekatan analitis ( analytical approach ), pendekatan perbandingan ( comparative approach ), pendekatan histories ( historical approach ), pendekatan filsafat ( philosophical approach ),dan pendekatan kasus ( case approach). Dalam penelitian ini digunakan beberapa cara pendekatan untuk menganalisa permasalahan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan ( statute approach ), pendekatan kasus ( case approach ) dan pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ).

Pendekatan perundang-undangan ( statute approach ), dilakukan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan pendelegasian kewenangan, antara lain UU No 12 Tahun 2011 dan UU No. 32 Tahun 2004.

Pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ) dilakukan dengan menelaah pandangan-pandangan mengenai pendelegasian kewenangan sesuai dengan penelitian ini. Disamping itu digunakan pendekatan kontekstual terkait dengan penrapan hukum dalam suatu waktu yang tertentu.

2. Hasil Dan Pembahasan 1. Peraturan Gubernur Dalam Tata Pengaturan Istilah Tata Pengaturan pertama kali digunakan oleh A. Hamid S. Attamimi di dalam pidato

purna bakti yang berjudul Hukum Tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijakan. Hukum Tata Pengaturan.Tata berarti aturan, peraturan, susunan, cara, sistem. Pengaturan berarti proses, cara, perbuatan mengatur. Maka dapat disimpulkan pengertian tata pengaturan adalah suatu aturan atau kaidah tentang perbuatan mengatur yang pengaturannya ( regeling) dapat dijumpai pada peraturan perundang-undangan ( algemeen verbindende voorschriften ) peraturan intern yang berlaku ke dalam ( interne regelingen ) dan peraturan kebijakan (beleidregel ). Pengaturan ( regeling ) dapat dikatakan lebih luas dari pada peraturan perundang-undangan ( wetgeving ).

Jenis dan bentuk peraturan tertulis yang disebut sebagai peraturan atau “regels, regulations dan legislatin” dan bentuk-bentuk statutory instruments lainnya sangat beranekaragam. Bahkan ada pula dalam bentuk-bentuk khusus sebagai policy rules atau beleidregels yang merupakan peraturan kebijakan yang tidak dapat dikategorikan peraturan perundang-undangan yang biasa. Dengan melihat makna “melaksanakan” dan “atas kuasa“ dapat mengakibatkan timbulnya dua jenis peraturan yaitu Peraturan Gubernur dalam bentuk peraturan perundang-undangan delegasian dari Perda dan atas kuasa undang-undang dan Peraturan Gubernur dalam bentuk peraturan kebijakan. Peraturan Gubernur dalam bentuk peraturan delegasian dari Perda dan atas kuasa undang-undang adalah peraturan perundang-undangan dapat digolongkan ke dalam Hukum Tata Negara. Peraturan Gubernur dalam kategori peraturan kebijakan masuk dalam Hukum Adminitrasi Negara karena kewenangan pembentukkannya merupakan merupakan kewenangan kebijakan pemerintahan yang tidak terikat. Pemerintah Daerah sebagai pejabat administrasi negara melekat secara inheren dalam kedudukan mereka sebagai pejabat adminitrasi negara [3].

2. Peraturan Gubernur Sebagai Peraturan Perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan adalah peraturan negara di tingkat pusat dan di tingkat

daerah, yang dibentuk berdasarkan kewenangan perundang-undangan baik bersifat atribusi maupun delegasi, suatu peraturan perundang-undangan merupakan peraturan yang mengikat

Page 176: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

169

umum ( algemeen bindende voorschriften ). Berdasarkan pendapat Jellinek bahwa pemerintahan negara secara formil mengandung kekuasaan mengatur dan memutus, sedangkan secara material mengandung unsur memerintah dan menyelenggarakan [4].. Selain itu berdasarkan pendapat Van Vollenhoven maka pemerintahan negara itu terdiri atas fungsi ketataprajaan, kepolisian / keamanan dan pengaturan, [5]. sehingga dengan demikian sebenarnya pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan negara dapat membentuk peraturan perundang-undangan. Dalam tatanan regulasi wewenang pembentukannya ada di tangan Kepala Daerah. Dasar kewenangan Kepala Daerah untuk membentuk peraturan adalah Pasal 146 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di dalam ayat (1) sebagaimana disebutkan diatas. Dari ketentuan pasal 146 ayat (1) tersebut, maka produk hukum yang dapat dibentuk oleh Kepala Daerah adalah Peraturan Kepala Daerah dan keputusan Kepala Daerah. Peraturan adalah untuk yang bersifat umum ( regulasi ) sedangkan keputusan adalah untuk mengatur hal-hal yang bersifat kongkrit individual ( beschiking ).

Dalam kaitannya dengan dasar kewenangan pembentukan dari Peraturan Kepala Daerah. Berdasarkan Pasal 1 angka 11 Undng-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Gubernur dan / atau Peraturan Bupati / Walikota. Dalam Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur bahwa, Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten disebut Bupati dan untuk kota disebut Walikota.

Pembentukan Peraturan Gubernur yang merupakan peraturan perundang-undangan apabila dilihat dari teori sumber-sumber kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan peraturan perundang-undangan yang dasar kewenangannya merupakan kewenangan delegasi. Sehingga dalam pembentukan suatu Peraturan Gubernur harus jelas perintah atau dasar pendelegasian kewenangan mengatur ( delegated legislation ).

2.1. Materi Muatan Istilah “materi muatan “ pertama digunakan oleh A.Hamid S.Attamimi sebagai terjemahan

atau padanan dari “het onderwerp”. Dalam konteks pengertian ( begripen ) tentang materi muatan peraturan perundang-undangan yang hendak dibentuk, semestinya harus diperhatikan apa sesungguhnya yang menjadi materi muatan yang akan dibentuk. Karena masing-masing tingkatan ( jenjang ) peraturan perundang-undangan mempunyai materi muatan tersendiri secara berjenjang dan berbeda-beda [6]. Peraturan Kepala Daerah merupakan Peraturan Perundang-undangan yang bersifat Delegasian. Artinya dalam Peraturan Kepala Daerah tidak dapat dimuat mengenai pokok-pokok yang baru, melainkan hanya menyelenggarakan pokok-pokok yang telah diatur dalam Peraturan Daerah. Mengingat delegasi tidak memuat inisiataif membuat peraturan mengenai pokok-pokok yang baru, inisiatif untuk membuat peraturan mengenai pokok-pokoknya semacam tadi tetap dalam tangan yang mendelegasikan yaitu : “menyelenggarakan”, tidak lain daripada mengatur untuk selanjutnya.

2.2. Landasan Keabsahan. Satjipto raharjo dengan mendasarkan pada pandangan Gustav Radbruch mengungkapkan,

bahwa validitas adalah kesahan berlakunya hukum serta kaitannya dengan nilai-nilai dasr dari hukum.Hukum dituntut untuk memnuhi berbagai karya dan oleh Radbruch disebut sebagai nilai-nilai dasar dari hukum yakni keadilan, kegunaan ( zweckmaszigkeit), dan kepastian hukum[7]. Bagir Manan mengemukakan, bahwa ada tiga dasar agar hukum mempunyai kekuatan berlaku secara baik yaitu mempunyai dasar yuridis, sosiologis dan filosofis.

Page 177: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

170

Tabel 1. Peraturan Gubernur Sebagai Peraturan Perundang-undangan NoUrut

NoPergub/Thn

Tentang Dasar Kewenangan Keterangan

1. 18/2006 Harga Dasar Air Pengenaan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air Permukaan

Pasal 6 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaa

Adanya pendelegasian kewenangan Peraturan perundang-undangan

2. 7/2007 Tata Cara Pengisian Keanggotaan Organisasai Dan tata kerja Komisis penanggulangan aids Prrovinsi Bali

Pasal 19 ayat (5) Peraturan derah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Penanggulangan HIV/Aids

Adanya pendelegasian kewenangan Peraturan perundang-undangan

Sumber : Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2002 s/d 2006 dan Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2007. Dihimpun oleh Biro Hukum dan Ham Setda Provinsi Bali

Dari pemaparan peraturan gubernur sebagai peraturan perundang-undangan dan tabel peraturan gubernur dapat disimpulkan bahwa peraturan gubernur dalam bentuk peraturan perundang-undangan merupakan peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.Sebagai contoh dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 18 tahun 2006 tentang Harga Dasar Air Pengenaan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air Permukaan.

3. Peraturan Gubernur Sebagai Peraturan Kebijakan. Pemerintah Daerah dalam praktiknya ketika membuat Peraturan Perundang-undangan (

Peraturan Daerah ), masih memerlukan pengaturan lebih lanjut sebagai akibat pengatribusian dan pendelegasian. Berkaitan dengan hal tersebut A.Hamid.S.Attamimi mengemukakan :

Selain dari pada peraturan perundang-undangan yang bersumber pada fungsi legislative dan yang memang diperlukan bagi penyelengara kebijakan pemerintahan yang tidak terikat ( vrijbeleid ) pun tentunya akan dikeluarkan juga berbagai peraturan kebijakan ( beleidsregel ) yang bersumber pada fungsi eksekutif Negara [1].

Dari uraian dan pandangan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan yang dibentuk oleh organ atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan kebebasan bertindak dapat mempunyai kekuatan mengikat sebagai hukum apabila pembentukannya berdasarkan kewenangan delegasi suatu undang-undang. Peraturan itu mengikat secara langsung kepada organ atau Pejabat Tata Usaha Negara, warga masyarakat dan hakim. Berbentuk Peraturan kebijakan, jika pembentukannya berasal dari kebebasan penilaian atau kebebasan interpretasi. Peraturan itu mengikat langsung badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang membuatnya, sedangkan warga masyarakat terikat secara tidak langsung.

Page 178: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

171

Peraturan Kebijakan sebagaimana pendapat Belifante yang mengartikan peraturan perundang-undangan semu adalah :suatu tindakan hukum administrasi dan bukan merupakan peraturan umum yang mengikat yang timbul menurut peraturan-peraturan yang dituliskan untuk itu dalam Hukum Tata Negara atau ditetapkan oleh badan yang dinyatakan berwenang, dalam Hukum Tata Negara untuk perundang-undangan dalam arti material, tetapi merupakan garis kebijaksanaan yang ditetapkan sendiri oleh administrasi [8]. Dasar pembentukan peraturan kebijakan ( beleidsregel ) terletak pada adanya beoordelingsruimte ( ruang pertimbangan ) yang diberikan pembentuk undang-undang kepada pejabat atau badan-badan pemerintahan untuk atas inisiatif sendiri mengambil tindakan hukum publik yang bersifat pengaturan .penetapan maupun tindakan nyata yang positif guna menyelesaikan masalah-masalah penyelenggaraan pemerintahan yang dihadapi.

3.1. Materi Muatan Terdapat dua tipe beoordelingsruimte yaitu objectieve beoordelingsruimte dan subjectieve

beoordelingsruimte. Objectieve beoordelingsruimte mengandung pengertian adanya ruang pertimbangan yang bersifat interprestasi yang diberikan pembentuk undang-undang kepada pejabat atau Badan Administrasi Negara untuk melaksanakan tindakan hukum publik menurut situasi kondisi dan obyek permasalahan yang obyektif. Ruang pertimbangan yang diberikan oleh pembentuk undang-undang umumnya hanya dengan criteria yang samar-samar. Subjectieve beoordelingsruimte mengandung pengertian ruang pertimbangan yang bersifat umum dan bebas semata-mata berdasarkan pertimbangan subyektif. Istilah lain dari subjectieve beoordelingsruimte adalah beoordelingsvrijheid, discretionaire bevvoeghdheid, freies ermessen dan beleidsvrijheid [9].

Pembentukan Peraturan Gubernur dalam konteks peraturan kebijakan adalah hanya didasarkan pada adanya ruang pertimbangan yang bersifat interprestasi yang diberikan pembentuk Undang-undang kepada Gubernur untuk melaksanakan tindakan hukum publik menurut situasi kondisi dan obyek permasalahan yang obyektif tanpa adanya pelimpahan kewenangan delegasi. Ruang pertimbangan bersifat samar-samar bahkan umum dan bebas semata-mata berdasarkan pertimbangan subyektif. Pembentukan peraturan kebijakan yang didasarkan atas kebebasan bertindak harus diberi limit / batas atau tolak ukur, sehingga apapun bentuk kebebasan yang akan dipergunakan hendaknya harus ada ruang yang diberikan oleh pembentuk undang-undang sehingga wewenang untuk bebas bertindak, tidak terjadi penyalah gunaan wewenang atau sewenang-wenang. Asas kebebasan bertindak yang mendasari peraturan kebijakan sebagai sikap tindak organ pemerintahan menurut J.B.J. M. Ten Erge adalah kebebasan yang diizinkan peraturan perundang-undangan bagi organ pemerintahan untuk membuat keputusan dapat dibedakan dalam kebebasan kebijaksanaan dan kebebasan penilaian , yaitu : Harus ada kebebasan kebijaksanaan dan ke bebasan penilaian ( wewenang diskret ) Senada dengan hal tersebut Ann Seidman menyatakan pembatasan dalam Peraturan Kebijakan Harus berada dalam batas kewenangan yang diberikan dalam undang-undang utama pada instansi yang membuat peraturan Tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya dan Harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari Peraturan Administrasi [10].

Ciri tersebut menunjukkan bahwa peraturan kebijakan perdefinisi bukan Peraturan Perundang-undangan. Demikian pula halnya dengan Peraturan Gubernur yang pembentukannya sama dengan ciri-ciri tersebut sehingga jelas merupakan peraturan kebijakan bukan merupakan Peraturan Perundang-undangan.Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota yang tampil dalam figur Peraturan Kebijakan, materi muatannnya tidaklah berkaitan dengan substansi pengaturan yang berlaku keluar, melainkan berisi substansi pengaturan yang berlaku di lingkungan aparatur pemerintah daerah bersangkutan, dan sebagai garis kebijakan dalam

Page 179: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

172

melaksananakan kewenangan yang diberikan kepadanya oleh Peraturan Daerah atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Jika pun berlaku keluar, bukan karena kekuatanya, melainkan karena dianggap baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3.2. Landasan Keabsahan. Dalam nilai keabsahan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan apabila dikaji

dalam konteks Peraturan Gubernur dalam figur peraturan kebijakan mempunyai nilai keadilan dan kemanfaatan mengingat berlakunya peraturan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat atau badan administrasi negara bertujuan untuk memberikan arahan dan petunjuk atau pedoman kepada pejaat atau badan administrasi negara bawahan serta mengatur berbagai kepentingan dan posisi hukum dalam masyarakat. Nilai kepastian hukum tidak dimiliki oleh peraturan kebijakan mengingat peraturan kebijakan tidak memiliki dasar kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan melainkan peraturan kebijakan ( beleidsregel ) dibuat oleh badan atau pejabat tata usaha negara sebagai perwujudan Fries Ermessen (discretionary power ) yaitu kewenanagan administrative yang berkarakter Fries Ermessen dalam bentuk tertulis yang diumumkan keluar lalu mengikat pada warga.Peraturan kebijakan juga harus ditetapkan sesuai dengan jiwa undang-undang serta asas-asas umum pemerintahan yang baik. Apabila peraturan kebijakan itu tidak berlandaskan pada hal tersebut, maka secara yuridis tindak pemerintah berupa peraturan kebijakan itu dapat diuji keabsahannya. Pengujian terhadap peraturan kebijakan lebih diarahkan kepada doelmatigheid dan arena batu ujinya adalah asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang layak.

Tabel 8. Peraturan Gubernur Sebagai Peraturan Kebijakan

NoUrut

No.Pergub/

Thn

Tentang Materi Muatan

29. 11/2007 Pemutakhiran Data Pendaftaran Pemilih Dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan Dalam Rangka Penyediaan Data Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pilkada Prop.Bali

Penyusunan data Pendaftaran Pemilih Dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan Dalam Rangka Penyediaan Data Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pilkada Prop.Bali pada tahun 2007

30. 15/2007 Tentang Mekanisme Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Desa Pekraman, Subak dan Subak Abian

Penyusunan tertib administrasi pengelolaan keuangan Desa Pekraman, Subak dan Subak Abian

Sumber : Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2006, dihimpun oleh Biro Hukum dan Ham Setda Provinsi Bali.

Dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2006 tentang Program Legislasi Daerah dapat dikatakan peraturan gubernur yang timbul dalam bentuk peraturan kebijakan, mengingat apabila dikaji dari sumber kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan program legislasi daerah tidak adanya pendelegasian kewenangan mengatur kepada peraturan gubernur. Begitu juga dalam Dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 15 Tahun 2007 tentang Mekanisme Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Desa Pekraman, Subak dan

Page 180: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

173

Subak Abian dapat dikatakan peraturan gubernur yang timbul dalam bentuk peraturan kebijakan mengingat apabila dikaji dari sumber kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan tidak adanya pendelegasian kewenangan mengatur kepada peraturan gubernur

BAB. 3 Penutup

3.1 Simpulan Peraturan Gubernur sebagai bentuk pelaksanaan dari peraturan daerah, dimana di dalam

peraturan daerah yang bersangkutan adanya perintah yang ditentukan secara tegas adanya pendelegasian kewenangan mengatur kepada peraturan gubernur, maka peraturan gubernur tersebut tampil dalam figur peraturan perundang-undangan, mengingat secara tegas ditentukan ruang lingkup materi yang diatur dan jenis peraturan Perundang-undangan. Peraturan Gubernur selain tampil dalam figur peraturan perundang-undangan, dapat pula tampil dalam figur peraturan kebijakan dengan perkataan lain, peraturan kebijakan adalah peraturan yang dibuat oleh pejabat tata usaha negara berdasarkan penggunaan Freies Ermessen dan berlaku di lingkungannya untuk mengoperasionalkan peraturan perundang-undangan serta tanpa didasarkan pada adanya pendelegasian kewenangan. Mengikatnya peraturan kebijakan kepada warga negara bukan karena mempunyai kekuatan hukum mengikat secara umum kepada warga negara, melainkan mengikat secara tidak langsung, seperti peraturan kebijakan itu dianggap menguntungkan warga.Peraturan Gubernur yang timbul dalam figur peraturan kebijakan materi muatannya tidaklah berkaitan dengan substansi pengaturan yang keluar, melainkan berisi substansi pengaturan yang berlaku di lingkungan aparatur pemerintah derah yang bersangkutan dan sebagai garis kebijakan dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan kepadanya oleh peraturan daerah atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, jika berlaku keluar bukan karena kekuatannya, melainkan karena dianggap baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3.2 Saran Dari pembahasan dan kesimpulan tersebut dapat diajukan sejumlah saran, yakni :

1. Menyangkut makna “melaksanakan“ dan “atas kuasa“ yang mengandung kekaburan norma hukum perlu dipahami dengan menggunakan penafsiran yang tepat akan makna terkait dengan adanya pendelegasian kewenangan, mengingat pembentukan peraturan gubernur merupakan bentuk regulasi yang akan digunakan sebagai dasar hukum dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah.

2. Dalam pembentukan peraturan gubernur dalam figur peraturan kebijakan, perlu diperhatikan asas-asas hukum pemerintahan yang baik

4 Ucapan Terimakasih Dalam penelitian dan penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa penelitian dan laporan tidak

mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :1. Bapak Rektor Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan moril maupun

materiil sehingga penelitan ini dapat terlaksanakan.2. Bapak Ketua Lembaga Penelitian Universitas Udayana beserta staff yang telah banyak

membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.3. Bapak Kepala Biro Hukum dan Ham Setda Provinsi Bali beserta staff yang telah banyak

membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.4. Semua pihak yang ikut membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Page 181: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

174

Daftar Pustaka[1] Attamimi, A.Hamid.S, 1990, Peranan Keputusan Presiden RI Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Negara, Disertasi Doktor ,UI,Jakarta.[2] Poerwadarminta, W.J.S, 2003, Kamus Umum Bhasa Indonesia, Edisi Ketiga , Balai Pustaka

Jakarta.[3] Manan, Bagir,1987, Peranan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Pembinaaan Hukum

Nasional, Armico, Bandung[[4] Soeprapto Maria Farida Indrati, 2004, Ilmu Perundang-undangan, Dasar-Dasar Pembentukannya,

Kanisius. [5] Effendi, Lutfi, 2004, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayu Media Malang,[6] Astawa, Gede Pantje & Suprin Na´a, 2008, Dinamika Hukum Dan Ilmu Perundang-undangan Di

Indonesia, Alumni, Bandung, [7] Raharjo, Satjipto, 1961, Ilmu Hukum , Citra Aditya Bahkti, Bandung.[8] Usfunan, Johanes 2002, Perbuatan pemerintah yang dapat Digugat, Djambatan, Jakarta[9] Lukman,Marcus , 1997, Eksistensi Peraturan Kebijakan Dalam Bidang Perencanaaan Dan

Pelaksanaaan Rencana Pembangunan Di Daerah Serta Dampak Terhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional, Disertasi, UNPAD Bandung .

[10] Seidman,Ann et.alll, 2001. Penyusunan Rancangan Undang-Undang Daam Perubahan Masyarakat Yang Demokratis,terjemahan ELIPS, Jakarta

[11] Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indoesia Nomor.4437 ) sebagaimana diubah dengan UU Nomor.8 Tahun 2005 Tentang perubahan atas UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoesia Nomor.4548 ).

[12] Undang-Undang Nomor. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indoesia Nomor.4389 ).

[13] Compact Disc, 2008, Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 1998 s/d Tahun 2007, Dihimpun oleh : Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali.

Page 182: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

175

Bali Antara Abad VIII-XIV : Kajian Aspek Politik

I Wayan Ardika1 dan I Ketut Setiawan1

1Fakultas Sastra Universitas UdayanaE-mail: [email protected]

Abstract

The aims of this research is to describe the ancient history of Bali which focuses on political apparatus. There are three aspect of political apparatus studied in this research which include state functionary, the structure of bureaucracy, and physical politic apparatus. The main sources data of this study consist of inscription, archaeological monuments or architectural relics, Hindu and Buddhism statues. The archaeological data was analyses and interpreted descriptively.

This study indicate that three were 23 kings reigned in ancient Bali between the 8th and 14th century AD. Some of the Balinese kings clam themselves as the descendents of Warmadewa dynasty. The Balinese kings adopted the Hindu Law, although it was explicitly mentioned in the Balinese inscriptions in the 11th century AD. The Balinese king reigned himself or together with his wives or his mothers. There were also several state functionaries such as Senapati, Samgat Ser, Nayaka, Dhikara, as well as the priests of Siwaism and Buddhism exited in ancient Bali. In addition, the village functionaries such as banwa tuha, kabayan, manyuratang, karaksayan, and panundun have already mentioned in the Balinese inscriptions. The ancient Balinese kings reigned democratically and the always concerned the welfareness of their societies. They implemented the Hindu Law such as Uttara Widhi Balawan, Raja Wacana, Agama, and Manawakamandaka. It was also mentioned in the Balinese inscriptions that the Balinese kings were the incarnation of God in the world or as the “Dewa Raja”.

Kata kunci : Bali, Raja, Birokrasi, Politik

1. Pendahuluan Pulau Bali adalah suatu wilayah yang berada di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Dalam

wilayah ini kebudayaan dan tradisi Hindu yang dominan dan masih dipertahankan hingga sekarang. Di masa silam pengaruh kebudayaan luar yang pertama kali datang adalah aspek-aspek kebudayaan India Kuno, khususnya kebudayaan Hindu Budha. Pengaruh itulah yang meninggalkan jejak dalam bentuk peninggalan-peninggalan prasasti, arca-arca kuno, arsitektur candi, petirtaan, pertapaan, dan lain sebagainya. Berdasarkan prasasti-prasasti dapat diketahui bahwa Bali mulai menapaki masa sejarahnya sejak abad VIII. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya dokumen tertulis, yakni berupa prasasti-prasasti berbahasa Sanskerta pada tablet-tablet tanah liat. Prasasti-prasasti itu ditemukan di Desa Pejeng, Tatiapi, dan Blahbatuh di Kabupaten Gianyar, dan di Situs Kalibubuk, Kabupaten Buleleng, (Goris, 1954 ; Astawa, 2008). Isi prasasti-prasasti itu bercorak keagamaan, dalam hal ini agama Budha.

Di Desa Pejeng ditemukan pula fragmen-fragmen prasasti berbahasa Sanskerta dengan huruf Bali Kuno. Di antara bagian-bagian yang masih terbaca dijumpai kata Siwasidhanta (Stutterheim, 1929 : 62). Hal itu memberi petunjuk bahwa isi prasasti tersebut pada umumnya bersifat keagamaan, dalam hal ini agama Hindu. Fragmen-fragmen prasasti itu tidak ada yang berangka tahun. Namun berdasarkan studi komparatif atas huruf-huruf prasasti tersebut, Stutterheim (1929) lalu menyimpulkan prasasti-prasasti tersebut berasal dari sekitar permulaan abad IX. Jika dugaan itu benar, maka berarti di daerah Pejeng (Gianyar) pada waktu itu, agama Budha dan agama Hindu telah mempunyai pemeluk masing-masing dan hidup saling menghormati.

Page 183: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

176

Perkembangan selanjutnya, terutama rentangan waktu antara tahun 882-955 disebut pula periode Singhamandawa, karena hampir seluruh prasasti dari periode itu menyebut panglapuan Singhamandawa. Ada tujuh buah prasasti yang terbit pada periode ini yaitu prasasti Sukawana A1 804 Saka/882 Masehi, prasasti Bebetin A1 818 Saka/896 Masehi, Trunyan A1 883 Saka/911 Masehi, Trunyan B 833 Saka/911 Masehi, Bangli Pura Kehen A, Gobleg Pura Desa I 836 Saka/914 Masehi, dan Angsari A (Goris, 1954 : 53-62). Prasasti-prasasti tersebut menggunakan bahasa dan huruf Bali Kuno, tanpa menyebut nama raja. Ada dugaan bahwa Singhamandawa adalah ibukota kerajaan yang berada di daerah sekitar Kintamani, Bangli. Dugaan itu didasarkan atas padatnya temuan tinggalan arkeologi, baik berupa prasasti-prasasti maupun artefak-artefak lainnya yang tersebar di sekitar wilayah tersebut.

Dalam konteks kebudayaan Hindu Budha yang berkembang pada masa itu, pusat kerajaan tampaknya memilih lokasi ibu kotanya dekat dengan gunung. Ajaran agama Hindu dan Budha menyatakan bahwa titik pusat alam semesta adalah Gunung Mahameru. Oleh karena itu kerajaan Singhamandawa berlokasi di pegunungan yang merupakan tempat keramat dan suci.

Berbagai peninggalan artefaktual dan sumber-sumber tertulis berupa prasasti telah ditemukan di Bali. Kerajaan Singhamandawa merupakan institusi kenegaraan pertama yang bercorak kebudayaan India di Bali. Kerajaan tersebut meninggalkan sejumlah prasasti yang menggunakan bahasa Bali Kuno, namun dalam uraiannya tidak mencantumkan nama raja. Nama raja pertama yang memerintah di Bali baru diketahui berdasarkan prasasti Blanjong tahun 913, yaitu Sri Kesari Warmadewa. Raja ini merupakan cikal-bakal dari dinasti Warmadewa di Bali. Setelah Kesari Warmadewa, prasasti-prasasti Bali Kuno menyebut sejumlah raja memerintah di Bali, baik yang menggunakan gelar Warmadewa maupun tidak, dengan sejumlah aparat pembantu-pembantunya sehingga tergambar adanya sistem pemerintahan yang teratur.

Dugaan mengenai telah diselenggarakan suatu tatanan pemerintahan pada masa Bali Kuno diperkuat lagi dengan disebutkannya sejumlah nama kitab hukum dalam prasasti-prasasti, yaitu kitab hukum Uttara Widhi Balawan, Raja Wacana, Manawa Sasanadharma dan lain sebagainya. Nama-nama kitab hukum serta ajaran-ajaran itu memberi petunjuk bahwa isinya bersumber pada hukum dan ajaran agama Hindu.

Rentangan waktu antara abad VIII-XIV, atau rentangan waktu selama lebih kurang enam abad sejak terbitnya prasasti-prasasti berbahasa Sanskerta sampai dengan penaklukan Bali oleh ekspedisi tentara Majapahit tahun 1343, oleh Goris (1948) disebut periode “masa Bali Kuno”. Dalam periode tersebut di Bali telah terjadi hal-hal atau peristiwa-peristiwa sejarah, khususnya sejarah politik. Dalam sejarah kebudayaan Bali, jangka waktu tersebut ditandai oleh pengaruh peradaban India, khususnya agama Hindu dan Budha yang ketika itu menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur.

Kajian tentang peristiwa-peristiwa sejarah Bali Kuno antara abad VIII-XIV memiliki beberapa kecenderungan. Salah satunya adalah aspek-aspek khusus kebudayaan. Aspek-aspek khusus itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek sosial, yaitu politik (terutama birokrasi), ekonomi (terutama pertanian dan perdagangan), dan agama (Hindu dan Budha). Penelitian ini dimaksudkan untuk itu, membedah salah satu aspek yaitu politik di Bali antara Abad VIII-XIV. Sebuah ikhtisar untuk merekonstruksi perjalanan sejarah politik masa Bali Kuno berdasarkan data yang dapat dirangkum hingga kini. Prasasti dan data artefaktual tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Memang sebagaimana telah diketahui bahwa data prasasti sebagai sumber primer pada umumnya bersifat fragmentaris. Kendati demikian, jika data itu mendapat kajian saksama ditopang dengan konsep-konsep dan teori-teori yang relevan serta dibahas secara multidimensional, bukan mustahil suatu gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika politik di Bali antara abad VIII-XIV dapat terwujud.

Page 184: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

177

2. Metode Penelitian Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan data

sekunder. Penelitian ini pada dasarnya memaparkan kajian arkeologi sejarah yang mengandalkan datanya dari kedua sumber tersebut. Masing-masing sumber, kecuali bersifat heterogen, juga memiliki kualitas yang berbeda-beda dalam memberikan informasi. Mengingat kajian ini merupakan kajian arkeologi sejarah yang mencakup berbagai aspek kehidupan, maka hamper semua hasil kajian tentang Bali memiliki potensi untuk dijadikan sumber data.

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja-raja yang memerintah pada masa itu. Prasasti-prasasti tersebut telah ditranskripsi ke dalam huruf latin. Di antara teks-teks prasasti itu, ada yang dapat dari artikel “Transcripties Van Vier Oorkonden In Koper Gevonden Op Het Eiland Bali” (Van Der Tuuk dan Brandes, 1885), dan artikel “De Koperen Platen Van Sembiran (Brandes, 1889). Selain itu, teks-teks prasasti-prasasti juga di dapat dari buku Prasasti Bali I (Goris, 1954), dan buku Epigraphia Balica I (Callenfels, 1926). Teks-teks prasasti lainnya diperoleh dari kumpulan prasasti-prasasti Bali yang dilakukan oleh R. Goris. Teks-teks prasasti yang disebut terakhir belum sempat dipublikan karena R. Goris telah meninggal pada tahun 1965.

Setelah sumber-sumber terkumpul dan dilakukan kritik terhadapnya, khusus terhadap sumber prasasti, mulailah dilakukan pencatatan data. Upaya pertama pada tahap ini adalah menerjemahkan data yang telah tercatat ke dalam bahasa Indonesia. Upaya ini dilakukan karena data prasasti pada mulanya menggunakan bahasa Sanskerta, Jawa Kuno, dan bahkan ada pula yang berbahasa Bali Kuno. Selanjutnya dilakukan pengelompokkan data menurut aspek-aspek sosial politik yang tercermin di dalamnya.

Data yang telah dikelompokkan itu kemudian dianalisis lebih mendalam. Mengingat data itu merupakan data kualitatif, maka perlu dilakukan interpretasi atau penafsiran terhadapnya. Analisis menghasilkan fakta-fakta yang pada gilirannya dapat disusun menjadi suatu konstruksi historis.

3. Hasil dan Pembahasan3.1 Raja Sebagai Penyelenggara Pemerintahan Keberadaan kebudayaau Bali, khususnya kebudayaan masa Bali Kuno, tidak bisa

dilepaskan dari kebudayaan India. Unsur-unsur budaya India, khususnya agama Hindu dan Budha banyak berpengaruh terhadap kebudayaan Bali. Huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta yang digunakan dalam prasasti- prasasti pada stupika tanah liat yang tertua ditemukan di Bali berasal dari tanah India. Demikian juga identifikasi tentang arsitektur candi padas yang dipahatkan pada tebing-tebing di sepanjang daerah aliran sungai Pakerisan dan bangunan stupa dengan bentuk dasar segi delapan di Pura Pegulingan, Desa Basangambu, Tampaksiring, Gianyar jelas memperlihatkan adanya pengaruh seni India.

Melalui unsur agama, ditunjukkan adanya bukti kuat bahwa agama Hindu dan Budha yang berkembang di Bali mulai sekitar abad VIII bersumber dari India. Dalam bidang politik, terutama mengenai gagasan tentang raja dan kerajaan yang mulai dikenal pada awal abad X di Bali juga bersumber dari India. Berdasarkan sumber-sumber prasasti yang berasal dari seluruh periode Bali Kuno yang meliputi kurun waktu enam abad (VIII-XIV), dapat diketahui sekurang-kurangnya 23 raja pernah memerintah. Raja pertama yang memerintah di Bali adalah Sri Kesari Warmadewa, yang namanya tercantum dalam prasasti Blanjong, prasasti Panempahan, dan prasasti Malet Gede bertahun 835 Saka / 913 Masehi. Dalam jajaran raja-raja Bali Kuno, Sri Kesari Warmadewa merupakan raja pertama yang menggunakan unsur “Warmadewa” sebagai bagian gelarnya. Berdasarkan kenyataan itu maka dapat dikatakan bahwa Sri Kesari merupakan cikal-bakal dinasti Warmadewa di Bali (Astra, 1997 : 57).

Page 185: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

178

Kerajaan Sri Kesari merupakan institusi kenegaraan yang bercorak kebudayaan India di tanah Bali. Gagasan tentang raja dan kerajaan di Asia Tenggara pertama kali diperkenalkan oleh Von Heine Geldern (1982). Pakar ini mengemukakan pendapat bahwa gagasan tentang raja dan kerajaan yang muncul pada masa Hindu Budha di Asia Tenggara dipengaruhi oleh sistem kepercayaan India yang dikenal dalam doktrin Budha maupun doktrin Hindu. Doktrin itu pada pokoknya menyangkut kepercayaan mengenai adanya kesejajaran antara alam Dewa-dewa (makrokosmos) dan alam manusia (mikrokosmos) di mana yang disebut belakangan harus menyesuaikan diri dengan yang disebut duluan. Upaya penyesuaian ini diperlukan agar manusia dapat memperoleh keselamatan dan terhindar dari bencana.

Pengganti Sri Kesari Warmadewa adalah raja Sri Ugrasena. Raja Ugrasena mengeluarkan prasasti-prasastinya tahun 837-864 Saka (915-942 Masehi). Berdasarkan prasasti-prasasti itu dapat diketahui beberapa kebijakan yang dilakukan, antara lain memberi keringanan dalam pembayaran pajak kepada Desa Sadungan dan Julah, karena kedua desa tersebut mendapat musibah diserang perampok. Setelah pemerintahan raja Ugrasena, penggantinya adalah pasangan raja suami-istri Sri Haji Tabanendra Warmadewa dan Sri Subhadrika Dharmadewi tahun 887-889 Saka (955-967 Masehi). Ada empat buah prasasti yang diterbitkan oleh pasangan suami-istri ini, yaitu tiga buah prasasti tersimpan di Desa Manik Liu dan satu buah di Desa Kintamani. Prasasti Manik Liu isinya terutama berkaitan dengan pemberian izin kepada Samgat Juru Mangjahit Kajang yang tinggal di Desa Pakuwan dan Talun. Mereka dibebaskan dari tugas bergotong-royong dan pelbagai jenis pajak, sedangkan prasasti Kintamani A berkenaan dengan pemugaran pesanggrahan yang terletak di Air Mih.

Raja berikutnya adalah Jayasingha Warmadewa. Satu-satunya prasasti yang dikeluarkan oleh raja ini adalah prasasti Manukaya bertahun 882 Saka / 960 Masehi (Stutterheim, 1929 : 68-69 ; Goris, 1954 : 75-76). Prasasti yang berbentuk tiang batu tersebut memuat perintah raja untuk memperbaiki kolam suci Tirta Empul (sekarang Pura Tirta Empul di Tampaksiring) yang mengalami kerusakan akibat derasnya aliran air. Lima belas tahun setelah pemerintahan raja Jayasingha Warmadewa, di Ball memerintah raja Sri Janasadhu Warmadewa, seperti yang tersurat dalam prasasti Sembiran AII 897 Saka/975 Masehi, Sri Wijaya Mahadewi 905 Saka/983 Masehi, dan pasangan raja suami-istri Udayana Warmadewa dan Gunapriya Dharmapatni. Gunapriya Dharmapatni yang semula bernama Mahendradata adalah seorang putri berasal dari Jawa Timur, keturunan dinasti Isana, sedangkan Udayana adalah seorang putra Bali dari dinasti Warmadewa. Pasangan raja suami-istri ini mempunyai tiga putra, yaitu Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Airlangga tidak pernah memerintah di Bali melainkan di Jawa Timur menggantikan raja Dharma Wangsa Teguh, sementara kedua putranya yang lain, yaitu Marakata dan Anak Wungsu kelak memerintah di Bali menggantikan ayahnya Udayana Warmadewa. Namun sebelum mereka naik tahta, di Bali memerintah Ratu Sang Adnyadewi seperti tersurat dalam prasasti Sembiran AIII 938 Saka/1016 Masehi.

Setelah raja Anak Wungsu di Bali memerintah Sri Walaprabhu (1001-1010 Saka / 1078-1088 Masehi), Ratu Sri Sakalendu Kirana (1010-1023 Saka/1088-1101 Masehi), dan Sri Suradhipa (1037-1041 Saka/1115-1119 Masehi). Pengganti raja Suradhipa, secara berurutan memerintah di Bali empat orang raja yang menggunakan unsur jaya dalam gelarnya. Raja-raja itu adalah Sri Jayasakti yang memerintah tahun 1055-1072 Saka/1133-1150 Masehi, Sri Ragajaya 1077 Saka/1155 Masehi, Jayapangus 1099-1103 Saka/1178-1181 Masehi, dan Ekajaya Lancana 1122 Saka / 1200 Masehi. Hubungan kekeluargaan di antara mereka tidak diketahui secara pasti. Namun demikian ada dugaan bahwa di antara mereka kemungkinan besar ada pertalian hubungan kekeluargaan.

Page 186: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

179

Raja berikutnya adalah Ekajayalancana juga sangat memperhatikan bangunan suci, khususnya bangunan suci Hyang Mami yang terletak di wilayah Kintamani. Pengganti raja Ekajayalancana adalah Sri Wirama. Satu-satunya prasasti yang dikeluarkan oleh raja ini adalah prasasti Bangli Pura Kehen C bertahun 1126 saka / 1204 Masehi. Dalam prasasti ini dimuat perintah raja yang disampaikan kepada masyarakat Desa Bangli agar mereka tidak meninggalkan desanya. Mereka diperintahkan agar kembali ke desanya serta memberbaiki asrama Lokasarana yang semakin sepi dan tidak terurus.

Raja berikutnya adalah Adidewalancana. Satu-satunya prasasti yang dikeluarkan adalah prasasti Bulian B tahun 1182 Saka / 1260 Masehi, yang berisi tentang titah raja kepada penduduk Desa Bulian agar melakukan kewajiban seperti terdahulu. Dalam catatan sejarah, 24 tahun kemudian, yaitu tahun 1284, raja Kertanagara dari kerajaan Singhasari, Jawa Timur, berhasil menaklukkan Bali, serta menawan rajanya. Keberhasilan raja Kertanegara menaklukkan Bali pada tahun 1284, menempatkan Kebo Parud sebagai wakil Singhasari di Bali. Kebo Parud berkedudukan sebagai raja patih. Selama pemerintahannya, raja patih Kebo Parud mengeluarkan dua buah prasasti, yaitu prasasti Pengotan E bertahun 1218 Saka/ 1296 Masehi dan prasasti Sukawana D bertahun 1222 Saka/1300 Masehi.

Sejak berakhirnya kekuasaan Kebo Parud sampai dengan akhir masa Bali Kuno, masih terjadi tiga kali pergantian raja. Secara berturut-turut dinobatkan Sri Mahaguru, Walajaya Kertaningrat, dan Astasura Ratnabhumibanten. Sri Astasura Ratnabhumi Banten adalah raja Bali Kuno terakhir. Enam tahun setelah Astasura mengeluarkan prasasti Langgahan (1337 Masehi), yakni pada tahun 1343 Masehi tentara Majapahit di bawah pimpinan Mahapatih Gajah Mada menyerang Pulau Bali. Penyerangan itu berhasil menaklukkan Bali. Dengan ditaklukkan Bali oleh Majapahit, maka berakhirlah kerajaan Bali Kuno, dan selanjutnya muncul kerajaan Samprangan yang mendapat pengaruh kuat dari Majapahit.

3.2 Struktur Birokrasi Birokrasi Tingkat Pusat Pada intinya yang dimaksud dengan birokrasi tingkat pusat adalah kegiatan birokrasi

atau proses pelaksanaan aktivitas pemerintahan yang diselenggarakan di ibukota kerajaan atau di istana raja (Astra, 1997 : 220). Kegiatan birokrasi itu sendiri melibatkan pejabat-pejabat tinggi yang dalam kedudukannya sebagai pejabat pusat, berlaku bagi seluruh wilayah kerajaan.

Pembicaraan mengenai hal ini bersumber pada dua bagian dari suatu prasasti. Adapun dua bagian yang dimaksud adalah pada bagian awal dan pada bagian akhir suatu prasasti. Untuk jelasnya, di sini dikutipkan bagian-bagian termaksud yang terdapat pada prasasti Cempaga A dari raja Jayapangus.

Pada bagian awal prasasti itu dapat dibaca : ...”irika dewasa ajnapaduka sri maharaja haji Jayapangus arkajalancana saha rajapatni

dwaya paduka bhatari sri parameswari indujaketana, paduka sri mahadewi sasangkajacihna umajar i para senapati, umingsor i tanda rakryan ring pakirakiran i jro makabehan, karuhun para bujangga ring kasewan kasogatan, rsi, mahabrahmana.... “ (Callenfels, 1926 : 46).

Artinya ...”itulah saatnya perintah Paduka Sri Maharaja Haji Jayapangus Arkajalancana bersama

kedua permaisuri Paduka Bhatari Sri Parameswari Indujaketana dan Paduka Sri Mahadewi Sasangkajacihna, bertitah kepada para senapati, menurun kepada tanda rakryan ring pakira-

Page 187: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

180

kiran i jro makabehan, didahulukan kepada para bhujangga, pendeta Siwa-Buddha, rsi, brahmana agung.

Pada bagian akhir prasasti terbaca sebagai berikut: ....”tlas sinaksyaken i sanmukha tanda rakryan ri pakira-kiran i jro makabehan, karuhun

mpungku ring kesewan kasogatan, makadi para senapati, sira hana kala samangkana sang senapati balembunut mpu anakas, sang senapati dinganga mpu udasina, samgat manuratang ajna i hulu madatambreh, samgat caksukaranapura walaharsa...., sireng kasewan mpungku hyang padang dang acaryya anaguna...., sireng kasogatan mpungkwing kutihanar dang upadhyaya butaraga.... “ (Callenfels, 1926 : 48).

Artinya: .... “telah disaksikan dihadapan tanda rakryan ri pakira-kiran i jro makabehan, didahulukan

kepada pendeta Siwa Buddha, para senapati. Beliau-beliau yang hadir pada waktu itu ialah Senapati Balembunut Mpu Anakas, Senapati Dinganga Mpu Udasina...., Samgat Manuratang ajna i hulu bernama Madatambreh, Samgat Caksukaranapura bernama Walaharsa...., Beliau dari pendeta Siwa Mpungku Hyang Padang bernama Dang Acaryya Anaguna...., Beliau dari pendeta Buddha Mpungkwing Kutihanar bernama Dang Upadhyaya Butaraga....”

Sementara itu pada bagian akhir prasasti Bebetin AII bertahun 989 Masehi yang dikeluarkan oleh raja Udayana terbaca sebagai berikut:

... “da dhikara di panglapuan di pituha tuhabera, da dhikara di panglapuan di tira tuha pamuktyan, da dhikara di biyut tuhapalar, da dhikara di panglapuan di surih lamata tuha bagot....” (Goris, 1954 : 80).

Artinya: ...”Dhikara Dipanglapuan di Pituha bernama Tuhabera, Dhikara di Panglapuuan di Tira

bernama Tuha Pamuktyan, Dhikara di Biyut bernama Tuha Palar, Dhikara di Panglapuan di Surih Lamata bernama Tuha Bagot....”

Pengertian yang didapat dari kutipan pada bagian awal prasasti Cempaga A ialah adanya suatu persidangan lengkap (pakirakiran i jro makabehan) di istana. Dalam persidangan itu hadir raja Jayapangus bersama kedua permaisurinya, para senapati sebagai penerima perintah langsung, tanda rakryan, dan para ulama, yaitu pendeta Siwa Buddha, Rsi, dan Brahmana Agung. Sementara itu, kutipan pada bagian akhir prasasti Cempaga A dapat diketahui rincian mengenai beliau-beliau yang hadir sebagai saksi. Para pejabat tinggi kerajaan yang hadir sebagai saksi pada persidangan raja disebut secara berturut-turut yaitu sejumlah senapati, para samgat, dan terakhir para pendeta Siwa Buddha. Khusus pada prasasti Bebetin All dari raja Udayana disebut beberapa pejabat dhikara yang hadir sebagai saksi saat penganugrahan prasasti kepada Desa Bharu. Bahwasannya dalam sidang kerajaan, raja menerima pula nasihat atau pertimbangan-pertimbangan mengenai kebijakan yang akan diambil dari para pemuka yang tergolong pejabat tingkat pusat. Hal itu jelas diketahui bahwasannya dalam hal kebijakan, raja lebih dahulu mempertimbangkan kepada kelompok pemuka agama ini. Dalam kutipan prasasti dipakai kata “karuhun” (didahulukan) untuk mengantarkan penyebutannya. Dengan demikian, setidak-tidaknya pada masa Bali Kuno, di mana ternyata selain para senapati, para samgat, para pendeta Siwa Buddha, hadir pula sejumlah dhikara di panglapuan sebagai pejabat-pejabat tingkat pusat. Dengan demikian pejabat-pejabat tinggi itu berdasarkan data

Page 188: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

181

prasasti-prasasti Bali Kuno terdiri atas para Senapati, para Samgat, para pendeta Siwa Buddha, dan para Dhikara.

Birokrasi Tingkat Desa Birokrasi tingkat desa adalah pemerintahan yang diselenggarakan dalam lingkungan

wilayah sebuah desa. Dalam analisis berikut akan dibahas mengenai jabatan-jabatan tingkat desa, dengan catatan tidak tertutup kemungkinan adanya jabatan-jabatan tingkat daerah yang mengawasi lebih dari satu desa. Untuk menyebut desa, prasasti-prasasti Bali Kuno memakai istilah wanua dan thani. Sedangkan untuk menyebut penduduk desa dipakai istilah anak wanua, anak thani, dan karaman. Masyarakat desa yang disebut dengan istilah anak wanua, anak thani, dapat dianggap mewakili lapisan terbawah dari masyarakat kerajaan yang lebih besar. Namun lapisan ini tidaklah homogen, terdapat pengelompokkan-pengelompokkan penduduk yang relatif kompleks. Sumber-sumber prasasti tidak menyebut secara eksplisit penglompokkan itu, hanya beberapa indikasi yang memperlihatkan adanya pembagian kelompok-kelompok sosial yang agak jelas. Prasasti Buahan A 916 Saka/994 Masehi memberi gambaran lapisan teratas terdiri dari dewan para rama yang disebut karaman, dan lapisan bawah adalah penduduk desa.

Karaman dalam arti kelompok para rama yang membentuk “dewan pemimpin desa” memiliki tugas menyelenggarakan sistem pemerintahan di tingkat desa. Dalam pranata pemerintahan desa masa Bali Kuno, sistem pengambilan keputusan rupa-rupanya tidak ditentukan oleh seorang tokoh yang dianggap dapat mewakili semua penduduk desa, melainkan atas dasar kesepakatan semua anggota dewan. Jumlah anggota dewan para rana antara desa satu dengan desa lain tidak sama. Dasar keanggotaan mereka tidak diketahui dengan jelas. Ada kemungkinan diperoleh atas dasar status keturunan, pemilikan tanah pertanian, atau atas dasar status mereka sebagai kepala keluarga, sebagaimana masih berlaku sekarang di desa-desa Bali Age (Casparis, 1986 : 8). Meski jumlah anggota karaman cukup banyak, namun tidak pernah disebutkan satu pimpinan desa yang muncul di antara mereka. Jika suatu desa menghadapi suatu masalah, maka yang menangani adalah dewan pimpinan desa. Berdasarkan keterangan prasast-prasasti dapat diketahui bahwa dewan pimpinan desa dapat menghadap secara langsung kepada raja. Dewan pimpinan desa bukan saja berasal dari orang-orang biasa, tetapi juga tokoh-tokoh agama di tingkat desa dengan identitas bhiksu, mpungku, rama kabayan, dan acaryya.

Dalam prasasti Bwahan A 916 Saka/994 Masehi misalnya disebutkan: ...”Irika dewasa nikang karaman i wingkang ranu bwahan, hulu kayu bias mwang sadhyanta,

panulisan rotangga, rama kabayan dang acaryya dewanggi, bhadra, manambah i haji sajalu stri...” (Goris, 1954 : 83).

Artinya : ....” Itulah saatnya pemuka-pemuka desa Bwahan di tepi danau, hulu kayu bernama Blas dan

Sadhyanta, penulisan bernama Rotangga, rama kabayan bernama Dang Acaryya Dewanggi, Bhadra, menghadap dihadapan raja suami-istri....”.

Di tingkat desa lembaga karaman, terdiri atas para tetua/tokoh desa dan pemuka-pemuka agama setempat. Para pemuka agama itu meliputi kepala biara, pemimpin sebuah pertapaan, guru agama di pasraman, atau pemimpin bangunan suci yang terletak di wilayah suatu desa. Pada saat yang diperlukan majelis karaman menyelenggarakan rapat untuk membahas suatu persoalan yang dihadiri oleh para pejabat desa.

Page 189: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

182

Menarik perhatian pula bahwa beberapa prasasti Bali Kuno menyebut tuha-tuha ‘sekelompok orang-orang tua’, atau tuha-tuha ring desa ‘sekelompok orang-orang tua di desa’. Karena mereka disebut dalam prasasti sebagai wakil desa, maka besar kemungkinan tuha-tuha tersebut adalah sebagai pemuka-pemuka desa.

Jabatan-jabatan lain yang sering mewakili desa dalam pemerintahan adalah hulu kayu. Huku kayu ini bukan merupakan jabatan tingkat desa, melainkan sebagai jabatan tingkat daerah yang bertugas sebagai pengawas hutan (Goris, 1954 : 248). Pejabat ini seperti keterangan prasasti-prasasti, selalu terlibat dalam suatu desa. Hal itu dapat dimaklumi mengingat ada beberapa desa yang berada di bawah pengawasan seorang hulu kayu, seperti yang tersurat dalam prasasti Bangli Pura Kehen A, prasasti Batunya, prasasti Bwahan A, prasasti Abang Pura Batur, dan lain-lain.

3.3 Berbagai Sarana Fisik Pranata Politik Sistem Norma dan Perundang-Undangan

Prasasti-prasasti Bali menyebutkan beberapa kitab perundang-undangan yang digunakan sebagai panduan oleh raja yang memerintah pada zaman Bali Kuno. Kitab yang dimaksud antara lain Uttara Widdhi Balawan, Raja Wacana atau Raja niti, Agama, Manawakamandaka, Dasa Sila, Smerti dan Pancasiksa. Perundang-undangan yang berlaku pada zaman Bali Kuno tampaknya mengacu kepada sumber hukum di India Utara. (Sumadio, 1977: 150-151, note 93). Kitab Uttara Widdhi Balawan telah disebutkan dalam prasasti Sawan C = Blantih C yang berangka tahun 1020 Saka, dan terbit atas nama Raja Sakalendukirana. Dalam prasasti tersebut terdapat ungkapan sebagai berikut. IIIb ... lawan tan kapasukana dening uttarawidhi balawan (Brandes, 1885 : 615-619; Ardika dan Sutjiati Beratha, 1998 : 416). Artinya, agar tidak dimasukan (ketentuan pajak) sesuai dengan rincian dalam kitab Uttarawidhi Balawan. Sebagaimana telah disebutkan di depan bahwa dalam prasasti Tumbu yang berangka tahun 1247 Saka disebutkan kitab Manawakamandaka sebagai acuan pada masa pemerintahan raja Sri Bhatara Mahaguru.

Prasasti-prasasti Bali Kuno juga mengatur berbagai ketentuan mengenai aspek kehidupan yang disebutkan di atas. Dalam prasasti Sukawana AI yang berangka tahun Saka 804, dan merupakan prasasti tertua berbahasa Bali Kuno yang telah ditemukan sampai saat ini menyebutkan ketentuan tentang hak dan kewajiban penduduk yang memelihara pertapaan dan pesanggrahan di Bukit Cintamani/Kintamani. Mereka dibebaskan dari beberapa jenis pajak antara lain: pajak penjualan dan pembelian, pembuatan lancang (sejenis perahu) dan perahu, pembuat kapur, pembuat arang, menumbuk padi, membuat pola kain tenun, pencelup biru dan merah, pemeliharaan kerbau, sapi dan bagal. Dalam prasasti tersebut juga ditentukan aturan mengenai pembagian harta warisan bila ada suami-istri yang meninggal yang dikenal dengan istilah suhunan tanggungan. Bila yang laki-laki meninggal dua bagian diserahkan, seandainya yang perempuan meninggal maka hanya sebagian yang diserahkan untuk pemeliharaan pertapaan dan pesanggrahan. Demikian pula kalau ada suami-istri yang tidak punya keturunan meninggal dunia maka semua peralatan rumah tangga termasuk warisannya yang berupa mas, perak, perunggu, hamba, ternak kerbau dan sapi agar disisakan 4 masaka untuk biaya upacara kematian, dan selebihny a dijadikan donasi bangunan suci Hyang Api (Goris, 1954:53-54 ; Ardika dan Sutjiati Beratha, 1996: 44-45). Namun bila yang bersangkutan memiliki sawah, ladang, area padang rumput dan kebun akan dijadikan donasi/milik Hyang Tanda.

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa berbagai ketentuan yang terkait dengan kewajiban penduduk Bali pada abad IX terhadap bangunan suci, pajak penjualan-pembelian,

Page 190: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

183

wajib pajak untuk perajin, pengaturan warisan berupa benda logam, tanah dan ternak telah ditetapkan secara rinci. Dapat diasumsikan bahwa ketentuan dalam kitab perundang-undangan Hindu telah diterapkan oleh raja-raja Bali Kuno, meskipun secara eksplisit tidak dicantumkan dalam prasasti-prasasti yang berasaal dari sebelum abad XI. Pada akhir abad XI yakni saat pemerintahan raja Sakalendukirana kitab Uttara Widdhi Balawan secara eksplisit disebutkan dalam prasasti Sawan C = Blantih C yang berangka tahun Saka 1020 (tahun 1098 Masehi). Dalam prasasti Buwahan D yang berangka tahun 1103 Saka terbit pada masa pemerintahan raja Jayapangus menyebutkan kitab Manawakamandaka dipakai sebagai acuan oleh raja untuk mengambil keputusan (Suhadi, 1979: 40). Demikian pula prasasti Tumbu yang berasal dari tahun 1247 Saka menyebut kitab Manawakamandaka. Dengan kata lain kitab perundang-undangan Hindu yang berasal dari India disebutkan secara eksplisit dan intensif digunakan sebagai acuan oleh raja Bali Kuno setelah abad XI.

Keterangan yang lebih kompleks dan rinci mengenai berbagai aspek kehidupan mulai disebutkan dalam prasasti-prasasti Bali Kuno yang berasal dari abad XI. Dalam prasasti Dawan yang berangka tahun Saka 975, dan terbit pada masa pemerintahan raja Anak Wungsu disebutkan berbagai ketentuan mengenai hak dan kewajiban penduduk desa Lutungan yang bertugas melakukan upacara, melihara dan mengerjakan sawah Bhatara di Antakunjarapada. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa penduduk Lutungan harus membayar pajak air 1 masaka pada sumber air di Pucuk. Selain itu, sawah tersebut tidak boleh kekeringan, padinya dimakan tikus, dan bendungannya rusak atau jebol. Ungkapan dalam prasasti sebagai berikut. Ha. ...sumahura rotting banyu ma 1 i rikang purusakara makapatih, angken pnah banyu i pucuk, mangkana ri salangannya tan da 2, di ikang sawah pinanganinig tikus, gseng, rug dawuhnya (Santosa, 1965: 21-36; Ardika dan Sutjiati Beratha, 1998: 135). Artinya: penduduk membayar pajak air (rot) 1 masaka kepada Purusakara Makapatih pada sumber air di Pucuk. Demikianlah, sawah itu tidak boleh (padinya) dimakan tikus, kekeringan, dan bendungannya rusak.

Prasasti-prasasti Bali Kuno menyebutkan istilah kayu larangan. Kayu larangan adalah sejumlah kayu yang tidak boleh ditebang, namun karena suatu daerah berstatus sima atau diberikan hak khusus oleh raja maka penduduk yang bermukim di wilayah tersebut diizinkan menebangnya. Dalam prasasti Sading yang berangka tahun 923 Saka yang terbit pada masa pemerintahan raja Udayana terdapat ungkapan sebagai berikut. Va.5, ...kawnangan rbahen kayu larangan (Goris, 1954: 88; Ardika dan Sutjiati Beratha, 1996: 143). Artinya diperkenankan menebang kayu larangan. Adapun yang tergolong kayu larangan, menurut prasasti Tengkulak A yang terbit tahun Saka 945 atas nama raja Marakat disebutkan sebagai berikut. Via. 5, ...dadyangrugakna kamiri, bodhi, waringin, skar kuning, mende, jirk, kamukus, kapulaga, hano, wungkudu, sakweh ning kayu larangan yan katngahana 6, kalinya angebi sawah umah pahoman makading tirisan tan pamwita, (Ginarsa, 1961: 4-8; Ardika dan Sutjiati Beratha, 1998: 95). Artinya: diizinkan menebang kemiri, bodhi, beringin, sekar kuningycempaka, mende, jirek, kapulaga, enau, wungkudu, semua jenis kayu larangan jika tumbuh di tengah kali, menaungi sawah, rumah atau tempat persajian.

Sistem Sanksi dan Denda Seperti telah disinggung di depan bahwa penduduk atau masyarakat yang melanggar

ketentuan yang termuat dalam prasasti dikenai sanksi atau denda. Sanksi ataupun denda yang dikenakan kepada masyarakat bila melanggar ketentuan yang dimuat dalam prasasti tidak saja bersifat fisik atau kebendaan/material, tetapi juga bersifat psikologis/imaterial. Sanksi yang bersifat psikologis ini dalam prasasti zaman Bali Kuno tercermin dalam sapatha atau kutukan.

Page 191: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

184

Kutukan yang tercantum dalam prasasti dapat dikatakan sebagai pembelajaran moral agar masyarakat senantiasa berbuat baik dan takut untuk melakukan kejahatan.

Anugerah sang raja biasanya ditulis dalam prasasti dan ditetapkan dengan disaksikan oleh para pejabat tinggi kerajaan, yang dilengkapi dengan kutukan atau sapatha terhadap mereka yang melanggarnya. Kutukan atau sapatha dimaksudkan untuk melanggengkan berbagai ketentuan mengenai hak dan kewajiban penduduk yang dianugerahi prasasti oleh sang raja dan sekaligus secara psikologis memberi rasa takut kepada mereka yang ingin melanggarnya. Hasil pengamatan menunjukan bahwa bagian sapatha atau kutukan itu cenderung lebih panjang dan kompleks pada prasasti yang berbahasa Jawa Kuno dibandingkan dengan Bali Kuno. Dengan kata lain, prasasti yang lebih tua sapatha atau kutukannya lebih sederhana dibandingkan dengan yang muda. Hal ini mengindikasikan bahwa sejalan dengan perkembangan zaman maka semakin kompleks pula sistem religi atau kepercayaan pada masa Bali Kuno.

Dalam prasasti Trunyan B yang berangka tahun 833 Saka dan tidak memuat nama raja terdapat ungkapan sebagai berikut. IIIb. 2, ...yan ada manyanggarugi ya, sapan ulih 3, bhatara ping pitu ya mangjanma tani kapadan min uranyajanma, papa sangsara sadakala (Goris, 1954: 59; Ardika dan Sutjiati Beratha, 1996: 63). Artinya: apabila ada yang mengganggu/melanggar (ketentuan prasasti itu) agar dikutuk oleh Bhatara dan tujuh kali menjelma, tidak sama dengan orang lain, agar papa dan sengsara selamanya. Dengan sapatha atau kutukan seperti itu orang mungkin takut melanggarnya. Namun dalam kenyataannya, sebagaimana disebutkan di depan bahwa para pejabat (nayoka dan caksu) pada masa Bali Kuno sering melakukan manipulasi atau memungut pajak melebihi ketentuan yang tersurat dalam prasasti.

Prasasti Bwahan A yang berangka tahun Saka 916, yang terbit pada masa pemerintahan Sri Gunapriyadharmapatni dan raja Udayana menyebutkan istilah wakcapala (salah ucap/caci-maki), hastacapala (salah tangan), anampyal (memukul), anuding (menuding) (kesalahan tangan) dikenai denda (Ardika dan Sutjiati Beratha, 1996:27). Wakcapala dalam perundangan-undangan Majapahit mungkin dapat disejajarkan dengan wakparusya atau pengerusakan dengan kata-kata. Pada umumnya wakparusya terbatas pada pemakaian kata-kata yang kurang wajar terhadap seseorang berupa penghinaan (Mulyana, 1967:57; 2006: 215). Hastacapala adalah kejahatan yang berkaitan dengan penggunaan tangan seperti memukul, menendang, dan menuding. Pada perundang-undangan Majapahit kejahatan Hastacapala dikategorikan sebagai dendaparusya (Mulyana, 1967: 58).

Pada bagian akhir parasati Batur Pura Abang A yang berangka tahun 933 Saka, dan terbit atas nama raja Udayana memuat sapatha terhadap mereka yang mengganggu atau melanggar ketentuan yang dimuat di dalamnya. Ungkapan dalam prasastinya sebagai berikut: Xa., 3... kunang asing umambahambah ya atmahan taktak, wdit, lintah sal(w)ir ning sarbwapapa mahapataka 4, tmunya (Ardika dan Sutjiati Beratha, 1998: 60) isi Artinya: Adapun setiap yang mengganggu agar mereka menjadi mahluk hina, sejenis ular, lintah, semua yang hina, dan dosa besar yang ditemuinya.

Pelanggaran terhadap berbagai ketentuan yang ditetapkan dalam prasasti sebagai anugerah raja-raja Bali Kuno dapat menimbulkan denda pidana ataupun perdata. Selain itu, kutukan yang dimuat dalam prasasti merupakan sanksi moral atau psikologis bagi mereka yang melanggarnya. Kutukan yang mengerikan dan seram itu juga sangat ditakuti oleh masyarakat.

4. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab di depan dapat diketahui bahwa selama periode abad VIII

- XIV Masehi, telah memerintah 23 raja di Bali. Raja-raja Bali Kuno mengklaim dirinya sebagai keluarga dinasti Warmadewa. Tatanan pemerintahan pada masa Bali Kuno cukup rapi dan teratur

Page 192: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

185

dengan berpedoman pada kitab perundang-undangan Hindu, meskipun secara eksplisit baru disebutkan dalam prasasti-prasasti Bali Kuno sejak abad XI Masehi. Raja memerintah bersama istri dan/atau ibunya yang dibantu oleh para pejabat tinggi kerajaan. Para peabat tinggi kerajaan terdiri atas para Senapati, Samgat, Ser, Nayaka, Dhikara beserta para pendeta Siwa dan Budha. Sebelum abad ke XI lembaga tinggi kerajaan dikenal dengan sebutan Panglapuan, sedangkan sejak abad XI dan periode berikutnya dikenal dengan Pakirakiran atau Pakirakiran i jro makabehan. Jumlah dan nama jabatan pejabat tinggi kerajaan pada masa Bali Kuno cenderung dinamis sejalan dengan perkembangan zaman. Dengan kata lain bahwa jumlah jabatan yang tersurat dalam prasasti Bali Kuno sebelum abad XI lebih sedikit dibandingkan dengan periode berikutnya. Beraneka ragam permasalahan yang muncul dimasyarakat senantiasa dipertimbangkan oleh para pejabat tinggi kerajaan sebelum diputuskan atau ditetapkan oleh raja.

Selain jabatan tingkat pusat, sejumlah jabatan tingkat desa juga tersurat dalam prasasti-prasasti Bali Kuno. Beberapa nama jabatan tingkat desa yang dikenal pada masa Bali Kuno antara lain bahwa tuha, kabayan, manyuratang, karaksayan dan panundun. Para pejabat desa tersebut sering mewakili penduduk menghadap raja untuk menyampaikan beraneka ragam permasalahan yang muncul di wilayahnya. Raja-raja Bali Kuno tampaknya memerintah sangat demokratis dan selalu memperhatikan kepentingan masyarakat/penduduk. Keputusan yang diambil oleh raja tampaknya mengacu kepada sumber Hukum Hindu seperti Uttara Widdhi Balawan, Raja Wacana, Agama, Manawakamandaka dan lain-lain. Dalam sejumlah prasasti, raja-raja Bali Kuno mengklaim dirinya sebagai penjelmaan atau titisan dewa di dunia. Mereka mengacu hukum Hindu dalam bertindak dan senantiasa memikirkan kesempurnaan dan kesejahteraan negara dan masyarakat yang dipimpinnya. Tipe ideal seorang raja atau pimpinan Hindu yang selalu melindungi dan mengayomi rakyat ingin diwujudkan oleh raja-raja Bali Kuno dalam memerintah. Kokoh dan tegaknya pula Bali (Balidwipamandala) dan sejahteranya masyarakat adalah tujuan pemerintahan raja-raja Bali Kuno. Dengan kata lain, konsep Dewa Raja tampaknya dipraktikkan oleh raja-raja Bali Kuno. Raja sebagai titisan dewa senantiasa melindungi dan mengayomi rakyat demi kokohnya pulau Bali serta terwujudnya kesempurnaan dan kesejahteraan masyarakat.

Ucapan Terimakasih Dengan selesainya penelitian ini, sudah sepantasnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelian ini. Dapat disebutkan di sini, antara lain Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Rektor Universitas Udayana, Ketua LPPM Unud beserta jajarannya, Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana, dan semua pihak yang telah memberi bantuan, kemudahan-kemudahaan, informasi, dan lain-lain.

Page 193: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

186

Daftar Pustaka

[1] Ardika, I Wayan. 1979. Studi Sima Pada Masa Pemerintahan Raja Anak Wungsu di Bali (Skripsi). Jakarta : Universitas Indonesia.

[2] ______. 1984. “Sekelumit tentang Raja Sri Bhatara Mahaguru Dharmotungga Warmadewa” Dalam Majalah Widya Pustaka, tahun I, No. 3 hal. 50-58. Denpasar : Fakultas Sastra.

[3] Ardika, I Wayan dan N.L.Sutjiati Beratha. 1996. Perajin pada Masa Bali Kuna Abad IX-XI. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

[4] Ardika, I Wayan dan N.L.Sutjiati Beratha. 1998. Perajin pada Masa Bali Kuna Abad IX-XI. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

[5] Astra, I Gde Semadi. 1977. “Jaman Pemerintahan Maharaja Jayapangus di Bali”. Denpasar: Fakultas Sastra Unud.

[6] Astra, I Gde Semadi. 1997. Birokrasi Pemerintahan Bali Kuno AbadXII-XIII: Sebuah Kajian Epigrafis (Disertasi). Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

[7] Brandes, J.L.A. 1889. De Koperen Platen Van Sembiran, Oorkonden in Het and Balineesch TBG XXXIII. Batavia : Albrech & Rutche. hal. 16-56.

[8] Callenfels, Van Stein. 1926. “Epigraphia Balica I”. VBG, Deel LVI. 6. Koleff & Co. [9] Damais, L.C. 1952. “Etudes d’Epigraphie Indonesiene III. BEFEO, XLVI, I. hal. 1-105.[10] Djafar Hasan. 2009. Masa Akhir Majapahit. Girindra Warddhana dan Masalahnya. Depok:

Komunitas Bambu. [11] Ginarsa, Ketut. 1968. Prasasti Baru Raja Ragajaya. Singaraja : Lembaga Bahasa Nasional.[12] Goris, R. 1948. Sedjarah Bali Kuna. Singaraja. [13] ______. 1954. Prasasti Bali I. Bandung : Masa Baru. [14] ______. 1954. Prasasti Bali II. Bandung : Masa Baru. [15] ______.1957. ”Dinasti Warmadewa dan Dharmawangsa di Pulau Bali”. Bahasa dan Budaya.

Tahun V No. 3. Djakarta : Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, hal. 18-31.[16] _____. 1965. Anciant History of Bali. Denpasar: Fakultas Sastra Unud. [17] Heine Geldern, Robert Von. 1982. Konsepsi Tentang Negara dan Kedudukan Raja diAsia

Tenggara. Jakarta : CV. Rajawali. [18] Mardiwarsito, L. 1981. Kamus Java Kuna - Indonesia. Ende Plores : Nusa Indah.[19] Moens, J.L. 1950. “De Stamboon Van Airlangga” TBG, 84, hal. 110-159. [20] Mulyana, Slamet, 1967. Perundang-Undangan Majapahit. Djakarta: Bhratara. [21] Mulyana. 2006. Tafsir Sejarah Nagara Kretagama. Yogyakarta: LkiS. [22] Raharjo, Supratikno. 2002. Peradaban Jawa. Jakarta : Komunitas Bambu.[23] Santosa, Ida Bagus. 1965. Prasasti-prasasti Raja Anak Wungsu di Bali. Skripsi. Denpasar:

Fakultas Sastra Universitas Udayana. [24] Stutterheim, W.F. 1929. Oudheden Van Bali: Singaraja : Kirtya Liefrinck Van der Tuuk. [25] Sumadio, Bambang, dkk. 1990. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta : Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. [26] Tuuk, Van Der dan JLA Brandes. 1885. ”Transcriptie Van Vier Oud-Javaansche Oorkonden of

Koper Gevonden op Het Eiland Bali”. TBG, XXX, hal. 603-624. [27] Zoetmulder. P.J. 1982. Old Javanese - English Dictionary I. S’Gravenhage Martinus Nijhoff.

Page 194: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

187

Upaya Penanggulangan Penyelewengan Pajak pada Masa Pemerintahan RajaJayapangus:SebuahKajianEpigrafis

Ni Ketut Puji Astiti Laksmi 1 dan Rochtri Agung Bawono 1

1 Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar

Abstract Preventive measure of the tax corruption at the King Jayapangus Period: an epigraphist study, focused on the King Jayapangus inscriptions. The data was sorted by the basic problems, such as tax collections mechanism, the factors of corruption, and the government policies at the period. The inscription of taxes to the Ancient Bali (Bali Kuno) society explained straightly, and the mechanism of the tax collection was the King Jayapangus policy. He gives the power of attorney to the district officer who assisted by tuha banua (head district). He also entrusted a Sang admak akmitan apigajih to watching over and manage the kingdom account. The main factor of corruption was caused by the collectors unfavorable attitude and the society disabilities to paid for. The preventive efforts of corruption applied by policy review, give away swatantra (autonomous) right and inscription award also punishment.

Keywords: taxes corruption and inscription

1. Pendahuluan Pajak merupakan salah satu pokok bagian yang terdapat dalam bidang ekonomi. Setiap wajib

pajak berkewajiban membayar pajak kepada negara atau kerajaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pajak diartikan dengan iuran yang wajib dibayar oleh rakyat sebagai sumbangan kepada negara (Tim Penyusun, 2003:882).

Pada masa kerajaan, pajak merupakan salah satu sumber penghasilan kerajaan. Berdasarkan data prasasti diperoleh petunjuk bahwa sejumlah desa pada masa Bali Kuno khususnya pada masa pemerintahan Raja Jayapangus menghadapi berbagai masalah mendasar terkait dengan jenis pungutan atau pajak. Besarnya jumlah pungutan yang mesti dibayarkan kepada kerajaan dan adanya penyelewengan dalam pemungutan pajak menjadi pangkal perselisihan antara para pegawai/petugas pemungut pajak dengan penduduk desa. Di samping itu penunjukan suatu desa menjadi jataka/swatantra (daerah yang memiliki hak untuk mengatur daerahnya sendiri) dengan batas-batas sesuai ketentuan khusus juga sering menjadi polemik. Hal-hal seperti ini akan menyebabkan timbulnya beban baru bagi rakyat dan dapat berdampak luas terhadap aspek kehidupan sosial masyarakat bersangkutan. Kewajiban membayar pajak oleh suatu masyarakat terhadap kerajaan dilaksanakan sebagai tanggapan positif terhadap perhatian yang diberikan oleh raja. Tanggapan itu berupa kesadaran, ketaatan, serta bakti kepada raja atau kerajaan. Secara lebih kongkret rakyat merasa wajib membayar drawyahaji, melaksanakan buathaji (kerjabakti atau gotong royong), menjaga keamanan lingkungan dan sebagainya. Sepanjang hal-hal itu ditetapkan oleh raja sesuai dengan kemampuan nyata mereka, rakyat pun menuruti dengan penuh ketaatan. Cukup banyaknya prasasti yang berasal dari raja-raja Bali Kuno khususnya pada masa pemerintahan Raja Jayapangus diharapkan dapat diungkap sistem perpajakan pada masa tersebut khususnya terkait dengan permasalahan mekanisme pemungutan pajak, faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran pajak dan upaya penanggulangannya pada masa pemarintahan Raja Jayapangus.

Page 195: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

188

2. Tinjauan Pustaka Semadi Astra (1997) dalam disertasinya yang berjudul “Birokrasi Pemerintahan Bali Kuno

abad XII-XIII: Sebuah Kajian Efigrafis” menjelaskan bahwa prasasti pada hakikatnya merupakan ketetapan raja mengenai pelbagai masalah yang dihadapi oleh suatu desa. Ketetapan itu berfungsi sebagai undang-undang dan wajib dipatuhi oleh semua pihak terkait, baik penduduk desa yang bersangkutan atau desa lain maupun pejabat-pejabat tinggi kerajaan. Adapun jabatan yang erat kaitannya dengan pengelolaan pajak pada masa Bali Kuno dari keterangan dalam prasasti dikenal dengan istilah sang admak akmitan apigajih. Berdasarkan arti masing-masing kata yang membentuk nama jabatan itu serta dengan memperhatikan pula bentuk pemakaiannya dalam prasasti maka dapat dikatakan bahwa jabatan sang admak akmitan apigajih semestinya diduduki oleh pejabat yang bertugas memungut (dalam hal ini memungut drwyahaji), kemudian menyimpan atau menjaga, dan pada gilirannya pejabat yang bersangkutan juga berhak mendapat sebagian upah atas jerih payahnya, dengan kata lain, pemegang jabatan ini berserta segenap jajaran dibawahnya bertugas mengelola masalah drwyahaji.

Dalam prasasti-prasasti di Jawa mereka lasim disebut dengan istilah sang mangilala drabyahaji atau watek mangilala drawyahaji, sebagaimana terbaca misalnya dalam prasasti Panggumulan I dan II (824 dan 825 Saka), Mantyasih I (829 Saka, dan Waharu I ( B). (Astra,1997: 332-333). Pelbagai ketetapan mengenai pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh wilayah desa tertentu termasuk masalah perpajakan merupakan salah satu bukti kesungguhan upaya yang dilakukan oleh seorang raja. Setiap keputusan yang diambil oleh seorang raja yang tercetuskan di dalam prasasti merupakan hasil dari pemikiran yang cermat pada sebuah persidangan yang dihadiri oleh para petinggi kerajaan. Goris, R (1974) dalam artikelnya yang berjudul “Beberapa Data Sejarah dan Sosiologi dari Piagam-piagam Bali”, mengungkapkan bahwa istilah-istilah perpajakan yang disebutkan dalam prasasti, masih menimbulkan banyak kesulitan terutama untuk membuat suatu terjemahan yang sempurna. Goris juga mengatakan bahwa orang kerap kali meraba-raba, apakah susunan kata-kata dengan awalan ‘pa’ yang banyak sekali dijumpai dalam istilah-istilah prasasti, harus dianggap sebagai bentuk abstrak dari sudut tata bahasa. Sehingga dapat diartikan sebagai ‘pajak atas’..., ‘pajak untuk’..., ataupun sebagai nama pelaku ‘pegawai untuk’ ..., ‘pemungut dari pada’ ...Tetapi untuk pengertian umum, bahwa yang dimaksud adalah sebuah pajak yang harus ditagih.

Boechari (1981), dalam artikelnya yang berjudul “Ulah Para Pemungut Pajak di Dalam Masyarakat Jawa Kuna”, menyebutkan bahwa sumber penghasilan kerajaan-kerajaan kuna terdiri atas pajak yang disebut dengan istilah drwyahaji, yang secara harfiah berarti ‘milik raja’. Disamping itu raja juga berhak atas tenaga kerja penduduk untuk mengerjakan keperluan jika hal itu diperlukan. Tenaga kerja seperti itu disebut buncanghaji. Akan tetapi di dalam pemungutan pajak tersebut sering terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan timbulnya keluhan-keluhan rakyat. Keluhan-keluhan rakyat tersebut tidak disampaikan secara langsung kepada raja tetapi melalui jalur birokrasi pada masa pemerintahan yang bersangkutan.

Bohari, H. (1993) dalam bukunya yang berjudul Pengatar Hukum Pajak menjelaskan mengenai sejarah singkat pemungutan pajak. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para sarjana yang kemudian dirangkum oleh Bohari, maka unsur-unsur yang terdapat dalam definasi-definisi itu adalah (1) bahwa pajak itu adalah suatu iuran, atau kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan (pendapatan) kepada negara; (2) bahwa perpindahan adalah bersifat wajib; (3) perpindahan itu adalah berdasarkan undang-undang atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang berlaku umum; (4) tidak ada jasa timbal balik secara langsung.

Page 196: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

189

3. Pembahasan

3.1. Unsur-unsur Dalam Sistem Perpajakan Unsur-unsur dalam sistem perpajakan terdiri dari masyarakat, undang-undang, petugas

pemungut pajak, subjek pajak, objek pajak dan surat ketetapan.

1. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling ‘bergaul’ atau saling berinteraksi.

Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu.

Di dalam prasasti Bali Kuno, Untuk menyatakan penduduk desa atau semacamnya dipakai istilah anak banwa atau anak wanwa, anak thani, atau tanayan thani, dan karaman. S uatu wilayah biasanya disebut dengan istilah banwa atau wanwa yang berarti ‘desa, wilayah’; banjar yang berarti ‘kesatuan wilayah yang termasuk penduduknya’; thani yang berarti ‘daerah desa’; desa yang berarti ‘desa, wilayah, daerah’; dan kuta yang berarti ‘benteng, pagar, pertahanan desa, dan desa berbenteng’. Dalam beberapa prasasti, kata banwa atau wanwa ditulis banua dan wanua.

2. Undang-undang Di negara-negara yang berlandaskan hukum, segala sesuatu harus ditentukan dalam

undang-undang. Demikian pula halnya dengan pajak. Dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945, khususnya dalam pasal 23 ayat (2) dicantumkan bahwa “Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”. Dengan demikian pengenaan dan pemungutan pajak untuk keperluan negara hanya boleh terjadi kalau didasarkan atas undang-undang. Adapun pada masa pemerintahan Raja Jayapangus, dalam menjalankan tugasnya rupa-rupanya beliau berpedoman pada kitab hukum yang bersumber pada kitab hukum agama Hindu. Hal ini diakuinya secara eksplisit dalam prasasti-prasasti yang dikeluarkan. Prasasti-prasasti Raja Jayapangus memuat nama-nama Manawasasanadharma atau Manawakamandaka atau Manawakamandakadharmasasana, Smrti, Dasasila, dan Pancasiksa

Meskipun dicantumkan dalam prasasti, kitab yang dijadikan acuan adalah kitab yang berasal dari India, akan tetapi menurut Semadi Astra adalah keliru apabila dipandang bahwa isi kitab-kitab atau ajaran-ajaran itu diterapkan secara utuh dan merupakan satu-satunya acuan yang digunakan oleh raja. Eksistensi sistem budaya, sistem sosial, dan hasil karya budaya Bali Kuno tetap mempunyai kemampuan untuk berperan dalam menata kehidupan bermasyarakat (1997: 179). Kemampuan budaya setempat itu, yang oleh Quaritch Wales disebut local genius (1948n :2-32), tentu berperan cukup besar dalam menyaring serta mengakomodasi aspek-aspek hukum yang bersumber pada ajaran Hindu ke dalam tatanan organisasi kerajaan Bali Kuno, bahkan menolaknya jika ternyata tidak diperlukan.

3. Petugas Pemungut Pajak Dalam menjalankan roda pemerintahannya raja dibantu oleh pejabat-pejabat.

Pejabat-pejabat inilah sebagai penghubung antara masyarakat dengan raja, terkait dengan kewajiban penduduk membayar pajak.Berikut ini akan dibahas mengenai pejabat-pejabat yang terkait dalam pemungutan pajak pada masa pemerintahan Raja Jayapangus.

a. Sang admak akmitan apigajih Jabatan ini terbaca pertama kali dalam prasasti Ujung (962 Saka). Ada tiga dasar

Page 197: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

190

membentuk istilah jabatan ini, yakni dmak, kmit, dan gajih. Dmak (demak) berarti ‘anugerah, pemberian’, ademak berarti menerima pemberian; penerima pemberian (Zoetmulder, 1982a :387) Kmit ’jaga’; (m)akemit ’menjaga’ (Mardiwarsito,1981:279). Kata gajih selain berarti ‘lemak, gemuk’ juga dapat berarti ‘upah’ (Mardiwarsito, 1981:182). Goris sendiri mengartikan dmak dengan ’menjaga’ (waken over), pengawas (controleur) (1954b:238). Kata demak juga mengingatkan kepada kata jemak (Bahasa Bali Baru) yang berarti ‘ambil’.

Berdasarkan arti masing-masing kata yang membentuk nama jabatan itu serta dengan memperhatikan konteks pemakaiannya dalam prasasti maka dapat dikatakan bahwa sang admak akmitan apigajih semestinya diduduki oleh pejabat yang bertugas memungut drwyahaji kemudian menyimpan atau menjaganya, dan pada gilirannya pejabat yang bersangkutan juga berhak mendapat bagian sebagai upah atas jerih payahnya. Dengan kata lain, pemegang jabatan ini beserta segenap jajaran dibawahnya bertugas mengelola masalah drwyahaji. Dalam prasasti-prasasti di Jawa mereka lazim disebut dengan istilah (sang) mangilala drabyahaji atau watek mangilala drawyahaji, sebagaimana terbaca dalam prasasti Panggumulan I dan II (824 dan 825 Saka), Mantyasih I (829 Saka), dan Waharu I (B) (Astra, 1997 :332-333).

Rekaman prasasti Raja Jayapangus menunjukan ada sejumlah pegawai bawahan yang dikordinasikan oleh sang admak akmitan apigajih atau yang tergabung dalam kelompok pegawai pengelola drwyahaji. Masing-masing pegawai bawahan itu mengurusi masalah drwyahaji bidang-bidang tertentu. Jabatan pegawai-pegawai itu dapat dikemukakan sebagai berikut.

a). Sang admak akmitan apigajih kuturan Pejabat ini mempunyai kaitan tugas dengan senapati kuturan atau keluarga

kuturan yang lain. b) Sang admak akmitan apigajih krangan Tugasnya erat bersangkut paut dengan pembagian harta warisan keluarga yang

tidak menpunyai keturunan atau putus keturunan. Ada pula disebutkan jabatan sang admak akmitan ser krangan dan sang admak akmitan krangan, yang secara hirarkis kedudukannya lebih rendah dan kewenangannya lebih terbatas jika dibandingkan dengan sang admak akmitan apigajih krangan.

c) Sang admak akmitan nayakan buru Bertugas mengelola drwyahaji yang berkenaan dengan kegiatan perburuan d) Sang admak akmitan sarwa Pemegang jabatan ini kemungkinan besar mengelola drwyahaji yang ada

hubungannya dengan kewenangan Senapati Sarbwa. e) Sang admak akmitan dwal haji. Secara harfiah dwal haji dapat berarti ‘penjualan raja’ Akan tetapi, tampaknya

yang dimaksud dengan istilah itu adalah penjualan harta atau hasil bumi milik raja atau kerajaan. Adapun tugas pejabat ini kemungkinan adalah mengelola drwyahaji yang dapat ditarik dari penjualan harta tersebut. Jabatan bawahannya yang juga disebutkan dalam prasasti adalah sang akmitan dwal haji.

f) Admak akmitan taji, admak taji, dan akmitan taji. Tugas pemegang jabatan-jabatan ini pada dasarnya adalah mengurusi masalah

drwyahaji yang dapat dipunguti dari pemilikan atau penggunaan senjata ayam aduan (taji).

Page 198: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

191

b. Nayaka Menurut Van der Tuuk (1894 : 550) fungsi jabatan nayaka sama dengan jabatan

kbayan/kabayan dalam sistem pemerintahan masyarakat tradisional Bali, yaitu suatu pejabat yang bertugas mengurus dan memelihara tempat suci. Sebagai imbalannya ia diberi hak untuk mengelola (memungut hasil tanah milik tempat suci (laba pura) tesebut. Sedangkan Goris (1954b:247) menyebutkan nayaka adalah sejenis ‘pimpinan’; ‘kepala’; ’pengawas’. Kemudian Casparis (1956 : 288) menyebutkan nayaka adalah petugas kerajaan yang diberi kepercayaan untuk memungut pajak dari harta warisan orang-orang yang masih hidup. Kata nayaka yang ditemukan dalam sistem pemerintahan Bali Kuno lebih cenderung diartikan ‘pengawas’ karena wewenangnya hanya terkait dengan salah satu aspek kehidupan masyarakat. Dalam periode itu, ditemukan beberapa jabatan nayaka antara lain nayaka buru adalah pejabat yang mengelola daerah perburuan milik raja; nayaka asba mungkin pejabat yang mengurus kuda-kuda, nayaka manuk kemungkinan pejabat yang mengurusi ayam aduan, nayaka saksi kemungkinan pejabat yang berkaitan dengan pengasawan (saksi).

c. Ser Ser adalah jabatan dalam struktur pemerintahan tingkat desa yang mempunyi

wewenang mengepalai suatu unit kerja misalnya ser pasar bertugas mengkordinir kegiatan pasar, ser danu bertugas mengkordinir kegiatan di bidang pengairan atau irigasi.

d. Hulu Kayu Jabatan hulu kayu adalah jabatan yang paling sering berurusan dengan masalah-

masalah tanah, seperti memungut pajak, mengatur wilayah desa, memberi ijin membuka lahan baru baik untuk pemukiman maupun pertanian. Bahkan pejabat yang menduduki jabatan itulah yang sering mendampingi para pejabat desa (keraman), menghadap langsung kepada raja untuk menyampaikan berbagai masalah yang menimpa desa mereka dan memohon berbagai hal untuk kepentingan desanya.

e. Tuha banua/tuha thani Pada umumnya masyarakat hukum pada masa Bali Kuno disebut dengan beberapa

istilah seperti wanua/banua, thani, desa, dan thani karaman. Sedangkan penduduknya disebut anak banua/anak wanua, anak thani. Kesatuan wilayahnya disebut parimandala dan mempunyai batas yang tegas. Untuk menjalankan roda pemerintahan tingkat desa, diangkat sejumlah orang untuk menduduki jabatan-jabatan tertentu yang biasa diambil dari sesepuh desa (tuha-tuha ring desanya). Mereka kemudian membagi tugas dalam menjalankan pemerintahan di desa termasuk memungut pajak.

4. Subjek Pajak Subjek pajak disebut juga dengan istilah wajib pajak. Berdasarkan ketentuan umum

di dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 yang dimaksud dengan wajib pajak adalah orang atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Subjek pajak kalau dikaitan dengan data di dalam prasasti maka ditemukan adanya jenis pajak yang dikenakan pada setiap orang, setiap keluarga, setiap kelompok, dan setiap desa.

Page 199: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

192

5. Objek Pajak Segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau objek pajak,

baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa (Soemitro, 1990: 101). Berdasarkan prasasti-prasasti yang dikeluarkan Raja Jayapangus, maka yang dijadikan objek pajak adalah segala sesuatu yang dijadikan sasaran dalam pemungutan pajak misalnya perbuatan atau aktivitas yang berhubungan dengan agrikultur antara lain pertanian lahan basah (sawah/huma) dan peternakan (babi, ayam, persilangan ternak) perbuatan yang berkaitan dengan usaha transportasi atau perdagangan dan juga penghasilan yang diperoleh dari profesi sebagai seniman, pemadam kebakaran, dan pengawas atau saksi.

6. Surat Keputusan Surat ketetapan pajak adalah keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak

yang terhutang, jumlah pengurangan pembayaran pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih hurus dibayar (Soemitro, 1987 : 43-45). Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan surat ketetapan tersebut dapat ditemukan pada prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja Jayapangus. Meskipun tidak semua aspek yang ada dalam surat ketetapan itu ada dalam prasasti. Di dalam prasasti-prasasti Raja Jayapangus disebutkan pajak apa saja yang harus dibayar, berapa jumlah pajak yang harus dibayar, sanksi-sanksi yang dikenai bagi orang-orang yang melanggarnya, dan bulan apa suatu pajak harus dibayar.

7. Mekanisme Pemungutan Pajak Mekanisme pemungutan pajak dapat dilihat berdasarkan hierarki pemungutan pajak.

Hierarki pemungutan pajak pada masa pemerintahan Raja Jayapangus dapat digambarkan sebagai berikut. Raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan mempunyai ‘hak milik’ atas pajak, memberi kewenangnan memungut pajak kepada para pejabat daerah seperti nayaka buru, nayaka tangkalik, nayaka manuk, nayaka saksi, ser danu, hulu kayu, caksu paracaksu dan para pejabat setingkat itu, yang dibantu oleh para rama atau tuha banua/tuha thani (kepala desa). Untuk mengawasi pemungutan pajak dan pengelolaan pajak yang terkumpul, raja mempercayakan kepada sang admak akmitan apigajih, yang kemudian dimasukan ke dalam kas kerajaan. Selain mengikuti heirarki pemungutan pajak seperti diatas, beberapa data prasasti juga menunjukan bahwa pajak/iuran tidak diserahkan kepada raja pada akhirnya tetapi dipersembahkan kepada bangunan suci (bhatara). Hal ini sering terjadi pada masyarakat yang memiliki status swatantra (otonomi sendiri) yang dalam prasasti dikenal dengan istilah jataka. Waktu pembayaran pajak tidaklah dilakukan secara serentak bagi semua jenis pajak yang ada. Ada yang dilakukan secara periodik, yakni setiap tahun (anken Cetra/Caitra (setiap bulan sembilan), anken Magha (setiap bulan tujuh), Asuji (bulan ketiga), Kartika (bulan keempat), dan ada juga beberapa jenis pajak dipungut setiap bulan (habulan-bulanan) yang kadang kala disertai dengan tanggal.

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Pajak pada Masa Pemerintahan Raja Jayapangus

Walaupun pengaturan pajak diatur oleh raja agar tidak memberatkan masyarakat sebagai wajib pajak, pada kenyataannya pajak-pajak tersebut sering menimbulkan keresahan kalangan masyarakat. Beberapa faktor penyebab terjadinya pelanggaran pajak pada masa pemerintahan raja Jayapangus adalah sebagai berikut.

Page 200: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

193

1. Ulah para pemungut pajak Prasasti raja Jayapangus memperlihatkan bahwa telah terjadi keresahan dalam

mayarakat beberapa desa yang disebabkan oleh ulah para pemungut pajak. Ulah para pemungut pajak ini ada yang disebabkan karena unsur ketidaksengajaan atau kesalahpahaman mengenai jumlah dan ketentuan dalam pemungutan pajak dan ada juga yang disebabkan karena unsur kesengajaan atau penyelewengan. Penyelewengan ini dapat berupa pemungutan pajak yang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat diketahui dari munculnya prassati-prasasti yang berisikan permohonan untuk memulihkan kembali ketetapan-ketetapan perpajakan yang pernah dilanggar oleh para petugas pemungut pajak.

2. Ketidakmampuan masyarakat membayar pajak. Ketidakmampuan masyarakat untuk membayar pajak juga menyebabkan pelanggaran

pajak. Ketidakmampuan membayar pajak disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena berkurangnya jumlah anggota masyarakat sebagai wajib pajak (subjek pajak) dan berkurangnya hasil bumi ataupun penghasilan (objek pajak). Berkurangnya subjek serta objek pajak juga disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena adanya bencana alam, kekacauan didaerahnya sendiri, atau adanya serangan dari daerah lain terhadap daerahnya.

9. Upaya Penanggulangan Pelanggaran Pajak pada Masa Pemerintahan Raja Jayapangus

Keresahan dalam masyarakat mengakibatkan keluhan-keluhan yang kemudian disampaikan kepada raja Jayapangus melalui tokoh-tokoh/ tetua-tetua masyarakat dan/atau pejabat perantara yang biasanya erat kaitannya dengan sumber keresahan masyarakat tersebut. Untuk menanggulangi keadaan tersebut, raja bersama aparat kerajaan mengadakan persidangan dengan terlebih dahulu mengutus salah satu pejabat untuk mengadakan penyelidikan secara langsung ke daerah yang bersangkutan. Di dalam pesidangan istana tersebut dihadapkanlah tokoh-tokoh masyarakat sebagai wakil dari wajib pajak dan pejabat pemungut pajak guna mencari penyesuaian dan pemecahan masalah tersebut. Beberapa upaya yang dilakukan dalam menanggulangi pelanggaran pajak pada masa pemerintahan raja Jayapangus adalah sebagai berikut.

1. Meninjau kembali keputusan-keputusan yang telah ditetapkan. Kenyataan ini termuat di dalam beberapa prasasti yang menyebutkan bahwa Raja

Jayapangus berkali-kali memberikan pengampunan atau keringanan pajak berupa bebas pajak keseluruhan atau sebagian dari jumlah pajak, apabila rakyat merasa keberatan membayar pajak yang telah ditetapkan oleh raja.

2. Memberikan hak swatantra Hak swatantra lebih dikenal dengan istilah sima dalam prasasti-prsasati Jawa Kuna.

Gambaran sepintas tentang sirkulasi pajak di wilayah sima adalah bahwa sima itu seolah-olah berada langsung dibawah raja dan memperoleh pengurangan keharusan membayar pajak sesuai ketentuan umum. Hasil pungutan pajak pada daerah swatantra tidak lagi dibayarkan kepada pemerintah pusat melainkan dikelola sendiri oleh daerah sima yang bersangkutan. Dengan demikian berarti bahwa daerah itu diberi hak untuk tidak menyerahkan pajak ke kerajaan. Akan tetapi karena pajak merupakan salah satu

Page 201: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

194

sumber pendapatan yang cukup besar, maka kerajaan kemudian membuat ketentuan tentang pembatasan usaha yang tidak terkena pajak kerajaan, atau dengan kata lain pajaknya tidak diserahkan ke kerajaan. Ketentuan itu dimaksudkan untuk menjaga kestabilan pemasukan kerajaan, yaitu agar kerajaan tetap memperoleh pemasukan pajak dari daerah, meskipun suatu daerah telah ditetapkan sebagai sima.

3. Menganugerahkan prasasti Prasasti pada hakikatnya merupakan ketetapan raja mengenai pelbagai masalah yang

dihadapi oleh suatu desa termasuk pajak. Ketetapan itu wajib dipatuhi oleh semua pihak terkait, baik mereka itu penduduk desa yang bersangkutan atau desa lain maupun pejabat-pejabat tinggi kerajaan. Dalam prasasti tersebut diatur segala hak dan kewajiaban suatu masyarakat yang dianugerahi prasasti salah satunya tentang pajak.

4. Memberikan hukuman yang setimpal Berdasarkan data prasasti memang tidak disebutkan hukuman atau ganjaran yang

dikenakan kepada aparat pemungut pajak yang melanggar, tetapi kemungkinan hukuman tersebut memang ada, baik dalam bentuk denda, hukuman badan atau diberhentikan dari jabatannya yang didahului dengan proses pengadilan. Sebagai pembanding dapat dilihat pada prasasti-prasasti Jawa kuna yang mencantumkan perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam tindak pidana ataupun perdata. Adanya hukuman juga tersirat dari sapatha yang biasanya dituliskan pada bagian akhir prasasti. Sapatha adalah kutukan yang dikenakan kepada orang yang berani melanggar aturan-aturan yang termuat dalam prasasti maupun merusak prasasti tersebut.

4. Simpulan dan Saran

4.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian terdahulu maka pada uraian ini akan dicoba untuk mengemukakan

beberapa simpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang dirumuskan. Simpulan yang dikemukakan berikut ini bersifat sementara dan sewaktu-waktu akan berubah bila ditemukan data baru. Beberapa simpulan yang dirumuskan adalah sebagai berikut.

1. Masyarakat Bali Kuna pada masa pemerintahan raja Jayapangus telah melakukan kewajiban sebagai warga kerajaan dengan membayar beberapa jenis pajak. Mekanisme pemungutan pajak pada masa pemarintahan raja Jayapangus dapat dilihat berdasarkan hierarki pemungutan pajak. Hierarki pemungutan pajak pada masa pemerintahan Raja Jayapangus dapat digambarkan sebagai berikut. Raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan mempunyai ‘hak milik’ atas pajak, memberi kewenangan memungut pajak kepada para pejabat daerah seperti nayaka buru, nayaka tangkalik, nayaka manuk, nayaka saksi, ser danu, hulu kayu, caksu paracaksu dan para pejabat setingkat itu, yang dibantu oleh para rama atau tuha banua/tuha thani (kepala desa). Untuk mengawasi pemungutan pajak dan pengelolaan pajak yang terkumpul, raja mempercayakan kepada sang admak akmitan apigajih, yang kemudian dimasukan ke dalam kas kerajaan.

2. Faktor penyebab terjadinya pelanggaran pajak pada masa pemerintahan raja Jayapangus adalah ulah para pemungut pajak yang melakukan kesalahan karena memungut pajak tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur. Di samping itu, ketidakmampuan masyarakat untuk membayar pajak juga merupakan faktor penyebab terjadinya pelanggaran pajak.

3. Adapun upaya yang dilakukan dalam menanggulangi pelanggaran pajak pada masa

Page 202: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

195

pemerintahan raja Jayapangus adalah dengan meninjau kembali keputusan-keputusan yang telah ditetapkan, memberikan hak swatantra kepada penduduk suatu desa, menganugerahkan prasasti, dan memberikan hukuman yang setimpal.

4.2 Saran Upaya memetik nilai positif dari aktivitas masa lampau merupakan hal yang pantas dilakukan

oleh siapapun. Memang upaya itu sering merupakan sesuatu yang sukar dilaksanakan, namun akan lebih baik jika tetap diusahakan. Hal-hal yang dikemukakan di bawah ini merupakan sebuah usaha kearah tersebut. Ditinjau dari segi nilai-nilai luhur budaya, dapat dikatakan bahwa nilai-nilai luhur budaya lama dan baru bukanlah merupakan dua hal yang bersifat terpisah. Cukup banyak nilai-nilai budaya yang masih dianut pada dewasa ini yang pada hakikatnya merupakan produk masa lampau. Memang dalam upaya memanfaatkan nilai-nilai budaya lama dalam menghadapi masa kini dan masa yang akan datang diperlukan kearifan menyeleksi serta “mendaur ulang” agar didapat nilai-nilai yang betul-betul bermanfaat bagi kehidupan. Perlu disadari bahwa sikap apriori dengan memandang bahwa segala sesuatu yang merupakan produk budaya lama harus ditinggalkan adalah sikap yang patut dihindari.

Daftar Pustaka

[1] Astra, I Gde Semadi. 1997. “Birokrasi Pemerintahan Bali Kuno abad XII-XIII : Sebuah Kajian Epigrafis”, Disertasi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

[2] Bekker, S.J.WM. 1972. Ilmu Prasasti Indonesia (Serie Risalah Pengantar Pengajaran dan Pembelajaran Sejarah) Yogyakarta : Jurusan Sejarah IKIP Sanata Dharma.

[3] Boechari, M. 1977 Epigrafi dan Sejarah Indonesia. Majalah Arkeologi Th I No. 2. Jakarta : Fakultas Sastra Univ. Indonesia Hal. 1-20.

[4] Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. 2004. Himpunan Prasasti-Prasasti Bali Masa Pemerintahan Raja Jayapangus. Denpasar.

[5] Goris, DR. Roelof. 1954a. Prasasti Bali I. Bandung : NV. Masa Baru.[6] Goris, DR. Roelof. 1954b. Prasasti Bali II. Bandung : NV. Masa Baru.[7] Koentjaraningrat. 1991 Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.[8] Miles, MB dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press.[9] Sedyawati, Edi. 1997. “Konsep dan Strategi Pelestarian Warisan Budaya”, Makalah disampaikan

dalam Internatonal Workshop on Balinese Culture Heritage,. Denpasar tanggal 29 Juli 1997.[10] Shastri, Pandit, N. D.. 1963. Sejarah Bali Dwipa. Denpasar : Bhuwana Saraswati.[11] Soebadio, Haryati. 1980. “Mencari Akar Kebudayaan Nasional”, Dalam Analisis Kebudayaan.

Dep. P.dan K. Jakarta, No. 1. Th. I : 7-10.[12] Suhadi, Machi. 1979. Himpunan Prasasti Bali, Koleksi R. Goris dan Ktut Ginarsa. Jakarta.

Page 203: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

196

Implementasi Kebijakan Program Kb Di Kota Denpasar Dalam Perspektif New Public Service

Strategi dan Standarisasi Pelayanan Publik Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Pemerintah Kota Denpasar dalam Peningkatan Peran

Akseptor Program KB Metode Operasi Pria

Tedi Erviantono 1 , Ni Made Ras Amanda G 1, Ni Nyoman Dewi Pascarani 1

1 Administrasi Negara, FISIP Unud, Denpasar, IndonesiaE-mail : [email protected]

AbstractThe policy of controlling population is one of important focus that has become a priority in order to improving people welfare in local government. One of implementation of this policy is birth control program by men vasectomy. This research is held to study the principle of new public service in birth control program, especially for men surgery in Denpasar City. The study of this research is done through descriptive method and also attaching interview instrument and documentation. On its implementation, the government of Denpasar, through Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Denpasar refers to new public service principles. This implementation program has reached over the target. Some of new public service principle has been applied in control birth program by men surgery metode, which is : accessible, society participation, and reward for successful program that has been done transparently through Surat Keputusan Walikota.

Keywords : new public service, birth control program men surgery

1. Pendahuluan Problematika sebagian besar negara berkembang adalah mereduksi angka kemiskinan dengan

menggunakan beragam strategi. Beberapa hal ditempuh antara lain peningkatkan infrastruktur ekonomi serta pembangunan derajat partisipasi masyarakat melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan. Hanya kendala peningkatan tersebut bersumber pada permasalahan kependudukan. Hal ini terlihat dari fakta masih tingginya angka kematian bayi, termasuk ibu melahirkan, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang hak reproduksi, serta masih tingginya laju pertumbuhan penduduk yang tidak imbang dengan daya dukung lingkungan. Keprihatinan permasalahan kependudukan melahirkan konsep pembangunan berwawasan kependudukan sebagai integral konsep sustainable development (Hakim,2011: 41).

Kesadaran negara-negara mengurai masalah kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan dirintis sejak tahun 1994. Sekitar 120 negara berkomitmen melalui Konferensi Internasional Pembangunan dan Kependudukan (ICPD) di Cairo yang intinya bersama-sama menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi bagi semua orang tanpa diskriminasi dengan capaian selambat-lambatnya tahun 2015 (Mantra, 2004:15). Komitmen ini ditindaklanjuti program Millenium Development Goals (MDGs) yang salah satunya mempromosikan kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan (promoting gender equality and empowering women).

Indonesia memulai program pengendalian laju angka pertumbuhan kependudukan sejak awal Orde Baru, dimana tahun 1967 Presiden Soeharto kala itu ikut menandatangani deklarasi kependudukan dunia. Pendukung komitmen tersebut ditindaklanjuti pendirian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 8 tahun 1970. BKKBN merupakan lembaga Non Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam bidang pengendalian laju pertumbuhan penduduk di Indonesia melalui Program Keluarga Berencana Nasional (Utarini, 2005 : 98).

Page 204: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

197

Lembaga resmi pelaksana teknis BKKBN terstruktur secara hirarkis, dari tingkat Pusat, Daerah Tingkat I (sekarang provinsi), Daerah Tingkat II / Kotamadya (sekarang kabupaten/kota) hingga tingkat kecamatan maupun desa. Pada perjalanannya, lembaga ini mengalami penyesuaian secara program maupun kelembagaan, termasuk Pembentukan Kementerian Kependudukan dan BKKBN berdasarkan Kepres Nomor 109 Tahun 1993. Dasa warsa awal 1970-1980-an, Program Keluarga Berencana (KB) berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dari 2,8% menjadi 2,3%. Dasa warsa 1980-1990-an, laju pertumbuhan penduduk ditekan kembali menjadi 1,98%, serta pada dekade 1990-2000-an laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,49% (Suyono; 2005:29). Meski trend pertumbuhan penduduk cenderung menurun, namun angka absolut pertumbuhan penduduk rata-rata kisarannya masih cukup tinggi yaitu 3 juta jiwa per tahun dari jumlah penduduk 219 juta jiwa, sehingga menurut proyeksi BAPENAS, tahun 2025 penduduk Indonesia akan berjumlah 273,7 juta jiwa (Kompas, 3 Agustus 2005).

Melihat kondisi tersebut, keberadaan Program Keluarga Berencana tentunya masih sangat dibutuhkan terutama menjaga keseimbangan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, maupun daya dukung lingkungan. Fokus yang perlu dicapai adalah komitmen terhadap program KB yang merujuk ratifikasi Deklarasi Cairo (ICPD) dimana mendasarkan pada tuntutan keadilan dan kesetaraan gender. Realitasnya hingga kini, tingkat kesertaan ber-KB masih didominasi perempuan, sedangkan pihak pria tingkat kesertaannya masih sangat rendah, yaitu kurang 6% dari jumlah total Peserta KB Aktif. Komitmen ideal program KB adalah keikutsertaan peserta KB Pria dalam penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang, salah satunya melalui Medis Operasi Pria (MOP) atau vasektomi.

Rakernas Program KB tahun 2000 mengamanatkan perlunya ditingkatkan peran pria dalam Keluarga Berencana dan ditindak lanjuti Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan/Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor 10/HK-010/B5/2001 tanggal 17 Januari 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, dengan membentuk Direktorat Partisipasi Pria di Bawah Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang bertugas merumuskan kebijakan operasional peningkatan partisipasi pria dalam program KB. Pada arahan program tersebut ditegaskan perlunya intervensi khusus dengan program peningkatan partisipasi pria yang tujuan akhirnya mewujudkan keluarga berkualitas melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan, promosi KB dan kesehatan reproduksi berwawasan gender pada tahun 2015 (BKKBN, 2000:43).

Perkembangan pelaksanaan program peningkatan kesertaan KB pria di lapangan ternyata belum mencapai harapan. Dalam kenyataannya terdapat permasalahan muncul dalam implementasi program yang dilaksanakan, antara lain operasionalisasi program yang bias gender, penyiapan tempat dan tenaga pelayanan yang masih serba terbatas, peralatan lebih banyak digunakan untuk peserta KB perempuan, serta terbatasnya pilihan kontrasepsi pria. Berdasarkan kondisi inilah, maka pilihan KB kalangan pria masih kurang populer dibanding KB perempuan karena juga ada stereotype bahwa kecenderungan beban pemeliharaan anak termasuk keikutsertaan program KB masih ditanggung oleh pihak ibu (perempuan), resiko penggunaan kontrasepsi pria yang dapat menimbulkan gangguan dan mengurangi kualitas hubungan seksual, keengganan pihak istri (perempuan) pada suami untuk menyatakan kesepakatan akibat faktor hambatan dominasi nilai sosial budaya serta kekhawatiran adanya efek samping kesehatan reproduksi dari pihak pria (Zaeni, 2006 : 12).

Pada kondisi yang sama, secara historis terdapat permasalahan serius pada tingkat kelembagaan operasional yang juga secara langsung mempengaruhi peningkatan kesertaan KB pria. Keputusan Menteri Pemberdayaan Perempuan/Kepala BKKBN yang merujuk pada Keputusan Presiden Nomor 20 tahun 2000 Tentang Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang ditandatangani

Page 205: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

198

Presiden Abdurrahman Wahid kala itu, dimana BKKBN merupakan instansi vertikal menjadi kontraproduktif (tidak berarti) saat harus berhadapan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 tahun 2003 tentang SOTK di daerah yang disahkan pada masa Presiden Megawati.

PP yang disertai regulasi pelaksana Kepres Nomor 103 tahun 2001 tersebut menggariskan bahwa sebagian besar kewenangan BKKBN harus sudah diserahkan kepada daerah hingga akhir tahun 2003. Kondisi ini mengakibatkan terombang-ambingnya kelembagaan sekaligus berdampak pada implementasi program, karena keberagaman masing-masing daerah menilai kepentingan program KB, termasuk munculnya masalah ketidakjelasan komitmen anggaran pendukung program keluarga berencana di level daerah (Utarini, 2005 : 98) atau kurang populernya program KB sebagai program yang dicap “Orde Baru” (Metrotvnews.com, 2012).

Untuk Kota Denpasar, Pemerintah Daerah masih tetap berkomitmen melaksanakan program KB dengan membentuk lembaga khusus, yaitu Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui legalitas Perda Kota Denpasar Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Denpasar. Keberadaan lembaga ini secara implementatif diharapkan akan diikuti dengan peningkatan Program Keluarga Berencana secara lebih baik, efektif, efisien, dan akuntabel sebagaimana tujuan utama dari otonomi daerah. Penyelenggaraan program di era otonomi daerah idealnya memang harus menyertakan sebuah standar layanan yang mengikuti paradigma new public service, dimana sebagaian besar nilai-nilainya diderivasi dari tuntutan penegakan good governance kelembagaan layanan publik di daerah, termasuk Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Denpasar. Menurut Miftah Thoha (2008 : 24), penyelenggaraan pelayanan publik dalam ranah keilmuan administrasi negara di masa kini telah mengalami pergeseran dari old public administration ke arah paradigma new public service yang menyertakan perubahan pada tataran formulasi, impelementasi dan evaluasi kebijakan publik. Pada arah ini pelibatan komponen warga negara, institusi publik, perusahaan swasta dan Non Governmental Organization (NGO) merujuk pada proses governance sekaligus sebagai bentuk keterlibatan total otoritas publik. Otoritas publik dilibatkan secara optimal, baik dalam bentuk pemberian ruang akses pendapat / suara bagi warga negara serta akomodasi isu-isu yang menjadi konsentrasi dari publik di tingkatan fase formulasi maupun implementasi kebijakan yang dihasilkan.

Penelitian ini hendak mengetahui ragam strategi dan standarisasi pelayanan publik yang dijalankan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Pemerintah Kota Denpasar terkait peningkatan peran akseptor KB Program Metode Operasi Pria (Vasektomi) sebagai implementasi kebijakan Keluarga Berencana dalam perspektif new public service. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik penelitian deskriptif kualitatif dengan mengajukan pertanyaan yang dirancang sebelumnya kepada pihak-pihak terkait dengan tema penelitian ini.

2. Perumusan Masalah1) Bagaimanakah bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan Pemerintah Kota Denpasar dalam Peningkatan Peran Akseptor KB Program Metode Operasi Pria (Vasektomi)?

2) Strategi dan standarisasi kelembagaan apa sajakah yang dijalankan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Pemerintah Kota Denpasar ditinjau dari perspektif new public service?

3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Perempuan Pemerintah Kota Denpasar dalam Peningkatan Peran Akseptor KB khususnya dalam Program Metode Operasi Pria (Vasektomi) ditinjau dari perspektif new public service;

Page 206: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

199

2. Untuk mengetahui ragam bentuk strategi dan standarisasi yang dijalankan Pemerintah Kota Denpasar dalam implementasi kebijakan program Keluarga Berencana di Kota Denpasar dan kesesuaiannya dengan paradigma new public service;

4. Tinjauan Pustaka Penelitian terkait partisipasi akseptor KB pria dalam keberhasilan program KB memang

telah banyak dilakukan. Penelitian Ekarini (2008) dari Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro misalnya mengulas analisis faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Pada kesimpulannya, Madya mengungkapkan tingkat partisipasi pria ber-KB dipengaruhi pengetahuan, kualitas pelayanan KB, akses pelayanan KB serta sosial budaya. Ekayanti (2005) juga melakukan penelitian tentang tingkat persepsi pria pasangan usia subur terhadap partisipasi pria dalam ber-KB di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini menyimpulkan ada hubungan positif antara tingkat pendidikan, pengetahuan, motivasi, pengalaman, sosial budaya, dan nilai-nilai agama yang dianut dengan persepsi pria pasangan usia subur terhadap partisipasi pria dalam ber-KB.

Pada ranah keilmuan administrasi negara, Zaeni (2005) dari Magister Ilmu Administrasi Universitas Diponegoro menyoroti implementasi kebijakan peningkatan kesertaan KB Pria di Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang. Penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan peningkatan kesertaan KB pria masih menyisakan probelmatika khususnya dalam penyelesaian struktur kelembagaan di kecamatan. Sumberdaya yang masih rendah kualitasnya mengakibatkan menurunnya kualitas kemampuan berkomunikasi bagi penyuluh KB dalam melakukan konseling KB pria. Hanya saja, baik dari tulisan artikel jurnal ilmiah maupun tugas akhir, penelitian yang khusus menyangkut strategi dan standarisasi kelembagaan pelaksana program Keluarga Berencana di level Pemerintah Daerah masih jarang dilakukan, apalagi yang dikaitkan dengan perspektif / tinjauan konsep new public service.

Menurut Entjang (Ritonga, 2003 : 87) Program Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Menurut WHO (Expert Committe, 1970), KB merupakan tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Indonesia menjalankan program KB dengan salah satu tujuannya adalah mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Salah satu program KB yang disoroti dalam penelitian ini adalah KB Pria. Metode KB pria ada dua bentuk, yaitu permanen yang dikenal sebagai Metode Operasi Pria serta metode tidak permanen yaitu penggunaan kondom. Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada pelayanan Metode Operasi Pria. MOP atau vasketomi, merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dengan metode menggunakan operasi kecil sesuai dengan persyaratan bagi calon akseptor pria yang sudah ditetapkan (Kompas, 9 April 2011).

Menurut Utarini (2005:28), penyediaan program KB merupakan salah tugas Negara (baca : pemerintah) dalam menyediakan layanan publik kepada masyarakat. Sesuai dengan tutuntan good governance, penyelenggaraan pelayanan publik ini tidak hanya sebatas kelembagaan melainkan juga terkait dengan program maupun standarisasi yang dijalankan untuk mencapai unsur efektifitas, efisiensi dan transparansi. Dalam ranah keilmuan administrasi negara, konsep layanan publik telah mengalami pergeseran dari old public administration menjadi new public service. Esensi utama yang terkandung dalam new public service yaitu pengakuan atas warga negara dan posisinya sangat penting bagi pemerintahan demokratis. Jati diri warga negara tidak dipandang persoalan kepentingan

Page 207: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

200

pribadi (self interest) semata namun juga melibatkan nilai, kepercayaan, dan kepedulian terhadap orang lain. Warga negara diposisikan pemilik pemerintahan (owners of government) dan mampu bertindak secara bersama-sama mencapai sesuatu yang lebih baik. Kepentingan publik tidak lagi dipandang sebagai agregasi kepentingan pribadi melainkan sebagai hasil dialog dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan bersama. Perspektif new public service menghendaki peran administrator publik untuk melibatkan masyarakat dalam pemerintahan dan bertugas melayani masyarakat. Peran pemerintah adalah melayani (serving, tidak lagi steering atau rowing) dan posisi publik bukan lagi sekedar klien atau pelanggan, melainkan sebagai warga negara (citizen). Pelayanan publik muncul dari kebutuhan publik, dan pelaksanaannya merupakan hasil kesepakatan stakeholder. Seluruh proses kerja pelayanan berlandaskan pada aturan hukum, kesepakatan nilai publik, standar profesional dan kepentingan publik.

Perspektif new public service yang dilontarkan Denhardt & Denhardt (dalam Puspitosari, 2010 : 60) memiliki beberapa prinsip penting. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1. serve citizens, not customers. Prinsip ini menganggap apa yang menjadi kepentingan publik merupakan hasil dialog, bukan sekedar agregasi kepentingan individual. Pejabat publik tidak hanya merespon kebutuhan publik sebagai pelanggan, melainkan fokus untuk membangun relasi kepercayaan dan kolaborasi dengan warga. Masyarakat adalah warga negara dan bukan pelanggan karena tidak ada owner di dalam proses pemerintahan dan bernegara. Pada dasarnya masyarakat adalah pemilik sah dari negara itu sendiri. 2. Seek public interest, administrator publik harus memberikan kontribusi dalam mengembangkan gagasan tentang kepentingan publik. Tujuan bukan sekedar menemukan solusi cepat yang berdasarkan pilihan individual, tetapi lebih pada bagaimana menciptakan apa yang menjadi kepentingan bersama sekaligus tanggungjawab bersama. Prinsip ini mengutamakan kepentingan publik bukan privat. 3. citizenship over entrepreneurship, prinsip ini mengutamakan agar lebih menghargai warga negara daripada kewirausahaan. Kepentingan publik lebih baik apabila ditunjukkan dalam komitmen pejabat publik membuat kontribusi bermakna ketimbang kepiawaian pejabat dalam mengembangkan dirinya sendiri. 4. Think strategically, act democratically. Kebijakan publik dan program merupakan upaya pemenuhan kebutuhan publik dan dicapai efektif melalui usaha kolaboratif. 5. Recognize that accountability not simple, dalam perspektif ini abdi masyarakat harus mematuhi peraturan perundang-undangan, nilai-nilai kemasyarakatan, norma politik, standar profesional, dan kepentingan warga negara. 6. Serve rather than steer, pejabat publik membantu masyarakat mengartikulasikan apa yang menjadi kepentingan bersama daripada mengendalikan atau mengarahkan publik. 7. Value people, not just productivity, organisasi publik akan berhasil secara jangka panjang bila bekerja secara kolaboratif dan berdasarkan kepemimpinan kolektif dengan menghargai semua masyarakat.

Sebagai bagian masyarakat dunia pada prinsipnya administrasi negara di Indonesia juga mengalami perkembangan dan pergeseran paradigma mengikuti fenomena global. Dalam konteks kekinian, praktek administrasi negara telah mengarah pada prinsip-prinsip paradigma new public service. Pada paradigma new public service ini komponen terpenting yang harus diperhatikan adalah adanya program dan standarisasi. Program dan standarisasi kelembagaan yang terkelola secara kolaboratif dengan masyarakat dan tentunya tetap menempatkan masyarakat sebagai warga negara (Thoha, 2008: 32). Ratminto (2006) mengemukakan strategi sebagai cara mencapai tujuan dan sasaran orga nisasi yang dijabarkan ke dalam kebijakan dan program. Strategi merupakan faktor penting proses perencanaan stratejik, sebab strategi merupakan renca na menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan tujuan dan sasaran dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi dan keadaan lingkungan. Penjabaran pertama strategi adalah kebijakan, yaitu ketentuan yang ditetapkan menjadi pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pelaksanaan program dan kegiatan, guna kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, dan misi organisasi. Strategi

Page 208: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

201

erat kaitannya dengan program, yaitu kumpulan kegiatan sistematis dan terpadu untuk menda-patkan hasil yang diIaksanakan instansi pemerintah guna men capai sasaran tertentu sesuai indikator sasaran yang telah ditetapkan. Strategi pada penelitian ini adalah strategi yang dijalankan lembaga pemerintah dalam penanganan program keluarga berencana.

Standar adalah tingkat minimum yang jika dicapai kemungkinan besar akan menimbulkan kepuasan bagi pelanggan/masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah No.102 Tahun 2000 dijelaskan bahwa standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metoda yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Schroeder (dalam Ratminto, 2006 : 28) menegaskan standar dalam pelayanan publik akan memberikan manfaat mengurangi variasi proses, memenuhi persyaratan profesi, dan dasar untuk mengukur mutu. Standar menjamin keselamatan pemakai layanan dan petugas penyedia pelayanan. Dengan dikuranginya variasi pelayanan akan meningkatkan konsistensi pelayanan publik, mengurangi terjadinya kesalahan, meningkatkan efisiensi dalam pelayanan, dan memudahkan petugas dalam memberikan pelayanan.

Dikenal tiga jenis standar (Donabedian dalam ratminto, 2006 : 31), yaitu: Pertama, standar struktur, yang meliputi sumberdaya manusia, uang, material, peralatan, dan mesin; Kedua, standar proses yang merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan, dan Ketiga, standar hasil yang merupakan hasil (outcome) yang diharapkan. Burill dan Ledolter membedakan standar menjadi dua, yaitu: Pertama, standar eksternal merupakan standar yang disusun oleh pihak di luar organisasi pelayanan, dan kedua, standar internal yang disusun sendiri oleh organisasi pelayanan dengan dasar bukti, referensi, dan kondisi organisasi. Sedangkan, proses penyusunan standar meliputi empat langkah utama, yaitu: menentukan kebutuhan dan lingkup standar, menyusun standar, menerapkan standar, evaluasi dan pembaharuan (updating) standar. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 pasal 1 ayat 6 mendefinisikan Standar Pelayanan Minimal sebagai mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diterima setiap warga secara minimal. Pengertian SPM mengacu Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 yang menegaskan setiap jenis pelayanan harus jelas tolok ukurnya yang disebut dengan indikator SPM. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM. Indikator tersebut berupa masukan, proses, keluaran, hasil dan atau manfaat pelayanan dasar. Tiap indikator harus jelas standar capaiannya (threshold) yang dalam Permendagri disebut nilai (Hakim, 2011 : 24).Standar Pelayanan Minimal merupakan janji satuan kerja dalam menyediakan pelayanan wajib kepada masyarakat yang dilayani. Standar pelayanan minimal dari seluruh SKPD dan satuan kerja yang memberikan pelayanan publik menjadi indikator (tolok ukur) yang disusun sejalan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dan rencana stratejik daerah yang merupakan janji kinerja pemerintah daerah terhadap masyarakat yang ada di wilayah kerja. Pemerintah Daerah berdasarkan standar pelayanan minimal mengupayakan sumber daya dan fasilitasi proses pelayanan satuan kerja agar standar pelayanan minimal yang dijanjikan dapat dipenuhi (Thoha, 2008 : 71).

5. Hasil Penelitian Jumlah penduduk Kota Denpasar pada tahun 2011 adalah 531.924 dengan rincian 272823 pria

dan 259101 perempuan. Angka kepadatan penduduk Kota Denpasar yaitu rata-rata mencapai 4163 jiwa per km persegi. Mengingat angka kepadatan penduduk di Kota Denpasar tertinggi diantara kabupaten lain di Provinsi Bali, maka diperlukan adanya pengendalian kependudukan yang salah satunya ditempuh dengan pemberian pelayanan KB. Persepsi pelaku pembangunan maupun

Page 209: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

202

masyakarat di daerah terhadap program KB sebagian besar masih menganggap badan-badan penyelenggara program Keluarga Berencana sebagai instansi (institusi) yang tidak menghasilkan, padahal program KB merupakan insvestasi jangka panjang. Berangkat dari kepentingan inilah maka Pemerintah Daerah, termasuk Pemerintah Kota Denpasar memiliki kepentingan strategi menjalankan optimalisasi program keluarga berencana.

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2KB) Kota Denpasar merupakan institusi penyelenggara layanan publik keluarga berencana, termasuk menjalankan program KB metode operasi pria / vasektomi. Institusi ini menjalankan kemitraan kerja antara daerah (baca : Pemerintah Kota) dengan instansi vertikalnya yaitu BKKBN Provinsi Bali. Tugas pokok dan fungsi BP2KB menjalankan keseluruhan program KB baik akseptor perempuan maupun laki-laki (Giriyasa & Wijaya, wawancara 2012).

1. Program Umum BP2KB Tupoksi yang dijalankan BP2KB terkait program KB secara umum antara lain pembinaan

usia perkawinan, pengaturan kelahiran, ketahanan keluarga dan pemberdayaan keluarga. BP2KB menerapkan ukuran kinerjanya melalui Komitmen Kinerja Program (KKP). Standarisasi KKP yang dijalankan BP2KB Kota Denpasar mencakup beberapa program umum (Giriyasa, wawancara 2012). Pertama, Program Generasi Berencana (Genre). Sasaran program ini kalangan remaja dengan strategi penyuluhan ke sekolah maupun Seka Truna Truni (STT) pada semua desa terkait program ini. Tujuan program mengajak remaja menikah sesuai umur, memprioritaskan pendidikan serta pekerjaan. Kedua, Program Pengaturan Kelahiran. Program ini bertujuan memantapkan jarak kelahiran agar orang tua dapat memberi kasih sayang yang cukup kepada anak. Jarak minimal antar anak 3-4 tahun sehingga ibu menyusui buah hatinya minimal umur 2 tahun agar pertumbuhan anak lebih baik. Ketiga, Program Ketahanan Keluarga, yang terbagi atas ; Bina Keluarga Balita dengan program pengenalan lingkungan kepada balita yang bekerja sama dengan PAUD dan dilaksanakan di setiap kelurahan. Balita dikelompokkan sesuai umur dan diberikan pendidikan sesuai tingkatan umur; Bina Keluarga Remaja yaitu penyuluhan ke setiap sekolah maupun Seka Truna Truni yang terdapat di Kota Denpasar. Program ini sama dengan program pendewasaan usia kawin dan memberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi; Bina Keluarga Lansia di setiap desa / banjar yang bekerjasama dengan aparat desa dan membentuk panitia khusus penanganan kegiatan lansia seperti senam lansia atau perawatan kesehatan lansia.

Ketiga, Pemberdayaan Keluarga kurang mampu dan anggota keluarganya tidak memiliki pekerjaan namun mempunyai keahlian. Pada program ini, BP2KB Pemerintah Kota Denpasar melakukan fasilitasi berupa pelatihan dengan pengelompokan sesuai keahlian akseptor melalui pembentukan UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Akseptor KB yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, dibentuk dalam kelompok yang dapat menghasilkan ekonomi produktif berupa barang dan bernilai jual dengan pendampingan bantuan modal usaha dari Pemerintah Kota Denpasar, seperti kelompok pembuat canang, jajanan banten, pembuat porosan, pembuatan nasi tumpeng serta keahlian lain yang menopang penghasilan keluarga dan setiap akhir tahun dilombakan di tingkat kota.

2. Komitmen Kinerja Program (KKP) Penetapan ukuran kinerja yang ditetapkan melalui institusi penyelenggara program KB

di Kota Denpasar adalah Komitmen Kinerja Program (KKP) dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Pemerintah Kota Denpasar. KKP merupakan wujud strategi pencapaian tujuan dan sasaran orga nisasi yang dijabarkan ke dalam kebijakan dan

Page 210: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

203

program (Ratminto, 2006). Strategi merupakan renca na menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan tujuan dan

sasaran dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi dan keadaan lingkungan, khususnya dalam aplikasi program vasektomi Metode Operasi Pria (MOP) di (BP2KB). Meski penentuannya bermitra dengan instansi vertikal (dekonsentrasi), yaitu BKKBN Provinsi Bali, namun target capaian nya disesuaikan dengan kalkulasi kondisi ketersediaan SDM pelaksana dan proyeksi kinerja yang ada di tingkat Kota. Kisaran capaian inilah yang menjadi standar minimum yang capaiannya dianggap akan menimbulkan kepuasan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah No.102 Tahun 2000 standar mancakup spesifikasi teknis yang dibakukan termasuk tata cara dan metoda yang disusun berdasarkan konsensus pihak terkait (Ratminto, 2006). Pencapaian target akseptor dalam KKP setiap tahun mengalami penambahan, mengikuti kemampuan instansi pengelola (pelaksana) di tingkat Kota.

Jumlah total seluruh peserta vasektomi di Kota Denpasar selama tahun 2011 hingga 2012 (sampai bulan Agustus) sebanyak 70 orang. Penyesuaian jumlah akseptor dengan target KKP program vasektomi masih dinilai berhasil dengan capaian sebesar 70%. KKP ini dijadikan dasar bekerja bagi BP2KB Kota Denpasar di lapangan sekaligus standarisasi kinerja minimal yang ditargetkan tercapai dalam kurun waktu satu tahun (Giriyasa, wawancara 2012). Pada pola pelaksanaannya, penetapan KKP di Kota Denpasar secara langsung menjadi standar aksi bagi BP2KB termasuk penatapannya bagi realisasi kinerja di setiap kecamatan yang tersebar di wilayah Kota Denpasar. Sesuai PP No. 65 Tahun 2005 pasal 1 ayat 6, KKP BP2KB Kota Denpasar adalah Standar Pelayanan Minimal yang indikatornya merujuk tolok ukur prestasi kuantitatif yang digunakan menggambarkan besaran sasaran yang dipenuhi pada pencapaian SPM. Indikator tersebut lebih dalam bentuk keluaran pelayanan dasar. Tiap angka dan standar indikator jelas capaiannya (threshold) melalui baseline minimal nilai yang dalam hal ini ditetapkan instansi pelaksana BP2KB Kota Denpasar maupun mitra instansi vertikal, BKKBN Provinsi Bali (Hakim, 2011 : 24).

KKP merujuk Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 adalah realisasi standar pelayanan minimal yang merupakan janji satuan kerja dalam penyediaan pelayanan wajib kepada masyarakat. Standar pelayanan minimal dari SKPD BP2KB menyusun indikator (tolok ukur) sejalan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Denpasar Tahun 2010-2015, khususnya pencapaian sasaran terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga berencana yang ditandai dengan meningkatnya peserta KB pria; serta arah kebijakan penguatan kelembagaan dan jejaring pelayanan KB bekerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dan pembudayaan keluarga kecil berkualitas (RPJMD Kota Denpasar Tahun 2010-2015). Standar ini merupakan janji kinerja pemerintah daerah terhadap masyarakat yang ada di wilayah kerja. Pemerintah Kota Denpasar melalui BP2KB berdasarkan standar pelayanan minimal mengupayakan sumber daya dan fasilitasi proses pelayanan satuan kerja agar standar pelayanan minimal yang dijanjikan dapat dipenuhi (Thoha, 2008).

3. Strategi Pencapaian Sasaran dan Hambatan Strategi merupakan cara mencapai tujuan dan sasaran orga nisasi. Strategi awal peningkatan

peran akseptor pria dalam Metode Oprasi Pria (MOP) yang dijalankan BP2KB adalah sosialisasi (Giriyasa, wawancara 2012). Sosialisasi ditempuh melalui penyuluhan di kalangan pria pasangan usia subur, terlebih pada pasangan dimana pihak istri tidak cocok program KB sehingga pihak laki-laki atau suami yang dianjurkan ber-KB. Strategi berikutnya penyuluhan media KIE (Komunikasi Informasi Edukatif). Strategi ini mengajak akseptor yang sudah ikut

Page 211: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

204

program vasektomi diundang memberikan penyuluhan. Teknik ini dijalankan dengan anggapan peserta yang belum tahu mengenai vaksektomi lebih percaya dengan keterangan yang diberikan akseptor yang berpengalaman mengikuti program vasektomi.

Standar layanan program ini dijalankan mengingat masih beragamnya hambatan yang terjadi di lapangan. Terdapat beragam hambatan terkait dengan program vasektomi (Giriyasa & Wijaya, wawancara 2012). Pertama, hambatan sosial budaya yaitu menguatnya sistem patrilinial yang masih kental di Bali. Kedua, ketidakimbangan gender dalam rumah tangga, dimana istri sering mengalah mengikuti program KB dengan pertimbangan tidak mau mengorbankan (mempersulit) pihak laki-laki (suami). Ketiga, rumor masyarakat yang tidak bisa dihindari, seperti anggapan vasektomi merupakan operasi besar, padahal faktanya operasi kecil yang tidak membutuhkan banyak alat medis serta waktu operasi relatif singkat. Rumor vasektomi identik dengan kebiri (kastrasi) yang memotong buah zakar sehingga tidak dapat memproduksi sperma dan hormon testosteron akibatnya pria menjadi kewanita-wanitaan, padahal faktanya vasektomi hanya pemotongan saluran sperma agar cairan mani yg dikeluarkan saat ejakulasi tidak mengandung sperma.

Keempat, rumor menurunnya libido seks dimana faktanya libido (nafsu seks) karena buah zakar yang menghasilkan hormon testosteron tetap berfungsi baik dan hormon tersebut tetap dialirkan melalui pembuluh darah. Kelima, rumor vasektomi menyebabkan pria tidak jantan atau tidak bisa ejakulasi meski faktanya seorang pria yg telah di vasektomi pada saat ejakulasi tidak akan merasakan perbedaan dengan sebelumnya sebab cairan mani tetap dikeluarkan (disemprotkan) seperti sebelumnya, tetapi tidak mengandung spermatozoa. Keenam, rumor vasektomi dianggap mengakibatkan perselingkuhan, meski alasan vasektomi selain tidak ingin anak lagi, salah satu persyaratan yang ditentukan adalah mendapat persetujuan istri melalui penandatangan imform consent (surat persetujuan) dari pihak istri, sehingga peserta vasektomi merupakan suami yang bertanggungjawab dengan tujuan yang baik dan bukan maksud lain.

Kondisi inilah yang mendorong pihak BP2KB Kota Denpasar mengintensifkan peran sosialisasi (penyuluhan) tidak hanya pada forum formal saja, melainkan juga komunikasi interpersonal dengan metode komunikasi langsung (tatap muka) dengan pasangan suami-istri usia subur.

4. Strategi New Public Service (NPS) Salah satu karakteristik konsep new public service (NPS) yang diterapkan adalah

standarisasi layanan melalui pemenuhan kebutuhan publik yang dicapai secara efektif dengan usaha kolaboratif. Aktualisasi dari karakteristik ini adalah mendekatkan aksesibilitas layanan kepada stakeholder, peserta program KB vasektomi. Beberapa langkah ditempuh Pemerintah Kota Denpasar melalui penyediaan mobil unit pelayanan KB keliling.

Gambar 1 Mobil Layanan KB

Page 212: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

205

Mobil layanan ini dilakukan secara kolaborasi dengan institusi mitra vertikal, yaitu BKKBN Provinsi Bali dengan jadwal keliling di seluruh Bali, termasuk areal wilayah Kota Denpasar sebanyak 5 kali dan frekuensi jadwalnya bisa bertambah sesuai jumlah peserta yang menerima atau menjalankan program KB Vasektomi. Layanan mobil KB keliling sekaligus terdapat dokter spesialis bedah (Giriyasa & Wijaya, wawancara 2012). Karakteristik lain yang dijalankan oleh adalah jaminan akuntabilitas atas capaian kinerja layanan melalui komitmen pejabat publik serta pemberlakuan standar profesional. Aktualisasi atas karakteristik ini adalah penerbitan Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/413/HK/2012 tentang Penetapan Nama Penerima Penghargaan Vasektomi dalam Rangka Pembinaan Keluarga Berencana di Kota Denpasar Tahun 2011. SK Walikota ini sekaligus aktualitas atas jaminan aspek transparansi dan keterbukaan (fairness) dimana nama-nama akseptor sekaligus besaran reward yang diberikan terlegalisasi secara transparan. Setiap akseptor vasektomi MOP diberikan penghargaan berupa insentif dengan besaran Rp. 750.000,-/ akseptor.

Reward lain yang diberikan Pemerintah Kota Denpasar berupa pemberian insentif kepada penggerak atau pengajak akseptor vasektomi MOP sebesar Rp. 100.000,-. Penghargaan ini juga ditambah dari pihak instansi vertikal yaitu BKKBN Provinsi yang tujuannya mensosialisasikan kesadaran ber-KB Vasektomi di kalangan pria. Dasar pemberian insentif ini didasarkan pada motivasi terpenuhinya target pelaksanaan program KB (SK Walikota 2012) juga didasarkan atas kompensasi sebagai masa penyembuhan selama dua hari (Giriyasa, wawancara 2012).

Gambar 2 Dokter Spesialis di Layanan Mobil Keliling

Jumlah sebaran akseptor terbesar di wilayah Kota Denpasar adalah di wilayah Tegal Arum dan Denpasar Barat. Penghargaan kepada institusi (kelembagaan) ditunjukkan pula dengan pemberian reward oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kota/Kabupaten atas pencapaian Komitmen Kinerja Program MOP Vasektomi tertinggi. Komitmen Kinerja Program (KKP) yang ditetapkan instansi vertikal, BKKBN Provinsi Bali, berjumlah 40 orang di tahun 2012 dan kondisi ini bertambah dari target 2011 yang berjumlah 30 peserta. Apabila capaian target terlampaui maka angka capaian dalam KKP akan ditambahkan dengan aspek penyesuaian dari BKKBN Provinsi (Wijaya, wawancara 2012).

Optimalisasi layanan yang dilakukan Pemerintah Kota Denpasar, melalui BP2KB lainnya adalah penyediaan sarana prasarana pelayanan seperti vasektomi KIT (alat-alat atau sarana operasi); serta peningkatan keterampilan provider melalui pelatihan training of trainers (ToT) yang penganggarannya dijamin pengeluaran rutin SKPD BP2KB Tahun Anggaran 2011 dan 2012 (Giriyasa, wawancara 2012).

Langkah optimalisasi layanan ini merupakan karakteristik serve rather than steer, dimana pejabat publik (baca : birokrasi pelaksana) membantu masyarakat mengartikulasikan nilai (values) kepentingan bersama daripada sekedar mengarahkan publik warganya. Hal ini

Page 213: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

206

terlihat dari usaha training of trainers (ToT) dengan merekrut akseptor vasektomi aktif untuk berbagi pengalaman dengan orang lain (calon akseptor lain) mengingat pelaku vasektomi lebih dipercaya dari pada instansi pemerintah yang melakukan sosialsasi. Saat hal ini dijalankan maka Pemerintah Kota Denpasar menjalankan karakteristik value people, not just productivity, dimana organisasi publik pelaksana program vasektomi MOP, yaitu BP2KB, berhasil meletakkan dasar pondasi program yang bisa berjalan secara jangka panjang dengan mengadakan usaha kolaboratif untuk ketercapaian program yang tidak sekedar instruktif, melainkan tetap memposisikan penghargaan kepada partisipasi warganya.

Prinsip new public service lain yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Denpasar terkait program vasektomi MOP adalah karakteristik serve rather than steer, dimana pejabat publik (baca : birokrasi pelaksana) membantu masyarakat mengartikulasikan nilai (values) kepentingan bersama daripada sekedar mengarahkan publik warganya. Hal ini terlihat dari usaha training of trainers (ToT) dengan merekrut para akseptor vasektomi aktif yang mau berbagi pengalaman dengan orang lain mengingat pelaku vasektomi jauh lebih dipercaya dari pada pemerintah maupun instansi pemerintah yang lainnya.

Saat hal ini dijalankan maka Pemerintah Kota Denpasar menjalankan karakteristik value people, not just productivity, dimana organisasi publik pelaksana program vasektomi MOP yaitu BP2KB berhasil secara jangka panjang dengan mengadakan usaha kolaboratif dengan dasar ketercapain program yang tidak sekedar instruktif melainkan memposisikan penghargaan kepada elemen warganya.

5. Tanggapan Pelanggan Layanan Publik Salah satu karakteristik New Public Service adalah kepuasaan warga atas layanan publik

sebagai derivat serve citizens. Prinsip ini menganggap layanan publik sebagai proses pelibatan dua pihak secara partisipatif dengan berlandaskan pada relasi kepercayaan sekaligus kolaborasi dengan warga. Pelanggan layanan dalam konteks penelitian ini adalah akseptor vasektomi. Narasumber pertama, I Wayan Sinta mengemukakan kepuasaannya dengan layanan yang diberikan pihak BP2KB termasuk standarisasi layanan yang dijalankannya. Latar belakang pria berusia 54 tahun ini mengikuti vasektomi karena alasan kesejahteraan dan kesetaraan gender dalam partisipasi ber-KB. Alasan kesejahteraan dilandaskan pada alasan agar tidak memiliki anak lagi setelah dirinya memiliki lima anak serta faktor kenyamanan berhubungan suami istri (Sinta, wawancara 2012).

Istri Wayan Sinta mengalami ketidakcocokan dengan program KB suntik serta KB spiral dianggap menimbulkan ketidaknyamanan dalam berhubungan. Untuk alasan kesetaraan gender, Wayan Sinta berkomitmen tidak mau membebani program KB hanya pada pihak perempuan, yaitu istrinya, sehingga akhirnya memilih mengikuti vasektomi (Sinta, wawancara 2012). Tingkat kepuasan pelayanan BP2KB yang dirasakan Wayan Sinta lebih kepada pelayanan gratis dan pemberian penghargaan (reward) yang transparan oleh pihak Pemerintah Kota Denpasar.

Alasan sama dikemukakan narasumber kedua, akseptor Aryo Kusuma Wardana, dimana keikutsertaannya dalam program KB adalah penghargaan pada istri yang resisten efek samping terhadap penggunaan alat-alat KB. Atas pertimbangan kesetaraan partisipasi ber- KB dan kesejahteraan keluarga karena memiliki anak yang cukup maka Aryo memutuskan mengikuti program Vasektomi (Wardana, wawancara 2012). Kepuasan penyelenggaraan layanan BP2KB Kota Denpasar sama dengan narasumber pertama, dimana insentif yang transparan dan aksesbilitas layanan yang mudah dijangkau menjadi alasan utama keikutsertaannya dalam ber KB.

Page 214: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

207

Program akseptor mengajak partisipasi warga yang lain dengan pemberian insentif secara transparan juga mendorong semangat akseptor, termasuk Wayan Sinta dan Aryo Kusuma bersemangat mengadakan penyuluhan di masing-masing banjar agar warga tertarik mengikuti program vasektomi. Kegiatan pemberian brosur dan penyuluhan di tingkat banjar dilakukan Wayan Sinta dan Aryo Kusuma Wardana untuk menarik partisipasi warga di Desa Tegal Arum dan Desa Tegal Kerta untuk ber vasektomi (Sinta & Wardana, Wawancara 2012). Pemikirannya, akseptor vasektomi aktif yang berbagi pengalaman lebih dapat dipercaya dari pada penyuluhan yang dilakukan instansi pemerintah.

Kegiatan yang dijalankan para akseptor ini mencerminkan bahwa program KB yang dijalankan lebih mengarah pada karakteristik seek public interest, dimana birokrat daerah pelaksana memberikan kontribusi dalam pengembangan gagasan tentang kepentingan publik. Tidak sekedar menemukan solusi cepat berdasarkan pilihan individual, melainkan kemampuan menciptakan kepentingan bersama yang sekaligus menjadi tanggungjawab bersama. Pemaknaannya program yang dilakukan Pemerintah Kota Denpasar, melalui BP2KB, bukan semata-mata state bureaucratic approach melainkan civil society approach dengan memperluas sekaligus mengoptimalkan peran serta warga dalam pelayanan publik. Standar program yang disenergikan dengan capaian pada KKP ini memiliki fleksibilitas dalam proses pendekatan maupun pendataannya, seperti perkumpulan di tingkat banjar, pendaftaran di rumah akseptor yang sudah dianggap berhasil, serta penyepakatan untuk mendatangkan motivator pada lokasi serta waktu dilaksanakannya penyuluhan secara bersama-sama.

6. Kesimpulan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2KB) Kota Denpasar merupakan

institusi penyelenggara layanan publik keluarga berencana, program KB metode operasi pria / vasektomi.

Penetapan ukuran kinerja ditetapkan melalui Komitmen Kinerja Program (KKP). KKP merupakan wujud strategi pencapaian tujuan dan sasaran orga nisasi yang dijabarkan ke dalam kebijakan dan program. Pada pola pelaksanaannya, penetapan KKP di Kota Denpasar menjadi standar aksi bagi BP2KB bagi realisasi kinerja di setiap kecamatan yang tersebar di wilayah Kota Denpasar.

Strategi awal peningkatan peran akseptor pria dalam Metode Oprasi Pria (MOP) yang dijalankan BP2KB adalah sosialisasi penyuluhan di kalangan pria pasangan usia subur dimana pihak istri tidak cocok program KB sehingga pihak laki-laki atau suami yang dianjurkan ber-KB. Strategi berikutnya penyuluhan media KIE (Komunikasi Informasi Edukatif). Karakteristik konsep new public service (NPS) yang diterapkan adalah standarisasi layanan melalui pemenuhan kebutuhan publik yang dicapai secara efektif dengan usaha kolaboratif.

Langkah ditempuh Pemerintah Kota Denpasar melalui penyediaan mobil unit pelayanan KB keliling. Karakteristik lain adalah jaminan akuntabilitas atas capaian kinerja layanan melalui penerbitan Surat Keputusan Walikota Denpasar. Langkah optimalisasi layanan serve rather than steer, juga diwujudkan melalui training of trainers (ToT) dengan merekrut akseptor vasektomi aktif untuk berbagi pengalaman dengan orang lain (calon akseptor lain) mengingat pelaku vasektomi lebih dipercaya dari pada instansi pemerintah yang melakukan sosialisasi.

Pemerintah Kota Denpasar menjalankan karakteristik value people, not just productivity, dimana organisasi publik pelaksana program vasektomi MOP, yaitu BP2KB, berhasil meletakkan dasar pondasi program yang bisa berjalan secara jangka panjang dengan mengadakan usaha kolaboratif untuk ketercapaian program yang tidak sekedar instruktif, melainkan tetap memposisikan penghargaan kepada partisipasi warga.

Page 215: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

208

Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih penulis ditujukan kepada Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, M.T selaku Ketua LPPM Unud, serta Plt. Dekan FISIP, Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) yang telah memberikan peluang penelitian ini. Daftar Pustaka[1] BKKBN, 2000, Pedoman Penggarapan Peningkatan Partisipasi Pria dalam Program KB dan

Kesehatan Reproduksi yang Berwawasan Gender :Jakarta;[2] Ekarini, Sri Madya Bhakti, 2008, Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Partisipasi Pria

dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro : Semarang;

[3] Ekayanti, Ni Wayan Dian, 2005, Tingkat Persepsi Pria Pasangan Usia Subur terhadap Partisipasi Pria dalam ber-KB di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Unud : Denpasar;

[4] Hakim, Lukman, EM, 2011. Pengantar Administrasi Pembangunan. Ar-Ruzz Media : Yogyakarta;[5] Kompas, 3 Agustus 2005, Ledakan Penduduk[6] Kompas, 9 April 2011 Metode KB Kebiri ala Vasektomi pada Pria ( 18+); KompasGramedia : Jakarta;[7] Maltus, Tomas, Julian Huxley, Frederick Osborn, 2004, Ledakan penduduk Dunia (Terjemahan),

Yayasan Nuansa Cendekia : Bandung;[8] Mantra, Ida Bagus, 2004, Demografi Umum, Cetakan III, Pustaka Pelajar : Jogyakarta;[9] Metrotvnews.com, 8 Februari 2012, Pemerintah Daerah Banyak yang Lupakan Program KB

22:41 WIB;[10] Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung : Rosdakarya;[11] Puspitosari, Heni, 2010, Filsafat Pelayanan Publik, Averoes Press : Malang[12] Ratminto & Atik Septi Winarsih, 2006, Manajemen Pelayanan (Pengembangan model konseptual,

penerapan citizens charter dan standar pelayanan), Pustaka Pelajar ; Yogyakarta;[13] Ritonga, A. 2003, Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara : Medan;[14] Suyono, Haryono, Menjadikan Hari Keluarga Nasional Sebagai Momentum Pemberdayaan

Keluarga Kurang Mampu, Majalah Gemari, Edisi 53/Tahun VI/Juni 2005;[15] Thoha, Miftah, 2008, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Kencana Media : Jakarta;[16] Utarini, Adi, 2005, Desentralisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan Fungsi Pemerintah,

Gadjah Mada University Press : Yogyakarta;[17] Zaeni, Akhmad, 2005, Implementasi Kebijakan Peningkatan Kesertaan KB Pria di Kecamatan

Gringsing, Kabupaten Batang, Magister Ilmu Administrasi Universitas Diponegoro : Semarang [18] Wawancara Ka.Sub Bid Program dan Kerjasama BKKBN Bali Drs Ida Bagus Rai Wijaya; Kepala

bidang Pengerakan Masyarakat Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan kota Denpasar, Drs. Ida Bagus Giriyasa; Akseptor I Wayan Sinta dan Ariyo Kusuma Wardhana

[19] Dokumentasi Foto Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Denpasar

Page 216: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

209

Challenges in Network Organization:An Intercultural Communication Perspective

Ni Luh Ramaswati Purnawan1

1School of Communication, Faculty of Social and Political Sciences, Udayana University, Denpasar, IndonesiaE-mail : [email protected]

AbstrakTuntutan persaingan global yang ketat menyebabkan organisasi berupaya melakukan adaptasi agar tetap bertahan, salah satunya dengan melakukan perubahan dalam bentuk organisasi. Jika sebelumnya organisasi lebih bersifat hierarki, akhir-akhir ini muncul trend perngelolaan organisasi berbasis jaringan (network organization), dimana berbagai organisasi bergabung untuk membentuk suatu organisasi yang lebih besar dan memiliki jangkauan yang lebih luas bahkan secara internasional, serta sangat mengandalkan teknologi untuk melakukan komunikasi dan koordinasi antar organisasi. Hal ini, selain dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi perkembangan organisasi, juga menimbulkan berbagai tantangan baru yang harus dihadapi organisasi yang tergabung didalamnya. Salah satu tantangan terbesar adalah melakukan komunikasi dengan individu/organisasi yang memiliki latar belakang budaya berbeda.

Kata kunci : tantangan, komunikasi, perbedaan budaya, organisasi berbasis jaringan

1. Introduction Globalization has made implications for organization relationship and networks. To increase

competitiveness, a growing number of organizations nowadays are entering into more or less formal relationships with other organizations, which involve people, resources and procedures. It lies on the idea that today’s organization find that their plans and strategies increasingly depend on the decisions of other organizations and that the problems they encounter are bigger they alone can solve, as well as it is designed as an attempt to manage unanticipated problems. One type of inter-organizational relationship is network organization. In the context of high competition, it has been argued that, the most effective organizational form is not a necessarily a hierarchy but a network, where each node represents an actor possessing a unit set of skills, their knowledge endowment, and is linked to the other nodes through lines of communication1

Besides offering benefits on access and sharing resources, technologies, markets, and skills; the inter-organizational relationships help organizations to share important knowledge, so-called “intellectual capital”, and may also used to building public confidence to improve reputation and performances. It is characterized by members who were physically located in different locations/countries and interacted through the use of computer-mediated communication technology, such as email, chat room etc), and project-based working environment. Virtual network organization it is considered one of the new organizational forms that technology makes possible2. And there is an indication that virtual project organizations are the next form in the evolutionary chain of organization structure; the model for corporations in the future3. GDLN, or Global Development Learning Network, is one example of an organization that working in partnership with other organizations in over 100 countries. The operation is mainly to provide assistance in information and communication technologies to foster education and capacity building, especially in developing countries.

Working in partnership is about expanding business operation, which can reach larger participants to achieve the goal and mission of GDLN, which is linking the world through learning.

Page 217: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

210

And to be able to reap the benefit of strong relational networks in the global marketplace, effective inter-organizational communication needs to be established among members of the network. Without effective inter-organizational communication, learning among network partners will be diminished, and the long-term effectiveness of the networks will be damaged4. Moreover “successful development and administration of [global] inter-organization network is derived from effective intercultural communication effort focusing on developing relationships5. It is believed that “an inability to recognize, and deal with, cultural elements of the team might lead to problems with the project deliverable’s attributes of time, cost and performances”6.

Referring to the above issues, therefore, this article will mainly concern on understanding cultural differences and recognize its effect on team’s performances, in order to achieve the effectiveness of inter-organizational relations.

2. Literature Reviews Network organization can be regarded as the pinnacle of inter-organizational relations. It

comprises of two or more organizational units from different organizations involved in along terms, and more or less formalized relationship. The relationship is often global in scope and reach, with an objective to bring together the resources controlled by different organizations to create a new and stronger organization, one that is better equipped for a new market, a new technology or a new service7.

A [virtual] network organization is defined as “a geographically distributed organization whose members are bound by long-term common interests or goals, and who communicate and coordinate their work through information technology”8.

In term of organizational structure, according to Serbin9, there are three predominant models of network:

1. The “Spider web” model It is a strongly centralized network with a central secretariat and circles emanating from the

centre, often at various levels. There may be links between the various levels as well, but the primary linkage is back to the centre.

2. The ‘fishnet’ or ‘cell-structure’ model There is no central coordinating body. Instead, each member shares in the coordinating

responsibilities, and each member maintains and coordinates relationship with those in closest proximity

3. The “chain’ model Actors are linked to each other in a line, where actions or information can be passed along or an

end objective can be achieved by carrying out consecutive steps along a chain. The chain model is fragile, since it is rendered ineffective if a break occurs anywhere along the chain.

GDLN structure is based on the ‘fishnet’ or ‘cell-structure’ model. Unlike the traditional collocated team, GDLN network does not consist of authority relationship, in which each member shared in the coordinating responsibilities. The question is: How does a network earn to coordinate in the absence of authority?

The answer lies on Geisler’s statement10 that suggested, in order to be perceived as resources interdependent and to increase survival, cooperation depends more on trust, goodwill, favorable prior beliefs, mutual psychological commitment and prior relations between parties, and active interaction. Trust is a ‘lubricant’ that maintain smooth and efficient interactions11. Inter-organizational partnership is interplay between personal interaction and trust, and more formalized organizational arrangements12. Similar statement provided by Coleman13, that “in the network of

Page 218: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

211

relations, in which trust, reciprocity and exchange of information become possible and thus facilitate collaboration by reducing the need for formal agreements and control, is essential for formation and sustainability of cooperation”

Clases and colleagues14 noted that shared bonds and shared experience in the practical realization of projects are keys to trust in virtual organizing. In order to do so, Handy15 argued that members must meet face-to-face to develop trust.

3. Discussion 3.1 GDLN – Connecting the World Through Learning To adapt with today’s trend of maximal usage of internet and technology, in 2000, The

World Bank Institute has taken initiative to establish an Information, Communication and Technology (ICT) network under name the Global Development Learning Network (GDLN).

GDLN is a worldwide partnership of learning centers (GDLN affiliates) that use technologies and distance learning techniques innovatively to connect organization and people working in development around the world.

GDLN was launched as partnership in June 2000. Up to present, the GDLN affiliates consist of 120 recognized organizations located in more than 80 countries {further throughout this article refer as Distance Learning Center (DLC)}. The network is aimed in providing and designing of blended-learning solution, which is focuses to provide individuals and organization working in development in today’s most pressing issues, such as challenges of climate change, labor migration, Telemedicine in Asia, Global South-South Learning Forum, Microfinance, China-Africa partnership, Post-conflict, Pacific leader’s Virtual Forum, Women’s Dialogue, Food Crisis, HIV/AIDS and Water Expo16

GDLN provide range of services from: 1) Designing of learning programs and events; 2) Management and coordination of learning events; 3) Development of learning and support materials; 4) Event promotion and marketing service.

The above activities are delivered through a combination of learning techniques, such as expert panels, case based learning and action plans, as well as advance information and communication technological tools, used in face-to-face, videoconferencing and e-learning events.

Through these technologies enable client of GDLN center to communicate with each other for consultation, coordination and training events. Typical clients of GDLN include universities/academic institutions, municipalities, non-government organizations, and private sector entities and others who interested in knowledge sharing activities.

The GDLN organizational structure can be drawn as below:

Source : www.gdln.org

Page 219: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

212

At global level, GDLN network is managed by the World Bank Institute from headquarter in Washington, United States. It serves as network’s central hub, which provide communication, coordination and the setting of network policies, strategies, and system.

From the structure above, the regional level operation in Africa, Asia & Pacific, Europe and Central Asia, Latin America & The Caribbean, Middle East & North Africa and South Asia; perform as the front line operations. Each regional office has their own mission and structures for decision making, oversight, and direct participation in decisions and responsibilities.

And in order to provide connectivity to the most remote areas, GDLN affiliates build a partnership in country-level organization, which is typically national research and education network to enrich the partnership with their institutional knowledge and communities of experts. In other cases, some belong to public sector and often connect municipalities across country.

From the structure of the organization above, GDLN can be categorized as having modern organizational strategies. It requires more interaction among employees of different functional background (who might be widely differ from their own in term of nationality, ethnicity, gender, age, education, social class etc.) and energized by technological development. It is also a service-oriented and project-based organization.

3.2 Communication activities Communication and personal relations are crucial aspect in sustainability of cooperative

network17. The communication within the inter-organizational relationships, are ‘expect to be highly communication intensive. This is especially true for global network organizations, which depends on sophisticated communication linkages between its partnering organizations”18.

There are three levels of inter-organizational linkages, they are: 1) Institutional linkage, refers to exchanges of information or materials between organizations without the involvement of specific organizational role or personalities. For example routine data transfer between banks; 2) Representative linkage, is when an official representative of one organization has contact with an official representative of another organization; 3) Personal linkage, takes place when an individual from another organization in a non-representative capacity.

Communication at GDLN network, most of the time, are across countries and, even, across continent. It is essential for coordinating activities or projects; since “coordination is fundamental to organization”19. English is used as the common language for the official project business. Due to geographical and cost-effective reason, thus the communication between GDLN centers, most of the time, is conducted through mediated communication tools such as email, face-to-face communication through video conference, and telephones. Contact and communication among member of the network is conducted by an official representative of one center to another, either by the DLC manager or Program/Event Coordinator (representative linkage).

3.3 Challenges Although communication technology has made people easier to have contact with anyone

at anytime to anywhere in the world, but still it remain a big challenge for organization to organized communication across large distance, with different time zone and within limited periods.

In the context of global workplace, awareness of intercultural communication is needed. People should understand how to deal with different way of people communication in term

Page 220: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

213

of (either verbal or non-verbal), manage, work together, approach deadlines, negotiate, meet, greet, build relationships and much more; since “communication is culture and culture is communication; communication is culturally embedded.

In the context of GDLN as a worldwide network organization, it is important to notice that cultural variability in people’s background influences their communication behavior. “Successful development and administration of [global] inter-organization network is derived from effective intercultural communication effort focusing on developing relationships (Griffith & Harvey, 2001). Those employees who working well with other cultures usually demonstrate open-mindedness, inquisitiveness, patience and self-awareness20

The above statements raise the importance of developing intercultural communication competences. Communicating in a network with people from diverse cultural background might be difficult if people do not know how to deal and interact with. The difficulties might arise from cultural differences. In the language of Trompenaar21, culture is function as the way people solve their problems and challenges presented to them over the years. Groups of people, who developed in different geographic regions, organized themselves to solve and find the most effective problem solutions. This would be resulted in the different set of logical assumption formed, and further, we see it as cultural differences from one culture to another.

Differences are closely related to differences in national and organizational culture, since

nationality culture reflects the culture of a nation. The major framework of national culture was introduced by Hofstede22 with his five dimensions of cultural constructs. He argued that :

“…people carry “mental programs” that are developed in the family in early childhood and reinforced in schools and organizations, and that these mental programs contain a component of national culture. They are most clearly expressed in the values that predominate among people from different countries”.

Hofstede first conducted surveys in fifty countries and three geographical regions. Those countries then assigned a rank of one to fifty using four value dimensions. Later, it was extended into the fifth dimension through survey on twenty-three countries.

Individualism/ Collectivism. Collectivistic cultures (Guatemala, Panama, Indonesia, Taiwan, Colombia, Venezuela etc) emphasize community, collaborations, shared interest, harmony, tradition, the public good, and maintaining face. People count on their in-group societies like relatives, clans organization to look after them and in exchange they believe they owe loyalty to the group. While, Individualistic cultures emphasize personal rights and responsibilities, privacy, voicing one’s own opinion, freedom, innovation, and self-expression23. The loyalty to the a given group is very weak, they feel they belong to many groups and are apt to change their membership as it suits them. For example: USA, Australia, Great Britain, the Netherlands.

Power Distance. This dimension talks about the distance between power and the members of a particular culture. It can be explain that in some cultures, those who hold power and those who are affected by power are significantly far apart (high power distance) in many ways, while in other cultures, the power holders and those affected by the power holders are significantly closer (low power distance)24. Individual from high power distance cultures (Malaysia, Guatemala, Arab countries, Indonesia, West Africa, Brazil, Venezuela, Mexico and the Philippines) accept power as part of the society. Superiors consider their subordinate to be different from themselves and vice versa, social hierarchy is prevalent, put greater centralized power, and

Page 221: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

214

consider that the superior having a right to privilege as they placed priority on status and rank. Whereas, in low power distance cultures such as Austria, Finland, Denmark, Norway, the USA, New Zealand and Israel, hold that inequality in society should be minimized. They believe that they are close to power and have the right to access that power. Subordinate consider superior as the same person as they are, and people in power often interact with their constituent, such as shared decision making process, subordinate being consulted, superiors relying on support teams and status symbols being kept to a minimum.

Masculinity / Femininity. It refers to the degree to which masculine or feminine traits are valued and revealed. Masculine cultures, is the extent to which male oriented as dominant value in the society, use the biological existence of two sexes to define very different social roles of men and women. They expect men to be assertive, ambitious, and competitive, and to strive for material success, and to respect whatever is big, strong and fast25. Ireland, the Philippines, Greece, Venezuela, Austria, Japan, Italy and Mexico are among countries where masculinity exists. Contrary to masculine cultures, feminine worldview maintain that men need not to be assertive, can be assumed nurturing roles and promote sexual equality. Nations such as Sweden, Norway, Finland, Denmark and the Netherlands tend toward feminine society.

Uncertainty Avoidance. Defines as the extent to which people within a culture are made nervous by situations which they perceive as unstructured, unclear, or unpredictable, situation which they therefore try to avoid by maintaining strict codes of behavior and a belief in absolute truths. High uncertainty-avoidance cultures (such as Portugal, Greece, Peru, Belgium and Japan) try to avoid uncertainty and ambiguity by providing stability for their members, establishing more formal rules, not tolerating deviant ideas and behaviors, seeking consensus, and believing in absolute truths and attainment of expertise. This cultures also characterized by higher levels of anxiety and stress. At the other end, we could find countries like Sweden, Denmark, Ireland, Norway the USA, Finland and the Netherlands as having low uncertainty-avoidance need. They are easily accept the uncertainty in life, tend to be more tolerant of the unusual, are not threatened by different ideas and people, prize initiative, willing to take risks, flexible think that few rules as possible, and depend not so much on experts as on themselves. Members of these cultures are less tense and more relaxed.

This value dimension affects intercultural communication. In a classroom study composed of children from low uncertainty-avoidance cultures, students are feeling comfortable in unstructured learning situation and being rewarded for innovative approaches to problem solving. In the opposite, students from high uncertainty-avoidance cultures are expect structured learning situations and right answer26.

Long-Term / Short-Term Orientation. Cultures that rank high on long-term orientation, most likely have employees who reflect a strong work ethics, show great respect to their employers, member expected to value social order and long-range goals. Member of this culture are China, Hong Kong, Taiwan, Japan and South Korea. Whereas, short-term orientation cultures often do not high priority on status, try to postpone old age, are concerned with short-term results and seek quick gratification of their needs. Those cultures that value short-term orientation include the USA, Great Britain, Canada and the Philippines.

4. Conclusion

Page 222: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

215

As we live nowadays in ‘global village’ where no nation, group or culture can remain isolated, this phenomena increase the importance to interact with people from many different cultures. Advancement in technology even made it easier to have contact and communication with people outside their countries in a timeless and borderless manner.

Since the need for communication in virtual network organization even greater compared to their traditional counterpart, it is important to design a communication management plan which integrate communication techniques and strategies. Communication – related training courses are relevant to be conducted, more specifically on intercultural communication courses, aimed at preparing team members to have intercultural competence; ability to recognize and pay attention on cultural differences, and understand its effect on people’s values, attitudes and behaviors

And in order to be successful in building inter-organizational working relationship, member of network organization have to work together and build trust on each other for the success of the organization.

Page 223: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

216

Reference [1] Gibbons et al 1994; cited by Nokkala, T. 2007. Network Building, Motivation and Learning

in Inter-organizational R&D Collaboration Projects – Theoretical Considerations. University of Surrey. London

[2] Dutton, 1999; cited by Shumate, M., & Pike, J. 2006. Trouble in a geographically distributed virtual network organization: Organizing tensions in continental direct action network. Journal of Computer-Mediated Communication, 11(3), article 8. [online] {cited on June 2013} available from <URL http://jcmc.indiana.edu/vol11/issue3/shumate.html>

[3] Guss, 1997; cited by Rad & Levin, 2003[4] Koza & Levin, 2000; cited by Griffith & Harvey, 2001[5] Griffith, D.A. and Harvey, M.G. 2001. “An Intercultural Communication Model for Use in

Global Interorganization Networks”, in Journal of International Marketing, Vol.9, No.3 (2001) pp. 87-103 [online] {cited on May 2013} <Available from URL : http://www.jstor.org/>

[6] Rad, P.F and Levin, G. 2003. Achieving Project Management Success Using Virtual Team. J.Ross Publishing. Florida

[7] Cheney, G., Christensen, L.T., Zorn, T.E., Ganesh, S. 2004. Organizational Communication in the Ages of Globalization: Issues, Reflections, Practices, Waveland Press, Illinois, pp. 164

[8] Ahuja & Carley, 1998; cited by Shumate & Pike, 2006[9] Serbin, A. 2009. Effective Regional Networks and Partnerships. [online] {cited Desember 2012}

Available from <URL : http://www.peoplebuildingpeace.org/>[10] Geisler 1995; cited by Nokkala, 2007, p.5[11] Gray, C.F. and Larson, E.W. 2006. Project Management – The Managerial Process. McGraw-Hill,

Boston, p. 333[12] Ring & van de Ven, 1994; cited by Nokkala, 2007, p.6[13] Coleman 1988, cited by Nokkala, 2007, p.6[14] Clases, Bachmann, and Weghner, 2003; cited by Shumate, M., & Pike, J. 2006[15] Handy, 1995; Shumate, M., & Pike, J. 2006[16] www.gdln.org[17] Pohoryles, 2002; cited by Nokkala, 2007, p.6[18] Cheney et al, 2004, p. 167[19] Guirdham, M. 2005. Communicating Across Culture at Work. Palgrave McMillan, London[20] Gudykunst, W.B., Kim Y.Y. 2003. Communicating With Strangers – An Approach to Intercultural Communication. McGraw-Hill. NY[21] Trompenaars, F and Turner, C.H. 2008 Riding The Waves of Cultures – Understanding Cultural Diversity in Business. Nicholas Brealey Publishing, London[22] Hofstede, G. 1991. Cultures and Organizations – Software of Mind. McGraw-Hill. NY[23] Anderson et al, Samovar, L.A., Porter, R.E., and McDaniel, E.R. 2007. Communication Between Cultures. Thomson Learning Inc. Belmont, p. 141[24] Foster cited by Samovar et al, 2007, p. 146[25] Hofstede, 1991[26] Hofstede, G. 1986. Cultural Differences in Teaching and Learning; cited by Samovar et al, p. 145

Page 224: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

217

Pariwisata Kapal Pesiar: Segmen Pasar Baru dan Kesiapan Bali sebagai Cruise Touirism Destination

I Nyoman Sudiarta1, I Wayan Suardana1 dan I Putu Sudana1

1 Fakultas Pariwisata, Universitas, Denpasar, Indonesia E-mail: [email protected]

AbstractThe purposes of this paper is describes trend and prospecs of cruise tourism as a new segment in tourism industry. Second is describe the role of government and readiness of Bali as tourism destination to support burst of cruise tourism as new market in the world. This paper used previous research and compared with few theories that related with tourism and cruise. The Result of this research can be describes as follows: first, cruise tourism as new segment in global market. Bali as a part of international tourism can be main destination for cruise in Asia region, paralel with Caribea and America region. The role of government in this industry is still unserious, that can be seen from the build of cruise port in Tanah Ampo, Karangasem, Bali. This port is not according to the international standard. Theories that related with cruise tourism is globalization or neoliberalization, social exchange theory (SET) and system theory. Cruise line is a globalization fenomena not just occur in the sea but also in mindland. Tourism is a social fenomenas, where reciprocity will achieve between tourist and host. Tourism as a system, including elements that relationships and interdependency. Lack of research in cruise tourism and articles that discusess about this industry, be a main consideration conducted this research and this paper.

Keywords: cruise tourism, market segmentation, government, contribution

1. Pendahuluan Industri pariwisata dewasa ini semakin menunjukkan perannya dalam pembangunan suatu

bangsa, tidak hanya berkontribusi bagi perekonomian namun juga berperan dalam konteks sosial budaya dan lingkungan. Riset dalam bidang pariwisata telah mengalami perubahan, sebelumnya hanya berkonsentrasi pada penelitian empiris, seperti melihat dampak positif dan negatif dari pariwisata. Namun seiring dengan perkembangan perilaku konsumen dan perubahan paradigma podusen untuk melihat dunia, riset dalam bidang pariwisata juga mengalami perubahan. Para akademisi mulai menyadari bahwa fenomena globalisasi telah membawa perubahan pada cara berpikir yang mengkombinasikan fenomena empiris dengan fenomena rasional [1]. Salah satu fenomena pariwisata yang akan dibahas pada tulisan ini adalah fenomena globalisasi atau liberalisasi dilautan yang dewasa ini di kenal dengan industri kapal pesiar. Penelitian ini merupakan penelitian konseptual, karena masih terbatasnya penelitian konseptuan dalam bidang pariwisata kapal pesiar di dunia maupun di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tren dan prospek industri kapal pesiar, yang dibahas melalui hasil riset terdahulu dari jurnal dan buku yang terkait dengan kapal pesiar serta media yang memuat berita kapal pesiar. Peran pemerintah dan kesiapan Bali sebagai destinasi pariwisata kapal pesiar. Dibahas menggunakan informasi yang terkait dengan kapal pesiar, baik yang diperoleh melalui berita pada mas media maupun diskusi dengan perusahaan jasa pariwisata yang menangani kapal pesiar serta melihat langsung aktifitas pelabuhan yang menangani kapal pesiar di Benoa dan Karangasem. Teori globalisasi dan teori sistem pariwisata akan dijadikan dasar teori untuk membahas manfaat dan kontroversi pariwisata kapal pesiar sebagai segmen baru dalam pemasaran global.

Globalisasi dapat di pahami dari berbagai penyataan berikut ini: Globalisasi dapat sejajarkan dengan internasionalisasi, yaitu suatu proses pembangunan antar negara, adanya pertukaran secara

Page 225: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

218

internasioanl serta adanya ketergantungan orang-orang dinegara yang berbeda [2]. Dengan demikian akan muncul perdagangan, barang-barang, modal serta pertukaran internasional. Lebih lanjut dinyatakan globalisasi dapat disejajarkan dengan universalisasi, suatu proses dunia menyebarkan berbagai ide dan produk, seperti komputer dan berbagai jenis teknologi audio visual dewasan ini. Globalisasi juga dipandang sebagai westernisasi atau modernisasi dinyatakan dengan pernyataan proses ”Amerikanisasi” ekonomi; suatu proses dinamis yang menyebarkan struktur sosial yang moderen seperti kapitalisasi, nasionalisasi dan industrialisasi diseluruh dunia yang disinyalir meruntuhkan budaya dan identitas diri masyarakat lokal[2]

Globalisasi juga dijelaskan dengan istilah deterritorialization yang artinya dapat disamakan dengan tidak adanya batas wilayah. Suatu proses penyebaran suprateritorial: konfigurasi kembali geografi sehingga tidak ada lagi batasan dekat dan jauh. Karena tempat yang jauh terasa semakin dekat dengan adanya teknologi komunikasi, teknologi transportasi yang serba cepat, serba canggih dan serba kreatif. Harga tiket pesawat yang semakin murah adalah fenomena globalisasi yang memberi manfaat positip bagi kehidupan manusia. Dengan demikian industri kapal pesiar adalah salah satu fenomena globalisasi yang memberikan manfaat bagi perekonomian dunia, membangun kreatifitas masyarakat serta usaha-usaha untuk melestarikan potensi sosial budaya dan lingkungan sebagai daya tarik orang melakukan perjalanan ke seluruh dunia. Penelitian ini menganut paradigma posmoderen atau sering disebut dengan ’Posmo’ [2].

Pariwisata sebagai suatu sistem menurut Mill dan Morrison [8] sebenarnya berasal dari teori sistem. Pemilik teori sistem adalah seorang ahli biologi bernama Bertalanffy,1973, sistem di definisikan sebagai ”a set of elemens standing in interrelation among themselves and with the environment ” bila diterjemahkan secara bebas berarti ”seperangkat elemen-elemen yang saling berhubungan diantara mereka dan juga dengan lingkungan. Mill and Morrison lebih jauh mengatakan bahwa dirinya bukanlah orang yang pertama kali menggunakan istilah sistem. Dua pionir konsep sistem adalah Gunn pada tahun 1994 dan Leiper pada tahun 1990 [8].

Gunn menggambarkan ” fuctioning tourism system” yang terdiri dari: supply side of attraction, service, promotion, information, and transportasi. Hampir sama dengan pemikiran Mill and Morrison, di mana sistem pariwisata digambarkan dengan empat elemen dimana satu elemen dengan elemen yang lainnya saling terkait dan ketergantungan. Sedangkan pemikiran Leiper, pariwisata sebagai suatu sistem digambarkan dengan lima elemen yaitu: a human element atau tourist, tiga wilayah geografi terdiri dari Traveller Generating Region (TGR), Transit Route Region (TRR) dan Tourist Destination Region (TDR) dan elemen industri atau Travel and Tourism Industry (TTI) [8],[9]. Dengan demikian, pariwisata sebagai suatu sistem dapat digambarkan dengan peran berbagai elemen yang saling terkait dan saling ketergantungan [8].

Riset bidang pariwisata mengalami evolusi, sebelumnya riset pariwisata sebagian besar dilakukan terkait dengan permasalahan dalam konteks penawaran saja. Seiring dengan perubahan dari orientaasi konsumen dan juga orientasi produsen, maka riset pariwisata harus menyesuaikan diri dengan fenomena perubahan tersebut [2], bahkan mengkombinasikan keduanya. Riset harus dikombinasikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai prioritas utama, dengan potensi dan sumber daya perusahaan yang tersedia. Hal ini sejalan dengan riset dalam bidang pemasaran, yang mengalami metamorfosis dari orientasi pada produsen, beralih untuk memahami konsumen sebagai kunci keberhasilan perusahaan, destinasi pariwisata dan juga organisasi [3],[4],[5],[6],[7].

Penelitian dalam bidang pariwisata dan pemasaran selalu berkorelasi dan saling interdepedensi. Karena pemasaran adalah salah satu elemen penting dalam sistem kepariwisataan. Sistem kepariwisataan dijembatani oleh dua elemen penting dan strategis, yaitu: transportasi dan pemasaran. Dua elemen lainnya adalah daerah asal wisatawan atau tourist generating countries (TGC) dan daerah tujuan parwisata atau tourst destination countries (TDC)[8],[9]. Dengan demikian

Page 226: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

219

riset dalam bidang pariwisata identik dengan riset dalam bidang pemasaran. Pemasaran menjadi media informasi, untuk membujuk dan mengingatkan konsumen akan produk yang disediakan oleh produsen. Tujuan pemasaran yang dikaitkan dengan sistem pariwisata mengandung makna pentingnya memahami perilaku konsumen melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan, sehingga mereka merasa puas [10],[11].

Falsafah pemasaran merupakan salah satu elemen penting yang harus diketahui oleh setiap orang baik organisasi individu, serta perusahaan non profit. Karena falsafah pemasaran adalah berorientasi konsumen atau kepuasan. Dengan demikian pesaing yang sesungguhnya adalah konsumen itu sendiri. Mengapa konsumen dikatakan sebagai kompetitor yang sesungguhnya?.Karena konsumen selalu melakukan evaluasi atas pengalaman mereka. Seorang wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ke suatu destinasi pariwisata akan menilai kualitas pengalaman mereka dengan sangat cermat. Mulai dari pengalaman dengan transportasi yang digunakan, akomodasi, daya tarik wisata bahkan sampai tempat makan yang menjadi pilihan dan akan menjadi pilihan lagi. Bila kualitas pengalaman yang diterima hanya mendapatkan nilai 5, sedangkan mereka membayangkan mendapatkan kualitas layanan dengan nilai 7 maka ketidakpuasan akan terjadi. Dengan demikian, bila ingin memenangkan persaingan, penuhilah persepsi mereka minimal sama dengan apa yang harapkan. Memenuhi apa yang dibayangkan dengan apa yang diterima, baru dapat memenuhi syarat untuk mempertahankan pelanggan. Kepuasan baru akan dapat dirasakan bila persepsi lebih tinggi dari harapan.

Industri kapal pesiar adalah salah satu segmen dari seluruh pangsa pasar dalam industri pariwisata yang dewasa ini mulai digarap oleh para operator kapal pesiar. Semakin banyaknya bermunculan operator kapal pesiar yang menawarkan properti yang paling canggih, paling murah serta paling nyaman. Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya konsumen untuk memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata dengan kapal pesiar, yang lebih dikenal dengan Cruise Tourism. Fenomena ini terjadi pada industri perhotelan di Bali, dimana pembangunan kamar hotel semakin tak terbendung yang melebihi permintaan konsumen untuk menginap di hotel.

2. Hasil dan Pembahasan 2.1 Pentingnya Memahami Perilaku Konsumen Memahami perilaku konsumen dalam konteks pariwisata menjadi perhatian serius

para pebisnis. Salah satu bagian dari bisnis pariwisata tersebut adalah industri kapal pesiar. Walaupun di Indonesia bisnis ini belum mendapat perhatian serius. Namun seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat, informasi bisnis ini semakin menarik. Bisnis industri kapal pesiar sebelumnya hanya dikuasai kawasan Karibea dan Amerika. Namun dewasa ini telah merambah ke kawasan Asia [12],[13]. Bisnis kapal pesair memberikan manfaat bagi perekonomian suatu negara dan juga masyarakat lokal. Namun beberapa peneliti menggambarkan industri kapal pesiar berpotensi membawa pengaruh negatif bagi masyarakat dan lingkungan [14],[15]. Industri kapal pesiar sebagai pendatang baru dalam industri pariwisata dunia dipandang beragam para akademisi dan praktisi. Disatu pihak industri ini disanjung karena memberikan manfaat ekonomi. Namun dilain pihak dihujat karena dapat berpengaruh negatif terhadap kehidupan lingkungan dilautan maupun sekitarnya, polusi yang terjadi karena asap dan pembuangan limbah ke laut [14].

Bagi mereka yang bergelut dalam bidang parwisata, industri kapal pesiar adalah salah satu pangsa pasar yang dapat mendongkrak pertumbuhan kedatangan wisatawan mancanegara. Pasar ceruk yang patut digarap dengan serius untuk melengkapi pasar yang telah ada. Karena apapun yang digarap dengan serius akan menghasilkan sesuatu yang serius pula, hal ini sejalan dengan teori perubahan sosial atau social exchange theory dimana asas timbal balik akan

Page 227: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

220

diperoleh. Sedangkan dampak negatif akan dapat dikurangi melalui perencanaan pariwisata yang baik [16],[17]. Memahami perkembangan parwisata kapal pesiar dibeberapa belahan dunia, penulis berpandangan bahwa pariwisata kapal pesiar akan menjadi rebutan banyak negara didunia, termasuk Eropa. Dikawasan Asia, China, Kamboja dan Vietnam akan menjadi pesaing yang sangat kuat bagi Indonesia dan Destinasi pariwisata Bali.

2.2 Industri Kapal Pesiar Suatu Fenomena Sosial Fenomena pariwisata banyak dibahas menggunakan pendekatan teori perubahan sosial

atau social exchange theory [18],[19],[20],[21]. Teori pertukaran sosial telah membawa perubahan sangat luas dalam konteks perilaku organisasi dan individu. Pertukara sosial merupakan suatu rangkaian interaksi sebagai suatu kewajiban, dimana terkandung suatu ketergantungan. Dengan demikian konsep saling ketergantungan sejalan dengan teori sistem pariwisata. Pariwisata dipandang sebagai suatu sistem, dimana empat elemen yang ada saling berkaitan dan ketergantungan. Dalam konteks mikro, hubungan antara wisatawan dan tuan rumah (host) adalah sebuh interaksi yang merupakan konsep yang terkandung dalam teori pertukaran sosial. Teori pertukaran sosial masih menjadi diskusi yang ambigu diantara para akademisi dan juga praktisi. Terutama dikaitkan dengan indikator pengukurannya.

Dengan demikian fenomena pariwisata beserta interaksi yang ada di dalamnya menganut teori pertukaran sosial, dimana kata kunci yang dapat dipahami adalah adanya resiprositas hubungan. Hubungan tersebut terjadi antara wisatawan dengan pelaku pariwisata. Antara wisatawan dengan masyarakat. Antara pemerintah dengan masyarat secara timabl balik. Hubungan antara wisatawan menurut konsep teori pertukaran sosial, disamping saling ketergantungan juga mengandung makna saling memerlukan.Wisatawan memerlukan atau ingin mendapatkan ketenangan, kenyamanan dan nilai dari perjalanannya. Maka kewajiban stakeholders, seperti pemerintah, pihak swasta, yang menyediakan sarana dan jasa pariwisata, masyrakat serta dunia pendidikan untuk berkomitmen menjadikan pariwista sebagai suatu industri yang dapat mensejahterakan masyarakat.

Teori posmoderen dimana didalamnya terkandung makna globalisasi [1], juga digunakan sebagai payung pembahasan fenomena pariwisata kapal pesiar. Artinya industri kapal pesiar adalah suatu fenomena globalisasi atau sering juga disebut dengan istilah liberalisasi dilautan [1],[2]. Berbagai kreasi yang diciptakan para operator kapal pesiar, seperti perubahan dalam harga paket wisata, desain kapal pesiar serta berbagai teknologi dan strategi yang digunakan dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli paket wisata kapal pesiar.

2.3 Prospek Pariwisata Kapal Pesiar Cruise Tourism atau pariwisata kapal pesiar adalah salah satu segmen pasar baru dalam

dunia pariwisata yang belum banyak digarap di negara-negara yang belum berkembang seperti Indonesia. Pangsa pasar ini berkembang di kawasan Karibia dan Amerika. Dalam konteks pemasaran, target pasar ini merupakan pasar ceruk (niche) dari keseluruhan pangsa pasar pariwisata. Pariwisata kapal pesiar dewasa ini mengalami pergeseran, tidak hanya dari target pasar, namun juga mengalami perubahan tujuan perjalanan wisata. Kawasan Asia mendapat apresiasi dari para operator kapal pesiar dan juga konsumen untuk memilih kawasan baru selain Karibia, Amerika dan Eropa sebagai pasar konvensional dunia kapal pesiar.

Dari sisi permintaan atau konsumen, minat untuk mejadikan kapal pesiar sebagai salah satu cara untuk menikmati daerah tujuan wisata mulai semakin meningkat. Apalagi tren ini direspon oleh operator kapal peaiar dengan adanya perubahan paket wisata yang ditawarkan, semakin pendek dari seminggu menjadi 3-4 hari. Konsumen diberikan banyak pilihan waktu sehingga

Page 228: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

221

konsekuensinya harga akan semakin murah. Hal ini juga didukung oleh faktor penunjnag lainnya, seperti biaya penerbangan dan biaya transportasi darat yang semakin murah. Dari sisi penawaran, jumlah operator kapal pesiar semakin berkembang.

Jumlah wisatawan yang menggunakan kapal pesiar sejak tahun 2004 sampai dengan 2010 (tujuh tahun) selalu mengalami peningkatan dengan jumlah wisatawan sebanyak 113 juta atau rata-rata kurang lebih 16 juta orang setiap tahun. Namun sejak tahun 2004 pertumbuhan wisatawan mengalami penurunan, dari 7,59 % pada tahun 2005 menjadi 5.84 % pada tahun 2006, kemudian meningkat kembali pada tahun 2007 menjadi 6.10% dan secara umum mengalami penurunan rata – rata sebesar 4%. Seiring dengan perkembangan pariwisata secara umum, pertumbuhan pariwisata kapal pesiar juga mengalami fluktuasi, mengikuti tren permintaan pariwisata dunia serta krisis yang terjadi dibelahan dunia. Realisasi dan ramalan wisatawan yang menggunakan jasa kapal pesiar sejak tahun 2004 sampai dengan 2014 di prediksi rata-rata sebesar 4,51%, Jumlah ini sebanding dengan pertumbuhan pariwisata dunia secara umum yang mencapai pertumbuhan rata-rata sebesar 4 %

2.4 Persaingan Dunia Kapal Pesiar Berdasarkan estimasi intercruise management yang berbasis pada laporan regional

cruise serta estimasi pertumbuhan berdasarkan laporan Mintel Cruise tahun 2008. Kawasan Karibea menempati urutan teratas (50%) kemudian disusul kawasan Mediteranea sebesar 19%, Kawasan Amerika utara sebesar 14%, kawasan Eropa utara menempati posisi 11% Amerika Selatan diposisi 4% dan Asia hanya 1% sedangkan Kanada mencapai pertumbuhan kurang dari 1% [12],[13],[17]. Pada tahun 2014 diprediksi pertumbuhan industri kapal pesiar mengalami perubahan yang sangat signifikan yaitu: kawasan Karibea masih menjadi primadona namun berkurang menjadi 38%, Mediteranea menjadi lebih menarik, naik menjadi 22 – 32 %, kawasan Amerika utara naik menjadi 15%, Eropa utara menjadi 13 % naik 2% dibandingkan tahun 2008. Amerika selatan tumbuh menjadi 5 % - 10%, sedangkan Asia sebelumnya hanya 7 % atau diprediksi mencapai 25%. Dengan demikian kawasan Asia, dimana di dalamnya akan bersaing Indonesia dengan masing-masing provinsi akan berkompetisi dengan ketat. Bali sebagai suatu destinasi pariwisata akan bersaing tidak hanya di Indonesia namun dengan destinasi pariwisata lain diluar Indonesia dan juga diluar negeri.

2.5 Operator Kapal Pesiar di Dunia Seiring dengan semakin meningkatnya konsumen yang berminat untuk membeli paket

wisata kapal pesiar, telan mendorong investor untuk membangun fasilitas pelabuhan dan kapal pesiar sebaga sarana utama yang berfungsi sebagai tempat menginap dan rekreasi. Jumlah dan jenis cruise line sampai dengan tahun 2010 yang berlaga dilautan dapat dikatagorikan menjadi empat bagian, yaitu; 1), Carnival Corporation yang membawahi Carnival, P&O Cruises, Princes Cruises, Holland American Line, Aida Cruises dan Costa Cruises, menguasai 47 % pangsa pasar dunia. 2). Royal Caribbean International yang membawahi Azamara cruises, Celebrity Cruises dan Royal Caribbean, menempati posisi kedua dengan 22% dari seluruh pangsa pasar dunia, sedangkan 3) Star Cruises yang membawahi NCL dan Star Cruises menempati posisi ke empat dengan 11% market share sedangkan 4) kelompok lainnya yang terdiri dari TUI Cruises, Silversea, Island Cruises, MSC Cruises, Thomson Cruises, Fred Olsen menempati posisi ke-tiga untuk total market share dunia [12].

Page 229: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

222

2.6 Strategi Memenangkan Persaingan Ketatnya persaingan menumbuhkan semangat yang gigih untuk melakukan berbagai

strategi untuk menghadapi pesaing konvensional, yaitu perusahaan yang sejenis. Namun persaingan yang sesungguhnya adalah menghadapi konsumen yang mengalami perubahan perilaku yang sangat cepat. Dua kegiatan penting yang dilakukan industri kapal pesiar untuk menghadapi persaingan tersebut adalah: 1) kerjasama dan 2) membangun strategi. Sesuai dengan ciri industri parwisata sebagai suatu sistem, memerlukan kerjasama antar sesama industri kapal pesiar serta dengan industri lainnya, seperti dengan agen perjalanan wisata, dengan industri transportasi, industri makan dan minuman, rumah sakit, bagian keamanan serta elemen pemerintah lainnya seperti Pelindo yang mengelola pelabuhan laut di Indonesia.

Kerjasama antara perusahaan kapal pesiar, diwakili oleh asosiasi internasional seperti Cruise Line International Associataion (CLIA), yang bertugas dalam kegiatan promosi. Sedangkan persaingan antar jalur pelayaran diwakili oleh diferensiasi produk dan strategi pemasaran. Carnival Cruises membedakan produknya sebagai perusahaan dengan harga yang bersaing (law cost firm), sementara Cunard Cruises menawarkan produk mewah. Princess Cruises spesialisasi dalam strategi menarik konsumen yang melakukan pernikahan dan bulan madu dengan menawarkan paket ini. Celebrity Cruises telah diakui untuk makanan terbaik dan Royal Karibia Cruises untuk fasilitas terbaik; Costa Cruises memiliki gaya Eropa terbaik.

2.7 Kelemahan Pengembangan Pariwisata Kapal Pesiar Beberapa kelemahan dan yang seharusnya disiapkan dalam pengembangan pariwisata

kapal pesiar di Bali, diantaranya: 1) Minimnya fasilitas publik seperti: pontoon, waiting room, toilet money changer serta disable facilities , 2) Regulasi, 3) Biaya operasional yang masih tinggi,4) Standar do & diligent (persepsi yang belum sama), 5) Kurangnya perencanaan, 6) Kemampuan komunikasi (minimal bhs inggris),7) Keamanan public area dan penumpang, 8) Penjaga pantai/coast guard, serta 9) Fasilitas yang belum memiliki standar international [12]

2.8 Peran Pemerintah dalam Pengembangan Pariwisata Kapal Pesiar. Dengan berbagai kelemahan yang seperti yang dipersyaratkan dalam pengembangan

industri kapal pesair, menunjukkan belum optimalnya peran pemerintah dalam menggarap industri ini, terutama dalam hal perencanaan. Pembangunan dermaga kapal pesiar yang bertaraf internasional di Tanah Ampo Karangasem belum banyak memberikan solusi, untuk mengantisipasi kelemahan yang ada. Karena pada tahun 2013 ini telah diumumkan oleh pemerintah daerah Karangsem Pelabuhan Tanah Ampo di tutup. Disamping kesiapan pemerintah, peran masyarakat harus pula dioptimalkan terutama dari sisi komitmen untuk memberikan layanan yang terbaik. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) mengatakan industri kapal pesiar akan menjadi industri yang memberikan manfaat bagi pemerintah dan masyarakat bila digarap dengan serius [22].

Pelabuhan tanah Ampo di kabupaten Karangasem yang semestinya dibangun dengan panjang 300 meter dan lebar 20 meter, hanya dapat dibagun dengan panjang 150 meter dan 8 meter karena alasan dana APBN dan APBD provinsi Bali hanya 104 miliar. Dermaga yang dibangun sejak tahun 2008 tersebut tidak dapat dapat menampung kapal pesiar. Penumpang harus diturunkan dilaut kemudian baru dijemput dengan perahu kecil, menunjukkan bahwa komitmen untuk membangun pariwisata khususnya pariwisata kapal pesiar sangat rendah [23].Bahkan pelahunan ini dinyatakan rusak dan tidak dapat digunakan lagi, sehingga beberapa kapal pesiar dari Eropa membatalkan kunjungan ke Bali [23].

Page 230: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

223

3. Kesimpulan Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia, memuliki peluang yang sangat besar

sebagai cruise tourism destination. Karena kawasan Asia akan mendapat limpahan kapal pesiar dari kawasan Karibia dan Amerika. Namun Pemerintah provinsi Bali belum memilki komitmen yang kuat dalam membangun industri ini, karena salah satu persayaratan utama belum dipenuhi dengan baik terutama pelabuhan laut yang dapat menampung kapal pesiar membawa penumpang sampai dengan 3000 wisatawan. Teori perubahan sosial (SET) merupakan payung penelitian bidang pariwisata, termasuk fenomena pariwisata kapal pesiar. Keterbatasan penelitian ini hanya membahas perkembagan industri kapal pesiar dari aspek konseptual. Penelitian sejenis diharapkan membangun model empiris serta gabungan dari keduanya sehingga member manfaat praktis maupun manajerial.

Ucapan Terima Kasih Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang di danai dari Dana DIPA Universitas Udayana Tahun Anggaran 2012 dengan surat Perjanjian Kontrak No.25.58/UN.14/LPPM/KONTRAK/2012. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Yang terhormat Rektor Universitas Udayana atas bantuan dana yang telah diberikan. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) atas kesempatan yang diberikan untuk berkompetisi dalam pengajuan dana penelitian untuk dosen muda. Sebagian dari tulisan ini telah dipresentasikan pada Seminar Pariwisata Berkelanjutan, Kamis, 2 Mei 2013, yang diselenggarakan oleh Program Doktor (S3) Pariwisata Universitas Udayana. Auditorium Pasca Sarjana Unud – Denpasar- Bali dengan judul “Cruise Tourism Sebagai Pencipta Lapangan Kerja Bagi Masyarakat Bali.

Page 231: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

224

Daftar Pustaka[18] Jennings, Gayle. 2001.Tourism Research. John Wiley & Sons.[19] Reisinger,Yvette. 2009. International Tourism: Cultures and Behaviours. Elsevier Ltd. UK[20] Jamrozy, Ute. 2006. Marketing of tourism: a paradigm shift toward sustainability. International

Journal of Culture, Tourism and Hospitality Research. Vol 1 No. 2, pp. 117 – 130.[21] Kotler,Philip; Bowen,John T; Makens, James C. 2010. marketing for Hospitality and Tourism.

Pearson.New Jersey.[22] Freddy Rangkuti.2002. Marketing Behaviour ; Practical Data Analysis & Interpretation,PT.Elex

Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.[23] Hermawan Kartajaya, Marketing Plus 2000, 2003. Gramedia, Jakarta[24] Hsu, Cathy., Killion, Les., Brown, Braham, Gross Michael. J. 2008. TourismMarketing: An Asia

Pacific Perspective. (2008). John Wiley & Sons Australia, Ltd.[25] Mill, Robert Christie and Morrison, Alastair M. 2009. The Tourism System. sixth edition. USA:

Kendall Hunt.[26] Leiper, Neil.2004.Tourism Management. Australia: Pearson Education.[27] Kandampully Jay. 2002. Service Management; The New Paradigm in Hospitality. Pearson

Education. Australia.[28] Kotler,Philip and Keller, Kevin Lane, 2009. Manajemen Pemasaran.edisi ketiga belas (Bahasa

Indonesia). Erlangga. Jakarta.[29] Surakusuma.Ida Bagus Lolec. 2010a Cruise Tourism: Market Opportunity. PT Pacific World

Nusantara. Denpasar (Papper presented on Tourism Doctoral Programme Udayana University Denpasar-Bali-Indonesia.

[30] Surakusuma.Ida Bagus Lolec. 2010b. Diplomat Khusus, (ed) Jendela Pariwisata Indonesia: How luck is Bali, Kuta: Wisnu Press.

[31] Aguirre, Sandra Zapata and Brida, Juan Gabriel. 2010. Cruise Tourism: Economi, Socio-cultural and Environmental Impact. International Journal of Leisure and Tourism Marketing, Vol. 1. No 3, pp. 205-226.

[32] Eijgelaa, Eke., Thaper,Carla., Peeters,Paul. 2010. Antartic Cruise Tourism: the paradoxes of ambassadorship, “ last chance tourism” and greenhouse gas emission. Journal of Sustainable Tourism Vol. 18, No. 3, pp. 337 -354.

[33] Hall, C. Michael. 2008. Tourism Planning. Policies, Processes and Relationships.Second Edition, England: Prentice Hall.

[34] Brida, Juan Gabriel and Aguirre, Sandra Zapata. 2008. The impact of the cruise industry on tourism destinations. Sustainable tourism as a factor of local development, Monza, Italy, 7-9 September 2008.

[35] Faulkner, Bill dan Tideswel, Carmen.1997. A Framework for Monitoring Community Impacts, Journal of Sustainable Tourism, Vol.5, No. 1, pp. 3-28.

[36] Liang, Ting-Peng., Liu, Chih-Chung dan Wu, Chia-Hsien. 2008. Can Social Exchange Theory Explain Individual Knowledge-Sharing Behavior? A Meta-Analysis,29th International Conference on Information System (ICIS), Paris.

[37] Ward, Collen and Berno, Tracy.2011. Beyond Social Exchange Theory: Attitude Toward Tourists, Annal Tourism Research, Vol. 38, No.4, pp. 1556-1569.

[38] Cropanzano, Russel dan Mitchell, Marie S. 2005.Social Exchange Theory: An Interdesciplinary Review, Journal of Managemen, Vol. 3, No. 6. Pp. 874-900.

[39] Suyajaya, Rai. 2013. http://travel.kompas.com/read/2013/01/17/15372347/Bali Menjanjikan untuk kapal pesiar. Diunduh 27 April 2013.06.15 am.

[23] http://travel.kompas.com/read/2013/03/01/10371255/Dermaga Tanah Ampo Rusak Diunduhn tanggal 27 April 2013 06.00 pm.

Page 232: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

225

Upaya Merancang Model Kehumasan Di Perguruan Tinggi Negeri(Studi Pengembangan Humas di Unud)

Fanny Maharani Suarka, Agung Sri Sulistyawati,Yayu Indrawati, I Gst. Ag. Oka Mahagangga, dan I Putu Anom

1 Fakultas Pariwisata, Universitas, Denpasar, Indonesia

Abstract

The policy of controlling population is one of important focus that has become a priority in order to improving people welfare in local government. One of implementation of this policy is birth control program by men vasectomy. This research is held to study the principle of new public service in birth control program, especially for men surgery in Denpasar City. The study of this research is done through descriptive method and also attaching interview instrument and documentation. On its implementation, the government of Denpasar, through Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Denpasar refers to new public service principles. This implementation program has reached over the target. Some of new public service principle has been applied in control birth program by men surgery metode, which is : accessible, society participation, and reward for successful program that has been done transparently through Surat Keputusan Walikota. Keywords : new public service, birth control program men surgery

Persaingan yang semakin kompetitif diantara sesama PTN bahkan juga PTS menuntut pengelolaan profesional di segala sektor, salah satunya yang paling mendasar dan akan selalu tampil sebagai ujung tombak yaitu Kehumasan. Perguruan tinggi negeri sebagai institusi yang memiliki tujuan menghasilkan SDM berkualitas sesuai dengan bidang keahliannya dituntut mulai mengambil peran humas secara profesional. Peranan humas di lingkungan PTN sangat penting dalam membangun citra positif secara internal dan eksternal. Apalagi dewasa ini PTN tengah menghadapi persaingan tidak hanya di dalam negeri melainkan juga bersaing dengan PTN/PTS di seluruh dunia. Humas PTN akan selalu dituntut kemampuannya dalam menghadapi tantangan dan perubahan lingkungan yang sangat cepat. Humas memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Selain itu, sebagai sebuah kegiatan komunikasi, humas juga berfungsi sebagai jembatan untuk membangun suasana yang kondusif dalam kerangka ‘win-win solutions’, antar berbagai stakeholders organisasi, baik internal maupun eksternal dalam rangka membangun image atau citra dari PTN itu sendiri. Unud yang menyandang status baru sebagai Badan Layanan Umum (BLU) seyogyanya menyadari potensi, hambatan dan kendala dimiliki yang sejatinya dapat diatasi dengan pendekatan kehumasan secara sinergis. Humas menjadi penting ketika Unud sangat memerlukan pencitraan positif sebagai PTN yang mengedepankan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara beretika, bermoral sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki Unud yaitu, unggul, mandiri dan berbudaya. Jangan sampai setelah menyandang status BLU Unud tampak dari luar menjadi sangat profit oriented dan dari dalam tidak terjalin koordinasi dalam mengelola informasi yang dapat menimbulkan citra negatif Unud. Padahal Unud sebagai PTN tertua dan terbesar di Bali sudah seharusnya memiliki kedekatan dengan seluruh kalangan masyarakat yang harus terus ditingkatkan sebagai salah satu upaya pula menuju world class university. Hasil penjajagan awal di tahun 2010 dan 2011, menunjukkan peran Humas di Universitas Udayana (Unud) belum secara signifikan memberikan manfaat positif baik secara internal maupun eksternal. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain menyangkut struktur organisasi, SDM, dan pengelolaannya yang perlu penataan secara formal dan profesional sehingga apa yang menjadi tujuan dari Unud sesuai dengan visi

Page 233: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

226

dan misi yang dimiliki, unggul, mandiri dan berbudaya dapat diwujudkan sesegera mungkin. Kendala jarak antara kampus Sudirman dengan kampus Bukit Jimbaran juga tidak dapat dianggap remeh yang harus dipikirkan dan dicari solusinya sehubungan dengan kehumasan tersebut. Banyaknya fakultas dan program studi serta unit-unit lainnya yang akan selalu berhubungan dengan publik harus dapat difasilitasi agar informasi dapat berjalan seiring, jelas, benar, dapat dipercaya dan bertanggungjawab. Harus diakui memang tidak hanya peran Humas yang akan mampu mewujudkan tujuan dari penyelanggaraan pendidikan, namun harus disadari bahwa hanya Humas yang akan mampu berperan dalam mengelola pencitraan Unud sehingga proses komunikasi sebagai in put-out put akan terkelola dengan baik untuk mendapatkan out come yaitu meningkatnya minat para calon mahasiswa di Unud dan terselenggaranya pendidikan tinggi sesuai dengan visi dan misi Unud. Perbedaan cara pandang mengenai fungsi Humas dalam suatu institusi atau organisasi sering menjadi kendala utama dalam penyelenggaran Kehumasan. Fenomena ini merupakan hal wajar karena belum semua orang paham akan fungsi Humas yang sering hanya diidentikkan sebatas penerima tamu, menjamu tamu atau bahkan “peng-kliping” koran. Artinya peran dan fungsi humas di banyak lingkungan organisasi pemerintahan maupun swasta masih sangat terbatas dan belum optimal. Alasannya karena keterbatasan kemampuan SDM dari para pejabat humas itu sendiri dalam penguasaan substansi tugas dan peran, kurangnya pejabat yang berkualifikasi kehumasan dari sisi pendidikan formal, serta masih terbatasnya pemahaman tentang arti dan fungsi humas. Sadar bahwa humas memiliki peran yang semakin penting dan strategis, seharusnya aparatur kehumasan sebisa mungkin lebih memperluas wawasan, pemahaman dan pengetahuan di seputar dunia kehumasan agar kinerja dan profesionalisme tercapai. Kehumasan di Unud yang dikelola oleh Subbag. Hukum dan Tata Laksana (dibawah BAUK) memiliki beberapa permasalahan yang menyulitkan efektifitas kinerja kehumasan. Permalahan tersebut adalah jarak antar kampus yang berjauhan, koordinasi, SDM dan infrastruktur dan kebijakan yang harus mendukung sebagai payung kehumasan yang profesional. Hasil penelitian dengan perbandingan kehumasan di Pemkab Badung, Pemkot Denpasar dan Pemprov. Bali menunjukkan bahwa permasalahan kehumasan di Unud yaitu jarak yang memisahkan beberapa kampus, koordinasi, SDM, Infrastruktur dan Kebijakan. Rancangan Model Kehumasan di Unud beranjak dari ke-5 permasalahan yang dihadapi Humas Unud, yang ditindaklanjuti dengan penerapan SOP dan IT secara maksimal, mengatur dan membenahi SDM, optimialisasi infrastruktur dan menata kebijakan kehumasan dilanjutkan dengan implementasi secara nyata dan evaluasi. Menurut Frank Jefkins (1992), fungsi dan tujuan manajemen PR/Humas untuk menunjang fungsi kegiatan manajemen organisasi perusahaan adalah berdasarkan mencapai tujuan (objektif) yang disebut Management By Objective (MBO) secara efisien dan efektif melalui proses komunikasi terencana secara internal maupun eksternal dengan publiknya dalam mencapai tujuan yang spesifik berlandaskan saling pengertian dan saling mendukung antara pimpinan dan bawahannya atau sebaliknya dalam melaksanakan kerja sama suatu tim terkoordinasi secara objektif dan efektif untuk mencapai sasaran tujuan utama organiasi atau perusahaan (Ruslan, 2008 : 98). Melalui MBO kehumasan sudah memiliki target atau rencana kerja profesional sehingga berbeda dengan ciri kehumasan konvensional. Dalam mencapai tujuan atau sasarannya, terdapat strategi komunikasi Humas yang dikenal sebagai “7-Cs PR Communications” dari Cutlip, Center & Broom (2000 : 424) : Credibility,Context, Content, Clarity, Continuity & Consistency, Channels dan Capability of the Audience. Sedangkan unsur-unsur 7 P dalam komunikasi organisasi yang dilaksanakan oleh peranan PR sebagai komunikator adalah sebagai berikut : People, Process, Plans, Practices, Product, Plant dan Publications. Melalui pendekatan teoritis di atas dapat diambil suatu strategi kehumasan sebagai bagian terpadu dari suatu rencana, sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen. Organizing menjadi hal utama dalam menata kehumasan yang didalamnya terdapat strukturisasi, pengawakan, pengarahan

Page 234: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

227

dan pengendalian sehingga tujuan bersama dapat tercapai dan tidak menyimpang dari perencanaan awal (Adnanputra, 1990). Untuk dapat mengimplementasikan proses kehumasan idealnya melewati empat langkah proses PR yang disempurnakan dari Cutlip dan Center (1992) sebagai berikut :

Rancangan model tersebut di atas tersebut biasanya sedari awal atau yang disebut perencanaan kehumasan memiliki enam langkah yaitu pengenalan situasi, penetapan tujuan, definisi publik/khalayak, pemilihan media atau teknik-teknik humas, perencanaan anggaran dan yang terakhir adalah pengukuran hasil (Anggoro, 1977 : 2008). Pada kehumasan di Unud, harus dilihat peran dan fungsi Unud sebagai lembaga pendidikan yang

Page 235: ATAS PARTISIPASINYA - lppm.unud.ac.id · ada sebagai salah satu bentuk implementasi dari visi Universitas ... - Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial ... The data were analyzed

228

mutlak memerlukan pencitraan. Harus diakui kehumasan di Unud masih menemui banyak kendala dan yang menjadi temuan dalam penelitian ini adalah jarak antara satu kampus dengan kampus lainnya, koordinasi, SDM, infrastruktur dan kebijakan. Sehingga langkah awal yang harus dilakukan dalam perencanaan kehumasan sebelum masuk pada strategi adalah maksimalisasi SOP dan teknologi sehingga mampu menjawab keterbatasan jarak. Kedua, menyamakan visi dan misi seluruh civitas akademika betapa pentingnya peran humas untuk keberlanjutan Unud kedepannya. Ketiga, pembenahan SDM dengan penempatan mereka yang berkualifikasi kehumasan dari tingkat rektorat hingga ke fakultas-fakultas. Keempat, dengan mengedepankan infrastruktur kehumasan mulai dari ruangan, alat-alat seperti kamera, komputer, pusat layanan data hingga kearsipan. Kelima, menata kebijakan terhadap posisi, peran dan fungsi humas di Unud. Rekomendasi hasil penelitian penyamaan visi dan misi tentang kehumasan di Unud, Sosialiasi tentang peran dan fungsi Humas di Unud, Perekrutan dan penempatan SDM Kehumasan, kelengkapan infrastruktur kehumasan hingga ke tingkat fakultas, Kebijakan yang mendukung pelaksanaan Kehumasan dan Protokoler secara profesional dan terintegrasi dan sangat diperlukan pelaksanakan Penelitian Lanjutan untuk mendapatkan model kehumasan dan protokoler di Unud

Daftar Pustaka[1] Adnanputra, Ahmad S. 1990. PR Strategy. Jakarta : Institut Bisnis & Manajemen Jayakarta[2] Anggoro Linggar, M. 2008. Teori & Profesi Kehumasan. Jakarta : PT Bumi Aksara[3] Brata Trisnu Nugroho. 2010. Ingat! Humas Bukan Tempat Pembuangan Pejabat. [4] www.tribunnews.com. 30 November 2010 [5] Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada[6] Chatab, Nevizond. 2009. Mengawal Pilihan Rancangan Organisasi, Organization Theory, Design and Structured Networks. Bandung : CV. Alfabeta[7] Cutlip, Scott M., & Allen H. Center. 1982. Public Relation. New[8] Jersey : Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall Inc[9] Cutlip, Scott M., Allen H. Center & Glen M. Broom. 2000. Upper Saddle River. New Jersey : Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall Inc[10] Erdianto Elvinaro. 2010. ”Revitalisasi Kehumasan Bagian Dari Reformasi Birokrasi”. [11] www.ristek.go.id Rabu 17 November 2010[12] Danandjaya. 2011. Peranan Humas dalam Perusahaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.[13] Koenjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian ilmu Sosial. Jakarta : Rajawali [14] Kinanto, Tasdik. 2010. ”Revitalisasi Kehumasan Bagian Dari Reformasi Birokrasi”. [15] www.ristek.go.id Rabu 17 November 2010 [16] Miles dan Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI. Press, Jakarta[17] Mohamad, Ismail. 2010. 2010. ”Revitalisasi Kehumasan Bagian Dari Reformasi Birokrasi”. www.ristek.go.id Rabu 17 November 2010 [18] Moleong, Lexy. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya, Bandung.[19] Rejeki, MC Ninik Sri. Etnografi Dalam Penelitian Komunikasi. Yogyakarta : Gitanyali[20] Ruslan Rosady. 2008. Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada [21] Spradley, James P. 1980. Participant Observation.. Holt Rinehart and Winston, New York[22] ---------------------.1997. Metode Ethnografi. PT. Tiara Wacana, Yogyakarta[23] Wenas, Magdalena. 2010. Paradigma dan Media Baru Kehumasan. www.imigrasi.go.id, 21

Juni 2010[23] Hasil Poling Bakohumas (www.bakohumas .depkominfo.go.id)