Asyer Diaspora

10
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 2003 39 Tinjauan Teologis GEREJA GEREJA GEREJA GEREJA GEREJA DIASPORA: DIASPORA: DIASPORA: DIASPORA: DIASPORA: Paguyuban Paguyuban Paguyuban Paguyuban Paguyuban Kharismatik Kharismatik Kharismatik Kharismatik Kharismatik Sosio-Religius Sosio-Religius Sosio-Religius Sosio-Religius Sosio-Religius oleh: Asyer Tandapai Menurut hitungan peradaban tahun masehi, gereja telah memberi sumbangan bagi bangunan peradaban umat manusia, sejak dua puluh abad silam. Dan didalamnyapun tidak dapat dipungkiri bahwa gerejapun punya andil dalam kebobrokan dan penderitaan yang dialami oleh umat manusia, yang diwujudkan entah lewat keterlibatan aktif maupun sikap pasif atau seolah-olah tidak mau tahu. Sebagai perkumpulan umat manusia, gereja senantiasa berada pada penghayatan akan refleksi semangat hidup Yesus dan berjalan mengikuti peradaban umat manusia yang hidup pada suatu tempat dan kurun waktu tertentu. Olehnya, gereja yang ada pada hari ini menuntut untuk menemukan kembali dirinya sebagai tanggapan atas tuntutan hidup hari ini pula. Bila kebutuhan jati diri itu dikaitkan dengan gagasan cemerlang Romo Mangunwijaya (alm) mengenai Gereja Diaspora, ada alasan untuk mempertimbangkannya sebagai kearifan untuk pembaharuan pertumbuhan gereja di Indonesia. Dalam Gereja Diaspora, Romo Mangun mengurai harapan-harapan berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, yang memberi pengaruh pada keharusan pembaharuan gereja. Harapan ini bertolak dari suatu kesadaran sejarah akan keberadaan gereja sebagai warisan dari suatu produk budaya tertentu yang kemudian dalam perkembangannya berjumpa dengan konteks kehidupan yang berbeda. Pengalaman Historis. Gereja sebagai bagian dari produk sejarah peradaban kelompok masyarakat tertentu, dalam tradisinya menurunkan dan menyebarluaskan rumusan-rumusan iman sebagai tanggapan mereka pada yang ilahi berdasarkan pengalaman hidup. Demikian gereja yang datang ke Indonesia adalah bagian dari penerima dan penerus warisan tersebut. Rumusan- rumusan Iman cukup memberi pengaruh pada pola dan cara berada gereja dalam pertumbuhannya. Misalnya, Pietisme, ajaran yang awalnya berkembang di Eropa akhir abad ke-17, yang lebih memberi penekanan pada dimensi kesalehan hidup. Dampak dari ajaran itu adalah kecenderungan memberi penilaian negatif pada kebudayaan lokal. Bahkan mengambil jarak pada tindakan-tindakan sosial-politik. Rumusan refleksi iman demikian yang menjadi bagian pengajaran gereja dalam kurun waktu yang cukup lama telah menggiringnya selalu berpikir dan bertindak untuk dirinya sendiri. Tidak terbangun rasa peduli pada soal-soal kemasyarakatan. Gereja bekerja keras melindungi dirinya dalam kesadaran sebagai persekutuan yang sempurna, untuk tidak “tercemar” dari kehidupan dunia. Konteks yang Berubah. Keharusan untuk terlibat dalam pergaulan antar peradaban, antar bangsa, antar komunitas manusia yang berbeda yang dalam tata pergaulan Internasional disebut globalisasi membawa dampak perubahan. Trend perubahan tersebut cenderung diberi makna dengan identitas masyarakat modern. Proses modernisasi perlahan-lahan membentuk cara berpikir masyarakat yang mempertimbangkan pengalaman hidup. Untuk itu dapat disebutkan identifikasi kemoderenan, yaitu : pertama, moderniasi politik yakni perubahan kekuasaan feudal (tradisional) dan diganti oleh suatu sistem yang memungkinkan pengambilan keputusan secara bersama-sama. Pola hidup ini disebut dengan masyarakat demokrasi. Kedua, modernisasi sosial ditandai intensitas perpindahan manusia. Khususnya, ke daerah-daerah pusat industri yang menyediakan lapangan pekerjaan. Pergerakan ini menyebabkan terjadinya perubahan relasi soasial. Ketiga, modernisasi religius-kultural, dicirikan oleh pluralisme dan individualisasi pandangan hidup. Perubahan yang berjadi pada masyarakat termasuk di Indonesia juga memberi dampak kesenjangan hidup. Dalam proses perkembangan masyarakat modern ada segelintir orang yang oleh sistem yang mereka ciptakan berhasil menempatkan diri sebagai kelompok yang memperoleh keuntungan lebih. Sementara untuk sistem yang sama, lebih banyak yang kurang beruntung. Sistem telah menciptakan mereka menjadi kelompok yang terpingggirkan dalam proses hidup bersama.

description

Romo mangun

Transcript of Asyer Diaspora

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200339

    Tinjauan TeologisGEREJAGEREJAGEREJAGEREJAGEREJA

    DIASPORA:DIASPORA:DIASPORA:DIASPORA:DIASPORA:PaguyubanPaguyubanPaguyubanPaguyubanPaguyuban

    KharismatikKharismatikKharismatikKharismatikKharismatikSosio-ReligiusSosio-ReligiusSosio-ReligiusSosio-ReligiusSosio-Religius

    oleh: Asyer Tandapai

    Menurut hitungan peradaban tahun masehi,gereja telah memberi sumbangan bagi bangunanperadaban umat manusia, sejak dua puluh abadsilam. Dan didalamnyapun tidak dapat dipungkiribahwa gerejapun punya andil dalam kebobrokandan penderitaan yang dialami oleh umat manusia,yang diwujudkan entah lewat keterlibatan aktifmaupun sikap pasif atau seolah-olah tidak mautahu. Sebagai perkumpulan umat manusia, gerejasenantiasa berada pada penghayatan akan refleksisemangat hidup Yesus dan berjalan mengikutiperadaban umat manusia yang hidup pada suatutempat dan kurun waktu tertentu.

    Olehnya, gereja yang ada pada hari inimenuntut untuk menemukan kembali dirinya sebagaitanggapan atas tuntutan hidup hari ini pula. Bilakebutuhan jati diri itu dikaitkan dengan gagasancemerlang Romo Mangunwijaya (alm) mengenaiGereja Diaspora, ada alasan untukmempertimbangkannya sebagai kearifan untukpembaharuan pertumbuhan gereja di Indonesia.

    Dalam Gereja Diaspora, Romo Mangunmengurai harapan-harapan berdasarkanperubahan-perubahan yang terjadi dalammasyarakat Indonesia, yang memberi pengaruhpada keharusan pembaharuan gereja. Harapan inibertolak dari suatu kesadaran sejarah akankeberadaan gereja sebagai warisan dari suatuproduk budaya tertentu yang kemudian dalamperkembangannya berjumpa dengan kontekskehidupan yang berbeda.

    Pengalaman Historis. Gereja sebagai bagiandari produk sejarah peradaban kelompokmasyarakat tertentu, dalam tradisinya menurunkandan menyebarluaskan rumusan-rumusan imansebagai tanggapan mereka pada yang ilahiberdasarkan pengalaman hidup. Demikian gerejayang datang ke Indonesia adalah bagian daripenerima dan penerus warisan tersebut. Rumusan-rumusan Iman cukup memberi pengaruh pada pola

    dan cara berada gereja dalam pertumbuhannya.Misalnya, Pietisme, ajaran yang awalnyaberkembang di Eropa akhir abad ke-17, yang lebihmemberi penekanan pada dimensi kesalehan hidup.Dampak dari ajaran itu adalah kecenderunganmemberi penilaian negatif pada kebudayaan lokal.Bahkan mengambil jarak pada tindakan-tindakansosial-politik. Rumusan refleksi iman demikian yangmenjadi bagian pengajaran gereja dalam kurunwaktu yang cukup lama telah menggiringnya selaluberpikir dan bertindak untuk dirinya sendiri. Tidakterbangun rasa peduli pada soal-soalkemasyarakatan. Gereja bekerja keras melindungidirinya dalam kesadaran sebagai persekutuan yangsempurna, untuk tidak tercemar dari kehidupandunia.

    Konteks yang Berubah. Keharusan untukterlibat dalam pergaulan antar peradaban, antarbangsa, antar komunitas manusia yang berbedayang dalam tata pergaulan Internasional disebutglobalisasi membawa dampak perubahan. Trendperubahan tersebut cenderung diberi makna denganidentitas masyarakat modern. Proses modernisasiperlahan-lahan membentuk cara berpikir masyarakatyang mempertimbangkan pengalaman hidup. Untukitu dapat disebutkan identifikasi kemoderenan, yaitu :pertama, moderniasi politik yakni perubahankekuasaan feudal (tradisional) dan diganti oleh suatusistem yang memungkinkan pengambilan keputusansecara bersama-sama. Pola hidup ini disebutdengan masyarakat demokrasi. Kedua, modernisasisosial ditandai intensitas perpindahan manusia.Khususnya, ke daerah-daerah pusat industri yangmenyediakan lapangan pekerjaan. Pergerakan inimenyebabkan terjadinya perubahan relasi soasial.Ketiga, modernisasi religius-kultural, dicirikan olehpluralisme dan individualisasi pandangan hidup.

    Perubahan yang berjadi pada masyarakattermasuk di Indonesia juga memberi dampakkesenjangan hidup. Dalam proses perkembanganmasyarakat modern ada segelintir orang yang olehsistem yang mereka ciptakan berhasil menempatkandiri sebagai kelompok yang memperoleh keuntunganlebih. Sementara untuk sistem yang sama, lebihbanyak yang kurang beruntung. Sistem telahmenciptakan mereka menjadi kelompok yangterpingggirkan dalam proses hidup bersama.

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200340

    Tinj

    auan

    Teo

    logi

    sA. Mengenal Sekilas Y.B. Mangunwijaya

    1. Riwayat Hidup

    Sosok intelektual yang akrab disapa RomoMangun, memiliki nama lengkap Yusuf BilyartaMangunwijaya. Lahir di Ambarawa 6 Mei 1926,adalah anak sulung dari 12 bersaudara pasangansuami istri Yulianus Sumadi dan Serafin Kamdaniyah.Zaman Kolonial Belanda, Mangun kecil jauh lebihberuntung dibanding anak-anak dari keluargakebanyakan, sebab boleh mengenyam pendidikanyang ketika itu hanya dapat dinikmati olehsekelompok masyarakat yang memiliki status sosialtertentu. Selain itu perjalanan hidup Mangun keciljuga sangat ditentukan oleh hidup ayah dan ibunyayang berprofesi sebagai guru. Latar belakang sadarpendidikan inilah yang mengantarnya kelak menjadiintelektual.

    Setelah tamat pendidikan dasar di MuntilanMangunwijaya melanjutkan pendidikan ke SekolahTeknik di Semarang. Kemudian ke SekolahMenengah Atas. Semasa di Sekolah Menengah Atas,bersamaan suasana perjuangan mempertahankanProklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,Mangunwijaya ikut angkat senjata dan sempatmenjadi prajurit Tentara Kemanaam Rakyat dalamDivisi III, Batalyon X, Kompi Zeni. Seusai masarevolusi, Mangunwijaya memenuhi tawaran dariKeuskupan Agung Semarang untuk memasukiSeminari Mertoyudan, Magelang. Lepas dariMertoyudan tahun 1953, ia melanjutkan pendidikanFilsafat-teologi di Seminari Tinggi Sancti PauliYogyakarta. Dan ditahbiskan sebagai Imam 8September 1959. Romo Albertus Soegijopranatamemberi tugas baru kepada Romo Mangun untukbersekolah Teknik ke Institut Teknologi Bandung.Kemudian (tahun 1960) melanjutkan pendidikan keAachen Jerman Barat. Di sana Mangunwijayaseperguruan dengan B.J. Habibie (mantan PresidenRI III) dan Wardiman Joyonegoro (mantan MentriPendidikan dan Kebudayaan era PemerintahanSoeharto). Tahun 1967, kembali ke Indonesia,pertama-tama bekerja sebagai Pastor desa di Salamdan kemudian berbertugas di Sekretariat KeuskupanBiro Pembangunan Semarang. Sementara itu pulamenjadi pengajar di Fakultas Teknik ArsitekturUniversitas Gajah Mada.

    Panggilan pelayanan untuk berkarya lebihdekat dengan rakyat lemah, membuat RomoMangun akhirnya mengambil keputusan untukberada di luar otoritas Paroki. Setelah mendapat izindari Kardinal Justinus Darmojuwono, Romo Mangunmengawali panggilan hati nuraninya dengan tinggal

    di pinggir kali Code bersama masyarakat tersingkir.Pilihan hidup itu juga menjadi sikap yang sama untukmeninggalkan Universitas Gajah Mada denganalasan bahwa Perguruan Tinggi di Indonesia tidakbersahabat dengan orang kecil.

    Akhirnya, sosok intelektual yang memadukanteori dan aksi serta akrab dipanggil Romo Mangun,meninggal dunia pada hari Rabu 10 Februari 1999,seusai memberi ceramah pada Simposium yangbertemakan Meningkatkan Peran Buku dalamUpaya Membentuk Masyarakat Baru Indonesia diHotel Le Meridien, Jakarta. Peristiwa inimengingatkan dan sekaligus menjawab harapannyaseperti yang diungkapkan Romo Muji Sutrisno,Beliau selalu meminta kepada Tuhan, inginmeninggal dalam tugas. Romo Mangun meninggalketika menunaikan tugas mulia sebagai GuruBangsa, mempersiapkan pemikir-pemikir cerdasuntuk membangun masyarakat baru Indonesia.Mohamad Sobary yang melepas kepergian RomoMangun dalam pelukannya mengatakan, RomoMangun adalah seorang Indonesia baru karenayang dibayangkannya adalah masa depan danpemikirannya mendahului zaman sekarang.Sekalipun telah meninggal, dalam wasiatnya RomoMangun tetap menginginkan agar tubuhnya masihbermanfaat untuk proyek kemanusiaan.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Faruk HT, Romo Mangun berwasiat agar jasadnya diserahkankepada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Madauntuk dimanfaatkan bagi perkembangan IlmuPengetahuan. Namun wasiat yang terakhir ini olehsahabat-sahabatnya tidak dikabulkan juga karenapertimbangan kemanusiaan.

    2. Eklesiologi Y.B. Mangunwijaya

    Keberadaan gereja Indonesia tidak dapatdipisahkan dari latar belakang sejarah panjangmasa silam. Suatu proses sejarah penyebaran gerejayang terlaksana bersamaan dengan penaklukanbangsa-bangsa (daerah-daerah) yang dianggaptidak beradab. Ekspansi besar-besaran bangsaSpanyol, Portugis disusul Belanda untuk menemukandaerah-daerah baru (paruh ke dua abad 15)merupakan babak baru rangkaian sejarahpenyebaran gereja. Kenyataan sejarah inilah yangmenempatkan gereja di Indonesia sebagai bahagiandari ekspansi barat dalam semangat imperialisme.Masa sejarah panjang ini bagi Romo Mangun selaindilambangkan oleh salib dan pedang, persekutuanagama (baca:gereja) dengan penguasa jugadilambangkan dalam istilah Persekutuan Yesusdengan Pontius Pilatus dan Herodes. Era ekspansiPortugis dan Spanyol sebagai pelaksana mandat

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200341

    Tinjauan TeologisPerutusan Suci yang kemudian disusul Belandauntuk menganugerahkan keselamatan kepadaorang-orang kafir (kasta sosial yang rendah tidakberadab). Selanjutnya menurut Romo Mangun, tanpaharus menutup-nutupi fakta sejarah bahwa seluruhsejarah perutusan suci tersebut, agama (gereja)diperalat demi kepentingan-kepentingankeserakahan uang dan emas. Gereja dijadikantopeng motifasi yang mencelakakan ratusan jutarakyat kecil.

    Paket kolonisasi dan penyebaran gerejaseperti yang diungkapkan Romo Mangun, sebagaiStrategi 3M (aliansi militerisme, Merchant, danMissionaris) merupakan tritunggal imperialisme dankolonialisme, menimbulkan trauma sosial bagimasyarakat di luar komunitas gereja. Akibat lainsemangat kolonialisme disadari atau tidak, gereja diIndonesia masih sulit melepaskan diri dari mentalitasseperti induk semangnya di Barat, oleh RomoMangun disebut sikap mental gereja jaya wijaya.Mentalitas peradaban superior teridentifikasi dalamsekelompok manusia yang mengikatkan diri dalamgereja. Gereja yang merasa diri paling hebat.

    Dalam rangka memahami orientasi elitissebagai kritik terhadap ketidak-adilan, pemasungankebebasan, pengkhianatan terhadap martabatmanusia, seminggu sebelum Romo Mangunmeninggal Romo masih sempat mengatakan gereja Indonesia harus bertobat. Memaknai artipertobatan yang dimaksud bahwa orientasi elitisgereja harus dibaca dalam kerangka Kabar Baik InjilLukas yang memuat pesan pengakuan danserangkaian orientasi pelayanan Yesus, yaitu

    Roh Tuhan ada padaKu, karena Ia telahmengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baikkepada orang-orang miskin; dan Ia telahmengutus Aku untuk memberitakan pembebasankepada orang-orang tawanan, dan penglihatanbagi orang-orang buta; untuk mebebaskanorang-orang tertindas; untuk meberitakan: TahunRahmat Tuhan Telah Datang. (Lukas 4:18-19)

    Semangat elitis yang dimaksudkan RomoMangun dengan merujuk pada ucapan Yesus dalamBait Allah di Nazaret yang mengutip nubuat mesianisdari Yesaya 61: 1-2 merupakan pilihan sikap yangmelawan arus. Orientasi elitis yang sadar untukmelakukan pendekatan kepada mereka yangmenurut pendapat umum bukan kelas elit.

    Social-religius sebagai kombinasi antara teoridan aksi telah menjadi citra diri Romo Mangunwijayasekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

    bangunan sosio-eklesial yang diperankannyaselama ini. Untuk itu melalui penelusuran bahagian-bahagian tertentu dari hidup dan pikiran RomoMangun diharapkan terlihat perkembangan sosio-eklesiologi yang dimaksud.

    Sebagai seorang teolog yang dididik dalamtradisi Katolik dan mendapat urapan imam, RomoMangun dengan status Imam Praja lebih memilihberkarya di luar struktur gereja. Pilihan sikap hidupseperti ini adalah ekspresi dari penghayatan hidupyang terlihat melalui tindakan yang didasarkan padahati nurani. Sebagaimana yang dikatakan K.H.Abdurrahman Wahid, bahwa Romo Mangun tampilsecara utuh sebagai seseorang yang menentangfeodalisme, termasuk didalamnya feodalisme gereja,dan lebih lanjut dikatakan:

    Maka adalah menarik dalam diri Romo Mangunbahwa moralitas digumpalkan dalam bentuktindakan nyata yang sebetulnya sederhana. Caraseperti inilah, cara-cara yang menanganiperubahan secara bermoral yang memberiharapan, digumpalkan dalam bentuk praksisseperti terjadi di kali Code, Kedung Ombo danlain sebagainya. Ini memberi harapan kepadamereka yang diajak mitra untuk menanganiperubahan secara bersama. Ini artinya ketikamoralitas diwujudkan melalui praksis maka yangmuncul adalah kebersamaan. Saya melihat darisudut ini bahwa apa yang dilakukan RomoMangun, membangun kebersamaan antara kitasemua sebagai satu sumbangan yang sangatpenting dan di sinilah inti teologinya.

    Napak tilas yang dilakukannya melampauisekat-sekat manusiawi berjumpa dengan siapa sajadari berbagai kelas sosial telah memperlihatkangambaran manusia merdeka dari belengguprimordial gereja, hierarki dan doktrin. Penilaian yangsama dari Mohamad Sobary yang oleh RomoMangun dalam doanya ketika hendakmenghembuskan nafas terakhir menyebut Ini Kiaisaya, Ini Kiai saya, dan selanjutnya menjaditempatnya merebahkan diri, mengatakan: KabarBaik itu terutama ia tidak sampaikan melalui ayatdemi ayat (khotbah di mimbar gereja) melainkankesediaan berkotor dan bergulat langsung di pusatkemiskinan yang kehilangan harapan. Dalam hal ini,menjadi semangat ketika memainkan peran dalamfungsi eklesial untuk sebuah proses pemerdekaanmanusia dari segala bentuk penindasan dan yangjuga telah hidup dalam sekat-sekat orang kita-orang mereka menjadi umat manusia denganbermuara pada kemanusiaan universal.

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200342

    Tinj

    auan

    Teo

    logi

    s

    B. Gereja Diaspora Y.B. Mangunwijaya

    1. Gereja Sebagai Paguyuban Umat Allah

    Romo Mangun mengharapkan pertumbuhangereja berangkat dari pengalaman pengalamanhidup seperti dikisahkan dalam Perjanjian Lama yangteridentifikasi sebagai persekutuan Umat Allah.Identifikasi ini menjelaskan bahwa hakekatkeberadaan gereja sebagai kawanan Umatsenantiasa berada dalam perjalanan, denganmenunjuk pada gerakan kediasporan tokoh-tokohdalam cerita Perjanjian Lama, seperti Nuh (Kejadian6) yang hidup bersama keluarganya ditengahmasyarakat yang jahat. Abraham (Kejadian 12-25)bersama keluarganya menjadi manusia perantau dinegeri asing dalam rangka memenuhi panggilanuntuk menjadi berkat. Yakub bersama keturunannyadi Mesir (Kejadian 25) hidup di tengah penderitaansebagai kelompok kecil.

    Perkembangan pemikiran gereja sebagaiUmat Allah yang akarnya dalam Perjanjian Lamamenyebut secara khusus Israel sebagai umat pilihan,selanjutnya diperkembangkan dalam PerjanjianBaru, Khusus surat 1Petrus 2:9-10 tetapi kamulahbangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsayang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, kamuyang dahulu bukan umat Allah, tetapi sekarang telahmenjadi umatNya. Dalam hal ini umat kristiani jugateridentifikasi sebagai Israel baru atau sebagai UmatAllah. Romo Mangun menyebut umat murid Yesusgenerasi pertama ini dan diabad-abad berikutnyaadalah paguyuban-paguyuban minoritas. Kenyataanini menjadi gambaran hakekat gereja sebenarnyadalam Gereja Diaspora, baik kualitatif maupunkuantitatif.

    Istilah Diaspora yang dipergunakan RomoMangun untuk menjelaskan pemikiran eklesiologinyadiambil dari kata Yunani; yang artinyapenyebaran. Suatu istilah yang penggunaannyadihubungkan dengan keberadaan gereja diIndonesia, dengan menunjuk suatu gambarankehidupan umat Yahudi yang tersebar1 . Identitasmereka sebagai Umat Allah mengandung maknabahwa di satu pihak gereja yang terus-menerusmemperbaharui diri (ecclesia semper reformanda)dalam konteks citra zaman yang terus berubah, dandilain pihak gereja berkarya dalam suatu proses

    perjalanan sejarah pengembaraan hingga akhirzaman.

    Dalam Gereja Diaspora, Romo Mangunmemberi penekanan pada model gereja paguyubanUmat Allah sebagai pola menggereja dalam konteksIndonesia. Model ini mengacu pada kontekskehidupan Umat Allah yang tersebar seperti yangdigambarkan dalam kitab Perjanjian Lama dantradisi gereja mula-mula dalam Perjanjian Baru.Dalam eklesiologi ini, aspek yang ditekankan adalahpersekutuan (communio).

    Telaah lebih jauh makna persekutuan (communio)sebagai suatu model gereja, Avery Dullesmerefleksikannya bahwa model gereja sebagaipersekutuan mengandung gagasan tentang UmatAllah dan Tubuh Kristus. Gagasan Umat Allah yangdipadankan dengan gereja dalam Perjanjian Baruhendak menekankan bahwa gereja ada danberkembang dari sejarah keselamatan yang sudahdimulai sejak pemanggilan Bapa Abraham. Dengandemikian gereja dimengerti dalam suatu kesadaranserius bahwa gereja mengalami dirinyaberhubungan erat dengan umat manusia dalamrangka sejarah keselamatan yang universal. Namundalam hal ini gereja tidak berarti hanya sebataskelanjutan klaim bangsa Israel sebagai Umat PilihanAllah. Dari beberapa teks Perjanjian Baru, umatKristiani (gereja) disebut sebagai Israel Baru atauUmat Allah Perjanjian Baru. (Lihat; Roma 9:23-26;Ibrani 8:10; I Ptr. 2:9).

    Memahami eklesiologi Gereja Diaspora dalamkerangka Persekutuan Umat Allah yang dalam aspeksosio-historisnya bertolak dari interpretasi latarbelakang sejarah Israel sebagai Umat Allah. Yaituhubungan antara Israel sebagai Umat Allah dalamPerjanjian Lama dengan gereja sebagai Umat Allahdalam Perjanjian Baru, oleh teolog Raymond E.Brown menjelaskan: khususnya penjelasanmengenai Surat I Petrus, dilihat sebagai teks yangmewariskan konsep gereja sebagai Umat Allah.Dalam Surat 1Petrus Gereja secara seriusdigambarkan dengan latar belakang pertentanganorang-orang Israel sebagai Umat Allah denganorang-orang yang masuk Kristen tetapi tidak berasaldari keturunan Israel. Hal ini dimaksudkan untukmenciptakan suasana kekeluargaan bagi merekayang beralih kepada kekristenan dengan suatumartabat baru sebagai keluarga Umat Allah. Di pihaklain konsep Umat Allah, tidak semata dimengertisebatas pada aspek pergerakannya (diaspora)seperti sejarah perjalanan Umat Allah (Israel) dalamPerjanjian Lama, namun menyentuh maknauniversalistis, yaitu gereja sebagai paguyuban Umat

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200343

    Tinjauan TeologisAllah berada dalam kesadaran sebagai persekutuanbersama dengan seluruh umat manusia. Dan jugadengan tidak mengabaikan potensi eksklusifisnya, dimana kemungkinan ketika gereja kembali terjebakpada primordialisme, sebagaimana ide Umat Allahyang telah terdistorsi menjadi sejarah nasionalbangsa Israel semata; pergeseran makna UmatAllah yang universal menjadi partikular ataupemahaman tentang gereja sebagai masyarakatsempurna societas perfecta. Gereja sebagaipersekutuan Umat Allah secara prinsip mengandungmakna yang menekankan kontinuitas sejarahkeselamatan manusia dan berada dalam kerangkahubungan universal antara Allah dan manusia.Untuk itu umat manusia yang mempersekutukan dirimenjadi gereja sebagai umat Allah berada dalamkepatutan untuk berbicara sebagai sesama umatmanusia kepada manusia sebagai manusia. Halpenting memahami gereja sebagai umat Allahadalah menolong dalam tugas kekaryaan untuktidak terjebak pada polarisasi orang kita - orangmereka, yaitu sikap yang menganggap orang kitasebagai satu-satunya manifestasi kebenaran dankesempurnaan, sedang orang mereka adalahkegelapan dan kesesatan.

    2. Gereja Fungsional

    Pemahaman tentang gereja Fungsionaldirefleksikan Romo Mangun dengan istilah gerejasebagai organisme. Ini dimaksudkan untuk melihatbagaimana seharusnya gereja sebagai persekutuanUmat Allah yang telah mengorganisasikan diri dapatmelakukan fungsi-fungsinya. Menurut Avery Dulles,organisasi (institusi) merupakan model gereja yangmenekankan unsur kelihatan sebagai ciri suatumasyarakat konkret, yang harus memilikiseperangkat aturan, lembaga kepemimpinan dansejumlah anggota yang menerima peraturansebagai pengikat bagi mereka. Sementara pikirantentang struktur gereja dalam teks Perjanjian Baru,menurut Raymond E. Brown merupakan warisan darisurat-surat Rasul Paulus, khususnya Surat Pastoralkepada Timotius, Titus, yang memperlihatkanpentingnya struktur gereja dan surat kepada jemaatdi Efesus dan Kolose memuat refleksi simboliktentang gereja sebagai tubuh Kristus yang dicintai.Misalnya Efesus 2:19; Demikianlah kamu bukan lagiorang asing dan pendatang, melainkan kawansewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, ayat ini secara eksplisitmenurut Brown merefleksikan gereja sebagaiKeluarga Allah. Dan segi kelembagaan dari refleksiini diperkuat oleh ayat selanjutnya, Yang dibangundi atas dasar para rasul dan para nabi, denganKristus Yesus sebagai batu penjuru. Sementara

    mengenai gambaran gereja sebagai Tubuh Kristus,seperti terefleksikan dalam Efesus 1:22, Dan segalasesuatu telah diletakkanNya di bawah kaki Kristusdan Dia telah diberikanNya kepada jemaat sebagaiKepala dari segala yang ada Di sini terlihatgambaran simbolik tentang Tubuh Kristus sebagaikumpulan orang-orang. Gagasan utama yang dapatditarik dari refleksi di atas bahwa surat Efesusmengembangkan gagasan tentang Tubuh Kristussebagai tekanan untuk menunjuk fungsi-fungsigereja dalam aspek kelembagaannya. Dalam hal iniRaymond memperlihatkan suatu interpretasi darisurat-surat Rasul Paulus tentang Tubuh Kristus yangdiproyeksikan menjadi segi-segi kelembagaangereja.

    Mengenai aspek kelembagaan, RomoMangun tidak secara eksplisit menyebut gerejasebagai Tubuh Kristus, namun hanya menyebutbahwa: Tubuh kita bukan organisasi melainkanorganisme yang terdiri dari beberapa organ danhidup secara organik. Di sini Romo Mangunmenyampaikan ide tentang gereja sebagaiorganisasi cukup samar-samar dan kelihatannyamenghindari pemahaman bahwa Tubuh Kristusidentik dengan organisasi gereja. Namun TubuhKristus yang dapat dipadankan dengan tubuh kita(istilah Romo Mangun) menjadi ungkapan simbolikterhadap gereja sebagai realitas masyarakat yangmelakukan fungsi-fungsinya secara alamiah.

    a. Keteladanan Pada Citra Sosial Yesus

    Secara definitif Allah telah melaksanakankarya keselamatan dunia ini dalam Yesus Kristusmelalui kedatanganNya kedalam dunia. Karyakeselamatan yang konkrit tersebut merupakantindakan kemanusiaan, yaitu Allah yang dipahamisolider dengan penderitaan manusia, sebagaimanacara hidup Yesus yang terlibat langsung dalampenderitaan sebagai sikap solidaritas bagi kelompokmasyarakat yang terpinggirkan. Hal yang cukupmenonjol dari sikap dan cara hidup yang dijalanibahwa Yesus sendiri berasal dari strata lingkungankeluarga kecil dan lingkungan pergaulanNya-punadalah rakyat jelata.

    Dalam kaitan gereja dengan Yesus Kristussebagai pemberi mandat, pertanyaan dasar yangharus jelas yaitu tugas macam apakah yang patutdirefleksikan oleh gereja, khususnya ketika berbicaratentang Indonesia?

    Bagi Romo Mangun gereja sebagaipelaksana mandat kekaryaan di tengah situasikerdiasporaan senantiasa berada demi Kerajaan

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200344

    Tinj

    auan

    Teo

    logi

    sAllah, yang pengertiannya dikutip dari pikiran RomoJ.B. Banawiratma, bahwa: Kerajaan Allahmerupakan situasi dan peristiwa penyelamatan,situasi maupun perjuangan untuk perdamaian dankeadilan, pengelolaan dan pemeliharaan alam,kesejahteraan dan kebahagiaan yang dirindukanoleh semua orang. Pengertian di atas searah dengangagasan pemerdekaan Romo Mangun, yang harusdikerjakan gereja dengan didasarkan pada figurYesus.

    Seluruh karya Yesus termasuk sengsaraNyaharus menjadi pola cara berada gereja secarafungsional untuk mengembangkan sikap yang kritisterhadap kekuasaan dan terhadap sikap moralmasyarakat umum. Gereja dalam semangatmoralitasnya harus mengedepankan fungsikeberpihakannya untuk menjadi gereja bagi kaummiskin dan membela mereka yang lemah, dankerelaan berkorban. Gereja hadir melalui keterlibatandan aktifitasnya dalam proses perubahanmasyarakat di mana penegakan keadilan bagimasyarakat kecil, mengupayakan perdamaian danterpeliharanya keutuhan ciptaan demi kemanusiaan.Romo Mangun mengajak gereja di Indonesia untuksungguh-sungguh mengerti hakikat karya Yesusyang membawa kabar suka cita bagi kaum miskin,pembebasan kaum tertindas/terpinggirkanberdasarkan Injil Lukas 4:18-19 yang dikutipnyamemuat pesan tentang tindakan Allah untukmenyelamatkan manusia secara konkrit dan utuh.Sebagaimana yang dikatakannya Gereja diIndonesia agar sudilah kritis. Karena sikap kritisadalah sikap asli Yesus. Dalam kesadaran ini gerejadi Indonesia sebagai gerakan umat tidak lagibersekutu dengan penguasa menolong menindasumat.

    b. Gereja Terlibat Kepada Pembaharuan Dunia

    Dari sudut kosmologi, dunia merupakan alamsemesta yang menjadi tempat hunian umatmanusia; atau dari sudut historisnya menjadi tempatberlangsungnya peradaban. Memahami hubungangereja dan dunia dalam alur pemikiran RomoMangun, tidak dimengerti sebagai hubungan duaranah di mana dunia berada di luar gereja. Sebabjika dunia dimaksudkan sebagai tempat hunian umatmanusia dan menjadi panggung sejarah peradaban,maka gereja termasuk dunia ini. Hubungan antaragereja dan dunia adalah pertama-tamamencerminkan dua pola dalam kehidupan umatmanusia. Sebagaimana yang dirumuskan RomoMangun bahwa bidang pemisahan itu ditarik antaramereka yang pro Kerajaan Allah dan anti KerajaanAllah. Bagi Romo Mangun letak hubungan gereja

    dan dunia atau sebaliknya, ada pada manusianya.Hidup gereja yang terlibat pada pembaharuan duniaadalah menyangkut fungsi gereja bagi kehidupanumat manusia, yaitu bagaimana menjadi saranaumat beriman untuk menghayati serta mewujudkanimannya dalam kehidupan sehari-hari dalam duniayang konkret.

    Tujuan gereja bukan dirinya sendiri melainkandemi iman, yakni hubungan setia dengan Kristus.Namun kesadaran beriman baru menjadi nyata jikaditerjemahkan dalam hidup sehari-hari. Seperti kataRomo Mangun, iman adalah tindakan, bukanomongan. Tindakan manusia yang membuatmanusia menjadi manusia. Gereja terlibat kepadapembaharuan dunia dalam rangka fungsinyasebagai tanda dan alat keselamatan bagi dunia.Sebagaimana Kristus demi Kerajaan Allah terlibatdan solider serta kritis dalam kondisi real kehidupanumat manusia, demikianlah semestinya sikap gereja.

    Dalam konteks keterlibatan gereja kedalampembaharuan dunia, Romo Mangun menunjukkonteks peradaban masyarakat modern, di manasalah satu gejala masyarakat modern yang dibericatatan kritis dan menjadi peringatan terhadapkeberadaan gereja adalah citra manusia. Nilaikemanusiaan yang dihargai mengikuti harga pasarberdasarkan kriteria sumber daya manusia. BagiRomo Mangun kriteria tersebut diadopsi dari duniaindustri yang memberi indikasi bagaimana manusiamodern diperlakukan. Manusia baru berhargaapabila ia produktif sebagai mesin atau alatproduktif. Akibatnya, zaman modern hanya akanmenciptakan praktek mengeksploitasi dandieksploitasi sebagai peristiwa umum.

    C. Gereja Diaspora Refleksinya Bagi KonteksIndonesia

    Visi Gereja Indonesia yang bertolak dariekklesiologi Gereja Diaspora Romo Mangunwijayadiarahkan pada gereja Indonesia yang berwawasanlingkungan. Gereja yang didasarkan pada sikap dantanggungjawab untuk mewujudkan iman dalamberbagai dimensi kehidupan yang melampaui sekat-sekat kemanusiaan. Mungkin, gereja yang dimaksudmendekati pengertiannya semacam Lembaga SosialMasyarakat yang bekerja di masyarakat pada tingkatakar rumput untuk menyadarkan dan membebaskan

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200345

    Tinjauan Teologisdari penderitaan karena ketidakadilan, kebodohandan kemiskinan dalam kehidupan bersama.

    Pemahaman gereja fungsional juga dikuatkandari pemahaman Romo Mangun tentang: pertama,pemahaman agama (gereja) dalam dimensireligiositas. Dalam hal ini ada pemisahan gerejadalam dua pemahaman mendasar, yaitu gerejayang menunjuk pada kelembagaan dan aspeknyayang resmi, hukum-hukum dan organisasi sebagaiaspek yang melingkupi kemasyarakatan, dalambahasa Jerman disebut Gesellschaft dan gerejadalam pengertian religiositas yang disebutGemeinschaft sebagai penggambaran persekutuanyang tidak resmi dalam keakraban antar anggota,atau lebih dalam dari agama yang tampak resmi,dan bergerak pada tata paguyuban. Hal pentingmaksud Romo Mangun menggunakan istilah dariteori sosial perkembangan masyarakat tradisional(Gesellschaft) untuk beragama (Baca :gereja) danmasyarakat modern (Gemeinschaft) untuk religiositas(beriman), dengan pertimbangan bahwa: sekalipunmasyarakat Indonesia telah hidup dalam zamanmodern, namun suasana hidup yang bercirikansolidaritas sosial yang menjadi ciri tradisonal perludipertahankan. Atau dengan kata lain, teori sosialyang digunakan di atas sebagai penggambaranpaguyuban Umat Allah dalam konteks masyarakatIndonesia modern, memperlihatkan suatu maksudbahwa meskipun masyarakat modern dibentukberdasarkan kontrak sosial menurut hukum-hukum(Gesellschaft). Namun bagi Romo Mangunsemestinya gereja Indonesia dalam pengertianreligiositas harus hidup dalam tata paguyubanberdasarkan semangat suasana kekeluargaan(Gemeinschaft). Dapat dikatakan bahwa gerejaIndonesia yang lahir dari solidaritas individu-individudalam masyarakat yang berbeda agama, budaya,bahasa, suku, ras dapat hidup bersama, dengantidak mengandalkan seperangkat aturan-aturanyang mengikat. Tetapi solidaritas yang dibangunberdasarkan ekspresi hati nurani (ConceienceColectif) semua pihak. Kedua, pemahamanorganisasi gereja sebagai organisme. Di sini RomoMangun tidak melihat ciri masyarakat modernIndonesia menurut cara berpikir mekanistis(masyarakat struktural) melainkan menurut strukturorganisme mahluk hidup, yaitu setiap individu dalammasyarakat akan melakukan fungsi-fungsinyasecara alamiah menurut kemampuan dan kemauanmasing-masing.

    1. Unitas Versus Diversitas.

    Impian untuk mewujudkan cita-cita Yesusmengenai kesatuan; Ut Omnes Unum Sint: agar

    semuanya menjadi satu (Yoh. 17:11), menjadi inspirasidalam mewujudkan gereja yang universal (unitas).Dalam perjalanan sejarah, gereja yang universalseakan terproyeksikan melalui gereja Katolik denganotoritasnya yang berpusat di Vatikan. Gagasanserupa dikembangkan dalam semangat penyebarangereja yang terlaksana dalam kesadaran untukmewujudkan kekristenan sebagai peradaban dunia(mono culture). Kenyataan ini akhirnya mematikanpotensi kebudayaan lokal (diversitas). Implikasikekristenan yang terbawa ke Indonesia pada masasilam (yang sesungguhnya nilai-nilai Barat) danbahkan memberi kesan dipaksakan untuk menjadiperadaban baru, serta sebaliknya kurangmenghargai peradaban lokal.

    Indonesia merupakan hamparan lautan yangditaburi oleh gugusan pulau atau kepulauan(archipelago) dan di atas peta geografis inilah hidupdan berkembang berbagai komunitas etnis denganbudayanya yang saling berbeda, sekaligus sebagaikekayaan peradaban. Lebih jauh, telah terjadikomunikasi antar berbagai komunitas yangmenyebabkan masyarakat hidup dalam Posisitanpa dinding. Inilah yang menjadi arus baruperadaban yang populer dengan istilah globalisasi.Umat manusia yang hidup menyebar dikulit planetbumi ini seakan hidup dalam sebuah desa kecil.Masalahnya benarkah globalisasi akan melahirkankesatuan peradaban?

    Tom Jacobs, salah seorang Teolog memberitanggapan terhadap wacana Gereja diaspora,bahwa Gereja Diaspora tidak sama denganglobalisasi, yaitu gereja tersebar keseluruh duniatetapi pusatnya di Roma. Jacobsmengumpamakannya dengan Kentucky FriedChicken atau Pizza Hut yang juga ada di mana-mana tetapi pusatnya tetap di Amerika. GerejaDiaspora yaitu gereja yang tersebar dalam bentuk-bentuk pengungkapan iman yang sesuai dengankebudayaan setempat dan pusatnya adalah umatyang berkumpul. Selanjutnya menurut Jacobs dalamarti tertentu Gereja Dispora malah mau melawanglobalisasi, sebab baginya globalisasi yang seringdisebut fast food culture sebetulnya kebudayaandangkal, yang tersebar keseluruh dunia dan yangyakin seragam di mana-mana adalah yang lahiriah.Jadi Gereja Diaspora yang berada dalam konteksmasyarakat Indonesia yang beragam danbersentuhan dengan proses globalisasi tidak untukmencita-citakan penyeragaman. Dalam arti tertentu,Gereja Diaspora akan berpijak dan bertumbuh padapenguatan kebudayaan lokal dalam cakrawalaglobal. Atau dengan kata lain, gereja yang terdiri dari

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200346

    Tinj

    auan

    Teo

    logi

    spaguyuban-paguyuban memiliki kesadaran globalnamun tetap dalam tindakan lokal.

    Gereja Diaspora yang dimengerti sebagaipaguyuban Umat Allah dalam semangat universal(unitas) merupakan kesatuan dari paguyuban-paguyuban lokal (diversitas). Karena itu dalamrangka untuk mewujudkan cita-cita Yesus, agarmereka semuanya menjadi satu harus dipahamidalam arti kesatuan dalam keberagaman ( Unitas inDiversitas). Dalam istilah Romo Mangun Bhinekatetapi tetap tunggal, suatu istilah yang menjadisimbol kearifan masyarakat Indonesia yang adalahwarisan zaman kejayaan nusantara.

    2. Demokratisasi Gereja

    Ciri masyarakat Indonesia Modern yangmenjadi harapan konteks Gereja Diaspora yakniadanya semangat demokrasi. Di mana setiapindividu dalam komunitasnya patut dihargai hak-haknya. Prof. Olaf Schumann seorang mahaguruagama-agama, memberi pendapat tentang posisimanusia dalam era modern, yang menurutnya akanberlalu, bahwa emansipasi manusia adalah tandamengenal kemoderenan. Lebih lanjut Prof. Schumannmenjelaskan, bahwa:

    Modernitas tidak diukur dengan teknik dan ilmutetapi menurut posisi manusia dalammasyarakat. Artinya usaha membawa manusiadari keadaan di mana dia diperbudak ataudengan cara lain dinafikan untuk hidup secaraberbahagia dan bermartabat sebagai manusia.Di mana ia sesungguhnya berpartisipasi dalamkehidupan bermasyarakat.

    Pendapat di atas dapat menjadi petunjukbagaimana semestinya gereja ada dalammasyarakat modern. Keharusan demokrasi bahwagereja harus memberi ruang yang lebih besarkepada umat untuk berpartisipasi dan dilibatkandalam seluruh proses pengambilan keputusan(bottom up). Gereja dengan hierarkinya (top down)cenderung memasung umat dalam sistemkelembagaan. Umat tidak lagi menguasai lembagatetapi sebaliknya semakin dikuasai oleh sistemkelembagaan. Dalam kondisi demikian RomoMangun memberi penilaian bahwa sesungguhnyalembaga telah menjadikan kita (umat) teralienasi daridiri kita, dari rakyat dan teralienasi dari masa depan.

    3. Berkarya Dalam Keberagaman

    Aspek penting lain dalam masyarakat modernjuga dicirikan oleh pluralisme pandangan hidup.Artinya terjadi pergeseran pandangan tentangmasyarakat, yaitu dari masyarakat yang seragammenuju pada proses keberagaman, di mana individudiberi ruang menentukan pilihan hidupnya. Dalamkonteks ini klaim kebenaran tunggal telah saatnyadipertanyakan. Prof. Franz Magnis Suseno,mengajukan sebuah hipotesis, bahwa kita(masyarakat) Indonesia sedang terlibat dalam prosesperubahan paradigma paham tentang manusia,suatu perubahan yang telah berlangsung diseluruhdunia, yaitu dari paradigma orang kita - orangmereka ke paradigma martabat manusia universal.Hipotesis Prof. Magnis sebenarnya memberi pesanbahwa sikap gereja ke depan dalam tindakanpelayanannya tidak lagi mementingkan unsurprimordial kelompok sebagai identitas kekaryaantetapi akan menempatkan kemanusiaan menjadiidentitasnya. Paradigma martabat manusia universalyaitu setiap individu dalam masyarakat beradadalam kesetaraan yang beragam dan bukankeseragaman.

    Pada tataran realitas objektif, masyarakatIndonesia yang berbeda agama, bahasa, budayasebagai suatu komunitas bangsa, sesungguhnyapada dirinya keberagaman telah menjadi identitas.Perbedaan yang sama juga terlihat dalam hitunganpertumbuhan populasi penduduk, bahwa mayoritaspenduduk Indonesia telah memilih Islam sebagaiidentitas agama mereka. Khususnya pada beberapadaerah yang menjadi pusat konsentrasi penduduk,umat kristen bersama beberapa kelompok umatlainnya menjadi kelompok minoritas.

    Dalam hubungannya dengan keagamaan,Romo Mangun berpendapat, agama amat perlu,namun yang utama adalah iman. Agama hanyalahinstrumen sementara iman adalah rohnya, dengankata lain agama yang ditekankan bukan to have areligion (memiliki agama) yang menentukan danharus dihargai, akan tetapi being religius (beriman).Dalam cakrawala inilah semestinya umat yangberdiaspora menyatakan iman, harapan dan cintakasihnya untuk karya kemanusiaan yang melampauisekat-sekat pemisah manusia dalam kelompokorang kita - orang mereka.

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200347

    Tinjauan TeologisD. Rangkuman

    Romo Mangunwijaya adalah sosok manusiaIndonesia yang luar biasa. Dan sesungguhnya,dengan berbagai bidang yang dirambahinyamenyebabkan semakin sulit untuk menempatkannyapada posisi yang tepat. Apakah cukup diberi tempatdengan predikat sebagai seorang teolog atauseorang guru, seorang budayawan, arsitektur,seorang pejuang atau seorang pekerja sosialdiantara tokoh-tokoh terkemuka yang ada diIndonesia bahkan dunia? Maka untukmemberanikan diri sebagai suatu sikap rasa kagumdan penghargaan berdasarkan karya-karya yangdiwariskannya, kiranya wajarlah RomoMangunwijaya ditempatkan sebagai Sosok PraktisiHumanis. Kristalisasi moral yang terekspresikandalam karya-karya monumental yang merambahberbagai kehidupan, menggugah hati nurani kitauntuk jujur mengatakan bahwa Romo Mangunadalah Teolog Humanis, Arsitektur Humanis,Budayawan Humanis, Pejuang Kemanusiaan, . . .

    Latar belakang keluarga sederhana, namunsadar pendidikan, sedikit banyak telah membentukcitra diri Mangunwijaya, sebagaimana tercermindalam spiritualitas sosial atas keberpihakannya padamasyarakat yang terpinggirkan. Solidaritas dengankomunitas pinggiran Kali Code, Buronan WadukKedung Ombo, Guru bagi anak-anak miskin adalahbukti spiritualitas sosialnya. Namun dikalangan paraintelektual, termasuk mereka yang berada di puncakmenara gading, ia adalah Oase yang tidakpernah kering hingga akhir hayat. Dan akhirnya,sejarahlah yang membuktikan danmenempatkannya sebagai Guru Bangsa.

    Suatu visi hidup yang terwujud dalam aksipemerdekaan manusia yang konkrit, didorong olehkeyakinan iman bahwa : Pemujaan kepada TuhanYang Mahabesar diungkapkan lewat pengangkatanmanusia hina ke taraf kemanusiawian yang layak,sebagaimana dirancang oleh Tuhan pada awalpenciptaan, tetapi dirusak oleh kehadiran hukumrimba buatan manusia. Gereja Diaspora adalahsalah satu karya Romo Mangun yang penting untuksuatu kesadaran baru perlunya pembaharuangereja. Bila mengikuti pendapat teolog, maka karyatersebut adalah suatu kajian teologi tentangeklesiologi yang pertama di Indonesia. Visi yangterungkap dalam Gereja Diaspora adalahbagaimana gereja menyadari keberadaannyasebagai bagian integral dari proses hidup bersamadalam masyarakat. Paguyuban umat yang hidupsecara alamiah dalam melakukan fungsi-fungsinyaberada dalam simpul religiositas, dan menjadi

    kesadaran baru untuk mendorong lahirnya karya-karya kemanusiaan.

    Dalam kreatifitasnya sebagai seorang teolog,Romo Mangun menghadirkan Gereja Diasporadengan muatan gagasan pembaharuan tentanggereja Indonesia dalam konteks tuntutan zamansebagai kebutuhan umat manusia yang terlibatdalam pergumulan hidup, di mana keberagamandan kemiskinan adalah realitas substansial. Ataudengan kata lain merupakan upaya pembaharuankembali citra gereja dalam konteks masyarakatIndonesia melalui proses internalisasi yangditawarkan untuk meminimalkan kebuntuan gerejadalam berkomunikasi dengan masyarakat.Berdasarkan kesadaran sejarah Romo Mangunmelihat kebuntuan gereja Indonesia karena strategikehadirannya selama ini adalah sebuah prosesmenjadi gereja jayawijaya yang mempertahankanklaim sebagai komunitas yang terdepan dan untukmempertahankannya harus beraliansi dengankekuasaan.

    Upaya untuk menjadikan gereja Indonesiadan bukan sekadar gereja di Indonesia, rasanyaGereja Diaspora cukup kuat merefleksikan kearifanuntuk suatu proses pembaharuan pertumbuhangereja, Menjadi Gereja Diaspora Indonesia, berartimerubah strategi misi dari orientasi elitis (kekuasaan)menuju pada penguatan umat dengan opsipemerdekaan manusia dari kemiskinan, kebodohan,ketidakadilan. Optimisme Romo Mangun terhadapgagasan pembaharuan yang pada prinsipnya dapatdikatakan sebagai upaya revitalisasi gereja dalammelaksanakan fungsi-fungsinya, yaitu menghadirkanKerajaan Allah dalam bimbingan Roh Kudus untukkarya kemanusiaan lintas primordial padamasyarakat Indonesia yang beragam. Dalam arti lainvitalitas Gereja Diaspora Indonesia adalahmenghadirkan Kerajaan Allah dalam bimbingan RohKudus untuk karya kemanusiaan yang lintasprimordial pada masyarakat Indonesia yangberagam. Di sini wilayah pelayanan gereja tidakhanya mengurus dirinya sendiri berdasarkan klaimwilayah penggemukan umat. Tidak adapembatasan yang jelas antara gereja dan dunia. Bilaada pembedaan seperti kata Romo Mangunhanyalah antara mereka yang pro-Kerajaan Allahdan anti-Kerajaan Allah. Demikian halnya denganistilah oikumene tidak lagi dipahami hanya sebataskeesaan gereja-gereja dalam lingkup Persekutuanantar Gereja-Gereja, sudah saatnya dipahamisebagai keesaan umat manusia (apapun gereja danagamanya) yang menghuni rumah bersama ini.

  • INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 4 - Semester Genap 200348

    Tinj

    auan

    Teo

    logi

    sAspek fungsional gereja, bahwa seluruh aktifitas didunia adalah panggilan setiap orang. Denganprofesi apapun terpanggil untuk mewujudkankehendak Allah. Panggilan gereja di dunia initerutama adalah in majorem gloriam dei (semuademi kemuliaan Tuhan). Untuk itu gereja dapatmerujuk pada spiritualitas sosial pelayanan Yesusdalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah yangdiupayakan lewat kepedulian dan kerelaan untukhidup dalam kemiskinan bersama dengan merekayang dipinggirkan dalam proses hidupbermasyarakat. Firman Tuhan sebagai Kabar Baikkepada orang-orang miskin diberitakan bersamaandengan tindakan. Gereja-gereja Indonesia yangmengemban tugas pelayanan harus memadukanpemberitaan dan tindakan, juga konsisten pada caradan sikap pelayanan Yesus yang melayani siapa sajadan terhadap kelompok manapun.

    Makna, fungsi dan arah karya pembaharuan gerejaIndonesia tertuju pada pembaharuan umat manusiaberdasarkan nilai-nilai Kerajaan Allah yaitupembaharuan kesadaran untuk saling terbuka danmenerima perbedaan. Pembaharuan dalamhubungan sebagai sesama manusia bermuara padapersaudaraan sejati demi pewujudan kehidupanbersama yang adil beradab. Dalam kesadaran ini,Gereja Diaspora dalam mewujudkan imannyamemilih untuk solider dengan orang-orang yangtersisih dan disingkirkan. Gereja sabagai paguyubansosio-religius berjuang pada gerakan kemanusiaanyang terlahir dari pengalaman hidup bersama (realcommunity fidei). Gerakan kemanusiaan yangmelampaui tapal batas pemisah antar orang kita-orang mereka.

    Catatan Kaki:1 Lihat Herbert Haag, dalam Kamus Alkitab, (Jakarta,Lembaga Biblika Indonesia-Nusa Indah, 1984). IstilahDiaspora dijelaskan Herbert bahwa Diasporamenjadi sebuah pengertian teknis di dalam LXXuntuk menterjemahkan ungkapan Ibrani :disingkirkan, diusir (Ulangan 30:4; Nehemia 1:9).Pelunakan arti dalam LXX memberi petunjuk bahwadeportasi-deportasi yang lalu dan hidup dalampembungan sudah tidak dirasakan berat sekalisehingga kelompok-kelompok kecil Yahudi di seluruhdunia tersebut Diaspora. Bahkan sebetulnyadiaspora dipandang sebagai sebuah janji yangdinubuatkan dan ditanggapi sebagai kesempatankarya perutusan, hlm. 97-98. Lihat juga V.Tcherrikover, Helenistic Civilization and Jews, dalam

    Allen C. Mayers (ed), The Eerdmans Bible Dictionary,(Boston, Eerdmans Publishing Company, 1897),bahwa Dispersion (Gk. Diaspora), The scattering ofthe Jews beyond the borders of Palestina. Unlike theexile, the dispersion signified a voluntary departurefrom Canaan for others countries from theBabylonian Captivity onward. Terminologi, the mostcommon Hebrew word for disperse is zara (rz)spread. Zara can be rendered scatter, hlm. 286.Lihat juga, S. Apelbaum, The Organization of theJewish Communities in the Diaspora The JewishPeople in the First century, dalam The Encyclopediaof Christianity, Vol. I, A-D, menjelaskan: In the LXXthe term discribies the fate of Jews outside Palestina.As Traders, hired workes, captives, salves andcolonist, they were scattered over the continents. Inthe New Testamen the new Israel takes overdiaspora from the old. The first reference of diasporais to churches outside Palestina (I Ptr 1:1). Then Acts8:1,4 discribes diaspora as an opportunity formission, obviously with the certainity that standing ofdiaspora came in the latter part of the 20th century. Inthe many places an awereness developed thatchristianity as a whole has become a monority. Thesituation of diaspora, however is the originalsituation of the churches, hlm. 841-842.

    Pdt. Asyer Tandapai S.Th adalah Alumni STT IntimMakassar dan Kordinator Umum FORLOG

    Karisma yang membebaskan: Salib dari El Salvadoryang menggambarkan spiritualitas pelayanan sosial

    kaum perempuan