Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ppok Fixxxxx
-
Upload
nasha-tueez -
Category
Documents
-
view
1.960 -
download
2
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ppok Fixxxxx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : PPOK
DI RUANG FATIMAH
RSU DAERAH Dr.SOETOMO
Disusun Oleh :
Kelompok 2
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2013
ANGGOTA KELOMPOK
Bintari Dehismiati (A11100669)
Ayu Rena Subarkah (A11100670)
Isna Vera Firdaus (A11100694 )
Nasikhatus Sangadah (A11100710)
Wening Tri K (A11100732)
Fedi Sudrajat (A11100718)
Tri Wahyu W. (A11100722)
Budiman (A11100717)
Wahid Afif A. (A11100703)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan pada Tn.S dengan gangguan sistem pernafasan :
PPOK sebagai salah satu tugas semester IV pada mata kuliah
Blok Pernafasan.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini yaitu:
1. H. Giyatmo S Kep Ners, selaku ketua STIKES
Muhammadiyah Gombong
2. Herniyatun,M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua prodi S1
Keperawatan
3. Safrudin AMS, M.Kep selaku koordinator Blok Pernafasan
4. Ibu dan ayah tersayang yang selalu memberikan dukungan
moril maupun materil sertadoa yang tulus sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa laporan ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Gombong, Maret 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis
kronis atau empisema. Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif
kadang diikuti oleh hiperaktivitas jalan nafas dan kadangkala parsial
reversibel, sekalipun empisema dan bronkitis kronis harus didiagnosa dan
dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar pasien PPOK mempunyai
tanda dan gejala kedua penyakit tersebut. Sekitar 14 juta orang Amerika
terserang PPOK dan Asma sekarang menjadi penyebab kematian keempat di
Amerika Serikat. Lebih dari 90.000 kematian dilaporkan setiap tahunnya.
Rata-rata kematian akibat PPOK meningkat cepat, terutama pada penderita
laki-laki lanjut usia. Angka penderita PPOK di Indonesia sangat tinggi.
Banyak penderita PPOK datang ke dokter saat penyakit itu sudah
lanjut. Padahal, sampai saat ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif
untuk mendeteksi PPOK. Menurut Dr Suradi, penyakit PPOK di Indonesia
menempati urutan ke-5 sebagai penyakit yang menyebabkan kematian.
Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada
tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan ke-4 sebagai
penyebab kematian. "Pada dekade mendatang akan meningkat ke peringkat
ketiga. Dan kondisi ini tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK ini
makin meningkat.
Oleh karena itu penyakit PPOK haruslah mendapatkan pengobatan
yang baik dan terutama perawatan yang komprehensif, semenjak serangan
sampai dengan perawatan di rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah
perawatan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada pasien dan
keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien
PPOK di rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang komprehensif dan
paripurna saat di Rumah Sakit.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian PPOK
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis PPOK
3. Memahami klasifikasi PPOK
4. Mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan PPOK
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat memenuhi tugas semester III
Sebagai sumber reverensi mengenai asuhan keperawatan
PPOK
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber pedoman dalam memahami penyakit
PPOK
3. Bagi Dosen
Dapat menjadi referensi bagi dosen terkait dengan
penyakit PPOK
BAB II
ANALISA KASUS
A. Kasus
Tn.S 56 Th masuk 3 Maret 2013 $ Diagnosa PPOK, jenis kelamin Laki-
laki Agama Islam pekerjaan Tani, Pendidikan SD. Alamat Sendang Kulon.
Alasan di rawat Sesak napas Keluhan utama : Sesak dan batuk Riwayat keluhan
utama: riawayat penyakit dahulu: Sesak napas sejak 5tahun yang lalu. Riwayat
penyakit sekarang : Sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien sesak terus-
menerus akhirnya keluarga membawa ke Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Soetomo Surabaya. Riwayat kesehatan keluarga tidak ada keluarga yang
menderita penyakit seperti ini. Riwayat kesehatan lain : Pasien pernah merokok,
dan berhenti sejak sakit kurang lebih 5 tahun yang lalu.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik CM, GCS : 456, Keadaan umum : lemah Tanda-
tanda vital : S= 37 oC, T= 130/80mmHg, Nadi= 104x/m, RR= 28x/m. Pernafasan
melalui : hidung + terpasang 02 kanule ( 2 liter/menit ). Trachea tidak ada
pembengkokan Cyanosis (-), dyspnea (+), batuk lendir putih, darah( )Whezeeng
(+) / (+), Ronchi (+) / (+) dada simetris. Eliminasi urin : 400-500cc/hari, warna
kuning, jernih, khas amoniak. Ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus RL 7
Tetes/menit. Spiritual Klien mengharapkan dengan perawatan yang diberikan
bisa sembuh dan yakin dengan pertolongan Tuhan bisa sembuh, persepsi
penyakitnya sebagai cobaan dalam hidup. Tetapi pasien tidak dapat melakukan
sholat di RS. Pemeriksaan Lab AGD : - PH : 7,359 ( 7,35-7,45 ), PCO2 : 46,0
( 35-45 ), PO2 : 115,0 ( 80-104 ), HCO3 : 25, Sputum : BTA (-)
Therapi. Infus RL : Dex.5% 1:1/ 24 jam ( 7 tts/menit ), Aminophylin 1 amp / 24
jam, - Tarbutalin 4x0,025 mg, Ciprofloxasin 2x500 mg, Nebulezer 4x ( Atroven :
Agua ) = 1:1, Oksigen 2 liter / menit Diet TKTP
B.Identifikasi kata sulit
1. PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkhitis
kronis bronkiektasis, enfisema dan asma (Brunner & Suddart)
2. Dispneau adalah susah bernafas
3. Syanosis adalah kebiruan
4. Wheezing adalah bunyi ngik terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi
karena penyempitan bronkus eksudat yang lengket pada pasien asma
bronkitis
5. Ronchi adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang
penuh cairan atau mukus terdengar saat inspirasi atau ekspirasi
C.Identifikasi masalah
1. Apa pengertian dari PPOK?
2. Bagaimana penyebab dari PPOK ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari PPOK ?
4. Sebutkan klasifikasi dari PPOK ?
5. Apa komplikasi yang terjadi pada penyakit PPOK ?
6. Bagaimana patofisiologi dari PPOK ?
7. Penatalaksanaan apa yang bisa dilakukan pada penyakit PPOK?
D.Brainstorming
1. PPOK adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh enfisema / bronkitis kronis
PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronis) adalah klasifikasi luas dari
gangguan, yang mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema,
dan asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
paru.(Brunner&Suddarth,2001)
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang
mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. (Arif
Muttaqin,2008).
2. Penyebab PPOK adalah :
a. Merokok
b. Polusi udara
c. Pemajanan di tempat kerja (thd batu bara, kapas, padi padian )
d. Infeksi paru berulang
3. Manifestasi klinis PPOK adalah
a. Batuk
b. Sesak napas
c. Mengi atau wheeze
d. Ekspirasi yang memanjang
e. Penggunaan otot bantu pernapasan
f. Suara napas melemah
4. Klasifikasi PPOK
a. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari
disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu
tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
b. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu
perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara
abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai
kerusakan dinding alveolus
1) Emfisema Centriolobular Merupakan tipe yang sering muncul,
menghasilkan kerusakanbronchiolus, biasanya pada region paru
atas. Inflamasi berkembang pada bronchiolus tetapi biasanya
kantung alveolar tetap bersisa
2) Emfisema Panlobular (Panacinar) Merusak ruang udara pada
seluruh asinus dan biasanya termasuk pada paru bagian bawah.
Bentuk ini bersama disebut centriacinar emfisema, timbul sangat
sering pada seorang perokok.
3) Emfisema Paraseptal Merusak alveoli pada lobus bagian bawah
yang mengakibatkan isolasi dari blebs sepanjang perifer paru.
Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumothorax
spontan. Panacinar timbul pada orang tua dan klien dengan
defisiensi enzim alpha-antitripsin. Pada keadaan lanjut, terjadi
peningkatan dyspnea dan infeksi pulmoner, seringkali timbul Cor
Pulmonal (CHF bagian kanan) timbul.
c. Astma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hipersensitivitas cabang cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis
rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-
saluran napas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme.
5. Komplikasi PPOK
a. Acute respiratory failure (ARF)
terjadi ketika ventilasi dan oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh saat tidur .
b. Cor Pulmonare /dekompensasi ventrikel kanan
Merupakan pembesaran ventrikel kanan yang disebabkan oleh over
loading akibat dari penyakit pulmo.terjadi sebagai mekanisme
kompensasi sekunder bagi paru-paru yang rusak bagi penderita
PPOK
c. Pneumothoraks
Merupakan akumulasi udara dalam rngga pleural
d. Giant Bullae
kelaina yang timbul karena udara terperangkap di parenkim paru-
paru.Sehingga alveoli menjadi tempat menangkapnya udara untuk
pertukaran gas menjadi benar-benar efektif.
6. Patofisiologi PPOK
Faktor-faktor resiko seperti merokok, polusi, umur, akan
mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan
pada dinding bronkus terminal. Akibat dari kerusakan akan terjadi
obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami
penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke
alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam
alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya.
Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan
ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi
paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan
mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).
7. Penatalaksanaan PPOK adalah
a. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
b. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
1) Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh Haemophilus Influenza dan
Streptococcus Pneumonia, maka digunakan ampisilin atau
eritromisin. Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat
diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah Haemophilus
Influenza. Pemberian antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin,
atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut
terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat
kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama
periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-
tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
2) Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan
karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
3) Fisioterapi dada membantu pasien untuk mengelurakan sputum
dengan baik.
4) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di
dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien
dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250
mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin .
c. Terapi jangka panjang di lakukan :
1) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin
dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
2) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran
napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
3) Fisioterapi dada.
4) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
5) Mukolitik dan ekspektoran
6) Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
7) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa
sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar
terhindar dari depresi.
Asap tembakau / polusi udara
Gangguan kebersihan paru
Peradangan bronkus
Hipoventilasi alveolar
Dinding bronkiolus melemah dan alveoli pecah
Bronkitiskronik Saluran nafas kecil kolap saat ekspirasi
Emfisema
Penyempitan saluran nafas Berkurangnya elastis paru
Saluran nafas kecil
Saluran nafas menjadi kecil lebih kecil berkelok-kelok
dan beroblitrasi
Metaplasia sel goblet
Saluran nafas besar
Hipertrofi dan hiperplasia kelenjar
mukus
Obstruksi jalan nafas
PPOK
PHATWAY PPOK
Sekresi mukus meningkat
Kontraksi ototPCO2 & PO2
Meningkat
Sekresi mukus meningkat
Kontraksi otot PCO2 & PO2 Meningkat
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Resistensi pernafasan
Gangguan pertukaran gas
Frekuensi nafas meningkat
dyspneau
Ketidakefektifan jalan nafas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PPOK
A.PENGKAJIAN
Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Alamat : Sendang Kulon
Keluhan Utama : sesak dan batuk
Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan sesak nafas , sejak 2 hari sebelum
masuk RS pasien sesak terus menerus, dan sering batuk.
Keadaan umum Compos mentis, GCS : E4,V5,M6, suhu : 37C, T :
130/80mmHg, N : 104 x/menit, RR: 28x/menit
Pernafasan melalui : hidung + terpasang 02 kanule ( 2 liter/menit ).
Trachea tidak ada pembengkokan Cyanosis (-), dyspnea (+), batuk lendir
putih, darah( )Whezeeng (+) / (+), Ronchi (+) / (+) dada simetris.
Eliminasi urin : 400-500cc/hari, warna kuning, jernih, khas amoniak.
Ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus RL 7 Tetes/menit. Spiritual
Klien mengharapkan dengan perawatan yang diberikan bisa sembuh dan
yakin dengan pertolongan Tuhan bisa sembuh, persepsi penyakitnya
sebagai cobaan dalam hidup. Tetapi pasien tidak dapat melakukan sholat
di RS. Pemeriksaan Lab AGD : - PH : 7,359 ( 7,35-7,45 ), PCO2 : 46,0 (
35-45 ), PO2 : 115,0 ( 80-104 ), HCO3 : 25, Sputum : BTA (-)
Therapi. Infus RL : Dex.5% 1:1/ 24 jam ( 7 tts/menit ), Aminophylin 1
amp / 24 jam, - Tarbutalin 4x0,025 mg, Ciprofloxasin 2x500 mg,
Nebulezer 4x ( Atroven : Agua ) = 1:1, Oksigen 2 liter / menit Diet
TKTP
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami sesak nafas sejak 5 tahun yang lalu
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti
ini
B. Pengkajian Pola Virginia Handerson
1. Pola Pernafasan
Sebelum sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal dan tidak
menggunakan alat bantu pernafasan .
Saat dikaji : pasien mengeluh sesak nafas dan tampak terpasang O2
kanul (2 liter/ menit)
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur dan
lauk
Saat dikaji : Saat dirawat di rumah sakit, makan ¼ porsi pada menu
yang disajikan di rumah sakit pada tyap kali jadwal
makan
3. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning dan BAK
lancar , warna jernih kekuningan
Saat dikaji :BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning dan BAK
lancar , warna jernih kekuningan
4. Gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa gangguan
Saat dikaji : Pasien tampak keseimbangannya terganggu
karenatidak bisa bernafas
5. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari dan bangun pada pukul
05.00
Saat dikaji : Malam hari kadang terbangun karena sesak nafas dan
batuk
6. Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi mandiri.
Saat dikaji : Pasien mandi dengan di seka oleh istrinya pagi dan sore,
serta gosok gigi.
7. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman jika bersama keluarga
dan istrinya
Saat dikaji : Pasien mengeluh tidak nyaman karena sering sesak nafas
dan batuk
8. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan dapat berpakaian sendiri.
Saat dikaji : Memakai pakaian dibantu oleh anaknya.
9. Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan ibadah solat 5 waktu
Saat dikaji : Pasien tidak bisa sholat di RS dan berkeyakinan bahwa
penyakitnya dapat sembuh karena pertolongan Tuhan.
10. Kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan
Sebelum sakit : Hubungan pasien dengan keluarga baik biasa
berkomunikasi dengan bahasa jawa.
Saat dikaji :Pasien mau berkomunikasi dengan perawat dengan
ditemani anaknya
11. Temparatur tubuh
Sebelum sakit : Pasien biasa memakai pakaina tipis jika panas begitu
juga sebaliknya
Saat dikaji : Pasien suhunya normal S : 37 C
12. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Pasien adalah seorang petani
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien tidak biasa bermaian ataupun rekreasi
Saat dikaji : Pasien tidak bisa pergi kemana - mana, hanya tetangganya
sering menjenguk di RS untuk menghibur.
14. Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit PPOK yang dideritanya
Saat dikaji : Pasien sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya
karena penjelasan perawat.
C.Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : compos mentis,TD 130/80mmHg, RR 28x/menit, suhu 37
C, N :104x/menit
2. Kepala
a. Kepala : mesosephal
b. Rambut : hitam, tidak mudah dicabut,
c. Mata : Bulu mata tidak mudah dicabut, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, palpebra dekstra udem dan spasme, oedem
pada kornea dekstra.
d. Hidung : tampak terpasang kanul O2 (2L/menit)
e. Telinga : Besih, tidak ada serumen, reflek suara baik.
f. Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
pembengkakan pada trakhea
h. Ektremitas : tidak ada oedem pada kedua ekstremitas atas dan bawah.
Ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus RL 7 ttes/menit
3. Dada
a. Paru
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris
Tampak RR 28x/menit
2) Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada paru
Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi
Hipersonor
4) Auskultasi
Suara nafas wheezing dan kadang terdengar ronchi
D.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
AGD
a) PH = 7,359 (7,35-7,45)
b) PCO2 = 46,0 (35-45)
c) PO2 = 115,0 (80-104)
d) HCO3 = 25
Sputum BTA ( - )
2. Terapi
a) Terapi infus : RL Dextro 5 % 1:1/24 jam (7 tetes/menit)
b) Terapi injeksi :
Aminiphylin 1 amp/24 jam
Tarbulatin 4x0,025mg
Ciproflaxosin 2x 500 mg
c) Terapi Oksigen
Nebulizer 4x (atroven : agua) = 1:1 ,O2 2L/menit
d) Diet TKTP
E.Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Pasien mengatakan sesak
nafas sejak 5 tahun yang lalu.
DO: ps. Tampak sesak
nafas/dispneu ,tampak
menggunakan alat bantu
pernafasan kanul O2 , RR: 28
Hiperventilasi Ketidak efektifan
pola nafas
2.
3.
x/m, wheezing(+), Ronchi(+)
DS: ps. Mengatakan sering batuk
DO: p stampak batuk , batuk
tampak ada lendir putih
DS : pasien mengatakan kesulitan
nafas
DO: PCO: 46 ,PO2 : 115
Adanya mukus
Ventilasi perfusi
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Gangguan
pertukaran gas
F.Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas bd hiperventilasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif bd adanya mukus
3. Gangguan pertukaran gas bd ventilasi perfusi
G.Intervensi
NO DX DIAGNOSA NOC NIC
1. Ketidakefektifan
pola nafas bd
hiperventilasi
(00032)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2x24 jam masalah
ketidakefektifan pola
nafas teratasi
Kriteria :
1. RR normal 16-24
2. Adanya kesimetrisan
ekspansi dada
3. Tidak menggunakan
otot nafas tambahan
4. Tidak ada pernafasan
cuping hidung saat
beraktifitas
Airway Management
1. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Lakukanfisiotera
pi dada jikaperlu
3. Keluarkan sekret
dengan batuk
atau suction
4. Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
5. Tidak ada nafas
pendek
tambahan
5. Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
6. Monitor respirasi
dan status O2
7. Berikanbronkodi
lator bila perlu
(amonophilin 1
amp/24 jam)
2 Bersihan jalan
nafas tidak
efektif bd
adanya mukus
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2x24 jam masalah
bersihan jalan nafas tidak
efektif dapat teratasi
Kriteria :
1. RR normal
2. Tidak ada kecemasan
3.Mampu membersihkan
secret
4. Tidak ada hambatan
dalam jalan nafas
5. Tidak ada batuk
Airway Management
Intervensi :
1. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
3. Berikan minum
hangat kepada
pasien
4. Ajarkan batuk
efektif
5. Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
3 Gangguan Setelah dilakukan Monitoring
pertukaran gas
bd ventilasi
perfusi
tindakan keperawtan 2x24
jam masalah gangguan
pertukaran gas teratasi
Kriteria :
Status pernafasan:
pertukaran gas
1. Kemudahan bernafas
2. tidak ada sesak nafas
dalam istirahat
3. tidak ada sesak nafas
saat beraktivitas
4.Tidak ada kelelahan
5.Tidak ada sianosis
6.PaCO2 DBN (35-45)
7.PaO2 DBN (80-104)
pernafasan :1. Monitor rata-rata,
ritme, kedalaman,
dan usaha
pernafasan
2. Monitor pola
nafas :bradipnea,
takipnea,
3. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
4. Perkusi dada
anteriordan
posterior dari apeks
sampai bawah
5. Auskultasi suara
pernafasan, catat
area yang
mengalami
penurunan ventilasi
dan adanya suara
tambahan
6. Monitor adanya
dispnea dan
kejadian yang
meningkatkan dan
memperburuk
keadaan pasien
7.tidur menyamping
untuk mencegah
aspirasi
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronis) adalah klasifikasi luas dari
gangguan, yang mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema, dan
asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea
saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
(Brunner&Suddarth,2001)
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang
mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. (Arif Muttaqin,2008).
Diagnosa yang muncul pada kasus di atas adalah :
1. Ketidakefektifan pola nafas bd hiperventilasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif bd adanya mukus
3. Gangguan pertukaran gas bd ventilasi perfusi
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri, Anas .2008.Seri Asuhan Keperawtan Klien Gangguan
Pernafasan.Jakarta : EGC
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US :
ELSEVIER
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US :
ELSEVIER
Smeltzer, Suzanne C& Bare, Brenda G .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta : EGC
Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi
2009-2011.Jakarta : EGC
Tim PDPI.2003.PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.http// :jurnal – PPOK- Perhimpunan- Dokter -Paru –
Indonesia.com diakses pada hari rabu,6/3/2013
Tim PDPI.2008.Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru.Jakarta :
Sagung Seto
Yasmin,Niluh G.dkk.2004.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC