Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

34
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LEUKOPENIA LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LEUKOPENIA A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Leukopenia Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia (dalam bahasa Yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000 / mm 3 . (Dorland,1994) Leukopenia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah putih pada sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 10 9 / L. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer. (www.health-res.com) Leukopenia adalah kondisi klinis yang terjadi bila sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh tidak terlindung terhadap banyak bakteri dan agen-agen lain yang mungkin masuk mengenai jaringan (Guyton, 2008)

description

gg

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LEUKOPENIA

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN LEUKOPENIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian Leukopenia

Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia

(dalam bahasa Yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah

suatu keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang

dari atau sama dengan 5000 / mm3. (Dorland,1994)

Leukopenia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah putih pada

sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 109 / L. Pada sebagian besar kasus,

penyakit ini dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit

adalah komponen mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer.

(www.health-res.com)

Leukopenia adalah kondisi klinis yang terjadi bila sumsum tulang

memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh tidak

terlindung terhadap banyak bakteri dan agen-agen lain yang mungkin

masuk mengenai jaringan (Guyton, 2008)

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa leukopenia

adalah suatu kondisi klinis di mana sumsum tulang memproduksi sangat

sedikit sel darah putih pada sirkulasi perifer, yaitu kurang dari atau sama

dengan 5000 leukosit/mm3.

2. Epidemiologi Leukopenia

Dari 372 orang Yahudi Yemen dari segala usia yang ditinjau dalam rangka

untuk menjelaskan epidemiologi jinak leukopenia, terdapat dua puluh satu

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

persen leukosit berada di bawah 5000 cells/mm3. Neutropenia dengan jumlah

neutrofil <>

3. Etiologi Leukopenia

Penyebab leukopenia dikhususkan ke dalam jenis-jenisnya, yaitu

1. Neutropenia, penyebabnya : infeksi virus, campak, demam thypoid toksin,

rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-obatan

(sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12,

asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism, juga karena kelainan

genetik.

2. Eosinopenia, penyebabnya : meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing,

kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin dan kortison.

3. Limfopenia, penyebabnya : karena faktor keturunan dan immunodeficiency,

stres, radiasi penyakit, tuberkulosis militer.

4. Monocytopenia, penyebabnya : batang myeloid tertekan ditembak dari

sumsum tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi

septik parah, dan agranulocytosis).

4. Patofisiologi Leukopenia

Leucopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Berikut ini

akan dijelaskan patofisilogi penyakit leukopenia.

Radiasi sinar X dan sinar yang berlebihan serta penggunaan (gamma) ال

obat-obatan yang berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum

tulang. Dengan rusaknya sumsum tulang, maka kemampuan sumsum

tulang untuk memproduksi sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit)

pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan leukosit yang mengalami

penurunan). Kondisi tersebut akhirnya akan mengakibatkan neutropenia

(produksi neutrofil menurun), monositopenia (produksi monosit menurun),

dan eosinopenia (produksi eosinofil menurun). Selain itu, jika seseorang

mengidap penyakit immunodefisiensi, seperti HIV AIDS, maka virus HIV

akan menyerang CD4 yang terdapat di limfosit T dalam sirkulasi perifer.

Kondisi ini akan menyebabkan limfosit hancur sehingga mengalami

penurunan jumlah, yang disebut dengan limfopenia.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Oleh karena penyebab-penyebab di atas yang berujung pada menurunnya

jumlah komponen-komponen leukosit (neutropenia, eosinopenia,

monositopenia, limfopenia) maka terjadilah leukopenia.

5. Klasifikasi Leukopenia

Klasifikasi leucopenia didasarkan atas penyebabnya, yaitu :

1. Neutropenia memiliki penyebab yang beragam seperti : infeksi virus,

campak, demam tipus toksin, Rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi

pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol,

kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism,

juga karena kelainan genetik.

2. Eosinopenia penyebabnya adalah : meningkatnya kadar stres, syndrom

Cushing, kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin dan kortison.

3. Lymphopenia penyebabnya adalah : karena faktor keturunan dan

immunodeficiency, stres, radiasi penyakit, tuberkulosis militer.

4. Monocytopenia terjadi karena batang myeloid tertekan ditembak dari

sumsum tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi

septik parah, dan agranulocytosis).

6. Manifestasi Klinis Leukopenia

Indikator yang paling umum dari leukopenia adalah neutropenia

(pengurangan jumlah neutrofil dalam leukosit). Jumlah neutrofil juga

dapat menjadi indikator yang paling umum dari risiko infeksi. Jika

leukopenia ringan, orang tidak akan menunjukkan gejala apapun, hanya

dalam kasus yang berat gejala mulai muncul.

Jika leukopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis yang biasa muncul

:

a) Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin

b) Menorrhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat

periode menstruasi

c) Metrorrhaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena

menstruasi dan hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

d) Neurasthenia, yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala,

dan mengganggu keseimbangan emosional.

e) Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit yang abnormal

dalam darah.

f) Stomatitis, yaitu suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di

dalam mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.

g) Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti

virus atau bakteri.

h) Abses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini

relative jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.

i) Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi.

Selain itu pasien juga mengalami hot flashes, rentan terhadap berbagai

infeksi, ulkus oral, dan mudah marah

7. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi: kelemahan, pucat, turgor kulit kering, adanya infeksi / mudah

terkena infeksi (jika adanya luka), adanya luka yang menandakan

kelemahan imun tubuh (sariawan/ stomatitis), nafas cepat dan dangkal

Palpasi: Adanya nyeri tekan pada area yang sakit dan teraba panas, suhu

tubuh menunjukkan peningkatan

Auskultasi : ditemukan ronchi

8. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan labolatorium

Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual

diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia. Hati-hati terhadap

evaluasi noda darah perifer yang memberikan informasi tentang sel

darah merah (RBC) dan morfologi trombosit.

Pemeriksaan smear sumsum tulang dan biopsi sampel dengan teknik

sitometri arus.

Pemeriksaan microbiologic cultur darah, luka, dan cairan tubuh dapat

dilihat pada pasien demam.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Pengujian antibodi antineutrophil harus dilakukan pada pasien dengan

riwayat autoimun sugestif dari neutropenia dan pada mereka yang

tidak jelas penyebab leukopenia.

Dalam bawaan neutropenia dan neutropenia siklik, analisis genetik

harus dilakukan untuk mengklasifikasikan kondisi benar.

2. Imaging Studies

Tidak ada pencitraan yang spesifik untuk menetapkan diagnosis

leukopenia.

Sebagai bagian dari pemeriksaan untuk lokalisasi infeksi, sesuai

radiografi (misalnya, gambar dada) ditandai.

Studi pencitraan lain ditentukan oleh keadaan-keadaan khusus dari

setiap kasus.

3. Temuan histologis

Pada smear darah tepi menunjukkan penurunan yang ditandai atau

tidak adanya neutrofil.

Pada sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid hypoplasia atau

tidak adanya myeloid prekursor.

Dalam banyak kasus, sumsum tulang selular dengan pematangan

promyelocyte di sumsum tulang belakang.

Pada kesempatan ini, mungkin hypercellular sumsum.

4. Pemeriksaan pungsi lumbal pengambilan cairan Bone Merrow

9. Diagnosis

Diagnosis ditetapkan dengan melihat tanda dan gejala pada klien serta

didasarkan pada hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosis. Pada

pemeriksaan darah lengkap tampak penurunan jumlah leukosit dalam darah.

Pada smear darah tepi menunjukkan penurunan yang ditandai atau tidak

adanya neutrofil. Pemeriksaan sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid

hypoplasia atau tidak adanya myeloid prekursor. Dalam banyak kasus,

sumsum tulang selular dengan pematangan promyelocyte di sumsum tulang

belakang.

10. Penatalaksanaan / Pengobatan Leukopenia

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Steroid dan vitamin yang diresepkan oleh dokter untuk mengaktifkan

sumsum tulang untuk menghasilkan lebih banyak sel darah putih.

Beberapa terapi seperti terapi sitokin dan kemoterapi digunakan untuk

pengobatan leukopenia.

11. Prognosis Leukopenia

Pada leukopenia tanpa pengobatan, dalam waktu kurang dari 1 minggu setelah

dimulainya leukopenia total akut, dapat terjadi kematian. Pada leukopenia

karena aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup, pasien

diterapi dengan transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat-obatan

lainnya untuk menaggulangi infeksi, biasanya terbentuk sumsum tulang baru

yang cukup dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan supaya

konsentrasi sel-sel darah dapat kembali normal (Guyton,2008).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Data Subjektif

a) Pasien menyatakan bahwa dirinya mengalami kelemahan

b) Pasien mengatakan tidak bisa mengeluarkan dahak saat batuk

c) Pasien mengeluh nyeri pada bibirnya yang mengalami stomatitis

d) Kulit pasien tampak kemerahan

e) Pasien mengaku BAB lebih dari 3 x sehari, terasa nyeri pada perutnya,

dan feses cair

f) Pasien mengatakan tidak megetahui tentang penyakitnya

Data Objektif

a) Wajah pasien terlihat pucat, bibir berwarna putih

b) Terdengar suara ronchi

c) Nafas pasien cepat dan dangkal

d) Wajah pasien meringis kesakitan

e) Kulit pasien teraba hangat

f) Terdapat lesi pada kulit

g) Wajah pasien terlihat cemas

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

2. Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan

leukopenia antara lain :

1) PK infeksi

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler

alveoli ditandai dengan dispnea, takikardi, hipoksia, dan AGD abnormal.

3) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mucus

yang meningkat di saluran nafas atas ditandai dengan klien mengatakan

tidak dapat batuk efektif, terdapat dispnea, dan ronchi.

4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera ditandai dengan melaporkan

nyeri secara verbal, wajah tampak meringis.

5) Hipertermi berhubungan dengan penyakit/trauma yang ditandai dengan

kulit diraba terasa hangat, peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal

(>370C).

6) Diare berhubungan dengan inflamasi pada gastrointestinal ditandai dengan

BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari, suara usus hiperaktif, nyeri perut,

dan kram.

7) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan defisit imunologis.

8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

penyakit, ditandai dengan klien mengatakan tidak mengetahui tentang

penyakitnya, penyebab, juga cara mencegah dan mengatasinya; klien

bertanya-tanya tentang penyakitnya.

9) Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan radang akibat

infeksi ditandai dengan gusi atau mukosa oral pucat, nyeri oral atau tidak

nyaman, stomatitis, lesi oral.

3. Perencanaan

a. Penyusunan Prioritas

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

kapiler alveoli ditandai dengan dispnea, takikardi, hipoksia, dan AGD

abnormal.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mucus

yang meningkat di saluran nafas atas ditandai dengan klien

mengatakan tidak dapat batuk efektif, terdapat dispnea, dan ronchi.

3) PK infeksi

4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera ditandai dengan

melaporkan nyeri secara verbal, wajah tampak meringis.

5) Hipertermi berhubungan dengan penyakit/trauma yang ditandai dengan

kulit diraba terasa hangat, peningkatan suhu tubuh diatas rentang

normal (>370C).

6) Diare berhubungan dengan inflamasi pada gastrointestinal ditandai

dengan BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari, suara usus hiperaktif,

nyeri perut, dan kram.

7) Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan radang akibat

infeksi ditandai dengan gusi atau mukosa oral pucat, nyeri oral atau

tidak nyaman, stomatitis, lesi oral.

8) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan defisit

imunologis.

9) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

mengenai penyakit, ditandai dengan klien mengatakan tidak

mengetahui tentang penyakitnya, penyebab, juga cara mencegah dan

mengatasinya; klien bertanya-tanya tentang penyakitnya.

b. Intervensi

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

kapiler alveoli ditandai dengan dispnea, takikardi, hipoksia, dan AGD

abnormal

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam,

diharapkan kerusakan pertukaran gas dapat teratasi, dengan outcome :

- Saturasi oksigen dalam batas normal

- Tidak terdapat pernafasan bibir

- Tidak terdapat cyanosis dan dispnea

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

- TTV dalam batas normal

(RR = 16-20 x/menit ; HR = 60 – 100 x/menit ; suhu : 36-370 C ±

0,50 C, TD : 120/80mmHg)

Intervensi

Mandiri

a) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot

aksesori, nafas bibir, ketidak mampuan berbicara/ berbincang

Rasional: Berguna dalam evaluasi drajat distress pernafasan dan/

atau kronisnya proses penyakit.

b) Awasi tanda vital dan irama jantung.

Rasional: Takikardi, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat

menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi

jantung.

c) Dorong pengeluaran sputum: penghisapan bila diindikasikan

Rasional: Kental dan banyaknya sekresi adalah sumber utama

gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.

Penghisapan digunakan bila batuk tidak efektif.

d) Tingggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi

yang mudah untuk bernafas. Dorong nafas secara perlahan atau

nafas bibir sesuai kebutuhan/ toleransi individu.

Rasional: Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi

duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolep

jalan napas, dispnea, dan kerja nafas.

Kolaborasi

a) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan

toleransi pasien

Rasional: Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mucus

yang meningkat di saluran nafas atas ditandai dengan klien mengatakan

tidak dapat batuk efektif, terdapat dispnea, dan ronchi.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

bersihan jalan nafas klien kembali efektif, dengan outcome :

- Kebersihan oral klien dapat dipertahankan

- RR klien normal (16-20 x/menit)

- Ronchi klien berkurang atau hilang

- Klien dapat melakukan batuk produktif

Intervensi

Mandiri

a) Monitor adanya dispnea, sekret dan ada tidaknya batuk produktif

Rasional: dispnea, sekret dan ada tidaknya batuk produktif menandakan

bersihan jalan nafas klien mengalami hambatan.

b) Berikan posisi yang nyaman untuk memaksimalkan ventilasi yang

potensial untuk masukan O2 seperti posisi semi fowler 300 - 450.

Rasional: posisi yang nyaman dan tepat untuk klien dapat

meningkatkan asupan oksigen ke paru – paru .

c) Ajarkan klien untuk batuk produktif dengan cara memaksimalkan

penghirupan nafas lalu dibatukkan

Rasional: batuk produktif diharapkan dapat menegeluarkan dahak pada

saluran nafas klien.

d) Memposisikan klien untuk dapat dilakukan postural drainase pada klien.

Rasional: dilakukannya postural drainase pada klien dapat

mengeluarkan mukus atau sekret pada saluran pernafasan

klien.

Kolaborasi

a) Pemberian obat penghancur dahak sesuai indikasi dokter seperti

mukolitik dan ekspektoran

Rasional: pemberian obat mukolitik , mucolytic agents yaitu obat yang

dapat mengencerkan dan membersihkan mukus dari saluran

pernapasan dengan memecah sputum (dahak). Mukus

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

seringkali menyebabkan penyempitan atau bahkan menutup

saluran napas hingga menyesakkan dan membuat sulit

bernapas. (contoh mcolytic agents : acetylcysteine,

bromhexine, carbocisteine, eprazinone, erdosteine, mesna,

ambroxol. Ekspektoran adalah obat yang dapat membantu

mengeluarkan mukus dan bahan lain dari paru, bronchi, dan

trachea. Salah satu contoh expectorant adalah guaifenesin

yang menaikkan pembuangan mukus dengan

mengencerkannya dan juga melubrikasi saluran napas yang

teriritasi. Contoh ekspektoran : potassium iodide,

guaifenesin, ipecacuanha, guaiacolsulfonate, ammonium

chloride, sodium citrate. untuk menunjang kerjanya harus

disertai banyak minum air.

b) Pemberian terapi inhalasi sesuai indikasi dokter.

Rasional: Terapi Inhalasi adalah cara pemberian obat via suatu alat

(Nebulizer) yang dapat mengubah obat bentuk cair menjadi

uap (Aerosol) sehingga dapat diinhalasi langsung masuk ke

tractus respiratorius bawah sehingga dapat mengencerkan

dahak yang ada pada saluran nafas klien.

c) Pemberian suction pada klien yang mengalami penurunan kesadaran,

yang sesuai dengan indikasi dokter.

Rasional: suction dapat dilakukan pada klien dalam keadaan tidak

sadar, sehingga sekret dan mukus pada saluran nafas klien

dapat disedot dan tidak lagi menghalangi jalan nafas klien.

3) PK infeksi

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

perawat dapat meminimalkan komplikasi infeksi yang terjadi, dengan

outcome:

- WBC berada dalam batas normal (5000-10.000 / mm3)

- Integritas kulit dan mukosa membaik

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

- Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 370 C ± 0,50 C)

Intervensi

Mandiri

a) Pantau tanda dan gejala infeksi

Rasional: memantau keadaan klien apakah telah terjadi penyebaran

infeksi menjadi penyakit lain.

b) Pantau TTV secara berkala

Rasional: adanya takikardi, takipnea, demam, nadi cepat dan lemah

dapat menunjukkan terjadi sindroma radang sistemik.

c) Pantau jika ada tanda-tanda sepsis pada klien

Rasional: sepsis menunjukkan adanya sindroma radang sistemik

dengan tanda demam, menggigil, takipnea, takikardia,

hipotensi, nadi cepat dan lemah, serta gangguan mental.

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

Rasional: mencegah infeksi lanjut

b) Kolaborasi pemberian antiinflamasi sesuai indikasi

Rasional: mencegah inflamasi lebih lanjut

4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera ditandai dengan melaporkan

nyeri secara verbal, wajah tampak meringis.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

nyeri pasien terkontrol , dengan outcome :

- Skala nyeri pasien berkurang (dari … menjadi ….)

- Wajah pasien tidak meringis kesakitan

- Nafsu makan meningkat (missal, dari stengah menjadi 1 porsi piring

ukuran sedang)

Intervensi

Mandiri

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

a) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas (skala

0-10)

Rasional: Perubahan lokasi atau karakter atau intensitas nyeri dapat

mengindikasikan terjadinya komplikasi atau perbaikan.

b) Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh tekhnik relaksasi,

perubahan posisi dengan sering.

Rasional: Meningkatkan relaksasi.

c) Berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi

Rasional: Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau

sensivitas pada suara – suara bising dan meningkatkan

istirahat/relaksasi.

d) Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri

Rasional: Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat

meningkatkan mekanisme koping.

e) Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri

Rasional: Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori

yang selanjutnya akan menurunkan nyeri di lokasi yang

paling dirasakan.

Kolaboratif

a) Berikan analgetik, sesuai indikasi.

Rasional: Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat

serta meningkatkan kenyamanan dan istirahat. Catatan:

Narkotik mungkin merupakan kontraindikasi sehingga

menimbulkan ketidak-akuratan dalam pemeriksaan

neurologis.

5) Hipertermi berhubungan dengan penyakit/trauma yang ditandai dengan kulit

diraba terasa hangat, peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal

(>370C)

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

hipertermi klien dapat teratasi, dengan outcome :

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

- Temperatur tubuh klien dalam batas normal (36 – 370 C ± 0,50 C)

- RR dan HR dalam batas normal (RR : 16-20 x / menit, HR : 60 – 100 x /

menit)

- Kulit tidak tampak kemerahan

Intervensi

Mandiri

a) Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil/

diaphoresis

Rasional: Suhu 38,90-41,10C menunjukkan proses penyakit infeksius

akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis;

misalnya, kurva demam lanjut berakhir lebih dari 24 jam

menunjukkan pneumonia pneumokokal, demam scarlet

ataupun tipoid.

b) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai

indikasi.

Rasional: Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal.

c) Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alkohol.

Rasional: Dapat membantu mengurangi demam. Catatan: Penggunaan

air es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan,

peningkatan suhu secara actual. Selain itu alkohol dapat

mengeringkan kulit.

Kolaborasi

a) Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).

Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi

sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin

dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme,

dan menigkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

6) Diare berhubungan dengan inflamasi pada gastrointestinal ditandai dengan

BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari, suara usus hiperaktif, nyeri perut,

dan kram.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

diare dapat teratasi, dengan outcome :

- BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi feses lembek dengan warna

kekuningan.

- Suara usus normal

- Nyeri perut terkontrol

- Tidak terjadi kram

Intervensi

Mandiri

1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah

Rasional: membantu mengidentifikasi penyebab/factor pemberat dan

intervensi yang tepat.

2. Auskultasi bunyi usus.

Rasional: Bunyi usus secara umum meningkat pada diare.

3. Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada

makanan/cairan

Rasional: dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan cairan

berlebihan.

4. Dorong masukkan cairan 2500 – 3000 ml/hari dalam toleransi jantung.

Rasional: akan membantu mempertahankan status hidrasi pada diare

5. Hindari makanan yang berbentuk gas

Rasional: menurunkan distress gastric dan distensi abdomen

6. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan dalam kondisi

kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap

defekasi bila terjadi diare.

Rasional: mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.

Kolaborasi

1. Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi

serat.

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Rasional: serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air

dalam alirannya sepanjang traktus intestinal.

2. Berikan obat antidiare missal difenoxilat hidroklorida dengan

atropine(Lomotil) dan obat pengabsorpsi air misal Metamucil

Rasional: menurunkan motilitas usus bila terjadi diare.

7) Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan radang akibat

infeksi ditandai dengan gusi atau mukosa oral pucat, nyeri oral atau tidak

nyaman, stomatitis, lesi oral

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

kerusakan membrane mukosa oral dapat teratasi, dengan outcome :

- Membrane mukosa oral berwarna merah normal

- Bibir, rongga mulut, dan lidah tidak kering (lembab)

- Rongga mulut, lidah, dan gigi tampak bersih dan tidak terdapat sisa-

sisa makanan

Mandiri

a) Amati mulut terhadap adnya lesi, sariawan , dan perdarahan berlebihan

Rasional: mengkaji kerusakan membran mukosa oral yang terjadi pada

klien untuk menentukan intervensi

b) Diskusikan pentingnya higiene oral setiap hari

Rasional: menjaga kebersihan oral diperlukan untuk mencegah infeksi

lebih parah di mukosa

c) Hindari kumur-kumur dengan cairan yang banyak mengandung alkohol,

lemon/swab gliserin, atau penggunaan hidrogen peroksida dalam

waktu lama

Rasional: dapat mengiritasi membran mukosa oral dan memperparah

infeksi mukosa oral

d) Amati rongga oral tiga kali sehari dengan spatel lidah dan senter, jika

stomatitis berat, amati mulut setiap 4 jam

Rasional: mengkaji keadaan mukosa oral secara teratur dan

mengevaluasi perkembangan klien

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Kolaborasi

a) Konsultasikan dengan dokter untuk cairan pengurang rasa nyeri pada

mulut. Seperti kumur dan ekspektoran oral Xylocaine Viscous 2%

setiap 2 jam dan sebelum makan.

Rasional: membantu mengurangi nyeri di membran mukosa oral klien.

8) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan defisit imunologis.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan risiko

kerusakan integritas kulit tidak terjadi, dengan outcome :

- Tidak terdapat lesi

- Elastisitas kulit membaik

- Suhu kulit normal (36-370 C ± 0,50 C)

- Pertumbuhan rambut di kulit normal (distribusi merata)

Intervensi

Mandiri

a) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna,

hangat local, eritema, ekskoriasi

Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan

imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung

untuk infeksi dan rusak.

b) Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien

tidak bergerak atau di tempat tidur.

Rasional : meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi

iskemia jaringan / mempengaruhi hipoksia seluler

c) Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.

Rasional : area lembab yang terkontaminasi, memberikan media yang

sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik.

Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan

meningkatkan iritasi

d) Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.

Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Kolaborasi

a) Gunakan alat pelindung, misalnya : kasur tekanan udara/air, pelindung

tumit/siku, dan bantal kasur sesuai indikasi

Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah atau

menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.

9) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

penyakit, ditandai dengan klien mengatakan tidak mengetahui tentang

penyakitnya, penyebab, juga cara mencegah dan mengatasinya; klien

bertanya-tanya tentang penyakitnya.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

kurang pengetahuan klien teratasi, dengan outcome :

- Klien mengetahui penyakitnya

- Klien dapat menyebutkan penyebab penyakitnya

- Klien dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi

- Klien mengetahui dan menyebutkan dengan benar nama

perawatan/pengobatan penyakitnya.

- Klien dapat menyebutkan efek samping dari pengobatan dan dapat

memanajemen stress yang dihadapi.

- Klien dapat menyebutkan cara-cara untuk mencegah infeksi (misalnya,

sanitasi pada tangan/cuci tangan dengan benar)

Intervensi

Mandiri

a) Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap penyakitnya

Rasional: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien dan

memberikan informasi yang sesuai.

b) Berikan pendidikan kesehatan pada klien mengenai penyakitnya

(pengertian penyakit, penyebab penyakit, tanda dan gejala terjadinya

infeksi, pengobatan dan nama perawatan yang diberikan, efek samping

dari pengobatan, cara-cara mencegah infeksi, dan cara memanajemen

stress)

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

Rasional: Memberikan informasi yang dibutuhkan klien.

c) Evaluasi pemahaman klien terhadap informasi yang diberikan.

Rasional: Untuk mengetahui sejauhmana informasi telah diterima dan

dipahami klien.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian dari implementasi yang telah dilakukan

1) Evaluasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu … x 24 jam kerusakan

pertukaran gas dapat teratasi, dengan outcome :

- Saturasi oksigen dalam batas normal

- Tidak terdapat pernafasan bibir

- Tidak terdapat cyanosis dan dispnea

- TTV dalam batas normal

(RR = 16-20 x/menit ; HR = 60 – 100 x/menit ; suhu : 36-370 C ±

0,50 C, TD : 120/80mmHg)

2) Evaluasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu … x 24 jam, bersihan jalan

nafas klien kembali efektif, dengan outcome :

- Kebersihan oral klien dapat dipertahankan

- RR klien normal (16-20 x/menit)

- Ronchi klien berkurang atau hilang

- Klien dapat melakukan batuk produktif

3) Evaluasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu … x 24 jam, perawat dapat

meminimalkan komplikasi infeksi yang terjadi, dengan outcome:

- WBC berada dalam batas normal (5000-10.000 / mm3)

- Integritas kulit dan mukosa membaik

- Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 370 C ± 0,50 C)

4) Evaluasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu … x 24 jam, nyeri pasien

terkontrol , dengan outcome :

- Skala nyeri pasien berkurang (dari … menjadi ….)

- Wajah pasien tidak meringis kesakitan

- Nafsu makan meningkat (misal, dari stengah menjadi 1 porsi piring

ukuran sedang)

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

5) Evaluasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu … x 24 jam, hipertermi

klien dapat teratasi, dengan outcome :

- Temperatur tubuh klien dalam batas normal (36 – 370 C ± 0,50 C)

- RR dan HR dalam batas normal (RR : 16-20 x / menit, HR : 60 – 100 x /

menit)

- Kulit tidak tampak kemerahan

6) Evaluasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu … x 24 jam, diare dapat

teratasi, dengan outcome :

- BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi feses lembek dengan warna

kekuningan.

- Suara usus normal

- Nyeri perut terkontrol

- Tidak terjadi kram

7) Evaluasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu … x 24 jam, kerusakan

membran mukosa oral dapat teratasi, dengan outcome :

- Membrane mukosa oral berwarna merah normal

- Bibir, rongga mulut, dan lidah tidak kering (lembab)

- Rongga mulut, lidah, dan gigi tampak bersih dan tidak terdapat sisa-

sisa makanan

8) Evaluasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu … x 24 jam, risiko

kerusakan integritas kulit tidak terjadi, dengan outcome :

- Tidak terdapat lesi

- Elastisitas kulit membaik

- Suhu kulit normal (36-370 C ± 0,50 C)

- Pertumbuhan rambut di kulit normal (distribusi merata)

9) Evaluasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu … x 24 jam, kurang

pengetahuan klien teratasi, dengan outcome :

- Klien mengetahui penyakitnya

- Klien dapat menyebutkan penyebab penyakitnya

- Klien dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukopenia

- Klien mengetahui dan menyebutkan dengan benar nama

perawatan/pengobatan penyakitnya.

- Klien dapat menyebutkan efek samping dari pengobatan dan dapat

memanajemen stress yang dihadapi.

- Klien dapat menyebutkan cara-cara untuk mencegah infeksi (misalnya,

sanitasi pada tangan/cuci tangan dengan benar)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito – Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doenges, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kamus Kedokteran Dorland. 1994. Ed.26. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Hoffbrand, AV.dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed4. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Mansjoer, Arif. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed3. Media Aesculapius. FK UI.

2000.

Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed4. Jakarta.

EGC. 1995.

Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

http://sumberkeperawatan.blogspot.com/2010/07/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html

Definisi:Leukopenia

Leukopenia adalah jumlah sel darah putih terlalu rendah. Jumah batas bawah yang umumnya dianggap neutropenia adalah 4000-5000 per mm2.

Istilah yang mungkin terkait dengan Leukopenia :