Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

30
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR POST MATUR Oleh: Kelompok 14 Hilda Mazarina D 1309150 03 Gunawan Tri S 1309150 17 Kartika Wulandari 1309150 35 Suci Wulandari 1309150 47 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 201 2

Transcript of Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

Page 1: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAYI BARU LAHIR POST MATUR

Oleh:

Kelompok 14

Hilda Mazarina D 130915003

Gunawan Tri S 130915017

Kartika Wulandari 130915035

Suci Wulandari 130915047

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2012

Page 2: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

1.1 Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

Bayi post term adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia

kehamilan melebihi 42 minggu. Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu

plasenta akan mengecil dan fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan

plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang dan janin akan

menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber

energy. Sehingga laju pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak

dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat

janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ

lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur

dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan

induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.

Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30%

prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. Akibat yang dapat terjadi dari

post-maturitas dari bayi adalah asfiksia, aspirasi mekonium menyebabkan

terhalangnya saluran napas dan iritasi paru-paru sehingga pneumonia, status gizi

janin buruk, polisitemia menyebabkan resiko iskemi cerebral, thrombus,

gangguan napas, partus lama, terjadi cacat kelahiran, kejang akibat hipoksia.

Sehingga akan menyebabkan hal yang sangat berbahaya bagi kehidupan janin

maupun bagi ibu ketika menghadapi proses persalinan bayi postmature.

Oleh karena hal tersebut, makalah ini kami susun sebagai tujuan untuk

memberikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dan menjadi

informasi kepada mahasiswa perawat mengenai asuhan keperawatan yang benar

dan tepat kepada bayi baru lahir postmatur.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi dan

asuhan keperawatan bagi bayi baru lahir postmatur?

1.3 Tujuan

Page 3: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

1.3.2 Tujuan Umum

Mengetahui dan menjelaskan mengenai definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi

klinis, komplikasi dan asuhan keperawatan bagi bayi baru lahir postmatur

1.3.3 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan definisi Bayi baru lahir post matur

2. Menjelaskan etiologi Bayi baru lahir post matur

3. Menjelaskan klasifikasi Bayi baru lahir post matur

4. Menjelaskan manifestasi klinis Bayi baru lahir post matur

5. Menjelaskan komplikasi dan asuhan keperawatan Bayi baru lahir post matur

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Menjadi sumber informasi dan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada

Bayi Baru Lahir dengan Postmatur

1.4.2 Manfaat bagi Ilmu Keperawatan

Menjadi salah satu acuan bagi mahasiswa keperawatan untuk membuat dan

merencanakan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir postmatur

2.1 Pengertian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu, antara lain kehamilan

memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan pascamaturitas.

Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan

sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis

setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi standar untuk kehamilan lewat

bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari

setelah ovulasi. Istilah lewat bulan ( postdate) digunakan karena tidak menyatakan

secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin.

(Varney Helen, 2007).

Page 4: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

Post-maturitas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia

kehamilan melebihi 42 minggu. Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu

plasenta akan mengecil dan fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan

plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang dan janin akan

menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber

energy. Sehingga laju pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak

dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat

janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ

lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur

dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan

induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.

2.2 Etiologi

Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah

hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah

cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,

Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin.

Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga

berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.

Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,

kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen

dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya

dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh

kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume

air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini

merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada

bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain

1. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml

Page 5: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

2. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi, resiko terjadi aspirasi

mekonium

3. O2 supply kepada jani mengalami penurunan: Resiko asfiksi

4. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan glukosa

Pada janin:

1. Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun terkadang tampak

telah tua 1-3 minggu

2. Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun dapat pula

terjadi peningkatan berat janin

3. Kulit agak pucat dengan deskuamasi

4. Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah

5. Kuku janin panjang terkadang terisi dengan mekonium

6. Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin

7. Tali pusat layu dan berwarna kuning

8. Palpasi kepala janin mengeras

2.4 Patofisiologi

Penyebab daripada terjadinya bayi lahir postmatur adalah faktor hormonal,

yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup

bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,

Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin.

Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga

berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada

usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat

dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme

arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan

nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi

uteroplasenta berkurang sampai 50%. Sehingga janin dapat mengalamo

pengecilan ukuran janin dan kurang nutrisi. Volume air ketuban juga

berkurang karena mulai terjadi absorpsi pada organ ginjal dan usus dari janin.

Mekonium yang diaspirasi kembali oleh janin mengakibatkan sindrom aspirasi

mekonium yang dapat mengakibatkan atelektasis. Keadaan-keadaan ini

Page 6: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal

pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15%

postpartum.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Usia kehamilan ditentukan dengan menghitung HPHT (Hari Pertama

Haid Terakhir) di kurangi dengan hari pemeriksaan ibu. Usia kehamilan

diatas 42 minggu menandakan terjadinya Bayi Lahir Postmatur

2. Pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya

fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis Bayi Lahir Postmatur

3. Pemeriksaan rontgenologi pada janin dapat dijumpai telah terjadi

penulangan pada bagian distal femur, baguan proksimal tibia, tulang

kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.

4. USG : ukuran diameter biparietal, gerakan janin yang mengalami

perubahan semakin aktif maupun semakin lemah dan jumlah air ketuban

mengalami penurunan.

5. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan

amniosenteris baik transvaginal maupun transabdominal, kulit ketuban

akan bercampur lemak dari sel sel kulit yang dilepas janin setelah

kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh

dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel – sel yang mengandung lemak

akan berwarna jingga.

- Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu

- Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu

6. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, tampak kekeruhan

karena bercampur mekonium

7. Kardiotografi: mengidentifikasi denyut jantung janin, penurunan DJJ

terjadi karena insufiensi plasenta

8. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi

reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang

baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan dan dapat

segera dilakukan SC

Page 7: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin ibu

10. Pemeriksaan pH darah janin : menentukan derjat hipoksia, mupun

intrepretasi asidosis/alkalosis pada janin

2.6 Penataksanaan

1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu

monitoring janin secara intensif

2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat

kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk

melakukan pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di

induksi atau secara sectio caesaria.

3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan

dapat ditunggu dengan pengawasan ketat

4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau

sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau

tanpa amniotomi. Bila :

a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.

b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.

c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.

d. Pada kehamilan > 40-42 minggu

Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan

sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan

kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu

dipertimbangkan (Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998).

5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :

a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat

janin, atau

c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,

hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak

janin.

6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan :

Page 8: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

a. Induksi persalinan

Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah

servik matang dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama

oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang

mematangkan servik dibanding oksitosin.

Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan

( misalnya minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara

mekanis), memiliki kisaran keberhasilan secara beragam dan atau

sedikit penelitian untuk menguatkan rekomendasinya.

b. Metode hormon untuk induksi persalinan :

a) Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik

sudah matang.

b) Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan servik

sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya

menunjukkan hal yang positif.

c) Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan

intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan

untuk induksi)

d) Dinoproston

Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg

yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan

pada tahun 1995).

e) Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk

jel 0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi

persalinan pada tahun 1993)

c. Metode non hormon Induksi persalinan

1. Pemisahan ketuban

Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban

mengacu pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik

yang mudah diraih dan segmen uterus bagian bawah.

Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin ke

dalam sirkulasi ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika

Page 9: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

terdapat ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman

baik bagi ibu maupun bagi janin. Pemisahan memban serviks tidak

dilakukan pada kasus – kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun

plasenta previa, posisi yang tidak diketahui, atau perdarahan

pervaginam yang tidak diketahui.

2. Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja

3. Pompa Payudara dan stimulasi puting.

Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena menggunakan

metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan.

Penanganannya dengan menstimulasi putting selama 15 menit diselingi

istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali

perhari.

4.Minyak jarak

Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel

maupun jus jeruk dapat meningkatkan angka kejadian persalinan

spontan jika diberikan pada kehamilan cukup bulan.

5. Kateter foley atau Kateter balon.

Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian

balon di isi udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada

tempatnya. Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat

efektif.

1.6 Prognosis

Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada

kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian

tersebut. (Varney, Helen, 2007). Apabila kehamilan 42 minggu maka

prosentase kehidupan janin adalah 10,4 – 12%. Apabila kehamilan 43 minggu

prosentase kehidupan janin adalah 3,4 -4% ( Mochtar ,1998)

2.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin

1. Asfiksi

2. Sindroma aspirasi mekonium menyebabkan terhalangnya saluran napas

dan iritasi paru-paru sehingga pneumonia

Page 10: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

3. Hipoglikemi, karena cadangan energy saat dilahirkan sangat rensdah

4. Status gizi janin buruk

5. Oligohidroamnion, amnion menjadi kentak karena aspirasi mekonium,

6. atelektasis

7. Makrosomia, apanila fungsi plasenta masih baik maka janin dapat

berkembang semakin besar hingga mencapai 4500 gram

8. Terjadi cacat kelahiran

Komplikasi pada Ibu

1. tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia

persalinan, incoordinate uterina action, partus lama, meningkatkan

tindakan obstetrik dan persalinan traumatis / perdarahan postpartum akibat

bayi besar

2. Kecemasan terhadap kehamilan yang melewati taksiran persalinan,

menyebabkan peningkatan stress sehingga partus lama.

Page 11: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

2.6 WOC

Hormonal

Kadar progesteron ↓

Kepekaan uterus

terhadap oksitosin ↓

Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah

Kerentanan stress

Tidak terjadi his

Insufiensi plasenta

spasme arteri spiralis plasenta

Sirkulasi O2 ke janin ↓

Kelemahan pada

janin

Riwayat hamil dg postmatur sebelumnya

Resti hipoksia

Sirkulasi nutrisi ke janin ↓

Gg. suplai nutrisi

BBLRNutrisi

kurang dari kebutuhan

Resiko kematian perinatal

Dampak padaIbu

BBL PostMatur

Dampak pada bayi

Ketuban tercampur dengan meconium

Absorbsi kembali air ketuban oleh janin

Kurang pengetahuan

Koping individu inefektif

Ansietas

gg.Ventilasi bayi(ketika lahir)

Asfiksi

gg. pemenuhan

keb O2

Page 12: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

Kasus

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada tanggal 7 Maret 2010 Pukul 13.00 WIB By. N perempuan dilahirkan lewat bulan yakni ketika kehamilan Ibu R. G1P00000 berusia 42 minggu 5 hari lahir SC. Tidak segera menangis. BB: 2300 gram TB: 48 cm. Vernik caseosa menipis dan kulit bayi keriput, tali pusat kuning dan layu. Plasenta yang dilahirkan oleh Ibu tampak lebih mengecil. N: 180 x/menit RR: 44 x/menit T: 37,8 C tampak kesusahan bernafas dan lemah dalam menghisap. Kuku bayi panjang dan terdapat mekonium di sela kuku.

3.1 Pengkajian

Anamnesa

a. Biodata

Data bayi

Nama : By. N

Umur : 0 th

Jenis kelamin : perempuan

Tanggal Lahir : 7 Maret 2010

Tanggal MRS : 7 Maret 2010

Dx medis : Postmatur + Asfiksia + BB kurang

Alamat : Surabaya

b. Keluhan Utama

Sesak, kelemahan

c. Riwayat penyakit sekarang

Dilahirkan normal, postmatur 42 minggu 5 hari, Ketika hamil Ibu

mengkonsumsi jamu-jamuan penguat kehamilan,

d. Riwayat penyakit masa lalu

-

d. Riwayat penyakit keluarga

-

e. Riwayat alergi

Tidak ada

1. Pemeriksaan Fisik

Page 13: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

B1 : RR 44x/menit (dipsneu), terdapat sumbatan mekonium pada jalan

napas

B2 : Pucat, ekebiruan, hipoksia, suhu badannya 360C, conjungtiva

anemis, CRT > 3 Detik, pucat, BP: 100/56 (bradicardy), nadi

180x/menit

B3 : Babinsky (+), Brudziski (-), Patella (+)

B4 : normal, lengkap, bayi telah mengeluarkan feces

B5 : BBLR = 2300 gr, bayi tampak lemah dan tidak kuat menghisap,

B6 : normal

Tanda-tanda Vital

T: 36 C P: 180x/menit R: 44x/menit BP:100/56

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan diagnostic :

Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran

normal.

b. Pemeriksaan laboratorium

Hb : 11 g/dl (normal 15-19 gr%)

PH : 7,34 (normal 7,36-7,44)

PCO2 : 47 (normal 35-45 mmHg)

PO2 : 85% (normal 75-100 mmHg)

HCO3 : 27 (normal 24-28 mEq/L)

Leukosit : 3100 x 10 u/l

Trombosit : 100.000

Eritrosit : 2,8 juta/uL (mm3)

Albumin : 3,3 /dL (normal 3,5-5,5/dL)

Kesimpulan : Anemi, Asisodis respiratorik dan Kurang nutrisi

3. Terapi

Vit K IM 0,2 cc

Oksigen Masker 95 – 100%

Page 14: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

3.2 FORMAT ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAHDS:-

DO: Bayi pucat dan

kebiru-biruan Usaha bernafas

minimal atau tidak ada

Bayi tidak segera menangis

Hipoksia Tensi 100/56 mm

Hg, Nadi 180 x/menit, Suhu 360C, Respirasi 44x/menit,

Fungsi plasenta menurun

gangguan suplai oksigen dannutrisi

Sirkulasi uteroplasenta berkurang

sampai 50%

Janin kekurangan O2 dan kadarCO2 bertambah

Penurunan fungsi respirasi

Terdapat meconium pd jalan napas

Asfiksi

Gangguan pemenuhan

kebutuhan O2

GANGGUAN PEMENUHAN

O2

DS:-DO:

A : BB 2300 gr B : Albumin 3,3

g/dL C : tampak

kurang gizi, kurus, turgor kering

D : -

Insufisiensi Plasenta

Fungsi plasenta menurun

gangguan suplai oksigen dannutrisi

BBLR

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

Nutrisi kurang dari kebutuhan

DS: Ibu menanyakankeadaan bayinya yang sedang di rawat intensif di NICU

DO:-

Bayi Postmatur

Rawat intensif NICU

Terpisah dengan keluarga

Gg hub interpersonal antara bayidan ibu

Gangguanhubungan inter personal antara

bayi dan ibu

Page 15: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

3.3 Diagnosa Keperawatan:

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan asfiksia berat/ringan, pernafasan tidak teratur, pernafasan cuping hidung, cyanosis, ada lendir pada hidung dan mulut.

2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan Keadaan umum lemah, reflek menghisap lemah,

3. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan intensif.

3.4 Intervensi Keperawatan

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan asfiksia berat/ringan, pernafasan tidak teratur, pernafasan cuping hidung, cyanosis, ada lendir pada hidung dan mulut.

Tujuan : Kebutuhan O2 bayi terpenuhi.

Kriteria Hasil:

Pernafasan normal 40-60 kali permenit.

- Pernafasan teratur.

- Tidak cyanosis.

- Wajah dan seluruh tubuh

Berwarna kemerahan (pink variable).

- Gas darah normal

PH = 7,35 – 7,45

PCO2 = 35 mm Hg

PO2 = 50 – 90 mmHg

Intervensi RasionalLetakkan bayi terlentang dengan alasyang data, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm

Memberi rasa nyaman danmengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.

Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bilaperlu.

Jalan nafas harus tetap dipertahankanbebas dari lendirdan mekonium untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.

Observasi TTV dan tanda-tanda cyanosistiap 4 jam

Deteksi dini adanya kelainan ataupunpenurunan kondisi pasien

Kolaborasi dengan team medis dalampemberian O2 mask dan pemeriksaan

Menjamin oksigenasi jaringan yangadekuat terutama untuk jantung dan

Page 16: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

kadar gas darah arteri. otak. Dan peningkatan pada kadarPCO2 menunjukkan hypoventilasi.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan keadaan umum lemah, reflek menghisap lemah,Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria Hasil:

- A : Berat badan normal sesuai usia

- B : Albumin 3,5 – 5,5 gr/dL

- C : Turgor elastic

- D : Kebutuhan ASI eksklusif terpenuhi

Intervensi RasionalMonitor turgor dan mukosa mulut. Menentukan derajat dehidrasi dari

turgor dan mukosa mulut.Monitor intake dan out put. Mengetahui keseimbangan cairan tubuh

(balance)Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara

adekuat.Lakukan control berat badan setiaphari.

Penambahan dan penurunan berat badandapat di monitor.

3. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungandengan perawatan intensif.

Tujuan :

Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.

Kriteria:

- Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi.

- Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri.

Intervensi RasionalJelaskan para ibu / keluarga tentangkeadaan bayinya sekarang.

Ibu mengerti keadaan bayinya danmengurangi kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/keluarga.

Bantu orang tua / ibu mengungkapkanperasaannya.

Membantu memecah-kan permasalahanyang dihadapi.

Orientasi ibu pada lingkungan rumahsakit.

Ketidaktahuan memperbesar stressor

Tunjukkan bayi pada saat ibuberkunjung (batasi oleh kaca pembatas).

Menjalin kontak batin antara ibu danbayi walaupun hanya melalui kaca pembatas.

Lakukan rawat gabung jika keadaan ibudan bayi jika keadaan bayi

Rawat gabung merupakan upayamempererat hubungan ibu dan

Page 17: Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur

memungkinkan. bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC

Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC

Prawiroharjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.

Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi

Wanita.Jakarta. Arcan

Askep Pre dan Post Matur Kehamilan askep-askeb-kita.blogspot.com | asuhan-

keperawatan-kebidanan.co.cc

Wiknjosastro, Hanifa. Prof. Dr. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua.

Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1992

Martodipoero, Soebagjo. Dr. Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat.

Depkes RI - Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan.

Surabaya.

1977

Jaffe, Marrie, etc. Maternal Infant Health Care Plans. Spring House Corporation,

Pennsylvania. 1989