Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

97
asuhan keperawatan medikal bedah Senin, 25 Juni 2012 askep urolithiasis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Urolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih. Urotialisis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari system kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hyperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.

Transcript of Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Page 1: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

asuhan keperawatan medikal bedah

Senin, 25 Juni 2012

askep urolithiasis

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGUrolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih. Urotialisis

sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya batu pada

kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran

kemih mulai dari system kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah

atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine

seperti pada batu buli-buli karena hyperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di

dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian

berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta

seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.

Penyakit batu saluran kemih menyebar ke seluruh dunia dengan perbedaan di

Negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli, sedangkan di Negara yang lebih

maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih di bagian atas ( ginjal dan ureter),

perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas a penduduk aktivitas sehari- hari.

Angka prevalensi rata-rata seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu

saluran kemih.

Page 2: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal dengan batu

ginjal. Penyakit ini akan menjadi kronik bila tidak mendapat pengobatan secara dini

yaitu terjadinya kerusakan ginjal yang akut ditandai dengan tidak berfungsinya ginjal.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang kesehatan

berdampak positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat termasuk perubahan

pola dan gaya hidup masyarakat sehinga kita dapat melihat dampak negatif yang bisa

kita lihat yaitu banyaknya penyakit yang muncul misalnya hipertensi, jantung dan juga

ginjal.

Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat adalah

batu pada saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai

komplikasi. Karena hal tersebut di atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam

mengatasi masalah ini antara lain dengan rasa memberikan penyuluhan pada pasien

dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang urolithiasis dan

vesikolithiasis/batu buli-buli khususnya serta cara pencegahannya.

Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya

perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat

menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan

saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal.

Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan

terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4 liter/hari), diit

yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta

segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera

ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada saluran kemih agar selalu

menjaga kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan batu yang baru. Hal yang

harus diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan pemeliharaan kesehatan

Page 3: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

seperti berobat ke dokter, minum obat secara teratur dan menghindari penyakit infeksi

yang menjadi salah satu penyebab timbulnya urolithiasis.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengartikan dan menjelaskan tentang penyakit Urotiliasis,

serta dapat mengetahui cara memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan

diagnosa urotiliasis dan memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan

penyakit batu saluran kemih serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

Memperdalam anatomi fisiologi dan patologi sistem perkemihan yang merupakan dasar

dalam melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa mampu :

a.  Menjelaskan definisi penyakit urolithiasis.

b.  Menjelaskan penyebab penyakit urolithiasis.

c.  Menjelaskan gejala dan tanda penyakit urolithiasis.

d.  Menjelaskan patofisiologi penyakit urolithiasis.

e.  Melakukan pemeriksaan fisik.

f.   Melakukan pemeriksaan diagnostik.

g.  Melakukan penatalaksanaan penyakit urolithiasis.

h.  Menentukan cara pencegahan penyakit urolithiasis.

i.    Mengetahui komplikasi.

j.    Melakukan pengkajian.

k.  Menentukan diagnosa.

l.    Menentukan perencanaan tindakan.

m. Melakukan tindakan keperawatan.

n.  Menentukan evaluasi keperawatan.

o.  Melakukan dokumentasi.

BAB II

Page 4: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

KONSEP PENYAKIT

A. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem perkemihan terdiri atas :

1. Ginjal

2. Ureter

3. Kandung kemih

4. uretra

Ginjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke

kandung kemih; kandung kemih berkerja sebagai penampung urine dan uretra

mengeluarkan urine dan kandung kemih.

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di

sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal,

dibelakang peritoneum, atau di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan

dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga.

Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih

banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6-7,5 cm, tebal

1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar suprenalis

atau kelenjar adrenal.

Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan fibrus dan

membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur ginjal berwarna

ungu tua yang terdiri atas korteks disebelah luar dan medula di sebelah dalam. Bagian

medula tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya

mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya dengan

pelvis ginjal.

Page 5: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan

satuan fungsional ginjal. Jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron

dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam pada

ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron. Dari sini tubulus berjalan berkelok-

kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat

sebuah simpa yang disebut simpai henle. Kemudian, tubulus itu berkelok-kelok lagi,

disebut kelokan kedua atau tubulus distal, yang tersambung dengan tubulus

penampung yang berjalan melintasi korteks medula, lalu berakhir di salah satu

piramidalis.

Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis

ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan menjadi arteriola

aferen serta masing-masing membentuk simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu

badan malphigi, yaitu glomerulus. Arteriola aferen membawa darah dari glomerulus,

kemudian dibagi ke dalam jaringan peritubular kapiler. Kepiler ini menyuplai tubulus dan

menerima materi yang direabsopsi oleh struktur tubular. Pembuluh eferen menjadi

arteriola eferen yang becabang-cabang membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus

uriniferus. Kapiler ini bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah dari

ginjal ke vena kava inferior. Kapiler arteriola eferen lainya membentuk vasa vecta yang

berperan dalam mekanisme kosentrasi ginjal.

Fungsi Ginjal :

1. Sebagai tempat mengatur air.

2. Sebagai tempat mengatur kosentrasi garam dalam darah.

3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah.

Page 6: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam.

Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal, glomerulus berfungsi sebagai

saringan. Setiap menit, kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma

mengalir melalui semua glomerulus, dan sekitar 100 cc (10%), disaring keluar. Plasma

yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainya disaring. Namun, sel dan

protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan dan tetap tinggi

dalam darah. Cairan yang disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui

tubulus renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh serta

membuang yang tidak diperlukan. Dalam keadaan normal, semua glukosa dan

sebagian besar air diabsorpsi kembali, sedangkan produk buangan dikeluarkan. Faktor

yang mempengaruhi sekresi adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsinya tubulus, dan

sekresi tubulus.

Tabel 1.1

Jumlah yang disaring dan dikeluarkan glomerulus setiap hari

NO. BAHAN DISARING DIKELUARKAN

1. AIR 150 LITER 11/2 LITER

2. GARAM 1.700 GRAM 15 GRAM

3. GLUKOSA 170 GRAM 0 GRAM

Sumber : Peace E.C, Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia pustaka

utama,1995, hal 249.

Page 7: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam urine.

Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. bila ginjal mengencerkan urine

( misalnya sesudah minum air), maka berat jenisnya kurang dari 1.010. Bila ginjal

memekatkan urine, maka berat jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya pemekatan ginjal

diukur menurut berat jenis tertinggi.

Ureter merupakan saluran retroperitonium yang menghubungkan ginjal dengan

kandung kemih. Pada awalnya, ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian

menyilang muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Ureter berjalan

sepanjang sisi posterior pelvis, di bawah vas deferen, dan memasuki basis vesika pada

trigonum. Pasoka darah ureter berasal dari pembuluh darah renalis, gonad, aorta, iliaka

komunis,dan iliaka interna. Susunan saraf otonom pada dinding ureter memberikan

aktvitas peristaltik, dimana kontraksi berirama berasal dari pemacu proksimal yang

mengendalikan transpor halus dan efisien bagi urine dari pelvis renalis ke kandung

kemih.

Kandung kemih (vesika Urinaria-VU) berfungsi sebagai penampung urine. Organ

ini berbentuk seperti buah pir atau kendi. Kandung kemih terletak di dalam punggul

besar, di depan isi lainnya, dan di belakang simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih

tinggi. Bagian terbawah adalah berbasis sedangkan bagian atas adalah fundus.

Puncaknya mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simpisis. Dinding kandung

kemih terdiri atas lapisan serus sebelah luar, lapisan berotot, lapisan submukosa, dan

lapisan mukosa dari epitelium transisional. Tiga saluran bersambung dengan kandung

kemih. Dua ureter bermuara secara oblik di sebelah basis, letak oblik menghindarkan

urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra keluar dari kandung kemih sebelah

Page 8: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan uretra disebut segitiga kandung

kemih (trigonum vesica urinarius). Pada wanita, kandung kemih terletak di antara

simpisis pubis, utrus, dan vagina. Dari uretrus, kandung kemih dipisahkan oleh lipatan

peritoneu ruang uterovesikal atau ruang dounglas.

Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher andung kemih ke lubang

luar, dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi

kandung kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot melingkar, membentuk

sfingter uretra. Panjang uretra pada wanita sekitar 2,5-3,5 cm, sedangkan pria 17-22,5

cm.

Proses perkemihan, mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan

berkemih disebabkan oleh penambahan tekanan dalam kandung kemih dan isi urine

didalamnya. Jumlah urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi

yaitu 170-230 ml. Mikturisi merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan

oleh pusat-pusat persyarafan. Kandung kemih dikendalikan oleh syaraf pelvis dan

serabut saraf simpatik dari pleksus hipogastrik.

B. PENGERTIAN

a. Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth,

2002, hal. 1460).

Page 9: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

b. Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu

ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal.

1595).

c. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut

dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat

sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat

infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006,

ILMU BEDAH, hal. 171).

d. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang

dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica

B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).

e. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah,

darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium

( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary baradero,SPC,MN &

Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).

C. ETIOLOGI

Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.

Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :

1.    Ginjal

Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.

2.    Immobilisasi

Page 10: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium.

Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.

3.    Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi

inti pembentukan batu.

4.    Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.

5.    Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu

dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.

6.    Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan

pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di

ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.

7.    Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi

terbentuknya batu saluran kemih.

8.    Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang

polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan.

Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.

D. KLASIFIKASI

Teori pembentukan batu renal :

a.      Teori Intimatriks

Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai

inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah

kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.

b.      Teori Supersaturasi

Page 11: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam

urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

c.      Teori Presipitasi-Kristalisasi

Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang

bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan

mengendap garam-garam fosfat.

d.      Teori Berkurangnya Faktor Penghambat

Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat

magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran

Kencing.

Jenis Batu-batu renal :

1.    Batu kalsium

Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade

ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu

yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri

atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :

a.    Hiperkalsiuria

Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder terhadap

absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria absorptif dapat juga

disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang produksi vitamin D3.

Page 12: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di tubulus

ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.

b.    Hipositraturia

Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat perkembangan batu

kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal, diare

kronik atau diuretik tiazid.

c.    Hiperoksalouria

Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari).

Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang merupakan

autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin,

pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada anak.

d.    Hiperurikorsuria

Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak sebagai

inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam urat dalam urin

dapat bersumber dari konsumsi makanan yang kaya purin/ berasal dari metabolisme

endogen.

e.    Hipomagnesiuria

Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu

kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi

magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.

2.    Batu asam urat

Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu

radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan

Page 13: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

urin asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph Urin

yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu pembentukan batu asam urat. Batu

ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu terbentuk pada PH dibawah 5,5.

3.    Batu struvit

Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita, diakibatkan

oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease, biasanya dari

psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi pelvis ginjal dan

kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti “tanduk rusa jantan”. Dalam urin,

kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat

antibiotik.

E. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya

obstruksi, infeksi dan edema.

a.    - Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan

tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.

Page 14: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

-     Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat

terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala

namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.

-     Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.

b.    Batu di piala ginjal

-       Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.

-       Hematuri dan piuria dapat dijumpai.

-       Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah

mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.

-       Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan

muncul Mual dan muntah.

-       Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat

dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan

usus besar.

c.    Batu yang terjebak di ureter

-       Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha

dan genitalia.

-       Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.

-       Hematuri akibat aksi abrasi batu.

-       Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.

d.    Batu yang terjebak di kandung kemih

-       Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius

dan hematuri.

Page 15: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

-       Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.

F. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis

belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu

antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang

dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin

menyajikan sarang untuk pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain

mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah

solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin

mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan

batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu

kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak

dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang

akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan

diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan

semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil

dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan

rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan

batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan

Page 16: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat

timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada

organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu

melakukan fungsinya secara normal.

Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.

Skema

patofisiologi

Page 17: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

DP. NYERI

 

Page 18: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

s

Page 19: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

G. PEMERIKSAAN FISIKFISIK1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral.3. Batu uretra anterior bisa diraba.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1.    Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya

sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta

serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat)

atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.

2.    Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.

3.    Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,

proteus,klebsiela,pseudomonas).

4.    Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan

elektrolit.

5.    BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine)

sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

6.    Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar

bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

7.    Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan

infeksi/septicemia.

8.    Sel darah merah : biasanya normal.

9.    Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong

presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).

10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang

reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).

11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal

dan sepanjang ureter.

Page 20: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau

panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis

bentuk kalkuli.

13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan

batu dan efek obstruksi.

14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan

distensi kandung kemih.

15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

I. PENATALAKSANAAN1. Tujuannya :

a. Menghilangkan Batu

b. Menentukan jenis Batu

c. Mencegah kerusakan nefron

d. Mengendalikan infeksi

e. Mengurangi obstuksi yang terjadi

f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

2. Cara penanganan :

a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin

diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat di area

panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami muntah

atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan

cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga

mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari

mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan menjamin haluaran

urine yang besar.

Page 21: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil untuk

menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan segera

mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.

c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu

ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet

yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah

pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum

paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.

- Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat

membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.

- Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki

batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat

diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui

saluran intensial bukan ke system urinarius.

- Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin,

untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.

- Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan

oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak,

kacang,seledri, coklat,the, kopi.

- Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,

modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal,

pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.

Page 22: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang

digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi

bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan

e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan

keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa pembedahan

mayor.

f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat

ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy

elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.

g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai

alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain, dan menolak

metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).

h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara

bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan

dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau

nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala

ginjal diangat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan

ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu kemudian

dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

J. PENCEGAHAN1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai diuresis 1,5

liter/hari.

2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi sisa asam,

diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).

Page 23: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.

K. KOMPLIKASI

1. Sumbatan : akibat pecahan batu2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi

3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal

BAB IIIASKEP UROLITHIASIS

A. Pengkajian

I. Identitas

Nama :

Umur : Paling sering 30 – 50 tahun

Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria

Alamat : Tinggal di daerah panas

Pekerjaan : perkerja berat

II. Keluhan Utama

1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.

2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.

III. Riwayat Penyakit Dahulu

1.    Pernah menderita infeksi saluran kemih.

2.    Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.

3.    Bekerja di lingkungan panas.

Page 24: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

4.    Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.

5.    Olahragawan.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang

1.    Nyeri

2.    Mual / Muntah

3.    Hematuria

4.    Diare

5.    Oliguria

6.    Demam

7.    Disururia

V. Riwayat Penyakit Keluarga

1.  Pernah menderita urolitiasis

2.  Riwayat ISK dalam keluarga

3.  Riwayat hipertensi

Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi

kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.

VI. Dasar – Dasar Pengkajian

1.    Aktifitas/istirahat

-       Gejala : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada

lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan

kondisi sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).

-        

2. Sirkulasi

- Tanda : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal).

Page 25: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.

3. Eliminasi

- Gejala : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan

haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih.

- Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.

4. Makanan/cairan

-          Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium oksalat,

dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup.

-          Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.

5. Nyeri/ketidaknyamanan

-          Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu,

contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar ke seluruh

punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan

menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan

sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.

-          Tanda : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.

6. Penyuluhan/ pembelajaran

-          Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK

Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.

Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid,

pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin.

Page 26: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

B. Diagnosis Keperawatan

Pre operasi :

1.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.

2.      Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh batu,iritasi

ginjal atau uretral.

3.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.

4.      Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran kemih

(ginjal).

5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah

interpertasi informasi.

Post operasi

1.      Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik

2.      Nyeri b.d insisi bedah

3.      Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter

4.      Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.

E. INTERVENSI KEPERAWATANPre operasiDiagnosa 1

Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral

Page 27: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol

- Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional

1. Catat lokasi, lamanya

intensitas (0-10) dan

penyebaran

2. Jelaskan penyebab nyeri

dan pentingnya

melaporkan tentang

perubahann kejadian /

karakyeristik nyeri.

3. Berikan tindakan nyaman

contoh pijatan punggung

lingkungan istirahat.

4. Perhatikan

keluhan/menetap nya

nyeri abdomen.

1. Membantu mengevaluasi

tempat abstruksi dan

kemajuan gerakan kalkulus

2. Berikan kesempatan untuk

pemberian analgesic

sesuai waktu (membantu

dalam meningkatkan

koping pasien dan dapat

menurunkan ansietas).

3. Menaikkan relaksasi

menurunkan tegangan otot

dan menaikkan koping

4. Obstruksi lengkap ureter

dapat menyebabkan

perforasi dan ekstravasasi

urine ke dalam area

perineal.

5. Cairan membantu

Page 28: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

5. Berikan banyak cairan

bila tidak ada mual,

lakukan dan pertahankan

terapi IV yang

diprogramkan bila mual

dan muntah terjadi.

6. Dorong aktivitas sesuai

toleransi, berikan

analgesic dan anti emetic

sebelum bergerak bila

mungkin.

membersihkan ginjal dan

dapat mengeluarkan batu

kecil.

6. Gerakan dapat

meningkatkan pasase dari

beberapa batu kecil dan

mengurangi urine statis.

Kenmyamanan

meningkatkan istirahat dan

penyembuhan mual

disebabkan oleh

peningkatan nyeri.

Diagnosa 2

Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal

oleh ureteral

Tujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya

- Tidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi Rasional

1. Awasi pemasukan dan

keluaran serta

karakteristik urine

2. Tentukan pola berkemih

1. Memberikan informasi

tentang fungsi ginjal, dan

adanya komplikasi contoh

infeksi dan perdarahan

2. Kalkulus dapat

menyebabkan ekstibilitas

Page 29: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

normal dan perhatikan

variasi

3. Dorong meningkatjkan

pemasukan cairan

4. periksa semua urine catat

adanya keluaran batu

dan kirim ke laboratorium

untuk analisa

5. Observasi perubahan

status mental,perilaku

atau tingkat kesadaran

6. Awasi pemeriksaan

laboratorium,contoh

BUN,elektrolit,kreatinin.

yang menyebabkan

sensasi kebutuhan

berkemih segera

3. Peningkatan hidrasi

membilas bakteri,darah

dan debris dan dapat

membantu lewatnya batu.

4. Penemuan batu

memungkinkan

identifikasi tipe batu dan

mempengaruhi pilihan

terapi.

5. Akumulasi sisa uremik

dank e tidak seimbangan

elektrolit dapat menjadi

toksik di SSP.

6. Peninggian BUN,kreatinin

dan elektrolit

mengidentifikasikan

disfungsi ginjal.

Diagnosa 3

Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah

Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan

Page 30: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

- Membran mukosa lembab

- Turgor kulit baik

Intervensi Rasional

1. Awasi intake dan Output

2. Catat insiden

muntah,diare perhatikan

karakteristik dan

frekuensi mual / muntah

dan diare.

3. Awasi Hb /Ht, elektrolit

4. Berikan cairan IV

5. Berikan diet tepat,cairan

jernih,makanan lembut

1. Membandingkan keluaran

actual dan yang

diantisifikasi membantu

dalam evaluasi adanya /

derajat statis / kerusakan

ginjal.

2. Mual / muntah, diare

secara umum

berdasarkan baik kolik

ginjal karena saraf

ganglion seliaka pada

kedua ginjal dan

lambung.

3. Mengkaji hidrasi dan

efektifian / kebutuhan

intervensi.

4. Mempertahankan volume

sirkulasi / bila pemasukan

oral tidak cukup,/ menaik

fungsi ginjal.

Page 31: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

sesuai toleransi.

5. Makanan mudah cerna

menurunkan aktivitas GI /

iritasi dan membantu

mempertahankan cairan

dan keseimbangan

nutrisi.

Diagnosa 4

Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).

Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal

- Urine berwarna kuning / kuning jernih

-    Tidak nyeri waktu berkemih.

Intervensi Rasional

1. Pantau :

        Urine berwarna,bau / tiap 8 jam

        Masukan dan haluaran tiap 8 jam

        PH urine

        TTV setiap 4 jam

2. Saring semua

urine,observasi terhadap

kristal. Simpan kristal

1. Untuk deteksi dini

terhadap masalah.

2. Untuk mendaptakan data-

data keluarnya

batu,perubahan diet yang

Page 32: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

untuk dilihat dokter kirim

ke laboratorium

3. Konsultasi dengan dokter

bila pasien sering

berkemih,jumlah urine

sedikit dan terus

menerus,perubahan

urine.

4. Berikan obat-obatan

sesuai program untuk

mempertahankan PH

urine tepat.

didasari oleh komposisi

batu

3. Temuan-temuan ini

menunjukkan

perkembangan obstruksi

dan kebutuhan intervensi

progresif.

4. Dengan perubahan PH

urine / peningkatan

keasamaan /

alkalinitas,factor

solubilitas untuk batu

dapat di control.

Diagnosa 5

Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit.

-    Menghubungkan gejala dan faktor penyebab.

-    Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi dalam program

pengobatan.

Intervensi Rasional

Page 33: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

1. kaji ulang proses penyakit dan harapan di

masa yang datang.

2. tekankan pentingnya peningkatan

pemasukan cairan , contoh 3-4 liter per

hari/ 6-8 liter/ hari. Dorong pasien

melaporkan mulut kering, diuresis

(keringat berlebihan) dan untuk

peningkatan pemasukan cairan baik bila

haus atau tidak.

3. diet rendah purin, contoh membatasi

daging berlemak, kalkun, tumbuhan

polong, gandum dan alkohol.

4. diet rendah kalsium, contoh

membatasi ,susu,keju,sayur, berdaun

hijau, yogurt.

5. diet rendah oksalat, contoh membatasi

makan coklat, minuman mengandung

kafein, bit, bayam.

6. diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli

karbonat aluminium 30-40 ml, 30

menit/jam.

1. memberikan pengetahuan dasar dimana

pasien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi.

2. pembilasan sistem ginjal menurunkan

kesempatan statis ginjal atau

pembentukan batu.

3. menurunkan pemasukan oral terhadap

prekusor asam urat.

4. menurunkan resiko pembentukan batu

kalsium.

5. menurunkan pembentukan batu oksalat.

6. mencegah kalkulus fosfat dengan

membentuk presipitrat yang larut dalam

traktus GI, menguragi beban nefron ginjal.

7. obat-obatan diberikan untuk

mengasamkan mengakalikan urine,

Page 34: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

7. diskusikan program obat-obatan, hindari

obat yang dijual bebas dan membaca

semua label produk/ kandungan dalam

makanan.

8. mendengar dengan aktif tentang terapi /

perubahan pola hidup.

9. tunjukan perawatan yang tepat terhadap

insisi/ kateter bila ada.

tergantung pada penyebab dasar

pembentukan batu.

8. membantu pasien berkerja melalui

perasaan dan meningkatkan rasa kontrol

apa yang terjadi.

9. meningkatkan kemampuan perawatan diri,

dan kemandirian.

Post operasiDiagnosa 1Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemik Tujuan : - tanda tanda vital stabil

-       kulit kering dan elastic

-       intake output seimbang

-       insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang

Page 35: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Diagnosa 2Nyeri berhubungan dengan insisi bedah

Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan mudah

untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.

Intervensi Rasional

1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus

daan penghalang factor nyeri.

2. Berikan tindakan kenyamanan non

farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi,

bantu pasien memilih posisi yang

1. menentukan tindakan selanjutnya

2. dengan otot relkas posisi dan

kenyamanan dapat mengurangi nyeri.

3. peradangan dapat menimbulkan nyeri.

Intervensi rasional1. Kaji balutan selang kateter

terhadap perdarahan setiap jam

dan lapor dokter.

2. Anjurkan pasien untuk mengubah

posisi selang atau kateter saat

mengubah posisi.

3. Pantau dan catat intake output

tiap 4 jam, dan laporan ketidak

seimbangan.

4. Kaji tanda vital dan turgor kulit,

suhu tiap 4-8 jam.

1. mengetahui adanya perdarahan.

2. mencegah perdarahan pada luka

insisi

3. mengetahui kesimbangan dalam

tubuh.

4. dapat menunjukan adanya dehidrasi /

kurangnya volume cairan

Page 36: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

nyaman.

3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan

kemerahan.

4. Anjurkan pasien untuk menahan daerah

insisi dengan kedua tangan bila sedang

batuk.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik.

4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat

5. analgetik dapat mengurangi nyeri.

Diagnosa 3Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik

( kateter).

Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat berkemih

spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.

Intervensi Rasional

1. Kaji pola berkemih normal pasien.

2. Kaji keluhan distensi kandung kemih

tiap 4 jam

3.Ukur intake output cairan.

4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri.

5. Anjurkan klien untuk minum air putih 2

Lt /sehari , bila tidak ada kontra indikasi.

1.untuk membandingkan apakah ada

perubahan pola berkemih.

2. kandung kemih yang tegang disebabkan

karena sumbatan kateter.

3. untuk mengetahui keseimbangan

cairan

4. untuk mengetahui fungsi ginjal.

5. untuk melancarkan urine.

Diagnosa 4Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.

Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.

-          Drainase dan selang kateter bersih.

Page 37: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Intervensi Rasional

1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala

infeksi luka (demam, kemerahan,

bengkak, nyeri tekan dan pus)

2. Kaji suhu tiap 4 jam.

3. Anjurkan klien untuk menghindari atau

menyentuk insisi.

4. Pertahankan tehnik steril untuk

mengganti balutan dan perawatan luka.

1. mengintervensi tindakan selanjutnya.

2. peningkatan suhu menandakan adanya

infeksi.

3. menghindarkan infeksi.

4. menghindari infeksi silang

F. IMPLEMENTASIPerencanaan yang dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda vital,

mengkaji dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien melakukan teknik

relaksasi : napas dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul nyeri, memantau dan

mengobservasi keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen, mengawasi dan

menganjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari

karena pasien yang ditemui sudah lansia, mengawasi pemasukan dan pengeluaran

serta karakteristik urine, mengkaji pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi,

mengkaji keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk menilai adanya distensi

suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan pasien tentang penyakit; penyebab,

tanda/gejala dan komplikasi penyakit, mendengarkan ungkapan pasien tentang

Page 38: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

program terapi/perubahan pola hidup, mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan

evaluasi medik : nyeri berulang, hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai

pemeriksaan yang akan dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan

dan menjelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.

G. EVALUASI

Melaksanakan tindakan sesuai dengan tujuan.

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULANBatu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake

cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta makanan

yang dapat mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada

penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang tersering adalah

nyeri dan gangguan pola berkemih.

Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri harus pula diimbangi

dengan minum banyak 2-3 liter perhari, banyak melakukan aktivitas, olahraga secara

teratur dan mengurangi makanan yang tinggi kalsium, purin dan oksalat.

Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total jika cepat

mendapat pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila tidak merubah

Page 39: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

kebiasaan yang salah seperti : kurang minum, kurang bergerak/banyak duduk,

mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, purin dan oksalat.

B. SARAN

Sebagai perawat profesional sangat penting memberikan penyuluhan kepada

pasien dan keluarga tentang proses terjadinya batu dan pencegahannya, sehingga

pasien dan keluarga dapat mengerti dan bekerja sama untuk mendapatkan

kesembuhan yang maksimal.

LAMPIRAN

Gambar

Macam – macam batu

Macam- macam batu batu struvit

Page 40: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi kedelapan).

Jakarta : EGC.

Baradero, Mary, MN, SPC,Dkk,(2005). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E, RN. BSN, MA, CS (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi

ketiga). Jakarta : EGC.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan. (Buku 3). Bandung : IAPK Padjajaran.

Noer, H.M, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Jilid kedua, Edisi ketiga).

Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Nursalam, DR. M.Nurs,dkk.(2006). System Perkemihan. Jakarta : salemba medika

Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. (Edisi keempat). Jakarta : EGC.

Page 42: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

GoogleWired -  Google Throws Open Doors to Its Top-Secret Data Centerpowered by

Selasa, 22 Mei 2012

askep urolithiasis

A.    Definisi

Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih (urolithiasis),

Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu

pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih

mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di

di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran

kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia

prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang

terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa

mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering

terjadi (Purnomo, 2000)

B.     Etiologi

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara

berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai

batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan

mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 %

penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga

berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,

dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik) Secara

epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang

dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik;

1.      Faktor intrinsik, meliputi:

a.       Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

Page 43: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

b.      Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

c.       Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

2.      Faktor ekstrinsik, meliputi:

a.       Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah

lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)

b.      Iklim dan temperatur

c.       Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan

insiden batu saluran kemih.

d.      Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.

e.       Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau

kurang aktivitas fisik (sedentary life).

C.     Patofisiologi

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-

tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises

ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis),

divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan

buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan

batu.7

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun

anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan

metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang

menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi

membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-

bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar

Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup

mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih

(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga

membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel

dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran urine di dalam

saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti

batu.

Page 44: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

D.    Tanda Dan Gejala

Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena distensi dari

kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai

dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran

kemih dan infeksi. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu,

besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.4

Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini

mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas

peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan

batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya

meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.

Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih,

biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri

bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat

paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai

keadaan ini.

Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau

infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-

vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal,

retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.

Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung

kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis

renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik

yang hebat).

Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara

tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah

dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan

darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu

melewati ureter.

Page 45: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,

bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga

terjadilah infeksi.

Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di

dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan

pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.

E.     Gambaran klinis

Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit

yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-

vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal

ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil.

Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal

pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya pertumbuhan

kuman pemecah urea. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya

penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu

juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih (kadar

kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).

Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-

opak dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-

lusen). Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi

ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak

tampak pada foto polos abdomen. Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani

pemeriksaan PIV seperti pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada

pregnansi. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai

echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.

F.      Pencegahan Urolithiasis

Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya

mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun

atau kambuh lebih dari 50% dalam 10 tahun. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan

unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu

dilakukan adalah:

Page 46: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

1.      Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari

2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu

3. Aktivitas harian yang cukup

4. Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan

suasana urine menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat

3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria

4. Rendah purin

5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type

G.    Komplikasi

Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang sangat

diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan

tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal dan

kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut

dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi

signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau

pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasi

ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.6

Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan oleh

intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka

kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak tampak

dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi.

Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya

hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan

kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat penanganan batu

dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi

melalui pembedahan terbuka maupun noninvasif seperti ESWL. Biasanya infeksi terjadi sesaat

setelah dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah dilakukannya ESWL saat pecahan

Page 47: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

batu lewat dan obstruksi terjadi. Cidera pada organ-organ terdekat seperti lien, hepar, kolon dan

paru serta perforasi pelvis renalis juga dapat terjadi saat dilakukan PNL, visualisasi yang

adekuat, penanganan yang hati-hati, irigasi serta drainase yang cukup dapat menurunkan resiko

terjadinya komplikasi ini.

Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah, demam, dan terapi nyeri

yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih sedikit dan berbeda secara bermakna pada

ESWL dibandingkan dengan PNL. Demikian pula ESWL dapat dilakukan dengan rawat jalan

atau perawatan yang lebih singkat dibandingkan PNL.

Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian, dan komplikasi keseluruhan. Dari meta-

analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi terapi sama (< 20%). Kebutuhan transfusi

pada ESWL sangat rendah kecuali pada hematom perirenal yang besar. Kebutuhan transfusi pada

operasi terbuka mencapai 25-50%. Mortalitas akibat tindakan jarang, namun dapat dijumpai,

khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau mengalami sepsis dan komplikasi akut lainnya.

Dari data yang ada di pusat urologi di Indonesia, risiko kematian pada operasi terbuka kurang

dari 1%.

H.    Penatalaksanaan Urolithiasis

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan

agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu

saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat

dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan

endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka

\

Page 48: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

1.      Riwayat atau adanya faktor resiko

a.       Perubahan metabolik atau diet

b.      Imobilitas lama

c.       Masukan cairan tak adekuat

d.      Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing sebelumnya

e.       Riwayat keluarga dengan pembentukan batu

2.      Pemeriksaan fisik berdasarka pada survei umum dapat menunjukkan :

a.       Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan konstan. Batu ureteral

menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang timbul yang berkurang setelah batu lewat.

b.      Mual dan muntah serta kemungkinan diare

c.       Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh dan bau menyengat bila

infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan

cairan tak adekuat atau bila terdapat obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat

kerusakan jaringan ginjal

2.      Pemeriksaan Diagnostik

a.       Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri

(kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).

pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali

(meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin,

asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan

Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan

kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar

perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah

Page 49: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-

laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan

kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada

serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan

iskemia/nekrosis.

b.      Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

c.       Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi

kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

d.      Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan

sepanjang uriter.

e.       IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.

Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

f.       Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek

ebstruksi.

g.       USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.

2.      Perubahan eliminasi urine b/d simulasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal atau ureteral.

3.      Kekurangan volume cairan resti terhadap mual/muntah ,dieresis pasca obstruksi.

4.      Kurang pengetahuan terhadap kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan.

C.     RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DX 1 : Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.

Tujuan : nyeri hilang/terkontrol

Criteria hasil : tanpak rileks,mampu tidur/istirahat denagn tepat

Intervensi :

Mandiri

-          Catat lokasi,lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran

R/ mampu mengevaluasi tempat obstuksi dan kemajuan gerakan kalkulus

-          Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan

kejadian/karakteristik nyeri

R/ member kesempatan untuk pemberian analgesi sesuai waktu

Page 50: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

-          Berikan tindakan nyaman

R/ meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan otot,dan meningkatkan koping.

-          Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus,bimbingan imajinasi, dan aktifitas teurapetik

R/ mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot

-          Dorong/bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan

sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.

R/ hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu,mencegah statis urine,dan membantu mencegah

pembentukan batu selanjutnya.

-          Perhatikan keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen.

R/ obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasisi urine kedalam area

perirenal.

Kolaborasi :

-          Berikan sesuai onat narkotik contoh meperidin (Demerol) morfin,antispasmotik contoh flavoksa

(uripas) oksibutin (ditropan)

R/ menurunkan kolik dan nyeri

-          Merikan kompres hangat pada punggung

R/ menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan reflek spasme.

-          Pertahankan papatensi kateter bila digunakan

R/ mencegah retensi urine,menurunkan resiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.

DX II : Perubahan eliminasi urine b/d simulasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal

atau

ureteral.

Tujuan : berkemih dgn jumlah normal dan pola biasanya

Criteria hasil : tak mengalami tanda obstruksi

Intervensi

Mandiri

-          Awasi masukan dan pengeluaran dan karakteristik urina

R/ memberi informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.

-          Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi

Page 51: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

R/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf,yang menyebabkan sensasi kebutuhan

berkemih segera.

-          Dorong meningkatkan pemasukan cairan

R/ peningkatan hidrasi membilas bakteri,darah dan dapat membantu lewatnya batu.

-          Periksa semua urine

R/ penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu.

-          Observasi perubahan status mental,perilaku atau tingkah laku

R/ akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolik dapat menjadi toksik pada SPP

Kolabirasi

-          Awasi pemeriksaan laboratorium

R/ mengidentifikasikan disfungsi ginjal

-          Albil urine untuk kultur dan sesivitas

R/ menentuka adanya ISK

-          Beri obat sesuai indikasi asetazolamin,alupurinolhidroklorotiazid,amino klorida,antibody

-          Pertahankan patensi kateter tak menetap bila menggunakan

R/ mungkin diperlukan untuk membantu aliran urine/mencegah retensi dan komplikasi.

DX III : Kekurangan volume cairan resti terhadap mual/muntah ,dieresis pasca obstruksi.

Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan adekuat

Criteria hasil : berat badan dalam rentan normal,turgor kulit membaik

Intervensi

Mandiri

-          Awasi pemasukan dan pengeluaran

R/ membandingkan pengeluaran actual dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya

kerusakan ginjal

-          Catat insiden muntah,diare,perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan diare.

R/ pencatatan dapat membantu mengesampingkan kejadiian abdominal lain yang menyebabkan

nyeri atau menunjukkan kalkulus.

-          Tingkat pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.

R/ mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis

Page 52: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

-          Awasi tanda vital

R/ penurunan LFG merangsang produksi renin yang bekerja untuk meningkatkan TD dalam

upaya meningkatkan aliran darah ginjal.

-          Timbang berat badan tiap hari.

R/ peningkatan berat badan yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi.

Kolaborasi

-          Awasi Hb/Ht,elektrolit

R/ mengkaji hidrasi dan kebutuhan intervensi

-          Berikan cairan IV

R/ mempertahankan volume sirkulasi,meningkatkan fungsi ginjal.

-          Berikan diit tepat,cairan jernih,makanan lembut sesuai toleransi

R/ makanan mudah cerna menurunkan aktifitas GI/iritasi dan membantu mempertahankan cairan

dan keseimbangan nutrisi.

-          Berikan obat sesuai indikasi : antiemetic

R/ menurunkan mual/muntah

Dx IV : Kurang pengetahuan terhadap kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan.

Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit Melakukan perubahan perilaku yang

perlu dan berpartisipasi dalam program pengonatan.

Intervensi :

Mandiri

-          Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa ddepan

R/ member pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi

-          Tekankan pentingnya peningkatan pemasukan carian.

R/ peningkatan kehilangan cairan memelukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-

hari.

-          Diit rendah purin

R/ menurunkan pemasukan oral terhhadap prekusor asam urat.

-          Diet rendah kalsium

R/ menurunkan resiko pembentukan batu kalsium.

Page 53: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

-          Diet rendah oksalat

R/ menurunkan pembentukan batu kalsium oksalat

-          Diskusikan program obat-obatan,hindari obat yang dijual bebas.

R/ obat-obatan diberikan untuk mengasamkan urine,tergantung pada penyebab dasar

pembentukan batu.

-          Mendengar dengan aktif tentang progam terapi/perubahan pola hidup

R/ membantu pasien bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa control terhadap apa yang

terjadi.

-          Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medic

R/ dengan peningkatankemungkinan berulangnnya batu.

-          Tunjukkan perawat yang tepat terhadap insisi/kateter bila ada

R/ meningkatkan kemampuan perawatan diri dan kemandirian.

Page 54: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

T-you

Rabu, 30 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN UROLITHIASIS ( BATU GINJAL)

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman

Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu

saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,

pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke

saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena

adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang

terbentu di dalam divertikel uretra.

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara

berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai

batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan

mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 %

penduduk menderita batu saluran kemih.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran

urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang

masih belum terungkap (idiopatik).

B.      Tujuan

1.  Memahami pengertian, penyebab, jenis, serta tanda dan gejala yang muncul pada penyakit

Batu Ginjal/Urolithiasis.

2. Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja untuk perawatan pasien penderita

Batu Ginjal/Urolithiasis.

Page 55: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

3. Menguraikan prosedur perawatan yang digunakan untuk pasian penderita Batu Ginjal/

Urolithiasis.

BAB II

 TINJAUAN PUSTAKA

A.           Konsep Penyakit

1.                  Definisi

1. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan

merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.( Purnomo, 2000)

2. Batu ginjal adalah suatu material mineral kristal yang keras yang terbentuk di dalam

ginjal atau saluran kencing. Batu ginjal sering menyebabkan darah di dalam air kencing

dan nyeri perut dan pinggang berat. Batu ginjal kadang-kadang disebut renal calculi.

(fundamental, 2001)

3. Kondisi dimana terdapat batu ginjal disebut dengan nephrolithiasis. Adanya batu  di

lokasi mana pun dari saluran kencing disebut dengan urolithiasis (Purnomo, 2000).

Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)

pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran

perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang

terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus

larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa

centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal. Gejala rasa sakit yang

berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh

atau merah.

2.                  Etiologi

Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan batu :

1.    Faktor Endogen

Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.

2.    Faktor Eksogen

Page 56: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.

3.    Faktor lain

a.    Infeksi

Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti

pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK) Infeksi bakteri akan memecah ureum dan

membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.

b.    Stasis dan Obstruksi Urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing.

c.    Jenis Kelamin

Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 1

d.   Ras

Batu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.

e.    Keturunan

Anggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih banyak mempunyai kesempatan

f.     Air Minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan

terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine

meningkat.

g.    Pekerjaan

Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu dari pada

pekerja yang lebih banyak duduk.

h.    Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringan.

i.      Makanan

Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas Batu Saluran Kencing

berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita

Batu Saluran Kencing (buli-buli dan Urethra).

Page 57: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:

1). Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus).

Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu

sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran

kemih.

2). Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan

mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.

3). Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal

yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau

beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.

3.                 Pathofisiologi

            Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran

kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan

miksi yang lain, sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter

atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses

ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

Proses patofisiologisnya sifatnya mekanis. Urolithiasis merupakan kristalisasi dari mineral

dari matriks seputar, seperti pus, darah, jaringan yang tidak vital, tumor atau urat. Peningkatan

konsentrasi larutan urin akibat intake cairan rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik

akibat ISK atau urin statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu. Di tambah adanya

infeksi meningkatkan ke basahan urin (oleh produksi amonium), yang berakibat presipitasi

kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat.

4.                 Manifestasi Klinis dan Klasifikasi

a.         Disamping adanya serangan sakit hebat yang timbul secara mendadak yang berlangsung

sebentar dan kemudian hilang tiba-tiba untuk kemudian, timbul lagi, disertai nadi cepat, muka

pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun atau yang disebut kolik, dapat pula disertai

rasa nyeri yang kabur berulang-ulang di daerah ginjal dan rasa panas atau terbakar di pinggang

yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Hematuri dapat juga terjadi

apabila terdapat luka pada saluran kemih akibat pergeseran batu.

Page 58: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

b.        Bila terjadi hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal. Urin yang keruh dan demam akan

juga dialami penderita batu ginjal. Demam menandakan infeksi penyerta. Jika terjadi

penyumbatan saluran kemih menyeluruh, suhu tubuh bisas mendadak tinggi berulang-ulang.

c.         Anuria akan terjadi jika ada batu bilateral atau jika hanya ada satu ginjal penderita.

 Jenis- jenis Batu Ginjal

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat,

asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang

komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu

residif.

1). Batu Kalsium

Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu

sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:

  Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena

peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan

reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi

tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.

  Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien

pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft

drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.

  Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat

bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat

dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme

endogen.

  Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga

menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada

penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide

dalam jangka waktu lama.

  Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat

timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi

magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.

Page 59: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

2). Batu Struvit

Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu

oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea

(uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan

Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui

hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium,

amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat

apatit.

3). Batu Urat

Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh

penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik

(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai

peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu

asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan

hiperurikosuria.

5.         Pemeriksaan Penunjang

a.         Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri

(kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8

(rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium,

fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,

oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,

BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk

mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular

Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan

status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl

perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk

mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder

terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

b.         Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

Page 60: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

c.         Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi

kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

d.        Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan

sepanjang uriter.

e.         IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.

Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

f.          Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek

ebstruksi.

g.         USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

6.         Penatalaksanaan

           

            Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan

agar tidak menimbulkan penyumbat yang lebih berat. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur :

1.                  Istirahat cukup

2.                  Perbanyak masukan cairan air putih

3.                  Diet rendah kalsium dan rendah garam

4.                  Disesuaikan jenis batu misal:

-                      Batu kalsium yang perlu dibatasi: ikan teri, bayam, coklat, kacang, teh, strowberry.

-                      Batu asam urat yang perlu dibatasi: jeroan, otak, makanan yang banyak mengandung

purin

5.                  Medikamentosa:

-                      Bila ada infeksi, beri antimikroba yang sesuai infeksinya.

-                      Hipositraturi: kalium sitrat

-                      Hiperkalsiuri: tiazid

-                      Batu sistin: D-penicillamine

6.                  Operasi : bila ada obstruksi atau batunya besar

7.                  ESWL: cara memecah batu dengan gelombang syok,dilakukan pada batu berukuran <

2 cm sampai sebesar pasir sehingga dapat dikeluakan secara spontan.

Page 61: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

  Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara

umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:

1.      Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari

2.      Diet rendah zat/komponen pembentuk batu

3.      Aktivitas harian yang cukup

4.      Medikamentosa

5.      Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:

Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan

suasana urine menjadi lebih asam.

    Rendah purin

Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit batu ginjal asam urat dan gout. Kadar

purin makanan normal untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah 600-1000 mg/hari. Diet

rendah purin mengandung 120-1150 mg purin, cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin, tinggi

karbohidrat (karena karbohidrat membantu pengeluaran asam urat), sedang lemak (karena lemak

cenderung menghambat pengeluaran asam urat), banyak cairan (untuk membantu mengeluarkan

kelebihan asam urat). Nilai gizi yang diberikan adalah kalori sebanyak 1.848, protein 51 gr,

lemak 32 gr, karbohidrat 338 gr, kalsium 0,3 mbesi 15,9 mg, vitamin A 8.642 SI, tiamin 0,8 mg,

vitamin C 170 mg dan purin 50-200 mg

    Rendah Kalsium Tinggi Sisa Asam

Diet ini diberikan kepada pasien batu kalsium ginjal. Asupan makanan yang baik untuk pasien

yang menderita penyakit ini adalah kalori, protein, zat besi, vitamin A, tiamin, dan vitamin C

yang cukup dengan syarat jumlah cairan 2.500 ml/hr dan rendah kalsium untuk menurunkan

kadar kalsium dalam urine. Nilai gizi yang duberikan adalah kalori sebanyak 2.240, protein 63 g,

lemak 54 g, karbohidrat 372 g, kalsium 0,3 g, besi 16,8 mg, vitamin A 8.402 SI, tiamin 0,8 mg,

dan vitamin C 130 mg.

    Diet Tinggi Sisa Asam

Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit batu sistin dan asam urat. Komposisi

makanan yang cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin. Nilai gizi yang harus diberikan adalah

kalori sebanyak 2.006, protein 55 g, lemak 64 g, karbohidrat 317 g, kalsim 0,8 g, besi 19,3 g,

vitamin A 12,912 SI, tiamin 1,2 mg, dan vitamin C 299 mg.

Makanan yang boleh diberikan :

Page 62: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

1.      Sumber hidrat arang, nasi, makanan ½ gelas sehari, roti 4 potong, kentang, ubi, singkong, kue,

dari tepung maizena, hunkwe, tapioca, agar-agar, selai, dan sirop.

2.      Sumber protein hewani : daging, 50 gr atau telur 2 butir sehari dan susu.

3.      Lemak : minyak, mentega, dan margarine

4.      Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering 25 gr, tahu, tempe, atau oncom 50 gr/hari

5.      Sayuran : semua jenis sayuran paling sedikit 300 gr/hari

6.      Buah-buahan : sari buah, the, kopi, dan coklat.

  Komplikasi

                                                           Sumbatan : akibat pecahan batu.                                                          Infeksi : akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

c.    Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan

batu ginjal.

B.        Konsep Keperawatan

1). Pengkajian

1. Kaji riwayat batu ginjal dan fokuskan pada riwayat adanya batu ginjal pada keluarga,

khususnya dehidrasi, imobilitas yang lama, infeksi saluran kemih, diet, dan riwayat pengobatan.

2. Kaji lokasi nyeri dan radiasi. Tingkat nyeri dikaji dengan menggunakan skala 1-10. Amati

adanya gejala yang berhubungan, misalnya mual, muntah, diare, atau distensi abdomen.

3. Monitor tanda dan geala infeksi saluran kemih seperti menggigil, demam, disuria, dan sering

berkemih. Periksa urine untuk mengetahui adanya hematuri.

4. Observasi tanda vital dan gejala sumbatan seperti sering berkemih dalam jumlah sedikit,

oliguria, dan anuria.

2). Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan

iskemia seluler.

2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan

ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan

pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

Page 63: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan

atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang

akurat/lengkapnya informasi yang ada.

3). Intervensi Keperawatan

Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan

iskemia seluler.

No Intervensi Rasional

1 Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri

(skala 1-10) dan penyebarannya.

Perhatiakn tanda non verbal seperti:

peningkatan TD dan DN, gelisah,

meringis, merintih, menggelepar.

Membantu evaluasi tempat obstruksi dan

kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering

menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia

sehubungan dengan proksimitas pleksus

saraf dan pembuluh darah yang menyuplai

area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat

menimbulkan gelisah, takut/cemas.

2 Jelaskan penyebab nyeri dan

pentingnya melaporkan kepada staf

perawatan setiap perubahan

karakteristik nyeri yang terjadi.

Melaporkan nyeri secara dini memberikan

kesempatan pemberian analgesi pada waktu

yang tepat dan membantu meningkatkan

kemampuan koping klien dalam menurunkan

ansietas.

3 Lakukan tindakan yang mendukung

kenyamanan (seperti masase

ringan/kompres hangat pada punggung,

lingkungan yang tenang)

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan

ketegangan otot

4 Bantu/dorong pernapasan dalam,

bimbingan imajinasi dan aktivitas

terapeutik

Mengalihkan perhatian dan membantu

relaksasi otot

5 Batu/dorong peningkatan aktivitas

(ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai

asupan cairan sedikitnya 3-4 liter

perhari dalam batas toleransi jantung.

Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat

meningkatkan lewatnya batu, mencegah

stasis urine dan mencegah pembentukan batu

selanjutnya.

Page 64: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

6 Perhatikan peningkatan/menetapnya

keluhan nyeri abdomen.

Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan

perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area

perrenal, hal ini merupakan kedaruratan

bedah akut.

7 Kolaborasi pemberian obat sesuai

program terapi:

Analgetik,

Antispasmodik,

Kortikosteroid

Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan

selama episode akut untuk menurunkan kolik

ureter dan meningkatkan relaksasi

otot/mental

Menurunkan refleks spasme, dapat

menurunkan kolik dan nyeri.

Mungkin digunakan untuk menurunkan

edema jaringan untuk membantu gerakan

batu.

8 Pertahankan patensi kateter urine bila

diperlukan

Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan

risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi

Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter,

obstruksi mekanik dan peradangan.

No Intervensi Rasional

1 Awasi asupan dan haluaran,

karakteristik urine, catat adanya

keluaran batu

Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan

adanya komplikasi. Penemuan batu

memungkinkan identifikasi tipe batu dan

mempengaruhi pilihan terapi

2 Tentukan pola berkemih normal

klien dan perhatikan variasi yang

terjadi

Batu saluran kemih dapat menyebabkan

peningkatan eksitabilitas saraf sehingga

menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih

segera. Biasanya frekuensi dan urgensi

meningkat bila batu mendekati pertemuan

uretrovesikal.

3 Dorong peningkatan asupan

cairan.

Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri,

darah, debris dan membantu lewatnya batu

4 Observasi perubahan status Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan

Page 65: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

mental, perilaku atau tingkat

kesadaran

elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP

5 Pantau hasil pemeriksaan

laboratorium (elektrolit, BUN,

kreatinin)

Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit

menjukkan disfungsi ginjal

6 Berikan obat sesuai indikasi:

Asetazolamid (Diamox),

Alupurinol (Ziloprim)

Hidroklorotiazid (Esidrix,

Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)

Amonium klorida, kalium atau

natrium fosfat (Sal-Hepatika)

Agen antigout mis: Alupurinol

(Ziloprim)

Antibiotika

Natrium bikarbonat

Asam askorbat

Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk

menurnkan pembentukan batu asam.

Mencegah stasis urine ddan menurunkan

pembentukan batu kalsium.

Menurunkan pembentukan batu fosfat

Menurnkan produksi asam urat.

Mungkin diperlukan bila ada ISK

Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi

selama pembuangan bikarbonat dan atau

alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan

batu.

Mengasamkan urine untuk mencegah

berulangnay pembentukan batu alkalin

7 Pertahankan patensi kateter tak

menetap (uereteral, uretral atau

nefrostomi).

Mungkin diperlukan untuk membantu

kelancaran aliran urine.

8 Irigasi dengan larutan asam atau

alkali sesuai indikasi

Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan

batu dan mencegah pembentukan batu

selanjutnya

9 Siapkan klien dan bantu prosedur

endoskopi

Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan

untuk mengeluarkan batu.

Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan

pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

No Intervensi Rasional

1 Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan

Page 66: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

ginjal.

2 Catat insiden dan karakteristik

muntah, diare.

Mual/muntah dan diare secara umum

berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf

ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal

dengan lambung.

3 Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari Mempertahankan keseimbangan cairan untuk

homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya

membilas batu keluar.

4 Awasi tanda vital Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan

kebutuhan intervensi.

5 Timbang berat badan setiap hari Peningkatan BB yang cepat mungkin

berhubungan dengan retensi.

6 Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan

elektrolit.

Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.

7 Berikan cairan infus sesuai program

terapi.

Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan

per oral tidak cukup)

8 Kolaborasi pemberian diet sesuai

keadaan klien

Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas

saluran cerna, mengurangi iritasi dan

membantu mempertahankan cairan dan

keseimbangan nutrisi.

9 Berikan obat sesuai program terapi

(antiemetik misalnya Proklorperasin/

Campazin).

Antiemetik mungkin diperlukan untuk

menurunkan mual/muntah.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan

atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang

akurat/lengkapnya informasi yang ada.

No Intervensi Rasional

1 Tekankan pentingnya memperta-

hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari

Pembilasan sistem ginjal menurunkan

kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan batu.

2 Kaji ulang program diet sesuai Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan

Page 67: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

indikasi tipe batu yang ditemukan

3 Diet rendah purin Idem

4 Diet rendah kalsium Idem

5 Diet rendah oksalat Idem

6 Diet rendah kalsium/fosfat Idem

7 Diskusikan program obat-obatan,

hindari obat yang dijual bebas

Idem.

8 Jelaskan tentang tanda/gejala yang

memerlukan evaluasi medik (nyeri

berulang, hematuria, oliguria)

Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk

mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine

tergantung penyebab dasar pembentukan batu

9 Tunjukkan perawatan yang tepat

terhadap luka insisi dan kateter bila

ada

Meningkatakan kemampuan rawat diri dan

kemandirian.

4). Implementasi Keperawatan

Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa pun

yang telah anda lakukan pada pasien.

5). Evaluasi Keperawatan

Evalusi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan pasien mulai membaik. Hentikan tindakan.

Sebaliknya, jika keadaan pasien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.

Page 68: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan                                       

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya adalah:

1. Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)

pada ureter atau pada daerah ginjal. Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi)

adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa

menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.

2. Faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik.

3. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat,

asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang

komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan

timbulnya batu residif.

4. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi

ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV.

5. Terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala.  Batu di dalam kandung kemih bisa

menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis

maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik

yang hebat).

Page 69: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Uro

6. Asuhan Keperawatan pada pasien batu ginjal dimulai dari pengkajian sampai tahap

evaluasi.

B.    Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat

berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.medicastore.com/images/batu_ginjal&imgrefurl

http://fund0c.multiply.com/journal/item/101&usg

www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/batu-ginjal.htm

http://mediailmukeperawatan-susanto.blogspot.com/2009/03/askep-batu-ginjal.html