Asuhan Keperawatan Emphysema

download Asuhan Keperawatan Emphysema

of 34

Transcript of Asuhan Keperawatan Emphysema

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    1/34

    1

    Kata Pengantar

    Puji syukur kami panjatkn Atas segala kebesaran Tuhan yang maha Esa,yang

    senantiasa menemani kami disetiap waktui sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

    dari dosen pengampu Bapak H. Imanuddin S.Kep,Ners. Dengan kebersamaan dalam

    kelompok kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, namun kami merasa

    dalam makalah ini masih banyak kekurangan,dan kami berharap askep ini dapat

    menambah ilmu pengetahuan bagi yang telah membacanya.

    Kami hanya hamba yang lemah,penuh kekurangan dan tak lepas dari

    kesalahan. Hanya kata maaf yang dapat kami sampaikan,dan kami mengharapkan

    saran serta masukan dari para pembaca agar memberikan motivasi untuk dapat

    mengerjakan askep untuk lebih baik,sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.

    Banjarmasin, 23 Desember 2010

    Tim penyusun

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    2/34

    2

    DAFTAR ISI

    Kata pengatar..1

    Daftar isi.2

    Bab I Pendahuluan3

    A. Latar belakang3B. Tujuan.....4C. Manfaat.......4

    Bab III Tinjauan Pustaka....5

    A. Pengertian...5B. Klasifikasi...6C. Etiologi...7D. Manifestasi kliniks..9E. Patofisiologi.......10F. Komplikasi.....11G. Pemeriksaan diagnostic.12H. Mendiagnosa emfisema.14I. Pemeriksaan fisik..14J. Penatalaksanaan medis..15

    Bab III Asuhan Keperawatan.......19

    Bab IV Penutup32

    A. Kesimpulan...32B. Saran ....32

    Daftar Pustaka..33

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    3/34

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangEmphysema adalah kondisi abnormal paru-paru di mana pasien tidak

    dapat mengeluarkan udara dari paru-parunya. Sering dikenal sebagai penyakit

    paru obstruktif kronik (PPOK), Emphysema disebabkan oleh terdapatnya

    bahan kimia beracun, termasuk jangka panjang paparan asap tembakau.

    Untuk memahami lebih lanjut tentang Emphysema, marilah kita mencoba

    untuk memahami anatomi paru-paru manusia.

    Paru-paru adalah organ utama yang bertanggung jawab atas penarikan

    dan pengeluaran udara yang kita hirup. Paru-paru terdiri dari anggur seperti

    cluster disebut alveoli, yang membantu dalam bergabung dengan saluran

    udara yang disebut bronchioles. Struktur yang unik ini membuat paru-paru

    sangat elastis dan karena itu membantu proses pernapasan, di mana oksigen

    masih dipertahankan dalam tubuh dan diberikan ke darah, sedangkan karbon

    dioksida dikeluarkan.

    Pada Emphysema, yang bronchioles rusak dan ini mengurangi

    elastisitas paru-paru. Karena paru-paru ini bisa kaku dan tidak bisa

    mengeluarkan karbon dioksida yang tidak diinginkan dari tubuh. Hal ini

    menyebabkan meresapnya karbon dioksida dalam paru-paru dan kemudian

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    4/34

    4

    akan membesar. Kadang-kadang, pembesaran cukup berat bisa menyebabkan

    paru-paru pecah.

    Emphysema adalah kondisi yang ireversibel berlangsung perlahan

    selama bertahun-tahun dan menyebabkan banyak gangguan kesehatan.

    Sekitar 13 juta orang menderita gangguan kronis ini setiap tahun.

    B. TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah

    a. Mengetahui dan memahami tentang proses penyakit, pengertian,penyebab, pengobatan dan perawatan dari Empisema.

    b. Mengetahui dan memahami pengkajian yang dilakukan, masalahkeperawatan yang muncul, rencana keperawaatan dan tindakan

    keperawatan yang diberikan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan.

    C. ManfaatManfaat penulisan makalah ini adalah sebagai tambahan referensi

    khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose

    emphysema.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    5/34

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. PengertianEmpisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan

    melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal,

    yang disertai kerusakan dinding alveolus. (The American Thorack society

    1962) atau perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran

    dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar.

    Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku

    mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi.(Kus

    Irianto.2004.216).

    Emfisema merupakan morfologik didefisiensi sebagai pembesaran

    abnormal ruang-ruang udara distal dari bronkiolus terminal dengan desruksi

    dindingnya.(Robbins.1994.253).

    Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas

    paru dan luas permukaan alveoli.(Corwin.2000.435).

    Emfisema adalah istilah, progresif-penyakit panjang dari paru-paru

    yang terutama menyebabkan sesak napas.(Wikepidia, 2010).

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    6/34

    6

    B. Klasifikasi

    Terdapat 2 (dua) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan

    berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru-paru :

    1. Panlobular (Emfisema Panlobular / PLE),PLE terjadi akhibat kerusakan bronkus pernapasan, duktus alveolar,

    dan alveoli. Semua ruang udara di dalam lobus sedikit banyak membesar,

    dengan sedikit penyakit inflamasi. Panlobular merupakan bentuk

    morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal dari

    bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara

    merata.

    PLE ini mempunyai gambaran khas yaitu tersebar merata diseluruh

    paru-paru, ciri khasnya yaitu memiliki dada yang hiperinflasi dan ditandai

    oleh dispnea saat aktivitas, dan penurunan berat badan. PLE juga

    ditemukan pada sekelompok kecil penderita emfisema primer, Tetapi

    dapat juga dikaitkan dengan emfisema akibat usia tua dan bronchitis

    kronik. Penyebab emfisema primer ini tidak diketahui, tetapi telah

    diketahui adanya devisiensi enzimalfa 1-antitripsin. Alfa-antitripsin adalah

    anti protease. Diperkirakan alfa-antitripsin sangat penting untuk

    perlindungan terhadap protease yang terbentuk secara alami( Cherniack

    dan cherniack, 1983).

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    7/34

    7

    2. Sentrilobular (CLE)CL

    E adalah perubahan patologi terutama terjadi pada pusat lobus

    sekunder, dan perifer dari asinus tetap baik. Seringkali terjadi kekacauan

    rasio perfusi-ventilasi, yang menimbulkan hipoksia, hiperkapnia

    (peningkatan CO2 dalam darah arteri), polisitemia, dan episode gagal

    jantung sebelah kanan. Kondisi mengarah pada sianosis, edema perifer,

    dan gagal napas.

    CLE ini secara selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus

    respiratorius. Dinding-dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan

    akhirnya cenderung menjadi satu ruang. Mula-mula duktus alveolarisyang

    lebih distal dapat dipertahankan penyakit ini sering kali lebih berat

    menyerang bagian atas paru-paru, tapi cenderung menyebar tidak merata.

    CLE lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan dengan bronchitis

    kronik, dan jarang ditemukan pada mereka yang tidak merokok (Sylvia A.

    Price 1995).

    C. Etiologi

    Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu :

    1. RokokRokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia

    pada jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan

    hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bromkus. Secara patologis

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    8/34

    8

    rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan

    metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan.

    2. PolusiPolutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden

    dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah

    yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau,

    dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag

    alveolar.

    3. InfeksiInfeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat.

    Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan

    asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada

    akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.

    4. GenetikAda kecenderungan genetik pada emphysema. Kondisi yang relatif jarang

    yang dikenal sebagai kekurangan alpha 1-antitrypsin adalah kekurangan

    genetik dari kimia yang melindungi paru dari kerusakan oleh proteases.

    5. Faktor Sosial EkonomiEmfisema lebih banyak didapat pada golongan social ekonomi rendah,

    mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan

    factor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

    6. Hipotesis Elastase-Anti Elastase

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    9/34

    9

    Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan

    anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan

    keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru

    akan berubah dan timbul emfisema.

    7. PenuaanEmphysema adalah juga komponen dari penuaan (aging). Ketika paru-

    paru menua, sifat-sifat elastisnya berkurang, dan tegangan-tegangan yang

    berkembang dapat berakibat pada area-area yang kecil dari emphysema.

    Penyebab-penyebab yang kurang umum lain dari emphysema termasuk:

    1. Penggunaan obat intravena dimana beberapa dari additive-additive yangbukan obat seperti tajin jagung dapat beracun pada jaringan paru

    2. Kekurangan-Kekurangan imun dimana infeksi-infeksi sepertiPneumocystis jiroveci dapat menyebabkan perubahan-perubahan

    peradangan dalam paru

    3. Penyakit-penyakit jaringan penghubung (Ehlers-Danlos Syndrome,Marfan syndrome) dimana jaringan elastis yang abnormal dalam tubuh

    dapat menyebabkan kegagalan alveoli

    D. Manifestasi KlinisEmfisema paru adalah suatu penyakit menahun, terjadi sedikit demi

    sedikit bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok berumur 15-

    25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    10/34

    10

    kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada

    umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan spirometri.

    Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal, yang dapat menyebabkan

    kegagalan nafas dan meninggal dunia.

    Pada pengkajian fisik didapatkan :

    1. Dispnea2. Pada inspeksi: bentuk dada burrel chest3. Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan penggunaan

    otot-otot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid)

    4. Pada perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidangparu.

    5. Pada auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, danperpanjangan ekspirasi

    6. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan umum7. Distensi vena leher selama ekspirasi.

    E. PatofisiologiEmfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai

    perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat

    menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian tau seluruhparu.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    11/34

    11

    Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari

    obstrusi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana

    pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari

    pemasukannya. Dalam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang

    bertambah di sebelah distal dari alveolus.

    Pada emfisema terjadi penyempitan saluran nafas, penyempitan ini

    dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan sesak, penyempitan saluran

    nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.

    Karena dinding alveoli terus mengalami kerusakan, area permukaan

    alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang,

    menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran

    gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen sehingga

    mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbon

    dioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbon

    dioksida dalam darah arteri dan menyebabkan asidosis respiratoris.

    Sekresi meningkat dan tertahan menyebabakan individu tidak mampu

    untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi

    akut dan kronis dengan demikian menetap dalam paru-paru yang mengalami

    emfisema.

    F. Komplikasi1. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan2. Daya tahan tubuh kurang sempurna

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    12/34

    12

    3. Tingkat kerusakan paru semakin parah4.

    Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas

    5. Pneumonia6. Atelaktasis7. Pneumothoraks8. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.

    G. Pemeriksaan diagnostik

    1. Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnyadiafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda

    vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler

    (bronkitis), hasil normal selama periode remisi (asma).

    2. Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untukmenentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk

    memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis.,

    bronkodilator.

    3. TLC: peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang pada asma;penurunan emfisema

    4. Kapasitas inspirasi: menurun pada emfisema5. Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkitis kronis, dan asma6. FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat

    menurun pada bronkitis dan asma

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    13/34

    13

    7. GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis

    h.Bronkogram: dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada

    inspirasi, kollaps bronkial pada ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran

    duktus mukosa yang terlihat pada bronkitis

    8. JDL dan diferensial: hemoglobin meningkat (emfisema luas), peningkataneosinofil (asma)

    9. Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dandiagnosa emfisema primer

    10.Sputum: kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasipatogen; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan

    alergi

    11.EKG: deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat); disritmiaatrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF

    (bronkitis, emfisema); aksis vertikal QRS (emfisema)

    12.EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru,mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi

    program latihan

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    14/34

    14

    H. Mendiagnosa Emphysema

    Seperti kasus dengan kebanyakan penyakit-penyakit, dokter akan

    mengambil sejarah yang teliti untuk mempelajari tentang gejala-gejala paru

    dan pernapasan. Untuk format pertanyaan yang dibuat adalah :

    1. Telah berapa lama hadirnya sesak napas ?2. Apa yang membuatnya lebih baik ?3. Apa yang membuatnya lebih buruk ?4. Apakah ada infeksi baru-baru ini ?5. Apakah gejala-gejalanya menjadi lebih parah ?6. Apakah pasien merokok ?7. Apakah pasien terpapar pada asap rokok tangan kedua atau uap-uap atau

    asap-asap beracun lainnya ?

    8. Apakah ada sejarah penyakit paru keluarga ?I. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik akan berkonsentrasi pada penemuan-penemuan

    paru, namun mungkin juga termasuk sistim jantung dan sirkulasi.

    1. Apakah ada peningkatan kecepatan pernapasan ?2. Apakah pasien sesak napas hanya duduk di kamar pemeriksaan ?3. Apakah pasien meggunakan otot-otot aksesori untuk bernapas, sebagai

    tambahan pada otot-otot tulang rusuk dan diafragma ?

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    15/34

    15

    4. Apakah rongga dada membesar atau berbentuk tong ?5.

    Apakah rongga dada bunyinya lebih bergema daripada ia seharusnya ?

    6. Apakah pernapasan keluar memakan waktu lebih lama daripada iaseharusnya ?

    7. Apakah gerakan dari diafragma berkurang ?8. Apakah pasien cyanotic (mempunyai warna biru pada kulit yang

    menandakan kekurangan oksigen dalam darah) ?

    9. Dengar pada paru-paru, apakah mencuit-cuit hadir, terutama jika pasiendiminta untuk menghembuskan napas secara cepat ?

    J. Penatalaksanaan Medis1. Bronkodilator

    Bronchodilators digunakan untuk mengendurkan otot-otot halus

    yang mengelilingi bronchioles dan mengizinkan tabung-tabung pernapasan

    untuk melebar/membesar dan mengizinkan lebih banyak aliran udara.

    Obat-obat ini dapat dihirup menggunakan MDI (metered dose inhaler),

    powder inhaler devices, atau nebulizer machine. Obat-obat ini dapat

    bekerja jangka pendek atau panjang. Baru-baru ini, propellant (bahan

    pembakar) untuk MDIs , chlorofluorocarbons (CFCs) telah dihilangkan

    dari pasar karena efek dari agen-agen ini pada lapisan ozone di

    atmosphere. Propellants ini telah digantikan dengan hydrofluoric alkanes

    (HFAs).

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    16/34

    16

    Bronchodilators yang bekerja singkat termasuk agen-agen albuterol

    (Ventolin HFA, Proventil HFA, dan Pro Air) dan agen anticholinergic,

    ipratropium bromide (Atrovent).

    Sebagai sampingan, dahulu pasien-pasien telah diinstruksikan untuk

    menghitung jumlah dari tiupan-tiupan yang digunakan dari alat-alat ini

    atau "mengapungkan" penghirup dalam air untuk menentukan jumlah obat

    tersisa yang tersedia. Alat-alat HFA tidak dapat diapungkan, dan

    menghitung jumlah dari tiupan-tiupan adalah metode satu-satunya yang

    tersedia untuk menentukan kehadiran yang terus menerus dari obat. Satu

    alat, Ventolin HFA, mempunyai penghitung didalamnya. Adalah penting

    untuk mengerti bahwa kehadiran semata-mata dari propellant yang datang

    dari penghirup tidak perlu berarti bahwa obatnya hadir.

    Agen-agen yang bekerja lama termasuk salmeterol (Serevent),

    formoterol (Foradil) dan tiotropium (Spiriva). Sering bronchodilator yang

    bekerja lama digunakan untuk mengontrol gejala-gejala dari emphysema

    sebagai terapi pemeliharaan, dan yang bekerja singkat digunakan ketika

    gejala-gejala menyala atau timbul (terapi pertolongan). Adalah penting

    bahwa pasien mengetahui obat mana yang diresepkan, karena penghirup-

    penghirup (inhalers) yang bekerja lama tidak dapat digunakan untuk

    pertolongan karena timbulnya aksi yang tertunda.

    2. Terapi Aerosol

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    17/34

    17

    Aerosolisasi dari bronkodilator salin dan mukolitik sering kali

    digunakan untuk membantu dalam bronkodilatasi.

    Aerosol yang dinebuliser menghilangkan brokospasme, menurunkan

    edema mukosa, dan mengencerkan sekresi bronchial. Hal ini memudahkan

    proses pembersihan bronkiolus, membantu mengendalikan proses

    inflamasi, dan memperbaiki fungsi ventilasi.

    3. Pengobatan InfeksiPasien dengan emfisema rentan terjadap infeksi paru dan harus

    diobati pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi. Terapi antimikroba

    dengan tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin, atau trimetroprim-

    sulfametoxazol biasanya diresepkan.

    4. KortikosteroidDigunakan setelah tindakan lain untuk melebarkan bronkiolus dan

    membuang sekresi. Prednison biasanya diresepkan. Karena kebanyakan

    pasien-pasien tidak mempunyai emphysema yang murni dan biasanya juga

    mempunyai komponen-komponen lain dari COPD, terapi yang

    digabungkan seringkali diresepkan yang termasuk bronchodilator yang

    bekerja lama dan corticosteroid yang dihirup.

    Kortikosteroid yang dihirup atau inhaled corticosteroid (ICS)

    membantu menekan komponen-komponen yang meradang dari COPD.

    Agen-agen ini seperti Advair, yang adalah campuran dari salmeterol

    (Serevent) dan fluticasone (Flovent), ICS, lebih jauh menyederhanakan

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    18/34

    18

    perawatan ke alat penghirup tunggal. Studi-studi telah dilakukan di Eropa

    pada agen yang serupa, Symbicort [kombinasi dari formoterol (Foradil)

    dan budesonide (Pulmicort), ICS yang lain], dan sekarang ini dalam

    perjalanan di Amerika.

    Banyak pasien-pasien dengan emphysema perlu hanya meminum

    steroids ketika gejala-gejalanya menyala (timbul), namun yang lain-lain

    memerlukan terapi harian. Corticosteroids mempunyai aksi yang langsung

    pada jaringan paru. Penyerapan kedalam aliran darah adalah minimal.

    Prednisone, corticosteroid oral, dapat diminum sebagai tambahan pada

    steroid yang dihirup jika lebih jauh efek-efek anti peradangan diperlukan.

    Pada situasi-situasi darurat, corticosteroids mungkin disuntikan secara

    intravena.

    5. OksigenasiTerapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien

    dengan emfisema berat.Ketika penyakit berlanjut, pasien-pasien mungkin

    memerlukan suplemen oksigen untuk mampu berfungsi. Seringkali ia

    mulai dengan penggunaan malam hari, kemudian dengan latihan/olahraga,

    dan ketika penyakit memburuk, keperluan untuk menggunakan oksigen

    selama seharian untuk aktivitas-aktivitas rutin meningkat.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    19/34

    19

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    I. PENGKAJIAN

    A. Aktivitas/istirahat

    y Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untukmelakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas,

    ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi,

    dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.

    y Tanda: Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilanganmassa otot.

    B. Sirkulasiy

    Gejala: Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

    y Tanda: Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/takikardiaberat, disritmia, distensi vena leher (penyakit berat), edema dependen,

    bunyi jantung redup, warna kulit/membran mukosa: normal atau abu-

    abu/ sianosis; kuku tabuh dan sianosis perifer, pucat dapat

    menunjukkan anemia.

    C. Integritas egoy Gejala: Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup.y Tanda: Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    20/34

    20

    D.

    Makanan/cairan

    y Gejala: Mual/muntah, napsu makan buruk/anoreksia,ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan, penurunan

    berat badan menetap.

    y Tanda: Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunanberat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan.

    E. Higieney Gejala: Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan

    melakukan aktivitas sehari-hari.

    y Tanda: Kebersihan buruk, bau badan.F. Pernapasan

    y Gejala: Napas pendek khususnya pada kerja, lapar udara kronis, batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada

    saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun

    sedikitnya 2 tahun, episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak

    produktif pada tahap dini meskipun dapat menjadi produktif, riwayat

    pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernapasan

    dalam jangka panjang, faktor keluarga dan keturunan, mis: defisiensi

    alfa-antitripsin, penggunaan oksigen pada malam hari atau terus

    menerus.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    21/34

    21

    y Tanda: Pernapasan: biasanya cepat, dapat lambat; fase ekspirasimemanjang dengan mendengkur, napas bibir, penggunaan otot bantu

    pernapasan, dada: dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian

    diameter AP (bentuk-barrel); gerakan diafragma minimal, bunyi

    napas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi, perkusi: hipersonan

    pada area paru, kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata

    sekaligus, warna: pink puffer karena warna kulit normal meskipun

    pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernapasan cepat, tabuh pada

    jari-jari.

    G. Keamanany Gejala: Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor

    lingkungan, adanya/berulangnya infeksi.

    H.

    Seksualitas

    y Gejala: Penurunan libido.I. Interaksi sosial

    y Gejala: Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung,kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit

    lama atau ketidakmampuan membaik.

    y Tanda: Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suarakarena distres pernapasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian

    hubungan dengan anggota keluarga lain.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    22/34

    22

    J.

    Penyuluhan/pembelajaran

    y Gejala: Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitanmenghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur, kegagalan

    untuk membaik.

    y Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 5,9 hari.y Rencana pemulangan: Bantuan dalam berbelanja, transportasi,

    kebutuhan perawatan diri, perawatan rumah/mempertahankan tugas

    rumah, perubahan pengobatan/program terapeutik.

    II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.

    2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi lendir.

    3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia.

    4. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya

    pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

    5. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan.

    6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit yang

    dideritanya.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    23/34

    23

    III. INTERVENSI

    1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.

    Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

    adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala

    distres pernapasan.

    Intervensi:

    1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot

    aksesori, napas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang.

    R/ Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau

    kronisnya proses penyakit.

    2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi

    yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau

    napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.

    R/ Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi

    dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea,

    dan kerja napas.

    3) Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan. Dapat diberikan

    peroral, IV, rektal, atau inhalasi. Berikan bronkodilator oral atau

    IV pada waktu yang berselingan dengan tindakan nebuliser,

    inhaler dosis terukur, atau IPPB untuk memperpanjang

    keefektifan obat. Observasi efek samping: takikardia, disritmia,

    eksitasi SSP, mual dan muntah.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    24/34

    24

    R/ Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan membantu melawan

    edema mukosa bronkial dan spasme muskular. Karena efek

    samping dapat terjadi pada tindakan ini, dosis obat disesuaikan

    dengan cermat untuk setiap pasien, sesuai dengan toleransi dan

    respons klinisnya.

    4) Evaluasi efektivitas tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau

    IPPB. Kaji penurunan sesak napas, penurunan mengi atau krekels,

    kelonggaran sekresi, penurunan ansietas. Pastikan bahwa tindakan

    diberikan sebelum makan untuk menghindari mual dan untuk

    mengurangi keletihan yang menyertai aktivitas makan.

    R/ Mengkombinasikan medikasi dengan aerosolized bronkodilator

    nebulisasi biasanya digunakan untuk mengendalikan

    bronkokonstriksi. Pemberian tindakan yang tidak tepat akan

    mengurangi keefektifannya. Aerolisasi memudahkan klirens

    bronkial, membantu mengendalikan proses inflamasi, dan

    memperbaiki fungsi ventilasi.

    5) Instruksikan dan berikan dorongan pada pasien pada pernapasan

    diafragmatik dan batuk yang efektif.

    R/ Teknik ini memperbaiki ventilasi dengan membuka jalan napas &

    membersihkan jalan napas dari sputum. Perbaikan pertukaran gas.

    6) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA

    dan toleransi pasien.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    25/34

    25

    R/ Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.

    2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi lendirl.

    Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/

    jelas.

    Intervensi:

    1) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi

    jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara,

    sebagai pengganti makan.

    R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah

    pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme

    bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster

    dan tekanan pada diafragma.

    2) Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan

    diafragmatik dan batuk.

    R/ Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk

    menghasilkan sekresi tanpa menyebabkan sesak napas dan

    keletihan.

    3) Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebuliser ultranik, humidifier

    aerosol ruangan.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    26/34

    26

    R/ Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah

    pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah

    pembentukan mukosa tebal pada bronkus.

    4) Bantu pengobatan pernapasan, mis: IPPB, fisioterapi dada.

    R/ Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang

    banyaknya sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen

    dasar paru.

    5) Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan

    pada dokter dengan segera: peningkatan sputum, perubahan dalam

    warna sputum, peningkatan kekentalan sputum, peningkatan napas

    pendek, rasa sesak di dada, keletihan, peningkatan batuk.

    R/ Infeksi pernapasan minor yang tidak memberikan konsekuensi

    pada individu dengan paru-paru yang normal dapat menyebabkan

    gangguan fatal. Pengenalan diri sangat penting.

    6) Berikan antibiotik sesuai resep dokter.

    R/ Antibiotik untuk mencegah atau mengatasi infeksi.

    3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia.

    Tujuan: Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk

    meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.

    Intervensi:

    1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat

    kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    27/34

    27

    R/ Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea,

    produksi sputum, dan obat.

    2) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus

    untuk sekali pakai dan tisu.

    R/ Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama

    terhadap napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah

    dengan peningkatan kesulitan napas.

    3) Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah

    makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

    R/ Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan

    memberikan kesempatan meningkatkan masukan kalori total.

    4) Konsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk

    memberikan makanan yang mudah di cerna, secara nutrisi

    seimbang, mis: tambahan oral/selang, nutrisi parenteral.

    R/ Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada

    situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal

    dengan upaya minimal pasien/penggunaan energi.

    5) Kaji pemeriksaan laboratorium, mis: albumin serum, transferin,

    profil asam amino, besi, pemeriksaan keseimbangan nitrogen,

    glukosa, pemeriksaan fungsi hati, elektrolit. Berikan

    vitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    28/34

    28

    R/ Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan

    terapi nutrisi.

    4. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya

    pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

    Tujuan: Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.

    Intervensi:

    1) Ajarkan klien untuk mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik

    dengan aktivitas (mis: berjalan, membungkuk).

    R/ Akan memungkinkan klien untuk lebih aktif dan untuk

    menghindari keletihan yang berlebihan atau dispnea selama

    aktivitas.

    2) Berikan dorongan untuk mulai mandi sendiri, berpakaian sendiri,

    berjalan, dan minum cairan. Bahas tentang tindakan penghematan

    energi.

    R/ Sejalan dengan teratasinya kondisi, klien mampu melakukan lebih

    banyak namun perlu didorong untuk menghindari peningkatan

    ketergantungan.

    3) Ajarkan tentang drainase postural bila memungkinkan.

    R/ Memberikan dorongan untuk terlibat dalam perawatan dirinya,

    membangun harga diri dan menyiapkan klien untuk mengatasinya

    di rumah.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    29/34

    29

    5. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan.

    Tujuan: Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta

    dalam program rehabilisasi paru.

    Intervensi:

    1) Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat

    yang ditujukan pada klien.

    R/ Suatu perasaan harapan atau memberikan klien sesuatu yang

    dapat dikerjakan dan bukan sikap yang merasa kalah tidak

    berdaya.

    2) Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi gejala.

    R/ Aktivitas mengurangi ketegangan dan mengurangi tingkat dispnea

    sejalan dengan klien menjadi terkondisi.

    3) Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi

    bagi klien.

    R/ Relaksasi mengurangi stress dan ansietas serta membantu klien

    untuk mengatasi ketidakmampuannya.

    4) Daftarkan klien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia.

    R/ Program rehabilitasi paru telah menunjukkan dapat meningkatkan

    perbaikan subjektif status dan harga diri pasien juga

    meningkatkan toleransi latihan serta mengurangi hospitalisasi.

    5) Sarankan konseling vokasional untuk menggali kesempatan

    alternatif pekerjaan (jika memungkinkan).

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    30/34

    30

    R/ Modifikasi pekerjaan mungkin harus dibuat dan sumber-sumber

    yang sesuai digunakan untuk mencapai tujuan ini.

    6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit yang

    dideritanya.

    Tujuan: Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam

    program pengobatan.

    Intervensi:

    1) Bantu klien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan tujuan

    jangka pendek. Ajarkan klien tentang penyakit dan perawatannya.

    R/ Klien harus mengetahui bahwa ada rencana dan metode dimana ia

    memainkan peranan yang besar, pasien harus mengetahui apa

    yang diperkirakan. Mengajarkan klien tentang kondisinya adalah

    salah satu aspek yang paling penting dari perawatannya; tindakan

    ini akan menyiapkan klien untuk hidup dalam dan mengatasi

    kondisi serta memperbaiki kualitas hidup.

    2) Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok, berikan informasi

    tentang sumber-sumber kelompok.

    R/ Asap tembakau menyebabkan kerusakan pasti pada paru dan

    menghilangkan mekanisme proteksi paru-paru. Aliran udara

    terhambat dan kapasitas paru menurun.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    31/34

    31

    IV. EVALUASI

    1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

    dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres

    pernapasan.

    2. Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/ jelas.

    3. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan

    dan/atau mempertahankan berat yang tepat.

    4. Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.

    5. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta dalam

    program rehabilisasi paru.

    6. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

    pengobatan.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    32/34

    32

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KesimpulanSecara umum emfisema adalah suatu perubahan anatomis parenkim

    paru yang ditandai dengan pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris

    dan destruksi dinding alveolar yang terjadi sedikit demi sedikit selama

    bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok yang berkisar

    15-25 tahun.

    Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas

    kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif.

    Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan

    spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal, yang dapat

    menyebabkan kegagalan nafas dan meninggal dunia.

    B.SaranDemikian yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat bermanfaat

    bagi penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.Bagi

    para pembaca diharapkan dapat mengatur pola hidup sehat mulai dari

    sekarang seperti tidak merokok, menghidari linkungan polusi dan bila

    perlu dapat dilakukan vaksinasi.

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    33/34

    33

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2010. Askep Emphysema Paru.(http://www.ziddu.com diakses 20 desember

    2010).

    Anonim, 2010. Bahaya merokok.(http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?

    diakses 20 desember 2010).

    Anonim, 2010. Emphysema. (http://www.totalkesehatananda.com/ diakses 20

    desember 2010).

    Baughman,D.C & Hackley,J.C.2000. Keperawatan MedikalBedah. Jakarta : EGC

    Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan MedikalBedah Ed. 8 Vol 1. Jakarta:

    EGC:

    Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

    Doenges, Marilynn E. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman UntukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. Jakarta: EGC

    J.C.E. Underwood. 1999.Patologi Umum dan Sistematik Ed.2 Vol 2. Jakarta: EGC

    Khaidirmuhaj, 2010. A skep emfisema.(http://khaidirmuhaj.blogspot.com diakses 20

    desember 2010).

    Mills,John & Luce,John M.1993. GawatDarurat Paru-Paru. Jakarta : EGC

    Smeltzer, Suzanne. C, 1997, Buku AjarKeperawatan MedicalBedah, Edisi, EDISI8,

    EGC : Jakarta

    Soemarto,R.1994.Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya : RSUD Dr.Soetomo

    Supriono, 2010. A skep supriono. (http://askep-supriyono.blogspot.com diakses 20

    desember 2010).

    Wikepidia, 2010. Medicine pulmonary.(http://www.meddean.luc.edu/ diakses 20

    desember 2010).

  • 8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema

    34/34