Asuhan Keperawatan Bayi
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Bayi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. S
DENGAN HYPERBILIRUBINEMIA
Disusun Oleh :
Puryati
Rumah Sakit Bhakti YudhaJl. Raya Sawangan
(021) 7520082
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI SILVIANY
DENGAN HYPERBILIRUBINEMIA
A. PENGERTIAN
Hyperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau
tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg%
pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan
15 mg%.
Keadaan meningginya kadar bilirubun di dalam jaringan ekstravaskuler
sehingga terjadi perubahan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya.
B. BATASAN- BATASAN
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987) :
Timbul pada hari kedua-ketiga.
Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari.
Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %.
Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu.
2. Ikterus Patologis/ Hyperbilirubinemia
Menurut Tarigan ( 2003 ) suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus
kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar
Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang
bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
Menurut Surasmi ( 2003)
- Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
- Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap24jam.
- Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12
mg % pada neonatus cukup bulan.
- Ikterus disertai proses hemolisis ( inkontabilitas darah, defisiensi enzim G8PD
dan sepsis).
- Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu , asfeksia,
hypoksia, syndrome gangguan pernafasan, infeksi, hypoglikemia,
hyperkapnia, hypoosmolaritas darah.
3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus, hipokampus, nukleus
merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Adalah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup
bulan dengan ikterus berat ( bilirubin lebih dari 20 mg % ) dan disertai penyakit
hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus
secara klinis berbentuk kelainan syaraf spatis yang terjadi secara kronik.
C. ETIOLOGI
1. Peningkatan produksi:
Hemolisis, misal pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol
(steroid).
Kurangnya Enzim glukoronil transeferase , sehingga kadar bilirubin indirek
meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada hipo
albuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiazine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi ,
toksoplasmosis, syphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatic.
5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik misalnya pada ileus obstruktif
D. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan .
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin
pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau
pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar
Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu
Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama
ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larutdalam air tapi mudah larut
dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila
Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin
akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, Hipoksia, dan
Hipoglikemia (AH, Markum,1991).
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut Surasmi (2003 ) gejala hyperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:
1. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kern ikterus pada neonatus
adalah : letargi, tidak mau minum dan hypotonic.
2. Gejala kronik : tangisan yang melengking ( high pitch cry ) meliputi hipertonus dan
opistonus ( bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralisys serebral
dengan aletosis, gangguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia
dentalis).
Menurut Handoko ( 2003 ) gejala hyperbilirubin adalah : warna kuning ( ikterik ) pada
kulit, membrane mukosa dan bagian putih ( skelera ) mata terlihat pada saat kadar
bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l.
Penilaian ikterus menurut Kramer
Derajat
IkterusDaerah Ikterus
Perkiraan Kadar Bilirubin
Aterm Prematur
1. Kepala sampai leher 5,4 -
2. Kepala, badan sampai umbilikus 8,9 9,4
3. Kepala, badan, paha, sampai dengan lutut 11,8 11,4
4. Kepala, badan, ekstremitas sampai dengan
tangan dan kaki
15,8 13,3
F. KOMPLIKASI
Terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin pada
otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permukaan tidak jelas antara lain : bayi tidak
mau menghisap, letargi, mata berputar - putar, gerakan tidak menentu (involuntary
movements ), kejang tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan golongan darah ibu dan bayi.
2. Bila ibu mempuyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat
pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
3. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam pertama
kelahiran.
H. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubine mia. Pengobatan
mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi: Fototerapi, Transfusi Pengganti,
Infus Albumin dan Therapi Obat.
1. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti
untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus padacahaya dengan intensitas yang
tinggi (a bound of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan
menurunkan Bilirubin dalam kulit fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara
memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi.
Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak
terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari
jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin
berikatan dengan
Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan
diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh
Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat
dikeluarkan melalui urine. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan
peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan
Hemolisis dapat menyebabkan Anemia. Secara umum Fototherapi harus diberikan pada
kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari
1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan
mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi
Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2. Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah
merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera(kurang dari
2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan
antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus
diperiksa setiap hari sampai stabil.
3. Infus Albumin
Infus Albumin merupakan protein dalam plasma yang berfungsi mengikat
komponen darah sehingga memastikan cairan darah tidak bocor kedalam tubuh.
4. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan
pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan.
Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek
sampingnya (letargi). Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya
lewat urine sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.
I. ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN
Standar pengkajian bersifat sistematis dan komprehensif, akurat dan terns menerus
sehingga didapatkan data. Pengkajian dapat dilakukan melaui tehnik wawancara, inspeksi,
auskultasi, palpasi dan perkusi.Data yang harus dikaji pada bayi dengan hyperbilirubinemia
adalah:
1. Identitas / biodata.
2. Keluhan utama dan keluhan tambahan.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Prenatal : penyakit dan kebiasan ibu ( golongan darah ibu seperti Rh, ABO,
polisitemia, infeksi, hematoma, Obstruksi pencernaan ).
b. Natal:
Lahir ditolong oleh :bidan/dokter/dukun.
Umur kehamilan : cukup bulan, premature, post matur.
Posisi saat lahir: letak kepala, lintang, bokong, dll.
Cara melahirkan : spontan , SC, dengan alat.
Keadaan waktu lahir: segera menagis , tidak menagis, APGAR Skore.
c. Postnatal:
Kesehatan bayi : infeksi tali pusat, kelainan congenital.
Nutrisi : ASI/PASI.
Reflek fisiologis : moro .negative , rooting : ada/ tidak ada, walking : ada/ tidak
ada, walking : ada/ tidak ada, grafs/platar : ada/ tidak ada, suching : ada/ tidak ada,
tonic neck : ada/ tidak ada.
5. Pola kebiasaan / kebutuhan sehari - had.
a. Nutrisi : Riwayat perlambatan/ makan oral buruk.
b. Eliminasi : BAB : pasase mekonium mungkin lambat , feses mungkin lunak/ coklat
kehijauan selama pengeluaran bilirubin.BAK : urin gelap pekat, hitam kecoklatan
( syndrome bayi bronze ).
c. Kebersihan.
6. Pemeriksaan fisik
a. Ukuran : BB, PB, lingkar kepala,lingkar dada, lingkar lengan atas.
b. Tanda Vital : Pernafasan : riwayat asfiksia, krekles, suhu ; hyperthermia, nadi: cepat /
lemah.
c. Pemeriksaan umum head to toe berfokus pada :
Kepala : mungkin terdapat; sefalohematoa pada satu atau kedua tulang parietal
yang berhubungan dengan trauma/ kelahiran vakum, fontanel menonjol,
perdarahan intracranial.
Muka : oedema ada / tidak, vernix kaseosa ada / tidak.
Mata : simetris / tidak , bola mata ada/ tidak , mungkin terdapat : konjungtiva :
anemis, sklera : ikterik.
Telinga : simetris / tidak, daun telinga & lubang telinga : ada / tidak.
Mulut : labio palato schizis ada / tidak , mungkin terdapat : reflek menyusui
lemah, menangis lirih / menangis melengking.
Hidung : simetris / tidak , lubang hidung ada / tidak , mungkin terdapat :mucus
bercak merah muda menandakan : oedem pleural, hemoragi pulmonal.
Leher : pembesaran kelenjar tyroid ada / tidak.
Dada: puting susu simetris / tidak, retraksi dada ada / tidak.
Perut/ abdomen : ompalokel ada / tidak , mungkin terdapat : bising usus hypoaktif,
pembesaran linfa, hepar ( hepatosplenomegali ).
Tali pusat: segar / tidak segar.
Punggung : spina bifida ada/ tidak, mungkin terdapat; opistotonus dengan
kekakuan lengkung punggung.
Ektemitas : simetris / tidak / jari - jari lengkap / tidak ,mungkin terdapat : hidrops
fetalis, pallor konvulsi / aktifitas kejang (tahap krisis), lemah , iritabelitas.
Kulit: Warna ikterik, ekimosis, petekie, kulit hitam kecoklatan .
Otot: Letargi, Hipotonik, reflek tendo negtif.
Genetalia : laki - laki, perempuan, anus (positif / negative).
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Aktual
a. Defisit volume cairan dan elektrolit beibubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan, diare , fototherapi.
b. Hypertemi berhubungan dengan efek fototherapi
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hyperbilirubinemia, diare.
d. Ansietas / cemas ( orang tua / keluarga ) sehubungan dengan krisis situasi, therapi
yang diberikan pada bayi.
e. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai kondisi, prognosis dan
kebutuhan tindakan berhubungan dengan tidak mengenai sumber informasi.
2. Diagnosa Keperawatan Resiko
a. Resiko tinggi terhadap cedera (keterlibatan system syaraf pusat) berhubungan dengan
prematuritas, penyakit hemolitik, asfiksia,asidosis, hypoproteinemia, hypoglikemia.
b. Resiko tinggi terhadap cedera ( efek samping tindakan fototerapi ) berhubungan
dengan sifat fisik dari intervensi terapeutik , efek mekanisme regulasi.
c. Resiko tinggi terhadap cedera (komplikasi dari transfuse tukar) berhubungan dengan
prosedur invasive, profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.
K. RENCANA KEPERAWATAN
Terlampir
L. TINDAKAN KEPERAWATAN
Pada tahap pelaksanaan , perawat melaksanakan semua rencana tindakan
yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan keperawatan dapat bersifat mandiri dan
kolaburasi. Tindakan keperawatan mandiri dapat berupa observasi, memenuhi
kebutuhan dasar pasien dan pemberian edukasi kesehatan. Sedangkan tindakan
keperawatan yang bersifat kolaburasi, perawat melakukan tindakan pendelegasian
medis dan pemberian terapi pengobatan.
Sebelum melakukan tindakan keperawatan , perawat memastikan terlebih
dahulu alasan, efek yang diharapkan dan bahaya yang mungkin terjadi dari intervensi
yang akan dilakukan. Selain itu perawat menyediakan lingkungan yang kondusif saat
melakukan tindakan keperawatan dan mempertimbangkan intervensi mana yang dapat
digabungkan sehingga intervensi yang dilakukan efektif dan efisien.
M. EVALUASI
Evaluasi keperawatan dilakukan segera setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan ( formatif ) dan setelah perawat menyelesaikan seluruh asuhan
keperawatan selama satu shift ( sumatif ) melalui catatan perkembangan pasien.
Kegiatan evaluasi dilakukan untuk menilai apakah tujuan keperawatan tercapai sesuai
criteria hasil yang telah ditetapkan atau perlu modifikasi sampai tujuan yang
diharapkan tercapai.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PERINATOLOGI
Nama : Bayi Silviany
Tanggal Lahir : 16 Juni2015
No. Rekam Medis : 32 – 77 – 78
I. Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Keluhan Utama : Susah Minum
Seluruh Tubuh Tampak Kuning
II. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Natal
1. Lahir ditolong oleh : Dokter
2. Umur kehamilan : Cukup Bulan
3. Posisi saat lahir : Letak Lintang
4. Cara melahirkan : Sectio
5. Keadaan waktu lahir : Segera Menangis
6. Berat badan waktu lahir : 2.750 Gram
7. Tinggi badan waktu lahir : 49 Cm
b. Post Natal
1. Nutrisi
- ASI : Segera setelah lahir
III. Kebutuhan Sehari – Hari
a. Nutrisi
1. Jenis susu yang diberikan : ASI
2. Cara pemberian : Oral
3. Reflek hisap : Ada
b. Eliminasi
1. BAB : 1 Kali/hari
2. BAK : 7 Kali/hari
c. Kebersihan
1. Mandi : 2 Kali/hari
2. Jenis sabun yang digunakan : Johnson
IV. Pemeriksaan Fisik
a. Ukuran Pertumbuhan
1. Berat badan : 2.750 Gram
2. Tinggi badan : 49 cm
b. Tanda Vital
1. Suhu : 36,5 0C
2. Nadi : 140 Kali/Menit
3. Pernafasan : 40 Kali/Menit
c. Pemeriksaan Umum
1. Rambut : Hitam
2. Mata
- Bentuk dan gerakan mata : Simetris
- Conjungtive : Icterik
- Lensa : Jernih
- Kelopak Mata : Tidak Oedema
3. Hidung
- Secret : Tidak ada
- Penyumbatan : Tidak ada
4. Mulut
- Warna : Merah
- Lidah : Bersih
5. Telinga
- Pina : Simetris
- Liang : Bersih
6. Leher
- Gerakan leher : Normal
7. Perut
- Bentuk : Normal
8. Kulit
- Warna : Icterik
- Keadaan Kulit : Bersih
- Turgor Kulit : Elastis
9. Kuku
- Keadaan : Bersih, Utuh
10. Ekstremitas
- Bentuk : Normal
11. Genitalia
- Laki – laki : Normal
- Anus : Normal
V. Pemeriksaan Test Diagnostik
1. Hasil bilirubin 12,80 mg/dl
VI. Diagnosa Keperawatan
A. Analisa Data
NO. ANALISA DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS-
DO- Minum klien belum aktif
- Klien susah minum
Kurangnya intake
output
Devisite volume
cairan
2.
3.
DS-
DO- Nampak warna kuning
diseluruh permukaan tubuh
S : 36.50c
N : 140 x /menit
N : 40x/menit
DS-
DO- Warna kulit klien Nampak
kuning
- Kesetabilan suhu tubuh bayi
Dapat dipertahankan
Kelebihan bilirubin
inderek dalam tubuh
glen yang dapat masuk
kedalam jaringan otot
Adanya pemberian foto
terapi
Resiko terjadi
kern ikterik
Resiko terjadi
hipertermi
B. DIAGNOSA PERAWATAN
1. Devisit volume cairan dan elektrolit b.d tidak adekkuatnya intake cairan
2. Resiko terjadinya kern ikterik b.d berlebihan bilirubin indirek dalam tubuh klien
yang dapat masuk kedalam jaringan otak
3. Resiko terjadinya Hipertermi b.d adanya pemberian Phototherapy
C. Prioritas Masalah
1. Devisit volume cairan dan elektrolit b.d tidak adekkuatnya intake cairan
2. Resiko terjadinya kern ikterik b.d berlebihan bilirubin indirek dalam tubuh klien
yang dapat masuk kedalam jaringan otak
3. Resiko terjadinya Hipertermi b.d adanya pemberian Phototherapy
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Bayi Silviany
Nomer Rekam Medis : 32.77.78
Ruangan : Perinatologi
Tanggal Masuk : 22 Juni 2015
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan / InformasiTanda Tangan
& Nama Jelas
22-06-2015
I
Devisit volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan
DS : orang tua klien mengatakan
klien susah minum
DO : S : 36,5 0C
N : 140 x/mnt
RR : 40 x/mnt
Minum klien belum aktif
Minum Pasi 250 – 300 cc / hari
Urine warna kuning jernih
Turgor kulit elastis
Tujuan
- Devisit volume cairan dan
elektrolit tidak terjadi,
setelah dilakukan asuhan
keperawatan 1- 3 x 24
jam
Kriteria Hasil
- TTV dalam batas normal
- Intake output seimbang
- Monitor TTV (demam, takikardia
hypotensi)
- Monitor turgor kulit, kelembaban
mukosa kulit, bibir, lidah
- Monitor BB/hari
- Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
(sesuai indikasi)
- Beri penjelasan kepada orang tua
tentang kondisi dan tindakan yang
dilakukan
- Kolaborasi dengan dokter
Puryati
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Bayi Silviany
Nomer Rekam Medis : 32.77.78
Ruangan : Perinatologi
Tanggal Masuk : 22 Juni 2015
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan / InformasiTanda Tangan
& Nama Jelas
22-06-2015
III
Resiko hyphertermi ber-hubungan
dengan efek fototerapi
DS : Fototerapi 16 jam
DO : S : 36,5 0C
N : 140 x/mnt
RR : 40 x/mnt
Kulit terasa hangat
Kemerahan
Tujuan
- Hyphertermi tidak terjadi
setelah dilakukan asuhan
keperawatan 1-3 x 24 jam
Kriteria Hasil
- S : 36,5 0C – 37 0C
- RR : 30 – 60 x/mnt
- N : 110 – 160 x/mnt
- Kaji Faktor predisposisi dan presipitasi
terhadap hyperbilirubinemia
- Monitor suhu lingkungan
- Beri cairan adekuat
- Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
(sesuai indikasi)
- Beri kompres hangat jika diperlukan
- Kolaborasi dengan dokter
Puryati
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Bayi Silviany
Nomer Rekam Medis : 32.77.78
Ruangan : Perinatologi
Tanggal Masuk : 22 Juni 2015
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan / InformasiTanda Tangan
& Nama Jelas
22-06-2015
II
Resiko kern icteric berhubungan
dengan peningkatan bilirubin
DS : orang tua klien mengatakan
tubuh klien kuning
kepala,badan,ekstremitas
sampai denagan tangan dan
kaki
DO : S : 36,5 0C
N : 140 x/mnt
RR : 40 x/mnt
Hasil lab bilirubin 12,80 mg/dl
Tujuan
Resiko kern icteric tidak
terjadi setelah dilakukan
asuhan keperawatan 1-3 x 24
jam
Kriteria Hasil
- Warna kulit tidak icteric
- Hasil lab bilirubin normal
- Monitor tanda-tanda kejang
- Monitor TTV & KU
- Monitor Intake output
- Beri minum adekuat
- Monitor hasil pemeriksaan lab
Bilirubin total,bilirubin direk,bilirubin in
direk
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
fototerapi
Puryati
CATATAN BIDAN / PERAWAT
Nama Pasien : Bayi Silviany
Nomor Rekam Medis : 32.77.78
Ruangan : Perinatologi
Tanggal Masuk : 22 Juni 2015
Tanggal DP Waktu CatatanTangan
Tangan & Nama Jelas
22/06/2015 DP I 15.00 Klien datang dari UGD dengan keluhan susah
minum, tubuh kuning
Hasil lab : Bilirubin 12,80 mg/dl
Memperkenalkan diri ke keluarga bayi
Mengkaji keluhan bayi ke OT
Semenjak pulang dari RS, tidak mau minum.
Mengorientasikan fasilitas yang ada di ruangan
Advise dokter UGD
- phototherapy
- urdafak 2 x 1/20
Konsul ke dr.Sonny via telp tidak di angkat
Puryati
DP II 16.00 Menjelaskan ke keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
Ibu bayi menyusuinya
Memasang gelang bayi
Mempersiapkan Phototherapy
Melepas baju bayi
Memasang penutup mata bayi
Bayi di phototherapy
Ibu bayi pamit pulang
Puryati
DP III 17.00 Memonitor TTV
S : 36,5 0C
N : 140 x/mnt
RR : 40 x/mnt
Puryati
DP I 17.05 Lapor dr. Sony
Advice
- Phototherapy 16 jam
- Urdafak 2 x 1/20
Memberikan minum Pasi 30 cc
Mengganti Popok bayi BAK
Puryati
DP I 18.30 Mengganti Popok bayi BAB / BAK
Memberikan minum Pasi 20 cc
Puryati
DP I 19.00 Mengganti Popok bayi BAK Puryati
DP III 21.00 Operan jaga dengan dinas malam
K/U Bayi Tampak Sakit Sedang
Kes CM
Bayi sedang di Phototherapy
Puryati
DP II 21.40 Mengganti Popok bayi BAK Puryati
DP I,
III
22.00 Memberikan minum Pasi 30 cc
Memberikan terapi urdafak 1 bungkus
Puryati
DP II,
III
01.10 Mengganti Popok bayi BAK
Memberikan minum Pasi 30 cc
Puryati
DP I 03.00 Mengganti Popok bayi BAK
Memberikan minum Pasi 20 cc
Puryati
DP I 03.35 Mengganti Popok bayi BAK Puryati
DP I 04.15 Mengganti Popok bayi BAK
Memberikan minum Pasi 10 cc
Puryati
DP III 05.30 Mengganti Popok bayi BAK
Memonitor TTV
S : 36,7 0C
N : 150 x/mnt
RR : 40 x/mnt
Puryati
DP III 06.00 Memandikan Bayi
Merawat tali pusat
Puryati
DP I 06.16 Ibu bayi menyusuinya Puryati
23/06/2015 DP III 07.00 Operan jaga dengan Dinas Malam
Mengobservasi KU bayi tampak sakit sedang
Puryati
Ikterik (+)
Phototherapy (+)
Memberikan minum ASI 50 cc
DP II 08.00 dr.Sony Visit
Advice – teruskan
Puryati
DP II 09.00 Mengganti popok bayi BAB / BAK
Mengukur TTV
S : 36,7 0C
N : 136 x/mnt
RR : 40 x /mnt
Puryati
DP III 10.00 Memberikan terapi oral urdafak 1 bungkus Puryati
DP II 11.00 Memberikan minum Pasi 30 cc Puryati
DP III 14.00 Operan Jaga Dengan Dinas Pagi
K/U Bayi Tampak Sakit Sedang
Icteric berkurang
Phototherapy terpasang
Memangis kuat, reflek hisap aktif
Rencana besok check ulang bilirubin
Puryati
DP I 15.30 Mengganti popok bayi BAB / BAK
Memberikan minum Pasi 30cc
Puryati
DP II 16.30 Memonitor TTV
S : 36,6 0C
N : 140 x/mnt
RR : 42 x/mnt
Puryati
DP I, II 17.25 Mengganti popok bayi BAB / BAK
Memberikan minum Pasi 60cc
Puryati
DP I 17.50 Mengganti popok bayi BAB / BAK Puryati
DP I 20.00 Mengganti popok bayi BAB / BAK
Menyerahkan bayi ke ibunya untuk disusui
Puryati
DP II 21.00 Operan jaga dengan dinas sore
K/U bayi tampak sakit sedang
Kes cm
Bayi tampak tenang di phototherapy
Puryati
DP I 22.00 Mengganti popok bayi BAB / BAK Puryati
DP I, II 00.00 Memberikan minum Pasi 20 cc
Memberikan terapi oral urdafak 1 bungkus
Puryati
DP I 03.00 Memberikan minum Pasi 20 cc Puryati
DP III 05.00 Memonitor TTV
S : 37,4 0C
N : 132 x / mnt
RR : 40 x / mnt
Puryati
DP II 06.00 Memandikan bayi
Merawat tali pusat
Puryati
24/06/2015 DP I 07.00 Operan dengan dinas malem
K/U bayi tampak sakit sedang
Kes cm
dr. Sony visit
Advice :
- Urdafak 2 x 1/20
Hasil lab periksa pagi ini :
- Bilirubin total : 7,34 mg/dl
- Bilirubin direk : 0,24 mg/dl
- Bilirubin indirek : 7,1 mg/dl
Lapor dr. Sony hasil lab
Advice :
- BLPL
- Kontrol tanggal 27 Juni 2015
Puryati
DP II 09.00 Memonitor TTV
S : 36,8 0C
N : 112 x/mnt
RR : 32 x/mnt
Memberikan bayi ke ibunya untuk disusui
Puryati
11.30 Klien pulang administrasi lunas
Memberikan penyuluhan tentang hyperbilirubinmia
Kontrol ke Poli Anak tanggal 27/06/2015 jam 10.00
Puryati
CATATAN BIDAN / PERAWAT
Nama Pasien : Bayi SilvianyNomor Rekam Medis : 32.77.78Ruangan : PerinatologiTanggal Masuk : 22 Juni 2015
Tanggal DP Waktu CatatanTangan
Tangan & Nama Jelas
22/06/2015
I
S : OT Klien mengatakan susah minum
O : K/U sedang, Kes – Cm
S : 36.5 0C
N : 140 x/mnt
RR : 40 x/mnt
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Puryati
II
S : Fototerapi 16 jam
O : K/U sedang, Kes – Cm
S : 36.5 0C
N : 140 x/mnt
RR : 40 x/mnt
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Puryati
III
S : OT Klien mengatakan tubuh kuning
O : K/U sedang, Kes – Cm
A : masalah sedang diatasi
P : Intervensi dilanjutkan
Puryati
23/06/2015 I
S : -
O : K/U sedang, Kes – Cm
Reflek hisap kuat
S : 36.5 0C
N : 136 x/mnt
RR : 40 x/mnt
A : masalah teratasi
P : Intervensi stop
Puryati
II S : -
O : K/U sedang, Kes – Cm
Puryati
Badan teraba hangat
Kemerahan
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
III
S : -
O : K/U sedang, Kes – Cm
Tubuh bayi kuning berkurang
Bilirubin 12,80
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Puryati
24/06/2015
II
S : -
O : K/U sedang, Kes – Cm
Badan teraba hangat normal
Tidak kemerahan
A : masalah teratasi
P : Intervensi stop
Puryati
III
S : -
O : K/U sedang, Kes – Cm
Tubuh bayi sudah tidak tampak kuning
Bilirubin total : 7.34 mg/dl
Bilirubin direk : 0.24 mg/dl
Bilirubin indirek : 7.1 mg/dl
A : masalah teratasi
P : Intervensi stop
Puryati