ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “S”DI BIDAN …
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “S”DI BIDAN …
8
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “S”DI BIDAN
PRAKTEK MANDIRI NY “I” DESA PETERONGAN KECAMATAN
PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG
Novrinyngsi Selfiyanti Henderina Nenabu 1, Ardiyanti Hidayah2, Siti Nur Farida3. 123STIKES HUSADA JOMBANG
Email : [email protected]
ABSTRAK
Asuhan antenatal yang kurang optimal atau paripurna dapat
menimbulkan dampak atau komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir, dan keluarga berencana sehingga sangat penting untuk mendapatkan
pelayanan dari tenaga kesehatan, karena dengan begitu perkembangan kondisi
setiap saat akan terpantau dengan baik. Tujuan laporan tugas akhir ini adalah
memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, dan KB serta melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu
hamil dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan, SOAP dan
dokumentasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
continuity of care dengan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini termasuk rancangan penelitian studi kasus. Pendekatan penelitian yang dipakai
dalam penelitian ini adalah penelitian case study reseach. Objek penelitian dalam
penelitian ini adalah ibu hamil Ny “S” di Bidan Praktek Mandiri Ny “I” Desa
Peterongan Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Metode pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, dokumentasi serta melakukan penatalaksanaan asuhan dengan menggunakan
SOAP..
Hasil asuhan responden kehamilan 3 kali kunjungan, hasil asuhan
persalinan Ny S usia 35 tahun P3003 dengan bayi lahir normal, hasil asuhan nifas
dan bayi normal dengan 3 kali kunjungan dan asuhan KB dilakukan setelah 1
bulan (30 hari) pasca persalinan dengan pemilihan kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
Asuhan komprehensif pada Ny. S dari masa kehamilan sampai keluarga
berencana tidak terjadi kesenjangan antara teori dan fakta.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi Baru Lahir,
KB, Berhasil
9
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
PENDAHULUAN
Setiap kehamilan mempunyai
kemungkinan terjadi komplikasi atau
penyulit yang dapat membahayakan
ibu atau bayi, baik yang berupa
kesakitan maupun kematian
(Rochjati, 2015). Program
pembangunan kesehatan di Indonesia
dewasa ini masih diprioritaskan pada
upaya peningkatan derajat kesehatan
ibu dan anak, terutama pada
kelompok yang paling rentan
kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin,
dan bayi pada masa perinatal. Hal ini
ditandai dengan tingginya angka
kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) (Kemenkes RI,
2017). Asuhan antenatal yang kurang
optimal atau paripurna dapat
menimbulkan dampak atau
komplikasi pada kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan
keluarga berencana sehingga sangat
penting untuk mendapatkan
pelayanan dari tenaga kesehatan,
karena dengan begitu perkembangan
kondisi setiap saat akan terpantau
dengan baik (Marmi, 2016).
Menurut data World Health
Organization (WHO) 99% kematian
maternal terjadi di negara
berkembang. Angka kematian ibu
tidak bisa dielakkan menunjukkan
angka yang cukup tinggi, terhitung
pada tahun 2015 sekitar 303. 000
wanita didunia meninggal karena
kehamilan dan persalinan, angka ini
mengalami penurunan sebesar 43%
dari perkiraan 532.000 pada tahun
1990 (WHO, 2016).
Di Indonesia, berdasarkan
hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) tahun 2015 AKI
mengalami penurunan manjadi 305
per 100.000 kelahiran hidup (KH)
dibandingkan hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2015 yaitu AKI sebesar 359
per 100.000 KH. Hal ini menunjukan
status kesehatan ibu di Indonesia
masih dibawah harapan dimana
target Millennium Development
Goals (MDGs) yaitu tahun 2015 AKI
sebesar 102 per 100.000 KH. Target
MDGs dalam menurunkan AKB
pada tahun 2015 sebesar 23 per
1.000 KH, sedangkan AKB di
Indonesia berdasarkan hasil SUPAS
tahun 2015 mengalami penurunan
sebesar 22,23 per 1.000 KH
dibandingkan hasil SDKI tahun 2015
AKB sebesar 32 per 1000 KH
(Kemenkes R.I., 2017).
Berdasarkan pada
permasalahan tersebut pemerintah
membentuk program SDGs
(Sustainable Development Goals)
yang merupakan kelanjutan dari
MDGs (Millenium Development
Goals) yang berakhir pada tahun
2015. Menurut Kemenkes RI (2015),
terdapat 17 Tujuan SDGs yang salah
satu tujuannya adalah Sistem
Kesehatan Nasional yaitu pada Goals
ke 3 menerangkan bahwa pada 2030
mengurangi angka kematian ibu
hingga di bawah 70 per 100.000
kelahiran hidup, mengakhiri
kematian bayi dan balita yang dapat
dicegah, mengurangi sepertiga
kematian prematur akibat penyakit
tidak menular melalui pencegahan
dan perawatan, serta mendorong
kesehatan dan kesejahteraan mental
dan menjamin akses semesta kepada
pelayanan kesehatan seksual dan
10
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
reproduksi, termasuk keluarga
berencana (KB), informasi dan
edukasi, serta integrasi kesehatan
reproduksi ke dalam strategi dan
program nasional (Kemenkes RI,
2015). Sejumlah indikator dalam
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) juga
memerlukan revisi, seperti target
mengurangi Angka Kematian Ibu
melahirkan (AKI) hanya ditargetkan
hingga 306 per 100.000 kelahiran,
pada tahun 2019, dengan target ini
pemerintah Indonesia akan sulit
memenuhi target SDG yaitu pada
tahun 2030, mengurangi angka
kematian ibu, kurang dari 70 per
100.000 kelahiran hidup (UNICEF,
2019).
Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang tahun 2018 melaporkan
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
96,64 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab tertingginya didominasi
oleh Pre Eklamsia (PE) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 4,06
per 1.000 kelahiran hidup (sebanyak
84 bayi), penyebab tertingginya yaitu
asfiksia. Capaian K1 96,53% target
98%. Capaian K4 88,46% target
90%. Deteksi Resiko Tinggi oleh
Masyarakat 11,83% dan dideteksi
oleh Tenaga Kesehatan 24,06%.
Capaian Pertolongan Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan (PN) 92,94%
target 100%. Capaian Kunjungan
Nifas (KF) 91,63%. Capaian
Kunjungan Neonatal (KN) lengkap
96,26%. Capaian akseptor Keluarga
Berencana (KB) aktif 80,8% (Data
Dinkes dan Dinas KBPP Jombang,
2018).
Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2018 angka kematian
bayi (AKB) mencapai 24,00/1.000
KH. Di provinsi Jawa Timur pada
tahun 2017 AKB sebesar 23,6/1.000
KH. Pada tahun 2018 AKB menurun
sebesar 23,1/1.000 KH (Profil
Dinkes Jatim, 2018). Di Kabupaten
Jombang pada tahun 2017 sebesar
3,44/1.000 KH, pada tahun 2018
mengalami penurunan menjadi
4,06/1.000 KH (Dinkes Kabupaten
Jombang, 2018).
Pada tahun 2018 AKI
Provinsi Jawa Timur mencapai 522
per 100.000 kelahiran hidup. Angka
ini mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2017
yang mencapai 529 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab tertinggi
kematian ibu pada tahun 2018 adalah
terjadi pada masa nifas 0-42 hari
yaitu 281 orang (54%), 130 orang
(21%) dan 109 orang (21%) ketika
bersalin. Sedangkan AKB sebesar
428 per 1.000 angka kelahiran hidup.
Penyebab terbanyak kematian bayi
disebabkan akibat berat badan lahir
rendah (BBLR) yang mencapai 1.691
bayi (42%) dan sekitar 1.007 bayi
(25%) dikarenakan asfiksia serta 644
bayi (16%) akibat kelainan bawaan.
Capaian ibu hamil K1 97%. Capaian
K4 87,3% target 76%. Capaian PN
83,67%. Capaian KN lengkap
97,75% target 97%. Capaian
akseptor KB aktif 63,22% target
60% dan akseptor KB baru 10,4%
(Data Dinkes Prov. Jatim 2018).
Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang tahun 2018 melaporkan
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
11
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
96,64 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab tertingginya didominasi
oleh Pre Eklamsia (PE) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 4,06
per 1.000 kelahiran hidup (sebanyak
84 bayi), penyebab tertingginya yaitu
asfiksia. Capaian K1 96,53% target
98%. Capaian K4 88,46% target
90%. Deteksi Resiko Tinggi oleh
Masyarakat 11,83% dan dideteksi
oleh Tenaga Kesehatan 24,06%.
Capaian Pertolongan Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan (PN) 92,94%
target 100%. Capaian Kunjungan
Nifas (KF) 91,63%. Capaian
Kunjungan Neonatal (KN) lengkap
96,26%. Capaian akseptor Keluarga
Berencana (KB) aktif 80,8% (Data
Dinkes dan Dinas KBPP Jombang,
2018).
Data yang diperoleh dari
Puskesmas Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang untuk capaian
K1 630 orang (92,51%) dan capaian
K4 566 orang (83,1%). Jumlah ibu
hamil resiko tinggi oleh masyarakat
sebanyak 37 orang (27,2%),
sedangkan oleh tenaga kesehatan 161
orang (72,8%). Jumlah ibu bersalin
sebanyak 662 orang dan capaian
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan (PN) 589 orang (96%).
Capaian Kunjungan Nifas (KF) 583
orang (96%). Capaian Kunjungan
Neonatal (KN) lengkap 586 orang
(96%). Capaian akseptor Keluarga
Berencana (KB) aktif 4864 orang
(75%) dari jumlah PUS (Data
Puskesmas Peterongan, 2018).
Berdasarkan survey data di
Bidan Praktek Mandiri Ny “I” Desa
Peterongan Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang pada tahun
2019 kunjungan ibu hamil K1
sebanyak 55 orang ibu hamil,
sedangkan kunjungan K4 sebanyak
sebanyak 25 (45,5%) ibu hamil.
Yang bersalin di BPM Ny.”I”
sebanyak 40 ibu, sedangkan ibu
bersalin yang dirujuk sebanyak 11
orang harus dilakukan rujukan
karena preeklamsia berat 2, partus
lama fase aktif 4, panggul sempit 2
dan yang KPD 3 ibu. Dari 40 BBL
sebanyak 20 (50%) BBL yang
melakukan kunjungan (KN1) dan
Dari 40 ibu nifas sebanyak 36 (90%)
ibu yang melakukan kunjungan KF1.
Dari 40 ibu yang bersalin sebanyak
11 (27,5%) ibu menggunakan KB
IUD dan 10 (25%) ibu menggunakan
KB suntik 1 bulan, dan 5 (12.5%) ibu
menggunakan KB suntik 3 bulan dan
sebanyak 6 (15%) ibu menggunakan
KB pil, 5 (12,5 %) ibu menggunakan
KB Implant dan 3 (7.5%) ibu yang
belum ingin menggunakan KB (Data
BPM, 2019).
Upaya yang di lakukan
pemerintah untuk menurunkan AKI
dan AKB yaitu setiap ibu mampu
mengakses pelayanan kesehatan ibu
yang berkualitas seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi,
perawatan khusus dan rujukan jika
mengalami komplikasi, serta
pelayanan keluarga berencana
(Kemenkes R.I., 2017). Selain itu
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
menyebutkan bahwa program
Keluarga Berencana (KB) adalah
12
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
upaya mengatur kelahiran, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas. KB
merupakan salah satu strategi untuk
mengurangi kematian ibu khususnya
ibu dengan kondisi 4T yaitu terlalu
muda melahirkan (di bawah usia 20
tahun), terlalu sering melahirkan,
terlalu dekat jarak melahirkan, dan
terlalu tua melahirkan (di atas usia
35 tahun) (Kemenkes RI, 2017).
Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang telah melakukan
serangkaian upaya dalam rangka
menurunkan Angka kematian ibu
dan Angka kematian bayi yaitu 1)
menerapkan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) pada semua ibu
hamil, 2) memantapkan pelaksanaan
Pelayanan Obstetri Neonatal
Essensial Dasar (PONED) dan
Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK),
3) pelayanan Keluarga Berencana
yang berkualitas, 4) pemenuhan
sumber daya manusia kesehatan
yang kompeten dan berkualitas, 5)
meningkatkan pelayanan Ante Natal
Care (ANC) yang berkualitas dan
terpadu dan 6) mengupayakan
regionalisasi sistem rujukan (Dinkes
Kab. Jombang, 2018).
Penyebab kematian maternal
disebabkan oleh tiga terlambat yaitu
terlambat mengidentifikasi resiko
tinggi kehamilan, persalinan dan
nifas, terlambat dalam pengambilan
keputusan dan terlambat dalam
melaksanakan rujukan. Penyebab
permasalahan ini adalah kurangnya
upaya penapisan terhadap terjadinya
resiko tinggi kehamilan, persalinan
dan nifas (Rukiyah & Yuliati, 2015).
Kematian bayi dapat
dibedakan menjadi dua berdasarkan
penyebabnya, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung kematian bayi
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
dibawa anak sejak lahir, dan
berhubungan langsung dengan status
kesehatan bayi. Penyebab langsung
kematian bayi antara lain berat bayi
lahir rendah (BBLR), infeksi pasca
lahir (tetanus neonatorum, sepsis),
hipotermia dan asfiksia. Sedangkan
kematian bayi oleh penyebab tidak
langsung dipengaruhi oleh
lingkungan luar dan aktivitas ibu
ketika hamil, seperti: faktor sosial
ekonomi, pelayanan kesehatan,
keadaan ibu selama kehamilan, dan
pengaruh lingkungan (Andriani,
2016). Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya peningkatan
pelayanan kesehatan yang bersifat
menyeluruh dan bermutu kepada ibu
dan bayi salah satunya dengan
menggunakan asuhan kebidanan
secara komprehensif atau
berkelanjutan.
Merujuk pada fenomena di
atas dan melihat masih tingginya
angka kematian ibu, oleh karena itu
penulis tertarik melakukan asuhan
kebidanan berkelanjutan untuk
melakukan studi kasus dengan cara
meningkatkan kualitas dan kuantitas
pada saat kunjungan ANC, INC,
PNC, BBL dan KB serta
memberikan konseling tentang masa
kehamilan sampai nifas dan
13
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
mengikuti program KB sesuai
dengan standart kebidanan dengan
menggunakan asuhan yang
berkesinambungan..
Pendekatan / desain penelitian
(case study )
Membahas mengenai rancangan
atau desain penulisan studi kasus dan
kerangka kerja penelitian serta
subjek penelitian. Penulisan studi
kasus secara menyeluruh berisi hasil
observasi dan wawancara mendalam
pada subjek yang dipilih saat
memberikan asuhan
berkesinambungan (Continuity of
Care). Sedangkan kerangka kerja
penulisan studi kasus dimulai dari
penjaringan dan pengkajian subjek
penelitian, pengambilan kesimpulan
diagnosa, penyusunan rencana
asuhan, implementasi asuhan, dan
evaluasi hasil asuhan.
Studi kasus atau case study pada
penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif yang menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan
menurut varney yang terdiri dari 7
langkah dalam pelaksanaan
asuhannya yang dibuat dalam bentuk
SOAP.
Subjek Laporan Kasus
Subjek laporan kasus adalah
sesuatu yang diteliti baik orang,
benda, ataupun lembaga organisasi
(Amirin, 2015). Pada penelitian studi
kasus ini subjek yang diteliti mulai
dari ibu hamil trimester III dengan
atau tanpa faktor resiko, ibu bersalin,
bayi baru lahir, ibu nifas, neonatus
serta calon akseptor kontrasepsi.
Subjek penelitian yang akan dibahas
dalam proposal ini adalah Ny “S”
usia kehamilan 37 minggu 3 hari
diberikan asuhan mulai dari masa
kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir, nifas, neonatus sampai
pelayanan calon akseptor
kontrasepsi.
Metode pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti dalam laporan
tugas akhir ini sesuai metode yang
digunakan dalam penelitian
deskriptif, yaitu untuk
mengumpulkan informasi mengenai
status gejala, penelitian secara
langsung pada objek penelitian untuk
mendapatkan data yang diperlukan
dengan mengadakan penelitian di
lapangan (field research)
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Penulis melakukan asuhan
kebidanan pada Ny. S yang dimulai
sejak tanggal 29 Januari s/d 16
Februari 2020 dari kehamilan,
persalinan sampai 30 hari masa nifas.
Ada beberapa hal yang penulis
uraikan pada bab pembahasan ini
dimana penulis akan membahas
kesenjangan dan kesesuaian antara
teori dan penatalaksanaan dari kasus
yang ada.
Kehamilan
1. Kunjungan pertama
Dari hasil pengkajian data Subyektif
yang penulis lakukan pada
kunjungan pertama tanggal 29
Januari 2020, penulis mendapatkan
14
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
data bahwa Ny. S umur 35 tahun,
ibu mengatakan ingin
memeriksakan kehamilannya yang
ketiga, tidak pernah keguguran, dan
tidak haid. hal ini sesuai dengan
teori menurut Astuti (2015) bahwa
sakit punggung merupakan keluhan
yang umum dirasakan oleh ibu
hamil terutama pada trimester III.
Hal tersebut adalah kondisi yang
fisiologis, bentuk tulang punggung
ke depan dikarenakan pembesaran
rahim, kejang otot karena tekanan
terhadap akar saraf di tulang
belakang, penambahan ukuran
payudara, kadar hormon yang
meningkat menyebabkan kartilago
di dalam sendi-sendi besar menjadi
lembek, keletihan, mekanisme tubuh
yang kurang baik saat mengangkat
barang dan mengambil barang. Ibu
mengatakan pemeriksaan kehamilan
(trimester I) sebanyak 1 kali,
trimester II sebanyak 2 kali, dan
trimester III sebanyak 3 kali, hal ini
sesuai dengan teori Walyani (2015),
yang menyatakan frekuensi
pelayanan antenatal ditetapkan 4
kali kunjungan ibu hamil
diantaranya 1x pada trimester 1, 1x
pada trimester 2 dan 2 kali pada
trimester 3.
Ibu mengatakan sudah mendapat
imunisi TT3 pada menurut Sarwono
(2016) dalam bukunya menjelaskan
pemberian imunisasi tetanus toksoid
bagi ibu hamil yang telah
mendapatkan imunisasi tetanus
toksoid 2 kali pada kehamilan
sebelumnya atau pada saat calon
pengantin, maka imunisasi cukup
diberikan 1 kali saja dengan dosis 0,5
cc pada lengan kiri atas. Bila ibu
hamil belum mendapat imunisasi
atau ragu, maka perlu diberikan
imunisasi tetanus toksoid sejak
kunjungan pertama (saat usia
kehamilan 16 minggu) sebanyak 2
kali dengan jadwal interval minimum
1 bulan.
Data objektif yang didapatkan
dari ibu yaitu HPHT tanggal 03 Mei
2019, menurut rumus Negele:
Tafsiran Partus (TP) = hari haid
terakhir +7, bulan haid terakhir -3,
tahun +1 maka tafsiran persalinan Ny
S adalah tanggal 20 Desember 2019.
UK ibu didapatkan dari hasil
perhitungan rumus Negele dimana
Uk dihitung dari HPHT ke tanggal
pemeriksaan saat ini, perhitungan ini
sesuai dengan teori menurut
Pantikawati dan Saryono (2015).
Interpretasi data dasar terdiri
dari diagnosa, masalah, dan
kebutuhan. Interpretasi data dasar ini
sesuai dengan keputusan menteri
kesehatan Republik Indonesia No.
1464/MENKES/PER/III/2010
tentang standar kebidanan yang
ketiga dimana diagnosa sesuai
dengan kesenjangan yang dihadapi
oleh klien atau suatu keadaan
psikologis yang ada pada tindakan
kebidanan sesuai dengan wewenang
bidan dan kebutuhan klien.
Penegakkan diagnosa pada Ny. S
sebagai berikut GIIIP2002 UK 37
minggu 5 hari, janin tunggal, hidup,
pu-ki, letak kepala, intrauterine,
keadaan ibu dan janin baik. Diagnosa
ini ditegakkan berdasarkan data
subjektif yaitu ibu mengatakan ingin
memeriksakan kehamilannya yang,
15
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
tidak pernah keguguran, ibu juga
mengatakan sudah tidak haid. HPHT
13-05-2019 sehingga jika UK ibu
dihitung menurut teori Naegele maka
akan didapatkan UK ibu 37 minggu
5 hari. Diagnosa janin hidup
didapatkan dari hasil pemeriksaan
auskultasi dimana terdengar bunyi
jantung janin, tunggal diketahui dari
hasil palpasi dan auskultasi dimana
pada leopold II hanya pada satu
bagian dinding abdomen yang teraba
keras dan memanjang seperti papan
dan juga DJJ hanya terdengar pada 1
tempat. Letak kepala diketahui dari
pemeriksaan Leopold III dimana
hasill pemeriksaan teraba bagian
bulat, keras, dan melenting.
Intrauterine diketahui saat
pemeriksaan bagian abdomen ibu
tidak mengeluh nyeri yang hebat.
Keadaan ibu dan janin diketahui dari
hasil pemeriksaan TTV yang
menunjukkan hasil normal dan ibu
tidak memiiki diagnosa lain yang
perlu ditangani khusus.
Masalah yang dialami ibu yaitu
terasa kencang pada perut bagian
atas ketika istrahat pada malam hari.
Jika dilihat dari masalah yang ada
maka kebutuhan ibu yaitu KIE
tentang ketidaknyamanan selama
kehamilan trimester III, tanda bahaya
pada kehamilan trimester III, dan
tanda-tanda persalinan. Pada kasus
Ny. S tidak ada masalah potensial
dan tindakan segera dalam asuhan
ini. Pada kasus ini asuhan yang
diberikan kepada Ny.S sesuai dengan
masalah dan kebutuhan ibu. Asuhan
berupa KIE persiapan persalinan ini
sesuai dengan teori menurut
Sarwono (2016) yang mengatakan
perlu ditanyakan tentang persiapan
yang telah dilakukan untuk kelahiran
bayi. Berdasarkan hasil asuhan
kebidanan komprehensif selama
hamil tidak terjadi kesenjangan
antara teori dengan keadaan tinjauan
kasus selama kehamilan, dimana
keluhan yang ibu alami selama hamil
merupakan hal yang wajar yang
dapat dialami oleh semua ibu selama
proses kehamilan.
Persalinan
Data subyektif persalinan di
dapat dari Ny S umur 35 tahun yaitu
mengatakan bahwa ibu hamil anak
ketiga sudah tidak haid ± 9 bulan
yang lalu, dan merasakan perutnya
mules mengeluh sakit punggung
menjalar ke perut bagian bawa sejak
jam 03.30 WIB (11 Februari 2020)
dan keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahr jam 08.00 WIB. Data
subyektif yang dapat dari kala I hal
ini sesuai dengan teori yaitu ibu
mengatakan punggungnya terasa
sakit menjalar keprut bagian bawa
makin bertambah.
Data obyektif persalinan yang
di dapat pada Ny S yaitu kala I fase
aktif yaitu pada pemeriksaan dalam
pukul 09.00 WIB didapat
pengeluaran lendir darah keadaan
portio masi tebal pembukaan 6 cm.
Hal ini sesuai dengan teori tahapan
persalinan dalam (Marmi, 2015)
pada kala 1 fase aktif dimulai dari
pembukaan serviks 4 cm sampai
terjadi pembukaan lengkap 10 cm.
Kala I dinamakan juga kala
pembukaan, dapat dinyatakan partus
dimulai bila timbul his dan wanita
16
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
tersebut mengeluarkan lendir
yangbersama darah di sertai dengan
pendataran (effacement). Analisa
masalah dan diagnose Ny. S adalah:
ibu GIII PII A0 Inpartu kala 1 fase
aktif.
Berdasarkan hasil asuhan
kebidanan komprehensif selama
persalinan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan
tinjauan kasus, dimana proses
persalinan yang ibu alami sesuai
dengan teori-teori yang sudah ada. .
Bayi Baru Lahir
Data subyektif yang di dapat
pada kunjungan pertama Bayi Ny S
, ibu mengatakan sudah melahirkan
anaknya yang ke tiga, jenis kelamin
laki-laki, keadaan bayinya baik –
baik saja, bayi menetek dengan
kuat, BAK 2 x dan BAB 1 x. Pada
kunjungan yang yang kedua, ibu
mengatakan bayinya baik-baik saja
isap ASI kuat, tali pusat sudah
terlepas hal ini sesuai dengan teori
(Wahyuni, 2015) tali pusat biasanya
jatuh sekitar 5-7 hari setelah lahir.
Mungkin akan keluar beberapa tetes
darah atau lendir saat tali pusat
terlepas ini hal yang normal.
Kunjungan yang ketiga yang di
dapat dari Bayi Ny S yaitu ibu
mengatakan keadaan bayi baik-baik
saja, bayi menyusu kuat dan ASI
keluar banyak.
Data obyektif yang dikaji pada
Bayi Ny. S pada kunjungan pertama
yaitu keadaan umum : baik,
kesadaran : composmentis, warna
kulit kemerahan, gerakan aktif,
tangisan kuat, tanda – tanda vital
suhu : 36. 5 , nadi : 135 x/menit,
pernafasan : 40 x/menit, isapan ASI
kuat, kulit kemerahan, dan tali pusat
basah dan bersih. Pada kunjungan
kedua didapat keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, warna
kulit kemerahan, gerakan aktif, Hal
tersebut sesuai dengan teori
Wahyuni (2015) menjelaskan bayi
yang normal memiliki tonus otot
yang normal, gerakan aktif, warna
kulit normal merah muda (tidak
kebiruan), menangis kuat.
Penatalaksanaan pada By Ny.
S yaitu pada kunjungan pertama
yaitu menjelaskan ibu tentang tanda
bahaya pada bayi baru lahir,
pentingnya kontak kulit antara ibu
dan bayinya, ASI ekslusif,
mengajarkan ibu cara cara
mencegah infeksi, cara perawatan
tali pusat hal ini sesuai dengan teori
(Marmi, 2015) asuhan yang 1 – 24
jam pertama lahir dengan
mengajarkan orang tua cara
merawat bayi yaitu nutrisi :berikan
ASI sesering mungkin atau sesuai
keinginan atau kebutuhan ibu (jika
payudara ibu penuh), berikan ASI
saja sampai berusia 6 bulan, cara
menjaga kehangatan cara mencegah
infeksi dan mengajarkan tanda–
tanda bahaya pada bayi.
Penatalaksanaan pada By Ny S
Pada kunjungan kedua yaitu
mengajarkan mengenali tanda–tanda
bahaya pada bayi baru lahir, tetap
melakukan kontak kulit ke kulit dan
tetap memberi ASI pada bayinya,
menjelaskan pada ibu tanda bayi
cukup ASI, menjelaskan kebutuhan
tidur bayi, menjelaskan pada ibu
cara melakukan personal hygine
17
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
pada bayi yaitu bagaimana cara
memandikan bayi dan bersih daerah
genitalia, mengajarkan ibu cara
pencegahan masalah pernapasan.
Nifas
Data subyektif kunjungan 6
jam post partum yang didapat pada
Ny S yaitu Ibu mengatakan bahwa
keadaan ibu sekarang baik – baik
saja, perutnya sedikit mules, ibu
merasakan sedikit lega dan tenang
setelah ibu mengalami kecemasan,
dan juga ibu mengatakan keluar
darah dari jalan lahi serta ibu belum
ada keingnan untuk BAK.
Kunjungan kedua yang di dapat dari
Ny S yaitu mengatakan kondisinya
sekarang mulai membaik, dan pola
makan ibu selalu teratur, dan BAB,
BAK lancar, ASI kelur lancar dan
banyak. Data subjektif yang didapat
dari pada kunjungan nifas ketiga
yaitu ibu mengatakan sekarang
sudah semakin sehat, ASI keluar
banyak dan lancar.
Data obyektif yang didapat
pada Ny S pada kunjungan pertama
6 jam post partum yaitu TFU : 3 jari
bawah pusat, kontraksi uterus baik
(mengeras), perdarahan : 1 pembalut
penuh, colostrum kanan/kiri(+/+),
lochea rubra. Pada kunjungan kedua
yang di dapat pada Ny S yaitu ASI
lancar, TFU pertengahan pusat
simpysis, pengeluaran lochea
sanguinolenta (warnahnya merah
kuning berisi darah dan lendir),
yang didapat pada kunjungan ke-3
yaitu ASI lancar, TFU tidak teraba
dan pengeluaran lokia alba, hal ini
sesuai dengan teori (Maritalia
2014). Menurut (Anggraini, 2010)
TFU berdasarkan masa involusi
setelah plasenta lahir TFU 3 jari
bawah pusat, 1 minggu pertengahan
pusat dan symfisis, 2 minggu tidak
teraba diatas simfisis.
Keluarga Berencana
Asuhan keluarga berencana ini
penulis lakukan pada hari ke 30
postpartum. Hal ini sesuai dengan
teori menurut Sulistyawati (2015)
yang menyebutkan pemberian
asuhan mengenai penggunaan
metode kontrasepsi dilakukan pada
6 minggu postpartum. Pada
pengkajian ibu mengatakan saat ini
belum mendapat haid, ibu masih
menyusui bayinya setiap 2-3 jam
sekali atau tiap bayi ingin, ibu
belum pernah menggunakan KB
suntikan 3 bulanan sebelumnya.
Hasil pemeriksaan pun tidak
menunjukkan adanya keabnormalan
sesuai dengan teori menurut
Walyani (2015) yang menuliskan
tekanan darah normalnya 110/80
mmHg sampai 140/90 mmHg,
normalnya nadi 60-80x/menit,
pernapasan normalnya 20-
30x/menit, suhu badan normal
adalah 36,5 C sampai 37,5 C.
Berdasarkan hasil asuhan
kebidanan komprehensif keluarga
berencana tidak terjadi kesenjangan
antara teori dengan tinjauan kasus
dimana pemilihan alat kontrasepsi
merupakan pilihan dari ibu sendiri
tanpa ada tekanan dari pihak lain dan
sebagai tenaga kesehatan peneliti
telah memberikan konseling sesuai
alat kontrasepsi yang dipilih oleh ibu
secara jelas dan dapat dipahami oleh
ibu.
18
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan
asuhan kebidanan komprehensif pada
Ny. S di Bidan Praktek Mandiri Ny
“I” Desa Peterongan Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang
dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengkajian pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan
keluarga berencana pada Ny “S”
di Bidan Praktek Mandiri Ny “I”
Desa Peterongan Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang
tidak terdapat komplikasi.
2. Penyusunan diagnosa kebidanan
dalam penelitian ini sudah sesuai
dengan prioritas pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan
keluarga berencana pada Ny “S”
di Bidan Praktek Mandiri Ny “I”
Desa Peterongan Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang.
3. Perencanaan asuhan kebidanan
dapat dilaksanakan secara
komprehensif pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan
keluarga berencana pada Ny “S”
di Bidan Praktek Mandiri Ny “I”
Desa Peterongan Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang.
4. Pelaksanaan asuhan kebidanan
dapat dilaksanakan secara
komprehensif pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan
keluarga berencana pada Ny “S”
di Bidan Praktek Mandiri Ny “I”
Desa Peterongan Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang
sesuai dengan tahap-tahap
pelaksanaan asuhan kebidanan.
5. Pelaksanaan evaluasi asuhan
kebidanan secara komprehensif
pada ibu hamil, bersalin, nifas
neonatus dan keluarga berencana
pada Ny “S” di Bidan Praktek
Mandiri Ny “I” Desa Peterongan
Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang evaluasi
yang diberikan peneliti sudah
sesuai kebutuhan ibu selama
proses hamil sampai dengan KB.
6. Pelaksanan pendokumentasian
asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny “S” di
Bidan Praktek Mandiri Ny “I”
Desa Peterongan Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang
yang dilakukan pada ibu hamil,
bersalin, nifas neonatus dan
keluarga berencana dengan
metode SOAP dan hasilnya tidak
terdapat kesenjangan antara teori
dan tinjauan kasus.
SARAN
Diharapkan mahasiswa
mempelajari kasus-kasus pada saat
praktik dalam bentuk manajemen
SOAP serta menerapkan asuhan
kebidanan sesuai standar pelayanan
kebidanan yang telah ditetapkan
sesuai wewenang bidan. Serta
diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan asuhan kebidanan secara
komprehensif terhadap klien.
Diharapkan institusi kesehatan
dapat menerapkan pendidikan asuhan
kebidanan secara continuity of care
dengan tepat dalam proses belajar
mengajar dan memperbaiki praktik
pembelajaran menjadi lebih efektif
dan efesien, sehingga kualitas
sumber daya manusia di institusi
meningkat.
19
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Diharapkan bidan praktik
mandiri lebih meningkatkan mutu
pelayanan agar dapat memberikan
asuhan kebidanan yang lebih baik
sesuai dengan standar asuhan
kebidanan serta dapat mengikuti
perkembangan ilmu.
Diharapkan pasien memiliki
kesadaran untuk selalu
memeriksakan keadaan kesehatannya
secara teratur sehingga akan merasa
lebih yakin dan nyaman karena
mendapatkan gambaran tentang
pentingnya pengawasan pada saat
hamil, bersalin, nifas, neonatus dan
kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
1. ARTIKEL
Sibuea. 2014. Persalinan pada
Usia ≥ 35 Tahun di RSU PROF.
Dr. R. D. Kandou Manado.
Jurnal e-Biomedik (eBM),
Volume 1, Nomor 1. Bagian
Obstetri dan Ginekologi RSU
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
2. ENSIKLOPEDI
Anggraini. 2015. Asuhan
Kebidanan Pada Masa
Kehamilan. Jakarta : Pustaka
Pelajar.
Hidayat. 2015. Metode Penelitian
Kebidanan & Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Kamariyah. 2014. Buku Ajar
Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.
Kemenkes RI. 2015. Buku
Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Kementerian Kesehatan
dan JICA.
Kemenkes RI. 2017. Profil
Kesehatan Indonesia Tahun
2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan.
Manuaba. 2016. Ilmu Kebidanan
dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Marmi. 2016. Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas peuperium
care. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Novianti. 2016. Pengaruh Usia
dan Paritas Terhadap Kejadian
Pre Eklampsia di RSUD
Sidoarjo. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, Vol. 9, No.
1.Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan: Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya.
Partikawati, Ika dan Saryono.
2016. Asuhan Kebidanan
(Kehamilan). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Prawirohardjo. 2014. llmu
Kandungan.. Jakarta: PT Bina
Pustaka.
20
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Proverawati. 2015. Panduan
Memilih Kontrasepsi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Rohani dkk. 2015. Asuhan
Kebidanan pada Masa
Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika.
Saifuddin. 2016. Buku Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.
Saleha. 2015. Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Sarwono. 2017. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBPSP.
Sudarti. 2015. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta :
Bayumedia.
Sukarni. 2016. Patologi
Kehamilan, Persalinan, Nifas
dan Neonatus Resiko Tinggi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati. 2016. Asuhan
Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Jakarta:Salemba Medika.
Sulistiawati & Nugraheny. 2015.
Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
Suratun. 2016. Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Bandung
: Alvabeta
UNICEF. 2015. SDGs: Menuju
Masa Kadaluarsa MDGs.
Http://www.d7news.com.
Diakses tanggal 31 Mei 2017.
Varney. 2015. Varney’s Midwife.
Barton, London and Singapura:
Jones and Barlett Publisher.
Wiknjosastro. 2014. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.