ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DAN BERKELANJUTAN PADA …
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DAN BERKELANJUTAN PADA …
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
83
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DAN BERKELANJUTAN PADA NY. N
USIA 25 TAHUN DAN BAYI NY. N DI PMB HJ. SRI SATIARSIH, SST
Agustin Nilasari, Etika Khoiriyah
Akademi Kebidanan Anugerah Bintan Tanjungpinang
ABSTRAK
Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari
Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang pada tahun 2017 AKI sebanyak 2 orang dan
AKB di kota Tanjungpinang tahun 2017 dengan jumlah bayi meninggal yaitu 35
(neonatus 14 bayi 21), untuk mendeteksi secara dini adanya komplikasi yang
mungkin terjadi diperlukan asuhan kebidanan komprehensif dan berkelanjutan
secara menyeluruh dari mulai kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir (BBL) dan
Keluarga Berencana (KB). Tujuan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan
komrehensif dan berkelanjutan pada Ny. N umur 25 tahun G2P1A0 dengan usia
kehamilan 36 minggu di PMB Hj. Sri Satiarsih SST.
Laporan Tugas Akhir ini menggunakan metode observasional deskriptif dan
pendekatan studi kasus yang dilaksanakan pada bulan April s/d Juni 2019 dengan
subjek Ny. N dan By. Ny. N di PMB Hj. Sri Satiarsih SST, Pengumpulan data
menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi dibantu dengan
format asuhan kebidanan dan alat-alat penunjang pemeriksaan. Analisis
dokumentasi dengan pola fikir varney dan dituangkan dalam bentuk SOAP.
Tinjauan kasus Ny. N dan By. Ny. N pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, dan kontrasepsi berlangsung normal tanpa adanya penyulit, dan
dilaksanakan sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
Kesimpulan dari laporan Tugas Akhir ini yaitu Asuhan kebidanan telah dilaksanakan
secara komprehensif dan berkelanjutan pada Ny. N dan By. Ny. N, berlangsung
normal tanpa adanya penyulit. Saran dari Laporan Tugas Akhir ini agar dapat
menjadi sumber informasi, mempertahankan kualitas dan mempromosikan
kesehatan serta memberikan manfaat bagi pasien untuk menambah
pengetahuan tentang asuhan kebidanan yang dimulai dari kehamilan hingga KB
sehingga dapat mencegah atau mendeteksi dini komplikasi yang akan terjadi
dikemudian hari.
Kata Kunci : asuhan kebidanan komprehensif berkelanjutan
PENDAHULUAN
Kematian ibu masih merupakan
masalah yang dihadapi berbagai
Negara di dunia terutama dinegara
berkembang. Menurut World Health
Organization (WHO), AKI diseluruh
dunia di deskripsikan 400 per 100.000
kelahiran hidup. Kesehatan ibu dan
anak merupakan program utama
yang mendapat perhatian khusus
dari pemerintah. Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
bila masih tinggi, berarti pelayanan
kesehatan ibu dan bayi belum baik,
bila AKI dan AKB rendah berarti
pelayanan sudah baik dan ini
merupakan gambaran
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
84
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
kesejahteraan Negara (Kemenkes RI,
2017).
Upaya percepatan penurunan
AKI dapat dilakukan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu
mengakses pelayanan kesehatan ibu
yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi,
perawatan khusus dan rujukan jika
terjadi komplikasi, serta pelayanan
keluarga berencana (Kemenkes RI,
2015).
Salah satu upaya percepatan
penurunan AKI salah satunya adalah
melaksanakan asuhan secara
berkelanjutan atau Continuity of
Care. Continuity of Care adalah
pelayanan yang dicapai ketika
terjalin hubungan yang terus menerus
antara seorang wanita dan bidan.
Asuhan yang berkelanjutan
berkaitan dengan tenaga
professional kesehatan, pelayanan
kebidanan dilakukan mulai
prakonsepsi, awal kehamilan, selama
semua trimester, kelahiran dan
melahirkan sampai 6 minggu
pertama postpartum (Pratami, 2014).
Mengingat pentingnya peran
dan fungsi bidan dalam pemberian
asuhan, maka penulis tertarik untuk
melakukan asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny. N umur 25
tahun G2P1A0 dengan usia
kehamilan 36 minggu dengan
keadaan normal khususnya di PMB
Hj. Sri satiarsih SST, untuk mendeteksi
secara dini adanya komplikasi yang
mungkin terjadi selama ibu hamil,
bersalin, nifas, perawataan Bayi Baru
Lahir (BBL), imunisasi dan Keluarga
Berencana (KB). Sehingga selain
untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan penulis juga
membantu menekan angka
kematian ibu yang ada.
METODE PENELITIAN
Dalam pelaksanaan kasus ini
menggunakan metode
observasional deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Subyek studi
kasus adalah Ny. N dan By. Ny. N.
Tempat pelaksanaan dilakukan di
PMB Hj. Sri Satiarsih, SST dan Rumah
Ny.N. sedangkan waktu
dilaksanakan penelitian ini pada
bulan April sampai Juni 2019. Jenis
data yang dilakukan adalah data
primer dan sekunder, sedangkan
teknik pengumpulan data ini
menggunakan teknik wawancara
dan observasional baik melalui
pemeriksaan ataupun studi
dokumentasi status pasien. Analisis
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
85
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
dokumentasi dengan pola fikir
varney dan dituangkan dalam
bentuk SOAP.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kehamilan
Kunjungan pertama
dilaksanakan pada tanggal 09 April
2019 di PMB Hj. Sri satiarsih SST,
dengan hasil anamnesa ibu
mengatakan usia 25 tahun, sekarang
tidak ada keluhan, HPHT 25 Juli 2018,
gerakan janin sering, ANC 4x TM III ,
Imunisasi TT 5x, ini kehamilan kedua,
dengan satu persalinan sebelumnya
normal dan keadaan anak sehat.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum baik, TD : 120/80
mmHg, nadi : 80x/i, RR : 20x/i, suhu :
36°C. Pemeriksaan Leopold I : Tfu 32
cm, bokong; leopold II : punggung
kanan; leopold 3: kepala belum
masuk PAP. DJJ :132 x/menit dan TBJ
: 2945 gram. Hasil pemeriksaan fisik
yang lain dalam batas normal. Hasil
asesmnet adalah Ny. N usia 25 tahun
G2P1A0 usia kehamilan 36 minggu 4
hari, janin hidup tunggal, intra uterin,
presentasi kepala, punggung kanan
dalam kondisi normal, dan tidak
ditemukan masalah.
Penatalaksanaan pada kunjungan
pertama ini adalah konseling tanda
bahaya kehamilan, kehamilan
dengan resiko tinggi, pemberian
terapi obat, persiapan perlengkapan
persalinan, serta anjuran kunjungan
ulang.
Kunjungan kedua kehamilan
tanggal 16 April 2019 di Rumah Ny. N.
Hasil anamnesa ibu mengatakan
tidak ada keluhan. Hasil pemeriksaan
fisik keadaan umum baik, TD : 120/70
mmHg, nadi : 80x/i, RR : 20x/i, suhu :
36°C. Hasil pemeriksaan Leopold I :
TFU 33 cm, bokong. Leopold II :
punggung kanan. Leopold III :
kepala, sudah masuk PAP. DJJ :132
x/menit dan TBJ : 3255 gram. Kondisi
fisik lainnya dalam batas normal. Hasil
assessment Ny. N umur 25 tahun
G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu 4
hari janin tunggal, hidup, intrauterine,
punggung kanan, presentasi kepala
dan keadaan ibu dan janin baik.
Penatalaksanaannya adalah
persiapan P4K, kontrasepsi yang
bagus untuk ibu menyusui, konseling
tanda persalinan, dan anjuran
kunjungan ulang.
Kunjungan ketiga kehamilan
tanggal 22 April 2019 di Rumah Ny. N
Hasil anamnesa ibu mengatakan
tidak ada keluhan dan gerakan janin
aktif. keadaan umum baik, TD :
120/80 mmHg, nadi : 78x/i, RR : 22x/i,
suhu : 36°C. Hasil pemeriksaan
Leopold I : TFU 33 cm, bokong.
Leopold II : punggung kanan.
Leopold III : kepala, sudah masuk PAP
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
86
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
4/5 bagian. DJJ :132 x/menit dan TBJ
: 3255 gram. Kondisi fisik lainnya
dalam batas normal. Hasil asesment
yaitu Ny. N umur 25 tahun G2P1A0
usia kehamilan 38 minggu 4 hari janin
tunggal, hidup, intrauterine,
punggung kanan, presentasi kepala
dan keadaan ibu dan janin baik.
Penatalaksanaannya adalah
mengevaluasi P4K, menganjurkan ibu
untuk olahraga kecil, konseling
kembali tanda persalinan, dan
anjuran kunjungan ulang.
Kunjungan keempat kehamilan
tanggal 29 April 2019 di Rumah Ny. N.
Hasil anamnesa ibu mengeluh
mengapa bayi belum lahir dan
gerakan janin aktif. Hasil pemeriksaan
fisik keadaan umum baik, TD : 120/70
mmHg, nadi : 80x/i, RR : 23x/i, suhu :
36°C. Hasil pemeriksaan Leopold I :
TFU 33 cm, bokong. Leopold II :
punggung kanan. Leopold III :
kepala, belum masuk PAP. DJJ :148
x/menit dan TBJ : 3255 gram. Kondisi
fisik lainnya dalam batas normal. Hasil
asesment yaitu Ny. N umur 25 tahun
G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu 4
hari janin tunggal, hidup, intrauterine,
punggung kanan, presentasi kepala
dan keadaan ibu dan janin baik.
Penatalaksanaannya adalah
anjuran untuk jalan-jalan kecil,
mengajarkan metode Hypnobirting,
menganjurkan segera kefasilitas
kesehatan dan memberikan
dukungan.
Persalinan
Ny. N datang ke PMB Hj. Sri
Satiarsih, SST pada tanggal 09 Mei
2019 jam 12.30 WIB mengeluh
kencang-kencang sejak pukul 11.00
WIB teratur dan sering. Hasil
pemeriksaan keadaan umum : baik,
TD : 120/70 mmHg, Nadi : 78 x/i, RR :
20 x/i, S : 360C. Leopold I: TFU 34 cm,
bokong janin, Leopold II :
punggung kanan, Leopold III:kepala
tidak dapat digoyangkan, Leopold
IV: Penurunan kepala 4/5 bagian. DJJ
: 140 x/menit, HIS : 3x10 “45”.
Periksaan Dalam: Ø 4 cm, porsio :
tipis, ketuban utuh, penurunan:
hodge II (3/5 bagian), Presentasi :
kepala (UUK).
Hasil asesment Ny. N umur 25
tahun G2P1A0 usia kehamilan 41
minggu janin tunggal, hidup, intra
uterin, punggung kanan, presentasi
kepala dengan inpartu kala I fase
aktif. Penatalaksanaan kasus dengan
memberikan asuhan sayang ibu,
makan dan minum, mengajarkan
tekhnik relaksasi dan mengejan.
persiapan alat, dan melakukan
observasi tiap 30 menit.
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
87
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
Pada pukul 13.55 WIB Ny. N
mengatakan keluar lendir
bercampur darah, nyeri pinggan,
sakit semakin kuat serta ada rasa
ingin mengedan. Hasil pemeriksaan
keadaan umum : baik, TD : 110/70
mmHg, N : 80 x/menit. His : 5x10’50”,
DJJ: 140 x/menit, Ø10 cm,
penurunan: hodge IV (1/5 Bagian),
portio : tipis, dan ketuban jernih.
Hasil assesment adalah Ny. N
umur 25 tahun G2P1A0 usia
kehamilan 41 minggu dengan inpartu
kala II. Penatalaksanaan dari kasus
adalah memberitahu ibu
pembukaan seudah lengkap,
memakai APD lengkap, melakukan
persiapan dan pertolongan untuk
melahirkan bayi, Mengatur posisi,
mengajari tekhnik mengedan yang
benar, melakukan persalinan sesuai
Asuhan Persalinan Normal dengan
hasil bayi lahir spontan jenis kelamin
laki-laki pada pukul 13.55 WIB,
melakukan penilaian sepintas bayi
(cukup bulan, menangis kuat,
gerakan aktif), memeriksa janin
kedua, menyuntikan oksitosin 1
ampul secara IM, memotong tali
pusat, dan melakukan IMD.
Data perkembangan pada jam
14.05 WIB ibu mengatakan senang
atas kelahiran bayinya dan perut ibu
masih terasa mules. Hasil
pemeriksaan KU baik, TFU setinggi
pusat, kontraksi uterus baik. Hasil
asesment adalah Ny. N umur 25
tahun P2A0 inpartu kala III
pengeluaran placenta.
Penatalaksanaan dari kasus: melihat
tanda pelepasan plasenta,
melakukan peregangan tali pusat
terkendali (PTT), plasenta lahir pukul
114.05 WIB, melakukan masasse,
memeriksan kelengkapan plasenta,
serta melakukan pengecekan
apakah ada laserasi, plasenta terlahir
lengkap dan ada laserasi derajat 1
serta sudah dilakukan penjahita
secara tekhnik jelujur dengan 2
jahitan pada perenium.
Data perkembangan pada
pukul 14.20 WIB Ny. N mengatakan
lelah dan lapar namun senang
karena bayinya telah lahir dengan
selamat. Hasil pemeriksaan keadaan
umum: baik, TD: 120/70 mmHg, N:
70x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,8ºC,
TFU 2 jari dibawah pusat, Kontraksi
baik dan jumlah pendarahan ±300
cc. Hasil assesment: Ny. N umur 25
tahun P2A0 dengan pemantauan
kala IV. Penatalaksanaan kasus
adalah : membersihkan dan
mengenakan pakaian pada ibu,
mengajarkan ibu dan keluarga
memeriksa kontraksi, menganjurkan
makan dan minum, memberikan
terapi amoxilin 3x1, asam mefenamat
3x1 dan vitamin A 1x1 serta
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
88
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
melakukan observasi selama 2 jam.
Setelah dilakukan observasi 2 jam
hasilnya TTV dalam batas normal,
perdarahan normal, kontraksi uterus
baik, serta TFU normal yaitu 2 jari
dibawah pusat, serta memindahkan
ibu keruangan perawatan nifas.
Nifas
Kunjungan pertama pada
tanggal 09 Mei 2019 jam 19.55 WIB
diruang perawatan nifas. Ibu
mengatakan bahagia atas kelahiran
putranya dan merasa mules pada
bagian perut. Hasil pemeriksaan
keadaan Umum: baik, TD: 110/70
mmHg, N: 84 x/menit,RR : 18x/menit,
S: 36oc, TFU2 jari dibawah pusat,
Loche Rubra dan Kontraksi baik.
Hasil assesment adalah Ny. N
umur 25 tahun P2A0 dengan 6 jam
postpartum normal.
Penatalaksanaan kasus yaitu :
Konseling rasa mules pada ibu,
mengevaluasi tanda perdarahan,
tanda bahaya masa nifas, cara
menyusui yang benar, dan terapi
pemberian obat.
Kunjungan kedua nifas pada
tanggal 15 Mei 2019 pukul 13.00 WIB
di Rumah Ny. N. Ibu mengatakan
payudaranya bengkak, BAK dan BAB
lancar, menyusui lancar. Dari hasil
pemeriksaan keadaan umum baik,
TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR :
24x/menit, S: 36oc, TFU pertengahan
pusat- symphisis, warna lochea
merah kekuningan dan kontraksi
baik. Hasil assesment adalah Ny. N
usmur 25 tahun P2A0 6 hari
postpartum normal.
Penatalaksanaan kasus adalah
Konseling penyebab payudara
bengkak, cara merawat payudara,
tanda infeksi, nutris, serta personal
hygiene.
Kunjungan ketiga nifas pada
tanggal 22 Mei 2019 pukul 17.00 WIB
di rumah pasien. Ibu mengatakan
tidak ada keluhan, darah keluar
sedikit. Hasil pemeriksaan keadaan
umum baik,TD: 120/80 mmHg, N: 80
x/menit, RR : 24x/menit, S: 36oc, dan
TFU tidak teraba. Hasil assesment: Ny.
N umur 25 tahun P2A0 2 minggu
postpartum normal.
Penatalaksanaan kasus yaitu
konseling tanda infeksi masa nifas,
pola istirahat, dan kunjungan ulang.
Bayi Baru Lahir
Asuhan pertama bayi baru lahir
dilakukan setelah IMD selama kurang
lebih 1 jam pada tanggal 09 Mei 2019
pukul 14.55 Hasil pemeriksaan KU
baik, N: 130 x/menit, RR: 35 x/menit, S:
36,70c, BB 4000 gram, PB 51 cm, LK 34
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
89
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
cm, LD, 32 cm, lila, 11 cm. Kepala
normal tidak ada kelainan, telinga
simetris dengan mata, mulut tidak
ada kelainan, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada retraksi
dinding dada, tali pusat tidak ada
infeksi, genetalia laki – laki normal,
anus berlubang, ekstremitas aktif dan
lengkap, dan reflek primitif positif.
Eliminasi seudah miksi 2 kali dan
sudah defekasi 1 kali (mekonium).
Hasil analisis adalah By. Ny. N usia
1 jam jenis kelamin laki-laki dengan
keadaan normal. Penatalaksanan
kasus yaitu memberikan injeksi vit K 1
mg IM di 1/3 paha luar, memberikan
salep mata oxytetracycline 1%,
perawatan tali pusat,
menghangatkan bayi dan rawat
gabung dengan ibu untuk disusui.
Kunjungan kedua bayi pada
tanggal 10 Mei 2019 pukul 06.55 WIB
di pmb. Hj. Sri Satiarsih, SST, tidak ada
keluhan. Hasil pemeriksaan keadaan
umum baik, N: 130 x/menit, RR: 40
x/menit, S: 360c, BB 4000 gram, PB 51
cm, dan bayi menyusu kuat serta tali
pusat belum lepas. Hasil assesment:
By Ny. N umur 17 jam jenis
kelamin laki-laki dengan keadaan
normal. Penatalaksaan kasus yaitu
memandikan bayi, menjaga
kehangatan bayi, melakukan
pemberian imunisasi HB0 pada bayi
di 1/3 paha kanan secara IM dengan
dosis 0,5 ml, memberikan konseling
pada Ny. N tentang cara pemberian
ASI dan waktu menyusui bayinya,
personal hygiene, tanda bahaya
bayi baru lahir, perawtan tali pusat,
serta kunjungan ulang jika ada
keluhan.
Kunjungan ketiga pada tanggal
15 Mei 2019 pukul 13.00 WIB di rumah
Ny. N, tidak ada keluhan. Hasil
pemeriksaan keadaan umum baik N:
130 x/menit, RR: 40 x/menit, S: 360c,
bayi menyusu dengan kuat dan tali
pusat belum lepas. Hasil assesment:
By Ny. N usia 6 hari jenis kelamin laki-
laki dengan keadaan normal.
Penatalaksaanaan: menganjurkan
ibu menjemur bayi di pagi hari,
menganjurkan ibu untuk
memandikan bayi pagi dan sore hari,
perwatan tali pusat, menyusui
bayinya sesering mungkin, dan
menganjurkan datang ke fasilitas
kesehatan jika ada keluhan.
Kunjungan keempat pada
tanggal 22 Mei 2019 pukul 17.00 WIB
di rumah pasien, tidak ada keluhan.
Hasil pemeriksaan KU baik, N: 130
x/menit, RR: 40 x/menit, S: 36,0c, bayi
menyusu dengan kuat dan tali pusat
sudah lepas di usia bayi 7 hari.
Assesment: By Ny. K umur 2
minggu jenis kelamin laki-laki dengan
keadaan normal. Penatalaksanaan:
mengingatkan kembali untuk sering
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
90
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
menjemur bayinya di pagi hari,
menganjurkan untuk memandikan
bayi di pagi dan sore hari,
menganjurkan menyusui bayinya
secara ASI eksklusif dan sesering
mungkin, menganjurkan ibu untuk
selalu berada di samping bayi,
mengingatkan kembali jadwal
kunjungan ulang untuk
mendapatkan imunisasi serta
kunjungan ulang jika ada keluhan.
Imunisasi HB0
Pada tanggal 10 Mei 2019 pukul
06.55 WIB di PMB. Hj Sri Satiarsih, SST,
sesudah dimandikan By. Ny. N
diberikan imunisasi HB0. Hasil
pemeriksaan keadaan umum baik, N:
130 x/menit, RR: 40 x/menit, S: 360c,
dan BB 4000 gram. Hasil Asesmen
adalah By.Ny. N umur 17 jam jenis
kelamin laki-laki dengan imunisasi
HB0. Penatalaksanaan kasus adalah
memberitahu prosedur pemberian
imunisasi, manfaat dan efek
sampingnya, informed consent,
melakukan penyuntikan imunisasi HB0
0,5 ml secara IM di 1/3 paha kanan.
serta menginformasikan kembali
jadwal imunisasi berikutnya.
Keluarga Berencana
Pada tanggal 09 Mei 2019,
pukul 14.10 WIB Ny. N datang ke PMB.
Hj, Sri Satiarsih, SST untuk ber KB. Hasil
anamnesa ibu mengatakan ingin
menggunakan KB IUD Post Placenta.
tidak ada riwayat hipertensi, tumor
dan belum pernah operasi. Hasil
pemeriksaan keadaan umum baik,
TD : 120/70 mmHg, nadi : 78 x/i, RR : 20
x/i, suhu : 36 0c baik, BB 67,8 kg. Hasil
asesment Ny. N umur 25 tahu P2A0
aseptor baru KB IUD Post Plasenta.
Penatalaksanaan kasus yaitu
meminta persetujuan Ny. N dan
suami, menjelaskan keuntungan,
efek samping, kelemahan serta
tingkat efektivitas dari penggunaan
KB tersebut, melakukan pemasangan
IUD Post Placenta, memberitahu
perawatan pasca pemasangan, dan
menganjurkan untuk kontrol ulang
setelah 44 hari post partum untuk
pengguntingan benang IUD, serta
memberikan kartu KB dan
menjelaskan KB IUD yang Ny. N pakai
efektif selama 10 tahun.
PEMBAHASAN
Kehamilan
Pada kunjungan kehamilan
pertama Ny. N didapatkan hasil
keadaan kehamilan Ny. N dengan
resiko tinggi yang disebabkan oleh
jarak antara anak pertama dan anak
kedua kurang dari 2 tahun sehingga
kondisi Rahim belum pulih untuk
mengalami pembuahan. Antisipasi
masalah yang dialami Ny. N penulis
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
91
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
memberikan asuhan antara lain
memeriksakan kehamilan sesering
mungkin ke fasilitas kesehatan,
menghindari pola hidup yang buruk,
mengkonsumsi makanan yang
bergizi untuk ibu dan janin,
mengkonsumsi obat sesuai anjuran
dokter atau bidan dan olahraga
teratur atau bergerak aktif tiap hari
untuk meredakan stress dan
menguatkan tubuh. Menurut
sarwono (2010) Kehamilan resiko
tinggi adalah kehamilan dengan
adanya salah satu atau lebih faktor
resiko dari pihak ibu maupun bayi
yang dapat memberikan dampak
yang kurang menguntungkan bagi
ibu dan bayi, untuk mencegah
dampak yang ditimbulkan dari
kehamilan dengan resiko tinggi ibu
hamil harus sering memeriksakan
kehamilannya ke fasilitas kesehatan,
menghindari pola hidup yang buruk,
mengkonsumsi makanan sehat
berimbang untuk ibu dan janin,
mengkonsumsi obat sesuai anjuran
dokter atau bidan dan olahraga
teratur atau bergerak aktif tiap hari
untuk meredakan stress dan
menguatkan tubuh, sehingga tidak
menimbulkan keluhan dan masalah.
Adapun hasil dari pengukuran
Tekanan Darah (TD) Ny. N pada
kunjungan pertama yaitu 120/80
mmHg, kunjungan kedua yaitu
120/70mmHg, kunjungan ke – tiga
yaitu 120/80 mmHg dan kunjungan
ke – empat 120/70 mmHg. Menurut
teori tekanan darah yang normal
berada di angka 110/80 – 140/90
mmHg dan tidak banyak meningkat
selama kehamilan (Depkes RI, 2016).
Dari hasil pemeriksaan Tekanan
Darah Ny. N mulai dari kehamilan
selalu berada dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan palpasi
abdomen, penulis mendapatkan
bahwa kehamilan Ny. N dari
kunjungan pertama hingga
persalinan pembesaran uterus sesuai
dengan usia kehamilan. Hal ini
terlihat dari hasil pemeriksaan
leopold I, II, III dan IV pada kunjungan
pertama saat usia kehamilan 36
minggu 4 hari TFU Ny. N yaitu 32 cm
atau 3 jari dibawah px dengan TBJ
3255 gram, pada bagian kanan
teraba punggung dan bagian kiri
teraba ekstremitas serta dengan hasil
pemeriksaan leopold bagian
terbawah yaitu kepala dan belum
masuk PAP, pada kunjungan kedua
saat usia 37 minggu 4 hari hingga
persalinan TFU Ny. N yaitu 33 cm atau
setinggi px dengan TBJ 3410 gram
dan hasil pemeriksaan leopold
bagian terbawah adalah kepala
sudah masuk PAP 4/5 bagian. Hasil
pemeriksaan Taksiran Berat Janin
(TBJ) harus sesuai dengan TFU yang
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
92
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
didapatkan dimana TFU 31 cm
dengan TBJ jika sudah masuk
panggul sebesar 3100 gram dan TFU
32 cm dengan TBJ jika sudah masuk
panggul sebesar 3255 gram (Hani,
2011). Menurut Depkes RI (2016),
pengukuran TFU apabila usia
kehamilan 36 minggu dengan TFU 32
cm atau 3 jari dibawah px dan usia
kehamilan 37 minggu hingga 40
minggu dengan TFU 33 cm atau
setinggi px. Dari hasil pemeriksaan
dan asuhan yang diberikan TFU dan
TBJ pada pemeriksaan kehamilan Ny.
N sesuai dengan teori yang didapat
serta tidak terdapat masalah atau
keluhan pada kehamilan Ny. N.
Kebutuhan tablet Fe Ny. N dari
hasil anamnesa dan dokumentasi
didapatkan bahwa Ny. N hanya
mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 80
tablet pada TM III. Menurut WHO dan
kementerian kesehatan
menganjurkan program standar
untuk mengontrol ADB (Anemia
defisiensi Besi), dimulai dengan
memberikan 1 tablet besi sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang untuk mengisi cadangan besi
dan memenuhi peningkatan
kebutuhan besi selama kehamilan.
Tiap tablet zat besi mengandung
FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
0,5 mg asam folat. Minimal masing –
masing ibu hamil mendapatkan 90
tablet zat besi (Depkes RI, 2016).
Anemia disebabkan oleh kurangnya
sel darah merah atau sel darah
merah yang tidak berfungsi didalam
tubuh, hal ini akan menyebabkan
aliran oksigen berkurang ke organ
tubuh sehingga setiap orang yang
mengalami anemia akan terlihat
lemas (Depkes RI, 2016). Pada
pemeriksaan darah, didapatkan hasil
kadar Hb Ny. N 10,5 gr/dl, dari hasil
yang didapatkan penulis
menyimpulkan bahwa Ny. N
mengalami anemia ringan yang
disebabkan oleh kurangnya konsumsi
tablet Fe dan aktivitas ibu yang
terlalu banyak serta usia anak
pertama yang masih 1 tahun,
Menurut Depkes RI (2016) Hb 11 gr/dl
(tidak anemia), Hb 9 - 10 gr/dl
(anemia ringan), Hb 7 – 8 gr/dl
(anemia sedang) dan Hb < 7 gr/dl
(anemia berat).
Berdasarkan anamnesa penulis
dan dari studi dokumentasi, Ny. N
telah melakukan skrining
pemeriksaan darah untuk
mengetahui apakah ada infeksi
seperti Sifilis, Gonorhea, Hepatitis dan
HIV AIDS, serta pemeriksaan urine
untuk mengetahui protein urine dan
reduksi urine, pada kasus Ny. N di
dapatkan hasil pemeriksaan secara
keseluruhan negative (-) dan Non
Reaktif. Menurut teori pemeriksaan
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
93
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
laboratorium wajib dilakukan pada
saat antenatal meliputi, pemeriksaan
golongan darah, pemeriksaan kadar
Haemoglobin Darah (HB), protein
urine dan reduksi urine, serta
melakukan skrining hepatitis B dan
HIV AIDS. Karena, Penanganan lebih
baik tentu sangat bermanfaat bagi
proses kehamilan (Depkes RI, 2016).
Dari hasil observasi penulis pada
usia kehamilan Ny. N 36 minggu 4 hari
hingga 39 minggu 4 hari, penulis
mendapatkan kesenjangan antara
teori dan praktik pada kehamilan Ny.
N, dimana jarak antara anak
pertama dan kehamilan Ny. N
sekarang kurang dari 2 tahun,
kehamilan dengan resiko tinggi akan
menimbulkan masalah bagi ibu dan
bayi sesuai dengan teori menurut
Sarwono (2010), Kehamilan resiko
tinggi adalah kehamilan dengan
adanya salah satu atau lebih faktor
resiko dari pihak ibu maupun bayi
yang dapat memberikan dampak
yang kurang menguntungkan bagi
ibu dan bayi. Pendidikan kesehatan
yang penulis berikan telah sesuai
dengan teori. Setelah melakukan
evaluasi, Ny. N mengatakan merasa
aman dalam menjalani
kehamilannya, tidak ada hal yang
mengganggu atau membuat Ny. N
merasa tidak nyaman dengan
kehamilannya sekarang.
Persalinan
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke
dunia luar. Persalinan dan kelahiran
normal merupakan proses
pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam waktu 18 jam,
tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin (Jannah, 2015).
Menurut Sulistyawati (2015)
tanda masuk persalinan antara lain,
terasa sakit di selengkangan, sakit
pada panggul dan tulang belakang,
keluarnya lendir kental bercampur
darah, adanya kontraksi yang teratur
dan pecahnya air ketuban. Dari
keluhan yang Ny. N sampaikan dan
dari teori yang penulis dapatkan Ny.
N sudah memasuki persalinan,
dengan keluhan sering merasakan
kontraksi yang teratur sejak pukul 11 :
00 WIB dengan lama kontraksi 3 x
10´40” tanpa ada keluar lendir
bercampur darah.
Kala I persalinan dimulai sejak
terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan lengkap. Persalinan kala
I dibagi menjadi 2 fase yaitu fase
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
94
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
laten dimulai dari pembukaan 0-3 cm
(selama 8 jam) dan fase aktif mulai
dari pembukaan 4-10 cm (fase aktif
dibagi menjadi 3 fase yaitu : fase
akselerasi dengan waktu 2 jam
pembukaan dari 3 menjadi 4 cm,
fase dilaktasi maksimal dalam waktu
2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm,
fase deselerasi pembukaan menjadi
lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi
pembukaan lengkap (Sulistyawati,
2015).
Dari hasil pemeriksaan dalam
Ny. N mengalami kala 1 fase aktif
dengan pembukaan 4 cm,
penurunan kepala 3/5 bagian, portio
tipis, vulva dan vagina membuka,
presentasi kepala, tidak ada molase,
ketuban (+), dengan kontraksi 3 kali
dalam 10 menit dengan durasi 40
detik, pembukaan 10 terjadi pada
jam 13 : 00 WIB ibu mengatakan perut
nya semakin mulas dan sudah tidak
tahan ingin meneran, dengan hasil
ketuban (-), portio tidak teraba
dengan presentasi kepala 1/5
bagian. Kala 1 fase aktif yang dialami
Ny. N kurang dari 3 jam sehingga
terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik dimana menurut
Sulistyawati (2015) lamanya kala I
untuk multigravida yaitu 8 - 12 jam
dengan fase laten berlangsung
hampir hingga 8 jam dan fase aktif
berlangsung 3 jam.
Pada kala II persalinan
berlangsung 55 menit dari
pembukaan lengkap hingga lahirnya
bayi. Asuhan yang diberikan sesuai
dengan asuhan 60 langkah APN,
bayi lahir spontan, menangis kuat,
gerakan aktif dan warna kulit
kemerahan. Setelah dilakukan
pemotongan tali pusat, bayi
diletakkan di perut ibu dengan posisi
tengkurap untuk dilakukan IMD
selama 1 jam. Menurut Nurjasmi
(2016) Inisiasi Menyusu Dini (Early
Initiation) adalah proses menyusu
sendiri, minimal 30 menit atau satu
jam pertama setelah bayi lahir.
Pemberian IMD tidak boleh terlambat
diberikan karena reflek menghisap
pada bayi akan mencapai
puncaknya pada usia 20 – 30 menit
bayi lahir. Secara keseluruhan
kemajuan persalinan pada Ny. N
terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik dimana Ny. N mengalami
partus presipitatus dengan lamanya
kala 1 fase aktif hingga persalinan
pada Ny. N hanya 2 jam 20 menit,
untuk menghindari masalah akibat
partus presipitatus pada Ny. N penulis
melakukan penahanan dengan
cepat pada perinium menggunakan
tangan kanan agar tidak terjadi
laserasi yang luas dan menahan
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
95
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
kepala bayi dengan tangan kiri agar
bayi tidak jatuh karena tidak ditahan.
Menurut Saifuddin (2011), Partus
presipitatus adalah persalinan yang
berlangsung kurang dari 3 jam. Bagi
ibu partus presipitatus bisa
menyebabkan rupture uteri dan
laserasi yang luas sedangkan pada
bayi dapat menyebabkan bayi jatuh
karena tidak ada tahanan.
Pada kala III pelepasan
plasenta berlangsung dalam 6 menit
sampai 15 menit setelah bayi lahir
dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri
(Wiknjosastro, 2015). Kala III
pelepasan plasenta pada Ny. N
berlangsung 10 menit dengan
asuhan yang diberikan, melakukan
peregangan tali pusat terkendali
dengan satu tangan dan satu
tangan lagi berada tepat diatas
tulang pubis untuk melakukan
penekanan pada bagian bawah
uterus dengan cara dorso – kranial
agar uterus tidak terbalik (inversio
uteri) dan plasenta terlahir lengkap
dengan berat plasenta ± 500 gram,
diameter 18 cm, tebal 2 cm,
kotiledon 18 dan panjang tali pusat
50 cm. Penulis melakukan masase
pada uterus untuk memastikan
kontraksi uterus baik dan tidak
mengalami perdarahan, selanjutnya
penulis melakukan pengecekan
perdarahan dan terdapat robekan
jalan lahir pada perineum Ny. N
dengan laserasi yang disebabkan
oleh ukuran berat badan bayi yang
terlalu besar sehingga didapatkan
laserasi derajat I.
Penulis melakukan
pemeriksaan kontra indikasi
pemakaian IUD Post placenta dan
didapatkan hasil keadaan Ny. N baik
dan tidak ada penghambat
pemasangan IUD Post Placenta.
Pemasangan IUD Post Placenta
dilakukan secara langsung tanpa
menggunakan alat.
Pada kala IV penulis melakukan
pemantauan selama 2 jam post
partum setiap 15 menit jam pertama
dan 30 menit di jam ke-dua.
Pemantauan kala IV pemeriksaan
kontraksi uterus, tinggi fundus uteri,
perdarahan, dan mengevaluasi
kondisi ibu secara umum (Mangkuji,
2012). Hasil pemantauan kala IV Ny.
N didapatkan TTV dalam batas
normal, TFU 2 jari bawah pusat,
jumlah perdarahan dalam batas
normal, kandung kemih kosong, serta
kontraksi uterus baik dan keras.
Selama pemantauan kala IV tidak
ada keluhan yang dirasakan. Setelah
itu ibu dipindahkan ke tempat
perawatan dengan menyarankan
untuk melakukan mobilisasi dini agar
otot – otot ibu tidak kaku dan cepat
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
96
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
pulih. Menurut Carpenito (2017)
mobilisasi dini adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian
sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis.
Bidan harus mempersiapkan obat –
obatan essensial untuk mencegah
terjadinya komplikasi selama kala
pemantauan berlangsung, sebagian
besar kejadian kesakitan dan
kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan pascapersalinan dan
terjadi dalam 4 jam pertama setelah
kelahiran bayi dan plasenta (Saswita,
2011). Setelah melakukan
pemantauan kala IV penulis
memberikan terapi obat pada Ny. N
yaitu Vitamin A 2 kapsul 200. 000 IU
diminum 1x1, Asam mefenamat 500
mg 3x1 dan Amoxilin 500 mg 3x1
diminum setelah makan.
Nifas
Masa nifas atau puerperium
adalah masa setelah melahirkan
sampai pulihnya kembali alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil.
Lama masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8
minggu atau 42 hari, namun akan
pulih secara keseluruhan selama 3
bulan (Abidin, 2014). Menurut
Nurjasmi (2016) kunjungan masa nifas
terdiri dari 4 kunjungan, yaitu
Kunjungan 1 (pertama) 6- 8 jam
setelah persalinan, kunjungan II
(kedua) 6 hari setelah persalinan,
kunjungan III (ketiga) 2 minggu
setelah persalinan, kunjungan IV
(keempat) 6 minggu setelah
persalinan. Pada kunjungan nifas Ny.
N didapatkan kesenjangan antara
teori dan praktik, kunjungan nifas
yang dilakukan penulis hanya 3 kali
yaitu (kunjungan pertama 6 jam post
partum, kunjungan kedua 6 hari post
partum dan kunjungan ketiga pada 2
minggu post partum) dimana
seharusnya kunjungan nifas harus
dilakukan 4 kali kunjungan agar
masalah atau keluhan yang dialami
Ny. N dapat diketahui dan ditangani
sedini mungkin.
Pada kunjungan pertama 6 jam
post partum asuhan yang diberikan
sesuai dengan teori Nurjasmi (2016)
yaitu kunjungan nifas dilakukan pada
6 – 8 jam setelah persalinan dan
memberikan asuhan yaitu
mengajarkan ibu cara menyusui
yang benar serta cara menjaga
kehangatan bayi dan merawat tali
pusat bayi dengan baik.
Pada kunjungan kedua 6 hari
postpartum, dari hasil anamnesa
didapatkan hasil payudara bengkak,
penulis melakukan pemeriksaan
obyektif dengan hasil TTV ibu dalam
batas normal, TFU pertengahan pusat
dan simpisis, lokea sanguilenta yaitu
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
97
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
merah kecoklatan, ASI sudah banyak
keluar, bayi kuat menyusu dan
terdapat pembengkakan pada
payudara, menurut teori, pada fase
ini bidan memastikan involusi uterus
dalam keadaan normal, tidak ada
tanda – tanda perdarahan, lokea
normal, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, memastikan
ibu dapat menyusui dengan benar
dan memastikan ibu tetap menjaga
tali pusat tetap kering (Nurjasmi,
2016). Menurut Nurjasmi (2016)
Payudara bengkak bisa diatasi
dengan mengompres payudara
menggunakan kain dengan air
hangat selama 5 menit, lalu
menyusukan bayi setiap 2 jam sekali
serta membangunkan bayi jika bayi
sedang tidur dan meminta ibu untuk
memompa payudara yang penuh
hingga kosong agar tidak terjadi
pembengkakan kembali pada
payudara. Dari masalah yang
dialami Ny. N yang disebabkan oleh
produksi ASI yang terlalu penuh atau
banyak. Penulis memberikan asuhan
sesuai dengan teori yang didapat
yaitu, mengompres payudara
menggunakan kain dengan air
hangat selama 5 menit, lalu
menyusukan bayi setiap 2 jam sekali
serta membangunkan bayi jika bayi
sedang tidur dan meminta ibu untuk
memompa payudara yang penuh
hingga kosong agar tidak terjadi
pembengkakan kembali pada
payudara.
Pada kunjungan ketiga yaitu 2
minggu postpartum, penulis
melakukan pemeriksaan obyektif
dengan hasil TTV ibu dalam batas
normal, TFU sudah tidak teraba, lokea
alba yaitu cairan putih, ASI lancar
dan bayi kuat menyusu, tali pusat
tidak infeksi, dan tidak ada
mengalami masalah dengan
kontrasepsi IUD Post Plasenta yang di
pakai. Pada fase ini bidan
memastikan involusi uterus dalam
keadaan normal, tidak ada tanda –
tanda perdarahan, lokea normal, ibu
cukup mendapatkan makanan dan
cairan, memastikan ibu dapat
menyusui dengan benar dan
memastikan ibu tetap menjaga tali
pusat tetap kering, dan
mengevaluasi pemakaian
kontrasepsi pada Ny.N. (Nurjasmi,
2016). Hasil anamnesa dan
pemeriksaan obyektif Ny. N tidak
terdapat masalah atau keluhan serta
asuhan yang diberikan penulis sesuai
dengan teori yang di dapat menurut
(Nurjasmi, 2016).
Bayi baru lahir
Fisiologi bayi baru lahir adalah
ilmu yang mempelajari fungsi dan
proses bayi baru lahir yaitu suatu
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
98
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
organisme yang sedang tumbuh,
yang baru mengalami proses
kelahiran dan baru menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uterin, ke
kehidupan ekstrauterin. dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu, memiliki berat lahir 2500
gram sampai 4000 gram. Bayi baru
lahir dapat dilahirkan melalui 2 cara,
secara normal melalui vagina atau
melalui operasi caesar (Rukiyah,
2012).
Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL)
dilakukan penulis mulai dari penilaian
selintas dengan hasil bayi lahir
dengan usia kehamilan 41 minggu,
menangis kuat dan bergerak aktif.
Menurut Nurjasmi (2016), Penilaian
selintas berguna untuk melihat
adakah masalah pada bayi seperti
Asfiksia (kegagalan bernafas) pada
bayi akibat kurangnya penilaian
selintas pada bayi, terdapat 3
penilaian selintas pada Bayi Baru
Lahir yaitu (Apakah bayi cukup
bulan, Apakah bayi menangis kuat
atau bernafas tanpa kesulitan,
Apakah bayi bergerak dengan aktif),
setelah dilakukan penilaian selintas
penulis mengeringkan bayi dan
melakukan pemotongan tali pusat
serta memberikan kesempatan Ny. N
dan bayi untuk melakukan IMD
(Inisiasi Menyusui Dini) tanpa
membantu bayi untuk mendapatkan
puting susu ibu selama kurang labih 1
jam sesuai dengan teori yang
didapat. Inisiasi Menyusu Dini (Early
Initiation) adalah proses menyusu
sendiri, minimal 30 menit atau satu
jam pertama setelah bayi lahir.
Pemberian IMD tidak boleh terlambat
diberikan karena reflek menghisap
pada bayi akan mencapai
puncaknya pada usia 20 – 30 menit
bayi lahir (Nurjasmi, 2016). Setelah 1
jam bayi lahir dengan hasil BB 4000
gram, PB 51 cm, LK 34 cm, LD 33 cm,
LILA 10 cm, tidak ada kelainan fisik
pada bayi, bayi dalam keadaan
normal. Menurut Saifuddin (2011)
ukuran normal tubuh bayi yaitu Berat
badan 2500 – 4000 gram, Panjang
badan 48 – 52 cm, Lingkar dada 30 –
38 cm, Lingkar kepala 33 – 35 cm.
Asuhan yang diberikan 1 jam setelah
bayi lahir adalah pencegahan
infeksi, penilaian bayi baru
lahir,pencegahan kehilangan panas,
perawatan tali pusat, pemberian
salep mata dan Vit K, serta
memberikan penkes tentang tanda
bahaya Bayi Baru Lahir. Menurut
Nurjasmi (2016), setelah 1 jam Bayi
Baru Lahir harus segera di berikan
injeksi Vit K dan salep mata yang
bertujuan untuk mencegah bayi
perdarahan dan infeksi pada mata
bayi. Dari hasil pemeriksaan dan
asuhan yang diberikan pada Bayi
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
99
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
Baru Lahir telah sesuai dengan teori
dan praktik.
Menurut Kemenkes RI (2017)
kunjungan neonatal terdiri dari 3
kunjungan, yaitu kunjungan pertama
(6 – 48 jam setelah lahir), kunjungan
ke dua ( 3 – 7 hari setelah lahir ) dan
kunjungan ke tiga ( 8 – 28 hari setelah
lahir ). Pada kasus Bayi Ny. N penulis
juga melakukan 3 kali kunjungan
yaitu kunjungan pertama 17 jam
setelah lahir, kunjungan kedua 6 hari
setelah lahir dan kunjungan ketiga
usia bayi 2 minggu.
Pada kunjungan 17 jam BBL
normal dilakukan pemeriksaan tanda
vital suhu 36,5, RR 38 x/menit, dan
nadi 140 x/menit semua hasil
pemeriksaan dalam keadaan
normal. Asuhan yang diberikan
adalah pencegahan infeksi,
pencegahan kehilangan panas,
memandikan bayi, perawatan tali
pusat, Pemberian imunisasi HB0 dan
memberikan penkes kepada ibu
untuk sering memberikan ASI pada
bayinya minimal 2 jam sekali. Hb 0
diberikan 0 – 7 hari setelah lahir, lebih
baik lagi jika Hb 0 diberikan sebelum
usia bayi 7 hari untuk mencegah
penularan hepatitis B dari ibu ke
anaknya, karena terkadang seorang
ibu tidak tahu jika ia memiliki Hepatitis
B (Kemenkes RI, 2017). Bayi Baru Lahir
harus di berikan imunisasi HB 0 agar
bayi dilindungi dari berbagai
serangan penyakit. Menurut
Kemenkes RI (2017), setiap manusia
pada dasarnya sudah memiliki sistem
kekebalan sejak masih dalam
kandungan untuk melindungi diri dari
serangan penyakit, namun sistem
imun pada bayi belum bekerja
seoptimal dan sekuat sistem imun
orang dewasa sehingga mereka
akan lebih gampang sakit. Dari hasil
pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan pada kunjungan pertama
tidak didapatkan keluhan atau
masalah serta bayi sudah diberikan
asuhan sesuai dengan teori.
Kunjungan kedua bayi
dilakukan bersamaan dengan
kunjungan nifas pada hari ke-6 dari
hasil pemeriksaan TTV bayi
didapatkan dalam batas normal, tali
pusat belum lepas. Menurut
Saifuddin(2011) pada usia 1 – 4
minggu sebagian besar BBL akan
mengalami penurunan berat badan
beberapa ons setelah lahir, ini adalah
hal yang wajar dialami oleh BBL,
karena BBL akan mengalami
pertambahan BB sebanyak 140 – 200
gram per minggu pada usia satu
bulan keatas dengan selalu diberikan
ASI secara eksklusif. Pada kasus bayi
Ny. N didapatkan hasil bahwa bayi
tampak sehat dan kuat menyusu,
kenaikan berat badan bayi
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
100
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
sebanyak 100 gram, dari berat lahir
4000 gram menjadi 4100 gram.
Sehingga tidak menimbulkan
kesenjangan antara teori dan praktik.
Kunjungan ketiga bayi
dilakukan bersamaan dengan
kunjungan nifas pada usia 2 minggu
setelah lahir, hasil pemeriksaan
didapatkan TTV bayi dalam batas
normal, tali pusat sudah lepas di hari
ke 7 setelah lahir, bayi menyusu
dengan kuat serta penulis
mengingatkan Ny. N untuk
membawa bayi ke fasilitas kesehatan
pada tanggal 10 juni 20019 untuk
diberikan imunisasi BCG. Menurut
Kemenkes RI (2017) asuhan yang
diberikan pada kunjungan ketiga
meliputi, Pemeriksaan fisik bayi,
Menjaga kebersihan bayi,
Memberikan ASI eksklusi, Menjaga
keamanan bayi, Menjaga suhu tubuh
bayi, Memberitahu ibu tentang
imunisasi BCG, Penanganan dan
rujukan kasus bila diperlukan.
Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu
upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila suatu saat
terpapar dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Kemenkes RI,
2014).
Imunusasi HB 0 diberikan pada
BBL 0-7 hari imunisasi hepatitis B
diberikan sedini mungkin setelah bayi
lahir. Penyimpanan vaksin pada suhu
2-8o C dan jangan sampai beku.
Indikasi pemberian kekebalan aktif
terhadap infeksi yang disebabkan
oleh virus Hepatitis B. Diberikan
dengan cara disuntik di daerah paha
kanan dengan dosis 0,05 cc secara
IM. Dalam jangka waktu pemberian
setelah 2 jam, 7 hari, 2 bulan, 3 bulan
atau 4 bulan (Evline dan Djamaludin,
2010).
Pada kasus bayi Ny. N, bayi
telah diberikan imunisasi HB0 pada 17
jam setelah lahir. Imunisasi HB0
diberikan pada 1/3 paha kanan
secara IM dengan dosis 0,05 ml. Hasil
dari pemberian imunisasi HB 0 pada
bayi Ny. N sudah diberikan sedini
mungkin sesuai jangka waktu yang
didapatkan dari teori sehingga bayi
dapat terlindungi dari berbagai
penyakit.
Keluarga Berencana
Menurut kamus BKKBN (2011)
Kontrasepsi adalah obat untuk
mencegah, menjarakkan dan
memberhentikan terjadinya konsepsi
(kehamilan).
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
101
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
Menurut WHO (20 11) alat
kontrasepsi yang baik digunakan
pada ibu menyusui agar tidak
menganggu produksi ASI adalah alat
kontrasepsi yang mengandung
progestin seperti mini pil, KB suntik, IUD
(spiral) yang mengandung hormon
progestin, dan implan (susuk).
KB IUD adalah perangkat
plastik kecil berbentuk “T” yang
dimasukkan kedalam Rahim wanita
oleh bidan atau dokter terlatih. Ada
IUD yang mengandung hormon dan
ada juga yang tidak, KB ini tidak
mengganggu pola seksual, darah
haid akan lancar dan tidak akan
mengganggu produksi ASI
(Handayani, 2010).
KB IUD Post Placenta di
gunakan Ny. N setelah lahirnya
plasenta pada tanggal 9 Mei 2019,
sebelum KB IUD dipasang penulis
melakukan konseling tentang alat
kontrasepsi pada kunjungan
kehamilan 37 minggu 4 hari dan
diulang sebelum persalinan
berlangsung, dari konseling yang
dilakukan penulis Ny. N dan suami
memutuskan untuk menggunakan KB
IUD Post Placenta, dengan
persetujuan Ny. N dan suami, penulis
melakukan inform consent yang
disetujui oleh Ny. N dan suami,
pemeriksaan secara subyektif yaitu,
ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit kanker servik /
kanker mulut Rahim, keputihan yang
berlebihan dan berbagai penyakit
lainnya yang menghambat
pemasangan KB IUD Post Placenta,
setelah plasenta lahir penulis
melakukan pemeriksaan obyektif
yang meliputi TTV Ny. N dalam batas
normal, genetalia tidak terdapat
pembengkakan dan tidak ada
varises. Pemeriksaan selesai
dilakukan didapatkan bahwa tidak
ada masalah yang menghambat
pemasangan IUD Post Placenta
pada Ny. N. Setelah IUD Post Plasenta
terpasang penulis mengajarkan Ny. N
cara mengontrol sendiri dirumah
benang IUD Post Placenta yang
belum dipotong oleh bidan,
pemeriksaan dilakukan guna untuk
mendeteksi adanya keluhan atau
ketidaknyamanan dari pemakaian
IUD, tindakan dilakukan dengan cara
menggunakan cermin yang
diletakkan diselengkangan atau
dengan cara meraba sendiri benang
dari KB IUD Post Placenta, jika Ny. N
masih merasakan adanya benang
dan Ny. N tidak mengalami rasa sakit
atau tidak adanya perdarahan yang
keluar akibat pemasangan IUD Post
Placenta. Menurut Handayani (2010)
cara mengontrol KB IUD yaitu
menggunakan cermin yang
diletakkan diselengkangan atau
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
102
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
dengan cara meraba sendiri benang
dari KB IUD jika masih merasakan
adanya benang dan tidak
mengalami rasa sakit atau tidak
adanya perdarahan yang keluar
akibat pemasangan IUD dapat
dikatakan bahwa KB IUD terpasang
dengan benar tanpa keluhan. Dari
hasil pemakaian KB IUD Post Placenta
pada Ny. N. tidak mengalami
keluhan dan dalam batas normal.
SIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan yang
didapat dari hasil studi kasus yaitu
penulis mampu memberikan asuhan
kebidanan komprehensif dan
berkelanjutan dari masa kehamilan,
persalinan, nifas, Bayi Baru Lahir,
imunisasi dan KB pada Ny. N usia 25
tahun dan By. M di PMB Hj. Sri
Satiarsih, SST Tanjungpinang tahun
2019 sesuai standar asuhan
kebidanan yang berlaku.
Saran yang dapat diberikan dari
Laporan Tugas Akhir ini yaitu, agar
dapat menjadi sumber informasi,
mempertahankan kualitas dan
mempromosikan kesehatan serta
memberikan manfaat untuk
menambah pengetahuan tentang
asuhan kebidanan yang dimulai dari
kehamilan hingga KB sehingga
dapat mencegah atau mendeteksi
dini komplikasi yang akan terjadi
dikemudian hari.
UCAPAN TERIMAKASIH
Bapak Teguh Budiwiyanto, M. Ag
selaku Ketua Yayasan Akademi
Kebidanan Anugerah Bintan
Tanjungpinang
Ibu Nining Sulistyowati, SST, M.Kes
selaku Direktur dan selaku Penguji
Laporan Tugas Akhir yang telah
memberikan pengarahan dalam
sidang Laporan Tugas Akhir ini.
Ibu Etika Khoiriyah, SST, M.Keb
selaku dosen pembimbing yang
telah begitu banyak memberikan
ilmu dan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan penulisan
Laporan Tugas Akhir Ini
Ibu Hj. Sri Satiarsih, SST selaku bidan
pembimbing yang telah
menyediakan lahan praktik dan
tempat menimba ilmu dilapangan.
Ayahnda Suhairi (alm) dan
ibunda Siti Hajar selaku orang tua
tercinta yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis selama
menimba ilmu.
Reza hardiansyah selaku saudara
kandung dan seluruh keluarga yang
telah meberikan semangat penulis
untuk menyelesaikan LTA ini.
Ny. N dan keluarga yang bersedia
untuk dipantau selama kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
pISSN 2087-4944
eISSN 2655-1829
103
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. XI, No 01, Februari 2020
Teman-teman yang telah
membantu dalam penyelesaian
laporan ini
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, (2014).Pedoman Pelayanan
Post Natal Care. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Aditya, (2013). Data dan Metode
Pengumpulan Data
Penelitian.Surakarta: Politeknik
Kesehatan
Amin, (2009). Jenis Data Dalam
Penelitian. Surakarta
APN, (2012). Tanda Dan Gejala Kala II
Dalam Persalinan. Jakarta
Baker, (2013). Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Jakarta
Depkes, (2016). Data Ajar Ilmu
Kebidanan Tentang Antenatal
Care. Jakarta.
Dewi, (2015). Asuhan Kebidanan
Komprehensif. Jombang
Dinkes, (2017). Profil Kesehatan Kota
Tanjungpinang.Tanjungpinang
Djamaludin, (2010). Program
Imunisasi Yang harus Terpenuhi
Untuk Kesehatan Anak. Jakarta
Hani U, dkk (2013). Standard Minimal
Kunujungan Ibu Hamil. Jakarta.
Handayani, dkk (2010). Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil.
Jakarta.
Hanretty, (2014). Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersali. Jakarta
IBI, (2012). Standar Asuhan
Kehamilan. Jakarta
Jannah, (2015). Kebutuhan Dasar Ibu
Hamil. Surakarta Politeknik
Kesehatan
Kemenkes RI. (2015). Angka Kematian
Ibu Dan Anak. Tanjungpinang
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan
Ibu Dan Anak. Tanjungpinang:
Pusdiknakes
Mangkuji, (2012) . Asuhan Kebidanan
7 Langkah Varney. Jakarta:
EGC.
Melinda, (2014). Tanda Bahaya Pada
Kehamilan. Semarang
Mochtar, (2012). Asuhan Kebidanan
Masa Nifas Dan Menyusui.
Jakarta.
Mufdillah, (2012). Promosi Kesehatan
untuk Kebidanan. Jakarta.
Mulyani, (2013). Manfaat Imunisasi
Untuk Kesetahan Anak. Jakarta
Nur, (2015). Asuhan Kebidanan
Komprehensif. Semarang
Nurjasmi emi, (2016). Buku Acuan
Midwifery Update. Jakarta
Pratami, (2014). Upaya Percepatan
Penurunan AKI. Yogyakarta
Prawirohardjo, (2012). Asuhan
Kebidanan Kehamilan.Jakarta
Prawirohardjo, (2014). Pendekatan
ResikoPada Ibu Hamil.Jakarta
Rohani, (2011). Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika
Rosayuni, (2015). Metode
Pendokumentasian SOAP.
Yogyakarta.
Rukiyah, (2012). Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Sarwono, (2010).Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil dengan resiko
tinggi. Yogyakarta
Said, (2017). Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Jakarta
Saifuddin, (2013). Asuhan Kebidanan
Masa Nfas dan
Menyusui.Yogyakarta.
Sulistyawati, (2013). Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil.
Jakarta: Salemba Medika
Sulistyawati, (2015).
Ketidaknyamanan Pada Ibu
Hamil. Jakarta: Salemba
Medika
Tyastuti, (2016). Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil. Jakarta:
Salemba Medika
Ulfah, (2015). Asuhan Kebidanan
Komprehensif. Subang
Walyani dkk, (2015). Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas
Khusunya Ibu Menyusui.
Jakarta.
Wiknjosastro, (2015). Asuhan
Kebidanan Ibu Bersalin. Jakart