ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY. S … · sebanyak 143 (27,29%) ... Lampiran 8. Format...
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY. S … · sebanyak 143 (27,29%) ... Lampiran 8. Format...
ASUHAN KEBIDANAN
25 TAHUN P
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
1
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY. S UMUR
25 TAHUN P1A0POST SECTIO CAESAREA
7 HARI DENGAN MASTITIS
DI RSUD SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
ELVY KRISTYAN DILLA
NIM. B13 106
PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY. S UMUR
POST SECTIO CAESAREA
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY. S UMUR
25 TAHUN P1A0POST SECTIO CAESAREA
7 HARI DENGAN MASTITIS
DI RSUD SUKOHARJO
Diajukan Oleh :
ELVY KRISTYAN DILLA
NIM B13 106
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal
Pembimbing
Wijayanti, SST., M.Kes
NIK. 201284105
3
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY. S UMUR
25 TAHUN P1A0POST SECTIO CAESAREA
7 HARI DENGAN MASTITIS
DI RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
ELVY KRISTYAN DILLA
NIM : B13 106
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Progam DIII Kebidanan
Pada Tanggal Juni 2016
Penguji I Penguji II
Ernawati, SST., M.Kes Wijayanti, SST., M.Kes
NIK. 200886033 NIK. 201284105
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi DIII Kebidanan
Siti Nurjanah, SST., M.Keb
NIK. 201188093
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.S Umur 25 Tahun
P1A0Post Sectio Caesarea 7 Hari dengan Mastitis”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun
dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi
DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarah dari berbagai pihak, Karya
Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengn baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns.Wahyu Rima Agustin, SKep., M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakatra.
3. Ibu Wijayanti, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. drg. Gani Suharto, Sp.KG , selaku Direktur RSUD Kabupaten Sukoharjo
yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam melakukan studi
pendahuluan serta studi kasus.
5. Ny. S yang bersedia menjadi pasien dalam pengambilan studi kasus.
6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan studi kasus selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2016
Penulis
5
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Elvy Kristyan Dilla
B13106
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY.S
UMUR 25 TAHUN P1A0POST SECTIO CAESAREA
7 HARI DENGAN MASTITIS
DI RSUD SUKOHARJO
x + 86 halaman + 13 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Berdasarkan SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia masih
tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab tertinggi
kematian ibu tersebut yaitu perdarahan (30,3%), hipertensi (27,1%) dan
infeksi (7,3%). Infeksi dalam masa nifas salah satunya dapat terjadi karena
adanya peradangan pada payudara yang disebut mastitis. Kejadian mastitis
dapat dikurangi melalui upaya preventif dan promotif oleh bidan. Hasil
studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Sukoharjo menujukkan
bahwa terdapat 524 (38,75%) ibu nifas patologi dari 1352 ibu nifas yang
ada pada bulan Oktober 2014 – Oktober 2015. Dari 524 ibu nifas patologi
tersebut sebanyak 89 (16,98%) ibu nifas mengalami mastitis, mengalami
bendungan ASI sebanyak 88 (16,79%) ibu nifas, mengalami hipertensi
sebanyak 143 (27,29%) ibu nifas serta mengalami lain-lain sebanyak 18
(3,43%) ibu nifas.
Tujuan Studi Kasus : Memberikan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.S P1A0
umur 25 tahun post sectio caesarea 7 hari dengan mastitis di RSUD Sukoharjo
menggunakan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney.
Metodologi Penelitian : Studi kasus ini menggunakan rancangan penelitian
deskriptif observasional yang berlokasi di RSUD Sukoharjo dengan
menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan
pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : Setelah dilaksanakan Asuhan Kebidanan selama 5 hari
keadaan ibu baik, ibu sudah tidak demam, ibu sudah bisa menyusui bayinya,
payudara yang bengkak dan puting susu yang lecet sudah membaik.
Kesimpulan : Setelah dilakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu nifas dengan
mastitis terdapat kesenjangan pada tindakan segera, perencanaan dan
pelaksanaan.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, ibu nifas, mastitis
Kepustakaan : 19 literatur (tahun 2008 s/d 2015)
6
MOTTO
1. Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmat dan didikan. (Amsal 1:7)
2. Lakukan apa yang kamu cintai dan cintai apa yang kamu lakukan
3. Pencobaan – pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan – pencobaan biasa,
yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia
tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu
kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu
dapat menanggungnya. ( 1 Korintus 10:13)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Bapak Sarwahno dan ibu Suradji yang selalu memberi semangat dan
dukungan, terima kasih atas doa dan cinta kasihnya selama ini.
2. Kakak – kakakku tercinta Ana, Dewi, Kris, Eni, Anik yang selalu mendukung
dan mendoakanku.
3. Sahabat – sahabatku Rita, Devi, Dewi yang selalu memberi semangat dan
motivasi.
4. Teman – teman yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ini.
5. Almamater tercinta.
7
CURICULUM VITAE
Nama : Elvy Kristyan Dilla
Tempat / Tanggal Lahir : Surakarta, 27 Mei 1995
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bonorejo Rt 02 Rw 16 Nusukan, Surakarta
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Nusukan No. 44 LULUS TAHUN 2007
2. SMP Negeri 5 Surakarta LULUS TAHUN 2010
3. SMA Negeri 5 Surakarta LULUS TAHUN 2013
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2013
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
INTI SARI ............................................................................................................. v
CURICULUM VITAE ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Studi Kasus ..................................................................... 2
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................... 4
E. Keaslian Studi Kasus .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ................................................................................. 7
1. Masa Nifas ............................................................................ 7
2. Nifas Post Sectio Caesarea .................................................. 22
3. Mastitis ................................................................................. 26
B. Teori Manajemen Kebidanan ..................................................... 33
C. Landasan Hukum ........................................................................ 47
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi ................................................................................... 49
B. Lokasi Studi Kasus ..................................................................... 49
C. Subjek Studi Kasus ..................................................................... 49
D. Waktu Studi Kasus ..................................................................... 50
E. Instrumen Studi Kasus ................................................................ 50
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 50
9
G. Alat – alat Yang Dibutuhkan ...................................................... 52
H. Jadwal ......................................................................................... 53
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ............................................................................ 54
B. Pembahasan ................................................................................ 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 83
B. Saran ........................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (Informed Consent)
Lampiran 8. Format Askeb
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. SAP dan Leaflet Breast Care
Lampiran 11. SAP dan Leaflet Cara Menyusui yang Benar
Lampiran 12. Dokumentasi
Lampiran 13. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka
terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di
Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup
(Dinkes, 2012). Penyebab tertinggi kematian ibu tersebut yaitu perdarahan
(30,3%), hipertensi (27,1%) dan infeksi (7,3%) (Kemenkes, 2013).
Infeksi dalam masa nifas salah satunya dapat terjadi karena adanya
peradangan pada payudara yang disebut mastitis. Mastitis adalah infeksi
payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Mastitis umum
terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara (Rukiyah
dan Yulianti, 2010).
Kejadian mastitis dapat dikurangi melalui upaya preventifdan promotif
oleh bidan yang dapat dilakukan dengan mengajarkan cara pemeliharaan
payudara dan pemberian ASI yang benar. Pada kasus tertentu seperti mastitis
dan abses payudara bidan sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter
(Sukarni dan Margareth, 2013).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Sukoharjo
menujukkan bahwa terdapat 524 (38,75%) ibu nifas patologi dari 1352 ibu
nifas yang adapada bulan Oktober 2014 – Oktober 2015. Dari 524 ibu nifas
patologi tersebut sebanyak sebanyak 143 (27,29%) mengalami hipertensi,
2
89(16,98%) ibu nifas mengalami mastitis, mengalami bendungan ASI
sebanyak 88 (16,79%) ibu nifas serta mengalami lain-lain sebanyak 18
(3,43%) ibu nifas.
Mastitis yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi. Komplikasi yang bisa ditimbulkan salah satunya yaitu abses
payudara. Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena
pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Kurang lebih 3% dari kejadian
mastitis berlanjut menjadi abses (Alasiry, 2013). Berdasarkan latar belakang
tersebut, penulis tertarik untuk mengambil studi kasus “Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas pada Ny.Sumur 25 tahun P1A0post sectio caesarea7 hari dengan
mastitis di RSUD Sukoharjo”.
B. PerumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimanaasuhankebidananibunifaspada Ny.S umur 25
tahun P1A0post sectio caesarea7 hari dengan mastitis di RSUD Sukoharjo?”
C. TujuanStudiKasus
1. TujuanUmum
Mampumemberikanasuhankebidananibunifas pada Ny.S umur 25 tahun
P1A0post sectio caesarea7 hari dengan mastitis di RSUD
Sukoharjomenggunakanmanajemenkebidananmenurut 7 langkah Varney.
2. TujuanKhusus
3
a. Mahasiswamampu
1) Melaksanakan pengkajian data subjektifdan data objektifpadaNy.S
umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea7 hari denganmastitis di
RSUD Sukoharjo
2) Menginterpretasikan data dasar meliputi diagnosa kebidanan,
masalah, dan kebutuhan padaNy.S umur 25 tahun P1A0post sectio
caesarea7 hari dengan mastitis di RSUD Sukoharjo
3) Menetapkan diagnosa potensialpadaNy.S umur 25 tahun P1A0post
sectio caesarea7 hari dengan mastitis di RSUD Sukoharjo
4) Menetapkan dan melakukan antisipasi/tindakan segera pada Ny.S
umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea7 hari dengan mastitis di
RSUD Sukoharjo
5) Merencanakan asuhan kebidanan pada Ny.S umur 25 tahun
P1A0post sectio caesarea7 hari dengan mastitis di RSUD
Sukoharjo
6) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana asuhan yang telah
ditetapkan pada Ny.S umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea7
hari dengan mastitis di RSUD Sukoharjo
7) MengevaluasihasilasuhankebidananpadaNy.S umur 25 tahun
P1A0post sectio caesarea7 hari dengan mastitis di RSUD
Sukoharjo
b. Mahasiswa mampu
mengidentifikasikesenjanganantarateoridankasusnyata pada Ny.S
4
umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea7 hari dengan mastitis di
RSUD Sukoharjo
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan memberikan pengalaman yang nyata dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis sesuai
dengan teori yang diperoleh di kampus dan ilmu pengetahuan terkini.
2. Bagi Profesi
Sebagai masukan bagi bidan atau tenaga kesehatan yang lain untuk
meningkatkan kualitas pemberian asuhan kebidanan khususnya pada kasus
ibu nifas dengan mastitis.
3. Bagi Institusi
a. Bagi Pendidikan
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang ibu
nifas dengan mastitis, serta menjadi bahan referensi bagi pembaca di
perpustakaan.
b. Bagi Instansi
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya asuhan kebidanan ibu nifas dengan mastitis.
E. KeaslianStudiKasus
5
Studi kasus yang membahastentangasuhankebidananpadaibunifasdengan
mastitis telahdilakukan oleh:
1. TikaUmi Maryam (2015) dariStikesKusumaHusadadenganjudul
“AsuhanKebidananIbuNifaspada NY.R P2A0 dengan Mastitis di RB An-
Nuur Surakarta”. Data subyektif yang diperoleh: ibu bernama Ny. R umur
27 tahun post partum hari ke 12, ibu mengatakan payudaranya terasa nyeri
dan berat serta badannya terasa demam. Data obyektif yang diperoleh:
TD:120/70 mmHg, S:38o C, payudara teraba kencang terlihat mengkilap
dan terasa lebih padat. Asuhankebidanan yang diberikanyaitu
mengobservasi keadaan umum (KU) dan vital sign (VS)
mengompreshangatdandinginpadapayudara yang sakit,
memberitahuibucaramenyusui yang benar, menganjurkanibumemakai bra
yang menyanggapayudara,
menganjurkanibuuntuktetapmenjagapayudaranyabersihdankering,
menganjurkanibuuntukmengosongkanpayudaranya, memberi terapiobat:
amoxilin (antibiotik) 500mg 3x1, paracetamol (analgetik) 500mg 3x1,
CTM (antihistamin) 500mg 3x1, antasid (antasida) 500mg 3x1,
dexametason (kortikosteroid) 500mg 3x1. Setelah diberikan asuhan
selama 5 hari, payudara sudah tidak bengkak dan lecet pada puting susu
sudah berkurang.
2. Wiwik Hariyati (2015) dari Universitas Muhammadiyah Semarang dengan
judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi pada Ny. R P2A0 dengan
mastitis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang”. Data subyektif yang
6
diperoleh: ibu bernama Ny. R berumur 30 tahun, ibu mengatakan
payudaranya terasa nyeri saat menyusui. Data obyektif yang diperoleh
payudara teraba keras. Asuhan kebidanan yang diberikan yaitu
mengobservasi keadaan umum (KU) dan vital sign (VS), memberi
dukungan ibu, menjelaskan tentang penyebab nyeri, melakukan kompres
hangat dan dingin, melakukan kolaborasi dengan dokter, memberi
pendidikan kesehatan cara perawatan payudara dan cara menyusui yang
benar, memberikan terapi obat: amoxilin 500mg 3x1, paracetamol 500mg
3x1, CTM 500mg 3x1, antasid 500mg 3x1, dexametason 500mg 3x1.
Setelah diberikan asuhan selama 4 hari, mastitis sudah sembuh dan ibu
sudah bisa menyusui bayinya.
Persamaan keaslian pada studi kasus ini terletak pada judul yaitu
ibu nifas dengan mastitis. Sedangkan perbedaan keaslian terletak pada
lokasi, waktu, subjek dan penatalaksanaannya yaitu pada Ny.S P1A0 dapat
disembuhkan selama 5 hari.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TeoriMedis
1. Masanifas
a. Pengertian
Masanifas (puerperium) adalahmasa yang
dimulaisetelahplasentakeluardanberakhirketikaalat-
alatkandungankembalisepertikeadaansemula
(sebelumhamil).Masanifasberlangsungselama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati,2009).
b. Tahapanmasanifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015)
masanifasdibagidalamtigaperiode, yaitu:
1) Puerperiumdini,
yaitukepulihanketikaibudiperbolehkanberdiridanberjalan.
2) Puerperiumintermedial, yaitukepulihanmenyeluruhalat-alat
genital.
3) Remote puerperium, yaituwaktuyang
diperlukanuntukpulihdansehatsempurna,
terutamabilaselamahamilatauwaktupersalinanmempunyaikomplika
si. Waktuuntuksehatsempurnamungkinbeberapaminggu, bulan,
atautahun.
8
c. Tujuanmasanifas
Menurut Sulistyawati (2009) asuhan yang
diberikankepadaibunifasbertujuanuntuk:
1) Meningkatkankesejahteraanfisikdanpsikologisbagiibudanbayi
2) Pencegahan, diagnosa dini, danpengobatankomplikasipadaibu
3) Merujukibukeasuhantenagaahlibilamanaperlu
4) Mendukungdanmemperkuatkeyakinanibu,
sertamemungkinkanibuuntukmampumelaksanakanperannyadalamsituas
ikeluargadanbudaya yang khusus
5) Imunisasiibuterhadap tetanus
6) Mendorongpelaksanaanmetode yang
sehattentangpemberianmakananak,
sertapeningkatanpengembanganhubungan yang baikantaraibudananak.
d. Kebutuhandasarmasanifas
Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas meliputi:
1) Kebutuhannutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses
kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air
7
9
susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan meningkat
tiga kali dari kebutuhan biasa (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
2) Kebutuhancairan
Fungsicairansebagaipelarutzatgizidalam proses metabolism tubuh.
Kebutuhan minimal adalah 3 liter sehari dengan asumsi 1 liter
setiap 8 jam dalam beberapa kali minum, terutama setelah selesai
menyusui bayinya (Sulistyawati, 2009).
3) Kebutuhanambulasi
Sebagianbesarpasiendapatmelakukanambulasisegerasetelah
persalinanusai.Aktivitastersebutamatbergunabagisemuasistemtubu
h, terutamafungsiusus, kandungkemih, sirkulasidanparu-paru.Hal
tersebutjugamembantumencegah thrombosis
padapembuluhtungkaidanmembantukemajuanibudariketergantunga
nperansakitmenjadisehat (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Aktivitasdapatdilakukansecarabertahap,
memberikanjarakantaraaktivitasdanistirahat.Dalam 2
jamsetelahbersalinibuharussudahbisamelakukanmobilisasi.
Dilakukansecaraperlahan-lahandanbertahap.Dapatdilakukandengan
miring kananataukiriterlebihdahulu, kemudiandudukdanberangsur-
angsuruntukberdiridanjalan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
4) Kebutuhaneliminasi BAK/BAB
a) Miksi
10
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap
3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak
dapat melakukan hal tersebut, maka diirangsang dengan
mengalirkan air kran di dekat klien atau mengompres air
hangat diatas simpisis.
b) Defekasi
Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika
klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka
diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar dapat
buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diet
teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat,
olahraga.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)
5) Kebersihandiri
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) dengan menjaga
kebersihandiri, dapat
membantumengurangisumberinfeksidanmeningkatkanperasaannya
manpadaibu.Anjurkanibuuntukmenjagakebersihandiridengancaram
andi yang teratur minimal 2 kali sehari, menggantipakaiandan alas
tempattidursertalingkungandimanaibutinggal. Ibuharustetapbersih,
segardanwangi. Merawat perineum
denganbaikdenganmenggunakan antiseptik
danselaludiingatbahwamembersihkan perineum
11
dariarahdepankebelakang.
Jagakebersihandirisecarakeseluruhanuntukmenghindariinfeksi,
baikpadalukajahitanmaupunkulit.
6) Kebutuhanistirahatdantidur
Ibunifasmemerlukanistirahat yang cukup, istirahattidur yang
dibutuhkanibunifassekitar 8 jam padamalamharidan 1 jam
padasianghari.
Anjurkanibuuntukistirahatcukupuntukmencegahkelelahan yang
berlebihan.Sarankanibuuntukkembalikekegiatan-
kegiatanrumahtanggasecaraperlahan.Kurangistirahatakanmempeng
aruhiibudalamberbagaihal, di antaranyamengurangijumlah ASI
yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus
danmemperbanyakperdarahan,
sertamenyebabkandepresidanketidakmampuanuntukmerawatbayid
andirinya (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
7) Kebutuhanseksual
Ibu yang
barumelahirkanbolehmelakukanhubunganseksualkembalisetelah 6
minggupersalinan.Batasanwaktu 6
minggudidasarkanataspemikiranpadamasaitusemualukaakibatpersa
ilnan, termasukluka episiotomi danlukabekassection cesarean (SC)
biasanyatelahsembuhdenganbaik.Bilasuatupersalinan di
12
pastikantidakadalukaatauperobekanjaringan,
hubunganseksbahkantelahbolehdilakukan 3 – 4 minggusetelah
proses melahirkanitu. Meskipunhubungantelahdilakukansetelah 6
mingguadakalanyaibu-
ibutertentumengeluhhubunganmasihterasasakitataunyerimeskipunt
elahbeberapabulan proses persalinan (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
8) Kebutuhanperawatanpayudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.
b) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang
yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting yang tidak lecet.
c) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam,
ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan
sendok.
d) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1
tablet setiap 4-6 jam.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)
9) Latihansenamnifas
Selamakehamilandanpersalinanibubanyakmengalamiperubahanfisi
ksepertidindingperutmenjadikendor,
longgarnyaliangsenggamadanototdasarpanggul.
13
Untukmengembalikankepadakeadaan normal
danmenjagakesehatan agar tetap prima,
senamnifassangatbaikdilakukanpadaibusetelahmelahirkan.Ibutidak
perlutakutuntukbanyakbergerak, karenadenganambulasidini
(bangundanbergeraksetelahbeberapa jam melahirkan)
dapatmembanturahimuntukkembalikebentuksemula (Walyani dan
Purwoastuti, 2015)
10) Rencana KB
Rencana KB setelahibumelahirkanitusangatlahpenting,
dikarenakansecaratidaklangsung KB
dapatmembantuibuuntukdapatmerawatanaknyadenganbaiksertame
ngistirahatkanalatkandungannya
(pemulihanalatkandungan).Ibudansuamidapatmemilihalatkontrasep
si KB apasaja yang ingin digunakan. KB pada ibu nifas diperlukan
agar ibutidakcepathamillagi (minimal 2 tahun) dan agar
ibupunyawaktumerawatkesehatandirisendiri, anakdankeluarga
(Walyani dan Purwoastuti, 2015).
e. Perubahanfisiologismasanifas
Perubahan fisiologis pada masa nifas yaitu:
1) Sistem kardiovaskuler
Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-
400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio
14
sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari
volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam,
hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesarea,
hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.
Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordial.
Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai
kelima post partum (Marmi, 2014).
2) Sistem hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma
serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post
partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah
lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan
faktor pembekuan darah (Marmi, 2014).
3) Sistem reproduksi
a) Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar
15
dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
neurotic (layu/mati) (Sulistyawati, 2009).
Menurut Sulistyawati (2009), perubahan TFU (tinggi fundus
uteri) pada masa nifas yaitu:
(1) Pada saat bayi lahir, TFU setinggi pusat
(2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat
(3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat
dan sympisis
(4) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas sympisis
(5) Pada 6 minggu post partum, TFU tidak teraba
b) Lochea
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) lochea adalah cairan
sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Macam-macam lochea:
(1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dan mekonium, selama 2 hari postpartum
(2) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan
lender, hari 3-7 postpartum
(3) Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 postpartum
(4) Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu
16
(5) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk
(6) Locheastatis : lochea tidak lancar keluarnya
c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup (Walyani
dan Purwoastuti, 2015).
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
e) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
17
daripada keadaan sebelum melahirkan (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
4) Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urine dalam
jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam setelah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu (Walyani
dan Purwoastuti, 2015).
5) Sistem pencernaan
Selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal(Nugroho dkk,
2014).
6) Sistem endokrin
18
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar prolaktin dalam
darah berangsur-angsur hilang (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
7) Sistem muskuloskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi
dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses involusi (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
8) Perubahan tanda-tanda vital
Menurut Marmi (2014), perubahan fisiologis pada tanda tanda vital
adalah;
a) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2o C. Pasca
melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5o C dari
keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja
keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun
kelelahan. Apabila kenaikan suhu diatas 38o C, waspada
terhadap infeksi post partum.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi
maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan
post partum.
19
c) Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik 90-120 mmHg
dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus
normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan
tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi
pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post
partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
d) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24
kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan
lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan
selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
f. Komplikasi pada masa nifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) komplikasi pada masa nifas
yaitu:
1) Infeksi nifas
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-
alat genetalia dalam masa nifas.
2) Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih.
20
3) Metritis
Metritis adalah inspeksi uterus setelah persalinan yang merupakan
salah satu penyebab terbesar kematian ibu.
4) Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.
5) Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi
atau tidak, yang disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus melalui
luka pada puting susu atau melalui peredaran darah.
6) Abses payudara
Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara.
7) Abses pelvis
Penyakit radang panggul merupakan istilah yang merujuk pada suatu
infeksi pada uterus (rahim), tuba fallopii, dan organ reproduksi lainnya.
8) Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut.
9) Infeksi luka perineum
21
Luka perineum adalah luka perineum karena adanya robekan jalan lahir
baik karena ruptur maupun karena episiotomi pada waktu melahirkan
janin.
10) Perdarahan pervagina
Perdarahan pervagina atau perdarahan post partum adalah kehilangan
darah sebanyak 500 cc atau lebih setelah melahirkan.
g. Perubahanpsikologismasanifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) proses adaptasi
psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran
maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang
wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu
setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan
terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang
ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada
masa nifas sebagai berikut:
1) Fungsi menjadi orang tua
2) Respon dan dukungan dari keluarga
3) Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4) Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
Walyani dan Purwoastuti (2015) juga menyebutkan bahwa fase-fase
yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas yaitu:
1) Fase taking in
22
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai
akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan
fisik yang dialami pada fase ini seperti mules, nyeri pada jahitan,
kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk
mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti
menangis, dan mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung
lebih pasif terhadap lingkungannya.
2) Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif, sehingga mudah
tersinggung dan marah. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
3) Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu
23
memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan diri dan bayinya.
2. Nifas Post Sectio Caesarea
a. Pengertian
Post partum sectio caesarea, dapat diartikan sebagai berikut: ibu pasca
seksio sesarea adalah ibu yang melahirkan janin dengan cara proses
pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus dalam
waktu sekitar kurang lebih enam minggu organ-organ reproduksi akan
kembali pada keadaan tidak hamil ( Hartati dan Maryunani, 2015)
b. Penatalaksanaan nifas post sectio caesarea
Menurut Prawirohardjo (2011), penatalaksanaan nifas post sectio caesarea
adalah:
1) Perawatan awal
a) Letakkan pasien dalam posisi untuk pemulihan :
(1) Tidur miring dengan kepala agak ekstensi untuk membebaskan
jalan nafas
(2) Letakkan lengan atas di muka tubuh agar mudah melakukan
pemeriksaan tekanan darah
(3) Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tertekuk
daripada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan
b) Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien
24
(1) Cek tanda vital dan suhu tubuh setiap 15 menit selama jam
pertama, kemudian tiap 30 menit pada jam selanjutnya
(2) Periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar
(3) Cek kontraksi uterus jangan sampai lembek
2) Analgesia
Analgesia yang diberikan: supositoria ketoprofen 2 kali/ 12 jam atau
tramadol, oral: tramadol tiap 6 jam atau parasetamol, injeksi: petidin
50-75 mg diberikan tiap 6 jam bila perlu.
3) Perawatan lanjutan
Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tiap 4 jam, kontraksi uterus,
dan perdarahan.
4) Mobilisasi
Pasien telah dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya
sedikit, kemudian dapat duduk pada jam 8-12 jam (bila tak ada
kontaindikasi dari anestesi). Ia dapat berjalan bila mampu pada 24 jam
pasca bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua.
5) Fungsi Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal pada pasien obstetri yang tindakannya tidak
terlalu berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam.
6) Pembalutan dan perawatan luka
Penutup/pembalut luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung
terhadap infeksi selama proses penyembuhan yang dikenal dengan
repitelisasi. Pertahankan penutup luka ini selama hari pertama setelah
25
pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses repitelisasi
berlangsung. Luka harus dijaga tetap kering dan bersih, tidak boleh
terdapat bukti infeksi atau seroma sampai ibu diperbolehkan pulang
dari rumah sakit.
7) Perawatan fungsi kandung kemih
Pemakaian kateter dibutuhkan pada prosedur bedah. Semakin cepat
melepas kateter akan lebih baik mencegah kemungkinan infeksi dan
membuat perempuan lebih cepat mobilisasi.
8) Antibotika
Jika ada tanda infeksi atau pasien demam, berikan antibiotika sampai
bebas demam selama 48 jam.
9) Melepas jahitan
Melepas jahitan kulit 5 hari setelah hari bedah pada penjahitan dengan
sutera.
10) Demam
Suhu yang melebihi 380C pasca pembedahan hari ke 2 harus dicari
penyebabnya. Yakinkan pasien tidak panas minimum 24 jam sebelum
keluar dari rumah sakit.
11) Ambulasi/mobilisasi
Ambulasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam,
dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal. Dorong untuk
26
menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya
dalam waktu 24 jam.
12) Perawatan gabung
Pasien dapat dirawat gabung dengan bayi dan memberikan ASI dalam
posisi tidur atau duduk.
13) Memulangkan pasien
Perawatan 3-4 hari cukup untuk pasien. Berikan instruksi mengenai
perawatan luka (mengganti kasa) dan keterangan tertulis mengenai
teknik pembedahan. Pasien diminta datang untuk kontrol setelah 7 hari
pasien pulang. Pasien perlu segera datang bila terdapat perdarahan,
demam, dan nyeri perut berlebihan.
3. Mastitis
a. Pengertian
Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan oleh
kumanStaphylococcus aerus melalui luka pada puting susu, atau
melalui peredaran darah (Norma dan Dwi, 2013).
b. Tempat atau lokasi terjadinya mastitis
27
Menurut Marmi dkk (2015) berdasarkan tempatnya mastitis dibagi
menjadi 3 yaitu:
1) Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mamae
2) Mastitis di tengah-tengah mamae
3) Mastitis di jaringan bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mamae dan otot-otot dibawahnya.
c. Patofisiologi
Awal dari infeksi pada payudara adalah terjadinya bendungan ASI.
Bakteri yang menyebabkan mastitis adalah Staphylococcus aerus yang
masuk melalui puting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada
payudara, terjadi pemadatan payudara dan terjadi perubahan warna kulit
pada payudara (Sujiyatini dkk, 2009).
Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama
pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi
mungkin juga melalui peredaran darah yang ditandai dengan nyeri pada
payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil, penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan (Rukiyah dan
Yulianti, 2010)
d. Penyebab
Menurut Rukiyah dan Yuliyanti (2010) penyebab mastitis adalah :
1) Infeksi Staphylococcus aerus
2) Sumbatan saluran susu yang berlanjut
3) Payudara tidak disusukan secara adekuat
28
4) Puting lecet sehingga mudah masuk kuman
5) Payudara bengkak
6) Penyangga payudara yang terlalu ketat
7) Ibu diet yang jelek
8) Kurang istirahat sehingga anemia yang menimbulkan infeksi
Menurut Norma dan Dwi (2013) penyebab mastitis adalah :
1) Kurangnya pengetahuan ibu terhadap perawatan payudara
2) Kurangnya personal hygiene
3) Teknik menyusui yang salah
Menurut Sulistyawati (2009) penyebab mastitis adalah :
1) Pengisapan yang tidak efektif
2) Kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju
3) Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama
pada bagian bawah payudara yang menggantung
e. TandadanGejala
Menurut Nisman dkk (2011), tanda dan gejala mastitis adalah :
1) Payudara bengkak dan terasa nyeri
2) Payudara terasa keras saat diraba
Menurut Norma dan Dwi (2013), tanda dan gejala mastitis adalah :
1) Penderita merasa lesu
29
2) Nafsu makan menurun
3) Denyut nadi meningkat
Menurut Prawirohardjo (2011), tanda dan gejala mastitis adalah :
1) Puting datar
2) ASI susah keluar
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), tanda dan gejala mastitis
adalah :
1) Demam suhu > 38,5oC
2) Ada luka pada puting payudara
3) Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
4) Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang
berbatas tegas
5) Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu
karena ASI yang terasa asin
f. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat mastitis yaitu terjadinya abses
payudara, pengumpulan nanah di payudara, dan sepsis (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
g. Pencegahan
30
Pencegahan mastitis menurut Nisman dkk (2011) yaitu: menyusui bayi
secara on demand untuk mencegah ASI terkumpul lama dalam
payudaraagar payudara tidak lecet. Jika lecet, merawat dengan baik
dengan menggunakan ASI yang dioleskan pada payudara. Menjaga
kebersihan payudara dengan membersihkan sebelum dan sesudah
menyusui. Makan-makanan yang bergizi dan minum yang banyak
untuk mempertahankan daya tahan tubuh ibu dan mencegah terserang
penyakit.
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), mastitis dapat dicegah
dengan sering menyusui pada payudara yang terkena, memakai bra
yang menyokong, dan menyusui dengan posisi yang benar
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus mastitis yaitu:
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu mengalami
radang payudara (mastitis) (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
2) Mengajarkan ibu mengkompres payudara dengan air dingin untuk
mengurangi rasa nyeri yang ibu rasa (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
3) Mengompres hangat/panas (Sulistyawati, 2009)
4) Rangsang oksitosin dengan pemijatan punggung (Sulistyawati, 2009)
5) Memberi penjelasan mengenai penyebab penyakit yang sedang diderita
yaitu karena kurangnya menjaga kebersihan payudara terutama dan
pola serta cara menyusui yang kurang benar (Norma dan Dwi, 2013)
6) Konseling suportif
31
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) mastitis merupakan
pengalaman yang paling nyeri dan membuat cemas, dan membuat
banyak wanita merasa sakit. Selain dalam penanganan yang efektif
dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan
emosional. Ibu membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua
tindakan yang dibutuhkan untuk penanganan, dan cara meneruskan
menyusui/memeras ASI dari payudara yang terkena mastitis serta
membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus
menerus dan bimbingan sampai ia benar-benar pulih.
7) Pengeluaran ASI dengan efektif
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) pengeluaran ASI dengan
efektif merupakan bagian terapi terpenting, antara lain:
a) Membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b) Mendorong ibu untuk sering menyusui, sesering dan selama
bayi menghendaki, tanpa pembatasan
c) Bila perlu peras ASI dengan tangan/pompa/botol panas, sampai
menyusui dapat dimulai lagi
8) Terapi antibiotik menurut Walyani dan Purwoastuti (2015)
a) Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
b) Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
c) Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
d) Amoksasilin 250-500 mg setiap 8 jam
e) Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam
32
9) Terapi simtomatik
Pemberian terapi analgesik, ibuprofen dan parasetamol 500 mg per
oral. (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
10) Observasi tanda-tanda vital (Norma dan Dwi, 2013)
11) Memberitahu ibu cara mengatasi puting susu lecet yaitu olesi
puting dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui (Rukiyah dan
Yulianti, 2010)
12) Memberitahu ibu cara perawatan payudaradengan cara menjaga
kebersihan payudara, mengkompres payudara dengan kapas yang
dibasahi baby oil lalu membersihkan payudara sampai bersih dan
mengelap payudara sebelum dan sesudah menyusui (Rukiyah dan
Yulianti, 2010)
13) Memberitahu ibu cara menyusui yang benaryaitu dengan cara:
merangsang bayi agar membuka mulut dengan telunjuk jari, badan
bayi menghadap perut ibu dan menyentuh, telinga bayi sejajar
dengan penopang tubuh bayi, pastikan puting dan sebagian/seluruh
areola masuk ke dalam mulut bayi, puting tepat diantara lidah dan
langit-langit, tidak terdengar ada udara saat bayi menetek, bayi
menyusu dengan kuat dan istirahat di sela-sela menyusu, jangan
lupa untuk menyendawakan bayi, serta berikan ASI sesuai
kebutuhan bayi. (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
14) Menganjurkan ibu untuk tidak menyusui dahulu selama 3 hari atau
demam sudah turun (Norma dan Dwi, 2013)
33
15) Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyokong dan
terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat dan tidak ketat
sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (Norma dan Dwi, 2013)
16) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dengan cara istirahat
disela-sela bayi sedang tidur (Norma dan Dwi, 2013)
17) Memberikan ibu konseling nutrisi yaitu memakan makanan yang
bergizi seperti telur, sayuran hijau, dan buah-buahan serta minum
susu menyusui bila ada (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
18) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang (Rukiyah dan Yulianti,
2010)
19) Mendokumentasikan tindakan (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
B. TeoriManajemenKebidanan
1. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam member asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan.
34
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Soepardan, 2008).
2. Langkah-langkah manajemen kebidanan
Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut Estiwidani dkk (2008)
sebagai berikut:
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Berikut pengkajian/pengumpulan data dasar menurut Ambarwati
dan Wulandari (2010) :
a. Data Subyektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b) Umur
35
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari
35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa
nifas. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) wanita yang
dapat mengalami resiko terjadinya mastitis pada umur 21-35
tahun.
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut sehingga bidan
dapat membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
36
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
2) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
ke fasilitas pelayanan kesehatan.Menurut Norma dan Dwi (2013),
keluhan utama pada kasus mastitis adalah ibu nifas mengeluh
badannya terasa panas dingin, salah satu payudara mengalami
bengkak dan nyeri.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas
ini.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya
dengan masa nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
37
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
4) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah sah
atau tidak karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya.
5) Riwayat obstetrik
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu.
b) Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat
ini.
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB.
7) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran
bayinya. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) pada kasus
38
mastitis ibu merasa cemas dengan keadaan payudaranya dan ibu
takut untuk menyusui bayinya.
8) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, pantangan makan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur.
d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia.
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.
b. Data Objektif
1) Keadaan umum
a) Baik
39
Pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan (Sulistyawati, 2009).
b) Lemah
Pasien kurang atau tidak memberikan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009).
Keadaan umum pada kasus ibu nifas dengan mastitis adalah baik
(Norma dan Dwi, 2013).
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien
tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009).
Kesadaran pada kasus ibu nifas dengan mastitis adalah
composmentis (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
3) Vital sign
Untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang
dialaminya. Vital sign meliputi suhu, tekanan darah, nadi dan
pernafasan.
a) Suhu
Pada 24 jam pertama masa nifas, suhu tubuh mengalami
peningkatan namun setelah 12 jam post partum suhu tubuh
40
kembali normal. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015)
pada kasus mastitis suhu tubuh >38,50C.
b) Nadi
Nadi berkisar antara 60-80 kali/menit. Denyut nadi diatas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan suatu
infeksi.
c) Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 kali/menit.
d) Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120
mmHg dan diastolik 60-80 mmHg (Marmi, 2014)
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut
Astuti (2012) pemeriksaan fisik meliputi:
a) Kepala
(1) Muka
Meliputi pemeriksaan: oedema dan pucat atau tidak.
(2) Mata
Meliputi pemeriksaan: konjungtiva, sclera dan oedema
(3) Hidung
Meliputi pemeriksaan: secret dan polip
(4) Telinga
41
Meliputi pemeriksaan: serumen dan kesimetrisan.
(5) Mulut
Meliputi pemeriksaan: keadaan bibir, stomatitis, karies
b) Leher
Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe, pembesaran
kelenjar tiroid dan tumor.
c) Dada dan mammae
Meliputi pemeriksaan: pembesaran, simetris, areola,
puting, kolostrum dan tumor. Menurut Nisman dkk (2011)
payudara yang terkena mastitis yaitu bengkak, terasa nyeri, dan
terasa keras saat diraba. Menurut Prawirohardjo (2011)
payudara yang terkena mastitis yaitu puting datar dan ASI
susah keluar. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) kulit
payudara yang terkena mastitis berwarna kemerahan atau
mengkilat.
Jadi kesimpulannya payudara yang terkena mastitis yaitu
bengkak, terasa nyeri, terasa keras saat diraba, puting datar,
ASI susah keluar, dan kulit payudara kemerahan atau
mengkilat.
d) Abdomen
Meliputi pemeriksaan:
(1) Inspeksi
42
Meliputi pemeriksaan: luka bekas operasi, pembesaran
perut, linea nigra.
(2) Palpasi
Meliputi pemeriksaan: kontraksi dan tinggi fundus uteri.
e) Genetalia
(1) Vulva, vagina dan perineum
Meliputi pemeriksaan: varises, luka, kemerahan,
pengeluaran pervaginam, bengkak.
(2) Anus
Meliputi pemeriksaan haemorhoid.
f) Ekstremitas
Meliputi pemetriksaan: oedema, varices, kuku jari, dan reflek
patella
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium : meliputi pemeriksaan kadar Hb,
hematokrit, leukosit, golongan darah (Walyani dan
Purwoastuti, 2015)
b) Pemeriksaan penunjang lain : meliputi pemeriksaan USG,
rontgen, dan sebagainya (Walyani dan Purwoastuti, 2015)
Menurut Alasiry (2013) pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis mastitis tidak selalu
diperlukan.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
43
Melakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Menurut Ambarwati dan Wulandari
(2010) interpretasi data meliputi:
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para,
Abortus, Anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas. Pada kasus ibu
nifas dengan mastitis diagnosa kebidanan yang dapat ditetapkan yaitu:
Ny.X PxAx umur X tahun post X X hari dengan mastitis.
Data dasar yang diperoleh dari kasus mastitis yaitu:
Data Subyektif:
1) Ibu mengatakan bernama Ny X umur X tahun (Norma dan Dwi,
2013)
2) Ibu mengatakan melahirkan anaknya secara ... pada tanggal ...
3) Ibu mengatakan melahirkan bayi sebanyak X kali dan belum
pernah keguguran (Norma dan Dwi, 2013)
4) Ibu mengatakan payudara bengkak , terasa nyeri, terasa keras saat
diraba,ASI susah keluar (Nisman dkk, 2011);(Prawirohardjo,
2011); dan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Data Obyektif:
1) KU :
a) Baik
44
Pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan (Sulistyawati, 2009).
b) Lemah
Pasien kurang atau tidak memberikan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009).
2) Kesadaran :
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
coma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009).
3) TTV
a) TD : Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-
120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg (Marmi, 2014)
b) Nadi : Nadi berkisar antara 60-80 kali/menit (Ambarwati dan
Wulandari, 2010)
c) Suhu : suhu tubuh>38,50C (Walyani dan Purwoastuti, 2015)
d) Pernafasan : pernafasan normal yaitu 20-30 kali/menit
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)
4) Payudara : bengkak , terasa nyeri, terasa keras saat diraba, puting
datar, ASI susah keluar, kulit payudara kemerahan atau mengkilat
45
(Nisman dkk, 2011); (Prawirohardjo, 2011); dan (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.Menurut
Walyani dan Purwoastuti (2015) masalah yang muncul dalam kasus
mastitis yaitu ibu merasa cemas dengan keadaan payudaranya dan ibu
takut untuk menyusui.
c. Kebutuhan
Apa yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi masalah yang muncul.
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) kebutuhan ibu pada kasus
mastitis yaitu memerlukan dukungan emosional dan konseling cara
menyusui bayinya.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya
Mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) diagnosa
potensial pada kasus mastitis adalah abses payudara, pengumpulan nanah
di payudara dan sepsis.
46
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk
Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
Berdasarkan Kondisi Klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.Menurut Sulistyawati
(2009) tindakan segera yang harus dilakukan pada kasus mastitis secara
mandiri yaitu memberikan kompres hangat/panas, rangsang oksitosin
dengan pemijatan punggung dan kompres dingin, serta memberikan
antibiotik sesuai advis dokter flukloksasilin/eritromisin 250 mg setiap 6
jam (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau
dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang akan terjadi.
Rencana asuhan yang dapat diberikan pada kasus mastitis menurut
Rukiyah dan Yulianti (2010) yaitu:
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
b. Ajari ibu mengkompres payudara dengan air dingin
c. Ajari ibu merawat payudara
d. Ajari ibu cara menyusui yang benar
47
e. Beritahu ibu cara mengatasi puting susu lecet
f. Beri konseling nutrisi
g. Beri terapi antibiotik
h. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
i. Dokumentasi
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Melaksanakan rencana asuhan yang menyeluruh secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlakasana.
Langkah VII : Mengevaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
C. LandasanHukuman
48
Dalam memberikan asuhan pada masa nifas telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Penyelenggaraaan Praktik sebagai berikut:
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pasal 10
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
(a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil;
(b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
(c) Pelayanan persalinan norma;l
(d) Pelayanan ibu nifas normal;
(e) Pelayanan ibu menyusui; dan
(f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
Berdasarkan wewenang bidan menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Kepmenkes) Nomor : 369/MENKES/SKIII/2007
49
mengenai standar dalam kompetensi bidan pada asuhan ibu nifas dan
menyusui. Bidan mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai
kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai; melakukan kolaborasi
atau rujukan pada komplikasi tertentu; serta memberikan antibiotika yang
sesuai.
BAB III
50
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Studi kasus ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif
observasional. Rancangan penelitian deskriptif observasional adalah cara
mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung yang
bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang
terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial,
ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain
(Hidayat, 2014). Studi kasus ini mendeskripsikan tentang asuhan kebidanan
ibu nifas pada Ny. S umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea7 hari dengan
mastitis di RSUD Sukoharjo, menggunakan manajemen 7 langkah Varney dan
data perkembangan SOAP.
B. Lokasi Studi Kasus
Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut akan dilakukan. Lokasi penelitian
ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo,
2012). Studi kasus ini dilaksanakan di RSUD Sukoharjo.
C. SubjekStudiKasus
Subjekpenelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti(Arikunto, 2013). Subjek yang digunakan pada studi kasus ini
adalahibunifasNy.Sumur25tahunP1A0post sectio caesarea 7 hari dengan
mastitis.
D. WaktuStudiKasus
51
Waktu studi kasus merupakan waktu pelaksanaan pengambilan studi kasus
akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan pada 9
Juni sampai 13 Juni 2016.
E. InstrumenStudiKasus
Instrumenadalahalat-alat yang digunakanuntukpengumpulan data
(Notoatmodjo, 2012). Pada studikasusini, instrument yangdigunakanadalah
format asuhankebidananpadaibunifasdengan 7 langkah Varneydandata
perkembangan SOAP.
F. TeknikPengumpulan Data
Dalam studi kasus ini data diperoleh dari dua sumber yaitu data primer
dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau
alat pengukuran atau alat pengambil data langsung pada subjek sebagai
sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011). Pada studi kasus ini, data
primer diperoleh dengan cara pemeriksaan fisik, wawancara dan observasi.
a. Pemeriksaanfisik
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala
atau masalah kesehatan yang dialami dengan mengumpulkan data
objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien (Walyani dan
Purwoastuti, 2015). Pemeriksaan fisik pada kasus ini dilakukan dari
52
ujung rambut sampai ujung kaki, terutama dilakukan pada payudara
untuk mengetahui keadaan payudara ibu.
b. Wawancara
Wawancaramerupakanmetodepengumpulan data
dengancaramewawancarailangsungresponden yang diteliti,
sehinggametodeinimemberikanhasilsecara langsung (Hidayat, 2014).
Wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga pasien.
c. Observasi
Observasimerupakancarapengumpulan data
denganmengadakanpengamatansecaralangsungkepadarespondenpenelit
ianuntukmencariperubahanatauhal-hal yang akan diteliti (Hidayat,
2014). Observasi dilakukan pada saat pasien datang sampai pasien
sembuh. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi ibu secara
menyeluruh selama masa nifas yang meliputi payudara, kontraksi,
pengeluaran pervaginam, tanda-tanda vital, serta pemeriksaan luka
jahitan.
2. Data Sekunder
Disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data yang
diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari
subjek penelitiannya. Biasanya data dokumentasi atau data laporan yang
telah tersedia (Saryono, 2011). Data sekunder meliputi:
53
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto,
2013). Studi dokumentasi pada kasus ini diperoleh dari
status/dokumentasi pasien dan rekam medik pasien.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan
penelitian (Hidayat, 2014). Pada studi kasus ini studi kepustakaan
diambil dari tahun 2008-2015.
G. Alat – alat yang dibutuhkan
Alat – alat yang dibutuhkan untuk memperoleh data yaitu:
1. Alat dan bahan untuk wawancara
a. Format pengkajian asuhan kebidanan ibu nifas
b. Alat tulis (buku dan bolpoin)
2. Alat dan bahan untuk observasi
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Jam tangan
e. 2 buah kom
54
f. 2 waslap
g. Handuk
h. Air hangat dan dingin
i. Baby oil
j. Kapas
k. Bengkok
H. Jadwal
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta
waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo,
2012). Jadwal terlampir.
55
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
I. Pengkajian
Tanggal : 9 Juni 2016 Pukul : 11.00 WIB
A. Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. T
Umur : 25 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :Tegalsari 1 / 2 Bulakrejo
B. Anamnesa (Data Subyektif)
1. Alasan kunjungan : ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya
2. Keluhan : ibu mengatakan payudara kanan bengkak, nyeri
dan puting susu lecet sejak 2 hari yang lalu, ibu mengatakan melahirkan
anak pertamanya dengan operasi tanggal 2 Juni 2016, ASI keluar tidak
lancar, badan terasa panas.
56
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : ibu mengatakan demam, pusing,
lemas dan tidak menderita batuk dan flu
b. Riwayat Kesehatan
1) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah nyeri dada sebelah
kiri dan tidak keluar keringat dingin saat beraktivitas
2) Ginjal : ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri tekan
pada pinggang kanan/kiri dan tidak pernah nyeri saat BAK
3) Asma : ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas
4) TBC : ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih dari 2
minggu
5) Hepatitis : ibu mengatakan mata, kuku dan kulit tidak pernah
berwarna kuning
6) DM : ibu mengatakan tidak mudah lapar, haus, sering
BAK pada malam hari
7) Hipertensi : ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah
lebih dari 140/90 mmHg
8) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai
mengeluarkan busa dari mulutnya
9) Lain-lain : ibu mengatakan tidak menderita penyakit lain
seperti HIV/AIDS
54
57
c. Riwayat penyakit keluarga : ibu mengatakan baik dari
keluarganya maupun keluarga suami tidak ada riwayat penyakit
menurun seperti hipertensi, asma, DM dan penyakit menular seperti
TBC dan hepatitis.
d. Riwayat keturunan kembar : ibu mengatakan dari keluarganya
maupun keluarga suami tidak ada riwayat keturunan kembar
e. Riwayat operasi : ibu mengatakan belum pernah
operasi apapun
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : ibu mengatakan menstruasi pertama umur 14 tahun
b. Siklus haid : ibu mengatakan siklus menstruasinya 28 hari
c. Lama : ibu mengatakan lama menstruasinya 5-6 hari
d. Banyak : ibu mengatakan sehari ganti pembalut 2-3 kali
e. Teratur/tidak : ibu mengatakan menstruasinya teratur
f. Sifat darah : ibu mengatakan sifat darah encer, warna merah
segar
g. Disminorhoe : ibu mengatakan tidak nyeri perut saat menstruasi
5. Riwayat keluarga berencana : ibu mengatakan belum pernah memakai
kontrasepsi apapun
6. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : sah , kawin 1 kali
b. Kawin/menikah : menikah umur 24 tahun dengan suami umur 28
tahun
58
Lamanya : 1 tahun
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tgl/thn
partus
Tmpt partusUK Jenis partus Peno
long
Anak Nifas Keadaan anak
skrng JK BB PB Kead Laktasi
Sekarang
8. Riwayat Hamil ini
a. HPHT : 1 September 2015
b. HPL : 8 Juni 2016
c. Keluhan-keluhan pada
TM I : ibu mengatakan mual dan muntah
TM II : ibu mengatakan tidak ada keluhan
TM III : ibu mengatakan tidak ada keluhan
d. ANC : 9 kali teratur
TM I : 2 kali pada umur kehamilan 7 minggu dan 12 minggu
TM II : 4 kali pada umur kehamilan 16, 20, 24, dan 28 minggu
TM III : 3 kali pada umur kehamilan 32, 34, 36 minggu
e. Penyuluhan yang pernah didapat : ibu mengatakan pernah mendapat
penyuluhan tablet besi dan gizi ibu hamil
59
f. Imunisasi TT : ibu mengatakan pernah mendapat imunisasi TT 2 kali
pada umur kehamilan 4 bulan dan 6 bulan
g. Pergerakan janin : ibu mengatakan merasakan gerakan janin saat
umur kehamilan 4 bulan
9. Riwayat Persalinan ini
a. Tempat persalinan : RSUD Sukoharjo
b. Penolong : Dokter
c. Tanggal/jam persalinan : 2 Juni 2016 pukul 11.00 WIB
d. Jenis persalinan : SC atas indikasi pacuan gagal
e. Komplikasi dalam persalinan : kala 1 lama
f. Perineum
- Ruptur/tidak : tidak
- Dijahit/tidak : tidak
10. Pola kebiasaan saat nifas :
a. Pola nutrisi
Sebelum nifas : ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedang, 1
piring nasi, sayur dan lauk. Ibu mengatakan minum 8
gelas sehari air putih dan teh serta 1 gelas susu.
Selama nifas : ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedikit, 1 piring
nasi, sayur dan lauk. Ibu mengatakan minum 9 gelas
sehari air putih dan teh.
Keluhan : ibu mengatakan nafsu makannya menurun
60
b. Pola eliminasi
1) BAB
Sebelum nifas : ibu mengatakan BAB 1x/hari warna kuning
kecoklatan, konsistensi lembek
Selama nifas : ibu mengatakan BAB 1x/hari warna kuning
kecoklatan, konsistensi lembek
Keluhan : tidak ada
2) BAK
Sebelum nifas : ibu mengatakan BAK 6 – 7 x / hari warna
kuning jernih
Selama nifas : ibu mengatakan BAK 4 - 5 x / hari warna
kuning jernih
Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat/tidur
Sebelum nifas : ibu mengatakan tidur siang 1 – 2 jam / hari, tidur
malam 6 – 8 jam / hari
Selama nifas : ibu mengatakan tidur siang 1 jam / hari, tidur malam
5 jam/ hari
Keluhan : ibu mengatakan susah tidur
d. Personal hygiene
61
Sebelum nifas : ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari,
keramas 3x seminggu
Selama nifas : ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari,
keramas 3x seminggu dan ganti pembalut 3x sehari
Keluhan : tidak ada
e. Data Psikologis : ibu mengatakan cemas dengan keadaan
payudaranya karena nyeri dan bengkak serta takut menyusui bayinya
f. Riwayat sosial budaya :
- Dukungan keluarga
Ibu mengatakan keluarga sangat mendukung kelahiran bayinya
- Keluarga lain yang tinggal serumah
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami dan orang tuanya
- Pantangan makanan
Ibu mengatakan tidak pantang makanan
- Kebiasaan adat istiadat
Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat
g. Penggunaan obat-obatan/rokok
Ibu mengatakan hanya mengonsumsi obat dari bidan, tidak merokok dan
suami tidak merokok
C. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : cukup
62
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV TD : 120/80 mmHg Suhu : 390C
Nadi : 80x/menit Respirasi : 20x/menit
d. TB : 152 cm
e. BB sebelum hamil : 54 kg
f. BB sekarang : 58 kg
g. LILA : 25 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : bersih, warna hitam, tidak ada ketombe
2) Muka : tidak pucat, tidak oedema
3) Mata
a) Oedema : tidak oedema
b) Conjungtiva : merah muda
c) Sklera : putih
4) Hidung : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada sekret
5) Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen
6) Mulut/gigi/gusi: bersih tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gusi
tidak berdarah
b. Leher
1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran kelenjar
gondok
2) Tumor : tidak ada benjolan
63
3) Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c. Dada dan Axila
1) Mammae
a) Pembengkakan : ada pembengkakan pada payudara sebelah
kanan, terlihat merah mengkilap, teraba keras, puting susu
lecet. Payudara sebelah kiri tidak ada pembengkakan, teraba
tidak keras, puting susu tidak lecet, terlihat normal.
b) Tumor : tidak ada benjolan
c) Simetris : tidak simetris
d) Areola : hiperpigmentasi
e) Puting susu : lecet sebelah kanan, sebelah kiri tidak lecet
f) Kolostrum/ASI : sudah keluar pada payudara sebelah kiri,
payudara sebelah kanan tidak keluar ASI
g) Nyeri tekan : ada nyeri tekan pada payudara sebelah
kanan, pada payudara sebelah kiri tidak ada nyeri tekan
2) Axilla
a) Benjolan : tidak ada benjolan
b) Nyeri : tidak nyeri
d. Ekstremitas
1) Atas : simetris
Tangan kiri : terpasang infus RL dengan tetesan 20 tpm
Tangan kanan : normal
2) Bawah
64
a) Varices : tidak varices
b) Oedema : tidak oedema
c) Betis lembek/keras : betis tidak berwarna merah dan tidak
keras
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri
a. Abdomen
1) Inspeksi
a) Pembesaran perut : normal
b) Linea alba/nigra : ada linea alba
c) Strie albican/livide : tidak ada
d) Kelainan : terdapat luka jahitan bekas operasi
SC dengan tertutup kassa
2) Palpasi
a) Kontraksi : baik, keras
b) TFU : pertengahan pusat dan sympisis
c) Kandung kemih : kosong
b. Anogenital
1) Vulva dan Vagina :
a) Varices : tidak ada varices
b) Kemerahan : tidak ada kemerahan
c) Nyeri : tidak nyeri
d) Lochea : serosa
2) Perineum
65
a) Keadaan luka : tidak luka
b) Bengkak/kemerahan : tidak bengkak/kemerahan
3) Inspeculo
a) Vagina : tidak dilakukan
b) Portio : tidak dilakukan
4) Anus
a) Haemorhoid : tidak ada haemorhoid
b) Lain-lain : tidak ada
5) Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : Hb dengan hasil 10 gr % dan
golongan darah B
II. Interpretasi Data
Tanggal 9 Juni 2016 Pukul 11.40 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Ny.S P1A0umur 25 tahun post sectio caesarea hari ke 7 dengan mastitis
Data Dasar :
Data Subyektif :
a. Ibu mengatakan bernama Ny.S umur 25 tahun
b. Ibu mengatakan melahirkan anak pertamanya dengan operasi pada
tanggal 2 Juni 2016 pukul 11.00 WIB dan belum pernah keguguran
c. Ibu mengatakan payudara kanan bengkak, nyeri dan puting susu lecet
sejak 2 hari yang lalu, ibu mengatakan melahirkan anak pertamanya
66
dengan operasi tanggal 2 Juni 2016, ASI keluar tidak lancar, badan
terasa panas.
Data Obyektif :
a. Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
b. TTV TD : 120/80 mmHg Suhu : 390C
Nadi : 80x/menit Respirasi : 20x/menit
c. TFU : pertengahan sympisis dan pusat
d. Kontraksi : baik/keras
e. Lochea : serosa
f. Abdomen : terdapat luka jahitan bekas operasi SC dengan tertutup
kassa
g. Payudara
1) Inspeksi : payudara sebelah kanan terlihat bengkak, memerah,
puting lecet, payudara sebelah kiri tidak bengkak, puting tidak lecet
2) Palpasi : payudara sebelah kanan teraba kencang, keras, terasa
lebih padat, payudara sebelah kiri tidak keras
h. Tangan kiri : terpasang infus RL 20 tpm
B. Masalah
Cemas dengan keadaan payudaranya
C. Kebutuhan
Beri dukungan pada ibu
67
III. Diagnosa Potensial
Tanggal 9 Juni 2016 Pukul 11.45
Abses payudara
IV. Tindakan Segera
Tanggal 9 Juni 2016 Pukul 11.50
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi:
1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi ranitidine 1 ampul per 12 jam secara IV pada pukul 11.00 dan
23.00
3. Obat oral :
a. Amoxicillin 500 mg 3x1/hari
b. Paracetamol 500 mg 3x1/hari
c. CTM 4 mg 3x1/hari
d. Dexamethasone 0,5 mg 3x1/hari
V. Rencana Tindakan
Tanggal 9 Juni 2016 Pukul 11.55 WIB
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Observasi KU, TTV, payudara, lochea setiap hari
3. Lakukan kompres payudara dengan air dingin dan air hangat
4. Ajari ibu cara menyusui yang benar
5. Anjurkan ibu menggunakan bra yang menyangga payudara
68
6. Beri terapi obat sesuai advis dokter
a. Infus RL 20 tpm
b. Injeksi ranitidine 1 ampul per 12 jam secara IV pada pukul 11.00 dan
23.00
c. Obat oral :
1) Amoxicillin 500 mg 3x1/hari
2) Paracetamol 500 mg 3x1/hari
3) CTM 4 mg 3x1/hari
4) Dexamethasone 0,5 mg 3x1/hari
VI. Pelaksanaan
Tanggal 9 Juni 2016
1. Pukul 12.00 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg Suhu : 390C
Nadi : 80x/menit Respirasi : 20x/menit
Payudara sebelah kanan mengalami pembengkakan karena ASI tidak keluar
lancar
2. Pukul 12.10 Observasi KU, TTV, payudara, lochea
3. Pukul 12.20 Mengkompres payudara dengan air dingin untuk mengurangi
rasa nyeri dan dengan air hangat untuk merangsang ASI keluar
4. Pukul 12.30 Mengajari ibu cara menyusui yang benar
5. Pukul 12.35 Menganjurkan ibu memakai bra yang menyangga payudara
6. Pukul 12.40 Memberi terapi obat sesuai advis dokter
VII. Evaluasi
69
Tanggal 9 Juni 2016
1. Pukul 12.10 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Pukul 12.20 Observasi sudah dilakukan
3. Pukul 12.30 Payudara ibu sudah dikompres dengan air dingin dan air
hangat
4. Pukul 12.35 Ibu sudah mengerti cara menyusui yang benar dan dapat
mempraktekkannya
5. Pukul 12.40 Ibu bersedia memakai bra yang menyangga payudara
6. Pukul 12.45 Terapi obat sudah diberikan
70
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 10 Juni 2016 Pukul 10.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan payudara kanan masih bengkak dan nyeri, payudara kiri tidak
nyeri, badan terasa panas
2. Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaannya
3. Ibu mengatakan belum menyusui bayinya, ASI dikeluarkan dengan dipompa
O : Objektif
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV TD : 120/80 mmHg Suhu : 38,50C
Nadi : 84x/menit Respirasi : 20x/menit
4. TFU : pertengahan sympisis dan pusat
5. Lochea : serosa
6. Tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm
7. Abdomen : terdapat luka jahitan tertutup kassa
8. Payudara
a. Inspeksi : payudara kanan terlihat memerah, membengkak, puting
susu lecet, payudara kiri normal
71
b. Palpasi : payudara kanan teraba lebih padat, keras dan ASI sudah
keluar, payudara kiri normal
A : Assesment
Ny. S P1A0 umur 25 tahun post sectio caesarea hari ke 8 dengan mastitis
P : Planning
Tanggal : 10 Juni 2016
1. Pukul 10.10 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg Suhu : 38,50C
Nadi : 84x/menit Respirasi : 20x/menit
2. Pukul 10.15 Menganjurkan ibu tetap mengompres payudara dengan air dingin
dan air hangat
3. Pukul 10.25 Menganjurkan ibu untuk tetap mengosongkan payudaranya
dengan dipompa
4. Pukul 10.35 Menganjurkan ibu tetap minum obat secara teratur :
a. Amoxicillin 500 mg 3x1/hari
b. Paracetamol 500 mg 3x1/hari
c. CTM 4 mg 3x1/hari
d. Dexamethasone 0,5 mg 3x1/hari
5. Pukul 11.00 Melanjutkan advis dokter untuk pemberian infus RL dan injeksi
ranitidine
Evaluasi
72
Tanggal : 10 Juni 2016
1. Pukul 10.15 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Pukul 10.25 Ibu sudah mengompres payudaranya
3. Pukul 10.35 Ibu sudah mengosongkan payudaranya
4. Pukul 10.40 Ibu bersedia minum obat secara teratur
5. Pukul 11.10 Injeksi ranitidine sudah diberikan
73
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 11 Juni 2016 Pukul 09.30 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan payudara kanan masih nyeri dan bengkak
2. Ibu mengatakan belum menyusui bayinya tapi ibu memompa payudaranya,
ASI dikirim ke rumah untuk diberikan ke bayinya
3. Ibu mengatakan cemas dengan payudaranya
O : Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV TD : 120/80 mmHg Suhu : 37,50C
Nadi : 80x/menit Respirasi : 20x/menit
4. TFU : pertengahan sympisis dan pusat
5. Lochea : serosa
6. Tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm
7. Abdomen : terdapat luka jahitan bekas operasi
8. Payudara
a. Inspeksi : payudara kanan terlihat memerah, bengkak, puting susu
lecet, payudara kiri normal
74
b. Palpasi : payudara kanan teraba sedikit gumpalan, terdapat nyeri
tekan dan ASI sudah keluar, payudara kiri normal
A : Assesment
Ny.S P1A0 umur 25 tahun post sectio caesarea hari ke 9 dengan mastitis
P : Planning
Tanggal : 11 Juni 2016
1. Pukul 09.40 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg Suhu : 37,50C
Nadi : 80x/menit Respirasi : 20x/menit
2. Pukul 09.45 Menganjurkan ibu untuk tetap mengompres payudara dengan air
hangat dan air dingin
3. Pukul 09.55 Mengajarkan pada ibu cara merawat payudara/breast care
4. Pukul 10.10 Menganjurkan ibu tetap minum obat secara teratur
5. Pukul 10.15 Menganjurkan ibu tetap mengosongkan payudaranya dengan
dipompa, ASI dikirim ke rumah untuk diberikan ke bayi
6. Pukul 10.25 Melanjutkan advis dokter untuk pemberian infus RL 20 tpm dan
injeksi ranitidine pada pukul 11.00
Evaluasi
Tanggal : 11 Juni 2016
1. Pukul 09.45 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Pukul 09.55 Ibu sudah mengompres payudaranya
75
3. Pukul 10.10 Ibu sudah mengerti cara merawat payudara dan dapat
mempraktekkannya
4. Pukul 10.15 Ibu bersedia minum obat secara teratur
5. Pukul 10.25 ibu bersedia mengosongkan payudaranya
6. Pukul 11.05 injeksi ranitidine sudah diberikan
76
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 12 Juni 2016 Pukul 10.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan payudaranya masih nyeri tapi sudah tidak bengkak
2. Ibu mengatakan sedikit cemas dengan keadaan payudaranya
3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancar dengan dipompa
O : Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV TD : 120/70 mmHg Suhu : 370C
Nadi : 82x/mnt Respirasi : 18x/menit
4. TFU : pertengahan sympisis dan pusat
5. Lochea : serosa
6. Tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm
7. Abdomen : terdapat luka jahitan bekas operasi
8. Payudara
a. Inspeksi : payudara kanan terlihat merah, bengkak sudah berkurang,
luka pada puting mulai sembuh, payudara kiri normal
77
b. Palpasi : pada payudara kanan nyeri tekan sudah berkurang dan
masih terdapat gumpalan, payudara kiri tidak ada nyeri tekan
A : Assesment
Ny. S P1A0 umur 25 tahun post sectio caesarea hari ke 10 dengan mastitis
P : Planning
Tanggal 12 Juni 2016
1. Pukul 10.05 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD : 120/70 mmHg Suhu : 370C
Nadi : 82x/mnt Respirasi : 18x/menit
2. Pukul 10.10 Menganjurkan ibu untuk tetap merawat payudaranya
3. Pukul 10.15 Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur
4. Pukul 10.20 Menganjurkan ibu mengosongkan payudaranya dengan dipompa
Evaluasi
Tanggal 12 Juni 2016
1. Pukul 10.10 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Pukul 10.15 Ibu bersedia merawat payudaranya
3. Pukul 10.20 Ibu bersedia minum obat secara teratur
4. Pukul 10.25 Ibu bersedia mengosongkan payudaranya
78
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal 13 Juni 2016 Pukul 10.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan payudaranya sudah tidak nyeri
2. Ibu mengatakan sudah tidak cemas dengan keadaannya
3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancar dengan dipompa
O : Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,50C
Nadi : 82x/menit Respirasi : 20x/menit
4. TFU : pertengahan sympisis dan pusat
5. Lochea :serosa
6. Abdomen : terdapat luka bekas jahitan
7. Payudara
a. Inspeksi : payudara kanan sudah tidak bengkak, tidak kemerahan,
luka pada puting sudah membaik, payudara kiri normal
b. Palpasi : payudara kanan sudah tidak keras dan ASI sudah keluar
lancar, payudara kiri normal
79
A : Assesment
Ny.S P1A0 umur 25 tahun post sectio caesarea hari ke 11 riwayat mastitis
P : Planning
Tanggal 13 Juni 2016
1. Pukul 10.05 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,50C
Nadi : 82x/menit Respirasi : 20x/menit
2. Pukul 10.10 Melepas infus sesuai advis dokter, ibu sudah diperbolehkan
pulang, menganjurkan ibu minum obat secara teratur
3. Pukul 10.15 Menganjurkan ibu untuk tetap merawat payudara dirumah
4. Pukul 10.20 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesuai kebutuhan
bayi
5. Pukul 10.25 Memberitahu ibu untuk kontrol 3 hari lagi tanggal 16 Juni 2016
Evaluasi
Tanggal 13 Juni 2016
1. Pukul 10.10 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Pukul 10.20 Ibu bersedia untuk tetap merawat payudaranya
3. Pukul 10.25 Ibu bersedia menyusui bayinya sesuai kebutuhan bayi
4. Pukul 10.30 Ibu bersedia minum obat secara teratur
80
5. Pukul 10.30 Ibu bersedia kontrol 3 hari lagi tanggal 16 Juni 2016
6. Pukul 10.40 Infus sudah dilepas
7. Pukul 11.30 pasien sudah pulang
81
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan membahas teori dan praktek di lapangan pada
asuhan kebidanan Ny. S umur 25 tahun P1A0 post sectio caesarea 7 hari dengan
mastitis di RSUD Sukoharjo dengan menggunakan 7 langkah Varney yang
meliputi:
1. Pengkajian
Menurut Norma dan Dwi (2013), keluhan utama pada kasus mastitis
adalah ibu nifas mengeluh badannya terasa panas dingin, salah satu
payudara mengalami bengkak dan nyeri.
Menurut Nisman dkk (2011) payudara yang terkena mastitis yaitu
bengkak, terasa nyeri, dan terasa keras saat diraba. Menurut Prawirohardjo
(2011) payudara yang terkena mastitis yaitu puting datar dan ASI susah
keluar. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) kulit payudara yang
terkena mastitis berwarna kemerahan atau mengkilat.
Pada kasus ini pasien Ny.S umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea 7 hari
dengan mastitis maka didapatkan hasil pengkajian :
Data Subyektif : ibu mengatakan bernama Ny.S umur 25 tahun, ibu
mengatakan melahirkan anak pertamanya pada tanggal 2 Juni 2016 pukul
23.00 WIB dan belum pernah keguguran, ibu mengatakan payudara kanan
bengkak, nyeri, puting lecet
Data Obyektif : TD : 120/80 mmHg, Suhu : 390C, Nadi : 80x/menit,
Respirasi : 20x/menit dan pemeriksaan payudara yaitu pada saat dilakukan
inspeksi payudara kanan terlihat bengkak, memerah dan puting lecet, pada saat
82
dilakukan palpasi payudara kanan teraba kencang, terasa lebih padat. Sehingga
pada langkah ini tidak ada kesenjangan teori dan praktek
2. Interpretasi Data
Diagnosa kebidanan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para,
Abortus, Anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas. Pada kasus ibu nifas
dengan mastitis diagnosa kebidanan yang dapat ditetapkan yaitu: Ny.X
PxAx umur X tahun post X X hari dengan mastitis.
Diagnosa kebidanan pada kasus ibu nifas dengan mastitis yaitu Ny.S umur
25 tahun P1A0post sectio caesarea hari ke 7 dengan mastitis. Masalah yang
timbul ibu cemas dengan keadaan payudaranya. Kebutuhan yang diberikan
memberi dukungan pada ibu. Sehingga dalam langkah interpretasi data tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, waspada dan bersiap-
siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) diagnosa potensial pada kasus
mastitis adalah abses payudara, pengumpulan nanah di payudara dan sepsis.
Pada kasus Ny.S umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea hari ke 7 dengan
mastitis diagnosa potensial tidak muncul karena penanganan ibu nifas dengan
mastitis sudah dilakukan dengan tepat. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek.
83
4. Tindakan segera
Menurut Sulistyawati (2009) tindakan segera yang harus dilakukan
pada kasus mastitis secara mandiri yaitu memberikan kompres
hangat/panas, rangsang oksitosin dengan pemijatan punggung dan
kompres dingin, serta memberikan antibiotik sesuai advis dokter
flukloksasilin/eritromisin 250 mg setiap 6 jam (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
Tindakan segera pada kasus Ny.S umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea
hari ke 7 dengan mastitis yaitu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi: infus RL 20 tpm, Injeksi ranitidine 1 ampul per 12 jam secara IV pada
pukul 11.00 dan 23.00, obat oral : Amoxicillin 500 mg, Paracetamol 500 mg,
CTM 4 mg, Dexamethasone 0,5 mg.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan teori
dan praktek yaitu pada teori hanya diberikan antibiotik sedangkan di lahan
diberi terapi infus RL, injeksi ranitidine, Paracetamol, CTM, dan
Dexamethasone.
5. Rencana tindakan
Rencana asuhan yang dapat diberikan pada kasus mastitis menurut Rukiyah
dan Yulianti (2010) yaitu:
j. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
k. Ajari ibu mengkompres payudara dengan air dingin
l. Ajari ibu merawat payudara
84
m. Ajari ibu cara menyusui yang benar
n. Beritahu ibu cara mengatasi puting susu lecet
o. Beri konseling nutrisi
p. Beri terapi antibiotik
q. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
r. Dokumentasi
Perencanaan pada kasus Ny.S umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea hari ke
7 dengan mastitis adalah :
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
b. Observasi KU, TTV, payudara, lochea setiap hari
c. Lakukan kompres payudara dengan air dingin dan air hangat
d. Ajari ibu cara menyusui yang benar
e. Anjurkan ibu menggunakan bra yang menyangga payudara
f. Beri terapi obat sesuai advis dokter
1) Infus RL 20 tpm
2) Injeksi ranitidine 1 ampul per 12 jam secara IV pada pukul 11.00
dan 23.00
3) Obat oral :
Amoxicillin 500 mg 3x1/hari
Paracetamol 500 mg 3x1/hari
CTM 4 mg 3x1/hari
Dexamethasone 0,5 mg 3x1/hari
85
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan teori
dan praktek yaitu menurut teori hanya diberi antibiotik sedangkan pada kasus
diberi terapi infus RL, injeksi ranitidine,Paracetamol, CTM , dan
Dexamethasone.
6. Pelaksanaan
Langkah ini adalah melaksanakan rencana asuhan yang menyeluruh
secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya (Estiwidani
dkk, 2008).
Di dalam praktik lapangan melakukan asuhan kebidanan sesuai apa
yang direncanakan kepada klien tanpa ada tindakan yang menyimpang
dari rencana yang telah disusun. Pada kasus ini tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek.
7. Evaluasi
Asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien Ny.S umur 25 tahun
P1A0post sectio caesarea hari ke 7 dengan mastitis dapat sembuh dan pulih
dalam waktu 5 hari yaitu KU ibu menjadi baik, ibu sudah tidak demam, ibu
sudah bisa menyusui bayinya, payudara yang bengkak dan puting susu yang
lecet sudah membaik.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan
pada asuhan kebidanan pada asuhan kebidanan pada Ny.S umur 25 tahun P1A0post
sectio caesarea hari ke 7 dengan mastitis di RSUD Sukoharjo, maka penulis
mampu mengambil kesimpulan yaitu:
1. Asuhan kebidanan pada Ny.S umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea hari
ke 7 dengan mastitis di RSUD Sukoharjo dapat diterapkan melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney dengan baik
sebagai berikut:
a. Pengkajian pada Ny.S umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea hari ke
7 dengan mastitis di RSUD Sukoharjo. Data subjektif ibu mengatakan
melahirkan anaknya pada tanggal 2 Januari 2016, jam 11.00 WIB, ibu
mengatakan payudara kanan bengkak, nyeri, puting lecet, teraba keras
saat diraba, kemerahan/ mengkilat sejak 2 hari yang lalu.Data objektif :
TD: 120/80 mmHg, Suhu: 390C, Nadi: 80x/menit,
Respirasi:20x/menit, inspeksi payudara : payudara sebelah kanan
terlihat bengkak, memerah, puting lecet, payudara sebelah kiri tidak
bengkak, puting tidak lecet, palpasi pada payudara sebelah kanan
teraba kencang, keras, terasa lebih padat, payudara sebelah kiri tidak
keras.
85
87
b. Berdasarkan data subjektif dan objektif, penulis dapat
menginterpretasikan data menjadi diagnosa kebidanan yaitu Ny.S
umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea hari ke 7 dengan mastitis.
Dengan masalah ibu cemas dengan keadaan payudaranya. Kebutuhan
yang dapat diberikan adalah memberi dukungan pada ibu.
c. Diagnosa potensial pada kasus mastitis adalah abses payudara, namun
pada kasus ini tidak terjadi karena adanya penanganan yang baik dan
tepat.
d. Tindakan segera pada kasus ini adalah pemberian terapi : infus RL 20
tpm, injeksi ranitidine 1 ampul per 12 jam, Amoxicillin 500mg
3x1/hari,Paracetamol 500 mg3x1/hari, CTM 4 mg3x1/hari,
Dexamethasone 0,5 mg3x1/hari
e. Rencana tindakan pada kasus ini yaitu : beritahu ibu hasil
pemeriksaan, observasi KU, TTV, payudara, lochea setiap 6 jam,
lakukan kompres payudara dengan air dingin dan air hangat, ajari ibu
cara menyusui yang benar, anjurkan ibu menggunakan bra yang
menyangga payudara, beri terapi obat sesuai advis dokter: infus RL 20
tpm, injeksi ranitidine 1 ampul per 12 jam secara IV pada pukul 11.00
dan 23.00, obat oral : Amoxicillin 500 mg3x1/hari, Paracetamol 500
mg3x1/hari, CTM 4 mg3x1/hari, Dexamethasone 0,5 mg
3x1/hari
f. Pelaksanaan pada Ny.S umur 25 tahun P1A0post sectio caesarea hari
ke 7 dengan mastitis telah dilakukan sesuai rencana.
88
g. Evaluasi kebidanan yang diberikan pada Ny.S umur 25 tahun P1A0post
sectio caesarea hari ke 7 dengan mastitis adalah ibu dapat sembuh dan
pulih dalam waktu 5 hari yaitu KU ibu menjadi baik, ibu sudah tidak
demam, ibu sudah bisa menyusui bayinya, payudara yang bengkak dan
puting susu yang lecet sudah membaik.
2. Terdapat kesenjangan yaitu pada langkah perencanaan pada Ny.S umur 25
tahun P1A0post sectio caesarea hari ke 7 dengan mastitis yaitu pemberian
infus RL 20 tpm, injeksi ranitidine 1 ampul per 12 jam, terapi obat
paracetamol, CTM, dexamethasone.
B. Saran
1. Bagi Institusi
a. STIKes Kusuma Husada
Diharapkan studi kasus ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan khusus
tentang ibu nifas dengan mastitis .
b. RSUD Sukoharjo
Disarankan agar rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya asuhan kebidanan ibu nifas dengan mastitis.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas pemberian asuhan
kebidanan khususnya pada kasus ibu nifas dengan mastitis.
89
3. Bagi Pasien
a. Ibu nifas perlu pemahaman tentang tanda bahaya masa nifas
khususnya mastitis.
b. Diharapkan ibu segera ke tempat pelayanan kesehatan terdekat jika
mengalami tanda dan gejala mastitis.
90
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Astuti, H, P.2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).
Yogyakarta : Rohima Press.
Estiwidani dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Ema Alisiry. 2013. Mastitis: Pencegahan dan Penanganan. (www.idai.com).
24 November 2015.
Hidayat, A. A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Marmi dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peurperium Care”.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nisman dkk. 2011. Panduan Pintar Ibu Menyusui. Yogyakarta : Andi Offset.
Norma D, N. Dwi S, M. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nugroho dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Rukiyah, A, Y. Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta :
Trans Info Media.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra
Cendikia Press.
Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : Andi Offset.
91
Walyani, E, S. Purwoastuti, E, Th. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta : Pustakabarupress.
Sukarni dan Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yoyakarta :
Nuha Medika.
Prawirohardjo, S. 2011. Imu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.