asuhan hipotonik.docx

32
LANDASAN TEORI INERSIA UTERI A. Pengertian Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, 1993). Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998) dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat : 1. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim. 2. Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim 3. Kekuatannya seperti memeras isi rahim 4. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim. Jenis-jenis kelainan his menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1993) : 1. His Hipotonik His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal. Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :

Transcript of asuhan hipotonik.docx

LANDASAN TEORI INERSIA UTERI

A. Pengertian Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, 1993). Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998) dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat : 1. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim. 2. Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim3. Kekuatannya seperti memeras isi rahim4. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.

Jenis-jenis kelainan his menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1993) : 1. His Hipotonik His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal. Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu : a. Inersia uteri primer Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi pada kala I fase laten. b. Inersia uteri sekunderTimbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah. Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.

2. His Hipertonik His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat ( 40 dtk 4 x dlm 10 mnt, lama > 40 dtk4 x dlm 10 mnt, lama > 40 dtk3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk 110/70

120/8080

80

78

80

85

85

80

80

88370C

36,50C

20 x/mnt

20 x/mnt

20 x/mnt

19 x/mnt

20 x/mnt

18 x/mnt

18 x/mnt

19 x/mnt

18 x/mnt

4/5

3/5

II. INTERPRETASI DATA DASAR 1. Diagnosa Ibu G2P1A0 hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup, intra uterine, presentasi kepala, ibu inpartu kala I fase laten. Ds : Ibu mengeluh mulas pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang sejak pukul 05.00 WIB disertai pengeluaran pervaginam lendirbercampur darah. Do : Leopold I : TFU pertengahan pusat-Px, pada fundus teraba bagian agak keras tapi tidak melenting berarti bokong Leopold II : Punggung kanan Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting berarti kepala. Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP. b. DJJ (+) frekuensi 130 x/menit, teratur c. His ada 3 x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik d. Pada pemeriksaan dalam pembukaan serviks 3 cm, ketuban utuh.

2. Masalah a. Nyeri adanya hisDs : Ibu mengatakan nyeri pada saat his datang menjalar dari perutbagian bawah ke pinggang.Do:Pada awal persalinan his adekuat dan teratur dalam waktu yang lama lalu mulai melemah.b. Gangguan rasa nyamanDs : Ibu mengatakan kandung kemihnya penuh sehingga ada keinginan untuk berkemihDo : Teraba blas ibu penuh saat diraba. 3. Kebutuhana. Persiapan fisik seperti nutrisi, posisi dan hidrasi b. Dukungan psikologis dari orang terdekat c. Informasi tentang kondisi ibu saat ini dan proses persalinan yang akan berlangsung. d. Persiapan tempat, peralatan, obat-obatan dan penolong persalinan

Ds : Ibu mengatakan cemas dalam menghadapi persalinanDo : Ibu tampak lemah. III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Potensial terjadi pemanjangan kala II

IV. IDENTIFIKASI MASALAH YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI

Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan cairan, obat-obatan dan tindakan yang akan dilakukan.

V. PERENCANAANa. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat inib. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis pada saat proses persalinanc. Observasi kala I menggunakan partograf dan kolaborasi bila ada komplikasi.d. Siapkan ruangan bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis ibu, serta persiapkan bidan dengan memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic.

1. Penyuluhan cara mengejan yang efektif a. Jelaskan manfaat mengejan yang efektif b. Ajarkan ibu cara mengejan yang efektif c. Observasi cara mengejan ibu. 2. Penyuluhan mengatasi rasa nyeri a. Jelaskan pada ibu penyebab rasa nyeri b. Ajarkan ibu cara mengatasi nyeri c. Observasi keadaan ibu3. Pemenuhan nutrisi ibu a. Berikan makanan jika ibu lapar b. Berikan minum jika ibu haus c. Berikan minuman manis sebagai penambah tenaga kepada ibud. Anjurkan ibu istirahat jika lelah

VI. IMPLEMENTASI 1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini memasuki kala I persalinan dengan his yang melemah 2. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis saat proses persalinan3. Melakukan observasi kala I dengan partograf, meliputi DJJ, penurunan kepala, pembukaan serviks, frekuensi his dan tanda-tanda vital.4. Persiapan persalinan : 1) Menyiapkan ruangan persalinan 2) Menyiapkan alat-alat persalinan : partus set, heating set, air DTT dan clorin, pakaian bayi, handuk, handuk, tempat sampah kering dan basah. 3) Menyiapkan alat resusitasi 4) Menyiapkan pakaian bayi 5) Memantau kemajuan persalinan dengan partograf 6) Melakukan PD setiap 4 jam 1 x atau indikasi inpartu 7) Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan 8) Memenuhi kebutuhan fisik ibu : makan, minum, BAK dan BAB 9) Memenuhi kebutuhan psikologis ibu dengan memberikan dukungan persalinan 10) Meyiapkan alat (pelindung diri) untuk bidan : mitela, masker, barascort, kacamata, handscoen, sepatu booth11) Melakukan penyuluhan mengenai cara mengejan yang efektif dan menjelaskan manfaat mengejan yang efektif pada ibu. apabila ibu mengejan dengan baik akan membantu mempercepat penurunan kepala dan pengeluaran bayi. Mengajarkan cara mengejan yang efektif, mengejan dilakukan pada saat datang his dan telah memasuki kala II persalinan. Sehingga diafragma berfungsi dengan baik. Posisi mengejan : badan ibu dilengkungkan dengan dagu menempel di dada dan mata melihat ke arah perut, ibu tidak mengeluarkan suara, kaki ditarik ke arah badan atau perut dengan kedua tangan menarik pangkal paha dan bokong tidak diangkat, sehingga posisi lithotomi dapat mempercepat penurunan kepala. 12) Mengobservasi cara mengejan ibu.5. Melakukan penyuluhan cara mengatasi rasa nyeri yang disebabkan oleh his yang melemah a. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri, nyeri disebabkan karena adanya kontraksi uterus yang akan membantu mendorong janin untuk keluar. b. Mengajarkan cara mengatasi rasa nyeri, anjurkan ibu untuk jalan-jalan dengan bantuan keluarga atau anjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri agar pembukaan serviks lebih cepat.

VII. EVALUASI 1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini 2. Ruangan dan peralatan persalinan sudah dipersiapkan 3. Ibu bersedia untuk miring ke kiri 4. Kemajuan persalinan baik 5. Hasil pengawasan kala I dengan partograf DJJ : 140 x/menit TTV : TD : 110/70 mmHg Nadi : 88 x/menit RR : 20 x/menit Temp : 370C6. Kandung kemih kosong 7. Frekuensi his : 3 x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik

KALA II Pukul 21.00 WIB

S : 1. Ibu mengatakan sakit perut yang berarti, mulai dari perut bagian bawah dan menjalar ke pinggang. 2. Ibu mengatakan sudah mengeluarkan air ketuban 3. Ibu mengatakan ingin meneran.

O : 1. Ibu dengan inersia uteri setelah diberikan oksitasin drips tampak ada perbaikan his. His 5 kali dalam 10 menit lamanya > 40 detik 2. Pemeriksaan dalam a. Vulva : tidak ada oedema dan varises, bisul, tumor, dan fistula b. Introitus vagina : rugea masih teraba c. Porsio : lunak, tipis dan lembut d. Serviks : pembukaan 10 cm c. Ketuban : sudah pecah (-) pada pukul 20.45 WIB secara spontan d. Presentasi : UUK puka e. Penurunan : Hoodge IV 3. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis TTV : TD : 120/80 mmHg RR : 18 x/menit Pols : 88 x/menit Temp : 36,50C 4. DJJ : Teratur

A : 1. Diagnosa Ibu G2P1A0, hamil 39 minggu, janin tunggal, intra uterine, presentasi kepala, inpartu kala II dengan inersia uteri. Dasar : Ibu mengatakan hamil anak ke-2, HPHT : 20-02-2007 Ibu mengatakan sudah ingin meneran, kontraksi uterus 5 x dalam 10 menit lamanya > 40 detik. Pembukaan serviks lengkap 10 cm, selabut ketuban sudah pecah, perineum menonjol, vulva membuka

2. Masalah Nyeri adanya his Dasar : Ibu mengatakan nyeri yang semakin kuat 3. Kebutuhan a. Dukungan keluarga dalam proses persalinan b. Penatalaksanaan nyeri his c. Pertolongan persalinan yang bersih, aman dan nyaman

P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini sudah masuk masa persalinan 2. Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau tenaga ibu, pantau kontraksi setiap 30 menit, pantau penurunan, presentasi kepala dan DJJ. 3. Anjurkan dan ajarkan pada ibu cara mengejan yang efektif saat his ada dan relaksasi pada saat his menghilang. 4. Observasi cara mengedan ibu 5. Libatkan keluarga dalam proses persalinan dengan memberikan dukungan pada saat ibu mengejan. 6. Lakukan pertolongan persalinan, tolong kepala, bahu dan badan kemudian bersihkan jalan nafas. 7. Periksa janin tunggal atau kembar. 8. Observasi perdarahan pervaginam dan adanya laserasi. 9. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 21.00 WIB BB : 3500 gram Jenis kelamin : Laki-laki PB : 50 cm Anus : (+) Apgar score : 8/9 Caput : tidak ada

KALA III Pukul 21.30 WIB

S : 1. Ibu mengatakan perutnya mulas. 2. Ibu mengatakan merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya.O : 1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis TTV : TD : 110/70 mmHg RR : 18 x/menit Pols : 90 x/menit Temp : 370C2. Massase uterus untuk memastikan adanya bayi kedua, TFU 2 jari dibawah pusat3. Kotraksi uterus baik : uterus teraba bulat dan keras seperti batu. 4. Plasenta belum lahir, tampak tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus bundar dan keras. Adanya perdarahan yang tiba-tiba dan agak banyak, dan memanjangnya bagian tali pusat yang telah lahir.

A : 1. Diagnosa Ibu partus spontan pervaginam, in partu kala III. Dasar : Bayi lahir pukul 21.00 WIB, uterus teraba bulat dan keras, TFU 2 jari dibawah pusat dan plasenta belum lahir 2. Masalah Nyeri perut bagian bawah Dasar : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, plasenta belum lahir, kontraksi uterus baik dan TFU 2 jari dibawah pusat. 3. Kebutuhana. Manajemen aktif kala III Pemenuhan nutrisi dan cairanb. P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu sedang berada pada kala III persalinan. 2. Memantau tanda-tanda vital. TD : 110/70 mmHg RR : 18 x/menit Pols : 90 x/menit Temp : 370C 3. Melakukan manajemen aktif kala III a. Memberikan suntikan oksitosin 10 U IM 1) Setelah bayi lahir, bungkus kain dan susukan pada ibunya 2) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain 3) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik 4) Suntikan oksitosin 10 U IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar selambat-lambatnya 2 menit setelah bayi lahir b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali 1) Pindahkan klem kedua yang menjepit tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva. 2) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu di atas tulang pubis dengan posisi dorso cranial untuk meraba kontraksi uterus, setelah ada kontraksi yang kuat lakukan penegangan tali pusat secara hati- hati. 3) Setelah plasenta lahir, anjurkan ibu untuk meneran sehingga plasenta terdorong ke introitus vagina, tetapi tegangkan tali pusat ke arah bawah mengikuti arah jalan lahir. 4) Saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. 5) Lakukan penarikan secara lembut dan berlahan-lahan. 4. Lahirkan plasenta dengan hati-hati. Plasenta lahir lengkap pukul 21.15 WIB a. Kotiledon dan selabut plasenta utuh/lengkap b. Panjang tali pusat : 20 cm c. Lebar plasenta : 13 cm d. Berat plasenta : 500 gram c. Tebal plasenta : 2 cm 5. Melakukan heating jika terdapat robekan jalan lahir 6. Melakukan massase fundus a. Setelah 15 detik lakukan massase fundus secara sirkuler b. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri c. Jelaskan tindakan ini pada ibu, mungkin ibu akan merasa kurang nyaman d. Ajarkan ibu untuk melakukannya sendiri, dengan lembut dan mantap gerakkan tangan secara memutar (sirkuler) pada fundus uteri sehingga uteri berkontraksi dengan baik. 7. Melakukan vulva higine pada ibu 8. Observasi perdarahan dan robekan jalan lahir.

KALA IV Pukul 22.00 WIB

S : 1. Ibu mengatakan badannya lemah dan letih. 2. Ibu mengatakan perutnya masih mules saat menyusui.

O : 1. Keadaan umum Keadaan umum : baik kesadaran : composmentis 2. Pemeriksaan TTV TD : 120/80 mmHg RR : 19 x/menit Pols : 88 x/menit Temp : 370C 3. Pola eliminasi ibu BAB : Belum BAB setelah PP BAK : 1 x, kandung kemih kosong 4. Kotraksi uterus baik 5. Perdarahan pervaginam + 150 cc 6. Pengeluaran lochea rubra 7. Pengeluaran ASI lancar 8. TFU 3 jari dibawah pusat 9. Tidak ada laserasi jalan lahir

A : 1. Diagnosa Ibu P1A0 partus spontan pervaginam kala IV Dasar : a. Ibu partus spontan pervaginam pukul 21.00 WIB b. Plasenta lahir lengkap pukul 21.15 WIB c. TFU 3 jari dibawah pusat 2. Masalah Gangguan rasa nyaman Dasar : Ibu mengatakan badannya lemah, pegal-pegal dan nyeri punggung 3. Kebutuhan a. Personal hygiene b. Memberikan rasa nyaman c. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

P : 1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini. 2. Memantau TTV TD : 120/80 mmHg RR : 19 x/menit Pols : 88 x/menit Temp : 370C

3. Memantau kontraksi uterus 4. Pemeriksaan kandung kemih 5. Memantau adanya perdarahan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan 30 menit dalam 1 jam kedua dan lochea 6. Penyuluhan personal hygiene Beritahu ibu untuk selalu membersihkan daerah kemaluannya setelah BAK dan BAB dengan arah dari depan ke belakang. Ibu harus mandi 2 x / hari dan ganti pakaian bersih. 7. Pemenuhan nutrisi dan cairan 8. Pemenuhan istirahat atau tidur Tidur siang : 1-2 jam Tidur malam : 6-7 jam 9. Penyuluhan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan 10. Pemenuhan rasa nyaman (mobilisasi dini), dengan menganjurkan ibu untuk miring ke kanan/ke kiri dan berjalan-jalan setelah 6 jam PP.