ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN...

63

Click here to load reader

Transcript of ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN...

Page 1: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

DIKTAT KULIAH

ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON

TES

OLEH

ESTY ARYANI

SAFITHRY, M.Psi,Psy

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Page 2: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB I

KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN

A. PENDAHULUAN

Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment) dikenal pula

beberapa istilah lainnya yaitu pengukuran (measurement), tes (test) dan testing. Diantara

ketiga istilah tersebut, tes merupakan istilah yang paling akrab dengan guru. Hal tersebut

disebabkan karena Tes prestasi belajar (Achievement test) seringkali dijadikan sebagai satu-

satunya alat untuk menilai hasil belajarsiswa. Padahal tes sebenarnya hanya merupakan

salah satu alat ukur hasil belajar. Tes prestasi belajar (Achievement test) seringkali

dipertukarkan pemakaiannya oleh guru dengan konsep pengukuran hasil belajar

(measurement). Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk memperkenalkan kepada guru

tentang pengertian dan esensi tentang konsep evaluasi, asesmen, tes dan pengukuran yang

sesungguhnya. Diantara peristilahan tersebut, Asesmenmerupakan istilah yang belum

dikenal secara umum. Para guru seringkali salah dalam menafsirkan makna asesmen yang

sesungguhnya. Istilah asesmen perlu diperkenalkan kepada guru. Hal ini disebabkan karena

asesmen telah menjadi khazanah peristilahan dalam dunia pendidikan kita. Selain dari itu,

pemahaman tentang asesmen juga dapat mendukung keberhasilan guru dalam

melaksanakan praktek penilaian pembelajaran di kelas

B. PENGERTIAN ASESMEN

Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins sebagai penilaian proses,

kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh

Kumano (2001) sebagai “ The process of Collecting data which shows the development of

learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang

tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa

merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak

dikesampingkan.

Gabel (1993) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen

tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-

salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang

tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek,

Page 3: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat,

penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara).

C. PENGERTIAN TES

Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau

mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian. Jawaban yang diharapkan

dalam tes menurut Sudjana dan Ibrahim (2001) dapat secara tertulis, lisan, atau perbuatan.

Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau

seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang suatu atribut

pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu. Setiap butir pertanyaan atau tugas

tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian

apabila suatu tugas atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh seseorang, tetapi tidak

ada jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah maka tugas atau pertanyaan

tersebut bukanlah tes. Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang

digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam

memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan. Tes

terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan

siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugas atau

soal tersebut.

Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur yang digunakan

untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang

telah ditentukan. Dalam hal ini harus dibedakan pengertian antara tes, testing, testee,

tester. Testing adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan (saat pengambilan tes).

Sementara itu Gabel (1993) menyatakan bahwa testing menunjukkan proses pelaksanaan

tes. Testee adalah responden yang mengerjakan tes. Mereka inilah yang akan dinilai atau

diukur kemampuannya. Sedangkan Tester adalah seseorang yang diserahi tugas untuk

melaksanakan pengambilan tes kepada responden.

Page 4: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

D. PENGERTIAN PENGUKURAN

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah

suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan

informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir

prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati

kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka

seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan

Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka

atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa

dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat

kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et

al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa

pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu

yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan

formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh

para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan

Page 5: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur

bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan

pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian

pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan

ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

E. PENGERTIAN EVALUASI

Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang

dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi

adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan

pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat

dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi

yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes

maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai

terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses

merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk

membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu

proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana

tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002).

Cronbach menyatakan bahwa evaluasi merupakan pemeriksaan yang sistematis

terhadap segala peristiwa yang terjadi sebagai akibat dilaksanakannya suatu program.

Sementara itu Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan

yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam

hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai

proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai. Berdasarkan tujuannya,

terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan

sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi

sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan

F. PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN HUBUNGAN TES, PENGUKURAN, ASESMEN

DAN EVALUASI

1. Persamaan dan perbedaan asesmen dan evaluasi

Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada penilaian

proses. Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari

keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen lebih berpihak kepada kepentingan

Page 6: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

siswa. Siswa dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan kekuatan,

kelemahan, dan perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi menurut Rustaman (2003) lebih

berpihak kepada kepentingan evaluator. Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa

terdapat perbedaan antara evaluasi dengan asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan

penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro,

meluas, dan menyeluruh. Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling

berkaitan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen

merupakan penilaian dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan

evaluasi. Seperti dikemukakan oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi

siswa dan perbaikan program pembelajaran. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan

metode yang bervariasi. Asesmen dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode

yang dipilih untuk evaluasi tersebut. Selain dari itu, subyek untuk asesmen hanya siswa,

sementara itu subyek evaluasi lebih luas dan beragam seperti siswa, guru, materi,

organisasi, dll.

2. Perbedaan Tes, Pengukuran dan Evaluasi

Pengukuran, Tes, dan evaluasi dalam pendidikan berperan dalam seleksi, penempatan,

diagnosa, remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing. Baik tes maupun

pengukuran keduanya terkait dan menjadi bagian istilah evaluasi. Meski begitu, terdapat

perbedaan makna antara mengukur dan mengevaluasi. Mengukur adalah membandingkan

sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Dengan demikian pengukuran bersifat kuantitatif.

Sementara itu evaluasi adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan

ukuran baik-buruk Dengan demikian pengambilan keputusan tersebut lebih bersifat kualitatif

(Arikunto,2003; Zainul & Nasution, 2001).

Setiap butir pertanyaan atau tugas dalam tes harus selalu direncanakan dan mempunyai

jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Sementara itu tugas ataupun pertanyaan

dalam kegiatan pengukuran (measurement) tidak selalu memiliki jawaban atau cara

pengerjaan yang benar atau salah karena measurement dapat dilakukan melalui alat ukur

non-tes. Maka tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah tes. Selain dari itu, tes

mengharuskan subyek untuk menjawab atau mengerjakan tugas, sementara itu pengukuran

(measurement) tidak selalu menuntut jawaban atau pengerjaan tugas.

3. Hubungan antara Asesmen, Evaluasi, Pengukuran dan Tes

Menurut Zainul & Nasution (2001) Hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi

adalah sebagai berikut. Evaluasi belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran yang menggunakan tes sebagai

alat ukurnya. Akan tetapi tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat ukur yang dapat

Page 7: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

digunakan karena informasi tentang hasil belajar tersebut dapat pula diperoleh tidak melalui

tes, misalnya menggunakan alat ukur non tes seperti observasi, skala rating, dan lain-lain.

Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa guru mengukur berbagai kemampuan siswa.

Apabila guru melangkah lebih jauh dalam menginterpretasikan skor sebagai hasil

pengukuran tersebut dengan menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai atas

dasar pertimbangan tertentu, maka kegiatan guru tersebut telah melangkah lebih jauh

menjadi evaluasi. Sementara itu Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa asesmen

merupakan bagian dari evaluasi. Apabila kita membicarakan tentang evaluasi, maka

asesmen sudah termasuk di dalamnya.

Tabel 1. Contoh Hubungan antara tes, non-tes, pengukuran, dan evaluasi

Tes Pengukuran Evaluasi

Soal: Seperangkat Soal/

tugas untuk mengamati

obyek menggunakan

mikroskop dengan

prosedur yang benar

Bu Yoan menghitung berapa

jumlah kesalahan Fani dalam

menggunakan mikroskop (ia

menghitung terjadi 3

kesalahan dari 5 tugas)

Bu Yoan menilai bahwa

kemampuan Fani dalam

menggunakan mikroskop

masih kurang

Soal: 25 soal pilihan ganda

tentang gentika

Pak Rama menghitung

bahwa Adit hanya dapat

menjawab 5 soal dari 25 soal

tes biologi

Pak Rama memutuskan

bahwa Adit perlu

mendapatkan remedial

Non – tes Pengukuran Evaluasi

Soal/Tugas: Tidak ada (-)

Pak Danu menyaksikan

Ajeng membuang sampah di

wastafel lab sebanyak empat

kali

Pak Danu memutuskan

untuk menegur dan

mengajari Ajeng tentang

cara membuang limbah

praktikum

Soal/Tugas : Siswa ditugasi Bu Rita membandingkan Bu Rita menilai bahwa

Page 8: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

oleh Bu Rita untuk

menyusun laporan pasca

kegiatan praktikum fisika

laporan praktikum yang

dibuat Hafis dengan standar

kriteria dan menghitung total

skor yang diperoleh.

Diperoleh skor maksimal 85

kemampuan Hafis sangat

baik dalam menyusun

laporan praktikum yang

ideal

Page 9: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN PENGUKURAN PSIKOLOGIS

A. PENDAHULUAN

Pengukuran adalah bagian esensial kegiatan keilmuan. Psikologi sebagai cabang ilmu

pengetahuan yang relative lebih muda harus banyak berbuat dalam hal pengukuran ini agar

eksistensinya, baik dilihat dari segi teori maupun aplikasi makin mantap. Ilmu pengukuran

(measurement) merupakan cabang dari ilmu statistika terapan yang bertujuan membangun

dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan tes yang

berfungsi secara optimal, valid, dan reliable. Pengukuran adalah suatu prosedur pemberian

angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variable sepanjang suatu kontinum.

Pengukuran itu sendiri, dapat didefinisikan sebagai berikut.

measurement is the assignment of numerals to object or events according to rules

(Steven, 1946).

measurement is rules for assigning numbers to objects in such a way as to represent

quantities of attributes (Nunnaly, 1970).

Sedangkan pengukuran psikologi merupakan pengukuran dengan obyek psikologis

tertentu. Objek pengukuran psikologi disebut sebagai psychological attributes atau

psychological traits,

yaitu ciri yang mewarnai atau melandasi perilaku.

Perilaku sendiri merupakan ungkapan atau ekspresi dari ciri tersebut, yang dapat

diobservasi. Namun tidak semua hal yang psikologis dapat diobservasi. Oleh karena itu

dibutuhkan indikator-indikator yang memberikan tanda tentang derajat perilaku yang diukur.

Agar indikator-indikator tersebut dapat didefinisikan dengan lebih tepat, dibutuhkan

psychological attributes / traits yang disebut konstruk (construct). Konstruk adalah konsep

hipotesis yang digunakan oleh para ahli yang berusaha membangun teori untuk

menjelaskan tingkah laku.

Indikator dari suatu konstruk psikologis diperoleh melalui berbagai sumber seperti hasil-

hasil penelitian, teori, observasi, wawancara, elisitasi [terutama untuk konstruk

sikap]; lalu dinyatakan dalam definisi operasional. Kegiatan pengukuran psikologis sering

disebut juga tes. Tes adalah kegiatan mengamati atau mengumpulkan sampel tingkah laku

yang dimiliki individu secara sistematis dan terstandar. Disebut “sampel tingkah laku”,

Page 10: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

karena tes hanya mendapatkan data pada waktu tertentu serta dalam kondisi dan konteks

tertentu. Artinya, pada saat tes berlangsung, diharapkan data yang diperoleh merupakan

representasi dari tingkah laku yang diukur secara keseluruhan.

Konsekuensi dari pemahaman ini antara lain:

terkadang hasil tes tidak menggambarkan kondisi pisikologis individu [yang diukur]

yang sebenarnya;

hasil tes sangat dipengaruhi oleh faktor situasional seperti kecemasan akan suasana tes

itu sendiri, kesehatan, keberadaan lingkungan fisik [mis. ramai, panas dan sebagainya;

hasil tes yang diambil pada suatu saat, belum tentu akan sama jika tes dilakukan lagi

pada beberapa waktu kemudian walaupun ini merupakan isu reliabililtas;

hasil tes belum tentu menggambarkan kondisi psikologis individu dalam segala konteks.

Pada dasarnya tes terdiri dari dua jenis, yaitu:

Optimal Performance test: melihat kemampuan optimal individu

Typical Performance test: memuat perasaan, sikap, minat, atau reaksi-reaksi situasional

individu. Tes ini sering disebut sebagai inventory test.

B. SEJARAH PENGUKURAN PSIKOLOGI

Pada awalnya, pengukuran psikologi umumnya di pengaruhi oleh ilmu fisiologi dan fisika.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika pengukuran dalam ilmu ini mempengaruhi juga

pengukuran dalam psikologi. Karya-karya tokoh dalam bidang psikofisika umumnya mencari

hokum-hukum umum (generalisasi). Baru kemudian, terutama karena pengaruh Galton,

gerakan “testing” yang mengutamakan ciri-ciri individual menjadi berkembang.

1. Kontribusi Psikofisika

Psikofisika dianggap suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan kuantitatif

antara kejadian-kejadian fisik dan kejadian-kejadian psikologis. Dalam arti luas yang

dipelajari adalah hubungan antara stimulus dan respon. Seperti telah disebutkan di atas

upaya mereka adalah untuk menemukan hokum-hukum umum, seperti misalnya hokum

Weber dan Fechner tentang nisbah pertambahan perangsang menimbulkan pertambahan

respon (sensasi).

Dalam psikofisika modern, kontribusi Thurstone mengenai “low of comparative judgment”

merupakan model yang sangat berharga bagi pengembangan skala-sakala psikologi yang

lebih kemudian. Aplikasinya langsung adalah penerapan metode perbandingan-pasangan

(paired-comparison).

Page 11: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

2. Kontribusi Francis Galton

Sir Francis Galton adalah seorang ahli biologi yang berminat pada factor hereditas

manusia. Dia meneliti dan ingin mengetahui secara luas kesamaan orang-orang dalam satu

keluarga, dan perbedaan orang-orang yang tidak satu keluarga. Untuk itu, dia mendirikan

laboratorium antropometri guna melakukan pengukuran cirri-ciri fisiologis, misalnya

ketajaman pendengaran, ketajaman penglihatan, kekuatan otot, waktu reaki dan lain-lain

fungsi sensorimotor yang sederhana, serta fungsi kinestetik. Galton yakin bahwa ketajaman

sensoris bersangkutan dengan kemampuan intelektual orang. Galton juga merintis

penerapan metode “rating” dan kuesioner. Kontribusi Galton yang lain adalah upayanya

mengembangkan metode-metode statistic guna menganalisis data mengenai perbedaan-

perbedaan individual. Upaya ini dilanjutkan oleh murid-muridnya di antara mereka itu

kemudian menjadi sangat terkenal adalah Karl Pearson.

3. Awal Gerakan Testing Psikologi

Orang yang dianggap mempunyai kontribusi pening dalam gerakan testing psikologi

adalah seorang ahli psikologi Amerika, James McKeen Cattell. Disertasinya du Universitas

Leipzig mengenai perbedaan individual dalam waktu reaksi. Dia sempat kontak dengan

Galton sehingga minatnya terhadap perbedaan individual semakin kuat. Dia sependapat

dengan Galton bahwa ukuran fungsi intelektual dapat dicapai melalui tes diskriminasi

sensoris dan waktu reaksi. Tes yang dikembangkan di Eropa pada akhir abad XIX cenderung

meliputi fungsi yang lebih kompleks. Salah satu contohnya adalah tes Kraepelin. Tes

Kraepelin berupa penggunaan operasi-operasi arithmatik yang sederhana dirancang untuk

mengukur pengaruh latihan, ingatan dan kerentanan terhadap kelelahan dan distraksi.

Awalnya tes ini dirancang untuk mengukur karakteristik pasien-pasien psikiatris. Oehr,

mahasiswa kraepelin, menyusun tes persepsi, ingatan, asosiasi dan fungsi motorik guna

meneliti interrelasi fungsi-fungsi psikologis. Ebbinghaus mengembangkan tes komputasi

aritmatik, luas ingatan, dan pelengkapan kalimat.

Dalam pada itu, di Prancis, Binet dan Henri mengajukan kritik terhadap tes yang ada

dewasa itu terlalu sensoris, berkonsentrasi pada kemampuan khusus. Mereka menyatakan

bahwa dalam pengukuran fungsi-fungsi yang lebih kompleks, presisi kurang perlu karena

perbedaan individual dalam fungsi yang lebih besar. Yang perlukan adalah tes yang

mengukur fungsi yang lebih luas, seperti ingatan, imajinasi, perhatian, pemahaman,

kerentanan terhadap sugesti, apresiasi estetik, dan lain-lain. Gagasan inilah yang akhirnya

menuntun dikembangkannya tes Binet, yang kemudian menjadi sangat terkenal.

4. Binet dan tes intelegensi

Page 12: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

Seperti penjelasan diatas, Binet menyusun alat tes. Tes yang disusun oleh Binet dan

Simon tahun 1905 disebut menghasilkan skala Binet-Simon. Skala ini terkenal dengan nama

skala 1905. Skala ini pada awalnya untuk mengukur dan mengidentifikasi anak-anak yang

terbelakang agar mereka mendapatkan pendidikan yang memadai. Skala ini terdiri dari 30

soal disusun dari yang paling mudah ke yang paling sukar.

Pada skala versi kedua tahun 1908, jumlah soal ditambah. Soal-soal itu dikelomokkan

menurut jenajng umur berdasar atas kinerja 300 orang anak normal berumur 3 sampai 13

tahun. Skor seorang anak pada seluruh perangkat tes dapat dinyatakan sebagai jenjang

mental (mental level) sesuai dengan umur normal yang setara dengan kinerja anak yang

bersangkutan. Dalam berbagai adaptasi dan terjemahan istilah jenjang mental diganti

dengan umur mental (mental age), dan istilah inilah yang kemudian menjadi popular.

Revisi skala ketiga skala Binet-Simon diterbitkan tahun 1911, beberapa bulan setelah

Binet meninggal mendadak. Pada tahun 1912, dalam Kongres Psikologi Internasional di

Genewa, William Stern, seorang ahli psikologi Jerman, mengusulkan konsep koefisien

Intelegensi yaitu IQ = MA/CA. Konsep ini yang dipakai dalam skala Binet yang direvisi di

Universitas Stanford, yang terkenal dengan nama Skala Stanford-Binet yang diterbitkan

tahun 1916, kemudian revisinya tahun 1937 dan revisi selanjutnya tahun 1960. Skala

Stanford-Binet inilah yang selanjutnya diadaptasikan kedalam berbagai bahasa dan

digunakan secara luas dimana-mana. Kecuali itu skalaStanford-Binet juga menjadi model

Pengembangan berbagai tes intelegensi lain.

5. Testing Kelompok

Tes Binet yang dijelaskan diatas adalah merupakan tes individual, artinya tes yang harus

diberikan per orang. Karena kebutuhan yang makin mendesak, maka dikembangkanlah tes

kelompok. Hal ini di latar belakangi pada saat perang dunia I, kebutuhan akan tes kelompok

ini sangat dibutuhkan untuk tes calon tentara. Maka, komite psikologi yang diketuai Robert

M. Yankes, menyusun instrument yang dapat mengklasifikasi individu tetapi diberikan secara

kelompok. Dalam konteks semacam ini, tes intelgensi kelompok yang pertama

dikembangkan. Di dlam tugas ini para ahli psikologi militer menghimpun semua tes yang

ada, terutama tes intelegensi kelompok kaya Otis yang belum dipublikasikan. Tes itu di

susun Otis waktu dia menjadi mahasiswa Terman di Stanford. Dalam karya Otis itulah

format pilihan ganda dan lain- lain format tes objektif mulai digunakan.

Tes yang dikembangkan oleh ahli psikologi dalam militer itu kemudian terkenal dengan

nama Army Alpha dan Army Beta. Setelah perang berakhir maka tes-tes tersebut dilepaskan

untuk umum. Dan ini lalu mendorong pengembangan dan penggunaan tes kelompok secara

Page 13: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

luas. Karena optimisme yang berlebihan, maka penggunaan tes kelompok itu seringkali

didasarkan pada sikap naïf, dan ini ternyata merugikan perkembangan testing psikologi.

6. Pengukuran Potensial Intelektual

Walaupun tes intelegensi dirancang untuk fungsi-fungsi intelektual yang luas ragamnya

guna mengestimasikan taraf intelektual umum individu, namun segera nyata bahwa liputan

tes intelegensi itu sangat terbatas. Tidak semua fungsi penting tercakup. Dalam

kenyataannya kebanyakan tes intelegensi terutama mengukur kemampuan verbal, dan

dalam kada lebih sedikit kemampuan menangani relasi-relasi numeric, simbolik dan abstrak.

Didalam praktek diperlukan instrument yang dapat mengukur kemampuan-keampuan

khusus, misalnya kemampuan mekanik, kemampuan klrikal, bahkan bakat music. Karena

desakan kebutuhan praktis dalam berbagai bidang misalnya dalam bidang bimbingan dan

konseling, dalam pemilihan program studi, dalam penempatan karyawan, dalam analisis

klinis, dan sebagainya, maka upaya pengembangan tes potensial individu khusus itu

dilakukan. Dalam pada itu dapat dimamfaatkannya metode analisis factor mempercepat laju

upaya ini. Hal lain yang perlu dicatat adalah kontribusi pada psikolog militer Amerika selama

Perang Dunia II. Kebanyakan penelitian di kalangan militer didasarkan pada analisis factor

dan diarahkan kepada

pengembangan multiple aptitude test batteries.

7. Tes Hasil Belajar

Pada waktu para ahli psikolog sibuk mengembangkan tes intelegensi dan tes potensial

khusus, ujian-ujian tradisional di sekolah-sekolah mengalami perbaikan teknis. Terjadi

pergeseran dari bentuk esai ke ujian tes objektif. Pelopor perubahan ini adalah penerbitan

The Achievement Test pada tahun 1923. Dengan tes ini dapat dibuat perbandingan

beberapa sekolah pada sejumlah mata pelajaran dengan menggunakan satu norma.

Karakteristik yang demikian itu merupakan penerapan tes hasil belajar baku yang berlaku

sampai sekarang.

8. Tes Proyektif

Pada awal abad XX kelompok psikiater dan psikolog yang berlatar belakang Psikologi

Dalam di Eropa berupaya mengembangkan instrument yang dapat digunakan untuk

mengungkapkan isi batin yang tidak disadari. Seperti telah diketahui, bahwa dalam Psikologi

Dalam (terutama aliran Freudian dan Jungian) ada kelompok proyeksi sebagai salah satu

bentuk mekanisme pertahanan. Dalam mekanisme pertahanan individu secara tidak sengaja

menempatkan isi batin sendiri pada objek di luar dirinya dan menghayatinya sebagai

karakteristik objek yang diluar dirinya itu. Berdasar atas konsep inilah tes proyeksi itu

disusun.

Page 14: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

Pelopor upaya ini adalah Herman Rorschach, seorang psikiater dari Swiss. Selama 10

tahun (1912 – 1922) Herman Rorschach mencobakan sejumlah besar gambar-gambar tak

berstruktur untuk mengungkapkan isi batin tertekan pada pasiens-pasiennya. Dari sejumlah

besar gambar-gambar tersebut akhirnya dipilih 10 gambar yang dibakukan, dan perangkat

inilah yang kemudian terkenal dengan nama Tes Rorschach. Setelah itu sejumlah upaya

dilakukan untuk mengembangkan tes proyektif yang lain, dan hasilnya antara lain Holtzman

Inkbold Technique, Themaatic Apperception Test, Tes Rumah Pohon dan Orang, Tes Szondi,

dan yang sejenisnya.

Page 15: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB III

ASSESMEN DALAM BK

A. PENDAHULUAN

Asesmen merupakan salah satu kegiatan pengukuran. Dalam konteks bimbingan

konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor

sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung. Asesmen

merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam konseling

(baik konseling kelompok maupun konseling individual). Karena itulah asesmen dalam

bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi maupun

semua kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Asesmen dilakukan untuk menggali

dinamika dan faktor penentu yang mendasari munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan

tujuan asesmen dalam bimbingan dan konseling, yaitu mengumpulkan informasi yang

memungkinkan bagi konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang

serta situasi yang ada pada masalah klien. Asesmen yang dilakukan sebelum, selama dan

setelah konseling berlangsung dapat memberi informasi yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi klien. Dalam prakteknya, asesmen dapat digunakan

sebagai alat untuk menilai keberhasilan sebuah konseling, namun juga dapat digunakan

sebagai sebuah terapi untuk menyelesaikan masalah klien.

Asesmen merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/

kompetensi yang dimiliki oleh klien dalam memecahkan masalah. Asesmen yang

dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi beberapa aspek yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator yang

ditetapkan dan dikembangkan oleh Guru BK/ Konselor sekolah. Asesmen yang diberikan

kepada klien merupakan pengembangan dari area kompetensi dasar pada diri klien yang

akan dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator. Pada

umumnya asesmen bimbingan konseling dapat dilakukan dalam bentuk laporan diri,

performance test, tes psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaannya, asesmen merupakan hal yang penting dan harus dilakukan

dengan berhati-hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah

Page 16: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

karena asesmen yang tidak memadai akan menyebabkan tritmen gagal; atau bahkan dapat

memicu munculnya konsekuensi dari tritmen yang merugikan diri klien. Meskipun menjadi

dasar dalam melakukan tritmen pada klien, tidak berarti konselor harus menilai (to assess)

semua latar belakang dan situasi yang dihadapi klien pada saat itu jika tidak perlu.

Kadangkala konselor menemukan bahwa ternyata “hidup” klien sangat menarik. Namun

demikian tidaklah efisien dan tidak etis untuk menggali semuanya selama hal tersebut tidak

relevan dengan tritmen yang diberikan untuk mengatasi masalah klien. Karena itu, setiap

guru pembimbing/ konselor perlu berpegang pada pedoman pertanyaan sebelum melakukan

asesmen; yaitu “Apa saja yang perlu kuketahui mengenai klien?”. Hal itu berkaitan dengan

apa saja yang relevan untuk mengembangkan intervensi atau tritmen yang efektif, efisien,

dan berlangsung lama bagi klien.

Hood & Johnson menjelaskan ada beberapa fungsi asesmen, diantaranya adalah

untuk:

1. Menstimulasi klien maupun konselor mengenai berbagai isu permasalahan

2. Menjelaskan masalah yang senyatanya

3. Memberi alternatif solusi untuk masalah

4. Menyediakan metode untuk memperbandingkan alternatif sehingga dapat diambil

keputusan

5. Memungkinkan evaluasi efektivitas konseling

Selain itu, asesmen juga diperlukan untuk memperoleh informasi yang membedakan

antara apa ini (what is) dengan apa yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan

kebutuhan dan hasil konseling.

Asesmen memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan perencanaan dan

pelaksanaan model-model pendekatan konseling. Jika kedua komponen tersebut didesain

dengan pendekatan “client centered” atau “bottom up”, asesmen akan mengarah pada

inovasi. Hal ini memiliki makna bahwa asesmen tidak hanya berorientasi pada hasil/ produk

akhir, tetapi justru akan lebih terfokus pada proses konseling, yaitu mulai dari membuka

konseling sampai dengan mengakhiri konseling; atau setidak-tidaknya akan ada

keseimbangan antara proses konseling dengan hasil konseling. Dengan demikian asesmen

akan benar-benar bisa memenuhi kriteria objektivitas dan keadilan, sehingga keputusan

yang akan diambil oleh klien dapat benar-benar sesuai dengan kemampuan diri klien itu

sendiri.

Asesmen yang tidak dilakukan secara objektif, akan berpengaruh pada pelayanan

konseling oleh konselor sekolah/ Guru BK. Hal ini akan berakibat tidak baik pada diri klien,

bahkan terhadap konselor itu sendiri untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

Page 17: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

Asesmen dalam bimbingan dan konseling adalah asesmen yang berbasis individu dan

berkelanjutan. Semua indikator bukan diukur dengan soal seperti dalam pembelajaran,

tetapi diukur secara kualitatif, kemudian hasilnya dianalisis untuk mengetahui kemampuan

klien dalam mengambil keputusan pada akhir konseling, dalam melaksanakan keputusan

setelah konseling, serta melihat kendala/ masalah yang dihadapi klien dalam proses

konseling maupun kendala dalam melaksanakan keputusan yang telah ditetapkannya.

Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam asesmen (assesment

need areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu:

1. Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk mendapatkan informasi

mengenai status dari suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it) dengan

apa yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling; serta

tujuan yang sudah dituliskan/ ditetapkan atau outcome yang diharapkan dalam konseling.

2. Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi

yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–bagian

program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien; untuk

mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama. Di sinilah muncul fungsi

evaluator dalam asesmen, yang memberikan informasi-informasi nyata yang potensial. Hal

inilah yang kemudian membuat asesmen menjadi efektif, yang dapat membuat klien

mampu membedakan latihan yang dilakukan pada saat konseling dan penerapannya di

kehidupan nyata dimana klien harus membuat suatu keputusan, atau memilih alternatif-

altenatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahnya.

3. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai

pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang menjadikan

program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.

4. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan

program, yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang

nyata, (b) tujuan yang akan dicapai dalam program, (c) program-progam yang berhasil,

dan (d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang

lain.

5. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the

Study of Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini

memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai

dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien. Dalam hal ini evaluator berfungsi pemberi

Page 18: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

informasi mengenai hasil evaluasi yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengambil

keputusan.

B. TUJUAN ASESMEN

Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan dan konseling

mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konselee mengenali dan menerima

permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah

2. Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konselee maupun konselor dalam

mengetahui masalah yang dihadapi konselee secara mendetil

3. Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat

dilakukan oleh konselee

4. Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan

dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif tersebut

5. Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi

beban masalah konselee atau belum

Selain itu, asesmen digunakan pula untuk menentukan variabel pengontrol dalam

permasalahan yang dihadapi konselee, untuk memilih/mengembangkan intervensi terhadap

area yang bermasalah, atau dengan kata lain menjadi dasar untuk mendesain dan

mengelola terapi, untuk membantu mengevaluasi intervensi, serta untuk menyediakan

informasi yang relevan untuk pertanyaan-pertanyaan yang muncul untuk setiap fase

konseling.

Pada asesmen berbasis individu, asesmen dipakai untuk mengumpulkan informasi asli atau

autentik mengenai konselee sehingga diperoleh informasi menyeluruh tentang diri

konselee secara utuh, dan untuk memberikan penilaian yang objektif. Selain itu, secara

terperinci asesmen berbasis individu bertujuan untuk:

1. Mengembangkan cara konselee merespon (verbal dan/atau non verbal) pertanyaan-

pertanyaan yang disampaikan oleh guru BK.

2. Melatih konselee untuk berpikir dalam upaya pemecahan masalah

3. Membentuk kemandirian konselee dalam berbagai masalah atau membentuk individu

menjadi mandiri.

4. Melatih konselee mengemukakan apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan. melalui

proses konseling.

5. Membentuk individu yang terbuka dalam berbagai hal, termasuk membuka diri dalam

konseling

Page 19: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

6. Membina kerjasama yang baik dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

7. Membelajarkan konselee untuk menilai terhadap cara melaksanakan keputusannya

secara konsekuen.

Asesmen berbasis individu akan mengukur seluruh kemampuan konselee, baik

keterampilan personal (personal skills), keterampilan social (social skills), keterampilan

memecahkan masalah (problem solving skills), dan keterampilan memilih alternative (Choice

alternative skills). Jika hal ini dilakukan maka asesmen akan dapat:

1. membantu sekolah dan guru dalam melaksanakan pembelajaran karena konselee

sebagai siswa dapat berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran,

2. memudahkan guru dalam pembelajaran di kelas karena siswa tidak banyak masalah,

3. memudahkan guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan tugas bimbingan dan

konseling – khususnya dalam konseling,

4. membantu kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah,

5. mendorong konselee untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dalam

berbagai hal (seperti mendapatkan informasi studi, pekerjaan, dan memecahkan

masalah (masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir), dan

6. menyajikan informasi berkesinambungan tentang kegiatan kegiatan layanan bimbingan

dan konseling.

Dalam tiap fase konseling, asesmen (menurut Hood & Johnson, 1993) mempunyai tujuan

yang bisa jadi berbeda-beda. Hal ini terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Tujuan asesmen

Fase tritmen Pertanyaan yang ditujukan bagi asesmen

Skrining awal Apakah konselee tepat untuk layanan ini? Jika tidak tepat, dirujuk kemana?

Identifikasi dan analisis masalah

Apa masalah konselee? Apakah masalah konselee mengundang

masalah tritmen? Faktor apa yang membuat masalah konselee terus

berlangsung?

Seleksi tritmen Alternatif tritmen apa yang membuat konselee nyaman?

Alternatif tritmen apa yang membuat lingkungan konselee nyaman?

Alternatif tritmen apa yang membuat terapis nyaman?

Tritmen mana yang optimum dalam menyelesaikan masalah konselee?

Evaluasi tritmen Apakah evaluasi tritmen dapat dipercaya Perubahan apa yang terjadi pada masalah dan

Page 20: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

perilaku? Apakah perubahan terjadi karena tritmen?

Biaya apa yang harus dikeluarkan untuk tritmen?

Apakah keuntungan yang didapat dari tritmen memadai dengan biayanya?

Apakah tritmen harus dihentikan atau dilanjutkan?

Apapun bentuk dan jenis asesmen yang dilakukan, hal ini tetap menuntut suatu

perencanaan, termasuk pada saat melakukan analisis. Dengan demikian maka akan

diperoleh alat ukur atau instrumen yang benar-benar dapat diandalkan (valid) dan dapat

dipercaya (reliabel) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Berikut ini adalah

langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan asesmen:

1. Perencanaan

Aspek yang harus ada dalam perencanaan asesmen adalah:

a. Memilih fokus asesmen pada aspek tertentu dari diri klien

Salah satu penentu keberhasilan konseling adalah kemauan dan kemampuan klien itu

sendiri. Dalam konseling, keputusan akhir untuk pemecahan masalah yang dihadapi ada

pada diri klien. Konselor/ guru BK bukan pemberi nasihat, bukan pengambil keputusan

mengenai apa yang harus dilakukan klien dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Karena itu, untuk keberhasilan konseling, klien dapat bekerjasama dengan guru

BK/konselor, dan dengan bantuan guru BK maka klien diharapkan mampu memunculkan

ide-ide pemecahan masalah, dan klien memiliki keberanian serta kemampuan untuk

mengambil keputusan, mampu memahami diri sendiri, dan mampu menerima dirinya

sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka konselor menentukan akan melakukan

asesmen dengan memfokuskan pada salah satu aspek dalam diri klien saja.

b. Memilih instrumen yang akan digunakan.

Setelah ditentukan fokus area asesmen, Anda dapat merencanakan instrumen yang

akan digunakan dalam asesmen. Banyak instrumen yang dapat digunakan dalam asesmen

seperti tes psikologis, observasi, inventori, dan sebagainya. Tetapi untuk menentukan

instrumen sangat tergantung pada aspek apa yang akan diasesmen. Misalnya Anda akan

melihat kerjasama klien dalam konseling, maka instrumen dapat menggunakan checklist,

tetapi apabila Anda memfokuskan asesmen tentang kemampuan klien dalam memecahkan

masalah, maka Anda dapat mempergunakan tes psikologis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih instrumen dalam asesmen diantaranya

yaitu: (1) kemampuan guru BK sendiri, (2) kewenangan guru BK (baik dalam

Page 21: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

mengadministrasikan maupun dalam interpretasi hasilnya), (3) ketersediaan instrumen, (4)

waktu yang tersedia, dan (5) dana yang tersedia.

c. Penetapan waktu

Perencanaan waktu yang dimaksud adalah kapan asesmen akan dilakukan. Penetapan

waktu ini sangat erat berhubungan dengan persiapan pelaksanaan asesmen. Persiapan akan

banyak menentukan keberhasilan suatu asesmen, misalnya mempersiapkan instrumen,

tempat, dan peralatan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan asesmen. Apalagi jika

pelaksana asesmen tersebut bukan guru BK itu sendiri, misalnya karena instrumen yang

digunakan untuk asesmen adalah tes psikologis (tes intelegensi, inventori kepribadian, tes

minat jabatan, dan sebagainya). Dalam hal ini apabila guru BK tidak memiliki kewenangan,

maka guru BK dapat minta bantuan orang yang memiliki kewenangan, misalnya psikolog

atau orang yang telah memiliki sertifikasi yang memberikan kewenangan untuk

mengadministrasikan tes dimaksud.

d. Validitas dan reliabilitas

Apabila instrumen yang kita gunakan adalah buatan sendiri atau dikembangkan sendiri,

maka instrumen itu perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Karena validitas dan reliabilitas

merupakan suatu syarat mutlak suatu instrumen asesmen. Namun apabila kita

menggunakan instrumen yang sudah terstandar, Anda tidak perlu mencari validitas dan

reliabilitas karena instrumen tersebut sudah jelas memenuhi persyaratan sebagai suatu

instrumen.

2. Pelaksanaan

Setelah perencanaan asesmen selesai, selanjutnya adalah bagaimana melaksanakan

rencana yang telah dibuat tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan

asesmen adalah pelaksanaannya harus sesuai dengan manual masing-masing instrumen.

Manual suatu instrumen biasanya memuat:

a. cara mengerjakan

b. waktu yang digunakan untuk mengerjakan asesmen

c. kunci jawaban

d. cara analisis

e. interpretasi.

3. Analisis data

Langkah selanjutnya adalah analisis data, yaitu melakukan analisis terhadap data yang

diperoleh melalui instrumen yang digunakan untuk mengambil data. Analisis dilakukan

dengan mengikuti petunjuk yang ada dalam manual masing-masing instrumen. Metode

Page 22: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

analisis data dalam asesmen konseling sangat tergantung data yang diperoleh. Misal data

yang diperoleh berbentuk kualitatif atau data kuantitatif.

Apabila data bersifat kualitatif, maka kita melakukan analisis data kualitatif. Metode

analisis data kualitatif misalnya deskriptif naratif. Wilcox (dalam Ratna Widiastuti, 2010)

misalnya menggunakan pendekatan ”key incident” dalam analisis deskripsi kualitatif

tentang kegiatan pendidikan. Pendekatan key incident memungkinkan bagi kita untuk

memasukkan sejumlah besar kesimpulan dari bermacam-macam data yang berasal dari

berbagai sumber, misalnya dari catatan lapangan, dokumen informasi demografi, atau

wawancara. Apabila banyak data kualitatif yang dianalisis sementara asesmen masih

berlangsung maka beberapa analisis dapat ditunda pelaksanaannya sampai evaluator selesai

melakukan asesmen. Saat melakukan analisis data kualitatif, perlu dilakukan beberapa

langkah sebagai berikut: a) yakinkan semua data telah tersedia, b) buatlah salinan data

untuk berjaga-jaga kalau ada yang hilang, c) aturlah data dalam judul dan masukkan dalam

file, d) gunakan sistem kartu-kartu dalam map, e) periksa kebenaran hasil asesmen.

Apabila data bersifat kuantitatif maka analisis data dilakukan dengan menggunakan

statistik. Dalam bimbingan konseling, statistik biasa digunakan untuk analisis data hasil tes

psikologis, misalnya tes inteligensi, tes bakat, dan sebagainya. Dewasa ini, program statistik

dapat dengan mudah dilakukan dengan bantuan komputer, seperti program excel, LISREL,

SPSS, dan sebagainya.

4. Interpretasi data

Interpretasi diartikan sebagai upaya mengatur dan menilai fakta, menafsirkan

pandangan, dan merumuskan kesimpulan yang mendukung. Penafsiran harus dirumuskan

dengan hati-hati, jujur, dan terbuka. Berikut ini adalah hal-hal yang harus ada dalam

interpretasi, yaitu:

a. Komponen untuk menafsirkan / interpretasi hasil analisis data

Interpretasi berarti menilai objek asesmen dan menentukan dampak

asesmen tersebut. Pandangan evaluator juga mempengaruhi penafsiran/ interpretasi

data. Untuk asesmen yang akan digunakan untuk membantu fungsi pendidikan, maka

hasil asesmen harus diinterpretasikan sebagai sarana untuk mengetahui kebaikan klien,

dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam tindakan berikutnya bagi orang-orang

lain yang berkepentingan/ berwenang (Cronbach dalam Ratna Widiastuti, 2010).

b. Petunjuk untuk menafsirkan analisis data

Worthen dkk. dalam Ratna Widiastuti, 2010) menyatakan bahwa para evaluator telah

mengembangkan metode yang sistematik untuk melakukan interpretasi. Diantara

metode-metode tersebut yang sering dipakai akhir-akhir ini adalah: (1) menentukan

Page 23: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

apakah tujuan telah dicapai, (2) menentukna apakah hukum, norma-norma, demokrasi

aturan, dan prinsip-prinsip etik tidak dilupakan, (3) menentukan apakah analisis

kebutuhan telah dikurangi, (4) menentukan nilai pencapaian, (5) bertanya kepada

kelompok penilai, melihat kembali data, menilai keberhasilan dan kegagalan, menilai

kelebihan dan kelemahan penafsiran, (6) membandingkan variabel-variabel penting

dengan hasil yang diharapkan, (7) membandingkan analisis yang dilaporkan oleh

program yang usahanya sama, dan (8) menafsirkan hasil analisis dengan prosedur

yang menghasilkannya. Namun demikian, menginterpretasikan data bukan hanya

pekerjaan evaluator saja, akan tetapi evaluator hanya memberikan pandangan saja

dari sekian banyak pandangan.

5. Tindak lanjut

Tindak lanjut adalah menindak lanjuti hasil asesmen atau penggunaan hasil asesmen

dalam konseling. Beberapa kegiatan tindak lanjut diantaranya adalah apakah konselee perlu

melakukan konseling yang memfokuskan pada aspek yang berbeda lainnya, apakah klien

perlu mendapatkan tritmen tertentu, atau bahkan bisa jadi konselee perlu mendapatkan

rujukan (refferal) kepada pihak ketiga. Rujukan diperlukan jika guru pembimbing/ konselor

tidak mempunyai kewenangan atau tidak mempunyai kemampuan untuk menangani

masalah yang dihadapi klien. Misalnya jika klien sudah mengalami gangguan psikotik, maka

klien perlu dirujuk ke psikiater; jika klien mengalami gangguan dislesia maka perlu dirujuk

ke terapis khusus yang menangani gangguan tersebut.

Untuk konseling yang berbasis individu, maka langkah-langkah khusus perlu dilakukan,

yaitu dengan cara:

1. menentukan fokus yang akan dinilai (misal cara klien dalam merespon, ide-ide

pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan sebagainya)

2. menentukan teknik untuk penilaian (misal dengan observasi, konferensi kasus, atau

wawancara)

3. menggunakan teknik penilaian yang telah ditentukan

4. melakukan analisis data yang diperoleh dan membicarakan hasilnya dengan klien

5. menanggapi data dengan cermat, dan

6. melaporkan data yang telah diolah (laporan hasil konseling)

C. CARA PENGUMPULAN INFORMASI ASESMEN

Pengumpulan informasi untuk asesmen berbasis individu dapat dilakukan secara

resmi/formal, dan tidak resmi/informal. Secara resmi misalnya, individu dipanggil untuk

Page 24: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

melakukan wawancara konseling dengan konselor, atau guru BK meminta individu

melakukan tes psikologis dan/atau tes perbuatan (performance test). Secara tidak resmi,

misalnya konselee mengerjakan kegiatan-kegiatan yang sengaja dibuat untuk melaksanakan

hasil keputusan dalam konseling. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penilaian

dengan menggunakan metode pengamatan/observasi, pencatatan, dan pengumpulan hasil

kegiatan konselee. Pengumpulan informasi asesmen berbasis individu dapat dilakukan

dengan cara berikut ini:

1. Penilaian berkesinambungan/berkelanjutan –> guru melakukan penilaian secara terus-

menerus terhadap konselee. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan anecdotal

record, case conference, observasi, refleksi, wawancara pengumpulan data, atau daftar

cek.

2. Penilaian proses –> dilakukan pada saat konseling dilakukan. Adapun yang dinilai

adalah hal-hal seperti kerjasama, cara merespon, ide-ide pemecahan masalah,

kemampuan dalam mengambil keputusan, dan keterlibatan dalam pemecahan

masalah. Cara yang digunakan untuk mencatat informasi sebagai bahan penilaian dapat

dengan berbagai jenis alat pencatat observasi ( daftar cek, rating scale).

3. Penilaian Produk –> merupakan penilaian terhadap hasil konseling, yaitu keputusan

yang diambil oleh konselee pada akhir konseling. Dasar evaluasinya adalah keputusan

konselee yang dalam pelaksanaanya diterapkan dalam keseharian konselee setelah

selesai konseling. Tempatnya tergantung apa yang akan dinilai, misalnya perubahan

perilaku saat mengikuti pembelajaran di kelas, maka penilaian dilakukan di saat

konselee mengikuti pembelajaran di kelas; dan penilaian dilakukan oleh guru mata

pelajaran jika tidak memungkinkan guru bimbingan konseling masuk dalam kelas saat

pembelajaran berlangsung. Namun demikian, yang mempersiapkan format penilaian

adalah guru Bimbingan Konseling dan hasil pengisian format oleh guru saat

pembelajaran langsung diserahkan kepada Guru Bimbingan Konseling.

4. Penilaian Proyek –> berdasarkan kesepakatan antara konselee dengan guru BK,

konselee akan merancang tentang cara melakukan pendekatan kepada seseorang

(orang tua, teman sekolah, guru) untuk menyelesaikan masalahnya, merencanakan

mengkomunikasikan sesuatu (kepada orang tua, guru, pacarnya, dan sebagainya)

Selain itu, ada dua macam metode asesmen yang dapat digunakan guru pembimbing atau

konselor, yaitu:

1. Tidak langsung/indirect seperti wawancara, kuesioner, retrospektif rating oleh orang

lain, baik dengan representasi kata verbal maupun tulisan

Page 25: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

2. Langsung/direct seperti observasi diri, analog role play, analog

perilaku bebas (setting mirip tapi bukan sesungguhnya), role play alamiah, perilaku

bebas alamiah (setting sesungguhnya)

Page 26: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB IV

WAWANCARA

A. PENGERTIAN

Wawancara merupakan salah satu metode asesmen yang digunakan untuk

mendapatkan data tentang individu dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan

informan (face to face relation). Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab, dan

dalam hubungan tatap muka. Ini merupakan keunggulan teknik wawancara, karena gerak

dan mimik yang dilakukan oleh responden merupakan pola media yang dapat melengkapi

kata-kata verbal mereka.

Wawancara dilakukan untuk dapat menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat

menangkap perasaan, pengalaman, emosi, dan motif, yang dimiliki oleh responden. Teknik

ini sangat fleksibel dalam mengajukan pertanyaan yang lebih rinci, dan memungkinkan

siswa untuk mengatakan dengan jelas tentang kegiatan, minat, cita-cita, harapan-harapan,

kebiasaan-kebiasaan, dan hal-hal lain mengenai dirinya.

B. TUJUAN WAWANCARA

1. Discovery, yaitu untuk mendapatkan kesadaran baru tentang aspek kualitatif dari suatu

masalah

2. Pengukuran psikologis: data yang diperoleh dari wawancara akan diinterpretasikan

dalam rangka mendapatkan pemahaman tentang subjek dalam rangka melakukan

diagnosis permasalahan subjek dan usaha mengatasi masalah tersebut.

3. Pengumpulan data penelitian : informasi dikumpulkan untuk mendapatkan penjelasan

atau pemahaman mengenai suatu fenomena. Data dikumpulkan dengan cara

wawancara karena kuesioner tidak dapat diterapkan pada subjek subjek tertentu, atau

ada kekhawatiran responden tidak mengisi kuesioner ataupun tidak mengembalikan

kuesioner pada peniliti.

C. ALASAN MENGGUNAKAN WAWANCARA

1. Melengkapi dan menambahkan data yang telah ada, yang diambil dengan metode lain

seperti survey, observasi, studi dokumen dsb

Page 27: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

2. Karena ingin mengambil data kualitatif tentang suatu fenomena tertentu. Wawancara

dapat digunakan sebagai metode pengambilan data

3. Karena situasi tertentu dalam bidang pengukuran ( assessment ) psikologis ketika alat

ukur tidak dapat digunakan karena alasan berikut :

a. Subjek buta huruf

b. Subjek menolak mengerjakan test tertentu

c. Topik yang diukur bersifat pribadi, individual dan rahasia

Kapan menggunakan wawancara?

Pengukuran psikologis

Data yang diperoleh dari wawancara akan diinterprestasikan dalam rangka mendapat

pemahamanan tentang subjek dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan

subjek dan usaha untuk memecahkan masalah.

Pengumpulan data

Informasi yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang

mendalam dan komprehensif tentang suatu fenomena yang diteliti. Wawancara

menjadi bagian dari penelitian survey ketika alat alat ukur lain seperti kuesioner

dianggap tidak mampu mengungkap secara lebih mendalam informasi dari

responden

Informasi bersifat kualitatif , sangat individual serta variatif sehingga jawaban perlu

dieksplorasi melalui suatu wawancara.

D. TEKNIK WAWANCARA

Berikut ini akan disajikan beberapa teknik wawancara yang diajukan oleh Darley:

1. Dalam wawancara seorang konselor tidak memberikan ceramah, artinya konselor terlalu

banyak bicara, sehingga telah menyita hampir seluruh waktu pertemuan dengan klien.

Hal ini akan menghambat klien berbicara .Klien bersifat pasif , sebagai pendengar.

Konseling yang baik, kegiatan berbicara ada pada klien, sehingga konselor akan banyak

melakukan kegiatan mendengarkan klien akan banyak memberikan keterangan-

keterangan kepada konselor , terutama yang berhubungan dengan permasalahan yang

dialaminya .Dengan adanya konselor sedikit berbicara akan berarti memberikan

kesempatan sebanyak-banyaknya kepada klien untuk mencurahkan isi hatinya.

2. Dalam berbicara konselor menggunakan kata-kata sederhana , berarti kata-kata itu

dapat dicerna oleh klien , dapat dipahami dan dimengerti. Dengan demikian terjadi

hubungan yang baik dan komunikasi yang lancer.Tidak ada “Gap” antara konselor dank

lien.Konselor harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan

Page 28: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

kliennya. Istilah-istilah sulit jangan terlalu digunakan, dipilih kata-kata yang membina

keakraban dan kehangatan, sehingga klien dapat mengungkapkan apa yang ada

didalam hatinya , secara tidak ragu-ragu.dari kata-kata yang sederhana menyebabkan

klien menaruh rasa simpati terhadap konselor , dan merasa dapat berbicara secara

aman.

3. Dalam wawancara konselor harus merasa yakin bahwa informasinya diperlukan oleh

klien, berarti mempunyai keyakinan bahwa dirinya diperlukan dan pertolongannya

sangatlah dibutuhkan. Keyakinan itu akan menjadikan konselor mantab dalam

memberikan bantuan kepada klien. Maka konseling yang efektif adalah apabila klien

secara suka rela. Rela datang sendiri pada konselor untuk meminta bantuan.

4. Konselor merasakan sikap klien dalam menyelesaikan masalahnya , hal ini berarti

adanya perasaan empati dari konselor-konselor memahamai diri klien, dan klien

mengerti bahwa konselornya memahami dirinya.

B. J.O. Crites dalam bukunya “Career Counseling, models, Methods dan Materials

mengutarakan 21 teknik untuk wawancara, yaitu :

1. Dalam membuka wawancara hendaknya dapat menyentuh rasa haru klien. Misalnya

dengan jalan memberi salam, menyebut namanya (bila konselor telah mengetahui

nama klien) , bertanya sesuatu .Bertanya yang baik dalam pembukaan wawancara

adalah : “Apa yang dapat saya Bantu?”, sedang yang kurang baik : “ bantuan apa yang

kau minta?”.

2. Menggugah klien untuk berbicara, konselor berusaha agar klien mau berbicara,

sehingga kalau konselor mengadakan pertanyaan , hendaknya pertanyaan tersebut

tidak hanya memungkinkan jawaban “ya” atau “tidak “ , tetapi pertanyaan hendaknya

membuka kesempatan klien untuk berbicara.Diusahakan banyaknya berbicara pada

klien bukan pada konselor.

3. Mengungkapkan perlakuan atau bantuan konselor sebelumnya .Hal ini penting kecuali

untuk mencoba membuka pengalaman klien dalam berhubungan dengan konselor juga

untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menanggapi atau memberikan bantuan

kepada klien tersebut.

4. Hindari berbicara melebihi klien atau mendahului pembicaraan klien.Kalau mungkin

konselor berbicara sesedikit mungkin , biarkan klien berbicara sebanyak-banyaknya,

karena kadang-kadang dengan berbicara banyak , mengeluarkan isi hatinya , klien

menjadi lega dan bahkan dapat meringankan bebannya (katarsis) Terlebih lagi jangan

seorang konselor memotong pembicaraan pembicaraan klien atau mendahului apa

Page 29: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

yang akan diomongkan oleh klien (karena kebetulan sekali konselor sudah mengetahui

apa yang akan diomongkan klien)

5. Menerima sikap dan perasaan klien, konselor perlu merespon sikap dan perasaan klien,

konselor seakan-akan masuk kedunia klien. Misalnya dengan menyambut bicaranya.

6. Konselor tidak bertanya bertubi-tubi , klien jangan diberondong pertanyaan dan dipaksa

menjawab segala pertanyaan. Konselor bukannya sebagai wartawan, yang ingin

mengorek informasi untuk kepentingannya. Andaikata Klien harus menjawab

pertanyaan konselor ini berarti klien memberikan informasi tentang dirinya, yang

nantinya informasi tersebut akan dijadikan bahan bagi konselor untuk memberikan

bantuan kepada klien guna memecahkan masalahnya.

7. Tidak bingung jika klien bungkam, karena bungkam bukan selalu berarti macet, tetapi

mungkin klien sedang berfikir tentang dirinya, sedang menghayati apa yang sedang

berlangsung, mungkin sedang merumuskan kata-kata atau jawaban-jawaban, sedang

mendalami masalah-masalahnya. Konselor jangan terlalu cepat menyimpulkan pada

klien bahwa bungkam itu tertutup.

8. Memantulkan perasaan klien, konselor hendaknya mencoba menjadi atau memberi arah

klien untuk berfikir-fikir tentang perasaannya.Misalnya :

Klien : “Ibu saya benci kepada saya”.

Konselor : “Sejak kapan?”

Klien : “Tiap hari memperlihatkan kebenciannya”.

Konselor : “Juga kepada semua?, apa hanya kepada anda?”

9. Terbuka, artinya mengakui ketidaktahuan diri, atau kekurangan diri, tidak usah

menutup-nutupi kekurangannya bahkan mau mendengarkan pendapat dan saran

orang lain. Kalau memang masalah yang ditangani kurang dikuasai, secara terus

terang menawarkan kepada klien untuk merefer kepada orang lain, atau ahli lain.

10. Membagi waktu wawancara, waktu yang banyak diperuntukkan membicarakan inti

konseling, pembukaan wawancara dan penutupannya hanya menggunakan sebagian

kecil waktu saja, jangan terbalik.Sehingga wawancara akan efektif dan dapat mencapai

tujuan.

11. Memilih kata-kata yang sesuai dengan tahapan kemampuan klien, sehingga klien dapat

memahami apa yang dikatakan oleh konselor, kalau perlu kata-kata penting

diulang.Maka disini konselor sebelumnya harus mengetahui latar belakang kemampuan

kliennya.

12. Membatasi usaha pengungkapan informasi dari klien, terlebih lagi mengenai hal-hal

yang memalukan klien.Sehingga klien tidak merasa lebih berdosa.Jadi tidak perlu

Page 30: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

mengungkap klien terlalu mendalam, supaya klien tidak merasa ditelanjangi.Hal ini akan

mengganggu rapport (hubungan baik antara konselor dank lien yang diciptakan oleh

konselor, terutama sejak pertemuan konseling dimulai).

13. Menentukan rambu-rambu wawancara, agar tidak terpaku pada satu masalah,

seharusnya banyak masalah yang terungkap, sehingga data lengkap.Jangan sampai

yang dibicarakan hal-hal yang sama saja.Tentu saja pembicaraan jangan terlalu

melebar, maka perlu rambu-rambu, jadi seakan-akan konselor membuat garis yang

akan dibicarakan.Mula-mula rambu-rambu dibuat secara umum, X misalnya, lalu X itu

dipecah-pecah, dibuat point-pointnya, dan waktunya.

14. Hindari sebutan atau cerita tentang diri konselor .Ada konselor yang suka memusatkan

pada dirinya, misalnya :”Seandainya saya jadi anda….”.Itu berarti tidak menarik klien

menjadi konselor, padahal mestinya konselor masuk kedunia klien, berarti ada

empati.Karena kalau demikian mungkin tampaknya berhasil tetapi ada akibat

sampingan.

15. Tidak berpura-pura, berarti konselor harus polos, karena klien akan merasa dan

mengetahui bila konselor berpura-pura.

16. Tidak terpaku pada topic awal yang diajukan klien, misalnya : “Saya mendapat kesulitan

dalam menghadapi adik-adik”. Konselor harus dapat melihat horizon yang lebih luas,

misalnya apa latar belakang dia harus mengurus adik-adiknya.Mungkin yang penting

bukan masalah adik, tetapi sumber masalah mungkin ada pada dia sendiri. Maka

konselor jangan terlalu terpancang apa yang dikatakan atau dikeluhkan klien pada awal

wawancara.

17. Hindari pertemuan yang terlalu sering dengan klien, karena hal ini mengakibatkan klien

terlalu tergantung pada konselor.Konselor harus dapat membuat klien lama-kelamaan

mampu berdiri sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri.

18. Batasi lamanya wawancara.Hal ini sangat individual sekali.Ada klien dan konselor yang

mampu mengadakan wawancara samapi 2 jam, ada yang tidak.Maka lebih baik

sebelumnya diambil persetujuan tentang waktu wawancara ini antara konselor dengan

klien, sehingga waktu yang akan digunakan telahj menjadi persetujuan bersama.

Karena ada kalanya klien ingin berlama-lama karena sekedar menghindari situasi lain

yang tak menyenangkan.

19. Menyusun alternative kegiatan, dengan jalan mencari bentuk jalan keluar yang kira-kira

dilakukan oleh klien.Diusahakan konselor hanya membantu mencari alternative –

alternatif itu, maka hendaknya klien yang menemukan beberapa alternative itu sendiri,

sedang konselor memformulasikan.

Page 31: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

20. Mengakhiri wawancara dengan membuat rangkuman (tidak tertulis), dan konselor

berusaha agar klien dapat mengambil kesimpulan sendiri.

21. Menutup pertemuan, dengan membuat akhir pertemuan yang mengesankan, dengan

terlebih dahulu diadakan pertemuan berikutnya.Dan konselor mengakhiri pembicaraan

dengan kesediaannya menerima kembali suatu saat klien membuatuhkan bantuannya.

22. Persetujuan tentang perlu atau tidaknya diadakan konseling.

E. TAHAP-TAHAP WAWANCARA

1. Opening

a. Memotivasi subyek wawancara.

b. Melakukan rapport.

c. Memberikan orientasi tentang tujuan dari wawancara.

d. Menetapkan waktu pertemuan.

2. Body

a. Menggali permasalahan.

b. Mengarahkan jalannya wawancara.

c. Menerima subyek apa adanya.

d. Menggunakan guide wawancara.

e. Menetukan taraf keakraban antara pewawancara dan subyek.

3. Closing

a. Memberikan kesimpulan.

b. Memberikan penghargaan terhadap subyek

c. Prinsip dasarnya pewawancara harus belajar mendengar, bertanya, memperhatikan

perasaan subyek serta memperhatikan ungkapan atau pernyataan yang disampaikan

subyek.

Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa poses wawancara terbagi menjadi

1. Persiapan sebelum wawancara

a. Pahami subyek wawancara.

b. Menyiapkan tempat.

c. Menyiapkan perekam atau catatan wawancara.

d. Mempelajari hal apa sajakah yang akan ditanyakan.

2. Saat wawancara

a. Membangun suasana yang terbuka dan nyaman, dapat dimuali dengan pendahuluan

yang tepat dan “percakapan ringan”.

b. Menjelaskan jalannya wawnacara dan memperkirakan waktu yang dibutuhkan dalam

wawancara.

Page 32: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

c. Mulai mengaplikasikan guide wawancara yang telah dibuat.

3. Penutupan wawancara

a. Memberikan kesempatan kepada subyek untuk bertanya (pada setting tertentu).

b. Mengucapkan terimakasih kepada subyek atas waktu yang telah diberikan.

F. HAL-HAL YANG TIDAK BOLEH DAN BOLEH DILAKUKAN DALAM WAWANCARA

Hal-hal yang harus dilakukan seorang pewawancara adalah mendengar, mengamati,

menyelidiki, menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi,

kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan

orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti

pasif atau menjadi pendengar yang baik. Suksesnya suatu wawancara tergantung pada

kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan sesuai dengan tuntutan situasi

dan orang yang diwawancarai.

Dalam proses wawancara si pewawancara harus meredam egonya dan melakukan

pengendalian tersembunyi. Pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan

bahasa tubuh orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai yakni

suasana yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai

pikiran muncul dibenak si pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti :

Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini?

Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia terlihat bicara jujur atau mencoba

menyembunyikan sesuatu?

G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEKNIK WAWANCARA

1. Kelebihan

a. Flexibility. Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan

situasi yang dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang

mendalam maka dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh

informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan, bahkan

jika suatu pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, maka dia

dapat menundanya.

b. Nonverbal Behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal,

misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan

dan dijawab oleh responden.

Page 33: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

c. Question Order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden

dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga responden dapat

menjawab pertanyaan dengan baik.

d. Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar

oleh responden yang telah ditetapkan.

e. Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisi pertanyaan yang

mudah dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang

rumit dan mendetail.

f. Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan

yang diajukan.

2. Kelemahan :

a. Mengadakan wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu

dan tenaga dan juga mungkin biaya.

b. Interview Bias. Walau dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan

kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering atribut (jenis

kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb)

responden dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.

c. Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam

melakukan hubungan antar manusia (human relation).

d. Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di

lokasi-lokasi ribut dan ramai.

e. Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek

wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.

f. Jangkauan responden relatif kecil dan memakan waktu lebih lama dari pada angket

dan biaya yang relatif yang lebih mahal.

Page 34: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB V

OBSERVASI

A. PENGERTIAN

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”.

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat

fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena

tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu

eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn

(experimental) maupun konteks alamiah.

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu

masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian

terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah

observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang

diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas

kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.

B. TUJUAN OBSERVASI

Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,

aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna

kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak

relevan.

Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:

1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan

menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-

anak.

2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana

orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.

3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada

anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa.

Page 35: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa

sedang diobservasi.

Tujuan observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya adalah sebagai berikut :

1. Untuk keperluan asesmen awal dilakukan di luar ruang konseling, misalnya: ruang

tunggu, halaman, kelas, ruang bermain.

2. Sebagai dasar/titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog

akan mengetahui kemajuan yang dicapai klien.

3. Bagi anak-anak, untuk mengetahui perkembangan anak-anak pada tahap tertentu.

4. Digunakan dalam memberi laporan pada orangtua, guru, dokter, dan lain-lain.

Sebagai informasi

C. JENIS OBSERVASI

1. Observasi berpartisipasi yaitu konselor terlibat dengan kegiatan konseli yang diamati.

a. Partisipasi Pasif mengamati tapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.

b. Partisipasi Moderat partisipatif pada beberapa kegiatan saja, tidak semua

kegiatan.

c. Partisipasi Aktif ikut melakukan apa yang dilakukan konseli, tapi belum

sepenuhnya lengkap.

d. Partisipasi Lengkap terlibat sepenuhnya dalam kegiatan narasumber.

2. Observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert

observation). konselor menyatakan terus terang kepada sumber data/konseli bahwa

dia sedang observasi.

3. Observasi tidak berstruktur (unstructured observation) digunakan jika fokus

pengamatan belum jelas.

D. TEKNIK OBSERVASI

Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk

keadaan-keadaan tertentu, yaitu:

1. Observasi Partisipan

Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi

(observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi

partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk

menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena

pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi secara akrab dan

Page 36: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan

detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.

Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang

participant observer adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan

tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan

perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi (observation

guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.

b. Waktu dan Bentuk Pencatatan

Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting

dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera

terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik.

Pencatatan on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan.

Jika pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi

cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi

pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik

perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya

pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.

c. Intensi dan Ekstensi Partisipasi

Secara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi

partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial

(partial participation), dan dapat juga pada semua kegiatan(full particiration). Dan,

dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive

participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini tergantung kepada

situasi.

Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus

menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer

hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana

mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau

fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak

diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang

diteliti.

2. Observasi Sistematik

Page 37: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured

observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang

telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam

kategori-kategori itu.

a. Materi Observasi

Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih

terbatas. Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti berlandaskan pada

perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri

dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan

masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam

penelitian eksploratif. Perumusan-perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah

dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi

be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki

sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi

partisipan.

b. Cara-Cara Pencatatan

Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-

jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang

tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik

untuk mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala

atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan

sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.

3. Observasi Eksperimental

Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup

experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-

peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa,

atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.

Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk

menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-

faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya,

sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-

dimensi tertentu terhadap tingkah laku.

Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :

Page 38: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

1. Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk

semua observee.

2. Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku

yang akan diamati oleh observee.

3. Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenannya

dan observasi.

4. Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-

cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.

E. LANGKAH – LANGKAH OBSERVASI

1. Pelajari dulu apa observasi itu

2. Pelajari tujuan pengamatan

3. Buat cara mencatat yang sistematis

4. Lakukan observasi secara cermat dan kritis

5. Catat masing-masing gejala secara terpisah menurut kategorinya

6. Waktu yang tersedia

7. Hubungan dengan pihak yang diobservasi (observee)

8. Intensitas dan ekstensi partisipasi

F. INSTRUMENT OBSERVASI

Agar hasil observasi dapat dikumpulkan dengan baik maka sebelumnya guru harus

menyiapkan alat untuk observasi yaitu:

1. Catatan Anekdot (Anecdotal Record)

Yaitu catatan khusus mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku anak yang

dianggap penting (istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam yaitu anekdot

insidental, digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi sewaktu-waktu, tidak terus-

menerus. Sedangkan catatan anekdot periodik digunakan untuk mencatat peristiwa

tertentu yang terjadi secara insedental dalam suatu periode tertentu. Catatan anekdot

mempunyai kegunaan dalam melaksanakan observasi trerhadap tingkah laku anak.

Kegunaanya untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang murid sebagai

individu yang kompleks, memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari suatu

problema yang dihadapinya, dan dapat dijadikan dasar utuk pemecahan masalah anak

dalam belajar.

2. Daftar cek (Check Lish)

Page 39: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

Daftar cek adalah sebuah catatan tertulis yang berisi kemungkinan jawaban yang

dipilih, dengan tinggal membubuhkan sebuah tanda pada kemungkinan jawaban yang

benar. Dalam bentuk daftar cek, semua tingkah laku, sikap yang diobservasi dijabarkan

dalam suatu daftar.

3. Skala Penilaian (Rating Scale)

Dalam skala penilaian, tingkah laku, sikap yang diobservasikan dijabarkan dalam bentuk

skala.

Hal Yang Perlu Diperhatikan

1. mengetahui dimana observasi dapat dilakukan,

2. menentukan siapa-siapakah yang akan diobservasi,

3. mengetahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan

4. harus mengetahui bagaimana cara mengumpulkan data,

5. mengetahui cara-cara mencatat hasil observasi.

G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OBSERVASI

Kelebihan observasi antara lain

1. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi.

Kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah diperoleh

sebelumnya dari individu-individu.

2. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, pekerjaan-pekerjaan yang rumit

kadang-kadang sulit untuk diterangkan.

3. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik

peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.

4. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.

Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut :

1. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan

melakukan pekerjaannya dengan tidak semestinya.

2. Pekerjaan yang sedang diamati mungkin tidak mewakili suatu tingkat kesulitan

pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu dilakukan atau

volume-volume kegiatan tertentu.

3. Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.

4. Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari

biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.

Page 40: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB VI

ANGKET

A. PENGERTIAN

Salah satu teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner atau lebih

dikenal sebagai angket. Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau

mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang

yang memberikan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Penggunaan angket merupakan hal pokok pada penelitian survei untuk pengumpulan data.

Secara umum isi dari angket dapat berupa:

1. Pertanyaan tentang fakta

Fakta yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang berhubungan dengan responden,

seperti umur, pendidikan, agama. Informasi yang diketahui oleh responden juga

dikategorikan dalam fakta.

2. Pertanyaan tentang pendapat

Menyangkut perasaan dan sikap responden tentang sesuatu.

3. Pertanyaan tentang persepsi diri

Mengenai cara responden menilai sesuatu tentang perilakunya sendiri dalam

hubungannya dengan orang lain atau lingkungan.

B. TUJUAN

Tujuan Umum

1. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.

2. Memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak.

Tujuan Khusus

1. Menyebutkan dengan tepat bentuk angket menurut pengklasifikasiannya, sedikitnya tiga

macam.

2. Membuat jenis pertanyaan sesuai dengan tujuan pengumpulan data, sedikitnya dua

jenis.

3. Melancarkan angket kepada sejumlah siswa dengan benar.

4. Menganalisis hasil data dari angket dengan benar.

Page 41: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

C. MACAM – MACAM ANGKET

Berdasarkan jenis penyusunan item

1. Tipe isian

2. Tipe dua pilihan (benar-salah)

3. Multiple choice test

Berdasarkan subyek atau responden

1. Angket langsung dengan menyampaikan angket langsung pada yang bersangkutan.

Contoh : angket siswa

2. Angket tidak langsung dengan menyampaikan angket pada orang lain untuk

menanggapinya, yang menjawab atau mengisi angket adalah orang lain. Contoh: angket

orang tua

Angket berdasarkan struktur

1. Angket berstruktur berisi pertanyaan serta jawabannya, hingga responden tinggal

memilih atau menyatakan dengan jelas, konkrit, dan sngkat.

2. Angket tak berstruktur hanya berisi pertanyaan, jawaban yang dikehendaki adalah

jawaban yang bebas dengan uraian yang panjang lebar dari responden.

Berdasarkan sifat jawaban yang diinginkan

1. Angket tertutup berisi pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan.

2. Angket terbuka memberi kesempatan penuh memberi jawaban menurut apa yang dirasa

perlu oleh responden.

3. Kombinasi angket terbuka dan angket tertutup berisi angket tertutup yang mempunyai

sejumlah jawaban ditambah alternatif terbuka yang memberi kesempatan kepada

responden memberi jawaban di luar jawaban yang tersedia.

D. JENIS-JENIS PERTANYAAN DALAM ANGKET

1. Pertanyaan Terbuka : pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan respons

terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka antisipasilah jenis respons yang

muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa diterjemahkan dengan benar.

2. Pertanyaan Tertutup : pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-

pilihan respons yang tersedia bagi responden.

3. Dalam membuat pertanyaan untuk angket setidaknya ada delapan hal yang harus

diperhatikan:

a. Jangan gunakan perkataan sulit

Page 42: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

b. Jangan gunakan pertanyaan yang bersifat terlalu umum

c. Hindarkan pertanyaan yang ambigu

d. Jangan gunakan kata yang samar-samar

e. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti

f. Jika dikaitkan dengan leluasa tidaknya responden memberikan jawaban terhadap

pertanyaan yang diajukan, pertanyaan dibagi dalam dua jenis, yaitu:

1) Pertanyaan tertutup

Kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak

diberi kesempatan memberikan jawaban lainnya.

2) Pertanyaan terbuka

Kemungkinan jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas

memberikan jawaban.

3) Kombinasi tertutup dan terbuka

Jawabannya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan

terbuka.

4) Pertanyaan semi terbuka

Jawabannya sudah tersusun tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.

Pertanyaan yang dibuat harus mempunyai hubungan yang relevan dengan

permasalahan pokok dan harus dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Pertanyaan seyogyanya harus dapat dijawab oleh responden dalam waktu

singkat. Dalam menyusun pertanyaan setidaknya ada dua hal yang perlu

dipikirkan, yaitu isi dari setiap item pertanyaan dan hubungan antara item dengan

item dalam keseluruhan kuesioner.

E. SKALA DALAM ANGKET

Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap suatu

atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut.

Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.

2. Agar respoden memilih subjek kuesioner.

Ada empat bentuk skala pengukuran , yaitu :

1. Nominal

Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan

bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa menggunakannya

untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat

Page 43: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

lunak yang paling sering anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 =

Basis Data, 4 = Program e-mail

2. Ordinal

Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi.

Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal

sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.

3. Interval

Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-masing nomor

adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan

dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.

4. Rasio

Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara

nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling

jarang digunakan.

F. MERANCANG ANGKET

Merancang formulir-formulir untuk input data sangat penting, demikian juga merancang

format kuesioner juga sangat penting dalam rangka mengumpulkan informasi mengenai

sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik.

1. Format kuesioner sebaiknya adalah :

a. Memberi ruang kosong secukupnya,

b. Menunjuk pada jarak kosong disekeliling teks halaman atau layar. Untuk

meningkatkan tingkat respons gunakan kertas berwarna putih atau sedikit lebih

gelap, untuk rancangan survey web gunakan tampilan yang mudah diikuti, dan bila

formulirnya berlanjut ke beberapa layar lainya agar mudah menggulung kebagian

lainnya.

c. Memberi ruang yang cukup untuk respons,

d. Meminta responden menandai jawaban dengan lebih jelas.

e. Menggunakan tujuan-tujuan untuk membantu menentukan format.

2. Urutan Pertanyaan

Dalam menurutkan pertanyaan perlu dipikirkan tujuan digunakannya kuesioner dan

menentukan fungsi masing-masing pertanyaan dalam membantu mencapai tujuan.

3. Pertanyaan-pertanyaan mengenai pentingnya bagi responden untuk terus, pertanyaan

harus berkaitan dengan subjek yang dianggap responden penting.

4. Item-item cluster dari isi yang sama.

Page 44: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

5. Menggunakan tendensi asosiasi responden.

6. Kemukakan item yang tidak terlalu kontroversial terlebih dulu.

G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ANGKET

Kelebihan menggunakan teknik angket antara lain:

1. Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirimkan melalui

pos.

2. Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relatif murah.

3. Angket tidak terlalu mengganggu responden karena pengisiannya ditentukan oleh

responden sendiri sesuai dengan kesediaan waktunya.

Adapun kekurangan angket antara lain:

1. Jika angket dikirimkan melalui pos maka persentase yang dikembalikan relatif rendah.

2. Angket tidak dapat digunakan untuk responden yang kurang bisa membaca dan

menulis.

3. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan salah dan tidak ada kesempatan

untuk mendapat penjelasan.

Page 45: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB VII

SOSIOMETRI

A. PENGERTIAN

Sosiometri adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok individu

dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari masing-masing

anggota kelompok yang bersangkutan. Menurut Bimo Walgiti (1987) sosiometri adalah alat

untuk dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman. Sosiometri

merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu

kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang ( 10 – 50 orang ), berdasarkan preferensi

pribadi antara anggota-anggota kelompok . Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan pengertian sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang

hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah

hubungan sosialnya dalam suatu kelompok.

B. TUJUAN SOSIOMETRI

Dengan mempelajari data sosiometri seorang konselor dapat :

1. Menemukan murid mana yang ternyata mempunyai masalah penyesuaian diri

dalam kelompoknya.

2. Membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara murid-murid dengan

penerimaan sosialnya.

3. Membantu meningkatkan pemahaman dan pengertian murid terhadap masalah

pergaulan yang sedang dialami oleh individu tertentu.

4. Merencanakan program yang konstruktif untuk menciptakan iklim sosial yang

lebih baik dan sekaligus membantu mengatasi masalah penyesuaian di kelas

tertentu.

C. MANFAAT SOSIOMETRI

Dengan mempelajari data sosiometri seorang konselor dapat :

1. Memperbaiki struktur hubungan sosial para siswa di dalam kelasnya.

2. Memperbaiki penyesuaian hubungan sosial siswa secara individual.

Page 46: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

3. Mempelajari akibat-akibat praktik-praktik sekolah terhadap hubungan sosial di kalangan

siswa.

4. Mempelajari mutu kepemimpinan dalam stuasi yang bermacam-macam.

5. Menemukan norma-norma pergaulan antarsiswa yang diinginkan dalam kelompok /

kelas bersangkutan.

Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal,

antara lain:

Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)

1. Untuk pengarahan dinamika kelompok

2. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan

kepada setiap anak.

D. MACAM-MACAM SOSIOMETRI

Metode sosiometri ini mencoba untuk menemukan individu dalam situasi di mana

mereka secara spontan mengungkapkan hubungannya. Sosiomerti dibedakan menjadi tiga

tipe yaitu :

1. Sosiometri Tipe Nominatif

Dalam tipe ini setiap individu dalam kelompok ditanyai, siapa-siapa kawan yang

disenangi / tidak disenangi untuk diajak melakukan suatu aktivitas tertentu atau siapa

kawannya dalam suatu pola hubungan tertentu. Pilihan itu harus ditulis berurutan dari

pilihan pertama ( paling disenangi ), pilihan kedua dan seterusnya.

Contoh-contoh pertanyaan untuk sosiometri tipe nominatif antara lain sebagai berikut

a. Dengan siapakah anda ingin duduk dalam satu bangku ?

b. Dengan siapa anda senang bermain ?

c. Siapakah kawan yang terbaik ?

d. Dengan siapakah anda senang bekerjasama ?

e. Apabila anda mendapatkan kesulitan-kesulitan, kepada siapakah anda biasanya

meminta pertolongan ?

f. Apabila kelas anda akan melakukan kerja kelompok, dengan siapakah anda senang

berkelompok ?

2. Sosiometri Tipe Skala Bertingkat

Dalam tipe ini disediakan sejumlah statement yang disusun secara bertingkat, yaitu dari

statemen yang menyatakan hubungan yang paling dekat, sampai dengan statemen yang

menyatakan huungan yang paling jauh. Dalam setiap statemen kepada individu diminta

Page 47: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

untuk mengisi nama salah seorang temannya yang hubungannya sesuai dengan yang

dinyatakan tersebut. Contoh-contoh statemennya adalah sebagai berikut :

a. Saya sangat menyenangi teman ini. Saya sangat senang bersama-sama dengan teman

ini kemanapun saya pergi. Kalau saya mempunyai problem kepadanyalah saya minta

bantuan. Sebaliknya, saya pun senantiasa siap membantunya. Teman tersebut

adalah…………...

b. Saya menyenangi teman ini. Saya sering bekerjasama dengannya dalam menyelesaikan

tugas-tugas tertentu. Saya juga sering berbincang-bincang dengannya. Teman yang

saya maksud tersebut adalah…………………………………………………………….

c. Saya dapat bergaul secara baik dengan teman ini. Saya tidak keberatan. kalau ia

merupakan salah satu anggota kelompok kami. Saya dapat bekerja sama dan bemain

dengan teman ini dalam kegiatan- kegiatan sekolah, walaupun di luar sekolah saya

jarang sekali berhubungan dengannya. Teman tersebut adalah…………………………………

d. Saya tidak begitu akrab dengan teman ini. Di sekolah saya hanya bicara seperlunya

saja. Kalau bertemu di jalan biasanya kami hanya saling mengangguk atau sekedar

saling senyum atau saling menegur dengan ucapan “hallo” saja. Teman yang saya

maksud tersebut adalah………………………………………………………………

e. Saya tidak menyukai teman ini. Saya selalu berusaha untuk menghindari pertemuan

dengan teman ini. Saya keberatan kalau ia dimasukkan ke dalam kelompok kami.

Teman yang saya maksud tersebut adalah………………………………………………………

3. Sosiometri Tipe Siapa Dia

Dalam tipe ini disediakan sejumlah statement tentng sifat-sifat individu. Sebagian dari

statemen- statemen tersebut mengungkapkan sifat yang positif dan sebagian lagi

mengungkapkan sifat yang negatif. Kepada masing-masing anggota kelompok diminta

memilih kawan-kawannya yang mempunyai sifat yang cocok dengan yang diungkapkan

oleh statemen tersebut.

Sosiometri tipe ini sering juga disebut tipe “terkalah dia” (guess who). Dan karena pada

setiap statemen ada kemungkinan pilihan lebih dari seorang, maka tipe ini sering juga

disebut tipe “siapa mereka” (who are they).

Contoh-contoh statemennya antara lain :

a. Dalam keadaan kelas ini ada teman yang hampir tidak pernah marah walaupun

diganggu oleh temannya. Teman tersebut adalah…………………

Page 48: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

b. Dalam kelas ini ada teman yang sering murung. Ia jarang bergurau atau bercerita

tentang hal-hal yang lucu (joke). Dia / mereka adalah : ………………………………………

c. Dalam kelas kami ada teman yang angkuh dan tidak pernah mau menghargai pendapat

orang lain. Ia sering marah-marah kalau ada orang lain yang menyangkal pendapatnya.

Dia / mereka adalah : ………………………………………………………………….

d. Dalam kelas ini ada teman yang dapat bekerjasama secara baik dengan setiap orang. Ia

bekerja dengan giat dan bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan

kepadanya. Dia / mereka adalah………………………………………………………………..

E. DATA SOSIOMETRI

1. Interaksi sosial

2. Kontak sosial

3. Tingkah laku sosial

Sebagai tempat melatih dan membina siswa melakukan berbagai aktivitas sosial

sekolah dilengkapi dengan tata tertib sebagai normanya. Di lihat dari sisi ini perilaku sosial

merupakan prestasi yang harus dicapai oleh para siswa di sekolah. Salah satu salah satu alat

ukur yang sering diguakan untuk hal ini adalah sosiometri.

Dari hasil penggunaan sosiometri di beberapa sekolah diperolah gambaran, masih

banyak siswa yang menglami salah suai (maladjustment), yaitu siswa terisolir, ditolak/tidak

disenangi oleh temannya, sehingga tidak mampu menjalin kekohesifan hubungan dengan

sesama teman.

Data yang terkumpul merupakan hasil dari upaya kegiatan instrumentasi

Pengelompokan:

1. Data pribadi

Data yang diambil secara perseorangan, terpisah dan berkelanjutan

2. Data kelompok

Data yang menyangkut aspek tertentu dari setiap kelompok (kelas) tentang hasil

belajar, sosiometri.

3. Data umum

Data yang bukan berasal dari diri siswa maupun kelompok, tetapi dari luar kelompok

(informasi pendidikan, jabatan, lingkungan, sosial budaya)

F. LANGKAH-LANGKAH SOSIOMETRI

1. Tahap Persiapan.

a. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.

Page 49: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

b. Memberikan informasi atau keterangan tentang tujuan

penyelenggaraan sosiometri.

c. Mempersiapkan angket sosiometri.

2. Tahap Pelaksanaan.

a. Membagikan dan mengisi angket sosiometri.

b. Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi dengan Benar

3. Tahap Pengolahan.

a. Memeriksa hasil angket

b. Mengolah data sosiometri dengan cara menganalisa indeks, menyusun tabel tabulasi,

membuat sosigram.

Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 2 yaitu:

1. Langkah pemilihan teman

Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi

secara berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan

alasan mengapa harus memilih teman itu.

2. Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)

Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah

peta atau sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak

dipilih diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak

dipilih.

Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan

relasi sosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini

dapat dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam

kelompok.

G. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Sosiometri

1. Sosiometri tidak seharusnya dipergunakan sendirian, terlepas dari data yang

dikumpulkan melalui metode lain.

2. Agar menghasilkan data yang valid, pembimbing/pengumpul data harus mengikuti

semua prosedur / langkah-langkah penyelenggaraan sosiometri secara tepat.

3. Informasi yang diperoleh harus dijaga kerahasiannya. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya anak yang terisolir menjadi makin rendah diri.

4. Perlu diusahakan untuk meniadakan klik-klik di dalam kelompok sosial.

Page 50: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

5. Pemindahan anak-anak yang terisolir masuk ke dalam kelompok lain, harus diperhatikan

interaksi penerimaan kedua belah pihak.

6. Pembimbing perlu menyadari kebutuhan khusus apa yang diperlukan oleh individu-

individu tertentu.

H. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SOSIOMETRI

Kelebihan sosiometri

1. Mengetahui hubungan sosial antar siswa.

2. Meningkatkan hubungan sosial antar siswa.

3. Menempatkan siswa dalam kelompok yang sesuai.

4. Menemukan siswa mana yang mempunyai masalah penyesuaian diri dengan

kelompoknya.

5. Membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara siswa dengan penerimaan sosialnya.

6. Membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam pergaulan yang sedang dialami.

7. Membantu konselor dalam menciptakan iklim sosial yang lebih baik dengan

menyesuaikan program yang konstruktif.

Kelemahan sosiometri.

1. sangat sulit dijamin kerahasiaannya, karena siswa cenderung saling mananyai

pilihannya.

2. siswa memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil

dalam melakukan pekerjaan, tetapi atas dasar rasa simpati dan antipati.

3. memerlukan waktu banyak / lama.

Page 51: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB VIII

DAFTAR CEK MASALAH

A. PENGERTIAN

Daftar cek masalah adalah sebuah daftar kemungkinan masalah yang disusun untuk

merangsang atau memancing pengutaraan masalah yang pernah atau sedang dialami oleh

seseorang, menyangkut keadaan pribadi individu seperti sikap, minat, kondisi jasmaniah,

hubungan sosial kejiwaan, kondisi rumah serta keluarga, dll

Pernyataan-pernyataan tersebut, dikelompokkan kedalam 11 bidang masalah, yakni:

1. Masalah Kesehatan

2. Masalah Ekonomi

3. Masalah Rekreasi dan Hobby/Kegemaran

4. Masalah Kehidupan Sosial

5. Masalah Hubungan Pribadi

6. Masalah Muda-Mudi

7. Masalah Kehidupan Keluarga

8. Masalah Agama dan Moral

9. Penyesuaian terhadap Sekolah

10. Masalah Masa depan dan Cita-Cita, dan

11. Masalah penyesuaian terhadap Kurikulum

B. TUJUAN DAN MANFAAT DCM

1. Untuk memudahkan individu mengemukakan masalah yang pernah dan sedang

dihadapi. Dengan daftar cek masalah memungkinkan individu mengingat kembali

masalahmasalah yang pernah dialaminya.

2. Untuk sistematisasi jenis masalah yang ada pada individu agar memudahkan analisis

dan sintesis dengan data yang diperoleh dengan cara/alat lain.

3. Untuk menyarankan suatu preoritas program pelayanan Bimbingan dan Konseling

sesuai dengan masalah individu maupun kelompok saat itu.

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan menggunakan DCM yaitu :

1. Untuk melengkapi data yang sudah ada.

Page 52: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

2. Untuk mengenal individu yang perlu segera mendapat bimbingan khusus.

3. Sebagai pedoman penyusunan program bimbingan kelompok pada umumnya.

4. Untuk mendalami masalah individu maupun kelompok.

C. LANGKAH‐LANGKAH PENYELENGGARAAN

1. Persiapan

a. Konselor menyiapkan bahan sesuai dengan jumlah siswa

b. Konselor benar‐benar menguasai petunjuk cara mengerjakan

2. Pelaksanaan

a. Mengontrol situasi ruangan

b. Konselor memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan menggunakan DCM

c. Memberikan instruksi kepada siswa untuk mempersiapkan alat‐alat tulis

d. Membagikan lembar DCM Memberikan instruksi kepada siswa untuk menulis identitas

diri dan tanggal pelaksanaan DCM siswa

e. Membacakan petunjuk cara mengerjakan DCM, siswa membaca dalam hati

f. Memberi contoh cara mengerjakan DCM

g. Memberikan instruksi untuk mengerjakan DCM, dan memperingatkan agar siswa

bekerja dengan tenang dan teliti, dan memberitahukan bahwa waktu yang sediakan

cukup lama, + satu jam

h. Mengontrol apakah para siswa telah mengerjakan DCM dengan benar

i. Mengumpulkan pekerjaan

Dari pernyataan-pernyataan masalah yang dipilih oleh siswa, selanjutnya Konselor

Sekolah atau Guru Pembimbing dapat mengolah hasil jawabannya kedalam program excel.

Harapannya pekerjaan kita akan lebih cepat, mudah dan akurat.

Setelah hasil analisis masalah telah kita peroleh, Konselor/Guru Pembimbing dapat

merumuskan dan menyusun strategi jenis layanan Bimbingan dan Konseling apa yang saat

ini mendesak dibutuhkan oleh siswa.

D. KELEBIHAN

1. Efisiensi

DCM dikatakan efisien, karena dengan DCM dapat diperoleh banyak data tentang

masalah dan kebutuhan siswa dalam waktu singkat.

2. Intensif

Page 53: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

Dikatakan intensif, karena data problem yang diperoleh melalui DCM lebih teliti,

mendalam dan luas. Data semacam ini kurang dapat diperoleh melalui teknik lain

seperti observasi, autobiografi, wawancara dan sebagainya.

3. Validitas dan reliabilitas.

Dikatakan valid dan reliabel, antara lain karena individu yang bersangkutan mengecek

sendiri masalah yang sedang ia alami, disamping jumlah item kemungkinan masalah

yang cukup banyak.

Page 54: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB IX

ALAT UNGKAP MASALAH (AUM)

Untuk mengungkapkan masalah-masalah siswa dan mahasiswa secara menyeluruh

telah dikembangkan dua jenis alat ungkap masalah, yaitu; (1) alat untuk mengungkapkan

masalah-masalah umum dan (2) alat untuk mengungkapkan masalah-masalah khusus yang

berkaitan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan belajar. Kedua jenis alat ungkap itu

yang dikenal dengan AUM ”Umum ” dan AUM ”Belajar”. AUM ”Belajar” itu lebih khusus lagi

dinamakan AUM PTSDL.

Tabel 3. Format AUM

No Sasaran Penggunaan

Format AUM

AUM UMUM AUM Belajar

1

2

3

4

5

Perguruan Tinggi

SLTA

SLTP

SD

Masyarakat

AUM Umum F1

AUM Umum F2

AUM Umum F3

-

AUM Umum F5

AUM PTSDL F1

AUM PTSDL F2

AUM PTSDL F3

AUM PTSDL F4

-

A. PENGERTIAN AUM-UMUM

Alat Ungkap Masalah atau biasa disebut AUM. Alat Ungkap Masalah adalah sebuah

instrumen standar yang dikembangkan oleh Prayitno, dkk. yang dapat digunakan dalam

rangka memahami dan memperkirakan (bukan memastikan) masalah-masalah yang

dihadapi konseli. Alat Ungkap Masalah ini didesain untuk mengungkap 10 bidang masalah

yang mungkin dihadapi konseling Kesepuluh bidang masalah tersebut mencakup:

1. Jasmani dan Kesehatan (JDK), yang terdiri dari dua puluh lima item.

2. Diri Pribadi (DPI) yang terdiri dari dua puluh item.

3. Hubungan Sosial (HSO) yang terdiri dari lima belas item.

4. Ekonomi dan Keuangan (EDK) yang terdiri dari lima belas item.

5. Karir dan Pekerjaan (KDP) yang terdiri dari lima belas item.

6. Pendidikan dan Pelajaran (PDP) yang terdiri dari lima puluh lima item.

7. Agama, Nilai, dan Moral (ANM) yang terdiri dari tiga puluh item.

Page 55: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

8. Hubungan Muda-Mudi (HMM) yang terdiri dari lima belas item.

9. Keadaan dan Hubungan dalam Keluargha (KHK) yang terdiri dari dua puluh lima item.

10. Waktu Senggang (WSG) yang terdiri dari sepuluh item.

B. TUJUAN

Pengadministrasian AUM Umum bertujuan untuk :

1. Mendapatkan gambaran mengenai masalah pribadi dan masalah berat yang dialami

siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu dasar untuk pemberian bantuan

serta tindak lanjut terhadap masalah

2. Mengetahui masalah kelompok dikalangan siswa sesuai bidang masalah

C. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Membuka kegiatan

2. Menjelaskan apa, untuk apa, dan cara pengolaah AUM Umum

3. Membagikan buku dan lembar jawaban AUM Umum kepada siswa.

4. Membaca serta menjelaskan petunjuk pengisian AUM Umum

5. Siswa yang belum paham diminta untuk mengajukan pertanyaan

6. Meminta siswa mengisi identitas dan lembaran jawaban AUM Umum

7. Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan lembar jawaban AUM PTSDL yang diisi oleh

siswa.

8. Menutup kegiatan.

D. PENGERTIAN AUM-PTSDL

AUM PTSDL adalah alat untuk mengungkapkan masalah-masalah khusus yang berkaitan

dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan belajar. Kegiatan belajar mahasiswa atau

siswa di dalam mengikuti PBM (Proses Belajar Mengajar) dan belajar di luar kelas itu amat

tergantung pada 5 hal :

1. prasyarat penguasaan materi pengajaran (P)

2. ketrampilan belajar (T)

3. sarana belajar (S)

4. keadaan diri pribadi (D)

5. lingkungan belajar dan sosio-emosional (L)

E. KOMPOSISI AUM PTSDL

Page 56: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

No. KOMPOSISI AUM PTSDL

Bidang Masalah

Sing-

katan

Jml Item

F.1 MHS F.2 SLTA F.3 SLTP F.4 SD

1 Prasyarat penguasaan materi pelajaran

P 20 20 10 8

2 Keterampilan belajar T 75 75 75 48

3 Sarana Belajar S 15 15 10 11

4 Diri pribadi mahasiswa/siswa

D 30 30 30 18

5 Lingkungan belajar dan sosio-emosional

L 25 25 25 11

Ju m l a h 165 165 145 96

F. TUJUAN

1. Layanan orientasi dan informasi

a. Informasi umum

Data kelompok dipergunakan untuk memberikan informasi kepada seluruh siswa

tentang mutu kegiatan dan masalah-masalah belajar yang mereka alami secara

keseluruhan dalam format klasikal.

b. Orientasi dan informasi khusus

Masalah dalam buku AUM PTSDL-2 ada sejumlah item di antaranya yang berkaitan

dengan layanan orientasi dan informasi

contoh:

Item no.091 : kurikulum, urutan materi pelajaran dan buku-buku pelajaran kurang

membantu saya dalam menguasai materi pelajaran dan atau keterampilan dari yang

lebih rendah ke yang lebih tinggi.

2. Layanan penempatan dan penyaluran

contoh:

Item no.138 : minat, kemampuan dan atau gambaran saya tentang masa depan

membuat saya berfikir-fikir untuk berhenti sekolah dan mencari kerja

3. Layanan pembelajaran

Membantu siswa mengembangkan keterampilan belajar dan penguasaan terhadap

materi pelajaran.

4. Layanan konseling perorangan

5. Layanan bimbingan dan konseling kelompok

Page 57: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

layanan bimbingan kelompok membahasa topic-topik umum yang disepakati bersama

G. FREKUENSI PENGADMINISTRASIAN

AUM PTSDL sebaiknya dilaksanakan setiap semester yaitu pada semester pertama

dan semester berikutnya.

Hasilnya digunakan sebagai dasar untuk memberikan palayanan bimbingan dan

konseling.

Hasil AUM yang kedua dapat dipergunakan untuk mengetahui apakah mhs/siswa

yang bersangkutan masih mengalami masalah belajar yang lama atau mengalami

masalah baru dan bagaimana mutu kegiatan belajarnya.

Page 58: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

BAB X

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN

A. PENGERTIAN

Manusia sepanjang hidupnya selalu mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut

berlangsung dalam beberapa tahap yang saling berkaitan. Gangguan pada salah satu tahap

dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan secara keseluruhan. Untuk

mengidentifikasi masalah perkembangan, diperlukan pengukuran kuantitatif tentang tingkat-

perkembangan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan

peserta didik adalah ITP (Inventori Tugas Perkembangan) yang dikembangkan oleh

Sunaryo, dkk. Dengan alat ITP, Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor) dapat memahami

tingkat perkembangan individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah yang

menghambat perkembangan dan membantu peserta didik yang bermasalah dalam

menyelesaikan tugas perkembangannya.

ITP (Inventori Tugas Perkembangan) adalah satu instrumen yang dapat digunakan

untuk mengukur tingkat perkembangan peserta didik, yang dikembangkan oleh Sunaryo,

dkk. ITP menurut (Kartadinata dkk, 2003:3), untuk mengukur tingkat perkembangan siswa

atau pencapaian tugas-tugas perkembangan dari setiap aspek perkembangan, teori

perkembangan diri dari Loevinger (ITP,2001:3) dipilih sebagai kerangka kerja teoretik dalam

mengembangkan inventori tugas-tugas perkembangan.

Berdasarkan hasil ITP ini, dapat disusun program bimbingan yang memungkinkan

peserta didik dapat berkembang secara wajar, utuh dan sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya.

B. TUJUAN

1. Petunjuk untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari individu pada usia

tertentu.

2. Memberi motivasi untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial tertentu.

3. Karena bertahap, tugas perkembangan menunjukan apa yang akan dihadapi dan

tindakan yang diharapkan pada perkembangan berikutnya.

Page 59: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

C. TINGKAT PERKEMBANGAN INDIVIDU

Loevinger merumuskan bangun perkembengan diri ke dalam sembilan tingkat. Tingkat

pertama yaitu “pra sosial” merupakan tingkat di mana individu belum mampu membedakan

diri dengan lingkungan. Tingkat terakhir yaitu integrated, merupakan tingkat yang jarang

dicapai oleh orang kebanyakan. Oleh karena itu bangun tingkatan perkembangan dalam ITP

ini terdiri atas tujuh tingkatan dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Impulsif, dengan ciri-ciri : (a) identitas diri terpisah dari orang lain; (b) bergantung

pada lingkungan; (c) beorientasi hari ini; dan (d) individu tidak menempatkan diri

sebagai penyebab perilaku.

2. Perlindungan Diri, dengan ciri-ciri : (a) peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang

dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain; (b) mengikuti aturan secara

oportunistik dan hedonistik; (c) berfikir tidak logis dan stereotip; (d) melihat kehidupan

sebagai “zero-sum game”; dan (e) cenderung menyalahkan dan mencela orang lain.

3. Konformistik, dengan ciri-ciri : (a) peduli terhadap penampilan diri; (b) berfikir

sterotip dan klise; (c) peduli akan aturan eksternal; (d) bertindak dengan motif dangkal;

(e) menyamakan diri dalam ekspresi emosi; (f) kurang introspeksi; (f) perbedaan

kelompok didasarkan ciri-ciri eksternal; (g) takut tidak diterima kelompok; (h) tidak

sensitif terhadap keindividualan; dan (i) merasa berdosa jika melanggar aturan.

4. Sadar Diri, dengan ciri-ciri: (a) mampu berfikir alternatif; (b) melihat harapan dan

berbagai kemungkinan dalam situasi; (c) peduli untuk mengambil manfaat dari

kesempatan yang ada; (d orientasi pemecahan masalah; (e) memikirkan cara hidup;

dan (f) penyesuaian terhadap situasi dan peranan

5. Seksama, dengan ciri-ciri : (a) bertindak atas dasar nilai internal; (b) Mampu melihat

diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan; (c) mampu melihat keragaman

emosi, motif, dan perspektif diri; (d) peduli akan hubungan mutualistik; (e) memiliki

tujuan jangka panjang; (f) cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial; dan (g)

berfikir lebih kompleks dan atas dasar analisis.

6. Individualistik, dengan ciri-ciri : (a) peningkatan kesadaran invidualitas; (b)

kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan; (c)

menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain; (d) mengenal eksistensi

perbedaan individual; (e) mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam

kehidupan; (f) membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya; (g)

mengenal kompleksitas diri; (h) peduli akan perkembangan dan masalah-masalah

sosial.

Page 60: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

7. Otonomi; dengan ciri-ciri : (a) memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan;

(b) bersikap realistis dan obyektif terhadap diri sendiri maupun orang lain; (c) peduli

akan paham abstrak, seperti keadilan sosial.; (d) mampu mengintegrasikan nilai-nilai

yang bertentangan; (e) peduli akan self fulfillment; (f) ada keberanian untuk

menyelesaikan konflik internal; (g) respek terhadap kemandirian orang lain; (h) sadar

akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain; dan (i) mampu

mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.

D. ASPEK PERKEMBANGAN INDIVIDU

Sedangkan sebelas aspek perkembangan individu yang diungkap melalui ITP mencakup

:

(1) landasan hidup religius, (2) landasaan perilaku etis, (3) kematangan emosional, (4)

kematangan intelektual, (5) kesadaran tanggung jawab, (6) peran sosial sebagai pria atau

wanita, (7) penerimaan diri dan pengembangannya, (8) kemandirian perilaku ekonomi, (9)

wawasan dan persiapan karir, (10) kematangan hubungan dengan teman sebaya, dan (11)

persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga. ITP untuk SD dan SLTP hanya

mengukur 10 aspek, sebab aspek yang ke-11 belum sesuai.

E. FORMAT ITP

ITP berbentuk angket yang terdiri atas kumpulan pernyataan yang harus dipilih oleh

siswa. Setiap soal (kumpulan butir pernyataan) terdiri atas empat butir pernyataan yang

mengukur satu sub aspek.

Tingkat perkembangan siswa dapat dilihat dari skor yang diperoleh pada setiap aspek.

Besar skor yang diperoleh menunjukkan tingkat perkembangan siswa

1. Tingkat sekolah dasar (ITP SD):

Jumlah soal 50 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 40 soal, yang

10 soal digunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.

2. Tingkat SLTP (ITP SLTP):

Jumlah soal 50 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan.Yang diskor 40 soal, yang

10 soal digunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.

3. Tingkat SLTA (ITP SLTA):

Jumlah soal 77 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 66 soal, yang

11 soal digunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.

4. Tingkat Perguruan Tinggi (ITP PT):

Page 61: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

Jumlah soal 77 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 66 soal, yang 11

soal digunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.

Page 62: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Syaifuddin. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB

Gabel, D.L. 1993. Handbook of Research on Science Teaching and Learning.

New York: Maccmillan Company.

Gun, Taufik. 2010. Bimbingan konseling, www. taufikgun.blogspot.com. Akses 21 Februari

2012

Hood, A.B., & Johnson, R.W., 1993. Assessment in Counseling: a Guide to the Use

Psychological Assessment Procedures. American Counseling Assocition

Ilham, Khairi. 2011. Sejarah Lahirnya Alat Ungkap Masalah, www.khairiilham.blogspot.

com. Akses 21 Februari 2012

Irawan Soehartono. 2000. Metode Penelitian Sosial. PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice.

Japan: Shizuoka University.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survai. LP3ES: Jakarta.

Mastarmudi. 2010. pengertian-observasi. www. mastarmudi.blogspot.com. Akses 22

Februari 2012

Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Bogor.

Mulyadi.2011. Pengertian Asesmen Serta Formatnya.www.yadhy-nienk.blogspot.com. akses

22 Februari 2012

Psychologymania. 2011. pengukuran-psikologi-defenisi-sejarah, www. psychologymania .

com. Akses 22 Februari 2012

Purwanto, N. 2002. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda Karya

Rafika, S. 2008. Konsep dasar terapi kelompok, www.e-psikologi.com. Akses 18 Novemer

2010

Page 63: ASSESMEN PSIKOLOGI TEKNIK NON TES - · PDF fileBAB I KONSEP EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN A. PENDAHULUAN Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment)

Resnick, D.P. & Resnick, L.B. 1985. Standards, Curriculum, and Performance: A Historical

and Comparative Perspektive Educational Researcher

Rustaman,N. 2003. Asesmen Pendidikan IPA. Makalah penataran guru-guru

NTT di Jurusan pendidikan Biologi.

Stiggins, R.J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan College

Publishing Company.

Subekti, R. & Firman, H.. (1989). Evaluasi Hasil Belajar dan Pengajaran Remedial. Jakarta:

UT

Sudjana,N. & Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Sudrajat , Akhmad . 2008. Alat Ungkap Masalah Siswa (AUM).www.akhmadsudrajat wordpress.com. Akses 21 Februari 2012

Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Andi

Tayibnapis, F.Y. 2000 Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.

Wiggins, G. 1984. A True Test: Toward More Authentic and Equitable Assessment. Phi Delta

Kappan

Yulaelawati, E. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar RayaJakarta.

Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

Zainul, A. 2001. Alternative assessment. Jakarta: Dirjen Dikti