ASKEP Trauma Kepala

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Trauma kepala merupakan suatu trauma yang sangat berbahaya di dunia ini. Trauma kepala sangat membutuhkan penangannan lebih dalam menangani masalahnya di lapangan kerja seorang perawat. Trauma kepala juga sangat menarik perhatian karena sebagian besar dari penderitanya meninggal karena penanganan yang kuarng maksimal dan tidak tepat. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan mengupas secara tuntas bagaiman menangani dan apa itu trauma kepala dengan benar. B. Rumusan masalah Apakah definisi trauma kepala? Apasajakah stadium trauma kepala? Apakah etiologi dan faktor resiko dari trauma kepala? Bagaimanakah patofisoilogi dari trauma kepala? Apakah manifestasi klinis dari trauma kepala? Apakah pemeriksaan penunjang trauma kepala? Bagaimanakah penatalaksanaan trauma kepala? C. Tujuan 1

description

Trauma Kepala

Transcript of ASKEP Trauma Kepala

Page 1: ASKEP Trauma Kepala

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Trauma kepala merupakan suatu trauma yang sangat berbahaya di dunia ini.

Trauma kepala sangat membutuhkan penangannan lebih dalam menangani

masalahnya di lapangan kerja seorang perawat. Trauma kepala juga sangat

menarik perhatian karena sebagian besar dari penderitanya meninggal karena

penanganan yang kuarng maksimal dan tidak tepat. Oleh karena itu dalam

makalah ini kami akan mengupas secara tuntas bagaiman menangani dan apa itu

trauma kepala dengan benar.

B. Rumusan masalah

Apakah definisi trauma kepala?

Apasajakah stadium trauma kepala?

Apakah etiologi dan faktor resiko dari trauma kepala?

Bagaimanakah patofisoilogi dari trauma kepala?

Apakah manifestasi klinis dari trauma kepala?

Apakah pemeriksaan penunjang trauma kepala?

Bagaimanakah penatalaksanaan trauma kepala?

C. Tujuan

Untuk mengetahui konsep medis dari trauma kepala dan asuhan

keperawatannya.

D. Saran

agar setelah membaca materi dalam makalah ini pembaca dapat melakukan

tindakan maksimal dan tepat pada pasien dengan trauma kepala.

1

Page 2: ASKEP Trauma Kepala

BAB II

ISI

A. Pengertian

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang

tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak

langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)

B. Klasifikasi

Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG):

1. Minor

SKG 13 – 15

Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.

Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.

2. Sedang

SKG 9 – 12

Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang

dari 24 jam.

Dapat mengalami fraktur tengkorak.

3. Berat

SKG 3 – 8

Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.

Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.

C. Etiologi

Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.

Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.

Cedera akibat kekerasan.

2

Page 3: ASKEP Trauma Kepala

D. Patofisiologis

Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat

ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan

(aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam,

seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda

tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang

secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini

mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa

kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan

cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala,

yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang

otak.

Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada

permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai

akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral

dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi

(peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta

vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya

peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan

cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.

Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan

“menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan

hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang

meliputi kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder

yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak

menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam

empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia,

pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis

cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi

karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya.

3

Page 4: ASKEP Trauma Kepala

E. Pathway

Trauma kepala

Ekstra kranial Tulang kranial Intra kranial

4

Jaringan otak rusak (kontusio, laserasi)

Terputusnya kontinuitas jaringan tulang

Terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan vaskuler

-Perubahan outoregulasi-Odem cerebral

-Perdarahan-Hematoma

Gangguan suplai darah

Iskemia

Perubahan sirkulasi CSS

Perubahan perfusi jaringan

Peningkatan TIK

Girus medialis lobus temporalis tergeser

Kejang

Gangg. Neurologis fokal

Hipoksia

1. Bersihan jln. nafas

2. Obstruksi jln. nafas

3. Dispnea4. Henti nafas5. Perub. Pola

nafas

Resiko tidak efektifnya jln. nafas

Defisit Neurologis

Gangg. persepsi sensori

Gangg. fungsi otak

Herniasi unkus

Mesesenfalon tertekan

Gangg. kesadaran

Resiko injuri

NyeriResiko infeksi

Mual – muntahPapilodemaPandangan kaburPenurunan fungsi

pendengaranNyeri kepala

Cemas

Immobilisasi

Resiko kurangnya volume cairan

Resiko gangg. integritas kulit

Tonsil cerebelum tergeser Kompresi medula oblongata

Kurangnya perawatan diri

Page 5: ASKEP Trauma Kepala

F. Manifestasi Klinis

Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih

Kebungungan

Iritabel

Pucat

Mual dan muntah

Pusing kepala

Terdapat hematoma

Kecemasan

Sukar untuk dibangunkan

Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung

(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

G. Komplikasi

Hemorrhagie

Infeksi

Edema

Herniasi

H. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)

Rotgen Foto

CT Scan

MRI

I. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah

sebagai berikut:

1. Observasi 24 jam

2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.

3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.

5

Page 6: ASKEP Trauma Kepala

4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.

5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.

6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.

7. Pemberian obat-obat analgetik.

8. Pembedahan bila ada indikasi.

J. Rencana Pemulangan

1. Jelaskan tentang kondisi anak yang memerlukan perawatan dan pengobatan.

2. Ajarkan orang tua untuk mengenal komplikasi, termasuk menurunnya

kesadaran, perubahan gaya berjalan, demam, kejang, sering muntah, dan

perubahan bicara.

3. Jelaskan tentang maksud dan tujuan pengobatan, efek samping, dan reaksi dari

pemberian obat.

4. Ajarkan orang tua untuk menghindari injuri bila kejang: penggunaan sudip lidah,

mempertahankan jalan nafas selama kejang.

5. Jelaskan dan ajarkan bagaimana memberikan stimulasi untuk aktivitas sehari-

hari di rumah, kebutuhan kebersihan personal, makan-minum. Aktivitas

bermain, dan latihan ROM bila anak mengalami gangguan mobilitas fisik.

6. Ajarkan bagaimana untuk mencegah injuri, seperti gangguan alat pengaman.

7. Tekankan pentingnya kontrol ulang sesuai dengan jadual.

8. Ajarkan pada orang tua bagaimana mengurangi peningkatan tekanan

intrakranial.

6

Page 7: ASKEP Trauma Kepala

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status

kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.

2. Pemeriksaan fisik

a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,

hiperventilasi, ataksik)

b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK

c. Sistem saraf :

Kesadaran GCS.

Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak

akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.

Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan

diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.

d. Sistem pencernaan

Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,

kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika

pasien sadar tanyakan pola makan?

Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.

Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.

e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia,

gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.

f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia

atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.

g. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat

pasien dari keluarga.

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:

7

Page 8: ASKEP Trauma Kepala

1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas

berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi pergerakan,

dan meningkatnya tekanan intrakranial.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan

peningkatan tekanan intrakranial.

3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya

kesadaran.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah.

5. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya

tekanan intrakranial.

6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.

8. Kecemasan orang tua-anak berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma

kepala.

9. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.

C. Intervensi Keperawatan

1. Resiko tidak efektifnya jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas berhubungan

dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi pergerakan, dan

meningkatnya tekanan intrakranial.

Tujuan: Pola nafas dan bersihan jalan nafas efektif yang ditandai dengan tidak

ada sesak atau kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan pernafasan

dalam batas normal.

Intervensi:

Kaji Airway, Breathing, Circulasi.

Kaji anak, apakah ada fraktur cervical dan vertebra. Bila ada hindari

memposisikan kepala ekstensi dan hati-hati dalam mengatur posisi bila ada

cedera vertebra.

Pastikan jalan nafas tetap terbuka dan kaji adanya sekret. Bila ada sekret

segera lakukan pengisapan lendir.

Kaji status pernafasan kedalamannya, usaha dalam bernafas.

8

Page 9: ASKEP Trauma Kepala

Bila tidak ada fraktur servikal berikan posisi kepala sedikit ekstensi dan

tinggikan 15 – 30 derajat.

Pemberian oksigen sesuai program.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan

peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan: Perfusi jaringan serebral adekuat yang ditandai dengan tidak ada pusing

hebat, kesadaran tidak menurun, dan tidak terdapat tanda-tanda

peningkatan tekanan intrakranial.

Intervensi:

Tinggikan posisi kepala 15 – 30 derajat dengan posisi “midline” untuk

menurunkan tekanan vena jugularis.

Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan tekanan intrakranial: fleksi atau hiperekstensi pada leher,

rotasi kepala, valsava meneuver, rangsangan nyeri, prosedur

(peningkatan lendir atau suction, perkusi).

tekanan pada vena leher.

pembalikan posisi dari samping ke samping (dapat menyebabkan

kompresi pada vena leher).

Bila akan memiringkan anak, harus menghindari adanya tekukan pada

anggota badan, fleksi (harus bersamaan).

Berikan pelembek tinja untuk mencegah adanya valsava maneuver.

Hindari tangisan pada anak, ciptakan lingkungan yang tenang, gunakan

sentuhan therapeutic, hindari percakapan yang emosional.

Pemberian obat-obatan untuk mengurangi edema atau tekanan intrakranial

sesuai program.

Pemberian terapi cairan intravena dan antisipasi kelebihan cairan karena

dapat meningkatkan edema serebral.

Monitor intake dan out put.

Lakukan kateterisasi bila ada indikasi.

9

Page 10: ASKEP Trauma Kepala

Lakukan pemasangan NGT bila indikasi untuk mencegah aspirasi dan

pemenuhan nutrisi.

Libatkan orang tua dalam perawatan anak dan jelaskan hal-hal yang

dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya

kesadaran.

Tujuan: Kebutuhan sehari-hari anak terpenuhi yang ditandai dengan berat

badan stabil atau tidak menunjukkan penurunan berat badan,

tempat tidur bersih, tubuh anak bersih, tidak ada iritasi pada kulit,

buang air besar dan kecil dapat dibantu.

Intervensi:

Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan – minum,

mengenakan pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan

kebersihan perseorangan.

Berikan makanan via parenteral bila ada indikasi.

Perawatan kateter bila terpasang.

Kaji adanya konstipasi, bila perlu pemakaian pelembek tinja untuk

memudahkan BAB.

Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

dan demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan anak.

4. Resiko kurangnnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

Tujuan: Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan volume cayran atau

dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa lembab,

integritas kulit baik, dan nilai elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

Kaji intake dan out put.

Kaji tanda-tanda dehidrasi: turgor kulit, membran mukosa, dan

ubun-ubun atau mata cekung dan out put urine.

10

Page 11: ASKEP Trauma Kepala

Berikan cairan intra vena sesuai program.

5. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau

meningkatnya tekanan intrakranial.

Tujuan: Anak terbebas dari injuri.

Intervensi:

Kaji status neurologis anak: perubahan kesadaran, kurangnya respon

terhadap nyeri, menurunnya refleks, perubahan pupil, aktivitas

pergerakan menurun, dan kejang.

Kaji tingkat kesadaran dengan GCS

Monitor tanda-tanda vital anak setiap jam atau sesuai dengan protokol.

Berikan istirahat antara intervensi atau pengobatan.

Berikan analgetik sesuai program.

6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.

Tujuan: Anak akan merasa nyaman yang ditandai dengan anak tidak

mengeluh nyeri, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Intervensi:

Kaji keluhan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, catat lokasi nyeri,

lamanya, serangannya, peningkatan nadi, nafas cepat atau lambat,

berkeringat dingin.

Mengatur posisi sesuai kebutuhan anak untuk mengurangi nyeri.

Kurangi rangsangan.

Pemberian obat analgetik sesuai dengan program.

Ciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur.

Berikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya injuri.

Tujuan: Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak

ditemukan tanda-tanda infeksi: suhu tubuh dalam batas normal,

tidak ada pus dari luka, leukosit dalam batas normal.

Intervensi:

11

Page 12: ASKEP Trauma Kepala

Kaji adanya drainage pada area luka.

Monitor tanda-tanda vital: suhu tubuh.

Lakukan perawatan luka dengan steril dan hati-hati.

Kaji tanda dan gejala adanya meningitis, termasuk kaku kuduk, iritabel,

sakit kepala, demam, muntah dan kenjang.

8. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma

kepala.

Tujuan: Anak dan orang tua akan menunjukkan rasa cemas berkurang yang

ditandai dengan tidak gelisah dan orang tua dapat mengekspresikan

perasaan tentang kondisi dan aktif dalam perawatan anak.

Intervensi:

Jelaskan pada anak dan orang tua tentang prosedur yang akan dilakukan,

dan tujuannya.

Anjurkan orang tua untuk selalu berada di samping anak.

Ajarkan anak dan orang tua untuk mengekspresikan perasaan.

Gunakan komunikasi terapeutik.

9. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.

Tujuan: Tidak ditemukan tanda-tanda gangguan integritas kulit yang

ditandai dengan kulit tetap utuh.

Intervensi:

Lakukan latihan pergerakan (ROM).

Pertahankan posisi postur tubuh yang sesuai.

Rubah posisi setiap 2 jam sekali atau sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi anak.

Kaji area kulit: adanya lecet.

Lakukan “back rub” setelah mandi di area yang potensial menimbulkan

lecet dan pelan-pelan agar tidak menimbulkan nyeri.

12

Page 13: ASKEP Trauma Kepala

DAFTAR PUSTAKA

1. Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV

Sagung Seto; 2001.

2. Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta:

EGC; 1996.

13

Page 14: ASKEP Trauma Kepala

3. Cecily LB & Linda AS. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC;

2000.

4. Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta:

EGC; 1999.

14