Askep TB Paru

41
BAB I KONSEP PENYAKIT KOCH PULMONAL (TUBERKULOSIS PARU) A. Pengertian Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala bervariasi (Mansjoer,1999) Tuberculosis paru adalah merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi (isselbacker,1999). Jadi tubercolusis paru atau koch pulmonal adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan mycobacterium tuberculosis dan pembentukan granuloma pada daerah yang terinfeksi dengan gejala yang bervariasi. B. Etiologi Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang dan mempunyai sifat asam (Price.1995). C. Patofisiologi Basil tuberculosa mula-mula memasuki paru atau tempat lain pada individu yang sehat kemudian menimbulkan respon peradangan non spesifik dengan sedikit atau sama sekali tanpa gejala. 1

Transcript of Askep TB Paru

Page 1: Askep TB Paru

BAB I

KONSEP PENYAKIT KOCH PULMONAL

(TUBERKULOSIS PARU)

A. Pengertian

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis dengan gejala bervariasi (Mansjoer,1999)

Tuberculosis paru adalah merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh

pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi (isselbacker,1999).

Jadi tubercolusis paru atau koch pulmonal adalah penyakit infeksi kronik

yang disebabkan mycobacterium tuberculosis dan pembentukan granuloma

pada daerah yang terinfeksi dengan gejala yang bervariasi.

B. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang dan mempunyai sifat

asam (Price.1995).

C. Patofisiologi

Basil tuberculosa mula-mula memasuki paru atau tempat lain pada

individu yang sehat kemudian menimbulkan respon peradangan non spesifik

dengan sedikit atau sama sekali tanpa gejala.

Basil yang menyebabkan peradangan tersebut kemudian berada dalam

ruang alveolus dan dapat juga meningkatkan metabolisme tubuh sehingga

akan terjadi peningkatan kebutuhan terhadap energi. Setelah itu klien akan

mengalami gejala batuk, malaise, anoreksia dan mual. Di samping basil

tuberculosis membengkitkan peradangan, basil tersebut dapat menjadi aktif

dalam bentuk droplet muda yang tersebar diudara saat klien batuk maupun

bicara.

Alveoli yang terserang akan mengalami atau timbul gejala pneumonia.

Kemudian bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel basil

menjadi infeksi lesi primer kemudian difagosit oleh makrofag. Nekrosis

1

Page 2: Askep TB Paru

bagian sentral dibawah kelenjar limfe regional. Lesi mamberikan gambaran

yang relatif padat dan seperti kayu/perkejuan.

Hal ini akan menyebabkan penumpukan sekresi dalam paru, lesi primer

dan kelenjar limfe mengalami fibrosis lalu menjadi jaringan parut dan

mengalami pengapuran. Fibrosis pada paru tersebut menjadikan berkurangnya

jumlah jaringan paru fungsional, pengembangan paru kurang maksimal dan

jumlah oksigen yang masuk berkurang.

Apabila daya tahan tubuh kuat maka komplek primer dapat sembuh

dengan sendirinya, namun bila daya tahan tubuh lemah maka akan timbul

fokus reinfeksi endogen yang menyebabkan kembalinya efektifitas lesi. Basil

dalam lesi kembali di fagosit oleh makrofag dibawa kekelenjar limfe dan

saluran darah menimbulkan penyebaran yang luas yang bisa menyebabkan

tuberculosis milien (Price,1999).

D. Manifestasi klinik

Gejala umum TB paru adalah:

1. Batuk lebihdari 4 minggu

2. Malaise

3. Gejala flu

4. Demam derajat rendah

5. Batuk darah (haemomtu)

(Mansjoer, 1999).

Banyak asimtomatis dan baru terdeteksi dengan adanya kelainan radiologi

dada pada pemeriksaan rutin atau adanya tes Tuberculin/mantouk tes positif

(waspadji,1995).

Gejala terbanyak adalah:

1. Demam

Menyerupai demam influensa, tapi kadang mencapai 40 0C di pengaruhi

oleh upaya daya tahan tubuh dan berat ringannya infeksi kuman.

2

Page 3: Askep TB Paru

2. Batuk

Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, tetapi mungkin terjadi setelah

penyakit berkembang dalam jaringan.

3. Sesak napas

Di temukan pada penyakit yang sudah lanjut, inflamasi sudah 1/2 bagian

paru.

4. Malaise

Yang sering terjadi adalah: Anoreksia, badan makin kurus, sakit kapala,

berkeringat pada malam hari tanpa ada kegiatan.

E. Pengkajian fokus dan pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkan diagnosa pada penyakit paru dilaksanakan pemeriksaan

penunjang sebagai berikut.

1. Laboratorium ; biasanya ditemukan

a. Anemia

b. Inkositasis ringan dengan predominasi limpositosis

c. LED meningkat terutama pada masa akut, dapat kembali normal pada

tahap penyembuhan

2. Foto thorax PA dengan atau tanpa lateral

Karakteristiknya

a. Bayangan lesi terletak pada lapang paru atas segmen apikal lobus

bawah

b. Bayangan berawan (patchy) atau bercak (noduler)

c. Adanya kavitas tunggal atau ganda

d. Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru

e. Adanya kalsifikasi

f. Bayangan milier

3. Pemeriksaan sputum BTA (Bakteri Tahan Asam)

Pada anak sering tidak dijumpai adanya basil TBC pada pemeriksaan BTA

4. Tes mantouk/Tuberculin

a. Sangat penting untuk mendiagnosisTuberculosis pada anak.

3

Page 4: Askep TB Paru

b. Hasil positif pada orang dewasa kurang bermakna.

c. Positif menunjukkan reaksi immunitas selluler yang timbul setelah 4-

6 minggu infeksi pertama

F. Patways keperawatan

BAB II

KONSEP KEBUTUHAN DASAR

4

Basil tuberkel

Masuk paru

Metabolisme tubuh

meningkat

Jaringan parut

Fibrosis jaringan paru

Nekrosis sentral dibawah limfe regional

Di fagosit makrofag

Lesi primer

Alveoli

Respon radang

Peningkatan kebutuhan

energi

Sembuh

Daya tahan baik

Pengapuran

Daya tahan jelek

Perkejuan tuberkel

Dahak dilaring dan faring

Sekresi paru berlebih

Oksigenasi tak adekuat

Reinfeksi

Pola nafas tak efektif

Sesak nafas

Resiko defisit kebutuhan nutrisi

Anoreksia mual

Batuk produktif

Bersihan jalan napas tak efektif

Penumpukan sekresi pada jalan napas

Kerusakan pertukaran gas

Proses difusi terganggu

Kerusakan parenkim paru

Gangguan pola tidur

Berkeringat

Malam dan pagi

Page 5: Askep TB Paru

OKSIGENASI

A. Pengertian

1. Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses

metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh.

2. Oksigenasi adalah pembuatan suplemen oksigen melalui kanule atau

sungkup oksigen biasanya dipakai bila PO2 kurang dari 60 mmHg

diberikan untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh yang tak bisa dicapai

dengan respirasi normal.

3. Respirasi adalah proses keluar masuknya udara keparu-paru dan terjadi

pertukaran gas.

Yang berperan dalam proses respirasi adalah paru-paru dan dinding dada

(rangka, otot, pernapasan, diagfragma, isi abdomen dan dinding abdomen).

B. Review Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan.

Tujuan utama respirasi adalah untuk menyediakan oksigen bagi sel-sel

tubuh membawa karbondioksida darinya. Agar respirasi dapat berlangsung

5

Page 6: Askep TB Paru

harus ada satu jalan untuk membawa oksigen tubuh dan sistem serkulasi yang

mengantarkannya pada sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 dari sel-sel

tersebut. Transpor O2 berlangsung melalui sistem pernapasan atas dan bawah.

Saluran pernapasan atas terdiri dari:

1. Hidung dan nasofaring

2. Mulut dan urofaring

3. Laring

Saluran pernapsan bawah dibentuk oleh:

1. Trakhea

2. Saluran utama broncus

3. Bronchiolus duktus alveolus yang kemudian berakhir dialveoli

Paru-paru sendiri terdiri dari beberapa lobus, paru-paru kanan terdiri dari

tiga lobus yaitu atas, tengah dan bawah. Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus

yaitu atas dan bawah.

Ada 3 macam proses yang terjadi saat respirasi yaitu:

1. Ventilasi meliputi pergerakan keluar masuknya udara melalui cabang-

cabang Trakheobronkial sehinggga oksigen sampai pada alveoli dan O2

dibuang.

2. Perfusi adalah istilah untuk aliran darah pada kapiler paru-paru disebut

juga sebagai transpor O2

3. Difusi adalah pergerakan gas CO2 dan O2 melentasi membaran alveolar

kapiler yang alirannya dimulai dari daerah dengan konsentrasi yang lebih

besar ke daerah dengan konsentrasi yang lebih kecil, menimbulkan

keseimbangan alveolar.

Udara yang dihirup dibersihkan dari semua partikel yang berdiameter

lebih dari 2 nm sebelum mencapai alveoli. Pembersihan terdapat partikel-

partikel, seperti debu dan bakteri memungkinkan sterilisasi pada alveolus.

Benda-banda asing disaring melalui mekanisme sel-sel globet pada lapisan

epitel saluran pernapasan yang menghasilkan sejumlah substansi

mukepolisakarida yang tebal yakni mukus yang menyelimuti saluran

pernaasan dan menyaring partikel-partikel tersebut. Silia yang ditemukan

6

Page 7: Askep TB Paru

sepanjang percabangan saluran pernapasan seperti bronki akan mendorong

mukus dan benda-benda asing menuju faring yang kemudian akan dikeluarkan

dengan batuk dan bersin.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen antara lain:

1. Faktor fisiologi

a. Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemi

b. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasikan seperti pada

obstruksi saluran pernapsan bagian atas.

c. Hipovolemi sehingga TD menurun yang menyebabkan terganggunya

O2

d. Mengingkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu

hamil, luka dan lain-lain.

e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada

kehamilan, obesitas, muskulus skeletal yang abnormal, penyakit

kronis seerti TBC.

2. Faktor perkembangan

a. Bayi prematur disebabkan kurang pembentukan surfaktan

b. Bayi dan todler adanya resiko saluran pernapasan akut

c. Anak usia sekolah resiko ispa dan merokok

3. Faktor perilaku, Nutrisi, exercise, merokok, substanse abuse(alkohol dan

obat-obatan), kecemasan.

4. Lingkungan : tempat kerja (polusi), suhu lingkungan, ketinggian tempat

dari permukaan laut.

Perubahan perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigen:

1. Gangguan konduksi

Gangguan konduksi seperti disritmia (takikardi/bradicardi)

2. Perubahan cardiac output

7

Page 8: Askep TB Paru

Menurunnya cardiac output seperti pada pasien decom menimbulkan

hipoksia jaringan.

3. Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstrusi, regurgitasi darah

yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.

4. Myocardial iskhemia/infark mengakibatkan insufisiansi suplai darah dari

arteri koroner ke miocardium.

Untuk kasus penyakit obstruksi paru pemberian oksigen atau oksigenasi

harus diperhatikan dan pemberiannya tak boleh lebih dari 2 l/mnt, karena

dapat menekan stimulus pernapasan.

Perubahan-perubahan fungsi pernapasan yang mempengaruhi kebutuhan

oksigenasi:

1. Hiperventilasi

a. Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah CO2 dalam

paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.

b. Dapat disebabkan karena ; kecemasan, infeksi/sepsis, keracunan obat-

obatan dan ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis

metabolik

c. Tanda dan gejala ; takikardi, napas pendek, nyeri dada, menurunnya

konsentrasi, disorientasi

2. Hipoventilasi

Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan

O2 atau mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan

atelektasis (kolap paru), tanda dan gejalanya adalah nyeri kepala,

penurunan kesadaran, disorientasi, kardiak disritmia, ketidak seimbangan

elektrolit, kejang dan kardiak ares.

3. Hipoksia

Tidak adekuatnya kebutuhan O2 seluler akibat defisiensi O2 yang di

inspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Dapat

disebabkan oleh : Menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi O2

(dipuncak gunung) ketidak mampuan jaringan mengikat O2, menurunnya

8

Page 9: Askep TB Paru

disfungsi O2 dari alveoli kedalam darah. Sepertti pada pneumonia,

menurunnya perfusi jaringan dan kurangnya atau gangguan ventilasi.

Tanda-tanda hipoksia adalah: kelelahan, kecemasan, menurunnya

kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,

sianosis, sesak napas dan clubbing.

D. Pengkajian

1. Riwayat keperawatan

a. Masalah pernapasan yang pernah dialami

1). Pernah mengalami perubahan pola pernapasan

2). Pernah mengalami batuk

3). Pernah mengalami nyeri dada

4). Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala

diatas

b. Riwayat penyakit pernapasan

Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-

lain

c. Riwayat kardiovaskuler

Pernah mengalami pemyakit jantung atau peredaran darah

d. Gaya hidup

Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok

2. Pemeriksaan fisik

a. Mata

1). Konjungtiva pucat (karena anemi)

2). Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)

3). Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli

lemak/endokarditis)

b. Kulit

1). Sianosis periver (vasokonstriksi dan menurunnya aliran periver)

2). Sianosis secara umum (hipoksemia)

3). Penurunan turgor (dehidrasi)

9

Page 10: Askep TB Paru

4). Edema

5). Edema periorbital

c. Jari dan kuku

1). Sianosis

2). Clubbing finger

d. Mulut dan bibir

1). Membran mukosa sianosis

2). Bernapas menggunakan mulut

e. Hidung

Pernapasan dengan cubing hidung

f. Vena leher

Adanya distensi/bendungan

g. Dada

1). Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas

pernapasan, dispnea/obstruksi jalan pernapasan)

2). Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan)

3). Tachil premitus (getaran pada dada karena udara/suara melewati

saluran/rongga pernapasan)

4). Suara napas normal (vesikuler, bronkovesikuler,bronkhial)

5). Suara napas tidak normal (crecherlrales, ronchi, wheezing,

friction rubepleural friction)

6). Bunyi perkusi (resonan, hyperesonan, dullness)

h. Pola pernapasan

1). Eupnea (pernapasan normal)

2). Tacypnea (pernapasan cepat)

3). Bradypnea (pernapasan lambat)

3. Pemeriksaaan penunjang

a. Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung.

EKG dan Exerise stress tes

b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah.

1). Echocardiographi

10

Page 11: Askep TB Paru

2). Angiografi

c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi.

1). Tes fungsi paru dengan spirometer

2). Tes astrup

3). Oksimetri

4). Pemeriksaan darah lengkap

d. Melihat struktur sistem pernapasan

1). X-ray Thoraks

2). Bronkhoskopi

3). CT Scan paru

e. Menentukan sel abnormal/infeksi sistem pernapasan.

1). Kultur apus tenggorokan

2). Sitologi

3). Spesimen Sputum (BTA)

E. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul berkaitan dengan konsep

kebutuhan dasar oksigenasi.

1. Tak efektifnya bersihan jalan napas

Yaitu keadaan dimana klien tidak mampu membersihkan sekret/slem

sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernapasan.

a. Kemungkinan berhubungan dengan

1). Menurunnya energi dan kelelahan

2). Infeksi trakheobronkial

3). Gangguan kognitif dan persepsi

4). Trauma

5). Bedah thorak

b. Kemungkinan data yang ada

1). Suara napas tidak normal

2). Perubahan jumlah pernapasan

3). Batuk produktif

11

Page 12: Askep TB Paru

4). Sianosis

5). Demam

6). Kesulitan bernapas (dispnea)

c. Kemungkinan masalah klinik

1). ARDS, cystic febrosis

2). Pneumonia, injuri dada

3). Ca paru, Gangguan neuromuskuler

4). COPD

d. Tujuan yang di harapkan

1). Saluran pernapasan pasien menjadi bersih

2). Pasien dapat mengeluarkan sekret

3). Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal

2. Tak efektifnya pola napas.

Adalah keadaan dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu

karena adanya gangguan fungsi paru.

a. Kemungkinan berhubungan dengan

1). Obstruksi trakhel

2). Perdarahan aktif

3). Menurunnya ekspansi paru

4). Infeksi paru

5). Depresi pusat pernapasan

6). Kelemahan otot pernapasan

b. Kemungkinan data

1). Perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan

2). Dispnea

3). Penggunaan otot bantu pernapasan

4). Suara pernapasan tidak normal

5). Batuk disertai dahak

6). Menurunnya kapasitas vital

7). Kecemasan

12

Page 13: Askep TB Paru

c. Kondisi klinik berhubungan dengan

1). Penyakit kanker, infeksi pada dada

2). Penggunaan otot dan keracunan alkohol

3). Trauma dada

4). Myasthenia gravis, guillianbarre syndrome

d. Tujuan yang diharapkan

1). Pasien dapat mendemonstrasikan pola pernapasan yang efektif

2). Data obyektif menunjukkan pola pernapasan yang efektif

3). Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas

3. Gangguan pertukaran gas

Yaitu suatu kondisi dimana klien mengalami penurunan pengiriman

oksigen dan kerbondioksida diantara alveoli peru dan sistem vaskuler.

a. Kemungkinan penyebab

1). Penumpikan cairan dalam paru

2). Gangguan suplai oksigen

3). Obstruksi saluran pernapasan

4). Bronko spasme

5). Atelektasis

6). Edema paru

7). Pembedahan paru

b. Kemungkinan data ditemukan

1). Sesak napas

2). Penurunan kesadaran

3). Nilai AGD tidak normal

4). Perubahan tanda vital

5). Sianosis/takhikardi

e. Kondisi klinik berhubungan dengan

1). COPD

2). CHF

3). Asma

4). Pneumonia

13

Page 14: Askep TB Paru

f. Tujuan yang diharapkan

1). Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas

2). Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas

seperti tanda vital, nilai AGD, dan ekspresi wajah rileks

F. Intervensi dan rasional

Dx 1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas

INTERVENSI RASIONAL

1. Sediakan alat suction dalam

kondisi baik

2. Monitor jumlah, bunyi napas,

AGD, efek pengobatan

bronkhodilator

3. Pertahankan intake cairan

3000ml/hari jika tidak ada

kontra indikasi

4. Terapi inhalasi dan latihan

pernapasan dalam dan batuk

efektif

5. Bantu oral hygine setiap 4 jam

6. Mobilisasi pasien setiap 3 jam

7. Berikan pendidikan kesehatan:

efek merokok, alkohol

menghindari alergen, latihan

bernapas.

1. Peralatan dalam keadaan siap

2. Indikasi dasar kepatenan/gangguan

saluran pernapasan

3. Membantu mengencerkan sekret

4. Mengeluarkan sekret

5. Memberikan rasa nyaman

6. Mempertahankan sirkulasi

7. Mencegah komplikasi paru

Dx 2. Pola pernapasan

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan oksigen sesuai program

2. Monitor jumlah pernapasan,

penggunaan otot bantu pernapasan,

1. Mempertahankan oksigen arteri

2. Mengetahui status pernapasan

14

Page 15: Askep TB Paru

batuk, bunyi paru, tanda vital,

warna kulit, AGD.

3. Laksanakan program pengobatan

4. Posisi pasien fowler

5. Bantu dalam terapi inhalasi

6. Alat-alat emergensi disiapkan

dalam koneksi baik

7. Pendidikan kesehatan: perubahan

gaya hidup, menghindari alergen,

tehnik bernapasdan tehnik

relaksasi

3. Meningkatkan pernapasan

4. Meningkatkan perkembangan paru

5. Membantu mengeluarkan sekret

6. Kemungkinan terjadi kesulitan

bernapas yang akut

7. Perlu adaptasi baru dengan kondisi

sekarang

Dx 3. Pertukaran gas

Intervensi Rasional

1. Monitor/kaji, catat tanda vital,nyeri

kesulitan bernapas, hasil

laboratorium, reaksi sternal,

penggunaan otot bantu pernapasan,

penggunaan oksigen, X ray.

2. Jaga alat emergenci dan

pengobatan tetap terhadap tersedia

seperti ambu bag, ET, tube,

suction, oksegen.

3. Suction jika ada indikasi

4. Monitor intake dan out put cairan

5. Berikan terapi inhalasi

6. Berikan posisi fowler/semi fowler

7. Batasi pengunjung

8. Berikan nutrisi tinggi protein,

rendah lemak

9. Pendidikan kesehatan tentang:

1. Data dasar untuk pengkajian lebih

lanjut

2. Persiapan emergensi terjadinya

masalah akut pernapasan

3. Meningkatkan pertukaran gas

4. Menjaga keseimbangan cairan

5. Melonggarkan saluran pernapasan

6. Mengurangi kesulitan bernapas

7. Mengurangi tingkat kecemasan

8. Menurunkan kebutuhan energi

pencernaan

15

Page 16: Askep TB Paru

napas dalam, latihan bernapas,

mobilisasi, kebutuhan istirahat,

efek merokok dan alkohol

10. Jelaskan tentang teknik suction

pada keluarga

9. Membantumenghemat energi

10. Dapat mengerjakan sendiri di rumah

jika memungkinkan

BAB III

16

Page 17: Askep TB Paru

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KDM

OKSIGENASI PADA Tn.J DENGAN KP (Koch Pulmonal)

DI RUANG MAWAR RSUD TUGUREJO.

A. Pengkajian

1. Data personal

Nama : Tn.Johan

No RM : 113235

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 49 tahun

Alamat : Gringsing, Batang, jl.Galar X/20

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Diagnosa medik : Koch pulmonal

Tindakan medik : Oksigenasi

2. Riwayat kebutuhan oksigen dan karbondioksida

a. Keluhan utama: mengatakan sesak napas, nyeri pada ulu hati, batuk

berdahak, pusing dan dada sakit

b. Penjelasan tentang keluhan utama: Kurang lebih satu hari sesak

napas, batuk tak berhenti-henti, sebelumnya pernah sakit seperti ini

kurang lebih 1 tahun yang lalu, dada dan ulu hati sakit karena sering

batuk.

c. Apakah anda pernah mengalami masalah pernapasan dan perubahan

bunyi: ya, bunyi whizing dan ronchi

d. Pernah mengalami sakit pernapasan. TBC kurang lebih 1 bulan,

sembuh kurang lebih 1 tahun yang lalu

e. Obat yang digunakan saat sesak napas dan batuk pilek: lupa karena

sudah lama

f. Batuk berdahak paling sering malam dan pagi hari dengan dahak

warna kehijauan kental

17

Page 18: Askep TB Paru

g. Apakah anda merokok: ya, kurang lebih 1 bungkus 1 hari sebelum

sakit, setelah sakit mencoba untuk berhenti dan sekarang tidak

merokok.

h. Dalam keluarga hanya saya yang dulunya merokok dan sekarang

tidak lagi

i. Nyeri dirasakan saat batuk dan bernapas seperti diremas.

j. Pernah mendapat pengobatan pernapasan kurang lebih 1 tahun yang

lalu .

k. Berapa dosis yang anda dapatkan. Minum obat 1 hari sekali ada 4

macam selama 1 bulan tetapi tak tuntas dan sering tak diminum

karena setelah diminum terasa mual

3. Kajian fisik

a. Penampilan fisik : tampak sakit berat, tampak lemah dan tak berdaya

dan terpasang O2 2 lt/mnt

b. Tingkat kesadaran : Compos mentis

c. TB: 165 cm, BB: 50 kg

d. Status gizi cukup

e. TTV: TD; 130/90mmHg, N;100x/mnt, S; 380C, RR; 30x/mnt

4. Kondisi sistem

a. Sistem pernapasan

1). Hidung normal berlendir

2). Pharing/laring: normal

3). Trachea: simetris

4). Rongga dada/paru-paru

a). Inspeksi bentuk normal, keadaan napas clubing

b). Palpasi : fokal fremitus dada kiri, kanan depan kurang

bergerak

c). Perkusi : Suara yang ditimbulkan hipersonor

d). Auskultasi: Suara napas bronkial, suara tambahan whezing,

ronkhi

b. Sistem integumen

18

Page 19: Askep TB Paru

1). Kebersihan kulit: cukup

2). Kelainan yang tampak: cianosis ringan

3). Palpasi: kelembaban: demam teraba hangat dan turgor tak

terdetksi

c. Penunjang laboratorium

1). Sputum tes (-)

2). Haematologi:

a) Hb;14,4gr/dl, c) Leukosit: 9,540 e) LED: 50m/j

b) Ht; 45,3% d) Eritrosit: 5,8300/mm3

5. Tes diagnostik

a. Ro thorax

b. Jantung tak membesar < 50%

c. Pulmo: gerakan vaskuler kanan, bercak kesuraman(+), kedua lobus

atas fibrosis (+).

d. Diafragma kanan letak rendah sinus tumpul

B. Pengelompokan data

1. Data Subyektif:

a. Pasien mengatakan sesak napas,

b. Pasien mengatakan kepalanya pusing

c. Pasien mengatakan nyeri ulu hati dan dada sakit.

2. Data Obyektif:

a. Batuk berdahak (+)

b. Terpasang O2 2 lt/mnt

c. Nadi100x/mnt

d. Sianosis ringan

e. Suara napas tambahan whezing dan ronchi

C. ANALISA DATA

NO/TGL/JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI

19

Page 20: Askep TB Paru

DX 1

14 juni 2006

08.00

DX 2

14 juni 2006

08.30

DS:

mengatakan sesak

napas.

DO:

batuk berdahak,

dispnea, penggunaan

otot pernapasan, RR

30 x/mnt, suara napas

tambahan ronchi dan

whezing

DS:

Pasien mengatakan

sesak napas dan dada

sakit

DO:

Sianosis ringan, TD;

130/90mmHg, N;

100x/mnt, S; 380C,

thorak bercak

kesuraman kedua

lobus atas parenkim

Pola napas tidak

efektif

Gangguan

pertukaran gas

Obstruksi jalan

napas adanya

penumpukan

sekret

Kerusakan

perenkim paru

D. Diagnosa keperawatan

1. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas

adanya penumpukan sekret yang ditandai dengan

DS: Pasien mengatakan sesak napas

DO: Batuk berdahak, pernapasan 30x/mnt, dipsnea, penggunaan otot bantu

pernapasan positif dan adanya suara napas tambahan whezing dan ronchi

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan parenkim paru

yang di tandai dengan

DS: Pasien mengatakan sesak napas dan dadanya sakit

20

Page 21: Askep TB Paru

DO: Sianosis ringan, Ro thorak bercak kesuraman pada kedua lobus atas

dan parenkim paru

E. Intervensi dan rasional

1. Tujuan: Setelah dilakukan perawatan kurang lebih 2 x 24 jam pola napas

kembali efektif.

2. Kriteria hasil:

a. Pasien mendemonstrasikan pola napas efektif

b. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas

c. Data obyektif: klien menunjukkna pola pernapasan yang efektif.

Dx 1. Pola pernapasan

Intervensi Rasional

1. Berikan oksigen sesuai program

2. Monitor jumlah pernapasan,

penggunaan otot bantu pernapasan,

batuk, bunyi paru, tanda vital,

warna kulit, AGD.

3. Laksanakan program pengobatan

4. Posisi pasien fowler

5. Bantu dalam terapi inhalasi

6. Alat-alat emergensi disiapkan

dalam koneksi baik

7. Pendidikan kesehatan: perubahan

gaya hidup,menghindari alergen,

tehnik bernapas dan tehnik

relaksasi

1. Mempertahankan oksigen arteri

2. Mengetahui status pernapasan

3. Meningkatkan pernapasan

4. Meningkatkan perkembangan paru

5. Membantu mengeluarkan sekret

6. Kemungkinan terjadi kesulitan

bernapas yang akut

7. Perlu adaptasi baru dengan kondisi

sekarang

1. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawtan kurang lebih 2 x 2 jam

gangguan pertukaran gas dapat teratasi.

2. Kriteria hasil

21

Page 22: Askep TB Paru

a. Sesak napas berkurang atau hilang

b. Dada sakit berkurang/ hilang

c. Tanda vital dalam batas normal

Dx 2. Pertukaran gas

Intervensi Rasional

1. Monitor/kaji, catat tanda vital,nyeri

kesulitan bernapas, hasil

laboratorium, reaksi sternal,

penggunaan otot bantu pernapasan,

penggunaan oksigen, X ray.

2. Jaga alat emergenci dan

pengobatan tetap terhadap tersedia

seperti ambu bag, ET, tube,

suction, oksegen.

3. Suction jika ada indikasi

4. Monitor intake dan out put cairan

5. Berikan terapi inghalasi

6. Berikan posisi fowler/semi fowler

7. Batasi pengunjung

8. Berikan nutrisi tinggi protein,

rendah lemak

9. Pendidikan kesehatan tentang:

napas dalam, latihan bernapas,

mobilisasi, kebutuhan istirahat,

efek merokok dan alkohol

10. Jelaskan tentang teknik suction

pada keluarga

1. Data dasar untuk pengkajian lebih

lanjut

2. Persiapan emergensi terjadinya

masalah akut pernapasan

3. Meningkatkan pertukaran gas

4. Menjaga keseimbangan cairan

5. Melonggarkan saluran pernapasan

6. Mengurangi kesulitan bernapas

7. Mengurangi tingkat kecemasan

8. Menurunkan kebutuhan energi

pencernaan

9. Membantu menghemat energi

10. Dapat mengerjakan sendiri di rumah

jika memungkinkan

F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO/DX IMPLEMENTASI EVALUASI

Dx 1. 1. Memberikan oksigen S: Pasien mengtakan sesak napas

22

Page 23: Askep TB Paru

Jam

08.30

sesuai program

2. Memonitor jumlah

pernapasan, penggunaan

otot bantu pernapasan,

batuk, bunyi paru, tanda

vital, warna kulit, AGD.

3. Melaksanakan program

pengobatan

4. Memberikan posisi

fowler

5. Menyiapkan alat-alat

emergensi dalam koneksi

baik

6. Memberikan pendidikan

kesehatan: perubahan

gaya hidup, menghindari

alergen, tehnik

bernapasdan tehnik

relaksasi

berkurang

O: Pernapasan 24 x/mnt, O2 2 lt/mnt

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intevensi

Dx 2

Jam

09.00

1. Memonitor/kaji, catat

tanda vital, nyeri

kesulitan bernapas, hasil

laboratorium, reaksi

sternal, penggunaan otot

bantu pernapasan,

penggunaan oksigen, X

ray.

2. Menjaga alat emergensi

dan pengobatan tetap

terhadap tersedia seperti

ambu bag, ET, tube,

S: Pasien mengeluh sesak napas

berkurang

O: TD:120/80, N; 80x/mnt

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

23

Page 24: Askep TB Paru

suction, oksegen.

3. Memberikan posisi

fowler/semi fowler

4. Membatasi pengunjung

5. Memberikan nutrisi

tinggi protein, rendah

lemak

6. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang: napas

dalam, latihan bernapas,

mobilisasi, kebutuhan

istirahat, efek merokok

dan alkohol

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengertian diagnosa yang ditegakkan

24

Page 25: Askep TB Paru

1. Tidak efektifnya pola napas

Kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu karena

adanya gangguan fungsi paru

2. Gangguan pertukaran gas

Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman oksigen

dan karbondioksida diantara alveoli paru dan sistem vaskuler.

B. Proses terjadinya diagnosa

Dx 1. Tidak efektifnya pola napas mula-mula basil tuberculosis masuk paru

menimbulkan respon peradangan dan lesi primer pada alveoli yang

mengakibatkan sekresi paru meningkat selanjutnya terjadi

penumpukan sekret pada jalan napas yang mengakibatkan obstruksi

jalan napas terjadi sesak napas yang menimbulkan pola napas tidak

efektif.

Dx 2. Gangguan pertukaran gas berawal dari pemasukan O2 ke paru yang

berlebihan juga karena adanya kerusakan parenkim pada paru

menyebabkan proses difusi pada alveoli terganggu yang menimbulkan

kerusakan atau ganguan pertukaran gas.

C. Alasan mengapa diagnosa tersebut ditegakkan atau di prioritaskan

Karena pada klien TBC basil tuberculosis menyerang sistem pernapasan

dengan produksi sekret yang berlebihan, yang menimbulkan bersihan napas

tidak efektif yang selanjutnya mengganggu pola pernapasan dan pertukaran

gas dialveoli dengan mengatasi masalah pada sistem pernapasan kemungkinan

terjadi gangguan pada sistem lain dapat diminimalkan.

D. Rencana apa yang ditetapkan untuk mengatasi masalah dan tindakan yang

sudah dilakukan, apa alasannya.

NO/DX IMPLEMENTASI ALASAN

Dx 1. 1. Memberikan oksigen

25

Page 26: Askep TB Paru

sesuai program

2. Monitor jumlah

pernapasan, penggunaan

otot bantu

pernapasan,batuk, bunyi

paru, tanda vital, warna

kulit, AGD tidak

dilakukan.

3. Melaksanakan program

pengobatan

4. memposisikan pasien

fowler

5. Saksion dan terapi inhalasi

tak dilakukan

6. Menjaga alat-alat

emergensi disiapkan dalam

koneksi baik

7. Memberikan pendidikan

kesehatan: perubahan gaya

hidup,menghindari alergen,

tehnik bernapasdan tehnik

relaksasi

2.Keterbatasan sarana dan reagen

laboratorium rumah sakit

5. Keterbatasan alat dan dimodifikasi

dengan latihan pernapasan dan

batuk efektif dan minum hangat

Dx 2. 1. Memonitor/kaji, catat tanda

vital,nyeri kesulitan

bernapas, hasil

laboratorium, reaksi

sternal, penggunaan otot

bantu pernapasan,

penggunaan oksigen, X

ray.

2. Memonitor tanda dehidrasi 2.Dapat dimodifikasi dengan melihat

26

Page 27: Askep TB Paru

3. Menjaga alat emergenci

dan pengobatan tetap

terhadap tersedia seperti

ambu bag, ET, tube,

suction, oksegen.

4. Memberikan posisi

fowler/semi fowler

5. Membatasi pengunjung

6. Memberikan nutrisi tinggi

protein, rendah lemak

7. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang: napas

dalam, latihan bernapas,

mobilisasi, kebutuhan

istirahat, efek merokok dan

alkohol

tanda dehidrasi (turgor kuli)

Perawat tidak menuliskan apa yang dilakukan dan tidak juga membubuhi

tanda tangan dan nama terang, seharusnya tidak begitu. Semua itu bisa

dilakukan untuk mengatasi komplain dan tanggung gugat dari klien.

Masalah kebutuhan dasar manusia yang seharusnya muncul

1. Kebutuhan nutrisi: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

2. Kebutuhan istirahat dan tisur: Gangguan pola tidur

3. Kebutuhan aktivitas: Intoleransi aktivitas

4. Kebutuhan personal hygiene: Resiko kurang perawatan diri

a. Kebutuhan nutrisi: Resiko nutrisi kurang darikebutuhan tubuh tidak

ditegakkan karena biasanya pasien KP anoreksia disebabkan adanya

sekret di tenggorokan dan mengakibatkan mual dan dengan

sendirinya bila sekret sudah berkurang atau hilang maka anoreksia

tidak terjadi. Dampak bila kebutuhan nutrisi tidak ditegakkan menjadi

diagnosa keperawatan maka dari resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

27

Page 28: Askep TB Paru

akan menjadi nutrisi kurang dari kebutuhan dan akan mengakibatkan

masalah lain, Misal: intoleransi aktivitas.

b. Kebutuhan istirahat dan tidur tidak ditegakkan karena dengan

penanganan kebersihan jalan napas, pola napas kembali normal dan

kebutuhan istirahat tidur takterjadi gangguan.

c. Kebutuhan aktivitas tidak ditegakkan karena saat sakit klien tak

terlalu banyak beraktivitas kalau hanya perawatan diri klien masih

dapat melakukannya sendiri karena pola napas sudah kembali normal.

28