ASKEP STT

download ASKEP STT

of 194

Transcript of ASKEP STT

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    1/194

    Profil

    KHANZA SKIN CARE

    Perawatan Wajah dan Kecantikan Kulit

    SOFT TISSU TUMOR

    10/12/2011

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 LATAR BELAKANG

    Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuhbagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak

    dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian).

    Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus

    tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas

    golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.

    Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujungkaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor ganas atau kankerpada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma(STS).

    Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya sekitar 1%dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari seluruh keganasan

    pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering pada

    umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.

    Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46% di

    mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas,

    lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar maupun dalam,seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau

    yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat

    lainnya, antara lain di dada.

    I.2 RUMUSAN MASALAH

    http://doktermaya.wordpress.com/about/http://doktermaya.wordpress.com/about/http://doktermaya.wordpress.com/http://doktermaya.wordpress.com/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/http://doktermaya.wordpress.com/http://doktermaya.wordpress.com/about/
  • 5/25/2018 ASKEP STT

    2/194

    I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi tumor jaringan lunak?

    I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan tumor jaringan lunak?

    I.3 TUJUAN

    I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi tumor jaringan lunak.

    I.3.2 Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan tumor jaringan lunak.

    I.4 MANFAAT

    I.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu bedahorthopedi pada khususnya

    I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraanklinik bagian ilmu bedah.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. A. DEFINISIJaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuhbagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, dan

    jaringan lemak.

    Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor(STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan

    abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.

    1. B. ANATOMI FISIOLOGI

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    3/194

    Menurut Evelyn C. Pearce (2008:15), anatomi fisiologi jaringan lunak adalah sebagai berikut :

    1. Otot

    Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi bergerak. Otot

    terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan jaringan yang lain, semuaini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur

    kontraktil

    2. Tendon

    Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut simpai yang

    berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis.

    3. Jaringan ikat

    Jaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan serabut elastis.

    1. C. ETIOLOGIEtiologi Soft Tissue Tumor:

    1. Kondisi genetikAda bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa

    tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peranpenting dalam diagnosis.

    2. Radiasi

    Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorongtransformasi neoplastik.

    3. Lingkungan karsinogen

    Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan

    meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.

    4. Infeksi

    Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan

    kemungkinan tumor jaringan lunak.

    5. Trauma

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    4/194

    Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin

    menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

    D. INSIDENSI

    Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya sekitar 1%dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15 % dari seluruh keganasan

    pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering pada

    umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.

    Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46%

    dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha.

    Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%.30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada

    jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum.Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.

    E. MANIFESTASI KLINIS

    Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di mana tumor

    berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau

    nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.

    Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa

    lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dantidak pernah menyebar ke tempat jauh.

    Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang menjadi

    benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-

    paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borokdan perdarahan pada kulit diatasnya.

    F. PATOFISIOLOGI

    Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors(STT) adalah proliferasi

    jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul ditempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha,

    20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.

    Tumors jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut

    luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    5/194

    batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-

    lekukan tubuh.

    Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :

    1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.

    2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.

    3. Invasi lokal.

    4. Metastasis jauh.

    G. DIAGNOSA

    Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan biopsi, bisadapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung

    berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila

    ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan

    seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat diketahuiapakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja

    yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan

    penggunaan radioterapi dan kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenissubtipe histologis tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.

    Simak

    Baca secara fonetik

    KamusLihat kamus yang lebih detail

    1. H. PENATALAKSANAANSecara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumor tergantung pada tahap dari tumor. Tahap

    tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan

    lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.1. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)

    http://www.google.co.id/dictionary?source=translation&hl=id&q=diagnosis%20bartholinitis&langpair=id%7Cidhttp://www.google.co.id/dictionary?source=translation&hl=id&q=diagnosis%20bartholinitis&langpair=id%7Cidhttp://www.google.co.id/dictionary?source=translation&hl=id&q=diagnosis%20bartholinitis&langpair=id%7Cidhttp://www.google.co.id/dictionary?source=translation&hl=id&q=diagnosis%20bartholinitis&langpair=id%7Cid
  • 5/25/2018 ASKEP STT

    6/194

    Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors. Jika memungkinkan,

    dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting

    untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal danmemberikan yang terbaik bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari

    tumor, mungkin, jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau

    kaki.

    2. Terapi radiasi

    Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink Tumor operasi

    apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat

    digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam beberapa studi,terapi radiasi telah ditemukan untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang

    berpengaruh pada keseluruhan hidup.

    3. Kemoterapi

    Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah operasi untuk

    mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaankemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum membuktikan untuk lebih

    efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk

    Shrink Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak

    mungkin untuk membasmi penyakit.

    1. I. KOMPLIKASIPenyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke paru-paru , ke

    liver, dan tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah bening.

    1. I. PROGNOSISPada kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan

    setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah operasi biasanyapenderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi

    ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau tulang.

    1. J. CONTOH SOFT TI SSUE TUMOR

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    7/194

    1) LIPOMA

    2) FIBROMA DESMOPLASTIK

    3) LIPOSARKOMA

    4) FIBROSARKOMA

    BAB III

    PENUTUP

    III.1 KESIMPULAN

    Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh

    bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, dan

    jaringan lemak.

    Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor(STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakanabnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.

    Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di mana tumor

    berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau

    nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    8/194

    Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan biopsi, bisa

    dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung

    berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bilaukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan

    seluruh tumor.

    Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.

    III.2 SARAN

    1. Dilakukan penelitian tentang komplikasi dan prognosis pada penderita Soft Tissue Tumor2. Mahasiswa diharapkan lebih mengenalkan kepada masyarakat tentang bahaya Soft Tissue

    Tumor

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., Soft Tissue Tumor, dalamBuku Ajar Ilmu Bedah,Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,

    2. Harri Prawira Ezzedin. 2009. Fraktur.Faculty of MedicineUniversity of Riau Pekanbaru,

    Riau. available at (http://www.Belibis17.tk.Di akses tanggal 17 Agustus 2011.

    3. Tassya, A, 2010. Tumor Jaringan Lunak. (http://www.BlogSpot.com). Diakses tanggal 17

    Agustus 2011

    Posted bydoktermayainMakalah KedokteranTag:adalah,akut,diagnosa,diagnosis,faktor,kelainan,keluhan,klinis,komplikasi,kronis,obat,patofisiologi,penanganan,penatalaksanaan,

    pengertian,penyakit,penyebab,riwayat,soft,tanda,terapi,tissu,trauma,tumor

    http://www.belibis17.tk/http://www.belibis17.tk/http://www.belibis17.tk/http://www.blogspot.com/http://www.blogspot.com/http://www.blogspot.com/http://doktermaya.wordpress.com/author/doktermaya/http://doktermaya.wordpress.com/author/doktermaya/http://doktermaya.wordpress.com/author/doktermaya/http://doktermaya.wordpress.com/category/contoh-tugas-makalah/http://doktermaya.wordpress.com/category/contoh-tugas-makalah/http://doktermaya.wordpress.com/category/contoh-tugas-makalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/adalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/adalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/adalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/akut/http://doktermaya.wordpress.com/tag/akut/http://doktermaya.wordpress.com/tag/akut/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosa/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosa/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosa/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/faktor/http://doktermaya.wordpress.com/tag/faktor/http://doktermaya.wordpress.com/tag/faktor/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kelainan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kelainan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/keluhan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/keluhan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/keluhan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/klinis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/klinis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/klinis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/komplikasi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/komplikasi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/komplikasi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kronis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kronis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kronis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/obat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/obat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/obat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/patofisiologi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/patofisiologi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/patofisiologi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penanganan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penanganan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penanganan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penatalaksanaan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penatalaksanaan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penatalaksanaan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/pengertian/http://doktermaya.wordpress.com/tag/pengertian/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyakit/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyakit/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyakit/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyebab/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyebab/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyebab/http://doktermaya.wordpress.com/tag/riwayat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/riwayat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/riwayat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/soft/http://doktermaya.wordpress.com/tag/soft/http://doktermaya.wordpress.com/tag/soft/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tanda/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tanda/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tanda/http://doktermaya.wordpress.com/tag/terapi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/terapi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/terapi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tissu/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tissu/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tissu/http://doktermaya.wordpress.com/tag/trauma/http://doktermaya.wordpress.com/tag/trauma/http://doktermaya.wordpress.com/tag/trauma/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tumor/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tumor/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tumor/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tumor/http://doktermaya.wordpress.com/tag/trauma/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tissu/http://doktermaya.wordpress.com/tag/terapi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tanda/http://doktermaya.wordpress.com/tag/soft/http://doktermaya.wordpress.com/tag/riwayat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyebab/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyakit/http://doktermaya.wordpress.com/tag/pengertian/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penatalaksanaan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penanganan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/patofisiologi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/obat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kronis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/komplikasi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/klinis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/keluhan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kelainan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/faktor/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosa/http://doktermaya.wordpress.com/tag/akut/http://doktermaya.wordpress.com/tag/adalah/http://doktermaya.wordpress.com/category/contoh-tugas-makalah/http://doktermaya.wordpress.com/author/doktermaya/http://www.blogspot.com/http://www.belibis17.tk/
  • 5/25/2018 ASKEP STT

    9/194

    1 komentar

    KISTA OVARIUM

    01/12/2011

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 LATAR BELAKANG

    Secara normal sering terjadi kista (kantong yang berisi cairan) dengan ukuran yang kecil padakedua indung telur. Pada umumnya kista ini tidak mengganggu dan akan hilang dengan

    sendirinya. Tetapi pada kasus2 kista lainnya bisa menyebabkan masalah dan perlu diobati.

    Salah satu indung telur secara normal akan menghasilkan sel telur setiap bulannya. Sel telur ini

    berada dalam suatu kantong yang disebut dengan folikel, tumbuh didalam indung telur. Pada hari

    ke 5 siklus mens, hormon estrogen menstimulasi lapisan bagian dalam rahim (endometrium)untuk tumbuh dan menebal, persiapan akan kemungkinan adanya kehamilan. Sekitar hari ke 14

    sel telur dikeluarkan / dilepaskan dari indung telur, proses ini dinamakan ovulasi.

    Sel telur yang dihasilkan akan bergerak ke arah saluran telur ( tuba fallopi) yang selanjutnya

    akan dibuahi oleh sperma, proses ini dinamakan konsepsi. Setelah ovulasi folikel yang kosongtadi menjadi korpus luteum, yang tetap bertahan sampai priode mens berikutnya. Korpus luteumberfungsi mempersiapkan endometrium agar siap untuk menerima sel hasil konsepsi tadi.

    Kista Ovarium cukup sering dialami wanita disaat usia reproduksinya. Kista bisa bervariasiukurannya serta terdapat berbagai macam jenis kista ovarium. Kebanyakan kista jinak (bukan

    kanker), sementara sebagian kecil lainnya bisa berupa kista yang ganas (kanker), sehingga semua

    bentuk kista harus diperiksakan ke dokter.

    Jumlah diagnosa kista ovarium meningkat seiring dengan pemeriksaan fisik dan penggunaan

    ultrasound (USG) secara luas. Berdasarkan tingkat keganasannya, kista dibedakan menjadi dua

    macam, yaitu kista non-neoplastik dan kista neoplastik. Tentang neoplastik belum ada klasifikasiyang dapat diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi karena klasifikasi berdasarkan

    histopatologi dan embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih kurangnya

    pengetahuan mengenai asal-usul beberapa kista.

    I.2 RUMUSAN MASALAH

    http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/#commentshttp://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/#commentshttp://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/kista-ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/kista-ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/kista-ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/kista-ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/kista-ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/kista-ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/#comments
  • 5/25/2018 ASKEP STT

    10/194

    I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi Kista ovarium pada kehamilan?

    I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan Kista ovarium pada kehamilan?

    I.3 TUJUAN

    I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi Kista ovarium pada kehamilan.

    I.3.2 Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan Kista ovarium pada kehamilan.

    I.4 MANFAAT

    I.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu kebidanan dan

    kandungan pada khususnya

    I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan

    klinik bagian ilmu kebidanan dan kandungan

    081943263594

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    11/194

    BAB II

    STATUS PASIEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    II.1 IDENTITAS PASIEN

    No. Reg : 2357112

    1. A. Identitas pribadi :Nama penderita : Ny. A Nama Suami : Tn. M

    Umur penderita : 35 tahun Umur suami : 39 tahun

    Alamat : Gondang Legi

    Pekerjaan penderita : IRT Pekerjaan suami : Petani

    Pendidikan penderita : SD Pendidikan suami : SD

    1. B. Anamnesa :1. Masuk rumah sakit tanggal : 28 Maret 2011 pada pukul 20.002. Keluhan utama : Nyeri perut bagian bawah3. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah telah

    dirasakan sejak satu tahun yang lalu. Selama satu tahun tersebut, pasien mengakuhanya berobat ke pengobatan alternatif, namun tidak ada perbaikan. Kemudian

    pasien berobat k dokter 1 bulan yang lalu dan di USG, dan dari hasil USG

    didapatkan kista pada rahim. Kemudian kemarin perut terasa sangat sakit sekali,

    sehingga pasien datang berobat ke Rumah sakit.4. Riwayat kehamilan yang sekarang : (-)5. Riwayat menstruasi : menarche umur 14 tahun, HPHT 24-3-20116. Riwayat perkawinan : pasien menikah 1 x pada tahun 1990, lamanya 11 tahun,

    umur pertama menikah 24 tahun.

    7. Riwayat persalinan sebelumnya : Anak I : 1999, lahir normal, di tolong bidan,BB: 3,7kg

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    12/194

    Anak II : 2003, lahir normal, di tolong bidan, BB: 3,2kg

    1. Riwayat penggunaan kontrasepsi : KB suntik 5 tahun setelah kelahiran anak II2. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : -3. Riwayat penyakit keluarga : Kakak pasien DM (+)4.

    Riwayat kebiasaan dan sosial : sosial menengah ke bawah, kebiasaan : pijat oyok (+)5. Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : obat-obatan dari dokter dan bidan.

    1. C. Pemeriksaan fisik1. Status present

    Keadaan umum : kesadaran compos mentis

    Tekanan darah : 120/80 mmhg Nadi : 84x/menit

    Suhu : 36,5C Frekwensi pernapasan : 20x/menit

    Tinggi Badan : - Berat badan : -

    1. Pemeriksaan umumKulit : normal

    Kepala :

    Mata : anemi (-/-) ikterik (-/-) odem palpebra (-/-)

    Wajah : simetris

    Mulut : kebersihan gigi geligi kurang stomatitis (-)

    hiperemi faring (-) pembesaran tonsil (-)

    Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-)

    pembesaran kelenjar tiroid (-)

    Thorax :

    Paru :

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    13/194

    Inspeksi : hiperpigmentasi areola mammae (+) ASI (-)

    pergerakan pernapasan simetris tipe pernapasan normal

    retraksi costa -/-

    Palpasi : teraba massa abnormal -/- pembesaran kelenjar axila -/-

    Perkusi : sonor +/+ hipersonor -/- pekak -/-

    Auskultasi : vesikuler +/+ suara nafas menurun -/-

    wheezing -/- ronki -/-

    Jantung :

    Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi : thrill -/-

    Perkusi : batas jantung normal

    Auskultasi : denyut jantung S1 S2

    Abdomen :

    Inspeksi : flat -/-, distensi -/-, gambaran pembuluh darah kolateral -/-

    Palpasi : pembesaran organ -/- nyeri tekan +/+

    teraba massa abnormal -/-

    Perkusi : timpani

    Auskultasi : suara bising usus +/+ metallic sound -/-

    Ekstremitas : odem -/-

    1. C. Status obstetriPemeriksaan luar

    TFU tak teraba, nyeri tekan abdomen bawah (+), massa (-)

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    14/194

    Pemeriksaan obstetric dalam :

    Pada pemeriksaan dalam didapatkan blood slym (-), pembukaan : 0, penipisan portio (-), massa(-).

    D. Pemeriksaan Penunjang :

    1. USG (Tanggal 5 februari 2011) :

    Terdapat Cystoma ovarii, tampaknya muccinosum/ pseudomuccinosum, besar di bagian antero-

    superior dari uterus, ukuran 9 x 10 x 11 cm, serta di retrouterine sisi kanan ukuran 4 cm.

    2. Laboratorium (tanggal 7 maret 2011) :

    - DL :

    Hb : 12,4

    Leukosit : 14.306

    LED : 10

    Trombosit : 327.000

    Masa perdarahan : 130

    Masa pembekuan : 1300

    UL :Makroskopis : Kuning jernih

    pH : 5,5

    Glukosa : -

    Protein : -

    Bilirubin : -

    Urobilinogen : -

    Sedimen : eritrosit : 0-1

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    15/194

    Leukosit : + (1-3)

    Epitel : + (9-16)

    Kimia Darah :GDP : 86

    Ureum : 40

    Kreatinin : 4,0

    TPHA : -

    SGOT : 14

    SGPT : 16

    1. D. RingkasanAnamnesa Nyeri perut bagian bawah telah dirasakan sejak satu tahun yang lalu. Selama satu

    tahun tersebut, pasien mengaku hanya berobat ke pengobatan alternatif, namun tidak ada

    perbaikan. Kemudian pasien berobat k dokter 1 bulan yang lalu dan di USG, dan dari hasil USG

    didapatkan kista pada rahim. Kemudian kemarin perut terasa sangat sakit sekali, sehingga pasiendatang berobat ke Rumah sakit.

    Pemeriksaan fisik : keadaan umum : kesadaran compos mentis, tekanan darah : 120/80 nadi :84x/menit, suhu: 36,5C, frekwensi pernapasan : 20x/menit

    Pemeriksaan obstetric luar : TFU tak teraba, nyeri tekan abdomen bawah (+), massa (-)

    Pemeriksaan obstetric dalam : Vulva / vagina : Blood slym (-), pembukaan : 0, penipisan portio

    (-), massa (-)

    Pemeriksaan penunjang : USG menunjukkan adanya Cystoma ovarii di bagian antero-posteriordan retro uterine sisi dextra.

    Diagnose : P2002Ab000 dengan Cystoma Ovarii

    Rencana tindakan :

    1. OP tanggal 29-3-2011

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    16/194

    Lembar Follow Up

    Nama pasien : Ny. A

    Ruang kelas : IRNA Brawijaya

    Diagnose : P2002Ab000Post SOS + Parsial Oovorokistektomi dextra.

    29 Maret 2011

    S : Luka masih terasa sakit, pusing (+), BAB (-), BAK (-)

    O : T = 120/80 mmHg

    N = 92x/menit

    S = 37,5C

    RR = 21x/menit

    A = P2002Ab000Post SOS + Parsial Oovorokistektomi dextra

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    17/194

    P = 1. Infus RL

    2. Cefotaxim IV

    3. Teranol 31

    4. Kalnex 31

    4. observasi TTV

    30 Maret 2011

    S : Luka masih terasa sakit, pusing (+), BAB (-), BAK (+), flatus (+)

    O : T = 120/80 mmHg

    N = 88x/menit

    S = 36,2C

    RR = 18x/menit

    A = P2002Ab000Post SOS + Parsial Oovorokistektomi dextra

    P = 1. Infus RL

    2. Cefotaxim IV

    3. Teranol 31

    4. Kalnex 31

    4. observasi TTV

    31 Maret 2011

    S : Luka masih terasa sakit, pusing (-), BAB (-), BAK (+)

    O : T = 120/80 mmHg

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    18/194

    N = 84x/menit

    S = 36,6C

    RR = 18x/menit

    A = P2002Ab000Post SOS + Parsial Oovorokistektomi dextra

    P = 1. Infus RL

    2. Cefotaxim IV

    3. Teranol 31

    4. Kalnex 31

    4. observasi TTV

    1 April 2011

    S : Luka masih terasa sakit, pusing (-), BAB (+), BAK (+)

    O : T = 120/80 mmHg

    N = 84x/menit

    S = 36,6C

    RR = 18x/menit

    A = P2002Ab000Post SOS + Parsial Oovorokistektomi dextra

    P = 1. Infus RL

    2. Cefotaxim IV

    3. Teranol 31

    4. Kalnex 31

    4. observasi TTV

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    19/194

    LAPORAN KELUAR RUMAH SAKIT

    KRS tanggal : 02 Maret 2011

    Keadaan pasien waktu pulang : keadaan umum cukup, T = 120/70 mmHg, N = 82, S =

    36C

    Hb : 12 gr/dL PPV : - Massa : - Diagnose saat pulang : Cystoma Ovarii tipe endometrioma (post SOS+ POD)

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 DEFINISI

    Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan

    jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur)

    disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahankadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.

    Kebanyak kista ovarium ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya. Jika kista inibertambah besar, maka akan dapat menyebabkan tekanan, perasaan penuh dan rasa tidak

    nyaman.

    Kista ovarium sering ditemukan pada wanita di masa reproduksinya. Seorang wanita dapat

    memiliki satu atau lebih kista, dimana dapat memiliki ukuran yang bervariasi, dari yang sebesar

    kacang hingga sebesar anggur.

    3.2 JENIS-JENIS KISTA OVARIUM

    a. Kista fungsional

    Kista yang terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi normal haid. Kista normal iniakan mengecil dan menghilang dengan sendirinya dalam kurun 2-3 siklus haid. Terdapat 2

    macam kista fungsional: kista folikular dan kista korpus luteum.

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    20/194

    o Kista folikular : Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telurpada saat ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone).

    Pengeluaran hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanyaberjalan lancar, sel telur akan dilepaskan dan mulai perjalannya ke saluran telur

    (tuba falloppi) untuk dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika lonjakan LH tidak

    terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak pecah ataumelepaskan sel telur, dan bahkan folikel tumbuh terus hingga menjadi sebuahkista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri dan

    sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus haid.

    o Kista korpus luteum : Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan,rantai peristiwa lain dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan

    menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai

    persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum.

    Tetapi, kadangkala setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup danjaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum

    membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiridalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm)

    diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak

    ovarium yang menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah,

    kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yangtiba-tiba.

    1. b. Kista AbnormalMaksud kata abnormal disini adalah tidak normal, tidak umum, atau tidak biasanya (ada,timbul, muncul, atau terjadi). Semua tipe atau bentuk kista -selain kista fungsional- adalah kista

    abnormal, misalnya:

    Kista dermoid

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    21/194

    Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit, gigi dan lainnya. Kista

    ini dapat terjadi sejak masih kecil, bahkan mungkin sudah dibawa dalam kandungan ibunya.

    Kista ini biasanya kering dan tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat menjadi besar danmenimbulkan nyeri.

    Kista endometriosisKista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim

    yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista inisering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan.

    Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri

    sanggama.

    KistadenomaKista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium, biasanya bersifatjinak. Kistasenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu organ perut lainnya dan

    menimbulkan nyeri.

    Polikistik ovariumOvarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel yang menyebabkanovarium menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom polikistik ovarium yang disebabkan

    oleh gangguan hormonal, terutama hormon androgen yang berlebihan. Kista ini membuatovarium membesar dan menciptakan lapisan luar tebal yang dapat menghalangi terjadinyaovulasi, sehingga sering menimbulkan masalah infertilitas.

    3.3 INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI

    Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan sebagian kecil

    berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua

    kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya

    bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga60%70% pasien datang pada stadium lanjut, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai silentkiller

    Pemeriksaan USG transvaginal ditemukan kista ovarium pada hampir semua wanita

    premenopouse dan terjadi peningkatan 14,8% pada wanita post menopouse. Kebanyakan darikista tersebut bersifat jinak. Kista ovarium fungsional terjadi pada semua umur, tetapi

    kebanyakan pada wanita masa reproduksi. Dan kista ovarium jarang setelah masa menopouse.

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    22/194

    3.4 ETIOLOGI

    Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti, tetapibeberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam

    mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus.

    Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan menentukan

    tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang

    paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovariumyang tidak terkontrol.

    Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal,

    folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur.

    Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian

    yang nantinya akan menjadi kista.

    Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yangterjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi olehjaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.

    Faktor yang menyebabkan gejala kista meliputi:

    1. Gaya hidup tidak sehat.diantaranya:

    Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat Zat tambahan pada makanan Kurang olah raga

    Merokok dan konsumsi alkohol Terpapar dengan polusi dan agen infeksius Sering stress

    2. Faktor genetic :

    Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut

    protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen,polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah

    menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

    3.5 GEJALA-GEJALA

    Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang

    tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeriyang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    23/194

    gejalanya mirip dengan keadaan lain sepertiendometriosis,radang panggul, kehamilan ektopik

    (di luar rahim) atau kanker ovarium.

    Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk

    mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila Anda

    mempunyai kista ovarium:

    Perut terasa penuh, berat, kembung Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil) Haid tidak teratur Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah

    dan paha.

    Nyeri sanggama Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

    Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:

    Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba Nyeri bersamaan dengan demam Rasa ingin muntah.

    3.6 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

    Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:

    1. Ultrasonografi (USG)Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan

    menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan

    menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dandianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan

    menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista

    berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

    Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat

    echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak

    bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.

    Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa).Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal

    dari elemen-elemen darah di dalam kista.

    http://www.sammarieclinic.com/prg/fertilitas.asp?utk=fertilitas6http://www.sammarieclinic.com/prg/fertilitas.asp?utk=fertilitas6http://www.sammarieclinic.com/prg/fertilitas.asp?utk=fertilitas6http://www.sammarieclinic.com/prg/fertilitas.asp?utk=fertilitas6
  • 5/25/2018 ASKEP STT

    24/194

    2. LaparoskopiDengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di

    bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahanpercontoh untuk biopsi.

    1. MRIGambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, sertaketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian petunjuk

    tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/banyak

    kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium dan massa/tumor

    pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.

    3.7 DIAGNOSIS BANDING KISTA OVARIUM

    Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit dengan gejala

    yang sama pada kista ovarium, adalah :

    1. 1. EndometriosisPada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yangrendah sehingga memberikan kesan yang padat.

    2. 2. Kehamilan EktopikPada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba, dengan dinding

    yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada pembuahan intrauterine.

    1. 3. Kanker OvariumPada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler.

    1. 4. Inflamasi Pelvic (PID )Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative pembesaran ovariumkiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).

    3.8 KOMPLIKASI

    Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada

    wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada

    wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadapkemungkinan terjadinya kanker ovarium.

    http://astaqauliyah.com/2007/05/wanita-dan-endometriosis/http://astaqauliyah.com/2007/05/wanita-dan-endometriosis/http://astaqauliyah.com/article/Kehamilan-Ektopik.htmlhttp://astaqauliyah.com/article/Kehamilan-Ektopik.htmlhttp://astaqauliyah.com/article/Kehamilan-Ektopik.htmlhttp://astaqauliyah.com/2007/05/wanita-dan-endometriosis/
  • 5/25/2018 ASKEP STT

    25/194

    Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang berfungsi

    menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan metode

    konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segeramelakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

    3.9 PENGOBATAN

    Pengobatan yang dilakukan bergantung pada umur, jenis dan ukuran kista dan gejala-gejala yang

    diderita. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan:

    1. Pendekatan wait and seeJika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur, tanpa gejala, dan hasil

    USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan pengobatan apapun dan

    menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara periodik (selang 2-3 siklus haid) untukmelihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita

    pascamenopause jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.

    2. Pil kontrasepsiJika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan ukuran kista.

    Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.

    1. PembedahanJika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3 siklus haid, atau kistayang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau gejala-gejala berat, maka kista dapat

    dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista tersebut bukan kanker, dapat dilakukan tindakanmiomektomi untuk menghilangkan kista dengan ovarium masih pada tempatnya. Jika kistatersebut merupakan kanker, dokter akan menyarankan tindakan histerektomi untuk pengangkatan

    ovarium.

    3.10 PROGNOSIS PENYAKIT KISTA OVARIUM

    Kelangsungan Hidup

    Prognosis untuk jinak baik. Namun untuk kista yang dapat berkembang untuk menjadi kanker

    ovarium angka kelangsungan hidup 5 tahun (5 Years survival rate) penderita kanker ovarium

    stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan sebagian besar penderita 60-70% ditemukandalm keadaan stadium lanjut.

    Walaupun penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang

    benar namun hasil pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk

    pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun.

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    26/194

    Kelangsungan Organ

    Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan sendirinya dalam 1sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun tidak akan menimbulkan gejala

    yang berarti.Kista jenis ini termasuk jinak dan tidak memerlukan penanganan medis.

    Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dokter melakukan pemeriksaan USG.

    Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan terhadap perkembangan kista sampai

    dengan beberapa siklus menstruasi. Bila memang ternyata tidak terlalu bermakna maka kistadapat diabaikan karena akan mengecil sendiri.

    BAB IV

    PENUTUP

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    27/194

    KESIMPULAN

    Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan

    jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur)disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan

    kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.

    Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti, tetapi

    beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalammekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus.

    Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak

    berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yangtajam.

    Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan Ultrasonografi(USG) , Laparoskopi, dan MRI.

    Pengobatan yang dilakukan bergantung pada umur, jenis dan ukuran kista dan gejala-gejala yang

    diderita. Jika kistanya tidak menimbulkan gejala, biasanya cuma dimonitor 1-2 bulan, karena jika

    kista fungsional, akan hilang dengan sendirinya setelah 1 atau 2 siklus haid. Jika kistanyamembesar, maka dilakukan tindakan pembedahan. Jenis dan luasnya pembedahan tergantung

    beberapa faktor: ukuran dan jenis kista, usia, gejala dan keinginan memiliki anak.

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    28/194

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bourgan D.R., Ectopic Pregnancy. [online]. 2005 Des. 2. [cited 2007 Des.12]. Available from:

    http://www.emedicine./com.

    3. Daly S., Endometrioma/Endometriosis. [online]. 2007 August 16. [cited 2007 Des. 12].Available from:URL:http://www.emedicine.com

    4. Helm W.,Ovarian Cysts. [online]. 2005 Sept 16. [cited 2007 Des. 07]. Available from:URL:http://www.emedicine.com

    6. Kistoma Ovari. [online]. 2007. [cited 2007 Des. 12]. Available from:

    URL:http://www.google.com

    7. Marrinan G., Ovarian Cysts, Radiology>Obstetric/Gynecologic. [online]. 2007. [cited 2007Des. 05] Available from:http://www.emedicine./com.

    9. Mudgil S.,Pelvic Inflamatory Desease. [online]. 2007 Aug. 13. [cited 2007 Des. 12]. Availablefrom:URL:http://www.emedicine.com.

    10. Rasad S., Ultrasonografi dalam Radiologi Diagnostik Edisi Kedua, editor: ekayuda I. Jakarta:

    FKUI 2005:453-455

    12. Sindroma Ovarium Polikistik. [online]. 2006. [cited 2007 Des. 12]. Available from:

    URL:http://www.medicastore.com13. Staf C.M., Ovarian Cysts. [online]. 2007. [cited 2007 Des. 07] Available from:

    http://www.mayoclinic./com

    16. Wikipedia. Ovarian Cysts. [ cited 2007 Des. 07] Available from : the term of the GNU freedocuments license.co.id

    17. Wiknjosastro H. Anatomi Panggul dan Isinya Dalam Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor:

    Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2005

    18. Wiknjosastro H. Tumor Jinak Pada Alat Genital Dalam Buku Ilmu Kandungan Edisi 2.,

    editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2005: 345-346

    Posted bydoktermayainMakalah KedokteranTag:adalah,diagnosa,diagnosis,gejala,

    kehamilan,kelainan,keluhan,kista,klinis,komplikasi,makalah,obat,ovarium,patofisiologi,penanganan,penatalaksanaan,pengertian,penyakit,penyebab,riwayat,tanda,terapi

    Balas

    KETUBAN PECAH DINI

    http://www.emedicine./comhttp://www.emedicine./comhttp://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.google.com/http://www.google.com/http://www.google.com/http://www.emedicine./comhttp://www.emedicine./comhttp://www.emedicine./comhttp://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.medicastore.com/http://www.medicastore.com/http://www.medicastore.com/http://www.mayoclinic./comhttp://www.mayoclinic./comhttp://doktermaya.wordpress.com/author/doktermaya/http://doktermaya.wordpress.com/author/doktermaya/http://doktermaya.wordpress.com/author/doktermaya/http://doktermaya.wordpress.com/category/contoh-tugas-makalah/http://doktermaya.wordpress.com/category/contoh-tugas-makalah/http://doktermaya.wordpress.com/category/contoh-tugas-makalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/adalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/adalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/adalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosa/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosa/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosa/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/gejala/http://doktermaya.wordpress.com/tag/gejala/http://doktermaya.wordpress.com/tag/gejala/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kehamilan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kehamilan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kelainan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kelainan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kelainan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/keluhan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/keluhan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/keluhan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kista/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kista/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kista/http://doktermaya.wordpress.com/tag/klinis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/klinis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/klinis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/komplikasi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/komplikasi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/komplikasi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/makalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/makalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/makalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/obat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/obat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/obat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/tag/ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/tag/ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/tag/patofisiologi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/patofisiologi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/patofisiologi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penanganan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penanganan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penatalaksanaan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penatalaksanaan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penatalaksanaan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/pengertian/http://doktermaya.wordpress.com/tag/pengertian/http://doktermaya.wordpress.com/tag/pengertian/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyakit/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyakit/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyakit/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyebab/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyebab/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyebab/http://doktermaya.wordpress.com/tag/riwayat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/riwayat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/riwayat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tanda/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tanda/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tanda/http://doktermaya.wordpress.com/tag/terapi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/terapi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/terapi/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/kista-ovarium/#respondhttp://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/kista-ovarium/#respondhttp://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/ketuban-pecah-dini/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/ketuban-pecah-dini/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/ketuban-pecah-dini/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/kista-ovarium/#respondhttp://doktermaya.wordpress.com/tag/terapi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/tanda/http://doktermaya.wordpress.com/tag/riwayat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyebab/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penyakit/http://doktermaya.wordpress.com/tag/pengertian/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penatalaksanaan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/penanganan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/patofisiologi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/ovarium/http://doktermaya.wordpress.com/tag/obat/http://doktermaya.wordpress.com/tag/makalah/http://doktermaya.wordpress.com/tag/komplikasi/http://doktermaya.wordpress.com/tag/klinis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kista/http://doktermaya.wordpress.com/tag/keluhan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kelainan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/kehamilan/http://doktermaya.wordpress.com/tag/gejala/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosis/http://doktermaya.wordpress.com/tag/diagnosa/http://doktermaya.wordpress.com/tag/adalah/http://doktermaya.wordpress.com/category/contoh-tugas-makalah/http://doktermaya.wordpress.com/author/doktermaya/http://www.mayoclinic./comhttp://www.medicastore.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine./comhttp://www.google.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine./com
  • 5/25/2018 ASKEP STT

    29/194

    01/12/2011

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 LATAR BELAKANG

    Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial dalamkebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu berubah. KPD

    sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada

    ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup

    tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yangmeningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada

    pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.

    Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama pada

    kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan,

    sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinyainfeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan

    dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.

    Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena ketuban yang

    utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidakadanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogenyang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan

    pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk

    mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau

    prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang seringtimbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom

    (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.(4)

    Protokol pengelolaan yang optimal harus memprtimbangkan 2 hal tersebut di atas dan faktor-

    faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun

    tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus adapanduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat

    menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.

    Sebenarnya ada banyak pertanyaan mengenai cairan ketuban. Apa fungsinya dan seberapa

    bahaya jika terjadi pecah dini atau pecah sebelum waktunya? Berbahayakan kondisi tersebut bagi

    ibu dan janin? Mengapa bisa terjadi dan bagaimana mengatasinya? Berikut penjelasansingkatnya mengenai cairan ajaib ini agar ibu hamil mendapatkan informasi yang jelas dan tepat.

    http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/ketuban-pecah-dini/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/ketuban-pecah-dini/http://doktermaya.wordpress.com/2011/12/01/ketuban-pecah-dini/
  • 5/25/2018 ASKEP STT

    30/194

    I.2 RUMUSAN MASALAH

    I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi KPD pada kehamilan?

    I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan KPD pada kehamilan?

    I.3 TUJUAN

    I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi KPD pada kehamilan.

    I.3.2 Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan KPD pada kehamilan.

    I.4 MANFAAT

    I.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu kebidanan dan

    kandungan pada khususnya

    I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan

    klinik bagian ilmu kebidanan dan kandungan

    BAB II

    STATUS PASIEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    31/194

    II.1 IDENTITAS PASIEN

    No. Reg : 2357112

    1. A. Identitas pribadi :Nama penderita : Ny. S Nama Suami : Tn. F

    Umur penderita : 25 tahun Umur suami : 28 tahun

    Alamat : Sukun , Kec.Kepanjen

    Pekerjaan penderita : Buruh Pabrik Pekerjaan suami : buruh bangunan

    Pendidikan penderita : SMP Pendidikan suami : SMA

    1. B. Anamnesa :1. Masuk rumah sakit tanggal : 28 Maret 2011 pada pukul 20.002. Keluhan utama : Keluar cairan jernih dari jalan lahir.3. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh keluar cairan dari jalan lahir pada

    pukul 15.00. Cairan yang keluar banyak, berwarna jernih. Pasien juga sudah

    merasa kenceng-kenceng namun masih jarang-jarang. Selain itu, pasien juga

    mengeluh mengeluarkan darah sedikit pada pukul 19.30, lalu pasien langsungdibawa ke rumah sakit.

    4. Riwayat kehamilan yang sekarang : ini merupakan kehamilan pertama pasien,pada saat trimester I & II tidak ada keluhan, mual muntah (-)

    5. Riwayat menstruasi : menarche umur 17 tahun, HPHT 1-7-2010, UK : 40-41minggu HPL : 8-4-2011

    6. Riwayat perkawinan : pasien menikah 1 x, lamanya 1 tahun, umur pertamamenikah 24 tahun.

    7. Riwayat persalinan sebelumnya : -8. Riwayat penggunaan kontrasepsi : -9. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : -10.Riwayat penyakit keluarga : -11.Riwayat kebiasaan dan sosial : sosial menengah ke bawah, kebiasaan : -12.Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : pasien belum mengkonsumsi obat

    apapun

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    32/194

    1. C. Pemeriksaan fisik1. Status present

    Keadaan umum : kesadaran compos mentis

    Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 80x/menit

    Suhu : 36,5C Frekwensi pernapasan : 20x/menit

    Tinggi Badan : 145 cm Berat badan : 42 Kg

    1. Pemeriksaan umumKulit : normal

    Kepala :

    Mata : anemi (-/-) ikterik (-/-) odem palpebra (-/-)

    Wajah : simetris

    Mulut : kebersihan gigi geligi kurang stomatitis (-)

    hiperemi faring (-) pembesaran tonsil (-)

    Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-)

    pembesaran kelenjar tiroid (-)

    Thorax :

    Paru :

    Inspeksi : hiperpigmentasi areola mammae (+) ASI (-)

    pergerakan pernapasan simetris tipe pernapasan normal

    retraksi costa -/-

    Palpasi : teraba massa abnormal -/- pembesaran kelenjar axila -/-

    Perkusi : sonor +/+ hipersonor -/- pekak -/-

    Auskultasi : vesikuler +/+ suara nafas menurun -/-

    wheezing -/- ronki -/-

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    33/194

    Jantung :

    Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi : thrill -/-

    Perkusi : batas jantung normal

    Auskultasi : denyut jantung S1 S2

    Abdomen :

    Inspeksi : flat -/-, distensi -/-, gambaran pembuluh darah kolateral -/-

    Palpasi : pembesaran organ -/- nyeri tekan -/-

    teraba massa abnormal -/-

    Perkusi : timpani

    Auskultasi : suara bising usus +/+ metallic sound -/-

    Ekstremitas : odem -/-

    1. C. Status obstetriPemeriksaan luar

    Leopold I : Tinggi fundus uteri :3 jari dibawah procesus xiphoideus/ 28 cm

    Fundus uteri teraba lunak

    Leopold II : sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil, sebelah kanan kesan teraba tahanan

    memanjang

    Leopold III : teraba keras, bundar dan melenting

    Leopold IV : Masuk PAP 2 jari

    Bunyi jantung janin : 128x/menit, regular

    Ukuran panggul luar : -

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    34/194

    Pemeriksaan obstetric dalam :

    Pada pemeriksaan dalam didapatkan blood slym (-), pembukaan : 1 jari, penipisan portio (-),kulit ketuban (-).

    1. D. RingkasanAnamnesa Keluar cairan jernih dari jalan lahir pada pukul 15.00. Cairan yang keluar banyak,

    berwarna jernih. Pasien juga sudah merasa kenceng-kenceng namun masih jarang-jarang. Selainitu, pasien juga mengeluh mengeluarkan darah sedikit pada pukul 19.30, lalu pasien langsung

    dibawa ke rumah sakit. Saat ini pasien hamil anak pertama dengan umur kehamilan 40-41

    minggu.

    Pemeriksaan fisik : keadaan umum : kesadaran compos mentis, tekanan darah : 110/70 nadi :

    80x/menit, suhu: 36,5C, frekwensi pernapasan : 20x/menit, Tinggi badan : 145 cm, Berat Badan: 42 Kg.

    Pemeriksaan obstetric luar :

    Leopold I : Tinggi fundus uteri :3 jari dibawah procesus xiphoideus/ 28 cm

    Fundus uteri teraba lunak

    Leopold II : sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil, sebelah kanan kesan teraba tahanan

    memanjang

    Leopold III : teraba keras, bundar dan melenting

    Leopold IV : Masuk PAP 2 jari

    Bunyi jantung janin : 128x/menit, regular

    Pemeriksaan obstetric dalam : Vulva / vagina : Blood slym (-), pembukaan : 1 jari, penipisan

    portio (-), kulit ketuban (-).

    Diagnose : GIP0000Ab000 umur kehamilan 40-41 minggu belum inpartu

    dengan Ketuban Pecah Dini + Suspect Cephalopelvic Disproportion

    Rencana tindakan :

    1. Infus RL 20 tpm

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    35/194

    2. Pasang DC

    3. Observasi tanda vital

    4. Antibiotik

    5. SC

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    36/194

    Lembar Follow Up

    Nama pasien : Ny. S

    Ruang kelas : IRNA Brawijaya

    Diagnose : P1001Ab000Post SC

    Bayi Ny.S :

    Jenis kelamin : Perempuan

    Berat lahir : 2800 gram

    Panjang : 50 cm

    Apgar Score : 7-8

    LK/LD/LLA : 32/31,5/11

    Caput : (-)

    Anus : (+)

    Cacat : (-)

    Ketuban : keruh

    29 Maret 2011

    S : Luka masih terasa sakit, pusing (+), BAB (-), BAK (-)

    O : T = 120/80 mmHg

    N = 88x/menit

    S = 36,5C

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    37/194

    RR = 19x/menit

    Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi 2 jari dibawah pusat.

    A = P1001Ab000Post SC hari pertama

    P = 1. Infus RL

    2. Cefotaxim IV

    4. observasi TTV

    30 Maret 2011

    S : Luka masih terasa sakit, pusing (-), BAB (-), BAK (+)

    O : T = 120/80 mmHg

    N = 84x/menit

    S = 36,7C

    RR = 18x/menit

    Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi pertengan pusat dan symnpisis.

    A = P1001Ab000Post SC hari pertama

    P = 1. Infus RL

    2. Cefotaxim IV

    4. observasi TTV

    31 Maret 2011

    S : Luka masih terasa sakit, pusing (-), BAB (-), BAK (+)

    O : T = 120/80 mmHg

    N = 88x/menit

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    38/194

    S = 36,6C

    RR = 18x/menit

    Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi pertengan pusat dan symnpisis.

    A = P1001Ab000Post SC hari pertama

    P = BLPL + KIE perawatan luka

    LAPORAN KELUAR RUMAH SAKIT

    KRS tanggal : 1 April 2011

    Keadaan pasien waktu pulang : keadaan umum cukup, T = 120/80 mmHg, N = 84, S =36C

    Hb : 11,5 gr/dL PPV : - Massa : - Diagnose saat pulang : P1001Ab000post SC

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    39/194

    1. A. DefinisiKetuban pecah prematuryaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan

    atau disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM.

    Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik sebelum onsetpersalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature

    Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM

    Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai.

    1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia 24 jam yang berhubungan dengan peningkatan

    risiko infeksi intra-amnion.

    Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketubanpecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya

    tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran

    disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002)

    Ketuban pecah dini atausponkaneous/ early/ premature rupture of the membrane (PROM)

    adalah pecahnya ketuban sebelum partus : yaitu bila pembukaan pada primigravida dari 3 cm dan

    pada multipara kurang dari 5 cm. (Rustam Mochtar 1998)

    B. Etiologi

    Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnyatekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan

    oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini

    merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :

    1. Serviks inkompeten.

    2. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramion.

    3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    40/194

    4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic

    disproporsi).

    5. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk

    preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah. (Amnionitis/ Korioamnionitis).

    6. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

    7. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten

    a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi

    b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas

    janin

    C. Patofisiologi

    Banyak teori, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar

    kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%)

    High virulensi : Bacteroides

    Low virulensi : Lactobacillus

    Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan

    trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisiinterleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.

    Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan

    kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion,

    menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

    1. E. DiagnosaSecara klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengankeluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke

    ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan

    cara :

    Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih)rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    41/194

    Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar darikanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada

    forniks posterior

    USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion Terdapat infeksi genital (sistemik)

    Gejala chorioamnionitis

    Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan berbau,

    leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA) meningkat, kulturdarah/urin

    Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang

    Cairan amnion: Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin,

    glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin.

    Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka respiratorydistress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar

    Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fernNormal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5

    Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine testo Jadi biru (basa) : air ketubano Jadi merah (asam) : air kencing

    Pemeriksaan Lain :

    a. Ultrasonografi : Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin

    atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.

    b. Amniosintesis : Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru

    janin.

    c. Pemantauan janin : Membantu dalam mengevaluasi janin

    d. Protein C-reaktif : Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatankorioamnionitis

    F. Penatalaksanaan

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    42/194

    Perlu dilakukan pertimbangan tentang tata laksana yang paling tinggi mencapai well born baby

    dan well health mother. Masalah berat dalam menghadapi ketuban pecah dini adalah apabila

    kehamilan kurang dari 26 minggu karena untuk mempertahankannya memerlukan waktu lama.Bila berat janin sudah mencapai 2000 gram, induksi dapat dipertimbangkan. Kegagalan induksi

    disertai dengan infeksi yang diikuti histerektomi.

    Selain itu, dapat dilakukan pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan. Tindakan ini akan

    menambah reseptor pematangan paru, meningkatnya maturitas paru janin. Pemberian

    betametason 12 minggu dilakukan dengan interval 24 jam dan 12 minggu tambahan, maksimumdosis 24 minggu, masa kerjanya sekitar 2-3 hari. Bila janin setelah satu minggu belum lahir,

    pemberian berakortison dapat diulang lagi.

    Indikasi melakukan pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

    1. Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu apakah 6, 12, atau24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.

    2. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38c, dengan pengukuran perrektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air

    ketuban.

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksiintrauterin.

    Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS danmelahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk

    memperkecil resiko infeksi intrauterin. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan

    cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru,amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal and maternal

    monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio

    caesarea (SC) atau pun partus pervaginam.

    Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkahkonservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi

    ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan,

    fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial

    keluarga.

    Untuk usia kehamilan

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    43/194

    paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus

    namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.

    Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakankonservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B,single-course kortikosteroid,

    tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak

    ada kontraindikasi) Untuk non viable preterm (usia kehamilan 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikanampisillin 21 gr IV dan penisillin G 42 juta IU, jika serviks matang lakukan induksipersalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC

    KPD dengan infeksi (kehamilan 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin42 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan

    dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    44/194

    G.Prognosis/komplikasi

    Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :

    Prognosis ibu : Infeksi intrapartal/dalam persalinan

    Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya

    dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas

    Infeksi puerperalis/ masa nifas Dry labour/Partus lama Perdarahan post partum Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC) Morbiditas dan mortalitas maternal

    Prognosis janin : Prematuritas

    Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress

    sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity, intraventricular

    hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy),

    hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.

    Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)

    Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score rendah,ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.

    Sindrom deformitas janinTerjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan

    pertumbuhan janin terhambat (PJT)

    Morbiditas dan mortalitas perinatalH. Penyulit : Chepalopelvic Disproportion (CPD)

    1. Definisi

    Chepalopelvic Disproportion/Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkanketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui

    vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun

    kombinasi keduanya.

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    45/194

    2. Ukuran Panggul

    a. Pintu Atas Panggul :

    Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, linea innominata,

    serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis kepromontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari

    telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum,

    promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel padapromontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan

    jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai

    oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.

    Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan

    mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrikamerupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisisdengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.

    b. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

    Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidakdapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga

    bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang

    biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm.Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior,

    jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.

    c. Pintu Bawah Panggul

    Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar

    yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah

    panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas

    iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensiatuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke

    ujung sacrum (11,5 cm).

    d. Panggul Sempit

    Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan.

    Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul ibu atau

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    46/194

    obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:

    1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.

    a. Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his

    b. kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.

    2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi, hidrosefalus.

    3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit jalan

    lahir.Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus

    Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada

    janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena

    pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan

    pervaginam.

    Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggulsempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempitdengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. Panggul ini

    digolongkan menjadi empat, yaitu:

    1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert, split

    pelvis, panggul asimilasi.

    2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrofi,

    nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.

    3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau kelumpuhan

    satu kaki.

    Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat

    menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintutengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.

    Penyempitan pintu atas panggul

    Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya (konjugata

    vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari 12 cm.Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan dengan mengukur konjugata

    diagonal secara manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan

    pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5 cm.

    Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan persalinan meningkat padadiameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter transversal kurang dari 12 cm. Distosia

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    47/194

    akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter dibandingkan sempit hanya pada salah satu

    diameter.

    Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila melewati

    pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh

    kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinanjanin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih

    rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul

    sedang atau luas.

    Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga gaya

    yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput ketuban yangmenutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko

    prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks

    dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat

    atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk

    pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.

    Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk dalam rongga panggulsebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan kepala janin

    megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan presentasi janin berubah.

    Pada wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering danprolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita dengan panggul

    normal atau luas.

    Penyempitan panggul tengah

    Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak berkonvergensi, foramenisciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa

    panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan

    pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini menyebabkanterhentunya kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps tengah atau

    seksio sesarea.

    Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti penyempitan

    pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul apabila diameter

    interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah 13,5 cm atau kurang.

    Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri roentgenologik

    ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadaikemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter sagitalis

    posterior pendek.

    Penyempitan Pintu Bawah Panggul

    Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan diameter

    intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    48/194

    distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah panggul biasanya

    disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul. Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah

    panggul tidak terlalu besar dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalammenimbulkan robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900

    sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus

    iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.

    Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit

    Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa. Misalnya pada

    tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari

    normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorangwanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari anamnesa

    persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada persalinan

    terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul sempit adalah

    kecil.

    Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh keterangan

    tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasarpintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun

    pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.

    Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat ketelitian yang

    tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran yang tepat dua

    diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diametertransversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika.

    Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarangdilakukan. Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan

    lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat

    dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan

    karena biaya yang mahal.

    Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang

    sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari

    bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.

    Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan denganmetode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan menekan

    kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untukmenentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr

    dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga

    panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauhkepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar

    hubungan antara kepala dan simfisis.

  • 5/25/2018 ASKEP STT

    49/194

    Janin yang besar

    Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang melebihi 5000gram. Beratbadan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari

    4000gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya

    untuk berat janin 4000-5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam prosesmelahirkan. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar.

    Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus,

    postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang dapat menyebabkan bayi besar adalahibu hamil yang makan banyak, hal tersebut masih diragukan.

    Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal yang mudah.Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama proses melahirkan tidak

    terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh keadaan

    his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk

    mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic juga

    dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan kepala besar.

    Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses melahirkanjanin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya terjadi karena

    kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat

    memasuki pntu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahuyang lebar selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih juga dapat

    dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat terjadi karena

    terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi

    karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan bagian janin yang lain.Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya

    cedera pada nervus brakhialis dan muskulus sternokleidomastoideus.

    3. Penanganan

    1. Persalinan Percobaan

    Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan pangguldapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat

    dilakukan persalinan pe