Askep Struma

download Askep Struma

of 22

description

Askep Struma

Transcript of Askep Struma

KATA PENGANTAR

PAGE 21

LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA

1. Pengertian Struma

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan.

2. Etiologi Struma

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

a) Defisiensi iodiumPada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.

b) Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.c) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang kedelai).d) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

3. Patofisiologi StrumaIodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.4. WOC Struma

Dampak gangguan sistem terhadap KDM pada pre operasi

Defisiensi yodium

Kelainan metabolik kongenital yang mengandung hormon tyroid

Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia/obat-obatan

(Pengurangan tyroditiroksin dan tetratiroksikosis

Mencegah inhibisi umpan balik TSH yang normal

(Peningkatan massa thyroid

(Hyperplasia kelenjar thyroid (Struma)

(Perubahan status kesehatan klien

(Klien selalu bertanya tentang

penyakitnya dan perosedur

pembedahan

(Informasi yang diberikan

Tidak akurat

(Kurang pengetahuan

(Stressor meningkat

(Anxietas

Dampak gangguan sistem terhadap KDM pada post operasi

Struma

(Strumectomi

(Tindakan pembedahan)

(Terputusnya kontinuitas

Jaringan

(Pelepasan neurotransmitter

mediator kimia (bradikinin,

serotonin, prostaglandin dan

histamin)

(Merangsang ujung-ujung

saraf tepi

(Dihantarkan ke hipothalamius

dan korteks cerebri

(Nyeri

Manipulasi pada tindakan strumectomi subtotal

(Resiko peningkatan pengeluaran hormon tiroid

(Resiko krisis tiroid

(Resiko terjadinya mixedema

(Kemunduran proses metabolik

(5. Manifestasi Klinis Struma

Pada penyakit struma tyroid membesar dengan lambat. Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.\

6. Pemeriksaan Diagnostik Struma

1) USG

Dilakukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi. Di samping itu, pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat maupun kistik dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak. serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsy aspirasi jarum halus.

2) Scanning tiroid (pemeriksaan sidik tiroid)

untuk menentukan fungsi tiroid. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditan3) Radiologi

Thorax :adanya deviasi trakea

4) Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)

Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis suspek maligna ataupun benigna. 7. Penatalaksanaan StrumaA. Medikamentosa

Pengobatan ditujukan untuk :1. Mengurangi besarnya kelenjar gondok;2. Mengoreksi adanya keadaan hipotiroidisme, kalau memang ada. Solusio lugol 5 tetes/hari dalam 1/2 gelas air bersama dengan iodium 10 15 mg/hari diberikan beberapa minggu sampai kelenjar tiroid kembali normal. Selanjutnya penderita dianjurkan menggunakan garam dapur beriodium. Struma sporadik diobati dengan ekstrak tiroid 50 150 mg/hari atau tiroksin 150 300 mg/hari. Bila ada persangkaan keganasan segera rujuk ke rumah sakit.B. Pembedahan

Tindakan pembedahan dikerjakan dengan alasan; adanya nodule atau benjolan tunggal di salah satu bagian anatomis kelenjar tersebut yang dikhawatirkan bisa berkembang menjadi ganas. Adanya multi nodul banyak benjolan - yang berat, penekanan terhadap saluran nafas dan dengan alasan estetik atau penampilan diri seseorang yang mengalami pembesaran di bagian leher depan itu. Tentu operasi dikerjakan setelah syarat-syaratnya terpenuhi termasuk hasil pemeriksaan lab yang menunjukkan fungsi kelenjar thyroid ini yang sebisa mungkin tidak sedang mengalami gangguan (hyper atau hipothyroid). Untuk menurunkan kadar hormone thyroksin dapat diberikan obat-obatan yang bisa menekan thyroid agar tidak memproduksi hormone yang berlebihan.Pembedahan kelenjar thyroid disebut thyroidectomi. Pada pelaksanaannya ada yang mengangkat sebagian kelenjar (hemithyroidectomi, subtotal thyroidectomi, isthmolobectomi), keseluruhan (total thyroidectomi) atau bisa juga radikal thyroidectomi pada kasus kanker. Pemilihan itu tergantung dari kasus atau kelainan yang dijumpai. Pada perkembangan saat ini, untuk kasus tertentu, pengangkatan nodule thyroid bisa dikerjakan dengan minimal invasive surgery. Pengaturan hormon tubuh jika thyroid diangkat total dapat digantikan dengan obat yang berfungsi seperti hormone tiroksin yang mesti teratur diminum sepanjang hidup.

8. Asuhan KeperawatanPengkajianPengumpulan data

1. Anamnese

Dari anamnese diperoleh:

1) Identifikasi klien.

2) Keluhan utama klien.

Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.

3) Riwayat penyakit sekarangBiasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunyapernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.

4) Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Dimaksutkan barangkali ada anggota keluarga yang menderitan sama dengan klien saat ini.

6) Riwayat psikososial

Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.

Pemeriksaan Fisik1) Keadaan umum

Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.

2) Kepala dan leher

Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.

3) Sistim pernafasan

Biasanya pernafasan lebih seak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.

4) Sistim Neurologi

Pada pejmeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri ajkandipaspatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.

5) Sistim gastrointestinal

Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.Pemeriksaan Penunjang1) Pemeriksaan penunjang

Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)

Kadar T3, T4

Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11

Darah rutin

Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal antara 10s/d +15

Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai carsinoma meduler).

2) Pemeriksaan radiologis

Dilakukan foto thorak posterior anterior

Foto polos leher antero posterior dan laterl dengan metode soft tissu technig .

Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.Diagnosa Keperawatan1. Diagnosa kepeawatan pada pre operasi

yang lazim terjadi pada struma pre operasi :

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.

2) Gangguan body image berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.

3) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan menelan.

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

2. Perencanaan tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.

Tujuan : mengatasi nyeri klien.

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri klien

2. Anjurkan klien untuk makanan lunak.

3. Menganjurkan klien supaya makan sedikit-sedikit tapi sering.

4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik. 1. Mengetahui tingkat nyeri klien dan sebagai dasar untuk menentu-kan rencana tindakan selanjutnya.

2. Mengurangi resiko nyeri saat menelan.

3. Dengan makan sedikit-sedikit tidak akan memperberat rasa sakit saat menelan.

4. Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga impuls nyeri tidak diteruskan ke otak

2) Gangguan body image berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.

Tujuan:Klien mengerti tentang adanya perubahan bentuk tubuh dan mau menerima keadaannya serta mengembangkan mekanisme pemecahan masalah dan beradaptasi dengan baik.

INTERVENSIRASIONAL

1. Diskusi dengan klien bagaimana proses penyakitnya pengaruhnya.

2. Kaji kesulitan yang dialami klien

3. Berikan suport pada klien dalam melakukan pengobatan dan beri pengertian.1. Sebagai informasi tambahan untuk memulai proses metode pemecahan masalah.

2. Perasaan klien terhadap kondisi fisiknya merupakan hal yang nyata dimana perawat harus bisa meyakinkan klien bahwa dengan kemajuan teknologi masalah klien bisa diatasi.

3. Klien tidak menganggap peruba-han yang dialaminya sebagai suatu masalah yang cukup berat.

3) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan menelan.

Tujuan:Pasien mengatakan berat badannya stabil dan bebas dari tanda-tanda malnutrisi.

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor intake tiap hari

2. Anjuran klien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan kaya akan gizi.

3. Kontrol faktor lingkungan seperti bau yang tidak sedap dan hindari makanan yang pedas dan berminyak.1. Nutrisi merupakan kebutuhan yang harus tetap terpenuhi setiap hari untuk mencegah terjadinya malnut-risi.

2. Suplemen makanan tersebut akan mempertahankan jumlah kalori dan protein dalam tubuh tetap dalam keadaan stabil.

3. Lingkungan yang buruk akan memperburuk keadaan mual dan menyebabkan muntah, efektifitas diet merupakan hal yang individual untuk dapat mengatasi adanya mual.

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan:Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuannya dan dapat mendemonstrasikan teknik perawatan diri.

INTERVENSIRASIONAL

1. Bantuan klien dalam melaku-kan perawatan diri.

2. Anjuran keluarga klien untk berpartisipasi dalam perawa-tan diri klien.

3. Anjuran klien untuk melaku-kan perawatan diri secara bertahap.

4. Bantu klien untuk melaku-kan perawatan diri secara bertahap.

5. HE kepada klien dan keluarganya tentang penting-nya kebersihan. 1. Membantu dalam mempertahankan personal hygiene klien.

2. Klien tidak merasa terbebani dalam melakukan perawatan diri.

3. Mempersiapkan diri klien untuk tidak tergantung pada orang lain karena adnya kelemahan fisik.

4. Mempermudah klien dalam melakukan perawatan diri.

5. Klien dan keluarganya bisa termotifasi untuk tetap menjaga personal hygiene klien.

5) Anxietas berhubungan dengan interpretasi yang salah dan prosedur pembedahan

Tujuan:Klien dapapt mengungkapkan bahwa kecemasannya sudah berkurang atau sudah tidak cemas lagi.

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan klien.

2. Berikan dorongan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya.

3. Berikan penjelasan singkat tentang penyakitnya dan prosedur pembedahannya.

4. Beri support positif kepada klien.

5. Anjurkan kepada klien untuk selalu melakukan pendekatan spritual.1. Sebagai dasar dalam melakukan intervensi selanjutnya.

2. Dukungan perawat akan membawa klien untuk mengenal sedini mungkin perasaannya dan membagi kepada orang lain untuk mengurangi gangguan perasaannya.

3. Penyelesaian singkat dan benar akan menghilangkan persepsi yang salah tentang penyakitnya.

4. Suport positif dapat membantu klien untuk melakukan koping untuk mengatasi masalah.

5. Pendekatan spritual membantu klien untuk tetap tabah dalam menghadapi penyakitnya.

3. Diagnosa keperawatan post operasi (Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan, 2001).

1) Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.

2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

3) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.

4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.

4. Perencanaan Keperawatan / Intervensi

1) Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.

Tujuan:Mempertahankan jalan napas paten dengan mencegah aspirasi.

INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja perna-fasan

2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi

3. Kaji adanya dispnea, stridor, dan sianosis. Perhatikan kualitas suara

4. Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokog kepala dengan bantal

5. Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi

6. Lakukan pengisapan lendir pada mulut dan trakea sesuai indikasi, catat warna dan karakteristik sputum

7. Lakukan penilaian ulang terhadap balutan secara teratur, terutama pada bagian posterior

8. Selidiki kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral

9. Pertahankan alat trakeosnomi di dekat pasien

10. Pembedahan tulang1. Pernafasan secara normal ka-dang-kadang cepat, tetapi ber-kembangnya distres pada perna-fasan merupakan indikasi kom-presi trakea karena edema atau perdarahan

2. Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi.spasme lari-ngeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat

3. Indikator obstruksi trakea/spasme laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera

4. Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan

5. Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan evaluasi. Namun batuk tidak dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang berat, tetapi hal itu perlu untuk membersihkan jalan nafas

6. Edema atau nyeri dapat mengganggu kemampuan pasien untuk mengeluarkan dan membersihkan jalan nafas sendiri

7. Jika terjadi perdarahan, balutan bagian anterior mungkin akan tampak kering karena darah tertampung/terkumpul pada daerah yang tergantung

8. Merupakan indikasi edema/per-darahan yang membeku pada jaringan sekitar daerah operasi

9. Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan suasana yang mengancam kehidupan yang memerlukan tindakan yang darurat

10. Mungkin sangat diperlukan untuk penyambungan/perbaikan pem-buluh darah yang mengalami perdarahan yang terus menerus

2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

Tujuan:Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji fungsi bicara secara periodik

2. Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak

3. Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar

4. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin. Kunjungan pasien secara teratur

5. Beritahu pasien untuk terus menerus membatasi bicara dan jawablah bel panggilan dengan segera

6. Pertahankan lingkungan yang tenang1. Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena pembedahan pada saraf laringeal yang berakhir dalam beberapa hari kerusakan saraf menetap dapat terjadi kelumpuhan pita suara atau penekanan pada trakea

2. Menurunkan kebutuhan beres-pon, mengurangi bicara

3. Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan

4. Menurunnya ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi.

5. Mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan yang diketahui/me-merlukan bantuan

6. Meningkatkan kemampuan men-dengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan

3) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.

Tujuan:Menunjukkan tidak ada cedera dengan komplikasi terpenuhi/terkontrol.

INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardi (140 200/menit), disrtrimia, syanosis, sakit waktu bernafas (pembengkakan paru)

2. Evaluasi refleksi secara periodik. Observasi adanya peka rangsang, misalnya gerakan tersentak, adanya kejang, prestesia

3. Pertahankan penghalang tempat tidur/diberi bantalan, tmpat tidur pada posisi yang rendah

4. Memantau kadar kalsium dalam serum

5. (Kolaborasi) Berikan pengobatan sesuai indikasi (kalsium/glukonat, laktat)1. Manipulasi kelenjar selama pembedahan dapat mengakibat-kan peningkatan pengeluaran hormon yang menyebabkan krisis tyroid

2. Hypolkasemia dengan tetani (biasanya sementara) dapat ter-jadi 1 7 hari pasca operasi dan merupakan indikasi hypopara-tiroid yang dapat terjadi sebagai akibat dari trauma yang tidak disengaja pada pengangkatan parsial atau total kelenjar paratiroid selama pembedahan

3. Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang

4. Kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi pengganti

5. Memperbaiki kekurangan kal-sium yang biasanya sementara tetapi mungkin juga menjadi permanen

4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.

Tujuan:Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai situasi.INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala 0 10) dan lamanya

2. Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/ leher dengan bantal pasir/bantal kecil

3. Pertahankan leher/kepala dalam posisi netral dan sokong selama perubahan posisi. Instruksikan pasien menggunakan tangannya untuk menyokong leher selama pergerakan dan untuk menghindari hiperekstensi leher

4. Letakkan bel dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah

5. Berikan minuman yang sejuk/ makanan yang lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan

6. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif

7. (Kolaborasi) Beri obat analgetik dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai kebutuhannya

8. Berikan es jika ada indikasi1. Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan in-tervensi, menentukan efektivitas terapi

2. Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan

3. Mencegah stress pada garis jahitan dan menurunkan tegangan otot

4. Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi

5. Menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan

6. Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif

7. Beri obat analgetik dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai kebutuhannya

8. Menurunnya edema jaringan dan menurunkan persepsi terhadap nyeri

Daftar PustakaDoenges M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.Smeltzer, Suzanne, 2001, Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta : EGC.

Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya., Dalam : Suyono, Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.,FKUI., Jakarta

Guyton, Arthur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Editor, Irawati. S, Edisi : 9, EGC ; Jakarta.Pemenuhan nutrisi

Gangguan body image

Involusi kelenjar

(

Benjolan pada kelenjar

(

Gangguan body image

Penekanan pada esofagus

(

Intake tidak adekuat

(

Nyeri

Anxietas

Defisit perawatan diri

Kurang motivasi perawatan diri

Penekanan pada tyroid

pembuluh darah

(

Merangsang hipothalamus

(

Peningkatan kerja saraf

Simpatis

(

Nyeri

Berkurangnya aliran di sekitar leher

(

Suplai O2 ke jaringan berkurang

(

Iskemia

(

Kelemahan fisik

(

Cepat lelah

Resiko cedera pada trakhea

(

Kemungkinan terjadinya pendarahan

(

Resiko terjadi obstruksi

(

Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif

Cedera pita suara

(

Gangguan fungsi suara

(

Gangguan komunikasi verbal

Nyeri

Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif

Resiko terjadinya tetani/cedera

PAGE