Askep Meningitis Revisi

51
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS MAKALAH oleh: Kelompok 5 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

Transcript of Askep Meningitis Revisi

Page 1: Askep Meningitis Revisi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS

MAKALAH

oleh:

Kelompok 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016

Page 2: Askep Meningitis Revisi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV B (IKK IV B) dengan dosen pengampu Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB

oleh:

Velinda Dewi L NIM 142310101004

Aisatul Zulfa NIM 142310101029

Wahyu Ramadhani NIM 142310101004

Lisca Nurmalika F NIM 142310101109

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016

Page 3: Askep Meningitis Revisi

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak.Selaput

otak merupakan lapisan yang encer/tipis sebagai sebuah pelindung atau

pelapis otak dan jaringan saraf pada tulang punggung.Penyakit ini dapat

disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus dan bakteri.Peradangan yang

terjadi pada selaput otak ini dapat mengakibatkat eksudasi berupa pus atau

serosa akibat bakteri dan virus.

2.2 Epidemiologi

Angka kejadian meningitis pada laki-laki lebih tinggi daripada

perempuan terutama pada periode natal. Angka kesakitan tertinggi terjadi

setelah meningitis mengenai anak-anak pada neonates hingga umur dibawah

5 tahun.Pada anak usia lebih dari 2 bulan 95% meningitis disebabkan oleh

Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.

Hemofilus influenza merupakan organism yang paling dominan

menyerang pada anak-anak di usia 3 bulan sampai 3 tahun.Infeksi

Escherichia coli jarang terjadi pada anak-anak dengan usia lebih dari satu

tahun. Meningitis meningococus terjadi pada bentuk epidemic dan ditularkan

melalui infeksi droplet dari sekresi nasofaring.Meningitis ini sering terjadi

pada anak-anak usia sekolah dan adolesens.

2.3 Etiologi2.3.1 Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :

1. Neonatus

Pada bayi baru lahir biasanya meningitis disebabkan oleh bakteri

sepertiEserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria

monositogenes.

2. Anak di bawah 4 tahun

Pada usia ini biasanya meningitis disebabkan olehHemofilus

influenza, meningococcus, Pneumococcus.

3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa

Page 4: Askep Meningitis Revisi

Pada anak usia diatas 4 tahun dan orang dewasa, meningitis dapat

terjadi karena bakteri seperti Meningococcus, Pneumococcus.

2.3.2 Penyebab meningitis menurut organismenya :

1. Meningitis bakteriBakteri haemofilus influenza, nersseria,

diplokokus pneumonia, streptokokus group A, stapilokokus aurens, eschericia colli, klebsiela dan pseudomonas adalah bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis.Tubuh berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrophil, monosit, dan limfosit.Peradangan menimbulkan munculnya cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan leukosit di ruangan subarachnoid. Cairan akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Pengumpulan cairan tersebut juga menimbulkan peningkatan pada tekanan intracranial yang menyebabkan jaringan otak mengalami infark.

2. Meningitis virusMeningitis virus atau aseptic meningitis

disebabkan oleh virus gondok, herpes simplek dan herpes zoster. Pada meningitis virus tidak ditemukan adanya eksudat seperti yang terjadi pada meningitis bakteri dan juga tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Respon jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung jenis sel yang terlibat.Pada meningitis virus ini peradangan terjadi di seluruh korteks cerebri dan lapisan otak.

Page 5: Askep Meningitis Revisi

2.4 Klasifikasi

2.4.1 Meningitis Kriptikokus

Meningitis kriptikokus adalah meningitis yang disebabkan

oleh jamur kriptokokus.Jamur kriptokokkus ini bisa masuk ke

tubuh manusia saat menghirup debu atau tahi burung yang kering.

Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian

tubuh lain. Gejala pada meningitis ini muncul secara

perlahan.Gejala pertama yang muncul termasuk demam, kelelahan,

pegal-pegal pada leher, sakit kepala, kebingungan, penglihatan

mulai kabur, mual dan muntah.Sakit kepala yang ditimbulkan

sangat sulit untuk ditoleransi, bahkan tidak mampu diredakan oleh

paracetamol.

Untuk menentukan diagnosis harus dilakukan tes

laboratorium.Tes ini menggunakan darah atau cairan sumsum

tulang belakang. Tes untuk kriptokokus ini ada dua cara yatu tes

CRAG dan tes biakan. Pada tes CRAG, mencari antigen (protein)

yang dihasilkan oleh jamur kriptokokus. Tes ini cepat dilakukan

dan hasilnya dapat dilihat pada hari yang sama.Sedangkan pada tes

biakan, mencoba menumbuhkan jamur kriptokokkus.Tes ini

membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan

hasil yang positif (Yayasan Spiritia, 2006).

2.4.2 Viral meningitis

Viral meningitis termasuk penyakit ringan.Penyebab

meningitis viral di dunia termasuk enterovirus, virus campak,

VZV, danHIV. Meningitis ini memiliki gejala yang hampir mirip

dengan sakit flu biasa, dan gejala pertama yang muncul hampir

sama dengan gejala meningitis kriptokokus. Biasanya demam yang

terjadi sering pada 38-40 derajat dan diikuti kejang.

Untuk mengetahui diagnose meningitis viral harus

dilakukan pungsi lumbal, dan pemeriksaan penunjang seperti

Page 6: Askep Meningitis Revisi

pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan hematologi dan

kimia, pemeriksaan CSF, dan CT Scan.

2.4.3 Bacterial meningitis

Bacterial meningitis merupakan penyakit yang serius.Salah

satu bakteri penyebab meningitis bakterial adalah meningococcal

bacteria.Gejala yang ditumbulkan seperti timbul bercak kemerahan

atau kecoklatan pada kulit. Bercak kemerahan yang timbulakan

berkembang menjadi memar yang dapat mengurangi suplai darah

ke organ-organ lain dalam tubuh sehingga berakibat fatal dan

menyebabkan kematian.

2.4.4 Meningitis Tuberkulosis Generalisata

Meningitis ini disebabkan oleh kuman mikobakterium

tuberkulosa varian hominis.gejala pertama yang ditimbulkan

meliputi demam, obstipasi, muntah dan mual, kelelahan, dan

ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku

kuduk, abdomen tampak cekung, gangguan saraf otak dan suhu

badan yang tidak stabil. Untuk menentukan diagnose harus

dilakukan pemeriksaan cairam seperti cairan otak, darah, radiologi,

dan tes tuberculin.

2.4.5 Meningitis Purulenta

Penyebab meningitis purulenta diantaranya Diplococcus

pneumonia (pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok),

Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus

influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas

aeruginosa.Gejala yang dapat timbul pada meningitis purulenta

yaitu demam tinggi, menggigil, kaku kuduk, tingkat kesadaran

menurun, nyeri kepala, mual dan mntah serta nyeri pada punggung

dan sendi.Pada diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan cairan otak,

antigen bakteri pada cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan

dan test kepekaan sumber infeksi, radiologik, pemeriksaan EEG.

(Harsono., 2003)

Page 7: Askep Meningitis Revisi

2.5 Patofisiologi

Otak memiliki 3 lapisan, yaitu durameter, arachnoid, dan piameter.Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid yang bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak serta sumsum tulang belakang, cairan direabsorbsi melalui vili arachnoid yang berstruktur eperti jari-jari di dalam lapisan sub arachnoid.

Organisme virus/bakteri yang dapat menyebabkan meningitis masuk cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan (secret hidung) atau secret teliga akibat fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan luar, mikrorgansme yang masuk berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid.Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab terjadinya peradangan pada piameter, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.

2.6 Manifestasi klinis

Keluhan utama yang terjadi pada meningitis biasanya adalah nyeri

kepala.Nyeri pada bagian kepala dapat menjalar ke tengkuk dan

punggung.Tengkuk menjadi kaku dan pegal.Kaku ini disebabkan oleh

mengejangnya otot-otot ekstensor pada tengkuk.Bila kaku yang hebat, dapat

terjadi opistotonus.Opistotonus adalah tengkuk kaku dengan kepala

tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi.Pada meningitis

biasanya terjadi penurunan kesadaran.Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif.

(Harsono, 2003)

Gejala meningitis yang terjadi tidak selalu sama, tergantung dari usia

penderita danjenis virus yang menginfeksi. Gejala yang paling umum terjadi

yaitu demam tinggi, mual muntah, sakit kepala dan kejang.Biasanya penderita

cepat merasa lelah, dan penglihatan yang kabur. Bayi yang terserang

meningitis akan sering rewel, muncul bercak-bercak pada kulit, demam,

Page 8: Askep Meningitis Revisi

badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangan bergerak

tidak beraturan (Japardi, Iskandar, 2002).

Meningitis yang disebabkan oleh virus ditandai dengan cairan

serebrospinal (CSS) yang jernih serta rasa sakit yang dialami penderita masih

dalam kategori ringan.Pada umumnya, meningitis oleh Mumpsvirus ditandai

dengan gejala malaise dan anoreksia, kemudian diikuti oleh pembesaran

kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat.Sedangkan

meningitis yang disebabkan oleh Echovirus biasanya ditandai dengan demam,

sakit kepala dan tenggorokan, nyeri pada otot dan timbul ruam makopapular

yang tidak gatal di daerah leher, wajah, badan dan daerah

ekstrimitas.Meningitis yang disebabkan oleh Coxsackie virus memiliki gejala

yaitu tampak lesi vasikuler pada ovula, tonsil, palatum, dan lidah. Setelah itu

akan muncul beberapa keluhan seperti sakit kepala, mual muntah, kaku kudu

kuduk, dan nyeri pada punggung.

Meningitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya ditandai gejala

seperti gangguan pernapasan dan gangguan pada gastrointestinal.Pada

neonatus meningitis ini terjadi secara akut disertai panas tinggi, mual muntah,

penurunan nafsu makan, kejang akibat dehidrasi, dan konstipasi.Pada anak

dewasa biasanya diawali dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas,

sakit kepala hebat, nyeri otot dan punggung.CSS tampak keruh atau purulen.

Meningitis tuberkulosa terdiri dari tiga stadium.Stadium I terjadi

selama 2-3 minggu dan ditandai gejala seperti infeksi biasa.Pada anak-anak,

demam jarang terjadi, tetapi BB turun, mual dan muntah serta anak menjadi

apatis.Meningitis yang terjadi pada orang dewasa, demam yang terjadi hilang

timbul, nyeri kepala dan punggung, dan tampak gelisah.Stadium II (stadium

transisi) berlangsung selama 1 – 3 minggu.Gejala yang tampak yaitu nyeri

kepala heba disertai kejang, seluruh tubuh mulai kaku, terdapat tanda-tanda

peningkatan intrakranial, dan ubun-ubun menonjol.Stadium III (terminal)

gejala kelumpuhan mulai terjadi dan penderita dapat mengalami koma dan

dapat terjadi kematian jika dalam waktu 3 minggu penderita tidak

mendapatkan pengobatan.

Page 9: Askep Meningitis Revisi

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah, kadar hemoglobin, jumlah, dan menghitung jenis

leukosit, laju endapan darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit,

kultur. Pada meningitis purulenta diperoleh peningkatan leukosit dengan

pergeseran ke kiri pada hitung jenis (Mansjoer Arif, 2005).

2. Pemeriksaan radiologis, foto thoraks, dan foto kepala (pemeriksaan

mastoid, sinus paranasal, dan gigi geligi) (Mansjoer Arif, 2005).

3. Pemeriksaan serebrospinalis, lengkap dan kultur

Pada purulenta, didapatkan hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis yang

keruh, karena mengandung pus berupa campuran leukosit, jaringan yang mati

dan bakteri.Hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis yang jernih terdapat pada

infeksi virus. Pemeriksaan kultur liquor digunakan untuk menentukan bakteri

yang menjadi penyebab.

A. Pemeriksaan Penunjang

1. Pungsi lumbal dan kulturCSS: jumlah leokosit CBC meningkat,

kadar glukosa darah menurun, protein menigkat, tekanan cairan

meningkat, asam laktat meningkat, glukosa serum meningkat,

identifikasi organisme penyebab.

2. Kultur darah, digunakan untuk menemukan dan menetapkan

organisme penyebab.

3. Kultur urin

4. Kultur nasofaring

5. Elektrolit serum, meningkat pada pasien yang mengalami dehidrasi.

Na naik dan K turun

6. Osmolaritas urin meningkat dengan sekresi ADH

7. MRI, CT-Scan atau angiografi

Pemeriksaan Rasangan Meningeal

1. Pemeriksaan kaku kuduk

Pasien terlentang dan dilakukan gerakan pasif seperti fleksi dan rotasi

kepala.Kaku kuduk positif (+) jika terjadi kekakuan dan tahanan pada

Page 10: Askep Meningitis Revisi

pergerakan fleksi kepala disertai nyeri dan spasme otot.Dagu tidak bisa

menyentuh dada, tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.

2. Pemeriksaan tanda kering

Pasien dalam posisi terlentang, tangan diangkat, melakukan gerakan fleksi

pada panggul, kemudian ekstensi tungkai bawah sendi lutut yang jauh

tanpa disertai nyeri. Tanda kering positif (+) jika saat ekstensi sendi lutut

pasien tidak bisa mencapai sudut 135 dengan disertai spasme otot pada

dan nyeri.

3. Pemeriksaan tanda Brudzinski I (pada leher)

Posisi pasien terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya di

bawah kepala pasien dan tangan kan di atas dada pasien kemudian

melakukan fleksi kepala dengan cepat ke arah dada. Tes Brudzinski positif

(+) jika saat pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.

4. Pemeriksaan tanda Brudzinski II (pada kontra lateral tungkai)

Posisi pasien terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi

panggul.Tanda brudzinski II positif (+) jika tungkai yang satunya ikut

terfleksi juga.

2.8 Penatalaksanaan medisFarmakologisA. Obat anti inflamasi

1. Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :a. Sefalosporin generasi ke 3 b. ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.c. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

2. Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :a. Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.b. Sefalosforin generasi ke 3.

B. Pengobatan simtomatik1. Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kg/dosis, atau rectal: 0,4-0,6

mg/kg/dosis2. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian

a. Fenitoin 5 mg/kg/24jam, 3 kali sehari ataub. Fenobarbital 5-7 mg/kg/24jam, 3 kali sehari

Page 11: Askep Meningitis Revisi

Turunkan panas:

a. Antipiretik: parasetamol/ salisilat 10 mg/kg/dosis.b. Kompres air PAM / es.

C. Pengobatan suportif1. Cairan intravena2. Zat asam

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

4.1.1 Identitas pasien

Nama:

Umur: agen infeksi meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada

golongan umur tertentu diantaranya:

a. Neonatus : E. Coli, S. Beta hemolitikus, dan Listeria

monositogenes

b. < 5 th/balita: H. Influenza, Meningococcus dan Pneumococcus

c. 5-20 tahun : Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis,

Streptococcus, dan Pneumococcus

d. >20 th : Meningococcus, Pneumococcus, Stafilococcus,

Streptococcus, Listeria

Rentang usia dengan angka mortilitas tinggi adalah bayi sampai

balita (6 bulan-4 tahun).

Gender: Laki-laki mempunyai jumlah yang lebih banyak dari pada

perempuan dalam kasus meningitis, yang diakrenakan adanya

faktor predisposisi dalam kasus meningitis (AM. Youssr, 2005).

Agama: -

Pendidikan:

Page 12: Askep Meningitis Revisi

Pekerjaan: Meningitis sering terjadi pada masyarakat dengan keadaan sosio-

ekonomi rendah, pengahasilan tidak mencukupi untuk

kebutuhan sehari-hari

Gol. Darah: -

Alamat: Meningitis banyak terjadi di negara-negara berkembang karena

angka kematian dan kecatatan yang masih tinggi. Perumahan

tidak memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup, tinggal atau

tidur yang saling berdesakan.Hygiene dan sanitasi yang buruk

meningkatkan angka terjadinya meningitis.

4.1.2 Riwayat Kesehatan Pasiena. Keluhan utama: suhu badan tinggi, kejang, kaku kuduk dan penurunan

tingkat kesadaran.b. Riwayat penyakit sekarang : pada pengkajian klien dengan meningitis

didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat infeksi dan peningkatan tekanan intracranial, diantaranya sakit kepala dan demam. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan akibat dari iritasi meningen.Demam ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.

c. Riwayat penyakit dahulu : infeksi jalan napas bagian atas, ototos media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah syaraf, riwayat trauma kepala, pengaruh imunologis

d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual:ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri). Pada kilen anak perlu diperhatikan dampak hospitaslisasi dan family center

4.1.3 Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital

1. Peningkatan suhu lebih dari normal, yaitu 38-41 ‘C, dimulai dari fase sistemik, kemerhan, panas, kulit kering, berkeringat.Keadaan tersebu dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh

2. Penurunan denyut nadi, berhubungan dengan tanda peningkatan tekanan intracranial

Page 13: Askep Meningitis Revisi

3. Peningkatan frekuensi pernapasan, berhubungan dengan laju metabolism umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis

B1 (breathing)

a. Inspeksi adanya batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang disertai adanya gangguan pada istem pernapasan.

b. Palapasi thorax apabila terdapat deformitas tulang dadac. Auskultasi adanya bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien

dengan meningitis tuberkolosa dengan penyebaran primer dari paru

B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskuler dilakukan pada klien meningitis tahap lanjut apabila sudah mengalami renjatan (syok).Pada klien meningitis meningokokus terjadi infeksi fulminating denga tanda-tanda septicemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajh dan ekstrimitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravascular diseminata.

B3 (Brain)

Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap disbanding pengkajian pada sistem lain.

Tingkat kesadaran

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis berkisar antara letargi, stupor, dan semikomatosa.

Fungsi serebri

Status mental: observasi penampilan dan tingkah laku, nilai gaya bicara dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motoric. Pada klien meningitis ahaplanjut biasanya ststus mental mengalami perubahan.

Pemeriksaan saraf kranial

a. Saraf I,pada klien meningitis tidak ada kelainanb. Saraf II, pemeriksaan ketajaman penglihatan pada kondisi normal

dan pemeriksaan papilledema pada meningitis supuratif yang

Page 14: Askep Meningitis Revisi

disertai abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan peningkatan TIK.

c. Saraf III, IV, dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil tanpa kelainanpada klien meningitis tanpa penurunan kesadaran

d. Saraf V : tidak didapatkan paralisis otot wajah dan reflek kornea tidak ada kelainan

e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetrisf. Saraf VIII : tidak ditemukan tili konduktif dan tuli persepsig. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baikh. Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius

Sistem motoric

Kekuatan otot menurun, pada meningitis tahap lanjut kontrolkeseimbangan dan koordinasi mengalami perubahan

Pemeriksaan reflex

Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamntum, atau periosteum derajat reflex pada respon normal. Refles patologis terjadi pada klien dengan tingkat kesadaran koma.

Gerakan involunter

Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan syaraf, dan dystonia. Pada keadaan tertentu biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak dengan meningitis yang disertai peningktan suhu tubuh yang tinggi

Sistem sensorik

Pemeriksaan terkait peningkatan tekanan intracranial, tanda tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulent dan edema serebri diantaranya perubahan TTV (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.Adanya ruam merupakan ciri menyolok adanya meningitis meningokokal (Neisseria meningitis)

B4 (Bladder)

Pemeriksaan pada sistem perkemihan didapatkan berkurangnya volume keluaran urine.Hal tersebut berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.

B5 (Bowl)

Page 15: Askep Meningitis Revisi

Mual hingga muntah karena peningkatan produksi asam lambung.Pada klien meningitiss pemenuhan nutrisi menurun karena anoreksia dan adanya kejang.

B6 (Bone)

Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (lutut dan pergelangan kaki).Petekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam.Pada kasus berat klien dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstrimitas.Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pengkajian pada anak bergantung pada usia anak dan luasnya

penyebaran infeksi di meningen. Pada penilaian klinis, gejala meningitis

pada anak dibagi menjadi 3 meliputi anak, bayi dan neonates.

a. Anak: timbul sakit secara tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak cepat rewel dan agitasi serta menjadi fotopobia, delirium, halusinasi, tingkah laku agresif atau mengantuk, stupor, dan koma.Gejala pada pernapasan atau gastrointestinal meliputi sesak napas, muntah dan diare. Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada kepala jika difleksikan, kaku leher, tanda kerning dan brudzinski(+). Perfusi yang tidak optimal bisa mengakibatkan tanda klinis kulit dingin dan sianosis gejala lain yang lebih spesifikadalah petekia/purpura pada kulit bila anak mengalami infeksi meningokokus(meningokoksemia), keluarnya cairan dari telinga pada anak yang mengalami meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital akibat infeksi E. colli.

b. Pada bayi: pada umur 3 bulan sampai 2 tahun ditemukan adanya demam, nafsu makan menurun,

Page 16: Askep Meningitis Revisi

muntah, rewel, mudah lelah, kejang-kejang, dan menangis meraung-raung. Tanda khas pada kepala adalah penonjolan pada fontanel.

c. Pada neonates: menolak untuk makan, kemampuan untuk menetek buruk, muntah dan kadang ada diare. Tous otot melemah, pergerkan dan kekuatan mengansi melemah.Pada ksus lanjut terjadi hipertermia.demam, icterus, rewel, mengantuk, kejang-kejang, frekuensi napas tidak teratur, sianosis, penurunan berat badan.Pada fase yang lebih berat terjadi kolaps kardiovaskuler, kejang kejang dan apnea.

4.2Diagnosa 1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.dHypertension

oleh eksudasi pus akibat reaksi inflamasi2. Hyperthermia b.d dehidrasi dan agen faramasi3. Nyeri Akut b.d Cedera agen biologis (infeksi, iskemia, neoplasma)

Page 17: Askep Meningitis Revisi

4.3 Intervensi

NO. Diagnosa Keperawatan

Perencanaan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gangguan transport oksigen melalui membran kapilermenuju otak oleh eksudasi pus akibat reaksi inflamasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam. Resiko perubahan perfusi jaringan menjadi adekuat. Kriteria Hasil:

1. Tekanan darah sistolik (n=100-140 mmHg). Sistolic blood pressure

2. Tekanan darah diastolik (n=80-100 mmHg). Diastolic blood pressure

3. Keseimbangan cairan. Fluid balance

4. Saturasi oksigen 95-100%. Oxygen saturation

5. Tidak ada mual,

1. Monitoring tekanan intrakarnial. ICP Monitoring

2. Management pengobatan (monitoring pemberian terapi farmakologi untuk mengurangi TIK).

3. Identifikasi terjadinya resiko lainnya berhubungan dengan peningkatan TIK (infeksi).

4. Ajarkan patofisiologi dan prognosis dari Meningitis. Teanching: Disease Process

5. Ajarkan pola diet, sesuai dengan kondisi pasien Meningitis. Teaching: Prescribed Diet

1. Perubahan tekanan CSS, akibat herniasi batang otak yang membutuhkan tindakan segera.

2. Bertujuan untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

3. Bertujuan untuk meningkatkan aliran darah (vena) dari kepala.

4. Bertujuan untuk meminimalkan fluktuasi aliran vaskuler.

5. Menurunkan permeabilitas kapiler, membatasi edema serebral, mengurangi resiko peningkatan TIK.

Page 18: Askep Meningitis Revisi

muntah dan nyeri. Nausea, vomitting, and pain

6. Ajarkan prosedur dan terapi Meningitis pada klien. Teaching: Procedure/Treatment

7. Monitoring tanda-tanda vital. Vital Sign Monitoring

2. Hyperthermia b.da. Dehidrasi b. Agen

faramasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan x24jam, diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif. Kriteria Hasil:

1. Tekanan darah sistolik normal. Penigkatan

2. Tekanan darah diatolik normal. Peningkatan

3. Pasien tidak mengalami kelemahan/fatigue

1. Pantau suhusetiap 2 jam2. Pantau warna kulit dam suhu3. Monitor TD, nadi, RR4. Monitor intake dan output5. Anjurkan asupan cairan oal

sedikitnya 2 liter sehariKolaborasi: berikan obat antipiretik bila perlu

1. Karena suhu pasien dengan hipertermi dapat beruabah-ubah setiap waktu.

2. Warna kulit pasien dengan hipertermi, kemerahan dan akral teraba hangat-panas (sesuai suhu tubuh) akibat dari proses infeksi (kolor, dolor, rubor, fusiolesa)

3. TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

4. Pasien dengan hipertermi, akan mengalami dehidrasi (turgor kulit buruk)

5. Dengan bantuan intake cairan yang cukup, cairan tubuh yang hilang dapat terganti.Antibiotik digunakan untuk

Page 19: Askep Meningitis Revisi

mengatasi infeksei yang menyebabkan hipertemi pada pasien.

3. Nyeri Akut b.d Cedera agen biologis (infeksi, iskemia, neoplasma)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24jam rasa nyeri kepala pada pasien berkurang dan hilang. Kriteria Hasil:Pain control

a. Mengetahui penyebab timbulnya nyeri

b. Menjelaskan faktor penyebab

c. Dapat memantau nyeri yang dirasakan

d. Dapat melakukan pencegahan untuk terjadinya nyeri

e. Menyatakan gejala nyeri yang dirasakan dapat terkontrol

1. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

2. Bantu pasien untuk menemukan posisi yang nyaman, posisi kepala yang lebih tinggi

3. Tingkatkan tirah baring, dan bantu pasien dalam pemenuhan KDM utama

4. Pantau TTV pada pasien 5. Kaji tingkat nyeri pada

pasien PQRST

1. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi eksternal, sensitivitas terhadap cahaya, meningkatkan istirahat atau relaksasi

2. Menurunkan iritasi meningeal3. Menurukan aktivitas atau

gerakan yang dapat menyebabkan nyeri

4. Perubahan pada (TD, Nadi, dan RR) menggambar kondisi pasien

5. Untuk mengetahui tingkatan nyeri dan mengetahui permasalahn, serta cara mengatasinya.

Page 20: Askep Meningitis Revisi

4.4 Implementasi

Hari/ Tanggal

No. Dx

Kep

Jam Implementasi Paraf

Tabel implementasi berisi tentang:

a. Hari dan tanggal melakukan asuhan keperawatan sesuai intervensi yang

telah disusun.

b. Nomor diagnosa keperawatan sesuai denga tabel intervensi keperawatan

c. Waktu dilakukannya tindakan keperawatan

d. Implementasi atau nama tindakan yang dialukakan kepada pasien dengan

menggunakan kata kerja. Tindakan harus seuai dengan intervensi yang

telah disusun untuk mencapai kriteria hasil

e. Tanda tangan atau paraf perawat yang melakukan tindakana disertai

nama di bagian bawahnya.

Page 21: Askep Meningitis Revisi

4.5 Evaluasi

Hari/ Tanggal

Jam Evaluasi Paraf

Evaluasi merupakan penilaian terhadap intervensi yang dilakukan.Apakah

mencapai criteria hasil atau tidak.Apabila setelah dilakukan intervensi tidak

mencapai criteria hasil yang diharapkan maka masalah tidak teratasi dan

dilanjutkan intervensi atau dan memodifikasi intervensi.Apabila setelah

dilakukan intervensi berhasil mencapai sebagian dari criteria hasil maka

analisa dapat ditulis masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan atau

memodifikasi intervensi.Apabila intervensi mencapai semua criteria hasil

maka pada analisa masalah teratasi, dan intervensi dihentikan.Pada evaluasi,

kelompok kami menggunakan SOAP.

Tabel evaluasi berisi:

a. Hari dan tanggal dilakukannya proses evaluasi terhadap kondisi pasien

saat itu

b. Jam dilakukannya evaluasi pada pasien

c. Evaluasi yang dilakukan umumnya bersifat SOAP

S : data subjektif yang didapatkan datri pernyataan pasien atau

keluarga pasien.

O : data objekti yang didapatkan dari hasil pengamatan atau

pemeriksaan terhadap kondisi pasien.

A : analisis, merupakan perbandingan dari kriteria hasil yang telah

disusun di intervensi dengan kondisi pasien setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

Page 22: Askep Meningitis Revisi

P : rencana tindakan keperawatan selanjutnnya (intervensi

dilanjutkan atai intervensi dihentikan).

DAFTAR PUSTAKA

Judit dan Nancy.2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC

[serial online] http://spiritia.or.id/li/pdf/LI503.pdf [18 Maret 2016]

[serial online]https://www.scribd.com/doc/47840799/Referat-meningitis-viral

[diakses pada tanggal 19 Maret 2016]

[serial online]https://www.academia.edu/7027662/LP_Meningitis [diakses pada

tanggal 19 Maret 2016]

[serialonline]http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter

%20II.pdf [diakses pada tanggal 19 Maret 2016]

[serial online]http://eprints.undip.ac.id/44877/3/BAB_II.pdf [diakses pada tanggal

19 Maret 2016]

[serial online]http://eprints.unlam.ac.id/206/1/HULDANI%20-%20DIAGNOSIS

%20DAN%20PENATALAKSANAAN%20MENINGITIS

%20TUBERKULOSIS.pdf [diakses pada tanggal 19 Maret 2016]

http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nintya%20Zeina%20Dini.pdf

https://www.academia.edu/9130465/Laporan_kasus_meningitis_TB

Page 23: Askep Meningitis Revisi
Page 24: Askep Meningitis Revisi

Pathways

Etiologi : Bakteri, virus, jamur

Aspirasi cairan amion saat bayi lahir

Implantasikan langsung tindakan bedah otak, pungsi lumbal

Perluasan langsung dari infeksi di sinus paranasalis mastoid, abses otak

Infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, infeksi gigi, mastoiditis

Masuk ke aliran darah

Terjadi infeksi

Masuk ke dalam CSS

bakterimia Kolonisasi dan memperbanyak diri

Bakteri melekat di sel epitel mukosa

Bakteri masuk meningen

Peradangan selaput otak

Edema otak

Peningkatan TIK

Merangsang Saraf simpati

Menekan saraf di servikal

Mual dan muntah

Otot berkontraksi

Page 25: Askep Meningitis Revisi

Peningkatan metabolisme

Hipertermi

Reabsorbsi CSS terganggu

Pembentukan eksudat, vaskulitis dan hipoperfusi

Trombus dan penurunan aliran darah serebral

Meningitis Metabolism bakteri

Edema otak

Penumpukan CSS diotak peningkatan viskositas darah

Akumulasi sekret

Bakteri masuk ke aliran balik vena ke jantung

peningkatan komponen darah di serebral

resiko infeksi

Keringat berlebih/ diaphoresis

Kekurangan volume cairan Permeabilitas

kapiler

Nafsu makan berkurang

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Otot pada tengkuk menegang

Kaku kuduk

Page 26: Askep Meningitis Revisi

Menekan arteri dam kapiler darah otak

Gangguan perfusi jaringan serebral

Penurunan kesadaran

Suplai darah ke otak menurun

Resiko cidera

Kebocoran cairan dari intravaskuler

Peningkatan volume cairan di interstitial

Ketidakseimbangan ion

Kelainan depolarisasi ion

Hiperaktifitas neuron

kejang

Peningkatan metabolisme

Perubahan pada system RAS

Penurunan kesadaran

Sel neuron pd RAS tidak dpt melepaskan katekolamin

Ketidakefektifan pola napas

Penurunan reflek batuk

Penumpukan secret pada jalan napas

Ketidakefektifan bersihan jalan napasSakit kepala

Nyeri akut

Page 27: Askep Meningitis Revisi

KASUS

Tn. X berusia 16 tahun dibawa keluarganya ke Rumah Sakit Alhuda

dengan keluhan penurunan kesadaran.Keluarga mengatakan bahwa pasien selama

2 hari sebelumnya mengalami nyeri kepala hebat.Ketika pagi setelah bangun tidur

pasien tampak lemah dan tidur terus menerus.Pasien disertai menggigil, mual dan

muntah selama 3 hari sebelum masuk rumah sakit.Demam yang dialami naik

turun (+).Demam timbul pada malam hari, dan pagi sudah normal kembali.Sehari

sebelum MRS pasien masih tampak lemas, namun masih bisa makan diatas

tempat tidur disuapin oleh ibunya.Setelah masuk rumah sakit, pasien dilakukan

pemeriksaan.Selama perawatan pasien mengalami kejang 2 kali dan mengeluh

kaku didaerah leher.Selama dirumah sakit pasien diare (-), mual dan muntah (-).

Diagnose medis: meningitis.

1. Pengkajian a. Identitas pasien

Nama : Tn. X

Umur : 16 Tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Alamat : Jelbuk, Jember

Status : Belum Menikah

MRS : 10 April 2016

Diagnosa medis : Meningitis

b. Identitas orang tua/ penanggung jawabNama Ayah : Tn. SUsia : 50 TahunPekerjaan : BuruhAgama : IslamAlamat : Jelbuk, JemberPenghasilan : Rp. 300.000,00

c. Keluhan utamaPenurunan kesadaran

Page 28: Askep Meningitis Revisi

d. Riwayat Penyakit SekarangPasien dibawa oleh keluarganya kerumah sakit Alhuda dengan keluhan

penurunan kesadaran.Keluarga mengatakan bahwa 2 hari kemarin, setelah bangun tidur, pasien pingsan.Setelah sadar, seluruh badannya lemas dan tidur terus menerus.Nafsu makan berkurang, dan merasa nyeri pada bagian punggungnya.Malamnya pasien menggigil, mual dan muntah.Keesokan harinya pasien masih tampak lemah, makan dibantu oleh ibunya diatas tempat tidur.

Tiga minggu sebelum pasien masuk rumah sakit pernah mengalami sakit kepala yang hilang timbul (+).Sakit kepala terasa pada bagian kepala belakang.Pasien disertai batuk, sputum (+), berdarah (-).Nafsu makan berkurang dan BB pasien turun.e. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Pasien tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya,

2. asma(-), dan

3. tidak ada riwayat trauma kepala.

f. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga belum ada yang mengalami keluhan seperti pasien.TB(-)

g. Riwayat pengobatan

Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

h. Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki alergi makanan, obat-obatan dan debu

i. Pengkajian pola Gordon

1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan.

Orang tua mengungkapkan bahwa sakit yang dialami anak adalah ujian

dan merupakan kurangnya menjaga kesehatan.Sebelum dibawa kerumah

sakit ibu sempat memberikan kompres kepada anak untuk mengurangi

demam pada anaknya.

2. Pola Nutrisi-Metabolik

Sebelum sakit pasien nafsu makan normal, tidak ada gejala mual dan

muntah.Saat sakit nafsu makan pasien berkurang, disertai mual dan muntah,

Berat Badan juga menurun dari sebelumnya.

3. Pola Eliminasi

Page 29: Askep Meningitis Revisi

Sebelum sakit, BAB pasien lancar, konsistensi normal baik dari jumlah,

warna dan tidak keras.Saat sakit BAB lancar, konsistensi lunak.Sedangkan

BAK sebelum sakit normal, frekuensi normal, warna kuning normal, darah

(-).Pada saat sakit BAK normal, dan tidak ada perubahan dari sebelumnya.

4. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas

Kemampuan

perawatan diri

0 1 2 3 4

Makan minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

Keterangan

0: mandiri,

1: Alat bantu,

2: dibantu orang lain,

3: dibantu orang lain danalat,

4: tergantung total

5. Pola kognitif dan Persepsi

Pasien mampu mengenali keluarganya.Terjadi penurunan

kesadaran.Pasien dapat menilai nyeri kepala pada skala 9.

6. Pola Persepsi-Konsep diri

Pasien tampak cemas akibat sakit kepala, mual muntah yang

dirasakan.Persepsi tentang harga dirinya menurun.

7. Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum sakit pasien tidur dapat tidur dengan nyenyak sedangkan saat

sakit pasien kurang tidur karena nyeri kepala, demam yang naik turun.

Page 30: Askep Meningitis Revisi

8. Pola Peran-Hubungan

Hubungan pasien dengan keluarga cukup baik.Keluarga mendukung

untuk kesembuhan pasien.

9. Pola Seksual-Reproduksi

Sebelum sakit:-

Saat sakit: - .

10. Pola pertahanan diri (Toleransi-Stress-Koping)

pasien saat sakit lebih dekat dengan orang tuanya dan menganggap orang

tuanya yang selalu ada untuknya.

11. Pola Nilai-Kepercayaan

Pasien yakin bahwa sakit yang dialami adalah ujian dari Allah, dan

yakin bahwa Allah akan memberikan kesembuhan untuknya.

2. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : pasien tampak sakit sedang

Kesadaran : somnolen, GCS: 11 (E=2, V=4, M=5)

Tanda vital

a. Tekanan Darah : 120/90 mmHg

b. Nadi : 89 x/m

c. Frekuensi Nafas : 28 x/m

d. Temperatur : 38˚c

2.1 Status generalis

a) Kepala : normocephal (tidak terjadi malnutrisi), tidak mudah

dicabut, rambut hitam,

b) Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-)

c) Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat

isokor

d) Hidung : normotia, deviasi septum (-), sekret -/-, rhinore -/-

e) Telinga : normotia, otore -/-, serumen -/-

Page 31: Askep Meningitis Revisi

f) Mulut : caries (+), lidah kotor (+), tonsil T1-T1, faring tidak

hiperemis

g) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

h) Thorak:

1. Paru

Inspeksi : bentuk dada normochest. Pergerakan dinding dada

simetris

Palpasi : vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris

Perkusi : sonor

Auskultasi: vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing -/-

2. Jantung

Bunyi jantung I & II regular, Gallop (-), mur-mur (-)

3. Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : turgor kulit baik, hepar tidak teraba

Perkusi : suara timpani pada ke-4 kuadran

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : akar hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik

2.2 Status Neurologis

Keadaaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : somnolen

Rangsang meniengal

a. Kaku Kuduk : (+)

b. Tanda Kerniq : (+)

c. Tanda Laseque : (-)

d. Tanda brudzinski I : (-)

e. Tanda brudzinski II : (-)

Peningkatan tekanan intrakranial

a. Muntah : (+)

b. Sakit kepala : (+)

c. Kejang : (+)

Page 32: Askep Meningitis Revisi

N.Cranialis

N.I Sulit dinilai

N.II Reflek cahaya +/+, pupil isokor

N.III.IV.VI Sulit dinilai

N.V Sulit dinilai

N.VII Sulit dinilai

N.VIII Sulit dinilai

N.IX.X Gangguan reflek

N.XI Sulit dinilai

N.XII Sulit dinilai

Refleks Fisiologis Ka Ki Refleks Patologis Ka

Ki

Biseps/Triseps +/+ +/+ Hofman/Tromner -/-

-/-

KPR/APR +/+ +/+ Babinski -/-

-/-

Kekuatan Motorik : Sulit dinilai

3. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah rutin ( H2TL) - lumbal pungsi

2. LED - tes mantoux

3. Fungsi hati

4. Fungsi ginjal

5. Elektrolit

6. Profil lipid

7. Asam urat

8. Foto thoraks

9. CT- Scan kepala

Terapi nonformakologi :Diit tinggi KH, Protein, rendah lemak

Page 33: Askep Meningitis Revisi

Terapi farmakologi :O2 2-3L/m

4. Data Penunjang

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Hemoglobin 13 g/dL 11,7-15,5

Leukosit 16,9 /µL 3,6-11,0

Hematokrit 43 % 35-47

Trombosit 300 ribu/µL 130-440

Eritrosit 6.30 106/µL 4.76-6.95

LED 28 mm/jam <10

Kolesterol LDL 120 mg/dl <130

Kolesterol HDL 40 mg/dl 30-70

Kolesterol total 185 mg/dl < 200

SGOT 28 U/L 10-31

SGPT 30 U/L 9-36

Ureum darah 18.2 mg/dL 10-50

Kreatinin darah 0.82 mg/dL <1,4

Natrium 120 mEq/L 135-147

Kalium 3.84 mEq/L 3,5-5,0

Klorida 80 mEq/L 94-111

pH 7.60 7,35-7,45

pCO2 50 mmHg 35-45

pO2 52.2 mmHg 80-100

HCO3 48.8 Mmol/l 22-26

Saturasi O2 94 % 98-100

5. Diagnosa dan intervensi

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d gangguan transport oksigen

melalui membran kapiler menuju otak oleh eksudasi pus akibat reaksi

inflamasi yang ditandai dengan :

Data objektif :

Page 34: Askep Meningitis Revisi

1) Kelemahan

2) Penurunan kesadaran

3) Kaku daerah leher

4) Leukosit meningkat

5) LED meningkat

6) pO2 menurun

7) HCO3 meningkat

8) SaO2 menurun

NOC :

Setelah dilakukan perawatan perfusi jaringan serebral klien adekuat. Kriteria

hasil :

1) Tidak mengalami sakit kepala

2) Terbebas dari aktivitas kejang

3) Menunjukkan fungsi sensori motorir kranial yang utuh

4) Mempunyai sistem syaraf pusat dan perifer yang utuh

NIC :

1) Pantau TTV : suhu N:36.5-37.5 , TD N:120/80, Nadi 60-100, RR N:12-16

r/ bertujuan mengetahui keadekuatan perfusi jaringan

2) Pantau PO2 dan SaO2

r/ penurunan PO2 dan SaO2 menunjukkan tanda adanya penurunan perfusi

jaringan

3) Pantau adanya sakit kepala

r/ melakukan pantauan terhadap adanya peningkatan TIK dan membantu

pasien memenejemen sakit kepala

4) Pantau tingkat kesadaran dan orientasi

5) Pantau adanya peningkatan tekanan intracranial

r/ peningkatan tekanan intracranial dapat memperburuk perfusi jaringan

serebral

Page 35: Askep Meningitis Revisi

2. Resiko kekurangan volume cairan b/d asupan cairan tidak adekuat akibat

diare dan kelemahan yang ditandai dengan :

Data objektif

1) Suhu tubuh meningkat

2) Kelemahan

3) Natrium 120 mEq/L

4) Klorida 80 mEq/L

NOC :

Setelah dilakukan perawatan kekuranngan volume cairan teratasi dengan

kriteria hasil:

1) Keseimbangan elektrolit Natrium (135-147mEq/L) dan Klorida (94-

111mEq/L)

2) Asupan makanan dan cairan yang adekuat

NIC :

Observasi terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (diare) r/ untuk

mencegah keadaan yang lebih buruk terhadap terjainya kekurangan cairan

1) Identifikasi faktor pengaruh terhadap bertambah buruknya dehidrasi

(demam)

r/ untuk mencegah keadaan yang lebih buruk terhadap terjainya

kekurangan cairan

2) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan

r/ untuk mengetahui jenis elektrolit yang hilang sehingga dapat

menentukan tindakan pemberian cairan

3) Pantau status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, keadekuatan nadi,

tekanan darah ortotastik)

r/ bertujuan untuk mengetahui status hidrasi dan tanda-tanda keadekuatan

cairan

4) Beri terapi intravena

Page 36: Askep Meningitis Revisi

r/ untuk mempertahankan keadekuatan cairan dalam tubuh