ASKEP Meningitis

59
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak. Daerah "sabukmeningitis" di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis di mana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Oleh karena itu dalam Makalah ini kami akan membahas secara detail tentang Meningitis. Tujuannya agar pembaca Mengerti dan Waspada terhadap penyakit meningitis. B. Rumusan Masalah Bagaimana konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis.? C. Tujuan 1

Transcript of ASKEP Meningitis

Page 1: ASKEP Meningitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat

disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.

Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang,

sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.

Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri,

jamur atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak. Daerah

"sabukmeningitis" di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah

ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis di mana

250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Oleh karena itu dalam

Makalah ini kami akan membahas secara detail tentang Meningitis. Tujuannya agar

pembaca Mengerti dan Waspada terhadap penyakit meningitis.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan meningitis.?

C. Tujuan

Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan

pada pasien dengan meningitis.

D. Manfaat

Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar teori dan

konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis.

1

Page 2: ASKEP Meningitis

E. Metode Penulisan

Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat

sekunder. Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari buku-

buku literattur penunjang masalah yang dibahas.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

E. Metode Penulisan

F. Sistematika Penulisan

Bab II Pembahasan

A. Konsep Dasar Penyakit

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Bab III Penutup

A. Simpulan

B. Saran

2

Page 3: ASKEP Meningitis

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi/Pengertian

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang melapisi otak dan

medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Smeltzer,

2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meningens, biasanya ditimbulkan oleh

salah satu dari mikroorganisme Pneumokokus, Meningokokus, Stafilokokus,

Streptokokus, Hemophilus influenza, dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal, dan

spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi &

Rita, 2001).

Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamater

di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus

meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).

Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan

piamater dan ruang subarachnoid maupun arachnoid, dan termasuk cairan

serebrospinal (CCS) (Hickey, 1997).

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau

selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme

seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan

berpindah kedalam cairan otak (Black & Hawk, 2005).

3

Page 4: ASKEP Meningitis

2. Epidemiologi

Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi SSP yang akut dan memiliki

angka kematian dan kecacatan yang tinggi. Diagnosis meningitis sering mengalami

kelambatan karena gejala dan tanda klinis meningitis tidak spesifik terutama pada bayi.

Dalam penelitian retrospektif observasional pada penderita meningitis bakteri sejak

bulan Januari 1989 hingga Desember 2000 di bangsal anak RS Dr. Sutomo, diperoleh

840 kasus meningitis terdiri 479 laki-laki dan 361 perempuan. Usia terbanyak pada 1-4

tahun.

Lebih dari setengah kasus meningococcus terjadi pada umur antara 1 dan 10

tahun. Penyakit ini relatif jarang didapatkan pada bayi usia ≤ 3 bulan. Kurang dari 10%

terjadi pada pasien usia lebih dari 45 tahun. Di AS dan Finland, hampir 55% kasus pada

usia dibawah 3 tahun selama keadaan nonepidemik, sedangkan di Zaria, Negeria

insiden tertinggi terjadi pada pasien usia 5 sampai 9 tahun.

3. Etiologi

a. Bakteri:

Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokokus), Neisseria

meningitis (meningokokus), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,

Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas

aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii, dan Ricketsia.

b. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan

wanita.

c. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir

kehamilan.

d. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.

e. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan

sistem persarafan.

4

Page 5: ASKEP Meningitis

4. Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada

cairan otak, yaitu:

a. Meningitis serosa

Adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan

otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.

Penyebab lainnya adalah lues, Virus, Toxoplasma gondhii, dan Ricketsia.

b. Meningitis purulenta

Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan

medula spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumonia

(pneumokokus), Neisseria meningitis (meningokokus), Streptococus

haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia

coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

Meningitis berdasarkan mikroorganisme penyebab :

a. Meningitis bakterial

Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh

meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arachnoid dan

subarachnoid. Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi

dengan angka kematian sekitar 25% (Ignatavicius & Wrokman, 2006).

Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan

yang tepat akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut

juga sebagai meningitis purulen atau meningitis septik. Bakteri yang dapat

mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus pneuemonia

(pneumococcus), Neisseria meningitides, Haemophilus influenza,

(meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis

(Ginsberg, 2008).

5

Page 6: ASKEP Meningitis

b. Meningitis Virus

Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat

lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps,

herpes simplek, dan herpes zoster (Wilkinson, 1999). Virus penyebab meningitis

dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA (ribonuclear acid) dan virus

DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus RNA adalah enterovirus (polio),

arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus (influenza, parotitis, morbili).

Sedangkan contoh virus DNA antaa lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS)

(PERDOSSI, 2005).

Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti

semula (penyembuhan secara komplit) (Ignatavicius & Wrokman, 2006). Pada

kasus infeksi virus akut, gambaran klinik seperti meningitis akut, meningo-

ensepalitis akut atau ensepalitis akut. Derajat ringan akut meningo-ensepalitis

mungkin terjadi pada banyak infeksi virus akut, biasanya terjadi pada anak-anak,

sedangkan pada pasien dewasa tidak teridentifikasi.

c. Meningitis Jamur

Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit

oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga

penanganannya juga sulit. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan

saraf pusat dapat berupa meningitis (paling sering) dan proses desak ruang

(abses atau kista).

Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30%-40% dan

insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan

penurunan daya tahan tubuh (Martz, 1990 dalam Depkes RI, 1998). Meningitis

kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur, disebabkan oleh infeksi

jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien acquired

immunodeficiency syndrome (AIDS) (Ignatavicius & Wrokman, 2006; Wilkinson,

1999). Jamur cenderung menimbulkan meningitis kronis atau abses otak.

6

Page 7: ASKEP Meningitis

5. Patofisiologi

Otak dilapisi oleh tiga lapisan,yaitu:durameter, arachnoid,dan piameter.cairan

otak dihasilkan didalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub

arachnoid dalam system ventrikuler seluruh otak dan sumsum tulang belakang,

direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari jari didalam lapisan

subarchnoid.

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan

septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor

predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia

sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan

pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian

tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;

semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di

dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan

penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme

akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar

sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran

ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis

intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan

otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi

meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi,

dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-

Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh

darah yang disebabkan oleh meningokokus.

7

Page 8: ASKEP Meningitis

Kejang

tonus otot menurun

Hambatan Mobilitas Fisik

Tekanan pada pusat reflex

muntah di medulla meningkat reflex

muntah di medulla meningkat

ual, muntah Sakit kepala

Gangguan perfusi jaringan

serebral

O2 ke otak tdk adekuat Mual,

muntah

Gangguan rasa nyaman : mual

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Penurunan aliran darah ke serebral Menekan saraf-

saraf di cranial

menyebar keseluruh S. cranial dan spinal

menghambat absorbsi CSS

kerusakan neurologis

yang mensarafi otot

edema serebral

tek. intakranial meningkat

risiko cedera

Ketidakseimbangan

potensial membran

Hipertermi

Terjadi katup ledak/PA yang

berlebihan

mikrooganisme(bakteri, virus, jamur, Protozoa)

Masuk melalui darah (hematogen), trauma, pasca bedah atau ruptur serebri

Masuk ke Sistem Saraf Pusat

inflamasi pada piamater, arachroid, CSS

eksudat

Meningitis

6. Pathway

8

Page 9: ASKEP Meningitis

7. Manifestasi Klinis

Walaupun banyak jenis organisme penyebab meningitis, secara umum tanda dan

gejalanya hampir sama semua, antara lain:

a. Secara umum gejala meningitis adalah sakit kepala, demam, mual, muntah,

photopobia, adanya tanda rangsang meningeal/iritasi meningen seperti; kaku

kuduk positif, tanda Kernig positif, dan tanda Brudzinski positif, perubahan tingkat

kesadaraan, kejang, peningkatan tekanan intrakranial, disfungsi saraf kranial,

dan penurunan status mental (Ignatavicius & Wrokman, 2006; Hickey, 1997).

b. Salah satu komplikasi lanjut dari meningitis adalah koma, hal ini merupakan

prognosis yang buruk, dan dapat terjadi pada 5%-10% pasien meningitis

bakterial.

c. Tanda dan gejala lain yang tidak khas pada pasien meningitis adalah; terjadi

hipersensitivitas kulit, hiperanalgesia, dan hipotonus otot, walaupun fungsi

motorik masih dapat dipertahankan. Efek toksin pada otak atau trombus pada

suplai vaskular ke area serebral menyebabkan ketidakmampuan permanen

fungsi serebral, jika terjadi perubahan patologi, maka dapat terjadi hemiparesis,

demensia, dan paralisis (Hickey, 1997). Obstruksi jalan napas atau disritmia

jantung dapat terjadi.

d. Gejala meningitis yang diakibatkan dari infeksi dan peningkatan tekanan

intracranial (TIK):

1) Sakit kepala dan demam

Sakit kepala dan demam adalah gejala awal meningitis. Sakit kepala

dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi

meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan

penyakit.

2) Perubahan pada tingkat kesadaran

Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri.

Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya

penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,

9

Page 10: ASKEP Meningitis

demikian pula respons individu terhadap proses fisiologi. Sesuai

perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.

3) Iritasi meningen

Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali, yang

umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.

a) Rigiditas nukal (kaku leher)

Rigiditas nukal merupakan tanda awal dan rigiditas nukal adalah upaya

untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot

leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.

b) Tanda Kernig positif

Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah

abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.

c) Tanda Brudzinski

Bila leher pasien difleksikan maka hasilnya adalah fleksi lutut dan pinggul;

bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah di salah satu sisi, maka

gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.

d) Fotofobia

Pada beberapa pasien, tanpa alasan yang diketahui pasien meningitis

mengalami fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.

4) Kejang dan peningkatan TIK

Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda

peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral.

5) Adanya ruam

Ruam merupakan salah satu cirri yang mencolok pada meningitis

meningokokal (Neisseria meningitis). Sekitar setengah dari semua pasien

meningitis, terdapat ruam petekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada

daerah yang luas.

6) Infeksi fulminating

Terjadi pada sekitar 10 % penderita meningitis meningokokus, dengan tanda-

tanda septicemia : demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang

10

Page 11: ASKEP Meningitis

menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda kuagulopati

intravascular diseminata (KID).

Manifestasi klinis pada anak:

a. Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, kejang-

kejang.

b. Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat berkembang photopobia, delirium,

halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk stupor dan koma

c. Gejala pada respiratory atau gastrointestinal

d. Adanya tahanan pada kepala jika difleksikan

e. Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)

f. Tanda kernig dan brudzinki (+)

g. Kulit dingin dan sianosis

h. Peteki/adannya purpura pada kulit infeksi meningococcus (meningo cocsemia)

i. Keluarnya cairan dari telinga meningitis peneumococal

j. Congenital dermal sinus infeksi E. Colli

k. Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2 tahun

l. Nafsu makan menurun dan menangis meraung-raung.

m. Fontanel menonjol

n. Nuchal Rigidity tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi namun lambat

Pada Neonatus:

a. Sukar untuk diketahui manifestasinya tidak jelas dan tidak spesifik ada

kemiripan dengan anak yang lebih tua, seperti:

1) Menolak untuk makan

2) Kemampuan menelan buruk

3) Muntah dan kadang-kadang ada diare

4) Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis melemah

5) Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-kejang

6) RR yang tidak teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB.

7) Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak

11

Page 12: ASKEP Meningitis

8) Leher fleksibel

9) Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnoe terjadi bila tidak

diobati/ditangani.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Analisis CSS dari fungsi lumbal.

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jenis sel dan protein

cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.

a) Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel

darah putih dan protein meningkat, glukosa meningkat, kultur positif

terhadap beberapa jenis bakteri.

b) Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah

putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya

negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.

2) Glukosa serum: meningkat

3) LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)

4) Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi

bakteri)

5) Elektrolit darah: dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan

elektrolit terutama hiponatremi.

6) Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.

Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan

pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai

normal.

7) ESR/LED: meningkat pada meningitis

8) Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine: dapat mengindikasikan daerah pusat

infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.

9) Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis.

12

Page 13: ASKEP Meningitis

b. Radiologi

1) MRI/CT scan: CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral

atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit

yang sudah sangat parah. CT scan dapat membantu dalam melokalisasi lesi,

melihat ukuran/letak ventrikel, hematom daerah serebral, hemoragik atau

tumor.

2) Rontgen dada/kepala/sinus: mengindikasikan adanya infeksi intrakranial.

3) Elektroensefalografi (EEG), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh

di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang.

9. Diagnosis

Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium. Tes ini

memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan sumsum tulang belakang

diambil dengan proses yang disebut pungsi lumbal (lumbar puncture atau spinal tap).

Sebuah jarum ditusukkan pada pertengahan tulang belakang, tepat di atas pinggul.

Jarum menyedot contoh cairan sumsum tulang belakang. Tekanan cairan sumsum

tulang belakang juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu tinggi, sebagian cairan tersebut

dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak terlalu menyakitkan. Namun setelah

pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit kepala, yang dapat berlangsung

beberapa hari (Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken, et al., 2006). Diagnosis meningitis lebih

spesifik berdasarkan penyebabnya sebagai berikut :

a. Diagnosis meningitis bakteri akut:

Pemeriksaan CSS menunjukkan tekanan meningkat dengan warna keruh sampai

purulen, dan peningkatan jumlah lekosit (500 - 35000/cmm) yang terutama terdiri sel

PMN (stadium awal). Kadar protein meningkat dan kadar glukosa menurun.

Hendaknya dilakukan pengecatan CSS (Gram) disamping pembiakkan kuman.

Pemeriksaan lain seperti X-foto tengkorak, sinus paranasalis mastoid, toraks, dan

EEG.

13

Page 14: ASKEP Meningitis

b. Diagnosis meningitis tuberkulosis:

1) Adanya gejala rangsangan selaput otak seperti kaku tengkuk, tanda Kernig, dan

Brudzinski.

2) Pemeriksaan CSS menunjukkan :

a) Peningkatan sel darah putih terutama limfosit

b) Peningkatan kadar protein

c) Penurunan kadar glukosa

3) Ditambah 2 atau 3 dari kriteria dibawah ini :

a) Ditemukannya kuman tuberkulosis pada pengecatan dan pembiakan CSS

b) Kelainan foto toraks yang sesuai dengan tuberculosis

c) Pada anamnesis kontak dengan penderita tuberkulosis aktif

10.Pengobatan

Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif

suportif untuk membantu pasien melaluimasa kritis :

a. Penderita dirawat di rumah sakit.

b. Pemberian cairan intravena.

c. Bila gelisah berikan sedatif/penenang.

d. Jika panas berikan kompres hangat, kolaborasi antipiretik.

e. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan:

1) Kombinasi amphisilin 12-18 gram, klorampenikol 4 gram, intravena 4x sehari.

2) Dapat dicampurkan trimetropan 80 mg, sulfa 400 mg.

3) Dapat pula ditambahkan ceftriaxon 4-6 gram intra vena.

f. Pada waktu kejang:

1) Melonggarkan pakaian.

2) Menghisap lendir.

3) Puasa untuk menghindari aspirasi dan muntah.

4) Menghindarkan pasien jatuh.

g. Jika penderita tidak sadar lama:

14

Page 15: ASKEP Meningitis

1) Diit TKTP melalui sonde.

2) Mencegah dekubitus dan pneumonia ostostatikdengna merubah posisi setiap

dua jam.

3) Mencegah kekeringan kornea dengan borwater atau salep antibiotic.

h. Jika terjadi inkontinensia, pasang kateter.

i. Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital.

j. Kolaborasi fisioterapi dan terapi bicara.

k. Konsultasi THT (jika ada kelainan telinga, seperti tuli).

l. Konsultasi mata (kalau ada kelainan mata, seperti buta).

m. Konsultasi bedah (jika ada hidrosefalus).

Terapi Farmakologis

a. Obat anti inflamasi :

1) Meningitis tuberkulosa :

a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama

1 ½ tahun.

b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.

c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali

sehari, selama 3 bulan.

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :

a) Sefalosporin generasi ke 3

b) Ampisilin 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.

c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :

a) Ampisilin 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.

b) Sefalosforin generasi ke 3.

b. Pengobatan simtomatis :

1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis

kemudian klien dilanjutkan dengan.

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari. 15

Page 16: ASKEP Meningitis

Penurun panas :

1) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

2) Kompres air PAM atau es.

c. Pengobatan suportif :

1) Cairan intravena.

2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.

11.Komplikasi

a. Hidrosefalus obstruktif

b. Meningococcus Septicemia ( mengingocemia )

c. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)

d. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )

e. Efusi subdural

f. Kejang

g. Edema dan herniasi serebral

h. Cerebral palsy

i. Gangguan mental

j. Gangguan belajar

k. Attention deficit disorder

l. Ketidaksesuaian sekresi ADH

m. Pengumpulan cairan subdural

n. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan

o. Retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi nervus II ( optikus )

p. Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di mulut,

konjungtivitis.

q. Epilepsi

r. Pneumonia karena aspirasi

s. Emfisema subdural

t. Keterlambatan bicara

16

Page 17: ASKEP Meningitis

u. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV (toklearis ),

nervus VI (abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur gerakan bola mata.

17

Page 18: ASKEP Meningitis

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Anamnesis

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa

anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi,

kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.

b. Riwayat penyakit saat ini

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis

kuman penyebab. Disni harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul

seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian

klien meningitis, biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat

dari infeksi dan peningkatan TIK.

Keluhan gejala awal tersebut biasanya sakit kepala dan demam. Sakit

kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat

iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan

penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian

lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering

menimbulkan kejang, dan tindakan apa yang diberikan dalam upaya menurunkan

keluhan kejang tersebut.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan

dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya

merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada

beratnya penyakit, demikian pula respons individu terhadap proses fisiologis.

Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit,

dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma. Pengkajian lainnya yang perlu

ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah

18

Page 19: ASKEP Meningitis

menjalani tindakan invasif yang mungkin masuknya kuman ke meningen

terutama melalui pembuluh darah.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pengakajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan

adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi

pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,

mastoiditis, anemia sel sabit, dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf,

riwayat trauma kepala, dan adanya pengaruh imunologis pada masa

sebelmunya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada klien terutama apabila

adan keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat

antituberkulosis yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis

tuberkulosa. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, sperti

pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya

(untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah

komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung

pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan perupakan data dasar untuk

mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.

d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual

Pengkajia psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status

emosi, kognitif dan perilaku klien. Sebagian besar pengkajian ini dapat

diselesaikan melalui interaksi menyeluruh dengan klien dalam pelaksanaan

pengkajian lain dengan memberi pertanyaan dan tetap melakukan pengawasan

sepanjang waktu untuk menentukan kelayakan ekspresi emosi dan pikiran.

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai

respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran

klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam

kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada

dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan atau kecacatan,

19

Page 20: ASKEP Meningitis

rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,

dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian

mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama

masa stres meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan

saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stres.

Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini

memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan

pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukan

pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis

yang akan terjadi pada gaya hidup indivudu. Perspektif keperawatan dalam

mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh

defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana

pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis didalam

sistem dukungan individu.

Pada pengkajian klien anak, perlu diperhatikan dampak hospitalisasi pada

anak dan family center. Anak dengan meningitis sangat rentan terhadap tindakan

invasif yang sering dilakukan untuk mengurangi keluhan, hal ini stres anak dan

menyebabkan anak stres dan kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan

dan medis. Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat

mengobservasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi dengan orang tua.

Anak-anak sering kali tidak mampu untuk mengekspresikan perasaan mereka

dan cenderung untuk memperlihtakan masalah mereka melalui tingkah laku.

e. Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan

klien, pemeriksaan fisik sngat berguna untuk mendukung data dari pengkajian

anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-B6)

dengan fokus pada pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan

dengan keluhan-keluhan dari klien.

20

Page 21: ASKEP Meningitis

Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital. Pada klien

meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal, yaitu

38-40oC, dimulai dari fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat.

Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen

yang sudah menggangu pusat pengaturan suhu tubuh. Penurunan denyut nadi

terjadi berhubungan dengan tanda-randa penigkatan TIK. Apabila disertai

peningkatan frekuensi pernapasan sering berhubungan dengan peningkatan laju

metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum

mengalami meningitis. Tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena

tanda-tanda peningkatan TIK.

1) B1 (breathing)

Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan

otot bantu nafas, dan peninngkatan frekuensi pernafasan yang sering

didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya gangguan pada sistem

pernafasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat deformitas

pada tulang dada pada klien dengan efusi pleura masif (jarang terjadi pada

klien meningitis). Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada klien

dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.

2) B2 (blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien

meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan

(syok). Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis

meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia:demam tinggi, yang tiba-tiba

mucul, lesi, purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas) syok dan

tand-tanda koagulasi intravaskuler diseminata. Kematian mungkin terjadi

dalam beberapa jam stelah serangan infeksi.

21

Page 22: ASKEP Meningitis

3) B3 (brain)

Pengkajian brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.

f. Tingkat kesadaran

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningtis biasanya berkisar

pada tingkat tinggi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami

koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien

dan bahan evaluasi memantau pemberian asuhan keperawatan.

g. Fungsi serebi

Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, lain gaya

bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik yang pada klien

meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.

h. Pemeriksaan saraf kranial

1) Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan dan fungsi

penciuman tidak ada kelainan.

2) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan

papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai

abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan

TIK berlangsung lama.

3) Saraf III,IV,VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pu[il pada klien meningitis yang

tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap

lanjut meningitis yang mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari

fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang berlebihan

terhadap cahaya.

4) Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot

wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.

6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi

22

Page 23: ASKEP Meningitis

7) Saraf IX dan X. Kemampuan menalan baik.

8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius. Adanya

usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (ringiditan

nukal).

9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada

fasikulasi Indra pengecap normal.

Sistem Motorik

Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada meningitis

tahap lanjut mengalami perubahan.

i. Pemeriksaan refleks

Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum atau

periasteum derajat refleks pada respon normal. Refleks patologis akan

didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya

refleks Babisnkis (+) merupakan tanda adanya lesi UMN

j. Gerakan Involunter

Tidak menemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada

keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak

dengan meningitis disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan

peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi sekunder

akibat area fokal kortikal yang peka.

k. Sistem sensorik

Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensasi raba, nyeri,

dan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh. Sensai

propriopseptif dan deskriminatif normal

l. Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang berhubungan dengan peningkatan TIK.

Tanda-tanda peningktakan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema

serebri terdiri atas perubahan karakteristik tanda-tanda vital ( melebarnya tekan 23

Page 24: ASKEP Meningitis

pulsa dan bradikardia ), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan

penurunan tingkat kesadaran.

Adanya ruam merupakan salah satu cirri yang menyolok pada meningitis

meningokokal (Neisseria meningitis ). Sekitar setengah dari semua klien dengan

tipe meningitis mengalami lesi-lesi pada kulit di antaranya ruam petekia dengan

lesi purpura sampai ekimiosis pada daerah yang luas.

Iritasi meninge mengakibat sejumlah tanda yang mudah dikenali yang

umumnya terlihat pada semua tipe meningitis. Tanda tersebut adalah rigiditas

nukal, tanda kernig (+) dan adanya tanda Brudzinski, Kaku kuduk adalah tanda

awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya

spasme otot-otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.

Pemeriksaa untuk melihat adanya tanda kaku kuduk ( ringditas nukal). Bila

leher ditekuk secara pasif akan terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat

menempel pada dada. Pemeriksaan untuk melihat adanya tanda kering. Cara

pemeriksaan dengan fleksi tungkai atas tegak lurus kemudian dicoba untuk

diluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Hasil normal didapatkan apabila

tungkai bawah membentuk sudut 135o terhadap tungkai atas. Hasil kering (+)

bila didapatkan ekstensi lutut pasif terdapat hambatan karena ada nyeri.

Tanda Kerning positif : ketika klien dibaringkan dengan paha dalam

keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak akan dapat diekstensikan sempurna.

Tanda Brudzinski : Tanda ini didapatkan apabila leher klien difleksikan,

maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada

ektremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada

sisi ektremitas yang berlawanan.

24

Page 25: ASKEP Meningitis

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Analisis CSS dari fungsi lumbal.

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jenis sel dan protein

cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.

a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel

darah putih dan protein meningkat, glukosa meningkat, kultur positif

terhadap beberapa jenis bakteri.

b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah

putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya

negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.

2) Glukosa serum : meningkat

3) LDH serum : meningkat (meningitis bakteri)

4) Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi

bakteri)

5) Elektrolit darah: dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan

elektrolit terutama hiponatremi.

6) Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.

Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan

pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai

normal.

7) ESR/LED : meningkat pada meningitis.

8) Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine: dapat mengindikasikan daerah pusat

infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.

9) Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis.

c. Radiologi

1) MRI/CT scan: CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral

atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit

yang sudah sangat parah. CT scan dapat membantu dalam melokalisasi lesi,

25

Page 26: ASKEP Meningitis

melihat ukuran/letak ventrikel, hematom daerah serebral, hemoragik atau

tumor.

2) Rontgen dada/kepala/sinus: mengindikasikan adanya infeksi intrakranial.

3) Elektroensefalografi (EEG), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh

di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang

3. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK

ditandai dengan penurunan kesadaran, sakit kepala, kaku kuduk, kejang, TD

meningkat, gelisah.

b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh >

37,5°C, sakit kepala, kelemahan.

c. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral sekunder akibat

meningitis.

d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai

dngan sakit kepala, nyeri sendi, RR meningkat, TD meningkat, nadi meningkat,

wajah meringis kesakitan, skala nyeri >0.

e. Gangguan rasa nyaman (mual) berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai

dengan mual, muntah, nafsu makan menurun.

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan tahanan sekunder

akibat gangguan neuromuskular ditandai dengan tonus otot menurun, kekuatan

menangis melemah.

26

Page 27: ASKEP Meningitis

3. Rencana Keperawatan

NoDiagnosa

keperawatan

Tujuan dan

Kreteria HasilIntervensi Rasional

1. Gangguan perfusi

jaringan serebral

berhubungan

dengan

peningkatan TIK

ditandai dengan

penurunan

kesadaran sakit

kepala, kaku

kuduk, kejang,

TD meningkat,

gelisah.

Setelah diberikan

askep selama (…

x…) jam

diharapkan perfusi

jaringan serebral

adekuat, dengan out

come :

Tingkat kesadaran

membaik (GCS:

E4 M6 V5).

Klien tidak sakit

kepala.

Klien tidak kaku

kuduk.

Tidak terjadi

kejang.

TD dalam batas

normal (bayi

85/54 mmHg,

Mandiri

- Pertahankan tirah baring dengan

posisi kepala datar dan pantau

tanda vital sesuai indikasi setelah

dlakukan pungsi lumbal.

- Pantau/catat status neurologis,

seperti GCS.

- Pantau tanda vital, seperti tekanan

darah.

Mandiri

- Perubahan tekanan CSS mungkin

merupakan potensi adanya risiko

herniasi batang otak yang memerlukan

tindakan medis segera.

- Pengkajian kecenderungan adanya

perubahan tingkat kesadaran dan

potensial peningkatan TIK adalah

sangat berguna dalam menentukan

lokasi, penyebaran/luasnya dan

perkembangan dari kerusakan serebral.

- Normalnya autoregulasi mampu

mempertahankan aliran darah serebral

dengan konstan sebagai dampak

adanya fluktuasi pada tekanan darah

sistemik.

27

Page 28: ASKEP Meningitis

toddler 95/65

mmHg, sekolah

105-165 mmHg,

remaja 110/65

mmHg).

Klien tidak

gelisah.

- Pantau frekuensi/irama jantung.

- Pantau pernapasan, catat pola dan

irama pernapasan.

- Pantau suhu dan juga atur suhu

lingkungan sesuai kebutuhan.

- Berikan waktu istiahat antara

aktivitas perawatan dan batasi

lamanya tindakan tersebut.

Kolaborasi :

- Tinggikan kepala tempat tidur

sekitar 15-45 derajat sesuai

indikasi. Jaga kepala pasien tetap

- Perubahan pada frekuensi dan

disritmia dapat terjadi, yang

mencerminkan trauma batang otak

pada tidak adanya penyakit jantung

yang mendasari.

- Tipe dari pola pernapasan merupakan

tanda yang berat dari adanya

peningkatan TIK/daerah serebral yang

terkena.

- Peningkatan kebutuhan metabolisme

dan konsumsi oksigen (terutama

dengan menggigil), dapat

meningkatkan TIK.

- Mencegah kelelahan berlebihan.

Aktivitas yang dilakukan secara terus

menerus dapat meningkatkan TIK.

Kolaborasi

- Peningkatan aliran vena dari kepala

akan menurunkan TIK.

28

Page 29: ASKEP Meningitis

berada pada posisi netral.

- Berikan cairan IV dengan alat

control khusus.

- Pantau GDA. Berikan terapi

oksigen sesuai kebutuhan.

- Berikan obat sesuai indikasi seperti:

Steroid; deksametason,

metilprednison (medrol).

Klorpomasin (thorazine).

Asetaminofen (Tylenol)

- Meminimalkan fluktuasi dalam aliran

vaskuler dan TIK.

- Terjadinya asidosis dapat menghambat

masuknya oksigen pada tingkat sel

yang memperburuk iskemia serebral.

Dapat menurunkan permeabilitas

kapiler untuk membatasi pembentukan

edema serebral, dapat juga

menurunkan risiko terjadinya

“fenomena rebound” ketika

menggunakan manitol.

Obat pilihan dalam mengatasi kelainan

postur tubuh atau menggigil yang

dapat meningkatkan TIK.

Menurunkan metabolism selular/

menurunkan konsumsi oksigen dan

risiko kejang.

29

Page 30: ASKEP Meningitis

2 Hipertermi

berhubungan

dengan proses

inflamasi ditandai

dengan suhu

tubuh > 37,5°C,

sakit kepala,

kelemahan.

Setelah diberikan

askep selama (...x…)

jam diharapkan suhu

tubuh kembali

normal dengan out

come :

Suhu tubuh 36-

37,5°C

Klien tidak sakit

kepala

Klien merasa lebih

bertenaga

Mandiri

- Monitor temperatur anak setiap 1

sampai 2 jam bila terjadi

peningkatan secara tiba-tiba.

- Berikan kompres hangat.

- Pantau asupan dan haluaran cairan.

- Anjurkan orang tua untuk

memberikan anak banyak minum.

Kolaborasi

- Berikan obat penurun panas sesuai

indikasi.

- Berikan antibiotik, jika disarankan.

Mandiri

- Peningkatan temperatur secara tiba-

tiba akan mengakibatkan kejang-

kejang.

- Kompres air efektif menyebabkan

tubuh menjadi dingin melalui

peristiwa konduksi.

- Haluaran cairan yang berlebihan

akibat penguapan dapat menyebabkan

dehidrasi.

- Peningkatan suhu tubuh

mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi

dengan asupan cairan.

Kolaborasi

- Membantu menurunkan suhu tubuh.

- Antibiotik sesuai dengan petunjuk

guna mengobati organisme penyebab.

3 Risiko cedera

berhubungan

dengan perubahan

Setelah diberikan

askep selama (...x…)

jam diharapkan tidak

Mandiri

- Gunakan tempat tidur yang rendah,

dengan pagar tempat tidur

Mandiri

- Untuk menghindari cedera saat jatuh

dari tempat tidur.

30

Page 31: ASKEP Meningitis

fungsi serebral

sekunder akibat

meningitis.

terjadi cedera. terpasang.

- Longgarkan pakaian bila ketat.

- Gunakan matras pada lantai.

- Diskusikan dengan orang tua

perlunya pemantauan konstan

terhadap anak kecil.

Kolaborasi

- Berikan terapi antikonvulsan.

- Untuk menghindari sesak saat kejang.

- Penggunaan matras pada lantai dapat

meminimalisasi cedera bila terjatuh,

misalnya dari tempat tidur.

- Pemantauan yang konstan dibutuhkan

untuk menghindari anak dari

kecelakaan yang dapat menyebabkan

anak cedera.

Kolaborasi

- Untuk mengatasi kejang.

4 Gangguan rasa

nyaman (nyeri)

berhubungan

dengan

peningkatan TIK

ditandai dengan

sakit kepala, nyeri

sendi RR

meningkat, TD

meningkat, nadi

meningkat, wajah

Setelah diberikan

askep selama 3x24

jam diharapkan

nyeri teratasi dengan

out come :

Klien tidak sakit

kepala

Nadi, RR, dan TD

dalam batas

normal

(Nadi: bayi 120-

Mandiri

- Pantau TTV terutama Nadi, RR,

dan TD.

- Beri posisi yang nyaman.

- Tingkatkan tirah baring, bantu

kebutuhan perawatan diri yang

penting.

- Berikan latihan rentang gerak

secara tepat dan masase otot.

Mandiri

- Peningkatan TTV mengindikasikan

nyeri.

- Posisi yang nyaman membantu

mengurangi nyeri.

- Menurunkan gerakan yang dapat

meningkatkan nyeri.

- Dapat membantu merelaksasikan

ketegangan otot yang meningkatkan

reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman

31

Page 32: ASKEP Meningitis

meringis

kesakitan, skala

nyeri >0

160x/mnt, toddler

90-140x/mnt,

prasekolah 80-110

x/mnt, sekolah 75-

100x/mnt, remaja

60-90x/mnt; RR:

bayi 35-40 x/mnt,

toddler

25-32x/mnt, anak-

anak 20-30 x/mnt,

remaja 16-19

x/mnt; TD: bayi

85/54 mmHg,

toddler 95/65

mmHg, sekolah

105-165 mmHg,

remaja 110/65

mmHg).

Wajah tidak

meringis

kesakitan

Skala nyeri 0

- Ajarkan teknik manajemen nyeri

(distraksi).

Kolaborasi

- Berikan analgetik sesuai indikasi.

tersebut.

- Membantu mengurangi nyeri.

Kolaborasi

- Membantu mengurangi nyeri.

32

Page 33: ASKEP Meningitis

5 Gangguan rasa

nyaman (mual)

berhubungan

dengan

peningkatan TIK

ditandai dengan

mual, muntah,

nafsu makan

menurun.

Setelah diberikan

askep selama (...x…)

jam diharapkan mual

teratasi, dengan

outcome:

Tidak ada mual

Tidak ada

muntah

Nafsu makan

meningkat

Mandiri

- Tawarkan makanan porsi kecil tapi

sering.

- Sajikan makanan dalam keadaan

hangat.

- Beri dorongan untuk makan dengan

orang lain (keluarga, saudara, atau

orang tua).

- Gunakan alat makan yang menarik

(misal: piring bergambar, berwarna-

warni).

- Pertahankan kebersihan mulut yang

baik.

- Singkirkan pemandangan dan bau

yang tidak sedap dari area makan.

- Intruksikan orang tua untuk

menghindari :

1. Cairan panas atau dingin.

Mandiri

- Untuk mengurangi rasa penuh pada

perut setelah makan, sehingga

mengurangi mual.

- Untuk menghindari mual.

- Makan dengan ditemani orang lain

(keluarga, saudara, orang tua) apat

membantu meningkatkan keinginan

untuk makan.

- Penggunaan alat makan yang menarik

dapat meningkatkan ketertarikan anak

untuk makan.

- Kebersihan mulut yang baik dapat

meminimalisasi rasa tidak enak saat

makan.

- Suasana makan yang nyaman dan

bersih dapat mengurangi rasa mual

klien ketika makan.

- Cairan panas atau dingin, makanan

33

Page 34: ASKEP Meningitis

2. Makanan yang mengandung

lemak dan serat.

3. Makanan berbumbu.

4. Kafein

- Dorong klien untuk istirahat pada

posisi semi fowler setelah makan

dan mengganti posisi dengan

perlahan.

- Ajarkan teknik untuk mengurangi

mual :

1. Batasi minum beserta makan.

2. Hindari bau makanan dan

stimuli yang tidak

mengenakan.

3. Kendurkan pakaian sebelum

makan.

4. Duduk di udara segar.

- Hindari berbaring terlentang

sedikitnya 2 jam seteleh makan.

yang mengandung lemak atau

serat,makanan berbumbu, dan kafein

dapat meningkatkan kerja lambung

sehingga akan timbul rasa mual

dengan intensitas yang lebih besar.

- Posisi semifowler membantu

makanan masuk ke lambung dengan

baik dan membantu klien dalam

bersendawa.

- Teknik mengurangi rasa mual akan

sangat membantu klien dalam

memanajemen rasa mualnya.

- Untuk mengurangi rasa penuh pada

perut setelah makan, sehingga

mengurangi mual

34

Page 35: ASKEP Meningitis

6 Hambatan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan kekuatan

dan tahanan

sekunder akibat

gangguan

neuromuskular

ditandai dengan

tonus otot

menurun,

kekuatan

menangis

melemah.

Setelah diberikan

askep selama 3x24

jam diharapkan klien

dapat melakukan

mobilitas secara

mandiri dengan out

come :

Tonus otot

meningkat

555 555

555 555

Kekuatan

menangis

meningkat

Mandiri

- Hindari berbaring atau duduk dalam

posisi yang sama dalam waktu

lama.

- Ajarkan latihan rentang gerak aktif

pada anggota gerak yang sehat

sedikitnya 4x sehari.

- Anjurkan untuk ambulasi, dengan

atau tanpa alat bantu.

- Lakukan mandi air hangat.

Mandiri

- Berbaring atau duduk dalam posisi

yang sama dalam waktu lama dapat

meningkatkan kekakuan otot dan

menimbulkan risiko dekubitus.

- Untuk merelaksasikan otot agar

imobilitas fisik perlahan-lahan dapat

teratasi

- Untuk melatih otot agar terbiasa untuk

mobilisasi

- Mandi air hangat dapat mengurangi

kekakuan tubuh pada pagi hari dan

memperbaiki mobilitas

35

Page 36: ASKEP Meningitis

4. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi

No.

Dx Diagnosa Keperawatan Evaluasi

1. Gangguan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan peningkatan

TIK.

Tercapainya perfusi jaringan serebral adekuat :

Tingkat kesadaran membaik (GCS: E4 M6

V5).

Klien tidak sakit kepala.

Klien tidak kaku kuduk.

Tidak terjadi kejang.

TD dalam batas normal (bayi 85/54 mmHg,

toddler 95/65 mmHg, sekolah 105-165 mmHg,

remaja 110/65 mmHg).

Klien tidak gelisah.

2. Hipertermi berhubungan dengan

proses inflamasi.

Tercapainya suhu tubuh normal:

Suhu tubuh 36-37,5°C

Klien tidak sakit kepala

Klien merasa lebih bertenaga

3. Risiko cedera berhubungan dengan

perubahan fungsi serebral sekunder

akibat meningitis.

Tidak terjadi cedera.

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri)

berhubungan dengan peningkatan

TIK.

Nyeri teratasi:

Klien tidak sakit kepala

Nadi, RR, dan TD dalam batas normal

(Nadi: bayi 120-160x/mnt, toddler

90-140x/mnt, prasekolah 80-110 x/mnt,

sekolah 75-100x/mnt, remaja 60-90x/mnt; RR:

bayi 35-40 x/mnt, toddler 25-32x/mnt, anak-

36

Page 37: ASKEP Meningitis

anak 20-30 x/mnt, remaja 16-19 x/mnt; TD:

bayi 85/54 mmHg, toddler 95/65 mmHg,

sekolah 105-165 mmHg, remaja 110/65

mmHg)

Wajah tidak meringis kesakitan

Skala nyeri 0

5. Gangguan rasa nyaman (mual)

berhubungan dengan peningkatan

TIK.

Gangguan rasa nyaman mual teratasi:

Tidak ada mual

Tidak ada muntah

Nafsu makan meningkat

6. Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan kekuatan dan

tahanan sekunder akibat gangguan

neuromuskular.

Tercapainya mobilitas secara mandiri:

Tonus otot meningkat

555 555

555 555

Kekuatan menangis meningkat

37

Page 38: ASKEP Meningitis

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang melapisi otak dan

medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur

Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi SSP yang akut dan memiliki

angka kematian dan kecacatan yang tinggi. Diagnosis meningitis sering mengalami

kelambatan karena gejala dan tanda klinis meningitis tidak spesifik terutama pada bayi.

Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi:

1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama

meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza.

2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.

3. Organisme jamur.

38

Page 39: ASKEP Meningitis

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Erathenurse. 2007. Askep pada Meningitis.

http://erathenurse.blogspot.com/2007/12/askep-pada-meningitis.html, di akses tanggal

23 April 2012

Hidayat. 2009. Askep Meningitis. http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/24/askep-

meningitis, di akses tanggal 23 April 2012

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan. Bandung: yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem Persarafan.

Jakarta: Salemba Medika

Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC

39