ASKEP KELUARGA BBLR

33
ASKEP KELUARGA BBLR A. KONSEP DASAR KELUARGA  A. Pengertia n Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beb erap a oran g yang terku mpul tingga l disu atu tempatt diba wah suat u atap dal am keadaan saling ketergantungan. (Departemen Kesehatan RI. 19!. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua indi"idu yang tergabung karena hubungan darah# hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tan gga. $erinteraksi satu sama lain dan didalam peran nya masin g%masi ng ser ta mempertahankan kebudayaan. (&al"icion ' $ailon dan Aracelis aglaya. 199 !. Dari kedua de)enisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keluarga adalah * a. +nit ter kecil mas ya rak at b. ,er dir i atas dua oran g ata u lebih c. Ada nya ikat an p erka wina n da n pe rtal ian d arah d. -id up dalam sua tu ru mah t angga e. Di bawah asuhan seo rang kepa la rumah ta ngg a ). $eri nter aksi dian tara sesa ma anggota ruma h t angga g. &et iap ang gota ke luar ga memp uny ai peran mas ing% masi ng h. en cipt aka n# mempe rtahankan suatu kebud aya an. . &t rukt ur Ke luar ga &truktur keluarga terdiri dari bermacam%macam# diantaranya adalah * a. Patrilineal adalah kelua rga seda rah yang terd iri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi# dimana hubungan itu disusun melalui /alur garis ayah. b. atr ilin eal adal ah kelua rga seda rah yan g terdiri dari sana k saudara sedarah dalam beberapa generasi# dimana hubungan ini disusun melalui /alur garis ibu. c. atrilokal adalah sepasan g suami istri ya ng ting gal be rsama ke luarga sedarah istri. d. Patrilok al adalah sep asang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. e. Keluarg a kaw ina n adala h hubungan suami ist ri sebagai dasar bagi pembi naan keluarga dan beberap a san ak saudara yang men /ad i bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. 0. ir i 2 iri &tr uktur Keluarg a a. ,erorgan isasi * s aling be rhubung an# saling ketergan tungan antara anggot a kelua rga. b. Ada ke terbatasan * setiap anggota memiliki kebebasa n tetap i merek a /uga mempunyai keterbatasan dalam men/alankan )ungsi dan tugasnya masing%masing. c. Ada perbeda an dan kekhusu san * setiap anggota keluarga mempuny ai pera nan dan )ungsinya masing 2 masing. 3. ,i pe 4 $ en tuk Ke luar ga Ke lu in ti (nuclear family)# adalah keluarga yang terdiri dari ayah# ibu# dan anak 2

Transcript of ASKEP KELUARGA BBLR

BAB II

ASKEP KELUARGA BBLRA. KONSEP DASAR KELUARGA

A. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul tinggal disuatu tempatt dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Departemen Kesehatan RI. 1988).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga. Berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya. 1989 ).

Dari kedua defenisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keluarga adalah :

a. Unit terkecil masyarakat

b. Terdiri atas dua orang atau lebih

c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah

d. Hidup dalam suatu rumah tangga

e. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga

f. Berinteraksi diantara sesama anggota rumah tangga

g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing

h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.3. Ciri Ciri Struktur Keluarga

a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.

b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing masing.

4. Tipe / Bentuk Keluarga

a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak anak.

b. Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara.

c. Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakkan keluarga inti.

d. Keluarga duda / janda (single family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

e. Keluarga berkomposisi (composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga kabitas (cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

5. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga

a. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ayah.

b. Matriakal, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluuarga di pihak ibu.

c. Equalitarian, yang memegang kekuasan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.

6. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersional, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapann dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah , pendidik, pelindung, dan pemberi rasa nyaman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok keluarga serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan Ibu : Sebagai istri dan Ibu dari anak-anaknya , ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya , pelindung dari sebagai salah satu kelompok dan peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

c. Peranan Anak : Sebagai anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

7. Fungsi Keluarga

a. Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu :

1) Fungsi Biologis :

a) Untuk meneruskan keturunan.

b) Memelihara dan membesarkan anak.

c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

2) Fungsi Psikologis :

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d) Memberikan identitas keluarga.3) Fungsi Sosialisasi :

a) Membina sosialisasi pada anak.

b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.4) Fungsi Ekonomi :

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga -

dimasa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, -

jaminan hari tua dan sebagainya.

5) Fungsi Pendidikan

a) Menyekolahkan anak-anak memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

b. Ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut :

1) Fungsi Pendidikan

Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa nanti.

2) Fungsi Sosial Anak

Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3) Fungsi Perlindungan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

4) Fungsi Perasaan

Tugas keluargga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain daalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarrga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

5) Fungsi religius

Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.6) Fungsi Ekonomis

Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk memperolah penghasilan, mengatur penghasilan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

7) Fungsi Rekreatif

Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak selalu harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang pwning bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan daam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya. Rekreasi dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton televisi bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing dan sebagainya.

8) Fungsi Biologis

Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

Dari berbagai fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, yaitu :

a. Asah, adalah memenuh kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

b. Asih , adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

c. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat , baik fisik, mental, social dan spiritual.8. Tahap Tahap Kehidupan Keluarga

a. Tahap pembentukan keluarga : tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.

b. Tahap menjelang kelahiran anak : tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus , melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.

c. Tahap mengadapi bayi : dalam hal ini keluarga mengasuh , mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak-anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orang tuanya dan kondisinya masih sangat lemah.

d. Tahap menghadapi anak prasekolah : pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan , karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma agama, norma sosial, budaya dan lain lain.

e. Tahap menghadapi anak sekolah : dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur , mengontrol tugas tugas sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.

f. Tahap menghadapi anak remaja : tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitaas diri dalam membentuk kepribadiannya. Oleh karena itu, suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.

g. Tahap melepaskan anak kemasyarakat : setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dan memulai kehidupannya yang sesungguhnya , dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.

h. Tahap berdua kembali : setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri- sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan dapat menimbulkan depresi dan stress.

i. Tahap masa tua : tahap ini masuk ke tahap usia lanjut dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia fana ini.9. Tugas Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

d. Sosialisasi antar anggota keluarga.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

10. Ciri Ciri Keluarga :

a. Diikat dalam suatu tali persaudaraan

b. Ada hubungan keluarga.

c. Ada ikatan batin

d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya

e. Ada pengambil keputusan

f. Kerjasama diantara anggota keluarga

g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga

h. Tinggal dalam suatu rumah

11. Ciri Ciri Keluarga Indonesia :

a. Suami sebagai pengambil keputusan.

b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh.

c. Berbentuk monogram.

d. Bertanggung jawab.

e. Pengambil keputusan.

f. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.

g. Ikatan kekeluargaan sangat erat.

h. Mempunyai semangat gotong royong.

12. Kehidupan Keluarga Indonesia :

a. Daerah Pedesaan :

1) Tradisional.

2) Agraris

3) Tenang

4) Sederhana

5) Akrab

6) Menghormati orang tua b. Daerah Perkotaan :

1) Dinamis

2) Rasional

3) Konsumtif

4) Demokratis

5) Individual

6) Terlibat dalam kehidupan politik

B. KONSEP MEDIS BBLR1. DEFINISIBayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants ( BBLR).Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :a. Prematuritas murni.Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).

b. Dismaturitas.Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK ).2. ETIOLOGIa. Faktor Ibu. PenyakitPenyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. Usia ibuAngka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu muda.3. PATOFISIOLOGI Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.4. MANIFESTASI KLINIS Fisik.

bayi kecil pergerakan kurang dan masih lemah kepala lebih besar dari pada badan berat badan5. KOMPLIKASIa. Sindroma distress respiratori idiopatikTerjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami : rintihan waktu inspirasi napas cuping hidung kecepatan respirasi leih dari 70/ menit tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan : kadar oksigen arteri menurun konsentrasi CO2 meningkat asidosis metabolicPengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.

b. Takipnea selintas pada bayi baru lahirParu sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan apnea.c. Fibroplasias retrolentalOksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 %). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.d. Serangan apneaSerangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernapasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan menggunakan pemantau apneadan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat.e. Enterokolitis nekrotikKeadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi.Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).b. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /perinatal).

c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan).d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.

g. Pemeriksaan Analisa gas darah.7. PENATALAKSANAANMengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLRBayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

b. NutrisiAlat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari.

c. Menghindari infeksiBayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

C. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA BBLR

1. Pengkajiana. Riwayat kesehatan Riwayat pra,intra,postnatal seperti persalinan saat usia muda,giziburuk saat hamil karena sosek yang rendah,jarak kehamilan yang dekat,kehamilan ganda,obat-obatan yang mungkin digunakan saat hamil.

Riwayat kesehatan sekarang (ditemukan saat pemeriksaan fisik).

Riwayat kesehatan keluarga (ada anggota keluarga lainnya yang melahirkan dengan BBLR)b. Pengkajian Fisik1) SirkulasiNadi apikal mungkin cepat dan / atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm). Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA).Pengkajian tambahan : Tentukan frekuensi dan irama jantung Gambarkan bunyi jantung termasuk adanya murmur Gambarkan warna bunyi : sianosis, pucat, ikterik Kaji warna bantalan kuku, membran mukosa dan bibir Tentukan tekanan darah Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler, perfusi perifer2) Makanan / Cairan Berat badan kurang dari 2500 gr Tentukan adanya distensi abdomen Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan kulit yang berhubungan dengan pemberian makan, karakter dan jumlah sisa bila diberi makanan melalui lavase. Bila selang NGT terpasang, gambarkan tipe penghisapan, drainase.

Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.

Palpasi daerah tepi hati.

Gambarkan jumlah, warna dan konsistensi feces.

Gambarkan bising usus3) Neurosensori Gambarkan gerakan bayi, evaluasi berdasarkan usia gestasi. Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan lapstick dan berat jenis urine. Periksa BB Tubuh biasanya panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat (tergantung usia gestasi). Refleks tergantung : rooting terjadi dengan gestasi minggu ke 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernafas nbiasa terbentuk pada gestasi minggu ke 32 ; komponen pertama reflek moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke 28, komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.4) Pernapasan Gambarkan bentuk dada, kesimetrisan, adanya insisi, selang dada Gambarkan penggunaan otot aksesoris, pernafasan cuping hidung, retraksi Tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan Tentukan apakah penghisapan diperlukan Auskultasi dan gambarkan bunyi pernapasan Skor apgar mungkin rendah Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur, pernapasan diafragmatik intermitten atau periodik (40-60x/menit)5) Keamanan Tentukan suhu kulit dan aksila, biasanya suhu berfluktuasi dengan mudah Tentukan hubungan dengan suhu lingkungan. Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh, abrasi, area gundul. Tentukan tekstur dan turgor kulit ; kering, halus, pecah-pecah, terkelupas Gambarkan adanya ruam, lesi kulit atau tanda lahir. Tentukan apakah kateter, infus IV, jarum, berada pada tempatnya dan amati apakah ada tanda-tanda inflamasi. Gambarkan jalur pemasangan kateter IV, jenis infus, frekuensi aliran, jenis jarum, tampilkan area insersi. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedaneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang; warna mungkin merah muda/kebiruan, akrosianosis atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin atau mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.6) Genitourinaria Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa-gesa. Genitalia ; labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol. Testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum. Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan lapstick dan berat jenis urine.c. Penyuluhan /PembelajaranRiwayat ibu dapat menunjukkan faktor-faktor yang memperberat persalinan praterm, seperti :1) Usia muda2) Latar belakang sosial ekonomi rendah3) Rentang kehamilan dekat4) Gestasi multipel5) Nutrisi buruk6) Kelahiran praterm sebelumnya7) Komplikasi obstetrik seperti abrupsio plasentae8) Ketuban pecah dini9) Dilatasi serviks prematur10) Adanya infeksi11) Inkompabilitas darah berhubungan dengan eritroblastosis fetalis atau penggunaan obat yang diresepkan, dijual bebas atau obat jalanan.2. INTERVENSI KEPERAWATAN

Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas paru neuromuskuler, penurunan energi, dan keletihan.

Sasaran : Pasien menunjukan oksigenasi yang adekuat

Hasil yang diharapkan :a. Jalan nafas tetap paten

b. Pernapasan memberikan oksigenasi dan pembuasan CO2 yang adekuat

c. Frekuensi dan pola nafas dalan batas yang sesuai dengan usia dan berat badan

d. Gas darah arteri dan keseimbangan asam basa dalam batas normal sesuai usia pasca konsepsi

e. Oksigenasi jaringan adekuat

NoIntervensiRasional

1Kaji frekwensi pernapasan dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan frekwensi jantung tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan. Lakukan pemantauan jantung dan peranapasan yang kontinyuMembantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apneik sejati, yang terutama sering terjadi sebelum gestasi minggu ke 30

2Isap jalan napas sesuai kebutuhanMenghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas

3Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat obatan yang dapat memperberat depresi pernapasan pada bayiMagnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktivitas SSP

4Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk m6enghasilkan sedikit hiperekstensiPosisi ini dapat memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apneik khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnia

5Berikan rangsang taktil yang segera ( mis : gosokkan punggung bayi ) bila terjadi Apnea. Perhatikan adanya sianosis, bradikardia atau hipotonia.Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernapasan spontan.

6Tempatkan bayi pada matras yang bergolombangGerakan memberikan rangsangan, yang dapat menurunkan kejadian apneik.

7Pantau pemeriksaan laboratorium ( GDA, glukosa serum, elektrorit, kultur, dan kadar obat )sesuai indikasi

Hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan sepsis dapat meperberat serangan apneik.

8Beri oksigen sesuai indikasi.Perbaikan kadar oksigen dan karbon dioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan

9Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal: tempatkan pada posisi telungkup bila mungkinPosisi ini menghasilkan perbaikan oksigenasi, pemberian makan ditoleransi dengan lebih baik, dan lebih mengatur pola tidur / istrahat.

10Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatap dalam posisi mengedusUntuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas

11Hindari hiperekstensi leherKarena akan mengurangi diameter trakea

12Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang diinginkan, kenali tanda-tanda dari distres, mis ; mengorok, sianosis, pernapasan cuping hidung, apnea. Dan lakukan penghisapan Untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, trakea, dan selang endotrakheal.

13Lakukan penghisapan seperlunya berdasarkan pengkajian (mis ; auskultasi dada, bukti penurunan oksigenasi, peninfkatan kepekaan bayi ) serta hindari penghisapan secara rutinPenghisapan secara rutin dapat menyebabkan bronkospasme, bradikardia, karena stimulasi saraf vagal, hipoksia dan peningkatan tekanan intrakranial, mempredisposisikan bayi pada hemoragi intraventrikel

14Gunakan tehnik pengisapan yang tepat Penghisapan yang tidak tepat dapat menyebabkan infeksi, kerusakan jalan nafas, pnemotoraks, dan hemoragik intra ventrikel.

15Gunakan tehnik penghisapan dua orangAsisten dapat memberikan hiperoksigenasi dengan cepat sebelum dan setelah insersi kateter.

16Lakukan perkusi, vibrasi, dan drainase postural sesuai dengan ketentuanUntuk memudahkan drainasi secret

17Hindari penggunaan posisi trendelenburg selama penggantian popok, tinggikan bayi sedikit dibawah pinggul dan jangan mengangkat kaki dan tungkai Posisi ini menyebabakan peningkatan TIK dan menurunkan kapasitas paru akibat dari gravitasi yang mendorong organ kearah diagfragma.

18.Gunakan posisi semi-telungkup atau miring Utk mencegah aspirasi pada bayi dgn mukus berlebihan atau yg sedang diberi makan

19.Pertahankan suhu lingkungan yang netralUntuk menghemat pernggunaan O2

Termoregulasi tidak efektif b/d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan

Sasaran : Pasien mempertahankan suhu tubuh stabil

Hasil yang diharapkan : Suhu axila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi.NoIntervensiRasional

1.Tempatkan bayi dalam inkubator, penghangat radian atau pakaian hangat dalam keranjang terbuka Untuk mempertahankan suhu tubuh stabil

2.Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabilMengetahui fungsi vital organ organ tubuh terutama termostat regulator suhu tubuh.

3.Atur unit servokontrol atau kontrol suhu udara sesduai kebutuhanUntuk mempertahankan suhu kulit dalam rentang termal yang dapat diterima

4.Gunakan pelindung panas pelastik bila tepatUntuk menurunkan kehilangan panas

5.Periksa suhu bayi dalam hubunganya dengan suhu ambien dan suhu unit pemanasUntuk kehilangan panas radian langsung

6.Monitor suhu bayi

a. Jika suhu dibawah normal :

Selimuti dengan 2 selimut.

Pasang tutup kepala.

b. Jika suhu di atas normal :

Lepaskan selimut.

Lepaskan tutup kepalaFluktuasi suhu tubuh pada bayi sering terjadi, dengan mengenali suhu tubuh ( panas atau dingin ) maka akan dapat dihindari terjadinya komplikasi hypothermia atau hyperthermia

7.Keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi Kurangi dan hindarkan sumber sumber kehilangan panas pada bayi seperti

a. Evaporasi.

Saat mandi, sipakan lingkungan yang hangat.

b. Konveksi

Hindari aliran udara ( pendingin udara, jendela, kipas angin ) yang langsung mengenai bayi.

c. Konduksi

Hangatkan seluruh barang barang dan bahan bahan untuk perawatan ( baju, sprei, dll ).

Kurangi benda benda diruangan yang menyerap panas ( logam ).

d. Radiasi

Pertahankan suhu ruangan.Kehilangan panas pada bayi terjadi sangat cepat, peningkatan suhu 10 C suhu tubuh akan kehilangan 12 cc / jam. Dengan intervensi tersebut maka dapat direncanakan dengan baik halhal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi sumber sumber kehilangan panas pada bayi.

Resiko tinggi infeksi b/d pertahan imunologis yang kurang

Sasaran : Pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi nosokomial

Hasil yang diharapkan : bayi tidak menunjukan tanda infeksi nosokomial

NoIntervensiRasional

1.Kaji factor factor yang dapat membawa infeksi,seperti :

Tindakan non steril.

Pengunjung yang banyak

Lingkungan kotor dll.

- Posisi saat memberi minumUntuk menentukan intervensi yang akan diberikan pada bayi.

2.Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum dan setelah mengurus bayiUntuk meminimalkan pemajanan pada organisme infekstif

3.Pertahankan tindakan tekhnik antiseptik dalam setiap tindakan ( seperti : sterilisasi alat dan desinfeksi ).

Meminimalkan dan membunuh bakteri, jamur dan untuk mencegah infeksi akibat kontaminasi nasokomial.

4.Pisah bayi bayi yang mengalami penyakit infeksi.

Mengurangi risiko penularan penyakit pada bayi lain.

5.Rawat bekas tali pusat dengan menggunakan bethadine dan dibungkus dengan kasa steril.

Mencegah masuknya kuman dan berkembangnya bakteri oleh karena media yang lembab.

6.Lindungi bayi yang mengalami defisit imun dari infeksi :

Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mendekati bayi.

Batasi pengunjung bila memungkinkan.

Batasi alat alat infasif ( IV, NGT, specimen Lab dll ) untuk yang benar benar perlu saja.

Mengurangi kontak dengan agen penyebab infeksi dan sumber infeksi.

7.Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi seperti : pertahankan masukan nutrisi ASI dan PASINutrisi yang baik, daya tahan tubuh meningkat dan infeksi tidak terjadi.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( resiko tinggi ) b/d ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit. Sasaran : Pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan masukan kalori untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan menunjukan penambahan berat badan yang tepat

Hasil yang diharapkan :

1. Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat

2. Bayi menunjukan penambahan berat badan yang mantap ( kira-kira 20 sampai 30 gr/hari ) pada saat pasca akut penyakit.NoIntervensiRasional

1.Kaji pola minum bayi dan kebutuhan-kebutuhan nutrisi

Kaji volume, durasi dan upaya selama pemberian minum, kaji respon bayi.

Kaji masukan kalori / nutrisi yang lalu, kenaikan / penurunan BB selalu dicatat

Untuk menentukan berapa kebutuhan nutrisi bayi perhari atau kebutuhan minum (cc/ KgBb ) sehingga dapat diberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya dengan tidak terlepas dari intervensi yang lain yang dapat meningkatkan kenaikan berat badan bayi.

2.Ajarkan pada orang tua tentang tehnik tehnik pemberian Asi/ Pasi yang efektif

Setelah pulang nanti orang tua tidak kaku dan sudah terbiasa memberikan Asi / Pasi pada bayi, dan mengerti kapan bayi sudah mulai haus : misal pada saat menangis.

3.Berikan pemberian makan / nutrisi dengan proses adaptasi secara bergantian ASI- PASI ( sesuai keb. Perhari X BB : Pemberian susuai umur masa kehamilan. Mengadaptasikan bayi dengan putting susu supaya tidak bigung, dan melatih reflek mengisap yang baik. Mengetahui kenaikan BB bayi dan keefektifan pemberian nutrisi baik asi maupun Pasi dan mengetahui Jumlah pemasukan.

4.Timbang BB bayi sebelum dan sesudah makanUntuk megetahui seberapa banyak asupan nutrisi yang masuk

5.Pertahankan cairan parenteral atau nutrisi parenteral total sesuai instruksiMemenuhi kenutuhan nutsrisi bayi

6.Pantau adanya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral total terutama protein dan glukosaMengetahui intake caairan cairan yang dapat di toleran oleh bayi

7.Kaji kesiapan bayi untuk menyusu pada payudara ibu, khususnya kemampuan untuk mengkoordinasi menelan dan pernapasanMengetahui kemampuan bayi untuk menelan atau kemampuan menyusui

8.Susukan bayi pada payudara ibu bila penghisapan kuat serta menelan dan refleks muntah ada ( biasanya pada usia gestasi 35 sampai 35 minggu )Untuk memenimalkan resiko aspirasi

9.Ikuti protokol unit untuk meningkatkan volume dan kontrasi formulaUntuk menghindari intoleransi pemberian makan

10Gunakan pemberian makan orogastrik bila bayi mudah lelah atau mengalami penghisapan, refleks muntah atau menelan yang lemahKarena makan dengan ASI dapat mengakibatkan penurunan berat badan

11Bantu ibu mengelurkan ASIUntuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai bayi dapat menyusui ASI

Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan b/d karakteristik fisiologis imatur dari bayi dan atau imaturitas atau penyakit

Sasaran : Pasien menunjukan status hidrasi adekut

Hasil yang diharapkan : Bayi menunjukan bukti homeostatis

NoIntervensiRasional

1.Pantau dengan ketat cairan dan elektrolit dengan terapi yang meningkatkan kehilangan air tak kasat mata ( insensible water loss [IWL]) mis : Fototerfi, penghangat radian.Agar pemenuhan cairan dan elektrolit dan ditangani sedini mungkin.

2.Implementasikan strategi untuk meminimalkan IWL, seperti penutup plastik peningkatan kelembaban ambienMenentukan intervensi selanjutnya.

3.Pastikan masukan cairan oral/parenteral adekuatMencegah terjadinya dehidrasi

4.Kaji status hidrasi ( mis. Turgor kulit, tekanan darah, edema, BB, membran mukosa, berat jenis urine, elektrolit, fontanel )Menentukan intervensi selanjutnya.

5.Atur cairan parenteral dengan ketatUntuk menghindari dehidrasi, hidrasi berlebihan, atau ekstravasasi

6.Hindari pemberian cairan hipertonik ( mis ; obat tidak diencerkan, infus glukosa terkonsentrasi )Untuk mencegah beban berlebihan pada ginjal imatur dan vena yang rapuh

7.Pantau keluaran urine dan nilai laboratoriumUntuk bukti dehidrasi atau hidrasi berlebihan ( keluaran urine adekuat 1-2 ml/jam )

Resiko tinggi cedera karena peningkatan tekanan intrakranial b/d sistem syaraf pusat imatur dan respon stress fisiologis. Sasaran : Pasien menujukan tekanan intrakranial normal ( kecuali jika peningkatan TIK berhubungan dengan panyeki bayi ) dan tidak ada bukti hemoragi intraventrikel ( kecuali jika terdapat kodisi sebelumnya )

Hasil yang diharapkan : bayi tidak menunjukan tanda-tanda peningkatan TIK dan hemoragik intraventrikuler

NoIntervensiRasional

1.Kurangi stimulasi lingkungan Karena respon strees khususnya peningkatan tekanan darah meningkatan resiko peningkatan TIK

2.Tetapkan suatu rutinitas yang memberikan periode tidur / istrahat tampa gangguanUntuk menghilangkan atau meminimalkan strees

3.Atur ( kumpulkan ) perawatan selama jam bangun yang normal sebanyak mungkinUntuk meminimalkan gangguan tidur dan kebisingan intermiten yang sering

4.Tutupi inkubator dengan kain serta tempat tanda jangan ganggu didekatnyaUntuk menurunkan sinar dan menyandarkan orang lain pada periode istrahat bayi.

5.Hindari bicara keras dan ketawaMeminimalkan rangsangan suara yang dapat mengganggu istirahat bayi

6.Batasi jumlah pengunjung dan staf didekcat bayi pada sekali waktuMenciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak

7.Hindari kebisingan yang keras dan tiba-tiba seperti menjatuhkan benda, membuang sampah, menutup pintu dan lemari, matikan radio, TV dllMeminimalkan rangsangan suara yang dapat mengganggu istirahat bayi

8.Kenali tanda-tanda strees fisik dan stimulasi yang berlebihan Untuk melakukan intervensi yang tepat dewngan segera

9.Hindari obat hipertonik dan cairKarena meningkatkan aliran darah serebral

10Tinggikan kepala di tempat tidur Untuk menurunkan TIK

11Pertahankan oksigenasi yang adekuatKarena hipoksia akan meningkatkan aliran darah serebral dan TIK

12Hindari membalik miring kepala dengan tiba-tibaUntuk membatasi aliran darah arteri karotis dan oksigensi yang adekuar ke otak

Nyeri b/d prosedur, diagnosis, tindakan

Sasaran : Klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun

Hasil yang diharapkan : tanda-tanda pada bayi minimal atau tidak ada

NoIntervensiRasional

1Kaji efektifitas tindakan nyeri nonfermakologisBeberapa tindakan mis. Mengayun dapat meningkatan distres pada bayi

2Kenali bahwa bayi tampak memperhatikan usia gestasi, merasakan nyeriUnutk mengetahui respon nyeri pada bayi.

3Gunakan tindakan nyeri nonfarmakologis seperti : ubah posisi, membendong, melindungi, menimang, mengayun, memaikan musik dllUntuk mengurangi nyeri yang dirasakan bayi ditunjukkan dengan respon non verbal dengan bayi rileks.

4Anjurkan orang tua untuk memberi tindakan kenyamanan bila mungkinMeningkatkan relaksasi pada bayi.

5Diskusikan kepada keluarga tentang kekhawatiran mereka terhadap nyeri bayiMeningkatkan pemahaman terhadap keluarga

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelahiran preterm, lingkungan NICU tidak alami, perpisan dari orang tua

Sasaran pasien ( keluarga ) : pasien mencapai pertumbuhan dan perkembangan potensial normal

Hasil yang diharapkan : bayi menunjukan penambahan BB mantap saat nelewati fase akut penyakit

NoIntervensiRasional

1Berikan nutrisi optimalUntuk menjamin perubahan BB yang mantap dan pertumbuhan otak

2Berikan periode istrahat yang teratur tanpa gangguanUntuk menurunkan penggunakan kalori dan O2 yang tidak perlu

3Kenali adanya tanda-tanda stimulasi berlebihan (flaksiditas, menguap, membelalak, memalingkan wajah dengan aktif, peka rangsang, menangis)Membiarkan pada bayi untuk istrahat

4Tingkatkan interaksi orang tua bayi Karena merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan normal.

Perubahan proses keluarga b/d krisis situasi/maturasi, kurang pengetahuan ( kelahiran bayi preterm dan atau sakit ), gangguan proses kedekatan orang tua.

Sasaran : Pasien ( keluarga ) mendapat informasi tentang kemajuan bayi

Hasil yang diharapkan : bayi menunjukan penambahan BB mantap saat orang tua mengekpresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai bayi dan prognosis, serta menunjukan pemehamana dan keterlibatan dalam perawatan.

NoIntervensiRasional

1Prioritas informasiUntuk membantu orang tua memahami aspek paling penting dalam perawatan, tanda perbaikan, atau penyimpanan pada kondisi bayi

2Dorong orang tua untuk mengajukan pertanyaan mengenai status bayi serta menjawab pertanyaan dengan benarUntuk menciptakan rasa percaya

3Dorong ibu dan ayah utk berkunjung unit kesehatan dengan seringSehinggga merekan mendapat informasi tntang kemajuan bayi

4Tekankan aspek postif dan status bayiUntuk mendorong rasa pengharapan.

3. ANALISA DATADataEtiologiMasalah Keperawatan

Do :MerawatPola nafas tidak efektif

Bayi tampak sesak

Ds :

Ibu klien mengatakan anaknya sesak

Do :MerawatNutrisi kurang dari kebutuhan

BBL bayi 1400gram

Bayi tampak kurus

Ds :Ibu klien mengatakan bayinya jarang minum ASI

SKORING MASALAH KEPERAWATAN1.Pola nafas tidak efektifNOKriteriaPerhitunganskorPembenaran

1sifat masalah3/3x11jika masalah tidak diatasi

Aktualmaka akan mengancam jiwa pasien

2kemungkinan masalah dapat diubah1/2x21kemungkinan dapat diubah jika dibawa

Sebagianke pelayanan kesehatan

3kemungkinan masalah dapat dicegah1/3x101-Markarena organ tubuh bayi belum berfungsi

Rendahdengan baik

4menonjolnya masalah2/2x11masalah harus segera ditangani karena

Segeradapat mengakibatkan kematian pada bayi

2. Nutrisi kurang dari kebutuhanNOKriteriaPerhitunganskorPembenaran

1sifat masalah3/3x11jika masalah tidak diatasi

Aktualmaka akan mengancam jiwa pasien

2kemungkinan masalahdapat diubah1/2x21kemungkinan dapat diubah jika dibawa

Sebagianke pelayanan kesehatan

3kemungkinan masalah dapat dicegah1/3x101-Markarena bayi lahir belum cukup bulan

Rendah(prematur)

4menonjolnya masalah2/2x11masalah harus segera ditangani karena

Segeradapat mengakibatkan kematian

D. PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

1. Pengertian

Proses perawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu dan hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga.2. Tahap-tahap proses keperawatan keluarga

Gambar 2.

3. Tahap Penjajakan Perawatan (Pengkajian)

Penjajakan menurut Silvion G. Bailon dan Maglaya adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawatan untuk mengukur keadaan pasien dan keluarga dengan memakai patokan norma-norma kesehatan pribadi maupun sosial, sistem integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah-masalah.

Adapun norma-norma yang digunakan untuk menetukan status kesehatan keluarga adalah :

a. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

b. Keadaan rumah dan lingkungan yang membawa peningkatan kesehatan keluarga.

c. Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa kepada perkembangan keluarga.Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian adalah :

a. Pengumpulan Data

a) Biodata Kepala Keluarga

b) Susunan dan sifat keluarga

c) Nama anggota keluarga, dan hubungan kepada keluarga

d) Data umur, jenis kelamin, pendidikan kesehatan fisik

e) Anggota keluarga yang mengambil keputusan

f) Hubungan antara anggota keluarga.

b. Kebutuhan dalam hidup sehari-hari

a) Kebutuhan nutrisi

b) Kebutuhan eliminasi

c) Istirahat / tidur

d) Aktivitas olahraga

e) Kebersihan diri

f) Rekreasi

g) Pola asuh anak

c. Faktor sosial budaya dan ekonomi

a) Penghasilan keluarga

b) Sistem nilai

c) Hubungan dengan masyarakat

d. Faktor lingkungan

a) Perumahan

b) Pengelolaan sampah

c) Sumber air bersih

d) Jamban keluarga

e) Denah rumah

f) Fasilitas sosial dan kesehatan :

a) Sekolah

b) Masjid

c) Puskesmas

d) Puskesmas pembantu

e) Rumah sakit, dan lain-lain.

e. Psikologis

a) Status emosi

b) Konsep diri

c) Pola interaksi

d) Pola komunikasi

e) Pola pertahanan

f. Derajat kesehatan

a) Kejadian kesakitan keluarga

b) Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit

c) Kejadian cacat

d) Kejadian kematian dalam 1 ahun terakhir

g. Masalah kesehatan spesifik

a) Keluarga berencana

b) Kesehatan ibu dan anak

c) Usia lanjut

h. Analisa Data

Untuk melihat perkembangan kesehatan keluarga, maka menggunakan tiga norma sebagai berikut :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga meliputi:

a) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga

b) Keadaan gizi anggota keluarga

c) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga

d) Kehamilan dan keluarga berencana.

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan meliputi :

a) Rumah : ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah.

b) Sumber air minum

c) Jamban keluarga

d) Tempat pembuangan air limbah

e) Pemanfaatan pekarangan

3) Karakteristik Keluarga

a) Sifat keluarga

b) Dinamika dalam keluarga

c) Interaksi antar anggota keluarga

d) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah :

(1) Ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan keluarga berhubungan dengan :

(a) Kurang pengetahuan

(b) Rasa takut terhadap akibat dari masalah yang diketahui

(c) Sikap dan pandangan hidup yang terpengaruh oleh budaya

(2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk melaksanakan tindakan yang tepat berhubungan dengan :

(a) Tidak memahami berat, sifat akan luasnya masalah

(b) Keluarga tidak sanggup memilih tindakan

(c) Ketidakmampuan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

(d) Takut terhadap akibat dari tindakan yang diharapkan.

(3) Ketidakmampuan merawat yang sakit berhubungan dengan :

(a) Kurang pengetahuan mengenai keadaan penyakit

(b) Kurang pengetahuan tentang perawatan dan pengobatan

(c) Kurang pengetahuan fasilitas untuk pengobatan.

(4) Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga berhubungan dengan :

(a) Kurang pengetahuan mengenai sanitasi lingkungan.

(b) Kurang pengetahuan mengenai cara pencegahan penyakit.

(c) Kurang pengetahuan dalam memanfaatkan pemeliharaan lingkungan.

(5) Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan disebabkan oleh :

(a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

(b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh

(c) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan

(d) Rasa akibat dari tindakan

(e) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan

(f) Sikap akibat dari tindakan

(g) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan

i. Prioritas masalah

Prioritas masalah kesehatan keluarga merupakan gambaran dari keadaan dan status kesehatan keluarga berdasarkkan hasil pemikiran dan pertimbangan tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai, kultur dalam keluarga.

Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1) Sifat masalah

Dengan melihat kriteria yang pertama yaitu sifatnya masalah. Bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kemungkinan masalah untuk dapat diubah

Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.

b) Sumberdaya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.

d) Sunber daya masyarakat, dalam bentuk fasilitas organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat.

3) Potensi masalah untuk dicegah

Untuk kriteria ketiga , faktor-faktor yang perlu diperhatkan adalah :

Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah itu ada.

Tindakan yang sedanng dijalankkan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah.

Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

4) Masalah yang menonjol

Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor yang tertinggi yang lebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, perlu disusun skala prioritas seperti berikut :

Tabel 1. Skala Penyusunan Prioritas Masalah Kesehatan Keluarga

No.Kriteria MasalahNilaiBobot

1.

2.

3.

4.Sifat masalah :

a. Ancaman kesehatan

b. Tidak sehat / kurang sehat

c. Krisis

Kemungkinan masalah dapat di ubah

a. Dengan mudah

b. Hanya sebagian

c. Tidak dapat

Potensi masalah dapat di cegah

a. Tinggi

b. Cukup

c. Rendah

Menonjolnya masalah

a. Masalah berat harus ditangani

b. Masalah yang tidak segera perlu ditangani

c. Masalah yang tidak dirasakan2

3

1

2

1

0

3

2

1

2

1

01

2

1

1

(Bailon dan Maglaya,1978)

Scoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot :

3) Jumlah skor untuk semua kriteria4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot.

j. Tahap Perencanaan

Perencanaan keperawatan keluarga teridiri dari penerapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar kriteria dan standar merupakan penyatuan spesifik tentang hasil yang diharapkan dan setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

Metode problem solving (metode pecahan masalah) dilakukan dalam proses pengembangan rencana keperawatan keluarga dimana metode ini terdiri dari :

1) Penentuan masalah

a) Melalui proses pengkajian akan didapatkan

b) Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan keluarga

c) Kebuttuhan-kebutuhaan kesehatan dan keperawatan keluarga

2) Sasaran dan tujuan perawatan

Sasaran adalah tujuan dimana segala usaha diarahkan untuk mencapai tujuan ini melalui pelaksanaan tindakan perawatan kesehatann keluarga yang ditentukan oleh perawat bersama keluarga dengan alasan yang dapat diterima oleh mereka dan keluarga yang mau menyadari dalam mengambil tindakan pemecahan masalah.

3) Rencana Tindakan

Dalam merencanakan tindakan keperawatan perlu mempertimbang- kan sumber-sumber yang tersedia untuk mengenal dan memecahkan masalah keluarga, perawat menggunakan tindakan perawatan :

a) Memperluas pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan

b) Membantu keluarga untuk mengenal situasi dan akibat dari situasi tersebut.c) Mengaitkan kebutuhan kesehatan dengan sasaran lingkungan.

d) Mengembangkan sikap positif dalam keluarga.e) Menolong keluarga dalam menentukan tindakan keperawatan.f) Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

4) Rencana untuk mengevaluasi keperawatan.

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan telah tercapai sesuai kriteria keberhasilan.

5) Tahapan tindakan keperawatan keluarga

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :

a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara.

b) Memberikan informasi

c) Mengidentifikasi kebutuhan

d) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

e) Menstimulasi kleuarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :

(1) Mengidentifikasi konsikuensi tidak melakukan tindakan

(2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

(3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tindakan.

(4) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :

(a) Mendemonstrasikan cara perawatan

(b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

(c) Mengevaluasi keluarga melakukan perawatan

(5) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat.

(6) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

(7) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

(8) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara :

(a) Mengenakan fasilitas kesehatn yang ada di lingkungan

(b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

6) Tahap Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional

S = Adalah hal-hal yang diungkapkan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.

O = Adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.

A = Adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang berkaitan dengan diagnosis.

P = Adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan evaluasi.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

Kegagalan dalam evaluasi kemungkinan disebabkan oleh :

a) Tujuan tidak realistis

b) Tindakan keperawatan yang tidak tepat

c) Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Alasan untuk melaksanakan evaluasi :

a) Untuk mencegah tindakan yang tidak berguna

b) Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan

c) Sebagai bukti dari tindakan keperawatan

E v a l u a s i

Intervensi :

Implementasi rencana pengerahan sumber-sumber

Rencana Perawatan :

Penyusunan tujuan,

Mengidentifikasi sumber-sumber,

Mendefenisikan pendekatan alternatif,

Memilih intervensi perawatan,

dan Penyusunan prioritas

Identifikasi masalah-masalah keluarga dan individu (diagnosaa keperawatan)

Pengkajian anggota keluarga individual : mental, fisik, emosional, sosial,

dan spritual

Pengkajian terhadap keluarga :

mengidentifikasi dan data sosial budaya, data lingkungan, struktur, dan fungsi

_1188015459.unknown